ANALISIS FRAUD PENTAGON DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FRAUD PENTAGON DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN"

Transkripsi

1 ANALISIS FRAUD PENTAGON DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode ) OLEH PERA HUSMAWATI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Terapan KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI PADANG JURUSAN AKUNTANSI 2017

2 LEMBARAN PENGESAHAN Saya menyatakan bahwa Tugas Akhir berjudul Analisis Fraud Pentagon Dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode ) telah melalui proses bimbingan yang layak, dan menurut pendapat saya telah memenuhi syarat untuk diajukan guna mendapatkan gelar Sarjana Terapan (S.Tr). Pembimbing I Yossi Septriani, M. Acc., Ak Nip Saya menyatakan bahwa Tugas Akhir berjudul Analisis Fraud Pentagon Dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode ) telah ditulis menurut standar penulisan karya ilmiah dan menurut pendapat saya telah memenuhi syarat untuk diajukan gunamendapatkan gelar Sarjana Terapan (S.Tr). Pembimbing II Irda Rosita, M. Ec. St., Ak Nip Tugas akhir ini diajukan kepada jurusan Akuntansi dan telah memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Terapan (S.Tr) Ketua Jurusan Sukartini, SE., M. Kom., Ak Nip

3 BERITA ACARA SIDANG Tugas Akhir berjudul Analisis Fraud Pentagon Dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode ) telah dipertanggungjawabkan /disidangkan di depan tim penguji dan dinyatakan LULUS pada hari Rabu tanggal 20 September Ketua Tim Penguji Sekretaris... Josephine Sudiman, SE.,M.Acc.Ak. Ph.D Irda Rosita, M. Ec. St., Ak Nip Nip Anggota 1 Anggota 2... Ulfi Maryati, SE.,M.Ak.Ak Ferdawati, SE.,M.Sc.Ak Nip Nip

4 POLITEKNIK NEGERI PADANG PERNYATAAN TENTANG HAK CIPTA DAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR Hak Cipta 2017 Pera Husmawati ANALISIS FRAUD PENTAGON DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode ) Tidak diperkenankan untuk memproduksi sebagian atau seluruh isi tugas akhir ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta. Penggunaan tugas akhir ini diatur sebagai berikut : 1. Pengutipan oleh penulis lain dalam tulisannya harus mencantumkan tugas akhir ini sebagai referensi. 2. Perpustakaan Politeknik Negeri Padang dan Ruang referensi Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang mempunyai hak untuk menyimpan salinan tugas akhir ini baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy. 3. Jika diperlukan, Perpustakaan Politeknik Negeri Padang dan Ruang jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang mempunyai hak untuk memperbanyak tugas akhir ini demi kepentingan akademis. Padang, September 2017 Dinyatakan oleh... Pera Husmawati

5 Wa man jaahada fa-innamaa yujaahidu linafsihi. Barang siapa yang bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri. (QS Al-Ankabut [29]:6). Ingatlah Allah SWT ada sejauh doamu Jangan mengeluh tentang masalahmu Jika kamu merasa bebanmu itu lebih BERAT daripada yang lain Itu karena Allah SWT melihatmu lebih KUAT dari yang lain Jangan berfikir kamu JATUH karena masalah yang diberikan Allah SWT Karena sebenarnya Allah menginginkanmu belajar BERDIRI It doesn t matter who you are, your dreams are valid!

6 TERIMA KASIH Alhamdulillahirabbil alamiiin, puji syukur kehadirat Allah subhanahu wata ala, Tuhan semesta alam, tiada hentinya penulis mengucapkan syukur, atas semua rahmat, nikmat, dan karunia-nya, sehingga pengulis dapat menyelesaikan studi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan ini. Atas ridho-nya juga penulis dapat dinyatakan LULUS tepat waktu. Tak lupa juga penulis ucapkan shalawat dan salam kepada Nabi besar Muhammad shallallahu alaihi wassalam. Untuk Kedua Orang tua Penulis: Terima kasih untuk Amak dan Abak, telah mengizinkan ya untuk kuliah, walaupun awalnya sulit, tapi Alhamdulillah, ya bisa dapatkan beasiswa, terima kasih sebesarbesarnya ya ucapkan untuk kasih sayang, dukungan, motivasi, dan nasehat yang Amak dan Abak berikan, hingga ya bisa jadi Sarjana, seperti yang Amak dan Abak impikan. Ini semua tidak akan terjadi tanpa ada dukungan dari Abak dan Amak. Terima Kasih mak, terima kasih bak, ya sayang kalian. Untuk Kakak dan Abang: Teima kasih Eta, Bangi, Ajo, Eti (Almh), Ene, dan Abang, yang selalu support ya, terima kasih untuk semua yang kalian berikan untuk ya. Eta, terima kasih untuk semuanya, selalu bantu ya. Terutama untuk Eti, walaupun Eti pergi disaat ya sedang kuliah dan nggak bisa liat ya wisuda, tapi ya yakin Eti bisa liat ya disana, Eti sudah bahagia disana, untuk Abang, terima kasih juga untuk semuanya. Tidak ada kalimat lainnya yang bisa ya ucapkan selain terima kasih. Ya sayang kalian. Untuk Adik satu-satunya, Toni: Terima kasih Ton, terima kasih untuk semuanya, terima kasih telah menjadi sahabat terbaik kak, selalu mendengarkan curhatan kak, rela menjemput dan ngantarin kak jauh-jauh ke kos, mau aja dipalakin sama kak, you re the best brother that I have, and you are the best friendship. I Love You My Bro. Untuk Andre: Terima kasih telah menjadi teman dan sahabat terbaik ya, walaupun ya sering ngeselin, sering kekanak-kanakan, tapi andre tetap aja mau bantuin ya, dan ada untuk ya. Terima kasih untu support, motivasi, dan nasehatnya. Terima kasih juga telah menjadi teman berbagi ya, berbagi suka dan juga duka. Terima kasih ya.

7 Untuk PA: Untuk Pak Ul, sebagai PA DIV akun 13, terima kasih untuk support dan motivasinya pak, terima kasih untuk kata-kata penyemangat yang selalu bapak bagikan, akhirnya fera bisa mencapai apa yang fera cita-citakan. Terima kasih juga untuk bimbingan bapak untuk 4 tahun ini, terima kasih banyak pak, udah seperti bapak sendiri bagi kami. You re the best Sir. Untuk Pembimbing: Kepada Buk Oci dan Buk Irda, terima kasih telah membimbing fera selama beberapa bulan ini, terima kasih untuk masukan, dan nasehat ibuk, sehingga fera bisa menyelesaikan tugas akhir ini tepat waktu, dan Alhamdulillah fera lulus. Terima kasih untuk semuanya buk. Untuk Penguji: Terima kasih Buk Jo, Buk Ulfi, dan Buk Ferda, terima kasih telah memberikan kelulusan terhadap fera, dan terima kasih juga untuk masukan-masukan saat sidang, sehingga fera bisa memperbaiki TA fera. Terutama untuk Buk Jo, makasi coklat sebelum sidangnya Buk, hehe. Untuk Dosen Akuntansi: Untuk Bapak dan Ibu dosen akuntansi, terima kasih untuk ilmu yang bapak berikan kepada kami, sehingga kami bisa menyelsaikan studi kami mahasiswa-mahasiswi jurusan akuntansi, semoga ilmu yang bapak dan ibu berikan menjadi amal jariyah bagi bapak dan ibu, Aamiin. Terima kasih untuk semuanya pak, buk. Untuk On the way Ukhti; Terima kasih untuk kalian, selalu support dan kasih motivasi untuk fera, sehingga kita bisa capai apa yang kita harapkan. Alhamdulillah, kita bisa wisuda bareng, lulus bareng. Mudah-mudahan kita bisa menjadi ukhty beneran kedepannya ya, ukh. Semangat untuk kedepannya. Mudah-mudahan kita bisa kerja di tempat yang kita harapkan. Aamiiinn yaa rabbal alamiiin. :-* Untuk Teman-teman DIV Akuntansi 13: Terima kasih untuk semuanya, untuk saling berbagi, saling support, terima kasih untuk 4 tahun kebersamaan kita, mudah-mudahan kita bisa lulus bersama semuanya. Untuk teman-teman yang udah lulus, selamat buat kalian. Dan untuk teman-teman yang belum lulus, semangat menyelesaikan TA nya, Insya Allah kalian bisa. Tetap semangat dan jangan pernah putus asa.

8 Untuk BP 08: Terima kasih untuk kalian, terutama adik kakak, Leo yang rajin nanya ini dan itu, untuk Mega, semangat kuliahnya, dan untuk adik-adik Bp 08 lainnya, semangat kuliahnya, jangan pernah menyerah dan putus asa untuk mencapai apa yang kalian inginkan. Dan untuk saudara Bp 08 Aldi, tetap semangat sobep, sobep pasti bisa!! Untuk teman-teman anak Bimbingan Buk Oci: Untuk kalian anak bimbingan Buk Oci yang udah lulus, selamat fera ucapkan, dan yang belum lulus, tetap semangat ngerjain TA nya. Untuk teman-teman anak Bimbingan Buk Irda: Terima kasih untuk semuanya, bagi yang udah lulus, selamat buat kalian, dan bagi yang belum, tetap semangat dan jangan pernah berputus asa. Untuk Teman-teman dan adik-adik jurusan akuntansi: Buat semuanya teman-teman dan adik-adik jurusan akuntansi, tetap semangat kuliahnya, jangan pernah menyerah, jangan pernah berputus asa, kalian pasti bisa capai apa yang kalian impikan. Do your best. Untuk semua yang tidak tersebutkan namanya, terima kasih semuanya, mungkin fera bukan tipe orang yang bisa berkata-kata banyak, fera hanya bisa menyebutkan terima kasih banyak untuk semua yang kalian berikan. Thanks all. Best regards, Pera Husmawati

9 No. Alumni Pera Husmawati BIODATA a). Tempat/Tanggal Lahir: Olo, 22 Februari 1995 b). Nama Orang Tua: M. Husin dan Ermawati c). Jurusan Akuntansi d). Program Studi: DIV Akuntansi e) No. BP: f). Tanggal Lulus: 20 September 2017 g). Predikat Lulus: Dengan Pujian h). IPK: 3,87 i). Lama Studi: 4 tahun 0 bulan j). Alamat Orang Tua: Jl. Ambacang No. 31, Cubadak Air Selatan, Kec. Pariaman Utara, Pariaman, Sumatera Barat. ANALISIS FRAUD PENTAGON DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode ) Tugas Akhir Oleh: Pera Husmawati Pembimbing 1. Yossi Septriani, M. Acc., Ak 2. Irda Rosita, M. Ec. St., Ak Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Ada banyak celah dalam laporan keuangan yang akan menjadi peluang bagi manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fraud pentagon yang diproksikan dengan variabel-variabel yakni financial target, financial stability, external pressure, ineffective monitoring, nature of industry, changes in auditor, rationalization, pergantian direksi, dan number of CEO s picture dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan yang diproksikan dengan manajemen laba. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 86 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan periode Analisis data yang digunakan adalah regresi berganda menggunakan aplikasi SPSS versi 21. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa financial stability yang dihitung menggunakan rasio perubahan total aset, external pressure yang dihitung menggunakan rasio leverage, change in auditor, dan pergantian direksi berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Sementara itu, variabel financial target yang dihitung dengan ROA, nature of industry yang dihitung dengan rasio perubahan piutang, rationalization yang dihitung menggunakan TATA, dan number of CEO s picture tidak berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Kata kunci: fraud pentagon, kecurangan laporan keuangan, manajemen laba. Tugas akhir ini telah dipertahankan di depan sidang penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal 20 September Abstrak telah disetujui oleh penguji. Tanda Tangan Nama Terang Josephine Sudiman, SE.,M.Acc.Ak. Ph.D Irda Rosita, M. Ec. St., Ak Ulfi Maryati, SE.,M.Ak.Ak Ferdawati, SE.,M.Sc.Ak Mengetahui: Ketua Jurusan Sukartini, SE., M.Kom., Ak Nip Tanda Tangan Alumnus telah mendaftar: Petugas Nomor Alumnus: Nama: Tanda Tangan

10 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim Alhamdulillahirabbilalamiin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya, dan tidak lupa pula shalawat beserta salam penluis ucapkan kepada Nabi Besar Rasulullah Muhammad saw. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa adanya dukungan, bimbingan, bantuan, serta doa dari berbagai pihak selama penyusunan tugas akhir ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Orang tua penulis yang telah mendukung, membimbing, dan menasehati penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Bapak Aidil Zamri, ST. MT selaku direktur Politeknik Negeri Padang. 3. Ibu Sukartini, SE. M. Kom., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik negeri Padang. 4. Ibu Yossi Septriani M. Acc., Ak dan Ibu Irda Rosita, M. Ec. St., Ak selaku pembimbing 1 dan 2 bagi penulis yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan, dorongan, serta saran-saran selama proses bimbingan tugas akhir. 5. Keluarga dan teman-teman mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir. 6. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam menyelsaikan penulisan tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini sangat jauh dari kesempurnaan, dan tentunya banyak kesalahan. Oleh karena itu, penulis menharapkan kritikan dan saran dari pembaca demi tercapainya hasil yang lebih baik. Padang, September 2017 Penulis i

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN BERITA ACARA SIDANG TUGAS AKHIR HAK CIPTA HALAMAN DEDIKASI ABSTRAK KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN KONTRIBUSI PENELITIAN SISTEMATIKA PENULISAN... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA LANDASAN TEORI Teori Keagenan (Agency Theory) Konsep Kecurangan (Fraud) Teori Fraud Triangle Tekanan (Pressure) Peluang (Opportunity) Rasionalisasi (Rationalization) Teori Fraud Diamond Teori Fraud Pentagon Manajemen Laba (Earning Management) PENELITIAN TERDAHULU KERANGKA PEMIKIRAN PERUMUSAN HIPOTESIS Pengaruh financial target dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Pengaruh financial stability dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Pengaruh external pressure dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Pengaruh ineffective monitoring dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Pengaruh nature of industry dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Pengaruh change in auditor dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan ii

12 2.4.7 Pengaruh rationalization dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Pengaruh pergantian direksi dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Pengaruh number of CEO s picture dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan BAB III METODE PENELITIAN DESAIN PENELITIAN VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL Variabel Dependen Variabel Independen Financial Targets Financial Stability External Pressure Ineffective Monitoring Nature of Industry Change in Auditor Rationalization Competence Arrogance POPULASI DAN SAMPEL JENIS DAN SUMBER DATA METODE PENGUMPULAN DATA ANALISIS DATA Analisis Data Statistik Deskriptif Uji Asumsi Klasik Analisis Regresi Linear Berganda Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Pengujian Hipotesis BAB IV PEMBAHASAN DESKRIPSI SAMPEL PENELITIAN ANALISIS DATA Analisis Statistik Deskriptif Hasil Pengujian Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Multikolonieritas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Analisis Regresi Berganda Hasil Koefisien Determinasi Hasil Uji T (Uji Parsial) Hasil Uji F (Uji Simultan) ANALISIS HASIL PENGUJIAN MANIPULASI LAPORAN KEUANGAN OLEH PERUSAHAAN MANUFAKTUR Berdasarkan Sektor Perusahaan Berdasarkan Masing-masing Perusahaan BAB V PENUTUP iii

13 5.1 KESIMPULAN KETERBATASAN PENELITIAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

14 DAFTAR TABEL TABEL 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu TABEL 4.1 Seleksi Sampel Penelitian TABEL 4.2 Statistik Deskriptif TABEL 4.3 Hasil Uji One-Sampe Kolmogrov-Smirnov Test TABEL 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas TABEL 4.5 Hasil Uji Autokorelasi TABEL 4.6 Koefisien Determinasi TABEL 4.7 Hasil Uji t (Uji Parsial) TABEL 4.8 Hasil Uji F (Uji Simultan) TABEL 4.9 Ringkasan Hasil Pengujian v

15 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Fraud Tree Gambar 2.2 Fraud Triangle Gambar 2.3 Fraud Diamond Gambar 2.4 Fraud Pentagon Gambar 2.5 Kerangka Penelitian Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas vi

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Data Sampel Penelitian Lampiran 2 a. Uji Deskriptif b. Uji Normalitas c. Uji One-Sample Kolmogorv-Smirnov d. Uji Multikolonieritas e. Uji Heteroskedastisitas f. Uji Autokorelasi (Run Test) g. Koefisien Determinasi h. Uji T (Uji Parsial) i. Uji F (Uji Simultan) Lampiran 3 Uji Linearitas vii

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kinerja keuangan, posisi keuangan, dan arus kas sebuah perusahaan dilihat dari laporan keuangan perusahaan, yang mana hal ini menjadi perhatian bagi pengguna laporan keuangan seperti investor, kreditor, dan lainnya. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, dan aktivitas operasional perusahaan selama periode tertentu. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan menjadi tolak ukur bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai efektivitas dan efisiensi kinerja dan posisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu, pihak manajemen akan berusaha menyajikan laporan keuangan sebaik mungkin untuk menarik perhatian para pengguna laporan keuangan. Penyajian laporan keuangan terkadang tidak menjamin bahwa informasi yang disampaikan merupakan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, untuk menilai kewajaran sebuah laporan keuangan diperlukan penilaian dari seorang auditor independen dalam memeriksa laporan keuangan. Pemeriksaan laporan keuangan oleh auditor ini bertujuan untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya kecurangan (fraud), sehingga dapat memberikan keyakinan kepada para pengguna laporan keuangan bahwa informasi dalam laporan keuangan yang disajikan perusahaan merupakan keadaan yang sebenarnya dan dapat dipercaya. Istilah fraud (kecurangan) merupakan tindakan yang melawan hukum dengan adanya unsur kesengajaan, yang bertujuan untuk menutupi kesalahan-kesalahan yang 1

18 terjadi (Tuanakotta, 2013). Fraud yang dilakukan pada laporan keuangan dengan memanipulasi laporan keuangan dikenal dengan istilah kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statement). Kecurangan (fraud) ini dapat terjadi di semua jenis perusahaan, baik perusahaan kecil, maupun perusahaan go public yang telah terdaftar di bursa efek dunia, tidak terkecuali di Indonesia (Aprilia, 2017). Berbagai kasus kecurangan laporan keuangan yang terjadi di dunia, seperti kasus Waste Management yang merupakan sebuah perusahaan manajemen pembuangan limbah di Amerika Serikat. Pada tahun 1998 Waste Management melaporkan laba bohong-bohongan (fake earnings) sebesar US$1,7 miliar dan mengecilkan elemen tertentu dari beban pajaknya sebesar US$190 Juta. Selain itu juga ada kasus Enron tahun 2011 yang melakukan penggelembungan laba saat perusahaan sedang mengalami kerugian, sehingga mengakibatkan pemegang saham kehilangan US$74 miliar, ribuan pegawai dan investor kehilangan simpanan hari tua mereka, dan banyak karyawan kehilangan pekerjaan. Tak luput juga kasus ini ikut menyeret Kantor Akuntan Publik ternama pada saat itu yaitu KAP Arthur Andersen. Dalam hal ini KAP Andersen sebenarnya mengetahui kebenaran bahwa Enron melakukan manipulasi laporan keuangan, akan tetapi KAP Andersen tetap mempertahankan Enron sebagai kliennya. Dan pada akhirnya Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron. Setahun kemudian kasus yang sama yaitu penggelembungan aset sebesar US$11 miliar oleh WorldCom sebuah perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi di Amerika. Kasus ini mengakibatkan karyawan kehilangan pekerjaan mereka, dan investor kehilangan $180 miliar investasi mereka (Tuanakotta, 2013). 2

19 Sedangkan kasus kecurangan di Indonesia adalah pada kasus PT Kimia Farma pada tahun 2002 yang melaporkan kelebihan laba bersih sebesar Rp 32,6 Miliar dari laba yang sebenarnya. Pihak manajemen PT Kimia Farma melakukan rekayasa pada laporan keuangan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 Miliar pada unit Industri Bahan Baku, overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 Miliar pada unit Logistik serta overstated persediaan barang senilai Rp 8,1 Miliar dan overstated penjualan Rp 10,7 Miliar pada unit Pedagang Besar Farmasi. Sehingga akibat kasus ini Kementerian BUMN memutuskan menghentikan proses divestasi saham milik Pemerintah di PT Kimia Farma. Selain itu, kasus PT Ades (2004) dimana pihak manajemen baru PT Ades menemukan inkonsistensi pencatatan atas penjualan periode yang dilakukan oleh manajemen lama. Hasil penelusuran menunjukkan untuk setiap kuartal angka penjualan lebih tinggi antara 0,6-3,9 juta galon dibandingkan angka produksi. Hal ini tentu tidak logis, karena tidak mungkin orang menjual lebih banyak dari yang diproduksi. Kesalahan tersebut luput dari pengamatan publik karena PT Ades tidak memasukkan volume penjualan dalam laporan keuangan yang telah diaudit. Akibatnya, laporan keuangan yang disajikan PT Ades pada tahun 2001 dan 2004 lebih tinggi dari yang seharusnya dilaporkan (overstated). Kemudian PT Waskita Karya pada tahun 2009, dimana PT Waskita Karya melakukan manipulasi laporan keuangan dengan mencatat kelebihan penyajian dalam laporan keuangan. Perusahaan mencatat seluruh nilai dalam kontrak sebesar Rp1 Triliun sebagai pendapatan dan mengakui bahwa semua proyek telah selesai dilaksanakan. Namun, keadaan yang sebenarnya perusahaan baru menyelesaikan proyek sebesar Rp300 Miliar selama tiga bulan. Hal ini dilakukan perusahaan untuk mendapatkan kesan seolah-olah perusahaan mengalami keuntungan (Tuanakotta, 2013). 3

20 Fraudulent financial statement terjadi karena adanya motivasi dan dorongan dari berbagai pihak, baik dari dalam perusahaan, maupun dari luar perusahaan. Salah satu faktor terjadinya kecurangan laporan keuangan adalah ketatnya persaingan bisnis pada saat sekarang ini. Berbagai dorongan dan motivasi agar laporan keuangan yang disajikan terlihat baik dan dapat menarik perhatian investor maupun calon investor, manajemen berusaha melakukan berbagai cara untuk menutupi kesalahan-kesalahan dalam operasional perusahaan, dan memanipulasi laporan keuangan. Teknik yang dilakukan dalam memanipulasi laporan keuangan pun beragam, mulai dari mengakali Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU), manajemen laba, hingga melakukan tindakan ilegal yang bertentangan dengan hukum. Salah satu bentuk manipulasi laporan keuangan yaitu melakukan manajemen laba (earning management). Manajemen laba sering dianggap sebuah tindakan yang rasional dan adil secara prinsipal. Karena hal ini dilakukan manajemen terhadap penggunaan dasar akrual penyusunan laporan keuangan. Oleh karena itu, keahlian dan kecerdasan seorang manajemen dituntut untuk memanfaatkan celah dalam pelaporan keuangan, sehingga dengan melakukan earning management perusahaan dapat memperlihatkan kinerja yang baik dalam laporan keuangan. Biasanya manajemen laba akan mudah dilakukan pada perusahaan-perusahaan go public dan berskala besar, serta perusahaan yang memiliki transaksi yang kompleks. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis memilih sampel penelitiannya adalah perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur merupakan jumlah perusahaan yang terbanyak di Bursa Efek Indonesia yang juga memiliki tingkat kompleksitas transaksi yang tinggi, sehingga manajer akan lebih mudah melakukan manipulasi laporan keuangan dengan manajemen laba, dan berkeyakinan bahwa tindakannya tersebut akan sulit terdeteksi. 4

21 Disamping itu, pemilihan perusahaan manufaktur sebagai sampel penelitian karena berdasarkan kasus yang telah disampaikan bahwa manipulasi laporan keuangan atau kecurangan terjadi pada perusahaan manufaktur seperti PT Kimia Farma, dan PT Ades. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya fraud dijelaskan dalam beberapa teori fraud, mulai dari fraud triangle yang diperkenalkan oleh Cressey pada tahun Cressey (1953) mengungkapkan bahwa kecurangan pelaporan keuangan terjadi selalu diikuti oleh tiga kondisi, yaitu tekanan (pressuere), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization). Kemudian berkembang menjadi fraud diamond yang dikemukakan oleh Wolfe and Hermanson tahun 2004, dimana dalam teori ini menambahkan satu elemen kualitatif yang diyakini memiliki pengaruh signifikan terhadap fraud yaitu kapabilitas (capability). Tidak hanya sampai disitu, Crowe (2011) juga turut menyempurnakan teori yang dicetuskan oleh Cressey. Crowe menemukan sebuah penelitian bahwa elemen arogansi (arrogance) juga turut berpengaruh terhadap terjadinya fraud. Penelitian Crowe ini juga memasukkan 3 elemen dari penelitian Cressey dan elemen kompetensi (competence) yang memiliki makna sama dengan kapabilitas (capability), sehingga dalam teori fraud ini terdapat 5 fraud risk factor yaitu; peluang (opportunity), tekanan (pressure), rasionalisasi (rationalization), kompetensi (competence), dan arogansi (arrogance). Model teori fraud disebut sebagai The Crowe s Fraud Pentagon. Beberapa penelitian sebelumnya mengenai fraud telah banyak dilakukan. Namun, penelitian mengenai fraud yang menggunakan teori fraud pentagon masih sedikit sampai saat ini. Disamping itu, secara empiris beberapa penelitian belum memberikan bukti yang lebih spesifik mengenai pendeteksian kecurangan laporan 5

22 keuangan. Untuk itu, pada penelitian ini penulis menggunakan analisis Fraud Pentagon Theory untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan dengan proksi earning management. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam beberapa hal. Penelitian Sihombing (2014) menggunakan analisis Fraud Diamond yang terdiri dari 4 fraud risk factor, yaitu pressure, opportunity, rationalization, and capability untuk mendeteksi fraud pada perusahaan manufaktur yang listing di BEI pada Sedangkan penelitian yang dilakukan Tessa dan Harto (2016), menggunakan Fraud Pentagon yang terdiri dari 5 fraud risk factor, yaitu pressure, opportunity, rationalization, competence, and arrogance untuk mendeteksi fraudulent financial reporting pada perusahaan keuangan dan perbankan yang listing di BEI pada Penelitian ini akan menerapkan Crowe s fraud pentagon theory, karena teori ini merupakan teori terbarukan yang sebelumnya belum banyak digunakan dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan, terutama di Indonesia. Selain itu, indikator yang dipaparkan dalam teori ini lebih lengkap dibandingkan teori-teori sebelumnya yaitu fraud triangle dan fraud diamond. Elemen-elemen dalam Crowe s fraud pentagon theory ini tidak dapat diteliti secara langsung, sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel proksi untuk setiap elemen-elemen pentagon theory. Variabel proksi yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian Sihombing (2014) dan Tessa dan Harto (2016) dengan alasan variabel-variabel tersebut terbukti sudah banyak diuji untuk menjelaskan fraud risk factor dalam teori fraud pada penelitian sebelumnya, sehingga reliabilitasnya lebih dapat dipercaya. Proksi tersebut antara lain; Pressure yang diproksikan dengan financial target, financial stability, dan external pressure; 6

23 Opportunity yang diproksikan dengan ineffective monitoring dan nature of industry; Rationalization yang diproksikan dengan change in auditor dan rationalization; Competence yang diproksikan dengan pergantian direksi perusahaan; dan Arrogance yang diproksikan dengan number of CEO s picture. Penelitian ini dilakukan karena maraknya kasus fraudulent financial statement yang terjadi di Indonesia terutama pada perusahaan manufaktur. Hingga saat ini pun masih sedikit penelitian mengenai kasus kecurangan laporan keuangan dengan menggunakan teori fraud pentagon. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Fraud Pentagon dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode ). 1.2 RUMUSAN MASALAH Beberapa pertanyaan penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Apakah financial target berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan? 2. Apakah financial stability berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan? 3. Apakah external pressure berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan? 4. Apakah ineffective monitoring berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan? 5. Apakah nature of industry berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan? 7

24 6. Apakah change in auditor berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan? 7. Apakah rationalization berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan? 8. Apakah pergantian direksi perusahaan berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan? 9. Apakah number of CEO s picture berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai: 1. Pengaruh financial target dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. 2. Pengaruh financial stability dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. 3. Pengaruh external pressure dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. 4. Pengaruh ineffective monitoring dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. 5. Pengaruh nature of industry dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. 6. Pengaruh change in auditor dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. 7. Pengaruh rationalization dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. 8. Pengaruh pergantian direksi perusahaan dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. 9. Pengaruh number of CEO s picture dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. 8

25 1.4 KONTRIBUSI PENELITIAN Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan lebih luas lagi dalam bidang akuntansi keuangan dan audit yang dalam konteks ini mengetahui bagaimana mendeteksi kecurangan laporan keuangan dengan menggunakan analisis Fraud Pentagon terhadap perusahaan manufaktur yang listing di BEI. 2. Manajemen perusahaan, memberikan pandangan kepada manajemen terhadap tanggung jawabnya kepada investor maupun calon investor. Manajemen juga akan mengetahui bagaimana dampak kecurangan laporan keuangan bagi investor dan kreditor, serta kemungkinan terjadinya pailit akan lebih besar di perusahaan yang melakukan kecurangan laporan keuangan. 3. Investor, dapat melakukan analisis dan penilaian terhadap investasinya di perusahaan tertentu. Diharapkan investor lebih teliti dan kompeten dalam melihat kemungkinan terjadinya kecurangan laporan keuangan. 4. Akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk pengembangan dan perbaikan penelitian di masa yang akan datang. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah mengenai sebab terjadinya fraud dan alasan manajemen melakukan kecurangan laporan keuangan, sehingga diperlukan berbagai metode untuk mendeteksi kecurangan tersebut. Dengan latar belakang tersebut dirumuskan beberapa masalah 9

26 penelitian. Dan selanjutnya pada bab ini juga membahas tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi teori-teori yang melandasi penelitian, serta membahas mengenai beberapa penelitian terdahulu yang membahas bagaimana mendeteksi fraud. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini membahas bagaimana metode penelitian yang dilakukan, mencakup teknik pengumpulan data, variabel penelitian, dan teknik analisis yang digunakan dalam pengujian hipotesa penelitian. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan tentang analisis data dan temuan bukti empiris yang diperoleh. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran yang nantinya akan menjadi acuan bagi penelitian berikutnya. 10

27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI Ada beberapa teori yang melandasi penelitian ini sebagai berikut: Teori Keagenan (Agency Theory) Sebuah perusahaan dapat dilihat sebagai sebuah kontrak (loosely defined) antara pemegang atau pemilik saham dengan pengelola perusahaan seperti yang dijelaskan dalam teori keagenan (agency theory) (Aprilia, 2017). Dalam agency theory yang dikembangkan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling (1976) menjelaskan adanya hubungan agensi antara satu atau lebih individu (sebagai principals), mempekerjakan satu atau lebih individu lainnya (agen) dalam menjalankan operasional perusahaan. Prinsipal atau pemilik modal memiliki akses terhadap informasi-informasi yang berkaitan dengan perusahaan untuk mengambil keputusan, sedangkan pihak manajemen sebagai agen yang memiliki akses dan informasi mengenai operasional perusahaan secara menyeluruh bertanggung jawab menyediakan informasi terhadap prinsipal. Namun, tidak semua informasi akan disajikan manajemen kepada pemegang saham. Keadaan ini disebut asimetri informasi dimana pihak manajemen memiliki informasi yang tidak diketahui pemegang saham. Pada praktiknya manajemen tidak selalu memberikan informasi kepada pemegang saham sesuai kepentingan pemegang saham, sehingga muncullah benturan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham (Aprilia, 2017). Dalam hal ini manajemen bertindak sesuai dengan kepentingannya sendiri dan tidak 11

28 memaksimalkan kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu, akan adanya dorongan bagi manajemen untuk melakukan tindakan kecurangan (fraud). Demi memenuhi kepentingannya sendiri dan agar informasi yang disajikan kepada pemegang saham tetap terlihat baik, maka manajemen akan melakukan manipulasi laporan keuangan, dan menutupi kecurangan-kecurangan yang dilakukan dalam operasional perusahaan. Benturan kepentingan antara prinsipal dan agen ini disebut conflict of interest. Oleh karena itu, perusahaan sebagai agen menghadapi berbagai tekanan (pressure) untuk meningkatkan kinerja perusahaan, dengan alasan peningkatan kinerja ini dijadikan sebagai sebuah pembenaran/ rasionalisasi (rationalization). Manajemen akan memperoleh kesempatan (opportunity) untuk menaikkan laba, jika manajemen memiliki akses yang luas (capability) terhadap informasi operasional perusahaan (Sihombing, 2014). Namun, fraud belum tentu bisa terjadi tanpa dilakukan oleh manajemen yang memiliki keahlian/kompetensi (competence) dalam memahami pengendalian internal, dan memiliki strategi untuk menyamarkan kecurangan. Serta sikap percaya diri dan arogansi (arrogance) yang kuat yang membekali mereka untuk melakukan tindakan kecurangan Konsep Kecurangan (Fraud) Secara sederhana fraud berbeda dengan error. Perbedaan ini terletak pada niatnya. Error merupakan kesalahan yang tidak disengaja, sedangkan fraud mengandung adanya kesengajaan untuk menutupi kesalahan. Sebagai contohnya, jika seseorang tidak sengaja memasukkan data dalam mencatat suatu transaksi, maka hal tersebut disebut error (kesalahan). Tetapi, jika seseorang dengan sengaja memanipulasi laporan keuangan dengan tujuan untuk menarik minat calon investor, maka tersebut 12

29 disebut fraud. Fraud merupakan suatu hal yang sering terjadi di kehidupan seharihari, pemerintahan, dan perusahaan-perusahaan publik. Terkadang fraud jika dilihat sepintas, fraud merupakan jenis penyimpangan yang terkesan sederhana, namun kenyataannya fraud merupakan jenis penyimpangan yang lebih kompleks dari yang terlihat. Menurut Tuanakotta (2013), salah satu definisi fraud sebagai berikut: Any illegal acts characteristized by deceit, concealment or violation of trust. These acts are not dependent upon the application og threats of violence or physical force. Frauds are perpetrated by individuals, and organizations to abtain money, property or servces; to avoid payment or loss of services; to secure personal or business advantage. Definisi tersebut dapat diartikan sebagai berikut (Tuanakotta, 2013): 1. Fraud merupakan perbuatan melawan hukum. 2. Perbuatan yang disebut fraud mengandung unsur kesengajaan, niat jahat, penipuan (deception), penyembunyian (concealment), dan penyalahgunaan kepercayaan (violation of trust). 3. Perbuatan tersebut bertujuan mengambil keuntungan haram (illegal advantage) yang bisa berupa uang, barang/harta, jasa, tidak membayar jasa (contohnya; suap, dan jasa lainnya), atau memperoleh bisnis ( memenangkan tender dan sebagainya). Selain Tuanakotta, definisi fraud yang lain adalah sebagai berikut: 1. Menurut The Association of Certified Fraud Examiner /ACFE (2014) fraud merupakan penggunaan kedudukan seseorang untuk memperkaya diri melalui penyalahgunaan yang disengaja atau kesalahan penggunaan sumber daya seperti aset organisasi. 13

30 2. Menurut Arens et al. (2008) fraud yaitu salah saji atau pengabaian jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan keuangan. 3. Dalam Statement of Auditing Standards No. 99 fraud merupakan tindakan yang disengaja untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang merupakan subjek audit. 4. Menurut Binbangkum, n.d (dalam Sihombing, 2014) fraud yaitu menggunakan sumber daya perusahaan secara tidak wajar dan salah menyajikan fakta untuk memperoleh keuntungan pribadi. Dalam Tuanakotta (2013) ACFE membagi cabang fraud menjadi tiga bagian yang disebut fraud tree (pohon kecurangan). Lihat Gambar

31 Gambar 2.1 Fraud Tree Secara garis besar pohon kecurangan tersebut menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam bentuk skema hubungan kerja beserta ranting dan anak rantingnya. Terdapat tiga cabang utama yaitu: 1. Korupsi (corruption): dalam Tuanakotta (2013), istilah corruption dalam fraud tree tidak mencerminkan makna hukum berdasarkan Undang-undang kita. Korupsi dalam fraud tree ini terbagi dalam empat bagian yaitu: conflict of interest (benturan kepentingan), bribery (penyuapan), illegal 15

32 gratulities (gratifikasi secara ilegal), dan economic extortion (pemerasan ekonomi). 2. Penyalahgunaan aset (asset misappropriation): merupakan pengambilan aset secara ilegal oleh seseorang yang diberi wewenang mengelola aet tersebut. Dalam fraud tree penyalahgunaan aset terbagi menjadi dua bagian, yaitu: cash dan non-cash. 3. Fraudulent statements (kecurangan laporan). Dalam hal ini fraudulent statements terbagi dua, yaitu: financial statements dan non-financial statements. Fraudulent financial statements (kecurangan laporan keuangan) merupakan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan berupa salah saji yang material dalam laporan keuangan dimana hal ini akan merugikan investor dan pengguna laporan keuangan lainnya (Aprilia, 2017). Kecurangan laporan keuangan ini terbagi dua yaitu: kelebihan saji aset atau pendapatan (assets/revenue overstatements), dan kekurangan saji aset atau pendapatan (assets/revenue understatements). Menurut Mary-Jo Kranacher et al. (2011) dalam Aprilia (2017) terdapat tiga unsur dalam kecurangan: 1. Conversion, berarti menipu, merekayasa, membohongi, dan lainnya. Dalam hal ini, kecurangan dimulai dengan adanya niat jahat melakukan manipulasi dan rekayasa atas suatu kondisi demi kepentingan pribadi dan kelompok yang dapat merugikan pihak lain; 2. Concealment, berarti menyembunyikan atau terjadinya penyimpangan. Karena kecurangan merupakan salah satu bentuk kejahatan maka tentunya 16

33 para pelaku tidak ingin diketahui oleh pihak lainnya. Para pelaku akan melakukan nepotisme dan kolusi untuk menyembunyikan kejahatannya. 3. Theft, berarti mengambil kekayaan secara tidak sah. Manipulasi, penipuan, dan rekayasa yang telah dilakukan secara sembunyi-sembunyi tentunya dilakukan dengan tujuan agar mendapatkan keuntungan finansial secara tidak sah Teori Fraud Triangle Konsep Fraud Triangle ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang mahasiswa terpandainya Edwin H. Sutherland yaitu Donald R. Cressey (1953). Cressey melakukan penelitiannya melalui wawancara 200 orang yang dipenjara karena fraud, sehingga membuatnya tertarik pada embezzlers yang disebutnya trust violators atau pelanggar kepercayaan. Ia tertarik khusus kepada hal-hal yang menyebabkan mereka menyerah terhadap godaan melakukan fraud tersebut (Tuanakotta, 2013). Teori Fraud triangle yang dikembangkan Cressey menjawab pertanyaan mengapa orang melakukan kecurangan, atau mengapa kecurangan terjadi. Lihat Gambar 2.2. Gambar 2.2 Fraud Triangle 17

34 Fraud triangle terdiri dari tiga elemen penyebab terjadinya kecurangan seperti gambar diatas yaitu Tekanan (Pressure), Peluang (Opportunity), dan Rasionalisasi (Rationalization) Tekanan (Pressure) Pressure atau tekanan merupakan suatu motivasi atau dorongan untuk melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-lain baik dalam bidang keuangan maupun non-keuangan. Dalam hal keuangan contohnya ada hasrat untuk memiliki barang-barang yang bersifat materi, atau menginginkan kekayaan yang lebih dari yang didapatkan. Tekanan dalam hal non-keuangan seperti ingin dilihat orang lain, meningkatkan pencitraan, kenaikan pangkat, menutupi kesalahan, dan lain-lain. Oleh karena itu, hal tersebut mendorong seseorang untuk melakukan kecurangan. Menurut SAS No. 99 terdapat beberapa kondisi terkait dengan tekanan yang mengakibatkan seseorang untuk melakukan fraud yaitu: 1. Stabilitas keuangan (financial stability) Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Menurut SAS no. 99 dalam Skousen et al. (2009) dijelaskan bahwa manajer menghadapi tekanan untuk melakukan kecurangan dan manipulasi laporan keuangan ketika stabilitas keuangan dan profitabilitas perusahaannya terancam kondisi ekonomi, industri, dan situasi lainnya. Selain itu, bentuk manipulasi pada laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen berkaitan dengan pertumbuhan aset perusahaan. Loebbecke dan Bell dalam Skousen et al. (2009) mengindikasi perusahaan yang mengalami pertumbuhan di bawah rata-rata 18

35 industri, memungkinkan manajemen untuk manipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan prospek perusahaan. Beasley et al. Dalam Skousen et al. (2009) mengatakan salah satu upaya memanipulasi laporan keuangan adalah terkait dengan pertumbuhan aset. Oleh karena itu, rasio perubahan total aset dijadikan proksi pada variabel stabilitas keuangan (financial stability). Skousen et al. (2009) juga membuktikan pendapat tersebut bahwa semakin besar rasio perubahan total aset suatu perusahaan, maka kemungkinan dilakukannya kecurangan laporan keuangan suatu perusahaan semakin tinggi. 2. Tekanan eksternal (external pressure) Skousen et al. (2009) mengatakan sumber tekanan eksternal salah satunya adalah dengan kemampuan perusahaan dalam membayar utang atau memenuhi persyaratan utang. Selain itu, manajer juga dimungkinkan memiliki tekanan untuk mendapatkan tambahan utang atau modal. Sehingga dapat digunakan rasio leverage yaitu debt to asset ratio. Ketika perusahaan memiliki rasio leverage yang tinggi, maka perusahaan tersebut memiliki utang yang besar dan berdampak pada risiko kerugian lebih besar, namun ada kesempatan untuk memperoleh laba yang lebih besar. Sehingga, hal ini berpotensi bahwa manajemen akan melakukan manipulasi laporan keuangan untuk mendapatkan laba yang lebih besar, guna memberikan keyakinan kepada kreditor bahwa mereka mampu membayar utangnya (Annisya, 2016). 3. Target keuangan (financial target) Seseorang manajer melakukan kecurangan karena adanya target keuangan tertentu yang ingin dicapainya. Skousen et al. (2009) mengatakan return 19

36 on total asset (ROA) adalah ukuran kinerja operasional secara luas digunakan untuk menunjukkan seberapa efisien aset telah digunakan. ROA sering digunakan dalam menilai kinerja manajer. Jika target yang diharapkan tidak tercapai, dengan hasil ROA yang diperoleh kecil, maka ada potensi manajemen melakukan manipulasi laporan keuangan untuk memperoleh ROA yang tinggi. Sehingga semakin tinggi ROA suatu perusahaan maka semakin besar kecurangan yang dilakukan perusahaan Peluang (Opportunity) Adanya sebuah peluang memungkinkan seseorang untuk melakukan tindakan kejahatan atau kecurangan (fraud). Peluang dapat terjadi karena pengendalian internal yang lemah, pengawasan manajemen yang kurang baik atau melalui penggunaan posisi. Dengan adanya peluang, para pelaku fraud yakin bahwa aktivitas mereka tidak akan terdeteksi. Pada umumnya, peluang untuk melakukan fraud berdasarkan kedudukan, contohnya manajemen. Pihak manajemen berpotensi besar untuk melakukan fraud dibanding karyawan. Karena manajemen memiliki akses informasi yang lebih luas dibandingkan karyawannya. Namun, patut untuk digaris bawahi bahwa kesempatan untuk melakukan fraud akan selalu ada pada setiap kedudukan. Kegagalan dalam menetapkan prosedur yang memadai untuk kondisi fraud juga mampu meningkatkan keterjadian suatu kecurangan. Menurut Nabila (2013) dari ketiga elemen fraud triangle, peluang memiliki kontrol yang paling atas. Oleh karena itu, dalam mendeteksi adanya aktivitas kecurangan maka perusahaan perlu membangun sebuah proses, prosedur dan kontrol yang efektif. 20

37 Rasionalisasi (Rationalization) Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi merupakan bagian fraud triangle yang paling sulit diukur (Skousen et al., 2009). Karena sikap atau karakter adalah apa yang menyebabkan satu atau lebih individu untuk secara rasional melakukan fraud. Albrecht et al. (2011) dalam Sihombing (2014) mengemukakan bahwa rasionalisasi yang sering terjadi ketika melakukan fraud antara lain: 1. Aset itu sebenarnya milik saya (perpetrator s fraud) 2. Saya hanya meminjam dan akan membayarnya kembali 3. Tidak ada pihak yang dirugikan 4. Ini dilakukan untuk sesuatu yang mendesak 5. Kami akan memperbaiki pembukuan setelah masalah keuangan ini selesai 6. Saya rela mengorbankan reputasi dan integritas saya asal hal itu dapat meningkatkan standar hidup saya Teori Fraud Diamond Fraud diamond merupakan bentuk penyempurnaan dari fraud triangle. Wolfe dan Hermanson (2004) menambahkan satu kondisi dari tiga kondisi yang ditemukan oleh Cressey (1953) dalam Skousen et al. (2009) berupa faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan kecurangan, dengan elemen kemampuan (capability). Sehingga, fraud diamond terdiri dari empat elemen penyebab terjadinya kecurangan. Elemenelemen fraud diamond dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut. 21

38 Gambar 2.3 Fraud Diamond Tiga elemen dari teori fraud diamond yaitu tekanan (pressure), peluang (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization) merupakan elemen dari teori fraud triangle. Sedangkan satu elemen lagi yaitu kemampuan (capability), merupakan elemen tambahan yang diciptakan oleh Wolfe dan Hermanson (2004) sehingga menjadi sebuah teori baru, yaitu fraud diamond. Wolfe dan Hermanson (2004) berpendapat bahwa posisi seseorang dalam organisasi dapat memberikan kemampuan dalam memanfaatkan kesempatan untuk melakukan penipuan. Adapun sifat-sifat yang dijelaskan Wolfe dan Hermanson (2004) terkait elemen kemampuan (capability) dalam tindakan pelaku kecurangan yaitu: 1. Position/function Posisi seseorang dalam organisasi dapat memberikan kemampuan dalam memanfaatkan kesempatan untuk melakukan penipuan. Seseorang yang memiliki jabatan tinggi akan berpengaruh lebih besar atas situasi tertentu atau lingkungan. 2. Brains Kemampuan pemahaman yang tepat dan cerdas yang dimiliki pelaku kecurangan dalam memanfaatkan kelemahan pengendalian internal, fungsi, akses, serta wewenang untuk mendapatkan keuntungan. 22

39 3. Confidence/ ego Pelaku kecurangan memiliki ego yang kuat dan keyakinan bahwa dia tidak akan terdeteksi melakukan kecurangan. ciri kepribadian ini adalah egois, percaya diri, dan sering mencintai diri sendiri. 4. Coercion skills Pelaku kecurangan dapat memaksa orang lain untuk melakukan atau menyembunyikan penipuan. pelaku ini merupakan pribadi yang persuasif dan dapat meyakinkan orang lain untuk bekerja sama dalam penipuan. 5. Effective lying Perilaku kecurangan yang sukses membutuhkan kebohongan yang efektif dan konsisten. Ketika menghindari deteksi, individu harus mampu berbohong meyakinkan, dan harus melacak cerita secara keseluruhan. 6. Immunity to stress Pelaku mampu mengendalikan stress karena menyembunyikan fraud dalam waktu yang lama Teori Fraud Pentagon Pada tahun 2011 muncul teori terbaru mengenai fraud yang dikemukakan oleh Crowe Howarth yaitu Fraud Pentagon Theory atau yang disebut The Crowe s Fraud Pentagon. Teori fraud pentagon merupakan perluasan dari teori fraud triangle yang sebelumnya dikemukakan oleh Cressey, dimana dalam teori ini menambahkan dua elemen fraud lainnya yaitu kompetensi (competence), dan arogansi (arrogance). Elemen-elemen teori fraud pentagon dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut. 23

40 Gambar 2.4 Fraud Pentagon Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen teori fraud pentagon: 1. Arogansi (arrogance) Menurut Crowe (2011) arogansi merupakan sifat kurangnya hati nurani dimana memiliki sifat superioritas atau adanya sifat congkak seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi sehingga mereka yakin bahwa pengendalian internal tidak berlaku untuk dirinya (personal). Menurut Achsin dan Cahyaningtyas (2015) kesombongan ini muncul dari keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan kecurangan dan kontrol yang ada tidak dapat menimpa dirinya sehingga pelaku kecurangan biasanya berpikir bebas untuk melakukan kecurangan tanpa takut adanya sanksi yang menjeratnya. 2. Kompetensi (competence) Kompetensi (competence) dalam teori fraud pentagon ini memiliki makna serupa dengan kemampuan (capability) yang sebelumnya dijelaskan dalam teori fraud diamond oleh Wolfe dan Hermanson (2004). Kompetensi merupakan kemampuan karyawan dalam menembus pengendalian internal dalam perusahaannya, mengembangkan strategi penggelapan yang canggih, 24

41 dan mampu mengendalikan situasi sosial yang mampu mendatangkan keuntungan baginya dengan cara mempengaruhi orang lain agar bekerja sama dengannya (Marks, 2014). 3. Peluang (opportunity) Pengendalian internal yang lemah akan memberikan kesempatan bagi orang yang berniat melakukan kecurangan. Kesempatan ada apabila disertai keyakinan dan tingkat kepercayaan diri pelaku yang tinggi bahwa aktivitas mereka tidak akan terdeteksi. Oleh karena itu, adanya peluang akan memungkinkan seseorang melakukan tindakan kecurangan (fraud). 4. Tekanan (pressure) Tuanakotta (2013) menjelaskan bahwa seseorang melakukan penggelapan uang perusahaan karena adanya tekanan yang menghimpitnya, tekanan itu dapat berupa adanya kebutuhan mendesak yang harus segera diselesaikan (tekanan keuangan) dan hal ini tidak dapat dibagikan kepada orang lain. Masalah tersebut akan ditutup rapat-rapat oleh orang yang bersangkutan, dan menjadi masalah yang non-shareable baginya. 5. Rasionalisasi (rationalization) Rasionalisasi merupakan adanya sebuah pembenaran yang dilakukan untuk menyembunyikan sebuah kecurangan. Pelaku kecurangan biasanya akan mencari berbagai alasan untuk menutupi kesalahan yang dilakukannya Manajemen Laba (Earning Management) Schipper (1989) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. 25

42 Earnings management dilakukan atas intervensi manajemen. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Helay dan Wahlen (1999) menyatakan bahwa manajemen laba bukanlah sekedar menggeser periode pengakuan laba, tetapi mengarah pada upaya manajer untuk memberikan informasi yang salah kepada para stakeholder tentang kinerja perusahaan, sehingga stakeholder mengambil keputusan ekonomi sesuai dengan harapan manajer. Standar Akuntansi Keuangan memberikan fleksibellitas kepada manajemen untuk melakukan pemilihan kebijakan akuntansi. Earnings management diyakini muncul sebagai konsekuensi dari upaya-upaya penyusun laporan keuangan untuk mengatur besaran nilai laba demi kepentingan pribadi dan/atau kepentingan perusahaan. Menurut Scott (2003) dalam Sihombing (2014), motivasi yang mendorong manajemen melakukan earnings management berupa: (1) motivasi bonus, yaitu manajer akan berusaha mengatur laba bersih agar dapat memaksimalkan bonusnya; (2) motivasi kontrak, berkaitan dengan utang jangka panjang, yaitu manajer menaikkan laba bersih untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical default; (3) motivasi politik, aspek politik ini tidak dapat terlepas dari perusahaan, khususnya perusahaan besar dan industri strategis karena aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang banyak; (4) motivasi pajak, untuk menghindari pembayaran pajak yang besar, manajemen akan berusaha meminimalkan laba bersih yang dilaporkan; (5) pergantian CEO (Chief Executive Officer), CEO mendekati masa pensiun akan meningkatkan bonusnya, CEO yang kurang berhasil memperbaiki kinerjanya, dan CEO baru untuk menunjukkan kesalahan dari CEO sebelumnya; (6) penawaran saham perdana (Initial Public Offering- IPO), manajer perusahaan go public melakukan earnings management untuk memperoleh harga yang lebih tinggi 26

43 atas sahamnya dengan harapan mendapatkan respon pasar yang positif terhadap peramalan laba sebagai sinyal dari nilai perusahaan; (7) motivasi pasar modal, misalnya untuk mengungkapkan informasi privat yang dimiliki perusahaan kepada investor dan kreditor. Pola manajemen laba yang umumnya digunakan oleh manajer berupa taking a bath, income minimization, income maximization, dan income smoothing (Dechow, et al., 1995). Tindakan earnings management merupakan dasar terjadinya fraudulent financial statement atau kecurangan laporan keuangan. Cornett et. al (dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007) mengatakan bahwa tindakan manajemen laba telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi secara luas diketahui, antara lain Enron, World Com, dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat. Begitu juga dengan di Indonesia, telah terjadi beberapa kasus yang melibatkan PT. Ades dan PT Kimia Farma Tbk yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi laporan keuangan. Dari beberapa contoh diatas, terdapat indikasi adanya hubungan antara manajemen laba atau earnings management dengan kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statement). Rezaee (2002) berpendapat bahwa kecurangan laporan keuangan sering diawali dengan salah saji atau manajemen laba dari laporan keuangan yang kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya tumbuh menjadi skandal kecurangan secara besar-besaran dan menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan secara material. Earnings management juga tidak dapat secara langsung dapat diamati. Sehingga dibutuhkan suatu proksi untuk dapat mengidentifikasi terjadinya earnings 27

44 management. Dalam beberapa penelitian, discretionary accruals digunakan sebagai proksi untuk earnings management atau manajemen laba. Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung menggunakan Modified Jones Model. Alasan menggunakan model ini karena Modified Jones Model dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model-model lainnya sejalan dengan penelitian Dechow et al. (1995). 2.2 PENELITIAN TERDAHULU Penelitian mengenai kecurangan (fraud) telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Hanya saja penelitian tersebut didominasi oleh penelitian yang menggunakan fraud triangle theory dan fraud diamond theory. Penelitian yang terkait dengan fraud pentagon theory belum banyak dilakukan karena teori ini dianggap masih baru, meskipun sudah dikemukakan sejak tahun Lou dan wang (2009) menguji faktor risiko dari fraud triangle. Dalam penelitiannya Lou dan Wang (2009) menggunakan sebuah model logistik sederhana berdasarkan contoh faktor risiko kecurangan ISA 240 dan SAS 99 untuk mengestimasi adanya kecurangan pelaporan keuangan. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kecurangan pelaporan keuangan berhubungan dengan salah satu kondisi berikut: tekanan keuangan (financial pressure) dari suatu perusahaan atau supervisor perusahaan, rasio tertinggi dari transaksi yang kompleks dalam suatu perusahaan, lebih dipertanyakannya integritas manajemen sebuah perusahaan, atau penurunan hubungan antara perusahaan dan auditornya. Di tahun yang sama Skousen et al. (2009) melakukan penelitian mengenai pendeteksian financial statement fraud menggunakan analisis teori fraud triangle. 28

45 Penelitian tersebut mengembangkan sejumlah variabel menggunakan proksi untuk tekanan, peluang, dan rasionalisasi dengan tujuan untuk menilai efektivitas dari teori Cressey (1953) tentang fraud risk factor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan aset yang cepat, peningkatan kebutuhan uang tunai, dan pembiayaan eksternal yang secara positif berkaitan dengan kemungkinan terjadinya fraud. Kemudian, kepemilikan saham eksternal dan internal serta kontrol dewan direksi juga terkait dengan peningkatan financial statement fraud. Namun, dalam penelitian ini menemukan bahwa ekspansi jumlah anggota independen komite audit berhubungan negatif dengan terjadinya fraud. Penelitian terkait berikutnya dilakukan oleh Dalnial et al. (2014). Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi fraudulent financial reporting menggunakan analisis laporan keuangan. Menurut Dalnial et al. (2014) rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam analisis laporan keuangan dapat mendeteksi adanya kecurangan dalam pelaporan keuangan. Sehingga penelitian ini memberikan sebuah result bahwa leverage, capital turnover, dan aset composition yang digunakan sebagai variabel penelitian ini signifikan dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Pada tahun yang sama (2014) Sihombing dan Rahardjo melakukan penelitian serupa yaitu mendeteksi kecurangan laporan keuangan dengan menggunakan teori yang berbeda. Teori yang digunakan dalam penelitian Sihombing dan Rahardjo (2014) menggunakan teori yang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanso (2004) yaitu teori fraud diamond. Dalam penelitian ini Sihombing dan Rahardjo (2014) menggunakan proksi-proksi dalam setiap elemen dalam teori fraud diamond sebagai variabel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel financial stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset, variabel extenal pressure yang 29

46 diproksikan dengan leverage ratio, variabel nature of industry yang diproksikan dengan rasio perubahan piutang dan variabel rationalization yang diproksikan dengan rasio perubahan total akrual terbukti berpengaruh terhadap financial statement fraud. Namun, penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa variabel financial target yang diproksikan dengan ROA, variabel ineffective monitoring yang diproksikan dengan rasio dewan komisaris independen, variabel change in auditor, dan variabel capability yang diproksikan dengan perubahan direksi tidak memiliki pengaruh terhadap financial statement fraud. Selanjutnya penelitian mengenai kecurangan laporan keuangan dilakukan oleh Tessa dan Harto (2016) dengan menggunakan analisis fraud pentagon theory. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan sektor keuangan yang listed di Bursa Efek Indonesia. Hampir sama dengan penelitian yang dilakukan Sihombing dan Rahardjo (2014), dalam pemilihan variabel penelitian ini, Tessa dan Harto (2016) juga menggunakan proksi-proksi untuk menjelaskan masing-masing elemen dalam fraud pentagon theory. Hasil penelitian tersebut menunjukkan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh secara signifikan dalam mendeteksi fraudulent financial reporting. Terdapat tiga variabel yang berpengaruh signifikan dalam mendeteksi terjadinya fraudulent financial reporting, antara lain financial stability, external pressure, dan frequent number of CEO s picture. Variabel yang berpengaruh tersebut merepresentasikan dua elemen dalam Crowe s fraud pentagon theory yaitu pressure dan arogansi. Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Oktarigusta (2016) mengenai analisis fraud diamond untuk mendeteksi financial statement fraud. Penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Sihombing dan Rahardjo (2014) dimana 30

47 menggunakan proksi-proksi untuk setiap elemen fraud diamond. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua variabel yang berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya kecurangan laporan keuangan yaitu: efektivitas pengawasan yang diproksikan dengan jumlah komisaris independen, dan rasionalisasi yang diproksikan dengan Total Accrual to Total Asset (TATA). Sedangkan variabel lainnya dalam penelitian tersebut yaitu: financial stability, financial pressure, external pressure, nature of industry, dan capability tidak berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya kecurangan laporan keuangan. Meskipun penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Sihombing dan Rahardjo (2014), namun penelitian ini memberikan hasil yang berbeda. Penelitian terkini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Aprilia (2017) mengenai analisis fraud pentagon theory dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya stabilitas keuangan yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset saja yang berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Sedangkan untuk variabel lainnya yaitu politisi CEO, frekuensi kemunculan gambar CEO, kebijakan hutang-piutang meragukan yang tidak diumumkan. Terbatasnya akses informasi entitas bertujuan khusus, efektifitas pengawasan, pergantian ketua auditor internal, tekanan pihak eksternal, kepemilikan manajerial, pergantian kebijakan akuntansi perusahaan, dan opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Berikut disajikan ringkasan penelitian terdahulu pada Tabel

48 Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Peneliti dan No. Tahun Penelitian 1. Lou dan Wang (2009) 2. Skousen et al. (2009) 3. Dalnial et al. (2014) 4. Sihombing dan Rahadjo (2014) Metode Penelitian Menggunakan sebuah model logistik sederhana berdasarkan contoh faktor risiko kecurangan ISA 240 dan SAS Menggunakan analisis teori fraud triangle 2. Mengembangkan variabel yang berfungsi menggunakan ukuran proksi untuk tekanan. kesempatan, dan rasionalisasi serta mengujinya Menggunakan rasio-rasio dalam analisis laporan keuangan 1. Menggunakan sampel 55 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2. Menggunakan proksiproksi dalam menentukan variabelvariabel penelitian Hasil penelitian Mengindikasikan bahwa kecurangan pelaporan keuangan berhubungan dengan salah satu kondisi berikut: tekanan keuangan (financial pressure) dari suatu perusahaan atau supervisor perusahaan, rasio tertinggi dari transaksi yang kompleks dalam suatu perusahaan, lebih dipertanyakannya integritas manajemen sebuah perusahaan, atau penurunan hubungan antara perusahaan dan auditornya. Pertumbuhan aset yang cepat, peningkatan kebutuhan uang tunai, dan pembiayaan eksternal yang secara positif berkaitan dengan kemungkinan terjadinya fraud. Kemudian, kepemilikan saham eksternal dan internal serta kontrol dewan direksi juga terkait dengan peningkatan financial statement fraud. Namun, dalam penelitian ini menemukan bahwa ekspansi jumlah anggota independen komite audit berhubungan negatif dengan terjadinya fraud. Semua variabel seperti leverage, capital turnover, dan aset composition yang digunakan sebagai variabel penelitian ini signifikan dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Variabel financial stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset, variabel extenal pressure yang diproksikan dengan leverage ratio, variabel nature of industry yang diproksikan dengan rasio perubahan piutang dan variabel 32

49 5. Tessa dan Harto (2016) 6. Oktarigusta (2016) 3. Menggunakan analisis fraud diamond dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan 1. Menggunakan teori fradu pentagon 2. Menggunakan proksiproksi dalam setiap elemen fraud pentagon 3. Menggunakan sampel 52 perusahaan dari total 82 perusahaan sektor perbankan yang listed di BEI. 1. Menggunakan proksiproksi dalam menentukan variabelvariabel penelitian 2. Menggunakan analisis fraud diamond dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan rationalization yang diproksikan dengan rasio perubahan total akrual terbukti berpengaruh terhadap financial statement fraud. Namun, penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa variabel financial target yang diproksikan dengan ROA, variabel ineffective monitoring yang diproksikan dengan rasio dewan komisaris independen, change in auditor, dan capability yang diproksikan dengan perubahan direksi tidak memiliki pengaruh terhadap financial statement fraud. Terdapat beberapa variabel yang berpengaruh secara signifikan dalam mendeteksi fraudulent financial reporting. Terdapat tiga variabel yang berpengaruh signifikan dalam mendeteksi terjadinya fraudulent financial reporting, antara lain financial stability, external pressure, dan frequent number of CEO s picture. variable tersebut merepresentasikan dua elemen dalam Crowe s fraud pentagon theory yaitu pressure dan arogansi. Dari semua variabel penelitian terdapat dua variabel yang berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya kecurangan laporan keuangan yaitu: efektivitas pengawasan yang diproksikan dengan jumlah komisaris independen, dan rasionalisasi yang diproksikan dengan Total Accrual to Total Asset (TATA). Sedangkan variabel lainnya dalam penelitian tersebut yaitu: financial stability, financial pressure, external pressure, nature of industry, dan capability tidak berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya kecurangan laporan keuangan. 33

50 Meskipun penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Sihombing dan Rahardjo (2014), namun penelitian ini memberikan hasil yang berbeda. 7. Aprilia (2017) 1. Menggunakan analisis fraud pentagon theory 2. Menggunakan sampel perusahaan yang menerapkan ASEAN Corporate Governance Sorecard Hanya variabel stabilitas keuangan yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset saja yang berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Sedangkan untuk variabel lainnya yaitu politisi CEO, frekuensi kemunculan gambar CEO, kebijakan hutang-piutang meragukan yang tidak diumumkan. terbatasnya akses informasi entitas bertujuan khusus, efektifitas pengawasan, pergantian ketua auditor internal, tekanan pihak eksternal, kepemilikan manajerial, pergantian kebijakan akuntansi perusahaan, dan opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Sumber: Beberapa literatur pendukung. 2.3 KERANGKA PEMIKIRAN Laporan keuangan perusahaan memberikan informasi keuangan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan hendaknya disajikan dengan informasi yang andal dan reliable. Informasi yang disajikan dengan kecurangan dalam laporan keuangan tentunya sudah tidak relevan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan dengan menggunakan analisis pentagon theory yang terdiri dari lima fraud risk factor yang diproksikan dengan earning management. Bentuk kerangka pemikiran yang dapat penulis gambarkan sebagai berikut: 34

51 Pressure (Tekanan): Financial target (H1) Financial stability (H2) External pressure (H3) Opportunity (Peluang): Ineffective monitoring (H4) Nature of industry (H5) Rationalization (Rasionalisasi): Change in auditor (H6) Rationalization dengan TATA (H7) Kecurangan Laporan Keuangan Competence (Kompetensi): Pergantian direksi (H8) Arrogance (Arogansi): Number of CEO s picture (H9) Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran 2.4 PERUMUSAN HIPOTESIS Hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Pengaruh financial target dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Manajer selalu dituntut untuk mencapai target-target tertentu oleh pihak pengguna laporan keuangan, salah satunya target keuangan. Target keuangan tersebut dapat berupa laba atas usaha yang ingin dicapai perusahaan. Oleh karena itu, untuk mencapai laba usaha yang ditargetkan, manajemen akan melakukan berbagai upaya termasuk melakukan kecurangan (fraud). Perbandingan laba terhadap jumlah aset atau Return on Assets (ROA) sering digunakan untuk menunjukkan seberapa efisien aset telah bekerja (Skousen et al., 35

52 2009). ROA merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar return atas jumlah aset yang digunakan perusahaan. ROA aktual yang telah dicapai pada tahun sebelumnya akan digunakan manajemen untuk menetapkan target keuangan pada tahun-tahun berikutnya. Sehingga ROA dapat digunakan dalam menilai kinerja manajemen. Oleh karena itu, ROA digunakan sebagai proksi variabel financial target dalam penelitian ini. Dalam penelitian Skousen et al. (2009) tidak menguatkan bukti bahwa ROA berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Hasil ini juga didukung oleh penelitian Sihombing dan Rahardjo (2014) yang mengatakan bahwa variabel financial target yang diproksikan dengan ROA tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud. Semakin tinggi ROA, maka semakin baik kinerja manajemen, artinya keseluruhan operasi perusahaan telah efektif. Hal ini dapat meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan, sehingga dapat meningkatkan nilai saham. Hanya saja, dalam meningkatkan kinerjanya dengan menargetkan ROA lebih tinggi memungkinkan manajemen melakukan kecurangan laporan keuangan berupa manajemen laba. berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: H 1 keuangan. : Financial target berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan Pengaruh financial stability dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Kondisi perusahaan yang tidak stabil akan menimbulkan tekanan bagi manajemen karena terjadi penurunan kinerja perusahaan dan menghambat aliran dana investasi di tahun mendatang. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu 36

53 memaksimalkan aset yang dimiliki serta tidak dapat menggunakan sumber dana investasi secara efisien (Ratmono dkk, 2014 dalam Annisya, 2016). Menurut SAS No. 99, manajer menghadapi tekanan untuk melakukan kecurangan dan manipulasi laporan keuangan ketika stabilitas keuangan dan profitabilitas perusahaannya terancam kondisi ekonomi, industri, dan situasi lainnya. Loebbecke dan Bell dalam Skousen et al. (2009) mengindikasikan perusahaan yang mengalami pertumbuhan di bawah rata-rata industri, memungkinkan manajemen untuk manipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan prospek perusahaan. Penelitian yang dilakukan Sihombing dan Rahardjo (2014) menunjukkan bahwa financial stability yang diproksikan dengan perubahan total aset (ACHANGE) terbukti berpengaruh terhadap financial statement fraud. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: H 2 keuangan. : Financial stability berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan Pengaruh external pressure dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Skousen et al. (2009) berpendapat bahwa sumber tekanan eksternal salah satunya adalah dengan kemampuan perusahaan dalam membayar utang atau memenuhi persyaratan utang. Selain itu, manajer juga dimungkinkan memiliki tekanan untuk mendapatkan tambahan utang atau modal sebagai sumber pembiayaan eksternal agar tetap kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan pengeluaran pembangunan atau modal. External pressure dihitung menggunakan leverage ratio, yaitu rasio total utang dibagi dengan total aset. 37

54 Leverage ratio menunjukkan seberapa besar utang yang dimiliki perusahaan. Ketika perusahaan memiliki utang yang besar dan memiliki dampak risiko kerugian yang lebih besar maka berpotensi munculnya kecurangan dalam pelaporan dikarenakan perusahaan perlu memiliki laba yang tinggi guna meyakinkan kreditor bahwa mereka mampu membayar utangnya. Manajemen perusahaan juga akan merasa tertekan dengan risiko kredit yang tinggi seiring dengan tingginya rasio leverage yang dimiliki perusahaan. Karena, perusahaan akan semakin sulit untuk mendapatkan tambahan pinjaman dikhawatirkan perusahaan tidak mampu untuk melunasi utangutangnya. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang diajukan: H 3 keuangan. : External pressure berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan Pengaruh ineffective monitoring dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Ineffective monitoring merupakan suatu kondisi dimana tidak adanya keefektifan sistem pengawasan internal yang dimiliki perusahaan. Sehingga, hal ini sangat mempermudah terjadinya sebuah kecurangan. Dewan komisaris bertugas untuk menjamin terlaksananya strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dewan komisaris independen dipercaya dapat meningkatkan efektivitas pengawasan dalam perusahaan, terutama mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, karena dewan komisaris independen itu berdiri sendiri dan tidak dapat dipengaruhi oleh siapapun (Sihombing dan Rahardjo, 2014). Menurut Skousen et al. (2009) perusahaan yang memiliki dewan komisaris independen yang lebih sedikit cenderung melakukan tindakan kecurangan. Hal ini disebabkan kurangnya kontrol dari dewan komisaris 38

55 sehingga manajemen perusahaan dengan mudah melakukan kecurangan. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan yaitu: H 4 : Ineffective monitoring berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Pengaruh nature of industry dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Nature of industry merupakan kondisi ideal suatu perusahaan atau organisasi dalam industri. Salah satu bentuk nature of industry yaitu kondisi piutang perusahaan, dimana perusahaan yang dianggap memiliki kondisi ideal yaitu perusahaan yang memiliki piutang yang lebih sedikit. Skousen et al. (2009) berpendapat bahwa perusahaan yang baik akan menekan dan memperkecil jumlah piutang perusahaan serta memperbanyak penerimaan aliran kas perusahaan. Tingginya nilai piutang terhadap penjualan dalam suatu perusahaan menunjukkan bahwa akun piutang merupakan aset yang memiliki risiko manipulasi yang lebih tinggi (Dalnial et al., 2014). Karena, jika sebuah perusahaan memiliki rasio piutang terhadap penjualan tinggi, maka hal ini memungkinkan bagi manajemen untuk melakukan manipulasi laporan keuangan agar piutang tersebut terlihat lebih kecil. Sehingga, dalam penelitian ini nature of industry diproksikan dengan perubahan rasio piutang terhadap penjualan. Penelitian Sihombing dan Rahardjo (2014) menyatakan nature of industry berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini: H 5 keuangan : nature of industry berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan 39

56 2.4.6 Pengaruh change in auditor dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Change in auditor atau pergantian auditor yang digunakan perusahaan dapat dianggap sebagai sebuah bentuk untuk menghilangkan jejak kecurangan (fraud trail) yang ditemukan oleh auditor sebelumnya. Studi yang dilakukan oleh Stice (1991) dan St Pierre dan Anderson (1984) dalam Sihombing dan Rahardjo (2014) menunjukkan bahwa perubahan auditor dapat terjadi karena alasan yang sah, risiko kegagalan audit dan litigasi berikutnya akan lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun berikutnya. Summer dan Seewny (1998) dalam Sihombing dan Rahardjo (2014) berpendapat bahwa perubahan auditor tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap financial statement fraud. Argumen ini tidak didukung oleh SAS No. 99 atau Albrecht (2002), yang menyarankan perubahan auditor dikaitkan dengan financial statement fraud. Pergantian auditor dapat menjadi salah satu proksi dari rationalization (Skousen et al., 2009). Atas dasar tersebut, maka hipotesis yang dirumuskan: H 6 keuangan. : Change in auditor berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan Pengaruh rationalization dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Rasionalisasi merupakan sebuah bentuk pembenaran yang dilakukan manajemen atas tindak kecurangan yang telah dilakukan. Dalam Sihombing dan Rahardjo (2009) Francis dan Krishnan (1999) dan Vermeer (2003) berpendapat bahwa prinsip akrual berhubungan dengan pengambilan keputusan manajemen dan memberikan wawasan terhadap rasionalisasi dalam pelaporan keuangan. Menurut Skousen et al. (2009), rasionalisasi memiliki penilaian subjektif bagi perusahaan, penilaian dan pengambilan keputusan yang subjektif tersebut tercermin dalam nilai akrual perusahaan. Nilai 40

57 akrual bukan merupakan sebuah nilai yang riil, sehingga manajemen dapat memainkan akrual dalam perusahaan untuk mendapatkan nilai yang diharapkannya, sehingga akrual dapat dijadikan alasan oleh manajemen untuk membenarkan tindakan manipulasi yang dilakukannya. Maka dalam penelitian ini akan menggunakan proksi Total Accrual to Total Assets (TATA) sebagai proksi dari rasionalisasi, dimana Total Accrual to Total Assets merupakan rasio total akrual dalam sebuah perusahaan terhadap total aset. Perhitungan TATA ini menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Beneish (1999). Penelitian Sihombing dan Rahardjo (2014) memberikan bukti bahwa rationalization yang diproksikan dengan TATA berpengaruh terhadap financial statement fraud. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Oktarigusta (2016) yang membuktikan secara empiris bahwa rasionalisasi berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Oleh karena itu, rumusan hipotesis yang diajukan adalah: H 7 keuangan. : Rationalization berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan Pengaruh pergantian direksi dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Menurut Tessa dan Harto (2016) pergantian direksi dipilih sebagai variabel dari salah saru elemen dalam Crowe s fraud pentagon theory, competence. Pergantian direksi diindikasikan mampu menggambarkan kemampuan dalam melakukan manajemen stress. Wolfe dan Hermanson (2004) berpendapat bahwa penipuan tidak akan terjadi tanpa orang yang tepat dengan kemampuan yang tepat untuk melaksanakan setiap detail penipuan. Competence, artinya kemampuan seseorang dalam melakukan tindak kecurangan demi tercapainya tujuan tertentu. Pergantian direksi dapat menjadi suatu upaya perusahaan untuk memperbaiki kinerja direksi sebelumnya. Dengan melakukan 41

58 perubahan susunan direksi ataupun perekrutan direksi baru yang dianggap lebih berkompeten dalam bidangnya, sehingga pergantian direksi juga mengindikasikan suatu kepentingan politik tertentu untuk menggantikan jajaran direksi sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut hipotesis yang dirumuskan adalah: H 8 keuangan : Pergantian direksi berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan Pengaruh number of CEO s picture dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan Number of CEO s picture merupakan jumlah foto CEO yang terpajang dalam laporan tahunan perusahaan. Berdasarkan elemen crowe s fraud pentagon yaitu arrogance, jumlah foto CEO yang terpajang dalam laporan tahunan perusahaan dapat merepresentasikan tingkat arogansi dan superioritas yang dimiliki CEO tersebut. CEO yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu direksi perusahaan dan jajarannya. Menurut Tessa dan Harto (2016) seorang CEO cenderung ingin menunjukkan kepada semua orang akan status dan posisi yang dimilikinya dalam perusahaan karena mereka tidak ingin kehilangan status tersebut. Hal ini sesuai dengan elemen yang dipaparkan Crowe (2011) dimana tingkat arogansi yang tinggi dapat menimbulkan terjadinya fraud karena dengan arogansi dan superioritas yang dimiliki CEO, membuat CEO merasa bahwa kontrol internal apapun tidak akan berlaku terhadap dirinya karena status dan posisi yang dimilikinya. Atas dasar pemikiran tersebut, maka hipotesis yang dirumuskan: H 9 : Number of CEO s picture berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. 42

59 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang berusaha menjelaskan variabel-variabel dengan pengumpulan data-data yang akan diolah untuk melihat pengaruh dari variabel tersebut. Penelitian ini juga merupakan penelitian explanatory, untuk memperoleh kejelasan fenomena yang terjadi di dunia empiris (real world) dan berusaha untuk mendapatkan jawaban (verificative), yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausalitas antara variabel-variabel melalui analisis data dalam rangka pengujian hipotesis (Nurkhin, 2009). 3.2 VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari variabel independen yang merupakan komponen dari fraud pentagon yang diproksikan dengan earning management dengan financial statement fraud. Penelitian ini menganalisis sepuluh variabel yang terdiri dari sembilan variabel proksi independen dan satu variabel dependen. Definisi dan operasional masing-masing variabel sebagai berikut: Variabel Dependen Variabel dependen atau variabel terikat yaitu variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel bebas (Sekaran, 2006). Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud). Menurut Rezaee (2002) kecurangan laporan keuangan seringkali diawali dengan manajemen laba laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material. 43

60 Namun, kelama-lamaan salah saji tidak material tersebut tumbuh dan berkembang menjadi fraud secara besar-besaran. Sehingga, hal ini menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan. Oleh karena itu, manajemen laba (earnings management) dijadikan sebagai proksi kecurangan laporan keuangan penelitian ini dengan menggunakan Nilai Discretionary Accruals dari Modified Jones Model. Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh keuntungan pribadi ataupun perusahaan (Schipper, 1989 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Fischer dan Rosenzweig (1995) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan manajer dengan menyajikan laporan dengan menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan pada unit yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa mempengaruhi profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang. Menurut Scott (2003) dalam Sihombing (2014), manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajemen untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan kebijakan akuntansi tersebut termotivasi dari tujuan efisiensi maupun oportunistik. Manajemen laba bersifat efisiensi apabila manajemen perusahaan berusahaan untuk menambah tingkat transparansi laba dalam mengkomunikasikan hal yang bersifat internal perusahaan. Dan manajemen laba bersifat oportunistik apabila manajemen perusahaan berusaha untuk memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Standar Akuntansi Keuangan memperbolehkan manajer untuk memilih kebijakan akuntansi yang akan digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, salah satunya menggunakan basis akrual. Penggunaan dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. FASB (1978) dalam Andayani (2010) menyatakan bahwa laporan keuangan yang disusun 44

61 berdasarkan akuntansi akrual memberikan keunggulan karena informasi laba perusahaan dan pengukuran komponennya mempunyai indikasi yang lebih baik dibandingkan informasi yang dihasilkan dari akuntansi berbasis kas. Pihak manajer dapat memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan keuntungan atau laba yang diinginkan dalam penggunaan dasar akrual agar memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan nilai atau keuntungan (Halim et. al., 2005). Jumlah akrual yang tercermin dalam penghitungan laba terdiri dari discretionary accruals dan nondiscretionary accruals. Discretionary accruals merupakan komponen akrual yang berasal dari earning management yang dilakukan manajer. Sedangkan nondiscretionary accruals merupakan komponen akrual yang terjadi seiring dengan perubahan aktivitas perusahaan. Manajemen laba diukur dengan discretionary accruals (DACC) yaitu dengan menyelisihkan total accruals (TACC) dan nondiscretionary accruals (NDACC). Penghitungan DACC dalam penelitian ini menggunakan Modified Jones Model. Peneliti memilih Modified Jones Model ini karena model ini dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model-model lainnya sejalan dengan penelitian Dechow et al. (1995). Model perhitungannya sebagai berikut: Untuk mengukur discretionary accruals, terlebih dahulu menghitung total akrual untuk tiap perusahaan i pada tahun t dengan modifikasi Jones yaitu: TAC it = Niit-CFOit...(1) Dimana: TAC it = Total Accruals perusahaan i tahun t Niit = Net Income perusahaan i tahun t CFOit = Cash Flow Operation perusahaan i tahun t 45

62 Nilai total accruals (TAC) diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai berikut: TACit/Ait-1 = β1(1/ait-1)+β2(δrevt/ait-1)+β3(ppet/ait-1)+ε...(2) Dengan menggunakan koefisien regresi diatas, nilai nondiscretionary accruals (NDACC) dapat dihitung dengan rumus: NDACCit = β1(1/ait-1)+β2(δrevt/ait-1-δrect/ait-1)+β3(ppet/ait-1)+ε...(3) Selanjutnya discretionary accruals (DACC) dapat dihitung sebagai berikut: DACCit = TACit/Ait-NDACCit...(4) Dimana: DACCit NDACCit TACit Niit CFOit Ait ΔRevt PPEt ΔRect ε = Discretionary accruals perusahaan i pada tahun t = Nondiscretionary accruals perusahaan i pada tahun t = Total accruals perusahaan i pada tahun t = Net Income perusahaan i pada tahun t = Cash Flow Operation perusahaan i pada tahun t = Total aset perusahaan i pada tahun t = Perubahan pendapatan perusahaan i pada tahun t = Aset tetap perusahaan pada periode t = Perubahan piutang perusahaan i pada tahun t = error Variabel Independen Variabel Independen atau variabel bebas yaitu variabel yang menjelaskan dan mempengaruhi variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini merupakan variabel yang dikembangkan dalam fraud pentagon yaitu: a. Pressure akan dijelaskan dengan financial target diukur dengan Return on Assets (ROA), financial stability di ukur dengan perubahan aset (ACHANGE), dan external pressure diukur dengan rasio Leverage. b. Opportunity akan dijelaskan dengan ineffective monitoring yang diukur dengan rasio komisaris independen dan nature of industry rasio piutang usaha. 46

63 c. Rationalization akan dijelaskan dengan change in Auditor (ΔCPA) yaitu pergantian auditor dan rationalization diukur dengan rasio Total Accrual to Total Assets (TATA). d. Competence akan dijelaskan dengan perubahan/pergantian direksi (DHANGE). e. Arrogance akan dijelaskan dengan number of CEO s picture Financial Targets Financial target merupakan sebuah kondisi dimana perusahaan akan menargetkan besaran tingkat laba yang harus diperoleh atas usaha uang dikeluarkan untuk mendapatkan laba tersebut. Salah satu pengukuran untuk menilai tingkat laba yang diperoleh atas usaha yang dikeluarkan yaitu dengan menggunakan ROA (Return on Assets). ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Perbandingan laba terhadap aset dalam ROA adalah ukuran kinerja operasional yang banyak digunakan untuk menunjukkan seberapa efisien aset telah bekerja (Skousen et al., 2009). Oleh karena itu, ROA dijadikan sebagai proksi untuk variabel financial targets dalam penelitian ini. ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: ROA = Financial Stability Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Ketika financial stability perusahaan berada dalam kondisi terancaman, maka manajemen akan melakukan berbagai cara agar financial 47

64 stability perusahaannya dalam keadaan baik. Penilaian mengenai kestabilan kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari bagaimana keadaan asetnya. Keuangannya agar terlihat stabil (Skousen et al, 2009). Demikian juga setelah perusahaan tersebut mengalami pertumbuhan yang cepat, manajemen akan memanipulasi laporan Dalam hal ini total aset yang menggambarkan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan mempunyai andil dalam menampilkan pertumbuhan yang stabil. Financial stability diproksikan dengan ACHANGE yang merupakan rasio perubahan aset selama dua tahun. ACHANGE dihitung dengan rumus: ACHANGE = External Pressure External pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan pihak ketiga. Untuk mengatasi tekanan tersebut perusahaan membutuhkan tambahan utang atau sumber pembiayaan eksternal agar tetap kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan pengeluaran pembangunan atau modal (Skousen et al., 2009). Kebutuhan pembiayaan eksternal terkait dengan kas yang dihasilkan dari pembiayaan melalui hutang (Skousen et al., 2009). Oleh karena itu external pressure pada penelitian ini diproksikan dengan rasio leverage (LEV). Rasio leverage dihitung dengan rumus: LEV = Ineffective Monitoring Ineffective monitoring merupakan keadaan dimana perusahaan tidak memiliki sistem pengawasan internal yang efektif dalam memantau kinerja perusahaan. Artinya, 48

65 control atau pengawasan dalam perusahaan tidak berjalan dengan baik. Pengawasan independen biasanya dilakukan dengan menempatkan dewan komisaris independen dalam perusahaan. Jumlah dewan komisaris independen menentukan seberapa efektif pengawasan internal perusahaan untuk medeteksi adanya tindakan kecurangan laporan keuangan. Oleh karena itu, penelitian ini memproksikan ineffective monitoring dengan rasio jumlah dewan komisaris independen (BDOUT). Rumus BDOUT sebagai berikut: BDOUT = Nature of Industry Nature of Industry merupakan keadaan ideal suatu perusahaan dalam industri. Summers dan Sweeney (1998) dalam Skousen et al. (2009) mencatat bahwa akun piutang dan persediaan memerlukan penilaian subjektif dalam memperkirakan tidak tertagihnya piutang. Kondisi piutang usaha merupakan suatu bentuk dari nature of industry yang dapat direspon dengan reaksi yang berbeda dari masing-masing manajer perusahaan. Perusahaan yang baik akan berusaha memperkecil jumlah piutang dan memperbanyak penerimaan kas perusahaan. Karena adanya penilaian subjektif terhadap akun piutang, manajemen akan menggunakan akun piutang untuk memanipulasi laporan keuangan. Oleh karena itu, proksi dai nature of industry yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rasio total piutang. Rasio total piutang dihitung dengan rumus: RECEIVABLE = - 49

66 Change in Auditor Change in auditor atau pergantian auditor yang digunakan perusahaan dapat dianggap sebagai suatu bentuk menghilangkan jejak kecurangan (fraud trail) yang ditemukan oleh auditor sebelumnya. Kecenderungan tersebut mendorong perusahaan untuk mengganti auditor independennya guna menutupi kecurangan dalam perusahaan. Oleh karena itu, rationalization diproksikan dalam penelitian ini dengan pergantian auditor independen (ΔCPA) yang diukur menggunakan variabel dummy. Dalam hal ini jika perusahaan terdapat mengganti auditor selama periode maka diberi kode 1, jika sebaliknya, tidak terdapat pergantian auditor selama periode maka diberi kode Rationalization Rasionalisasi merupakan sebuah bentuk pembenaran terhadap penilaian yang bersifat subjektif. Penilaian dan pengambilan keputusan yang subjektif tersebut akan tercermin dari nilai akrual perusahaan (Skousen et al., 2009). Beneish (1999) menjelaskan apabila total akrual lebih tinggi daripada kas maka mengindikasikan adanya kemungkinan manipulasi pendapatan yang tinggi. Oleh karena itu, rationalization akan diproksikan dengan rasio Total akrual (TATA). Rasio total akrual dapat dihitung dengan perhitungan akrual Beneish (1999) yaitu: TATA = Competence Competence atau keahlian yang dimiliki seseorang dalam perusahaan akan mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut melakukan fraud. Wolfe dan Hermansn 50

67 (2004) mengemukakan bahwa perubahan direksi mampu menyebabkan stress period yang berdampak pada semakin terbukanya peluang untuk melakukan fraud. Pergantian direksi dapat menjadi suatu upaya perusahaan untuk memperbaiki kinerja direksi sebelumnya dengan melakukan perekrutan direksi baru yang dianggap lebih berkompeten. Oleh karena itu, penelitian ini memproksikan competence dengan pergantian direksi (DCHANGE) yang diukur dengan variabel dummy dimana jika terdapat pergantian direksi selama periode maka diberi kode 1. Namun, apabila selama periode tidak terdapat pergantian direksi, maka diberi kode Arrogance Tesssa dan Harto (2016) meneliti bahwa salah satu pengukuran arogansi bisa dilihat dari jumlah gambar CEO yang terpajang dalam laporan tahunan perusahaan. Banyaknya gambar CEO yang terpajang dalam sebuah laporan tahunan perusahaan dapat mempresentasikan tingkat arogansi dan superioritas yang dimiliki CEO tersebut. Oleh karena itu, arrogance diproksikan dengan jumlah gambar CEO dalam laporan tahunan perusahaan. Dalam penelitian ini, jumlah gambar CEO (CEO s picture) diukur menggunakan total foto CEO yang terpajang dalam laporan tahunan. 3.3 POPULASI DAN SAMPEL Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun Dipilihnya satu kelompok industri yaitu perusahaan manufaktur sebagai populasi untuk menghindari bias yang disebabkan oleh efek industri (industrial effects) (Muhammad, 2012). Selain itu, perusahaan manufaktur cenderung memiliki karakteristik akrual yang hampir sama, 51

68 serta data laporan keuangan manufaktur lebih reliable dalam penyajian akun-akun laporan keuangan seperti aset, liabilitas, penjualan, dan lain-lain (Halim, dkk., 2005). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode nonrandom atau purposive sampling. Artinya, populasi yang akan dijadikan sampel yaitu keseluruhan populasi yang memenuhi kriteria sampel penelitian yang telah ditentukan. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah: 1. Perusahaan manufaktur yang go public terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode Perusahaan mempublikasikan laporan tahunan yang telah diaudit dalam website perusahaan atau website BEI selama periode yang dinyatakan dalam Rupiah. 3. Perusahaan tersebut tidak didelisting BEI selama periode Tersedianya semua data-data yang berkaitan dengan variabel penelitian secara lengkap (data tersebut tersedia secara keseluruhan pada publikasi selama periode ). 3.4 JENIS DAN SUMBER DATA Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder yang digunakan adalah laporan tahunan perusahaan manufaktur yang listing di BEI selama , dimana laporan tahunan tersebut diperoleh dari website perusahaan atau website BEI yaitu Keseluruhan data baik untuk variabel dependen maupun variabel independen diperoleh dari laporan tahunan perusahaan. 52

69 3.5 METODE PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen berupa laporan tahunan perusahaan periode , studi pustaka atau literatur berupa buku, jurnal-jurnal, artikel-artikel, situs internet, serta data-data terkait lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini. 3.6 ANALISIS DATA Metode analisis data ini digunakan untuk mendapatkan keyakinan dalam mengolah data sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Adapun, metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Analisis Data Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian ini. Analisis ini akan menghasilkan rata-rata (mean), nilai maksimal (maximum), nilai minimal (minimum), dan standar deviasi untuk mendeskripsikan variabel penelitian. Sehingga penelitian ini mudah dipahami secara kontekstual oleh pembaca Uji Asumsi Klasik Untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak atau tidak, maka persamaan regresi harus memenuhi asumsi klasik (Damara, 2012). Sebuah parameter penelitian yang baik adalah tidak bias, efisien, dan konsisten serta terhindar dari penyimpangan klasik. Untuk mendeteksi penyimpangan tersebut maka dilakukan uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi. 53

70 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi data yang normal atau tidak (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Caranya adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal. Jika distribusi data adalah normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal. Adapun cara analisis yang dilakukan adalah dengan menggunakan grafik normal plot, dimana : a) Jika penyebaran data mengikuti garis normal, maka data berdistribusi normal. b) Jika penyebaran data tidak mengikuti garis normal, maka data distribusi tidak normal. Menurut Ghozali (2013) untuk melihat normalitas data penelitian ini juga menggunakan analisis statistik non parametrik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2013). Salah satu untuk mengetahui ada/tidaknya multikolonieritas ini adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak 54

71 dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Kriteria pengambilan keputusan dengan nilai tolerance dan VIF adalah sebagai berikut: a. Jika nilai tolerance 0,10 atau nilai VIF 10, berarti tidak terjadi multikolonieritas. b. Jika nilai tolerance 0,10 atau nilai VIF 10, berarti terjadi multikolonieritas Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak konstan pada regresi sehingga akurasi hasil prediksi menjadi meragukan. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menggambarkan nilai hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentized delete residual nilai tersebut. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model. Dasar analisis heteroskedastisitas (Ghozali, 2013): a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. 55

72 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Dengan kata lain, masalah ini seringkali ditemukan apabila menggunakan data runtut waktu. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah uji statistik run test. Suatu persamaan regresi dikatakan terbebas autokorelasi jika hasil uji statistik run test-nya tidak signifikan atau diatas 0.05 (Ghozali, 2013) Analisis Regresi Linear Berganda Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Analisis linear berganda digunakan untuk manguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Hubungan antara discretionary accruals dan proksi fraud pentagon diuji mengacu kepada model Skousen et.al (2009) dengan model regresi sebagai berikut: DACCit =ß0+ß1ROA+ß2ACHANGE+ß3LEV+ß4BDOUT+ß5RECEIVABLE+ ß6 CPA+ß7TATA+ß8DCHANGE+ß9CEOPIC+ε Dimana : ß0 : Koefisien regresi konstanta ß1,ß2,ß3,ß4,ß5,ß6,ß7,ß8,ß9 : Koefisien regresi masing-masing proksi DACCit : Discretionary accruals perubahan i pada tahun t ROA : Return on Assets ACHANGE : Rasio perubahan total aset LEV : Rasio total kewajiban per total aset BDOUT : Rasio dewan komisaris independen 56

73 RECEIVABLE CPA TATA DCHANGE CEOPIC ε : Rasio perubahan piutang : Pergantian auditor independen : Rasio total akrual per total aset : Pergantian Direksi : Jumlah foto CEO : Error term Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Semakin besar nilai koefisien determinasi berarti semakin besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai koefisien determinasi berarti semakin kecil kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen atau sangat terbatas. Nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai adjusted R Square bukan R Square dari model regresi karena R Square bias terhadap jumlah variabel dependen yang dimasukkan ke dalam model, sedangkan adjusted R Square dapat naik turun jika suatu variabel independen ditambahkan dalam model (Ghozali, 2013) Pengujian Hipotesis Uji T (Uji Parsial) Pengujian untuk mengetahui kemampuan variabel independen dalam menjelaskan perilaku variabel dependen dengan uji statistik t. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikansi level 0,05 (alpha = 5%). Penolakan atau penerimaan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: 1) Jika signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. 57

74 2) Jika signifikansi < 0,05 maka hipotesis tidak dapat ditolak (koefisien regresi signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen Uji Simultan (Uji F) Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Pengujian dilakukan dengan significance level 0,05 (α=0,05). Kriteria pengambilan keputusan untuk menguji hipotesis ini yaitu: a. Jika signifikan > 0,05, maka hipotesis ditolak. Artinya, secara simultan semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. b. Jika signifikan < 0,05, maka hipotesis diterima. Artinya, secara simultan semua variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. 58

75 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI SAMPEL PENELITIAN Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013 sampai Alasan pemilihan perusahaan sektor manufaktur karena perusahaan tersebut merupakan sektor perusahaan dengan jumlah terbesar dari seluruh sektor-sektor industri yang listing di BEI, serta perusahaan manufaktur memiliki kompleksitas transaksi yang tinggi, sehingga manajemen akan memanfaatkan celah-celah dari kompleksitas transaksi tersebut untuk melakukan manipulasi laporan keuangan. Di samping itu, kasus-kasus kecurangan laporan keuangan yang dilakukan dengan earning management juga banyak terjadi pada perusahaan manufaktur. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Sampel penelitian yang dipilih yaitu perusahaan-perusahaan yang menerbitkan annual report dan laporan keuangan pada situs BEI, dan laporan keuangan yang disajikan dalam mata uang Rupiah. Berdasarkan metode purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 344 perusahaan manufaktur sebagai berikut: 59

76 Tabel 4.1 Seleksi Sampel penelitian Tahun Data Total Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Jumlah perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan annual report dan laporan keuangan (26) (31) (33) (33) (123) secara lengkap Jumlah perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan (24) (24) (24) (25) (97) keuangan dalam dollar Total penelitian Sumber : data yang diolah 4.2 ANALISIS DATA Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda. Dalam analisis regresi berganda, ada tiga bagian analisis data yang dilakukan, yaitu analisis statistik deskriptif, pengujian asumsi klasik, dan uji hipotesis. Analisis statistik deskriptif menggambarkan variabel dependen discretionary accrual (DACC) berdasarkan Modified Model Jones dan sembilan variabel independen dimana merupakan proksi dari teori fraud pentagon yang diduga berpengaruh terhadap variabel dependen. Selanjutnya pengujian asumsi klasik dan ketiga, uji hipotesis berdasarkan pengujian yang digunakan secara parsial (uji t) dan pengujian secara simultan (uji F) serta penyajian perhitungan koefisien determinan (R 2 ) yang bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen discretionary accrual (DACC) Analisis Statistik Deskriptif Berikut ini merupakan tabel analisis statistik deskriptif yang memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi dari nilai variabel yang diuji. 60

77 Tabel 4.2 Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation DACC 318 -,19,19 -,0001,06589 ROA 318 -,24,66,0706,10430 ACHANGE 318 -,48,80,1134,17482 LEV 318,04,92,4348,20870 BDOUT 318,00,80,3867,14088 RECEIVABLE 318-2,53,60 -,0055,16686 ΔCPA 318,00 1,00,1132,31735 TATA 318 -,81,72 -,0071,11766 DCHANGE 318,00 1,00,4748,50015 CEOPIC 318,00 4,00 1,0314 1,01361 Valid N (listwise) 318 Sumber: data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel diatas N yang tertulis adalah 318 data. Hal ini disebabkan oleh adanya 26 data outlier yang harus penulis hapus dalam penelitian ini. Data outlier tersebut diperoleh berdasarkan analisa casewise diagnostics. Sehingga dari total 344 sampel, diperoleh 318 data yang bebas dari data-data outlier. Tabel diatas menggambarkan deskripsi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Minimum yaitu nilai terkecil dari suatu rangkaian pengamatan, maksimum yaitu nilai terbesar dari suatu rangkaian pengamatan, mean (rata-rata) yaitu hasil penjumlahan nilai seluruh data dibagi banyak data, serta standar deviasi merupakan akar dari jumlah kuadrat dari selisih nilai data dengan rata-rata dibagi banyaknya data. Adapun penjelasan dari tabel statistik deskriptif diatas yaitu: 1. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu discretionary accrual (DACC) yang dihitung berdasarkan Modified Model Jones. Berdasarkan tabel diatas DACC memiliki rata-rata sebesar -0,0001. Hal ini berarti bahwa rata-rata 61

78 perusahaan yang melakukan diskresioner akrual setiap tahunnya sebesar - 0,0001 dari total akrual dalam laporan keuangan yang diterbitkan. Indeks perusahaan yang melakukan diskresioner akrual terkecil yaitu PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk (DAJK) sebesar -0,19. Sedangkan indeks perusahaan yang melakukan diskresioner akrual terbesar yaitu PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) sebesar 0,19. Data ini menunjukkan bahwa rata-rata diskresioner akrual dalam laporan keuangan perusahaan masih rendah. Standar deviasi menunjukkan angka 0,6589, dimana angka ini lebih besar dari nilai rata-rata yang berarti bahwa penyebaran data tidak secara merata. 2. Variabel Independen a. Financial Target Variabel financial target diukur menggunakan ROA, dimana dari total 318 perusahaan manufaktur memilki ROA rata-rata sebesar 0,0706. Hal ini berarti bahwa efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba bersih hingga 0,0706 dari total aset yang dimiliki perusahaan. Nilai ROA terkecil diperoleh sebesar -0,24 yang dimiliki oleh PT Dwi Aneka Jaya Keamsindo Tbk (DAJK) pada tahun Hal ini berarti bahwa PT Dwi Aneka Jaya Keamsindo Tbk mengalami kerugian sebesar -0,24 dari total aset yang dimiliki selama tahun Selanjutnya ROA terbesar dimiliki oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) sebesar 0,66 pada tahun Artinya, sebesar 66% dari total aset yang dimiliki PT Multi Bintang Indonesia Tbk merupakan laba bersih yang telah diperoleh perusahaan. Standar deviasi ROA menunjukkan angka 0,10430 yang menunjukkan angka tersebut lebih besar dari angka rata-rata. Hal ini menggambarkan bahwa data tidak menyebar secara merata karena ada beberapa data yang 62

79 memiliki nilai terlalu tinggi dan beberapa lainnya memiliki data yang terlalu rendah. b. Financial Stability Variabel financial stability diukur menggunakan rasio perubahan total aset selama dua tahun. Rata-rata rasio perubahan aset (ACHANGE) dari 318 perusahaan manufaktur menunjukkan angka 0,1134. Hal ini berarti bahwa perubahan aset perusahaan memiliki kenaikan sebesar 11,34% dari total aset perusahaan setiap tahunnya. Nilai rasio perubahan total aset terendah dimiliki PT Yana Prima Hasta Persada Tbk (YPAS) sebesar -0,48 di tahun Artinya, PT Yana Prima Hasta Persada Tbk mengalami penurunan aset sebesar 48% tahun 2014 dari total aset tahun Sedangkan, nilai rasio perubahan aset tertinggi diperoleh oleh PT Ekadharma International Tbk (EKAD) senilai 0,80 pada tahun Hal ini berarti bahwa aset PT Ekadharma International Tbk mengalami kenaikan sebesar 80% pada tahun 2016 dari total aset ahun Standar deviasi menunjukkan angka 0, Nilai standar deviasi lebih besar dari nilai rata-rata yang berarti bahwa data tidak menyebar secara merata. c. External Pressure Variabel external pressure yang diukur dengan rasio leverage perusahaan memiliki rata-rata sebesar 0,4348. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sampel penelitian ini rata-rata memiliki liabilitas lebih kecil dari total aset perusahaan. Nilai leverage terkecil sebesar 0,04 yang dimiliki PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) tahun Hal ini berarti bahwa PT Jaya Pari Steel hanya memiliki liabilitas sebesar 4% dari total aset di tahun Sedangkan nilai leverage terbesar dimiliki oleh PT Tirta Mahakam 63

80 Resources Tbk (TIRT) sebesar 0,92. Artinya, PT Tirta Mahakam Resources memiliki liabilitas sebesar 92% dari total asetnya tahun Standar deviasi leverage menunjukkan angka 0, Nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-rata yang berarti bahwa tidak terjadi begitu banyak penyimpangan dalam data penelitian ini. d. Ineffective Monitoring Variabel ineffective monitoring diukur dengan menggunakan rasio dewan komisaris independen (BDOUT). Rasio dewan komisaris independen perusahaan sampel memiliki rata-rata senilai 0,3867. Artinya, rata-rata perusahaan sampel memiliki dewan komisaris independen sebesar 38,67% dari total dewan komisaris yang ada dalam perusahaan. Rasio dewan komisaris terendah sebesar 0,00 dimiliki oleh PT Alaska Industrindo Tbk (ALKA), PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW), PT Panasia Indo Resources Tbk (HDTX), PT Multi Prima Sejahtera Tbk (LPIN), PT Lion Metal Works Tbk (LION), dan PT Trias Sentosa (TRST). Artinya perusahaanperusahaan tersebut tidak memiliki dewan komisaris independen dalam perusahaan. Nilai rasio dewan komisaris independen tertinggi sebesar 0,80 dimiliki oleh PT Suparma Tbk (SPMA) dan PT Unilever Indonesia (UNVR). Hal ini menunjukkan bahwa 80% dari total dewan komisaris perusahaan tersebut merupakan dewan komisaris independen. Standar deviasi menunjukkan angka 0,14088 (lebih kecil dari rata-rata), artinya data menyebar secara merata. e. Nature of Industry Nature of industry yang diukur menggunakan rasio perubahan piutang perusahaan (RECEIVABLE) memiliki rata-rata sebesar -0,0055. Hal ini 64

81 berarti bahwa rata-rata piutang perusahaan sampel mengalami perubahan senilai -0,0055 dari perubahan penjualan perusahaan. Nilai rasio terkecil senilai -2,53 diperoleh PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) tahun 2014 yang berarti bahwa perusahaan mengalami penurunan piutang sebesar -2,53 dari perubahan penjualan tahun Dan nilai rasio terbesar juga diperoleh PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) Tbk pada tahun 2015 dengan nilai sebesar 0,60. Standar deviasi sebesar 0,16686 yang menunjukkan nilai lebih besar dari rata-rata. Hal ini berarti bahwa data penelitian tidak menyebar secara merata. f. Change in auditor Change in auditor atau pergantian auditor dari jumlah data 318 perusahaan memiliki rata-rata sebesar 0,1132. Hal ini menunjukkan bahwa dari total 318 perusahaan sampel memiliki frekuensi terjadi pergantian auditor eksternal senilai 11,32% dengan standar deviasi memiliki nilai yang cukup besar yaitu sebesar 0, Nilai terendah yaitu 0 dan nilai tertinggi yaitu 1 dimana dalam pengukuran variabel ini penulis menggunakan variabel dummy. g. Rationalization Rationalization yang diukur menggunakan rasio total accrual to total assets (TATA) memiliki rata-rata senilai -0,0071. Hal ini menunjukkan bahwa total akrual perusahaan sampel lebih kecil dari total aset yang dimiliki perusahaan. Nilai TATA terendah yang diperoleh yaitu -0,81 pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) tahun Sedangkan nilai TATA tertinggi juga dimiliki MLBI senilai 0,72 tahun Standar 65

82 deviasi TATA menunjukkan angka 0,11766 (lebih besar dari rata-rata), artinya data yang diperoleh tidak menyebar secara merata. h. Competence Variabel competence diproksikan dengan pergantian direksi (DCHANGE) dengan jumlah data 318 memiliki nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 1 (menggunakan variabel dummy). Rata-rata pergantian direksi menunjukkan nilai sebesar 0,4748 yang berarti bahwa turnover direksi dari data perusahaan yang terkumpul cukup tinggi sebesar 47,48% dengan standar deviasi yang cukup besar senilai 0, i. Arrogance Variabel arrogance yang diproksikan dengan jumlah foto CEO yang terpajang (CEOPIC) memiliki rata-rata sebesar 1,0314. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah foto CEO yag terpajang dalam laporan tahunan perusahaan cukup banyak. Variabel CEOPIC ini dihitung menggunakan skala interval dengan nilai kelas tertinggi yaitu 4 yang dimilki oleh PT Ricky Putra Globalindo (RICY). Dimana range untuk kelas tertinggi terdapat jumlah foto CEO antara foto yang terpajang. Sedangkan kelas interval terendah yaitu 0, dimana tidak ada foto CEO yang terpajang dalam laporan tahunan perusahaan. Perusahaan yang tidak memajang foto CEO dalam laporan tahunan yaitu PT Akasha Wira International Tbk (ADES), PT Alkindo Industrindo Tbk (ALDO), PT Alumindo Light Metal Industry Tbk (ALMI), PT Asashimas Flat Glass Tbk (AMFG), PT Ekadharma International Tbk EKAD), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofarma Tbk (INAF), PT Intan Wijaya International Tbk (INCI), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT 66

83 Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Jaya Pari Stel Tbk (JPRS), PT Kedaung Indah Can Tbk (KICI), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), PT Mulia Industrindo (MLIA), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Sierad Produce Tbk (SIPD), PT Sekar Bumi Tbk (SKBM), PT Sekar Laut Tbk (SKLT), PT Suparma Tbk (SPMA), PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB), PT Indo Acitama Tbk (SRSN), PT Star Petrochem Tbk (STAR), PT Tunas Alfin Tbk (TALF), PT Mandom Indonesia Tbk (TCID), PT Tirta Mahakam Resources Tbk (TIRT), PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO), PT Trisula International Tbk (TRIS), PT Trias Sentosa Tbk (TRST), PT Tempo Scan Pasific Tbk (TSPC), PT Nusantara Inti Corpora Tbk (UNIT), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Ultra Jaya Milk Industry and Company Tbk (ULTJ), PT Voksel Electric Tbk (VOKS), PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM), dan PT Yana Prima Hasta Persada Tbk (YPAS). Standar deviasi menunjukkan angka 1,02049 yaitu nilai tersebut lebih kecil dari rata-rata Hasil Pengujian Asumsi Klasik Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel idnependen memiliki distribusi data yang normal atau tidak (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan P-Plot Test. Yaitu dengan melihat penyebaran titik pada sumbu diagonal dari grafik normal. Sebuah model regresi yang memiliki distribusi normal yaitu jika data menyebar disekitar garis 67

84 diagonal dan mengikuti arah diagonalnya. Jika penyebaran titik tidak mengikuti sumbu diagonal grafik normal, maka model regresi tersebut tidak terdistribusi secara normal. Berikut adalah hasil uji normalitas data dalam penelitian ini: Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Sumber : data diolah Berdasarkan grafik normalitas diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, hal ini menunjukkan bahwa model regresi layak digunakan dalam penelitian ini, karena memenuhi asumsi normalitas. Hal ini juga diperkuat dengan uji ormalitas menggunakan One-Sampel Kolmogrov-Smirnov Test. Berikut hasil uji normalitas menggunakan One-Sampel Kolmogrov-Smirnov Test: 68

85 Tabel 4.3 Hasil Uji One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 318 Normal Parameters a,b Mean, Std. Deviation, Most Extreme Differences Absolute,047 Positive,034 Negative -,047 Kolmogorov-Smirnov Z,840 Asymp. Sig. (2-tailed),480 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Pengolahan data SPSS 21 Dari tabel diatas, dapat dilihat nilai signifikasinya atau Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,480 yang menunjukkan bahwa nilai signifikan > 0,05. Dengan demikian nilai residualnya terdistribusi secara normal, sehingga menunjukkan bahwa penelitian ini dinyatakan telah memenuhi kriteria uji normalitas Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (indpenden). Model regresi yang baik seharusnya tidak tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2013). Salah satu cara untuk mengetahui ada/tidaknya multikolonieritas ini adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Model dinyatakan bebas dari gangguan multikolonieritas jika mempunyai nilai VIF 10 atau tolerance 0,1. Berikut adalah hasil uji multikolonieritas dalam penelitian ini: 69

86 Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficients a Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics Coefficients Coefficients B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant),011,014,831,407 ROA -,028,038 -,044 -,728,467,809 1,236 ACHANGE,076,021,201 3,599,000,933 1,072 LEV -,050,018 -,160-2,771,006,874 1,145 1 BDOUT,033,027,071 1,255,210,906 1,104 RECEIVABLE -,025,022 -,063-1,138,256,942 1,061 ΔCPA -,027,012 -,131-2,347,020,938 1,066 TATA,043,030,076 1,399,163,985 1,016 DCHANGE -,018,007 -,138-2,530,012,975 1,026 CEOPIC,003,004,043,781,435,972 1,029 a. Dependent Variable: DACC Sumber : Pengolahan data SPSS 21 Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa hasil uji multikolonieritas menunjukkan nilai tolerance di atas 0,1 dan nilai variance inflation factor (VIF) di bawah 10 untuk setiap variabel. Nilai VIF yang dihasilkan untuk financial targets (ROA), financial stability (ACHANGE), external pressure (LEV), ineffective monitoring (BDOUT), nature of industry (RECEIVABLE), change in auditor (ΔCPA), rationalization (TATA), competence (DCHANGE), dan arrogance (CEOPIC) berada pada rentang 1,0-1,2. Dan nilai tolerance untuk kesembilan variabel independen tersebut diatas berada pada rentang 0,8-0,9. Berdasarkan hasil uji multikolonieritas, dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen dalam model regresi tidak terdapat korelasi antara variabel yang satu dengan lainnya, sehingga variabel independen tersebut layak digunakan dalam penelitian ini. 70

87 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan memplotkan grafik antara SRESID dengan ZPRED dimana gangguan heteroskedastisitas akan tampak dengan adanya pola tertentu pada grafik. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut hasil uji heteroskedastisitas dari penelitian ini: Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Pengolahan data SPSS 21 Berdasarkan grafik scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga layak dipakai untuk memprediksi DACC berdasarkan masukan variabel independen 71

88 financial targets, financial stability, external pressure, ineffective monitoring, nature of industry, change in auditor, rationalization, competence, dan arrogance Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah uji statistik run test. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis). Suatu persamaan regresi dikatakan tidak terjadi autokorelasi apabila hasil run test-nya tidak siginifikan atau diatas 0,05. Berikut hasil uji run test dalam penelitian ini: Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Runs Test Unstandardized Residual Test Value a -,00042 Cases < Test Value 159 Cases >= Test Value 159 Total Cases 318 Number of Runs 145 Z -1,685 Asymp. Sig. (2-tailed),092 a. Median Sumber: Pengolahan data SPSS 21 72

89 Hasil output SPSS berdasarkan tabel diatas menunjukkan nilai signifikan atau Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,092. Nilai siginfikan tersebut berada diatas 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa residual terdapat random atau tidak terjadi autokorelasi dalam model regresi, sehingga model regresi layak digunakan dalam penelitian Analisis Regresi Berganda Analisis linear berganda digunakan untuk manguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil uji linearitas (Lampiran 3) memberikan hasil bahwa variabel independen yang memiliki hubungan linear terhadap variabel dependen DACC yaitu variabel financial stability. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan linearity untuk ACHANGE (proksi variabel financial stability) menunjukkan angka 0,006. Sedangkan variabel lainnya tidak memiliki hubungan linear Hasil Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai adjusted R Square, bukan R Square dari model regresi, karena R Square bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model. Sedangkan Adjusted R Square dapat naik turun jika variabel independen ditambahkan dalam model (Ghozali, 2013). Berikut hasil uji koefisien determinasi dalam penelitian ini: 73

90 Tabel 4.6 Koefisien Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1,322 a,104,077, ,704 a. Predictors: (Constant), CEOPIC, RECEIVABLE, LEV, DCHANGE, TATA, BDOUT, ACHANGE, ΔCPA, ROA b. Dependent Variable: DACC Sumber: Pengolahan SPSS 21 Hasil output SPSS pada tabel 4.6 diatas menunjukkan besarnya adjusted R Square adalah 0,077. Hal ini berati bahwa 7,7% variasi DACC dapat dijelaskan oleh variasi kesembilan variabel independen financial targets, financial stability, external pressure, ineffective monitoring, nature of industry, change in auditor, rationalization, competence, dan arrogance. Sedangkan sisanya 92,3% (100%-7,7%) dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang tidak dijelaskan dalam model penelitian Hasil Uji T (Uji Parsial) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Jika nilai probabilitas t lebih kecil dari 0,05, maka H 1 diterima dan H 0 ditolak, sedangkan jika nilai probabilitas t lebih besar dari 0,05, maka H 0 diterima dan H 1 ditolak. Berikut hasil perhitungan uji t: 74

91 Tabel 4.7 Hasil Uji t (Uji Parsial) Coefficients a Model Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant),011,014,831,407 ROA -,028,038 -,044 -,728,467 ACHANGE,076,021,201 3,599,000 LEV -,050,018 -,160-2,771,006 1 BDOUT,033,027,071 1,255,210 RECEIVABLE -,025,022 -,063-1,138,256 ΔCPA -,027,012 -,131-2,347,020 TATA,043,030,076 1,399,163 DCHANGE -,018,007 -,138-2,530,012 CEOPIC,003,004,043,781,435 a. Dependent Variable: DACC Sumber: Pengolahan data SPSS 21 a. Hasil Uji Hipotesis 1 Hipotesis pertama dalam penelitian ini yaitu financial target berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Financial target yang diproksikan dengan ROA dan kecurangan laporan keuangan yang diproksikan dengan DACC. Pengujian hipotesis pertama ini menguji apakah financial target berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel financial target memiliki hasil uji dengan nilai t sebesar -0,728 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,467. Tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari α=0,05 yang berarti H 1 ditolak. Sehingga dapat dikatakan secara parsial variabel financial target tidak berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. 75

92 b. Hasil Uji Hipotesis 2 Hipotesis kedua dalam penelitian ini yaitu financial stability berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Pengujian hipotesis kedua ini menguji apakah financial stability berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan tabel 4.7 financial stability yang diproksikan dengan perubahan total aset (ACHANGE) memiliki hasil uji t yang menunjukkan nilai t sebesar 3,599 dengan tingkat signifikansi 0,000. Tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari α=0,05 yang berarti H 2 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara parsial financial stability berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. c. Hasil Uji Hipotesis 3 Adapun hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah external pressure yang diproksikan dengan leverage berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Pengujian hipotesis ketiga ini menguji apakah external pressure berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel external pressure memiliki hasil uji t dengan nilai -2,771 dengan signifikansi 0,006. Tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari α=0,05 yang berarti H 3 diterima, sehingga dapat dikatakan secara parsial external pressure berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. d. Hasil Uji Hipotesis 4 Hipotesis keempat dalam penelitian ini yaitu ineffective monitoring yang diproksikan dengan rasio dewan komisaris independen (BDOUT) berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Pengujian 76

93 hipotesis keempat ini menguji apakah ineffective monitoring berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa ineffective monitoring memiliki hasil uji t dengan nilai 1,255 dengan signifikansi 0,210. Tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari α=0,05 yang berarti H 4 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial ineffective monitoring tidak berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. e. Hasil Uji Hipotasis 5 Hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah nature of industry (RECEIVABLE) berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Pengujian hipotesis kelima ini menguji apakah nature of industry berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Tabel 4.7 menggambarkan bahwa nilai uji t untuk variabel nature of industry -1,138 dengan signifikansi 0,256. Tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari α=0,05 yang berarti bahwa H 5 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial variabel nature of industry tidak berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. f. Hasil Uji Hipotesis 6 Adapun hipotesis keenam dalam penelitian ini adalah change in auditor berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Pengujian hipotesis keenam ini menguji apakah change in auditor berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa hasil uji t dari variabel change in auditor -2,347 dengan signifikansi 0,020. Tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari α=0,05 yang berarti bahwa H 6 77

94 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial variabel change in auditor berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. g. Hasil Uji Hipotesis 7 Hipotesis ketujuh yaitu rationalization yang diproksikan dengan TATA berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Pengujian hipotesis ketujuh ini untuk menguji apakah rationalization berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Table 4.7 menggambarkan hasil uji t untuk variabel rationalization dengan nilai t 1,399 dan signifikansi 0,163. Tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari α=0,05 yang berarti bahwa H 7 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial variabel rationalization tidak berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. h. Hasil Uji Hipotesis 8 Hipotesis kedelapan dalam penelitian ini adalah pergantian direksi berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Pengujian hipotesi kedelapan ini untuk menguji apakah pergantian direksi memiliki pengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai t dari variabel pergantian direksi (DCHANGE) adalah -2,530 dengan signifikansi 0,012. Tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari α=0,05 yang berarti H 8 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial pergantian direksi berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. i. Hasil Uji Hipotesis 9 Adapun hipotesis kesembilan dalam penelitian ini adalah number of CEO s picture berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. 78

95 Pengujian hipotesis kesembilan ini untuk menguji apakah variabel number of CEO s picture berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nila t dari variabel number of CEO s picture senilai 0,781 dengan signifikansi 0,435. Tingkat signifikansi tersebut lebih besar dari α=0,05 yang berarti bahwa H 9 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial variabel number of CEO s picture tidak berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan tabel 4.7 diatas menghasilkan model regresi sebagai berikut: DACC = 0,011-0,028X 1 + 0,076X 2-0,050X 3 + 0,033X 4-0,025X 5-0,027X 6 + 0,043X 7-0,018X 8 + 0,003X 9 + ε Keterangan: X 1 = Financial Target X 2 = Financial Stability X 3 = External Pressure X 4 = Ineffective Monitoring X 5 = Nature Of Industry X 6 = Change In Auditor X 7 = Rationalization X 8 = Pergantian Direksi X 9 = Number of CEO s picture Dari persamaan regresi diatas dapat diinterpretasikan bahwa dengan konstanta sebesar 0,011 menyatakan jika ada financial target, financial stability, external pressure, ineffective monitoring, nature of industry, change in auditor, rationalization, pergantian direksi, dan number of CEO s picture, deteksi kecurangan laporan keuangan mengalami kenaikan sebesar 0,011. Koefisien regresi pada variabel financial target bernilai -0,028. Tanda negatif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan berlawanan arah antara variabel independen dengan variabel dependennya. 79

96 Hal ini berarti kenaikan financial target sebesar 0,01 akan menurunkan deteksi kecurangan laporan keuangan sebesar -0,028. Koefisien regresi pada variabel financial stability bernilai 0,076. Tanda positif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan searah antara variabel independen dengan variabel dependennya. Hal ini berarti untuk kenaikan financial stability sebesar 0,01 akan menaikkan deteksi kecurangan laporan keuangan sebesar 0,076. Koefisien regresi pada variabel external pressure bernilai -0,050. Tanda negatif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan berlawanan arah antara variabel independen dengan variabel dependennya. Hal ini berarti kenaikan external pressure sebesar 0,01 akan menurunkan deteksi kecurangan laporan keuangan sebesar -0,050. Koefisien regresi pada variabel ineffective monitoring bernilai 0,033. Tanda positif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan searah antara variabel independen dengan variabel dependennya. Hal ini berarti untuk kenaikan ineffective monitoring sebesar 0,01 akan menaikkan deteksi kecurangan laporan keuangan sebesar 0,033. Koefisien regresi pada variabel nature of industry bernilai -0,025. Tanda negatif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan berlawanan arah antara variabel independen dengan variabel dependennya. Hal ini berarti kenaikan nature of industry sebesar 0,01 akan menurunkan deteksi kecurangan laporan keuangan sebesar 0,025. Koefisien regresi pada variabel change in auditor bernilai -0,027. Tanda negatif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan berlawanan arah antara variabel 80

97 independen dengan variabel dependennya. Hal ini berarti kenaikan change in auditor sebesar 0,01 akan menurunkan deteksi kecurangan laporan keuangan sebesar 0,027. Koefisien regresi pada variabel rationalization bernilai 0,043. Tanda positif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan searah antara variabel independen dengan variabel dependennya. Hal ini berarti untuk kenaikan rationalization sebesar 0,01 akan menaikkan nilai deteksi kecurangan laporan keuangan sebesar 0,043. Koefisien regresi pada variabel pergantian direksi bernilai -0,018. Tanda negatif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan berlawanan arah antara variabel independen dengan variabel dependennya. Hal ini berarti kenaikan pergantian direksi sebesar 0,01 akan menurunkan deteksi kecurangan laporan keuangan sebesar 0,018. Koefisien regresi pada variabel number of CEO s picture bernilai 0,003. Tanda positif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan searah antara variabel independen dengan variabel dependennya. Hal ini berarti untuk kenaikan number of CEO s picture sebesar 0,01 akan menaikkan deteksi kecurangan laporan keuangan sebesar 0, Hasil Uji F (Uji Simultan) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan pengaruh apakah variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali, 2013:98). Dalam pengujian hipotesis ini digunakan kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai f menunjukkan signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H 0 ditolak, artinya semua variabel independen secara bersama mempengaruhi variabel dependen. Berikut hasil uji F dalam penelitian ini: 81

98 Tabel 4.8 Hasil Uji F (Uji Simultan) ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression,143 9,016 3,958,000 b 1 Residual 1, ,004 Total 1, a. Dependent Variable: DACC b. Predictors: (Constant), CEOPIC, RECEIVABLE, LEV, DCHANGE, TATA, BDOUT, ACHANGE, ΔCPA, ROA Sumber: Pengolahan data SPSS 21 Berdasarkan tabel 4.8 hasil uji F atau anova didapat nilai F hitung sebesar 3,958 dengan probabilitas (signifikan) 0,000. Karena signifikan jauh lebih kecil dari 0,05, maka menunjukkan bahwa secara bersama-sama atau simultan variabel independen financial target, financial stability, external pressure, ineffective monitoring, nature of industry, change in auditor, rationalization, pergantian direksi, dan number of CEO s picture berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. 4.3 ANALISIS HASIL PENGUJIAN Berdasarkan teori agency manajemen sebagai agen bertanggung jawab untuk memberikan informasi dengan menyajikan laporan keuangan terhadap stakeholder sebagai prinsipal. Namun, pada praktiknya manajemen tidak memberikan informasi yang sebenarnya demi memperlihatkan kinerja dan posisi keuangan yang baik di mata stakeholder. Sehingga, untuk menunjukkan hal tersebut, manajemen akan melakukan manipulasi laporan keuangan (fraud). Penelitian ini menguji elemen-elemen fraud pentagon berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statement). Kelima 82

99 elemen fraud pentagon yaitu; (1) tekanan (pressure) yang diproksikan dengan financial target, financial stability, dan external pressure; (2) opportunity yang diproksikan dengan ineffective monitoring, dan nature of industry; (3) rationalization yang diproksikan dengan changes in auditor, dan rationalization, (4) competence yang diproksikan dengan pergantian direksi; dan (5) arrogance diproksikan dengan number of CEO s picture. Hipotesis pertama dalam penelitian ini yaitu financial targets berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Financial target diukur menggunakan rasio ROA, dimana rasio ROA merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar return yang dihasilkan atas penggunaan aset perusahaan. Hasil penelitian pada tabel 4.7 menunjukkan nilai t sebesar -0,728 dengan tingkat signifikan sebesar 0,467 yang berada lebih besar dari 0,05 dan nilai koefisien regresi (β) negatif sebesar -0,028. Nilai negatif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan berlawanan arah antara variabel independen dengan variabel dependennya. Hal ini berarti bahwa untuk setiap kenaikan ROA sebesar 0,01 akan menurunkan deteksi kecurangan laporan keuangan sebesar -0,028. Tingkat signifikan yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa H 1 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa financial target tidak berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. ROA (profitabilitas) perusahaan yang tinggi belum tentu ada indikasi kecurangan laporan keuangan di dalamnya. Kenaikan ROA bisa saja disebabkan oleh peningkatan mutu operasional dan kinerja perusahaan seperti modernisasi sistem informasi. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Sihombing dan Rahardjo (2014), Tessa dan Harto (2016), dan juga penelitian Skousen et. al (2009) yang menyatakan bahwa 83

100 financial target yang diukur dengan ROA tidak berpengaruh terhadap financial fraud statement. Hipotesis kedua yaitu financial stability berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Financial stability diukur menggunakan rasio perubahan total aset selama dua tahun. Peningkatan total aset suatu perusahaan merupakan salah satu nilai untuk melihat stabilitas keuangan perusahaan. Pengujian hipotesis kedua ini berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan nilai t sebesar 3,599 dengan signifikansi 0,000 dan nilai koefisien regresi (β) sebesar 0,076. Nilai positif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan searah antara variabel financial stability dengan kecurangan laporan keuangan. Tingkat signifikansi 0,000 yang berada lebih kecil dari 0,05 mengartikan bahwa H 2 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa financial stability berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Dalam mencapai target finansial, perusahaan akan didorong untuk memanfaatkan metode akuntansi untuk menaikkan atau menurunkan nilai aset perusahaan seperti mekanisme fair value dan kapitalisasi aset (Albrecht, 2002). Tingkat pertumbuhan aset digunakan untuk melihat stabilitas keuangan perusahaan. Pertumbuhan aset yang terlalu tinggi juga tidak bagus bagi perusahaan. Tentunya jika aset mengalami pertumbuhan yang tinggi, maka manajemen akan melakukan manipulasi laporan keuangan agar kondisi keuangan perusahaan tetap stabil. Sehingga pertumbuhan aset berhubungan searah dengan kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Skousen et. al (2009), Sihombing dan Rahardjo (2014), Tessa dan Harto (2016), dan Aprilia (2017) yang menyatakan bahwa financial stability berpengaruh dalam fraudulent financial statement. 84

101 Hipotesis ketiga dalam penelitian ini yaitu external pressure berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Tekanan eksternal perusahaan dapat berupa kemampuan perusahaan dalam membayar utang-utang perusahaan kepada kreditor. Sebuah perusahaan yang memiliki utang yang tinggi akan beresiko mengalami kerugian, sehingga kreditor akan mudah berpaling dari perusahaan tersebut. Berdasarkan tabel 4.7 hasil pengujian nilai t untuk leverage -2,771 dengan signifikansi 0,006 dan nilai koefisien regresi (β) -0,50. Tanda negatif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan berlawanan arah antara variabel independen external pressure dengan deteksi kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan tingkat signifikansi 0,006 lebih kecil dari 0,05 membuktikan bahwa H 3 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa external pressure berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Beberapa perusahaan memilih melakukan pinjaman sebagai sumber pendanaan operasional perusahaan. Jika tingkat kewajiban tinggi akan menjadikan pihak manajemen perusahaan menjadi lebih sulit dalam membuat prediksi jalannya perusahaan ke depan. Artinya, semakin besar utang yang dimiliki perusahaan, maka semakin ketat pengawasan yang dilakukan oleh kreditor, sehingga fleksibilitas manajemen untuk melakukan kecurangan semakin berkurang. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Lou dan Wang (2009), Sihombing dan Rajardjo (2014), dan Tessa dan Harto (2016) dimana external pressure berpengaruh dalam fraudulent financial statement. Namun, penelitian ini bertentangan dengan penelitian Oktarigusta (2016) yang menyatakan bahwa external pressure tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Hipotesis keempat yaitu ineffective monitoring berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Tidak adanya efektivitas pengawasan dalam sebuah 85

102 perusahaan cenderung menimbulkan sebuah peluang bagi manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Dewan komisaris independen dipercaya dapat meningkatkan efektivitas pengawasan perusahaan. Hasil penelitian uji t pada tabel 4.7 menunjukan nilai t sebesar 1,255 dengan signifikansi 0,210 dan nilai koefisien regresi (β) sebesar 0,033. Tanda positif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan searah antara variabel independen ineffective monitoring dengan variabel DACC yang berarti untuk kenaikan 0,01 ineffective monitoring maka juga akan meningkatkan nilai DACC sebesar 0,033. Namun, berdasarkan tingkat signifikansi 0,210 yang berada diatas 0,05 berarti bahwa H 4 ditolak, sehingga dapat dikatakan secara parsial variabel ineffective monitoring tidak berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Secara umum, keberadaan dewan komisaris independen akan sedikit memberikan jaminan terhadap pengawasan dalam suatu perusahaan. Namun, jumlah atau banyaknya dewan komisaris independen belum memberikan jaminan untuk meningkatkan pengawasan operasional perusahaan. Hal ini disebabkan apabila terdapat intervensi kepada dewan komisaris independen, sehingga pengawasan dalam perusahaan menjadi tidak objektif. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktarigusta (2016) yang menyatakan bahwa efektivitas pengawasan yang diproksikan dengan jumlah dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sihombing dan Rahardjo (2014) dimana ineffective monitoring berpengaruh terhadap fraudulent financial statement. Hipotesis kelima yaitu nature of industry berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Nature of industry yaitu suatu kondisi ideal sebuah perusahaan, salah satunya dilihat dari nilai piutang. Tingginya nilai piutang terhadap 86

103 penjualan dalam suatu perusahaan menunjukkan bahwa akun piutang merupakan aset yang memiliki risiko manipulasi yang lebih tinggi. Karena, jika sebuah perusahaan memiliki rasio piutang terhadap penjualan tinggi, maka hal ini memungkinkan bagi manajemen untuk melakukan manipulasi laporan keuangan agar piutang tersebut terlihat lebih kecil. Pengujian hipotesis kelima ini berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan nilai t sebesar -1,138 dengan signifikansi 0,256 dan nilai koefisien regresi (β) senilai - 0,025. Tanda negatif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan berlawanan arah antara variabel independen nature of industry dengan variabel dependen DACC. Maka, untuk kenaikan 0,01 nature of industry akan menurunkan nilai DACC sebesar - 0,025. Tingkat signifikansi 0,256 yang berada lebih besar dari 0,05 juga membuktikan bahwa H 5 ditolak, artinya tidak ada pengaruh nature of industry dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Perusahaan yang baik akan menekan jumlah piutang dan meningkatkan penerimaan kas. Dalam penelitian ini berdasarkan tabel 4.2 perusahaan yang menjadi sampel memiliki rata-rata persentase piutang yang rendah yaitu -,0055 atau -0,5%. Sehingga dengan kondisi piutang yang terkendali dan penerimaan kas yang lancar, maka memungkinkan perusahaan untuk tidak melakukan manipulasi laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Skousen et. al (2009). Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian Sihombing dan Rahardjo (2014) yang menyatakan nature of industry berpengaruh terhadap financial statement fraud. Hipotesis keenam yaitu changes in auditor berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Pergantian auditor eksternal mengindikasikan bahwa manajemen telah melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan. Untuk menutupi kesalahan manajemen, maka perusahaan berupaya untuk mengganti auditor 87

104 eksternalnya dengan tujuan agar tindakan manajemen tidak diketahui oleh para stakeholdernya. Berdasarkan tabel 4.7 hasil uji t untuk change in auditor sebesar - 2,347 dengan signifikansi 0,020 dan nilai koefisien regresi (β) sebesar -0,027. Tanda negatif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan berlawanan arah antara variabel change in auditor dengan kecurangan laporan keuangan. Tingkat signifikansi senilai 0,020 yang berada lebih kecil dari 0,05 juga mengartikan bahwa H 6 diterima. Hal ini berati changes in auditor berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Perusahaan melakukan pergantian auditor untuk mengurangi pendeteksian kecurangan laporan keuangan oleh auditor lama. Sehingga, dengan adanya pergantian auditor, kemungkinan pendeteksian kecurangan laporan keuangan lebih kecil. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Sihombing dan Rahardjo (2014) dan Tessa dan Harto (2016) yang menyatakan bahwa change in auditor tida berpengaruh terhadap fraudulent financial statement. Hipotesis ketujuh yaitu rationalization dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Rationalization diukur dengan menggunakan rasio total accrual to total asets (TATA). Total akrual akan dijadikan sebagai sebuah rasional bagi perusahaan yang melakukan manipulasi laporan keuangan. Karena prinsip akrual merupakan sebuah pengambilan keputusan bagi manajemen berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU). Hasil pengujian hipotesis berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan nilai t sebesar 1,399 dengan signifikansi 0,163 dan nilai koefisien regresi senilai 0,043. Tanda positif koefisien regresi menunjukkan hubungan searah antara variabel rationalization dengan deteksi kecurangan laporan keuangan. Tingkat signifikansi yang berada lebih besar dari 0,05 juga membuktikan bahwa H 7 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial variabel rationalization tidak berpengaruh dalam 88

105 mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Total akrual merupakan cerminan aktivitas perusahaan secara keseluruhan (Vermeer, 2003 dalam Sihombing dan Rahardjo, 2014). Tingkat akrual perusahaan akan beragam tergantung pada keputusan manajemen terkait kebijakan tertentu. Namun, dalam hal ini nilai akrual tidak dimanfaatkan manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan, melainkan untuk menampilkan kinerja dan posisi keuangan perusahaan berdasarkan terjadinya transaksi yang sebenarnya. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Skousen et. al (2009), namun bertentangan dengan penelitian Sihombing dan Rahadjo (2014). Hipotesis kedelapan yaitu pergantian direksi berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Pergantian direksi dapat menjadi suatu upaya perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap kinerja direksi sebelumnya. Hasil pengujian berdasarkan tabel 4.7 menggambarkan nilai t sebesar -2,530 dengan signifikansi 0,012 dan nilai koefisien regresi (β) senilai -0,018. Tanda negatif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan berlawanan arah antara variabel independen pergantian direksi dengan deteksi kecurangan laporan keuangan. Namun, tingkat signifikansi yang berada lebih kecil dari 0,05 menunjukkan hasil bahwa H 8 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial, pergantian direksi berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hal ini dapat terjadi apabila perusahaan melakukan pergantian direksi untuk menutupi kecurangan yang telah dilakukan direksi sebelumnya. Direksi baru membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan informasi keuangan perusahaan. Sehingga, dengan adanya pergantian direksi akan sedikit sulit untuk mendeteksi kecurangan yang dilakukan direksi sebelumnya. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Sihombing dan Rahardjo 89

106 (2014) dan Tessa dan Harto (2016) yang menunjukkan hasil bahwa pergantian direksi tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial statement. Hipotesis kesembilan yaitu number of CEO s picture berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Jumlah foto CEO yang terpajang dalam laporan tahunan menggambarkan tingkat arogansi dan percaya diri dari CEO. Dengan tingkat arogansi dan percaya diri yang tinggi dapat mengindikasikan CEO untuk melakukan manipulasi laporan keuangan, karena sistem pengendalian internal bagaimanapun tidak akan berlaku bagi dirinya. Hasil pengujian berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan nilai t sebesar 0,781 dengan signifikansi 0,435 dan nilai koefisien regresi 0,003. Tanda positif pada koefisien regresi menunjukkan hubungan searah antara variabel independen number of CEO s picture dengan variabel dependen. Namun, tingkat signifikansi yang berada lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa H 9 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa secara parsial variabel number of CEO s picture tidak berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hal ini disebabkan dari seluruh perusahaan yang menjadi sampel penelitian tidak banyak perusahaan yang memajang foto CEO dalam laporan tahunan sehingga jumlah foto CEO yang terpajang tidak dapat dijadikan sebagai faktor adanya indikasi manipulasi laporan keuangan. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Tessa dan Harto (2016) yang menyatakan bahwa number of CEO s picture berpengaruh terhadap financial statement fraud. berikut: Dari hasil analisis pengujian yang dilakukan maka diperoleh ringkasan sebagai 90

107 Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Pengujian No. Variabel Independen Variabel Dependen Kecurangan Laporan Keuangan 1 Financial target X 2 Financial stability 3 External pressure 4 Ineffective monitoring X 5 Nature of Industry X 6 Changes in auditor 7 Rationalization X 8 Pergantian direksi 9 Number of CEO s picture X Keterangan: = variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen atau hipotesis diterima X = variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen atau hipotesis ditolak. Penulis juga melakukan pengujian per tahun untuk melihat apakah pengujian per tahun juga mendukung pengujian untuk empat tahun. Pengujian per tahun menunjukkan hasil yang berbeda dengan pengujian diatas. Pengujian untuk data tahun 2013 menunjukkan hasil bahwa sembilan variabel yang digunakan dalam penelitian ini tidak berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan, baik pengujian secara parsial, maupun pengujian secara simultan. Pengujian untuk data tahun 2014 menunjukkan hasil bahwa dari sembilan variabel tersebut, secara parsial dua variabel yang berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan yaitu financial stability dan external pressure. Dan secara simultan sembilan variabel tersebut berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Selanjutnya, pengujian untuk data tahun 2015 menunjukkan hasil bahwa baik secara parsial maupun secara simultan tidak ada pengaruh dari kesembilan variabel tersebut dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Sedangkan pengujian untuk data tahun 2016 memberikan hasil bahwa secara parsial hanya variabel nature of industry berpengaruh 91

108 dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Dan secara simultan kesembilan variabel tersebut berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengujian per tahun tidak mendukung hasil dari pengujian untuk empat tahun. Hal ini disebabkan oleh data yang digunakan dalam pengujian lebih sedikit dan standar penyimpangan dan bias dalam data lebih besar. 4.4 MANIPULASI LAPORAN KEUANGAN OLEH PERUSAHAAN MANUFAKTUR Berdasarkan Sektor Perusahaan Manipulasi laporan keuangan yang dilakukan perusahaan manufaktur berdasarkan rata-rata tingkat discretionary accrual tertinggi terdapat pada perusahaan sektor logam. Perusahaan sektor ini memiliki nilai discretionary accrual antara 0,15-0,16. Pada sektor ini terdapat dua perusahaan tertinggi yang memiliki akrual yang didiskresi manajemen yaitu PT Jaya Pari Steel Tbk dan PT Indal Aluminium Industry Tbk. Berikutnya diikuti oleh perusahaan sektor makanan dan minuman. Perusahaan sektor ini memiliki nilai discretionary accrual antara 0,14 s/d 0,15. Pada sektor ini terdapat dua perusahaan yang memiliki discretionary accrual tertinggi yaitu PT Delta Djakarta Tbk dan PT Mayora Indah Tbk. Sedangkan manipulasi laporan keuangan dengan tingkat discretionary accrual terendah dimiliki oleh perusahaan sektor pulp dan kertas. Perusahaan sektor ini memiliki nilai discretionary accrual antara -0,19 s/d -0,15. Perusahaan yang memiliki niai discretionary accrual terendah pada sektor ini yaitu PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk dan PT Fajar Surya Wisesa Tbk. 92

109 4.4.2 Berdasarkan Masing-masing Perusahaan Manipulasi laporan keuangan dengan tingkat discretionary accrual tertinggi dimiliki oleh PT Jembo Cable Company Tbk dengan tingkat discretionary accrual sebesar 0,1889. Artinya dari total akrual yang dimiliki perusahaan, sebesar 18,89% telah didiskresi oleh manajemen perusahaan, sehingga dapat dikatakan tingkat kecurangan laporan keuangan pada PT Jembo Cable Company Tbk sebesar 18,89%. Sedangkan discretionary accrual terendah dimiliki PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk dengan tingkat discretionary accrual -0,19 pada tahun Pada tahun ini PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk memiliki total akrual bernilai negatif, karena laba bersih perusahaan lebih kecil dari arus kas perusahaan. Dengan demikian, hal ini menyebabkan total discretionary accrual PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk pada tahun 2016 bernilai negatif. 93

110 BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis teori fraud pentagon dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statement). Elemen-elemen teori fraud pentagon yaitu, tekanan (pressure) yang diproksikan dengan financial targets, financial stability, dan external pressure, peluang (opportunity) yang diproksikan dengan ineffective monitoring dan nature of industry, rasionalisasi (rationalization) yang diproksikan dengan change in auditor dan rationalization dengan TATA, kompetensi (competence) yang diproksikan dengan pergantian direksi, dan arogansi (arrogance0 yang diproksikan dengan number of CEO s picture. Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode dengan jumlah 86 perusahaan. Sehingga diperoleh total sampel penelitian ini sebanyak 344 sampel. Namun, dari 344 sampel tersebut terdapat 26 data outlier sehingga data sampel yang digunakan menjadi 318 sampel. Berdasarkan hasil analisis data, pengujian, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Financial target merupakan variabel proksi pertama dari variabel pressure yang dihitung menggunakan rasio ROA, dimana memberikan hasil bahwa financial target tidak berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial statement). Hasil penelitian ini menolak hupotesis 1. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan pada rasio ROA tidak 94

111 menjadi tekanan bagi pihak manajemen perusahaan, dikarenakan kenaikan tersebut diiringi dengan peningkatan mutu operasional, sehingga tidak menjadi tekanan bagi pihak manajemen untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. 2. Financial stability merupakan variabel proksi kedua dari variabel pressure yang dihitung menggunakan rasio perubahan total aset perusahaan berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini menerima hipotesis kedua. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan rasio perubahan total aset akan menaikkan risiko terjadinya kecurangan laporan keuangan, dengan kata lain rasio perubahan total aset dapat menjadi tekanan bagi manajemen untuk melakukan kecurangan dalam kondisi keuangan yang tidak stabil. 3. External pressure merupakan variabel proksi ketiga dari variabel pressure dihitung menggunakan rasio leverage yaitu debt to assets ratio, berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini menerima hipotesis ketiga. Hal ini disebabkan oleh pendanaan yang mayoritas didanai dari hutang, sehingga manajemen termotivasi untuk memanipulasi laporan keuangan dengan tujuan menyeimbangkan nilai hutang dengan aset. 4. Ineffective monitoring merupakan variabel proksi pertama dari variabel opportunity yang dihitung menggunakan rasio dewan komisaris independen, tidak berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini menolak hipotesis keempat. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah atau banyaknya dewan komisaris independen bukanlah suatu faktor yang dapat meningkatkan efektivitas pengawasan suatu perusahaan. 5. Nature of industry merupakan variabel proksi kedua dari variabel opportunity yang dihitung dengan rasio piutang, tidak berpengaruh dalam mendeteksi 95

112 kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini menolak hipotesis kelima. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan atau penurunan piutang tidak berpengaruh bagi manajemen perusahaan untuk melakukan kecurangan. 6. Change in auditor merupakan variabel proksi pertama dari variabel rationalization, berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini menerima hipotesis keenam. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pergantian auditor untuk menutupi kecurangan yang dilakukannya apabila auditor sebelumnya menemukan kecurangan tersebut. 7. Rationalization yang dihitung menggunakan rasio total accrual to total aset (TATA), tidak berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini menolak hipotesis ketujuh. Hal ini berarti bahwa manajemen tidak menggunakan akrual untuk memanipulasi laporan keuangan. 8. Pergantian direksi merupakan variabel proksi dari variabel competence, berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini menerima hipotesis kedelapan. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pergantian direksi dengan tujuan untuk menutupi kecurangan yang dilakukan direksi sebelumnya. 9. Number of CEO s picture merupakan variabel proksi dari variabel arrogance, tidak berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini menolak hipotesis kesembilan. Hal ini disebabkan dari seluruh perusahaan yang menjadi sampel penelitian tidak banyak perusahaan yang memajang foto CEO dalam laporan tahunan sehingga jumlah foto CEO yang terpajang tidak dapat dijadikan sebagai faktor adanya indikasi manipulasi laporan keuangan. 96

113 5.2 KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu: 1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel, sehingga tidak ada keberagaman data keuangan dari perusahaan manufaktur. 2. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dalam pengukuran dan analisis variabel-variabelnya. 3. Dalam penelitian hanya menggunakan discretionary accrual dari earning management sebagai alat ukur fraudulent financial statement. 4. Berdasarkan adjusted R Square sebesar 0,077, berarti bahwa variabel independen dalam penelitian ini hanya bisa menjelaskan variabel dependen sebesar 7,7%, sedangkan sisanya 92,3% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak digunakan dalam penelitian ini. 5.3 SARAN Berdasarkan beberapa keterbatasan penelitian yang telah dijelaskan, maka penulis memberikan saran untuk penelitian selanjutnya: 1. Penelitian selanjutnya dapat memilih sampel penelitian dengan sektor industri yang beragam. 2. Penelitian selanjutnya, dapat menggunakan metode kualitatif atau kombinasi antara metode kuantitatif dengan kualitatif. Karena, beberapa dari variabel yang terdapat dalam fraud risk factor tidak dapat dijelaskan secara spesifik oleh alat analisis metode kuantitatif. 3. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan pengukuran lain disamping discretionary accrual sebagai alat ukur fraudulent financial statement untuk memberikan keberagaman dalam penelitian-penelitian selanjutnya. 97

114 4. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel-variabel proksi lainnya untuk fraud risk factor yang lebih dapat menjelaskan variabel dependennya. 98

115 DAFTAR PUSTAKA ACFE Report to The Nation on Occupational Fraud And Abuse 2014 Global Fraud Study. Association of Certified Fraud Examiners, p Achsin, M., dan Ruri Ihsania Cahyaningtyas Studi Fenomenologi Kecurangan Mahasiswa dalam Pelaporan Pertanggungjawaban Dana Kegiatan Mahasiswa: Sebuah Realita dan Pengakuan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya. AICPA. Statement on Auditing Standards No. 99. Accounting Research Manager. Link: diakses pada 25 Mei 2017, 21:34 WIB. Annisya, Mafiana Pendeteksian Fraudulent Fnancial Statement dengan Analisis Diamond (Studi Empiris Perusahaan Jasa Sektor Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun ). Skripsi. Universitas Lampung. Aprilia The Analysis of The Effect of Fraud Pentagon on Financial Statement Fraud Using Beneish Model in Companies Applying The Asean Corporate Governance Scorecard. Jurnal Akuntansi Riset, Vol 6, No. 1, p Arens, Alvin A., Randal J. Elder and Mark S. Beasley Auditing dan Ajsa Assurance: Pendekatan Terintegrasi Edisi Keduabelas (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Beneish, Messod The Detection of Earning Manipulation. Financial Analysis Journal. Vol 55, No. 5, p Dalnial, Hawariah, et al Detecting Fraudulent Financial Reporting through Financial Statement Analysis. Journal of Advanced Management Science. Vol. 2, No. 1, p Dechow, Patricia M., Richard G. Sloan, and Amy P. Sweeney Detecting Earnins Management. The Accounting Review, Vol. 70, No. 2, p Esseinhardt, Kathleen M Agency Theory: An Assesment and Review. Academic of Management Review, Vol. 14, No. 1, p Fisher, Marilyn, dan Kenneth Rozensweigh Attitudes of Students and Accounting Practicioners Concerning the Ethical Acceptability of Earnings Management. Journal of Business Ethics, Vol. 14, p

116 Ghozali, Imam Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Halim, Julia, Carmel Meiden, dan Rudolf Lumban Tombin Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk dalam Indeks LQ-45. Simposium Nasional Akuntansi Solo September Harrington, Chyntia Analysis ratios for Detecting Financial Statement Fraud. Fraud Magazine. Haryono, Mukhlis Eko Analisis Fraud Triangle dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode ). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Lisa, Oyong Asimetri Informasi dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan dalam Hubungan Keagenan. Jurnal WIGA, Vol. 2 No. 1, p Lou, Young-I, dan Ming-Long Wang Fraud Risk factor of The Fraud Triangle Assesing The Likelihood of Fraudulent Financial Reporting. Journal of Business & Economics Research. Vol. 7, No. 2, p Marks, Jonathan The Mind behind the Fraudsters Crime: Key Behavioral and Environmental Elements. Crowe Howarth LLP (Presentation). Nabila, Atia Rahma Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan dalam Perpektif Fraud Triangle (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun ). Skripsi. Universitas Diponegoro. Nurkhin, Ahmad Corporate Governance dan Profitabilitas Pengaruhnya Terhadap Pengungkapan Sosial: Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Diponegoro. Oktarigusta, Lutfianan Analisis Fraud Diamond untuk Mendeteksi terhadinya Financial Statement Fraud di Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun ). Universitas Muhammadiyah Surakarta, p Rezaee, Zabihollah Financial Statement Fraud: Prevention and Detection. New York: John Wiley & Sons, Inc. Sekaran, Uma Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Sihombing, Kennedy Samuel, dan Shiddiq Nur Rahardjo Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 03, No. 02, p

117 Skousen, Christopher J., Kevin R. Smith, dan Charlotte J. Wright Detecting and Predicting Financial Statement Fraud: The Effectiveness of the Fraud Triangle and SAS No. 99. Corporate Governance and Firm Performance Advance in Financial Economincs, Vol. 13, p Tessa G, Chynthia, dan Puji Harto Fraudulent Financial Reporting: Pengujian Teori Fraud Pentagon pada sektor Keuangan dan Perbankan di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIX Lampung, p Tuanakotta, Theodorus M Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta: Lembaga Penernit FE-UI. Tuanakotta, Theodorus M Mendeteksi Manipulasi Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Ujiyantho, Muh. Arief, dan Bambang Agus Pramuka Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar Juli 2007, p Wolfe, David T, and Dana R. Hermanson The Fraud Diamond: Considering The Four Element of Fraud. The CPA Journal, p

118

119 Lampiran 1 Data Sampel NO TAHUN INDEKS PERUSAHAAN ROA ACHANGE LEVERAGE BDOUT RECEIVABLE CHANGE IN AUDITOR TATA COMPETENCE ADES Akasha Wira International Tbk 0,1262 0,1336 0,3997 0,3333 0, , , AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0,0691 0,2982 0,5311 0,3333 0, , , AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk 0,0166 0,2156 0,5071 0,3333 0, , , ALDO Alkindo Naratama Tbk 0,0777 0,5765 0,5574 0,3333 0, , , ALKA Alaska Industrindo Tbk - 0,0013 0,6358 0,7534-0, , , AMFG Asahimas Flat Glass Tbk 0,0956 0,1361 0,2200 0,3333 0, , , ASII Astra International Tbk 0,1042 0,1740 0,5038 0,3000 0, , , AUTO Astra Auto Part Tbk 0,0792 0,4206 0,2424 0,2727 0, , , BATA Sepatu Bata Tbk 0,0652 0,1856 0,4170 0,4000 0, , , BTON Beton Jaya Manunggal Tbk 0,1469 0,2139 0,2119 0,5000 0, , , BUDI Budi Starch and Sweetener Tbk 0,0180 0,0362 0,6285 0,3333 0, , , CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 0,0608 0,0408 0,5061 0,3333-0, , , CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0,1608 0,2732 0,3671 0,3333 0, , , DLTA Delta Djakarta Tbk 0,3120 0,1633 0,2197 0,4000-0, , , DVLA Darya Varia LaboratoriaTbk 0,1057 0,1073 0,2314 0,4286-0, , , EKAD Ekadharma International Tbk 0,1148 0,2545 0,3082 0,5000 0, , , FASW Fajar Surya WisesaTbk - 0,0438 0,0204 0, , , , GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk 0,0771 0,0236 0,2577 0,5000-0, , , GGRM Gudang GaramTbk 0,0863 0,2231 0,4206 0,3333 0, , , HMSP Hanjaya Mandala SampoernaTbk 0,3948 0,0441 0,4835 0,5000-0, , , ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 0,1374 0,1935 0,3762 0,4286-0, , , IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk 0,1113 0,0077 0,2828 0,3333-0, , , IMAS Indomobil Sukses International Tbk 0,0278 0,2695 0,7016 0,4286 0, , , INAF IndofarmaTbk - 0,0419 0,0891 0,5436 0,5000-0, , , INAI Indal Aluminium Industry Tbk 0,0066 0,2510 0,8351 0,5000 0, , , INCI Intan Wijaya International Tbk 0,0759 0,0292 0,0738 0,3333-0, , , INDF Indofood SuksesMakmurTbk 0,0438 0,3149 0,5086 0,2500 0, , , INDS Indospring Tbk 0,0672 0,3194 0,2020 0,3333 0, , , INTP Indocement Tunggal PrakasaTbk 0,5135 0,1693 0,1364 0,4286-0, , , JECC Jembo Cable Company Tbk 0,0182 0,7488 0,8809 0,6667 0, , , JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 0,0429 0,3609 0,6484 0,3333 0, , , JPRS Jaya Pari Steel Tbk 0,0400-0,0554 0,0372 0,5000 0, , , KAEF Kimia Farma Tbk 0,0872 0,1905 0,3429 0,4000 0, , , KBLI KMI Wire and Cable Tbk 0,0550 0,1509 0,3368 0,3333 0, , , KBLM Kabelindo Murni Tbk 0,0117-0,0950 0,5879 0,3333-0, , , KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 0,0332 0,0593 0,0986 0,3333-0, , , KICI Kedaung Indah Can Tbk 0,0755 0,0352 0,2474 0,3333-0, , , KLBF Kalbe Farma Tbk 0,1741 0,2014 0,2510 0,4000 0, , , LION Lion Metal Works Tbk 0,1299 0,1501 0, , , , LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk - 0,0146 0,0086 0,5166 0,5000 0, , , LMSH Lionmesh Prima Tbk 0,1015 0,1023 0,2204 0,3333-0, , , LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 0,0436 0,1400 0, , , , MAIN Malindo Feedmill Tbk 0,1091 0,2303 0,6105 0,2000 0, , , MBTO Martina BertoTbk 0,0264 0,0037 0,2623 0,3333 0, , , MERK Merck Tbk 0,2517 0,2239 0,2651 0,3333 0, , , MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 0,6572 0,5469 0,4459 0,4286-0, , , MLIA Mulia Industrindo Tbk - 0,0659 0,0962 0,8345 0,4000 0, , , MYOR Mayora Indah Tbk 0,1044 0,1695 0,5944 0,4000 0, , , PYFA Pyridam FarmaTbk 0,0354 0,2891 0,4638 0,3333-0, , , CEO'S PICTURE DACC

120 RICY Ricky Putra GlobalindoTbk 0,0079 0,3173 0,6565 0,3333 0, , , ROTI Nippon Indosari CorporindoTbk 0,0867 0,5127 0,5680 0,3333 0, , , SCCO Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk 0,0596 0,1850 0,5984 0,3333 0, , , SIMA Siwani MakmurTbk - 0,1048 0,3383 0,5403 0,2500-0, , , SIPD Siearad Produce Tbk 0,0027-0,0432 0,5928 0,6667-0, , , SKBM Sekar Bumi Tbk 0,1171 0,7222 0,0510 0,3333 0, , , SKLT Sekar Laut Tbk 0,0379 0,2092 0,5376 0,3333 0, , , SMCB Holcim Indonesia Tbk 0,0639 0,2241 0,4110 0,5000 0, , , SMGR Semen Indonesia Tbk 0,1739 0,1585 0,2919 0,3333 0, , , SMSM Selamat SempurnaTbk 0,1988 0,0931 0,4081 0,3333 0, , , SPMA SuparmaTbk - 0,0135 0,0617 0,5724 0,6000-0, , , SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 0,3550 0,0605 0,1760 0,3333-0, , , SRSN Indo AcitamaTbk 0,0380 0,0464 0,7471 0,3750 0, , , STAR Star Petrochem Tbk 0,0008-0,0031 0,3464 0,5000 0, , , TALF Tunas Alfin Tbk 0,1124 0,0463 0,2024 0,3333-0, , , TCID Mandom Indonesia Tbk 0,1092 0,1620 0,1930 0,4000-0, , , TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk - 0,1907 0,0640 0,9184 0,3333-0, , , TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 0,1355 0,1468 0,4069 0,2500 0, , , TRIS Trisula International Tbk 0,0880 0,2981 0,3506 0,3333-0, , , TRST Trias SentosaTbk 0,0101 0,4903 0,4757-0, , , TSPC Tempo Scan PasificTbk 0,1181 0,1673 0,2857 0,6000 0, , , ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk 0,1156 0,1614 0,2833 0,3333 0, , , UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk 0,0018 0,2085 0,4745 0,5000 0, , , UNVR Unilever Indonesia Tbk 0,4010 0,1137 0,6813 0,8000 0, , , VOKS Voksel Electric Tbk 0,0200 0,1518 0,6926 0,4000 0, , , WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk 0,1077 0,0180 0,3642 0,3333 0, , , YPAS Yana Prima Hasta PersadaTbk 0,0101 0,7568 0,7218 0,3333-0, , , ADES Akasha Wira International Tbk 0,0617 0,1404 0,4192 0,3333 0, , , AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0,0513 0,4683 0,5138 0,2000 0, , , AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk 0,0156 0,0683 0,5368 0,3333-0, , , ALDO Alkindo Naratama Tbk 0,0608 0,1928 0,5708 0,3333 0, , , ALKA Alaska Industrindo Tbk 0,0108 0,0140 0, , , , ALTO Tri Banyan Tirta Tbk - 0,0082-0,1753 0,5701 0,3333-0, , , AMFG Asahimas Flat Glass Tbk 0,1170 0,1071 0,2110 0,3333-0, , , ASII Astra International Tbk 0,0937 0,1030 0,4902 0,3636 0, , , AUTO Astra Auto Part Tbk 0,0665 0,1397 0,2952 0,3000-0, , , BAJA Saranacentral Bajatama Tbk 0,0144 0,1562 0,8068 0,3333 0, , , BATA Sepatu Bata Tbk 0,0913 0,1384 0,4508 0,4000-0, , , BTON Beton Jaya Manunggal Tbk 0,0438-0,0112 0,1580 0,5000 0, , , BUDI Budi Starch and Sweetener Tbk 0,0115 0,0395 0,6313 0,3333-0, , , CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 0,0319 0,2006 0,5814 0,3333-0, , , CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0,0837 0,3269 0,4715 0,3333 0, , , DLTA Delta Djakarta Tbk 0,2904 0,1441 0,2293 0,3333 0, , , DPNS Duta Pertiwi Nusantara 0,0860-0,3413 0,1942 0,3333 0, , , DVLA Darya Varia LaboratoriaTbk 0,0655 0,0388 0,2215 0,3333-0, , , EKAD Ekadharma International Tbk 0,0991 0,1972 0,3358 0,5000-0, , , FASW Fajar Surya WisesaTbk 0,0155-0,0195 0, , , , GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk - 0,0103 0,1369 0,3574 0,3333 0, , , GGRM Gudang GaramTbk 0,0927 0,1467 0,4293 0,6667-0, , , HDTX Panasia Indo Resources Tbk - 0,0250 0,7748 0, , , , HMSP Hanjaya Mandala SampoernaTbk 0,3587 0,0356 0,5244 0,5000-0, , , ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 0,1458 0,1713 0,3962 0,4286-0, , , IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk 0,1569 0,1117 0,2471 0,3333 0, , , IMAS Indomobil Sukses International Tbk - 0,0029 0,0518 0,7134 0,3333 0, , , INAF IndofarmaTbk 0,0009-0,0357 0,5258 0,3333-0, , , INAI Indal Aluminium Industry Tbk 0,0246 0,1716 0,8603 0,5000-0, , ,

121 INCI Intan Wijaya International Tbk 0,0745 0,0870 0,0735 0,3333-0, , , INDF Indofood SuksesMakmurTbk 0,0599 0,1005 0,5203 0,3750-0, , , INDS Indospring Tbk 0,0559 0,0392 0,1990 0,3333-0, , , INTP Indocement Tunggal PrakasaTbk 0,1826 0,0856 0,1419 0,4286-0, , , JECC Jembo Cable Company Tbk 0,0224-0,1430 0,8387 0,6667-0, , , JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 0,0245 0,0545 0,6637 0,3333-0, , , JPRS Jaya Pari Steel Tbk - 0,0187-0,0148 0,0413 0,5000 0, , , KAEF Kimia Farma Tbk 0,0797 0,2008 0,3898 0,4000-0, , , KBLI KMI Wire and Cable Tbk 0,0524 0,0002 0,2966 0,4000 0, , , KBLM Kabelindo Murni Tbk 0,0316-0,0101 0,5518 0,3333 0, , , KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk - 0,0135 0,6473 0,4789 0,3333-2, , , KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 0,0392 0,0359 0,1002 0,3333 0, , , KICI Kedaung Indah Can Tbk 0,0486-0,0158 0,1867 0,3333-0, , , KLBF Kalbe Farma Tbk 0,1707 0,0981 0,2153 0,3333 0, , , LION Lion Metal Works Tbk 0,0817 0,2037 0,2602 0,3333 0, , , LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk 0,0022-0,0162 0,5109 0,5000 0, , , LMSH Lionmesh Prima Tbk 0,0529-0,0126 0,1713 0,3333 0, , , LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk - 0,0223-0,0550 0,2496-0, , , MAIN Malindo Feedmill Tbk - 0,0240 0,5947 0,6948 0,6000 0, , , MBTO Martina BertoTbk 0,0047 0,0184 0,2659 0,3333 0, , , MERK Merck Tbk 0,2532 0,0282 0,2273 0,3333 0, , , MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 0,3563 0,2519 0,7518 0,5000 0, , , MLIA Mulia Industrindo Tbk 0,0173 0,0035 0,8168 0,4000 0, , , MYOR Mayora Indah Tbk 0,0398 0,0599 0,6015 0,4000-0, , , PYFA Pyridam FarmaTbk 0,0154-0,0136 0,4410 0,3333 0, , , RICY Ricky Putra GlobalindoTbk 0,0129 0,0549 0,6615 0,3333-0, , , ROTI Nippon Indosari CorporindoTbk 0,0880 0,1757 0,5520 0,5000-0, , , SCCO Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk 0,0831-0,0602 0,5082 0,3333 0, , , SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 0,1472-0,0441 0,0662 0,3333 0, , , SIMA Siwani MakmurTbk 0,0220-0,0414 0,4985 0,2500 0, , , SIPD Siearad Produce Tbk 0,0007-0,1124 0,5405 0,6667 0, , , SKBM Sekar Bumi Tbk 0,1372 0,3052 0,5106 0,3333-0, , , SKLT Sekar Laut Tbk 0,0497 0,0980 0,5375 0,3333-0, , , SMBR Semen Baturaja PerseroTbk 0,1122 0,0793 0,0715 0,6000 0, , , SMCB Holcim Indonesia Tbk 0,0389 0,1544 0,4906 0,5000-0, , , SMGR Semen Indonesia Tbk 0,1624 0,1144 0,2714 0,4286 0, , , SMSM Selamat SempurnaTbk 0,2403 0,0284 0,3444 0,3333-0, , , SPMA SuparmaTbk 0,0232 0,1838 0,6196 0,8000-0, , , SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 0,3588 0,0906 0,1970 0,3333 0, , , SRSN Indo AcitamaTbk 0,0312 0,1012 0,7097 0,3750-0, , , STAR Star Petrochem Tbk 0,0004 0,0354 0,3699 0,5000 0, , , TALF Tunas Alfin Tbk 0,1336 0,2640 0,2432 0,3333-0, , , TCID Mandom Indonesia Tbk 0,0941 0,2642 0,3074 0,5000-0, , , TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk 0,0324-0,0131 0,8849 0,3333 0, , , TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 0,1449 0,1610 0,3927 0,4000-0, , , TRIS Trisula International Tbk 0,0462 0,1020 0,4092 0,3333 0, , , TRST Trias SentosaTbk 0,0092 0,0001 0, , , , TSPC Tempo Scan PasificTbk 0,1045 0,0342 0,2611 0,7500-0, , , ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk 0,0971 0,0375 0,2235 0,3333-0, , , UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk 0,0009-0,0401 0,4517 0,5000-0, , , UNVR Unilever Indonesia Tbk 0,4018 0,0699 0,6780 0,8000-0, , , VOKS Voksel Electric Tbk - 0,0550-0,2055 0,6680 0,4000-0, , , WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk 0,0843 0,0845 0,3590 0,3333 0, , , YPAS Yana Prima Hasta PersadaTbk - 0,0279-0,4779 0,4949 0,3333 0, , , ADES Akasha Wira International Tbk 0,0503 0,2987 0,4973 0,3333 0, , , AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0,0412 0,2291 0,5622 0,2000 0, , ,

122 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk 0,0096 0,2946 0,6158 0,3333 0, , , ALDO Alkindo Naratama Tbk 0,0658 0,0558 0,5330 0,3333 0, , , ALKA Alaska Industrindo Tbk - 0,0081-0,4104 0, , , , ALTO Tri Banyan Tirta Tbk - 0,0206-0,0475 0,5704 0,3333-0, , , AMFG Asahimas Flat Glass Tbk 0,0799 0,0898 0,2440 0,3333 0, , , ASII Astra International Tbk 0,0636 0,0399 0,4845 0,3636 0, , , AUTO Astra Auto Part Tbk 0,0225-0,0029 0,2926 0,3333-0, , , BAJA Saranacentral Bajatama Tbk - 0,0099-0,0287 0,8314 0,3333 0, , , BTON Beton Jaya Manunggal Tbk 0,0345 0,0514 0,1857 0,5000 0, , , BUDI Budi Starch and Sweetener Tbk 0,0072 0,1836 0,7370 0,3333 0, , , CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 0,0717 0,1571 0,5693 0,3333-0, , , CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0,0742 0,1832 0,4911 0,4000-0, , , DLTA Delta Djakarta Tbk 0,1850 0,0468 0,1817 0,5000 0, , , DPNS Duta Pertiwi Nusantara 0,0359 0,6253 0,1209 0,3333-0, , , DVLA Darya Varia LaboratoriaTbk 0,0784 0,1133 0,2926 0,3333-0, , , EKAD Ekadharma International Tbk 0,1207-0,0526 0,2508 0,5000-0, , , FASW Fajar Surya WisesaTbk - 0,0442 0,2531 0,6503 0,2000-0, , , GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk - 0,0466-0,1260 0,3206 0,3333 0, , , GGRM Gudang GaramTbk 0,1016 0,0908 0,4015 0,6667-0, , , HDTX Panasia Indo Resources Tbk - 0,0729 0,1555 0,7138-0, , , ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 0,0841 0,0663 0,3830 0,5000-0, , , IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk 0,1339 0,0973 0,1914 0,5000-0, , , IMAS Indomobil Sukses International Tbk - 0,0009 0,0592 0,7306 0,4286 0, , , INAF IndofarmaTbk 0,0043 0,2286 0,6135 0,3333-0, , , INAI Indal Aluminium Industry Tbk 0,0215 0,4825 0,8197 0,5000 0, , , INCI Intan Wijaya International Tbk 0,1000 0,1456 0,0914 0,3333 0, , , INDF Indofood SuksesMakmurTbk 0,0404 0,0686 0,5304 0,3750 0, , , INDS Indospring Tbk 0,0008 0,1188 0,2486 0,3333 0, , , INTP Indocement Tunggal PrakasaTbk 0,1576-0,0432 0,1365 0,4286 0, , , JECC Jembo Cable Company Tbk 0,0018 0,2786 0,7293 0,6667-0, , , JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 0,0306 0,0908 0,6439 0,5000-0, , , JPRS Jaya Pari Steel Tbk - 0,0605-0,0208 0,0848 0,3333 0, , , KAEF Kimia Farma Tbk 0,0821 0,0903 0,4246 0,4000 0, , , KBLI KMI Wire and Cable Tbk 0,0743 0,1604 0,3380 0,4000 0, , , KBLM Kabelindo Murni Tbk 0,0195 0,0103 0,5469 0,3333-0, , , KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk - 0,1070 0,1205 0,6420 0,5000-0, , , KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk - 0,0681-0,0970 0,0964 0,3333 0, , , KICI Kedaung Indah Can Tbk - 0,0971 0,3833 0,3023 0,3333 0, , , KLBF Kalbe Farma Tbk 0,1502 0,1023 0,2014 0,4286-0, , , LION Lion Metal Works Tbk 0,0720 0,0654 0,2889 0,3333 0, , , LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk 0,0050-0,0195 0,4941 0,5000 0, , , LMSH Lionmesh Prima Tbk 0,0145-0,0438 0,1595 0,3333 0, , , MAIN Malindo Feedmill Tbk - 0,0157 0,1220 0,6091 0,6000-0, , , MBTO Martina BertoTbk - 0,0217 0,0416 0,3308 0,3333 0, , , MERK Merck Tbk 0,2222-0,1046 0,2620 0,3333-0, , , MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 0,2365-0,0584 0,6352 0,5714-0, , , MLIA Mulia Industrindo Tbk - 0,0219-0,0124 0,8435 0,4000-0, , , MYOR Mayora Indah Tbk 0,1102 0,1022 0,5420 0,4000 0, , , PYFA Pyridam FarmaTbk 0,0193-0,0740 0,3672 0,5000-0, , , RICY Ricky Putra GlobalindoTbk 0,0112 0,0234 0,6661 0,3333 0, , , ROTI Nippon Indosari CorporindoTbk 0,1000 0,2629 0,5608 0,3333 0, , , SCCO Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk 0,0897 0,0707 0,4798 0,3333-0, , , SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 0,1565-0,0090 0,0707 0,3333 0, , , SIMA Siwani MakmurTbk - 0,0370-0,3598 0,2829 0,5000 0, , , SIPD Siearad Produce Tbk - 0,1611-0,1978 0,6732 0,3333-0, , , SKBM Sekar Bumi Tbk 0,0525 0,1770 0,5499 0,3333-0, , ,

123 SKLT Sekar Laut Tbk 0,0532 0,1373 0,5968 0,3333-0, , , SMBR Semen Baturaja PerseroTbk 0,1084 0,1170 0,0977 0,6000-0, , , SMCB Holcim Indonesia Tbk 0,0101 0,0102 0,5136 0,6000 0, , , SMGR Semen Indonesia Tbk 0,1186 0,1119 0,2808 0,2857 0, , , SMSM Selamat SempurnaTbk 0,2078 0,2691 0,3513 0,3333-0, , , SPMA SuparmaTbk - 0,0195 0,0447 0,6360 0,8000-0, , , SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 0,3237 0,0102 0,2370 0,3333 0, , , STAR Star Petrochem Tbk 0,0004-0,0604 0,3283 0,5000-0, , , TALF Tunas Alfin Tbk 0,0777 0,0062 0,1935 0,3333 0, , , TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk - 0,0011 0,0693 0,8805 0,5000-0, , , TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 0,1169 0,2034 0,3886 0,4000-0, , , TRIS Trisula International Tbk 0,0900 0,1029 0,4153 0,3333-0, , , TRST Trias SentosaTbk 0,0075 0,0295 0, , , , TSPC Tempo Scan PasificTbk 0,0842 0,1237 0,3099 0,5000 0, , , ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk 0,1478 0,2135 0,2097 0,3333 0, , , UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk 0,0008 0,0450 0,4724 0,5000 0, , , UNVR Unilever Indonesia Tbk 0,3720 0,1015 0,6931 0,8000 0, , , VOKS Voksel Electric Tbk 0,0002-0,0114 0,6682 0,4000 0, , , WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk 0,0976 0,0073 0,2972 0,3333-0, , , YPAS Yana Prima Hasta PersadaTbk - 0,0354-0,1289 0,4613 0,3333 0, , , ADES Akasha Wira International Tbk 0,0729 0,1749 0,4992 0,3333-0, , , AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0,0764 0,0214 0,5392 0,4000 0, , , AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk 0,0200-0,0927 0,5718 0,3333-0, , , ALDO Alkindo Naratama Tbk 0,0615 0,1211 0,5104 0,3333-0, , , ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk - 0,0464-0,0164 0,8125 0,5000-0, , , ALTO Tri Banyan Tirta Tbk - 0,0227-0,0128 0,5873 0,5000 0, , , AMFG Asahimas Flat Glass Tbk 0,0473 0,2891 0,2140 0,3333-0, , , ASII Astra International Tbk 0,0699 0,0669 0,4657 0,3333 0, , , AUTO Astra Auto Part Tbk 0,0331 0,0191 0,2789 0,3750-0, , , BAJA Saranacentral Bajatama Tbk 0,0350 0,0380 0,8000 0,3333 0, , , BATA Sepatu Bata Tbk 0,0525 0,0119 0,3077 0,5000 0, , , BTON Beton Jaya Manunggal Tbk - 0,0337-0,0318 0,1904 0,5000-0, , , BUDI Budi Starch and Sweetener Tbk 0,0118 0,1140 0,5410 0,3333-0, , , CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 0,1751-0,0403 0,3773 0,3333-0, , , CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0,0919-0,0194 0,4151 0,5000-0, , , DAJK Dwi Aneka Jaya KemasindoTbk - 0,2401-0,2362 0,7425 0,5000-0, , , DLTA Delta Djakarta Tbk 0,2125 0,1536 0,1548 0,3333-0, , , DPNS Duta Pertiwi Nusantara 0,0338 0,0789 0,1110 0,3333-0, , , DVLA Darya Varia LaboratoriaTbk 0,0993 0,1127 0,2950 0,4286 0, , , EKAD Ekadharma International Tbk 0,1291 0,8027 0,1573 0,5000 0, , , FASW Fajar Surya WisesaTbk 0,0906 0,2273 0,6320 0,6000 0, , , GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk 0,0252 0,0622 0,3383 0,3333-0, , , GGRM Gudang GaramTbk 0,1060-0,0087 0,3715 0,6667 0, , , HDTX Panasia Indo Resources Tbk - 0,0830-0,0276 0, , , , HMSP Hanjaya Mandala SampoernaTbk 0,3002 0,1183 0,1960 0,5000-0, , , ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 0,0876 0,0882 0,3599 0,5000 0, , , IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk 0,1577 0,1446 0,1495 0,3333-0, , , IMAS Indomobil Sukses International Tbk - 0,0122 0,0311 0,7382 0,4286 0, , , INAI Indal Aluminium Industry Tbk 0,0266 0,0066 0,8073 0,5000 0, , , INCI Intan Wijaya International Tbk 0,0371 0,5887 0,0985 0,3333 0, , , INDF Indofood SuksesMakmurTbk 0,0641-0,1052 0,4653 0,3750-0, , , INDS Indospring Tbk 0,0200-0,0300 0,1652 0,3333-0, , , INTP Indocement Tunggal PrakasaTbk 0,1284 0,0909 0,1331 0,4286 0, , , JECC Jembo Cable Company Tbk 0,0834 0,1684 0,7037 0,6667 0, , , JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 0,1128 0,1219 0,5131 0,4000-0, , , JPRS Jaya Pari Steel Tbk - 0,0548-0,0329 0,1227 0,3333 0, , ,

124 KAEF Kimia Farma Tbk 0,0589 0,4253 0,5076 0,4000 0, , , KBLI KMI Wire and Cable Tbk 0,1787 0,2060 0,2939 0,4000-0, , , KBLM Kabelindo Murni Tbk 0,0332-0,0234 0,4983 0,3333-0, , , KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk - 0,0813-0,1320 0,6683 0,5000-0, , , KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk - 0,1358-0,1246 0,0892 0,2500-0, , , KICI Kedaung Indah Can Tbk 0,0026 0,0447 0,3633 0,3333 0, , , KLBF Kalbe Farma Tbk 0,1544 0,1117 0,1814 0,4286 0, , , LION Lion Metal Works Tbk 0,0617 0,0727 0,3138 0,3333 0, , , LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk 0,0086 0,0218 0,4963 0,5000 0, , , LMSH Lionmesh Prima Tbk 0,0384 0,2171 0,2795 0,3333 0, , , LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk - 0,1340 0,4746 0,8920 0,3333-0, , , MAIN Malindo Feedmill Tbk 0,0740-0,0107 0,5312 0,6000-0, , , MBTO Martina BertoTbk 0,0124 0,0941 0,3789 0,3333 0, , , MERK Merck Tbk 0,2068 0,1594 0,2168 0,3333-0, , , MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 0,4317 0,0829 0,6393 0,5714 0, , , MLIA Mulia Industrindo Tbk 0,0012 0,0839 0,7911 0,4000 0, , , MYOR Mayora Indah Tbk 0,1075 0,1393 0,5152 0,4000 0, , , PYFA Pyridam FarmaTbk 0,0308 0,0445 0,3684 0,5000 0, , , RICY Ricky Putra GlobalindoTbk 0,0109 0,0755 0,6799 0,3333 0, , , ROTI Nippon Indosari CorporindoTbk 0,0958 0,0788 0,5058 0,3333-0, , , SCCO Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk 0,1390 0,3817 0,5019 0,3333-0, , , SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 0,1608 0,0685 0,0769 0,3333-0, , , SIPD Siearad Produce Tbk 0,0051 0,1426 0,5548 0,3333-0, , , SKBM Sekar Bumi Tbk 0,0225 0,3102 0,6322 0,3333 0, , , SKLT Sekar Laut Tbk 0,0363 0,5068 0,4788 0,3333 0, , , SMBR Semen Baturaja PerseroTbk 0,0593 0,3366 0,2857 0,6000 0, , , SMCB Holcim Indonesia Tbk - 0,0144 0,1377 0,5921 0,5000-0, , , SMGR Semen Indonesia Tbk 0,1025 0,1592 0,3087 0,2857 0, , , SMSM Selamat SempurnaTbk 0,2227 0,0156 0,2992 0,3333 0, , , SPMA SuparmaTbk 0,0375-0,0122 0,4851 0,8000-0, , , SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 0,3447 0,0328 0,2596 0,3333 0, , , SRSN Indo AcitamaTbk 0,0154 0,2492 0,4394 0,3750 0, , , STAR Star Petrochem Tbk 0,0007-0,0533 0,2900 0,5000 0, , , TCID Mandom Indonesia Tbk 0,0742 0,0495 0,1839 0,5000-0, , , TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk 0,0355 0,0692 0,8446 0,5000-0, , , TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 0,0653 0,0582 0,4097 0,4000-0, , , TRIS Trisula International Tbk 0,0562 0,1072 0,4581 0,5000-0, , , TRST Trias SentosaTbk 0,0103-0,0199 0,4128-0, , , TSPC Tempo Scan PasificTbk 0,0828 0,0479 0,2962 0,5000-0, , , ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk 0,1674 0,1975 0,1769 0,3333-0, , , UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk 0,0020-0,0600 0,4363 0,5000 0, , , UNVR Unilever Indonesia Tbk 0,3816 0,0646 0,7191 0,8000 0, , , VOKS Voksel Electric Tbk 0,0959 0,0859 0,5989 0,2857-0, , , WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk 0,0785 0,0081 0,2678 0,3333 0, , , YPAS Yana Prima Hasta PersadaTbk - 0,0390 0,0038 0,4933 0,3333 0, , ,

125 Lampiran 2 a. Uji Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation DACC 318 -,19,19 -,0001,06589 ROA 318 -,24,66,0706,10430 ACHANGE 318 -,48,80,1134,17482 LEV 318,04,92,4348,20870 BDOUT 318,00,80,3867,14088 RECEIVABLE 318-2,53,60 -,0055,16686 ΔCPA 318,00 1,00,1132,31735 TATA 318 -,81,72 -,0071,11766 DCHANGE 318,00 1,00,4748,50015 CEOPIC 318,00 4,00 1,0314 1,01361 Valid N (listwise) 318 b. Uji Normalitas

126 c. Uji One-Sample Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 318 Normal Parameters a,b Mean, Std. Deviation, Most Extreme Differences Absolute,047 Positive,034 Negative -,047 Kolmogorov-Smirnov Z,840 Asymp. Sig. (2-tailed),480 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. d. Uji Multikolonieritas Coefficients a Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics Coefficients Coefficients B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant),011,014,831,407 ROA -,028,038 -,044 -,728,467,809 1,236 ACHANGE,076,021,201 3,599,000,933 1,072 LEV -,050,018 -,160-2,771,006,874 1,145 1 BDOUT,033,027,071 1,255,210,906 1,104 RECEIVABLE -,025,022 -,063-1,138,256,942 1,061 ΔCPA -,027,012 -,131-2,347,020,938 1,066 TATA,043,030,076 1,399,163,985 1,016 DCHANGE -,018,007 -,138-2,530,012,975 1,026 CEOPIC,003,004,043,781,435,972 1,029 a. Dependent Variable: DACC

127 e. Uji Heteroskedastisitas f. Uji Autokorelasi (Run Test) Runs Test Unstandardized Residual Test Value a -,00042 Cases < Test Value 159 Cases >= Test Value 159 Total Cases 318 Number of Runs 145 Z -1,685 Asymp. Sig. (2-tailed),092 a. Median g. Koefisien Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1,322 a,104,077, ,704 a. Predictors: (Constant), CEOPIC, RECEIVABLE, LEV, DCHANGE, TATA, BDOUT, ACHANGE, ΔCPA, ROA b. Dependent Variable: DACC

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk menginformasikan kondisi keuangan dan aktivitas oprasional perusahaan kepada para pengguna laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini. Kondisi perusahaan terkini maksudnya adalah keadaan keuangan perusahaan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi. Lewat laporan

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi. Lewat laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah alat pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan, seperti pemegang saham, investor, kreditor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan sumber daya ekonomi perusahaan ke dalam sebuah media

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan sumber daya ekonomi perusahaan ke dalam sebuah media 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan berkewajiban melaporkan aktivitasnya dalam pemanfaatan sumber daya ekonomi perusahaan ke dalam sebuah media tertulis yang dinamakan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Audit ditujukan untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai entitas memiliki potensi untuk terindikasi melakukan berbagai penyimpangan, salah satunya adalah kecurangan laporan keuangan. Laporan keuangan menjadi instrumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sebagai mana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sebagai mana yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan perusahaan berperan memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut. Laporan keuangan bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pelaporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi keuangan entitas yang berguna untuk investor dan kreditor dalam membuat keputusan tentang penyediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan cermin kondisi perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan harus disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam mengoperasikan kinerjanya. Persaingan beberapa perusahaan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siklus akuntansi yang terjadi dalam setiap perusahaan akan selalu diakhiri dengan pembuatan laporan keuangan. Laporan keuangan menurut Kieso dkk. (2011:4) adalah sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur mengenaiposisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur mengenaiposisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur mengenaiposisi keuangan dan kinerja suatu entitas selama suatu periode tertentu. Sesuai dengan Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media yang digunakan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media yang digunakan oleh suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan media yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan bagi pengguna. Menurut PSAK no 1, laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada setiap periode akuntansi, perusahaan akan mengungkapkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan catatan atas informasi keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, jumlah dari skandal akuntansi yang utama disebabkan dari banyaknya spekulasi salah satu di antaranya adalah bahwa manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sesuai dengan yang. dinyatakan dalam Standar Akuntansi Keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sesuai dengan yang. dinyatakan dalam Standar Akuntansi Keuangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan perusahaan berfungsi untuk memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Laporan keuangan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan manfaatnya sebagai salah satu sarana untuk mengambil keputusan. Mengkomunikasikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan bentuk alat komunikasi kepada pihak luar

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan bentuk alat komunikasi kepada pihak luar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan bentuk alat komunikasi kepada pihak luar perusahaan untuk menginformasikan aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Penginformasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. finansial bukan secara fisik. Laporan keuangan merupakan hasil input maupun

BAB I PENDAHULUAN. finansial bukan secara fisik. Laporan keuangan merupakan hasil input maupun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Instrumen operasional dalam suatu perusahaan yang paling penting adalah laporan keuangan. Suatu kondisi perusahaan dapat dilihat dengan mudah melalui laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Agency Theory Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agency theory mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal dan manajemen sebagai agent.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perekonomian yang begitu pesatnya antara lain ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perekonomian yang begitu pesatnya antara lain ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perekonomian yang begitu pesatnya antara lain ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi, persaingan yang ketat, pertumbuhan inovasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan sarana yang disediakan oleh perusahaan kepada para pemakai baik internal maupun eksternal untuk memperoleh informasi tentang aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku bisnispun akan semakin ketat. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis berusaha dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat komunikasi informasi antara manajer dengan bawahan serta kepada pihak luar perusahaan. Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk alat komunikasi oleh manajer puncak kepada bawahannya serta kepada pihak luar perusahaan untuk menginformasikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kecurangan (Fraud) Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara harfiah diartikan sebagai kecurangan. Menurut the Association of Certified Fraud Examiners

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Laporan keuangan menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan bagi pemangku kepentingan dan calon pemangku kepentingan (Pernyataan Standar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Hubungan keagenan yakni dimana agent dan principal atau manajer dengan pemilik memiliki sebuah kontrak kerja sama atau sebagainya (Jensen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dapat bersifat material dan merugikan pihak pihak berkepentingan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dapat bersifat material dan merugikan pihak pihak berkepentingan, seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai organisasi mulai dari nirlaba hingga yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan, memiliki potensi untuk terindikasi melakukan berbagai penyimpangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah pada penelitian Kusumawardhani (2015) menyebutkan bahwa secara

BAB III METODE PENELITIAN. adalah pada penelitian Kusumawardhani (2015) menyebutkan bahwa secara 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini merupakan laporan keuangan perusahaan perbankan yang telah terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 2015. Pertimbangan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan dengan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan dengan BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tijauan Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian sebelumnya yang membahas tentang kecurangan pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekadar kumpulan angka-angka, namun menjadi alat yang sangat berguna

BAB I PENDAHULUAN. sekadar kumpulan angka-angka, namun menjadi alat yang sangat berguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah salah satu instrumen penting yang digunakan dalam mengkomunikasikan dan mempertanggungjawabkan kinerja perusahaan dari manajer kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi antara pemilik dan pemegang saham (principal) dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi antara pemilik dan pemegang saham (principal) dengan 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori agensi (agency theory) yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling dalam Ratmono (2014) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi penggunanya sebagai informasi akuntansi kepada pihak internal maupun pihak eksternal untuk pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

OLEH: FRANSISCA HARTOYO

OLEH: FRANSISCA HARTOYO ANALISIS PENTAGON FRAUD DALAM MENDETEKSI FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015 OLEH: FRANSISCA HARTOYO 3203013022 JURUSAN AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat kita gunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat kita gunakan untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Penelitian Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat kita gunakan untuk membuat beberapa kesimpulan (Cooper dan Schindler, 2003). Menurut Sugiyono (1998)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas perbankan atau

BAB I PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas perbankan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan dipublikasikan untuk memberikan informasi keuangan mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas perbankan atau perusahaan yang akan membantu

Lebih terperinci

Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Pentagon.

Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Pentagon. Jurnal Akuntansi, Keuangan dan Bisnis Vol. 11, No. 1, Mei 2018, 11-23 11 Jurnal Politeknik Caltex Riau http://jurnal.pcr.ac.id Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Pentagon. Yossi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perusahaan dalam periode waktu tertentu dicerminkan melalui laporan keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan perusahaan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kondisi perusahaan yang menggunakan data keuangaaaaan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kondisi perusahaan yang menggunakan data keuangaaaaan. Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menampilkan kondisi perusahaan yang menggunakan data keuangaaaaan. Laporan keuangan ini yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipimpinnya, karena baik buruknya performa perusahaan akan. minat investor untuk menanam atau menarik investasinya dari sebuah

BAB I PENDAHULUAN. yang dipimpinnya, karena baik buruknya performa perusahaan akan. minat investor untuk menanam atau menarik investasinya dari sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk menampilkan performa terbaik dari perusahaan yang dipimpinnya, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang kian pesat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang kian pesat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang kian pesat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya perusahaan yang mulai melebarkan sayapnya ke kancah nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan politik di Indonesia dan dunia yang sangat fluktuatif belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan politik di Indonesia dan dunia yang sangat fluktuatif belakangan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fraud merupakan masalah umum pada bisnis di seluruh dunia. Kondisi ekonomi dan politik di Indonesia dan dunia yang sangat fluktuatif belakangan ini mendorong para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan saja, namun juga memiliki pengaruh ke pihak-pihak lain, seperti kreditur, investor,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan mendeskripsikan mengenai prinsipal dan agen, dalam perusahaan pemegang saham dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi pusat perhatian di kalangan pelaku bisnis di seluruh dunia. Di Indonesia pun tindakan kecurangan sepertinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dalam mengoperasikan bisnisnya. Dari sisi negatif,

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dalam mengoperasikan bisnisnya. Dari sisi negatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan zaman terutama pada dunia bisnis, berbagai persaingan bisnis, baik itu bersifat positif maupun negatif dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN FINANCIAL STATEMENT...

PENDETEKSIAN FINANCIAL STATEMENT... PENDETEKSIAN FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PERSPEKTIF FRAUD DIAMOND (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014) DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan perusahaan merupakan informasi mengenai kinerja perusahaan dalam kurun waktu satu periode yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Agency Theory Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. tujuan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dewasa ini merupakan hasil dari proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dewasa ini merupakan hasil dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi dewasa ini merupakan hasil dari proses pembangunan yang telah membuat dunia usaha menjadi semakin kompleks, bervariasi, dan sangat dinamis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (PSAK No. 1 revisi 2009, 2012). Pada umumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari minat investor terhadap perusahaan dengan tingkat saham yang

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari minat investor terhadap perusahaan dengan tingkat saham yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan bentuk sarana untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen atas sumber daya pemilik. Secara umum, semua bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menunjukkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan yaitu untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik (SPAP), SA Seksi 431 (2001: 431.1), disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik (SPAP), SA Seksi 431 (2001: 431.1), disebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), SA Seksi 431 (2001: 431.1), disebutkan bahwa pengungkapan informatif dalam laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arus kas perusahaan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. arus kas perusahaan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, penyajian laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan, posisi keuangan dan arus kas perusahaan bagi pihak-pihak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan (agency theory) sekarang sangat penting dari penelitian akuntansi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan (agency theory) sekarang sangat penting dari penelitian akuntansi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) sekarang sangat penting dari penelitian akuntansi. Teori ini muncul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan pasar modal pada beberapa tahun terakhir di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan pasar modal pada beberapa tahun terakhir di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan pasar modal pada beberapa tahun terakhir di Indonesia memberikan dampak yang besar terhadap peningkatan keberadaan perusahaan go public. Maka dari itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi dan kinerja keuangan suatu entitas dalam suatu periode.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan yang tepat. Tujuan laporan keuangan memberikan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. keputusan yang tepat. Tujuan laporan keuangan memberikan informasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan adalah alat bagi manajemen untuk pertanggungjawaban dan pelaporan kinerjanya kepada pemegang saham, sehingga laporan keuangan itu harus reliabel atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Sedangkan sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Sedangkan sampel BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Menurut Indriantoro (2009), populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Sedangkan sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjelma menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Asia tenggara. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjelma menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Asia tenggara. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia semakin penting di mata internasional. Setelah sempat lumpuh akibat krisis ekonomi pada tahun 1998, kini perekonomian Indonesia menjelma menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki risiko terjadinya kecurangan atau Fraud. Kecurangan atau biasa disebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki risiko terjadinya kecurangan atau Fraud. Kecurangan atau biasa disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan laporan yang berisi angka angka hasil kinerja perusahaan dalam suatu periode yang biasanya diterbitkan setiap satu tahun. laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Lingkup Audit Pelaporan 2.1.1 Audit Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang. Oleh sebab itu, informasi yang disajikan harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang. Oleh sebab itu, informasi yang disajikan harus memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era Asean Economic Community (AEC) pada awal tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era Asean Economic Community (AEC) pada awal tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era Asean Economic Community (AEC) pada awal tahun 2016 menjadi suatu kesempatan baru bagi seluruh pelaku ekonomi khususnya yang ada di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan akuntansi dalam dunia usaha adalah suatu permasalahan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan akuntansi dalam dunia usaha adalah suatu permasalahan yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kecurangan akuntansi dalam dunia usaha adalah suatu permasalahan yang tidak akan pernah habisnya untuk dibicarakan dan telah menarik banyak perhatian media

Lebih terperinci

FRAUND DIAMOND DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN. Poppy Indriani 1 M. Titan Terzaghi 2

FRAUND DIAMOND DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN. Poppy Indriani 1 M. Titan Terzaghi 2 FRAUND DIAMOND DALAM MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN Poppy Indriani 1 (poppy_ucat@yahoo.com) M. Titan Terzaghi 2 (mtitan4@gmail.com) Abstract Effect of Diamond Fraud in Financial Statement Fraud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan oleh KAP ini adalah jasa audit operasional,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu : 1 Sulistiyawati (2013) Penelitian ini untuk menguji pengaruh nilai perusahaan, kebijakan deviden,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement)

BAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu peran auditor eksternal adalah untuk memberikan keyakinan kepada pihak yang berkepentingan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai standar yang berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya isu kecurangan yang diteliti belakangan ini menunjukkan bahwa kasus

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya isu kecurangan yang diteliti belakangan ini menunjukkan bahwa kasus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya isu kecurangan yang diteliti belakangan ini menunjukkan bahwa kasus kecurangan semakin sering terjadi. Berita mengenai indikasi penyimpangan (fraud) di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut PSAK no. 1, laporan keuangan. penggunaan atas seluruh sumber daya yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut PSAK no. 1, laporan keuangan. penggunaan atas seluruh sumber daya yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Laporan keuangan merupakan sumber informasi bagi pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut PSAK no. 1, laporan keuangan adalah suatu penyajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak penyedia dana (investor) dan penerima dana (perusahaan). Sejalan

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak penyedia dana (investor) dan penerima dana (perusahaan). Sejalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan ekonomi, yaitu sebagai penyedia dana jangka panjang yang mempertemukan antara pihak penyedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu Negara dapat dilihat dari peningkatan pasar modalnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun terakhir bergerak menuju ke arah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan informasi yang lengkap dan berkualitas dalam berbagai bentuk sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu informasi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Terdapat 2 sistem pencatatan laporan keuangan yaitu cash basis

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Terdapat 2 sistem pencatatan laporan keuangan yaitu cash basis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Andreani dan Kiki (2015) menyatakan laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan bagi masyarakat sudah dikenal luas, penggunaannya, istilah yang dipakai, dan untuk sebagaian orang sudah menjadi kebutuhan, baik dalam dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini masuk sebagai lima (5) besar predikat negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini masuk sebagai lima (5) besar predikat negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia saat ini masuk sebagai lima (5) besar predikat negara terkorup di dunia dan begitu juga di Asia Pasifik, Indonesia menduduki tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah informasi laba dalam laporan laba rugi (Ningsaptiti,

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah informasi laba dalam laporan laba rugi (Ningsaptiti, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup usahanya atau yang dikenal dengan istilah going

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup usahanya atau yang dikenal dengan istilah going BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan dari suatu entitas bisnis saat ini bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan saja tetapi juga berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk menunjukkan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin ketat, karena terdapat persaingan antara kompetitor luar dan dalam negeri. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan dunia bisnis membuat perusahaan-perusahaan bersaing ketat, yang mendorong manajemen selalu ingin menampilkan hasil kerja yang terbaik atas kegiatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv vi vii x

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

1 BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan informasi yang lengkap dan berkualitas dalam berbagai bentuk sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu informasi yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pelaporan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pelaporan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pelaporan keuangan yang memiliki peranan yang sangat penting baik bagi pihak internal maupun pihak eksternal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu dan kondisi perusahaan untuk masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu dan kondisi perusahaan untuk masa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan sarana utama untuk memperoleh informasi keuangan yang dikomunikasikan kepada pihak - pihak yang berkepentingan dalam mengambil

Lebih terperinci

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI periode 2012-2015) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR/GRAFIK...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR/GRAFIK... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR/GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRACT... ABSTRAKSI... i ii iii iv vii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terasa lama,koran-koran dipenuhi dengan perincian baru tentang skandal akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. terasa lama,koran-koran dipenuhi dengan perincian baru tentang skandal akuntansi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntansi menghadapi berbagai masalah karena sepanjang musim panas yang terasa lama,koran-koran dipenuhi dengan perincian baru tentang skandal akuntansi korporasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan auditing bisa dipahami melalui kebutuhan akuntabilitas ketika pemilik bisnis mempekerjakan manajer untuk mengelola bisnis mereka seperti dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu pentingnya penerapan tata kelola perusahaan yang disebut dengan corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata kelola pada perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci