BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu yang meliputi hula-hula,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu yang meliputi hula-hula,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kekerabatan pada masyarakat Batak Toba masih sangat kuat dengan adanya Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu yang meliputi hula-hula, dongan tubu dan boru yang artinya Tungku yang tiga batunya. Dalihan Na Tolu yang pada saat ini masih dipegang teguh oleh masyarakat Batak Toba yang merupakan cerminan dalam interaksi. Sistem kekerabatan pada masyarakat Batak Toba bukan hanya pada garis keturunan yang berhubungan sedarah ayah atau ibu. Sebagai contoh saya yang bermarga Manurung bukan hanya memiliki hubungan kerabat dengan marga Manurung yang lainnya, meskipun dia tidak memiliki hubungan darah dengan ayahnya atau saudara kadung ayah, namun memiliki cakupan yang luas karena setiap marga merupakan keturunan dari kelompok besar. Dalam kelompok besar tersebut memiliki beberapa marga yang saling berkaitan dan memiliki hubungan kekerabatan. Kekerabatan pada masyarakat Batak Toba melalui perkawinan maka kekerabatan mereka akan semakin luas. Hal ini disebabkan perkawinan hanya dapat dilakukan dengan marga lain (ekogami marga). Aturan adat Batak, semarga berarti satu darah walaupun secara genealogis mungkin tidak dapat dijelaskan hubungan satu dengan yang lainnya, jadi dengan kata lain kawin dengan satu marga disebut sumbang (incest) dan yang melanggar akan diberi sanksi hukum dan sanksi sosial (Lister Berutu dan Tanduk Berutu, 2006:4). Hal inilah yang memungkinkan sistem kekerabatan pada masyarakat Batak Toba sangat luas

2 bahkan bukan hanya pada saat satu marga ataupun satu kelompok marga besar namun diluar kelompok marga besar dapat terjalin. Banyak kita mendengar seseorang menggunakan marganya sebagai satu pengaruh terhadap orang lain karena marga memiliki suatu pengaruh yang sangat dengan adanya sistem kekerabatan yang dihubungkan dengan Dalihan Na Tolu. Pengaruh marga sering sekali dijadikan suatu kekuatan perpolitikan di Indonesia. Sehingga banyak yang menyatakan marganya walaupun tanpa ada hubungan darah secara garis keturunan Batak Toba yaitu Patrilineal. Saat ini, marga dapat dimiliki seseorang karena dimaksudkan sebagai gelar kehormatan belaka. Marga dijadikan sebagai sarana dalam pendekatan terhadap suku Batak Toba. Bagi suku Batak Toba, marga memiliki nilai yang sangat tinggi di dalam masyarakat dibandingkan dengan harta kekayaan. Tanpa marga maka seseorang tersebut tidak memiliki nilai kedudukan dalam sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba yang dikaitkan dengan Dalihan Na Tolu. Perlu kiranya disinggung disini sepintas, bahwa sesudah negara kita merdeka ada saja di kalangan masyarakat Batak Toba memberi marga kepada tokoh-tokoh masyarakat yang bukan suku Batak Toba. Status sosial sangat ditentukan oleh marga. Didalam hubungan sosial orang Batak Toba, marga merupakan dasar untuk menentukan partuturan, hubungan persaudaraan, baik untuk kalangan semarga maupun dengan orang-orang dari marga yang lain. Kapan mulai terdapat struktur marga di kalangan orang Batak Toba, tidak diketahui dengan pasti. Hanya dikatakan bahwa marga sudah ada sejak adanya orang Batak Toba. Bahkan menurut cerita asli rakyat Batak Toba, debata mulajadi sendiri yang menetapkannya (Hutagalung dalam buku Bungaran. 2006:80).

3 Untuk peresmiannya marga diadakan upacara adat, marga-marga yang telah diberikan itu tentu dimaksudkan sebagai gelar kehormatan saja karena ada yang menerimanya di pihak lain, sedang hubungan darah masih tetap merupakan syarat mutlak sebagaimana telah kita lihat dalam upacara adat mamboruhon dan mamampe marga. Meskipun dimaksudkan sebagai kehormatan belaka, namun menurut prinsip adat Batak Toba yang tidak bisa ditawar-tawar tidak boleh diberi marga kepada pria bukan orang Batak Toba yang istrinya juga bukan orang Batak Toba. Sebabnya ialah biar bagaimanapun setiap pria Batak Toba mewariskan marganya secara turun-temurun. Mengenai marga seorang Batak Toba tidak menjadi soal bahwa ibunya bukan wanita Batak Toba, misalnya marga orang itu Silaban dan kalau perlu dapat membuktikannya berdasarkan sisilah mulai dari Siraja Batak. Kesimpulan ialah marga sebagai gelar kehormatan dapat diberikan hanya kepada sang istri bukan wanita Batak, yang suaminya juga bukan orang Batak, karena wanita tidak mewariskan marga, jadi yang dihibahkan itu paling lama seumur hidup. Pemberian marga sebagai gelar kehormatan semacam ini dialami sendiri oleh banyak orang istri Edward Bruner dalam suatu upacara adat diulosi gabe boru Simanjuntak 1 di desa Tampahan dekat kota Balige di Kabupaten Tobasa yang dulunya pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun Ahli Antropologi tersebut bersama istrinya tinggal selama kira-kira dua tahun di desa dari marga Simanjuntak tadi untuk mengadakan penelitian ilmiah tentang 1 Diulosi gabe boru Simanjuntak artinya diulosi menjadi boru Simanjuntak.

4 orang Batak dan karena ramahya sudah disapa oleh penduduk dengan istilah lae 2 dan ito 3 sebelum upacara tersebut. Marga itu hanya gelar kehormatan belaka, karena dalam surat-surat resmi yang mengandung perbuatan hukum tentu saja tidak tecantum boru Simanjuntak. Nyonya Bruner dijadikan boru Simanjuntak oleh para pengetua adat di desa itu. Memang menurut tatakrama Batak Setiap wanita yang bukan kerabat disapa demi sopan satu dengan istilah ito oleh kaum pria yang sebaya umurnya seolah-olah seayah dengan wanita itu, atau dengan istilah namboru oleh orang lain. Tujuan dari upacara adat tadi ialah menambah akrab pergaulan seolah-olah kerabat dekat dan supaya jelas siapa menyapa dia serta suaminya (amangboru) dan lain sebagainya. Dalam hal nyonya Bruner ini, yang sudah bisa berbahasa Batak Toba, maka Simanjuntak misalnya, salah seorang pengetua adat disana, menjadi ito baginya. Pada tahun 1971 datang lagi keluarga tersebut untuk mebat 4 ke desa Tampahan. Istri Bruner sudah disapa oleh para penghuni desa ini dengan Nia Riana menurut tata cara Batak, karena anaknya yang sulung, seorang wanita bernama Riana. Penabalan marga Silaban yang diberikan pada Syamsul Arifin di Kecamatan Babalan, Pangkalan Brandan menunjukkan besarnya keinginan masyarakat dalam proses penabalan marga Syamsul Arifin dan Syamsul Arifin juga mengaspresiasikan keinginan masyarakat yang Syamsul Arifin adalah sebagai figur kepala daerah Kabupaten Langkat. Namun penabalan tersebut menjadi suatu kontroversi yang menyebutkan bahwa penabalan marga ini sebagai alat kekuatan politik Syamsul Arifin dalam proses kampanye pemilihannya 2 Lae sapaan untuk memanggil terhadap sesama laki-laki. 3 Ito sapaan untuk memanggil terhadap perempuan. 4 Mebat artinya berkunjung secara adat.

5 sebagai calon Gubernur Sumatera Utara. Hal ini diperkuat karena penabalan marga Syamsul Arifin juga terjadi di tanah Karo oleh suku Batak Karo yang ditabalkan sebagai marga sembiring. Penabalan marga yang hampir sama waktunya dengan pencalonan Syamsul Arifin sebagai calon Gubernur Sumatera Utara dengan menabalkan dua marga pada dirinya yang merupakan marga yang cukup besar kumpulannya di setiap suku masing-masing sehingga adanya daya tarik pada daerah marga yang memiliki marga tersebut atau tanah kelahiran marga tersebut. Marga dijadikan politisasi dalam memperoleh kekuasaan, perhatian, simpati dan kedekatan demi memperoleh suaru pemilihan yang cukup besar. Dalam setiap pemilihan seperti ini memang sering terjadi pendekatan-pendekatan setiap calon yang mendaftarkan diri mereka sebagai calon gubernur yang akan menimbulkan simpati dari masyarakat. Secara tidak langusng marga sendiri memiliki unsur politik sejak dulu. Namun bukan dimanfaatkan sebagai upaya seseorang untuk mendapatkan kekuasaan dengan cara penabalan marga. Hal ini terkait pada sistem kekerabatan yang dianut bagi suku Batak, marga akan diturunkan atau diwariskan secara turun-temurun pada anak laki-laki dan perempuan. Suku Batak memiliki suatu sistem yang mengikat mereka yang disebut dengan Dalihan Na Tolu yang mana sama besarnya dan panjangnya, sehingga bila dibalik tetap sama dan saling menopang. Inilah yang membuat sistem kekerabatan suku Batak sangat kuat dengan adanya marga sebagai ikatan kekeluargaan. Kekuatan perpolitikan bila kita jabarkan atau gambarkan memiliki garis koordinasi yang saling menghilangkan satu sama lain yang akan memiliki suatu kekuatan yang kuat. Bila dilihat dari prinsip sistem kekerabatan masyarakat

6 Batak, terutama Batak Toba memiliki tiga kekuatan yang memiliki kekuatan yang sama besar, yang saling menopang satu sama lain. Kekuatan sistem kekerabatan ini akan membentuk suatu paramida segitiga. Secara etimologi paramida memiliki garis yang sama panjang. Sehingga bila kita balik-balikan paramida tersebut akan selalu berbentuk segitiga yang sama. Seperti halnya kekuatan politik tidak terlepas dari adanya dukungan dari orang yang memberi pengaruh terhadap politik tersebut. Dalam perpolitikan yang sering terjadi di Indonesia merupakan politik tradisional sehingga untuk mendapat kekuatan dan kekuasaan dari dukungannya maka peran agama, suku dan golongan merupakan kekuatan yang cukup besar dalam memberi kesempatan kekuatan dalam membangun suatu kekuatan dalam politik. Dalam pemberian marga ada dua faktor yang besar dan sering terjadi yang sekarang ini, hal inilah yang akan menjadi tulisan menarik adanya perubahan marga menjadi kekuatan politik. Dua faktor ini kemungkinan adalah diberi dan diminta, dari kedua hal itulah akan muncul masalah. Bila kita berbicara antara kedua pihak yang akan memberikan keuntungan atau kontribusi bagi kedua pihak antara si pemberi dan si penerima. Batak Toba identik dengan marga. Marga diturunkan secara turun-temurun kepada generasinya. Marganya hanya akan diberikan atau diturunkan kepada anak laki-laki mereka, sedangkan untuk anak perempuan pada suku Batak Toba dianggap sebagai boru sehingga mereka tidak menurunkan marga secara garis keturunan ayah. Marga hanya diturunkan oleh anak laki-laki mereka. Hal ini disebabkan bahwa anak perempuan bagi orang Batak bila sudah menikah anak perempuan mereka, maka anak perempuan mereka akan menjadi keluarga pihak

7 laki-laki dan akan membawa marga dari suaminya. Walaupun dia hanya boru, ia memiliki pengaruh dalam keluarganya mampu keluarga suaminya. Hal ini akan menimbulkan sistem kekerabatan yang semakin luas, sehingga marga bagi orang Batak Toba sangatlah berpengaruh dan tidak akan terlepas dari sistem kekerabatan mereka. Marga yang merupakan salah satu jembatan dalam sistem kekerabatan bagi suku Batak Toba, sehingga akan menimbulkan kekuatan dan pengaruh bagi mereka. Sehingga banyak pihak-pihak yang ingin membesarkan pengaruh dan kekuasaanya di daerah Batak Toba (Sumatera Utara) maka mereka akan mengadakan hubungan sehingga bagi pihak yang mendapatkan marga lebih mudah dalam pemberian pengaruh. Hal ini dapat kita perjelas dengan pengertian dari ilmu politik menurut Roger H. Soltau adalah ilmu yang mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu serta hubungan antara negara dengan warganya serta dengan negara-negara lain. Maka dari hal inilah partai politik merupakan organisasi atau golongan yang berusaha untuk memperoleh dan menggunakan kekuasaan (Prof. Miriam Budiarjo). Peneliti tertarik akan masalah marga sebagai kekuatan politik karena pada dasarnya marga mereka turunkan melalui garis keturunan ayah yang secara turuntemurun dan akan diteruskan oleh anak laki-laki mereka. Namun pada saat ini marga digunakan sebagai kekuatan politik untuk mendapatkan kekuasaan dengan menjadi bagian dari komunitas tersebut. Banyak diantara kita tidak memahami pasti mengapa seseorang itu mau menggunakan marga tertentu untuk dirinya.

8 Bahkan banyak masyarakat Batak Toba tidak memahaminya hal ini dapat dijadikan sebagai pengaruh kekuatan politik. 1.2 Rumusan Masalah Dalam masalah yang hendak penulis jelas dalam tulisan ini akan menguraikan sebuah rumusan masalah mengenai Marga Sebagai Kekuatan Politik yang merupakan sebagai kunci utama dalam tujuan penulisan skripsi ini, hingga dapat di selesaikan dengan baik. Adapun rumusan masalah yang hendak dipaparkan dalam skripsi ini: 1) Bagaimana pemberian marga sebagai gelar kehormatan berpengaruh pada sistem Dalihan Na Tolu? 2) Bagaimana gelar kehormatan yang telah diberikan dapat digunakan dalam proses politik? 1.3 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilaksanakan. Lokasi penelitian sangat penting dalam setiap penelitian karena dari lokasi inilah seorang peneliti dapat memperoleh data yang diperlukan. Jadi sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu ditetapkan lokasi penelitian. Berdasarkan masalah di atas lokasi penelitian ini adalah di Desa Dolok Margu yang menjadi pemekaran dua desa, yang dulunya di desa ini adalah Desa Silaban yang berada di Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasudutan, Propinsi Sumatera Utara.

9 Adapun pemilihan lokasi penelitian di Desa Dolok Margu Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasudutan adalah karena dilokasi inilah pada umumnya tempat perkumpulan kelompok marga Silaban dan di huni keturunanya selama bertahun-tahun dan didesa inilah pemberian marga Silaban dilaksanakan. 1.4 Tujuan dan Manfaat Masalah Tujuan Adapun tujuan masalah yang hendak dipaparkan oleh penulis dalam skripsi ini merupakan hal untuk dapat memberikan gambaran yang umum bagi yang akan membaca tulisan ini. Karena hubungan sistem kekerabatan pada orang Batak Toba pada umumnya tidak terlepas dari marga. Adapun tujuan masalah yang hendak dipaparkan, yaitu: 1. Perubahan arti marga Batak yang sering di indentifikasikan sebagai politisasi kekuatan dalam memperoleh kekuasaan politik. 2. Dapat memberikan refrensi baru dan bacaan yang membantu pembaca dalam pemahaman tentang segi politiknya marga. 3. Marga bukan sebagai kekuatan politik yang dapat digunakan oleh seseorang yang hanya memperoleh keuntungan saja Manfaat Ada beberapa yang menjadi manfaat masalah yang dapat dipaparkan dalam penelitian skripsi ini, sebagai berikut: 1. Memberikan pemahaman bagi pembaca terutama pada orang Batak bahwa marga pada saat ini banyak digunakan sebagai wadah kekuatan untuk memperoleh kekuasaan.

10 2. Dapat memperkuat sistem kekerabatan bagi masyarakat Batak yang ada, sehingga marga bukan sebagai pemecah tetapi wadah kekuatan mereka. 3. Menjadi bacaan yang menarik bagi pembaca mengenai marga yang sekarang ini cenderung indentik dalam politik. 1.5 Tinjauan Pustaka Pengertian Marga Marga adalah nama persekutuan orang-orang bersaudara, seketurunan menurut garis ayah, yang mempunyai tanah sebagai milik bersama di tanah asal atau tanah leluhur. Misalnya Mangihut Silaban. Mangihut adalah nama kecil atau nama pribadi dan Silaban ialah nama warisan yang telah diterimanya sejak Mangihut masih dalam kandungan ibunya, nama kesatuan atau persekutuan keluarga besar yaitu Silaban (Rajamarpodang, 1992:93). Marga nama keluarga/kerabat yaitu nama yang diberikan kepada seseorang dengan otomatis berdasarkan kekerabatan yang uniliear atau garis keturunan genealogis secara patrilineal dari satu nenek moyang. Pada mulanya, marga berasal dari nama pribadi seseorang nenek moyang. Pada keturunannya kemudian menggunakan nama ini sebagai nama keluarga (marga) untuk menandakan bahwa mereka keturunan dari satu nenek moyang yang sama. Semua orang Batak Toba membubuhkan nama marga bapaknya di belakang nama kecilnya. Marga adalah kelompok kekerabatan yang meliputi orang-orang yang mempunyai kakek bersama atau yang percaya bahwa mereka adalah keturunan dari seorang kakek bersama menurut perhitungan garis patrilineal (kebapaan). Anggota dari satu marga dilarang kawin karena marga

11 adalah kelompok yang eksogam. Jadi semua orang yang semarga adalah orang yang berkerabat dan dengan orang lain marganya dapat dapat juga dicarikaiatan kekerabatan, karena mungkin saja dia mempunyai hubungan kekerabatan dengan bibi, paman atau saudara lain, melalui hubungan perkawinan. Orang luar atau bukan kerabat, yang mula-mula dipersepsikan sebgai suatu golongan besar yang tidak dibeda-bedakan, sehubungan dengan pengalaman-pengalaman pergaulan sosial, hubungan pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat dianggap sebagai salah satu indikator dari derajat kemodrenan-lambat laun mengalami penghalusan dan satuan besar yang tadinya kabur itu disadari oleh orang Batak Toba sebagai golongan-golongan yang berbeda-beda (T.O.Ihromi). Menurut Raja Marpodang Gultom marga adalah nama persekutuan orangorang bersaudara, seketurunan menurut garis ayah, yang mempunyai tanah sebagai milik bersama ditanah asal atau tanah leluhur. Misalnya Mangihut Silaban. Mangihut adalah nama kecil atau nama pribadi dan Silaban ialah nama warisan yang telah diterimanya sejak mangihut masih dalam kandungan Ibunya, nama kesatuan atau persekutuan keluarga besar yaitu Silaban (Raja Marpodang, 1992:93). Marga atau nama keluarga adalah bagian nama yang merupakan pertanda dari keluarga mana ia berasal. Marga lazim ada di banyak kebudayaan di dunia. Nama marga pada kebudayaan Barat dan kebudayaan-kebudayaan yang terpengaruh budaya barat (yang lebih menonjolkan individu) umumnya terletak di belakang, oleh karena itu diesbut pula nama belakang. Kebalikannya, budaya Tionghoa dan Asia Timur lainnya menaruh nama marga di depan karena yang ditonjolkan adalah keluarga, individu di nomorduakan setelah keluarga.

12 Orang Batak mempunyai nama marga/keluarga yang biasanya dicantumkan di-akhir namanya. Nama marga ini diperoleh dari garis keturunan ayah (patrilinear) yang selanjutnya akan diteruskan kepada keturunannya secara terus-menerus. Menurut kepercayaan masyarakat Batak Toba, Induk Marga Batak dimulai dari Si Raja Batak yang diyakini sebagai asal mula orang Batak. Si Raja Batak mempunyai 2 (dua) orang putra yakni Guru Tatean Bulan dan Si Raja Isumbaon. Guru Tatean Bulan sendiri mempunyai 4 (empat) orang putra yakni Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja dan Malau Raja. Sementara Si Raja Isumbaon mempunyai 3 (tiga) orang putra yakni Tuan Sorimangaraja, Si Raja Asiasi dan Sangkar Somalidang Fungsi dan Tujuan Marga Menurut Koentjaranigrat (1981 : 122) bahwa fungsi marga bagi orang Batak adalah untuk mengatur perkawinan. Fungsi ini dijalankan dengan adat eksogami marga dengan adat yang sampai sekarang yang masih dipegang teguh oleh marga Batak. Orang batak mengenal marga dengan arti satu asal keturunan, satu nenek moyang, sabutuha yang artinya satu perut asal. Jadi, marga merupakan suatu kesatuan kelompok yang mempunyai garis keturunan yang sama berdasarkan nenek moyang yang sama sehubungan dengan cerita mitos (Joustra, 1910: dalam buku Bungaran). Status sosial sangat ditentukan oleh marga. Di dalam hubungan sosial orang Batak, marga merupakan dasar untuk menentukan partuturan, hubungan persaudaraan, baik untuk kalangan semarga maupun dengan orang-orang dari marga yang lain. Kapan mulai terdapat struktur marga di kalangan orang Batak,

13 tidak diketahui dengan pasti. Hanya dikatakan bahwa marga sudah ada sejak adanya orang Batak. Bahkan menurut ceritanya asli rakyat Batak, debata mulajadi sendiri yang menetapkannya (Hutagalung, 1963:17 dalam buku Bungaran). Fungsi lain dari marga yaitu menentukan kedudukan seseorang di dalam pergaulan masyarakat yang teratur menurut pola dasar pergaulan yang dinamakan dalihan na tolu. Dengan mengetahui marga seseorang, maka setiap orang Batak otomatis lebih mudah untuk mengetahui hubungan sosial di antara mereka. Dasarnya yaitu dengan mengingat marga ibu, nenek, istri atau istri kakak maupun adiknya, maupun adik atau kakak ayah. Marga menentukan kedudukan sosialnya dan kedudukan sosial orang lain di dalam jaringan hubungan sosial adat maupun kehidupan sehari-hari. Tujuan marga ialah membina kekompakan serta solidaritas sesama anggota semarga sebagai anggota keturunan dari satu leluhur. Walaupun keturunan satu leluhur pada suatu ketika mungkin akan terbagi atas cabangcabang marga, akibat perkembangan jumlah keturunannya, namun sebagi keluarga besar, marga-marga cabang tersebut selalu mengingat kesatuannya dalam pokok marganya. Dengan adanya keutuhan marga maka kehidupan sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu akan tetap lestari Pengertian Budaya Politik Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat. Namun, setiap unsur masyarakat berbeda pula budaya politiknya, seperti antara masyarakat umum dengan para elitenya. Seperti juga di

14 Indonesia, menurut Benedict R. O'G Anderson kebudayaan Indonesia cenderung membagi secara tajam antara kelompok elite dengan kelompok massa. Budaya politik adalah pola tingkah-laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu sistim politik. Budaya politik merupakan aspek yang sangat signifikan dalam sistim politik. Setiap masyarakat memiliki latar belakang budaya tertentu. Budaya ini tentunya akan mempengaruhi pola perilakunya, termasuk di dalamnya adalah dalam pola perilaku berpolitik. Seperti halnya budaya politik Jawa, Sunda, Batak, Padang, Bugis, Manado dan Bali masing-masing memiliki cirinya sendiri. Budaya politik mempengaruhi sistem politik karena budaya politik terbawa ke dalam pembentukan struktur dan proses kegiatan politik masyarakat maupun pemerintahan. Karena yang dimaksud dengan sistim politik adalah interelasi antara manusia yang menyangkut soal kekuasaan, aturan dan wewenang. Menurut Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell, Jr. budaya politik berisikan sikap, keyakinan, nilai dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola-pola khusus yang terdapat pada bagianbagian tertentu dari populasi. Hal ini juga dipertegas oleh Alan R. Ball yang mendefenisikan budaya politik adalah suatu susunan yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik dan isu-isu politik Makna Budaya Politik Budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik.

15 Sebenarnya istilah budaya politik tertentu melekat pada setiap masyarakat yang terdiri atas sejumlah individu yang hidup, baik dalam sistem politik tradisional maupun modern. Sebagaimana konsep kebudayaan terdapat pada setiap masyarakat, baik yang disebut tradisional maupun modern. Pengetahuan mengenai budaya politik ini dalam kenyataannya sering diberi arti sebagai peradaban politik yang disamakan dengan prestasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini terlihat pula dari lingkup budaya politik itu, meliputi pula orientasi individu, yang diperoleh dari pengetahuannya yang luas maupun sempit: orientasinya yang dipengaruhi oleh perasaan keterlibatan, keterlekatan ataupun penolakan: orientasinya yang bersifat menilai terhadap objek dan peristiwa politik. Mengenai pengetahuan pengenalan tersebut, dinilai lebih bersifat sebagai peradaban dari pada sebagai kebudayaan. Oleh karena itu, budaya politik merupakan persepsi manusia, pola sikapnya terhadap berbagai masalah politik dan peristiwa politik terbawa pula ke dalam pembentukan struktur dan proses kegiatan politik masyarakat maupun pemerintah. Oleh karena itu, sistem politik itu sendiri adalah hubungan manusia yang menyangkut masalah kekuasaan, aturan dan wewenang. Hakikat budaya politik adalah suatu masyarakat terdiri dari system kepercayaan yang bersifat empiris, simbol-simbol yang ekspesif dan sejumlah nilai yang membatasi tindakan-tindakan politik. Kebudayaan politik selalu menyediakan arah dan orientasi bagi politik. Sudah tentu kebudayaan politik merupakan salah satu aspek kehidupan politik secara keseluruhan. Jika orang ingin mendapatkan gambaran dan ciri politik suatu bangsa secara utuh bulat, orang tersebut harus pula melakukan penelaahan terhadap sisinya yang lain. Atas

16 dasar alasan yang telah dipertimbangkan secara matang maka hal ini memusatkan perhatian terhadap beberapa aspek kebudayaan, yaitu sebagai berikut. 1. Sistem politik adalah merupakan jaringan yang kompleks antara budaya politk dan aspek-aspek politik serta kebudayaan lain yang sifatnya formal. Oleh sebab itu, dengan mengabaikan hal tersebut, sangat sulit untuk mendapatkan gambaran tegas tentang system politik. 2. Budaya politik adalah merupakan salah satu sistem politik yang sifatnya sangat signifikan sekali. Lebih jauh lagi mari kita lihat hubungan antara budaya politik dan perilaku politik. Perilaku politik adalah suatu telahan mengenai tindakan manusia dalam situasi politik. Situasi politik sangat luas cakupannya, antara lain : pengertian respons emosional berupa dukungan maupun simpati kepada pemerintah, respon terhadap perundang-undangan dan lain-lain. Jadi, dengan demikian perilaku para pemilih atau pemberi suara dalam pemilihan umum, misalnya, karena dapat menggambarkan sikap mereka terhadap pemerintah, merupakan salah satu telahan tentang prilaku politik. Tindakan dan perilaku politik individu sangat ditentukan oleh pola orientasi umum yang tampak secara jelas sebagai pencerminan budaya politik. Sedikit atau banyak seorang individu terkait pada nilai kebudayaan tempat ia hidup. Parsudi Suparlan mengatakan pada pengantarnya dalam buku Antropologi Politik karangan Georges Balandier (hal: 65-66), salah satu tujuan antropologi politik itu adalah sebagai usaha untuk mendefenisikan secara lebih jelas dan mengetahui secara lebih baik mengenai bidang politik, maka dalam bab ini

17 Balandier ingin menjelaskan bagaimana peran kekerabatan dalam posisi politik kekuasaan, dengan mengasumsikan studi-studi kasus di berbagai beberapa ahliahli yang telah memberikan pendapat dan hasil pengamatannya, tentunya sebagai salah satu cara untuk menjelaskan apa sebenarnya politik itu. Politik merupakan hal yang sangat fundamental bagi setiap manusia yang hidup secara kelompok, mereka pasti ada pemimpin, ada yang superior, yang biasanya memiliki kriteria kebudayaan masing-masing. Dalam masyarakat kebudayaan di dunia ini para ahli mengatakan ada tiga jenis sistem kekerabatan yang dianut masyarakat yakni Partilineal, matrilineal dan unilineal. Dalam Balandier hanya memfokuskan teorinya untuk membahas politik kekuasaan yang menganut prinsip keturunan dari satu pihak saja, baik patrilineal atau matrilineal. MG.Simth memiliki teoritis yang sistematis, hubungan-hubungan eksternal dari sebuah garis keturunan itu, terutama adalah hubungan-hubungan politik, apakah secara langsung (dalam kasus peperangan atau penipuan) atau secara tak secara langsung (melalui pertukaran matrimonial, upacara, dll). Sedangkan hubungan internalnya terutama adalah hubungan-hubungan administratif, berlandaskan kepada kewenagan, atas hirarki yang memberinya aransemen tepat bagi hubungan-hubungan sosial. Teori tentang kekerabatan dan kekuasaan ini menjelaskan kepada kita tentang bagaimana masyarakat tradisional memakai sifat-sifat yang emosional dalam kepemimpinan dalam kelompok mereka. Namun, banyak hal yang menurut saya akan terjadi ketimpangan kasus yang didominasi oleh satu prinsip kekerabatan tunggal yaitu patrilineal. Sehingga masalah kekerabatan dan kekuasaan sangat berperan.

18 Menurut pendapat George Orwell bahwa dijaman ini tidak mungkin orang bisa lepas dari politik. Semua masalah adalah selalu masalah politik (1945:154). Politik adalah masalah kekuasaan, yaitu kekuasaan untuk membuat keputusan, mengendalikan sumber daya, mengendalikan perilaku orang lain dan sering kali juga mengendalikan nilai-nilai yang dianut orang lain. Bahwa keputusan-keputusan biasa yang dibuat dalam kehidupan sehari-hari pun bisa dipandang dari sudut politik. Kekuasaan adalah sebuah konsep asbtrak, tapi sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita. Moore dan Hendry (1982:127) mendefinisikannya sebagai kekuatan dalam masyarakat yang membuat tindakan terjadi, sehingga dengan menelitinya kita bisa mengenali siapa yang mengendalikan apa dan demi kepentingan siapa. Salah satu cara untuk memahami cara kerja dari kekuasaan dalam masyarakat adalah dengan melihat pada dunia politik. Dalam sebuah demokrasi, kita sebagai warga memberikan hak kepada para politikus untuk membuat hukum atas nama kita, dan jika kita melanggar hukum itu, maka masyarakat mendapatkan hak untuk menghukum kita. kekuasaan politik mengendalikan banyak aspek dalam kehidupan kita seperti berapa besarnya pajak yang kita bayar, bagaimana kondisi dari layanan kesehatan masyarakat dan pendidikan yang bisa kita dapatkan, seberapa cepat kita boleh mengendarai mobil, jenis obat apa yang boleh dan tidak boleh kita gunakan serta banyak bidang dan jenis kegiatan lainnya. Dalam hal ada sebuah kutipan dari Jurnal Antropologi Sumatera Pilkada tulisan Tumpak Manurung. Upaya dan strategis yang dilaksanakan oleh masingmasing Pasangan Calon hampir sama antara lain melalui Partai Politik,

19 membentuk Tim Sukses, Tim Kampaye dan Posko-posko, melaksanakan silaturahmi terhadap tokoh, mengunjungi dan memberikan bantuan kepada masyarakat, menghadirkan tokoh pada saat kampanye, penyebaran brosur, spanduk, selebaran dan baliho serta mempererat hubungan komunikasi kekeluargaan/kekerabatan serta ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemenangan atau kekalahan pasangan calon antara lain figur pasangan calon di mata masyarakat, upaya dan strategi yang dilaksanakan oleh pasangan calon dan pengaruh dukungan dari berbagai pihak. Dalam pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten Pakpak Bharat ada 3 pasangan calon, yang menjadi pemenang adalah Calon Nomor Urut 1, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kemenangan pasangan calon tersebut adalah karena ada hubungan marga, kekeluargaan kekerabatan terhadap pasangan calon, terarah dan sesuai upaya dan strategi pasangan calon dilaksanakan dengan jujur, ihklas, tidak mengharapkan balas jasa, penuh pengabdian dan berbuat sesuai dengan keadaaan dan kondisi masyarakat setempat dan didukung oleh berbagai pihak. Dari hasil peneltian dapat digambarkan, bahwa Pemilih dalam menentukan pemilihannya lebih cenderung kepada Pasangan Calon yang dan ada hubungan etnis, kekerabatan, famili, marga dan dearah asal (bona pasogit). Ketiga pasangan calon adalah asli etnis Pakpak dari Sauk Simsim, tetapi berlainan lebbuh (Tanah Ulayat). Kelompok marga sesuai dengan lebbuhnya, mempererat hubungan kekerabatan untuk bersatu mendukung pasangan calon dari wilayahnya, dengan melaksanakan pertemuan-pertemuan dalam rangka mempererat kekeluargaan/kekerabatan disponsori oleh pasangan calon.

20 Upaya kultural adalah usaha yang berhubungan dengan kebudayaan. Secara khusus penulis melaksanakan wawancara mendalam kepada informan (tokoh masyarakat, tokoh adat/budaya, tokoh agama) untuk mengetahui upaya kultural yang dilaksanakan oleh pasangan calon nomor urut 1, sebagai pemenang dalam pilkada di Kabupaten Pakpak Bharat. Dalam hasil pilkada. Kesehari-harian dalam memilih dan menentukan tim sukses yang dapat dipercaya dan kesetiannya merupakan dasar pemikiran dasar pasangan calon nomor urut 1. Dari daftar tim sukses yang dibentuk oleh pasangan calon nomor urut 1 dapat dilihat dan hubungan marga, keluarga/kekerabatan, diantaranya marga Berutu, Tumanggor, Banurae, Barasa, Bonag Manalu, Manik, Cibro dan Padang. Tim sukses dari kelompok pendukung yang dibentuk oleh pasangan calon nomor urut 1, sesuai dengan pengamatan penulis dan solid mendukung calonnya tanpa mengharapkan imbalan dari pasangan calon. Adanya hubungan marga yang mempererat mereka menjadikan modal dalam mengsosialisasikan calon yang mereka pilih tanpa mengutamakan imbalan jasa yang berbentuk materi. Hal ini disebabkan eratnya hubungan marga/keluarga/kekerabatan. Menurut E.B Taylor dalam bukunya yang berjudul Primitive Culture mengemukakan tentang pengertian kebudayaan sebagai suatu pengertian yang menyeluruh dan kompleks yang tercakup dalam pengetahuan (knowledge), kepercayaan, seni, hukum, moral, adat-istiadat, kapabilitas dan kebiasaankebiasaan lainnya yang dimiliki seseorang sebagai sesuatu masyarakat (Alfian, 1985 : 154). Pengertian ini timbul dari pemahaman tentang kebudayaan sebagai sistem atau serangkaian nilai yang mendasari atau melandasi pola orientasi, sikap dan tingkah laku anggota masyarakat di dalam berbagai bidang atau segi

21 kehidupannya sehari-hari. Kebudayaan dalam hal ini adalah sistem nilai memberikan kepada seseorang suatu cara memandang dan menilai apa yang nyata dan tidak agar dapat memilih mana yang benar atau salah. Artinya, kebudayaan membentuk perpepsi seseorang tentang sekitarnya termasuk dunia sehingga hal ini melahirkan pola orientasi, sikap dan perilaku politik. Senada dengan ini, Spradley (1997 : 5) berpendapat bahwa kebudayaan harus dipahami sebagai suatu sistem pengetahuan yang diperoleh dan digunakan orang untuk menafsirkan (menginterpertasikan) pengalaman dan melahirkan perilaku. Kebudayaan sebagai sistem pengetahuan dan gagasan yang dimiliki suatu masyarakat merupakan kekuatan yang tidak tampak, yang mampu menggiring dan mengarahkan manusia pendukung kebudayaan itu untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan pengetahuan dan gagasan yang menjadi milik masyarakat tersebut baik di bidang ekonomi, sosial, politik dan sebagainya. Pada setiap masyarakat di dunia melakukan tindakan-tindakan politik. Hal tersebut dilakukan karena menurut Balandier (1996) yang mengutip pendapat Frued bahwa politik merupakan alat pemersatu dari masyarakat yang heterogen dan berbeda-beda, ketidakmerataan stratifikasi sosial dan sistem kelas-kelas sosial yang dibangun diantara individu dan kelompok. Dalam Antropologi Politik Swarzt, Turner dan Tuden mengatakan bahwa politik merupakan proses pengambilan keputusan dan mempengaruhi kepentingan umum (publik) serta pembagian dan penggunaan kekuasaan oleh yang bersangkutan (Balandier, 1996). Jadi dengan singkat dapat dikatakan bahwa politik merupakan persaingan kekuasaaan dan cara-cara untuk mencapai dan menggunakan kekuasaan.

22 Kebudayaan tidak diperoleh manusia dengan begitu saja tetapi melalui proses belajar yang berlangsung tanpa henti sejak manusia dilahirkan sampai dengan ajal menjemputnya (Koentjaraningrat, 1997 : 57). Proses belajar dalam konteks kebudayaan bukan hanya dalam bentuk proses pengertian mengenai pengetahuan yang diperoleh manusia melalui pewarisan dalam keluarga, lewat sistem pendidikan formal di sekolah atau lembaga pendidikan formal lainnya tetapi juga, diperoleh melalui proses belajar dari berinteraksi dengan lingkungan alam dan sosialnya. 1.6 Metode Penelitian Tipe dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskritif, yang bermaksud menggambarkan secara terperinci mengenai sistem kekerabatan pada etnis masyarakat Batak Toba dikhususkan kepada marga sebagai kekuatan politik. Penelitian ini memfokuskan bagaimana marga dapat memberi pengaruh terhadap orang lain yang ada dilingkungan sekitarnya. Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif cara-cara hidup, cara-cara pandang ataupun ungkapan-ungkapan emosi dalam menanggapi marga yang dijadikan suatu wadah untuk memperoleh kekuatan politik Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dan digunakan dalam penelitian, maka dilakukan penelitian lapangan sebagai upaya untuk memperoleh data promosi. Selain itu, diperlukan juga penelitian dari berbagai sumber

23 kepustakaan sebagai upaya untuk memperoleh data sekunder. Adapun data yang merupakan sebagai data awal adalah dari adanya dokumen dan studi Pustaka tentang bahan-bahan cetakan yang berhubungan atau informasi dari media cetak, untuk dapat memperkuat data yang akan dikumpulkan a. Teknik Observasi Metode observasi yang dipakai ialah non partisipasi. Observasi non partisipasi merupakan suatu cara yang dilakukan peneliti yakni melihat langsung ke lapangan. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai orang luar yang melihat gejala yang diamati tersebut dengan menggunakan kacamata atau refrensi dengan standard tertentu. Metode observasi atau pengamatan dilakukan guna mengetahui situasi dalam konteks ruang, memahami lingkungan dan nilai keadaan yang terlihat dan tersurat dan waktu pada daerah penelitian. Menurut penulis, data yang diperoleh dari hasil wawancara saja tidaklah cukup untuk menjelaskan fenomena yang terjadi. Oleh karena itu, diperlukan suatu aktifitas dengan langsung mendatangi tempat penelitian sambil melakukan pengamatan. Pengamatan akan dilakukan pada setiap kegiatan atau peristiwa yang dianggap perlu atau berhubungan dengan tujuan penelitian. b. Wawancara Wawancara mendalam Dalam metode wawancara mendalam atau depth interview kepada beberapa orang informan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Informan pangkal adalah orang yang mempunyai penegtahuan luas mengenai berbagai masalah yang ada dalam suatu komunitas atau masyarakat.

24 Informan pokok atau kunci adalah orang mempunyai keahlian mengenai suatu masalah yang ada dalam masyarakat tersebut dan yang menjadi perhatian penelitian kita. Informan disini adalah tokoh adat, tokoh politik, tokoh masyarakat dan tokoh agama, sebagai informan utama dan informan kunci. Hal ini dilakukan agar memberikan pertanyaan peneliti tidak lari dari jalur permasalahannya. Tokoh adat adalah mereka yang mengetahui secara lebih jelas akan bagaimana seluk beluk dalam sistem kekerabatan pada masyarakat batak yang ada di Sumatera Utara khususnya di desa Dolok Margu, Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasudutan. Wawancara mendalam ini dilakukan dengan mendatangi beberapa orang tokoh adat yang dianggap mempunyai pengetahuan yang pasti dan lebih lengkap tentang sejarah dan fungsi marga itu yang sebenarnya. Wawancara Bebas Dalam wawancara bebas, merupakan informan biasa yang merupakan masyarakat yang ada di daerah yang akan diteliti oleh peneliti mengenai marga bagi mereka pada saat ini. Informan biasa adalah orang yang memberikan informan mengenai sesuatu masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tapi bukan ahlinya. c. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan sebagai teknik pengumpul data selanjutnya, dimaksudkan peneliti untuk mencari dan mengumpulkan data dari beberapa buku dan hasil penelitian para ahli yang berhubungan dengan masalah peneltian guna lebih menambah pengertian dan wawasan peneliti demi kesempurnaan akhir

25 penelitian ini. Dan adanya tambahan data yang merupakan sebagai dokumen tentang bahan-bahan cetak sebagai data kepustakaan. d. Dokumentasi Dokumentasi adalah catatan, karangan, atau gambaran seseorang secara tertulis tindakan, pengalaman dan kepercayaannya. Maksud mengumpulkan dokumen pribadi ialah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi dan arti berbagai faktor di sekitar subjek penelitian. 1.7 Teknik Analisa Data Menurut Patton (1980:268) dalam buku Mallong bahwa analisa data adalah proses yang mengatur urutan data, mengorganisasinya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sehingga data yang dikerjakan bermanfaat sedemikian rupa hingga berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dalam penelitian (Koentjaraningrat, 1996:269). Seperti yang telah penulis tuturkan sebelumnya dalam penelitian ini penulis berusaha untuk bersikap objektif terhadap data yang diperoleh di lapangan. Data ini diperlukan sebagaimana adanya, tidak dikurangi atau tambah atau dirubah, sehingga tidak mempengaruhi keaslian data-data tersebut. Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan tersebut akan diteliti kembali atau di edit ulang, pada akhirnya kegiatan ini bertujuan untuk memeriksa kembali kelengkapan hasil wawancara. Langkah selanjutnya data-data ini akan dianalisa secara kualitatif. Keseluruhan data yang diperoleh dari observasi, wawancara, sumber kepustakaan dan dokumentasi yang telah ditentukan disusun berdasarkan kategori-kategori yang sesuai dengan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: ) 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Hartomo, H (1997)

BAB I PENDAHULUAN. maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Hartomo, H (1997) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup di suatu wilayah tertentu dan saling berinteraksi satu sama lain. Masyarakat yang saling berhubungan satu dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan kebahagiaan, kebanggaan, penerus keturunan, serta harta kekayaan pada sebuah keluarga. namun tidak semua keluarga dapat memperoleh keturunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN Hukum adat kekerabatan adalah hukum adat yang mengatur tentang bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang memiliki kebiasaan, aturan, serta norma yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku memiliki bahasa daerah tersendiri yang membedakan bahasa suku yang satu dengan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu keturunan ditarik dari ayahnya. Dilihat dari marga yang dipakai oleh orang batak yang diambil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan buah pikiran dan perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi seleksinya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi seleksinya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Nilai Batasan nilai bisa mengacu pada berbagai hal, seperti minat, kesukaan, pilihan, tugas, kewajiban agama, kebutuhan, keamanan, hasrat, keengganan, daya tarik, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok-kelompok suku ini berawal dari bagian Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok-kelompok suku ini berawal dari bagian Provinsi Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat kelompok Suku Batak terdiri dari enam kelompok besar yaitu Batak Toba, Pakpak, Mandailing, Simalungun, Angkola dan Karo. Adapun kelompok-kelompok suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Sebagaimana telah kita ketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai-bagai pulau dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh berbagai-bagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Identifikasi Permasalahan Adanya ikatan persaudaraan ibarat adik kakak yang terjalin antar satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang mana sebagian besar bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak yaitu Batak Toba, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang heterogen, Indonesia memiliki banyak suku yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang heterogen, Indonesia memiliki banyak suku yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Sebagai negara yang heterogen, Indonesia memiliki banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Berdasarkan data Sensus Penduduk 2013 yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian itu, karena orang-orang Batak kota pun tetap berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian itu, karena orang-orang Batak kota pun tetap berpedoman pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak sebagai salah satu golongan ethnis di Sumatera sejak dahulu sampai kini menempuh kebudayaannya menurut kepribadian sendiri. Tampaknya moderenisasi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya):

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya): I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keragaman suku juga disertai dengan keragaman budaya. Itulah yang membuat suku budaya Indonesia sangat dikenal bangsa lain karena budayanya yang unik. Berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat dewasa ini, masalah yang berhubungan dengan kehidupan sosial sudah makin kompleks dan terdiri dari berbagai aspek yang mana hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan berbangsa, khususnya dalam kehidupan masyarakat heterogen, seperti Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Suku Batak dari sekian banyak suku yang ada di negeri ini termasuk salah satu suku yang banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Suku Batak dari sekian banyak suku yang ada di negeri ini termasuk salah satu suku yang banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Batak dari sekian banyak suku yang ada di negeri ini termasuk salah satu suku yang banyak merantau. Suku Batak terdiri dari beberapa subsuku, yaitu: Toba,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang undang No. 1 Tahun 1974 dinyatakan bahwa: Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menggolongkannya berdasarkan orang yang peduli, orang yang dipedulikan dan

BAB II LANDASAN TEORI. menggolongkannya berdasarkan orang yang peduli, orang yang dipedulikan dan 24 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepedulian 1. Definisi Kepedulian Kata peduli memiliki makna yang beragam. Banyak literatur yang menggolongkannya berdasarkan orang yang peduli, orang yang dipedulikan dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar dalam menjalankan tata hukum di Indonesia. Oleh sebab itu, untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel kabapaan. Stelsel kebapaan ini yang dianut masyarakat Karo ini dapat dilihat dari kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian pustaka.kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa pulau-pulau besar, yang salah satunya adalah Pulau Jawa yang merupakan pulau besar yang ada di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia adalah Negara majemuk dimana kemajemukan tersebut mengantarkan Negara ini kedalam berbagai macam suku bangsa yang terdapat didalamnya. Keaneka ragaman suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas selama manusia itu ada dalam berbagai interaksi sosialnya, baik itu konflik perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Indonesia terdiri dari beragam etnis, seperti etnis Jawa, etnis Melayu, etnis Minang, serta etnis Batak. Setiap etnis ini memiliki budaya dan sistem kekerabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan budaya Indonesia mengalami pasang surut, pada awalnya, Indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural, hal ini terbukti dengan banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mempunyai budaya berbedabeda. Perbedaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dan penuh dengan keberagaman, salah satu istilah tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap suku biasanya memiliki tradisi yang menjadi keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas membentang dari kota Sabang Provinsi Nanggro Aceh Darussalam hingga kota Merauke Provinsi Papua. Tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia sangat luas, juga mempunyai puluhan bahkan ratusan adat budaya. Begitu juga dengan sistem kekerabatan yang dianut, berbeda sukunya maka berbeda pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak dan Batak Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak dan Batak Mandailing, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Batak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang mana sebagian besar bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak yaitu Batak Toba, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi sumatera utara dewasa ini mencatat adanya suku Batak dan Suku Melayu sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Makna Pekerjaan Dalam Masyarakat Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi guna menjaga kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan hidup

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki kebudayaan sendiri yang menjadi ciri khas bagi setiap suku tersebut. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk komunikasi dan situasi. Kehidupan semacam inilah terjadi interaksi, dari hasil interaksi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua sampai ia meninggal. Biasanya pada usia

Lebih terperinci

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Batak Toba merupakan salah satu suku besar di Indonesia. Suku Batak merupakan bagian dari enam ( 6) sub suku yakni: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan masalah dan rumusan masalah. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa Indonesia

Lebih terperinci

5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN

5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN 5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN TUJUAN PERKULIAHAN 1. Mahasiswa memahami struktur sosial di perdesaan 2. Mahasiswa mampu menganalisa struktur sosial perdesaan KONSEP DASAR STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DAPAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah diketahui bahwa penduduk Indonesia adalah multietnik (plural society). Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Budaya merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang di dalamnya terdapat beraneka ragam kebudayaan yang berbeda-beda tiap daerahnya. Sistem pewarisan yang dipakai di Indonesia juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, istilah Batak sebenarnya sudah jarang sekali dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, istilah Batak sebenarnya sudah jarang sekali dipakai untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terlebih dahulu harus diketahui apa itu sebenarnya Batak. Di zaman sekarang ini, istilah Batak sebenarnya sudah jarang sekali dipakai untuk merujuk kepada semua

Lebih terperinci