ETIKA PENDIDIKAN. Etika Profesi dan Kode Etik Teknologi Pendidikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ETIKA PENDIDIKAN. Etika Profesi dan Kode Etik Teknologi Pendidikan"

Transkripsi

1 ETIKA Etika Profesi dan Kode Etik Teknologi Pendidikan Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Pendidikan yang diampu oleh Bapak Dr. Ibnu Syamsi, M. Pd. Disusun Oleh: Fahrizqi Afif S P ( ) Teknologi Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

2 KATA PENGANTAR Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan rahmat-nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah Penelitian Pendidikan dengan judul Etika Profesi dan Kode Etik Teknologi Pendidikan ini tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini secara umumnya dan kepada Dosen Etika Pendidikan yaitu bapak Dr. Ibnu Syamsi, M.Pd. secara khususnya. Penulis menyadari dalam peyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena penulis masih dalam tahap pembelajaran. Namun, penulis tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih. Yogyakarta, 18 Mei 2015 Penulis 2

3 DAFTAR ISI Halaman Judul.... Kata Pengantar... Daftar isi... BAB I PENDAHULUAN.. 1 A. Latar belakang. 1 B. Rumusan masalah 2 C. Tujuan BAB II Pembahasan A. Pengertian Etika Profesi B. Pengertian Kode Etik C. Pengertian Teknologi Pendidikan D. Pengertian Kode Etik Profesi Teknologi Pendidikan E. Kode Etik Profesi Teknologi Pendidikan Menurut AECT BAB III Penutup A. Kesimpulan Daftar Pustaka i ii iii 3

4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etika profesi merupakan hubungan manusia dengan sesamanya dalam satu lingkup profesi serta bagaimana mereka harus menjalankannya profesinya secara profesional agar diterima oleh masyarakat yang menggunakan jasa profesi tersebut. Dengan etika profesi diharapkan kaum profesional dapat bekerja sebaik mungkin, serta dapat mempertanggung jawabkan tugas yang dilakukannya dari segi tuntutan pekerjaannya. Profesional adalah merupakan yang ahli dibidangnya, yang telah memperoleh pendidikan atau pelatihan khusus untuk pekerjaannya tersebut. Profesional merupakan suatu profesi yang mengandalkan keterampilan atau keahlian khusus yang menuntut pengemban profesi tersebut untuk terus memperbaharui keterampilannya sesuai dengan perkembangan teknologi. Setiap profesi memiliki kode etik yang berbeda-beda sesuai dengan kebijakan dari profesi tersebut, namun dengan tujuan yang sama untuk mencegah adanya pelanggaran yang dilakukan individu ataupun kelompok. Etika profesional tidak secara langsung mengontrol dan tidak bisa memaksa perilaku seseorang menjadi baik. Hal ini tergantung bagaimana pemahaman setiap orang.sebuah organisasi memiliki kode etik yang berfungsi sebagai tanda status professional. Penerapan Etika Profesional mengacu pada Kode AECT tentang Etika, Sebuah kode baru etika profesi disusun sebagian didasarkan pada kode NEA, dan disetujui pada tahun 1974 oleh Gerald M. Torkelson (JA Davis, komunikasi pribadi, 7 Juni 2005). Peraturan yang ada terus mengakui Kode NEA etik profesi pendidikan selama 10 tahun (Asosiasi untuk Komunikasi Pendidikan dan Teknologi, 1984, hal.12). Versi dari kode AECT telah disetujui oleh Direksi pada tanggal 6 November Meskipun AECT memiliki kode sendiri etik pada pertengahan 1970-an, didukung kebebasan intelektual, tindakan affirrmative, dan manusiawi teknologi, dan menentang stereotip, tidak menegakkan posisi etika dan nilainya, dan profesional di bidang teknologi pendidikan tidak menunjukkan besar kepedulian terhadap pentingnya posisi tersebut" (Silber, 1978, hal. 179). Dalam AECT 1994 telah dirumuskan definisi teknologi pendidikan seperti telah disebutkan dalam Latar Belakang di atas bahwa: Teknologi pembelajaran adalah 1

5 teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta penilaian proses dan sumber untuk belajar. Dari kedua definisi itu maka pengertian profesi teknologi penddidikan adalah tenaga ahli yang melakukan teori dan praktek dalam mendesain, mengembangkan, memanfaatkan serta menilai proses dan sumber untuk membelajarkan peserta didik. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian etika profesi? 2. Apa pengertian kode etik profesi? 3. Apa pengertian Teknologi Pendidikan? 4. Apa pengertian kode etik profesi Teknologi Pendidikan? 5. Bagaimana kode etik profesi Teknologi Pendidikan menurut AECT? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian etika profesi. 2. Untuk mengetahui pengertian kode etik profesi. 3. Untuk mengetahui pengertian Teknologi Pendidikan. 4. Untuk mengetahui pengertian kode etik profesi Teknologi Pendidikan. 5. Untuk mengetahui kode etik profesi Teknologi Pendidikan menurut AECT. BAB II PEMBAHASAN A. Etika Profesi Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi. Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia. 2

6 Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau lingkup kerja tertentu, contoh: pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa), science, medis/dokter, dan sebagainya. Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap konsumen (klien atau objek). Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama, (Anang Usman, SH., MSi.) Prinsip dasar di dalam etika profesi: 1. Tanggung jawab a. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya. b. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya. 2. Keadilan. 3. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. 4. Prinsip Kompetensi, melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi dan ketekunan. 5. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi 6. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi Definisi Etika Profesi Menurut Ahli: 1. Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi. 2. Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia. 3. Etika profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau lingkup kerja tertentu. Contoh: pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa), science, medis/dokter, dsb. 4. Etika profesi berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap konsumen (klien atau objek). 5. Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam 3

7 rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para angglta masyarakat yang membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama. (Anang Usma, SH., MSi) B. Pengertian Kode Etik Profesi Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sangsi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum. Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Dengan demikian, kode etik profesi mengatur perilaku keprofesian dari setiap individu. Dan individu itu harus mematuhinya selama dia berada dalam lingkup profesi tadi. Profesional adalah merupakan yang ahli dibidangnya, yang telah memperoleh pendidikan atau pelatihan khusus untuk pekerjaannya tersebut. Profesional merupakan suatu profesi yang mengandalkan keterampilan atau keahlian khusus yang menuntut pengemban profesi tersebut untuk terus memperbaharui keterampilannya sesuai dengan perkembangan teknologi. Setiap profesi memiliki kode etik yang berbeda-beda sesuai dengan kebijakan dari profesi tersebut, namun dengan tujuan yang sama untuk mencegah adanya pelanggaran yang dilakukan individu ataupun kelompok. Untuk menjadi seseorang yang profesional, seseorang yang melakukan pekerjaan dituntut untuk memiliki beberapa sikap sebagai berikut: 1. Komitmen Tinggi Seorang profesional harus mempunyai komitmen yang kuat pada pekerjaan yang sedang dilakukannya. 2. Tanggung Jawab Seorang profesional harus bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan yang dilakukannya sendiri. 3. Berpikir Sistematis 4

8 Seorang yang profesional harus mampu berpikir sitematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya. 4. Penguasaan Materi Seorang profesional harus menguasai secara mendalam bahan / materi pekerjaan yang sedang dilakukannya. 5. Menjadi bagian masyarakat professional Seyogyanya seorang profesional harus menjadi bagian dari masyarakat dalam lingkungan profesinya. C. Pengertian Teknologi Pendidikan Konsep teknologi pendidikan telah berkembang dari tahun ke tahun, dan konsep tersebut terus berkembang hingga sekarang. Oleh karena itu, konsep teknologi pendidikan saat ini merupakan konsep sementara, sebuah potret waktu. Dalam konsep saat ini, teknologi pendidikan bisa didefinisikan sebagai konsep abstrak atau sebagiai bidang praktek. Teknologi pendidikan adalah kajian dan praktik yang berlandaskan etika dalam memfasilitasi belajar dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengelolaan berbagai proses dan sumber teknologi yang tepat. 1. Unsur-unsur Teknologi Pendidikan a. Study (Kajian) Pemahaman teoritis dari teknologi pendidikan seta praktek memerlukan pembentukan pengetahuan dan perbaikan secara terus-menerus melalui penelitian dan praktek reflektif (berfikir) yang dicakup dalam istilah study. Study mengacu pada pangumpulan informasi dan analisis terhadap konsepkonsep tradisional penelitian. Penelitian disini termasuk penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif serta bentuk-bentuk lain dari inquiri disiplin seperti teori, analisis filosofis, penyelidikan historis, proyek-proyek pembangunan, analisis kesalahan, analisis sistem, dan evaluasi. Secara tradisional, penelitian merupakan sebuah generator ide-ide baru dan proses evaluative untuk membantu memperbaiki praktek. Penelitian dalam teknologi pendidikan telah berkembang dari penyelidikan yang mencoba untuk membuktikan bahwa media dan teknologi merupakan alat-alat yang efektif untuk belajar, pemeriksaan-pemeriksaan yang dirumuskan untuk memeriksa penerapan proses dan teknologi yang tepat untuk peningkatan pembelajaran. 5

9 Letak masalah inquiry dalam teknologi pendidikan saat ini sering ditentukan oleh masuknya teknologi baru dalam praktek pendidikan. Sejarah dalam lapangan menunjukkan banyaknya program penelitian yang dimulai dengan adanya perhatian terhadap munculnya teknologi baru, meneliti bagaimana cara terbaik dalam merancang, mengembangkan, menggunakan, dan mengatur produk-produk teknologi baru. Namun, baru-baru ini program penyelidikan dalam teknologi pendidikan telah dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perubahan di posisi teoritis utama dalam teori belajar, manajemen informasi, dan bidang-bidang sejenis lainnya. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa istilah studi merujuk pada pemaknaan studi sebagai usaha untuk mengumpulkan informasi dan menganalisisnya melebihi pelaksanaan riset yang tradisional, mencakup kajian-kajian kualitatif dan kuantitatif untuk mendalami teori, kajian filsafat, pengkajian historik, pengembangan projek, kesalahan analisis, analisa sistem, dan penilaian. Studi dalam teknologi pendidikan telah berkembang terutama dalam kaitannya dengan pengembangan model pembelajaran, efektifitas kedudukan media dan teknologi dalam pelaksanaan pembelajaran, dam penerapan teknologi dalam perbaikan belajar. Kajian mutakhir banyak difokuskan pada penempatan posisi teori belajar, managemen informasi, dan perkembangan pemanfaatan teknologi untuk memecahkan masalah belajar yang dihadapi peserta didik. Istilah studi dalam definisi tersebut pada hakekatnya ditujukan untuk memberi kemudahan belajar dan perbaikan kinerja belajar peserta didik melalui kegiatan belajar yang memanfaatkan sumber belajar yang tepat. b. Ethical Practice (Etika Praktek) Teknologi pendidikan telah lama memiliki kode etik. Komite etik AECT telah aktif mendefinisikan standar etik lapangan dan memberikan contoh-contoh kasus untuk mendiskusikan dan memahami maksud etika praktek. Sebenarnya, menurut komite AECT, perhatian masyarakat akhir-akhir ini terhadap penggunaan etika media massa dan terhadap kekayaan intelektual telah ditujukan untuk bidang teknologi pendidikan. Telah ada peningkatan dan perhatian terhadap masalah-masalah etik dalam teknologi pendidikan. Etik bukan hanya peraturan-peraturan atau harapan- 6

10 harapan, tetapi etik merupakan sebuah dasar untuk melakukan praktek. Sebenarnya, etika praktek bukanlah kumpulan harapan, batasan ataupun hukum-hukum baru, etika praktek merupakan sebuah pendekatan atau gagasan untuk bekerja. Definisi sekarang mempertimbangkan praktek etik penting untuk kesuksesan professional, tanpa pertimbangan etik, sukses tidak mungkin. Etika kontemporer menugaskan para teknolog pendidikan untuk memperhatikan peserta didik, lingkungan belajar, kebutuhan, masyarakat ketika mengembangkan praktek. Kode etik AECT dibagi menjadi tiga kategori yaitu komitment kepada individu, seperti perlindungan terhadap hak mengakses materi dan usaha untuk melindungi kesehatan dan keselamatan professional; komitment kepada masyarakat, seperti pernyataan jujur publik berhubungan dengan masalahmasalah pendidikan, praktek yang jujur dan merata dengan memberikan pelayanan kepada profesi; dan komitment kepada profesi, seperti peningkatan pengetahuan dan kecakapan professional dan memberikan penghargaan yang tepat untuk pekerjaan serta ide-ide yang dipublikasikan. Masing-masing tiga bidang utama tersebut telah mencatat beberapa komitmen yang membantu menginformasikan pendidikan teknologi professional yang berhubungan dengan tindakan-tindakan yang tepat, tanpa mamperhatikan kontek ataupun perannya. Pertimbangan diberikan untuk mereka yang bekerja sebagai peneliti, professor, consultan, designer (perancang), pimpinan sumber-sumber belajar, sebagai contoh untuk membantu membentuk perilaku professional mereka dan etika perilaku. c. Facilitating (memfasilitasi) Perubahan pandangan dalam istruksi dan belajar yang tercermin dalam teori pembelajaran konstruktif dan kognitif telah menimbulkan asumsi tentang hubungan antara istruksi dan belajar. Definisi yang sebelumya menggambarkan sebuah hubungan sebab akibat yang langsung antara intervensi instruksional dan belajar. Misalnya, definisi AECT formal yang pertama (Ely, 1963) disebut design and penggunaan pesan yang mengendalikan proses pembelajaran. Definisi yang selanjutnya kurang begitu jelas, namun menunjukkan sebuah hubungan langsung secara keseluruhan antara instruksi yang dirancang dan disampaikan dengan baik 7

11 dan pembelajaran efektif. Dengan pergeseran paradigm terakhir dalam teori belajar menyebabkan munculnya pengakuan yang lebih besar tentang peran peserta didik sebagai seorang konstruktor pengetahuan bukan penerima pengetahuan. Dengan pengakuan tanggung jawab dan kepemilikan peserta didik ini membuat peran teknologi bersifat lebih fasilitatif daripada hanya pengendali (to control). Selain itu, ketika tujuan belajar di sekolah, kampus, dan organisasi-organisasi lain bergeser kearah yang lebih dalam, lingkungan belajar harus menjadi lebih imersif dan otentik. Dalam lingkungan ini, kunci utama teknologi tidak banyak untuk menyampaikan informasi dan memberikan latihan dan praktek (mengontrol pembelajaran), namun untuk memberi ruang masalah dan alat untuk menyelidikinya (mendukung proses belajar). Teknologi pendidikan lebih digunakan untuk memfasilitasi belajar dari pada untuk menyebabkan atau mengendalikan belajar, oleh kerena itu, teknologi pendidikan dapat membantu menciptakan lingkungan yang membuat proses belajar lebih mudah berlangsung. Memfasilitasi meliputi merancang lingkungan, mengorganisasikan sumbersumber, dan menyediakan peralatan yang kondusif untuk mendukung proses pembelajaran sesuai kebutuhan, efektif, efisien dan menarik. Peristiwa belajar dapat terjadi secara tatap muka atau lewat dunia maya, seperti microworld dan pendidikan jarak jauh. d. Learning (belajar) Istilah learning tidak mengandung arti seperti apa yang dikonotasikan 40 tahun yang lalu ketika pertama kali definisi AECT dikembangkan. Ada kesadaran perbedaan yang tinggi antara sekedar penyimpanan informasi untuk tujuan pengujian dan perolehan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang digunakan diluar kelas. Salah satu unsur kritis design pembelajaran adalah untuk mengidentifikasi tugas-tugas belajar dan memilih metode penilaian untuk mengukur pencapaian. Tugas-tugas belajar dapat dikategorikan menurut berbagai taksonomi. Salah satu tipe belajar yang disarankan oleh Perkins (1992), adalah penyimpanan informasi. Di sekolah dan perguruan tinggi, belajar bisa dinilai dengan alat-alat test (pensil dan kertas) yang perlu disimpan. Unit 8

12 pembelajaran berbasis computer (seperti dalam system pembelajaran terintegrasi) dapat memasukkan tes multiple-choice, matching (pencocokan), dan tes dengan jawaban singkat sebanding dengan tes yang menggunakan kertas dan pensil. Tujuan belajar bisa meliputi pemahaman serta daya ingat dalam belajar. Penilaian yang memerlukan penyelesaian masalah bisa membuka jalan adanya pemahaman dalam belajar. Berbagai bentuk penilaian lebih menantang bagi para perencana karena mereka lebih intensive dalam menyusun dan mengevaluasi. e. Improving (Meningkatkan) Untuk sebuah bidang yang mengklaim dukungan publik harus bisa membuat argumen yang masuk akal untuk menawarkan beberapa keuntungan kepada publik. Argumen itu harus memberikan cara yang unggul untuk mencapai beberapa tujuan yang berharga. Misalnya, koki yang mengklaim menjadi seorang kuliner professional, mereka harus bisa menyajikan makanan yang lebih baik dari mereka yang bukan spesialis dalam bidang masakan, lebih menarik, lebih aman, lebih bernutrisi, lebih cepat dalam mempersiapkan, dan lainnya. Dalam hal teknologi pendidikan, meningkatkan kinerja sering mensyaratkan keefektifan, yaitu suatu proses untuk membuat produk berkualitas, perubahan dalam kemampuan terbawa dalam penerapan dunia nyata. Efektif sering kali berdampak pada efisiensi, yaitu hasil yang dicapai dengan penggunaan waktu, tenaga, dan biaya seminim mungkin. Namun apa yang dimaksud dengan efisien sangatlah tergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Jika anda ingin mengemudi dari San Fransisco ke Los Angeles dalam waktu yang paling singkat, Interstate Highway 5 merupakan jalan yang paling efisien. Namun, jika tujuan anda sesungguhnya adalah untuk melihat pemandangan laut selama perjalanan, State Highway 1 yang dipenuhi dengan hembusan angin sepanjang pantai, akan menjadi lebih efisien. Demikian juga, perancang/perencana pembelajaran mungkin tidak setuju pada suatu metode pembelajaran jika mereka tidak memiliki tujuan pembelajaran yang sama. Untuk sebagian besar, gerakan pengembangan instruksional secara sistematis 9

13 telah didorong oleh perhatian terhadap efisiensi. Hal ini untuk membantu pelajar mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya yang diukur oleh penilaian-penilaian yang objective. Konsep efisiensi digambarkan secara berbeda dalam pendekatan kostruktifis. Dalam pendekatan ini, perencana/perancang pembelajaran lebih menekankan pada daya tarik instruksi dan pada sejauh mana siswa di berdayakan untuk memilih tujuan dan jalan mereka sendiri dalam belajar. mereka lebih suka mengukur kesuksesan dalam istilah pengetahuan yang sangat dipahami, dialami, dan dapat diterapkan ke dalam masalah-masalah di dunia nyata. Pihak-pihak yang telah menyetujui tujuan, keefisiensian dalam mencapai tujuan akan dianggap sebagai nilai lebih. f. Performance (Kinerja) Performance mengacu pada kemampuan peserta didik untuk menggunakan dan mengaplikasikan kompetensi baru yang telah dicapainya. Secara historis, teknologi pendidikan selalu memiliki komitmen khusus untuk hasil. Teknologi pendidikan dicontohkan dengan instruksi terprogram yaitu proses pertama yang akan diberi label teknologi pendidikan. Materi instruksi terprogram dinilai sejauh mana pengguna teknologi pendidikan dapat melaksanakan tujuan akhir setelah adanya instruksi. Tujuan akhir dibentuk dalam hal kondisi sebenarnya dimana orang dilatih atau dididik, mereka dinilai menurut seberapa baik mereka berfungsi dibawah kondisi ini. g. Creating (menciptakan) Creating mencakup berbagai macam aktivitas, tergantung pada pendekatan design yang digunakan. Pendekatan desain bisa berkembang dari pola pikir pengembang yang berbeda seperti estetika, ilmiah, teknik, psikologis, prosedural atau sistematis yang bisa digunakan untuk menciptakan materi serta kondisi yang diperlukan untuk pembelajaran yang efektif. Proses perancangan dan pengembangan dipengaruhi oleh berbagai macam teknologi digital dan analog untuk menciptakan materi pembelajaran dan lingkungan belajar. Yang diciptakan bukan hanya materi pembelajaran dan lingkungan belajar sekitar, tetapi juga alat-alat yang mendukung sebagai database untuk managemen pengetahuan. h. Using (Pemanfaatan) 10

14 Unsur ini mengacu pada teori dan praktek untuk membawa peserta didik berhubungan dengan kondisi dan sumber belajar. Dengan demikian, pemanfaatan merupakan pusat tindakan, dimana solusi mengatasi masalah. Pemanfaatan dimulai dengan penyeleksian proses serta sumber-sumber materi dan metode yang tepat, baik dilakukan oleh peserta didik maupun seorang pengajar. Penyeleksian yang baik didasarkan pada evaluasi materi untuk menentukan apakah sumber-sumber yang ada itu cocok untuk para peserta serta tujuan yang ditetapkan atau tidak. Kemudian, pertemuan peserta didik dengan sumber belajar terjadi dalam beberapa lingkungan yang mengikuti beberapa prosedur, dan sering dibawah bimbingan seorang instructor, dimana perencanaan dan pelaksanaan sesuai dengan label pemanfaatan. Jika sumber daya melibatkan media asing atau metode, kegunaan mereka dapat diuji sebelum digunakan. Dalam pendekatan system, tim perancang juga akan bertanggung jawab terhadap perubahan managemen, mengambil tahapan-hahapan untuk setiap perkembangan yang meyakinkan stakeholder dan pengguna untuk menerima, mendorong, dan menggunakan hasil akhir produk. i. Managing (Pengelolaan) Salah satu tanggung jawab profesional bidang teknologi pendidikan adalah tugas mengelola media dan proses pengembangan pembelajaran dalam skala yang lebih rumit dan besar. Sebagai contoh, program pendidikan jarak jauh yang berbasis pada pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (ICT), teknologi pendidikan terlibat dalam pengelolaan sistem pengiriman, yang memerlukan langkah-langkah pengendalian mutu untuk memantau tindakan dan hasilnya untuk perbaikan secara berkelanjutan dalam proses pengelolaan (manajemen). Dalam semua fungsi managerial, ada beberapa subfungsi managemen personal dan informasi yang berkenaan dengan masalah-masalah pengorganisasian pekerjaan dan perencanaan serta pengawasan proses informasi. Pengelolaan juga memerlukan program evaluasi. Dalam pendekatan system juga memerlukan langkah-langkah pengontrol kualitas untuk memantau hasil guna kelanjutan proses pengelolaan. j. Appropriate (Tepat) 11

15 Istilah tepat dimaksudkan menerapkan proses dan sumber yang cocok untuk tujuan yang dimaksud.istilah Teknologi yang tepat guna digunakan secara luas secara di dunia internasional di bidang pengembangan masyarakat untuk merujuk pada alat atau praktik yang merupakan solusi yang paling sederhana terhadap suatu masalah. Konsep ini tumbuh dari gerakan lingkungan tahun 1970-an, dipicu oleh buku berjudul Small is Beautiful (Schumacher, 1975), di mana istilah itu diciptakan. Dalam hal ini, teknologi yang tepat guna adalah mereka yang terhubung dengan pengguna dan budaya lokal dan berkelanjutan sampai keadaan ekonomi lokal. Keberlanjutan ini sangat penting dalam pengaturan negara-negara berkembang, untuk memastikan bahwa solusi tersebut menggunakan sumber daya dengan hati-hati, meminimalkan kerusakan lingkungan, dan akan tersedia untuk generasi mendatang. Standar profesional AECT telah mengakui bahwa ketepatan memiliki dimensi etika. Sebuah praktek atau sumber daya dikatakan tepat jika ia cenderung mampu menghasilkan suatu hasil. Hal ini mengindikasikan sebagai suatu kriteria efektivitas atau kegunaan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Sebagai contoh, sebuah permainan simulasi berbasis komputer tertentu mungkin akan dipilih oleh seorang guru ilmu sosial jika pengalaman masa lalu mampu mampu mendorong jenis diskusi yang dimaksudkan. Ini akan dinilai tepat dalam hal kegunaan. Ketepatan kadang-kadang digunakan sebagai upaya untuk menyensor buku atau bahan instruksional lainnya. Singkatnya, pemilihan metode dan media harus dibuat atas dasar praktek terbaik yang dapat diterapkan pada situasi tertentu. k. Technological (teknologi) Dalam istilah leksikografi, tidak diinginkan menggunakan kata teknologi dalam definisi teknologi pendidikan. Dalam hal ini, penggunaan itu dibenarkan karena teknologi adalah sebuah istilah singkat yang mendeskripsikan sebuah pendekatan aktivitas manusia berdasarkan definisi teknologi yaitu sebagai aplikasi ilmiah yang sistematis atau pengetahuan lain yang diatur untuk tujuan praktek (Galbraith, 1967, hal. 12). Teknologi merupakan cara berfikir yang diringkas secara rapi dalam satu kata. Akan lebih janggal jika menguraikan konsep teknologi dalam definisi baru dari pada hanya menggunakan istilah singkatan. 12

16 Istilah mengubah prosses dan sumber. Yang pertama, mengubah proses, ada proses non-teknologi yang dapat digunakan dalam merencanakan dan menerapkan instruksi, seperti proses pembuatan keputusan oleh guru setiap hari yang sungguh dapat berbeda dari mereka yang dianjurkan di bidang ini. Yang kedua, istilah juga mengubah sumber, hardware dan software yang diperlukan dalam mengajar yaitu gambar, video, audiokaset, satelit, program computer, DVD, dan sebagainya. Ini merupakan aspek teknologi pendidikan yang paling diketahui oleh masyarakat. l. Process (Proses) Sebuah proses dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang diarahkan untuk suatu hasil tertentu. Teknologi pendidikan sering menggunakan proses khusus untuk merancang, mengembangkan, dan memproduksi sumber belajar, termasuk dalam proses yang lebih besar pengembangan instruksional. m. Resource (Sumber Daya) Sumber belajar adalah pusat untuk identitas lapangan. Kelompok sumber daya telah berkembang dengan inovasi teknologi dan pengembangan pemahaman tentang bagaimana alat-alat teknologi dapat membantu peserta didik. Sumber daya dapat berupa manusia, peralatan, teknologi, dan materi yang dirancang untuk membantu peserta didik. Sumber daya dapat mencakup teknologi tinggi sistem TIK, sumber daya masyarakat seperti perpustakaan, kebun binatang, museum, dan orang-orang dengan pengetahuan khusus atau keahlian. Mereka termasuk media digital, seperti CD-ROM, situs Web dan WebQuests, dan sistem pendukung elektronik kinerja (EPSS). Dan mereka termasuk media analog, seperti buku dan materi cetak lainnya, rekaman video, dan bahan audiovisual tradisional. D. Pengertian Kode Etik Profesi Teknologi Pendidikan Secara umum, teknologi pendidikan terikat oleh norma atau kode etik akademik sebagaimana ilmu-ilmu lain. Dengan demikian, kode etik profesi Teknologi Pendidikan mengatur perilaku semua pihak yang terlibat di dalam disiplin ilmu dan profesi teknologi pendidikan. Sebagai contoh, menghormati karya orang lain, tidak melakukan plagiat, dan tidak melakukan pembajakan terhadap karya orang lain perlu diperhatikan oleh seluruh anggota ikatan profesi. Contoh lain, seorang peneliti 13

17 bidang teknologi pendidikan tidak hanya terikat dengan kode etik keteknologi pendidikanan saja, melainkan ia juga perlu mematuhi aturan penyelenggaraan penelitian umum yang berlaku bagi seluruh bidang atau disiplin ilmu lain. Profesi Teknologi pendidikan bukanlah merupakan profesi yang bersifat netral, tetapi merupakan profesi yang memihak, yaitu memihak pada kepentingan si belajar, agar mereka memperoleh kemudahan untuk belajar. Penerapan teknologi pendidikan pasti mempengaruhi komponen-komponen lain dalam sistem pendidikan. Pengaruh ini pada gilirannya akan membawa akibat terhadap kelembagaan, dan tanggung jawab pendidikan. Seterusnya akan mempengaruhi ekonomi dan masyarakat secara keseluruhan. Ciri utama dalam profesi Teknologi Pendidikan adalah adanya kode etik, pendidikan dan latihan yang memadai, serta pengabdian yang terus menerus. Tujuan kode etik ini secara umum adalah: 1. Melindungi dan memperjuangkan kepentingan peserta didik; 2. Melindungi kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara; 3. Melindungi dan membina diri serta sejawat profesi dan; 4. Mengembangkan kawasan dan bidang kajian teknologi pendidikan. E. Kode Etik Profesi Teknologi Pendidikan Menurut AECT Kode etik hendaknya dianggap sebagai prinsip-prinsip etik. Prinsip-prinsip ini dimaksudkan untuk membantu para anggota baik secara perorangan maupun kolektif dalam mempertahankan sikap profesional yang tinggi. Komisi profesional akan menyusun dokumentasi pendapat yang berkaitan dengan rumusan rumusan etika yang secara spesifik. Pendapat-pendapat tersebut mungkin ditimbulkan sebagai tanggapan terhadap kasus-kasus tertentu yang disampaikan pada komisi etika profesional. Uraian dan atau penjelasan tentang prinsip-prinsip etis mungkin ditimbulkan oleh komisi sebagai tanggapan atas permintaan anggota. Kode Etik AECT Mukadimah 1. Dengan kode etik berikut, dianggap dan dijadikan sebagai prinsip-prinsip etika, prinsip-prinsip ini digunakan untuk memandu para anggota profesi baik secara individu maupun secara kelompok dalam menerapkan dan memperkokoh sikap dan perilaku profesi, dengan cara professional. 14

18 2. Komisi Etika Profesi akan menyusun dokumentasi pendapat (bersifat interpretative atau penjabarannya dengan mendalam) berkaitan dengan pernyataan etik khusus tersusun mulai dari sini. 3. Pendapat-pendapat yang dihasilkan/dirumuskan sebagai jawaban atas kasus khusus sebelum (terbentuknya) Komisi Etika Profesi. 4. Uraian atau penjelasan prinsip etika dapat dihasilkan oleh Komisi ini sebagai jawaban atas (terhadap) permohonan anggota. Seksi 1 Tanggung jawab dan Kewajiban terhadap individu (anggota) Dalam memenuhi kewajiban terhadap setiap individu, para anggota: 1. Selalu mendorong aksi mandiri bagi upaya individu untuk belajar dan menciptakan berbagai kemudahan belajar atas berbagai pendapat. 2. Selalu melindungi dan menghormati hak individu atas kemudahan rujukan atau materi dari berbagai pendapat. 3. Selalu menjamin masing-masing individu kesempatan untuk berperan serta dalam program-program yang sesuai. 4. Selalu melaksanakan kegiatan secara professional, sebagaimana upaya untuk melindungi kepentingan pribadi individu dan menjaga integritas pribadi. 5. Selalu mengikuti prosedur atau langkah kerja secara professional untuk evaluasi dan pemilihan rujukan/materi dan perangkat keras. 6. Selalu menyusun dan melaksanakan usaha pragmatis untuk melindungi individu dari situasi merusak menuju situasi sehat dan aman. 7. Selalu memasarkan/memperkenalkan terapan canggih dan terbaru dalam penggunaan teknologi. 8. Selalu dalam rancangan dan pemilihan dari suatu program kependidikan atau media mencari upaya untuk menghindari isi yang memperkokoh atau meningkatkan/memperkenalkan model (stereotype) perbedaan jenis kelamin, etnik, atau suku tertentu, ras, atau keagamaan. Selalu mencari/mengupayakan untuk mendorong pengembangan program dan media yang menekankan keragaman dari masyarakat (kita) sebagai suatu lingkungan/komunitas multibudaya. 15

19 Seksi 2 Tanggung jawab dan Kewajiban terhadap Masyarakat Dalam melaksanakan kewajibannya terhadap masyarakat, para anggota: 1. Selalu, dengan jujur, mewakili lembaga atau organisasi dimana orang tersebut terdaftar, dan selalu siap melaksanakan tindakan pencegahan untuk membedakan kepentingan pribadi, dengan kepentingan lembaga atau (pandangan) organisasi. 2. Selalu, secara tepat dan cepat, mewakili atau menyampaikan fakta menyangkut kepentingan atau masalah kependidikan kepada publik, baik secara langsung maupun tidak langsung. 3. Tidak akan memanfaatkan situasi kelembagaan atau sikap ikatan profesi untuk keuntungan pribadi. 4. Tidak akan menerima berbagai bentuk ucapan atau ungkapan terima kasih dalam bentuk apapun juga, seperti bingkisan, hadiah, yang dapat melumpuhkan atau menyimpang dalam menentukan pertimbangan keprofesian, atau memperoleh kepentingan atau keuntungan tertentu. 5. Selalu melaksanakan terapan secara adil dan sama dengan siapapun juga dalam memberikan jasa atas/terhadap profesi. Seksi 3 Tanggung jawab dan kewajiban terhadap Profesi Dalam memenuhi kewajibannya terhadap profesi, anggota: 1. Selalu menyesuaikan dan memperlakukan sama terhadap semua anggota profesi sehubungan dengan hak professional dan tanggung jawab. 2. Tidak pernah memanfaatkan cara coersive untuk memperkenalkan perlakuan khusus untuk mempengaruhi keputusan professional atas rekanan. 3. Selalu menghindari eksploitatif profesi secara komersial atas keanggotaan individu yang tergabung dalam organisasi profesi. 4. Selalu memperjuangkan upaya peningkatan keahlian dan pengetahuan dan menyebarkannya kepada rekan seprofesi demi kemajuan profesi itu sendiri. 5. Selalu memperlihatkan dan berlaku jujur sesuai persyaratan profesi, serta memperhatikan rekan profesi. 16

20 6. Melakukan kegiatan-kegiatan profesional melalui saluran-saluran semestinya 7. Hanya mendelegasikan tugas-tugas yang diberikan kepada personelpersonel yang berkualifikasi. Personel yang berkualifikasi adalah orangorang yang telah memperoleh latihan atau surat-surat kepercayaan yang sesuai dan atau mereka yang dapat membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu 8. Memberikan penjelasan-penjelasan kepada para pemakai tentang syaratsyarat dan penafsiran-penafsiran dari hukum hak cipta dan hukum-hukum lain yang mempengaruhi profesi serta mendukung keterlibatan 9. Memperhatikan semua peraturan yang berhubungan atau mempengaruhi profesi; harus melaporkan, tanpa ragu-ragu tindakan-tindakan yang tidak etis atau tidak legal dari sesama anggota profesi ke komisi etika profesional AECT; harus berperan serta dalam pencari tahuan profesional bila diminta oleh organisasi. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dengan adanya kode etik profesi Teknologi Pendidikan, maka akan ada majelis kehormatan yang akan mengawal pelaksanaan kode etik tersebut. Jika ada seorang teknolog pendidikan yang melanggar kode etiknya, maka dewan kehormatan ini yang akan memberi sangsi kepada orang yang melanggar. 17

21 Dari pihak teknolog pendidikan sendiri, pengakuan bahwa profesi teknologi pendidikan merupakan sebuah profesi akan memiliki beberapa arti. Pertama, dengan diakui sebagai sebuah profesi tentu akan meningkatkan salary mereka, sehingga mereka tidak perlu mencari obyekan lain untuk menutupi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian mereka lebih memiliki waktu dan biaya untuk mengembangkan keahliannya. Kedua, pengakuan tadi juga akan meningkatkan prestasi profesi teknolog itu tersendiri. DAFTAR PUSTAKA B. Seels, Barbara., dan Rita C. Richey Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya. Diterjemahkan oleh: Dewi S. Prawiradilaga, dkk. Jakarta: Unit Percetakan UNJ. Bareb, Supra Teknologi Pendidikan. Diambil dari: (18 Mei 2015). 18

22 Departemen Pendidikan Nasional Jurnal Teknodik. Jakarta: Pustekkom. Miarso, Yusufhadi Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. Roiful, Muhammad Pengertian Etika Profesi. Diambil dari: (17 Mei 2015). Suryani, Sri Etika Profesional dan Teknologi Pendidikan. Diambil dari: (17 Mei 2015). 19

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya Buku Kode Etik dan Tata tertib dosen Universitas

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI. Sejarah dan Perkembangan Etika Profesi

ETIKA PROFESI. Sejarah dan Perkembangan Etika Profesi ETIKA PROFESI Sejarah dan Perkembangan Etika Profesi Pengertian Etika Etika (Yuniani) ethos (s) / ta etha (m) kebiasaan / adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu

Lebih terperinci

Kode Etik Profesi. Ade Sarah H., M.Kom

Kode Etik Profesi. Ade Sarah H., M.Kom Kode Etik Profesi Ade Sarah H., M.Kom Kode etik profesi adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak

Lebih terperinci

Etika Profesional Komputer

Etika Profesional Komputer Kode Etik Profesional Komputer Dua Asosiasi besar komputer telah merumuskan kode etik bagi para profesional bidangnya IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) dan ACM (Association for Computing

Lebih terperinci

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian: Legal Framework Akuntan > Prinsip Etika Akuntan KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA Pemberlakuan dan Komposisi Pendahuluan Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi

Lebih terperinci

PROFESIONALITAS UMUM DAN PROFESIONALITAS KERJA NAMA : HADI DENGGAN OKTO (M1A114001)

PROFESIONALITAS UMUM DAN PROFESIONALITAS KERJA NAMA : HADI DENGGAN OKTO (M1A114001) PROFESIONALITAS UMUM DAN PROFESIONALITAS KERJA NAMA : HADI DENGGAN OKTO (M1A114001) THEOFILLUS P SITANGGANG GIANFRANCO MARVIN GERALD ESTHY ANGELIA (M1A114005) (M1A114007) (M1A114023) P E N G E R T I A

Lebih terperinci

PROFESI. Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

PROFESI. Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. PROFESI PROFESI Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. PROFESI Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah

Lebih terperinci

Pembahasan. 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme. seorang Profesional

Pembahasan. 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme. seorang Profesional Pertemuan 2 Pembahasan 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme 5. Prinsip-prinsip yang menjadi tanggung jawab seorang Profesional I. Pengertian Profesi

Lebih terperinci

Kode Etik Insinyur (Etika Profesi)

Kode Etik Insinyur (Etika Profesi) Kode Etik Insinyur (Etika Profesi) Dewan Akreditasi Rekayasa dan Teknologi (ABET) Kode Etik Insinyur ATAS DASAR PRINSIP Insinyur menegakkan dan memajukan integritas, kehormatan dan martabat profesi engineering

Lebih terperinci

Pertemuan 2 ETIKA PROFESI

Pertemuan 2 ETIKA PROFESI Pertemuan 2 ETIKA PROFESI Pembahasan 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme 5. Prinsip-prinsip yang menjadi tanggung jawab seorang Profesional I. Pengertian

Lebih terperinci

KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA

KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia

Lebih terperinci

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk memandang pemeriksaan internal yang dilaksanakan oleh Unit Audit Internal sebagai fungsi penilai independen dalam memeriksa dan mengevaluasi

Lebih terperinci

Seorang pelaku profesi harus mempunyai sifat : 1. Menguasai ilmu secara mendalam di bidangnya 2. Mampu mengkonversikan ilmu menjadi keterampilan 3.

Seorang pelaku profesi harus mempunyai sifat : 1. Menguasai ilmu secara mendalam di bidangnya 2. Mampu mengkonversikan ilmu menjadi keterampilan 3. Pertemuan 2 Pengertian Profesi Bekerja merupakan kegiatan pisik dan pikir yang terintegrasi. Pekerjaan dapat dibedakan menurut kemampuan (fisik dan intelektual), kelangsungan (sementara dan terus menerus),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Auditing Seperti yang telah di jelaskan pada latar belakang masalah, Kode Etik Akuntan merupakan salah satu faktor penting dalam profesi akuntan,

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

MODUL BAHAN AJAR TUGAS [ETIKA PROFESI] Modul 2. Dosen: Elyas Palantei, ST., M.Eng., Ph.D

MODUL BAHAN AJAR TUGAS [ETIKA PROFESI] Modul 2. Dosen: Elyas Palantei, ST., M.Eng., Ph.D MODUL BAHAN AJAR TUGAS [ETIKA PROFESI] Modul 2 Dosen: Elyas Palantei, ST., M.Eng., Ph.D PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 1 2

Lebih terperinci

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017 Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017 Kode etik bisnis Kode etik bisnis ini berlaku pada semua bisnis dan karyawan Smiths Group di seluruh dunia. Kepatuhan kepada Kode ini membantu menjaga dan meningkatkan

Lebih terperinci

MATA KULIAH ETIKA BISNIS

MATA KULIAH ETIKA BISNIS MATA KULIAH ETIKA BISNIS [KODE/SKS : IT023270/ 2 SKS] BISNIS SEBUAH PROFESI ETIS BISNIS : SEBUAH PROFESI ETIS? Etika Terapan Etika Profesi Menuju Bisnis Sebagai Profesi Luhur Bisnis, bisa menjadi sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika profesi menjadi topik pembicaraan yang sangat penting dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat

Lebih terperinci

Etika, etika profesi Dan kode etik perekam medis

Etika, etika profesi Dan kode etik perekam medis Etika, etika profesi Dan kode etik perekam medis Pengertian Etika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Ethikos yang berati timbul dari kebiasaan, adalah cabang utama dari filsafat yang mempelajari nilai

Lebih terperinci

DEFINISI TEKNOLOGI PENDIDIKAN. Paper ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Landasan Teknologi Pembelajaran

DEFINISI TEKNOLOGI PENDIDIKAN. Paper ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Landasan Teknologi Pembelajaran DEFINISI TEKNOLOGI PENDIDIKAN Paper ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Landasan Teknologi Pembelajaran Dosen Pengampu : Abdul Gafur DA, Prof., Dr. Oleh Sella Mawarni, S. Pd. NIM 14707259001

Lebih terperinci

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk Piagam Audit Internal PT Astra International Tbk Desember 2010 PIAGAM AUDIT INTERNAL 1. Visi dan Misi Visi Mempertahankan keunggulan PT Astra International Tbk dan perusahaanperusahaan utama afiliasinya

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang terutama kaum awam (karena tidak tahu) bahwa pers memiliki sesuatu kekhususan dalam menjalankan Profesi nya yaitu memiliki suatu Kemerdekaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Tujuan I.2 Batasan Masalah I.3 Sasaran

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Tujuan I.2 Batasan Masalah I.3 Sasaran BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Tujuan Masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui tentang apa itu teknologi pendidikan. Sebagian dari mereka masih mengetahui teknologi pendidikan melalui prasangka-prasangka

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Umum... 3 1.2 Visi, Misi, Dan Tujuan... 3 1.2.1 Visi Fungsi Audit Internal...

Lebih terperinci

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Agustus 2016 PIAGAM AUDIT INTERNAL I. Visi & Misi Visi Misi Visi 2020 Menjadi Kebanggaan Bangsa Grup Astra diakui memiliki standar kelas dunia dalam hal tata kelola perusahaan,

Lebih terperinci

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Kode Etik Global Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Takeda Pharmaceutical Company Limited Pasien Kepercayaan Reputasi Bisnis KODE ETIK GLOBAL TAKEDA Sebagai karyawan Takeda, kami membuat keputusan

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL Latar Belakang Unit Audit Internal unit kerja dalam struktur organisasi Perseroan yang dibentuk untuk memberikan keyakinan yang memadai dan konsultasi yang bersifat independen dan

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Lampiran : SURAT KEPUTUSAN SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YASA ANGGANA GARUT Nomor : 001.A / STIE-YA.K/I/2007 Tentang Kode Etik Dosen STIE Yasa Anggana Garut KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH STIE Yasa Anggana Garut

Lebih terperinci

KOMPETENSI DAN INDIKATOR DALAM PENILAIAN KINERJA GURU BAGI GURU MATA PELAJARAN/GURU KELAS

KOMPETENSI DAN INDIKATOR DALAM PENILAIAN KINERJA GURU BAGI GURU MATA PELAJARAN/GURU KELAS KOMPETENSI DAN INDIKATOR DALAM PENILAIAN KINERJA GURU BAGI GURU MATA PELAJARAN/GURU KELAS A. KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Menguasai karakteristik peserta didik. a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

PT Wintermar Offshore Marine Tbk

PT Wintermar Offshore Marine Tbk PT Wintermar Offshore Marine Tbk ( Perusahaan ) Piagam Audit Internal I. Pembukaan Sebagaimana yang telah diatur oleh peraturan, yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 56/POJK.04/2015 yang ditetapkan

Lebih terperinci

MUKADIMAH. Untuk mewujudkan keluhuran profesi dosen maka diperlukan suatu pedoman yang berupa Kode Etik Dosen seperti dirumuskan berikut ini.

MUKADIMAH. Untuk mewujudkan keluhuran profesi dosen maka diperlukan suatu pedoman yang berupa Kode Etik Dosen seperti dirumuskan berikut ini. MUKADIMAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA didirikan untuk ikut berperan dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dibidang manajemen, teknologi, dan kewirausahaan, yang akhirnya bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal 1. Definisi a) Audit Internal adalah suatu kegiatan pemberian keyakinan dan konsultasi yang bersifat independen dan objektif, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional perusahaan,

Lebih terperinci

Paradigma Pergeseran Educational Technology Menuju Instructional Technology

Paradigma Pergeseran Educational Technology Menuju Instructional Technology Paradigma Pergeseran Educational Technology Menuju Instructional Technology Nama Penyusun: Ainun, Alfin, Fathur, Rifa, Rosyidah, Muh. Barid Nizarudin Wajdi rosyidahnurlathifa25@yahoo.com Teknologi pendidikan

Lebih terperinci

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG KODE ETIK DOSEN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN NOMOR 34/PP/2012 TENTANG KODE ETIK DOSEN FAKULTAS PETERNAKAN DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA. Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010

ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA. Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010 ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010 Bahasan 1. Pengantar 2. Pengertian Etika 3. Pengertian Profesi 4. Kode Etik Profesi Pengantar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang

Lebih terperinci

Format 1: Evaluasi Diri Guru untuk Rencana Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (diisi oleh Guru)

Format 1: Evaluasi Diri Guru untuk Rencana Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (diisi oleh Guru) Format 1: Evaluasi Diri Guru untuk Rencana Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (diisi oleh Guru) Nama Sekolah: MAN 10 JAKARTA Nomor Statistik Sekolah : 131131730002 Alamat : Jl. Joglo Baru No. 77 Kecamatan

Lebih terperinci

INSTRUMEN UJI KOMPETENSI INTI PENGAWAS SEKOLAH (PENILAIAN ESAY/MAKALAH)

INSTRUMEN UJI KOMPETENSI INTI PENGAWAS SEKOLAH (PENILAIAN ESAY/MAKALAH) SKENARIO SIMULASI KEGIATAN OJT 1 Kegiatan OJT 1 diperuntukkan bagi peserta yang sudah lolos seleksi administrasi dengan terlebih dahulu peserta menyusun makalah/essay berdasarkan tema tentang kepengawasan

Lebih terperinci

Nilai dan Kode Etik Pirelli Group

Nilai dan Kode Etik Pirelli Group Nilai dan Kode Etik Pirelli Group Identitas Pirelli Group secara historis dibentuk oleh seperangkat nilai yang selama bertahun-tahun berusaha untuk dicapai dan dijaga oleh kami. Selama bertahun-tahun

Lebih terperinci

PT INDO KORDSA Tbk. PIAGAM AUDIT INTERNAL

PT INDO KORDSA Tbk. PIAGAM AUDIT INTERNAL PT INDO KORDSA Tbk. PIAGAM AUDIT INTERNAL Halaman 1 dari 5 1. TUJUAN Tujuan utama dari Piagam Audit Internal ( Piagam ) ini adalah untuk menguraikan kewenangan dan cakupan dari fungsi Audit Internal di

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI PURWATI

ETIKA PROFESI PURWATI ETIKA PROFESI PURWATI PENGERTIAN ETIKA PROFESI Etika Profesi adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan

Lebih terperinci

Kode Etik. Etika Profesi dan Rekayasa #3 Dian Retno Sawitri

Kode Etik. Etika Profesi dan Rekayasa #3 Dian Retno Sawitri Kode Etik Etika Profesi dan Rekayasa #3 Dian Retno Sawitri Proyek Rapid Transport (Case Bay Area di California) Bulan Maret 1972, tiga insinyur Holger Hsortvang, Max Blakenzee, dan Robert Bruder, Bekerja

Lebih terperinci

LAPORAN DAN EVALUASI PENILAIAN KINERJA GURU KELAS / GURU MATA PELAJARAN. NIP/Nomor Seri Karpeg. Pangkat /Golongan Ruang Terhitung Mulai Tanggal

LAPORAN DAN EVALUASI PENILAIAN KINERJA GURU KELAS / GURU MATA PELAJARAN. NIP/Nomor Seri Karpeg. Pangkat /Golongan Ruang Terhitung Mulai Tanggal LAPORAN DAN EVALUASI PENILAIAN KINERJA GURU KELAS / GURU MATA PELAJARAN Lampiran 1B Nama Guru NIP/Nomor Seri Karpeg Pangkat /Golongan Ruang Terhitung Mulai Tanggal NUPTK/NRG Nama sekolah dan alamat Tanggal

Lebih terperinci

MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian

MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian MUKADIMAH Universitas Muhammadiyah Surabaya adalah lembaga pendidikan tinggi milik Muhammadiyah yang disebut Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) penyelenggara pendidikan formal yang meliputi program profesi,

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan profesinya, seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI FAKLULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA. Disusun Oleh : : Eko Aprianto Nugroho NPM :

ETIKA PROFESI FAKLULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA. Disusun Oleh : : Eko Aprianto Nugroho NPM : ETIKA PROFESI Disusun Oleh : Nama : Eko Aprianto Nugroho NPM : 21409668 Kelas : SMTM01-06 FAKLULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA 2011 ETIKA PROFESI AKUNTANSI I. Pengertian

Lebih terperinci

KODE ETIK AUDITOR IAIN MATARAM

KODE ETIK AUDITOR IAIN MATARAM KODE ETIK AUDITOR IAIN MATARAM Kode Etik Auditor IAIN Mataram 1 kode etik auditor hadir untuk memacu pencapaian budaya etis di kalangan profesi auditor mutu akademik internal 2 Kode Etik Auditor IAIN Mataram

Lebih terperinci

INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KERJA PENGAWAS PENDIDIKAN ISLAM DI SEKOLAH KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015

INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KERJA PENGAWAS PENDIDIKAN ISLAM DI SEKOLAH KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KERJA PENGAWAS PENDIDIKAN ISLAM DI SEKOLAH KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 Nama Guru NUPTK :.. NIP( bagi PNS) Asal Sekolah NPSN :.. Pangkat dan

Lebih terperinci

E-tech,Vol.III, No.1 Page 0

E-tech,Vol.III, No.1 Page 0 E-tech,Vol.III, No.1 Page 0 PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KOMPETENSI TENAGA PROFESIONAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN Feni Fitri *Jurusan KTP FIP UNP Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Persepsi

Lebih terperinci

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI DEFINISI Keperawatan merupakan salah satu profesi yang bergerak pada bidang kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun

Lebih terperinci

Sebelum Pengamatan. Selama Pengamatan. Setelah Pengamatan

Sebelum Pengamatan. Selama Pengamatan. Setelah Pengamatan Nama Guru Nama Penilai 1 Tanggal Mengenal karakteristik peserta didik Tanggal Kegiatan/aktivitas guru dan peserta didik selama pengamatan Tanggal Setelah Pengamatan Setelah Pengamatan hal 1 dari 17 hal

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Etika Profesi

Tinjauan Umum Etika Profesi ETIKA PROFESI IT Tinjauan Umum Etika Profesi 1.1. Norma Adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosialnya. Menurut Sony Keraf (1991) ada dua macam norma : Norma Umum (Universal)

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018 TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018 DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths Kode Smiths Pengantar dari Philip Bowman, Kepala Eksekutif Sebagai sebuah perusahaan global, Smiths Group berinteraksi dengan pelanggan, pemegang saham, dan pemasok di seluruh dunia. Para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

BUKU KODE ETIK DOSEN

BUKU KODE ETIK DOSEN Kode Dokumen Nama Dokumen Edisi Disahkan Tanggal Disimpan di- KED-AAYKPN Buku Kode Etik 01-Tanpa Revisi 31 Agustus 2010 UPM-AAYKPN Dosen BUKU KODE ETIK DOSEN AKADEMI AKUNTANSI YKPN YOGYAKARTA Disusun Oleh

Lebih terperinci

E-EDUCATION BERBASIS MULTIMEDIA (KAWASAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN) Oleh : Niam Wahzudik PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam era global

E-EDUCATION BERBASIS MULTIMEDIA (KAWASAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN) Oleh : Niam Wahzudik PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam era global E-EDUCATION BERBASIS MULTIMEDIA (KAWASAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN) Oleh : Niam Wahzudik PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam era global sekarang ini kita harus berhubungan dengan teknologi termasuk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN, KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN NOMOR : /IJ-DAG/KEP/01/2017 TENTANG KODE ETIK AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PIAGAM INTERNAL AUDIT

PIAGAM INTERNAL AUDIT PIAGAM INTERNAL AUDIT PT INTILAND DEVELOPMENT TBK. 1 dari 8 INTERNAL AUDIT 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Piagam Audit Internal merupakan dokumen penegasan komitmen Direksi dan Komisaris serta

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA

KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA MUKADIMAH Profesional SDM Indonesia yang berada dibawah naungan Perhimpunan Manajemen Sumberdaya Manusia Indonesia (PMSM) menjunjung tinggi nilai-nilai yang diemban

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 002/SK/MWA-UI/2008 TENTANG NORMA UNIVERSITAS RISET. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

KEPUTUSAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 002/SK/MWA-UI/2008 TENTANG NORMA UNIVERSITAS RISET. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa KEPUTUSAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 002/SK/MWA-UI/2008 TENTANG NORMA UNIVERSITAS RISET Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL SERTIFIKASI

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10 ETIKA PENELITIAN

PERTEMUAN 10 ETIKA PENELITIAN PERTEMUAN 10 ETIKA PENELITIAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai etika penelitian. Melalui ekspositori, Anda harus mampu: 10.1.Menjelaskan etika penelitian. 10.2.Menjelaskan

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

BAB I. UMUM 1.1 DEFINISI

BAB I. UMUM 1.1 DEFINISI BAB I. UMUM 1.1 DEFINISI 1. Audit Mutu Akademik Internal Universitas Bung Hatta adalah suatu kegiatan penjaminan mutu dan konsultasi yang bersifat independen dan objektif yang disebut dengan AMI. 2. Auditor

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan masih terkendala oleh tiga masalah penting. Pertama, ketidakmerataan kesempatan pendidikan. Pendidikan belum sepenuhnya dapat dirasakan

Lebih terperinci

Fokus pada Pelanggan Penerimaan Produk Global

Fokus pada Pelanggan Penerimaan Produk Global Profil Perusahaan COADE mengembangkan perangkat lunak untuk meningkatkan mutu, efisiensi, keselamatan dan efektivitas biaya bagi mereka yang bekerja dengan rancang bangun pabrik. Untuk customer yang telah

Lebih terperinci

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KUALIFIKASI AKADEMIK

Lebih terperinci

KODE ETIK AUDITOR MUTU AKADEMIK INTERNAL PROGRAM PASCASARJANA UNHAS

KODE ETIK AUDITOR MUTU AKADEMIK INTERNAL PROGRAM PASCASARJANA UNHAS DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN KODE ETIK AUDITOR MUTU AKADEMIK INTERNAL PROGRAM PASCASARJANA UNHAS Revisi - PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN Dokumen Akademik KEA.PPs-Unhas.MMAK.06

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Profesi seorang akuntan publik merupakan salah satu profesi kepercayaan bagi para pihak yang berkepentingan, di antaranya adalah kreditor, investor, pemilik

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar Kata Pengantar Pertama-tama, kami mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang atas izinnya revisi Pedoman Komisi Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP), yaitu Pedoman KNAPPP

Lebih terperinci

Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran.

Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran. Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran. Penelitian pada umumnya dilakukan oleh pakar pendidikan,

Lebih terperinci

Pengantar Psikodiagnostik

Pengantar Psikodiagnostik Modul ke: Pengantar Psikodiagnostik Etika dan Isu Dalam Tes Psikologi Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Etika Dan Isu Tes Psikologi Ethics

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu profesi adalah suatu keharusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengelola perusahaannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengelola perusahaannya secara lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka mewujudkan perekonomian yang modern, para pimpinan atau manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengelola perusahaannya secara lebih efektif

Lebih terperinci

PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII. KEBERLAKUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, persaingan menjadi semakin ketat dan hanya mereka yang siap dan mempunyai bekal serta sikap profesionalisme yang memadai saja yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah: BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Model Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian evaluasi dengan model CIPP. Komponen evaluasi yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Konteks (context)

Lebih terperinci

Internal Audit Charter

Internal Audit Charter DAFTAR ISI HAL 1. Pengantar 2 2. Struktur dan Kedudukan 2 3. Tujuan 3 4. Ruang Lingkup 4 5. Wewenang 4 6. Tugas dan Tanggung Jawab 5 7. Pelaporan 5 8. Kode Etik 5 9. Persyaratan Auditor 7 10. Standar Profesional

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Pada tahun 1960-an teknologi pendidikan menjadi salah satu kajian yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Pada tahun 1960-an teknologi pendidikan menjadi salah satu kajian yang BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Teknologi Pendidikan Pada tahun 1960-an teknologi pendidikan menjadi salah satu kajian yang banyak mendapat perhatian di lingkungan ahli pendidikan. Pada awalnya, teknologi

Lebih terperinci

Kode etik perawat. Profesi moral community : Cita-cita dan nilai bersama. Anggota profesi disatukan oleh latar belakang pendidikan yg sama Profesi mem

Kode etik perawat. Profesi moral community : Cita-cita dan nilai bersama. Anggota profesi disatukan oleh latar belakang pendidikan yg sama Profesi mem KODE ETIK PROFESI KEPERAWATAN Kode etik perawat. Profesi moral community : Cita-cita dan nilai bersama. Anggota profesi disatukan oleh latar belakang pendidikan yg sama Profesi memiliki keahlian yg tidak

Lebih terperinci

PROFESIONALISME KERJA BIDANG UMUM DAN BIDANG ENGINEER

PROFESIONALISME KERJA BIDANG UMUM DAN BIDANG ENGINEER PROFESIONALISME KERJA BIDANG UMUM DAN BIDANG ENGINEER DISUSUN OLEH: EKKY OCTADINO ( M1A114041 ) TRI PRAKOSO ( M1A114024 ) DEDI PRANAKA PUTRA ( M1A114034 ) APA ITU PROFESI? Profesi adalah kata serapan dari

Lebih terperinci

Dewan Akreditasi Rekayasa dan Teknologi (Abet)

Dewan Akreditasi Rekayasa dan Teknologi (Abet) Dewan Akreditasi Rekayasa dan Teknologi (Abet) Kode Etik Insinyur ATAS DASAR PRINSIP Insinyur menegakkan dan memajukan integritas, kehormatan dan martabat profesi engineering dengan: I. Menggunakan pengetahuan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang

KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang PENETAPAN KODE ETIK PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA

Lebih terperinci

Dosen Pengampu Anisa Ulya Darajat ST., MT

Dosen Pengampu Anisa Ulya Darajat ST., MT Dosen Pengampu Anisa Ulya Darajat ST., MT Profesionalisme Kerja Dalam Bidang Umum dan Bidang IT Nama Kelompok : Putra Valentine M1A114009 Dini Khusnul Yaqin M1A114010 Mayudha Pratama M1A114014 Ihwan Ramadhan

Lebih terperinci

KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA OLEH TIM PENYUSUN KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

Hasil Rapat Tim RIP 19 April 2016 mengenai Pelaksanaan RIP UMJ. MEMUTUSKAN

Hasil Rapat Tim RIP 19 April 2016 mengenai Pelaksanaan RIP UMJ. MEMUTUSKAN Memperhatikan: Hasil Rapat Tim RIP 19 April 2016 mengenai Pelaksanaan RIP UMJ. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN REKTOR TENTANG KODE ETIK PELAKU PENELITIAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Guru memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendapat Slameto (2012) bahwa kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007 tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Rektor Universitas Dian Nuswantoro Menimbang : bahwa untuk menjamin penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA ORGANISASI

BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA ORGANISASI BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA ORGANISASI PENGERTIAN Budaya Organisasi adalah nilai dan keyakinan bersama yang mendasari identitas organisasi/perusahaan. Budaya Organisasi adalah seperangkat nilai-nilai pokok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku ekonomi tidak bisa lepas dari kondisi globalisasi ekonomi dewasa ini. Era globalisasi

Lebih terperinci