BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
|
|
- Erlin Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja Defenisi remaja Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun (Potter & Perry, 2005). Remaja adalah seorang anak yang telah mencapai umur tahun untuk anak perempuan dan tahun untuk anak laki-laki (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, menjelang masa dewasa muda (Marheni, 2004). Ini merupakan saat-saat ketika anak tidak mau diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa (Zulkifli, 2005). Penggolongan remaja menurut Thornburg (dalam Dariyo 2004) terbagi 3 tahap yaitu: 1. Remaja awal usia tahun 2. Remaja tengah usia tahun 3. Remaja akhir usia tahun Usia 12 tahun merupakan awal pubertas pada remaja perempuan dan mengalami menstruasi (datang bulan ) yang pertama dan usia 13 tahun merupakan awal pubertas bagi laki-laki ketika mengalami masa mimpi
2 yang pertama yang tanpa disadarinya mengeluarkan sperma (Zukifli, 2005). Kematangan hormon seks (sex hormones) akan mengubah pola pertumbuhan seorang anak. Sebelum masa pubertas, seorang anak rata-rata mengalami pertumbuhan sepanjang 2-3 inchi setiap tahunnya (1 inchi = 2,5cm). ketika mencapai pubertas, anak tumbuh secara cepat yakni ratarata 4-6 inchi per tahun. Selain mempercepat pertumbuhan fisik, hormon seks juga mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tulang-tulang kerangka (skeleton). Akhir pertumbuhan fisik yang dialami remaja diperkirakan pada usia 18 tahun dan setelah masa itu diperkirakan tidak terjadi pertumbuhan/penambahan tinggi badan lagi (Dariyo, 2004). Karakteristik Perubahan Fisik Remaja Wanita sebagai berikut: Karekteristik Remaja Wanita Pertumbuhan payudara Pertumbuhan rambut kemaluan Pertumbuhan badan / tubuh Menarche Bulu ketiak Usia 7-13 tahun 7-14 tahun 9,5-14,5 tahun 10-16,5 tahun 1 2 tahun setelah tumbunya rambut kemaluan Karakteristik Perubahan Fisik Remaja Laki-laki sebagai berikut: Karakteristik Remaja Laki-laki Pertumbuhan testis Pertumbuhan rambut kemaluan Pertumbuhan badan / tubuh Pertumbuhan penis, kelenjar prostat Ejakulasi pertama dengan mengeluarkan semen Pertumbuhan rambut wajah dan ketiak Usia 10-13,5 tahun tahun 10,5-16 tahun 11-14,5 tahun Kira-kira 1 tahun setelah pertumbuhan penis Kira-kira 2 tahun setelah tampak rambut kemaluan
3 2.1.2 Perkembangan Seksual Remaja Perubahan hormonal merupaka awal dari masa pubertas remaja yang terjadi sekitar usia tahun. Perubahan ini erat hubungannya dengan dengan perubahan di dalam otak yaitu hipothalamus (Dariyo, 2004). Terdapat perbedaan pada beberapa hal pada sistem hubungan panca indera, pusat pubertas inhibitor, hipothalamus, hipofise, dan kelenjar testis. Melalui rangsangan panca indera, diteruskan dalam sistem hipothalamus-hipofise-testis sehingga berangsur-angsur dapat menerima rangsangan. Hipothalamus mengeluarkan gonadotropik stimulating hormon melalui sistem portal sehingga hipofise anteriol mengeluarkan hormon gonadotropik. Interstitial cell stimulating hormon (ICSH) merangsang sel Leyding. Sekitar umur tahun, terdapat perubahan suara sebagai tanda akil balik (dewasa) dan mengeluarkan sperma saat tidur (nocthurnal orgasm). Pembentukan spermatozoa melalui proses spermatogenesis yang berasal dari sel Saroli pada tubulus testis, merupakan mata rantai yang panjang. Sel Leyding yang berperan aktif sehingga akhirnya terbentuk dua spermatozoa X dan spermatozoa Y (Bagus, 1999). Pada wanita gonadotropin yang terlibat adalah follicle stimulatinghormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). FSH menstimulasi perkembangan awal folikel, tetapi proses tersebut belum sempurna sampai tahap folikel graafian. Pelepasan FSH berikutnya merupakan penyempurnaan pertumbuhan folikular, ovulasi, dan perkembangan
4 sebuah korpus luteum. LH kemudian mempertahankan korpus luteum, yang kemudian menstimulasi pelepasan progesteron dan estrogen (Everett, 2007). Suatu bagian organ otak yang bertugas untuk mengkoordinasi atau mengatur fungsi-fungsi seluruh sistem jaringan organ tubuh. Salah satu diantaranya ialah merangsang hormon luteizing hormone releasing hormone (LHRH) dan kelenjar pituitary (pituitary gland) untuk melepaskan hormon gonadotropin. Hormon gonadotropin ini merangsang gonades (testis dan ovarium) untuk memproduksi hormon seksual. Hormon seks pada remaja perempuan disebut estrogen dan hormon laki-laki testosteron, hal ini yang dianggap sebagai faktor penyebab kematangan seksual seorang remaja (Dariyo, 2004). Kematangan seksual atau kematangan fisik yang normal pada umumnya berlangsung pada usia tahun. Namun ada kalanya juga kematangan tersebut berlangsung lebih cepat atau lebih lambat dari tahun (Kartono, 1992). Remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja. Datangnya menstruasi dapat menimbulkan reaksi yang positif maupun negatif bagi remaja perempuan Marheni (2004 dalam Soetjiningsih).
5 Tanda seks sekunder disebabkan oleh pancaindera yang menerima rangsangan yang diteruskan ke pusat dan diolah hipotalamus dilanjutkan ke hipofise melalui sistem fortal dikeluarkan oleh hormon gonadotropik perangsang folikel dan luteinizing hormon untuk merangsang induk telur. Hormon perangsang folikel (FSH), merangsang folikel primordial yang dalam perjalanannya mengeluarkan hormon estrogen untuk pertumbuhan tanda seks sekunder, Seperti pertumbuhan rambut kemaluan, rambut ketiak, pembesaran payudara, penimbunan jaringan lemak seperti di bokong (Bagus, 1999). Tanda seks primer seperti vulva, vagina, ovarium, tuba fallopi, uterus, serviks (Siti, 2009). Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak perempuan ditandai dengan perkembangan payudara, setelah pertumbuhan awal jaringan payudara puting dan areola ukurannya meningkat. Proses ini yang sebahagian dikontrol oleh hereditas mulai dari usia 8 10 tahun. Kadar estrogen yang meningkat juga mempengaruhi genital dan uterus mulai membesar dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal. Ini dapat terjadi secara spontan atau akibat rangsangan seksual (Poter & Perry 2004). Menstruasi pertama terjadi pada usia tahun, estrogen pada permulaan menstruasi sangat penting karena menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan seks sekunder itu sebabnya pada permulaan menstruasi sering tidak teratur karena bentuk menstruasi anovulatoir (tanpa pelepasan telur). Baru setelah umur wanita mencapai
6 remaja sekitar tahun menstruasi teratur dengan interval hari ( Bagus, 1999). Menurut Poter & Perry (2004), Kadar testosteron meningkat pada anak laki laki selama pubertas ditandai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis. Anak laki laki tidak mengalami ejakulasi sebelum organ seks matur yaitu sekitar usia tahun. Ejakulasi terjadi pertama kali selama tidur (emisi nokturnal). Dapat diinterpretasikan sebagai suatu episode mimpi basah. Meski tidak menghasilkan sperma saat pertama ejakulasi tetapi dapat menyebabkan anak laki laki menjadi subur dan terjadi perkembanan sekunder ditandai dengan tumbuhnya rambut pubis, tumbuhnya rambut pada wajah seperti kumis, jenggot, dan terjadi pertumbuhan tubuh, perubahan pada suara. Karena produksi hormon dalam tubuh di permukaan wajah akan timbul jerawat. Bila hal ini terjadi lebih cepat atau lebih lambat juga bisa menimbulkan masalah bagi remaja (Zulkifli, 2005). Beberapa faktor yang mempengaruhi seksualitas adalah (1) genetika dan hormonal, (2) pelajaran dalam keluarga, (3) keluarga dan teman sebaya, (4) media massa, (5) agama dan budaya, (6) pengalaman pribadi baik positif maupun negatif, (7) kekerasan seksual baik mental maupun fisik, (8) psikologis, meliputi depresi dan ketakutan, (9) penyakit fisik, (10) citra tubuh, (11) kehamilan dan menyusui, (12) menopause, dan (13) penuaan (Siti, 2009).
7 2.1.3 Perubahan Dalam Prilaku Sosial Remaja Menurut Vygotsky (dalam Dariyo, 2004) cara orang dalam menjalani kehidupan sangat dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, dimana ia hidup. Lingkungan kehidupan budaya suatu masyarakat mengandung unsur nilai, norma, etika, kebiasaan, adat istiadat, maupun cita-cita. Hal ini tentu kemudian mempengaruhi pola prilaku individu. Sejak masa kanakkanak, seorang individu mulai belajar dari lingkungan keluarga. Ia belajar menyerap nilai-nilai dan unsur-unsur budaya orangtua, dimana budaya orangtua pun tersumber dari budaya komunitas yang lebih luas, kemudian ketika menginjak masa remaja, seseorang akan memperluas pergaulan sosialnya dengan teman sebaya, orang dewasa maupun lembaga sosial yang lain. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik dengan kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orangtua menjadi nomor dua dalam hidupnya. Dalam pengalaman remaja berusaha melakukan sesuatu hal secara bersama-sama misalnya: berpacaran, berkelahi, dan mencuri. Apa yang dilakukan oleh kelompoknya akan ditiru oleh remaja (Zulkifli, 2005). Anggota kelompok atau geng sebenarnya tidak berbahaya asal saja kita bisa mengarahkannya. Karena dalam kelompok remaja dapat memenuhi kebutuhannya misalnya: kebutuhan dimengerti, dianggap, diperhatikan, mencari hal baru, berprestasi, kebutuhan diterima statusnya,
8 harga diri, dan rasa aman ini semua belum tentu dapat diperoleh remaja di rumah maupun sekolah (Zulkifli, 2005). Perbedaan sikap laki-laki dan perempuan dalam nilai-nilai sosial: biasanya laki-laki lebih aktif daripada perempuan, lelaki cenderung ingin menguasai hal yang baru sedangakan peremuan bersikap menerima (reseptif) terhadap perubahan-perubhan yang terjadi dalam diri remaja. Laki-laki lebih meperhatikan nilai-nilai kultural sedangkan perempuan lebih memperhatikan masalah kehidupan. Laki-laki sangat suka mengumpulkan pengalaman sedangkan perempuan kurang menyadari adanya faktor resiko. Sikap laki-laki sering dipengaruhi oleh salah satu nilai kehidupan sedangkan perempuan berkeinginan tidak menentu (Zulkifli, 2005). 2.2 Konsep Pendidikan seks Defenisi Pendidikan Seks Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja, secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang
9 dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat (Zainun, 2009). Pendidikan seksual adalah suatu kegiatan pendidikan yang berusaha untuk memberikan pengetahuan agar mereka dapat mengubah perilaku seksualnya ke arah yang lebih bertanggungjawab. Membantu remaja merefleksikan pengaruh nilai dan perkembangan mereka dalam nilai seksual dan membangun nilai dengan pendekatan praktis pada pendidikan seksual (Halstead & Michael, 2004). Perubahan organ-organ reproduksi yang makin matang pada remaja menyebabkan dorongan dan gairah seksual remaja makin kuat dalam dirinya. Banyak media massa saperti internet, televisi, Koran atau majalah yang menyampaikan informasi secara bebas kepada masyarakat umum, termasuk remaja. Sementara piaget (dalam Dariyo, 2004) walaupun remaja telah mencapai kematangan kognitif, namun dalam kenyataannya mereka belum mampu mengolah informasi yang diterima tersebut secara benar. Akibatnya prilaku seksual remaja, seringkali tidak terkontrol dengan baik (Dariyo, 2004). Pendidikan seksual seharusnya diberikan oleh orangtua sejak dini ketika anak mulai bertanya tentang perbedaan kelamin dan disesuaikan dengan kebutuhan dan umur serta daya tangkap anak (Sumiati, 2009) bahkan anak yang sangat muda menerima banyak informasi tentang seksual dari teman sebayanya di tempat bermain, melalui tukar menukar majalah, televisi dan media-media lain juga merupakan sumber utama
10 pengetahuan seks dan nilai-nilainya yang tidak mudah dikontrol orangtua (Halstead & Michael, 2004) Tujuan Pendidikan Seks Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsurunsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga (Zainun, 2009). Tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya (Sumiati, 2009). Pada dasarnya tujuan pendidikan seksualitas adalah untuk membekali para remaja dalam menghadapi gejolak biologisnya (Kartono, 1998). Mendidik anak secara moral, sosial, dan sesuai dengan perkembangan anak dalam hal pendidikan seks dan pergaulan di sekolah merupakan tanggung jawab para profesional kesehatan bekerjasama dengan pihak lain (Luanaigh, 2009). Sebuah isu kunci yang diangkat adalah penyediaan pendidikan seks dan pergaulan di sekolah saat ini dan kemungkinan peranannya sebagai
11 faktor pengontribusi tingginya angka kehamilan remaja (Luanaigh, 2009). Pendidikan seks tampak lebih bermanfaat jika dipusatkan kepada kebutuhan remaja dan didiskusikan dengan profesional kesehatan yang memiliki minat dalam bidang ini (Luanaigh, 2009). Untuk mencapai tujuan pendidikan seksual secara maksimal, sebaiknya para pendidik mempertimbangkan teknik apa yang tepat (efektif dan efisien) untuk menyampaikan bahan-bahan informasi kepada individu atau sekelompok individu sebagai berikut: a. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja b. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab) c. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi d. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga e. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual
12 f. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya g. Untuk mengurangi prostitusi ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan h. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orangtua, anggota masyarakat (Sumiati, 2009). Untuk tujuan, isi, metode, dan kesuksesan pendidikan seksual ditentukan oleh nilai baik langsung atau tidak langsung (Halstead & Michael, 2004) Ruang Lingkup Pendidikan Seks Langkah pertama dalam mengajarkan pendidikan seks dan pergaulan adalah dengan mengenali remaja sebagai mahluk seksual. Dalam penelitian mereka bahwa remaja merasa tidak nyaman menerima informasi seks dari guru mereka dan menyarankan menggunakan tenaga kesehatan dari luar sekolah yang dapat lebih menjamin kebebasan serta mengurangi rasa malu karena mereka tidak saling mengenal dibandingkan dengan guru mereka Eisenberg et al (1997 dalam Luanaigh, 2009).
13 Sebanyak 78% orang tua mengharapkan sekolah memberikan pendidikan seks, termasuk informasi mengenai pengendalian kelahiran. Pendidikan seks masih menjadi kontroversi. Di satu sisi adalah kelompok seperti Planned Parenthood (orang tua terencana) yang menyatakan bahwa pendidikan seks harus bersifat lebih terbuka dan alat KB harus lebih tersedia, di sisi lain adalah individu yang percaya bahwa pendidikan seks haruslah diberikan oleh orangtua dan mengajarkan alat kontrasepsi kepada remaja berarti memberikan lampu hijau bagi mereka untuk melakukan hubungan seks dan berhubungan seks dengan bebas. Kontroversi ini telah mengarah kepada pertikaian antara dewan sekolah di seluruh negeri (Santrock, 2003). Pada sebuah survei mengenai pendidikan seks di wilayah sekolah di seluruh Negeri yang juga meliputi kota-kota berpenduduk orang atau lebih, ditemukan bahwa tiga perempat sekolah memberikan pendidikan seks di tingkat SMU dan SMP. Sebenarnya kebanyakan sekolah menggabungkan materi pendidikan seks dengan pelajaran lain (Santrock, 2003). Program pendidikan seks berbeda dengan sekolah satu dengan yang lainnya. Banyak sekolah yang tidak memiliki program pendidikan seks sama sekali. Umumnya remaja diberi pendidikan seks di kelas biologi ketika mereka sudah duduk di kelas satu SMU. Faktor lain yang menentukan kualitas pendidikan seks adalah guru yang mengajarkannya. Kebanyakan guru pendidikan seks menguasai biologi,
14 pendidikan kesehatan, ekonomi keluarga, atau olah raga. Hanya sedikit yang memiliki pemahaman yang meluas mengenai seksualitas manusia Newton (1982 dalam Santrock, 2003). Guru pendidikan seks seharusnya terampil dalam menghadapi emosi remaja. Seksualitas adalah topik yang sangat sensitif, dan remaja perlu dibantu untuk merasa nyaman ketika membicarakan seks (Santrock, 2003). Peran sekolah, orang tua, media massa maupun pemerintah adalah memikirkan dan membuat program dan pendidikan seksual untuk remaja Moglia dan Knowles (1997 dalam Dariyo, 2004). Hal-hal yang perlu diberikan dalam pendidikan seksual adalah: a. Perubahan dan fungsi organ-organ reproduksi selama remaja b. Perubahan kondisi psikologis-emosional selama masa pubertas c. Dampak positif-negatif media massa bebas terhadap prilaku seksual remaja d. Fungsi dan kegunaan alat-alat kontrasepsi seperti: IUD kondom e. Cara mencegah dan mengatasi terjadinya hubungan seks bebas di kalangan remaja Dalam pendidikan seksual tersebut dapat dilaksanakan secara fleksibel artinya mencoba metode atau teknik apa yang akan dipergunakan dalam menyampaikan pengajaran kepada remaja. Teknikteknik yang dipergunakan dapat melalui: ceramah dan tanya jawab, pemutaran film dan diskusi, dialog, dan sebagainya. Pihak-pihak profesional yang dapat dilibatkan dalam menyampaikan materi tersebut berasal dari dokter, psikolog, guru/dosen (Dariyo, 2004).
15 Hal-hal yang mendorong remaja melakukan hubungan seks di luar pranikah, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Keluarga Kaiser (Kaiser family foundation, dalam santrock,1998) adalah (a) faktor mispersepsi terhadap pacaran: bentuk penyaluran kasih sayang yang salah di masa pacaran, (b) faktor religiusitas: kehidupan iman yang tidak baik, dan (c) faktor kematangan biologis. 1. Hubungan seks: bentuk penyaluran kasih sayang yang salah dalam masa pacaran. Seringkali remaja mempunyai pandangan yang salah bahwa masa pacaran merupakan masa dimana seseorang boleh mencintai maupun dicintai oleh kekasihnya. Dalam hal ini, bentuk ungkapan rasa cinta (kasih sayang) dapat dinyatakan dengan berbagai cara misalnya, pemberian hadiah bunga, berpelukan, berciuman, dan bahkan melakukan hubungan seksual. Dengan anggapan yang salah ini, maka juga akan menyebabkan tindakan yang salah. 2. Kehidupan iman yang rapuh: kehidupan beragama yang baik dan benar ditandai dengan pengertian, pemahaman dan ketaatan dalam menjalankan ajaran-ajaran agama dengan baik, tanpa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi apapun. Oleh karena itu, dia tidak akan melakukan hubungan seksual dengan pacarnya, sebelum menikah secara resmi. 3. Faktor kematangan biologis. Dengan kematangan biologis seorang remaja sudah dapat melakukan fungsi reproduksi sebagaiman
16 layaknya orang dewasa lainnya, sebab fungsi seksual sudah berfungsi dengan normal. Hal ini membawa konsekuensi bahwa seorang remaja akan mudah terpengaruh oleh stimulasi yang merangsang gairah seksualnya misalnya, dengan melihat film porno. Kematangan biologis yang tidak disertai dengan kemampuan mengendalikan diri cenderung berakibat negatif, yaitu terjadinya hubungan seksual pranikah dimasa pacaran remaja (Dariyo, 2004) Prilaku Seksual Remaja Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih sangat kurang sampai saat ini. Kurangnya pemahaman ini sangat jelas yaitu dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang ada di masyarakat tentang seksualitas yang seharusnya dipahami. Pemahaman tentang perkembangan seksualitas termasuk pemahaman tentang perilaku seksual remaja merupakan salah satu pemahaman yang penting diketahui sebab masa remaja merupakan masa peralihan dari perilaku seksual anak-anak menjadi perilaku seksual dewasa Pangkahila (2004 dalam Soetjiningsih) Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja amat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang penting yaitu: kognitif, emosi, sosial, dan seksual. Perkembangan ini akan berlangsung mulai
17 sekitar 12 tahun sampai 20 tahun, kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: adat istiadat, budaya, agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang benar. Kurangnya pemahaman ini akan mengakibatkan berbagai dampak yang justru sangat merugikan kelompok remaja dan keluarganya. Laporan ini disampaikan oleh National Surveys of Family Growth pada tahun Di Amerika Serikat setiap menit kelompok remaja melahirkan satu bayi dan 50% dari mereka melahirkan anaknya dan sisanya tidak melanjutkan kehamilannya. Beberapa kekerasan seksual yang dilakukan oleh para remaja terhadap sesamanya atau terhadap anak-anak yang lebih kecil sekitar umur 3-11 tahun sering kali terjadi Pangkahila (2004 dalam Soetjiningsih). Sebagian kelompok remaja mengalami kebingungan untuk memahami tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan olehnya, yaitu boleh atau tidaknya melakukan pacaran, melakukan onani, nonton bersama atau ciuman. Ada beberapa kenyataan lain yang cukup membingungkan antara apa saja yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Kebingungan ini akan menimbulkan sesuatu prilaku seksual yang kurang sehat dikalangan remaja. Perasaan bersalah atau bedosa tidak jarang dialami kelompok remaja yang pernah melakukan onani dalam hidupnya. Pemahaman yang benar tentang seksualitas manusia sangat diperlukan khususnya untuk para remaja demi prilaku seksualnya dimasa dewasa sampai
18 mereka menikah dan memiliki anak Pangkahila (2004 dalam Soetjiningsih). Perilaku seksual kelompok teman sebaya remaja juga memiliki pengaruh pada awal aktivitas seksual remaja. Jika remaja berada di tengah kelompok sosial yang melakukan prilaku seksual yang tidak sehat, anggota kelompok lainnya akan melakukan hal yang serupa. Jika remaja mendapat pendidikan seks dan pergaulan yang menyeluruh, itu dapat mencegah mereka dari melakukan prilaku seksual yang tidak sehat (Luanaigh, 2009). Menurut Pangkahila (2004 dalam Soetjiningsih), Perkembangan prilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: perkembangan psikis, fisik, proses belajar dan sosiokultural. Berdsarkan faktor-faktor tersebut maka aktifitas seksual remaja amat erat kaitannya dengan faktor-faktor itu. Beberapa aktifitas seksual sering dijumpai pada remaja yaitu: (a) sentuhan seksual; (b) membangkitkan gairah seksual; (c) seks oral; (d) seks anal; (e) masturbasi dan hubungan heteroseksual. a. Masturbasi Masturbasi merupakan salah satu aktifitas yang sering dilakukan oleh para remaja. Dari laporan penelitian yang dilaporkan oleh SIECUS (Sex Information and Education Council of the United States) menunjukkan bahwa remaja laki-laki pada umur 16 tahun yang melakukan masturbasi ada 88% dan remaja perempuan 62%.
19 Frekuensinya makin meningkat sampai pada masa sesudah pubertas. Mereka mempunyai daya tarik seksual terhadap lawan jenis yang sebaya. Masturbasi ini dilakukan sendiri-sendiri dan juga dilakukan secara mutual dengan teman sebaya sejenis kelamin., tetapi sebagian dari mereka juga melakukan masturbasi secara mutual dengan pacarnya. b. Percumbuan, seks oral, dan seks anal Pola prilaku seksual ini tidak saja dilakukan oleh pasangan suami istri, tetapi juga telah dilakukan oleh sebagian dari remaja. Sebuah penelitian melaporkan bahwa remaja melakukan aktifitas seksual tersebut 75% di rumah orangtuanya. Hubungan seksual dikalangan remaja makin lama makin meningkat sesuai dengan peningkatan umur.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Seks Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran orang tua yang sangat dituntut lebih dominan untuk memperkenalkan sesuai dengan usia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang
Lebih terperinciSEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN
SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat
Lebih terperinciSEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM
SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata pacaran sudah sangat biasa ditelinga masyarakat luas saat ini. Bahkan dari dulu pun pacaran sudah bisa dikatakan sebagai budaya mulai remaja sampai orang dewasa.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat kematangan seksual yaitu antara usia 11 sampai 13 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang
Lebih terperinciSeksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY
Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami proses perkembangan secara bertahap, dan salah satu periode perkembangan yang harus dijalani manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Casmini (2004) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah (2008), remaja adalah
Lebih terperinciStandar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Jenjang Sekolah : SMP 3 Pajangan Mata Pelajaran : IPA Terpadu Kelas / Semester : VIII / I Alokasi waktu : 1 X 40 (1 x Pertemuan) Standar Kompetensi 1. Memahami
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN Perilaku Orangtua Siswa SMP Santo Thomas 3 Medan Dalam Pemberian Informasi Mengenai Pendidikan Seks Tahun 2013 I. Kata Pengantar Dengan hormat, sehubungan dengan penelitian saya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun sampai 18 hingga 22 tahun (Santrock, 2007, hlm. 20). Pada masa remaja, individu banyak mengalami perubahan
Lebih terperinciSiklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12
Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka
Lebih terperinciPENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN Diana Dewi Wahyuningsih Universitas Tunas Pembangunan Surakarta dianadewi_81@yahoo.com Kata Kunci: Pendidikan Seksualitas, Aspek Psikologis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik dan psikologi. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, masa ini juga disebut suatu
Lebih terperinciSKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat
SKRIPSI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN 2011 Proposal skripsi Skripsi ini Disusun untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005) pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah (dijalani, dirasakan, ditanggung). Menurut Notoatmodjo (2005) pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat
Lebih terperinciKESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
KESEHATAN REPRODUKSI by Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep diri Willoughby, King & polatajko (1996, dalam Wong,et al 2009, hlm 121) mengemukakan bahwa konsep diri adalah bagaimana individu menggambarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Diet 1. Pengertian Perilaku Diet Perilaku diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangai berat badan (Kim & Lennon, 2006). Demikian pula Hawks (2008) mengemukakan
Lebih terperinciBAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan, dan dapat menjadi landasan teoritis untuk mendukung penelitian
Lebih terperinciAnatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang
Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, kehidupan seksual dikalangan remaja sudah lebih bebas dibanding dahulu. Terbukanya saluran informasi seputar seks bebas beredar dimasyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,
Lebih terperinciperubahan-perubahan fisik itu (Sarwono, 2011).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk seksual tidaklah pernah bisa luput karena disaat berbicara masalah seputar seks rasanya tidak akan ada habis-habisnya. Hanya kematian yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A. 1 Perilaku Seks Sebelum Menikah Masalah seksual mungkin sama panjangnya dengan perjalanan hidup manusia, karena kehidupan manusia sendiri tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang
Lebih terperinciKUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON
KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di
5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja Menurut World Health Organization (WHO) (2014) remaja atau dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah kematangan.
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Pubertas merupakan suatu periode perkembangan transisi dari anak menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan hasil tercapainya kemampuan reproduksi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman yang bertambah modern ini nilai-nilai yang bersifat baik atau nilai moral menjadi semakin berkurang didalam kehidupan bermasyarakat. Pergaulan yang salah dan terlalu
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4 1. Apabila seorang telah berpikir kritis dan menetapkan pendirian dalam mengambil keputusan, dia berada dalam tahap perkembangan...
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hamil Usia Dini Kehamilan usia dini (usia muda/remaja) adalah kehamilan yang terjadi pada remaja putri berusia
Lebih terperinciBABl PENDAHULUAN. Kehidupan manusia melalui beberapa tahap perkembangan yang dimulai
BABl PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia melalui beberapa tahap perkembangan yang dimulai dari masa pra lahir, masa bayi, masa awal anak-anak, pertengahan masa anakanak dan akhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum diawali dalam suatu keluarga, orangtua yang bertanggung jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang diterima
Lebih terperinciLampiran 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:
Lampiran 1 60 Lampiran 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya: Dengan
Lebih terperinci- SELAMAT MENGERJAKAN -
Identitas subyek Usia : Angkatan : Jenis kelamin : PEDOMAN PENGISIAN 1. Isilah identitas di sudut kiri atas dengan jelas. 2. Bacalah dahulu Petunjuk Pengisian pada masing-masing bagian dengan cermat. 3.
Lebih terperinciKUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014
KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 I. Identitas Responden No.Responden : Jenis kelamin : Umur : Alamat rumah : Uang saku/bulan : II.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi yang saat ini semakin cepat dan berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam system dunia yang mengglobal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja Remaja adalah masa di mana individu mengalami perkembangan semua aspek dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peralihan dari masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini masalah seksualitas masih menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi sesuatu
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa
Lebih terperinciBAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.
BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja keadaan fisik, psikologis, dan seksualitas akan mengalami perubahan. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tingkat aborsi tahunan di Asia berkurang antara tahun 1995 dan 2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 44 tahun. Di Asia Timur, tingkat
Lebih terperinciPERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN
Lampiran 1 PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Lazimnya masa remaja dimulai saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Remaja 1.1. Pengertian Remaja Menurut Hurlock (2003), istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja)
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Responden menurut Usia. sisanya merupakan kelompok remaja awal.
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Karakteristik Responden menurut Usia Karakteristik usia responden menunjukan distribusi tertinggi adalah usia 9-11 tahun sebanyak 16 responden (53%) dan sisanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reproduksi adalah kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, sosial dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO), menguraikan bahwa kesehatan reproduksi adalah kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, sosial dan lingkungan serta bukan semata-mata
Lebih terperinci1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.
Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rangsangan dari lingkungan seperti film, TV, VCD tentang perilaku seksual serta faktor gizi menyebabkan remaja sekarang lebih cepat perkembangan seksualnya karena hormon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Populasi dunia saat ini sekitar 6,7 miliar dan sepertiganya adalah remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan seperti perkembangan fisik, emosional, maupun sosial yang
Lebih terperinciPSIKOLOGI PERKEMBANGAN II
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II Juliani Prasetyaningrum, MSi, Psi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2008 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PSIKOLOGI PERK I PSIKOLOGI PERK II -MASA PRA LAHIR -MASA LAHIR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1
SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan gambar berikut! Bagian yang disebut dengan oviduct ditunjukkan oleh huruf... A B C D Bagian yang ditunjukkan oleh gambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju dewasa, yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis (Hurlock, 1988:261).
Lebih terperinciTAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN
TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN REMAJA
ASUHAN KEPERAWATAN REMAJA KEINGINAN PENDAHULUAN Masa remaja, dianggap sebagai masa topan badai dan stress (storm and stress), karena telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. usia tahun. Remaja dalam bahasa Latin disebut adolescence yang
BAB II TINJAUAN TEORI A. REMAJA DAN MASA PUBERTAS 1. Pengertian Kata remaja berasal dari bahasa Inggris teenager yakni manusia usia 13-19 tahun. Remaja dalam bahasa Latin disebut adolescence yang artinya
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA. Nanang E.G. 15 Juli 2008
PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA Nanang E.G. 15 Juli 2008 Siapakah remaja? Masa puber, Adolesensi atau akil baliq Secara biologis 12-21 tahun Banyak mengalami perubahan psikis dan fisik Anak-anak bukan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka. 1. Pengetahuan. Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Data demografi menunjukan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk dunia
Lebih terperinciOrgan Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.
Organ Reproduksi Perempuan Organ Reproduksi Bagian Dalam 2. Saluran telur (tuba falopi) 1. Indung telur (ovarium) 3. Rahim (uterus) 4. Leher Rahim (cervix) 5. Liang Kemaluan (vagina) Organ Reproduksi Bagian
Lebih terperinciHUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH
HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena perubahan yang terjadi dalam masyarakat dewasa ini khususnya bagi remaja merupakan suatu gejala yang dianggap normal, sehingga dampak langsung terhadap perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah seksual telah menjadi problematika sosial di kalangan masyarakat. Masalah tersebut tidak sekedar berwujud dalam satu bentuk, tetapi ada beberapa permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Seks adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Seksual Pranikah. jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam macam mulai dari perasaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2011) perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan
Lebih terperinciLembar Persetujuan Menjadi Responden. saya sedang melakukan penelitian tentang Efektifitas PIK-KRR Terhadap Peningkatan
Lampiran I Lembar Persetujuan Menjadi Responden Saya yang bernama Nur Apni Aryani (095102021) adalah mahasiswi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase hidup manusia dimana fase ini terdapat banyak perkembangan pesat baik fisik, psikologis dan sosial. Perkembangan fisik ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa pubertas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini merupakan tahap yang kritis, karena merupakan tahap transisi dari masa kanakkanak ke masa
Lebih terperinciHUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
Lebih terperinci