BAB V PENUTUP. Pengelolaan Limbah Sludge 4 (empat) Tanki Crude, 1 (satu) Tanki Ballast

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah penulis menguraikan pengertian Perjanjian pemborongan Pekerjaan dalam bidang hukum perjanjian dimana Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Perjanjian Borongan Pekerjaan Cleaning Dan Pengelolaan Limbah Sludge 4 (empat) Tanki Crude, 1 (satu) Tanki Ballast Dan 1 (satu) Sludge Pond Di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap salah satu contohnya yang konkrit serta masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaannya sebagai akibat dari adanya wanprestasi. Untuk hal tersebut maka penulis akan mencoba menguraikan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan pekerjaan yang diperjanjikan, maka pihak pemborong disamping harus memperhatikan kewajiban-kewajiban di bidang administrasi; juga terutama sekali harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang bersifat teknis, yaitu penyelenggaraan pekerjaan harus mengikuti ketentuan dalam prosedur dan tata cara yang dipersyaratkan dalam rangka pemborongan Bahwa tidak selamanya perjanjian pemborongan terlaksana dengan apa yang diharapkan dan diperjanjikan oleh para pihak, ada kalanya terdapat masalah-masalah yang mengakibatkan terganggunya 115

2 pelaksanaan perjanjian tersebut. Faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan itu dapat dilihat dari dua segi yaitu: - Segi intern perjanjian itu sendiri Dari segi intern perjanjian itu, yang menimbulkan permasalahan utama adalah; adanya ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban pemberi tugas disatu pihak, dengan kewajiban pemberi tugas disatu pihak, dengan kewajiban pemborong dilain pihak. Masalah kedua; yaitu adanya klausula yang memungkinkan diperpanjangnya jangka waktu penyelesaian atau penyerahan pekerjaan; perpanjangan jangka waktu mana semata-mata berdasarkan pada kebijaksanaan Direksi Pekerjaan - Segi ekstern yang datangnya dari luar perjanjian Dilihat dari segi ekstern perjanjian pemborongan pekerjaan, yaitu salah satu contohnya adalah adanya klausula denda, pemutusan perjanjian secara sepihak dan kewajiban pemborong selama masa pemeliharaan 2. Dalam pemborongan pekerjaan dimana pihak pemborong disamping melaksnakan pekerjaan juga menyediakan bahan-bahannya, apabila pekerjaan musnah oleh suatu sebab sebelum hasil pekerjaan diserahkan pada pihak yang memborongkan, maka resiko dipikul oleh pemborong, kecuali bilamana pihak yang memborongkan telah lalai untuk menerima hasil pekerjaan pihak pemborong 116

3 Perjanjian pemborongan merupakan Perjanjian Timbal Balik dimana masing-masing pihak mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat, yang dimaksud dengan timbal balik adalah perjanjian dimana pihak yang memperoleh hak-hak dari perjanjian itu juga menerima kewajiban-kewajiban yang merupakan kebalikan dari hakhak yang diperolehnya. Sebaliknya, pihak yang dibebani kewajibankewajiban yang memperoleh hak-hak sebagai kebalikan dari kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, mengenai hal berhubungan dengan beberapa masalah perjanjian pemborongan pekerjaan antara PT Pertamina (Persero) dengan PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri dan bertolak dari teori teori Ilmu Hukum Perdata pada umumnya dan teori teori Hukum Perjanjian khususnya serta dikaitkan dengan praktek pelaksanaannya Perjanjian Pemborongan Pekerjaan yang tercermin dalam uraian bab demi bab, kemudian sampailah pada saran saran sebagaimana sebaiknya sistim dan bentuk perjanjian pemborongan pekerjaan, sehingga tiap hak dan kewajiban para pihak betul-betul terjamin kepastian hukumnya, serta terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban para pihak. 1. Untuk dapat dilaksanakannya suatu peraturan sesuai dengan yang diinginkan, selain peraturan itu sendiri harus konsisten, juga para pihak 117

4 yang melaksanakan peraturan itu harus mempunyai kesadaran hukum yang tinggi, disamping situasi dan kondisi yang dapat mempengaruhi pelaksanaan peraturan tersebut. Dengan perkataan lain gejala sosial dapat mempengaruhi terlaksananya hukum. Kesadaran hukum dalam hal ini dapat dihubungkan dengan mental para pihak dalam melaksanakan perjanjian yang dibuatnya. Untuk mengimbangi kewajiban pihak pemborong dalam menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan yang diperjanjikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, seharusnya dalam Perjanjian Pemborongan ditentukan dengan tegas jangka waktu pembayaran harga borongan oleh pihak pemberi pekerjaan, juga disertai dengan sanksi denda apabila terjadi kelambatan dalam hal pembayaran harga borongan. Dalam melaksanakan Hak dan Kewajiban para pihak harus memahami klausula-klausula dalam perjanjian dan seluruh lampiran perjanjian, selain itu juga memahami peraturan umum dan khusus yang berlaku baik itu tercantum jelas dalam perjanjian maupun peraturan terkait pelaksanaan pekerjaan pemborongan pada umumnya. Seperti dalam perjanjian telah disepakati untuk menerapkan aturan CSMS, dimana hal ini yang menjadi dasar dalam kegiatan pengerjaan yang harus diketahui oleh pihak yang memborongkan dan khususnya pihak pemborong atau kontraktor. 118

5 2. Adanya klausula yang menyatakan bahwa pihak pemberi perkerjaan untuk memutuskan perjanjian secara sepihak, dengan mengenyampingkan ketentuan dalam pasal 1266 KUH Perdata dalam hal pemborong melakukan wanprestasi, juga harus diimbangi dengan ketentuan yang mengatur secara tegas hak pemborong untuk memutuskan perjanjian apabila pihak pemberi pekerjaan dalam keadaan lalai. Dengan demikian diharapkan terdapatnya keseimbangan antara hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian, sehingga hakekat dari perjanjian timbal balik dapat terlihat dan berfungsi sesempurna mungkin. Mengenai kewajiban pihak pemborong untuk menjamin hasil pekerjaannya selama masa pemeliharaan, jangka waktu mana jauh lebih singkat bila dibandingkan dengan jangka waktu yang diatur dalam KUH Perdata; yaitu sepuluh tahun. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya jangka waktu pemeliharaan harus diperpanjang agar hasil pekerjaan tersebut dapat bertahan untuk waktu yang relatif lama, sehingga dalam hal ini pihak pemberi pekerjaan tidak dirugikan. 119

6 Untuk menghindari perselisihan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan suatu perjanjian/ pekerjaan, sebaknya pekerjaan dimulai setelah ditanda-tanganinya Perjanjian oleh kedua belah pihak. Bentuk standar kontrak harus ditinjau kembali agar dapat lebih mencerminkan keadilan bagi pengguna jasa dan juga penyedia jasa. Sebaiknya dalam pembuatan kontrak menggunakan jasa konsultan hukum pada waktu penyusunan dan negosiasinya, agar kontrak dapat dibuat dengan sebaik mungkin draftnya dan agar kepentingan para pihak dapat terakomodasi. Dalam menghadapi era globalisasi saat ini, para pihak atau pelaku industri jasa harus sudah mempersiapkan diri dengan memahami standar kontrak yang biasa dipakai secara internasional. Selain itu perlu peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas. Penguasaan bahasa dan istilah yang dibutuhkan sesuai perkembangan saat ini. Dalam menggunakan panduan keselamatan kerja juga sebaiknya dicantumkan dan disepakati bersama dalam perjanjian agar para pihak dapat saling mematuhi standar atau acuan yang telah disepakati bersama. 120