Gagap adalah ketidaknormalan verbalisasi kata yaitu tingginya penghentian bicara, suku kata atau salah satu huruf dalam suku kata, penahanan dan
|
|
- Fanny Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 Gagap adalah ketidaknormalan verbalisasi kata yaitu tingginya penghentian bicara, suku kata atau salah satu huruf dalam suku kata, penahanan dan pengulangan bunyi, serta penggantian kata untuk menghindari kata yang menimbulkan masalah (Bogue, 2009; Guitar, 2006; Halgin & Whitbourne, 2010; Parker & Parker, 2002; Walden, dkk., 2012). Orang dengan gangguan gagap berbicara dengan penekanan fisik yang berlebihan seperti sulit bernafas, mata berkedip cepat, mulut bergetar dan ekspresi wajah seperti berjuang keras untuk bicara (Mahr & Torosian, 1991). American Psychiatric Association (2000) dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV TR) kode memuat kriteria gagap yaitu : 1. Gangguan pola dan ketidaklancaran bicara di usia yang tidak seharusnya, karakteristik diikuti oleh satu atau lebih tanda : a. Pengulangan bunyi dan suku kata b. Perpanjangan bunyi kata c. Interjeksi atau penyisipan dalam kalimat d. Kata-kata yang rusak (ada penghentian pada kata atau kata-kata yang terputus-putus) e. Menahan suara atau diam (berisi jeda selama berbicara) f. Memakai kata yang banyak (mengganti kata-kata untuk menghindari katakata yang bermasalah) g. Mengatakan sesuatu dengan penekanan fisik yang berlebihan h. Mengulang kata atau suku kata keseluruhan ( Dari,dari mana kamu? ) 2. Gagap dapat mengganggu prestasi akademik atau kerja, dan komunikasi sosial 3. Jika kondisi neurologis untuk berbicara tidak berfungsi normal, maka tanda gangguan medis pada axis III ditegakkan. Yairi dan Ambrose (2013) menyatakan gangguan gagap pada populasi di dunia mencapai 5% pada dekade terakhir ini. Penelitian itu terbatas pada negaranegara di Amerika, Eropa dan Australia. Pada beberapa negara lainnya, dilaporkan lebih besar hingga mencapai 8%.Prevalensi terjadinya gangguan gagap sepanjang rentang kehidupan adalah sekitar 1,99% pada usia 3-10 tahun dan menurun 1,15% pada usia tahun. Rasio laki-laki dan perempuan adalah 4 : 1 (Drayna & Kang, 2011).
2 2 Gagap disebabkan oleh multi faktor (Blomgren, Roy, Callister, & Merrill, 2005) yaitu faktor keturunan, perkembangan bahasa, perilaku yang dipelajari, faktor orangtua, faktor kejadian dalam kehidupan (Klompas & Ross, 2004; Lavid, 2003; Millard, Nicholas, Cook, 2008; Sa diah, 2012; Walter, 2010) dan faktor emosi seperti kecemasan (Alm, 2004; Iverach, dkk, 2010). Faktor utama sebagai penyebab gagap adalah kritikan yang terus diterima oleh seseorang sejak masa kecil sehingga menimbulkan kecemasan dalam berbicara (Bogue, 2009; Guitar, 2006). Ketika anak mengalami peningkatan rangsangan emosi seperti kecemasan maka, kegagapan akan muncul (Sa diah, 2012), oleh karena itu kecemasan menjadi awal mula terjadinya kegagapan pada anak akibat perlakuan lingkungan yang negatif. Orang dengan gangguan gagap cemas pada pembicaraan dengan kata dan/atau situasi seperti bicara di sekelompok orang atau pada orang asing atau atasan (Menzies, dkk., 2008; Menzies, Messenger, Onslow, & Packman, 2004; Miller & Watson, 1992; Mulcahy, Neville, Beilby, & Byrnes, 2008). Menzies, Messenger, Onslow dan Packman menemukan orang dengan gangguan gagap memiliki kecemasan dan penilaian yang negatif terhadap interaksi sosial. Hal itu menunjukkan bahwa mereka menganggap orang lain cenderung kritis dan mengevaluasi mereka secara negatif. Ketakutan pada evaluasi negatif merupakan faktor risiko kognitif dalam kecemasan interaksi sosial (Levinson dkk, 2013). Kegagapan sering diasosiasikan dengan konsekuensi negatif sepanjang kehidupan (Iverach, dkk., 2009; Yaruss & Quesal, 2004) yang terkait dengan rasa cemas atas reaksi orang lain terhadap kegagapan (Snyder, 2001) dan penolakannya (Corcoran & Stewart, 1998). Hal itu terjadi karena ketika orang dengan gangguan gagap menjalani kehidupan dan berinteraksi dengan lingkungannya, ia lebih mudah mengingat keadaan di masa lalunya yang menyakitkan, traumatis dan tidak berdaya (Bogue, 2009). Akibatnya berpengaruh pada perasaan, perilaku, dan pemikiran yang negatif antara dirinya, kegagapan maupun lingkungannya. Menurut Starkweather dan Givens-Ackerman (1997) penolakan dan celaan menjadi sebuah krisis pada relasi sosialnya karena adanya perbedaan diri dengan orang pada umumnya. Widyaningsih (2014) dan Yana (2013) menemukan orang dengan
3 3 gangguan gagap semakin gagap ketika ia takut dicela karena kondisinya yang lebih rendah dari orang lain. Kecemasan adalah kondisi psikologis paling dominan dalam kehidupan orang dengan gangguan gagap. Craig & Tan (2014) dan Davis, Shisca, & Howell (2007) menemukan bahwa Trait Anxiety orang dengan gangguan gagap berada pada level yang lebih tinggi daripada yang normal. Trait Anxiety adalah kecemasan yang bersifat menetap dan mempengaruhi persepsi individu terhadap situasi yang mengancam eksistensinya (Gupta, Shveta, Vempati, Sharma, & Bijlani, 2006; Vitasari, Wahab, Herawan, Othman, & Sinnadurai, 2011). Hal itu menunjukkan bahwa orang dengan gangguan gagap memiliki kecemasan menetap yang tinggi dalam hidupnya (Daniels, Gabel, & Hagstrom, 2006; Blood, Blood, Maloney, Meyer, & Qualls, 2007; Iverach & Rapee, 2014; Mulcahy, dkk., 2008). Dalam kehidupan sehari-hari, orang dengan gangguan gagap memunculkan perilaku berhenti atau menahan bicara sebagai bentuk penghindaran atas situasi negatif atau evaluasi dari orang lain (Harrison, 2008). Menurut Blood, Blood, Bennett, Simpson, & Susman, (1994) dan Sheehan (1975) orang dengan gangguan gagap berada dalam double approach-avoidance conflict. Mereka ingin berbicara tetapi cemas dengan reaksi orang lain atas gagapnya sehingga mereka tidak berbicara. Akan tetap mereka juga tidak nyaman dengan diamnya sehingga merasa sangat ingin berbicara Penelitian terapi pada orang dengan gangguan gagap telah dilakukan yaitu : Behaviour Therapy (BT) dan Cognitive Behaviour Therapy (CBT) (Botterill, 2011). BT membantu orang dengan gangguan gagap melalui latihan kemampuan motorik dan kontrol bicara serta pernapasan dan artikulasi. Kritik terapi ini adalah tidak mampu mereduksi sikap negatif atas kegagapannya yang menimbulkan kecemasan akan penolakan (Botterill, 2011). Model terapi CBT membantu orang dengan gangguan gagap memahami hubungan antara pikiran, reaksi fisik, dan akibatnya pada perilaku mereka (Botterill, 2011). Model-model terapi tersebut memiliki efektivitas yang baik dalam memodifikasi perilaku orang dengan gangguan gagap, namun ada pandangan lain yang menekankan pentingnya penerimaan kondisi kegagapan dan pemahaman munculnya pemikiran-pemikiran negatif untuk
4 4 mengatasi kecemasan (Yaruss, Coleman, & Quesal, 2012). Oleh karena itu, model integrasi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Psikoterapi transpersonal adalah psikoterapi yang eklektik dan integratif, meliputi penggunaan teknik-teknik dari variasi psikologi yaitu modifikasi perilaku, restrukturisasi kognitif, praktek humanistik, psikodinamika, terapi musik dan seni (Davis, 2003). Psikologi transpersonal memandang pengalaman kecemasan yang terjadi pada orang dengan gangguan gagap adalah akibat hubungan antara I dan Self yang tidak utuh dikarenakan I mengalami luka atau yang disebut Primal wounding (Firman & Gila, 2002; Firman & Russell, 1994). Menurut Firman, Gila & Russell, I luka akibat pusat pemersatu eksternal yaitu pengasuh (orangtua) dan lingkungan yang tidak empati seperti melakukan penolakan, pengingkaran, kritik, dan pemaksaan prinsip-prinsip yang tidak sesuai dengan diri individu. Primal wounding menyebabkan individu mengalami nonbeing yaitu disintegrasi dan penolakan diri, kehilangan aku yang utuh, terisolasi, kekosongan serta kecemasan (Firman & Gila, 2002; Firman & Russell, 1994). Dalam kehidupan sehari-hari, untuk tetap mampu bertahan hidup, orang dengan gangguan gagap bereaksi menjadi pribadi berbeda yaitu I atau survival personality yang menahan diri, menghindari luka dan menarik diri dari lingkungan (Firman & Gila, 2002, 2007) agar mereka tidak lagi mengalami luka dan ketidakberdayaan dari lingkungan yang tidak empati. Hal tersebut menjelaskan bagaimana orang dengan gangguan gagap memilih untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya yang ia percaya dapat mengancam dirinya seperti tidak mau berbicara dan mengungkapkan pendapatnya. Menurut Firman dan Gila (2002) kondisi kecemasan primordial tidak terlalu mengancam jika individu dapat mengembangkan cinta yang penuh empati pada dirinya. Psikosintesis menggunakan kekuatan dari cinta yang penuh empati untuk mengharmoniskan seluruh aspek psikologis manusia (Firman & Gila, 2007; Ruefller, 1995). Psikosintesis adalah pionir utama psikologi transpersonal yang merupakan studi ekspresi jiwa, melampaui topeng manusia untuk memasuki penemuan diri dalam spiritualitas, fokus pada potensi, pemahaman, realisasi dan
5 5 pengakuan seluruh aspek diri hingga pencapaian transendensi dan diri yang otentik (Caplan, Hartelius, & Rardin, 2003; Lajoie & Shapiro, 1992; Romeu, 2010) Berdasarkan penjabaran di atas, maka disusun Empathic Love Therapy yang merupakan terapi dalam psikosintesis berdasarkan tujuh konsep utama Assagioli (Firman, 2011; Firman & Gila, 2002, 2007) yaitu : 1) Disidentification, 2) Personal Self or I, 3) Will Good, Strong, Skillful, 4) The Ideal Model, 5) Synthesis, 6) The Superconscious or Higher Unconscious, dan 7) Transpersonal Self or Self. Empathic Love Therapy disusun untuk menurunkan kecemasan pada orang dengan gangguan gagap melalui penyembuhan pada primal wounding di masa anak-anak yang merupakan akar munculnya kecemasan dan kegagapan. Komponen Empathic Love yang menyembuhkan adalah cinta yang penuh empati. Cinta tumbuh, berkembang dan kuat melalui eksplorasi aspek-aspek psikologis dalam diri, mengambil jarak terhadap luka, memunculkan I yang sadar dan berkehendak, serta menemukan aspirasi/esensi hidup yang selaras dengan diri transpersonal. Kemampuan mengambil jarak terhadap luka akan membantu orang dengan gangguan gagap melepaskan diri dari identifikasi yang selama ini diletakkan pada dirinya seperti tidak kompeten dalam berkomunikasi, akan selalu tertolak dan kehilangan aku yang utuh. Hal ini adalah suatu restrukturisasi kognitif tentang persepsi orang dengan gangguan gagap atas kegagapannya. Kemunculan I yang sadar dan berkehendak akan membuat orang dengan gangguan gagap menerima berbagai aspek psikologis dengan penuh cinta dalam dirinya hingga mampu menyadari bahwa I Have This Part, and I m More Than This Part. Hal ini merupakan suatu bentuk penerimaan pada kondisi diri dan meningkatkan penilaian dirinya. Katz (1993) menyatakan terapi psikosintesis mampu meningkatkan selfesteem pada orang dengan gangguan citra tubuh dengan mengubah mengubah persepsi negatif terhadap gambaran diri dan meningkatkan penerimaan diri. I yang sadar termanifestasi dalam manajemen diri yang baik untuk mengatasi kecemasan yang meliputi observasi diri, penilaian diri dan reaksi diri terhadap lingkungan sosialnya (Prins & Ingham, 2009). Dari sini, cinta mulai tumbuh dan berkembang untuk menjadi diri yang otentik, yang tidak terbatas pada kondisi ketidakberhargaan. Mereka akan menyadari seluruh potensi diri untuk
6 6 menemukan gambaran tentang hidup hingga membentuk identitas dan transendensi diri. Johnson dan Naidoo (2013) menemukan bahwa terapi transpersonal mampu meningkatkan self-awareness yang berimplikasi pada penurunan kecemasan dan kemampuan bertindak sesuai dengan kata hatinya. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah memahami proses terapeutik Empathic Love Therapy dalam menurunkan kecemasan orang dengan gangguan gagap sehingga tidak lagi mengalami double approach-avoidance conflict. Terapi ini dapat menjadi alternatif terapi bagi orang dengan gangguan gagap yang mengalami kecemasan mengenai kegagapan dan komunikasinya. Kerangka pikir penelitian ini tertuang dalam diagram berikut : Terjadi Kecemasan dalam interaksi dan komunikasi Diri menjadi I yang survival untuk menghindari luka, menahan diri, dan menarik diri dari lingkungan Konflik ingin bicara tetapi takut, menjadi tidak mau bicara juga tidak enak sehingga merasa tertekan Orang dengan gangguan gagap : Pengalam kehidupan yang diasosiasikan dengan berbagai reaksi negatif dari lingkungan yang tidak empati (penolakan, kritik, celaan, over protektif) I menjadi luka (Primal Wounding) Tidak kompeten dalam berkomunikasi dan akan merasa selalu tertolak Kehilangan aku yang utuh (identitas diri) dan potensi diri INTERVENSI : Empathic Love : - Energi pemersatu dari pusat diri untuk menemukan diri sebagai I yang penuh kasih, empati, pribadi yang utuh karena cinta - Komponen Empathic Love yang menyembuhkan kecemasan dan pertumbuhan pribadi : Eksplorasi aspek-aspek psikologis Mampu mengambil jarak terhadap luka Eksplorasi aspek-aspek psikologis Mampu mengambil jarak terhadap luka Bertumbuhnya Empathic Love dalam Diri : Penerimaan & Mencintai Diri, Menyadari Potensi diri Menurunnya Kecemasan orang dengan gangguan gagap Aspek Intervensi Hasil Intervensi Gambar 1: Kerangka pikir Empathic Love Therapy
Kehidupan perkuliahan merupakan suatu pengalaman salah satu tugas dalam hidup yang dinamis dan memiliki banyak tantangan. Selain itu, kehidupan
1 Kehidupan perkuliahan merupakan suatu pengalaman salah satu tugas dalam hidup yang dinamis dan memiliki banyak tantangan. Selain itu, kehidupan perkuliahan juga mensyaratkan kemampuan adaptasi dan pengaturan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stuttering. (1994) istilah stuttering digolongkan ke dalam kategori diagnosa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stuttering 1. Definisi Stuttering Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV atau DSM IV (1994) istilah stuttering digolongkan ke dalam kategori diagnosa gangguan komunikasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk. mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara adalah salah satu metode berkomunikasi yang sering digunakan sehari-hari. Berbicara dianggap lebih efektif dalam menyampaikan pesan. Tarigan ( 2008)
Lebih terperinciMetode self injuryyang ditempuhbermacam-macam, (Baetens dkk, 2015; Lloyd-Richardson, Perrine, Dierker, & Kelley, 2007) menyebutkan bahwa metode yang
1 Self injury atau menyakiti diri merupakan perilaku yang dilakukan untuk mendapatkan luka atau rasa sakit dengan sengaja sebagai ungkapan ekspresi perasaan yang tidak menyenangkan. Menurut WHO, self injury
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan gangguan yang disebut dengan enuresis (Nevid, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Mengompol merupakan suatu kondisi yang biasanya terjadi pada anakanak yang berusia di bawah lima tahun. Hal ini dikarenakan anak-anak belum mampu melakukan pengendalian
Lebih terperinciKLASIFIKASI GANGGUAN JIWA
KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA PSIKOLOGIS; didasarkan atas letak dominasi gangguan pada fungsi psikologis FISIOLOGIS; setiap proses psikologis didasari fisiologis/faali ETIOLOGIS; berdasarkan penyebab gangguan
Lebih terperinciPrevalensi perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Tobacco Atlas tahun 2015, Indonesia meraih predikat jumlah
Prevalensi perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Tobacco Atlas tahun 2015, Indonesia meraih predikat jumlah perokok terbanyak nomor tiga di dunia setelah China dan India
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. kecelakaan lalu lintas yang cukup parah, bisa mengakibatkan cedera
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seseorang yang mengalami hal besar dalam hidupnya, seperti kecelakaan lalu lintas yang cukup parah, bisa mengakibatkan cedera sementara ataupun menetap pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada masa ini anak belum memiliki kemampuan berpikir yang baik. Hal ini membuat mereka
Lebih terperinciMODUL XII PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II PSIKOLOGI TRANSPERSONAL. Transpersonal Psychology, The Fourth Force of Psychology
www.mercubuana.ac.id MODUL XII PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II PSIKOLOGI TRANSPERSONAL Transpersonal Psychology, The Fourth Force of Psychology Psikologi transpersonal dimulai dari psikologi humanistik, dan kemudian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Definisi gagap yang disetujui belum ada. Menurut World Health Organization (WHO) definisi gagap adalah gangguan ritme bicara dimana seseorang tahu apa yang mau dibicarakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah. Setiap anak pada umumnya senang bergaul dan bermain bersama dengan teman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap anak pada umumnya senang bergaul dan bermain bersama dengan teman sebayanya. Saat bersama dengan teman, seorang anak biasanya selalu penuh dengan
Lebih terperinciINTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id
INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id dita.lecture@gmail.com INTERVENSI? Penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang mengalami masalah-masalah
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut akan sesuatu yang terkadang tidak mengidap sesuatu adalah lucu dan aneh, tetapi bagi orang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah menjadi makhluk sosial karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri dari jalinan relasi sosial, dimana manusia selalu membuat kontak sosial atau berhubungan
Lebih terperinciPedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Pedologi Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id ADHD (Attention Deficit Hyperactive
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manapun dengan berbagai budaya dan sistem sosial. Keluarga merupakan warisan umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan unit sosial penting dalam bangunan masyarakat di belahan dunia manapun dengan berbagai budaya dan sistem sosial. Keluarga merupakan warisan umat manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak
BAB I PENDAHULUAN 1,1. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress
Lebih terperinciPsikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy
Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Psychoanalysis Therapy
Lebih terperinciPengantar Psikologi Abnormal
Pengantar Psikologi Abnormal NORMAL (SEHAT) sesuai atau tidak menyimpang dengan kategori umum ABNORMAL (TIDAK SEHAT) tidak sesuai dengan kategori umum. PATOLOGIS (SAKIT) sudut pandang medis; melihat keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu sejak lahir yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang cukup mencolok terjadi
Lebih terperinciOleh Nandang Rusmana, M.Pd
APLIKASI COGNITIVE-BEHAVIOR THERAPY DALAM KONSELING TRAUMATIK Oleh Nandang Rusmana, M.Pd Ciri-ciri Individu yang Mengalami Trauma (1) Fisik : Sesak napas, gangguan pencernaan, mudah sakit, dan mudah lelah.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis gangguan perkembangan pervasif anak yang mengakibatkan gangguan keterlambatan pada bidang kognitif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan masa dimana setiap individu mengalami perubahan yang drastis baik secara fisik, psikologis, maupun lingkup sosialnya dari anak usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang
Lebih terperinciPsikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan
Lebih terperinciDasar-Dasar Perilaku Manusia O L E H M U N A E R A W A T I, S. P S I, M. S I
Dasar-Dasar Perilaku Manusia O L E H M U N A E R A W A T I, S. P S I, M. S I Psikologi itu apa? Psikologi berasal dari dua kata dalam bahasa Latin yaitu psyche =jiwa dan logos =ilmu Psikologi adalah studi
Lebih terperinciAdhyatman Prabowo, M.Psi
Adhyatman Prabowo, M.Psi SOLO,2011 KOMPAS.com Beberapa korban bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, mengaku masih mengalami trauma. Korban masih merasa takut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak yang sehat dan memiliki tumbuh kembang yang baik merupakan dambaan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah. Anak merupakan berkah yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah, kehadirannya mengubah hidup menjadi lebih berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena kehadirannya juga orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Skizofrenia Skizofrenia didefinisikan sebagai abnormalitas pada satu atau lebih dari lima domain berikut: waham, halusinasi, pikiran yang kacau (berbicara), perilaku yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi setiap orang yang telah menikah, memiliki anak adalah suatu anugerah dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya, tumbuh dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja mengalami perubahan meliputi perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia 2.1.1. Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian Kecemasan menghadapi kematian (Thanatophobia) mengacu pada rasa takut dan kekhawatiran
Lebih terperinciPERKEMBANGAN AFEKTIF
PERKEMBANGAN AFEKTIF PTIK PENGERTIAN AFEKTIF Afektif menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun
32 BAB 5 HASIL PENELITIAN Dari Penelitian Analitik observasional dengan rancangan cross sectional yang dilakukan di Sekolah Dasar Pelangi kasih, Sekolah Dasar Theresia, dan Sekolah Dasar Negeri Pegangsaan
Lebih terperinciASSALAMUALAIKUM WR.WB PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010
ASSALAMUALAIKUM WR.WB PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 KONSEP DIRI DAN KEMANDIRIAN REMAJA PengertianKonsepDiri Konsep diri adalah gambaran
Lebih terperinciPertumbuhan kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) pada sebagian besar negara mengalami penurunan.
Pertumbuhan kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) pada sebagian besar negara mengalami penurunan. Sebaliknya, Indonesia adalah salah satu dari 9 negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,
Lebih terperinci3 Aspek-aspek Psikoanalitis dari Kepribadian 71
1'l1t Daftar lsi Mac:am-mac:am Pengukuran Kepribadian 39 Tes Laporan Diri 39 Tes Q-Sort 41 Penilaian Orang Lain 42 Pengukuran Biologis 45 Observasi Perilaku 47 Wawancara 49 Perilaku Ekspresif 51 Analisls
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dibidang kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi dan peningkatan masyarakat yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan akan meningkatkan usia harapan hidup.
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic
Lebih terperinciNORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS
NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS Normal, abnormal atau patologis? Normal/sehat; sesuai atau tidak menyimpang dengan kategori umum Abnormal/tidak sehat; tidak sesuai dengan kategori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dan ketakukan adalah sinyal peringatan. dan bertindak sebagai peringatan atas ancaman dari dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan dan ketakukan adalah sinyal peringatan dan bertindak sebagai peringatan atas ancaman dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Kecemasan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada umumnya memiliki harapan dengan memiliki tubuh yang selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk hidup yang harus terus berjuang agar dapat mempertahankan hidupnya. Manusia dituntut untuk dapat mengembangkan dirinya
Lebih terperinciPedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Diajukan oleh : Rachmat Al Fajar F 100 950 017 /
Lebih terperinciPsikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung
Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Remaja adalah generasi penerus bangsa, oleh karena itu para remaja harus memiliki bekal yang baik dalam masa perkembangannya. Proses pencarian identitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mental Emosional 2.1.1 Definisi Mental Emosional Mental adalah pikiran dan jiwa, sedangkan emosi adalah suatu ekspresi perasaan, atau dapat juga diartikan sebagai sebuah afek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan, perilaku dan kemampuan individu dalam menghadapi tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep dan evaluasi individu tentang
Lebih terperinciTeori dan Teknik Konseling. Nanang Erma Gunawan
Teori dan Teknik Konseling Nanang Erma Gunawan nanang_eg@uny.ac.id Konselor memiliki daya terapeutik Diri konselor adalah sebagai instrumen Memiliki pengetahuan mengenai: - teori kepribadian dan psikoterapi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Fear of Succeess Walsh (dalam Adibah, 2009) menyatakan bahwa fear of success adalah suatu disposisi laten dari kepribadian wanita yang berhubungan
Lebih terperinciA. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV di Indonesia telah berkembang dari sejumlah kasus kecil HIV dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko tinggi yang memiliki angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam
Lebih terperinciKONSEP DIRI OIeh: Purwanta, S.Kp., M.Kes
KONSEP DIRI OIeh: Purwanta, S.Kp., M.Kes Pengertian. Smart dan Sundeen (1995) mengatakan bahwa konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi atau pesan dalam ruang lingkup individu, antar individu, maupun kelompok. Pada dasarnya komunikasi adalah sarana
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
89 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Proses penelitian tentang studi kasus perilaku selective mutism (SM) siswa, menghasilkan kesimpulan yang disesuikan dengan fokus penelitian yakni latar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. identitas ( identity vs identity confusion). Menurut Kroger (dalam Papalia, 2004)
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjelasan Konsep Teoritis 1. Aspek Psikososial Remaja Masa remaja merupakaan masa dimana remaja mencari identitas, dan dalam proses pencarian identitas tersebut tugas utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dukungan komunikasi. Komunikasi menggambarkan bagaimana seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sangat erat kaitannya dengan komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Tidak ada perilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme berdasarkan eksplorasi terhadap sikap hidup orang-orang yang memandang diri mereka sebagai tidak materialistis.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik. Pada masa ini remaja tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikis, perubahan terhadap pola perilaku dan juga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Dukungan Sosial 2.1.1 Definisi Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEKERASAN EMOSI 1. Pengertian Kekerasan Emosi Kekerasan emosi didefinisikan sebagai bentuk kekerasan yang dilakukan secara sengaja tujuan untuk mempertahankan dan menguasai individu
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. Anak 2.1.Pengertian Anak Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan
Lebih terperinciKONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA
KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai muncul pada tahun 1950-an. Weiss (1947) menggambarkan beda perawatan kesehatan jiwa dengan perawatan umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Bagian pendahuluan merupakan pemaparan mengenai dasar dilakukannya penelitian, yaitu terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
Lebih terperinciMenurut Nasional Institutes of Mental Health (NIMH) diperkirakan sebesar 19 juta orang dewasa Amerika memiliki fobia spesifik dan umumnya dimiliki
PENDAHULUAN Setiap orang pasti pernah mengalami kecemasan. Perasaan tersebut biasanya ditandai oleh rasa takut dan perasaan yang tidak menyenangkan, seringkali disertai dengan gejala otonomik seperti nyeri
Lebih terperinciPelaksanaan pendidikan inklusi di Indonesia berlandaskan pada UUD 1945 pasal 31, UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan
1 PENGANTAR Yogyakarta berhasil meraih penghargaan dari UNESCO dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam ajang Inclusive Education Award sebagai kota yang berhasil melaksanakan pendidikan inklusif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan dimana kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang lengkap, tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan (WHO, 2005). Kesehatan terdiri
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Setiap individu memiliki berbagai gagasan-gagasan mengenai dirinya, dimana gagasan
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki berbagai gagasan-gagasan mengenai dirinya, dimana gagasan tersebut muncul sebagai bentuk keinginannya agar diterima oleh sosial dan masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di kota-kota besar tiap tahunnya menyebabkan kebutuhan akan transportasi juga semakin meningkat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian seorang ayah. Kematian adalah keadaan hilangnya semua tanda tanda kehidupan secara permanen
Lebih terperinci