Disusun oleh : SOFIA MAYASARI AULIA RAHMAN EVI MUSLICHA NURUL HIKMATUL QOWI MOKHAMAD NURHADI LUKMAN HAKIM MEI WIDYAWATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Disusun oleh : SOFIA MAYASARI AULIA RAHMAN EVI MUSLICHA NURUL HIKMATUL QOWI MOKHAMAD NURHADI LUKMAN HAKIM MEI WIDYAWATI"

Transkripsi

1 LAPORAN HASIL APLIKASI KLINIK PENGEMBANGAN INSTRUMEN CASE MANAGEMENT BERDASARKAN RESEARCH AND DEVELOPMENT DI RUANG BEDAH CEMPAKA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA Disusun sebagai salah satu syarat dalam mencapai kompetensi pendidikan Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya Disusun oleh : SOFIA MAYASARI AULIA RAHMAN EVI MUSLICHA NURUL HIKMATUL QOWI MOKHAMAD NURHADI LUKMAN HAKIM MEI WIDYAWATI PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PEMINATAN MANAJEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2017

2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Case management merupakan sebuah strategi intervensi yang digunakan oleh penyedia dan sistem layanan kesehatan untuk menyokong klien, mengkoordinasikan layanan kesehatan, dan memfasilitasi hasil, baik dalam harga maupun kualitas (Huber, 2010). Case management merupakan prosedur untuk merencanakan, mencari, mengevaluasi, dan memonitor layanan yang didapatkan pasien dari beberapa profesi kesehatan (Sunaringtyas, & Sulisno, 2015). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya merupakan rumah sakit rujukan di Indonesia wilayah timur. RSUD Dr. Soetomo Surabaya ini memiliki visi Menjadi Rumah Sakit Tersier Yang Terpercaya, Aman, Bermutu Tinggi Dan Mandiri. Untuk mencapai visi tersebut RSUD Dr. Soetomo Surabaya menyelenggarakan pelayanan dan jejaring pelayanan sebagai RS rujukan tersier yang aman, bermutu tinggi dan terjangkau. Dalam upaya peningkatan mutu rumah sakit, RSUD Dr. Soetomo Surabaya melaksanakan akreditasi versi KARS dan JCI pada tahun Penilaian akreditasi versi KARS penilaian pada APK 2, dibutuhkan case manager yang bertanggungjawab dalam kontinuitas pelayanan selama pasien dirawat di rumah sakit. Dalam upaya pencapaian akreditasi tersebut, maka Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya mengangkat case manager melalui SK Nomor : 188.8/557/301/2017 tentang Case manager/champion Akreditasi KARS dan JCI RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Adapun case manager yang diangkat adalah kepala ruangan yang ada di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Pada ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya, pelaksanaan case management belum maksimal. Perbedaan peran antara kepala ruangan dan sebagai case manager menjadi kurang jelas. Pengetahuan perawat terkait case management masih kurang. Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa perawat terkait case manager dan perannya, dapat diketahui bahwa dari 10 perawat, terdapat satu perawat yang mengetahui case management, peran, dan dampak case management pada pelayanan pasien. Empat perawat mengatakan peran case manager sama dengan kepala ruangan. Sebagian besar perawat mengatakan

3 2 bahwa belum ada sosialisasi tentang case management. Adapun pelaksanaan case management di ruang bedah Cempaka belum dapat dijelaskan. Tenaga yang dapat melakukan case management adalah case manager. Case manager bertanggung jawab secara umum terhadap koordinasi dan kesinambungan pelayanan pasien atau pada fase pelayanan tertentu teridentifikasi dengan jelas sangat dekat dengan pasien sehingga model case management yang dipimpin oleh case manager mampu mewujudkan layanan kesehatan berbasis patient centered care (Aeni, 2014). Studi panel ekspert menyepakati sebuah model keperawatan case management sebagai upaya yang mampu memujudkan preference ataupun hak pasien untuk menentukan pilihan perawatan sesuai kebutuhan dan harapan (Morales-Asencio et all, 2010). Case management dipimpin oleh seorang case manager yang bekerja secara bersama-sama membuat perencanaan perawatan agar sesuai dengan yang diinginkan dan dibutuhkan pasien. Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan masalah prioritas yang diambil yaitu pelaksanaan case management yang belum maksimal dan didukung dengan hasil wawancara dengan perawat di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Oleh karena itu, kami memberikan sebuah inovasi unggulan untuk meningkatkan pelaksanaan case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Inovasi case management yang akan dilakukan berdasarkan pada research and development dan mendukung misi RSUD Dr. Soetomo Surabaya menyelengarakan pendidikan penelitian tenaga kesehatan yang berintegritas tinggi, profesional, inovatif, dan melakukan jejaring pendidikan penelitian yang terintegritas (Akademic Heath Care). Kegiatan ini akan di laksanakan melalui tahap sosialisasi case management, Focus group discussion (FGD) 1, overview rencana kegiatan, uji coba inovasi unggulan, FGD 2, uji coba kegiatan, evaluasi kegiatan, finishing modul. Dengan adanya program inovasi ini, diharapkan dapat meningkatkan mutu ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan mendukung suksesnya akreditasi KARS dan JCI yang dilakukan oleh RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

4 3 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana pengembangan case management berdasarkan metode research and development di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 1.3 Tujuan Tujuan Umum Mengidentifikasi aplikasi pengembangan case management berdasarkan metode research and development di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi permasalahan (analisis kebutuhan case management, studi literatur, dan diskusi pakar) terkait pelaksanaan case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya 2. Menggali kembali permasalahan yang ditemukan melalui Focus group discussion 1 di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya 3. Menyusun perencanaan pengembangan instrument case management berdasarkan research and development di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya 4. Melakukan ujicoba lapangan awal terkait instrumen case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya 5. Mengembangkan instrumen dokumentasi case management melalui Focus group discussion 2 di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya 6. Menganalisis validitas & reliabilitas instrumen dokumentasi case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya 7. Melakukan implementasi instrument case management dengan metode SECI di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya

5 4 8. Melakukan desiminasi dan memberikan rekomendasi instrumen case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya 1.4 Manfaat Bagi pasien dan keluarga 1. Mendapatkan asuhan keperawatan yang berkualitas 2. Tercapainya kepuasan pasien dan keluarga di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya Bagi perawat 1. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal 2. Terbinanya hubungan atau komunikasi yang adekuat antara perawat, tenaga kesehatan yang lain, serta pasien dan keluarga 3. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit Bagi rumah sakit Mendukung tercapainya akreditasi KARS dan JCI di RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun Bagi Mahasiswa Mengembangkan kemampuan kritis dalam memberikan inovasi terkait permasalahan yang ditemukan di rumah sakit berbasis research dan development Bagi institusi pendidikan Memberikan masukan pada institusi pendidikan terkait pengembangan mata kuliah manajemen keperawatan dengan memasukkan aspek akreditasi rumah sakit.

6 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Case Management dan Case Manager Definisi Case Management Case management didefinisikan sebagai suatu proses perencanaan, koordinasi, pengelolaan, dan penelaahan asuhan seorang pasien. Tujuan umum adalah untuk mengembangkan cara-cara yang efisien dengan biaya efektif dalam mengkoordinasikan pelayanan-pelayanan yang meningkatkan kualitas hidup (Ross, Curry, dan Goodwin, 2011). Suatu model klinis untuk manajemen strategi kendali mutu dan biaya, dibuat untuk memfasilitasi hasil pasien yang diharapkan dalam lama perawatan yang layak/ patut dan dengan manajemen sumber daya yang sesuai (Cesta, 2009) Definisi Case Manager/Manajer Pelayanan Pasien (MPP) Manajer Pelayanan Pasien (MPP)/Case manager adalah profesional di RS yang melaksanakan manajemen pelayanan pasien. Manajemen Pelayanan Pasien adalah suatu proses kolaboratif mengenai asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi dan advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan pasien dan keluarganya yang komprehensif, melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia sehingga memberi hasil asuhan pasien yang bermutu dengan biaya-efektif (CMSA, 2010). Case manager adalah seseorang yang membantu pasien sebagai penghubung antara pasien, keluarga dan para dokter. Seorang case manager harus mengerti kondisi pasien dan pengobatannya agar dapat membantu pasien memahaminya pula. 2.2 Kualifikasi Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager Kualifikasi yang harus ada pada seorang case manager berdasarkan KARS (2012) yaitu: 1. Kualifikasi 1) Dokter umum atau perawat dengan pendidikan S1 2) Pengalaman minimal 3-5 tahun dalam pelayanan klinis

7 6 a. Dokter : sebagai dokter ruangan b. Perawat : sebagai kepala ruangan 2. Pelatihan Tambahan 1) Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan klinis terkait dengan penyusunan dan penerapan SPO Pelayanan Kedokteran yang terdiri dari Panduan Praktik Klinis, Alur Klinis (Clinical Pathway), Algoritme, Protokol, Standing Order. 2) Pelatihan Pelayanan Fokus pada Pasien (PFP) / PCC 3) Pelatihan tentang perasuransian, jaminan kesehatan nasional, INA- CBG s 4) Pelatihan tentang Perencanaan Pulang (Discharge Planning) untuk kontinuitas pelayanan 5) Pelatihan Manajemen Risiko 6) Pelatihan untuk meningkatkan soft skill (pengetahuan aspek psikososial, hubungan interpersonal, komunikasi, dan sebagainya). 2.3 Peran Case Manager Adapun peran dari case manager menurut CMSA (2010) antara lain: 1. Melakukan pengkajian komprehensif pada kesehatan pasien dan kebutuhan psikologis pasien, dan mengembangkan perencanaan case management dengan berkolaborasi dengan pasien dan keluarga 2. Membuat perencanaan dengan pasien, keluarga, DPJP, atau pemberi pelayaan yang lain, penanggung biaya, untuk meningkatkan respon perawatan, kualitas, cost effective 3. Memfasilitasi proses komunikasi dan koordinasi antara tenaga kesehatan, termasuk pasien dalam proses pengambilan keputusan 4. Memberikan edukasi ke pasien, keluarga, dan tim pemberi pelayanan kesehatan terkait pilihan terapi, manfaat asuransi, case management, sehingga keputusan dapat diambil pada saat itu 5. Memberdayakan pasien untuk terlibat dalam pengambilan keputusan dengan mengeksplorasi pilihan perawatan yang akan dilakukan, rencana alternative terkait kondisi kesehatan pasien

8 7 6. Mendorong penggunaan layanan keperawatan kesehatan yang tepat untuk meningkatkan kualitas perawatan dan mempertahankan cost effective pada tiap-tiap kasus 7. Membantu pasien dalam masa transisi untuk menuju tahap selanjutnya 8. Memperjuangkan untuk melakukan advokasi ke pasien 9. Melakukan advokasi antar pasien dan pemberi pembayaran, dan tim kesehatan 2.4 Fungsi Manajer Pelayanan Pasien (MPP) / Case Manager 1. Asesmen utilitas 2. Perencanaan 3. Fasilitasi & Advokasi 4. Koordinasi Pelayanan 5. Evaluasi 6. Tindak Lanjut Pasca Discharge Adapun uraian fungsi case manager berdasarkan KARS (2012) dijelaskan pada tabel berikut ini: Tabel 2.1 Fungsi case manager Fungsi Case manager 1. Asesmen utilitas Mampu mengakses semua informasi dan data untuk mengevaluasi manfaat/utilisasi, untuk kebutuhan manajemen pelayanan pasien Uraian Tugas 1. Melakukan asesmen diperluas dan lengkap terhadap pasien dan keluarga yang diperlukan pada saat admisi. Asesmen psikososial lengkap 2. Perencanaan Disusun rencana untuk pelaksanaan manajemen pelayanan pasien. Perencanaan tersebut mencerminkan kelayakan/kepatutan, mutu & efektivitasbiaya dari pengobatan klinis serta kebutuhan pasien utk mengambil keputusan 3. Fasilitasi & Advokasi Fungsi ini mencakup interaksi antara MPP dan para anggota PPA, perwakilan pembayar, serta pasien/keluarga untuk menjaga kontinuitas pelayanan. Mewakili 1. Perencanaan proses asuhan pasien (yang personalized /unik) selama rawat inap sampai kembali ke komunitas/rumah dgn outcome yg terbaik. 2. Rencana pemulangan (Discharge Planning) pasien adalah salah satu fungsi manajemen kasus (case management) 1. Memastikan bahwa pemeriksaanpemeriksaan pasien adalah tepat dan perlu serta dilakukan dalam kerangka waktu yang sudah ditetapkan

9 8 kepentingan pasien adalah inti dari peran MPP, namun peran ini juga menjangkau pemangku kepentingan lain. MPP melakukan advokasi untuk opsi pengobatan yang dapat diterima setelah berkonsultasi dengan DPJP, termasuk rencana pemulangan yang aman 2. Berkomunikasi dengan dokter-dokter secara berkala selama hospitalisasi dan mengembangkan suatu hubungan kerja yang efektif. Membantu para dokter utk menjaga biaya, kasus, dan hasil pasien yang diharapkan 3. Mempromosikan utilisasi sumbersumber klinis agar efektif dan efisien 4. Menawarkan bentuk-bentuk asuhan alternatif kepada pasien sesuai kebutuhannya, baik karena pasien sudah mau dipulangkan atau membutuhkan asuhan jangka-panjang yang rentan terhadap peraturan keuangan Rumah Sakit (RS). 5. Memberikan advokasi kepada pasien. Meningkatkan hubungan kolaboratif untuk memaksimalkan kemampuan pasien dan keluarga untuk membuat keputusan-keputusan medis 6. Bekerja dengan para administrator RS dan para dokter, memberikan advokasi atas nama pasien untuk menentukan pelaksanaan layanan terbaik bagi pasien sambil mengkomunikasikan kepada pasien sarana bermutu yg tersedia 7. Memberikan informasi klinis kepada para pembayar, mencarikan otorisasi asuhan yang perlu 8. Membantu pasien dan keluarga mengembangkan suatu discharge planning, termasuk koordinasi dengan pelayanan medis di komunitas dan, bila perlu, admisi ke fasilitas pelayanan kesehatan asuhan pasca rawat inap, antara lain pelayanan rehabilitasi, atau fasilitas perawatan trampil. 4. Koordinasi pelayanan 1. Melakukan koordinasi dan integrasi pelayanan sosial/fungsi case management ke dalam asuhan pasien, proses discharge maupun planning dirumah 2. Mengkoordinasikan pemberian pelayanan sosial kepada pasien, keluarga, dan orang2 lain yang penting untuk memampukan mereka menghadapi dampak penyakit terhadap fungsi terhadap keluarga pasien dan untuk memperoleh

10 9 manfaat maksimum dari pelayanan kesehatan 5. Evaluasi 1. Melakukan telaah utilisasi (utilization review), melalui tugas evaluasi Clinical Parthway (CP). Telaah utilisasi adalah mekanisme kendali biaya, dan ketepatan, kebutuhan dan mutu pelayanan kesehatan yang dimonitor oleh para pembayar dan provider. 2. Melaksanakan telaah atas utilisasi pelayanan secara tepat sejak admisi sampai discharge. Mengevaluasi kepuasan pasien dan mutu layanan yg diberikan 3. Memantau Length of Stay (LOS) 6. Tindak Lanjut Pasca Discharge 1. Tindak lanjut, pemantauan, pelayanan dan asuhan pasca discharge 2. Reimbursement 2.5 Jenis Case Management Menurut Kasim (2008), jenis case management antara lain: 1. Acute care case management (unit based, disease based, continuity of care, primary nursing) Di Indonesia 2. Large case management 3. Disease management 4. Insurance case management 5. Hospice case management 6. Home health care case management 7. Community based cased management Perkembangan case manager mengikuti perkembangan landscape pada tempat bekerjanya, antara lain : 1. Perawat kepala ruangan difungsikan sebagai case manager 2. Nurse case manager 3. Case manager dari profesi social worker 4. Case manager dengan kualifikasi dari profesi kesehatan lainnya 5. Bidang case management 6. Direktur case management

11 Ruang Lingkup Case Management Adapun lingkup dari case management berdasarkan KARS (2012) yaitu: a. Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered Care) Inti konsep PFP terdiri dari 4 elemen : Martabat dan Respek, Berbagi Informasi, Partisipasi, Kolaborasi/kerjasama. b. Tujuan Tujuan MPP adalah untuk melibatkan pasien dalam asuhan yang dialaminya, menjaga kontinuitas pelayanan. c. Hubungan Profesional Para MPP harus mempunyai hubungan kerja profesional dengan para dokter dan staf klinis. d. Hubungan dengan Pasien Penting bagi para MPP untuk memiliki relasi yang kondusif dengan pasien dan keluarga. e. Kelompok Pasien MPP melakukan skrining pasien, kelompok : anak-anak, usia lanjut, dan yang dengan penyakit kronis. f. Fungsi Manajer Pelayanan Pasien (MPP) Asesmen utilitas, Perencanaan, Fasilitasi, Advokasi. g. Tanggung jawab MPP bertanggungjawab ke Direktur Medis. 2.7 Proses Nurse Case Manager Adapun proses Nurse Case Manager menurut CMSA (2010) adalah sebagai berikut: 1. Melakukan skrining awal tentang pasien yang mempunyai masalahmasalah beresiko tinggi

12 11 2. Melakukan asesment utilitas dengan mengumpulkan berbagai informasi klinis, psiko-sosial, sosioekonomi, maupun sistem pembayaran yang dimiliki pasien 3. Menyusun rencana manajemen pelayanan pasien tersebut, berkolaborasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) serta anggota tim klinis 4. Implementasi case management dan koordinasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) serta anggota tim klinis lainnya 5. Melakukan evaluasi pada pelaksanaan case management dan rencana tindak lanjut 6. Terminasi proses case management Tatalaksana dari case management berdasarkan KARS (2012) yaitu: 1. Penetapan dan Pengangkatan MPP oleh Direktur 2. Melakukan skrining pasien yang membutuhkan MPP, pada waktu admisi, atau bila dibutuhkan pada waktu di ruang rawat inap, berdasarkan pasien yang meliputi : a. Risiko tinggi b. Biaya tinggi c. Potensi komplain tinggi d. Kasus dengan penyakit kronis e. Kemungkinan sistem pembiayaan yang komplek f. Kasus yang melebihi rata-rata lama dirawat g. Kasus yang diidentifikasi rencana pemulangannya kritis atau yang membutuhkan kontinuitas pelayanan h. Kasus komplek/rumit 3. Setelah pasien ditentukan sebagai klien MPP, maka dilakukan asesmen utilitas dengan mengumpulkan berbagai informasi klinis, psiko-sosial, sosio-ekonomi, maupun sistem pembayaran yang dimiliki pasien. 4. Menyusun rencana manajemen pelayanan pasien tersebut, berkolaborasi dengan DPJP serta para anggota tim klinis lainnya, yang mencerminkan kelayakan/kepatutan dan efektivitas biaya dari pengobatan medis dan klinis serta kebutuhan pasien untuk mengambil keputusan.

13 12 5. Melakukan fasilitasi yang mencakup interaksi antara MPP dan DPJP serta para anggota tim PPA lainnya, berbagai unit pelayanan, pelayanan administrasi, perwakilan pembayar. Menfasilitasi untuk koordinasi, komunikasi dan kolaborasi antara pasien dan pemangku kepentingan, serta menjaga kontinuitas pelayanan. 6. Memfasilitasi untuk kemungkinan pembebasan dari hambatan yang tidak mempengaruhi kinerja/hasil. 7. Memfasilitasi dan memberikan advokasi agar pasien memperoleh pelayanan yang optimal sesuai dengan sistem pembiayaan dan kemampuan finansial dengan berkonsultasi dengan DPJP, memperoleh edukasi yang adekuat, termasuk rencana pemulangan yang memperhatikan kontinuitas pelayanan yang aman. 8. Melakukan monitoring dan evaluasi proses-proses pelayanan dan asuhan pasien. 9. Ada bukti dokumentasi kegiatan MPP antara lain termasuk dalam rekam medis seperti pencatatan dalam antara lain formulir tersendiri, edukasiinformasi.

14 13 BAB 3 METODE DAN PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1 Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam pengembangan instrumen case management berdasarkan pada research and development antara lain: 1. Mengidentifikasi permasalahan (analisis kebutuhan case management, studi literatur, dan diskusi pakar) terkait pelaksanaan case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya Identifikasi permasalahan berdasarkan pada analisis kebutuhan case management, studi literatur, dan diskusi pakar terkait pelaksanaan case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Case management adalah proses kolaboratif melalui pengkajian, perencanaan, koordinasi, monitoring, dan evaluasi pelayanan untuk menemukan kebutuhan kesehatan pasien melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia untuk mempromosikan cost effective (CMSA, 2010). Case manager akan mengatur pelayanan pasien selama seluruh waktu rawat inap, meningkatkan kontinuitas pelayanan, koordinasi, kepuasan pasien, kualitas pelayanan dan hasil yang diharapkan, yang diperlukan bagi pasien tertentu yang kompleks dan pasien lain yang ditentukan rumah sakit (Kemenkes, 2011). Dalam standar akreditasi KARS, pencapaian kontinuitas pelayanan di rumah sakit dan koordinasi antar para tenaga medis, rumah sakit menetapkan individu yang bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan pelayanan. Individu tersebut dapat mengkoordinasikan seluruh pelayanan pasien (seperti antar departemen) atau dapat bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan pelayanan pasien secara individual (case manager) (Kemenkes, 2011). Dalam menghadapi akreditasi versi KARS dan JCI tahun 2017, maka RSUD Dr. Soetomo Surabaya menunjuk case manager berdasarkan SK Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya Nomor : 188.8/557/301/2017 tentang Case manager/champion Akreditasi KARS dan JCI RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Pada akreditasi KARS, terdapat 3 poin dalam

15 14 penilaian akreditasi KARS yang belum lulus, yaitu pokja PPI, PPK, dan APK. Case management merupakan salah satu poin penilaian dalam pokja APK (Akses Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan). Case manager yang tercantum dalam SK Direktur adalah semua kepala ruangan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan, pada ruang Bedah Cempaka, yang menjadi case manager adalah Ibu Sri Rahayu, S.Kep. Ns selaku kepala ruangan. Pelaksanaan case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya belum maksimal dan masih belum jelas batasan deskripsi pekerjaan antara kepala ruangan dan case manager. Disamping itu, pengetahuan perawat terkait case management masih kurang. Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa perawat terkait case manager dan perannya, dapat diketahui bahwa dari 10 perawat, terdapat satu perawat yang mengetahui case management, peran, dan dampak case management pada pelayanan pasien. Empat perawat mengatakan peran case manager sama dengan kepala ruangan. Sebagian besar perawat mengatakan bahwa belum ada sosialisasi tentang case management. Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu dilakukan kegiatan yang bertujuan untuk mengaplikasikan case management sesuai dengan standar. Adapun beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait case management yang menggunakan pendekatan PICOT.

16 15 Tabel 3.1 PICOT Case Management Populasi Intervensi/Assesment Comparasion Outcome Time/Lama Penelitian/Theo ry 186 penduduk afrika amerika dengan DM tipe dari 2450 penduduk Afrika- Amerika dengan DM tipe 2 yang 1. Perawatan biasa + nurse care manager (NCM) 2. Perawatan biasa + community health worker (CHW) 3. Perawatan biasa + NCM/tim CHW. Intervensi minimal yang terdiri dari mailings and panggilan telepon tiap 6 bulan Hanya perawatan biasa 273 intervensi telepon sederhana (usual care) - Dibandingkan dengan perlakuan kontrol, kelompok perlakuan NCM dan kelompok perlakuan CHW memiliki penurunan sederhana pada HbA1c (masing-masing 0,3 & 0,3%) - Kombinasi NCM dan CHW menunjukkan penurunan lebih besar pada HbA1c (0,8% P = 0,137) - Setelah penyesuaian terhadap perbedaan awal dan waktu follow-up, kombinasi NCM dan CHW mampu meningkatkan diabetic control penduduk Afrika Amerika dengan DM tipe 2. Hasil penelitian menunjukkan perbaikan trigliserid (-35,5 mg/dl; P=0,041) dan tekanan diastolik (-5,6 mmhg; P=0,042) Hasil penelitian menunjukkan kelompok perlakuan intensif 23% lebih rendah dalam hal kunjungan ke IGD. Kunjungan follow up selama 2 tahun. Menggunakan framework precede-proceed behavioral model, meliputi konseling pasien sehubungan dengan perawatan mandiri pasien dan pengingat dokter Jurnal Gary, et.al Randomized controlled trial of the effects of nurse case manager and community health worker interventions on risk factors for diabetesrelated complications in urban African Americans. Preventive Medicine 37, bulan Gary, et.al The Effects of a Nurse Case manager and a Community Health

17 16 memenuhi kriteria inklusi 8 perawat komunitas dari 120 perawat di Los Angeles melaksanakan health case management untuk anak-anak di panti asuhan, 2 orang sebagai informan kunci dan 6 orang lainnya dipilih dari critical case sekali guna mengingatkan partisipan tentang preventif skrining. Data diabetic control dikumpulkan pada baseline dan di bulan ke- 24 dilakukan dengan blinded observers; data kunjungan IGD/emergency department (ER) dikumpulkan secara administratif. Semistructured interviews dilakukan untuk menggali pendapat mereka tentang kebutuhan perawatan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak. Daftar pertanyaan untuk in-depth interviews adalah sbb; 1. Apa yg harus perawat lakukan untuk dapat dibandingkan dengan 269 NCM/CHW intensive intervention (selisih rata-rata [RD], 14.5; adjusted rate ratio [RR], 0.77; 95% confidence interval [CI], ). Pada analisis perlakuan, tingkat reduksi pada pasien yang mendapat kunjungan NCM dan HCW paling sering, menunjukkan nilai paling tinggi (RD, 31.0; adjusted RR, 0.66; 95% CI, ; rate reduction 34%). Hal ini menunjukkan bahwa intervensi yang disesuaikan secara budaya yang dilakukan oleh tim NCM/CHW mengurangi kunjungan ER/IGD oleh penduduk Afrika-Amerika. - Hasil studi menyimpulkan bahwa perawat berharap anak-anak asuh menerima perawatan yang komprehensif, meliputi perawatan kesehatan mental,yang sangat dipengaruhi oleh setiap perubahan yang dialami di sekitar mereka tinggal. Selebihnya, responden/perawat berusaha menyediakan perawatan sesuai kebutuhan anak-anak asuh dengan menyiapkan caregiver dan health case management Desember 2002 sampai dengan Maret 2003 Worker Team on Diabetic Control, Emergency Department Visits, and Hospitalizations Among Urban African Americans With Type 2 Diabetes Mellitus. Arch Intern Med/ Vol 169 (No. 19), Oct 26 Scheneiderman, Qualitative Study on the Role of Nurses as Health Case managers of Children in Foster Care in California. Journal of Pediatric Nursing, Vol.23, No.4.

18 17 sampling 14 tim multidisiplin yang diambil dari total jumlah 59 case manager memberikan health case management? 2. Bagaimana agar perawat bisa memberikan layanan yang dibutuhkan? 3. Apa yg bisa dilakukan perawat untuk mencegah atau merawat masalah kesehatan? 4. Masalah sistem apa yang ingin ditangani perawat untuk memperbaiki derajat kesehatan anak? Studi kualitatif dengan focus groups comprising dengan pengetahuan dan kemampuan advokasi yang baik. - Sebagian besar case manager memandang dirinya sebagai bagian dari tim manamemen kasus (91.5%). Tim manajemen kasus / case management teams membantu case managers dalam mengembangkan pemahaman komprehensif tentang konsep terintegrasi, memenuhi kebutuhan kompleks lansia dan berdampak pula pada profesionalitas mereka dalam praktiknya. Tim manajemen 6 bulan de Stampa et al Multidisciplinary teams of case managers in the implementation of an innovative integrated services delivery for the elderly in France. BMC Health Services Research 14:159.

19 pasien rawat inap 2450 African Americans with DM Pendampingan case manajer (dokter umum) The minimal intervention consisted of mailings and telephone calls every 6 months to remind participants about preventive screenings. Data on diabetic control were collected at baseline and at 24 months by blind observers; data emergency department (ER) visits and hospitalizations were Tidak ada Pendampingan case manajer (dokter umum) 273 with minimal telephone intervention (usual care) compare with 269 NCM/CHW intensive intervention kasus multidisiplin memberikan tambahan nilai dengan membantu case manager mengaplikasikan teori kedalam praktik, mengembangkan konsep a comprehensive clinical vision. Semua diawali dengan pendekatan interdisiplin. Terdapat perbedaan antara kepuasan pasien yang didampingi dokter umum dengan yang tidak di dampingi dokter umum. Pasien yang didampingi dokter umum di bangsal mempunyai tingkat kepuasan lebih tinggi The intensive intervention group were 23% less likely to have ER visits (rate difference [RD], 14.5; adjusted rate ratio [RR], 0.77; 95% confidence interval [CI], ). In ontreatment analyses, the rate reduction was strongest for patients who received the most NCM and CHW visits (RD, 31.0; adjusted RR, 0.66; 95% CI, ; rate reduction 34%) Data dikumpulkan Hubungan penempatan dokter selama umum sebagai case november manager dan sampai kepuasan pasien desember 1997 diruang rawat inap RS. ST. Elizabeth Semarang bulan The Effects of a Nurse Case manager and a Community Health Worker Team on Diabetic Control, Emergency Department Visits, and Hospitalizations Among Urban African Americans With Type 2 Diabetes Mellitus

20 19 6 perawat yang berperan sebagai case manager di ruang Rawat Inap RSUD Tugurejo 4,472 rekam medis pasien pulang pada 18 bulan periode pre intervensi, dan 32,046 rekam medis pada 18 bulan periode post intervensi. assessed using administrative data Manajemen konflik oleh case manager Retrospective analysis pada 30-hari tingkat readmisi pasien diabetes sebelum (Juli 2010 Desember 2011), dan sesudah (Januari 2012 Juni 2013) memulai imple-mentasi model perawatan diabetes berjenjang. - Hasil penelitian menunjukan bahwa konflik interdisiplin berupa perselisihan dan penurunan produktifitas kerja oleh dokter, perawat dan petugas farmasi klinis, disebabkan oleh miskomunikasi, kewenangan dan perubahan dan terjadi di ruangan perawatan, dan terjadi di ruang perawatan. Case manajer memiliki peran penting dalam penyelesaian konflik interdisiplin yang terjadi di rumah sakit - Secara keseluruhan tingkat 30- hari readmisi pasien diabetes berkurang secara signifikan dari 20.1% (pre) menjadi 17.6% (post) intervensi (p< ). Pasien yang difollow up oleh edukator diabetes memiliki tingkat 30-hari readmisi terendah (15% selama studi), rentang yang mendekati tingkat readmisi pasien nondiabetes di pusat kesehatan Nebrasca. Program pengembangan perawat diabetes dan Diabetes Case manager efektif menurunkan tingkat readmisi. Pasien yang dimonitor Data dikumpulkan selama tiga bulan (Maret - Mei 2016). Pre intervensi (Juli 2010 Desember 2011), dan post intervensi (Januari 2012 Juni 2013) Pelaksanaan Manajemen Konflik Interdisiplin Oleh Case manager Di Ruang Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang Drincic The effect of diabetes case management and Diabetes Resource Nurse program on readmissions of patients with diabetes mellitus. Journal of Clinical & Translational Endocrinology 8,

21 oleh edukator diabetes menunjukkan tingkat readmisi terendah. 20

22 20 Berdasarkan tabel PICOT di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan case management dalam tatanan pelayanan di rumah sakit telah memberikan banyak manfaat, baik untuk pelayanan ke pasien, hubungan antarprofesi, juga untuk meningkatkan mutu rumah sakit. Berikut ini akan dijelaskan tentang analisis inovasi yang akan dilakukan. Tabel 3.2 Pelaksanaan Case management Komponen Standar Lapangan Inovasi Output yang diharapan Case manager Kualifikasi case manager 1. Case manager seorang - - KARS (2012) yaitu: perawat yang 1. Kualifikasi menjabat sebagai a. Dokter umum atau kepala ruangan dengan perawat dengan pengalaman kerja 28 pendidikan S1 tahun yang memiliki b. Pengalaman minimal 3- pelatihan Metode 5 tahun dalam praktek keperawatan pelayanan klinis terkini, metode c. Dokter : sebagai dokter bangsal, manajemen ruangan keperawatan, audit d. Perawat : sebagai keperawatan, PPI, kepala ruangan 2. Pelatihan Tambahan IPSG, JCI, dan lain lain. 2. SK Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya Nomor : 188.8/557/301/20, semua kepala ruangan ditunjuk sebagai case Mekanisme case management Berdasarkan Kars (2012) manager Alur case management di ruang bedah cempaka masih mengikuti alur komplain dan mutu tingkat RSUD Dr.Soetomo Mengusulkan alur yang akan digunakan dalam pelaksanaan case management Alur pelaksanaan case manajemen Konten Case management Berdasarkan KARS (2012) 1. Penetapan dan Pengangkatan MPP oleh Direktur 2. Melakukan skrining pasien yang Pelaksanaan di lapangan 1. Sudah ada SK Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya Nomor : 188.8/557/301/20, semua kepala ruangan ditunjuk sebagai case manager 2. Sudah dilakukan, namun belum sesuai Mengembangkan penerapan case management di ruang Bedah Cempaka berdasarkan metode research and development Case manager mengetahui dan melaksanakan peran sesuai deskripsi tugasnya, serta mendokumentasi kan case management yang telah dilaksanakan

23 21 membutuhkan MPP 3. Asesmen utilitas dengan mengumpulkan berbagai informasi klinis, psiko-sosial, sosio-ekonomis, maupun sistem pembayaran yang dimiliki pasien 4. Menyusun rencana manajemen pelayanan pasien tersebut, berkolaborasi dengan DPJP serta para anggota tim klinis lainnya 5. Melakukan fasilitasi yang mencakup interaksi antara MPP dan DPJP serta para anggota tim PPA lainnya, berbagai unit pelayanan, pelayanan administrasi, perwakilan pembayaran. Memfasilitasi untuk kemungkinan pembebasan dari hambatan yang tidak mempengaruhi kinerja/hasil. Memfasilitasi dan memberikan advokasi agar pasien memperoleh pelayanan yang optimal sesuai dengan sistem pembiayaan dan kemampuan finansial dengan berkonsultasi dengan DPJP dan memperoleh edukasi yang adekuat. 6. Melakukan monitoring dan evaluasi prosesproses pelayanan dan asuhan pasien. 7. Ada bukti dokumentasi kegiatan MPP antara lain termasuk dalam rekam medis dengan kriteria case management 3. Sudah dilakukan, namun belum terdokumentasi dengan baik 4. Sudah dilakukan, namun tidak terstruktur 5. Sudah dilakukan, namun masih dilakukan secara lisan 6. Sudah ada, namun belum terdokumentasi 7. Sudah dilakukan, namun belum sesuai dengan dokumentasi case management. Dokumentasi case management

24 22 Peran case management 1. Melakukan skrining awal tentang pasien yang mempunyai masalah-masalah beresiko tinggi 2. Melakukan asesment utilitas dengan mengumpulkan berbagai informasi klinis, psiko-sosial, sosioekonomi, maupun sistem pembayaran yang dimiliki pasien 3. Menyusun rencana manajemen pelayanan pasien tersebut, berkolaborasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) serta anggota tim klinis 4. Implementasi case management dan koordinasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) serta anggota tim klinis lainnya 5. Melakukan evaluasi pada pelaksanaan case management dan rencana tindak lanjut 6. Terminasi proses case management dicantumkan dalam buku TAO, dan buku complain/masalah Ruang Bedah Cempaka Case manager di Ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo adalah Kepala Ruangan yang juga menjalankan beberapa fungsi lain selain fungsi case manager dan fungsi Kepala Ruangan itu sendiri, fungsi tersebut diantaranya adalah manajemen komplain, kendali tim mutu, dan lain-lain. Kegiatan pengelolaan kasus yang dilakukan oleh Kepala Ruangan di ruang Bedah Cempaka selaku case manager juga sudah dilaksanakan dengan cukup baik. Berdasarkan beberapa uraian di atas, kami tim aplikasi klinik di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya akan mengembangkan instrumen pendokumentasian case management menggunakan metode research and development dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan di ruang Bedah Cempaka dan untuk mendukung akreditasi KARS dan JCI yang akan dilaksanakan oleh RSUD Dr. Soetomo Surabaya, terutama pada penilaian elemen APK 2.

25 23 2. Menggali kembali permasalahan yang ditemukan melalui Focus group discussion 1 di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya Kegiatan FGD 1 dilakukan bertujuan untuk menggali permasalahan yang ditemukan terkait case management di Ruang bedah Cempaka. Focus group discussion 1 telah dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2017 yang diikuti oleh 13 Peserta yang terdiri dari: 1. kepala ruangan 2. wakil kepala ruangan 3. Perawat ruangan 4. Pegawai administrasi 5. Pekarya Rumah Tangga 6. Pekarya kesehatan Peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk menghomogenkan peserta FGD. Kelompok 1 terdiri dari kepala ruangan dan wakil kepala ruangan, sementara pada kelompok 2 terdiri dari perawat, petugas administrasi, pekarya rumah tangga, dan pekarya kesehatan. Adapun hasil dari kegiatan FGD 1 antara lain: 1. Pengkajian masalah di Ruang Bedah Cempaka 1) Masalah yang sering ditemukan di bedah Cempaka adalah menunggu acara operasi, menunggu antrian kamar, pemberian kemoterapi yang terlalu malam 2) Terdapat beberapa kasus sulit dan langka yang menyebabkan ALOS panjang, akan tetapi sangat jarang terjadi 3) Apabila menunggu acara operasi sangat lama, maka akan dikonsultasikan dengan DPJP, apabila DPJP menyetujui, maka pasien dapat dipulangkan. 2. Pelaksanaan case management di Ruang Bedah Cempaka 1) Case management sudah dilaksanakan di Ruang Bedah Cempaka, akan belum tersistematis dan terdokumentasi

26 24 3. Alur pengelolaan kasus di Ruang Bedah Cempaka 1) Perawat pelaksana akan melaporkan kasus yang ada ke perawat primer. Perawat primer atau ketua tim dalam shift melaporkan ke kepala ruangan 2) Perawat primer/ ketua tim akan membuat keputusan untuk mengidentifikasi masalah prioritas yang perlu segera diselesaikan. Selanjutnya akan dilaporkan ke kepala ruangan. 3) Kepala ruangan akan menyelesaikan masalah tersebut selaku case manager, apabila masalah belum teratasi, maka case manager akan mengkoordinasikan dengan pihak terkait. 3. Menyusun perencanaan penelitian case management berdasarkan research and development di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya Adapun pelaksanaan penelitian case management berdasarkan research and development di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya yaitu: 1. Waktu : 5 Juni s.d 8 Juni Pelaksana : Mahasiswa S2 Keperawatan 3. Tempat : Ruang Bedah Cempaka 4. Pembimbing Akademik : 1) Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons) 2) Dr. Hanik Endang, S.Kp., M.Kep Untuk efektifitas dan kelancaran pelaksanaan rencana kegiatan pengembangan case managemen yang akan dilakukan kelompok dan menentukan kebijakan-kebijakan internal. Secara umum kelompok menyusun struktur organisasi sebagai berikut : 1. Ketua : Aulia Rahman 2. Sekretaris : Nurul Hikmatul Qowi 3. Bendahara : Mei Widyawati

27 25 4. Penanggung Jawab a. Sosialisasi : Mukhomad Nurhadi b. Pengembangan instrumen : Evi Muslicha c. Implementasi : Sofia Mayasari d. Modul : Lukman Hakim Adapun kegiatan yang akan dilakukan selama implementasi yaitu sosialisasi instrumen case management, pendampingan pengisian instrumen sesuai dengan kasus, evaluasi, dan penyusunan alur pelaksanaan case manajemen 4. Melakukan ujicoba 1 instrumen case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 18, 22, dan 23 Mei Responden dalam ujicoba ini yaitu 2 orang perawat, kepala ruangan, dan wakil kepala ruangan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengujicobakan pengisian dokumentasi case management. Tim memberikan form dokumentasi case management untuk diisi sesuai dengan pemahaman terhadap form dokumentasi tersebut. Instrumen dokumentasi case management yang disusun berdasarkan KARS (2012). Adapun proses case management yang didokumentasikan yaitu identifikasi pasien yang dilakukan case management, melakukan assessment, perencanaan, dan pelaksanaan koordinasi dengan multidisiplin. Setelah dilakukan pelaksanaan ujicoba, maka peneliti melakukan evaluasi, yaitu Responden masih bingung cara pengisian instrumen pada beberapa kolom hal ini dikarenakan peneliti belum menyediakan juknis instrumen yang membantu case manager melakukan pendokumentasian. Disamping itu masih terdapat beberapa poin yang masih belum jelas. Berdasarkan hasil observasi pada lembar dokumentasi yang sudah diisi, proses dokumentasi penyelesaian masalah seorang case manager belum terlihat dengan jelas, sehingga perlu adanya pembenahan pada instrumen tersebut.

28 26 5. Mengembangkan instrumen dokumentasi case management melalui Focus group discussion 2 di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya Instrumen dikembangkan dari hasil Ujicoba 1 dan evaluasi. Hasil evaluasi tersebut kemudian dijadikan bahan revisi dan disampaikan pada kegiatan dan morning report (diskusi pakar) yang dilakukan setiap minggu. Hasil revisi instrumen dari hasil diskusi pakar disampaikan dalam kegiatan FGD 2. Dapaun hasil revisi instrumen terlampir. Kegiatan FGD 2 ini dilakukan untuk mengembangkan instrumen dokumentasi case management. Kegiatan FGD2 dihadiri oleh Kepala ruangan, wakil kepala ruangan, Kasi pengembangan mutu keperawatan (Ibu Endang Sri, S.Kep. Ns. M.Kes) dan Kepala keperawatan IRNA Bedah (Bpk. Bambang, S.Kep. Ns). Pada FGD 2, wawancara dilakukan untuk menggali kemanfaatan dari form dokumentasi case management, saran dari case manager, serta pemegang kebijakan dirumah sakit, serta alur pelaksanaan case management. Saran-saran yang telah disampaikan tersebut dijadikan bahan untuk perbaikan modul dan form dokumentasi case management. Adapun hasil dari kegiatan FGD 2 yaitu: a. Terdapat beberapa kolom pada instrumen yang masih perlu direvisi dan disederhanakan sesuia kebutuhan ruangan b. Diperlukan juknis yang digunakan untuk panduan case manager dalam mengisi instrumen yang mencakup definisi operasional masing-masing komponen c. Alur case management yang sudah diaplikasikan sekarang yaitu mengacu pada alur pelayanan pengaduan pelayanan public dan alur manajemen resiko d. Kebijakan tentang case management sudah diatur dalam SK direktur, akan tetapi belum menjelaskan secara detail tupoksi seorang case manager.

29 27 6. Menganalisis validitas & Reliabilitas pengembangan instrumen dokumentasi case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya Langkah awal yang dilaksanakan yaitu dengan uji instumen kepada kepala ruangan, dan wakil kepala ruangan, serta tim aplikasi klinik. Uji instrumen dilakukan dengan cara mengisi instrumen, apakah instrumen mudah difahami, baik dari segi arti, maupun ketatabahasaan. Instrumen yang diujikan yaitu instrumen hasil revisi FGD 2 dan diskusi pakar (morning report) dengan Prof. Nursalam. Setelah melakukan pengisian intrumen, maka responden akan diberikan kuisioner pendapat perawat tentang instrumen case management berdasarkan modifikasi kuisioner Rahmania (2016). Berdasarkan hasil analisis data dari hasil pengisisan kuisioner, 8 responden memberikan pendapat bahwa instrumen case management yang akan digunakan memenuhi kriteria functionality, efficiency, dan usability. 7. Melakukan implementasi case management dengan metode SECI di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya Kegiatan yang telah dilakukan dalam mengembangkan instrumen case management yaitu transfer knowledge berdasarkan pada knowledge creation the SECI Model (Dubberly & Evenson, 2011). a. Socialization (Tacit to tacit) Adapun kegiatan yang termasuk dalam tahap socialization adalah: a) Sosialisasi 1 Kegiatan sosialisasi 1 dilakukan pada tanggal 17 April 2017 melalui sosialisasi case management dihadiri oleh 13 perawat dan staf di ruang Bedah Cempaka. Kegiatan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan perawat dan staf bedah cempaka terkait case management, yang mana sudah dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

30 28 b) Sosialisasi 2 Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan sosialisasi instrumen case management, juknis, dan modul yang telah disusun. Sosialisasi dilaksanakan pada 7 Juni 2017 dengan peserta kepala ruangan dan wakil kepala ruangan. Tim aplikasi klinik menjelaskan terkait modul, cara pengisian instrumen, dan juknis kepada peserta sosialisasi. Setelah itu mempersilahkan kepala ruangan dan wakil kepala ruangan untuk menanyakan pada hal-hal yang belum dipahami terkait instrumen dan juknis yang telah disediakan. b. Externalization (Tacit to explicit) Tahap ini dilakukan dengan memberikan pendampingan kepada kepala ruangan dan wakil kepala ruangan dalam melakukan pengisian instrumen. Instrumen yang digunakan merupakan hasil dari kajian teori, diskusi pakar, uji lapangan, dan saran dari kepala ruangan dan wakil kepala ruangan setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Dalam melakukan pengisian instrumen, kepala ruangan dan wakil kepala ruangan mengambil satu kasus yang ada di ruang bedah cempaka agar lebih mudah mengaplikasikan instrumen tersebut. Modul dan Petunjuk teknis pengisian instrumen disertakan dalam kegiatan ini. Kepala ruangan dan wakil kepala ruangan sudah bisa melaksanakan pengisian instrumen dengan baik. Setelah dilakukan pendampingan pengisian instrumen, kepala ruangan dan wakil kepala ruangan menjadi lebih memahami instrumen dengan baik, dan mengatakan bahwa instrumen merupakan panduan dalam melakukan case management, mudah dipahami, dan aplikatif daripada instrumen yang ditawarkan sebelumnya

31 29 c. Combination (Explicit to Explicit) Ketika melakukan pengisian pada instrumen case management, kepala ruangan sudah mempunyai gambaran bagaimana cara mendokumentasikan evaluasi case management, meskipun pada instrumen yang kami susun belum menjelaskan secara detail pada juknis instrumen case manager pada tahap dokumentasi evaluasi. Evaluasi yang dimaksud yaitu evaluasi secara berkala dari beberapa implementasi yang telah dilakukan case manager untuk memantau pengembangan penyelesaian masalah. Inisiatif kepala ruangan dalam mengembangkan poin evaluasi case management sudah dapat dikatakan sebagai tahap combination. d. Internalization (Explicit to Tacit) Kegiatan yang kami lakukan belum sampai pada tahap internalisasi. 8. Melakukan desiminasi dan memberikan rekomendasi pelaksanaan case management di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya Hasil kegiatan pengembangan instrument dokumentasi case management akan didesiminasikan pada tanggal 8 Juni 2017 untuk mendapatkan saran dari beberapa pihak dan kemungkinan dapat diimplementasikan di RSUD Dr. Soetomo. Adapun rekomendasi dari hasil kegiatan research and development adalah formulir dokumentasi case management dan alur pelaksanaan case management.

32 30 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari pengembangan instrument case management ini adalah sebuah instrument dokumentasi aktivitas case manager dalam melakukan manajemen pelayanan pasien. Intrumen tersebut sebanyak satu lembar yang terdiri dari screening awal pasien, perencanaan dan implementasi yang berdasarkan pada fungsi case manager (KARS, 2012), tanggal, evaluasi dan rencana tindak lanjut, serta tanda tangan case manager. Instrument disusun sesingkat mungkin tanpa mengurangi konten dari dokumentasi. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan dokumentasi tanpa harus menulis terlalu banyak, mengingat case manager menjalankan multijob. Instrumen dihasilkan dari beberapa kali proses revisi dari hasil uji lapangan, diskusi pakar, dan kajian teoritis. Alur pelaksanaan merupakan salah satu rekomendasi yang diusulkan. Hal ini dikarena belum terdapat alur pelaksanaan case management di RSUD Dr Soetomo Surabaya. Alur manajemen yang selama ini digunakan yaitu alur komplain dan pengendalian mutu. Adapun rekomendasi alur yang kami usulkan yaitu mengacu pada alur case management berdasarkan KARS (2012) dengan dikombinasikan dengan alur penanganan masalah/komplain di RSUD Dr. Soetomo Surabaya melalui wawancara dengan bagian bidang keperawatan, Kasi mutu dan pengembangan, kepala dan wakil kepala ruangan. Hasil pengembangan instrument dan modul yang telah kami lakukan adalah menjawab beberapa kendala yang dihadapi ruang Bedah Cempaka dalam pelaksanaan case management. Adapun kendala tersebut antara lain kendala teknis, tidak tersedianya dokumentasi dari pelaksanaan case management. Case manager diangkat berdasarkan SK Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya Nomor : 188.8/557/301/20, yang menyatakan semua kepala ruangan ditunjuk sebagai case manager. SK pengangkatan tersebut belum di lampiri uraian tugas/job description case manager. Dengan adanya instrument dan modul case management ini, diharapkan dapat menjadi panduan case manager dalam melaksanakan tugasnya dengan baik.

33 31 Instrumen case management yang telah disusun juga dapat membantu case manager dalam melakukan fungsi-fungsinya. Case management adalah proses kolaboratif melalui pengkajian, perencanaan, koordinasi, monitoring, dan evaluasi pelayanan untuk menemukan kebutuhan kesehatan pasien melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia untuk mempromosikan cost effective (CMSA, 2010). Aspek pengkajian, perencanaan, koordinasi, monitoring, dan evaluasi dalam pelaksanaan case management sudah dimasukkan dalam instrument case management. Dengan adanya instrument ini, diharapkan dapat memperbaiki proses penyelesaian masalah pasien oleh case manager, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan di ruang Bedah Cempaka dan untuk mendukung akreditasi KARS dan JCI yang akan dilaksanakan oleh RSUD Dr. Soetomo Surabaya, terutama pada penilaian elemen APK 2. Menurut Kemenkes (2011), case manager akan mengatur pelayanan pasien selama seluruh waktu rawat inap, meningkatkan kontinuitas pelayanan, koordinasi, kepuasan pasien, kualitas pelayanan dan hasil yang diharapkan, yang diperlukan bagi pasien tertentu yang kompleks dan pasien lain yang ditentukan rumah sakit. Pada RSUD Dr. Soetomo Surabaya, case manager diangkat berdasarkan SK Direktur RSUD Dr. Soetomo yang menyatakan semua kepala ruangan ditunjuk sebagai case manager. Penunjukan case manager ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah pasien dengan baik akan meningkatkan kepuasan pasien dan berdampak pada peningkatan mutu rumah sakit. Kegiatan case management di ruang bedah cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya sudah dilaksanakan sejak awal tahun 2017 dengan baik dan berdampak pada kepuasan pasien. Berdasarkan data yang diambil pada tanggal 2-4 Mei 2017 bahwa 100% pasien puas dengan pelayanan yang dilakukan di ruang Bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Berdasarkan hasil evaluasi kepuasan pasien ini, belum diketahui apakah kepuasan tersebut dikarenakan proses case management saja karena aspek yang dinilai dalam kepuasan pasien terdiri dari peran perawat dalam orientasi di ruangan, penyelesaian masalah, edukasi, keterampilan perawat dalam melakukan pelayanan keperawatan.

34 32 BAB 5 PENUTUP Demikianlah rencana pelaksanaan case management di ruang bedah Cempaka RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Semoga kegiatan yang akan kami laksanakan dapat membantu mengatasi permasalahan yang muncul di tatanan pelayanan rumah sakit. Kami yakin rencana pelaksanaan case management ini masih dalam proses penyempurnaan yang lebih lanjut. Besar harapan kami dari beberapa pihak yang ahli di bidang manajemen untuk menyempurnakan kegiatan aplikasi case management ini.

PANDUAN PELAKSANAAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (HOSPITAL CASE MANAGER)

PANDUAN PELAKSANAAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (HOSPITAL CASE MANAGER) PANDUAN PELAKSANAAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (HOSPITAL CASE MANAGER) BAB I DEFINISI A. Manajemen Pelayanan Pasien: - Suatu proses kolaboratif mengenai asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER)

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER) PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER) RUMAH SAKIT MH THAMRIN CILEUNGSI JL. Raya Narogong KM 16 Limus Nunggal Cileungsi Bogor Telp. (021) 8235052 Fax. (021) 82491331 SURAT KEPUTUSAN

Lebih terperinci

Pendekatan Interprofessional Collaborative Practice dalam Perawatan Pasien Katastropik

Pendekatan Interprofessional Collaborative Practice dalam Perawatan Pasien Katastropik Pendekatan Interprofessional Collaborative Practice dalam Perawatan Pasien Katastropik Sugiarsih.,S.Kep.,Ns.,MPH Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada PERKONAS Poltekkes Kemenkes, Jakarta 22-24 Maret 2017

Lebih terperinci

B AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

B AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pelayanan pasien dan koordinasi asuhan di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada (RS UGM) masih menjadi permasalahan sekaligus tantangan. Pengamatan di lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dari pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari

BAB I PENDAHULUAN. baik dari pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan saat ini sudah sangat sering dibicarakan, baik dari pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari pihak masyarakat sebagai

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN PASIEN

PANDUAN PELAYANAN PASIEN PANDUAN PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA TAHUN 2016 1 PANDUAN ASUHAN PASIEN I. PENGERTIAN 1. Patient-centered care (PCC), Pasien merupakan Pusat dalam proses asuhan pasien (patient

Lebih terperinci

APK 1.1. Elemen penilaian APK 1.1.

APK 1.1. Elemen penilaian APK 1.1. APK.1 Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk pelayanan rawat jalan berdasarkan pada kebutuhan pelayanan kesehatan mereka yang telah di identifikasi dan pada misi serta sumber daya

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI BAB II A. DEFINISI

BAB I DEFINISI BAB II A. DEFINISI A. DEFINISI BAB I DEFINISI Asuhan pasien terintegrasi dan pelayanan berfokus pada pasien (Patient Centered Care PCC) adalah istilah yang saling terkait, yang mengandung aspek pasien merupakan pusat pelayanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan merupakan prioritas baik bagi pihak penyedia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan merupakan prioritas baik bagi pihak penyedia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan merupakan prioritas baik bagi pihak penyedia jasa maupun bagi masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan kesehatan. Menurut Pohan (2012) pendekatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep

PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep A. Pengertian Discharge Planning (Perencanaan Pasien Pulang) merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang

Lebih terperinci

BAB I DEFENISI. Tujuan Discharge Planning :

BAB I DEFENISI. Tujuan Discharge Planning : BAB I DEFENISI Pelayanan yang diberikan kepada pasien di unit pelayanan kesehatan rumah sakit misalnya haruslah mencakup pelayanan yang komprehensif (bio-psiko-sosial dan spiritual). Disamping itu pelayanan

Lebih terperinci

PT. AR. MUHAMAD RUMAH SAKIT AR. BUNDA JL. ANGKATAN 45 KEL. GUNUNG IBUL TELP. (0713) FAX. (0713) PRABUMULIH SUM - SEL 31121

PT. AR. MUHAMAD RUMAH SAKIT AR. BUNDA JL. ANGKATAN 45 KEL. GUNUNG IBUL TELP. (0713) FAX. (0713) PRABUMULIH SUM - SEL 31121 PT. AR. MUHAMAD RUMAH SAKIT AR. BUNDA JL. ANGKATAN 45 KEL. GUNUNG IBUL TELP. (0713) 322953 FAX. (0713) 322895 PRABUMULIH SUM - SEL 31121 SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH NOMOR :006

Lebih terperinci

CEKLIST KELENGKAPAN DOKUMEN AKREDITASI POKJA ASESMEN PASIEN (AP)

CEKLIST KELENGKAPAN DOKUMEN AKREDITASI POKJA ASESMEN PASIEN (AP) CEKLIST KELENGKAPAN DOKUMEN AKREDITASI POKJA ASESMEN PASIEN (AP) NO MATERI DOKUMEN NILAI KETERANGAN Elemen Penilaian AP.1 1 Pelaksanaan asesmen informasi dan informasi yang harus tersedia untuk pasien

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT ISLAM AT-TIN HUSADA

RUMAH SAKIT ISLAM AT-TIN HUSADA Panduan Pelaksanaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) RUMAH SAKIT ISLAM AT-TIN HUSADA Layanan Islami, Profesional dengan Hati Jl. Raya Ngawi Solo Km 4, Watualang, Ngawi, Jawa Timur 1 Lampiran :

Lebih terperinci

KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT

KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT INSTRUMEN AKREDITASI RUMAH SAKIT STANDAR AKREDITASI VERSI 212 Edisi 1, tahun 212 Bab PP BAB 4. PELAYANAN PASIEN STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN >8% Terpenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang masih merupakan masalah dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit maupun di masyarakat. Anggaran besar harus dialokasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diterapkannya aturan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sejak tanggal 1 Januari 2014 menuntut agar rumah

Lebih terperinci

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN Lampiran SK Direktur Utama RSI Garam Kalianget No.... tentang Panduan Evaluasi Praktek Dokter PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DAFTAR DOKUMEN APK BERDASARKAN ELEMEN PENILAIAN

DAFTAR DOKUMEN APK BERDASARKAN ELEMEN PENILAIAN DAFTAR APK BERDASARKAN ELEMEN PENILAIAN APK.1 APK.1.1 APK.1.1.1 APK.1.1.2 APK.1.1.3 KEBIJAKAN SKRINING PASIEN PANDUAN SKRINING PASIEN RAWAT JALAN SPO SKRINING RAWAT JALAN SPO ALUR SKRINING RAWAT JALAN

Lebih terperinci

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas Nama : Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : 19671215 200003 1 002 Departemen Mata Kuliah Topik : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas : Keperawatan Komunitas : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas LAPORAN WHO (2002)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MANAGEMEN NYERI DI RUMAH SAKIT

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MANAGEMEN NYERI DI RUMAH SAKIT KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MANAGEMEN NYERI DI RUMAH SAKIT OLEH: LIDYA FITRIANA, SKEP Disampaikan pada Seminar & Workshop Pain Managemen Dalam Akreditasi JCIA versi 2012 Siloam Hospitals Group 13-14 juni 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat sebagai usaha meningkatkan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN

PEDOMAN PELAYANAN KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN PEDOMAN PELAYANAN KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN 1. PENDAHULUAN Tujuan utama rumah sakit adalah memberikan perawatan yang terbaik untuk pasien. Agar dapat memberikan dukungan dan respon yang baik sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI A. PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini peningkatan produktifitas dan kualitas

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan berdasarkan pola pelayanan berfokus pada pasien (Patient

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan berdasarkan pola pelayanan berfokus pada pasien (Patient BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paradigma pelayanan kesehatan sudah mulai berubah dengan memusatkan pelayanan kesehatan pada pasien. Tidak lagi menempatkan salah satu profesi sebagai pusat pelayanan,

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N No.308, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Keselamatan Pasien. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat

Lebih terperinci

INDIKATOR KETERANGA ELEMEN PENCAPAIAN

INDIKATOR KETERANGA ELEMEN PENCAPAIAN PERENCANAAN PERBAIKAN STRATEGIS RUMAH SAKIT Tk. II Dr. R. HARDJANTO BALIKPAPAN NO STANDAR/ LANGKAH METODE INDIKATOR WAKTU PENANGGUN KETERANGA ELEMEN PEMENUHAN EP PERBAIKAN PENCAPAIAN G N. PP. EP.. PP.

Lebih terperinci

PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ==========================

PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ========================== PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ========================== I. STANDAR PMKP A. KEPEMIMPINAN DAN PERENCANAAN 1.

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1438/Menkes/per/IX/ 2010 tentang standar pelayanan kedokteran Bab V pasal 10 ayat 4 berbunyi:

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1438/Menkes/per/IX/ 2010 tentang standar pelayanan kedokteran Bab V pasal 10 ayat 4 berbunyi: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskuler saat ini menempati urutan pertama penyebab kematian di dunia yaitu (12,8%), negara maju 15.6% dan di negara berkembang 13,7%, (WHO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran

Lebih terperinci

PANDUAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA

PANDUAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA PANDUAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA RS.DARMO JLN. RAYA DARMO 90 SURABAYA BAB I PENDAHULUAN A. FALSAFAH PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih

Lebih terperinci

KONSTRIBUSI PERAWAT DALAM PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN

KONSTRIBUSI PERAWAT DALAM PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN KONSTRIBUSI PERAWAT DALAM PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN Dewi Irawaty, M.A., Ph.D Ketua Umum PPNI Lokakarya PERSI Medan, 26 febuari 2015 1 PERAWAT SEBAGAI PROFESI Jenis Vokasi : DIII Keperawatan Profesi

Lebih terperinci

BAB 1 AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS PELAYANAN (ARK)

BAB 1 AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS PELAYANAN (ARK) II STANDAR PELAYANAN BERFOKUS PASIEN BAB 1 AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS PELAYANAN (ARK) GAMBARAN UMUM Rumah sakit seyogianya mempertimbangkan bahwa asuhan di rumah sakit merupakan bagian dari suatu

Lebih terperinci

Manual Prosedur DIETETIC INTERNSHIP CLINIC PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Manual Prosedur DIETETIC INTERNSHIP CLINIC PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Manual Prosedur DIETETIC INTERNSHIP CLINIC PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Universitas Brawijaya, 2012 All Rights Reserved Manual Prosedur DIETETIC INTERNSHIP CLINIC PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama rumah sakit adalah memberikan perawatan pasien. Proses perawatan pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak praktisi kesehatan serta dapat melibatkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 1

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 1 PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) 1 GAMBARAN UMUM Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien dan menjamin keselamatan pasien, maka rumah sakit perlu mempunyai program peningkatan mutu

Lebih terperinci

Dokumen yang dibutuhkan 1. Data Cakupan

Dokumen yang dibutuhkan 1. Data Cakupan Dokumen yang dibutuhkan 1. Data Cakupan 2. pedoman kerja cakupan rs, strategi komunikasi 3. Kebijakan cakupan RS 4. Dokumen informasi seperti brosur, dll 5. Dokumen informasi kepada keluarga pasien 6.

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

I.PENDAHULUAN LATAR BELAKANG I.PENDAHULUAN Undang undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehtan menyatakan bahwa upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan / atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan

Lebih terperinci

dalam yang memenuhi standar profesi serta peraturan perundang- undangan. (R) Pedoman Pelayanan

dalam yang memenuhi standar profesi serta peraturan perundang- undangan. (R) Pedoman Pelayanan PEMAHAMAN POKJA SNARS 2018 NO STANDART ELEMEN PENILAIAN YANG DIBUTUHKAN KETERANGAN Rumah sakit menyediakan 1. regulasi pelayanan anestesi, serta sedasi moderat dan REGULASI 1 pelayanan anestesi (termasuk

Lebih terperinci

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Memahami Organisasi Pelayanan

Lebih terperinci

TATA KELOLA RUMAH SAKIT (TKRS)

TATA KELOLA RUMAH SAKIT (TKRS) TATA KELOLA RUMAH SAKIT (TKRS) STANDAR EP DOKUMEN KETERANGAN Pemilik menetapkan regulasi yang mengatur a) sampai dengan g) yang ada di dalam maksud dan tujuan yang dapat berbentuk corporate by-laws, peraturan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan Penelitian Pengembangan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Oleh : Nurhafni Harahap

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 213 218 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG Liliana Dewi Purnamasari 1),

Lebih terperinci

Hospital Management Training & Consulting

Hospital Management Training & Consulting Nomor : 122/PQ/VIII/2017 2 Agustus 2017 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Workshop Penyusunan Clinical Pathway Berdasarkan PCC dan Asuhan Kolaboratif Kepada Yth : Bapak/Ibu Direktur Rumah Sakit Seluruh

Lebih terperinci

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017 PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 80 BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Tujuan pelaksanaan home care telah dipahami perawat dan tim kesehatan yang lain yaitu melaksanakan perawatan pada pasien yang mengalami keterbatasan

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PEMIMPIN BLUD RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG NOMOR : / SK-RSUD PROV / X / 2016 T E N T A N G

SURAT KEPUTUSAN PEMIMPIN BLUD RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG NOMOR : / SK-RSUD PROV / X / 2016 T E N T A N G RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG Jalan W.R. Supratman No.100 KM. 8 Tanjungpinang Telp/ Fax. 0771-733 5203 E-mail: sekretariat@rsudtpi.kepriprov.go.id SURAT KEPUTUSAN PEMIMPIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar evaluasi

Lebih terperinci

TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi

TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN TATA KELOLA TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Standar TKP. 1 Tanggung jawab dan akuntabilitas

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG SURAT KEPUTUSAN No.../.../.../.../2015 TENTANG PEDOMAN PENGORGANISASIAN DAN PELAYANAN KOMITE KEPERAWATAN DIREKTUR RUMAH

Lebih terperinci

a. Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen, yaitu : 1) Data Dasar Data dasar berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika pert

a. Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen, yaitu : 1) Data Dasar Data dasar berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika pert A. Model Dokumentasi Keperawatan Ada 6 model dokumentasi yang dapat digunakan di dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia yaitu sebagai berikut : 1) SOR (Source Oriented Record), 2) POR (Problem Oriented

Lebih terperinci

RS dan JKN T O N A N G D W I A R D Y A N T O

RS dan JKN T O N A N G D W I A R D Y A N T O RS dan JKN T O N A N G D W I A R D Y A N T O Evolusi Layanan Kesehatan Doing things cheaper (efficiency) Doing things right (Effectiveness) Doing things better (quality improvement) Doing the right things

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE)

BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE) BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE) GAMBARAN UMUM Memberikan asuhan pasien merupakan upaya yang kompleks dan sangat bergantung pada komunikasi dari informasi. Komunikasi tersebut adalah kepada

Lebih terperinci

Dalam upaya memperoleh data, penelitian ini menggunakan wawancara. sebagai salah satu metode untuk melakukan pengkajian data secara mendalam.

Dalam upaya memperoleh data, penelitian ini menggunakan wawancara. sebagai salah satu metode untuk melakukan pengkajian data secara mendalam. Lampiran PEDOMAN WAWANCARA Dalam upaya memperoleh data, penelitian ini menggunakan wawancara sebagai salah satu metode untuk melakukan pengkajian data secara mendalam. Berikut ini merupakan pedoman wawancara

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS. xxx NOMOR : 17/PER/2013 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN MEDIS. DIREKTUR UTAMA RS. xxx

PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS. xxx NOMOR : 17/PER/2013 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN MEDIS. DIREKTUR UTAMA RS. xxx PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS. xxx NOMOR : 17/PER/2013 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN MEDIS DIREKTUR UTAMA RS. xxx Menimbang : a. bahwa salah satu pilar pelayanan rumah sakit adalah pelayanan medis yang dilakukan

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM SULTAN SULAIMAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR :4274/ SK/ RSU. SS/ V/ 2016

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM SULTAN SULAIMAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR :4274/ SK/ RSU. SS/ V/ 2016 SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM SULTAN SULAIMAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR :4274/ SK/ RSU. SS/ V/ 2016 TENTANG PENETAPAN DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN (DPJP) Menimbang Mengingat : Bahwa

Lebih terperinci

THE IMPORTANCE OF HOSPITAL SPECIFIC CLINICAL PRACTICE GUIDELINES TOWARDS BETTER CLINICAL MANAGEMENT

THE IMPORTANCE OF HOSPITAL SPECIFIC CLINICAL PRACTICE GUIDELINES TOWARDS BETTER CLINICAL MANAGEMENT THE IMPORTANCE OF HOSPITAL SPECIFIC CLINICAL PRACTICE GUIDELINES TOWARDS BETTER CLINICAL MANAGEMENT DIREKTORAT MEDIK DAN KEPERAWATAN BIDANG PELAYANAN MEDIK 26 JULI 2016 PENDAHULUAN Peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 1 Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentu yang

Lebih terperinci

UU No 29:2004 PRAKTIK KEDOKTERAN. Law & Regulation MEDICAL RECORD AUDIT SYSTEM 11/22/12 REKAM MEDIS PARAGRAF 3. Pasal 46

UU No 29:2004 PRAKTIK KEDOKTERAN. Law & Regulation MEDICAL RECORD AUDIT SYSTEM 11/22/12 REKAM MEDIS PARAGRAF 3. Pasal 46 MEDICAL RECORD AUDIT SYSTEM PARAGRAF 3 REKAM MEDIS Pasal 46 Law & Regulation UU No 29:2004 PRAKTIK KEDOKTERAN 1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN KOMPLAIN

PANDUAN MANAJEMEN KOMPLAIN PANDUAN MANAJEMEN KOMPLAIN RUMAH SAKIT PGI CIKINI RUMAH SAKIT PGI CIKINI JAKARTA, INDONESIA 2013 RS PGI Cikini Panduan Manajemen Komplain 1 PANDUAN MANAJEMEN KOMPLAIN A. PENDAHULUAN Semakin meningkatnya

Lebih terperinci

2. Dr. Djoni Darmadjaja, SpB., MARS., FInaCS 3. Dr. Dewi Basmala, MARS

2. Dr. Djoni Darmadjaja, SpB., MARS., FInaCS 3. Dr. Dewi Basmala, MARS PENGURUS PUSAT ASOSIASI RUMAH SAKIT DAERAH SELURUH INDONESIA A R S A D A Sekretariat : The Royal Palace, Blok B No. 31, Jl. Prof Soepomo Jakarta Selatan Telp : (021) 8309111, Fax : (021) 8314428 e-mail

Lebih terperinci

METODE PENUGASAN TIM DALAM ASUHAN KEPERAWATAN. Oleh : Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep.

METODE PENUGASAN TIM DALAM ASUHAN KEPERAWATAN. Oleh : Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep. METODE PENUGASAN TIM DALAM ASUHAN KEPERAWATAN Oleh : Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep. Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi pasien. Adapun jenis-jenis

Lebih terperinci

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN Standar PAB.1. Tersedia pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM)

BAB 6 MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM) BAB 6 MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM) GAMBARAN UMUM Informasi diperlukan untuk memberikan, mengordinasikan, dan juga mengintegrasikan pelayanan rumah sakit. Hal ini meliputi ilmu pengasuhan

Lebih terperinci

PERAN KOMITE MEDIS DALAM PEMBERIAN KEWENANGAN KLINIS PADA STAF MEDIS RS

PERAN KOMITE MEDIS DALAM PEMBERIAN KEWENANGAN KLINIS PADA STAF MEDIS RS PERAN KOMITE MEDIS DALAM PEMBERIAN KEWENANGAN KLINIS PADA STAF MEDIS RS Dr. Kuntjoro Adi Purjanto,Mkes KETUA UMUM PERSI UU NO: 44 TH 2009 TENTANG RUMAH SAKIT PASAL 36 SETIAP RUMAH SAKIT HARUS MENYELENGGARAKAN

Lebih terperinci

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO I. PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian kegiatan yang mengandung risiko karena menyangkut keselamatan tubuh dan nyawa seseorang.

Lebih terperinci

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN 2014-2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah lembaga yang memberikan pelayanan klinik dengan badan dan

Lebih terperinci

PANDUAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DAN PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP

PANDUAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DAN PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP PANDUAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DAN PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP BAB I DEFINISI Pelayanan pendaftaran adalah mencatat data sosial/mendaftar pasien utkmendapatkan pelayanan kesehatan yg dibutuhkan,

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO TAHUN 2013 DAFTAR ISI Daftar Isi... 2 Pendahuluan... 3 Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI A. DEFINISI

BAB I DEFINISI A. DEFINISI A. DEFINISI BAB I DEFINISI Asuhan pasien terintegrasi dan pelayanan berfokus pada pasien (Patient Centered Care- PCC) adalah istilah yang terkait, yang mengandung aspek pasien merupakan pusat pelayanan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rawat inap bangsal anak RSUD Panembahan Senopati Bantul. Data kuantitatif yang diambil

BAB III METODE PENELITIAN. rawat inap bangsal anak RSUD Panembahan Senopati Bantul. Data kuantitatif yang diambil BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian mix method dengan desain studi kasus, di ruang rawat inap bangsal anak RSUD Panembahan Senopati Bantul. Data

Lebih terperinci

Hospital Management Training & Consulting

Hospital Management Training & Consulting Nomor : 122/PQ/I/2016 29 Januari 2016 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Workshop Penyusunan Clinical Pathway Berdasarkan PCC dan Asuhan Kolaboratif Kepada Yth : Bapak/Ibu Direktur Rumah Sakit Seluruh

Lebih terperinci

2. Dr. Djoni Darmadjaja, SpB., MARS., FInaCS 3. Dr. Dewi Basmala, MARS

2. Dr. Djoni Darmadjaja, SpB., MARS., FInaCS 3. Dr. Dewi Basmala, MARS PENGURUS PUSAT ASOSIASI RUMAH SAKIT DAERAH SELURUH INDONESIA A R S A D A Sekretariat : The Royal Palace, Blok B No. 31, Jl. Prof Soepomo Jakarta Selatan Telp : (021) 8309111, Fax : (021) 8314428 e-mail

Lebih terperinci

PENGURUS PUSAT ASOSIASI RUMAH SAKIT DAERAH SELURUH INDONESIA (ARSADA)

PENGURUS PUSAT ASOSIASI RUMAH SAKIT DAERAH SELURUH INDONESIA (ARSADA) PENGURUS PUSAT ASOSIASI RUMAH SAKIT DAERAH SELURUH INDONESIA (ARSADA) Sekretariat : The Royal Palace, Blok B no. 31, Jl. Prof Soepomo Jakarta Selatan Telp : (021) 8309111, Fax : (021) 8314428, e-mail:

Lebih terperinci

Perawat & Program Perawatan di Rumah Sakit

Perawat & Program Perawatan di Rumah Sakit Perawat & Program Perawatan di Rumah Sakit SEPTO PAWELAS ARSO, SKM, MARS Materi Kuliah Organisasi Manajemen Rumah Sakit Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat UNIVERSITAS DIPONEGORO Persyaratan RS Minimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komite medik adalah perangkat RS untuk menerapkan tata kelola klinis agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola klinis) merupakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 99 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa partisipan memahami discharge planning sebagai sarana untuk memberikan informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem pelayanan kesehatan saat ini, patient-centered care menjadi konsep pelayanan dari hampir seluruh pemberi layanan kesehatan. Pelayanan dengan model

Lebih terperinci

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 EFEKTIF TANGGAL 1 JANUARI 2018

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 EFEKTIF TANGGAL 1 JANUARI 2018 INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 EFEKTIF TANGGAL 1 JANUARI 2018 REFERENSI UU no 44 tahun 2009 ttg rumah sakit pasal 21-22

Lebih terperinci

KARS. Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Panduan Pelaksanaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)

KARS. Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Panduan Pelaksanaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) KARS Komisi Akreditasi Rumah Sakit Panduan Pelaksanaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) Edisi 1 Juni 2014 0 KATA PENGANTAR KETUA KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT (Dr. dr. Sutoto, M.Kes) Puji dan syukur

Lebih terperinci

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012 MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012 EMAN SULAEMAN, SKM DPP PORMIKI (Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia) TUJUAN AKREDITASI (PMK NO.12/2012 TENTANG

Lebih terperinci

POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS)

POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS) POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS) Elemen Penilaian KPS 1 1. Perencanaan harus mempertimbangkan misi rumah sakit, keragaman pasien, jenis pelayanan dan teknologi yang digunakan dalam asuhan pasien

Lebih terperinci

Pengalaman RSUP Dr. Sardjito dalam Pengorganisasian Tim Akreditasi. Sri Mulatsih RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2012

Pengalaman RSUP Dr. Sardjito dalam Pengorganisasian Tim Akreditasi. Sri Mulatsih RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2012 Pengalaman RSUP Dr. Sardjito dalam Pengorganisasian Tim Akreditasi Sri Mulatsih RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2012 Out line Latar Belakang Penyusunan Tim Akreditasi JCI Penyusunan Road Map Workshop Penyusunan

Lebih terperinci

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB)

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB) PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB) STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN ORGANISASI DAN MANAJEMEN >/= 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Standar PAB.1. Tersedia pelayanan

Lebih terperinci

SPO ASUHAN GIZI TERSTANDAR AKREDITASI VERSI HERNI ASTUTI INSTALASI GIZI RSUP DR SARDJITO Workshop Gizi, Yogyakarta April 2013

SPO ASUHAN GIZI TERSTANDAR AKREDITASI VERSI HERNI ASTUTI INSTALASI GIZI RSUP DR SARDJITO Workshop Gizi, Yogyakarta April 2013 SPO ASUHAN GIZI TERSTANDAR AKREDITASI VERSI 2012 HERNI ASTUTI INSTALASI GIZI RSUP DR SARDJITO Workshop Gizi, Yogyakarta 24-25 April 2013 DASAR HUKUM Keputusan Direktur Jenderal Bina upaya Kesehatan nomor

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.I Kesimpulan 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan adanya peningkatan kemampuan kolaboratif (komunikasi, kolaborasi, peran dan tanggung jawab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keselamatan pasien telah menjadi isu global yang sangat penting dilaksanakan oleh setiap rumah sakit, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keselamatan pasien telah menjadi isu global yang sangat penting dilaksanakan oleh setiap rumah sakit, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keselamatan pasien telah menjadi isu global yang sangat penting dilaksanakan oleh setiap rumah sakit, dan seharusnya menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Clinical Pathway, selanjutnya disingkat CP, merupakan konsep perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Clinical Pathway, selanjutnya disingkat CP, merupakan konsep perencanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Clinical Pathway, selanjutnya disingkat CP, merupakan konsep perencanaan pelayanan kesehatan terpadu yang sedang trend digunakan di rumah sakit pada saat ini. CP merangkum

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK)

PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK) PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK) 1. KEBIJAKAN PPK 2. SKTIM PROMOSI KESEHATAN 3. PEDOMAN PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN 4. PEDOMAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI 5. PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT NOMOR : TENTANG PEDOMAN ORGANISASI KOMITE MUTU RUMAH SAKIT DIREKTUR RUMAH SAKIT

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT NOMOR : TENTANG PEDOMAN ORGANISASI KOMITE MUTU RUMAH SAKIT DIREKTUR RUMAH SAKIT PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT NOMOR : TENTANG PEDOMAN ORGANISASI KOMITE MUTU RUMAH SAKIT DIREKTUR RUMAH SAKIT MENIMBANG : 1. Bahwa Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien merupakan instrumen penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

Prosedur pendaftaran dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan

Prosedur pendaftaran dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan POKJA PETUGAS SUB KRITERIA DOK 7.. Prosedur pendaftaran dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan 5 6 7.. Informasi tentang pendaftaran tersedia dan terdokumentasi

Lebih terperinci

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI Standar 3 Kompetensi Lulusan 0 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Daftar Isi... ii Prakata... iii Pendahuluan... iv A. Ruang Lingkup... 1 B. Acuan... 3 C. Istilah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan sumber daya manusia di rumah sakit karena jumlahnya dominan (55-65%) serta merupakan profesi yang memberikan pelayanan terus menerus selama 24 jam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan Masalah 4 C. Tujuan Penelitian 5 D. Manfaat Penelitian 5 E. Keaslian Penelitian 5

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan Masalah 4 C. Tujuan Penelitian 5 D. Manfaat Penelitian 5 E. Keaslian Penelitian 5 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR SINGKATAN INTISARI ABSTRACT Halaman i ii iii iv vi ix x xi xii xiii xiv

Lebih terperinci