PROSES BERPIKIR. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Psikologi Umum II Yang dibina oleh Bapak Dr. Sudjiono, S. Pd., M. Si.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSES BERPIKIR. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Psikologi Umum II Yang dibina oleh Bapak Dr. Sudjiono, S. Pd., M. Si."

Transkripsi

1 PROSES BERPIKIR MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Psikologi Umum II Yang dibina oleh Bapak Dr. Sudjiono, S. Pd., M. Si. Oleh Kelompok 8 Offering A: Ali Ridho ( ) Anwar Kirom ( ) Fariska Triandani ( ) Feni Oktaria ( ) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI Februari 2016

2 Daftar Isi Daftar Isi... i 1. Pendahuluan Pembahasan Definisi dan Proses Berpikir Macam-macam Berpikir Teori Perkembangan Berpikir Berpikir Kritis, Kreatif, Ilmiah dan Metakognisi Penutup Kesimpulan Saran Rujukan i

3 1. Pendahuluan Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Akan tetapi karena jiwa itu sendiri merupakan sesuatu hal yang tabu (abstrak), banyak para ahli psikologi mengartikan psikologi sebagai ilmu untuk mempelajari tingkah laku manusia. Kemudian ada juga yang menambahkan, tingkah laku dalam hubungannya dengan lingkungan (psikologi sosial), tingkah laku yang tampak saja (behavioristik), menitikberatkan alam bawah sadar (psikoanalisis), memfokuskan bagaimana kognisi bekerja (kognitif), dan ada yang memperhatikan hakikat dari manusia atau memanusiakan manusia (humanistik) sertaada juga yang lainnya. Akhirnya kesemuanya itu menjadi aliran-aliran dalam psikologi yang muncul seiring waktu berjalan, yang kadang saling menguatkan, akan tetapi lebih sering mengkritik pandangan dari aliran sebelumnya. Salah satu yang menjadi pandangan dalam psikologi adalah memfokuskan ke dalam aktivitas mental. Dalam aktivitas mental biasanya berisi tentang kognisi dan afeksi. Dan dalam kognisi akan dikaitkan dengan proses berpikir. Oleh karenanya berpikir merupakan salah satu dari banyak aktivitas mental. Salah satu perkataan yang sering terdengar ketika membahas mengenai berpikir adalah Cogito Ergo Sum (Aku berpikir maka aku ada) dari filsuf perancis Rene Descartes. Dari perkataan filsuf ini menunjukkan bahwa berpikir memang suatu aktivitas yang sering dilakukan manusia, bahkan menyangkut keberadaan manusia itu. Contoh yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan aktivitas berpikir, seperti: ketika memutuskan barang mana yang harus dibeli, ketika merencanakan apa yang dilakukan besok, menulis makalah, dan banyak lagi yang lainnya. Pada kesempatan ini, kami akan mengurai berkenaan dengan berpikir, mulai dari definisnya, prosesnya, macam-macam, teori-teori para ahli tentang berpikir, perkembangan berpikir, hingga pada berpikir kreatif dan meta kognisi. Dengan adanya tulisan ini diharapkan pembaca dapat, minimal mengetahui bagaimana definisi berpikir, prosesnya, hingga dapat memahami berpikir kreatif dan meta kognisi, terlebih lagi dapat mengaplikasikannya. 2. Pembahasan 2.1 Definisi dan Proses Berpikir Berpikir erat kaitannya dengan akal. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan berpikir sebagai kegiatan menggunakan akal untuk menimbang dan memutuskan, menimbang untuk mengingat sesuatu. Berpikir merupakan satu dari banyak aktivitas mental yang melibatkan kerja otak. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau 1

4 membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, menimbang dan memutuskan (Sobur, 2003). Jadi dapat dikatakan bahwa berpikir adalah memproses suatu informasi yang telah diterima. Proses itu dapat berupa membandingkan, menggolongkan, memilah, menghubungkan, menafsirkan, menimbang, dan juga memutuskan. Ada juga yang mengatakan bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan untuk memahami, mengetahui, dan memperoleh pengetahuan (informasi). Selain berkaitan dengan akal karena akal disebut-sebut sebagai pikiran, berpikir juga berkaitan dengan masalah. Jika tidak ada masalah maka manusia tidak akan berpikir. Dan dalam kehidupan ini, masalah adalah suatu kepastian. Proses penyelesaian masalah itulah yang disebut dengan proses berpikir (Ahmadi, 2009). Dalam proses berpikir biasanya akan timbul suatu pertanyaan apa masalahnya, bagaimana pemecahannya, apa tujuan memecahkan masalah dan faktor apa saja yang dapat membantu memecahkan masalah. Oleh karena itu, dalam berpikir sering timbul pertanyaan 5 W 1 H (what, when, where, who, why, dan how). Sehingga jika berpikir selalu melibatkan suatu masalah, maka proses berpikir dalam menyelesaikan masalah seharusnya ada beberapa hal di bawah ini (Ahmadi, 2009): - Ada minat untuk menyelesaikan masalah - Memahami tujuan pemecahan masalah - Mencari kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah - Menentukan kemungkinan mana yang digunakan - Melaksanakan kemungkinan yang dipilih untuk memecahkan masalah Akan tetapi secara umum, proses berpikir akan menimbulkan kegiatan-kegiatan jiwa berupa membentuk pengertian, membentuk pendapat, dan membentuk kesimpulan (Ahmadi, 2009). A. Membentuk pengertian Pengertian merupakan hasil proses berpikir yang merupakan rangkuman sifat-sifat pokok (ciri khas) dari suatu barang atau kenyataan yang dinyatakan dalam suatu perkataan. Dengan medapatkan suatu pengertian, kita akan dapat membedakan atau menyamakan satu entitas dengan entitas yang lain. Dan dengan mendapatkan suatu perbedaan atau menyamakan kita akan mendapatkan pengertian baru yang lebih konkret. Ada dua macam pengertian, empiris dan logis. Pengertian empiris merupakan pengertian yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari, sehingga hampir tidak ada proses berpikir. Pengertian empiris dibentuk berdasarkan pengalaman dan pengamatan secara berulang. Sedangkan pengertian logis atau ilmiah merupakan pengertian yang diperoleh dari aktivitas berpikir secara sadar dan disengaja untuk memahami sesuatu. Pembentukan pengertian logis 2

5 melalui 4 proses, yaitu proses analisis, proses komparasi, proses abstraksi, dan proses kombinasi. - Proses analisis yaitu menguraikan unsur-unsur atau ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis. - Proses komparasi yaitu membandingkan unsur-unsur yang telah dianalisis. Sehingga didapatkan unsur yang sama, unsur yang bersifat umum, dan unsur yang bersifat tambahan. - Proses abstraksi yaitu mengurangkan atau menyisihkan sifat-sifat yang tambahan dari sifat-sifat yang umum, sehingga yang ada hanya sifat-sifat umum saja. - Proses kombinasi yaitu sifat-sifat umum yang bersamaan kita rangkum kemudian kita tetapkan menjadi definisi. B. Membentuk pendapat Pendapat merupakan hasil prose berpikir dengan meletakkan hubungan antara tanggapan yang satu dengan lain, antara pengertian yang satu dengan yang lain, yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Proses pembentukan pendapat dimulai dari menyadari adanya pengertian, karena tanpa pengertian tidak akan ada pendapat. C. Membentuk kesimpulan Kesimpulan merupakan suatu pendapat baru yang dibentuk dari pendapat-pendapat lain yang sudah ada. Cara-cara mengambil keputusan atau kesimpulan ada tiga macam yaitu deduktif, induktif, dan analogi. a. Kesimpulan Deduktif Deduksi merupakan proses berpikir yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju peroposisi yang baru sebagai sutau kesimpulan (Keraf dalam Sobur, 2003). Proses berpikir deduktif berlangsung dari umum ke yang khusus. Dari teori, prinsip, yang bersifat umum, kemudian diterapkan pada fenomena yang khusus untuk mendapatkan kesimpulan khusus yang berlaku untuk fenomena tersebut (Sobur, 2003). Sehingga kesimpulan deduktif merupakan suatu kesimpulan yang diambil dengan cara berpikir dari yang umum ke yang khusus. Contoh kesimpulan deduktif yaitu: Semua Mahasiswa Psikologi UM cerdas-cerdas (umum atau premis mayor) Rizal Mahasiswa Psikologi UM (khusus atau premis minor) Jadi, Rizal cerdas (kesimpulan khusus dari yang umum/deduksi) Contoh di atas dalam logika disebut dengan silogisme. Kesimpulan deduktif dapat diambil hanya jika kedua premis memliki unsur yang sama, atau dalam contoh di atas adalah mahasiswa psikologi UM. Akan tetapi walaupun begitu, terdapat juga silogisme semu yang 3

6 kebenarannya tidak bisa diterima. Silogisme semu ini menjadi kekurangan dalam pengambilan keputusan atau penarikan kesimpulan dengan cara deduktif. Kebenarannya tidak bisa diterima karena tidak semua premis (mayor dan minor) itu benar, disebut kesalah material. Dan terkadang salah dalam pengampilan kesimpulan dengan bertolak kepada premis mayor dan minor, disbeut kesalah formal. Contoh silogisme semu: Manusia bernapas dengan paru-paru (mayor) Kerbau bernapas dengan paru-paru (minor) Kerbau adalah manusia (silogisme semu) Ini merupakan kesalah formal karena kerbau bukanlah manusia. Sedangkan contoh kesalahan material adalah: Mahasiswa yang rajin masuk kuliah akan mendapat nilai bagus (mayor) Rizal mahasiswa yang rajin masuk kuliah (minor) Rizal akan mendapatkan nilai yang bagus (konklusi) Pengambilan kesimpulan ini merupakan bentuk kesalahan material. Kesalahan terdapat pada premis mayor, karena mahasiswa yang rajin belum tentu dapat nilai bagus. Bisa jadi memang rajin, kalau tidak pernah kerja tugas, tidak pernah memperhatikan, tidak pernah jwab ujian, maka nilainya akan jelek. b. Kesimpulan Induktif Induksi merupakan proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menentukan suatu kesimpulan umum. Jadi cara berpikir induksi yaitu menarik kesimpulan yang umum dari yang khusus. Sehingga kesimpulan induktif merupakan kesimpulan yang diambil dari cara berpikir dari yang khusus ke yang umum. Datanya merupakan fenomena sekitar. Dasarnya adalah observasi. Proses berpikirnya adalah sintesis. Dan tingkatan berpikirnya adalah induktif. Contoh berpikir induktif adalah sebagai berikut: Universitas Negeri Ngalam memiliki 8 fakultas, Psikologi, Sastra, Ekonomi, MIPA, Tekhnik, Ilmu Keolahragaan, Ilmu Sosial, dan Ilmu Pendidikan. Fakultas Psikologi terakreditasi baik. FE terakreditasi baik. FS terakreditasi baik. FMIPA terakreditasi baik. FIK terakreditasi baik. FIS terakreditasi baik. FIP terakreditasi baik. Dan FT juga terakreditasi baik. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Universitas Negeri Ngalam terakreditasi baik Cara bepikir inilah yang disebut berpikir induktif. Semakin representatif sampel yang diambil maka kesimpulan akan semakin baik atau mendekati kebedaran. Akan tetapi sebaliknya jika sampel tidak representatif atau kurang, maka kesimpulan malah diragukan. 4

7 Kekurangan berpikir seperti ini, terkadang sampel yang diambil tidak dapat menjadi ukuran sesuatu yang umum. c. Kesimpulan Analogi Jika deduktif merupakan dari umum ke khusus dan induktif merupakan dari khusus ke umum, maka kesimpulan analogi merupakan pendapat khusus dari yang khusus. Dengan kata lain kesimpulan analaogimerupakan kesimpulan yang diambil dari pendapat yang khusus dengan membandingkan situasi. Analogi diambil dari pendapat khusus dengan memanfaatkan situasinya yang sama. Contohnya, hari kemarin Anton terlambat ke sekolah karena hujan. Kemudian di hari selanjutnya, juga turun hujan dan Anton terlambat juga. Sehingga dari sini orang akan memanfaatkan keadaan yang sama yaitu hujan sebagai alasan kesimpulan bahwa Anton akan terlambat ke sekolah lagi. Kesimpulan analogi ini memang cenderung menggeneralisasikan atau menyamaratakan. Sehingga tidak salah jika kesimpulan ini sering dianggap tidak logis dan kebenarannya kurang dapat diterima. 2.2 Macam-macam Berpikir Rakhmat (dalam Sobur, 2003) menuliskan ada dua macam berpikir, bepikir autistik dan berpikir realistik. Bepikir autistik lebih mengarah pada cara berpikir yang imajinatif, fantasi, dan bahkan dapat dikatakan jauh dari kehidupan nyata. Sedangkan berpikir realistik merupakan arti sebaliknya dari berpikir autistik, yaitu sesuai dengan kehidupan nyata. Kemudian, Ruch seperti yang dikutip Rakhmat (dalam Sobur, 2003) membagi berpikir realistik menjadi tiga macam yaitu berpikir deduktif, induktif, dan evaluatif. Untuk deduktif dan induktif telah dijelaskan pada cara pembentukan kesimpulan. Sedangkan berpikir evaluatif yaitu berpikir kritis, menilai baik dan buruknya, tepat atau tidak tepatnya. Dalam berpikir ini, tidak menambah dan mengurangi gagasan akan tetapi menilai menurut kriteria tertentu (Rakhmat dalam Sobur, 2003). Selain berpikir autistik dan realistik, juga ada yang menambahkan berpikir alamiah dan ilmiah. Berpikir alamiah merupakan pola berpikir yang alami, kebiasaan yang sudah diketahui umum. Contoh berpikir alamiah seperti: gula rasanya manis, garam rasanya asin, api itu panas, dan lain-lain. Sedangkan berpikir yang ilmiah adalah berpikir yang secara runtut, cermat, dan berdasarkan data atau informasi yang teruji kebenaraannya. Contoh berpikir ilmiah seperti ketika menyimpulkan sesuatu dengan merujuk kepada data. Selain yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa macam berpikir, yaitu: 5

8 - Berpikir dari pengalaman yaitu dengan menghimpun berbagai pengalaman untuk pemecahan masalah. - Berpikir representatif yaitu dengan mengingat sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lainuntuk pemecahan suatu masalah. - Berpikir kreatif yaitu berpikir yang dapat menghasilkan sesuatu yang baru. - Berpikir produktif yaitu berpikir untuk menghasilkan sasuatu yang bermanfaat. - Berpikir rasional yaitu berpikir logis, berdasarkan fakta-fakta yang ada. - Berpikir konvergen (vertikal) yaitu berpikir tradisional dan generatif yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang relevan. - Berpikir divergen (lateral) yaitu berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat. - Berpikir pendek yaitu berpikir dangkal, terburu-buru, tidak ilmiah, tidak logis. 2.3 Teori Perkembangan Berpikir Karena berpikir merupakan salah satu dari kajian kognisi, maka teori yang sering didengar berkenaan dengan perkembangan kognitif adalah teori Jean Piager. Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan mengiterprestasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri ciri dan fungsi dari objek objek, seperti mainan, perabot dan makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orang tua, teman. Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objekobjek atau peristiwa-peristiwa, dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi walaupun proses berfikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasikan oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga berperan aktif dalam menginterprestasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya. 6

9 Piaget memiliki pendapat bahwa ada 4 tahapan dalam perkembangan kognitif (Santrock: 2012), yaitu: A. Tahap Sensorimotor (dari lahir sampai usia 2 tahun) Menurut Piaget, perilaku bayi yang baru lahir merupakan refleks tanggapan yang dibangun secara biologis terhadap rangsangan tertentu (misalnya, mengisap jari). Tapi dalam bulan kedua, bayi mulai menunjukkan perilaku yang m77ereka ulang terus menerus, yang mencerminkan perkembangan persepsi dan skema berbasis perilaku yang disebut tahap sensorimotor. Awalnya perilaku ini berfokus pada tubuh mereka sendiri secara eksklusif (misalnya, mereka mungkin berulang kali menempatkan jari tertentu dalam mulut mereka), tapi akhirnya perilaku mereka melibatkan objek di sekitarnya juga. Piaget mengatakan bahwa pada sebagian besar tahun pertama perilakunya bersifat spontan dan tidak terencana. B. Tahap Praoperasional (umur 2 sampai umur 6 atau 7) Kemampuan untuk menggambarkan benda-benda dan peristiwa secara mental (pemikiran simbolik) memberikan pandangan yang luas tentang dunia pada anak-anak. Salah satu sumber simbol utama pada tahap ini adalah bahasa. Kosakata yang meningkat memberikan skema yang baru yang berfungsi sebagai simbol yang memungkinkan anak-anak untuk berpikir tentang objek dan peristiwa di waktu yang berbeda dan di tempat yang jauh. Selain itu, bahasa memungkinkan anak-anak untuk mengkomunikasikan pikiran mereka dan menerima informasi dari orang lain. C. Tahap Operasional Konkrit (usia 6 atau 7 sampai usia 11 atau 12) Ketika anak-anak pindah ke tahap operasi konkret, proses berpikir mereka mulai mengambil bentuk operasi logis yang memungkinkan mereka untuk mengintegrasikan berbagai kualitas dan perspektif suatu obyek atau kejadian. Pemikiran operasional tersebut memungkinkan sejumlah kemampuan yang lebih maju. Misalnya, anak-anak sekarang menyadari bahwa sudut pandang dan perasaan mereka sendiri belum tentu dimiliki oleh orang lain dan mungkin mencerminkan pendapat pribadi. Mereka dapat menerapkan operasi logis mereka hanya untuk hal yang bersifat konkrit, objek dan peristiwa yang dapat diamati itulah sebabnya disebut operasional konkret. D. Tahap Operasional Formal (umur 11 atau 12 sampai masa dewasa) Pada sekitar pubertas, anak memasuki tahap operasi formal. Pada titik ini, mereka menjadi mampu berpikir dan membuat penalaran tentang hal-hal yang memiliki dasar dalam realitas fisik, konsep-konsep abstrak, ide hipotetis, pernyataan yang bertentangan dengan fakta, dan sebagainya. Misalnya, mereka menjadi mampu melihat makna yang mendasari peribahasa seperti Bagai kacang lupa kulitnya atau habis manis sepah dibuang. Selain itu 7

10 mereka menjadi lebih mampu memahami konsep-konsep abstrak matematika, ilmu pengetahuan, dan ilmu-ilmu sosial. 2.4 Berpikir Kritis, Kreatif, Ilmiah dan Metakognisi Santrock (2012) menyebtukan bahwa ada tiga aspek penting dalam berpikir, yaitu kritis, kreatif, dan ilmiah. Berpikir kritis merupakan kegiatan berpikir yang reflektif, produktif, dan mengevaluasi fakta. Dan yang menjadi aspek penting dalam berpikir kritis adalah penuh perhatian (mindfulness). Penuh perhatian diartika sebagai sikap waspada, penuh perhatian,, dan fleksibel secara kognisi dalam menjalani tugas sehari-hari. Berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk berpikir dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa, serta untuk menemukan solusi yang unik terhadap masalah yang dihadapi. Dengan demikian kreativitas berbeda dengan intelegensi. Intelegensi lebih mengarah pada berpikir konvergensi, yaitu cara berpikir yang menghasilkan sebuah jawaban yang tepat dan ditandai dengan jenis berpikir yang dapat diukur dengan tes intelegensi. Sebagai contoh adalah pertanyaan; berapa banyak uang lima ribuan yang anda dapat jika ditukar dengan uang lima ratusan sebanyak dua ratus?. Sedangkan berpikir kreatif lebih mengarah kepada cara berpikir divergensi, yaitu cara berpikir yang menghasilkan berbaga jawaban terhadap suatu pertanyaan yang sama dan ditandai dengan adanya kreativitas. Contoh, apa gunanya bulpen selain untuk menulis? Dan pertanyaan yang tidak menuntut untuk dijawab dengan tepat lain yang dapat mengukur seberapa kreatif individu. Berpikir ilmiah, sebagai mana yang telah dijelaskan sebelumnya, berpikir ilmiah merupakan cara berpikir yang dilandasakan dengan ilmu pengetahuan, teori-teori, atau faktafakta yang dapat diuji kebenarannya. Ketiga cara bepikir ini (kritis, kreatif, dan ilmiah) sangat penting dalam dunia pendidikan. Berpikir kritis digunakan untuk menanggapi isu-isu terkini, menganalisis, mengaitkan, hingga menyimpulkan. Sehingga informasi yang ada tidak ditelan mentah-mentah. Sedangkan berpikir kreatif sangat diperlukan dalam pemecahan masalah, menghasil suatu inovasi-inovasi dalam ilmu pengetahun. Sedangkan berpikir ilmiah sangat diperlukan untuk mempertanggungjawabkan pendapat, menguji kebenaran. Kemudian metakognisi merupakan suatu kemampuan untuk melihat pada diri sendiri sehingga apa yang dilakukan dapat dikontrol dengan optimal. Ketika seseorang dapat mengaktifkan metakognisi, maka kemampuan untuk memecahkan masalah akan tinggi. Sebab ketika ia mengerjakan suatu hal, ia memikirkan sebab, alasan, dan akibat ia mengerjakan suatu hal itu. Sehingga metakognisi merupakan suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja serta bagaimana mengaturnya. 8

11 Beberapa strategi untuk meningkatkan kemampuan metakognisi individu, antara lain: - Identifikasi diri yaitu dengan mengetahui apa yang aku bisa dan apa yang tidak aku bisa. - Regulasi diri yaitu pengaturan diri melalui perencanaan, penjadwalan kegiatan. - Monitoring dan evaluasi yaitu mengawasi kegiatan yang telah dijadwalkan, memegang erat apa yang telah dijadwalkan, dan mengevaluasi, menambah atau mengurangi kegiatan, menilai, dan mnimbang baik buruknya. 3. Penutup 3.1 Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan, sebagai berikut: a. Berpikir merupakan kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, menimbang, dan memutuskan. b. Dalam proses berpikir akan menimbulkan kegiatan jiwa berupa membentuk pengertian, membentuk pendapat, dan membuat kesimpulan. c. Cara pengambilan kesimpulan ada tiga yaitu: deduktif, induktif, dan analogi. d. Macam-macam berpikir: berpikir autistik, berpikir realistik, berpikir alamiah, berpikir ilmiah, berpikir dari pengalaman, berpikir representatif, berpikir kreatif, berpikir pendek, berpikir produktif, berpikir konvergen, berpikir divergen, dan berpikir rasional. e. Teori perkembangan kognitif piaget: sensori-motorik, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. f. Berpikir kritis yaitu berpikir yang mengevaluasi, mewaspadai, reflektif, dan produktif. g. Berpikir kreatif merupakan cara berpikir yang tidak biasa, dengan cara-cara yang baru, dan dapat menemukan pemecahan masalah dengan cara-cara yang unik. h. Berpikir ilmiah merupakan cara berpikir dengan dilandasi ilmu pengetahuna, teori, dan fakta yang teruji kebenarannya. i. Metakognisi merupakan kemampuan untuk melihat kognisi diri sendiri. Strategi meningkatkannya dengan self identity, self regulation, self monitoring, dan self evaluation. 9

12 3.2 Saran Saran yang dapat penulis ajukan adalah, a. Bagi pendidik, selain memperhatikan peserta didik untuk mengetahui definis, proses, dan teori tetang berpikir, juga memperhatikan aplikasinya dalam kehidupan seharihari, terlebih berkenaan dengan metakognisi. b. Bagi peserta didik, untuk dapat memahami dengan benar tentang materi berpikir, sehingga mampu mengaplikasikannya di kehidupan nyata. Rujukan Ahmadi, Abu Psikologi Umum Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Sobur, Alex Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia. Santrock, John W Perkembangan Masa Hidup Edisi Ketiga Belas Jilid I. Penerjemah: Benedictine Widyasinta. Jakarta: Penerbit Erlangga. Tanpa Nama Teori Belajar Kognitif dan Metakognisi. Online. diakses pada tanggal 19 Februari

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET A. Pengertian Kognitif Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika 1 Dosen Pengampu: Mohammad Asikin, M.Pd Disusun oleh: 1.

Lebih terperinci

Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah

Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah Modul ke: Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah PENGERTIAN PENELITIAN ILMIAH, METODOLOGI PENELITIAN, DAN LOGIKA BERPIKIR ILMIAH Fakultas Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Logika Logika berasal dari kata Logos yaitu akal, jika didefinisikan Logika adalah sesuatu yang masuk akal dan fakta, atau Logika sebagai istilah berarti suatu metode atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi proses pembangunan. Siswa sebagai sumber

Lebih terperinci

ANALISIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMKN 12 MALANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

ANALISIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMKN 12 MALANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 ANALISIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMKN 12 MALANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Faridatul Umami Sunaryo Moch. Syahri E-mail: Faridatul Umami90@yahoo.com Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indoensia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikat belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan siswa agar mampu berkomunikasi

Lebih terperinci

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA Isti Yunita, M. Sc isti_yunita@uny.ac.id FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 1 Ciri makhluk hidup (manusia) 2 Sifat keingintahuan Manusia

Lebih terperinci

BAB V METODE-METODE KEILMUAN

BAB V METODE-METODE KEILMUAN BAB V METODE-METODE KEILMUAN Untuk hidupnya, binatang hanya mempunyai satu tujuan yang terlintas dalam otaknya yaitu pemenuhan kebutuhan untuk makan. Manusia dalam sejarah perkembangannya yang paling primitifpun

Lebih terperinci

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh:

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh: MAKALAH FILSAFAT ILMU Tema: Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif Disusun oleh: Patricia M D Mantiri 10 312 633 Pend. Teknik Informatika I. Latar Belakang Masalah Sebelum membahas tentang penalaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu aspek yang berperan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Terbukti bahwa hampir di setiap negara, pendidikan menjadi prioritas utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dalam implementasinya tidak hanya berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dalam implementasinya tidak hanya berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika dalam implementasinya tidak hanya berkaitan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, tetapi matematika juga dapat berguna dalam memecahkan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK A. Pengantar Kita mengetahui bahwa dalam perkembangannya seorang anak berbeda dengan orang dewasa. Hal ini dapat kita lihat dengan jelas baik itu dalam bentuk fisik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. Salah satu tujuan pelajaran matematika adalah agar siswa mampu

BAB II KAJIAN TEORITIK. Salah satu tujuan pelajaran matematika adalah agar siswa mampu 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Penalaran Matematis Salah satu tujuan pelajaran matematika adalah agar siswa mampu melakukan proses bernalar. Matematika terbentuk karena pikiran manusia

Lebih terperinci

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika I. Aliran Psikologi Tingkah Laku Teori Thorndike Teori Skinner Teori Ausubel Teori Gagne Teori Pavlov Teori baruda Teori Thorndike Teori belajar stimulus-respon

Lebih terperinci

ARGUMENTASI. Oleh: Sutrisna Wibawa, M. Pd.

ARGUMENTASI. Oleh: Sutrisna Wibawa, M. Pd. ARGUMENTASI Oleh: Sutrisna Wibawa, M. Pd. 1 4. ARGUMENTASI adalah sebuah ilmu dari hasil pemikiran yang cermat. Argumentasi mencoba membuat orang mau menerima suatu penilaian bahkan kadang-kadang untuk

Lebih terperinci

Indriaty Matoka. (Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia) Pembimbing I : Dr. Fatmah AR. Umar, M. Pd. Pembimbing II: Salam, S. Pd, M.

Indriaty Matoka. (Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia) Pembimbing I : Dr. Fatmah AR. Umar, M. Pd. Pembimbing II: Salam, S. Pd, M. BENTUK PENALARAN DALAM SKRIPSI MAHASISWA JURUSAN ILMU HUKUM KEMASYARAKATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Indriaty Matoka (Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia) Pembimbing I : Dr. Fatmah AR. Umar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rendahnya daya serap siswa, kesalahan pemahaman dan rendahnya. kemampuan siswa dalam menerapkan konsep-konsep baik dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. rendahnya daya serap siswa, kesalahan pemahaman dan rendahnya. kemampuan siswa dalam menerapkan konsep-konsep baik dalam kehidupan 11 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekhawatiran para pendidik dan pemerhati pendidikan berkaitan dengan rendahnya daya serap siswa, kesalahan pemahaman dan rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan

Lebih terperinci

Jean Piaget salah seorang ahli psikologi perkembangan. Skema (struktur), asimilasi, akomodasi, ekuilibrium, organisasi,adaptasi

Jean Piaget salah seorang ahli psikologi perkembangan. Skema (struktur), asimilasi, akomodasi, ekuilibrium, organisasi,adaptasi Jean Piaget salah seorang ahli psikologi perkembangan Skema (struktur), asimilasi, akomodasi, ekuilibrium, organisasi,adaptasi Skema: struktur kognitif seseorang yang memungkinkan individu untuk mengingat

Lebih terperinci

BERPIKIR LATERAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

BERPIKIR LATERAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 BERPIKIR LATERAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA R. Rosnawati Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan berpikir. Berpikir mencangkup banyak aktivitas seseorang (kowiyah, 2012:175), seperti saat kita berpikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

Lebih terperinci

Tita Mulyati. Abstrak elajar menuntut peran serta semua pihak. Pengetahuan bukan sesuatu yang diserap

Tita Mulyati. Abstrak elajar menuntut peran serta semua pihak. Pengetahuan bukan sesuatu yang diserap PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DAN DAMPAKNYA BAGI PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD Tita Mulyati Abstrak elajar menuntut peran serta semua pihak. Pengetahuan bukan sesuatu yang diserap BB secara

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M. Pertemuan Ke-4 Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd Pendidikan Matematika Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.Pd STKIP YPM Bangko 1 Teori Belajar Kognitif Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis a. Pengertian Penalaran Matematis Penalaran matematika dan pokok bahasan matematika merupakan satu kesatuan yang tidak

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan perubahan perilaku individu dalam merespon suatu kondisi dan peristiwa yang terjadi di lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne yang

Lebih terperinci

BERPIKIR (THINKING)

BERPIKIR (THINKING) BERPIKIR (THINKING) A. Definisi Berpikir Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut kurikulum KTSP SD/MI tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Teori -Teori Belajar Teori belajar merupakan kegiatan yang ada didalam diri manusia untuk mengubah suatu perilaku dalam diri seseorang. Dalam psikologi dan pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di negara

Lebih terperinci

menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Ruseffendi matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. 11 Slameto merumuskan pengertian belajar

Lebih terperinci

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang dewasa ini telah berkembang cukup pesat, baik secara teori maupun praktik. Oleh sebab itu maka konsep-konsep

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF

KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF A. Pendekatan Induktif-Deduktif Menurut Suriasumantri (2001: 48), Induktif merupakan cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penemuan (Discovery Method) Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat membuat setiap orang dapat mengakses segala bentuk informasi yang positif maupun negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi sekarang ini pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang, hal ini dapat dilihat dari banyaknya sekolah yang sudah menggunakan bahan ajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan disiplin ilmu yang sifatnya terstruktur dan terorganisasi dengan baik, mulai dari konsep atau ide yang tidak terdefinisi sampai dengan yang

Lebih terperinci

BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF

BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF UNIVERSITAS GUNADARMA NAMA : SRI SETIAWATY NPM : 18211261 KELAS : 3EA27 BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF A. DEFINISI BERPIKIR (PENALARAN) Berpikir (Penalaran) adalah sebuah pemikiran untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

APLIKASI PERKEMBANGAN KOGNISI PIAGET TERHADAP PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA

APLIKASI PERKEMBANGAN KOGNISI PIAGET TERHADAP PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA APLIKASI PERKEMBANGAN KOGNISI PIAGET TERHADAP PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA Kata Kunci: 1. Struktur: serangkaian sifat-sifat yang diorganisasikan yang digunakan individu untuk mengidentifikasikan dan mendeskripsikan

Lebih terperinci

Ilmu Alamiah Dasar. Oleh : Dini Rohmawati

Ilmu Alamiah Dasar. Oleh : Dini Rohmawati Ilmu Alamiah Dasar Oleh : Dini Rohmawati dini_rohmawati@uny.ac.id Ciri makhluk hidup (manusia) Rasa ingin tahu Sejarah perkembangan pola pikir manusia Perkembangan Pola Pikir Manusia Ciri Makhluk Hidup

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog UMBY Perkembangan bahasa Tahap perkembangan yang paling menakjubkan pada masa anak adalah saat anak mulai bisa berbicara Arti bahasa : Adalah suatu sistem komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, sejak berabad-abad yang lalu diperlihatkan oleh para ahli

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, sejak berabad-abad yang lalu diperlihatkan oleh para ahli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk mewujudkan cita-cita orang tua terhadap perkembangan anak-anak, sejak berabad-abad yang lalu diperlihatkan oleh para ahli dibidangnya seperti dokter,

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: Filsafat Ilmu dan Logika Pokok Bahasan: Cabang-cabang Filsafat Fakultas Fakultas Masyhar zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Cabang-cabang Filsafat Pokok Permasalahan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut akan dapat tercapai jika

PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut akan dapat tercapai jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

Pengantar Psikologi BERPIKIR DAN BAHASA. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

Pengantar Psikologi BERPIKIR DAN BAHASA. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA Pengantar Psikologi BERPIKIR DAN BAHASA Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA I REVOLUSI KOGNITIF DALAM PSIKOLOGI Psikologi Kognitif adalah sebuah ilmu yang mempelajari prosesproses mental proses membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan bidang ilmu yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap insan karena manfaatnya berdampak langsung dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI

PEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI PEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI A. Pembelajaran Konstruktivis 1. Pengertian Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, keduanya menyatakan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff dalam Pia (2011),

Lebih terperinci

Amira Yahya. Guru Matematika SMA N 1 Pamekasan. & Amira Yahya: Proses Berpikir Lateral 27

Amira Yahya. Guru Matematika SMA N 1 Pamekasan.   & Amira Yahya: Proses Berpikir Lateral 27 PROSES BERPIKIR LATERAL SISWA SMA NEGERI 1 PAMEKASAN DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT DAN FIELD DEPENDENT Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi Tentang Perkembangan Kognisi pada Masa Bayi Psikologi Perkembangan I Dosen :

Selamat Membaca dan Memahami Materi Tentang Perkembangan Kognisi pada Masa Bayi Psikologi Perkembangan I Dosen : Selamat Membaca dan Memahami Materi Tentang Perkembangan Kognisi pada Masa Bayi Psikologi Perkembangan I Dosen : Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi UMBY UMBY TEORI PIAGET TENTANG PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sumber daya insani yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki alat-alat potensial yang harus dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki alat-alat potensial yang harus dikembangkan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki alat-alat potensial yang harus dikembangkan secara optimal. Salah satu pertanyaan mendasar yang merupakan inti dari pandangan hidup seseorang

Lebih terperinci

sehingga siswa perlu mengembangkan kemampuan penalarannya.

sehingga siswa perlu mengembangkan kemampuan penalarannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan dan harus dikuasai oleh semua orang, baik dalam bidang pendidikan formal maupun

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET Mursalin Dosen Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh E-mail: mursalin@unimal.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern di era globalisasi sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan sumber daya manusia

Lebih terperinci

PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA

PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA P a g e 1 PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA 1. Pendahuluan a. Definisi logika Logika berasal dari bahasa Yunani logos. Logika adalah: ilmu untuk berpikir dan menalar dengan benar ilmu pengetahuan yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRATEGI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PENGGUNAAN STRATEGI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGGUNAAN STRATEGI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR A. PENDAHULUAN Tujuan pengajaran yang dilaksanakan di dalam kelas adalah menitikberatkan pada perilaku siswa atau perbuatan (performance) sebagai

Lebih terperinci

TAHAPAN PERKEMBANGAN MANUSIA

TAHAPAN PERKEMBANGAN MANUSIA TAHAPAN PERKEMBANGAN MANUSIA 1 Tahapan Perkembangan Manusia (Hurlock) Periode prenatal Periode Infancy : 0 akhir pekan 2 Periode Bayi : akhir pekan kedua 2 tahun Periode Awal Masa Kanak-kanak : 2-6 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematika Salah satu tujuan mata pelajaran matematika adalah agar siswa mampu melakukan penalaran. Menurut Russeffendi (dalam Suwangsih, 2006 : 3) matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu elemen yang harus dimiliki oleh suatu negara. Karena dengan adanya pendidikan suatu negara tersebut akan mengalami suatu kemajuan

Lebih terperinci

MAKALAH TEORI KOGNITIF PIAGET DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik

MAKALAH TEORI KOGNITIF PIAGET DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik MAKALAH TEORI KOGNITIF PIAGET DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik Dosen Pengampu : Delisma DI SUSUN OLEH : Anggie Pramulyastuti ( K2315010

Lebih terperinci

Teori Belajar dan Pembelajaran

Teori Belajar dan Pembelajaran Teori Belajar dan Pembelajaran Oleh: Restu Wijayanto ( TP/B/048 ) A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak

BAB I PENDAHULUAN. tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak melalui pengalaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran pada tingkat SMP maupun SMA. Karena disesuaikan dengan perkembangan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENYUSUN KARYA ILMIAH MAHASISWA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA. Oleh Selvianingsih Salilama Fatmah AR Umar Supriyadi

KEMAMPUAN MENYUSUN KARYA ILMIAH MAHASISWA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA. Oleh Selvianingsih Salilama Fatmah AR Umar Supriyadi KEMAMPUAN MENYUSUN KARYA ILMIAH MAHASISWA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Oleh Selvianingsih Salilama Fatmah AR Umar Supriyadi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas negeri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan 2 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan untuk maksud tertentu. Maksud yang dapat dicapai dalam

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN BOLA ANGKA DI TK SAMUDERA SATU ATAP PARIAMAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN BOLA ANGKA DI TK SAMUDERA SATU ATAP PARIAMAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN BOLA ANGKA DI TK SAMUDERA SATU ATAP PARIAMAN Donna Amelia Abstrak Kemampuan berhitung dari siswa kelas B di TK Samudera Satu Atap Pariaman masih rendah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemilihan sekolah antara SMA dan SMK saat ini menjadikan kendala yang sangat besar bagi siswa kelas IX SMP. Pemilihan sekolah SMA ataupun SMK menjadi awal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah secara

I. PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah secara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah secara bertahap, salah satunya yaitu adanya pembaharuan kurikulum yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai manakala ditunjang oleh usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada peradaban modern yang makin berkembang pesat sekarang ini, negara kita mengalami persaingan yang luar biasa dalam berbagai kehidupan. Dalam persaingan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan penting dalam berbagai penerapan disiplin ilmu lain. Banyak konsep dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Prakonsepsi Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek, misalnya benda-benda atau kejadian-kejadian yang mewakili kesamaan ciri khas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Proses Berpikir Berpikir selalu dihubungkan dengan permasalahan, baik masalah yang timbul saat ini, masa lampau dan mungkin masalah yang belum terjadi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analogi Aktivitas manusia tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan berpikir. Berpikir adalah proses yang terjadi dalam otak manusia. Kegiatan

Lebih terperinci

AJI SARAS WANTO ( ENO RINAWATI ( ) MEGA AYU SETYANA ( ) RAHARDHIKA ADHI N ( )

AJI SARAS WANTO ( ENO RINAWATI ( ) MEGA AYU SETYANA ( ) RAHARDHIKA ADHI N ( ) AJI SARAS WANTO (14144600 ENO RINAWATI (14144600194) MEGA AYU SETYANA (14144600211) RAHARDHIKA ADHI N (14144600182) Menurut erik h. Erikson perkembangan psikososial itu adalah teori perkembangan terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar,

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pondasi dari kemampuan sains dan teknologi. Pemahaman terhadap matematika, kemampuan yang bersifat keahlian sampai kepada pemahaman

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 9 II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan kognitif merupakan salah satu dari bidang perkembangan kemampuan dasar yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD Kegiatan Belajar 3 PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD A. Pengantar Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Discovery Learning Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery

Lebih terperinci

Nama : ARI WULANDARI NIM : Pokjar : Gantiwarno

Nama : ARI WULANDARI NIM : Pokjar : Gantiwarno Nama : ARI WULANDARI NIM : 836759945 Pokjar : Gantiwarno 1. Contoh pembelajaran yang saya gunakan menurut teori pada kelas bawah ( 1 ) : a. Teori PIAGET 1) Tahap Sensori Motor Pada tahap ini anak mulai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Pengertian Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat, sebagai contohnya adalah bayi yang sedang

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING) MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS SEMINAR PENDIDIKAN DISUSUN OLEH KALAM SIDIK PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA

KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA Oleh: Sekar Purbarini Kawuryan PPSD FIP UNY Pendahuluan Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses belajar yang ditempuhnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan suatu ilmu yang tersusun secara deduktif (umum ke khusus) yang menyatakan hubungan-hubungan, struktur-struktur yang diatur menurut aturan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim disebut dengan proses humanisasi. Proses humanisasi ini tidak diperoleh dengan begitu saja,

Lebih terperinci