KATA PENGANTAR. waktu. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun merupakan laporan Tahun kedua dari pelaksanaan Peraturan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. waktu. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun merupakan laporan Tahun kedua dari pelaksanaan Peraturan"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah- Nya, maka tugas penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) Kabupaten Tabalong Tahun 2016 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun 2016 merupakan laporan Tahun kedua dari pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Tabalong Nomor 18 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tabalong Tahun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Tabalong disusun berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Tabalong dimaksudkan sebagai sarana untuk mengevaluasi pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan KATA PENGANTAR i

2 KATA PENGANTAR ii

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar.. Daftar isi. Ikhtisar Eksekutif... Daftar Tabel... Daftar Grafik... i iii iv vi viii Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Perangkat Daerah Kondisi Aparatur Sipil Negara 11 Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis Tahun Indikator Kinerja Utama (IKU) Perjanjian Kinerja (PK) Tahun Bab III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Capaian Kinerja Tahun Analisis Capaian Kinerja Tahun Akuntabilitas Keuangan Tahun BAB IV PENUTUP. 110 LAMPIRAN Pernyataan Telah Direviu Indikator Kinerja Utama (IKU) Tabalong Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 Daftar Penghargaan Tahun 2016 DAFTAR ISI iii

4 IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun 2016 merupakan laporan tahun ke-2 (kedua) dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran dari RPJMD Kabupaten Tabalong Tahun sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tabalong Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tabalong Tahun , berisi pertanggung jawaban Kinerja Tahun 2016 sebagai bentuk pertanggungjawaban atas keberhasilan maupun kegagalan dalam menjalankan tugas dan fungsi. Laporan kinerja ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja. Dengan mengacu pada Peraturan Bupati Tabalong Nomor 98 Tahun 2015 Tentang Penetapan Indiktor Kinerja Utama Pemerintah Kabupaten Tabalong, maka Pengukuran Kinerja dalam mencapai setiap sasaran dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Kabupaten Tabalong pada Tahun 2016, dapat diberikan ringkasan hasil sebagai berikut: Tujuan 1: Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang produktif, berkepribadian dan beriman Dengan jumlah 3 (tiga) sasaran; dan 5 (lima) indikator, capaian: o 4 (empat) indikator dengan capaian sangat memuaskan; dan IKHTISAR EKSEKUTIF iv

5 o 1 (satu) indikator belum ada data; Tujuan 2: Meningkatkan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam, daya saing dan pertumbuhan ekonomi Dengan jumlah 8 (delapan) sasaran; dan 13 (tiga belas) indikator, capaian: o 10 (sepuluh) indikator dengan capaian sangat memuaskan; o 1 (satu) indikator dengan capaian memuaskan o 1 (satu) indikator dengan capaian sangat baik; dan o 1 (satu) indikator dengan capaian cukup; Tujuan 3: Meningkatkan kemandirian, profesionalisme, produktivitas aparatur, pelayanan publik dan peran serta masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan Dengan jumlah 5 (lima) sasaran; dan 6 (enam) indikator, capaian: o 3 (tiga) indikator dengan capaian sangat memuaskan; o 2 (dua) indikator dengan capaian memuaskan; dan o 1 (satu) indikator belum ada data; Dengan capaian indikator sasaran terhadap target yang telah ditetapkan diatas, maka hasil analisis terhadap 16 (enam belas) sasaran dengan 24 (dua puluh empat) indikator sasaran, diketahui bahwa 17 indikator sasaran atau 70,83% sangat memuaskan 3 indikator sasaran atau 12,5% memuaskan 1 indikator sasaran atau 4,16% sangat baik 1 indikator sasaran atau 4,16% cukup 2 indikator sasaran atau 8,33% belum ada data IKHTISAR EKSEKUTIF v

6 DAFTAR TABEL Hal. Tabel 1.1. Luas Wilayah per Kecamatan. 3 Tabel 1.2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk. 7 Tabel 1.3. Kondisi Aparatur Sipil Negara. 12 Tabel 2.1. Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kabupaten Tabalong.. 26 Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun Tabel 3.1. Skala Nilai Kinerja 31 Tabel 3.2. Pencapaian Indikator Sasaran Tabel Pencapaian dan analisis terhadap sasaran strategis 1: Meningkatnya Pemahaman dan Pengamalan Nilai-nilai Keagamaan dalam Pemerintahan dan Kemasyarakatan. Tabel Capaian Terhadap Sasaran Strategis 2: Meningkatnya budaya kerja yang berkualitas dan produktif... Tabel Capaian Terhadap Sasaran Strategis 3: Meningkatnya kualitas dan jangkauan pelayanan sosial serta peran masyarakat dalam menurunkan penyakit masyarakat (PEKAT) Tabel Capaian Terhadap Sasaran Strategis 4: Meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia Tabel IPM Kabupaten Tabalong pada tahun Tabel Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tabel Capaian Terhadap Sasaran Strategis 5: Berkembangnya ekonomi berbasis pertanian dalam arti luas Tabel kontribusi sub sector PDRB.. 47 Tabel Capaian Terhadap Sasaran Strategis 6: Menurunnya angka kemiskinan Tabel Capaian Terhadap Sasaran Strategis 7: Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur DAFTAR TABEL vi

7 Tabel Capaian Terhadap Sasaran Strategis 8: Meningkatnya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Tabel Capaian Terhadap Sasaran Strategis 9: Meningkatnya kualitas SDA dan lingkungan hidup Tabel Capaian Terhadap Sasaran Strategis 10: Meningkatnya potensi pemuda, olahraga, pariwisata dan seni budaya.. Tabel Capaian Terhadap Sasaran Strategis 11: Meningkatnya kualitas dan produksi industry kecil, menengah, dan koperasi Tabel Capaian Terhadap Sasaran Strategis 12: Meningkatnya kemampuan keuangan daerah.. Tabel Capaian Terhadap Sasaran Strategis 13: Meningkatnya ketahanan pangan yang mantap Tabel Capaian Terhadap Sasaran Strategis 14: Meningkatnya kualitas pelayanan public.. Tabel Capaian Terhadap Sasaran Strategis 15: Meningkatkan kesesuaian pelaksanaan capaian program pembangunan dengan rencana pembangunan daerah.. Tabel Capaian Terhadap Sasaran Strategis 16: Meningkatnya keberdayaan masyarakat dan desa dalam rangka pertumbuhan daerah Tabel 3.3. Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2016 (unaudit). 78 Tabel 3.4. Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2016 (unaudit) 91 Tabel 3.5 Realisasi Pembiayaan Tahun Anggaran 2016 (unaudit) 109 DAFTAR TABEL vii

8 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Luas Wilayah Kabupaten menurut Kecamatan (km 2 ) Grafik 1.2. Luas Wilayah Kabupaten menurut Kecamatan (%) Grafik 1.3. Kondisi Aparatur Sipil Negara Grafik 3.1. Perbandingan IPM Kabupaten Tabalong dengan Propinsi Kalimantan. 46 Grafik 3.2. Kontribusi Sub Sektor Pertanian dalam PDRB 48 Grafik 3.3. Angka Kemiskinan di Tabalong.. 50 Grafik 3.4. Status Desa di Kabupaten Tabalong. 74 Grafik 3.5. Pendapatan Daerah. 80 Grafik 3.6. Belanja Daerah DAFTAR GRAFIK viii

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). SAKIP merupakan rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. Penyelenggaran SAKIP meliputi: rencana strategis, perjanjian kinerja, pengukuran kinerja, pengelolaan data kinerja, pelaporan kinerja dan reviu / evaluasi kinerja. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, bahwa Bupati/Walikota menyusun Laporan Kinerja tahunan pemerintah kabupaten/kota dan menyampaikannya kepada Gubernur, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan BAB I PENDAHULUAN 1

10 Pembangunan Nasional, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Dalam Negeri paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir Gambaran Umum Kabupaten Tabalong terbentuk secara sah dengan dikeluarkannya Undang Undang Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Tanah Laut, Daerah Tingkat II Tapin dan Daerah Tingkat II Tabalong (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2756) Kondisi Geografis Kabupaten Tabalong dengan Ibukotanya Tanjung terletak paling utara dari Propinsi Kalimantan Selatan mempunyai Kabupaten Tabalong mempunyai luas wilayah Km² atau ,65 hektar atau 10,61% dari luas Provinsi Kalimantan Selatan. Secara astronomis, Tabalong terletak antara 1,18 o - 2,25 o Lintang Selatan dan antara 115,9 o - 115,47 o Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya Kabupaten Tabalong memiliki batas-batas: Sebelah utara Sebelah timur Sebelah selatan Sebelah barat : Provinsi Kalimantan Timur : Provinsi Kalimatan Timur : Kabupaten Hulu Sungai Utara : Provinsi Kalimantan Tengah BAB I PENDAHULUAN 2

11 Berdasarkan letak geografisnya, Tabalong berada di antara Kalimantan Timur dan Tengah. Sehingga menjadikannya jalur segitiga emas dengan Kalimantan Selatan, dengan letak yang strategis ini bisa menjadi muara mengalirnya pengembangan aspek ekonomi dan sosial budaya ketiga propinsi tersebut. Tabalong terdiri dari 12 Kecamatan yaitu: Banua Lawas, Pugaan, Kelua, Muara Harus, Tanta, Tanjung, Murung Pudak, Haruai, Bintang Ara, Upau, Muara Uya, dan Jaro. Tabel 1.1 Luas Wilayah per Kecamatan No Kecamatan Luas (ha) Jumlah Desa Jumlah Kelurahan 1. Banua Lawas , Pugaan 3.571, Kelua 4.924, Muara Harus 2.895, Tanta , Tanjung , Murungpudak , Haruai , Upau , Muara Uya , Jaro , Bintang Ara , Luas Keseluruhan , Sumber : RTRW Kabupaten Tabalong BAB I PENDAHULUAN 3

12 BAB I PENDAHULUAN 4

13 Grafik 1.1. Luas Wilayah Kabupaten Tabalong menurut Kecamatan (km 2 ) Luas Wilayah Menurut Kecamatan (km 2 ) Jaro Muara Uya Upau Bintang Ara Haruai Murung Pudak Tanjung Tanta MuaraHarus Kelua Pugaan Banua Lawas , Grafik 1.2. Luas Wilayah Kabupaten Tabalong menurut Kecamatan (%) Jaro 8% Banua Lawas 4% Pugaan 1% Kelua 1% Tanta 4% MuaraHarus 1% Tanjung 6% Muara Uya 24% Murung Pudak 5% Haruai 8% Upau 5% Bintang Ara 33% Sumber: BPS Tabalong BAB I PENDAHULUAN 5

14 Dalam proses pembangunan, Kabupaten Tabalong bisa dibagi menjadi 3 wilayah, yaitu: o Wilayah Utara Wilayah ini meliputi Kecamatan Haruai, Bintang Ara, Upau, Muara Uya, dan Jaro dengan pusat pengembangan di Kecamatan Muara Uya. Potensi wilayah ini adalah perkebunan, pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, kehutanan, daerah transmigrasi dan pariwisata. o Wilayah Tengah Wilayah ini meliputi Kecamatan Tanta, Tanjung, Murung Pudak, dengan pusat pengembangan di Kecamatan Tanjung, potensinya adalah perkebunan, pusat pemerintahan, perdagangan, industri, pendidikan & kebudayaan, pariwisata. o Wilayah Selatan Wilayah ini meliputi kecamatan Banua Lawas, Pugaan, Kelua, Muara Harus, dengan pusat pengembangannya di Kecamatan Kelua. Potensi adalah: industri kerajinan rumahtangga purun dan pandai besi, pertanian tanaman pangan, peternakan unggas dan perikanan Kondisi Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 sebesar jiwa dengan penyebaran penduduk Tabalong masih terkonsentrasi di Kecamatan Murung Pudak yakni sebesar jiwa. sebagaiman pada tabel berikut. BAB I PENDAHULUAN 6

15 Tabel 1.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Tabalong Tahun 2015 Kecamatan Jumlah Tahun 2015 Kepadatan 1 Banua Lawas Pugaan Kelua Muara Harus Tanta Tanjung Murung Pudak Haruai Bintang Ara Upau Muara Uya Jaro J u m l a h Sumber: Tabalong Dalam Angka Tahun 2016 Sebagian besar penduduk Tabalong terpusat di kecamatan Tanjung, Murung Pudak dan Kelua. Pada Tahun 2015 sekitar 45,87 persen penduduk Tabalong bertempat tinggal di tiga kecamatan tersebut. Sekitar 14,88 persen berada di Kecamatan Tanjung, 20,67 persen tinggal di Kecamatan Murung Pudak dan 10,32 persen tinggal di Kecamatan Kelua. Sementara luas tiga kecamatan itu secara keseluruhan hanya sekitar 12,09 persen dari seluruh wilayah Kabupaten Tabalong. Kepadatan penduduk di Kabupaten Tabalong tahun 2015 mencapai 67 jiwa/km2 dengan ratarata jumlah penduduk per rumah tangga 4 orang. Kecamatan BAB I PENDAHULUAN 7

16 dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Kelua, dengan tingkat hunian 457 jiwa/km 2. Kecamatan yang termasuk cukup padat penduduknya adalah kecamatan Murung Pudak yaitu 286 jiwa/km 2. Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Bintang Ara dengan tingkat kepadatan 7 jiwa/km Pertumbuhan Ekonomi Sektor yang memiliki pertumbuhan terendah adalah sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar -0,80 persen. Sedangkan sektor yang mengalami kenaikan pertumbuhan terbesar yaitu Pengadaan Listrik dan Gas yaitu dari 17,23 persen di 2014 menjadi 30,42 persen di Secara makro atau keseluruhan maka pertumbuhan ekonomi kabupaten Tabalong Tahun 2015 adalah 2,5 persen, turun dibanding tahun 2014 yang sebesar 4,1 persen. Struktur perekonomian di Tabalong tahun 2015 didominasi oleh tiga sektor besar yaitu Pertambangan dan Penggalian; Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; dan Industri Pengolahan. Hal ini tercermin dari sumbangan ketiga sektor ini terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku yang cukup besar yaitu masingmasing 52,09 persen, 10,78 persen, dan 7,34 persen. PDRB perkapita Tahun 2015 tumbuh sebesar -2,14 persen (atas dasar harga berlaku). PDRB perkapita penduduk Tabalong BAB I PENDAHULUAN 8

17 Tahun 2015 yang dilihat berdasarkan harga berlaku adalah sebesar Rp ,-. Sedangkan tingkat produktivitas yang dilihat dari PDRB perkapita atas dasar harga konstan sebesar 0,22 persen atau jika dinilai berdasarkan nilainya adalah sebesar Rp ,-, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp , Perangkat Daerah Dalam pembuatan Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Tabalong tahun 2016 sumber data adalah dari SKPD lama yakni berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tabalong Nomor: o 13 Tahun 2014 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tabalong. o Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat Dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Tabalong. o Nomor 15 Tahun 2014 Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Tabalong. o Nomor 16 Tahun 2014 Organisasi Dan Tata Kerja Kecamatan Dan Kelurahan Di Kabupaten Tabalong. Sebagai tindak lanjut dari amanah PP Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, pada awal tahun 2017 Pemerintah Kabupaten Tabalong membentuk dan memberlakukan Perangkat Daerah baru berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tabalong BAB I PENDAHULUAN 9

18 Nomor 05 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, terdiri dari: 1) Sekretariat Daerah 2) Sekretariat DPRD 3) Inspektorat Daerah 4) Dinas Pendidikan 5) Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata 6) Dinas Kesehatan 7) Dinas Sosial 8) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan KB 9) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 10) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa 11) Satuan Polisi Pamong Praja 12) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu 13) Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah 14) Dinas Perindustrian dan Perdagangan 15) Dinas Tenaga Kerja 16) Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik 17) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 18) Dinas Perhubungan 19) Dinas Lingkungan Hidup 20) Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan BAB I PENDAHULUAN 10

19 21) Dinas Ketahanan Pangan 22) Dinas Pertanian 23) Dinas Perikanan 24) Dinas Perpustakaan dan Kearsipan 25) Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah 26) Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah 27) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 28) Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan 29) Kecamatan dan Kelurahan Sedangkan Perangkat Daerah yang masih menggunakan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Tabalong, yakni: 1) Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 2) Badan Penanggulangan Bencana Daerah 3) Rumah Sakit Umum Daerah H. Badaruddin Tanjung Dalam penyusunan Laporan Kinerja Tahun berikutnya, maka sumber data adalah berasal dari Perangkat Daerah berdasarkan Perda Nomor 05 Tahun 2016 ini Kondisi Aparatur Sipil Negara Jumlah ASN / PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tabalong sampai dengan Desember 2016 berjumlah orang, dapat dirincikan berdasarkan tabel / grafik sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 11

20 Tabel: Aparatur Sipil Negara : Berdasarkan Pangkat/Golongan/Ruang PANGKAT/GOLONGAN /RUANG JUMLAH (Org) Juru Muda (I/a) 14 Juru Muda Tk.I (I/b) 19 Juru (I/c) 52 Juru Tk.I (I/d) JUMLAH GOLONGAN I Pengatur Muda (II/a) 148 Pengatur Muda Tk.I (II/b) 160 Pengatur (II/c) 385 Pengatur Tk.I (II/d) 240 JUMLAH GOLONGAN II 933 Penata Muda (III/a) 605 Penata Muda Tk.I (III/b) 719 Penata (III/c) 560 Penata Tk.I (III/d) 564 JUMLAH GOLONGAN III Pembina (IV/a) 1096 Pembina Tk.I (IV/b) 171 Pembina Utama Muda (IV/c) 26 Pembina Utama Madya (IV/d) 1 Pembina Utama (IV/e) 0 JUMLAH GOLONGAN IV JUMLAH SELURUHNYA Grafik Aparatur Sipil Negara : Berdasarkan Pangkat/Golongan/Ruang BERDASARKAN PANGKAT/GOLONGAN IA IB IC ID IIA IIB IIC IID IIIA IIIB IIIC IIID IVA IVB IVC IVD IVE BAB I - PENDAHULUAN 12

21 Tabel Aparatur Sipil Negara : Berdasarkan Jabatan / Eselonering NAMA JABATAN JUMLAH (Org) JFU / Pelaksana JFT Jabatan Pimpinan Tinggi Eselon IIa 1 Eselon IIb 28 Administrator Eselon IIIa 53 Eselon IIIb 84 Pengawas Eselon IVa 378 Eselon IVb 100 Eselon Va 32 Eselon Vb 0 JUMLAH SELURUHNYA Grafik Aparatur Sipil Negara : Berdasarkan Jabatan / Eselonering 3029 BERDASARKAN JABATAN/ESELONERING JFT JFU VA VB IVA IVB IIIA IIIB IIA IIB BAB I - PENDAHULUAN 13

22 Tabel Aparatur Sipil Negara : Berdasarkan Tingkat Pendidikan PENDIDIKAN JUMLAH (Org) SD 77 SLTP 97 SLTA 844 D-I 29 D-II 542 D-III 536 D-IV 80 S S2 209 S3 0 JUMLAH SELURUHNYA Grafik Aparatur Sipil Negara : Berdasarkan Tingkat Pendidikan BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN SD SLTP SLTA D-I D-II D-III D-IV S1 S2 S3 BAB I - PENDAHULUAN 14

23 Tabel Aparatur Sipil Negara : Berdasarkan Tingkat Pendidikan NAMA DIKLAT / PENJENJANGAN JUMLAH (Orang) Non Diklat Diklatpim IV / setara 448 Diklatpim III / setara 86 Diklatpim II / setara 26 Lemhanas 0 JUMLAH SELURUHNYA Grafik Aparatur Sipil Negara : Berdasarkan Tingkat Pendidikan 4219 DIKLAT PENJENJANGAN NON DIKLAT DIKLATPIM IV/SETARA DIKLATPIM III/SETARA DIKLATPIM II/SETARA LEMHANAS BAB I - PENDAHULUAN 15

24 Tabel Aparatur Sipil Negara : Berdasarkan Jenis Kelamin JENIS KELAMIN JUMLAH (Orang) Pria Wanita JUMLAH SELURUHNYA Grafik Aparatur Sipil Negara : Berdasarkan Jenis Kelamin JENIS KELAMIN PRIA WANITA Sumber: BKD Tabalong BAB I - PENDAHULUAN 16

25 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis Tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun Kabupaten Tabalong merupakan dokumen yang menjabarkan rencana pembangunan lima tahun sesuai masa bakti kepala daerah yang terpilih dalam proses pemilihan kepala daerah secara langsung. Dalam dokumen RPJMD terkandung berbagai program pembangunan daerah yang disusun atas dasar visi dan misi. Selain itu dalam proses penyusunan dokumen RPJMD menggunakan pendekatan teknokratik yang merupakan pendekatan secara ilmiah terhadap berbagai program pembangunan atas dasar kondisi dan potensi daerah. Pendekatan lainnya adalah pendekatan partisipatif, yakni dengan melibatkan unsur masyarakat dalam menyerap berbagai aspirasi yang dituangkan dalam dokumen RPJMD ini. Berdasar pada kondisi daerah, potensi, peluang dan tantangan dalam pembangunan daerah, maka pembangunan Kabupaten Tabalong dalam 5 (lima) tahun kedepan terarah pada: Visi Visi Kabupaten Tabalong Tahun adalah: MENUJU KABUPATEN TABALONG YANG AGAMAIS, SEJAHTERA DAN MANDIRI BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 17

26 Visi tersebut mengandung makna terhadap sebuah keinginan yang kuat untuk mewujudkan Kabupaten Tabalong sebagai sebuah daerah yang tatanan masyarakatnya diarahkan kepada masyarakat madani yang beretika dan bermoral serta mampu memenuhi kebutuhan hidup lahir dan batin dengan rasa aman dan nyaman yang didukung oleh sistem ekonomi, sosial dan budaya yang handal dan dinamis serta mampu bertindak sesuai keadaan dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi secara bijak. Secara filosofis visi diatas dapat dijelaskan melalu makna yang terkandung didalamnya sebagai berikut: 1. Kabupaten Tabalong yang agamais merupakan pendekatan membumi melalui pembiasaan dalam rangka mengamalkan nilainilai agama pada kalangan masyarakat dan aparatur pemerintah daerah untuk hidup agamais dan modern dalam tatanan sosial kemasyarakatan serta memiliki kebiasaan dalam bekerja produktif dan bermanfaat. Nilai-nilai agama yang seharusnya mendapat perhatian tersebut seperti kejujuran, kedisiplinan, keikhlasan, kemandirian, keadilan, amanah, profesionalisme, musyawarah, kebersamaan/persatuan, aspiratif/akomodatif, tawakal dan lain-lain. 2. Kabupaten Tabalong yang sejahtera merupakan pendekatan lahiriah untuk mencapai suatu keadaan masyarakat yang mampumemenuhi kebutuhan hidup lahir dan batin dengan rasa aman dan nyaman untuk menjadi masyarakat yang lebih baik, makmur, sehat dan damai. BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 18

27 3. Kabupaten Tabalong yang mandiri merupakan pendekatan kelembagaan dan profesionalitas dalam rangka perkuatan sistem ekonomi, sosial dan budaya yang handal dan dinamis serta mampu bertindak sesuai keadaan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi secara bijak dengan memaksimalkan potensi ekonomi yang ada seperti sumber daya manusia yang dioptimalkan, pemanfaatan sumber daya alam lokal, dan pemberdayaan lembaga ekonomi yang ada melalui kerja keras dan inovatif Misi Guna mewujudkan visi Bupati dan Wakil Bupati, maka ditetapkan MISI yang merupakan rumusan umum mengenai upayaupaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Adapun MISI pembangunan yang harus dilaksanakan dalam RPJMD Kabupaten Tabalong tahun adalah sebagai berikut : 1. Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Agamais Dalam misi ini pembangunan diarahkan agar tercapai masyarakat madani yang beretika dan bermoral melalui peningkatan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama, memperkuat kelembagaan keagamaan, pendidikan dan kemasyarakatan. 2. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Dalam misi ini pembangunan diarahkan agar masyarakat mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan dan kebutuhan dasar lainnya melalui kebijakan pembangunan BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 19

28 daerah yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat serta upaya pelestarian dan pengelolaan lingkungan hidup. 3. Mewujudkan Kemandirian Dengan Membangun dan Mengembangkan Potensi Sumber Daya. Dalam misi ini pembangunan diarahkan pada tercapainya sistem yang handal dan dinamis yang mampu bertindak sesuai keadaan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi secara bijak melalui penguatan kelembagaan ekonomi, sosial budaya dan pemerintahan Tujuan dan Sasaran Dalam mewujudkan visi melalui pelaksanaan misi yang telah ditetapkan tersebut, maka diperlukan kerangka yang jelas pada setiap misi menyangkut tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnya akan menjadidasar penyusunan arsitektur kinerja pembangunan daerah secara keseluruhan. Tujuan dan sasaran merupakan dampak (impact) keberhasilan pembangunan daerah yang diperoleh dari pencapaian berbagai program prioritas terkait. Perumusan tujuan dan sasaran, selain menerjemahkan visi dan misi juga menjawab permasalahan pembangunan. BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 20

29 Berdasarkan visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten Tabalong , telah ditetapkan 3 (tiga) tujuan, sebagai berikut: Tujuan 1 : Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif, berkepribadian dan beriman. Sasaran: 1.1. Meningkatnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai keagamaan dalam pemerintahan dan kemasyarakatan Meningkatnya budaya kerja yang berkualitas dan produktif Meningkatnya kualitas dan jangkauan pelayanan sosial serta peran masyarakat dalam menurunkan penyakit masyarakat (PEKAT). Tujuan 2 : Meningkatkan potensi Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam, daya saing dan pertumbuhan ekonomi. Sasaran: 2.1. Meningkatnya indeks pembangunan manusia 2.2. Berkembangnya ekonomi berbasis pertanian dalam arti luas 2.3. Menurunnya angka kemiskinan 2.4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur 2.5. Meningkatnya pemberdayaan perempuan dan BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 21

30 perlindungan anak 2.6. Meningkatnya kualitas SDA dan lingkungan hidup 2.7. Meningkatnya potensi pemuda, olahraga, pariwisata dan seni budaya 2.8. Meningkatnya kualitas dan produksi sektor industri kecil dan menengah dan koperasi Tujuan 3 : Meningkatkan kemandirian, profesionalisme, produktivitas aparatur, pelayanan publik dan peran serta masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan. Sasaran: 3.1. Meningkatnya kemampuan keuangan daerah 3.2. Meningkatnya ketahanan pangan yang mantap 3.3. Meningkatnya kualitas pelayanan publik 3.4. Terwujudnya manajemen perencanaan yang efektif 3.5. Meningkatnya keberdayaan keberdayaan masyarakat dan desa dalam rangka pertumbuhan daerah Strategi dan Arah Kebijakan Strategi Berdasarkan keterkaitan antara visi, misi, tujuan dan sasaran yang diinginkan, maka strategi pembangunan Kabupaten Tabalong tahun 2015 sampai tahun 2019 adalah: 1. Penguatan kerjasama pemerintah dan tokoh agama dalam peningkatan pengamalan nilai-nilai keagamaan dalam BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 22

31 kehidupan bermasyarakat, budaya kerja dan penanggulangan penyakit masyarakat 2. Peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan 3. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat 4. Peningkatan pendapatan riil per kapita 5. Peningkatan produksi, produktivitas dan nilai tambah sektor pertanian dalam arti luas 6. Penanggulangan kemiskinan 7. Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan dan perdesaan 8. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi secara terpadu untuk mendukung informasi layanan publik 9. Pengembangan keberdayaan perempuan dan perlindungan anak 10. Peningkatan pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) dan pelestarian lingkungan hidup secara berkelanjutan 11. Pengembangan potensi kepeloporan dan kewirausahaan pemuda, olahraga dan seni budaya daerah 12. Pengembangan potensi pariwisata daerah 13. Peningkatan akses dan pengembangan sektor industri kecil, menengah, UMKM dan koperasi 14. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah 15. Peningkatan pendapatan daerah BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 23

32 16. Peningkatan ketersediaan pangan berkelanjutan 17. Peningkatan kualitas dan kapasitas aparatur pemerintah 18. Peningkatan kualitas kelembagaan sosial kemasyarakatan dan kenegaraan 19. Peningkatan kerjasama pembangunan antar daerah 20. Penguatan keterpaduan sistem pengembangan ketertiban, ketentramanan dan kenyamanan 21. Mewujudkan manajemen perencanaan pembangunan secara sistematis dan terpadu 22. Penguatan kapasitas pemerintahan desa dalam kerangka otonomi desa Arah Kebijakan Arah kebijakan yang ditetapkan pada periode tahun merupakan penjabaran dari visi dan misi RPJMD, namun tetap tidak terlepas dan harus mengacu pada arah kebijakan yang ada pada Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Tabalong Tahun Arah Kebijakan Tahun 2016 Dalam pelaksanaan pembangunan tahun 2016 arah kebijakan yang dibuat tentunya memiliki kesinambungan dan mengacu pada tahun sebelumnya. Arah kebijakan pada tahun kedua RPJMD Kabupaten Tabalong diarahkan untuk mencapai pemenuhan pelayanan dasar dalam rangka meningkatkan BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 24

33 kesejahteraan masyarakat. Disamping itu, pada tahun kedua ini juga diarahkan untuk memperkuat aspek ketentraman dan ketertiban masyarakat sehingga memberikan jaminan kondusif Kabupaten Tabalong di tahun-tahun berikutnya. Arah kebijakan tahun 2016 dapat disebut sebagai TAHUN PELAYANAN DASAR. BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 25

34 2.2. Indikator Kinerja Utama (IKU) Indikator Kinerja Pemerintah Kabupaten Tabalong ditetapkan dengan Peraturan Bupati Tabalong Nomor 98 Tahun 2015 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kabupaten Tabalong yang merupakan perbaikan dan penyempurnaan terhadap Peraturan Bupati Tabalong Nomor 54 Tahun 2014 Penetapan Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kabupaten Tabalong. Terjadinya perubahan IKU tersebut adalah berdasarkan saran/arahan baik dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Inspektorat Provinsi, dan Biro Organisasi Setda Provinsi Kalimantan Selatan. Tabel 2.1. Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kabupaten Tabalong No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA 1. Meningkatnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai keagamaan dalam pemerintahan dan kemasyarakatan 2. Meningkatnya budaya kerja yang berkualitas dan produktif 3. Meningkatnya kualitas dan jangkauan pelayanan sosial serta peran masyarakat dalam menurunkan penyakit masyarakat (PEKAT) 4. Meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia 5. Berkembangnya ekonomi berbasis pertanian dalam arti luas Prosentase bernuansa sara Penanganan konflik Jumlah penghargaan yang diterima Pemerintah Daerah Opini BPK terhadap pengelolaan Keuangan Daerah Prosentase penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan Penanganan kasus penyakit masyarakat (pekat) Indeks Pembangunan Manusia Prosentase kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB 6. Menurunnya angka kemiskinan Angka kemiskinan 7. Meningkatnya kualitas dan kuantitas Persentase Jalan Kabupaten BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 26

35 No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA infrastruktur Dengan Kondisi Baik Persentase Jembatan Kabupaten Dengan Kondisi Baik Jumlah Jaringan Irigasi Persentase Rumah Layak Huni 8. Meningkatnya pemberdayaan perempuan dan Perlindungan anak Prosentase perempuan yang duduk di pemerintahan 9. Meningkatnya kualitas SDA dan Indeks Kualitas Lingkungan lingkungan hidup 10. Meningkatnya potensi pemuda, olahraga, pariwisata dan seni budaya Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dan Nusantara Jumlah prestasi olah raga dalam berbagai kejuaraan 11. Meningkatnya kualitas dan produksi Peningkatan Usaha Mikro menjadi industry kecil, menengah, dan koperasi Usaha Kecil koperasi aktif 12. Meningkatnya kemampuan keuangan Pendapatan Asli Daerah daerah 13. Meningkatnya ketahanan pangan yang Penguatan Cadangan Pangan mantap 14. Meningkatnya kualitas pelayanan publik Tingkat kepuasan pelayanan (IKM) 15 Meningkatkan kesesuaian pelaksanaan capaian program pembangunan dengan rencana pembangunan daerah 16. Meningkatnya keberdayaan masyarakat dan desa dalam rangka pertumbuhan daerah Persentase kesesuaian pembangunan daerah dengan ketentuan aturan tata ruang Terbentuknya BUMDes Persentase Jumlah desa mandiri 2.3. Perjanjian Kinerja (PK) Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 27

36 berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Perjanjian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun 2016 adalah sebagai berikut: Tabel : 2.2. Perjanjian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun 2016 SASARAN STRATEGIS 1 Meningkatnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai keagamaan dalam pemerintahan dan kemasyarakatan Indikator Kinerja Utama Satuan Target Prosentase Penanganan konflik bernuansa sara Kejadian 0 SASARAN STRATEGIS 2 Meningkatnya budaya kerja yang berkualitas dan produktif Indikator Kinerja Utama Satuan Target Jumlah penghargaan yang diterima Pemerintah Daerah Jumlah 10 Opini BPK terhadap pengelolaan Keuangan Daerah Opini WTP Prosentase penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan % 90 SASARAN STRATEGIS 3 Meningkatnya kualitas dan jangkauan pelayanan sosial serta peran masyarakat dalam menurunkan penyakit masyarakat (PEKAT) Indikator Kinerja Utama Satuan Target Penanganan kasus penyakit masyarakat (pekat) Jumlah 30 SASARAN STRATEGIS 4 Meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia Indikator Kinerja Utama Satuan Target Indeks Pembangunan Manusia Kategori 70,16 SASARAN STRATEGIS 5 Berkembangnya ekonomi berbasis pertanian dalam arti luas Indikator Kinerja Utama Satuan Target Prosentase kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB % 10,8 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 28

37 SASARAN STRATEGIS 6 Menurunnya angka kemiskinan Indikator Kinerja Utama Satuan Target Angka Kemiskinan % 6,12 SASARAN STRATEGIS 7 Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur Indikator Kinerja Utama Satuan Target Persentase Jalan Kabupaten Dengan Kondisi Baik % 71 Persentase Jembatan Kabupaten Dengan Kondisi Baik % 68 Persentase Jaringan Irigasi % 45 Persentase Rumah Layak Huni % 91 SASARAN STRATEGIS 8 Meningkatnya pemberdayaan perempuan dan Perlindungan anak Indikator Kinerja Utama Satuan Target Prosentase perempuan yang duduk di pemerintahan % 3,0 SASARAN STRATEGIS 9 Meningkatnya kualitas SDA dan lingkungan hidup Indikator Kinerja Utama Satuan Target Indeks Kualitas Lingkungan % 67 SASARAN STRATEGIS 10 Meningkatnya potensi pemuda, olahraga, pariwisata dan seni budaya Indikator Kinerja Utama Satuan Target Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dan Nusantara Orang Jumlah prestasi olah raga dalam berbagai kejuaraan Jumlah 10 SASARAN STRATEGIS 11 Meningkatnya kualitas dan produksi industry kecil, menengah, dan koperasi Indikator Kinerja Utama Satuan Target Peningkatan Usaha Mikro menjadi Usaha Kecil Jumlah 280 koperasi aktif Jumlah 99 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 29

38 SASARAN STRATEGIS 12 Meningkatnya kemampuan keuangan daerah Indikator Kinerja Utama Satuan Target Pendapatan Asli Daerah Rp. Rp.135,202,012,600 SASARAN STRATEGIS 13 Meningkatnya ketahanan pangan yang mantap Indikator Kinerja Utama Satuan Target Penguatan Cadangan Pangan % 50 SASARAN STRATEGIS 14 Meningkatnya kualitas pelayanan public Indikator Kinerja Utama Satuan Target Tingkat kepuasan pelayanan (IKM) Nilai mutu B SASARAN STRATEGIS 15 Meningkatkan kesesuaian pelaksanaan capaian program pembangunan dengan rencana pembangunan daerah Indikator Kinerja Utama Satuan Target Persentase kesesuaian pembangunan daerah dengan ketentuan aturan tata ruang % 80 SASARAN STRATEGIS 16 Meningkatnya keberdayaan masyarakat dan desa dalam rangka pertumbuhan daerah Indikator Kinerja Utama Satuan Target Terbentuknya BUMDes Buah 50 Persentase Jumlah desa mandiri % n.d. BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 30

39 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Capaian Kinerja Tahun 2016 Pengukuran tingkat Capaian Kinerja pemerintah kabupaten Tabalong pada setiap sasaran dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian setiap sasaran yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja tahun 2016 dengan relisasinya. Untuk mempermudah interprestasi atas pencapaian sasaran dan indikator kinerja sasaran digunakan skala sebagai berikut: Tabel 3.1. SKALA NILAI KINERJA No Nilai Angka Interpretasi 1. > Sangat Memuaskan 2. >80-90 Memuaskan 3. >70-80 Sangat Baik 4. >60-70 Baik 5. >50-60 Cukup 6. >30-50 Kurang Sangat Kurang Sumber: Permenpan RB Nomor 12 tahun 2015 Berdasarkan Peraturan Bupati Tabalong Nomor 98 Tahun 2015 Tentang Penetapan Indiktor Kinerja Utama Pemerintah Kabupaten Tabalong, maka dengan mendasari 3 (tiga) tujuan yang sesuai dengan RPJMD Kabupaten Tabalong , maka telah ditetapkan 16 (enam BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 31

40 belas) sasaran dan 24 (dua puluh empat) indikator yang terdapat pada IKU, sebagai berikut: Tujuan 1, dijabarkan kedalam 3 sasaran, dan 5 indikator; Tujuan 2, dijabarkan kedalam 8 sasaran, dan 13 indikator; Tujuan 3, dijabarkan kedalam 5 sasaran, dan 6 indikator; Tabel 3.2. Pencapaian Indikator sasaran Jumlah No. Misi Jumlah Tujuan Jumlah Sasaran Indikator Kinerja Pencapaian Indikator Sasaran Sasaran 1 Misi SM=4 ; NA=1 2 Misi SM=10 ; M=1 ; SB=1 ; C=1 3 Misi SM=3 ; M=2 ; NA = 1 JUMLAH SM=17 ; M=3 ; SB=1 ; C=1 ; NA=2 Keterangan: SM=Sangat memuaskan; M=Memuaskan; SB=Sangat Baik; C=Cukup; NA=belum ada data 3.2. Analisis Capaian Kinerja Tahun 2016 Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah pengukuran kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi yang akuntabel. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 32

41 Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang (seharusnya) terjadi dengan kinerja yang diharapkan. Pengukuran kinerja ini dilakukan secara berkala dan tahunan. Pengukuran dan pembandingan kinerja dalam laporan kinerja harus cukup menggambarkan posisi kinerja instansi pemerintah. Untuk kemudahan dalam memberikan penjelasan, beberapa tanda-tanda/symbol yang ada dalam setiap tabel analisis, adalah sebagai berikut: o Data tidak tersedia/data not available :... o Tidak ada atau nol /Null or zero : o Data dapat diabaikan/data negligible : 0 o Tanda decimal/decimal point :, o Data tidak dapat ditampilkan/not applicable o Angka perkiraan/estimated figures o Angka sementara/preliminary figures o Angka sangat sementara/very preliminary figures o Angka diperbaiki/revised figures : NA : e : x : xx : r Adapun rincian dan analisis capaian kinerja masing-masing sasaran dan indikator sasaran adalah sebagai berikut: BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 33

42 Tabel : Capaian Terhadap Sasaran Strategis 1 Meningkatnya Pemahaman dan Pengamalan Nilai-nilai Keagamaan dalam Pemerintahan dan Kemasyarakatan Indikator Sasaran Satuan % Capaian 2015 Tahun 2016 Target Realisasi % Capaian 1. Penanganan konflik bernuansa sara Kejadian 100% % Prosentase Penanganan konflik bernuansa sara Kesenjangan multi dimensional memiliki potensi untuk semakin memecah-belah masyarakat kedalam kelompok kelompok secara tidak sehat. Hal ini dapat merenggangkan hubungan antar kelompok, dan menimbulkan rasa ketidakadilan, yang pada gilirannya dapat menjadi awal dari terjadinya konflik horizontal berdimensi suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Pada Tahun 2016 di Kabupaten Tabalong tidak ada terjadi konflik bernuansa SARA dalam artian kasus bernuansa SARA jumlahnya nihil (Zero Accident). Kabupaten Tabalong dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa merupakan masyarakat heterogen yang memiliki beragam suku, agama, serta ras dan golongan. adapun suku yang berada di Kabupaten Tabalong adalah suku banjar, suku dayak, suku jawa, suku madura, suku bugis, suku padang, suku flores, suku ambon, suku manado yang di dikoordinir oleh pemerintah daerah dalam forum pembauran kebangsaan (FPK). Kemudian untuk agama yang berada dikabupaten Tabalong adalah agama Islam, agama Kristen protestan, Kristen khatolik, dan hindu yang BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 34

43 juga dikoordinasi oleh Pemerintah Daerah dalam Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB). Meski tidak ada peristiwa yang berpotensi konflik dan bernuansa SARA, namun beberapa isu peristiwa yang terjadi antara lain: konflik isu bernuansa SARA pada bulan februari 2016 yakni kasus tindak pidana/ perkelahian antar pemuda di Banjarmasin yang menjadi isu perkelahian antar suku, juga meluas sampai ke kabupaten tabalong, dengan melakukan koordinasi antara suku yang bertikai dan dengan difasilitasi oleh Badan Kesbangpol melalui Forum Kesatuan Bangsa (FPK) konflik dimaksud dapat diantisipasi dan dicegah sehingga tidak menyebar luas ke Tabalong dan isu tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Pada bulan April 2016 terjadi peristiwa kasus dalam hal bidang keagamaan yakni masalah pembangunan tempat ibadah umat khatolik di desa Argo Mulyo Kecamatan Bintang Ara, yang mengakibatkan terjadinya terjadi gesekan kecil dimana masyarakat setempat keberatan untuk dibangun gereja, kejadian ini dapat di fasilitasi penyelesaiannya oleh Pemerintahan Desa, Kecamatan, Badan Kesbangpol sehingga masalah tersebut bisa diselesaikan yaitu tempat untuk beribadah umat khatolik tersebut tetap berjalan ditempat semula, namun bukan sebagai gereja. Kemudian acara-acara sosialisasi wawasan kebangsaan, FKUB dan FPK tersebut juga diikut sertakan sebagai peserta dalam rangka meningkatkan kapasitas anggota Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) dan anggota Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) untuk tetap menjaga NKRI. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 35

44 Tabel : Capaian Terhadap Sasaran Strategis 2 Meningkatnya budaya kerja yang berkualitas dan produktif Indikator Sasaran Satuan % Capaian 2015 Tahun 2016 Target Realisasi % Capaian 1. Jumlah penghargaan yang diterima Pemerintah Daerah buah Opini BPK terhadap pengelolaan Keuangan Daerah predikat WTP WTP unaudit - 3. Prosentase penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan % ,3 107,06 Jumlah penghargaan yang diterima Pemerintah Daerah Penghargaan / Tanda Jasa yang diterima Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun 2016 yakni: 1. Penghargaan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Kepala BPK RI Provinsi Kalimanatan Selatan Tanggal 30 Mei 2016, atas hasil pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah tahun anggaran Penghargaan Peduli Hak Asasi Manusia dari Menkum HAM RI Tanggal 5 Desember 2016, merupakan penghargaan kepada sejumlah kabupaten / kota yang peduli HAM. 3. Penghargaan Wahana Tata Nugraha (WTN) dari Menteri Perhubungan RI Tanggal 23 September 2016, merupakan penghargaan yang diberikan oleh Kementerian Perhubungan kepada seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia yang terus berinovasi BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 36

45 membenahi ketertiban lalu lintas dan angkutan umum di wilayahnya masing-masing, adapun penghargaan yang diperoleh Kabupaten Tabalong adalah untuk kategori tertib lalu lintas dan angkutan umum untuk kelompok kota kecil. 4. Penghargaan Anugerah Pangripta dari Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan Tanggal 11 April 2016, adalah penghargaan terhadap Kabupaten / Kota yang melakukan penyusunan dokumen perencanaan dengan baik. 5. Penghargaan Bakti Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dari Menteri Koperasi dan UKM RI Tanggal 29 Juni 2016, adalah penghargaan yang diberikan kepada kepala daerah karena telah berperan aktif dengan berbagai upaya menyukseskan pembinaan dan pengembangan koperasi dan UKM. 6. Adipura Buana Tahun 2016 dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, yakni penghargaan di bidang kebersihan lingkungan yang diberikan kepada pemerintah daerah yang menggabungkan unsur sosial dengan lingkungan untuk membentuk kota yang layak huni yang tercermin dari masyarakat kota yang peduli lingkungan. 7. Anugerah Manggala Karya Kencana dari Kepala BKKBN RI Tanggal 20 Juli 2016, yakni penghargaan kepada pemerintah daerah atas perannya dalam pembangunan dibidang Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 37

46 8. Aditya Karya Mahatva Yodha dari Ketua Umum Pengurus Nasional Karang Taruna, Tanggal 9 Desember Merupakan penghargaan sebagai pembina umum karang taruna kabupaten /kota terbaik tahun 2016,. 9. Penghargaan Dwija Praja Nugraha, dari pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Tanggal 27 November 2016 merupakan bentuk apresiasi guru-guru yang tergabung dalam wadah organisasi PGRI kepada kepala daerah baik itu Walikota maupun Bupati yang komitment dalam memajukan kualitas serta komitmennya mensejahterakan tenaga guru. 10. PerpuSeru AWARD (coca cola foundation). Penghargaan didapat atas kotribusi memajukan Perpustakaan di Kabupaten Tabalong melalui peningkatan upaya minat baca masyarakat Tabalong. PerpuSeru adalah Salah Satu Program Kerjasama antara Coco-Cola Foundation Indonesia (CCFI) ) & Bill and Melinda Gates Foundation diselenggarakan dalam rangka membantu mengembangkan perpustakaan umum menjadi pusat belajar masyarakat, termasuk diantaranya memiliki kemampuan untuk memberdayakan perempuan, remaja, dan wirausaha. 11. Penghargaan Kawastara Pawitra dari Menteri Pendidikan RI tanggal 15 Oktober 2016, merupakan bentuk apresiasi dan penghargaan dari pemerintah pusat kepada kepala daerah yang dianggap memiliki komitmen yang tinggi dalam membangun dunia BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 38

47 pendidikan, khususnya dalam Program Penyiapan Calon Kepala Sekolah (PPCKS) di daerah masing-masing. 12. Capaian Standar Tertinggi dalam Akuntansi dan Pelaporan Keuangan SKPD dan Pemerintah Daerah Tahun Penghargaan sebagai Tokoh penggiat Koperasi Provinsi Kalimantan Selatan, dari Dewan Koperasi Indonesia Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, tanggal 5 November Opini BPK terhadap pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Hasil Pemeriksaan BPK bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun 2015 memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Sedangkan opini BPK untuk tahun 2016 belum ada rilis mengingat masih dilaksanakannya pemeriksaan laporan keuangan yang masih berjalan. Namun demikian diharapkan predikat WTP dapat terus dipertahankan dan sama dengan perolehan hasil pada tahun sebelumnya. Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan opini WTP dari BPK berupa perbaikan pengelolaan keuangan negara termasuk pengelolaan BMN, perbaikan dalam penyajian laporan keuangan dan meminimalisasi penyimpangan pelaksanaan yang bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Selanjutnya hasil evaluasi penerapan SAKIP yang dilakukan Inspektorat Provinsi Kalimantan Selatan atas nama Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, untuk tahun 2015 mendapat kategori C sedangkan pada 2016 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 39

48 Pemerintah Kabupaten Tabalong mendapat kategori CC (Cukup / Memadai) yang mengandung makna interpretasi Akuntabilitas kinerjanya cukup baik, taat kebijakan, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk memproduksi informasi kinerja untuk pertanggung jawaban, perlu banyak perbaikan tidak mendasar. Penilaian tersebut menunjukkan tingkat efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran masih rendah jika dibandingkan dengan capaian kinerjanya, apabila dilihat dari angka yang diperoleh menunjukkan adanya kenaikan yaitu dari 47,53 pada tahun 2015 menjadi 52,05 pada tahun Prosentase penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan Pada tahun 2016 telah dilakukan pemeriksaan baik yang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten Tabalong maupun dari BPK RI perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan, dalam kegiatan pemeriksaan tersebut telah diterbitkan sebanyak 127 buah rekomendasi baik yang diterbitkan oleh Inspektorat Kabupaten maupun BPK RI perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan. Dari 127 buah rekomendasi tersebut telah diselesaikan atau telah ditindaklanjuti oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Tabalong sebanyak 102 buah rekomendasi atau sebanyak 80,3%. Untuk temuan tersebut diatas dapat terbagi 2 bagian: 1. LHP hasil pemeriksaan ekstern dari BPK RI perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan atas LKPD pemerintahan Kabupaten Tabalong terdapat sebanyak 36 buah rekomendasi dan BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 40

49 rekomendasi tersebut telah diselesaikan atau ditindaklanjuti oleh Inspektorat Daerah kabupaten Tabalong sebanyak 29 buah rekomendasi atau sebesar 80,5%. 2. LHP hasil pemeriksaan intern Inspektorat Daerah Kabupaten Tabalong merekomendasikan sebanyak 91 buah rekomendasi dari 31 LHP yang diterbitkan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Tabalong dan rekomendasi tersebut telah selesai ditindak lanjuti sebanyak 73 buah rekomendasi atau sebesar 80,21%. Tabel : Capaian Terhadap Sasaran Strategis 3 Meningkatnya kualitas dan jangkauan pelayanan sosial serta peran masyarakat dalam menurunkan penyakit masyarakat (PEKAT) Indikator Sasaran Satuan % Capaian 2015 Tahun 2016 Target Realisasi % Capaian 1. Jumlah Penanganan kasus kasus penyakit masyarakat (pekat) kasus kasus Prosentase penurunan penyakit masyarakat (pekat) Penyakit masyarakat (Pekat) disebabkan oleh beberapa hal seperti: masalah ekonomi, rendahnya kualitas pendidikan, globalisasi, dan rendahnya peran keluarga dan agama. Dalam upaya menekan terjadinya penyakit masyarakat di Tabalong, Satpol PP telah bekerjasama dengan instansi terkait seperti Polisi dan TNI, dimana dalam hal kasus tipiring diselesaikan oleh Satpol PP dan bila kasus pidana murni ditangani pihak kepolisian. Kasus yang melibatkan BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 41

50 pasangan diluar nikah akan diteruskan pada pihak kepolisian dan disidangkan di Pengadilan Negeri, selanjutnya penyelesaian kasus yang bersifat tipiring akan dilakukan penyitaan barang dan melakukan tindakan secara persuasif. Permasalahan yang ada dilapangan adalah berupa masih minim dan kurangnya sarana pendukung seperti truk dalmas, anggota personil Satpol PP, Penyidik, SDM serta pendanaan. Analisis terhadap capaian kinerja diatas belum dapat dilakukan, hal ini mengingat tidak adanya data yang diperoleh dan rumusan terhadap indikator yang belum SMART, solusi permasalahan belum dapatnya dilakukan perhitungan dan analisa terhadap capaian kinerja tersebut adalah dengan upaya antara lain melakukan perbaikan terhadap indikator kinerja utama (IKU) yang lebih SMART. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 42

51 Tabel : Capaian Terhadap Sasaran Strategis 4 Meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia Indikator Sasaran Satuan % Capaian 2015 Tahun 2016 Target Realisasi % Capaian 1. Indeks Pembangunan Manusia Angka/ Kategori 69,35 70,16 70,19* 100,04 * *Angka sementara (BPS) Indeks Pembangunan Manusia Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Dengan metode penghitungan baru, komponen pengetahuan diukur dengan angka harapan lama sekolah (expected years of schooling/eys) dan rata-rata lama sekolah (mean years of schooling/mys). yang dihitung berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas KOR). Untuk Angka Melek Huruf tidak digunakan lagi, dan diganti dengan angka harapan lama sekolah (EYS). Tabel : IPM Kabupaten Tabalong pada tahun 2015 Angka Harapan Hidup 69,74 Indeks Pendidikan (IP) - EYS (rata-rata harapan lama sekolah) 12,32 - MYS (rata-rata lama sekolah) 8,24 Pengeluaran riil perkapita (PPP) 10,171 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 69,35 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 43

52 Trend pembangunan manusia di Tabalong semakin meningkat dari tahun ke tahun. Capaian IPM Tabalong tahun 2015 adalah dengan pertumbuhan sebesar 1,42 persen dari tahun Peningkatan terjadi pada seluruh komponen IPM yaitu: a. Komponen kesehatan ditunjukkan dengan meningkatnya angka harapan hidup menjadi 69,74 tahun di tahun 2015, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 69,34 tahun (tumbuh 0,50 persen); b. Komponen pendidikan dengan meningkatnya harapan lama sekolah 12,32 tahun (tumbuh 2,94 persen), dan rata-rata lama sekolah menjadi 8,24 tahun (tumbuh 3,47 persen) dibanding tahun c. Komponen ekonomi yang ditunjukkan dengan meningkatnya pengeluaran perkapita per tahun menjadi 10,171 juta pada tahun 2015 (tumbuh 0,81 persen) dibanding tahun Dengan metode penghitungan yang baru, pada tahun 2015, IPM Kab. Tabalong berada di peringkat ke-3. Angka IPM Kab. Tabalong sebesar 69,35 dimana kinerja pembangunan manusia nya berada dalam kategori sedang, yaitu dikasaran angka IPM antara Kabupaten Tabalong berada di peringkat 167 se kabupaten di Indonesia. Pada tahun 2016, BPS belum merilis resmi tentang IPM di Tabalong, angka yang didapat adalah masih bersifat sementara. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 44

53 Tabel : Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KABUPATEN/KOTA IPM PERINGKAT Banjarbaru Banjarmasin 75,41 2 Tabalong 69,35 3 Tapin 67,67 4 Tanah Bumbu 67,58 5 Tanah Laut Kotabaru 66,61 7 HST 66,56 8 Banjar 66,39 9 HSS 66,31 10 Balangan 65,34 11 Barito Kuala 63,53 12 HSU 62,49 13 KALIMANTAN SELATAN 68,38 22 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 45

54 Grafik 3.1. Perbandingan IPM Kabupaten Tabalong dengan Propinsi Kalimantan Selatan Tahun Kalsel Tabalong Sumber: BPS Kalsel Keterangan Kategori: IPM < 60 : IPM rendah IPM : IPM sedang IPM : IPM tinggi IPM > 80 : IPM sangat tinggi Tabel : Capaian Terhadap Sasaran Strategis 5 Berkembangnya ekonomi berbasis pertanian dalam arti luas Indikator Sasaran Satuan % Capaian 2015 Tahun 2016 Target Realisasi % Capaian 1. Prosentase kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB % 88,24 10,8 9,49 87,8 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 46

55 Prosentase kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB sektor pertanian yang memberikan kontribusi terhadap PDRB terdiri atas sub-sub sektor: Tanaman Pangan, Tanaman Holtikultura Semusim, Perkebunan Semusim, Tanaman Holtikultura Tahunan dan lainnya, Perkebunan Tahunan, Peternakan, Jasa Pertanian dan Perburuan. Kontribusi sektor Pertanian pada PDRB Tahun 2015 atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha adalah sebesar 9.53% (Rp ,-) sedangkan pada tahun 2016 konstribusi sektor pertanian sebesar 9.49% (Rp ,-). Jika dibanding tahun 2015, pada tahun 2016 terjadi kenaikan kontribusi sektor pertanian sebesar Rp ,-. Release resmi dari BPS Tabalong untuk PDRB tahun 2016 masih bersifat angka sementara. No Adapun kontribusi sub sektor tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel : kontribusi sub sector PDRB Sub Sektor Pertanian PDRB 2015 (dlm juta rupiah) PDRB 2016 (dlm juta rupiah) 1 Tanaman Pangan , ,5 2 Tanaman Holtikultura Semusim 6.460, ,7 3 Perkebunan Semusim 1.917, ,1 4 Tanaman Holtikultura Semusim , ,7 5 Perkebunan Tahunan , ,8 6 Peternakan , ,0 7 Jasa Pertanian dan Perburuan , ,8 Jumlah Sektor Pertanian , ,6 PDRB Bruto , ,4 Sumber : BPS Kab. Tabalong, PDRB Kab. Tabalong Tahun 2016 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 47

56 Sub sektor yang menjadi penyumbang terbesar bagi sektor pertanian adalah sub sektor Perkebunan Tahunan kemudian Tanaman Pangan. Kedua sub sektor tersebut tetap menjadi penyumbang terbesar juga pada PDRB tahun Perkebunan Karet dan tanaman Padi masih menjadi sumber utama kegiatan pertanian di Kabupaten Tabalong. Tanaman Pangan Grafik: 3.2. Sub Sektor Pertanian dalam PDRB Kontribusi Sub Sektor Pertanian dalam PDRB Pertanian Kab. Tabalong Tanaman Holtikultu ra Semusim Perkebun an Semusim Tanaman Holtikultu ra Tahunan Perkebun an Tahunan Peternaka n Jasa Pertanian dan Perburu Produksi tanaman padi pada tahun 2016 sebesar ton mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu ton. Demikian juga produktivitas tanaman padi meningkat pada tahun 2016 sebesar 4,47 ton/hektar meningkat dari tahun sebelumnya 4,23 ton/haktar. Lebih terinci lagi untuk padi sawah produksi meningkat menjadi 5,10 ton/hektar dari sebelumnya 4,50 ton/hektar dan padi ladang meningkat menjadi 3,80 ton/hektar dari 3,50 ton/hektar. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 48

57 Tabel : Capaian Terhadap Sasaran Strategis 6 Menurunnya angka kemiskinan Indikator Sasaran Satuan % Capaian 2015 Tahun 2016 Target Realisasi % Capaian 1. Angka kemiskinan % 6,59 6,12 6,79* 90,13 * Angka sementara (BPS) Angka kemiskinan Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Pada tahun 2015 persentase penduduk miskin di Kabupaten Tabalong adalah sebesar 6.59 % ( jiwa) dengan garis kemiskinan yang menjadi batasan adalah Rp ,- per kapita perbulan. Gini ratio untuk tahun 2015 adalah sebesar 0.13 yang berarti distribusi pendapatan di kabupaten Tabalong masih dalam tingkat ketimpangan rendah. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 49

58 Pada tahun 2016 persentase penduduk miskin di Kabupaten Tabalong meningkat menjadi 6.79 %* ( sumber BPS Kab. Tabalong = angka sangat sangat sementara) atau sebesar jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tabalong disebabkan salah satunya adalah meningkatnya batas garis kemiskinan di Kabupaten Tabalong menjadi Rp ,- per kapita per bulan. Adapun Gini ratio di Kabupaten Tabalong juga mengalami kenaikan menjadi Kenaikan Gini ratio sebesar 0.14 di Kabupaten Tabalong ini menunjukkan adanya ketimpangan pemerataan pendapatan yang cukup singnifikan namun distribusi pendapatan tersebut masih dalam katagori tingkat ketimpangan rendah. Pada tahun 2016 Badan Pusat Statistik Tabalong belum mengadakan release. Grafik: 3.3. Angka Kemiskinan di Tabalong Angka Kemiskinan di Kab. Tabalong % Penduduk Miskin Gini Ratio BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 50

59 Tabel : Capaian Terhadap Sasaran Strategis 7 Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur Indikator Sasaran Satuan % Capaian 2015 Tahun 2016 Target Realisasi % Capaian 1. Persentase Jalan Kabupaten Dengan Kondisi Baik % 72, ,20 112,61 2. Persentase Kabupaten Dengan Kondisi Baik % 66, , Persentase Jaringan Irigasi dengan kondisi baik % ,72 96,68 4. Jumlah Peningkatan Rumah Layak Huni buah 24 bh bh 114,58 Persentase Jalan Kabupaten Dengan Kondisi Baik Capaian persentase Jalan Kabupaten dengan kondisi baik pada tahun 2016 sebesar 73,2 % melebihi target sesuai RPJMD sebesar 65%, sehingga capaian realisasi adalah sebesar 112,61%. a. Kondisi jalan pada tahun 2016 banyak mengalami penurunan karena panjangnya musim hujan serta tingginya intensitas curah hujan yang mengakibatkan banyaknya jalan berlobang (jalan rusak) b. Total panjang jalan yang ditangani pada tahun 2016 berjumlah 91,94 km yang terdiri dari peningkatan kapasitas (pelebaran) maupun peningkatan kualitas dari non aspal menjadi beraspal serta pemeliharaan berkala BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 51

60 c. Penanganan jalan dengan pemeliharaan rutin bersifat mempertahankan konisi jalan agar tidak bertambah parah d. Anggaran serta sumber daya manusia yang ada masih belum mencukupi untuk mencapai target yang seharusnya. Persentase Jembatan Kabupaten Dengan Kondisi Baik Capaian persentase jembatan kondisi baik pada tahun 2016 sebesar 70,82 % sudah melebihi target sebesar 68 % dengan rincian : - Pembangunan box culvert sebanyak 5 buah menggantikan jembatan kayu ulin yang rusak - Pembangunan jembatan gantung sebanyak 3 buah - Pembangunan jembatan rangka sebanyak 2 buah (1 buah jembatan dilanjutkan pada tahun berikutnya) - Pembangunan jembatan beton sebanyak 5 buah - Pemeliharaan/perbaikan jembatan sebanyak 43 buah - Anggaran serta sumber daya manusia yang ada masih belum mencukupi untuk mencapai target yang seharusnya Jumlah Jaringan Irigasi Capaian persentase jaringan irigasi dalam kondisi baik pada tahun 2016 mencapai 72,51 % tidak mencapai target sebesar 75 % dengan uraian : - Pembangunan pintu air sebanyak 9 buah - Pembangunan saluran pasangan batu sepanjang m - Pembangunan saluran pembuang sepanjang m BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 52

61 - Pembangunan jalan inspeksi/jalan usaha tani sepanjang 6.706,98 meter - Anggaran serta sumber daya manusia yang ada masih belum mencukupi untuk mencapai target yang seharusnya. Persentase Rumah Layak Huni Rumah yang sehat dan nyaman adalah rumah yang relatif luas. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan rumah tangga maka semakin luas rumah yang ditempati. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), salah satu kriteria rumah sehat adalah rumah yang memiliki luas lantai minimal 50 m2. Kenyamanan tempat tinggal tidak bisa dilihat hanya dari luas lantai yang ditempati, namun juga ditinjau dari segi jenis lantai, atap dan dinding terluas yang digunakan. Pada tahun 2016 berdasarkan usulan dari seluruh desa/kelurahan yang ada di Tabalong untuk mendapatkan pembuatan bantuan rumah layak huni sebanyak 741 namun dalam realisasi mencapai 55 rumah dengan rincian 12 buah perbaikan yang bersumber dari dana APBD Kabupaten Tabalong dan 55 buah pembangunan rumah untuk masyarakat di wilayah Gunung Sialing Kecamatan Muara Uya yang termasuk Komunitas Adat Tertentu dengan dana bersumber dari APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 atau dengan capaian kinerja sebesar 114,58%. Bila dibandingkan capaian kinerja pada tahun 2015, maka terjadi peningkatan sebesar 31 buah rumah. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 53

62 Tabel : Capaian Terhadap Sasaran Strategis 8 Meningkatnya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak Indikator Sasaran Satuan % Capaian 2015 Tahun 2016 Target Realisasi % Capaian 1. Prosentase perempuan yang duduk di pemerintahan % n.d. 3,0 2,9 96,6 Prosentase perempuan yang duduk di pemerintahan Data jumlah perempuan yang duduk dipemerintahan / eksekutif di Kabupaten Tabalong pada tahun 2016 adalah sebanyak orang dari jumlah total jumlah penduduk perempuan sebanyak , sehingga persentase adalah 2,9%. Data ini hanya meliputi PNS Daerah, Polri, dan TNI. Sedangkan data dari instansi lainnya tidak diperoleh data (sumber Dinas Dukcapil Tabalong) Tabel : Capaian Terhadap Sasaran Strategis 9 Meningkatnya kualitas SDA dan lingkungan hidup Indikator Sasaran Satuan % Capaian 2015 Tahun 2016 Target Realisasi % Capaian 1. Indeks Kualitas Lingkungan % 59, , Indeks Kualitas Lingkungan Kualitas lingkungan hidup Indonesia merupakan salah satu isu yang sangat penting ditengah meningkatnya tekanan yang berpotensi mengubah kondisi lingkungan, baik sebagai dampak pertumbuhan BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 54

63 ekonomi maupun peningkatan jumlah penduduk. (Target Nasional dari Renstra Kementerian LH dan Kehutanan RI) sedangkan target dari Kabupaten Tabalong adalah sebesar 67. Indikator Kinerja Utama Realisasi 2015 Target Tahun 2016 Realisasi Capaian (%) Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) meliputi : - Indeks Kualitas Air (IKA) 35,33 52, ,15 - Indeks Kualitas Udara 83, ,84 98,62 (IKU) Capaian untuk IKA dengan realisasi sebesar 50 menunjukan kualitas tidak melebihi baku mutu. Sedangkan kualitas udara dengan nilai 82,84 walaupun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya tetap masih dalam kategori baik. Capaian Indikator Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kabupaten Tabalong di Tahun 2015 sebesar 59,29 menjadi 66,42 pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 7,13 poin yang di artikan bahwa kondisi lingkungan hidup (kualitas air dan udara) mengalami perbaikan kearah yang positif. Namun demikian realisasi target belum tercapai, dikarenakan capaian indikator yang diatas baru meliputi 2 (dua) komponen saja yang dikerjakan, yaitu IPA dan IPU. Sampai dengan tahun 2016, utuk ITL Kabupaten Tabalong masih belum dapat dihitung dikarenakan belum tersedianya data indeks tutupan lahan (ITL). Sampai dengan tahun 2016, BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 55

64 untuk Indeks Tutupan Lahan (ITL) Kabupaten Tabalong masih belum dapat dihitung dikarenakan belum tersedianya data ITL. Tabel : Capaian Terhadap Sasaran Strategis 10 Meningkatnya potensi pemuda, olahraga, pariwisata dan seni budaya Indikator Sasaran Satuan % Capaian 2015 Tahun 2016 Target Realisasi % Capaian 1. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dan Nusantara Orang Jumlah prestasi olah raga dalam berbagai kejuaraan* KONI /Dispo ra 76,92% % * Pengiriman atlet pada 13 Cabor POPDA dan NPC (sumber: Disporapar) Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dan Nusantara Potensi pariwisata yang ada di Tabalong cukup banyak dan tersebar hampir diseluruh kecamatan, seperti Danau Undan di Banua Lawas, Makam Durun Nafis di Kelua, Makam Datuk Abi di Pugaan, Upacara Adat dan Budaya Warukin di Tanta, Tanjung Puri Indah di Murung Pudak, Bian Kim Kinarum di Upau, dan air terjun Lano di Jaro. Wisatawan mancanegara dan domestik yang berkunjung ke Kabupaten Tabalong pada tahun 2016 ditargetkan sebanyak orang, dalam realisasinya jumlah wisatawan yang datang adalah sebanyak orang. Jika dibandingkan dengan data yang tersedia pada tahun 2015 jumlah pengunjung sebanyak BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 56

65 , maka terjadi jumlah peningkatan pengunjung sebesar orang Untuk menunjang pelaksanaan kunjungan wisata ini, telah didukung dengan adanya program pengembangan destinasi wisata, dan pemasaran sarana wisata kemitraan. Upaya lain untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Tabalong antara lain: perbaikan sarana dan prasarana obyek wisata, penambahan obyek wisata baru, promosi wisata, pelaksanaan even-even secara berkala, dan peningkatan pembinaan seni budaya daerah Jumlah prestasi olah raga dalam berbagai kejuaraan Dalam indikator ini pada Tahun 2015 yang dapat dilakukan pengukuran hanyalah pada salah satu kegiatan (Tupoksi) yakni kegiatan POPDA (perorangan), Festival Olahraga Layanan Khusus (NPC) Paralympic, Kejurda (KONI) Propinsi Kalimantan Selatan dengan jumlah atlit POPDA 2015 sebanyak 59 (lima puluh sembilan) orang. Pelatih/official 11 (sebelas) orang mengikuti 8 (delapan) cabor yaitu renang, senam, bola volley pasir, karate, gulat, takraw, angkat besi atletik sebagai juara umum ke III Propinsi Kalimantan Selatan dengan perolehan medali emas 13 (tiga belas) biji, perak 10 (sepuluh) biji, perunggu 6 (enam) biji dengan jumlah 29 (dua puluh sembilan) medali yang diperoleh untuk mewakili Propinsi Kalimantan Selatan pada pekan olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) di Bandung (Jawa Barat). Atletik, angkat besi, senam. Adapun cabang lain harus memakai limit waktu yang ditentukan. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 57

66 Untuk olahraga paralympic (anak berkebutuhan khusus/cacat) mengikuti kejuaraan atletik 5 (lima) cabang bulu tangkis nomor (ganda dan tunggal) jumlah atlit sebanyak 40 (empat puluh) orang pelatih dan official 20 (dua puluh) orang dengan perolehan medali sebanyak berikut ini : emas 6 (enam) biji, perak 8 (delapan) biji, perunggu 12 (dua belas) biji juara umum ke III Propinsi Kalimantan Selatan. - Untuk cabang Kejurda / Investasi Karate oleh KONI mengikuti 6 (enam) kelas tanding dilaksanakan di Banjarmasin memperoleh medali emas 1 (satu) biji, perak 1 (satu) biji, perunggu 1 (satu) biji dengan jumlah atlit 12 (dua belas) orang dan pelatih 2 (dua) orang. - Untuk cabang Kejurda / Investasi Bola Takraw Propinsi Kalimantan Selatan, Tabalong mengikuti Regu Putra dan Putri dengan jumlah atlit sebanyak 8 (delapan) orang dan 2 (dua) orang pelatih. Hasil sebagai Juara III Kategori Putri. - Untuk cabang Kejurda / Investasi Futsal Propinsi Kalimantan Selatan. Adapun kendala yang dighadapi / kurangnya kegiatan Kejuaraan antar klub dan Kecamatan disamping pelatih yang mempunyai lisensi (Piagam Pelatih). Dalam indikator ini pada Tahun 2016 pengukuran hanyalah pada salah satu kegiatan pembinaan sesuai dengan Tupoksi Disporabudpar yaitu POPDA. Tahun 2016 mengikuti cabang olahraga permainan (kelompok) sebanyak 90 (sembilan puluh) BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 58

67 orang atlit dan 15 (lima belas) pelatih / official dengan 8 (delapan) cabang olahraga bola basket, sepak Takraw, Tenis Lapangan, Bola Volly, Pencak Silat, Sepak Bola, Tenis Meja, Bulu tangkis, dengan perolehan medali emas 2 (dua) biji (pencak Silat), Perunggu 2 (dua) biji yaitu Sepak Bola dan Bola Volly. Kegiatan olahraga paralympic (anak berkebutuhan khusus) tingkat Propinsi Kalimantan Selatan di Banjarmasin mengikuti 2 (dua) cabang olahraga atletik lari 100 M, 400 M, Lompat jauh, Tolak Peluru, Bulu Tangkis (Tunggal dan Ganda). Jumlah atlit sebanyak 40 (empat puluh) orang, pelatih / official 20 (dua puluh) orang mendapat medali emas 6 (enam) biji, perak 8 (delapan) biji, Perunggu 12 (dua belas) biji sebagai Juara III se Kalimantan Selatan. - Mengikuti kejuaraan karate / Investasi (KONI) Tingkat Propinsi Kalimantan Selatan dengan 15 (lima) belas orang atlit, 3 (tiga) orang pelatih dan official, mendapat medali emas 2 (dua) biji, perak 1 (satu) biji dan perunggu 1 (satu) biji. - Mengikuti Kejuaraan Daerah Sepak Takraw Tingkat Propinsi Kalimantan Selatan. Beregu Putra dan Putri sebanyak 8 (delapan) orang dan 2 (dua) orang pelatih berhasil beregu putri sebagai Juara III tingkat Propinsi Kalimantan Selatan - Mengikuti Kejuaraan futsal Tingkat Propinsi Kalimantan Selatan di Banjarmasin dengan atlit sebanyak 10 (sepuluh) orang 3 (tiga) orang pelatih dan official dengan hasil sebagai Juara III. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 59

68 Kendala yang dihadapi selama evaluasi yaitu kurangnya kejuaraan ditingkat Kabupaten dan pelatih yang mempunyai keahlian khusus. Tabel : Capaian Terhadap Sasaran Strategis 11 Meningkatnya kualitas dan produksi industri kecil, menengah, dan koperasi Indikator Sasaran Satuan % Capaian 2015 Tahun 2016 Target Realisasi % Capaian 1. Usaha Mikro menjadi Usaha Kecil jumlah 97, ,71 2. Jumlah koperasi aktif buah 71, ,78 sumber: Dinas Koperasi dan UKM/BPMPT Persentase peningkatan UMKM menjadi Usaha Kecil Jumlah UMKM di Tabalong pada tahun 2016 adalah sebanyak buah terdiri dari 17 keahlian / bidang usaha, namun dari jumlah tersebut belum diperoleh data terhadap jumlah usaha baik yang mikro, kecil, dan menengah. Berdasarkan ketentuan yang berlaku maka pemerintah kabupaten hanya mempunyai kewenangan pembinaan hanya pada kelompok usaha mikro dan usaha kecil. Pada tahun 2016 target jumlah usaha kecil adalah sebanyak 280 buah, dalam realisasinya hanya tercapai jumlah sebanyak 268 buah, sehingga capaian nya adalah 95,71%. Data ini hanya diperoleh berdasarkan jumlah penerbitan SIUP untuk kelompok usaha kecil. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 60

69 Jumlah koperasi aktif Koperasi Aktif adalah Koperasi yang dalam 3 (tiga) tahun terakhir secara berturut-turut mengadakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) dan melakukan kegiatan usaha untuk melayani anggota. a. Jumlah koperasi di Kabupaten Tabalong pada Tahun 2015 adalah sebanyak 87 buah dengan jumlah koperasi yang aktif sebanyak 62 buah atau sebesar 71,26%, sedangkan pada tahun berikutnya ada penambahan / penumbuhan koperasi baru sebanyak 12 buah sehingga jumlah pada tahun 2016 sebanyak 99 buah, pada tahun 2016 ini koperasi yang aktif sebanyak 77 buah atau 77,78%. Dengan capaian tersebut ada peningkatan koperasi aktif pada tahun 2016 sebesar 6,52% bila dibandingkan dengan tahun Dari sejumlah koperasi yang tidak aktif tersebut, sebanyak 17 unit akan dihapuskan oleh Pemerintah Pusat namun masih diberikan waktu pembinaan selama 6 bulan, apabila selama 6 bulan bisa aktif kembali maka tidak akan dihapuskan. b. Tidak tercapainya target jumlah koperasi aktif pada tahun tersebut dikarenakan kurangnya pembinaan, pelatihan dan sosialisasi tentang perkoperasian, hal ini disebabkan karena keterbatasan keuangan, tenaga dan sarana prasarana pendukung. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 61

70 Tabel : Capaian Terhadap Sasaran Strategis 12 Meningkatnya kemampuan keuangan daerah Indikator Sasaran 1. Pendapatan Asli Daerah Sat uan % Capaian 2015 Target Tahun 2016 Realisasi % Capaian % n.d. Rp.135,202,012,600 Rp.144,964,679,795,20 107,22 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah, ditargetkan sebesar Rp ,00 dapat direalisasikan sebesar Rp ,20 atau dalam perbandingan relatif pencapaian realisasi sebesar 107,22%. Sedangkan realisasi kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap total pendapatan adalah sebesar 8,96%. Terlampauinya capaian realisasi PAD 2016, terutama sekali disebabkan oleh karena penerimaan deviden yang cukup besar, dimana realisasinya sebesar 115,14 % dari target yang sebesar Rp ,- dan terlampauinya target lain-lain PAD yang sah yang berasal dari penerimaan jasa giro terlampaui sekitar 113,06 % dari target sebesar Rp ,-. Untuk memaksimalkan capaian realisasi yang masih dibawah target maka kedepannya akan dilakukan rakor secara rutin sehingga masing-masing SKPD terkait dapat lebih aktif memonitor dan mengevaluasi realisasi penerimaaannya secara rutin, setiap triwulan. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 62

71 Kegiatan yang mendukung indikator peningkatan pendapatan PAD adalah: 1) Intensifikasi dan ekstentifikasi sumber-sumber pendapatan daerah; 2) Intensifikasi dan ekstensifikasi PBB; 3) Penyuluhan tentang PAD kepada masyarakat; 4) Penyelenggaraan Pameran Investasi. Tabel : Capaian Terhadap Sasaran Strategis 13 Meningkatnya ketahanan pangan yang mantap Indikator Sasaran Satuan % Capaian 2015 Tahun 2016 Target Realisasi % Capaian 1. Penguatan Cadangan Pangan % na 50,00 42,75 88,50 Sumber: BKP3 Kab.Tabalong Penguatan Cadangan Pangan Cadangan Pangan Pemerintah terdiri dari cadangan pangan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah desa yang perwujudannya memerlukan inventarisasi cadangan pangan, memperkirakan kekurangan pangan dan keadaan darurat, sehingga penyelenggaraan pengadaan dan pengelolaan cadangan pangan dapat berhasil dengan baik. Cadangan Pangan di tingkat pemerintah, yakni : o Tersedianya cadangan pemerintah di tingkat kabupaten/kota minimal sebesar 100 ton ekuivalen beras dan di tingkat provinsi minimal sebesar 200 ton ekuivalen beras; BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 63

72 o Adanya lembaga cadangan pangan pemerintah pada setiap provinsi dan kab/kota; o Tersedianya cadangan pangan pemerintah, minimal 25 ton ekuivalen beras. Dalam tahun 2016, realisasi pencapaian Indikator Tingkat Penguatan Cadangan Pangan mencapai 42,75% dari target 50,00% (85,50%) dari realisasi target. Pencapaian ini menunjukkan kinerja yang sangat baik untuk indikator ini. Sedangkan bila dilihat dalam kaitannya dengan target kinerja pada akhir tahun RPJMD, pencapaian ini telah di mencapai 61,07% dari rencana kinerja tahun Indikator sasaran Tingkat Penguatan Cadangan Pangan dilaksanakan melalui Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat (dari Dana APBD I) yaitu: Kegiatan Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan, melalui penyalurandana Bansos P-LDPM di desa Bangkiling Kecamatan Banua Lawas. Tabel : Capaian Terhadap Sasaran Strategis 14 Meningkatnya kualitas pelayanan publik Indikator Sasaran Satuan % Capaian 2015 Tahun 2016 Target Realisasi % Capaian 1. Tingkat kepuasan pelayanan (IKM) Nilai mutu B B B 100 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 64

73 Tingkat kepuasan pelayanan (IKM) Pelayanan publik yang dilakukan oleh aparatur pemerintah saat ini belum memenuhi harapan masyarakat. Hal ini dapat diketahui dari berbagai keluhan masyarakat yang disampaikan melalui media masa dan jaringan sosial, sehingga memberikan dampak buruk terhadap pelayanan pemerintah, yang menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat. Salah satu upaya yang harus dilakukan dalam perbaikan pelayanan publik adalah melakukan Survei Kepuasan Masyarakat kepada pengguna layanan Selama ini Survei Kepuasan Masyarakat menggunakan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Keputusan ini belum mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundangan. Di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tabalong yang telah melaksanakan survey kepuasan masyarakat pada tahun 2015 adalah SKPD pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu, Puskesmas dan RSU H.Badaruddin Tanjung Analisa terhadap capaian IKM pada tahun 2016 tidak dapat disajikan mengingat tidak adanya data, hal ini mengingat hanya RSUD H.Badaruddin yang telah mengadakan survey, sehingga BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 65

74 untuk mengukur rata-rata capaian kinerja IKM pada unit pelayanan publik di Tabalong belum dapat dilakukan pengukuran/perhitungan. Meski demikian masih dapat disajikan gambaran secara umum tentang hasil survey kepuasan masyarakat dengan menggunakan metode lama yakni Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, hal ini disebabkan mengingat metode dan teknik survey sesuai PerMENPAN dan RB yang baru masih belum jelas juklak dan juknisnya, alhasil survey pelayanan public pada SKPD/Satker tersebut dapat diperoleh kesimpulan sbb: IKM pada BPMPT Tahun 2015 : 75,44 (Baik) o unsur penilaian tertinggi adalah: keamanan pelayanan o unsur penilaian terendah adalah: kepastian biaya pelayanan IKM pada RSUD H.Badaruddin Tanjung, Tahun 2015 : 64,42 (Baik) IKM pada RSUD H.Badaruddin Tanjung, Tahun 2016 : 75,11 (Baik) o unsur penilaian tertinggi adalah: kemampuan petugas pelayanan o unsur penilaian terendah adalah: kepastian biaya pelayanan IKM Puskesmas Tahun 2016 (rata2 nilai IKM) adalah:78,79 (Baik) o o unsur penilaian tertinggi adalah: keberadaan tugas pelayanan unsur penilaian terendah adalah: kecepatan pelayanan BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 66

75 Tabel: Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan NILAI PERSEPSI NILAI INTERVAL IKM NILAI INTERVAL KONVERSI IKM MUTU PELAYANAN KINERJA UNIT PELAYANAN 1 1,00 1, ,75 D Tidak Baik 2 1,76 2,50 43,76 62,50 C Kurang Baik 3 2,51 3,25 62,51 81,25 B Baik 4 3,26 4,00 81,26 100,00 A SangatBail *KepMENPAN 25/2004 Tabel : Capaian Terhadap Sasaran Strategis 15 Meningkatkan kesesuaian pelaksanaan capaian program pembangunan dengan rencana pembangunan daerah Indikator Sasaran Satuan % Capaian 2015 Tahun 2016 Target Realisasi % Capaian 1. Persentase kesesuaian pembangunan daerah dengan ketentuan aturan tata ruang % ,2 86,5 Persentase kesesuaian pembangunan daerah dengan ketentuan aturan tata ruang Berdasarkan data permohonan / pengajuan izin kesesuaian ruang pada tahun 2016 sebanyak 39 pemohon, namun setelah dievaluasi terdapat 27 buah yang memenuhi kesesuaian ruang sehingga realisasi pada tahun 2016 adalah sebesar 69,2%, sedangkan BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 67

76 capaian kinerja pada indikator ini adalah sebesar 86,5% (memuaskan). Ketidaksesuaian antara izin yang dikeluarkan dengan jumlah permohonan izin yang diterima disebabkan adanya kendala pada sebagian masyarakat yang belum mengetahui ataupun kurangnya pemahaman terhadap implementasi dari peraturan daerah nomor 19 tahun 2014 tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW). Solusi dari permasalahan tersebut adalah akan diadakannya upaya lebih optimal terhadap sosialisasi terhadap masyarakat tentang rencana tata ruang wilayah. Tabel : Capaian Terhadap Sasaran Strategis 16 Meningkatnya keberdayaan masyarakat dan desa dalam rangka pertumbuhan daerah Indikator Sasaran Satuan % Capaian 2015 Tahun 2016 Target Realisasi % Capaian 1. Prosentase Terbentuknya Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Buah Persentase Jumlah desa mandiri % n.d. n.d. n.d. n.d. Persentase meningkatnya peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Pada tahun 2016 dari target terbentuknya Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) sebanyak 50 buah, terealisasi sebanyak 49 Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Dari 49 Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) tersebut, BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 68

77 yang Aktif dan berkembang sebanyak 15 Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Dalam realisasinya, telah terjadi peningkatan dalam jumlah Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) yang telah terbentuk. Hal ini merupakan keberhasilan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan desa Kabupaten Tabalong.Faktor-faktor Penentu Keberhasilan dalam pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) adalah terlaksananya kegiatan Sosialisasi Keterampilan Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Tahun 2015 yang dilaksanakan pada 9 Desa se Kabupaten Tabalong keberhasilan dalam pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Kabupaten Tabalong karena faktor terlaksananya Pelatihan Keterampilan Manajemen Badan Usaha Milik Desa pada tahun 2016 yang dananya bersumber dari APBD Kabupaten Tabalong. Kegiatan ini diikuti oleh (108 orang) yang terdiri dari 72 Pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) se Kabupaten Tabalong dan 24 Pendamping Desa serta 12 Pendamping Administrasi Kecamatan. Faktor penentu lainnya adalah DPMPD Kabupaten Tabalong telah mengikutkan para pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) mengikuti pelatihan pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di BPMPD Propinsi Kalimantan Selatan sebanyak 20 orang. dan terlaksananya pembinaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) ke 24 Desa se Kabupaten Tabalong pada tahun 2014, 2015 dan Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) adalah kurangnya informasi/ pengetahuan BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 69

78 masyarakat Desa mengenai Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dan kurangnya pelatihan bagi pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Oleh karena itu, perlu ditingkatkan Sosialisasi kepada masyarakat dan Pelatihan Keterampilan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) agar masyarakat tidak takut atau bersedia menjadi pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) karena dibeberapa desa banyak masyarakat yang tidak berani/takut menjadi pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Sehingga menjadi hambatan dalam pembentukan dan pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Pedesaan. Kendala lainnya, kurangnya pengetahuan manajemen pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) sehingga banyak Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) yang belum mampu membuat laporan Keuangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Sementara itu tenaga pendamping Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan yang selama ini membimbing dalam pembuatan laporan keuangan sudah tidak lagi mendapatkan honor khusus sebagai Tenaga Pendamping yang dananya berasal dari BPMPD Propinsi sehingga menjadi kendala bagi pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dalam menyampaikan Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Persentase Jumlah desa mandiri Desa Mandiri mencerminkan kemauan masyarakat Desa yang kuat untuk maju, dihasilkannya produk/karya Desa yang membanggakan dan kemampuan Desa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 70

79 Pada perkembangannya di Kabupaten Tabalong yang mempunyai 131 Desa dan Kelurahan sampai tahun 2016 belum ada yang mampu berstatus Desa Mandiri. Indeks Desa Membangun akan menentukan 5 status kemajuan dan kemandirian Desa, yang disebut dengan Klasifikasi Status Desa. Klasifikasi Status Desa dalam PermendesaPDTTrans Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun tersebut adalah sebagai berikut: a. Desa Mandiri atau yang disebut Desa Sembada adalah Desa Maju yang memiliki kemampuan melaksanakan pembangunan Desa untuk peningkatan kualitas hidup dan kehidupan sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat Desa dengan ketahanan sosial, ketahanan ekonomi, dan ketahanan ekologi secara berkelanjutan. Desa Mandiri atau Desa Madya adalah Desa yang memiliki Indeks Desa Membangun lebih besar (>) dari 0,8155. b. Desa Maju atau yang disebut Desa Pra-Sembada adalah Desa yang memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi dan ekologi, serta kemampuan mengelolanya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa, kualitas hidup manusia, dan menanggulangi kemiskinan. Desa Maju atau Desa Pra-Madya adalah Desa yang memiliki Indeks Desa Membangun kurang dan sama dengan ( ) 0,8155 dan lebih besar (>) dari 0,7072. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 71

80 c. Desa Berkembang atau yang disebut Desa Madya adalah Desa potensial menjadi Desa Maju, yang memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi tetapi belum mengelolanya secara optimal untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa, kualitas hidup manusia dan menanggulangi kemiskinan. Desa Berkembang atau Desa Madya adalah Desa yang memiliki Indeks Desa Membangun kurang dan sama dengan ( ) 0,7072 dan lebih besar (>) dari 0,5989. d. Desa Tertinggal atau yang disebut Desa Pra-Madya adalah Desa yang memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi tetapi belum, atau kurang mengelolanya dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa, kualitas hidup manusia serta mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuknya. Desa Tertinggal atau Desa Pra-Madya adalah Desa yang memiliki Indeks Desa Membangun kurang dan sama dengan ( ) 0,5989 dan lebih besar (>) dari 0,4907. e. Desa Sangat Tertinggal atau yang disebut Desa Pratama adalah Desa yang mengalami kerentanan karena masalah bencana alam, goncangan ekonomi, dan konflik sosial sehingga tidak berkemampuan mengelola potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi, serta mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuknya. Desa Sangat Tertinggal atau Desa Pratama adalah Desa yang memiliki Indeks Desa Membangun kurang dan lebih kecil ( ) dari 0,4907. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 72

81 Dari hasil pengisian data potensi desa oleh aparat desa, kondisi desa di Kabupaten Tabalong adalah sebagai berikut: Tabel Status Desa di Kabupaten Tabalong Kecamatan Status Desa di Kabupaten Tabalong Tahun 2016 Cepat Berkembang Berkembang Kurang Berkembang Tanjung 2 13 Tanta 2 12 Murung Pudak 4 6 Haruai 13 Banua Lawas 15 Muara Harus 7 Kelua 12 Pugaan 7 Upau 6 Muara Uya Jaro 8 1 Bintang Ara Jumlah Sumber data: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Tahun 2017 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 73

82 Grafik 3.4. Status Desa di Kabupaten Tabalong 16 Status Desa di Kabupaten Tabalong Status Desa Cepat Berkembang Status Desa Berkembang Status Desa Kurang Berkembang 0 6 desa dengan status kurang berkembang yang ada di kabupaten Tabalong berada di wilayah utara dimana daerah tersebut berada di kawasan pegunungan yang cukup tertinggal dengan sarana dan prasarana yang minim. Tidak adanya desa yang berstatus Mandiri di kabupaten Tabalong disebabkan karena sumber keuangan desa masih bertumpu pada Alokasi Dana Desa (ADD) dan Pendapatan Asli Desa (PAD) yang sangat minim, hal ini menunjukkan bahwa ketahanan ekonomi desa yang masih sangat lemah. Porsi Keuangan Desa masih didominasi oleh Dana yang bersumber dari APBN/APBD yang menopang pembangunan di Desa. Walaupun pertumbuhan Badan Usaha Milik Desa (Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)) sangat signifikan pada tahun 2016 namun laba dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) masih terbatas dalam mencukupi keuangan desa. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 74

83 1.3. Akuntabilitas Keuangan Tahun 2016 A. Pengelolaan Pendapatan Daerah Pengelolaan pendapatan daerah dalam kerangka pengelolaan keuangan daerah tidah terlepas dari upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah yang dapat menopang pembangunan di daerah. Atas prinsip sumber penerimaan daerah yang terbatas sementara kebutuhan akan sumber pembiayaan yang meningkat diperlukan upaya yang komperehenship untuk meningkatkan penerimaan daerah tersebut. Regulasi tentang pendapatan daerah yang bersumber dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah telah disempurnakan dengan adanya penetapan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 yang ditetapkan pada tanggal 15 September 2009 sebagai salah satu acuan dalam penerimaan pendapatan daerah, yang mana pada tahun anggaran 2016 yaitu sebesar 101,05% dari target anggaran dikarenakan realisasi masing-masing jenis pendapatan melebihi target anggaran yaitu realisasi Pendapatan Asli Daerah sebesar 107,22%, Pendapatan Transfer sebesar 100,04% dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 126,70%. Selain undang-undang tersebut diatas pada Tahun Anggaran 2015 mengunakan dasar hukum Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai pelaksanaan Pasal 182 dan Pasal 194 Undang-Undang Nomor 32 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 75

84 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 69 dan Pasal 86 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sumbersumber Penerimaan Daerah adalah PAD, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Secara umum Anggaran Pendapatan Daerah pada tahun anggaran 2015 penerimaannya masih ketergantungan dengan pendapatan dana transfer (dana perimbangan), sehingga memerlukan strategi dan kehati-hatian dalam upaya meningkatkan pendapatan daerah khususnya yang berasal dari Pajak dan Retribusi yang langsung diperoleh dari masyarakat. Oleh karenanya harus betul-betul dilandasi pengamatan yang matang untuk menetapkan target Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu : 1. Meningkatkan PAD tanpa harus menambah beban masyarakat, dengan melalui penyederhanaan sistem serta efesiensi dan rasionalisasi biaya pemungutan. 2. Target dari beberapa sumber yang akan dipungut didasarkan pada perkiraan yang terukur rasional untuk mendapatkan hasil yang optimal. 3. Unit-unit kerja yang mempunyai potensi sumber-sumber PAD terus menerus berupaya melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi. Selanjutnya bagian dana perimbangan yang terdiri dari Pos Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Pajak bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, Dana BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 76

85 Alokasi Khusus yang semuanya pembagian dari pusat sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan ditetapkan besaran anggaran sementara begitu pula pembagian dari Propinsi Kalimantan Selatan. Bagian Lainlain Penerimaan yang Sah biasanya pada tahun-tahun yang lalu adanya Pos Bagian dari Pusat atau Propinsi untuk melengkapi atau menambah Dana Bagian Perimbangan salah satu Pos yang ada didalamnya. Dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016 yang mengacu kepada format sesuai dengan Permendagri nomor 13 tahun 2006 dan disempurnakan dengan Permendagri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016, yang diarahkan untuk dapat menyusun anggaran berbasis kinerja dan menghasilkan laporan keuangan yang akuntable dan transparan. Dalam Format Pendapatan Daerah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dikelompokan menjadi sebagai berikut : 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2. Pendapatan Transfer 3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 77

86 Untuk mengetahui lebih rinci realisasi penerimaan pendapatan daerah dapat dilihat dari tabel sebagai berikut : Tabel 3.3 Pemerintah Kabupaten Tabalong Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2016 (Unaudit) Nomor Urut Uraian Anggaran Setelah Perubahan Realisasi % 4 PENDAPATAN , ,20 101, PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Pendapatan Hasil pengelolaan Kekayaan daerah yg dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah , , , , , , , , , ,20 107,22 100,05 84,57 108,88 115, PENDAPATAN TRANSFER Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik , , , , , , , , , , , , , ,00 100,04 100,87 108,71 113,24 100,00 97,14 58, Transfer Pemerintah Pusat Lainnya Dana Penyesuaian , , , ,00 99,30 99, Transfer Pemerintah Daerah Lainnya Pendapatan Bagi Hasil Pajak , , , ,00 95,18 95, LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Pendapatan Hibah , , , ,00 126,70 126,70 Dari tabel tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa target pendapatan pada tahun anggaran 2016 adalah sebesar: Rp ,00 dapat direalisasikan sebesar Rp ,20 atau dalam perbandingan relatif sebesar 101,05%, sedangkan perbandingan realisasi perkelompok pendapatan adalah sebagai berikut : BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 78

87 1. Pendapatan Asli Daerah, ditargetkan sebesar Rp ,00 dapat direalisasikan sebesar Rp ,20 atau dalam perbandingan relatif pencapaian realisasi sebesar 107,22%. Sedangkan realisasi kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap total pendapatan adalah sebesar 8,96% 2. Pendapatan Transfer, ditargetkan sebesar Rp ,00 dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif pencapaian realisasi sebesar 100,40%. Sedangkan realisasi kontribusi pendapatan transfer terhadap total pendapatan adalah sebesar 90,72%. 3. Lain-lain Pendapatan yang Sah, ditargetkan sebesar Rp ,00 dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif pencapaian realisasi sebesar 126,70%. Sedangkan realisasi kontribusi pendapatan transfer terhadap total pendapatan adalah sebesar 0,32%. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 79

88 Grafik 3.5. Pendapatan Daerah Pendapatan Daerah (dalam jutaan) Rp1,600, Rp1,400, Rp1,200, Rp1,000, Rp800, Rp600, Rp400, Rp200, Rp0.00 PAD transfer Lain-lain Anggaran Realisasi Dari masing-masing kelompok pendapatan tersebut diatas dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut : 1. Pendapatan Asli Daerah, yang direalisasikan sebesar Rp ,20 terdiri dari jenis-jenis pendapatan sebagai berikut : a. Pajak Daerah yang ditargetkan sebesar Rp ,00 dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 100,05%, sedangkan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah adalah sebesar 33,87%. b. Retribusi Daerah, yang ditargetkan sebesar Rp ,00 dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 84,57%, sedangkan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah adalah sebesar 5,20%. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 80

89 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, yang ditargetkan sebesar Rp ,00 dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 108,88%, sedangkan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah adalah sebesar 6,35%. d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah, yang ditargetkan sebesar Rp ,00 dapat direalisasikan sebesar Rp ,20 atau dalam perbandingan relatif sebesar 115,08%, sedangkan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah adalah sebesar 54,57%. Pendapatan Asli Daerah (dalam jutaan) Rp80,000 Rp70,000 Rp60,000 Rp50,000 Rp40,000 Rp30,000 Rp20,000 Rp10,000 Rp0 pajak retribusi hasil kekayaan lain-lain anggaran realisasi 2. Pendapatan Transfer, dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 Terdiri dari jenis-jenis pendapatan sebagai berikut : a. Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan, yang ditargetkan sebesar Rp ,00 dapat BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 81

90 direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 100,87%, dan kontribusi terhadap pendapatan transfer sebesar 88,21%. Dari realisasi penerimaan Transfer Pemerintah Pusat dapat dirinci dalam obyek penerimaan sebagai berikut : 1) Bagi Hasil Pajak, ditargetkan sebesar Rp ,00,dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif pencapaian realisasi sebesar 108,71% yang terdiri dari : a) Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertambangan, dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 memberikan kontribusi terhadap realisasi penerimaan bagi hasil pajak sebesar 77,71%. b) Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkebunan, dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 memberikan kontribusi terhadap realisasi penerimaan bagi hasil pajak sebesar 1,12% c) Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan sektor perhutanan, dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 memberikan kontribusi terhadap realisasi penerimaan bagi hasil pajak sebesar 1,41% d) Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh Pasal 21, pasal 25 dan pasal 29), dapat direalisasikan sebesar BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 82

91 Rp ,00 memberikan kontribusi terhadap realisasi penerimaan bagi hasil pajak sebesar 19,75%. 2) Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam), ditargetkan sebesar Rp ,00,dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif pencapaian realisasi sebesar 113,24% yang terdiri dari: a) Bagi Hasil Dari Provisi Sumber Daya Hutan, dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 memberikan kontribusi terhadap realisasi penerimaan bagi hasil bukan pajak sebesar 0,05%. b) Bagi Hasil Dari Dana Reboisasi, dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 memberikan kontribusi terhadap realisasi penerimaan bagi hasil bukan pajak sebesar 0,28% c) Bagi Hasil Dari Iuran Tetap (Landrent), dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 memberikan kontribusi terhadap realisasi penerimaan bagi hasil bukan pajak sebesar 0,42% d) Bagi Hasil Dari Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalti), dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 memberikan kontribusi terhadap realisasi penerimaan bagi hasil bukan pajak sebesar 98,30% BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 83

92 e) Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi, dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 memberikan kontribusi terhadap realisasi penerimaan bagi hasil bukan pajak 0,87% f) Bagi Hasil dari Pungutan hasil perikanan, dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 memberikan kontribusi terhadap realisasi penerimaan bagi hasil bukan pajak 0,10% b. Dana Alokasi Umum, yang ditargetkan sebesar Rp ,00 dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 100 % dan kontribusi terhadap pendapatan transfer sebesar 34,26% c. Dana Alokasi Khusus, yang ditargetkan sebesar Rp ,00 dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 97,14%, dan kontribusi terhadap pendapatan transfer sebesar 14,63%. d. Dana Alokasi Khusus Non Fisik, yang ditargetkan sebesar Rp ,00 dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 58,17%, dan kontribusi terhadap pendapatan transfer sebesar 3,87%. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 84

93 Transfer Dana Perimbangan (dalam jutaan) BPH BHBP DAU DAK DAK non fisik anggaran realisasi 3. Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Lainnya dari Dana Penyesuaian, yang ditargetkan sebesar Rp ,00 dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 99,30% dan kontribusi terhadap pendapatan transfer sebesar 5,44%. 4. Transfer Pemerintah Daerah Lainnya yang ditargetkan sebesar Rp ,00 dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 95,18%, dan kontribusi terhadap pendapatan transfer sebesar 3,36%. Realisasi Pendapatan Transfer dari Pemerintah provinsi yaitu bagi hasil pajak terdiri dari : 1) Pajak Bumi dan Bangunan bagian pemerintah pusat bagi rata, direalisasikan sebesar Rp ,00 memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Transfer dari Pemerintah Provinsi sebesar 3,89%. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 85

94 2) Pajak Bumi dan Bangunan dari biaya pungut PBB, direalisasikan sebesar Rp ,00 memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Transfer dari Pemerintah Provinsi sebesar 2,04%. 3) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), direalisasikan sebesar Rp ,00 memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Transfer dari Pemerintah Provinsi sebesar 13,35%. 4) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB), direalisasikan sebesar Rp ,00 memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Transfer dari Pemerintah Provinsi sebesar 8,23%. 5) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB), direalisasikan sebesar Rp ,00 memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Transfer dari Pemerintah Provinsi sebesar 60,37%. 6) Pajak Pemanfaatan Air Permukaan, direalisasikan sebesar Rp ,00 memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Transfer dari Pemerintah Provinsi sebesar 0,13%. 7) Pendapatan dari Pajak Rokok, direalisasikan sebesar Rp ,00 memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Transfer dari Pemerintah Provinsi sebesar 12%. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 86

95 5. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, yang ditargetkan sebesar Rp ,00 dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 atau 126,70% memberikan kontribusi terhadap Total Pendapatan sebesar 0,32%. Realisasi Pendapatan Daerah sebesar Rp ,20 didapatkan dari pembagian tanggung jawab dan target yang dibebankan kepada masing-masing unit kerja yang menangani penerimaan daerah yang terdiri dari unit-unit kerja sebagai berikut: Tabel Pemerintah Kabupaten Tabalong Realisasi Pendapatan Per Urusan dan SKPD Tahun Anggaran 2016 (Unaudit) No. Nama SKPD Pendapatan Pendapatan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) Transfer Yang Sah A. URUSAN WAJIB 1. Dinas Pendidikan ,00 0,00 0,00 2. Dinas Kesehatan ,00 0,00 0,00 3. RSUD H. Badaruddin dan BLUD ,00 0,00 0,00 4. Dinas Pekerjaan Umum ,00 0,00 0,00 5. Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pengelolaan Pasar ,00 0,00 0,00 6. Dinas Perhubungan, ,00 0,00 0,00 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 87

96 Komunikasi dan Informatika 7. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja ,00 0,00 0,00 8. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu ,00 0,00 0,00 9. Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata ,00 0,00 0, Sekretariat Daerah ,00 0,00 0, Dinas Pendapatan , , Kecamatan Tanjung ,00 0,00 0, Kecamatan Murung Pudak ,00 0,00 0, Kecamatan Tanta ,00 0, Kecamatan Muara Harus ,00 0,00 0, Kecamatan Banua Lawas ,00 0,00 0, Kecamatan Kelua ,00 0,00 0, Kecamatan Pugaan ,00 0,00 0, Kecamatan Jaro ,00 0,00 0, Kecamatan Muara Uya ,00 0,00 0, Kecamatan Haruai ,00 0,00 0, Kecamatan Upau ,00 0,00 0, Kecamatan Bintang Ara ,00 0,00 0, Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan , ,00 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 88

97 Daerah B. URUSAN PILIHAN 1. Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura ,00 0,00 0,00 2. Dinas Peternakan dan Perikanan ,00 0,00 0,00 JUMLAH , , ,00 B. Pengelolaan Belanja Daerah Dalam implementasi kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyangkut penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan dihadapkan pada keadaan ekonomi yang masih berpengaruh karena krisis perekonomian yang dirasakan cukup membebani pengeluaran anggaran. Oleh karenanya diperlukan kebijakan Pemerintah Daerah yang dapat mengakomodasi perubahan-perubahan yang berpengaruh sebagai suatu kebutuhan bagi daerah. Pengeluaran belanja daerah dalam tahun anggaran 2016 pengalami peningkatan yang cukup signifikan seiring dengan berkembangnya aspirasi dan tuntutan masyarakat yang memberikan arah dan kebijakan dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Dalam pelaksanaan anggaran 2016 sejalan dengan perkembangan kebutuhan belanja yang semakin meningkat seiring dengan kemajuan perkembangan perekonomian dan pembangunan di Kabupaten Tabalong. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 89

98 Dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat yang semakin berkembang dan pelaksanaan pembangunan daerah yang semakin mendesak maka kiranya tuntutan dan aspirasi masyarakat dapat diakomodasi dan diwujudkan ke dalam program-program dan kegiatankegiatan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dengan melalui adanya perubahan anggaran tahun Namun menyadari adanya kemampuan keuangan daerah yang sangat terbatas dikarenakan adanya kebijakan pemerintah pusat maka tidak semua tuntutan dan aspirasi masyarakat tersebut dapat segera diwujudkan sehingga dalam pengelolaan keuangan daerah diperlukan langkah-langkah kebijakan yang bersifat strategis dengan memperhatikan efisiensi, efektifitas dan ekonomis. Optimalisasi pelaksanaan program-program dan kegiatankegiatan : 1. Optimalisasi pelayanan publik; 2. Mendukung kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 90

99 Tabel 3.4 Pemerintah Kabupaten Tabalong Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2016 (Unaudit) Nomor Urut Uraian Anggaran Setelah Perubahan Realisasi ( % ) 5 BELANJA , ,00 84, BELANJA OPERASI Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial , , , , , , , , , , , ,00 82,53 83,36 80,76 75,77 92,63 72, BELANJA MODAL Belanja Modal tanah Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal Jalan,Irigasi dan Jaringan Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Belanja Modal BLUD Belanja Modal dari Dana BOMM Belanja Modal Aset Lainnya , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 89,07 47,82 77,64 90,47 95,96 93,09 26,90 97,77 94, BELANJA TAK TERDUGA Belanja Tak Terduga , , , ,00 11,58 11, TRANSFER TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah Transfer Bagi Hasil Retribusi Daerah TRANSFER BANTUAN KEUANGAN Transfer Bantuan Keuangan ke Desa Transfer Bantuan Keuangan Lainnya , , , , , , , , , , , , , ,00 99,45 100,00 100,00 100,00 99,43 99,53 74,39 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER , ,00 86,22 Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa total realisasi belanja daerah dan transfer sebesar Rp ,00 dari target anggaran yang tetapkan sebesar Rp ,02 Secara garis besar terjadi penghematan atau saving sebesar Rp ,02 atau dalam perbandingan BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 91

100 relatif realisasi belanja sebesar 86,22% dari target anggaran yang telah ditetapkan. Grafik: 3.6 Belanja Daerah Belanja Daerah (dalam jutaan) anggaran realisasi 0 Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tak Terduga Belanja Transfer 1. Belanja Operasi Realisasi belanja operasi adalah sebesar Rp ,00 dari target anggaran sebesar Rp ,30 atau realisasi belanja operasi sebesar 82,53%. Realisasi belanja operasi apabila diperbandingan terhadap total realisasi belanja adalah sebesar 64,29%. Dalam belanja operasi dibagi dalam beberapa belanja yaitu sebagai berikut : a. Belanja Pegawai Belanja Pegawai ditetapkan sebesar Rp ,82 direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 83,36%. Sedangkan prosentase BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 92

101 realisasi Belanja Pegawai terhadap realisasi total belanja operasi adalah sebesar 59,01%. Realisasi belanja pegawai tahun anggaran 2016 yaitu sebagai berikut : Tabel: Pemerintah Kabupaten Tabalong Realisasi Belanja Pegawai Tahun Anggaran 2016 (Unaudit) NO. Uraian Anggaran Realisasi % 1. Belanja Gaji dan Tunjangan , ,00 89,53 Belanja Tambahan 2. Penghasilan PNS , ,00 74,06 Belanja Penerimaan Lainnya 3. Pimpinan dan Anggota DPRD serta KDH/WKDH , ,00 99,99 4. Belanja Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan ,00 0,00 0,00 5. Belanja Insentif Pemungutan Pajak Daerah , ,00 71,72 6. Belanja Insentif Pemungutan Retribusi Daerah , ,00 64,32 7. Belanja Insentif Pengelolaan/Pemanfaatan Kekayaan Daerah , ,00 52,77 8. Belanja Pegawai BLUD Rumah Sakit , ,00 63,56 9. Belanja Pegawai BLUD Puskesmas , ,00 78,81 JUMLAH , ,00 83,36 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 93

102 b. Belanja Barang dan jasa Belanja Barang dan jasa ini ditetapkan sebesar Rp ,48 direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 80,76%. Sedangkan prosentase realisasi Belanja Barang terhadap realisasi total belanja operasi adalah sebesar 37,01%. Realisasi belanja barang dan jasa tahun anggaran 2016 yaitu sebagai berikut : Tabel: Pemerintah Kabupaten Tabalong Realisasi Belanja Barang dan Jasa Tahun Anggaran 2016 (Unaudit) NO. Uraian Anggaran Realisasi % 1. Belanja Bahan Pakai Habis , ,00 84,02 2. Belanja Bahan/Material , ,00 84,58 3. Belanja jasa Kantor , ,00 81,03 4. Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor , ,00 70,88 5. Belanja Cetak dan Penggandaan , ,00 73,75 6. Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir , ,00 69,78 7. Belanja Sewa Sarana Mobilitas , ,00 64,08 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 94

103 8. Belanja Sewa Alat Berat , ,00 97,60 9. Belanja Sewa Perlengkapan dan peralatan Kantor , ,00 72, Belanja Makanan dan Minuman , ,00 77, Belanja pakaian Dinas dan Atributnya , ,00 78, Belanja Pakaian Kerja , ,00 93, Belanja Pakaian Khusus Hari-hari Tertentu , ,00 90, Belanja Perjalanan Dinas , ,00 76, Belanja Pemeliharaan , ,00 89, Belanja Jasa Konsultasi , ,00 82, Belanja Bea Siswa Pendidikan PNS , ,00 86, Belanja Kursus, Pelatihan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis PNS , ,00 83, Belanja Honorarium PNS , ,00 81, Belanja Honorarium Non PNS , ,00 94, Belanja Uang untuk Diberikan kepada Pihak Ketiga/Masyarakat , ,00 87, Belanja Barang dan Jasa BLUD , ,00 62, Belanja Upah , ,00 93,47 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 95

104 24. Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Non PNS , ,00 87, Belanja Barang dan Jasa dari Dana BOMM , , Belanja Barang dan Jasa Dana Kapitasi JKN , ,00 82, Belanja Honorarium Pengelola Dana BOMM , ,00 98,93 JUMLAH , ,00 87,76 c. Belanja Subsidi Belanja Subsidi ini ditetapkan sebesar Rp ,00 direalisasikan sebesar Rp atau dalam perbandingan relatif sebesar 75,77%. Sedangkan prosentase realisasi Belanja Subsidi terhadap realisasi total belanja operasi adalah sebesar 0,34%. d. Belanja Hibah Belanja Hibah ini ditetapkan sebesar Rp ,00 direalisasikan sebesar Rp atau dalam perbandingan relatif sebesar 92,63%. Sedangkan prosentase realisasi Belanja Hibah terhadap realisasi total belanja operasi adalah sebesar 3,07%. Realisasi belanja hibah tahun anggaran 2016 yaitu sebagai berikut: BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 96

105 Tabel Pemerintah Kabupaten Tabalong Realisasi Belanja Hibah Tahun Anggaran 2016 (Unaudit) NO. Uraian Anggaran Realisasi % 1. Belanja Hibah Kepada Kelompok Masyarakat , ,00 94,26 2. Belanja Hibah kepada Badan/Lembaga/Organisasi , ,00 92,30 3. Belanja Hibah kepada Pihak Ketiga , ,00 88,35 JUMLAH , ,00 92,63 e. Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Sosial ini ditetapkan sebesar Rp ,00 direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 72,28%. Sedangkan prosentase realisasi belanja bantuan sosial terhadap realisasi total belanja operasi adalah sebesar 0,57%. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 97

106 Belanja Operasi (dalam jutaan rupiah) PegawaiBarang subsidi hibah bantuan dan jasa sosial anggaran realisasi 2. Belanja Modal Realisasi belanja modal adalah sebesar Rp ,00 dari target anggaran sebesar Rp ,72 atau realisasi belanja sebesar 89,07%. Realisasi belanja modal apabila diperbandingan terhadap total realisasi belanja adalah sebesar 35,70%. Dalam belanja modal dibagi dalam beberapa belanja yaitu sebagai berikut: a. Belanja Modal Tanah Belanja modal tanah ini direalisasikan sebesar Rp ,00 dari target anggaran sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 47,82%. Sedangkan prosentase realisasi belanja tanah terhadap realisasi total belanja modal adalah sebesar 3,92%. Rincian Realisasi belanja modal tanah tahun anggaran 2016 yaitu sebagai berikut: BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 98

107 Tabel Pemerintah Kabupaten Tabalong Realisasi Belanja Modal Tanah Tahun Anggaran 2016 (Unaudit) NO. Uraian Anggaran Realisasi % 1. Belanja Modal Tanah Pengadaan Tanah untuk Bangunan Gedung , ,00 66,45 2. Belanja Modal Tanah Pengadaan Tanah untuk Bangunan Bukan gedung , ,00 22,94 JUMLAH , ,00 47,82 b. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja peralatan dan mesin ini direalisasikan sebesar Rp ,00 ditetapkan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 77,64%. Sedangkan prosentase realisasi belanja peralatan dan mesin terhadap realisasi total Belanja Modal adalah sebesar 7,74%. Rincian Realisasi belanja modal peralatan dan mesin tahun anggaran 2016 yaitu sebagai berikut : Tabel Pemerintah Kabupaten Tabalong Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin Tahun Anggaran 2016 (Unaudit) NO. Uraian Anggaran Realisasi % 1. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat-alat Bantu , ,00 99,49 2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Angkutan Darat Bermotor 3. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Angkutan Darat Tak Bermotor , ,00 63, , ,00 97,32 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 99

108 4. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Angkut Apung Tak Bermotor , ,00 96,55 5. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Angkut Bermotor Udara , ,00 99,64 6. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Bengkel Bermesin , ,00 99,15 7. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Bengkel Tak Bermesin ,00 0,00 0,00 8. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Ukur , ,00 98,25 9. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Pengolahan , ,00 97, Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Pemeliharaan Tanaman/Alat Penyimpan 11. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Kantor , ,00 92, , ,00 89, Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Rumah Tangga , ,00 92, Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Komputer , ,00 94, Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Meja dan Kursi Kerja/Rapat Pejabat 15. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Studio , ,00 95, , ,00 91, Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Komunikasi , ,00 53, Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Kedokteran , ,00 93, Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Kesehatan ,00 0,00 0, Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Unit-unit Laboratorium , ,00 34, Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Peraga/Praktek Sekolah , ,00 99, Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Proteksi Radiasi/Proteksi Lingkungan ,00 0,00 0, Belanja Modal Peralatan dan Mesin , , BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 100

109 Pengadaan Alat Laboratorium Lingkungan Hidup 23. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Persenjataan Non Senjata Api , , Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Alat Keamanan dan Perlindungan , ,00 92,88 JUMLAH , ,00 77,64 c. Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja gedung dan bangunan ini direalisasikan sebesar Rp ,00 ditetapkan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 90,47%. Sedangkan prosentase realisasi belanja gedung dan bangunan terhadap realisasi total Belanja Modal adalah sebesar 24,85%. Rincian Realisasi belanja modal Gedung dan Bangunan tahun anggaran 2016 yaitu sebagai berikut : Tabel Pemerintah Kabupaten Tabalong Realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan Tahun Anggaran 2016 (Unaudit) NO. Uraian Anggaran Realisasi % 1. Belanja Modal Gedung dan Bangunan Pengadaan Bangunan Gedung Tempat Kerja , ,00 90,37 2. Belanja Modal Gedung dan Bangunan Pengadaan Bangunan Gedung Tempat Tinggal 3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan Pengadaan Bangunan sejarah , ,00 92, , ,00 99,01 4. Belanja Modal Gedung dan Bangunan Pengadaan Bangunan Tugu Peringatan , ,00 96,25 5. Belanja Modal Gedung dan Bangunan , ,00 12,26 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 101

110 Pengadaan Bangunan Tugu Titik Kontrol/Pasti 6. Belanja Modal Gedung dan Bangunan Pengadaan Bangunan Rambu-rambu , ,00 98,67 JUMLAH , ,00 90,47 d. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan jaringan Belanja jalan, irigasi dan jaringan ini direalisasikan sebesar Rp ,00 ditetapkan sebesar Rp ,72 atau dalam perbandingan relatif sebesar 95,96%. Sedangkan prosentase realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan terhadap realisasi total belanja modal adalah sebesar 62,66%. Rincian Realisasi belanja modal jalan, irigasi dan jaringan tahun anggaran 2016 yaitu sebagai berikut : Tabel Pemerintah Kabupaten Tabalong Realisasi Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Tahun Anggaran 2016 (Unaudit) NO. Uraian Anggaran Realisasi % 1. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan , ,00 96,81 Pengadaan Jalan 2. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan , ,00 96,37 Pengadaan Jembatan 3. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan , ,00 88,59 Pengadaan Bangunan Air Irigasi 4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan , ,00 98,72 Pengadaan Bangunan Pengaman Sungai dan Penaguulangan BA 5. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan , ,00 97,44 Pengadaan Air Bersih/Baku 6. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan , ,00 97,86 Pengadaan Bangunan Air Kotor 7. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan ,00 0,00 0,00 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 102

111 Pengadaan Instalasi Air Minum/Air Bersih 8. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan , ,00 95,85 Pengadaan Instalasi AirKotor 9. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan , ,00 88 Pengadaan Instalasi Gardu Listrik 10. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan , ,00 99,50 Pengadaan Instalasi Pengaman 11. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan , ,00 89,36 Pengadaan Jaringan Air Minum 12. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan , ,00 57,04 Pengadaan Jaringan Listrik JUMLAH , ,00 95,96 e. Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Belanja aset tetap lainnya ini direalisasikan sebesar Rp ,00 ditetapkan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 93,09%. Sedangkan prosentase realisasi belanja aset tetap lainnya terhadap realisasi total belanja modal adalah sebesar 0,36%. Rincian Realisasi belanja modal aset tetap lainnya tahun anggaran 2016 yaitu sebagai berikut : Tabel Pemerintah Kabupaten Tabalong Realisasi Belanja Aset Tetap Lainnya Tahun Anggaran 2016 (Unaudit) NO. Uraian Anggaran Realisasi % 1. Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Pengadaan Buku , ,00 94,89 2. Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Pengadaan Terbitan 0,00 0,00 0,00 3. Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Pengadaan Barang-barang Perpustakaan , ,00 86,14 4. Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Pengadaan , ,00 99,04 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 103

112 Barang Bercorak Kebudayaan 5. Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Pengadaan Alat Olah Raga Lainnya , ,00 69,45 6. Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Pengadaan Aset Tetap Renovasi , ,00 99,15 JUMLAH , ,00 93,09 f. Belanja Modal BLUD. Belanja modal BLUD ini direalisasikan sebesar Rp ,00 ditetapkan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 26,90%. Sedangkan prosentase realisasi belanja aset tetap lainnya terhadap realisasi total belanja modal adalah sebesar 0,17%. g. Belanja Modal dari Dana BOMM. Belanja modal dari dana BOMM ini direalisasikan sebesar Rp ,00 ditetapkan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 97,77%. Sedangkan prosentase realisasi belanja aset tetap lainnya terhadap realisasi total belanja modal adalah sebesar 0,09%. h. Belanja Modal Aset Lainnya Belanja modal aset lainnya ini direalisasikan sebesar Rp ,00 ditetapkan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 94,02%. Sedangkan prosentase realisasi belanja aset tetap lainnya terhadap realisasi total belanja modal adalah sebesar 0,21%. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 104

113 3. Belanja Tidak Terduga Belanja tidak terduga ini ditetapkan sebesar Rp ,00 direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 11,58%. Sedangkan prosentase realisasi belanja tidak terduga terhadap realisasi total Belanja adalah sebesar 0,01%. 4. Belanja Transfer Belanja transfer bagi hasil ke Kab/Kota/Desa ini ditetapkan sebesar Rp ,00 direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relatif sebesar 99,45%. Sedangkan prosentase realisasi belanja transfer terhadap realisasi total belanja dan transfer adalah sebesar 13,48%. Dalam Belanja transfer dibagi dalam beberapa yaitu sebagai berikut : 4.1. Transfer Bagi Hasil Pendapatan. a. Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah ditetapkan sebesar Rp ,00 direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relative sebesar 100%. Sedangkan prosentase realisasi belanja transfer Bagi Hasil Pajak Daerah terhadap realisasi Belanja Transfer adalah sebesar 2,76%. b. Transfer Bagi Hasil Retribusi Daerah ditetapkan sebesar Rp ,00 direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relative sebesar 100%. Sedangkan BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 105

114 prosentase realisasi belanja transfer Bagi Hasil Retribusi Daerah terhadap realisasi Belanja Transfer adalah sebesar 0,50% Transfer Bantuan Keuangan. a. Transfer Bantuan Keuangan ke Desa ditetapkan sebesar Rp ,00 direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relative sebesar 99,53%. Sedangkan prosentase realisasi belanja transfer Bagi Bantuan Keuangan terhadap realisasi Belanja Transfer adalah sebesar 96,45%. b. Transfer Bantuan Keuangan Lainnya ditetapkan sebesar Rp ,00 direalisasikan sebesar Rp ,00 atau dalam perbandingan relative sebesar 74,39%. Sedangkan prosentase realisasi belanja transfer Bagi Bantuan Keuangan terhadap realisasi Belanja Transfer adalah sebesar 0,29%. BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 106

115 Realisasi belanja daerah dalam tahun anggaran 2016 sebesar Rp ,00 yang tersebar kedalam beberapa SKPD dan UPTD dengan berbagai macam program dan kegiatan yang secara total di realisasikan sebagai berikut : Tabel Pemerintah Kabupaten Tabalong Realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal Per Urusan dan Per SKPD Tahun Anggaran 2016 (Unaudit) No. Nama SKPD Belanja Operasi URUSAN WAJIB 1. Belanja Modal Dinas Pendidikan , ,00 2. Dinas Kesehatan , ,00 3. RSUD H. Badaruddin dan BLUD , ,00 4. Dinas Pekerjaan Umum , ,00 5. Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pengelolaan Pasar , ,00 6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah , ,00 7. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan , ,00 Informatika 8. Badan Lingkungan hidup daerah , ,00 9. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil , , Badan Pemeberdayaan Perempuan, , ,00 Perlindungan Anak dan KB 11. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja , , Badan Penanaman Modal dan Perizinan , ,00 Terpadu 13. Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan , ,00 Pariwisata 14. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik , , Kantor Satuan Polisi Pamong Praja , , Badan Penaggulangan Bencana Daerah , , Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ,00 0, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah ,00 0, Sekretariat Daerah , , Sekretariat DPRD , , Dinas Pendapatan , ,00 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 107

116 22. Inspektorat , , Kecamatan Tanjung , , Kecamatan Murung Pudak , , Kecamatan Tanta , , Kecamatan Muara Harus , , Kecamatan Banua Lawas , , Kecamatan Kelua , , Kecamatan Pugaan ,00 0, Kecamatan Jaro , , Kecamatan Muara Uya , , Kecamatan Haruai , , Kecamatan Upau , , Kecamatan Bintang Ara ,00 0, Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan , ,00 Daerah 36. Badan Kepegawaian Daerah , , Sekretariat Dewan Pengurus Korpri , , Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan , , Badan Pemberdayaan Masyarakat dan , ,00 Pemerintahan Desa 40. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah , ,00 URUSAN PILIHAN 41. Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura , , Dinas Peternakan dan Perikanan , , Dinas Kehutanan dan Perkebunan , , Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral , , Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi , ,00 dan Usaha Mikro Menengah JUMLAH , ,00 Realisasi belanja daerah dalam tahun anggaran 2016 sebesar Rp ,00 ditambah dengan realisasi belanja tidak terduga dan belanja transfer yang direalisasikan pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah selaku PPKD yaitu sebagai berikut : BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 108

117 Tabel Pemerintah Kabupaten Tabalong Realisasi Belanja Tidak Terduga dan Belanja Transfer Tahun Anggaran 2016 (Unaudit) No. Belanja Tak Terduga Belanja Bagi Hasil Pendapatan Belanja Bantuan Keuangan , , ,00 C. Realisasi Pembiayaan Daerah Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 yang diarahkan atau disusun dengan pendekatan kinerja mengalami perubahan yang cukup mendasar sebagai salah satu reformasi anggaran yang menuju akuntabilitas dan transparansi sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat. Dalam pelaksanaan anggaran tahun 2016 realisasi penerimaan pembiayaan sebesar Rp ,02 dan pengeluaran pembiayaan berjumlah Rp ,00 seperti uraian dibawah ini: Tabel 3.5. Pemerintah Kabupaten Tabalong Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2016 (Unaudit) No. Urut Uraian Anggaran Setelah Perubahan Realisasi ( % ) 7 PEMBIAYAAN , ,02 100, PENERIMAAN PEMBIAYAAN Penggunaan SiLPA Penerimaan Bagian Laba dan Penyertaan Modal , ,02 0, , ,02 0,00 100,00 100,00 0, PENGELUARAN PEMBIAYAAN Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang , , , ,00 0, ,00 20,77 0,00 93,17 PEMBIAYAAN NETTO , ,02 113,37 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 109

118 BAB IV PENUTUP Laporan Kinerja (LKj) menggambarkan penekanan pada manajemen pembangunan berbasis kinerja dan perbaikan pelayanan publik, dimana setiap organisasi pemerintah melakukan pengukuran dan pelaporan atas kinerja institusi dengan menggunakan indikator yang jelas dan terukur. Bagi organisasi pemerintah daerah, LKj menjadi bagian dari upaya pertanggungjawaban dan mendorong akuntabilitas publik. Sementara bagi publik sendiri, LKj akan menjadi ukuran akan penilaian dan juga keterlibatan publik untuk menilai kualitas kinerja pelayanan dan mendorong tata kelola pemerintahan yang baik. Dapat disimpulkan bahwa secara umum Pemerintah Kabupaten Tabalong telah memperlihatkan pencapaian kinerja atas sasaran strategisnya. Dengan capaian indikator sasaran terhadap target yang telah ditetapkan diatas, maka hasil analisis terhadap 16 (enam belas) sasaran dengan 24 (dua puluh empat) indikator sasaran, diketahui bahwa 17 indikator sasaran atau 70,83% sangat memuaskan, 3 indikator sasaran atau 12,5% memuaskan, 1 indikator sasaran atau 4,16% sangat baik, 1 indikator sasaran atau 4,16% cukup, 2 indikator sasaran atau 8,33% belum dapat dihitung/belum ada data/ tidak ada data/ belum rilis yakni Opini BPK terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah, karena belum ada rilis resmi dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia; dan persentase jumlah desa mandiri yang memang tidak dilaksanakan. Untuk akuntabilitas keuangan dapat dilakukan penjelasan antara lain Belanja BAB IV PENUTUP 110

119 Pegawai pada tahun 2016 direalisasikan dalam perbandingan relatif sebesar 83,36%. Sedangkan pada tahun 2015 sebesar 84,25% atau terjadi penurunan sebesar 0,99%. Beberapa saran solusi dalam rangka upaya perbaikan terhadap pelaporan kinerja ditahun-tahun mendatang adalah perlunya melakukan review terhadap dokumen perencanaan, baik dari sisi substansi sasaran dan indikator kinerjanya; merencanakan formulasi pengukuran yang baru; dan menentukan indikator sasaran yang measurable / dapat diukur. Akhirnya, secara umum dapat disimpulkan bahwa pencapaian target terhadap beberapa indikator yang dicantumkan khususnya untuk Tahun Anggaran 2016 dapat dipenuhi sesuai dengan harapan namun demikian segala kekurangan dan ketidaksempurnaan tentunya harus menjadi motivasi untuk lebih baik lagi di esok hari. BAB IV PENUTUP 111

120 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

121 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

122 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

123 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

124 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

125 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

126 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

127 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

128 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

129 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

130 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

131 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

132 PENGHARGAAN WAJAR TANPA PENGECUALIAN (WTP) PENGHARGAAN SADAR HAM LAMPIRAN

133 PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA (WTN) PENGHARGAAN ANUGERAH PANGRIPTA NUSANTARA LAMPIRAN

134 PENGHARGAAN BAKTI KOPERASI NASIONAL PENGHARGAAN ADIPURA BUANA LAMPIRAN

135 PENGHARGAAN MANGGALA KARYA KENCANA PENGHARGAAN ADITYA KARYA MAHATVA YODHA LAMPIRAN

136 PENGHARGAAN DWIJA PRAJA NUGRAHA, DARI PGRI PUSAT PENGHARGAAN PERPUSERU AWARD (COCA COLA FOUNDATION) LAMPIRAN

137 PENGHARGAAN KAWASTARA PAWITRA CAPAIAN TERTINGGI STANDAR PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DARI KEMENTERIAN KEUANGAN RI LAMPIRAN

138 PENGHARGAAN LAPORAN KINERJA (LKJIP) 2016 LAMPIRAN

139 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

140 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

141 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

142 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

143 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

144 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

145 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

146 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

147 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

148 LAMPIRAN LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG 2016

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab. A. Latar Belakang

Pendahuluan. Bab. A. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1 Bab 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Sanggau sebagai salah satu penyelenggara pemerintahan di daerah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. waktu. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun merupakan laporan Tahun pertama dari pelaksanaan Peraturan

KATA PENGANTAR. waktu. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun merupakan laporan Tahun pertama dari pelaksanaan Peraturan KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah- Nya, maka tugas penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Kota Tangerang Tahun 2012 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan kepada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ponorogo, Maret 2016 BUPATI PONOROGO. Drs. H. IPONG MUCHLISSONI

KATA PENGANTAR. Ponorogo, Maret 2016 BUPATI PONOROGO. Drs. H. IPONG MUCHLISSONI KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terlaksananya semua tugas-tugas Instansi Pemerintah se - Kabupaten Ponorogo, serta terselesaikannya penyusunan Laporan Kinerja

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 8-2003 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 89, 2007 OTONOMI. PEMERINTAHAN. PEMERINTAHAN DAERAH. Perangkat Daerah. Organisasi.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

2016, No Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republ

2016, No Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republ BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2079, 2016 KEMENDAGRI. Perangkat Daerah. Prov-DKI Jakarta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

A. PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN

A. PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 1. Latar Belakang Dengan adanya Peraturan Presiden RI Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Page 1 of 9 NO.14.2003 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemerintah Daerah Provinsi. Kabupaten. Kota. Desentralisasi. Dekosentralisasi. Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. (Penjelasan

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN WAJO.

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN WAJO. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN WAJO. Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah Kabupaten Wajo berkantor dijalan Kejaksaan Nomor 5 B Sengkang, Nomor Telpon (0485) 21021 dan Nomor Fax (0485)

Lebih terperinci

BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 68 ayat

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA SELATAN NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 68 ayat

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan

Lebih terperinci

BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TABALONG NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN TABALONG

BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TABALONG NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN TABALONG SALINAN BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TABALONG NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN TABALONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA 2.1 RPJMD Tahun 2008-2013 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 68 ayat

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG. 2. Indeks Pembangunan Gender = 1/3 [ (Xede(1) + Xede(2) + Iinc-dis)]

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG. 2. Indeks Pembangunan Gender = 1/3 [ (Xede(1) + Xede(2) + Iinc-dis)] INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG A). VISI : Jombang Sejahtera Untuk Semua B). MISI 1. Meningkatkan Kualitas Kehidupan Sosial dan Beragama. 2. Mewujudkan Layanan Dasar Yang Terjangkau.

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V VISI, MISI,, DAN SASARAN 5.1 VISI Visi dalam RPJMD merupakan visi Bupati/Wakil Bupati terpilih, sebagaimana yang telah disampaikan pada saat penyampaian visi dan misi calon Bupati/Wakil Bupati di

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Provinsi Kalimatan Tengah merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja selama tahun 2015 yang memuat realisasi kinerja dan capaian kinerja

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

Biro Bina Sosial, Sekretariat Daerah Propinsi Sumatera Barat

Biro Bina Sosial, Sekretariat Daerah Propinsi Sumatera Barat BAB VI INDIKATOR KINERJA BIRO BINA SOSIAL YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD 6.1. TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 2015, telah ditetapkan Visi Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH. KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Magelang Tahun 2014 dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

Kata Pengantar menuju Bintan yang maju, sejahtera dan berbudaya

Kata Pengantar menuju Bintan yang maju, sejahtera dan berbudaya Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-nya yang tidak terhingga bagi bangsa dan negara tercinta ini, sehingga kita dapat selalu berikhtiar untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Lombok Utara tentang

Lebih terperinci

BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI. Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan Medan Denai terbentuk

BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI. Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan Medan Denai terbentuk BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI A. Sejarah Singkat Kantor Camat Medan Denai Berdasarkan PP. 35 tahun 1992 tanggal 13 Juli 1992 dan diresmikan Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pangkalpinang, Maret 2015 KEPALA BAPPEDA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

KATA PENGANTAR. Pangkalpinang, Maret 2015 KEPALA BAPPEDA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2015 selesai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 232

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2004 SERI D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( LKIP ) TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( LKIP ) TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI ( LKIP ) 2016 INSPEKTORAT KOTA MOJOKERTO KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan Rahmat dan Hidayah-Nya semata akhirnya Laporan Kinerja

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2014 PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 15.A TAHUN 2012

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2014 PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 15.A TAHUN 2012 BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2014 PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 15.A TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2011

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Visi Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Visi tersebut harus bersifat dapat dibayangkan (imaginable), diinginkan oleh

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang

Lebih terperinci

Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius

Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Dan Sasaran Kabupaten Ponorogo Taget Sasaran Sasaran Target KET. 2016 2017 2018 2019 2020 Membentuk budaya keteladanan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sumedang Tahun 2016 i

KATA PENGANTAR. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sumedang Tahun 2016 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas semua limpahan rahmat dan hidayah-nya, sehingga Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sumedang Tahun 2016 dapat diselesaikan,

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo VISI : PONOROGO LEBIH MAJU, BERBUDAYA DAN RELIGIUS MISI I : Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna mengembangkan manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 68 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 8 TAHUN 2016 Tanggal : 30 December 2016 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2017 KODE TIDAK

Lebih terperinci

Tabel 4.3. Prioritas Pembangunan, Program, Indikator dan Target Kinerja SKPD Tahun 2016

Tabel 4.3. Prioritas Pembangunan, Program, Indikator dan Target Kinerja SKPD Tahun 2016 Tabel 4.3. Prioritas Pembangunan, Program, Indikator dan Target Kinerja SKPD Tahun 2016 No. Prioritas Pembangunan Program/Pembangunan Indikator Kinerja Target SATUAN AWAL 2014 2015 2016 2017 2018 1 Percepatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR : TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR : TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR - 1 - BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR : TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN 07 BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Dalam perspektif yang luas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah mempunyai fungsi sebagai media / wahana

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM ORGANISASI BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM ORGANISASI Struktur organisasi, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUNAN. Sekretariat Daerah Kota Malang 2015 TAHUN BAGIAN ORGANISASI

LAPORAN KINERJA TAHUNAN. Sekretariat Daerah Kota Malang 2015 TAHUN BAGIAN ORGANISASI LAPORAN KINERJA TAHUNAN Sekretariat Daerah Kota Malang 2015 TAHUN BAGIAN ORGANISASI KATA PENGANTAR Puji syukur patut kiranya kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan

Lebih terperinci

Terwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera

Terwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera BAB - V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi Misi Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan rangkaian kegiatan pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.130,2016 Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAH DAERAH. ORGANISASI. TATA LAKSANA. Kedudukan. Susunan Organisasi. Tugas. Fungsi. Tata

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH DAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, semakin membuka kesempatan yang cukup luas bagi daerah untuk mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab,

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep Tabel 6.1 Strategi dan Kabupaten Sumenep 2016-2021 Visi : Sumenep Makin Sejahtera dengan Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional Tujuan Sasaran Strategi Misi I :

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA DAN STAF AHLI BUPATI

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA DAN STAF AHLI BUPATI PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA DAN STAF AHLI BUPATI BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas managerial dalam lingkungan organisasi yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pada tiap

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI LANDAK, : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 14, 2003 PEMERINTAH DAERAH. Pemerintahan Daerah. Provinsi. Kabupaten. Kota. Desentralisasi. Dekosentrasi. Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN 2009

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN 2009 GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa penyusunan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam perspektif yang luas Laporan Kinerja Pemerintah mempunyai fungsi sebagai media/wahana pertanggungjawaban kepada publik atas penyelenggaran Pemerintahan. Untuk

Lebih terperinci

Walikota dan Wakil Walikota Samarinda. Periode

Walikota dan Wakil Walikota Samarinda. Periode VISI, MISI dan AGENDA PRIORITAS Walikota dan Wakil Walikota Samarinda Periode 2016-2021 1 INDIKATOR MAKRO KOTA SAMARINDA TARGET TAHAP 3 RPJPD KOTA SAMARINDA 2005-2025 PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS KOTA

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA.

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA. Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kabupaten Tana Toraja berkantor dijalan Pongtiku Nomor 120 (0423) 22114

Lebih terperinci