SPO PEMULASARAN JENAZAH. No. Revisi: 02. No. Dokumen: Halaman : 1/2. Diterbitkan Direktur, Tanggal Terbit : 01 Januari 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SPO PEMULASARAN JENAZAH. No. Revisi: 02. No. Dokumen: Halaman : 1/2. Diterbitkan Direktur, Tanggal Terbit : 01 Januari 2012"

Transkripsi

1 PEMULASARAN JENAZAH /2 Diterbitkan Direktur, dr. Badrul Munir Jauhari Pengertian Tujuan Kebijakan Pemulasaran jenazah adalah proses perawatan jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, menshalati sebelum jenazah dibawa pulang kerumah duka /pemakaman jenazah. Mengetahui dan memahami tentang tata cara perawatan jenazah sesuai dengan agama islam sehingga tidak terjadi kesalahan pahaman atau miss perception antara pengurus atau perawat jenazah dengan keluarga. 1. ini di bawah tanggung jawab Kabag Penunjang Sarana Rumah Sakit. 2. Prosedur disini dengan semua prosedur semua di tangani oleh petugas mulai saat memandikan sampai jenazah siap dibawa kerumah duka. 3. Pelaksana pemulasaran jenazah adalah Rohaniawan dan Tim yang bertugas di ruang jenazah Memandikanjenazah 1. Petugas kamar jenazah mengambil jenazah dari ruangan yang telah dilengkapi dengan surat keterangan kematian dari dokter yang berasal dari ruang rawat inap atau dari IGD. 2. Lama tinggal jenazah di kamar jenazah paling lama 2 x 24 jam. 3. Apabila dalam 2 x 24 jam tidak ada pihak yang bertanggungjawab, maka jenazah dinyatakan sebagai jenazah terlantar, dan penanganannya mengacu kepada Jenazah terlantar. 4. Dalam hal pemakaman jenazah menjadi tanggung jawab keluarga. 5. Waktu pemulasaran jenazah yaitu -/+ 1.5 jam. 6. Petugas kamar jenazah mencatat identitas jenazah dalam buku realisasi jenazah. 7. Petugas memandikan dan mengkafani jenazah, 1

2 lalu menshalatinya. 8. Petugas kamar jenazah membuat perincian biaya rawat jalan PEMULASARAN JENAZAH /2 Unit Terkait dan memberikannya kepada wali jenazah agar membayar biayanya di kasir / bagian keuangan. 9. Petugas menerima tanda bukti pelunasan administrasi, selanjutnya meminta kepada wali untuk menandatangani penyerahan jenazah di buku kematian dan petugas mencatat waktu penyerahannya. 10. Waktu tunggu kesiapan mobil jenazah saat diperlukan -/ + 1 jam. 11. Namun bila wali jenazah sejak awal menghendaki jenazah dimandikan di rumah, maka petugas kamar jenazah/perawat ranap / IGD menyerahkan jenazah kepada wali untuk segera dibawa pulang dengan menunggu -/+ 2 jam. 12. Petugas kamar jenazah membuat laporan dalam buku realisasi jenazah dan buku catatan jenazah keluar. 13. Apabila wali jenazah menghendaki penggunaan jasa mobil jenazah, prosedur pelayanannya mengacu kepada prosedur pelayanan mobil ambulance /jenazah pada prosedur Mutu Pelayanan Ambulance. 1. Rawat-rawatinap 2. Rawatjalan 3. IGD 4. Satpam 2

3 PEMULASARAN JENAZAH DENGAN PENYAKIT MENULAR /2 Diterbitkan Direktur, dr. Badrul Munir Jauhari Pengertian Tujuan Kebijakan Jenazah adalah seseorang meninggal karena penyakit. Cara memandikan jenazah pengidap penyakit menular seperti HIV / AIDS tidak bias sembarangan, salah satunya, wajib mengenakan universal precaution (UP), yakni standar perlengkapan kesehatan yang terdiri atas penutup kepala, masker, google (penutup hidung), sarung tangan, pakaian steril, dan sepatu bot. 1. Upaya pencegahan standar atau pencegahan dasar pada semua kondisi. 2. Mencegah penularan secara kontak pada petugas atau masyarakat umum. 1. ini di bawah tanggung Ka Bidang Penunjang Sarana Rumah Sakit. 2. Semua kendali dan tanggung jawab ada pada tenaga medis dan paramedis. 3. Peralatan dalam keadaan steril saat di gunakan di awal dan di lakukan sterilisasi ulang saat setelah pemakaian sesuai prosedur sterilisasi alat penanganan jenazah. 4. Prosedur di sini dengan semua prosedur semua di tangani petugas mulai saat memandikan sampai menguburkan kecuali saat mensolati yang akan di pimpin oleh modin / pak kaum setempat. 5. Pelaksana perawatan jenazah adalah Tim pengrukti jenazah yang sudah terbina oleh paramedis. 6. Kewaspadaan dini dalam hal ini yang paling gencar saat ini adalah HIV / AIDS dan FLU burung, tetapi tidak menutup kemungkinan penyakit-penyakit lain yang berbahaya. 3

4 Alat yang di siapkan: Alat pelindung diri di antaranya :sarung tangan, pelindung muka (masker dan kacamata), gaun / jubah / apron dan pelindung kaki. PEMULASARAN JENAZAH DENGAN PENYAKIT MENULAR /2 Unit Terkait Penatalaksanaan 1. Petugas melakukan cuci tangan dengan menggunakan antiseptic bisa pilih salah satu antiseptic dan di lanjutkan dengan mencucitangan kembali dengan air mengalir selama 2-5 Menit. 2. Semua petugas memakai alat pelindung, semua alat harus di pakai pada saat menangani jenazah untuk mengurangi pejanan darah dan cairan tubuh jenazah. 3. Petugas yang sudah berpakaian lengkap mengangkat jenazah di bawa kemeja kamar jenazah untuk di mandikan. 4. Setelah selesai di mandikan jenazah di siram dengan larutan kaporit, tunggu 5-10 menit dan bila sulang dengan air sampai kering dengan dosis kaporit dengan konsentrasi 35% :14 gr kaporit dalam 1 liter air, kaporit dengan konsentrasi 60% : 8 gr kaporit dalam 1 liter air, kaporit dengan kosentrasi 70% : 7,1 % gr kaporit dalam satu liter air. 5. Setelah jenazah kering di lakukan pengkafanan dengan bungkus kain kafan yang harus di lakukan olehpetugas yang berpakaian lengkap. 6. Setelah di kafani jenazah di bungkus dengan plastic. 7. Setelah petugas selesai mengkafani jenazah, petugas menyerahkan kemodin / kaum setempat untuk di sholatkan. 8. Modin / kaum memimpin pelaksanaan shalat jenazah saat pelaksanaan sholat jenazah. 9. Selesai di sholatkan, selanjutnya jenazah di angkat oleh petugas ke keranda mayat untuk dibawa ke pemakaman. 1. IGD 4

5 2. Rawat Inap 3. Rawat Jalan 4. Satpam PEMULASARAN JENAZAH INFEKSIUS /3 Diterbitkan Direktur, dr. Badrul Munir Jauhari Pengertian Tujuan Kebijakan Pemulasaran jenazah adalah proses perawatan jenazah yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, dan meshalatinya sebelum di bawa pulang kerumah pasien (dimakamkan). Jenazah infeksius adalah jenazah yang di tetapkan oleh dokter mengidap penyakit menular seperti HIV / AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C, dan yang semisalnya. 1. Upaya pencegahan standar atau pencegahan dasar pada semua kondisi 2. Mencegah penularan secara kontak pada petugas atau masyarakat umum. 1. ini dibawah tanggung jawab Kabag Bidang Penunjang Sarana Rumah Sakit. 2. Semua kendali dan tanggung jawab ada pada paramedic dan tenagamedis, 3. Peralatan dalam keadaan steril saat digunakan di awal dan dilakukan sterilisasi ulang saat setelah pemakaian sesuai prosedur sterilisasi alat penanganan jenazah. 4. Prosedur disini dengan semua prosedur semua ditangani oleh petugas mulai saat memandikan sampai menguburkan kecuali mensholati yang akan di pimpin oleh modin/ kaum setempat. 5. Pelaksana pemulasaran jenazah infeksius adalah Tim petugas Ruang Jenazah dan di awasi oleh Rohaniawan dan perawat medis. 6. Kewaspadaan dini dalam hal ini yang paling gencar saat ini adalah HIV/AIDS dan Flu burung, tetapi tidak menutup kemungkinan penyakit-penyakit lain yang berbahaya. 1. Petugas kamar jenazah menjalankan prosedur universal yaitu cucitangan sebelum memakai sarung tangan. 2. Petugas memakai alat pelindung, yang meliputi : memakai sarung tangan karet yang panjang (sampai ke siku), sepatu bot sampai 5

6 lutut, masker dan kacamata, jubah / celemek yang kedap air. 3. Petugas mengambil jenazah dari ruangan yang sudah di lengkapi dengan surat keterangan kematian dari dokter. PEMULASARAN JENAZAH INFEKSIUS /3 4. Petugas memandikan jenazah dan mengkafaninya lalu di bungkus plastik, dan petugas masih dalam keadaan mengenakan baju pelindung. 5. Segera mencuci kulit dan permukaan lain dengan air mengalir bila terkena darah atau cairan tubuh lain. 6. Dilarang memanipulasi alat suntik atau menyarumkan jarum suntik ketutupnya. Buang semua alat/benda tajam dalam wadah yang tahan tusukan. 7. Semua permukaan yang terkena percikan atau tumpahan darah dan/cairan tubuh lain segera di bersihkan dengan larutan klorin 0,5%. 8. Semua peralatan yang akan digunakan kembali harus di proses dengan urutan: Dekontaminasi, pembersihan, disinfeksi atau sterilisasi. 9. Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya ditempatkan dalam kantong plastik. 10. Pembuangan sampah dan bahan yang tercemar disesuaikan pengelolaannya dengan sampah medis. 11. Petugas membuat perincian biaya pemulasaran jenazah lalu memberikannya kepada wali jenazah agar menyelesaikan administrasinya di bagian keuangan. 12. Petugas menerima bukti pelunasan administrasi, selanjutnya petugas meminta wali jenazah untuk menandatangani penyerahan jenazah di buku kematian dan mencatat waktu penyerahannya. 13. Petugas kamar jenazah membuat laporan dalam buku realisasi jenazah dan dibuku catatan jenazah keluar. 14. Apabila wali jenazah menghendaki penggunaan jasa mobil jenazah, maka prosedur pelayanannya mengacu kepada SOP mobil ambulance. 6

7 15. Petugas menyampaikan kekeluarga jenazah bahwa jenazah yang telah di bungkus (dibalut kain kafan) tidak boleh dibuka lagi. 16. Lama tinggal jenazah di kamar jenazah paling lama 2 x 24 jam. 17. Apabila dalam 2 x 24 jam tidak ada pihak yang bertanggung jawab, maka ia digolongkan sebagai jenazah terlantar. PEMULASARAN JENAZAH INFEKSIUS /3 Unit Terkait 18. Apabila dalam 2 x 24 jam tidak ada pihak yang bertanggung jawab, maka ia digolongkan sebagai jenazah terlantar. 19. Jenazah terlantar menjadi tanggung jawab Negara/pemda setempat. 20. Dalam hal pemakaman jenazah menjadi tanggung jawab keluarga. 21. Waktu pemulasaran jenazah infeksius yaitu 2.5 jam. 22. Waktu tunggu kesiapan mobil jenazah saat diperlukan yaitu -/+ 1 jam. 1. Rawat inap 2. RawatJalan 3. IGD 4. PetugasSatpam 7

8 PEMERIKSAAN VISUM ET REPERTUM /2 Diterbitkan Direktur, dr. Badrul Munir Jauhari Pengertian Tujuan Kebijakan Visum repertum (VeR) adalah laporan tertulis yang di buat oleh dokter berdasarkan sumpah jabatannya terhadap apa yang dilihat dan diperiksa berdasarkan keilmuaannya. Memberikan kenyataan/barang bukti (corpus delect) yang sah di pengadilan karena buktinya sendiri telah berubah pada saat persidangan berlangsung. Jadi VeR merupakan barang bukti yang sah karena termasuk surat sah sesuai dengan KUHP pasal Visum adalah sebagai bahan bukti pengganti bila diperlukan dipengadilan. 2. Pelayanan visum disini adalah visum jenazah 1. IGD RSU At-Turots melayani Visum et Repertum 2. Permintaan Visum diajukan secara resmi dan tertulis oleh Kepolisian dan keluarga jenazah kepada RSU At-Turots. 3. Pengajuan permintaan Visum disampaikan di IGD dalam waktu 2 x 24 jam sejak kejadian oleh petugas kepolisian. 4. Petugas IGD meneliti surat permintaan Visum, setelah meneliti kebenaran surat, petugas menulis tanggal, jam penerimaan, nama dan tanda tangan, lalu menyampaikan kepada dokter yang 8

9 berwenang. 5. Apabila jenazah sudah masuk ruangan maka surat permintaan Visum ada di IGD. 6. Visum dibuat berdasarkan pemeriksaan jenazah pada saat permintaan Visum Et repertum, dan petugas dokter yang berwenang memeriksa kondisi secara umum. 7. Visum jenazah dibuat dan ditandatangani oleh Dokter yang memeriksa / menangani penderita pada saat visum diterima. PEMERIKSAAN VISUM ET REPERTUM /2 Unit Terkait 8. Visum bisa diambil oleh petugas kepolisian dalam waktu 2 X 24 jam. 9. Petugas menandatangani penerimaan laporan visum Catatan : Dokumentasi visum (menggunakan kamera khusus visum kemudian disimpan dikomputer IGD) 1. Dokter Jaga 2. Rawat Inap 3. Rawat Jalan 4. Petugas Satpam 5. Instansi Kepolisian 9

10 PERAWATAN/PENGAWETAN JENAZAH /3 Diterbitkan Direktur, dr. Badrul Munir Jauhari Pengertian Tujuan Kebijakan Perawatan /pengawetan jenazah adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian bahan kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga penampilan luar jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup. 1. Untuk mencegah terjadinya pembusukan pada jenazah. 2. Untuk membunuh kuman, karena dengan menyuntikan zat-zat tertentu kuman tersebut akan mati dan agar tidak meninggalkan luka serta agar tubuh jenazah tidak kaku. 1. Pengawetan jenazah atas persetujuan direktur 2. Pengawetan jenazah dilakukan oleh Tim medis yang di tunjuk oleh direktur 3. Petugas kamar jenazah hanya menjaga jenazah A. Tindakan yang di lakukan diluar kamar jenazah yaitu: 1. Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan. 2. Memakai pelindung wajah dan jubah. 3. Luruskan tubuh jenazah dan letakan dalam posisi terlentang dengan tangan di sisi atau terlipat di dada. 4. Tutup kelopak mata, mulut dan telinga dengan kapas atau 10

11 kasa. 5. Beri alas kepala dengan kain handuk untuk menampung bila ada rembesan darah atau cairan tubuh lainnya. 6. Tutup anus dengan kasa dan plester dengan plester kedap air. 7. Lepaskan semua alat kesehatan dan letakkan alat bekas tersebut kedalam wadah yang aman sesuai dengan kaidah kewaspadaan unifersal. 8. Tutup setiap luka yang ada dengan plester kedap air. 9. Bersihkan tubuh jenazah serta tutup dengan kain bersih untuk di saksikan oleh keluarga. 10. Pasang label identitas pada kaki jenazah. 11

12 PERAWATAN/PENGAWETAN JENAZAH /3 11. Beritahu petugas kamar jenazah bahwa jenazah adalah penderita penyakit menular. 12. Cuci tangan setelah melepas sarung tangan. B. Tindakan di kamarjenazahyaitu; 1. Lakukan prosedur baku kewaspadaan unifersal yaitu cuci tangan sebelum memakai sarung tangan. 2. Petugas memakai alat pelindung: a. Sarung tangan karet yang panjang (sampai ke siku). b. Sepatu boot sampai lutut. c. Pelindung wajah (masker dan kacamata) d. Jubah atau celemek yang kedap air. 3. Jenazah di mandikan oleh petugas kamar jenazah yang telah memahami cara membersihkan atau memandikan jenazah penderita penyakit menular. 4. Bungkus jenazah dengan kain kafan atau atau kain pembungkus lain sesuai dengan agama dan kepercayaan Yang di anut. 5. Cuci tangan dengan sabun sebelum memakai sarung tangan dan sesudah melepas sarung tangan. 6. Jenazah yang sudah di bungkus kain kafan tidak boleh di buka lagi. 7. Jenazah tidak boleh di balsam atau di suntik dengan zat pengawet kecuali oleh petugas khusus yang telah mahir dalam hal tersebut. 8. Jenazah tidak boleh di otopsi, dalam kondisi tertentu otopsi dapat di lakukan setelah mendapat persetujuan dari pimpinan rumah sakit dan di laksanakan oleh petugas rumah sakit yang telah mahir dalam hal tersebut. 12

13 PERAWATAN/PENGAWETAN JENAZAH /3 Unit Terkait C. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam proses perawatan atau pengawetan jenazahyaitu: 1. Segera mencuci kulit dan permukaan lain dengan air mengalir bila terkena darah atau cairan tubuh lain. 2. Di larang memanipulasi alat suntik atau menyarungkan jarum suntik ketutupnya. Buang semua alat atau benda tajam kedalam wadah yang tahan tusukan. 3. Semua permukaan yang terkena percikan atau tumpahan darah atau cairan tubuh lainnya segera di bersihkan dengan cairan klorin 0,5 %. 4. Semua alat yang akan di gunakan kembali harus di proses dengan urutan: Dekontaminasi, Pembersihan, Desinfeksi atau sterilisasi. 5. Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya di tempatkan dalam kantong plastic. 6. Pembuangan sampah dan bahan yang tercemar di kelola sebagaimana cara pengolahan sampah medis. 1. IGD 2. Rawat inap 3. Rawat jalan 4. Petugas Satpam 13

14 PENANGANAN JENAZAH TERLANTAR /2 Diterbitkan Direktur, dr. Badrul Munir Jauhari Pengertian Tujuan Kebijakan Penanganan jenazah terlantar adalah proses perawatan jasad orang meninggal dunia tanpa di ketahui identitas dan ahli warisnya yang meliputi kegiatan memandikan, mengkafani, menshalati, dan (pemakaman jenazah). 1. Upaya menghormati jasad sebagai ciptaan Allah SWT sehingga tidak membusuk yang bisa menggangu lingkungan setempat. 2. Membantu pihak pemerintah dalam mengayomi warganya khususnya dalam hal menangani jenazah terlantar sampai jenazah tersebut dikuburkan. 3. Memberi contoh kepada masyarakat dalam mewujudkan sebuah kepedulian agar ke depan bisa manusiawi dan peduli antar sesama manusia. 1. Segala tindakan terhadap jenazah wajib atas persetujuan direktur secara tertulis. 2. Petugas kamar jenazah hanya menjaga saat berada dikamar jenazah. 1. Ada surat bukti temuan jasad dari kepolisian. 2. Barang titipan berupa jenazah dari pihak kepolisian berada di pemulasaran jenazah paling lama 2x24 jam. 3. Jenazah terlantar menjadi tanggung jawab negara / pemda setempat atas pemakamannya berdasarkan UU dasar 1945 pasal Pihak yang berwajib (kepolisian) memberikan imbauan kepada masyarakat yang kehilangan anggota keluarga dengan ciri-ciri yang di sebutkan agar segera mendatangi rumah sakit. 5. Petugas kamar jenazah mengambil jenazah terlantar dari ruangan yang telah di lengkapi dengan surat kematian dari dokter jaga. 6. Petugas kamar jenazah mencatat identitas jenazah beserta ciri-ciri fisik yang ada dalam buku realisasi jenazah. 14

15 PENANGANAN JENAZAH TERLANTAR /2 7. Petugas memandikan dan mengkafani jenazah. 8. Petugas membuat perincian biaya pemulasaran jenazah dan memberikannya kepada wali jenazah / pihak yang berwenang agar membayar biayanya di bag keuangan. 9. Petugas meminta bukti pelunasan administrasi, selanjutnya meminta kepada wali / pihak yang berwenang untuk menandatangani penyerahan jenazah di buku kematian dan petugas mencatat waktu penyerahannya. 10. Apabila wali jenazah menghendaki penggunaan jasa mobil jenazah maka prosedur pelayanannya mengacu kepada mobil ambulance. 11. Waktu tunggu kesiapan mobiljenazah saat di perlukan -+ 1 jam. Unit Terkait 6. IGD 7. Rawat Inap 8. Rawat Jalan 9. Petugas Satpam 10. Instansi Kepolisian 15

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang 7 menit dibutuhkan Tujuan station Menilai kemampuan prosedur perawatan jenazah HIV/AIDS di RS Area kompetensi 1. Komunikasi efektif pada

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

PENCEGAHAN INFEKSI PADA PERAWATAN JENAZAH

PENCEGAHAN INFEKSI PADA PERAWATAN JENAZAH PENCEGAHAN INFEKSI PADA PERAWATAN JENAZAH A. Definisi Perawatan Jenazah Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis dengan melakukan pemberian bahan kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan

Lebih terperinci

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016 1. PANDUAN KESELAMATAN UNTUK PETUGAS KESEHATAN I. Pengantar Panduan

Lebih terperinci

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan APD perlu pengawasan karena dengan penggunaan APD yang tidak tepat akan menambah cost TUJUAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri. BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).

Lebih terperinci

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU BAB I DEFINISI Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH Oleh: MEITY MASITHA ANGGRAINI KESUMA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN

Lebih terperinci

PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG

PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG BAB I DEFINISI RUANG ISOLASI A. Definisi Ruang Isolasi Ruang isolasi adalah

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENDAHULUAN Pengendalian infeksi (PI) merupakan upaya yang wajib dilakukan oleh setiap dr/drg/nakes yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamu alaikum Wr.Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat, Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas USU. Saya sedang

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA

PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA A. LATAR BELAKANG Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas yang berat untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa dengan berakhirnya kehidupan seseorang, mikro-organisme. tidak diwaspadai dapat ditularkan kepada orang orang yang menangani

BAB I PENDAHULUAN. bahwa dengan berakhirnya kehidupan seseorang, mikro-organisme. tidak diwaspadai dapat ditularkan kepada orang orang yang menangani 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kamar jenazah merupakan sumber infeksi yang potensial, tidak hanya untuk ahli patologi anatomi otopsi, tetapi juga untuk pengunjung dan petugas pemulasaran jenazah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan

Lebih terperinci

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan SOP PENGELOLAAN LIMBAH No : CSU/STI/05 Tanggal pembuatan : 10 FebruarI 2007 Tanggal peninjauan kembali : 10 FebruarI 2008 TUJUAN : Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang semakin kompleks membawa banyak perubahan di berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa ini, bidang

Lebih terperinci

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal) Lampiran 1. No.Responden : Tanggal : Karakteristik Responden 1. Pendidikan Bidan a. DI b. DIII c. DIV d. S2 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. a. < 5 Tahun b. 5-10 Tahun c. >10 Tahun 3.Mengikuti pelatihan

Lebih terperinci

Pengendalian infeksi

Pengendalian infeksi Pengendalian infeksi Medis asepsis atau teknik bersih Bedah asepsis atau teknik steril tindakan pencegahan standar Transmisi Berbasis tindakan pencegahan - tindakan pencegahan airborne - tindakan pencegahan

Lebih terperinci

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum VISUM et REPERTUM Pengertian Menurut bahasa: berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang dilihat) dan repertum (melaporkan). Menurut istilah: adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan

Lebih terperinci

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 PENDAHULUAN KEWASPADAAN ISOLASI PELAKSANAAN PPI DI RS & FASILITAS PETUNJUK PPI UNTUK

Lebih terperinci

PANDUAN LINEN DAN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA

PANDUAN LINEN DAN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA PANDUAN LINEN DAN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA Jl. Raya Plumpang Jakarta Utara KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat Nya

Lebih terperinci

PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BAB I PENDAHULUAN PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecelakaan yang mungkin ditimbulkan. Oleh karena itu, APD. diperlukan. Syarat-syarat APD adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecelakaan yang mungkin ditimbulkan. Oleh karena itu, APD. diperlukan. Syarat-syarat APD adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Alat Pelindung Diri Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Suma mur, 1994). Alat Pelindung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PUBLIK

STANDAR PELAYANAN PUBLIK STANDAR PELAYANAN PUBLIK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JEND. A. YANI METRO TAHUN 2018 STANDAR PELAYANAN VISUM ET REPERTUM NO KOMPONEN URAIAN 1 JENIS PELAYANAN : Pelayanan Visum Et Repertum 2 DASAR HUKUM : 1)

Lebih terperinci

STERILISASI & DESINFEKSI

STERILISASI & DESINFEKSI STERILISASI & DESINFEKSI Baskoro Setioputro 6-1 Cara penularan infeksi : 1. Kontak Langsung, tidak langsung, droplet 2. Udara Debu, kulit lepas 3. Alat Darah, makanan, cairan intra vena 4. Vektor / serangga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tindakan Defenisi tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. Tindakan mempunyai beberapa

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen- komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 38 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah sakit Islam Kendal adalah rumah sakit swasta yang dikelola oleh amal usaha muhammadiyah. Rumah sakit tipe C yang sudah terakreditasi

Lebih terperinci

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP APD

PERSEPSI TERHADAP APD A. Data Responden 1. Umur :... tahun 2. Pendidikan : D1 D3 S1 3. Lama Bekerja : < 1 thn 1 5 thn > 5 thn 4. Status Kerja : Karyawan Tetap Karyawan Kontrak B. Pernyataan Untuk Aspek pengetahuan Petunjuk

Lebih terperinci

PROGRAM MONITORING AREA KAMAR MAYAT DAN POST MORTEM

PROGRAM MONITORING AREA KAMAR MAYAT DAN POST MORTEM PROGRAM MONITORING AREA KAMAR MAYAT DAN POST MORTEM RUMAH SAKIT UMUM MATERNA Jl.. Teuku Umar No.11 TELP. (061) 4514222 FAX. (061) 4155392 MEDAN INDONESIA PROGRAM MONITORING AREA KAMAR MAYAT DAN POST MORTEM

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA KOTA BANDA ACEH NOMOR : /TU.K/ / /2015

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA KOTA BANDA ACEH NOMOR : /TU.K/ / /2015 PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA Jl. Soekarno-Hatta, Banda Raya, Banda Aceh (23238) Telp./Faks. (0651) 43097/ 43095 Email: rsum@bandaacehkota.go.id Website: http://rsum.bandaacehkota.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju bahkan telah menggeser paradigma quality kearah paradigma quality

BAB I PENDAHULUAN. maju bahkan telah menggeser paradigma quality kearah paradigma quality BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya meningkatkan mutu pelayanan dan meningkatkan upaya keselamatan pasien sudah merupakan gerakan universal. Berbagai negara maju bahkan telah menggeser paradigma

Lebih terperinci

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi INSTRUMEN Pengertian Instrumen (1) Alat yg dipakai untuk me-ngerjakan sesuatu (spt alat yg dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia); perkakas; (2) Sarana penelitian (berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Universal precaution (kewaspadaan standar) merupakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan

Lebih terperinci

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL 1 BAB I DEFINISI Kewaspadaan universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan didasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksakan secara rutin pada

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN ACTION RESEARCH PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KAMAR BERSALIN RUMAH SAKIT JIH

KUESIONER PENELITIAN ACTION RESEARCH PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KAMAR BERSALIN RUMAH SAKIT JIH LAMPIRAN 129 130 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN ACTION RESEARCH PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KAMAR BERSALIN RUMAH SAKIT JIH A. Petunjuk Pengisian Saudara/saudari rekan sejawat mohon untuk mengisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bidan Bidan adalah seseorang yang telah menjalani program pendidikan bidan, yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping yang menyediakan berbagai macam jenis pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya xvii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petugas di bidang pelayanan kesehatan umum maupun gigi, baik dokter gigi, perawat gigi maupun pembantu rawat gigi, telah lama disadari merupakan kelompok yang

Lebih terperinci

KOP DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRAKTIK BIDAN MANDIRI

KOP DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRAKTIK BIDAN MANDIRI Formulir XI KOP DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRAKTIK BIDAN MANDIRI Berdasarkan :. UU Kesehatan No. 36 tahun 009. Perda Kota Depok No. 05 tahun 0 tentang Perizinan dan Sertifikasi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Kebutuhan dan Syarat APD Dari hasil pengamatan dan observasi yang telah dilakukan penulis di Instalasi Laundry Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya pencegahan infeksi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5 DAFTAR ISI 1.1 Latar belakang...1 1.2 Definisi...4 1.3 Pengelolaan Linen...5 i PEMROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSANAAN LINEN Deskripsi : Konsep penting yang akan dipelajari dalam bab ini meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Jumlah bagian air = (% larutan konsentrat : % larutan yang diinginkan)- 1 Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE 1. N a m a Golongan Mineral Sinonim/Nama Dagang (1,2) Tidak tersedia. Selenium aspartat merupakan komposisi dari sodium selenite, l-aspartic acid, dan protein sayur

Lebih terperinci

A. Informasi Fasilitas Kesehatan

A. Informasi Fasilitas Kesehatan LAMPIRAN 73 74 A. Informasi Fasilitas Kesehatan MODUL 1. INFORMASI FASILITAS KESEHATAN Modul ini harus dijawab oleh Kepala fasilitas kesehatan atau perawat. Untuk setiap item, tandai jawaban paling tepat

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Responden Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Andiko Situmorang NIM : 10.02.110 KepadaYth : Di Tempat. Adalah mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. Seperti halnya di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ILMU DASAR KEPERAWATAN II Disusun Oleh Kelompok SDL 1 S1 / 1B 1. Ardiana Nungki A 101.0008 2. Desi Artika R 101.0018 3. Diah Rustanti 101.0022 4. Diyan Maulid 101.0026 5.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang diperoleh pasien selama dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial terjadi karena adanya transmisi

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Saya Mahasiswi: Nama : Kristina Magdaria NIM : 201131072 Fakultas : Kesehatan Masyarakat (Universitas Esa Unggul) Jurusan : Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Jenjang : S1 Bertujuan

Lebih terperinci

SOP PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/2013

SOP PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/2013 PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/203 Tanggal Pengertian Tujuan Kebijakan Prasarana Prosedur Tetap Catatan - Mengambil sampel air bersih / air minum untuk pemeriksaan bakteriologis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku kesehatan adalah suatu respon

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku kesehatan adalah suatu respon BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan 2.1.1 Pengertian Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit,

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pengetahuan, HIV/AIDS, Pencegahan HIV/AIDS. Kepustakaan: 47 ( )

Kata Kunci: Pengetahuan, HIV/AIDS, Pencegahan HIV/AIDS. Kepustakaan: 47 ( ) GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDSMAHASISWA S-1 KEPERAWATAN SEMESTER VIII UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2 Ahmad Faizin*, Edy Soesanto**, Ernawati*** ABSTRAK Prevalensi HIV/AIDS bagaikan

Lebih terperinci

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai penyakit diantaranya adalah penyakit infeksi, dari mulai yang ringan sampai yang terberat. Masyarakat yang

Lebih terperinci

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM KEWASPADAAN ISOLASI Oleh : KOMITE PPIRS RSCM POKOK BAHASAN Pendahuluan Definisi Kewaspadaan Transmisi Etika batuk Menyuntik yang aman Prosedur lumbal pungsi Kelalaian - kelalaian Tujuan Setelah pelatihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari perawat selalu berinteraksi dengan pasien dan bahaya-bahaya di rumah sakit, hal tersebut membuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. Penyebaran

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Saya Feronika Christin Phakpahan, mahasiswi dari Universitas Sari Mutiara Indonesia Fakultas Keperawatan & Kebidanan Program Studi Ners akan melakukan penelitian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa proses pembuatan kaos

Lebih terperinci

SOP PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL

SOP PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL Status Revisi : 00 Halaman : 1 dari 11 Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Ka. Laboratorium Gugus Kendali Mutu Ka. Prodi Pengertian : Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

Lebih terperinci

berbahaya disuatu ruangan tersendiri, terpisah dari pasien yang lain, dan memiliki aturan khusus dalam prosedur pelayanannya.

berbahaya disuatu ruangan tersendiri, terpisah dari pasien yang lain, dan memiliki aturan khusus dalam prosedur pelayanannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyalkit yang dapat ditularkan, yang ditandai dengan adanya agen atau penyebab penyakit yang hiduo dan dapat berpindah. penularan ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Universal precautions merupakan pedoman pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh seluruh petugas pelayanan kesehatan terhadap semua pasien, pada setiap tindakan

Lebih terperinci

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BAGI PETUGAS No. Dokumen : No. Revisi : 00. Tanggal Terbit : Halaman : 1/2

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BAGI PETUGAS No. Dokumen : No. Revisi : 00. Tanggal Terbit : Halaman : 1/2 No Dokumen : No Revisi : 00 drhjnilawati NIP 19621030 200210 2 001 1 2 3 Pengertian Tujuan Kebijakan Berbagai alat dan pemrosesan spesimen di laboratorium dapat menimbulkan bahaya bagi petugas Untuk mencegah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus HIV/AIDS bermunculan semakin banyak dan menyebar ke berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia, dilaporkan bahwa epidemi HIV dan AIDS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer.

BAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia tentang kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10 menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan

Lebih terperinci

Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT)

Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT) LAMPIRAN Lampiran 1 INSTRUMEN INFECTION CONTROL SELF ASSESSMENT TOOL (ICAT) MODUL PENGELOLAAN LIMBAH Pertanyaan-pertanyaan ini harus dilengkapi oleh staf yang akrab dengan praktek-praktek pengelolaan limbah

Lebih terperinci

1. Setiap penggunaan alat dan laboratorium harus diketahui teknisi/laboran atas izin kepala lab atau penanggung jawab praktikum.

1. Setiap penggunaan alat dan laboratorium harus diketahui teknisi/laboran atas izin kepala lab atau penanggung jawab praktikum. Contoh Prosedur Peminjaman Alat/Laboratorium 1. Setiap penggunaan alat dan laboratorium harus diketahui teknisi/laboran atas izin kepala lab atau penanggung jawab praktikum. 2. Setiap mahasiswa yang melakukan

Lebih terperinci

PERSYARATAN PRAKTIK BIDAN

PERSYARATAN PRAKTIK BIDAN Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : /MENKES/PER/X/00 Tanggal : Oktober 00 PERSYARATAN PRAKTIK BIDAN A. TEMPAT PRAKTIK. Tempat untuk praktik bidan mandiri terpisah dari ruangan keluarga terdiri

Lebih terperinci

MEMISAHKAN ALAT YANG BERSIH DAN ALAT YANG KOTOR, ALAT YANG MEMERLUKAN STERILISASI, ALAT YANG MEBUTUHKAN PERAWATAN YANG LEBIH LANJUT

MEMISAHKAN ALAT YANG BERSIH DAN ALAT YANG KOTOR, ALAT YANG MEMERLUKAN STERILISASI, ALAT YANG MEBUTUHKAN PERAWATAN YANG LEBIH LANJUT ERAWATAN YANG LEBIH LANJUT 1. engertian Melaksanakan pemeliharaan alat-alat keperawatan dan alat alat kedokteran dengan cara memisahkan, membersihkan, mendesinfektan, menyeterilkan dan menyimpannya. 2.

Lebih terperinci

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal PERSALINAN NORMAL 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat KEGIATAN I. MELIHAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang

Lebih terperinci

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi : KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA PASIEN TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA RUANG KELAS III INSTALASI RAWAT INAP TERPADU A DAN RAWAT INAP TERPADU B RUMAH SAKIT UMUM

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

PANDUAN MENGHADAPI BENCANA

PANDUAN MENGHADAPI BENCANA PANDUAN MENGHADAPI BENCANA Tujuan manajemen bencana pada dasarnya adalah berupaya untuk menghindarkan masyarakat dari bencana baik dengan cara mengurangi kemungkinan munculnya hazard maupun mengatasi kerentanan.

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN LABORATORIUM KIMIA DAN BIOKIMIA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) RUANG LINGKUP LABORATORIUM

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN LABORATORIUM KIMIA DAN BIOKIMIA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) RUANG LINGKUP LABORATORIUM RUANG LINGKUP LABORATORIUM Fungsi Pengertian Tugas dan Tanggung Jawab Wadah untuk melakukan praktik atau penerapan atas teori, penelitian dan pengembangan keilmuan di lingkungan Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200 PENGERTIAN : 1. Dekontaminasi adalah langkah awal untuk memproses benda mati agar lebih aman ditangani petugas sebelum dicuci. 2. Pembersihan adalah proses menghilangkan secara fisik seluruh kotoran, darah

Lebih terperinci

SPO PERENCANAAN/PENANGANAN LINEN. No.Dokumen : No.Revisi : Halaman : Direktur Utama RS Trimitra STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR. Dr.

SPO PERENCANAAN/PENANGANAN LINEN. No.Dokumen : No.Revisi : Halaman : Direktur Utama RS Trimitra STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR. Dr. SPO PERENCANAAN/PENANGANAN LINEN No.Dokumen : No.Revisi : Halaman : Tanggal Terbit : Perencanaan linen adalah suatu kegiatan yang dimulai dari pengumpulan linen kotor dari masing-masing ruangan, pengangkutan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

Lebih terperinci

Untuk menjamin makanan aman

Untuk menjamin makanan aman Untuk menjamin makanan aman HIGIENE & SANITASI MAKANAN Mencegah kontaminasi makanan oleh mikroba Mencegah perkembangbiakan mikroba Mencegah terjadinya kontaminasi cemaran lain Higiene : upaya untuk memelihara

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENDAHULUAN Pengendalian infeksi (PI) merupakan upaya yang wajib dilakukan oleh setiap dr/drg/nakes yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKA

Lebih terperinci

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi.

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi. Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi Ditulis pada Senin, 15 Februari 2016 03:14 WIB oleh fatima dalam katergori Kamar Bedah tag Kamar Bedah, Oka, Perawat Instrument, Perawat

Lebih terperinci

BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) Nama Rumah Sakit Alamat Rumah Sakit Nama Pembimbing Tanggal Bimbingan : : : : STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN PROGRAM KEPEMIMPINAN DAN KOORDINASI

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 5 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN

Lebih terperinci