BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Sonny Pranoto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bhineka Tunggal Ika yang menjadi dasar terbentuknya Indonesia didalamnya etnis, bahasa, agama dan ideologi yang menunjukan bahwa masyarakat adalah plural dan beragama. Jika di kelola dengan baik akan menjadi sumber daya dan bisa juga menjadi sumber bencana. Namun, dalam hal ini isu kebebasan beragama merupakan tanggung jawab seluruh pemangku kepentingan. Hal ini bisa dilihat dalam pemantauan pemerhati demokrasi dan hak asasi manusia, setara institute yang menemukan, jumlah provinsi dengan kasus pelanggaran kebebasan beragama semakin banyak sepanjang Organisasi ini juga mencatat jawa sebagai kepulauan dengan kasus pelanggaran terbesar. Diantaranya Jawa Barat ada 80 kasus, Jawa Timur ada 29 kasus, DKI Jakarta ada 20 kasus, Jawa Tengah ada 19 kasus, Banten ada 6 kasus, dan Yogyakarta ada 4 kasus pelanggaran kebebasan beragama. Jumlah peristiwa pelanggaran kebebasan beragama di Jawa terdapat 158 peristiwa dengan presentase 71,1%. Jumlah peristiwa pelanggaran kebebasan beragama tersebut memang tidak mencerminkan kebebasan beragama dalam kondisi gawat.mayoritas penduduk di Indonesia bersikap moderat dalam menjalankan kebebasan beragama. (Rizki, Tempo, 2014) Mengapa Kebebasan Beragama Penting? Pada level yang lebih umum dalam sejarah dunia, agama telah menjadi daya dorong dominan yang membentuk kondisi-kondisi manusia maupun geopolitis. Para pencipta teori sosiologi klasik seperti Marx, berpikir bahwa agama akan menjadi tidak signifikan lagi di zaman modern ini. Dimana agama dianggap akan menghilang dengan adanya kemajuan modern telah terbukti salah. Sosiolog kontemporerterkenal Peter Berger kemudian memperbaiki pemikiran-pemikiran awalnya mengenai modernisasi. Ia menemukan 1
2 bahwa modernitas tidak membuat masyarakat menjadi sekuler, tapi justru membuat masyarakat menjadi majemuk. Sosiolog Anthony Giddens setuju dan melihat bahwa agama telah menjadi bagian utama dalam pengalaman manusia, yang mempengaruhi bagaimana kita menerima dan bereaksi pada lingkungan dimana kita tinggal. Arti penting agama dalam sejarah sangat besar di Indonesia. Pada kenyataannya, agama merupakan penanda paling penting dari identitas Indonesia. Perjalanan Indonesia menuju kebangsaan dan kemerdekaan berhubungan erat dengan berbagai kegerakan dan organisasi keagamaan. Sebagai kekuatan sosial agama berfungsi dimana agama dapat menjadi sumber pemersatu atau sumber konflik, atau dasar bagi kemajuan atau kehancuran. Indonesia sebagai bangsa tidak bisa dianggap ada dengan begitu saja (taken for granted) karena Indonesia merupakan ide dan citacita bagi orang-orang yang terdiri dari berbagai agama, ras dan etnis yang berbeda. Kemajemukannya merupakan dasar bagi kesatuan dan ide dari konsep Indonesia. 1 Kebebasan beragama merupakan ukuran penting dari kebebasankebebasan lain yang terdapat dalam konstitusi dan hak-hak natural kita. Kebebasan beragama ini mencakup berbagai hak lain: hak untuk berbicara dan mengungkapkan pendapat, hak untuk berkumpul, dan bahkan hak untuk memiliki properti maupun kekayaan. Semua hak ini terkandung dalam ide dari kebebasan beragama, dan merupakan sesuatu yang vital bagi muncul dan berkembangnya sebuah masyarakat sipil dalam negara yang demokratis. Pada sisi yang lebih pragmatis, berbagai studi kuantitatif dan kualitatif telah menunjukan adanya korelasi yang besar antara kebebasan beragama, kemajuan sosial ekonomi, dan stabilitas politik. Negara-negara dimana kebebasan beragamanya tidak dibatasi, adalah negara-negara yang tingkat sosial ekonominya jauh lebih baik bahwa perkembangan ekonomi di dunia Barat erat hubungannya dengan kepercayaan religius. Kebebasan 1 2
3 beragama dan beraktivitas menciptakan kondisi-kondisi yang sehat bagi munculnya kompetisi dan aktivitas ekonomi, Kebebasan beragama dan kebebasan pada umumnya menciptakan lingkungan yang mendukung para individu untuk berpikir secara kreatif dan maju. Isu kemerdekaan beragama tentunya telah menjadi perhatian dalam pelaksanaan tugas kepolisian dan pemerintah daerah. Perlu ada pertukaran gagasan dalam isu kemerdekaan beragama antar polisi dan pemerintah daerah bahwa sebetulnya keduanya saling memperhatikan dalam isu kemerdekaan beragama. Langkah awal yang terpenting dalam kemerdekaan beragama dengan menjalin kemitraan kepolisian dan masyarakat dengan menciptakan serta mempertahankan trust (kepercayaan). Dalam hal ini polisi harus menyadari pentingnya bekerjasama dengan masyarakat. Rasa saling percaya dan kemitraan yang sehat dapat membangun dengan cara formal. Secara formal polisi dapat bekerjasama dengan masyarakat dalam suatu kelompok kerja untuk menyelesaikan masalah salah satunya isu mengenai kemerdekaan beragama untuk membentuk citra polisi yang positif. Bertepatan dengan hari Bhayangkari, menunjukan bahwa hanya 20,8% responden yang memandang polisi baik. Hasil survey dengan 1404 responden di 34 provinsi itu merupakan hasil survey terendah terhadap polisi dalam kurun waktu delapan tahun. (NN, 2013) Kehidupan masyarakat yang bercirikan demokrasi dan supremasi hukum, Polri harus memberikan jaminan keamanan, ketertiban, dan melindungi hak asasi manusia kepada masyarakat serta dapat menunjukan transparansi dalam setiap tindakan kejujuran, keadilan, kepastian dan manfaat sebagai wujud pertanggungjawaban terhadap publik. Pada masa Orde Baru, polisi cenderung melihat dirinya dipandang semata-mata sebagai pemegang otoritas dan dipandang sebagai alat kepuasan yang mengedepankan pendekatan kekuasaan yang birokratis, sentralis dan serba seragam. Setelah pemisahan Polri dan TNI di tahun 3
4 1999, Polri terus berusaha mereformasi dirinya dari organisasi yang militeristik ke polisi sipil yang lebih mengedepankan pelayanannya kepada masyarakat.salah satu strategi Polri untuk mereformasi dirinya adalah dengan menerapkan Perpolisian Masyarakat (POLMAS) yang secara formal dituangkan dalam SKEP Kapolri No. Pol. : SKEP/737/X/2005. (Wibowo, 2008) Dalam menjalankan program POLMAS, dibutuhkan daya dukung yang kuat terutama oleh pihak polisi dan masyarakat, karena di dalam kegiatan tersebut ada beberapa faktor yaitu, sosial, politik, dan budaya. Masyarakat berusaha menemukan, mengidentifikasi, menganalisis, dan mencari jalan keluar pemecah masalah masalah gangguan keamanan dan ketertiban termasuk pertikaian antar warga serta penyakit masyarakat dan masalah sosial lainnya yang bersumber dari dalam kehidupan mereka sendiri bagi terwujudnya susunan kehidupan bersama yang damai dan tentram. LSM Kampoeng Percik Salatiga dari tahun 2004 sampai tahun 2013 menginisiasi program Community Oriented Policing/Perpolisian Masyarakat (POLMAS). Lembaga Percik mengawali pilot project pelaksanaan COP/POLMAS di dua kampung di kota Salatiga, yaitu kampung Nobowetan (Kel.Noborejo, Kec. Argomulyo) untuk mewakili wilayah pedesaan dan kampung Turusan (Kel.Salatiga, kec.sidorejo) untuk mewakili kampung dengan karakteristik perkotaan.program peningkatan fungsi kepolisian berorientasi masyarakat perlu memahami tentang kesulitan reformasi kepolisian karena berbagai kompleksitas faktor yang melingkupi salah satunya kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian. (Wibowo, 2013) Namun, pada tahun 2007 terbentuklah POLMAS/COP beraraskan kebebasan beragama di 22 kelurahan salah satunya yaitu di daerah Pulutan, kota Salatiga. Keberadaan POLMAS/COP di daerah Pulutan merupakan salah satu bagian dari komponen masyarakat yang membantu 4
5 tugas Polri untuk menciptakan situasi yang aman, damai dan tertib. Dalam masalah kemerdekaan beragama sangatlah terlihat karena di wilayah ini terkenal dengan julukan perkampuangan Madiana, namun didalamnya toleransi beragamanya sangatlah terlihat. Pengertian COP/POLMAS adalah suatu pendekatan dalam pemecahan masalah yang berorientasi baik kepada proses maupun hasil, mengingat prinsip efektifitas dan efisiensi dengan mempertimbangkan kemampuan negara. Oleh karena itu, pembinaan potensi masyarakat dan hubungan polisi dengan masyarakat perlu diintensifkan melalui pengembangan metode perpolisian masyarakat. Perpolisian masyarakat merupakan design untuk mengubah perpolisian tradisional yang mendikte masyarakat menjadi pemberdayaan masyarakat dengan keyakinan bahwa hanya dengan kerjasama antara polisi dan masyarakat dapat tercapai kualitas hidup warga masyarakat yang lebih baik. Program COP/POLMAS di LSM Kampoeng Percik, mempunyai tiga kemampuan yang diberikan untuk modal awal, yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimana sifat kognitif lebih pada pelatihan yang bersifat pengetahuan, afektif menekankan pad penyadaran, pemahaman pengembangan nilai - nilai, sedangkan psikomotorik lebih pada belajar dalam membangun komunikasi dan melakukan penyerapan aspirasi yang terkandung dalam POLMAS. Terkait dengan hal tersebut dalam penelitian ini penulis pun tertarik untuk memahami dan mengetahui akan fenomena hubungan program Community Oriented Policing dengan perubahan perilaku masyarakat di Salatiga terutama dalam kemerdekaan beragama. Sebagai salah satu kegiatan COP/POLMAS dalam rangka pencegahan konflik, LSM Kampoeng Percik menjalin kerjasama dengan Polda Jateng, Polres Magelang, Polres Semarang, tokoh masyarakat dan lembaga keagamaan, masyarakat dan pemerintah daerah untuk mempromosikan nilai nilai pluralisme di tengah tengah masyarakat. Dukungan Kapolda Jateng 5
6 Irjen. Alex Bambang Riatmodjo ketika menjadi keynotespeaker dalam sarasehan tokoh lintas agama, dengan tema MendorongKemitraan antara Polisi, Toma, Tokoh Lintas Agama dalam Polmas guna Mewujudkan Keamanan serta Menumbuhkan Sikap Toleransi Kehidupan Beragama. Keinginan besar program COP/POLMAS dalam menjalankan upayanya untuk menekankan pentingnya sinergi antara elemen yang ada di masyarakat dalam upaya mewujudkan saling menghargai dan menghormati dalam beragama. Dari hal tersebut tampak bahwa pentingnya program Community Oriented Policing (COP/POLMAS) terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat terkhusus dalam kemerdekaan beragama, karena apapun bentuk konflik yang di timbulkan oleh faktor agagam yang berlangsung dapat mengakibatkan hal hal yang tak terhindarkan seperti stress sosial, kepedihan (bitterness), disintegrasi sosial, musnahnya asset sosial (misalnya hilangnya trust, rusaknya networking, runtuhnya tata aturan yang selama ini ditaati bersama, dsb), selain itu kedalaman dan skala konflik berpengaruh pada luasnya kerusakan sosial yang ditimbulkan. Oleh karena itu, kegiatan COP/POLMAS ini sangat diperlukan sebagai upaya meningkatkan keamanan dan ketertiban di masyarakat khususnya di kota Salatiga dalam kemerdekaan beragama. LSM Kampoeng Percik memandang bahwa pengembangan COP/POLMAS dikaitkan tentang kemerdekaan beragama dilatarbelakangi masih banyaknya problem serius dalam kaitan kehidupan keagamaan di Indonesia dimana masih diwarnai oleh tindak kekerasan. Hal ini sangat bertolak belakang dengan UUD 1945 yang memberikan jaminan mengenai kebebasan dalam memeluk agama dan kepercayaan setiap warganya.oleh karena itu perlu upaya untuk mensinergikan berbagai komponen tadi demi pelaksanaan kebebasan memeluk agama dan kepercayaan setiap warga negara, serta mencegah radikalisasi keagamaan di tengah tengah 6
7 masyarakat. Koordinator COP Bpk. Heri Wibowo T, mengutarakan tentang harapan dalam perpolisian masyarakat. 2 Harapan COP/POLMAS yaitu pencapaian adanya nilai - nilai yang sudah di berikan mengenai apa itu POLMAS apa itu kemerdekaan beragama sudah tersosialisasi, kemudian penginternalisasi dari nilai - nilai itu, lalu implementasi bahwa adanya persoalan di masyarakat adanya komunikasi antara tokoh tokoh dengan polisi dan terbukanya pandangan mereka mengenai perbedaan. Misal ada satu kasus sudah sampai kantor polisi, justru polisi mengembalikan ke masyarakat bisa diselesaikan dengan jalur mediasi yaitu dengan POLMAS. Lalu ada keberanian masyarakat yang berkata bahwa pelayanan polisi kurang baik, Misal pembuatan SIM, dll. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil penelitian tentang Hubungan Program Community Oriented Policing dengan Perubahan Perilaku Masyarakat di Salatiga (Studi Deskriptif Program perpolisian Masyarakat (COP) LSM Kampoeng Percik dalam Kemerdekaan Beragama) 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana perubahan perilaku masyarakat di LSM Kampoeng Percik Salatiga, khususnya di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo setelah memperoleh program COP dalam kemerdekaan beragama di Salatiga? 1.3. Tujuan Penelitian Menggambarkan perubahan perilaku masyarakat LSM Kampoeng Percik Salatiga, khususnya di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo setelah mengikuti program community oriented policing (COP) dalam kemerdekaan beragama di Salatiga. 2 Hasil wawancara Bpk. Heri Wibowo T, Koordinator COP/POLMAS pada hari Rabu, 30 April 2014 pukul di LSM Kampoeng Percik Salatiga. 7
8 1.4. Manfaat Penelitian Judul penelitian Hubungan Program Community Oreinted Policing dengan Perubahan Perilaku Dalam Kemerdekaan Beragama di Salatiga (Studi Deskriptif Program Perpolisian Masyarakat (COP) LSM Kampoeng Percik), penulis berharap agar penelitian ini bermanfaat, baik teoritis maupun praktis. a. Secara teoritis, pemberdayaan masyarakat melalui program Community Oriented Policing (COP) dengan perubahan perilaku masyarakat di Salatiga. b. Secara praktis, melalui penelitian ini kita dapat mengetahui hubungan program Community Oriented Policing (COP) dengan perubahan perilaku masyarakat di Salatiga Batasan Konsep Penelitian Penelitian berjudul Hubungan Program Community Oriented Policing dengan Perubahan Perilaku Dalam Kemerdekaan Beragama di Salatiga (Studi Deskriptif Program Perpolisian Masyarakat (COP) LSM Kampoeng Percik), maka peneliti membatasi konsep penelitian sebagai berikut : 1. COP/POLMAS adalah suatu perpolisian dalam masyarakat modern yang menempatkan masyarakat bukan sebagai obyek tetapi subyek dan juga sebagai mitra kepolisian dalam pemecahan masalah kamtibmas. Kondisi karekteristik masyarakat di Indonesia merupakan modal awal dan faktor pendukung dalam pembangunan POLMAS (Community Policing). Konsep Community Oriented Policing, menurut yang secara garis besar menekankan pada pentingnya kerja sama antara polisi dengan masyarakat tempat bertugas dan mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah masalah sosialnya sendiri. 2. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak diamati dari luar (Notoatmodjo; 2003 : 114). 8
9 Selain itu, perilaku juga diartikan pengumpulan pengetahuan, sikap, dan tindakan, sedangkan sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya perubahan perilaku dalam seseorang dapat terjadi melalui proses belajar (Sarwono, 1999). Perilaku dikembangkan berdasarkan tahapan yang dimulai dari pembentukan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Kognitif, pemahaman mengenai motivasi, emosi, dan tindakan manusia. Afeksi, merupakan komponen emosional atau perasaan. Psikomotorik, ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemempuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berhubungan dengan aktifitas fisik misalnya, lari, melompat, melukis, menari memukul, dan sebagainya (Samsudin, 1977). 3. Kemerdekaan beragama dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 : kebebasan untuk memeluk agama tertentu dari enam agama yang diakui oleh negara. Keenam agama yang dimaksudkan oleh negara adalah : Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindu, Khonghucu. 4. LSM Kampoeng Percik adalah Lembaga Persemaian Cinta Kemanusiaan, lembaga ini merupakan lembaga independen yang diperuntukan bagi penelitian sosial, demokrasi dan keadilan sosial. Lembaga ini didirikan pada 1 Februari 1996 oleh sekelompok ilmuwan di Salatiga yang terdiri dari sejumlah peneliti sosial, pengajar universitas serta aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang bantuan hukum serta pengorganisasian masyarakat. 9
BAB II KAJIAN TEORI. 1 penelitian sosiologi.blogspot.com /2013/03/kajian-sosiologi.perpolisian-masyarakat.html
BAB II KAJIAN TEORI Dalam Bab II merupakan pembahasan mengenai penelitian terdahulu dan kajian teori yang digunakan dalam menganalisis Hubungan Program Community Oriented Policing dengan Perubahan Perilaku
Lebih terperinciLAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : Pedoman Pertanyaan Staff LSM Kampoeng Percik Salatiga 1. Nama dan posisi di LSM Kampoeng Percik 2. Langkah awal dibentuk program COP/POLMAS 3. Dimana pertama kali program
Lebih terperinciSTANDART OPERASIONAL PROSEDUR NO. DOKUMEN : SOP-SAMBANG NUSA/ / /2016
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR NO. DOKUMEN : SOP-SAMBANG NUSA/ / /2016 Tentang PELAKSANAAN SAMBANG NUSA DI
Lebih terperinciPERAN DAN CITRA PERPOLISIAN MASYARAKAT STUDI KASUS DI MASYARAKAT DESA SENTONO KECAMATAN KARANGDOWO KABUPATEN KLATEN 2010
PERAN DAN CITRA PERPOLISIAN MASYARAKAT STUDI KASUS DI MASYARAKAT DESA SENTONO KECAMATAN KARANGDOWO KABUPATEN KLATEN 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Polri merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Polri merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban dalam negeri, memiliki kewajiban untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. birokrasi modern. Hal ini setidaknya sejalan dengan pandangan Etzioni (1986: 35)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan kenegaraan modern, birokrasi memegang peranan penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian, maka dapat diformulasikan
Lebih terperinciBAB V HUBUNGAN PROGRAM COMMUNITY ORIENTED POLICING DENGAN PERUBAHAN PERILAKU DALAM KEMERDEKAAN BERAGAMA DI SALATIGA
BAB V HUBUNGAN PROGRAM COMMUNITY ORIENTED POLICING DENGAN PERUBAHAN PERILAKU DALAM KEMERDEKAAN BERAGAMA DI SALATIGA Setiap masyarakat mendapatkan praktek manfaat dari keagamaan secara penuh tanpa halangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Polri bukanlah satu-satunya alat negara yang bertanggung jawab atas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Polri bukanlah satu-satunya alat negara yang bertanggung jawab atas pemeliharaan ketertiban, ada banyak pihak diantaranya adalah masyarakat yang memiliki peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan aspirasi yang berbeda-beda satu sama lain tetapi memiliki kedudukan setara,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu prasyarat untuk mewujudkan kehidupan masyarakat modern yang demokratis adalah menampilkan sikap yang menghargai kemajemukan perbedaan suku, ras,
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bersifat material atau sosiologi, dan/atau juga unsur-unsur yang bersifat. Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghuchu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beberapa macam suku, adat istiadat, dan juga agama. Kemajemukan bangsa Indonesia ini secara positif dapat
Lebih terperinciMAKALAH. Pengembangan Praktek dan Pola Pengasuhan AKPOL Menuju Democratic Learning
WORKSHOP DAN SEMINAR TENAGA PENGASUH AKPOL Democratic Policing: Penerapan Nilai-Nilai Hak Asasi Manusia Dalam Pengasuhan Taruna Hotel Santika Premiere Semarang, 16-18 Oktober 2013 MAKALAH Pengembangan
Lebih terperinciPada hari ini, Jum'at tanggal sembilan, bulan Juni, tahun dua ribu enam (9 Juni 2006), yang bertanda tangan di bawah ini:
NOTA KESEPAHAMAN Antara KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Dengan ORGANISASI INTERNASIONAL UNTUK MIGRASI Dalam IMPLEMENTASI PERPOLISIAN MASYARAKAT dan PELATIHAN HAK ASASI MANUSIA Pada hari ini, Jum'at
Lebih terperinciPembentukan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat Sebagai Upaya Reduksi Gejala Gangguan Kamtibmas
Pembentukan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat Sebagai Upaya Reduksi Gejala Gangguan Kamtibmas Nilma Himawati 1 1 Mahasiswa Hukum () * Email: olganilnalailynisa@gmail.com Keywords: forum kemitraan polisi;
Lebih terperinciMAKALAH. HAM dan Kebebasan Beragama. Oleh: M. syafi ie, S.H., M.H.
TRAINING OF TRAINER (TOT) PENGEMBANGAN PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA BAGI GADIK SATUAN PENDIDIKAN POLRI Hotel Jogjakarta Plaza, 21 24 Maret 2016 MAKALAH HAM dan Kebebasan Beragama Oleh: M. syafi ie, S.H.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi
Lebih terperinciLETAK ADMINISTRATIB LAMONGAN
PETA LAMONGAN LETAK ADMINISTRATIB LAMONGAN SECARA GEOGRAFIS KABUPATEN LAMONGAN TERLETAK ANTARA 6 51 54 SAMPAI DENGAN 7 23 6 LINTANG SELATAN DAN ANTARA 112 4 41 SAMPAI DENGAN 112 33 12 BUJUR TIMUR, DENGAN
Lebih terperinciPENGARUSUTAMAAN HAM DALAM PELAYANAN PUBLIK DI POLRES METRO JAKARTA UTARA
PENGARUSUTAMAAN HAM DALAM PELAYANAN PUBLIK DI POLRES METRO JAKARTA UTARA I. Pendahuluan Dalam UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia disebutkan bahwa tugas Kepolisian adalah memelihara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut
Lebih terperinciILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
KURIKULUM 2013 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) KELAS VII - IX MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Nama Guru NIP/NIK Sekolah : : : 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari Sabang hingga ke Merauke. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa besar yang bersifat majemuk dan heterogen, yaitu terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang tersebar mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penegak hukum, tetapi lebih memberikan rasa aman kepada masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berlandaskan hukum, dimana segala aspek kehidupan masyarakatnya diatur dalam peraturan dan hukum yang berlaku. Dengan sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat merupakan salah satu prasyarat untuk mewujudkan kehidupan masyarakat modern yang demokratis.
Lebih terperinciPlenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions
Delegasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Parliamentary Event on Interfaith Dialog 21-24 November 2012, Nusa Dua, Bali Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan terwujudnya rasa aman, tentram, tertib dan damai sebagai suatu amanah dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas dan tanggung jawab yang dijalankan kepolisian tertuju pada tercipta dan terwujudnya rasa aman, tentram, tertib dan damai sebagai suatu amanah dan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Republik Indonesia adalah negara yang berazazkan Pancasila dengan beragam kebudayaan yang ada. Dengan sistem sosial kebudayan Indonesia sebagai totalitas
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2007
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara intern maupun ekstern, oleh karena itu, telaah ulang dan reformasi pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998, Polri sebagai salah satu organ pemerintahan dan alat negara penegak hukum mengalami beberapa
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. penelitian, khususnya dalam penelitian kualitatif. Dalam sebuah penelitian
BAB IV ANALISIS DATA A. TEMUAN PENELITIAN Analisis data merupakan suatu hal yang terpenting dalam sebuah penelitian, khususnya dalam penelitian kualitatif. Dalam sebuah penelitian kualitatif, analisis
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang melingkupinya yaitu masyarakat. Dari berbagai publikasi yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran Kepolisian tidak dapat dipisahkan dari supra sistem yang melingkupinya yaitu masyarakat. Dari berbagai publikasi yang membahas tantang kepolisian dapat disimpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan isu sosial. Masalah-masalah sosial dalam materi pelajaran IPS khususnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan berikut: Adapun kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai 1. Pandangan Polri dan masyarakat yang sudah sejalan memaknai arti kemitraan merupakan landasan
Lebih terperinciHAM DAN PERLINDUNGAN HAK KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN. Oleh: Johan Avie, S.H.
HAM DAN PERLINDUNGAN HAK KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN Oleh: Johan Avie, S.H. Disampaikan dalam TRAINING POLMAS DAN HAM BAGI TARUNA AKADEMI KEPOLISIAN DEN 47 TAHUN 2015 oleh PUSHAM UII Yogyakarta
Lebih terperinciMemahami Budaya dan Karakter Bangsa
Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA KEDIRI
PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinci2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bertujuan agar pendidikan tidak hanya membentuk insan manusia yang pintar namun juga berkepribadian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,
Lebih terperinciPancasila era Orde Lama reformasi
Pancasila era Orde Lama reformasi Modul ke: Pancasila terus berlanjut dari Orde Lama, Ore Baru, Orde Reformasi dan saat ini. Perjalanan Ideologi Pancasila mengalami Pasang surut dari Generasi ke generasi,
Lebih terperinciBAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan Pada bagian ini akan diuraikan beberapa butir kesimpulan berdasarkan temuan dan analisis data (yang tercermin dalam uraian tentang implikasi teoritis
Lebih terperinciPemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia Bahan Pembicara Untuk Dialog Kebangsaan Pada Acara Dies Natalis Universitas
Lebih terperinci2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,
2.4 Uraian Materi 2.4.1 Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi dasar tentang kehidupan yang
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BHABINKAMTIBMAS
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BHABINKAMTIBMAS SATUAN BINMAS POLRES MATARAM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai
Lebih terperinci26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah negara yang besar berdiri dalam sebuah kemajemukan komunitas. Beranekaragam suku bangsa, ras, agama, dan budaya yang masingmasing mempunyai
Lebih terperinciKESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA
KANTOR UTUSAN KHUSUS PRESIDEN UNTUK DIALOG DAN KERJA SAMA ANTAR AGAMA DAN PERADABAN KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA HASIL MUSYAWARAH BESAR PEMUKA AGAMA UNTUK KERUKUNAN BANGSA Jakarta 8-10 Februari 2018
Lebih terperinciKompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai
Lebih terperinci26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang beragam, masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, ataupun kelompok etnis. Keragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, suku, ras, budaya, bahasa, adat istiadat, agama. Bangsa kita memiliki berbagai etnis bangsa yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah Bangsa demokrasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa demokrasi yaitu bangsa yang mengakui, dan menjamin perlindungan tehadap terhadap hak hak asasi manusia, termasuk dalam hal mengeluarkan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.
1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. Dorongan beragama merupakan dorongan psikis yang merupakan landasan ilmiah dalam
Lebih terperinciBAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.
Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,
Lebih terperinci02/09/2013
EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KELAS DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA PADA PESERTA DIDIK Oleh : Marinasari Fithry Hasibuan,S.Ag,M.Pd Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Medan ABSTRACT Dierktorat Jenderal Pendidikan
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada Bab V dapatlah ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut. 6.1 Simpulan Memperhatikan rumusan
Lebih terperinciMASYARAKAT MADANI. Hatiningrum, SH.M Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen
MASYARAKAT MADANI Modul ke: 13 Fakultas Udjiani EKONOMI DAN BISNIS 1. Pengertian dan Latar Belakang 2. Sejarah Masyarakat Madani 3. Karakteristik dan Ciri-ciri Masyarakat Madani 4. Institusi Penegak Masyarakat
Lebih terperinciDisampaikan dalam TRAINING POLMAS DAN HAM BAGI TARUNA AKADEMI KEPOLISIAN DEN 47 TAHUN 2015 oleh PUSHAM UII Yogyakarta bekerjasama dengan AKPOL
Disampaikan dalam TRAINING POLMAS DAN HAM BAGI TARUNA AKADEMI KEPOLISIAN DEN 47 TAHUN 2015 oleh PUSHAM UII Yogyakarta bekerjasama dengan AKPOL Semarang, di AKPOL Semarang, 25 April 2015 Sejarah kepolisian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Polisi merupakan sebuah institusi hukum yang cukup tua, setua usia
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Polisi merupakan sebuah institusi hukum yang cukup tua, setua usia timbulnya kehidupan bermasyarakat dalam sejarah manusia. Seperti kita ketahui, polisi dimanapun
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 85 Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 Rencana Kerja Tahun 2018 Badan Kesbangpol Prov. Kalsel 1 KATA PENGANTAR Puji
Lebih terperinciMEMORANDUM OF UNDERSTANDING ( KESEPAKATAN BERSAMA )
MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ( KESEPAKATAN BERSAMA ) ANTARA KEPOLISIAN RESORT MATARAM DENGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM No.Pol.. : B / 02 / II / 2015 Nomor : 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN
Lebih terperinciPENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA
PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA Disusun oleh: Nama Mahasiswa : Regina Sheilla Andinia Nomor Mahasiswa : 118114058 PRODI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia
Lebih terperinci29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)
29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
Lebih terperinciKONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU
BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian
Lebih terperinciBUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa dalam upaya
Lebih terperinciBAB 5 Penutup. dalam ciri-ciri yang termanifes seperti warna kulit, identitas keagamaan
BAB 5 Penutup 5.1 Kesimpulan Hidup bersama membutuhkan membutuhkan modus operandi agar setiap individu di dalamnya dapat berdampingan meskipun memiliki identitas dan kepentingan berbeda. Perbedaan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan suatu kenyataan
Lebih terperinci9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
2 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 11: Peraturan Daerah
Lebih terperinciPERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA
PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA Nama : Nurina jatiningsih NIM : 11.11.4728 Kelompok Jurusan Dosen : C : S1 Teknik Informatika : Drs. Tahajudin Sudibyo STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA
Modul ke: Fakultas MKCU PENDIDIKAN PANCASILA Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain (Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi liberalism) Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia.kemiskinan telah menjadi isu global dimana setiap negara merasa berkepentingan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global dan menjadi perhatian banyak orang karena kemiskinan adalah hal yang dapat dijumpai dimana pun, bahkan hampir
Lebih terperincikonsil lsm indonesia
Penulis: Lily Pulu, Lusi Herlina, Catherine Nielson Penerbit: konsil lsm indonesia Jl Kerinci XII No 11, Kebayoran Baru Jakarta 12120. Email : sekretariat@konsillsm.or.id http://konsillsm.or.id ISBN :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik. Masyarakat sebagai kumpulan individu memiliki harapan sekaligus
Lebih terperinciModul ke: MASYARAKAT MADANI. Mengetahui masyarakat madani serta karakteristiknya. Fakultas FAKULTAS KURNIAWATI, SHI, MH.
Modul ke: 11 RINA Fakultas FAKULTAS MASYARAKAT MADANI Mengetahui masyarakat madani serta karakteristiknya KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi Pengertian Masyarakat madani adalah suatu masyarakat atau institusi
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Dari hasil penelitian dapat disimpulkan secara umum bahwa masyarakat kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, baik dalam hal suku, adat istiadat, bahasa, budaya, bahkan agama. Berdasarkan penjelasan atas Penetapan Presiden
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU
BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU Pluralisme adalah sebuah realitas sosial yang siapapun tidak mungkin memungkirinya, kehidupan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan
Lebih terperinciPENINGKATAN RASA SOLIDARITAS DAN IKATAN SOSIAL DIKALANGAN MASYARAKAT KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2017
LAPORAN KEGIATAN PENINGKATAN RASA SOLIDARITAS DAN IKATAN SOSIAL DIKALANGAN MASYARAKAT KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK TAHUN ANGGARAN 2017 BAB
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap
Lebih terperinciLEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dalam interaksi berbangsa dan bernegara terbagi atas lapisanlapisan sosial tertentu. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk dengan sendirinya sebagai
Lebih terperinciPOLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis dimana
Lebih terperinciproses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak
Disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Mencari Format Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Rangka Terwujudnya Persatuan Dan Kesatuan Berdasarkan UUD 1945 di Fakultas
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Perayaan Cap Go Meh tahun 2013, Jakarta, 24 Februari 2013 Minggu, 24 Pebruari 2013
Sambutan Presiden RI pada Perayaan Cap Go Meh tahun 2013, Jakarta, 24 Februari 2013 Minggu, 24 Pebruari 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN CAP GO MEH TAHUN 2013 DI PEKAN RAYA JAKARTA
Lebih terperinciPERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT
PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DR. Wahiduddin Adams, SH., MA ** Pembentukkan Negara Kesatuan Republik Indonesia berawal dari bersatunya komunitas adat yang ada di seluruh
Lebih terperinciPARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si
PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA Dr. H. Kadri, M.Si Outline Peran dan Fungsi Partai Politik Nilai-Nilai Kebangsaan Indonesia Realitas Partai Politik saat ini Partai Politik sebagai Penjaga Nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mendekati pemilihan Gubernur DKI Jakarta dalam PILKADA (Pemilihan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mendekati pemilihan Gubernur DKI Jakarta dalam PILKADA (Pemilihan Kepala Daerah) serentak yang dilaksanakan pada pertengahan Februari 2017, dilakukan jajak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang multikultural. Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa besar dan kecil, banyak suku bangsa dengan bahasa dan identitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,
Lebih terperinci