UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK JALAN RAYA CILANDAK KKO PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN PERIODE 8 SEPTEMBER - 17 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER FRISCA SARASWATI, S. Farm ANGKATAN LXXIX PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JANUARI 2015 i

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK JALAN RAYA CILANDAK KKO PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN PERIODE 8 SEPTEMBER - 17 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker FRISCA SARASWATI, S. Farm ANGKATAN LXXIX PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JANUARI 2015 ii

3 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh: Nama : Frisca Saraswati NPM : Program Studi : Apoteker, Farmasi Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Rumah Sakit Marinir Cilandak Periode 8 September - 17 Oktober 2014 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker, Fakultas Farmasi DEWAN PENGUJI Pembimbing I : Mayannaria Simarmata, S.Si.,M.Farm, Apt (... ) Pembimbing II : Nadia Farhanah Syafhan S.Farm., M.Si. (... ) Penguji I : (... ) Penguji II : (... ) Penguji III : (... ) Ditetapkan di : Depok Tanggal :... iii

4 iv

5 v

6 vi

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan kasih sayang-nya, penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Angkatan LXXIX, yang diselenggarakan pada tanggal 8 September - 17 Oktober 2014 di Rumah Sakit Marinir Cilandak. Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA merupakan bagian dari kegiatan perkuliahan program pendidikan profesi apoteker dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa. Setelah mengikuti kegiatan PKPA, diharapkan apoteker yang lulus nantinya dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat pada saat memasuki dunia kerja. Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Kolonel Laut dr. Gigih Imanta, Sp.Pd, selaku Komandan Rumah Sakit Marinir Cilandak, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Marinir Cilandak. 2. Letnan Kolonel Laut (K) Drs. Agusman, MM., Apt., selaku Kepala Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak. 3. Mayor Laut Mayannaria Simarmata, M.Farm., Apt., selaku Pembimbing I di Rumah Sakit Marinir Cilandak, atas bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 4. Dr. Mahdi Jufri, M. Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 5. Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi sejak 21 Desember 2013 sampai sekarang. 6. Nadia Farhanah Syafhan S.Farm., M.Si., selaku Pembimbing II di Rumah Sakit Marinir Cilandak, atas bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker. vii

8 7. Seluruh staf Departemen Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak. 8. Seluruh staf Rumah Sakit Marinir Cilandak. 9. Seluruh staf pengajar khususnya Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi.yang telah memberikan ilmu yang berharga dan bantuan yang sangat berarti bagi penulis. 10. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, doa dan semangat kepada penulis. 11. Semua teman-teman Apoteker angkatan 79 dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan. Penulis 2014 viii

9 ABSTRAK Nama : Frisca Saraswati, S.Farm NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Marinir Cilandak Jalan Raya Cilandak KKO Pasar Minggu Jakarta Selatan Periode 8 September - 17 Oktober 2014 Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Marinir Cilandak bertujuan untuk memahami peranan, fungsi serta tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi RS Marinir Cilandak, memahami kendala yang terjadi dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di RS Marinir Cilandak serta ikut mencari alternatif solusi yang tepat. Sedangkan tujuan dari tugas khusus ini adalah menganalisis interaksi obat yang berpotensi terjadi pada pasien ICU di Rumah Sakit Marinir Cilandak, memberikan rekomendasi terhadap interaksi obat yang berpotensi terjadi pada pasien ICU di Rumah Sakit Marinir Cilandak, mengetahui sesuai atau tidaknya dosis obat yang telah diberikan pada pasien ICU di Rumah Sakit Marinir Cilandak. Kata Kunci : Rumah Sakit Marinir Cilandak, interaksi obat, dosis obat Tugas Umum : ix + 78 halaman, 13 lampiran Tugas Khusus : iv + 19 halaman, 1 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 10 ( ) Daftar Acuan Tugas Khusus : 20 ( ) ix

10 ABSTRACT Name : Frisca Saraswati, S. Farm. NPM : Program Study : Apothecary profession Title : Report of Pharmacist Internship at Marinir Cilandak Hospital Jalan Raya Cilandak KKO Pasar Minggu Jakarta Selatan, 8th September - 17th October 2014 The aim of pharmacist internship program in Marinir Cilandak Hospitalis to understand the role, functions and responsibilities of the pharmacist in the pharmacy installation in Marinir Cilandak Hospital, understand the constraints that occur in running the hospital pharmacy services in Marinir Cilandak Hospital and join the right look for alternative solutions. While the aim of this specific task is to analyze the potential drug interactions that occur in ICU patients in Marinir Cilandak Hospital, give recommendations on the potential drug interactions that occur in ICU patients in Marinir Cilandak Hospital, determine whether or not appropriate drug doses given to patients ICU in Marinir Cilandak Hospital. Keywords : Marinir Cilandak Hospital, Drug Interactions, drug doses General Assignment : ix + 78 pages, 13 appendices Spesific Asignment : iv + 19 pages, 1 appendices Bibliography of General Assignment : 10 ( ) Bibliography of Specific Assignment : 20 ( ) x

11 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi vii ix x xi xiv BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Rumah Sakit Definisi Rumah Sakit Tugas dan Fungsi Klasifikasi Rumah Sakit Sarana dan Peralatan Perhitungan Beban Kerja Penilaian Kinerja Struktur Organisasi Ketenagaan Tim Farmasi dan Terapi Definisi Panitia Farmasi dan Terapi Tugas Formularium Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit Definisi Tugas Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pelayanan Farmasi Klinis Instalasi Central Sterile Supply Department (CSSD) Instalasi Gas Medis Penyimpanan Gas Medis Pendistribusian Gas Medis BAB 3 TINJAUAN UMUM RS. MARINIR CILANDAK Sejarah Perkembangan RS Marinir Cilandak Tujuan, Visi, Misi, Motto, dan Tugas Pokok RSMC Tujuan xi

12 3.2.2 Visi Misi Motto Tugas Pokok Struktur Organisasi RS Marinir Cilandak Tenaga Profesional RS Marinir Cilandak Instalasi Rawat Jalan Instalasi Rawat Inap Fasilitas Penunjang Rekam Medis Formularium Sterilization Unit (Unit Sterilisasi) Pengolahan Limbah RSMC Pengolahan Limbah Cair Pengolahan Limbah Padat BAB 4 TINJAUAN KHUSUS BAGIAN FARMASI RSMC Struktur Organisasi Bagian Farmasi RSMC Kepala Bagian Farmasi Kepala Sub Bagian Pengendali Farmasi Kepala Sub Bagian Apotek Fungsi dan Tugas Pokok Bagian Farmasi Fungsi Tugas Pokok Uraian Tugas Bagian Farmasi Gudang Farmasi Jam Kerja Personalia Kegiatan Gudang Farmasi Apotek Yanmasum (Pelayanan Masyarakat Umum) Jam Kerja Personalia Jenis Pelayanan Pengadaan Obat Penyimpanan Pelayanan Farmasi Apotek BPJS Jam Kerja Personalia Jenis Pelayanan Pengadaan Obat Penyimpanan Pelayanan Farmasi Administrasi Penagihan Depo Kamar Operasi Jam Kerja Personalia Pengadaan xii

13 4.7.4 Penyimpanan Jenis Pelayanan Depo UGD Jam Kerja Personalia Pengadaan Jenis Pelayanan BAB 5 PEMBAHASAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi RSMC Lampiran 2. Surat Perintah Pengeluaran Barang Lampiran 3. Bukti Pengeluaran Lampiran 4. Kartu Persediaan Lampiran 5. Bukti Titipan Lampiran 6. Daftar Matkes yang Diterima Baik di Gudang Matkes Diskesal Lampiran 7. Surat Tanda Penerimaan/ Pemasukan Lampiran 8. Daftar Material yang Terdapat Baik Lampiran 9. Surat Perintah Lampiran 10. Daftar Material Kesehatan Lampiran 11. Surat Perintah Pemasukan Barang Lampiran 12. Berita Acara Pengujian/ Penerimaan Barang Lampiran 13. Alur Proses Dukungan Matkes xiv

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal penting yang diperlukan dan merupakan hak asasi manusia serta salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Menurut Kepmenkes No.1197 tahun 2004, upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan. Agar upaya kesehatan berlangsung dengan baik maka diperlukan fasilitas pelayanan kesehatan. Sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna antara lain adalah rumah sakit. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks (Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, 2008). Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan yang beragam, berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang perlu diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu standar, membuat semakin kompleksnya permasalahan di rumah sakit. Pada hakekatnya rumah sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan mesyarakat (Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, 2008). 1

16 Bagian yang berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan obat di rumah sakit adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Kegiatan yang dilakukan oleh IFRS meliputi pengelolaan perbekalan farmasi seperti pemilihan, perencanaan, pengadaan, memproduksi, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian, serta pelayanan kefarmasian terkait penggunaan obat dan alat kesehatan habis pakai. Untuk memaksimalkan pelayanan obat di rumah sakit, sangat diperlukan profesionalisme apoteker. Apoteker bertanggungjawab dalam menjamin penggunaan obat yang rasional, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien dengan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya. (Siregar, 2004) Apoteker merupakan tenaga kefarmasian yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Seiring dengan perkembangan zaman, profesionalisme apoteker semakin diperlukan, mengingat bahwa pekerjaan kefarmasian tidak lagi berorientasi pada produk semata (Drug Oriented), tetapi juga berorientasi pada pasien (patient oriented). Apoteker secara aktif diminta ataupun tidak diminta memberikan solusi dari masalah obat yang diberikan kepada tim medis setelah dilakukan diagnosis yang tepat. Oleh karena itu, apoteker diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian, baik berupa pengetahuan dan keterampilan di bidang manajemen, serta komunikasi disamping ilmu kefarmasian itu sendiri, sehingga berkompeten untuk bekerja secara efektif sebagai pendamping tim medis. Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya, maka Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI bekerja sama dengan RS Marinir Cilandak menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) periode 8 September - 17 Oktober Melalui kegiatan PKPA ini mahasiswa calon apoteker diharapkan memiliki bekal pengetahuan tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) sehingga dapat mengabdikan diri sebagai apoteker yang profesional dan handal di masa yang akan datang.

17 1.2 Tujuan Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instalasi Farmasi RS Marinir Cilandak adalah: a. Memahami peranan, fungsi serta tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi RS Marinir Cilandak. b. Memahami kendala yang terjadi dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di RS Marinir Cilandak serta ikut mencari alternatif solusi yang tepat.

18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Sakit Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, definisi rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Sedangkan menurut WHO (World Health Organization), Rumah Sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah Sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik Tugas dan Fungsi Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 3, dinyatakan bahwa rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan fungsi rumah sakit umum yaitu : a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis. c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. 4

19 2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, klasifikasi rumah sakit dapat dibagi berdasarkan beberapa kriteria yaitu : a. Jenis Pelayanan Rumah sakit berdasarkan jenis pelayanannya digolongkan menjadi beberapa kriteria, yaitu : 1) Rumah Sakit Umum Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. 2) Rumah sakit khusus Rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit b. Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur Rumah sakit berdasarkan fasilitas pelayanan dan kapasitas tempat tidur digolongkan menjadi beberapa kriteria, yaitu : 1) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas A Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 Pelayanan Medik Spesialis Lain, dan 13 Pelayanan Medik Sub Spesialis, serta memiliki jumlah tempat tidur minimal 400 buah. 2) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 Pelayanan Medik Spesialis Lainnya, dan 2 Pelayanan Medik Sub Spesialis Dasar, serta memiliki jumlah tempat tidur minimal 200 buah. 3) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas C Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, serta memiliki jumlah tempat tidur minimal 100 buah.

20 4) Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas D Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 Pelayanan Medik Spesialis Dasar, serta jumlah tempat tidur minimal 50 buah. c. Kepemilikan Rumah sakit berdasarkan kepemilikannya digolongkan menjadi beberapa kriteria, yaitu : 1) Rumah sakit pemerintah Rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dan diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang umumnya bersifat nonprofit disebut rumah sakit pemerintah. Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit pemerintah dibagi atas rumah sakit yang langsung dikelola oleh Kementerian Kesehatan, rumah sakit yang dikelola oleh Kementerian Pertahanan dan Keamanan, rumah sakit yang dikelola oleh BUMN, dan rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah Daerah. Sebagai contoh: Rumah Sakit Umum Pemerintah, Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL), Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD), Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU), Rumah Sakit Polisi Republik Indonesia (RS POLRI). 2) Rumah sakit non pemerintah (swasta) Rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh yayasan, organisasi keagamaan atau oleh badan hukum lain dan dapat juga bekerjasama dengan institusi pendidikan yang mana dapat bersifat profit maupun nonprofit disebut rumah sakit swasta. Diantaranya rumah sakit swasta adalah Rumah Sakit Swasta Pratama, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas D; Rumah Sakit Swasta Madya, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C; dan Rumah Sakit Swasta Utama, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas B. a) Rumah sakit swasta berdasarkan tujuan : 1) Rumah sakit profit yaitu, rumah sakit yang dimiliki dan dikelola oleh yayasan atau badan yang bukan milik pemerintah, dengan tujuan mencari keuntungan.

21 2) Rumah sakit non profit yaitu, rumah sakit yang biasanya dimiliki oleh organisasi atau yayasan keagamaan, kekeluargaan, dan tidak mencari keuntungan. b) Rumah sakit swasta berdasarkan pelayanan : 1) Rumah sakit swasta Pratama, yaitu rumah sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas D. 2) Rumah sakit swasta Madya, yaitu rumah sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C. 3) Rumah sakit swasta Utama, yaitu rumah sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan subspesialistik, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas B Sarana dan peralatan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit maka penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah sakit harus didukung oleh sarana dan peralatan yang memenuhi ketentuan dan perundang-undangan kefarmasian yang berlaku. a. Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan di instalasi farmasi, terdiri dari ruang kantor/administrasi meliputi ruang pimpinan, ruang staf, ruang kerja/administrasi tata usaha dan ruang pertemuan. b. Fasilitas penunjang dalam kegiatan pelayanan di instalasi farmasi, terdiri dari ruang tunggu pasien, ruang penyimpanan dokumen/arsip resep dan perbekalan farmasi, tempat penyimpanan obat di ruang perawatan serta fasilitas toilet, kamar mandi untuk staf. c. Ruang penyimpanan perbekalan farmasi yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan, serta harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, sinar/cahaya, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas, terdiri dari kondisi umum untuk ruang penyimpanan meliputi obat jadi, obat produksi, bahan baku obat dan alat kesehatan. Sedagkan kondisi khusus untuk ruang penyimpanan meliputi obat termolabil,

22 bahan laboratorium dan reagensia, sediaan farmasi yang mudah terbakar dan obat/bahan obat berbahaya (narkotik/psikotropik). d. Ruang distribusi terdiri dari distribusi perbekalan farmasi untuk rawat jalan di mana ada ruang khusus/terpisah untuk penerimaan resep dan peracikan dan rawat inap dapat secara sentralisasi maupun desentralisasi di masing-masing ruang rawat inap. e. Ruang konsultasi atau konseling obat harus jauh dari hiruk pikuk kebisingan lingkungan rumah sakit dan nyaman sehingga pasien maupun konselor dapat berinteraksi dengan baik. Ruang konsultasi/konseling dapat berada di instalasi farmasi rawat jalan maupun rawat inap. f. Ruang pelayanan informasi obat dilakukan di ruang tersendiri dengan dilengkapi sumber informasi dan teknologi komunikasi, berupa bahan pustaka dan telepon. g. Ruang produksi dengan pembagian ruangan terdiri dari ruang terpisah antara obat jadi dan bahan baku, ruang terpisah untuk setiap proses produksi, ruang terpisah untuk produksi obat luar dan obat dalam, gudang terpisah untuk produksi antibiotik, tersedia saringan udara, efisiensi minimal 98% dan permukaan lantai, dinding, langit-langit dan pintu harus kedap air, tidak terdapat sambungan, tidak merupakan media pertumbuhan untuk mikroba dan mudah dibersihkan dan tahan terhadap desinfektan. h. Ruang aseptic dispensing harus memenuhi persyaratan: 1) Ruang bersih : kelas (dalam laminar air flow = kelas 100) 2) Ruang/tempat penyiapan : kelas ) Ruang antara : kelas ) Ruang ganti pakaian : kelas ) Ruang/tempat penyimpanan untuk sediaan yang telah disiapkan i. Laboratorium farmasi untuk melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan yang membutuhkan ruang laboratorium farmasi, maka harus memenuhi syarat sebagai berikut lokasi terpisah dari ruang produksi, konstruksi bangunan dan peralatan tahan asam, alkali, zat kimia dan pereaksi lain (harus inert); aliran udara, suhu dan kelembaban sesuai persyaratan, tata

23 ruang disesuaikan dengan kegiatan dan alur kerja dan perlengkapan instalasi (air, listrik) sesuai persyaratan j. Ruang produksi non steril k. Ruang penanganan sediaan sitostatik l. Ruang pencampuran/pelarutan/pengemasan sediaan yang tidak stabil m. Ruang penyimpanan nutrisi parenteral Fasilitas peralatan harus memenuhi syarat terutama untuk perlengkapan peracikan dan penyiapan baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk obat luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran dan memenuhi persyaratan, peneraan dan kalibrasi untuk peralatan tertentu setiap tahun. Peralatan yang paling sedikit harus tersedia : a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baik steril dan nonsteril maupun aseptik/steril b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat d. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika e. Lemari pendingin dan pendingin ruangan untuk obat yang termolabil f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan pembuangan limbah yang baik g. Alarm Perhitungan Beban Kerja Penghitungan kebutuhan apoteker berdasarkan beban kerja pada pelayanan kefarmasian di rawat inap yang meliputi pelayanan farmasi manajerial dan pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pemantauan terapi obat, pemberian informasi obat, konseling, edukasi dan visite, idealnya dibutuhkan tenaga apoteker dengan rasio 1 Apoteker untuk 30 pasien. Penghitungan kebutuhan apoteker berdasarkan beban kerja pada pelayanan kefarmasian di rawat jalan yang meliputi pelayanan farmasi menajerial dan pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian resep, penyerahan obat, pencatatan penggunaan obat (PPP) dan konseling, idealnya dibutuhkan tenaga apoteker dengan rasio 1 Apoteker untuk 50 pasien. Kebutuhan tenaga apoteker

24 juga diperlukan untuk pelayanan farmasi yang lain seperti di unit logistik medik, unit produksi steril, unit pelayanan informasi obat dan lain-lain tergantung pada jenis aktivitas dan tingkat cakupan pelayanan. Selain kebutuhan apoteker untuk rawat inap dan rawat jalan, diperlukan juga masing-masing 1 orang apoteker untuk kegiatan di Unit Gawat Darurat (UGD), Intensive Care Unit (ICU)/Intensive Cardiac Care Unit (ICCU)/Neonatus Intensive Care Unit (NICU)/Pediatric Intensive Care Unit (PICU) dan pelayanan informasi obat Penilaian Kinerja Satu diantara indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja rumah sakit adalah melalui penilaian efisiensi pengelolaan rumah sakit yang menetapkan 4 (empat) parameter dasar dalam perhitungan, yaitu : a. Bed Occupancy Rate (BOR) Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa banyak tempat tidur di Rumah Sakit yang digunakan pasien dalam satu periode. Nilai ideal BOR menurut Depkes (2001) adalah antara 70%-85%. Rumus : BOR = % b. Turn Over Interval (TOI) Indikator ini digunakan untuk menghitung waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong. Idealnya adalah 2 sampai 3 hari. Rumus : TOI = ( ) c. Length of Stay (LOS) Indikator ini digunakan untuk menghitung lama hari perawatan bagi 1 (satu) pasien selama 1 (satu) tahun. Idealnya adalah 6 sampai 9 hari. Rumus : LOS = ( ) ( ) d. Bed Turn Over (BTO) Indikator ini digunakan untuk menghitung berapa kali satu tempat tidur ditempati pasien dalam satu tahun. Idealnya adalah 40 sampai 50 kali. Data-data

25 pengunjung yang harus dilengkapi dalam perhitungan tingkat efisiensi tersebut adalah : 1) Rata-rata jumlah tempat tidur per tahun 2) Jumlah hari perawatan pasien selama 1 (satu) tahun 3) Jumlah pasien keluar rawat inap dalam keadaan hidup dan meninggal selama 1 (satu) tahun. Rumus : BTO = ( ) Struktur Organisasi Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit maka setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien dan akuntabel. Struktur organisasi rumah sakit minimal terdiri atas kepala atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksa internal, serta administrasi umum dan keuangan Ketenagaan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan yang terdapat di rumah sakit yaitu: a. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi b. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan c. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (sarjana farmasi, Ahli Madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker). d. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. e. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. f. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasi terapis dan terapis wicara

26 g. Tenaga keteknisian medis meliputi: radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis 2.2 Tim Farmasi dan Terapi Definisi Tim Farmasi dan Terapi Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Tim Farmasi dan Terapi (TFT) merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit mengenai kebijakan penggunaan obat di rumah sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di rumah sakit, apoteker instalasi farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan. TFT harus dapat membina hubungan kerja dengan komite lain di dalam rumah sakit yang berhubungan/berkaitan dengan penggunaan obat. Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang apoteker, apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah apoteker, namun apabila diketuai oleh Apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter. TFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapat diadakan sekali dalam satu bulan. Rapat TFT dapat mengundang pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan TFT, memiliki pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang bermanfaat bagi TFT Tugas Tim Farmasi dan Terapi memiliki tugas yaitu : a. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di rumah sakit b. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium rumah sakit c. Mengembangkan standar terapi d. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat e. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional f. Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak dikehendaki

27 g. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error h. Menyebarluaskan informasi kebijakan penggunaan obat di rumah sakit. 2.3 Formularium Rumah Sakit Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, formularium adalah daftar obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit. Formularium rumah sakit harus tersedia untuk semua penulis resep, pemberi obat, dan penyedia obat di rumah sakit. Evaluasi terhadap formularium rumah sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan rumah sakit. Penyusunan dan revisi formularium dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat agar dihasilkan formularium rumah sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional. Kriteria pemilihan obat untuk masuk formularium rumah sakit : a. Mengutamakan penggunaan obat generik; b. Memiliki rasio manfaat-risiko yang paling menguntungkan penderita; c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas; d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan; e. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan; f. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien; g. Memiliki rasio manfaat-biaya yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung; h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau. Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap formularium rumah sakit, maka rumah sakit harus mempunyai kebijakan terkait dengan penambahan atau pengurangan obat dalam formularium rumah sakit dengan mempertimbangkan indikasi penggunaaan, efektivitas, risiko, dan biaya.

28 2.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang berada di bawah pimpinan seorang apoteker melalui sistem satu pintu. Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian perbekalan farmasi yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Pengorganisasian IFRS harus mencakup penyelenggaraan pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan bersifat dinamis dapat direvisi sesuai kebutuhan dengan tetap menjaga mutu Tugas a. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai prosedur dan etik profesi b. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien c. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko d. Melaksanakan komunikasi, edukasi dan informasi (KIE) serta memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien e. Berperan aktif dalam tim farmasi dan terapi f. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan pelayanan kefarmasian g. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit. 2.5 Pengelolaan perbekalan farmasi Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pengelolaan perbekalan farmasi

29 merupakan suatu siklus kegiatan meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pemusnahan dan penarikan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. a. Pemilihan Pemilihan merupakan proses kegiatan untuk menetapkan jenis perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan perbekalan farmasi berdasarkan formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi, standar perbekalan farmasi yang ditetapkan, pola penyakit, efektifitas dan keamanan, pengobatan berbasis bukti, mutu, harga dan ketersediaan di pasaran b. Perencanaan Perencanaan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan perbekalan farmasi sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi. Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, waktu tunggu pemesanan dan rencana pengembangan. c. Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan perbekalan farmasi antara lain: 1) Bahan baku obat harus disertai sertifikat analisa 2) Bahan berbahaya harus menyertakan material safety data sheet (MSDS) 3) Perbekalan farmasi harus mempunyai nomor izin edar

30 4) Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk perbekalan farmasi tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain). Pengadaan dapat dilakukan melalui: 1) Pembelian Rumah sakit melakukan pembelian perbekalan farmasi harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah kriteria perbekalan farmasi meliputi kriteria umum dan kriteria mutu obat, persyaratan pemasok, penentuan waktu pengadaan dan kedatangan perbekalan farmasi serta pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu. 2) Produksi Instalasi farmasi rumah sakit dapat memproduksi sediaan tertentu apabila: a. Sediaan farmasi tidak ada di pasaran; b. Sediaan farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri; c. Sediaan farmasi dengan formula khusus; d. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking; e. Sediaan farmasi untuk penelitian; f. Sediaan farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru Sediaan yang dibuat di rumah sakit harus memenuhi persyaratan mutu dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di rumah sakit tersebut. 3) Sumbangan/dropping/hibah Instalasi farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap penerimaan dan penggunaan perbekalan farmasi sumbangan/dropping/hibah. Seluruh kegiatan penerimaan perbekalan farmasi disertai dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan perbekalan farmasi dapat membantu pelayanan kesehatan, maka jenis perbekalan farmasi dengan kebutuhan pasien di rumah sakit. Instalasi farmasi dapat memberikan rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit untuk menolak sumbangan/dropping/hibah perbekalan farmasi yang tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien rumah sakit. d. Penerimaan Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak

31 atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik. e. Penyimpanan Penyimpanan merupakan kegiatan untuk menjamin kualitas dan keamanan perbekalan farmasi sesuai persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis perbekalan farmasi. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan perbekalan farmasi yang penampilan dan penamaan mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat. f. Pendistribusian Pendistribusian merupakan kegiatan menyalurkan perbekalan farmasi dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah sakit menentukan sistem distribusi yang menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian perbekalan farmasi di unit pelayanan. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara : 1) Sistem persediaan lengkap di ruangan (floor stock) a) Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh instalasi farmasi. b) Perbekalan farmasi disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan. c) Kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan. d) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.

32 e) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan interaksi obat pada setiap jenis obat yang disediakan di floor stock. 2) Sistem resep perorangan Pendistribusian perbekalan farmasi berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui instalasi farmasi. 3) Sistem unit dosis Pendistribusian perbekalan farmasi berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap. 4) Sistem kombinasi Sistem pendistribusian perbekalan farmasi bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c. Sistem distribusi unit dose dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian obat dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock atau resep individu yang mencapai 18%. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada dan metode sentralisasi atau desentralisasi. g. Pemusnahan dan Penarikan Pemusnahan dan penarikan perbekalan farmasi yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemusnahan dilakukan untuk perbekalan farmasi apabila produk tidak memenuhi persyaratan mutu, telah kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan dan dicabut izin edarnya. Tahapan pemusnahan obat terdiri dari : 1) Membuat daftar perbekalan farmasi yang akan dimusnahkan 2) Menyiapkan berita acara pemusnahan 3) Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait 4) Menyiapkan tempat pemusnahan

33 5) Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku. Penarikan perbekalan farmasi dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh badan pengawas obat dan makanan (BPOM). Penarikan perbekalan farmasi dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan. h. Pengendalian Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan perbekalan farmasi. Pengendalian penggunaan perbekalan farmasi dapat dilakukan oleh instalasi farmasi bersama Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di rumah sakit. Tujuan pengendalian persediaan perbekalan farmasi adalah untuk: 1) Penggunaan obat sesuai dengan formularium rumah sakit 2) Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi 3) Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta pengembalian pesanan perbekalan farmasi. Cara untuk mengendalikan persediaan perbekalan farmasi adalah : 1) Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving) 2) Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan berturut-turut (death stock) 3) Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala. 2.6 Pelayanan Farmasi Klinis Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin. a. Pengkajian dan Pelayanan Resep Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat,

34 pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error). Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi meliputi nama, umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan pasien; nama, nomor izin, alamat dan paraf dokter; tanggal resep; dan ruangan/unit asal resep. Persyaratan farmasetik meliputi nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan, dosis, jumlah obat, stabilitas, aturan dan cara penggunaan. Persyaratan klinis meliputi ketepatan indikasi, dosis, waktu penggunaan obat, duplikasi pengobatan, alergi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), kontraindikasi dan interaksi obat. b. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat Penelusuran riwayat penggunaan merupakan proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien. Kegiatan yang dilakukan adalah penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasien/keluarganya dan melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan obat pasien. Informasi yang harus didapatkan meliputi nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi penggunaan, indikasi dan lama penggunaan, reaksi obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi dan kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang tersisa). c. Rekonsiliasi Obat Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari rumah sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya. Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien, mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasi instruksi dokter dan mengidentifikasi

35 ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter. Tahap proses rekonsiliasi obat yaitu : 1) Pengumpulan data Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan pasien. Data riwayat penggunaan obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar obat pasien, obat yang ada pada pasien, dan rekam medik/medication chart. Data obat yang dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya. Semua obat yang digunakan oleh pasien baik resep maupun obat bebas termasuk herbal harus dilakukan rekonsiliasi. 2) Komparasi Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang dan akan digunakan. Discrepancy (ketidakcocokan) adalah ketika ditemukan perbedaan diantara data-data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan pada rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat penulisan resep maupun tidak disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan pada saat menuliskan resep. 3) Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian dokumentasi. Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam. Hal lain yang harus dilakukan oleh apoteker adalah: a) Menentukan adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak disengaja b) Mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau pengganti c) Memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya rekonsilliasi obat. 4) Komunikasi Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung jawab terhadap informasi obat yang diberikan. d. Pelayanan lnformasi Obat (PIO) PIO merupakan suatu kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif

36 yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit. Tujuan PIO adalah menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit, membuat kebijakan yang berhubungan dengan obat/perbekalan farmasi terutama bagi komite/sub komite farmasi dan terapi, dan menunjang penggunaan obat yang rasional. Kegiatan yang dilakukan pada PIO meliputi menjawab pertanyaan, menerbitkan buletin, leaflet dan poster, menyediakan informasi bagi komite/sub komite farmasi dan terapi sehubungan dengan penyusunan formularium rumah sakit, bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) melakukan kegiatan penyuluhan pasien rawat jalan dan rawat inap, melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya, dan melakukan penelitian. e. Konseling Konseling adalah aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi obat dari apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap dapat dilakukan atas inisitatif apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap apoteker. Tujuan konseling untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness yang akan meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien (patient safety). Kegiatan yang dilakukan dalam konseling yaitu mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui three prime questions, melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien dan dokumentasi. Kriteria pasien meliputi pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan menyusui), pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (diabetes dan epilepsi), pasien yang menggunakan obatobatan dengan instruksi khusus (penggunaan kortiksteroid), pasien dengan obat indeks terapi sempit (digoksin, phenytoin), pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi) dan pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah

37 f. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi. Tujuan MESO untuk menemukan efek samping obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang, menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan, mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO, meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki dan mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki. Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO yaitu mendeteksi kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki ESO, mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami ESO, mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme naranjo, mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di tim/sub tim farmasi dan terapi dan melaporkan ke pusat MESO nasional. g. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) PKOD merupakan interpretasi hasil pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari Apoteker kepada dokter. PKOD bertujuan untuk mengetahui kadar obat dalam darah dan memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat. Kegiatan PKOD meliputi melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan PKOD, berdiskusi kepada dokter untuk persetujuan melakukan PKOD dan menganalisis hasil PKOD serta memberikan rekomendasi. h. Visite Pasien Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.

38 Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit atas permintaan pasien yang biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care). Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medis atau sumber lain. i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) EPO merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif. Bertujuan untuk mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat, membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu, memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat dan menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat. Kegiatan EPO meliputi mengevaluasi pengggunaan obat secara kualitatif dan mengevaluasi pengggunaan obat secara kuantitatif. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan indikator peresepan, indikator pelayanan dan indikator fasilitas. j. Pemantauan Terapi Obat (PTO) PTO merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD). Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian, respons terapi dan ROTD, pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat; dan pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat. Tahapan PTO yaitu pengumpulan data pasien, identifikasi masalah terkait obat, rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat pemantauan dan tindak lanjut. Faktor yang harus diperhatikan yaitu kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis terhadap bukti terkini dan terpercaya (evidence best medicine), kerahasiaan informasi; dan kerjasama dengan tim kesehatan lain. k. Dispensing Sediaan Khusus Dispensing sediaan khusus terdiri atas pencampuran obat suntik, penyiapan nutrisi parenteral dan penanganan sediaan sitotoksik. Tujuan dispensing sediaan steril yaitu menjamin agar pasien menerima obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan, menjamin sterilitas dan stabilitas produk,

39 melindungi petugas dari paparan zat berbahaya dan menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Kegiatan dispensing sediaan steril meliputi pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin kompatibilitas dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan. Penyiapan nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai. Penanganan sediaan sitostatik merupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, dan proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya. 2.7 Instalasi Central Sterile Supply Department (CSSD) Central sterile supply department (CSSD) atau instalasi pusat pelayanan sterilisasi merupakan satu unit atau departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang membutuhkan kondisi steril (Depkes RI, 2009). Tujuan adanya CSSD di rumah sakit adalah membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril, untuk mencegah terjadinya infeksi, menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta menanggulangi infeksi nosokomial, efisiensi tenaga medis/paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada pelayanan terhadap pasien, menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan. Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari ruang dekontaminasi, ruang pengemasan alat, ruang produksi dan prossesing, ruang sterilisasi, dan ruang penyimpanan barang steril. 2.8 Instalasi Gas Medis Definisi istilah mengenai gas medis dan instalasinya terdapat dalam pasal 1 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1439/Menkes/SK/XI/2002 menyatakan

40 bahwa gas medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk pelayanan medis pada sarana kesehatan. Jenis gas medis yang dapat digunakan pada sarana pelayanan meliputi oksigen (O 2 ), dinitrogen monoksida (N 2 O), nitrogen (N 2 ), karbon dioksida (CO 2 ), udara tekan (compressed air) dan mixture gas (Depkes RI, 2002) Penyimpanan gas medis Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1439/Menkes/SK/XI/2002, penyimpanan gas medis harus memenuhi syarat penyimpanan gas medis, yaitu : a. Tabung-tabung gas harus disimpan berdiri, dipasang penutup kran dan dilengkapi tali pengaman untuk menghindari jatuh saat terjadi goncangan b. Lokasi penyimpanan harus khusus dan masing-masing gas medis dibedakan tempatnya c. Penyimpanan tabung gas medis yang berisi dan tabung gas medis yang kosong dipisahkan untuk memudahkan pemeriksaan dan penggantian d. Lokasi penyimpanan diusahakan jauh dari sumber panas, listrik dan oli atau sejenisnya e. Gas medis yang sudah cukup lama disimpan, agar dilakukan uji atau tes kepada produsen untuk mengetahui kondisi gas medis tersebut Pendistribusian gas medis Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1439/Menkes/SK/XI/2002, distribusi gas medis dalam pelayahanan kesehatan di rumah sakit sebagai berikut : a. Distribusi gas medis dilayani dengan menggunakan troli yang biasanya ditempatkan dekat dengan pasien b. Pemakaian gas diatur melalui flowmeter pada regulator, regulator harus dites dan dikalibrasi c. Penggunaan gas medis sistem tabung hanya bisa dilakukan 1 tabung untuk 1 orang d. Tabung gas beserta troly harus bersih dan memenuhi syarat sanitasi.

41 BAB 3 TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK 3.1 Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Marinir Cilandak Sebelum menjadi rumah sakit tingkat II di lingkungan TNI seperti sekarang ini, Rumah Sakit Marinir Cilandak (RSMC) berawal dari sebuah poliklinik kecil yang menempati sebuah ruangan mess bintara KKO. Pada tahun 1961 poliklinik ini dikembangkan menjadi balai pengobatan yang dipimpin oleh Kapten Laut (k) dr. O.M. Sianipar. Selanjutnya sesuai dengan kebijaksanaan TNI pada saat itu, dengan pertimbangan diperlukannya sebuah rumah sakit untuk melayani prajurit-prajurit KKO maka kemudian balai pengobatan dikembangkan menjadi Rumah Sakit Korps Komando TNI AL (RSKO wilayah barat) berdasarkan S.Kep. Panglima KKO AL No. 5401/5/1968 pada tanggal 22 Maret 1968, yang berlokasi di tempat seperti sekarang ini yaitu Jl. Raya Cilandak KKO, Pasar minggu, Jakarta selatan. Tanggal 22 Maret ini diresmikan sebagai hari jadi Rumah Sakit Marinir Cilandak. Komandan Rumah Sakit yang pertama adalah Mayor Laut (k) dr. Foead Arief Tirtohusodo. Tanggal 25 Februari 1997, Menhankam/Pangab menetapkan S.Kep. No. 226/11/1977, yang berisikan Rumah Sakit AL Lanmar ditetapkan sebagai Rumah Sakit ABRI tingkat IV dan mengganti istilah Komandan Rumah Sakit menjadi Kepala Rumah Sakit (Ka Rumkit). Seiring berjalannya waktu, Rumah Sakit kian berkembang, pada periode sekitar tahun 1980, rumah sakit telah memiliki dua orang dokter umum dan dua orang dokter gigi. Status rumah sakit meningkat menjadi Rumah Sakit ABRI Tingkat III dengan 60 tempat tidur melalui penerbitan S.Kep. Menhankam/Pangab No. 226a/II/1980. Kedudukan Rumkit Al Cilandak di bawah Suriak Teklap Diskes daerah 3 yang ditetapkan melalui S.Kep. Kasal No. 609/II/1980. Pada tanggal 24 Maret 1990, jabatan Ka. Rumkital Cilandak diserah terimakan ke Mayor Laut drg. Moeryono Aladin. Peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit terus dilaksanakan. Berbagai perbaikan terus dilakukan, 27

42 baik dari segi sarana rumah sakit maupun kemampuan sumber daya manusia yang ada. Sejalan dengan uapaya untuk menciptakan lingkungan yang mendukung proses penyembuhan, Pada tanggal 24 Maret 1990, RSMC ditetapkan sebagai kawasan bebas rokok dan merupakan rumah sakit pelopor di Indonesia yang mencanagkan RS sebagai kawasan bebas rokok. Berdasarkan Surat Keputusan Kasal No. Kep/42/VII/1997 dan No. SKEP/22/III/1998, Rumah Sakit Marinir Cilandak secara bertahap mengalami penyempurnaan klasifikasi, standarisasi dan dislokasi fasilitas kesehatan di lingkungan TNI AL serta adanya perubahan organisasi sesuai persyaratan yang ada sebagai Rumah Sakit TNI AL tingkat II B. Pada tanggal 18 Juni 1998, Rumah Sakit Marinir Cilandak megalami alih bina dari Pangkalan Korps Marinir Jakarta menjadi angsung dibawah Komando Korps Marinir RI. Sebagai bentuk komitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik pada tahun 1997, akreditasi rumah sakit tingkat dasar meliputi 5 bidang pelayanan dasar. Berdasarkan S.Kep. Depkes RI No. YM , Rumah Sakit TNI AL Marinir Cilandak telah mendapatkan status akreditasi penuh tingkat dasar pada tanggal 14 Februari Pada tanggal 21 Desember 2000, jabatan Ka. Rumkital diserahkan kepada Kolonel Laut (K) dr. Musana, Sp.KJ. Peningkatan kemampuan fasilitas dan pelayanan rumah sakit dilaksanakan dengan modernisasi peralatan yang ada serta melengkapi sarana dan prasarana kesehatan. Upaya peningkatan fasilitas rumah sakit memanfaatan hasil pelayanan masyarakat umum yang dikelola dengan baik oleh Rumkital Marinir Cilandak. Kegiatan renovasi diawali dengan melengkapi kendaraan operasional dan peralatan kesehatan yang canggih, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan registrasi keuangan dan komputerisasi rekam medik pasien. Pada tahun 2003, pengembangan fasilitas penunjang dan pelayanan kesehatan lain dilakukan berupa pembangunan ruang serbaguna, ruang kebidanan dan kandungan, ruang bayi, ruang bersalin, ruang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), ruang tunggu rawat jalan, renovasi ruang radiologi, dan penyelesaian pembangunan gedung rawat inap kelas III dengan bantuan dari bagian Pertahanan. Untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik, Rumkital Cilandak memberikan

43 bantuan keringanan perawatan atau subsidi non material kepada pasien miskin atau tidak mampu. Unsur pelayanan di Rumah Sakit Marinir Cilandak meliputi pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap dan pelayanan unit gawat darurat. Unsur pelayanan ini meliputi penunjang medis dan pelaksanaan pelayanan medis. 3.2 Tujuan, Visi, Misi, Motto, dan Tugas Pokok RS Marinir Cilandak Tujuan Rumah Sakit Marinir Cilandak mempunyai tujuan sebagai berikut : a. Tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi personil militer. b. TNI AL khususnya marinir agar selalu siap operasional. c. Terpeliharanya kesiapan Rumah Sakit Marinir Cilandak agar selalu siap dalam memberikan dukungan kesehatan pada operasi Korps Marinir. d. Terlaksananya pelayanan kesehatan secara profesional bagi anggota dan keluarganya serta masyarakat umum, tanpa memandang agama, golongan, kedudukan, dan pangkat Visi Menjadi Rumah Sakit TNI AL yang berkualitas dan mampu melaksanakan dukungan kesehatan pada operasi militer dan pelayanan kesehatan yang profesional Misi Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki misi sebagai berikut : a. Menyiapkan sarana dan prasarana guna terlaksananya dukungan dan pelayanan kesehatan. b. Meningkatkan sumber daya manusia agar dapat mencapai sasaran program secara berhasil guna dan berdaya guna Motto Kepuasan anda kebanggaan kami.

44 3.2.5 Tugas Pokok Rumah Sakit Marinir Cilandak bertugas melaksanakan dukungan kesehatan dan pelayanan kesehatan spesialistik dan sub spesialistik terbatas bagi personil militer dan Pegawai Negeri Sipil TNI AL beserta keluarganya di wilayah barat. 3.3 Struktur Organisasi RS Marinir Cilandak Seorang Kepala Rumah Sakit yang disingkat dengan Ka Rumkit bertugas sebagai pemimpin dalam struktur organisasi RS Marinir Cilandak dan dibantu oleh Wakil Kepala Rumkit disingkat WaKaRumkit. Setelah itu Wakil Kepala Rumkit dibantu oleh Ketua Komite Medik, Kepala SPI, Kepala Komite Keperawatan untuk menjalankan semua kebijakan Rumah Sakit. Selanjutnya struktur organisasi RSMC dibagi menjadi 2 unit besar yaitu unit pelayanan dan unit pelaksana. Unsur pelaksana membawahi semua bidang medik yang ada meliputi : Kepala Bagian UGD, Kepala Bagian Gigi dan Mulut, Kepala Bagian Bedah, Kepala Bagian Kamar Operasi dan ICU, Kepala Bagian Kesehatan Ibu dan Anak, Kepala Bagian Penyakit Dalam, Kepala Bagian Kulit, Mata dan Telinga, Kepala Bagian Penunjang Klinik, Kepala Bagian Farmasi, dan Kepala Bagian Perawatan (Lampiran 1). 3.4 Tenaga Profesional RS Marinir Cilandak Sumber daya manusia merupakan aset terpenting bagi rumah sakit untuk dapat melaksanakan upaya pelayanan kesehatan. Tenaga profesional yang dimiliki oleh Rumah Sakit Marinir Cilandak saat ini terdiri dari : a. Dokter Umum b. Dokter Gigi Umum dan Spesialis c. Dokter Spesialis : Kesehatan Anak, Kebidanan dan Kandungan, Penyakit Dalam, Jantung, Paru, Bedah Umum, Bedah Plastik, Bedah Tulang, Bedah Urologi, Bedah Syaraf, THT, Mata, Kulit dan Kelamin, Saraf, Anestesi, Radiologi, Patologi Klinik dan Jiwa.

45 3.5 Instalasi Rawat Jalan Pelayanan rawat jalan yang tersedia di RS Marinir Cilandak terdiri dari : a. Poliklinik Penyakit Dalam (internist) b. Poliklinik Penyakit Bedah : Umum, Tulang, Saraf, Plastik, Urologi c. Poliklinik Paru d. Poliklinik Jantung e. Poliklinik Kebidanan dan Kandungan f. Poliklinik Kesehatan Anak g. Poliklinik Mata h. Poliklinik Saraf i. Poliklinik THT j. Poliklinik Kulit & Kelamin k. Poliklinik Fisioterapi l. Poliklinik Umum m. Poliklinik Gigi Umum n. Poliklinik Gigi Spesialis o. Poliklinik Akupuntur 3.6 Instalasi Rawat Inap Pelayanan rawat inap adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yang membutuhkan perawatan secara intensif di rumah sakit sehingga mengharuskan pasien untuk tinggal di rumah sakit sampai kesehatannya membaik. Instalasi rawat inap RSMC memiliki kemampuan dalam menyiapkan tempat rawat inap pasien sebanyak 188 tempat tidur terpasang meliputi : a. Rawat Inap Paviliun A (Anyelir) : khusus pasien kebidanan b. Rawat Inap Paviliun B (Bougenvile) : khusus pasien bedah c. Rawat Inap Paviliun C (Cempaka) : khusus pasien penyakit dalam d. Rawat Inap Paviliun D (Dahlia) : khusus pasien anak e. Rawat Inap Paviliun E (Edelweis) : khusus pasien VVIP, VIP, Kelas I f. Rawat Inap Paviliun F (Flamboyan) : pasien campuran

46 3.7 Fasilitas Penunjang Fasilitas penunjang yang terdapat pada Rumah Sakit Marinir Cilandak adalah : a. Laboratorium b. Radiologi c. Farmasi d. Gizi e. High Care Unit (HCU) f. Medical Check Up (MCU) g. Intensive Care Unit (ICU) h. Unit Gawat Darurat (UGD) i. Kamar Operasi (OK) 3.8 Rekam Medis (Medical Record) Rekam medis adalah kumpulan data medis dan sosial dari seorang pasien baik rawat inap maupun rawat jalan sejak pasien masuk rumah sakit hingga sembuh dan pulang.dokumen ini dijadikat alat komunikasi antara dokter, perawat, dan apoteker guna menentukan terapi yang tepat untuk pasien. Penulisan rekam medis di RS Marinir Cilandak dimulai pada saat pasien mendaftar di tempat pendaftaran, kemudian menuliskan identitas lengkap, seperti nama, umur, alamat, pendidikan, tempat tanggal lahir dan sebagainya. Kemudian data-data tersebut akan disimpan di dalam file berdasarkan nomor dan warna, dan tidak ada pembedaan antara pasien anggota dan pasien umum. Isi dari rekam medis ini adalah : a. Identitas pasien b. Ringkasan riwayat klinis c. Kartu pasien d. Pemeriksaan lab, terdiri dari analisa gas darah, darah rutin, kultur atau resistensi. e. Ringkasan masuk darurat yang terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis f. Pengukuran denyut nadi, suhu tubuh, dan tekanan darah (untuk rawat inap)

47 g. Catatan perkembangan pasien dan instruksi dokter h. Rencana tindakan perawatan i. Catatan terapi, terdiri dari : nama pasien, tanggal masuk, ruang rawat, nama obat (dosis, tanggal pemberian, waktu pemakaian) 3.9 Formularium Rumah Sakit Marinir Cilandak telah memiliki formularium rumah sakit yang berisi kelas terapi obat, nama obat, sediaan, nama dagang, dan nama produsen obat. Susunan daftar obat ini dievaluasi setiap setahun sekali oleh tim komite medik berdasarkan kualitas, potensi obat dan harga Sterilization Unit (Unit Sterilisasi) Pelaksanaan proses sterilisasi RSMC belum dilakukan di unit sterilisasi yang terpusat atau Central Sterile Supply Department (CSSD). Proses sterilisasi dilakukan di setiap ruangan, seperti rawat inap, kamar operasi, unit gawat darurat, dan lain-lain. Langkah pertama proses sterilisasi yaitu pencucian alat atau bahan menggunakan larutan desinfektan (lysol) ataupun direndam dalam larutan metrisida selama menit. Setelah itu, dikeringkan dan dikemas menggunakan kain steril dan dimasukkan ke dalam wadah almunium yang telah ditempelkan indikator tip. Untuk proses sterilisasi ruangan, langkah awal yang dilakukan adalah ruangan harus dibersihkan, lalu disterilkan dengan cara disinari dengan menggunakan sinar UV. Setiap 6 bulan sekali dilakukan pengujian terhadap keberadaan bakteri, dan apabila bakteri melebihi ambang batas maka ruangan harus dibersihkan dengan desinfektan dan setelah itu di-fogging. Sterilisasi alat-alat kedokteran dilakukan berdasarkan jenis bahannya, yaitu menggunakan cara sebagai berikut: a. Sterilisasi dengan panas kering (oven) Untuk mensterilikan alat-alat logam seperti gunting bedah, tong spatel, pisau bedah, jarum bedah, dan alat-alat bedah lainnya maka dilakukan sterilisasi panas kering. Cara sterilisasi yang dilakukan yaitu memasukkan alat ke dalam oven dengan suhu 150 C selama 2 jam. Setelah selesai proses sterilisasi, alat-alat

48 yang sudah steril disimpan di dalam lemari yang disusun berdasarkan jenis tindakan operasi (bedah umum, bedah ortopedi, bedah kandungan, dan bedah urologi). b. Sterilisasi dengan pemanasan basah (autoklaf) Sterilisasi dengan autoklaf digunakan untuk mensterilkan linen/katun, dressing, kassa, dan perban. Cara yang dilakukan adalah dengan memasukkan alat dan bahan ke dalam autoklaf dengan suhu 121 C selama 15 menit. Setelah selesai proses sterilisasi, alat dan bahan disimpan di lemari dalam ruangan yang telah di sterilisasi dengan menggunakan formaldehid yang diencerkan Pengolahan Limbah RSMC limbah cair. Pengolahan limbah RSMC terdiri dari pengelohan limbah padat dan Pengolahan Limbah Cair Limbah cair berasal dari berbagai macam unit, seperti ruang perawatan, laboratorium, dapur, dan laundry. Pemantauan pengolahan limbah RSMC dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan cara mengirim sampel ke BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah) untuk melihat aman tidaknya limbah tersebut dibuang ke sungai Krukut. Parameter pemeriksaan limbah cair adalah kadar klorin, kesadahan, senyawa aktif biru metilen, Chemical Oxygen Demand (COD), dan Biological Oxygen Demand (BOD). Pada proses pengolahan, semua limbah cair dialirkan ke dalam bak penampungan yaitu bak pertama dan kedua untuk pemrosesan limbah dan proses aerasi dengan alat blower. Bak ketiga untuk sedimentasi yang bertujuan memisahkan antara lumpur dengan air yang bersih, bak keempat untuk proses penyaringan limbah. Bak kelima proses pertumbuhan bakteri aerob untuk menguraikan limbah serta pengobatan dengan kaporit dan untuk lalu air dialirkan ke Sungai Krukut Pengolahan Limbah Padat Limbah padat dibedakan menjadi limbah medis dan limbah non medis. Limbah medis merupakan limbah yang berasal dari ruangan perawatan,

49 laboratorium, kamar operasi, UGD, dan urologi, misalnya kassa, jarum suntik, kapas, dan perban. Penanganan untuk alat-alat yang tajam dimasukkan dalam wadah khusus seperti jirigen. Limbah padat yang tidak bersifat infectious dimasukkan ke dalam plastik hitam, sedangkan untuk limbah yang infectious dimasukkan ke dalam plastik kuning. Semua limbah dibakar menggunakan incinerator dengan suhu 800 C 1200 C. Limbah non medis merupakan limbah yang dapat berasal dari sampah dapur, kertas, botol plastik, botol infus, vial dan ampul. Penanganan limbah non medis dilakukan dengan pengumpulan oleh petugas kesehatan kemudian dua kali dalam seminggu diambil oleh petugas dari dinas kebersihan setempat.

50 BAB 4 TINJAUAN KHUSUS BAGIAN FARMASI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK 4.1 Struktur Organisasi Bagian Farmasi RS Marinir Cilandak Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak merupakan suatu unit fungsional yang mengelola semua perbekalan farmasi yang digunakan oleh RSMC. Bagian farmasi RS Marinis Cilandak dipimpin oleh seorang Kepala Bagian Farmasi (Kabag Far) yang secara struktural berada di bawah Komandan Rumah Sakit. Jumlah tenaga personalia departemen Farmasi RSMC terdiri dari 6 apoteker, 23 orang asisten apoteker, dan 13 orang non asisten apoteker. Struktur Organisasi Bagian Farmasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Kepala Bagian Farmasi Tugas dari Kepala Bagian Farmasi adalah membantu Komandan Rumah Sakit (Dan umkit) yang berada di bawah koordinasi dan pengawasan Wakil Komandan Rumah Sakit (Wadan Rumkit) yang bertugas dalam menyelenggarakan pelayanan farmasi di RSMC. Dalam menjalankan tugasnya, Kabag Far bertanggung jawab langsung kepada Dan Rumkit atau melalui Wadan Rumkit. Dalam kegiatan administrasi Kabag Far dibantu oleh Urusan Tata Usaha (Ur TU) dengan uraian tugas dan pekerjaan sebagai berikut: a. Menyelenggarakan ketatausahaan di bagian Farmasi dan kegiatan surat menyurat sesuai dengan petunjuk administrasi yang berlaku b. Melaksanakan agenda/ekspedisi serta penyimpanan arsip c. Menyediakan bahan dan alat-alat kebutuhan surat-menyurat bagi keperluan Bagian Farmasi d. Melaksanakan pencatatan, pengawasan, pemeliharaan, dan pengamanan material/dokumen serta inventaris yang ada dalam Bagian Farmasi e. Mengadakan koordinasi dengan sekretariat RSMC tentang surat-menyurat yang berasal dari dan ditujukan untuk Bagian Farmasi 36

51 Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi Kabag Far dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi. Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi (Ka Subbag Dalfar) memiliki tugas sebagai berikut: a. Menyusun dan menyiapkan perkiraan kebutuhan material kesehatan b. Membantu melaksanakan pengadaan material kesehatan c. Melaksanakan pemeliharaan alat kesehatan d. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran material kesehatan e. Merancang sistem penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran material kesehatan f. Melaksanakan administrasi, penyimpanan, dan penyaluran material g. Merancang bekal diagnostik kepada unit pelaksana diagnostik h. Menyusun laporan penerimaan dan penyaluran material kesehatan serta pengajuan material kesehatan secara periodik Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kabag Far dan dibantu oleh petugas: Kepala Urusan Pengendalian Farmasi (Kaur Dalfar) Tugas Kepala urusan pengendalian farmasi sebagai berikut: a. Membuat perencanaan laporan tentang obat-obatan yang sudah habis b. Menyusun kebutuhan obat berdasarkan sisa stok barang c. Menyelenggarakan stock opname pada setiap akhir tahun anggaran d. Memberikan laporan pemakaian obat golongan narkotika dan psikotropika setiap bulan e. Membuat administrasi penghapusan f. Membuat evaluasi dan pelaporan dari perencanaan, pengadaan, dan pembayaran setiap bulan kepada Ka Subbag Dalfar

52 Kepala Sub Bagian Apotek Kabag Far juga dibantu oleh seorang Kepala Sub Bagian Apotek (Ka Subbag Apotek) yang memiliki tugas sebagai berikut: a. Melaksanakan pelayanan bekal kesehatan kepada pasien rawat inap, rawat jalan, ruang bedah, gawat darurat, dan unit-unit perawatan b. Melaksanakan penyuluhan tentang khasiat dan efek samping obat kepada pasien dalam rangka pemberian informasi obat c. Menyelenggarakan administrasi penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran material kesehatan d. Membuat laporan pelaksanaan tugas Sub Bag Apotek secara periodik e. Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kabag Farmasi Kepala Sub Bagian Apotek dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh: 1) Kepala Urusan Apotek (Kaur Apotek) Tugas-tugas dari Kepala urusan apotek adalah : a. Memimpin semua kegiatan pelayanan obat untuk pasien rawat jalan dan rawat inap b. Mengatur dan mengawasi persediaan obat, sarana, dan prasarana di pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap c. Melaksanakan tertib administrasi yang menyangkut seluruh kegiatan pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap d. Memberikan konseling kepada pasien tentang obat yang digunakannya e. Memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan lainnya f. Membuat laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan/ pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap secara periodik g. Melakukan analisa, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap h. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup apotek rawat jalan dan rawat inap i. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Ka Subbag Apotek

53 Kepala Urusan Apotek dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh: 1) Kepala Urusan Apotek Rawat Jalan (Kaur Apotek Wat Jalan) Kepala urusan apotek rawat jalan yang memiliki tugas sebagai berikut: a. Memimpin semua kegiatan pelayanan obat untuk pasien rawat jalan b. Mengatur dan mengawasi persediaan obat, sarana, dan prasarana di pelayanan pasien rawat jalan c. Melaksanakan tertib administrasi yang menyangkut seluruh kegiatan pelayanan pasien rawat jalan d. Memberikan konseling kepada pasien tentang obat yang digunakannya e. Memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan lainnya f. Membuat laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan/ pelayanan pasien rawat jalan secara periodik g. Melakukan analisa, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan pasien rawat jalan h. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Apotek Wat Jalan 2) Kepala Urusan Apotek Rawat Inap (Kaur Apotek Wat Inap) Kepala urusan apotek rawat inap memiliki tugas sebagai berikut: a. Memimpin semua kegiatan pelayanan obat dan suplai medis untuk pasien rawat inap b. Mengatur dan mengawasi persediaan obat dan suplai medis beserta sarana dan prasarana di unit-unit pelayanan pasien rawat inap c. Memantau dan mengawasi penggunaan obat dan suplai medis di ruang perawatan d. Membuat laporan yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan pasien rawat inap secara periodik e. Melakukan analisa, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan pasien rawat inap f. Melaksanakan, memeriksa, dan mengendalikan pelayanan obat dan suplai medis yang diadakan melalui sistem resitusi g. Membuat laporan pemasukan dan pengeluaran narkotika dan psikotropika setiap bulan h. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup bagian Apotek Wat Inap

54 4.2 Fungsi dan Tugas Pokok Bagian Farmasi Fungsi Fungsi dari adanya bagian Farmasi RS Marinir Cilandak adalah sebagai berikut : a. Melaksanakan perencanaan kebutuhan barang farmasi b. Melaksanakan pengadaan barang farmasi sesuai ketentuan yang berlaku c. Mengatur sistem penyimpanan barang farmasi sesuai peraturan yang berlaku d. Mengatur sistem pendistribusian barang farmasi ke seluruh poli di RSMC yang membutuhkan e. Melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di lingkungan rumah sakit f. Melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang pelayanan farmasi Tugas Pokok Sebagai salah satu unsur pelaksana utama Dan Rumkit, Kepala Bagian Farmasi bertugas membantu Dan Rumkit atau Wadan Rumkit untuk menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur, dan mengawasi seluruh kegiatan dan kebutuhan pelayanan farmasi yang meliputi obat, alat kesehatan, alat kedokteran dan alat perawatan, bekal kesehatan, gas medik, dan barang kimia lainnya di RSMC. 4.3 Uraian Tugas Bagian Farmasi Berikut merupakan uraian tugas yang harus dijalankan atau dikerjakan oleh bagian farmasi RS Marinir Cilandak : a. Menyiapkan semua data di Bagian Farmasi untuk disajikan kepada Dan Rumkit baik secara langsung maupun melalui Wadan Rumkit b. Memberikan saran mengenai bidang kefarmasian baik diminta maupun tidak diminta kepada Dan Rumkit baik secara langsung maupun melalui Wadan Rumkit c. Menyusun program kerja Bagian Farmasi sebagai bahan penyusunan program kerja RSMC d. Mengajukan kebutuhan personel, peralatan, dan anggaran biaya kepada Dan Rumkit dalam rangka kelancaran tugas dan pengembangan Bagian Farmasi

55 e. Merumuskan dan menyiapkan kebijakan dalam kegiatan farmasi rumah sakit f. Menyusun dan menyiapkan petunjuk petunjuk dalam rangka pelaksanaan kegiatan di Bagian Farmasi g. Menyelenggarakan fungsi staf dalam bidang pembinaan kefarmasian di lingkungan RSMC atas dasar pengembangan ilmu dan teknologi masing masing sub bagian h. Mengawasi dan bertanggung jawab terhadap tata tertib, disiplin, kebersihan, keamanan, dan kelancaran tugas di lingkungan Bagian Farmasi i. Mengatur dan mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua peralatan dan sarana yang ada di Bagian Farmasi, agar selalu dalam keadaan baik, lengkap, dan siap pakai j. Menyiapkan dan meneliti surat surat yang berhubungan dengan Bagian Farmasi sebelum ditandatangani Dan Rumkit k. Melaksanakan koordinasi di lingkungan Bagian Farmasi dengan unit kerja lain di luar Bagisn Farmasi dalam rangka penyusunan prosedur kerja pelayanan farmasi di RSMC l. Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan Kepala Bagian dan unit kerja lain yang terkait dalam rangka merencanakan kebutuhan obat, alat kesehatan, alat kedokteran dan alat perawatan, pengembangan pelayanan farmasi di bagian atau unit kerja yang bersangkutan m. Melaksanakan koordinasi dengan unsur, badan, dan instansi baik di dalam maupun di luar RSMC untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya sesuai tingkat dan lingkup kewenangannya n. Mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi pelaksanaan penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian barang barang farmasi guna menjamin pencapaian tujuan sasaran program kerjanya berhasil guna dan berdaya guna o. Membuat uraian tugas bagi para pelaksana yang bekerja di lingkungan Bagian Farmasi p. Mengawasi dan bertanggung jawab agar semua kegiatan di lingkungan Bagian Farmasi berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan peraturan yang berlaku dan dapat mencapai sasaran sesuai dengan rencana yang telah

56 ditetapkan. Membuat laopran kepada Dan Rumkit atau Wadan Rumkit baik secara langsung maupun secara tertulis q. Membuat laporan berkala meliputi: pengadaan dan penggunaan obat, alat kesehatan, alat kedokteran dan bekal kesehatan setiap bulan, per triwulan, dan setiap akhir tahun anggaran, menyiapkan data penggunaan obat golongan narkotika, stok opname setiap akhir triwulan dan akhir tahun anggaran, menyelenggarakan usaha usaha yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan farmasi sesuai dengan tuntutan masyarakat pengguna jasa rumah sakit, dan kemampuan rumah sakit tugas pokok Bagian Farmasi dapat dilaksanakan secara optimal r. Selalu mengadakan koordinasi dan kerja sama serta memelihara hubungan baik dengan bagian lain untuk menunjang tercapainya tugas pokok dan fungsi Bagian Farmasi s. Mengadakan kegiatan lain sesuai dengan pengarahan Dan Rumkit atau Wadan Rumkit 4.4 Gudang Farmasi Bagian gudang farmasi memiliki tugas untuk menerima, menyimpan, dan mendistribusikan perbekalan kesehatan untuk pasien umum dan BPJS Kesehatan baik rawat jalan maupun rawat inap. Perbekalan kesehatan yang dimaksud meliputi material kesehatan yang berupa obat-obatan dan barang habis pakai serta alat kesehatan Jam Kerja Gudang farmasi buka setiap hari kerja yaitu Senin-Jumat pada jam WIB dan istirahat pada pukul WIB Personalia Tenaga personalia di bagian gudang farmasi RSMC berjumlah 6 orang yang terdiri dari 1 apoteker, 2 asisten apoteker, dan 3 non asisten apoteker.

57 4.4.3 Kegiatan Gudang Farmasi Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bagian gudang farmasi adalah : a. Penerimaan Perbekalan Farmasi Setiap penerimaan obat harus didukung dengan bukti penerimaan. Penerima barang harus memeriksa kesesuaian antara fisik barang dengan dokumen pengantar kiriman barang. Dokumen bukti pemeriksaan tersebut harus ditandatangani oleh petugas penerima barang, yang menyerahkan barang, serta diketahui oleh Kepala Bagian Farmasi dan dibubuhi stempel. Untuk jenis barang yang diadakan melalui pembelian sendiri, bila terjadi ketidaksesuaian antara fisik barang dengan dokumen, maka dilakukan pengembalian barang (retur) dan dicatat di buku berita acara. b. Penyimpanan (Pergudangan) Penyimpanan barang dikelompokkan berdasarkan ruangan yang membutuhkan, seperti OK dan UGD. Setiap jenis barang yang terdapat di gudang dilengkapi dengan kartu stok yang menunjukkan jumlah dan tanggal pemasukan serta pengeluaran dari setiap barang. Sistem pengeluaran obat atau barang dilakukan menurut metode First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). c. Pendistribusian Sistem pendistribusian di gudang farmasi meliputi distribusi untuk ruang rawat inap, ruang ICU, Ruang OK, UGD, dan laboratorium berupa material kesehatan seperti kasa, perban, desinfektan, alkohol, reagen, cairan infus, obat gawat darurat, dan alat kesehatan yang dilakukan dengan sistem yang disebut amprahan. d. Pelayanan Rutin Setiap minggunya gudang farmasi melayani amprahan (pengambilan barang/stok) dari Apotek BPJS, poli rawat jalan, paviliun rawat inap, OK, UGD, ICU, dan laboratorium. Sebelumnya setiap ruangan mengajukan permintaan mengenai jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang diperlukan kepada gudang farmasi. Gudang farmasi kemudian membuat jadwal untuk amprahan secara rutin setiap minggunya.

58 Petugas dari ruangan mendatangi gudang sesuai jadwal yang telah ditentukan untuk mengambil amprahan. Jadwal pemberian amprahan di gudang farmasi selama seminggu adalah sebagai berikut: 1) Senin : Paviliun Flamboyan atas dan bawah, OK, serta poli kandungan. 2) Selasa : Paviliun Bougenville. 3) Rabu : Paviliun Cempaka 1 dan 2, serta UGD. 4) Kamis : Ruang bayi, paviliun Dahlia. 5) Jumat : Paviliun Edelweis, OK, dan ICU. Setiap barang yang diambil dari gudang farmasi kemudian dicatat jenis dan jumlahnya pada buku khusus amprahan tiap ruangan. Apabila perbekalan farmasi di ruangan telah habis, maka ruangan dapat mengambil amprahan di luar jadwal yang sudah ditentukan. Gudang juga melayani pengisian gas medik seperti NO 2, O 2 dan perbaikan alat kesehatan. e. Pelaporan Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak melakukan pelaporan mengenai sirkulasi/mutasi barang masuk maupun keluar dengan menggunakan aplikasi SIMAK BMN oleh staf Gudang Farmasi. Aplikasi ini digunakan untuk mencatat dan mengorganisir barang milik negara, mulai dari pembelian, transfer masuk-keluar antar instansi, sampai penghapusan dan pemusnahan barang milik Negara (Anonim, 2009). Aplikasi SIMAK BMN mulai digunakan sejak tahun 2009 di Bagian Farmasi yang kegiatan pelaporannya dilakukan berkala tiap semester kepada Kementerian Pertahanan, namun sejak tahun 2012 kegiatan pelaporan menggunakan SIMAK BMN dilakukan kepada Kementerian Keuangan dengan tembusan Kementerian Pertahanan. Penggunaan aplikasi SIMAK BMN bertujuan untuk menginventaris serta melihat sirkulasi/mutasi barang/kekayaan rumah sakit umumnya atau Bagian Farmasi khususnya. Barang-barang yang berada di bawah tanggung jawab Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak dikelompokkan menjadi dua, yaitu aset/harta tetap dan barang/persediaan habis pakai. Harta tetap dapat berupa alat kesehatan inventaris seperti mesin rontgen, tensimeter, dan lain-lain sedangkan persediaan habis pakai meliputi obat, alat kesehatan habis pakai, dan perlengkapan-perlengkapan administratif seperti alat tulis kantor dan lain-lain.

59 Pelaporan sirkulasi barang dilakukan setiap semester (6 bulan) dimana print out dari hasil input menggunakan SIMAK BMN dilaporkan kepada Kementerian Keuangan dengan tembusan Kementerian Pertahanan. Staf Gudang Farmasi melakukan penginputan tiap item barang menggunakan aplikasi SIMAK BMN meliputi jumlah barang yang masuk maupun barang keluar berdasarkan stok awal persediaan. Barang masuk bisa berasal dari pembelian langsung, hibah, maupun tender sedangkan barang keluar kemugkinan dari kegiatan penjualan, penghapusan, pemusnahan, dan lain-lain. Aplikasi akan mengumpulkan hasil input data terian Keuangan dengan tembusan Kementerian Pertahanan. Penggunaan aplikasi SIMAK BMN bertujuan untuk menginventaris serta melihat sirkulasi/mutasi barang/kekayaan rumah sakit umumnya atau Bagian Farmasi khususnya. Barang-barang yang berada di bawah tanggung jawab Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak dikelompokkan menjadi dua, yaitu aset/harta tetap dan barang/persediaan habis pakai. Harta tetap dapat berupa alat kesehatan inventaris seperti mesin rontgen, tensimeter, dan lain-lain sedangkan persediaan habis pakai meliputi obat, alat kesehatan habis pakai, dan perlengkapan-perlengkapan administratif seperti alat tulis kantor dan lain-lain. Pelaporan sirkulasi barang dilakukan setiap semester (6 bulan) dimana print out dari hasil input menggunakan SIMAK BMN dilaporkan kepada Kementerian Keuangan dengan tembusan Kementerian Pertahanan. Staf Gudang Farmasi melakukan penginputan tiap item barang menggunakan aplikasi SIMAK BMN meliputi jumlah barang yang masuk maupun barang keluar berdasarkan stok awal persediaan. Barang masuk bisa berasal dari pembelian langsung, hibah, maupun tender sedangkan barang keluar kemugkinan dari kegiatan penjualan, penghapusan, pemusnahan, dan lain-lain. Aplikasi akan mengumpulkan hasil input data tersebut menjadi daftar inventaris barang. Selain itu, aplikasi ini juga dapat membuat rekapitulasi dari tiap ruangan yang melaporkan kekayaan menjadi sebuah neraca yang memuat informasi seluruh kekayaan yang dimiliki rumah sakit. Neraca kekayaan tersebut pada umumnya dibuat satu tahun sekali saat tutup buku/akhir tahun.

60 4.5 Apotek Yanmasum ( Pelayanan Masyarakat Umum ) Satu diantara apotek yang berada di bawah struktur organisasi Bagian Farmasi RSMC adalah Apotek Yanmasum. Apotek ini dapat melayani seluruh obat untuk pasien umum maupun obat untuk pasien BPJS Kesehatan yang tidak ditanggung oleh Apotek BPJS RSMC, baik melalui mekanisme restitusi untuk pasien anggota TNI AL dan keluarga maupun pembelian sendiri oleh pasien BPJS Kesehatan. Apotek Yanmasum memberikan pelayanan obat untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan Jam Kerja Apotek Yanmasum RS Marinir Cilandak memberi pelayanan selama 24 jam setiap harinya. Pelayanan dilaksanakan dengan pembagian shift kerja di Apotek Yanmasum yaitu dengan adanya shift jaga di luar shift normal setiap harinya. Shift normal apotek adalah pada pukul WIB. Di luar jam tersebut, terdapat tiga orang petugas jaga yang bertugas pada shift jaga pukul WIB serta dua orang bertugas jaga mulai pukul WIB Personalia Tenaga personalia di Apotek Yanmasum RSMC terdiri dari 1 apoteker, 9 asisten apoteker, dan 4 non asisten apoteker Jenis Pelayanan Apotek Yanmasum melayani pasien umum rawat jalan dan rawat inap, pasien yang terdaftar sebagai anggota asuransi tertentu (pasien jaminan), pasien gawat darurat dan juga pelayanan restitusi untuk pasien TNI AL dan keluarganya. Untuk pasien jaminan, apotek Yanmasum melakukan kerjasama dengan beberapa perusahaan asuransi. Resep pasien rawat inap dapat dibeli langsung oleh keluarga pasien atau melalui hospital pharmacy dimana pasien tidak membeli langsung ke apotek tetapi melalui perawat.

61 4.5.4 Pengadaan obat Pengadaan obat di RSMC dilakukan oleh bagian Dalfar (Pengendalian Farmasi) dan diadministrasikan secara terpisah untuk Apotek Yanmasum dan Apotek BPJS. Prosedur pemesanan obat dilakukan dengan memesan langsung ke distributor. Petugas apotek yang bertanggung jawab atas tugas defekta melihat stok barang yang perlu dipesan dan mencatatnya pada buku defekta. Kemudian daftar barang yang perlu dipesan diserahkan pada Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi (Ka Sub Bag Dalfar). Setelah disetujui, barang dapat dipesan langsung ke distributor menggunakan surat pesanan. Surat pesanan khusus narkotika dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku dengan menyertakan tanda tangan dari APA (Apoteker Pengelola Apotek). Barang yang dipesan kemudian diantarkan langsung oleh distributor ke Apotek Yanmasum. Faktur diserahkan ke apotek oleh distributor, namun mekanisme pembayaran obat dilakukan melalui bagian Pekas ( Pemegang Kas) Rumah Sakit menurut ketentuan Rumah Sakit Marinir Cilandak Penyimpanan Pengelompokan barang di Apotek Yanmasum dilakukan berdasarkan bentuk dan jenis sediaan. Sediaan padat dan cair serta alat kesehatan dipisahkan dalam penyimpanan. Untuk menyimpan obat injeksi terdapat lemari khusus sedangkan untuk menyimpan jenis-jenis obat yang termolabil seperti supositoria dan vaksin disediakan refrigerator. Obat jenis sirup antibiotik dilakukan penyimpanan yang terpisah dari sediaan cair lainnya. Setelah pengelompokan berdasarkan bentuk dan jenis sediaan, obat disusun secara alfabetis. Apotek Yanmasum tidak memiliki ruangan khusus untuk menyimpan persediaan obat dan alat kesehatan (gudang) sehingga persediaan disimpan pada lemari tersendiri yang terdapat di ruangan Apotek Yanmasum. Pencatatan stok obat dan alat kesehatan yang masuk dan keluar dicatat pada kartu stok.

62 4.5.5 Pelayanan farmasi Kegiatan pelayanan di Apotek Yanmasum meliputi pelayanan pemberian obat berdasarkan resep dan non resep kepada pasien umum serta pemberian obat restitusi kepada pasien TNI AL dan keluarga. 4.6 Apotek BPJS Apotek ini dibentuk atas dasar kerjasama antara Rumah Sakit Marinir Cilandak (RSMC) dengan BPJS Kesehatan. Apotek BPJS RSMC berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada peserta BPJS Kesehatan sesuai dengan Formularium Nasional yang digunakan untuk pelayanan obat bagi peserta BPJS Kesehatan, baik untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap Jam Kerja Pelayanan di Apotek BPJS dilakukan setiap hari selama 24 jam. Dibagi menjadi dua shift yaitu pukul WIB dan pukul WIB Personalia Tenaga personalia di Apotek BPJS terdiri dari 1 apoteker, 11 asisten apoteker, 3 non asisten apoteker Jenis Pelayanan Apotek BPJS hanya melayani pasien yang terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan Pengadaan Obat Perencanaan pengadaan obat dilakukan setiap minggu. Prosedur pengadaan obat di Apotek BPJS adalah dengan mencatat obat-obatan yang stoknya minimum dalam buku defekta. Buku defekta tersebut kemudian diserahkan kepada Ka Sub Bag Dalfar. Setelah diperiksa oleh Ka Sub Bag Dalfar, buku defekta diserahkan kepada Ka Bag Far dan jika disetujui selanjutnya Ka Sub Bag Dalfar akan membuat surat pemesanan atau Purchase Order (PO) dengan

63 persetujuan BPJS Kesehatan. Purchase Order dikirim ke PBF (Pedagang Besar Farmasi) dan PBF akan mengirimkan barang berdasarkan PO yang telah dibuat Penyimpanan Obat di apotek BPJS dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaannya, kemudian disusun secara alfabetis. Setiap pemasukan dan pengeluaran obat dicatat dalam kartu stok obat Pelayanan farmasi Pemberian obat dan atau material kesehatan dilakukan berdasarkan resep dokter untuk pasien BPJS Kesehatan baik pasien rawat inap atau pasien rawat jalan sesuai dengan indikasi medis dan diagnosis pasien. Pasien rawat jalan yang mendapat resep dari dokter akan membawa resep tersebut beserta fotocopy surat rujukan, fotocopy KPK, ke apotek. Pasien Rawat Inap yang mendapat resep dari dokter akan membawa resep tersebut beserta fotocopy surat jaminan rawat inap, fotocopy KPK, ke apotek yang ditunjuk. Jika kelengkapan administrasi pasien belum lengkap, maka pelayanan pemberian obat belum bisa diberikan kecuali pada pasien gawat darurat. Berkas administrasi yang kurang lengkap, petugas akan mengembalikan berkas tersebut ke pasien untuk dilengkapi (dengan memberikan informasi berkas apa saja yang perlu dilengkapi). Jika proses adminitrasi sudah sesuai atau memenuhi syarat, resep yang diberikan ke apotek BPJS akan dilakukan verifikasi resep dan bukti pendukung lain. Apoteker dan petugas apotek akan melakukan pengkajian resep, menyiapkan, dan menyerahkan oabt kepada peserta disertai dengan pemberian informasi obat. Jika resep sesuai dengan standar obat JPK Jamsostek, petugas apotek akan langsung memberikan obat tersebut kepada peserta, dengan mengutamakan obat generik terlebih dahulu. Bila resep obat diluar standar, maka obat akan disetarakan dengan obat standar Program JPK Jamsostek yang mempunyai kandungan zat berkhasiat (nama generik) sama dengan obat yang diresepkan. Sedangkan untuk obat diluar daftar yang ditanggung oleh BPJS akan diberikan copy resepnya untuk bisa ditebus dan dibeli di apotek Yanmasum atau lainnya, karena apotek BPJS tidak. Apabila ada masalah dengan resep misalnya terkait dosis maupun ketidakterbacaan resep,

64 maka apoteker atau asisten apoteker akan mengkonfirmasikan terlebih dahulu ke dokter, lalu dicatat ke buku komunikasi dengan dokter dan perawat. melayani pembayaran uang tunai. Apotek akan memberikan obat sesuai dengan resep untuk 3-5 hari, pengambilan obat untuk kasus penyakit kronis dapat diberikan untuk 10 hari kecuali penyakit tertentu yang memerlukan obat terus menerus dapat diberikan sampai 30 hari (dengan monitoring/persetujuan Kantor Cabang BPJS). Setelah pasien/peserta menerima obat, peserta menandatangani bukti penerimaan obat dan memperoleh informasi obat. Pelayanan informasi obat (PIO) merupakan salah satu bentuk pelayanan farmasi klinis yang terdapat di apotek, baik informasi tersebut untuk pasien maupun dengan sejawat. PIO untuk pasien tidak ada atau tidak berjalan selama menjalani pkpa disan, karena sedang terjadi renovasi perpindahan gedung apotek. Namun, sekarang program tersebut sedang dijalankan kembali. Selain PIO, pelayanan farmasi klinis lainnya yang dilakukan adalah pemantauan terapi obat (PTO) yang mana lebih dikhususkan kepada pasien rawat inap. Pelayanan obat yang diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan sesuai dengan Formularium Nasional. Kebutuhan obat-obatan di luar paket Indonesia Case Based Group's (INA-CBG's) tetap dapat diklaim oleh fasilitas kesehatan yang mengeluarkan obat untuk pasien. Khusus untuk pelayanan obat kronis, bila kondisi pasien dengan penyakit kronis belum stabil, maka fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dapat memberikan tambahan resep obat penyakit kronis (berdasrkan Formularium Nasional) diluar paket INA CBG s sesuai indikasi medis sampai kontrol berikutnya apabila penyakit belum stabil. Selanjutnya, IFRS atau apotik dapat menagih biaya atau mengajukan klaim pembayaran kepada BPJS Kesehatan Administrasi Penagihan Ketentuan Klaim BPJS Kesehatan Obat-obat non kronik diklaim menggunakan sistem paket INA CBG s melalui rumah sakit sedangkan obat kronik diklaim setelah melalui mekanisme sebagai berikut: Dilakukan skrining terhadap resep setelah mendapatkan legalisasi

65 dari BPJS Kesehatan, obat untuk 7 hari pertama diklaim dengan sistem paket INA CBG s seperti obat non kronik sedangkan sisanya diinput ke aplikasi BPJS Kesehatan. Setelah selesai melakukan penginputan selama periode 1 bulan, resep tersebut diverifikasi oleh verifikator BPJS Kesehatan. Klaim obat Bagian Farmasi RSMC ke BPJS Kesehatan dapat dilakukan dengan menyerahkan persyaratan administrasi : a. Kwitansi yang ditandatangani atas nama Kabag Farmasi RSMC b. Kwitansi KU-17 c. Surat Tagihan Obat Kronik 23 Hari Rawat Jalan d. Umpan balik dari BPJS Kesehatan yang ditandatangani Dan Rumkit Marinir Cilandak e. Lampiran resep kronik yang sudah dilegalisasi BPJS Kesehatan f. SEP asli pasien. Setelah klaim dilakukan, dana dikirim oleh BPJS Kesehatan melalui rekening RSMC. Obat-obat kronik yang dapat diklaim adalah obat-obat peserta BPJS rawat jalan yang masuk dalam 10 golongan obat kronik di bawah ini: a. DM (insulin dll) b. Hipertensi (Amlodipine, bisoprolol) c. Jantung d. Asma e. Paru f. Epilepsi g. Skizoprenia h. Sirosis Hepatik i. Stroke j. Sindrom Lupus 4.7 Depo Kamar Operasi Depo kamar operasi merupakan salah satu depo farmasi yang berada di bawah struktur organisasi Bagian Farmasi RSMC. Depo ini berfungsi menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk kepentingan operasi.

66 4.7.1 Jam Kerja Depo kamar operasi memberi pelayanan selama jam kerja dan juga setiap hari kerja oleh petugas farmasi yaitu pukul Selanjutnya untuk hari libur dan di luar jam kerja tersebut, yang bertugas dan bertanggung jawab menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan yaitu perawat jaga kamar operasi Personalia Tenaga personalia farmasi di depo ini belum tersedia karena keterbatasan jumlah anggota farmasi, tetapi setiap harinya terdapat satu petugas farmasi yang bertugas memeriksa stok sediaan farmasi dan alat kesehatan di depo ini Pengadaan Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilakukan setiap 1 minggu sekali atau jika stoknya sudah minimum di ruang operasi. Prosedur pengadaannya adalah dengan mencatat obat-obatan yang stoknya minimum dalam buku defekta, kemudian buku tersebut ditandatangani oleh kepala ruang operasi dan diserahkan ke bagian gudang farmasi Penyimpanan Penyimpanan obat di ruang operasi disimpan dalam ruangan berukuran sekitar 2x2 meter. Di dalam ruang operasi, terdapat tiga kamar operasi yang masing-masing kamar juga terdapat lemari untuk menyimpan sediaan farmasi dan alat kesehatan Jenis Pelayanan Depo ini berfungsi menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk kepentingan operasi. Setiap harinya petugas akan mengisi lemari di setiap kamar operasi untuk sediaan farmasi dan alat kesehatan yang stoknya sudah menipis.

67 4.8 Depo UGD Depo UGD merupakan salah satu depo farmasi yang berada di bawah struktur organisasi Bagian Farmasi RSMC. Depo ini berfungsi menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk kepentingan pasien UGD Jam Kerja Depo UGD memberi pelayanan selama 24 jam setiap hari Personalia Tenaga personalia farmasi di depo ini belum tersedia karena keterbatasan jumlah anggota farmasi, tetapi setiap harinya terdapat satu petugas farmasi yang bertugas memeriksa stok sediaan farmasi dan alat kesehatan di depo ini Pengadaan Pemeriksaan stok dilakukan setiap hari. Depo ini memiliki persediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam jumlah yang tetap. Pengadaan dilakukan jika terdapat sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan jumlah tetap Jenis Pelayanan Depo ini berfungsi menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk pasien UGD. Pasien akan menerima tindakan dan pengobatan dari sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tersedia di UGD terlebih dahulu. Keluarga pasien kemudian akan diberikan resep untuk ditebus ke apotek. Obat yang dari apotek tersebut, kemudian diberikan kembali ke UGD untuk mengganti sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tadi telah digunakan.

68 BAB 5 PEMBAHASAN Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit didefinisikan sebagai institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit Marinir Cilandak (RSMC) merupakan rumah sakit angkatan laut yang digolongkan sebagai rumah sakit tipe B, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, dan pelayanan medik subspesialis dasar. Fasilitas pelayanan yang tersedia di RSMC meliputi Instalasi Rawat Jalan (IRJ), Instralasi Rawat Darurat (IRD), Instalasi Rawat Inap (IRNA), Instalasi Perawatan Intensif (ICU), Instalasi bedah Sentral, Instalasi Kebidanan dan Kandungan, Instalasi Rehabilitasi Medik (IRM), Instalasi Radio Terapi, serta fasilitas penunjang seperti Instalasi Farmasi, Laboratorium dan Pemulasaraan Jenazah. Terdapat pula subdepartement gizi dan pengelolaan limbah. Layanan spesialis yang terdapat di RSMC meliputi spesialis paru, jantung, penyakit saraf, kesehatan jiwa, kandungan dan kebidaan serta spesialis anak dan bedah umum. Departemen farmasi RSMC merupakan suatu unit fungsional yang mengelola semua perbekalan farmasi yang digunakan oleh rumah sakit dan dipimpin oleh Kepala Departemen Farmasi yang secara struktural berada di bawah Komandan Rumah Sakit. Kegiatan yang dilakukan dibawah departement farmasi RSMC terdiri dari dua golongan utama, yakni pelayanan klinis dan pelayanan non klinik. Kegiatan pelayanan farmasi klinik mencakup pelayanan resep dan informasi obat di Apotek BPJS dan Apotek Yanmasum. Pelayanan pemberian konseling kepada pasien dengan kriteria khusus dilakukan tapi belum maksimal karena adanya renovasi Apotek BPJS. Skrining instruksi pengobatan dilakukan untuk pasien-pasien tertentu seperti pasien yang menerima polifarmasi. Monitoring efek samping obat belum dilakukan. Pengkajian dan evaluasi penggunaan obat dan kunjungan ke ruang perawatan (ward) sudah dilakukan namun tidak terjadwal dan belum didokumentasikan. Therapeutic drug 54

69 monitoring (TDM) dan Total Parenteral Nutrition (TPN) belum dilakukan karena keterbatasan peralatan dan sumber daya manusia khususnya apoteker klinis. Pelayanan non klinik meliputi bidang logistik dan administratif. Pengelolaan logistik yang dilakukan meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pengawasan, produksi. Bagian administrasi melakukan fungsi admisitratif dan pelaporan. Fungsi pelayanan farmasi klinik yang dilakukan oleh Bagian Farmasi RSMC masih sangat terbatas karena masih kurangnya kebijakan yang mendukung dan sumber daya manusia seperti tenaga profesi apoteker yang jumlahnya masih belum memadai. Fungsi pelayanan farmasi klinik tersebut diantaranya yaitu pelayanan informasi obat, konseling, proses pengawasan terhadap penggunaan obat, Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan pemantauan terhadap Drug Related Problems. Hal tersebut menyebabkan kegiatan kefarmasian lebih banyak terpusat pada kegiatan yang bersifat non klinik yang lebih berfungsi dalam kegiatan manajemen atau pengelolaan perbekalan farmasi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, idealnya 1 orang apoteker klinis berbanding 30 tempat tidur pasien. Rumah Sakit Marinir Cilandak memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 190 tempat tidur dan memiliki 6 orang tenaga apoteker yang mana tidak berfokus di bidang klinis. Kondisi tersebut menyebabkan belum terpenuhinya perbandingan antara Apoteker dengan tempat tidur pasien yang perbandingannya 1: 30. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban kerja pada Pelayanan Kefarmasian di rawat jalan yang meliputi pelayanan farmasi menajerial dan pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian Resep, penyerahan Obat, Pencatatan Penggunaan Obat (PPP) dan konseling, idealnya dibutuhkan tenaga Apoteker dengan rasio 1 Apoteker untuk 50 pasien. Apotek BPJS RSMC melayani rata-rata 500 resep per hari dengan jumlah apoteker yang bertugas 1 (satu) orang, sehingga belum mencukupi perbandingan yang diharuskan. Pada apotek Yanmasum jumlah resep per hari rata-rata 150 resep, dengan apoteker

70 yang bertugas sebanyak 1 (satu) orang, hal ini juga belum sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pada pelayanan obat pasien rawat jalan, terdapat 1 orang Apoteker di setiap apotek RSMC yaitu masing-masing di Apotek BPJS dan Apotek Yanmasum. Peran manajerial farmasi di RSMC dipegang oleh 2 Apoteker yang masing masing bertugas sebagai Kepala Bagian Farmasi dan Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi. Untuk memaksimalkan peranan apoteker dalam kegiatan farmasi klinik disarankan kepada pimpinan Rumah Sakit Marinir Cilandak untuk menambah jumlah tenaga profesi apoteker terutama apoteker yang berfokus pada kegiatan farmasi klinik. Selain karena faktor kuantitas yang kurang memadai, kualitas faktor sumber daya manusia juga perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan, sehingga perlu diselenggarakan pendidikan dan pelatihan secara rutin bagi seluruh staf Bagian Farmasi RSMC. Apotek BPJS melayani pasien peserta BPJS Kesehatan yang terdiri dari anggota Angkatan Laut/Pegawai Negeri Sipil TNI beserta keluarganya (suami, istri dan 3 orang anak berusia di bawah 21 tahun), pegawai Negeri Sipil, Polri, Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri dan Pegawai Swasta beserta keluarganya yang terdiri atas suami atau istri dan 3 orang anak berusia di bawah 21 tahun atau belum menikah dan tidak mempunyai penghasilan sendiri. Jika anak tersebut melanjutkan pendidikannya hingga Perguruan Tinggi, anak tersebut tetap akan mendapatkan jaminan kesehatan hingga usia 25 tahun dengan syarat harus disertai dengan surat keterangan aktif kuliah dari institusi terkait. Penyusunan obat pada rak obat di apotek BPJS dilakukan secara alfabetis sehingga memudahkan dalam penyiapan obat pasien, untuk lebih memaksimalkan pelayanan sebaiknya rak diperbesar supaya semua obat dapat disusun secara alfabetis di dalam rak. Terkait penyimpanan obat di Apotek BPJS, sebaiknya penyusunannya dilakukan secara FEFO (First Expired First Out) terutama ketika barang datang dari gudang untuk menghindari penyerahan obat kadaluarsa ke pasien. Untuk penyimpanan barang di Apotek BPJS sudah disusun secara alfabetis dan dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan. Namun, untuk alat kesehatan dan obat obat injeksi yan berada di rak masih belum tersusun dengan

71 rapi ataupun alfabetis meskipun sebelumnya sempat disusun berdasarkan alfabetis. Pelayanan obat di Apotek BPJS cukup baik, resep yang ditebus oleh pasien akan dicocokkan pangkat kesatuan, usia, serta nama lengkap pasien sesuai yang tertera pada resep serta tanda tangan dan nomor telepon sebagai bukti bahwa obat telah diserahkan kepada pasien. Penyiapan obat dilakukan dengan cepat kecuali obat racikan, namun proses pengecekan oleh Apoteker berlangsung lama karena banyaknya resep yang masuk dan pengecekan hanya dilakukan oleh seorang Apoteker. Pengecekan sudah cukup baik karena dilakukan secara berulang untuk tiap resep yang dilayani, mulai dari screening, pemberian harga, peracikan dan proses penyerahan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa obat yang diberikan sesuai dengan permintaan dalam resep, sehingga akan terwujud sistem tepat obat, tepat dosis, tepat indikasi dan tepat pasien. Apotek Yanmasum melayani pasien umum yang merupakan seluruh masyarakat umum yang berobat di RSMC atau pasien BPJS Kesehatan yang obatnya tidak didukung oleh Apotek BPJS, baik melalui mekanisme restitusi maupun pembelian sendiri oleh pasien. Apotek Yanmasum tidak memiliki gudang penyimpanan obat, sehingga obat-obat disimpan di rak-rak yang terdapat di apotek tersebut. Hal ini menyebabkan berkurangnya area di dalam apotek sehingga berkurang pula ruang gerak bagi para petugas apotek dalam melakukan pelayanan resep terutama saat peracikan dan atau pengemasan, namun hal ini tidak mengurangi pelayanan optimal yang dilakukan oleh Apotek Yanmasum. Untuk itu disarankan penataan perbekalan farmasi yang lebih teratur di Apotek Yanmasum. Sistem distribusi obat bagi pasien rawat inap di RSMC menggunakan sistem sentralisasi dimana seluruh perbekalan kefarmasian di ruangan rawat inap tertuju kepada Apotek BPJS dan Apotek PC serta tidak memiliki stok di ruangan. Persediaan di ruangan hanya terbatas untuk obat-obat emergency dan perbekalan farmasi dasar. Depo farmasi di ruangan untuk melayani obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak tersedia sehingga menyulitkan pengawasan dan pengendalian obat-obat yang digunakan. Sedangkan untuk pasien rawat inap,

72 sistem peresepan yang digunakan adalah sistem peresepan individual, akibatnya pasien sulit mengatur regimen terapi yang diterimanya. Gudang farmasi di RSMC berperan dalam perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, serta pendistribusian perbekalan farmasi ke Apotek BPJS dan semua unit RSMC. Perencanaan perbekalan farmasi di RSMC dilakukan berdasarkan permintaan atau kebutuhan dari setiap unit. Hal ini dilihat dari hasil konsumsi rata-rata setiap semester atau setiap tahun dari masingmasing unit. Pengadaan perbekalan farmasi di RSMC dilakukan dengan sistem satu pintu yaitu seluruh pemesanan perbekalan farmasi harus melalui bagian pengadaan dan administrasi di Bagian Farmasi. Seluruh perbekalan farmasi di seluruh unit rumah sakit dikendalikan dan diawasi oleh bagian gudang farmasi. Pengadaan perbekalan farmasi kedua apotek di RSMC memiliki sistem pengadaan yang berbeda. Sumber barang di Apotek BPJS berasal dari sisa dropping tahun 2013 dari Dinas Kesehatan Angkatan Laut (Diskesal), Pusat Kesehatan TNI (Puskes TNI) dan dari pembelian langsung yang dananya berasal dari hasil operasional Apotek Yanmasum (Pelayanan Masyarakat Umum) rumah sakit dan Dana Pemeliharaan Kesehatan (DPK) per triwulan melalui tender. Berbeda dengan apotek BPJS, pengadaan di Apotek Yanmasum dilakukan dengan pembelian langsung melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF). Pengadaan di Apotek Yanmasum dilaksanakan berdasarkan formularium RSMC. Pada kegiatan penerimaan dibentuk tim khusus yang juga melibatkan apoteker, pengurus gudang berdasarkan Surat Perintah Komandan Rumah Sakit. Penerimaan, penyimpanan, pendataan defekta barang dan pengelolaan barang di Apotek BPJS dilakukan oleh bagian gudang farmasi, sedangkan untuk Apotek Yanmasum dilakukan oleh Apotek Yanmasum sendiri. Seluruh daftar defekta yang berasal dari kedua apotek kemudian diserahkan kepada Kepala Sub Bagian Pengendalian Farmasi yang memiliki kewenangan dalam hal pengendalian bidang perencanaan dan distribusi. Setiap kegiatan yang telah dilakukan dibuat pencatatan serta pelaporannya. Perbekalan farmasi yang diterima dicocokkan kembali dengan daftar permintaan serta dilihat waktu kadaluwarsanya. Setelah itu, perbekalan farmasi tersebut disimpan di dalam gudang. Perbekalan farmasi kemudian disusun berdasarkan

73 bentuk sediaan, sumber penerimaan, dan tujuan distribusi. Selanjutnya, gudang farmasi akan melakukan kegiatan distribusi setiap minggu ke unit-unit yang berada di Rumah Sakit sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, termasuk ke Apotek BPJS. Berdasarkan Good Storage Practice, gudang farmasi RSMC telah memenuhi beberapa syarat gudang yang baik seperti dokumentasi barang masuk dan barang keluar sudah baik namun perlu dirapikan, memiliki generator listrik, terdiri dari satu lantai yang akan memberi kemudahan dalam lalu lintas dan pengawasan perbekalan farmasi, adanya penyimpanan obat berdasarkan suhu stabilnya obat, lemari penyimpanan obat golongan narkotika dan psikotropika belum sepenuhnya memenuhi standar yang ada karen kunci masih tergantung di lemari narkotik bukan dipegang oleh petugas yang bertugas di hari itu, rak untuk menyusun perbekalan farmasi yang sudah memisahkan antara obat obatan dengan perbekalan kesehatan farmasi lainnya, tabung pemadam kebakaran dan alarm yang masih berfungsi dengan baik, adanya aktivitas pengecekan kemasannya tidak rusak, jumlah yang diantar, label produk, nama dan alamat pemasok, nomer batch dan juga tanggal kadaluarsa saat barang datang, dilakukannya pemisahan untuk barang yang rusak, kadaluarsa, dan retur. Beberapa hal yang disarankan untuk dibenahi adalah tempat penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar seharusnya dipisah dari perbekalan kesehatan lainnya atau diberi tempat khusus tidak tercampur dengan perbekalan kesehatan lainnya. adanya peletakan thermometer didalam refrigerator untuk memonitoring suhunya serta sebaiknya ada petugas monitoring dilakukan secara rutin, berjadwal dan didokumentasikan, monitoring juga sebaiknya dilakukan dalam pengendalian serangga/hewan pengganggu, personil yang bekerja di area penyimpanan juga perlu menggunakan perlengkapan ataupun pakaian yang bisa melindungi atau tidak menyebabkan produk terkontaminasi. Dengan mengikuti panduan mengenai cara penyimpanan produk yang baik dan benar (Good Storage Practice (GSP)) maka secara langsung dapat memastikan produk yang akan diterima pasien dalam kualitas yang baik dan aman untuk digunakan. Dengan demikian konsumen dapat merasa nyaman dan aman ketika mereka mengetahui bahwa produk yang mereka beli sudah melalui rangkaian proses yang benar.

74 Standar gudang obat berdasarkan Pharmaceutical Society of Australia (PSA) Professional Practice Standards adalah: a. Ruang dengan sistem penguncian yang baik b. Memiliki layar pengaman pada setiap jendela c. Cahaya yang cukup (minimal pencahayaannya adalah 240 [I x] d. Suhu ruang dibawah 25 C, dipasang AC selama 24 jam dimana daya AC terkoneksi dengan emergency supply (generator dll). e. Terdapat lemari pendingin untuk penyimpanan vaksin f. Terdapat lemari pendingin untuk produk yang membutuhkan suhu dingin, selain vaksin g. Terdapat lemari khusus untuk obat dan bahan berbahaya h. Obat B3 tidak dapat diajdikan satu dengan obat lain, pisahkan ruanngannya atau telakkan pada lemari penyimpanan yang berbeda dimana terdapat kunci pengamana masing-masing. i. Terdapat rak yang cukup untuk meletakkan obat berdasarkan kategori tertentu j. Terdapat meja kerja yang tahan air dibagian atasnya k. Terdapat kursi putar yang dapat disesuaikan tingginya jika meja kerja rendah l. Terdapat wastafel yang terbuat dari stainless steel dan kedap air, sebaiknya menggunakan kran yang dapat dimatikan dengan siku. m. Terdapat tempat pembuangan untuk obat-obat yang tidak diinginkan (Rusak, ED dll) n. Terdapat sabun serta handuk kering o. Terdapat tangga pendek (biasanya terdiri dari 2 anak tangga saja) yang tidak licin atau pijakan untuk mengambil barang yang letaknya tinggi. Sistem Manajemen dan Akuntasi (SIMAK) di Rumah Sakit Marinir Cilandak terhubung langsung (online) ke Dinas Kesehatan Angkatan Laut (Diskesal). Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak wajib membuat laporan setiap triwulan, semester dan tahunan ke Dinas Kesehatan Angkatan Laut (Diskesal) mengenai penerimaan atau pemakaian material kesehatan. Laporan bukan hanya dalam bentuk penggunaan jumlah item perbekalan kesehatan saja namun juga dalam bentuk rupiah untuk mengetahui jumlah dana yang digunakan.

75 Praktek Kerja Profesi Apoteker di Bagian Farmasi Rumah Sakit Marinir Cilandak yang dilaksanakan selama lebih kurang 6 minggu dapat dirasakan manfaatnya untuk memberikan gambaran kepada calon apoteker tentang bagaimana mengelola kegiatan farmasi klinik dan non klinik secara komprehensif di suatu rumah sakit, serta mempelajari permasalahan-permasalahan dalam menjalankan kegiatan kefarmasian di rumah sakit dan berupaya mencari solusi dari setiap permasalahan yang mungkin timbul. Praktek Kerja Profesi ini diharapkan dapat menjadi bekal sebelum memasuki dunia kerja nantinya. Centralized Sterile Supply Department (CSSD) merupakan sebuah unit kerja di rumah sakit yang bertugas melakukan proses sterilisasi tersentral disebuah tempat tertentu dengan penanggung jawab khusus. Manfaat utama CSSD adalah jaminan mutu terhadap sterilitas peralatan medis yang akan digunakan karena sterilisasi dilakukan dengan prosedur standar serta personil yang terkualifikasi. Manfaat tambahan yang didapat adalah efisiensi sarana dan peralatan sterilisasi sehingga nilai investasi, biaya operasional dan perawatan dapat ditekan karena sterilisasi dilakukan secara tersentral. Selain efisiensi biaya didapat pula manfaat berupa efisiensi kerja, karena tenaga medis yang biasa melakukan sterilisasi seperti perawat dapat berfokus pada tugas utamanya. Sterilisasi merupakan hal yang sangat penting untuk mencegah infeski nosokomial. Di RSMC tidak terdapat CSSD, setrilisasi dilakukan pada masing-masing bagian yang membutuhkan adanya peralatan steril seperti di ruang operasi, IGD maupun rawat inap. CSSD belum tersedia di RSMC karena keterbatasan sumber daya manusia dan investasi awal yang cukup besar. Bagian laundry melayani pencucian linen dari seluruh instalasi di RSMC, khususnya instalasi bedah dan rawat jalan. Setiap hari seluruh linen kotor dikumpulkan oleh bagian kebersihan (cleaning service) kemudian disalurkan ke bagian laundry. Linen yang diterima dipisahkan menjadi dua yakni linen dari kamar operasi dan linen dari bagian lain. Linen dari kamar operasi di cuci dengan mesin cuci khusus dan selanjutnya dilakukan pengeringan menggunakan mesin pengering khusus pula, linen ini tidak dijemur dibawah matahari. Sedangkan linen dari bagian lain dicuci menjadi satu mesin cuci dan tidak dilakukan pengeringan dengan mesin, pengeringan dilakukan dengan penjemuran dibawah sinar

76 matahari. Selanjutnya semua linen yang telah kering disetrika kemudian di salurkan ke bagiannya masing-masing. Untuk linen instalasi bedah terdapat proses sterilisasi lanjutan menggunakan autoclave, kegiatan ini dilakukan di dalam instalasi bedah sendiri tidak dilakukan di bagian laundry. Proses pencucian linen rumah sakit biasanya menggunakan Chlorin untuk melepaskan noda-noda organik, pada bagian laundry RSMC tidak diketahui komposisi detergen yang digunakan karena pada kemasan tidak ada keterangan komposisinya. Pengolahan limbah di RSMC dilakukan untuk limbah padat dan limbah cair, untuk pengolahan limbah gas belum tersedia. Pengolahan limbah padat dibagi menjadi dua yakni limbah medis dan limbah non medis. Limbah non medis dibuang pada pembungan umum, sedangkan limbah medis menggunakan incenerator. Incenerator yang dimiliki RSMC memiliki suhu maksimum pembakaran 1500 C dengan efisiensi penghancuran (degradasi) dan efisiensi pembakaran yang baik. Namun tinggi cerobong incenerator memiliki tinggi yang lebih rendah dibanding bagunan rumah sakit maupun bangunan disekitanya, idealnya cerobong incenerator memiliki tinggi diatas bangunan sekitar. RSMC juga melakukan pengolahan limbah cair menggunakan kolam pengolahan limbah. Hasil dari kolam pengolahan limbah ini dilakukan pengujian secara berkala untuk memastikan limbah cair sesuai standar yang telah ditetapkan. Parameter pemeriksaan limbah cair meliputi kadar klorin, ammonia, kesadahan, senyawa aktif biru metilen, Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand (BOD). Indikator akhir pengecekan limbah cair dilakukan dengan menggunakan indikator pencemaran ikan Mas yang sensitif terhadap adanya pencemaran. Air limbah sebelum di alirkan ke Sungai Krukut dialirkan terlebih dahulu ke kolam tempat ikan Mas untuk memastikan limbah yang dibuang bebas dari pencemaran. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan ke BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah) pengolahan hasil limbah cair RSMC sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan.

77 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan a. Pelayanan farmasi yang dilaksanakan di Rumah Sakit Marinir Cilandak (RSMC) yakni pelayanan klinik dan pelayanan non klinik. Kegiatan pelayanan farmasi klinik hanya mencakup pelayanan resep dan informasi obat di Apotek BPJS dan Apotek Yamasum. Pelayanan non klinik meliputi bidang logistik dan administratif. Dalam hal ini, Apoteker berperan dalam semua pelayanan farmasi baik itu pelayanan klinik maupun pelayanan non klinik. b. Kendala atau tantangan pada pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Marinir Cilandak meliputi sumber daya manusia apoteker belum memadai, pelayanan farmasi klinik belum sepenuhnya berjalan, sistem distribusi obat masih tersentralisasi sehingga banyak kerugian yang didapatkan bila dibandingkan dengan sistem distribusi yang desentralisasi khususnya dalam pengawasan distribusi obat, sistem computerized belum memadai, pembagian tugas dalam kegiatan pelayanan masih perlu diperbaiki. 6.2 Saran a. Lemari penyimpanan obat golongan narkotika sebaiknya disesuaikan dengan peraturan pemerintah yaitu kunci dipegang oleh petugas yang bertugas di saat itu, bukan digantung di lemari narkotik. b. Untuk bahan-bahan yang memerlukan perhatian khusus sebaiknya diberikan label dan disimpan sesuai dengan ketentuan yang dianjurkan. c. Untuk mengoptimalkan terapi pasien, sebaiknya sistem distribusi obat diubah dari sistem distribusi sentralisasi menjadi desentralisasi. d. Untuk meningkatkan kepuasan pasien maka pemberian informasi obat kepada seluruh pasien saat penyerahan obat perlu dioptimalkan. e. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan farmasi klinik dan non klinik, penammbahan jumlah personil diperlukan, khususnya apoteker. f. Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan apoteker dan asisten apoteker, maka perlu diselenggarakan pendidikan dan pelatihan secara rutin. 63

78 g. Agar proses sterilisasi semua alat kesehatan dapat terkendali dengan baik maka perlu diterapkan CSSD (Centralized Sterile Supply Departement) yang tersentralisasi di suatu tempat dengan penanggung jawab khusus. h. Untuk mengoptimalkan penerapan dan evaluasi formularium oleh Panitia Farmasi dan Terapi maka perlu ditingkatkan komunikasi antara dokter, farmasi dan perawat di rumah sakit.

79 DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2010). Profil Rumah Sakit Marinir Cilandak. Jakarta : Rumah Sakit Marinir Cilandak Depkes RI. (2002). Keputusan Menkes RI No. 1439/MENKES/SK/XI/2002 tentang Penggunaan Gas Medis pada Sarana Pelayanan Kesehatan. Depkes RI. (2007). Pelayanan Informasi Obat. Jakarta: Depkes RI. Depkes RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tentang Kesehatan. Depkes RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tentang Rumah Sakit. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Peraturan Menteri Kesehatan. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Peraturan Menteri Kesehatan. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Peraturan Pemerintah. (1996). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan Siregar, C.J.P dan Amalia, L. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 7, dan tentang Rekam Medis. (2008). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik 65

80 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSMC STRUKTUR JABATAN RUMAH SAKIT TNI AL MARINIR CILANDAK (RS TNI TINGKAT II) KARUMKIT UNSUR PIMPINAN UNSUR PEMBANTU PIMPINAN KETUA KOMITE MEDIK KA SPI KETUA KOMITE KEPERAWATAN UNSUR PELAYANAN KASET KABAG PEKAS KABAG DAN PROGAR MINPERS SATMA UNSUR PELAKSANA KABAG KESLA KABAG UGD KABAG GILUT KABAG BEDAH KABAG KAMAR OPS KABAG KIA KABAG KITLAM KABAG KABAG KABAG KABAG KABAG KABAG SAWARE KUTEMA JANGKLIN FARMASI WAT BANGDIKLAT POK JAB FUNG Dasar : Perpang TNI No. 8 Thn 2012 tgl 2 April 2012 ttg Peningkatan Status Rumkit Tkt III menjadi Rumkit Tkt II di Lingkungan TNI; Perkasal No.Perkasal/21/V/2012 tgl 1 Mei 2012 ttg Peningkatan Rumkital Mar Cld dari Rumkit Tkt III menjadi Rumkit Tkt II

81 Lampiran 2. Surat Perintah Pengeluaran Barang

82 Lampiran 3. Bukti Pengeluaran

83 Lampiran 4. Kartu Persediaan

84 Lampiran 5. Bukti Titipan

85 Lampiran 6. Daftar Matkes yang Diterima Baik di Gudang Matkes Diskesal

86 Lampiran 7. Surat Tanda Penerimaan/ Pemasukan

87 Lampiran 8. Daftar Material yang Terdapat Baik

88 Lampiran 9. Surat Perintah

89 Lampiran 10. Daftar Material Kesehatan

90 Lampiran 11. Surat Perintah Pemasukan Barang

91 Lampiran 12. Berita Acara Pengujian/ Penerimaan Barang

92 Lampiran 13. Alur Proses Dukungan Matkes

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit 4 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu organisasi yag kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan

Lebih terperinci

MAKALAH STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

MAKALAH STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT MAKALAH STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT Oleh: Erita Rahmani 260112140509 PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2015 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI RUMAH SAKIT. DIANA HOLIDAH Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember

TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI RUMAH SAKIT. DIANA HOLIDAH Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI RUMAH SAKIT DIANA HOLIDAH Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi : Berdasarkan Permenkes No.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah sakit Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014 pasal 1 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Defenisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatanyang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Defenisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah 4 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit BAB IV PEMBAHASAN A. Karakteristik Sampel Penelitian ini bertujuan untuk Rumah Sakit Umum Daerah Lombok untuk melihat gambaran Penerapan Farmasi Klinik rumah sakit sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 pasal 1 tentang rumah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 pasal 1 tentang rumah 4 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 pasal 1 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerjaan Kefarmasian Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG PEDOMAN PRAKTIK APOTEKER INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu dari saranan kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit 4 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN

SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan Disampaikan dalam Pertemuan Tri Wulan I PC IAI Grobogan Tahun 2016 Purwodadi, 12 Maret 2016 Pokok Bahasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983/MenKes/SK/XI/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan kepmenkes RI No. 983/ MENKES/ SK XI/ 1992 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan kepmenkes RI No. 983/ MENKES/ SK XI/ 1992 tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tingkatan Rumah Sakit. Berdasarkan kepmenkes RI No. 983/ MENKES/ SK XI/ 1992 tentang pedoman organisasi rumah sakit umum, rumah sakit umum daerah, rumah sakit

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan dalam masyarakat biasanya dilakukan dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017 KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017 Program : Program Pelayanan Kefarmsian Puskesmas Megang Hasil (Outcome) : Terselengaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan Amalia, 2004).

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan Amalia, 2004). BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan menjadi salah satu prioritas yang perlu diperhatikan untuk bertahan hidup dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan citacita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat pada umumnya semakin sadar akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu kunci utama bagi seseorang dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 1.3 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil dari tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, telinga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung dan mempengaruhi pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Salah satu sarana untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas kehidupan manusia. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Defenisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat 2.1 Definisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap masyarakat berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan terbaik bagi dirinya. Pengertian kesehatan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah Sakit Umum Daerah di Pulau Bangka merupakan penelitian noneksperimental. Metode dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang BAB II 2.1 Rumah Sakit TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1.1 Definisi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 1 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup pasien yang dalam praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup pasien yang dalam praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Farmasi klinik 1. Definisi Farmasi Klinik Farmasi klinik menurut Clinical Resource and Aundit Group (1996) diartikan sebagai disiplin kerja yang berkonsentrasi pada penerapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit. seleksi (selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit. seleksi (selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit Alur pengelolaan sediaan farmasi meliputi empat fungsi dasar, yaitu seleksi (selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan kebutuhan hidup yang diwujudkan dan dilaksanakan dalam mencapai kesejahteraan kehidupan dalam masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT KOMITE FARMASI DAN TERAPI DRA. NURMINDA S MSi, APT STANDARD PELAYANAN FARMASI Keputusan MenKes no. 1197/MenKes/SK/X/2004 Tanggal 19 Oktober 2004 Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang sangat penting bagi setiap orang. Tanpa adanya kesehatan yang baik, setiap orang akan mengalami kesulitan

Lebih terperinci

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN Mustika Meladiah 1 ; Harianto 2 ; Rachmawati 3 Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya perkembangan dan perubahan pola hidup pada manusia (lifestyle) dapat berdampak langsung salah satunya pada kesehatan, sehingga kesehatan menjadi salah satu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak paling mendasar yang harus dipenuhi setiap orang dalam mencapai kesejahteraan sosial dalam masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH. Disusun Oleh: Erda Marhas Yunita, S.

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH. Disusun Oleh: Erda Marhas Yunita, S. LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Disusun Oleh: Erda Marhas Yunita, S. Farm 133202249 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Aspek legal. untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan. Yustina Sri Hartini - PP IAI

Aspek legal. untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan. Yustina Sri Hartini - PP IAI Aspek legal penggunaan TIK untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan Yustina Sri Hartini - PP IAI Disampaikan dalam Annual Scientific Meeting Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta, 23 Maret 2017

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, preventif, kuratif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. RUMAH SAKIT Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. DASAR HUKUM RUMAH SAKIT UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. PerMenKes RI Nomor 1045/menkes/per/XI/2006 Tentang Pedoman organisasi rumah sakit di lingkungan

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan BAB TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik (Le

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu tujuan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci