BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dan apa yang dibutuhkan dengan dirinya sendiri tanpa bantuan orang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dan apa yang dibutuhkan dengan dirinya sendiri tanpa bantuan orang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk hidup yang bersifat individual (dalam memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri) sekaligus sosial dalam artian saling berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dan apa yang dibutuhkan dengan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia menjalankan perannya dengan menggunakan petanda atau simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaannya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas kecuali melalui medium kehidupan sosial. Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia itu sendiri tentang status dan posisi dirinya dalam kehidupan serta bagaimana tanggung jawab dan kewajiban di dalam kebersamaan. Dalam hal ini Sosiologi sering kali disebut studi tentang masyarakat atau studi tentang kehidupan sosial. Akan tetapi, definisi yang begitu sederhana, yang hanya bertumpu pada masalah pokok saja (subject-matter), tidak akan membedakan sosiologi dari ilmu sosial lainnya. Karena semua ilmu itu mempelajari kehidupan sosial, atau lebih tepat mempelajari pola tingkah laku yang lazim ada pada kelompok-kelompok manusia (Bert F.Hoselitz,ed., Panduan Dasar Ilmu-ilmu Sosial Jakarta: Rajawali Pers,1988, hal.1).

2 Sebelum membahas lebih jauh yang menjadi pokok bahasan dari skripsi, pembaca lebih dulu memahami apa itu definisi masalah sosial, anak rawan serta pemberdayaan. Masalah sosial adalah sebuah kondisi yang tidak diharapkan dan dianggap dapat merugikan kehidupan sosial serta bertentangan dengan standar sosial yang telah dipegang atau disepakati oleh kelompok masyarakat. Masalah sosial dapat disebut sebagai hambatan sosial yang memerlukan suatu proses pemecahan. Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Sedangkan menurut Blumer (1971) dan Thompson (1988), masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh serta mengancam nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak kepada sebagian besar anggota masyarakat dan kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama. Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Masalah sosial sangat terkait dengan nilai-nilai moral yang dijadikan pedoman bagi suatu masyarakat untuk menentukan baik dan buruk atau benar dan salah. Masalah sosial dapat diukur dengan membandingkan antara sesuatu yang ideal dengan realitas yang terjadi (Coleman dan Cresey, 1987). Masalah sosial sebagai sesuatu yang bukan kebetulan tetapi berakar pada satu atau lebih kebutuhan masyarakat yang terabaikan (Merton dan Nisbet,1971). Salah satu faktor penyebab munculnya masalah sosial adalah pemenuhan akan kebutuhan hidup (Etzioni, 1976). Contohnya adalah masalah anak rawan yang dapat didefinisikan

3 sebagai pelanggaran terhadap hak-hak anak sehingga menimbulkan kesenjangan sosial. Anak rawan sendiri merupakan sebuah kelompok manusia yang berusia direntang 18 tahun kebawah dan dianggap lemah atau mereka yang tertindas. Anak rawan adalah golongan manusia berdasarkan usia yang hidup dalam kemiskinan, kesengsaraan, kelemahan, ketidakberdayaan, ketertindasan, dan penderitaan yang tiada putus. Hidup mereka yang seperti itu bukan terjadi dengan sendirinya tanpa adanya faktor yang menjadi penyebab. Adanya masalah sosial anak telah menjadi realitas dalam sejarah kemanusiaan dari segi kemiskinan adalah mereka yang fakir dan miskin (tertekan keadaan) bukan malas, segi fisik adalah mereka yang kurang tenaga (bukan karena malas), segi otak adalah mereka yang stupid (bukan karena malas), segi sikap adalah mereka yang terbelakang (bukan karena malas). Kelompok anak rawan terlahir dari ketimpangan sosial di dalam suatu negara yang terdiri dari anak-anak yang terlantar, fakir miskin, anakanak yatim piatu dan orang cacat. Anak rawan ialah orang-orang yang menderita hidupnya secara sistemik yang merupakan cerminan ketidakmampuan negara dalam memelihara mereka (lihat Pasal 34 tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial). Anak rawan secara sendirian harus berjuang melawan sistem struktural dan kultural. Mereka ini kelompok masyarakat yang mudah terkena penyakit fisik ataupun psikis dan merasa termarjinalkan. Jadi anak kurang beruntung (anak rawan) yang dimaksud adalah orang yang dalam rentang usia dibawah 18 tahun, belum mampu memenuhi kebutuhannya dan tidak mendapatkan apa yang semestinya mereka peroleh seperti hak pendidikan,

4 perlindungan, kasih sayang dan lain-lain. Maka perlu penanganan khusus bagi mereka melalui pendekatan serta pemberdayaan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Pemberdayaan adalah terjemahan dari bahasa asing empowerment. Secara leksikal pemberdayaan berarti penguatan. Secara teknis pemberdayaan dapat diartikan sebagai pengembangan. Memberdayakan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan juga dapat dimaknai sebagai upaya transformasi yang mengandung maksud sebagai sebuah kegiatan aktif. Pada dasarnya pemberdayaan masyarakat selalu terjadi perubahan, karena masyarakat sebagai sebuah sistem senantiasa mengalami perubahan. Perubahan sosial merupakan gejala umum yang terjadi di dalam masyarakat dan merupakan gejala sosial yang terjadi mengikuti peradaban manusia Pemberdayaan dan Kompleksitas tersebut tidak lepas dari keterpaduan ide pemikiran serta perasaan yang dituangkan dalam berbagai macam kegiatan kelompok atau komunitas seperti yang tertuang di dalam progran kerja komunitas tersebut sebagai implementasi strategi pemberdayaan anak. Pemahaman akan simpati empati terhadap calon generasi bangsa yang sedianya memiliki bakat dan minat tetapi berbenturan dengan keterbatasan. Keberagaman komunitas yang berorientasi sosial anak diharapkan mampu mengentaskan masalah sosial serta mengembangkan bakat, minat dan

5 keterampilan anak melalui pemberdayaan meskipun pada kenyataannya masih banyak anak-anak rawan khususnya di Yogyakarta yang kurang mendapat perhatian dari lembaga sosial, pemerintah atau dinas terkait sedangkan komunitas Senyum Community ini adalah reaksi atas kenyataan tersebut dan wadah bagi mereka yang memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap kehidupan sosial anak. Skripsi yang penulis buat ini menekankan pada pengentasan masalah sosial anak oleh Senyum Community melalui program pemberdayaan berbasis komunitas di Yogyakarta yang mana masih banyak anak-anak yang belum mendapatkan perlindungan, perhatian serta pendekatan langsung dan dijabarkan melalui masalah anak yang dialami serta strategi pemberdayaan yang disusun oleh Senyum Community melalui program kerja yang tersusun secara sistematis. Selain itu sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial dan sebagai penambah wawasan bagi para pembaca yang terketuk hati nuraninya untuk peduli terhadap sesama khususnya generasi muda/anak-anak. Skripsi ini juga sebagai bentuk apresiasi terhadap Senyum Community yang masih eksis di tengah-tengah kehidupan masyarakat dengan sukarela meluangkan waktu untuk peduli dan berbagi terhadap kehidupan anak-anak rawan yang mana mereka adalah termasuk kelompok anak yang seharusnya mendapatkan hak sebagaimana mestinya anakanak pada umumnya. Selain itu skripsi ini agar menjadi bahan acuan atau referensi bagi akademisi, pekerja sosial serta masyarakat pada umumnya untuk mengembangkan model pemberdayaan yang lebih efektif dan efisien dalam pembangunan bangsa dan negara.

6 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini membatasi rumusan masalah sebagaimana berikut: 1. Seperti apa jenis program pemberdayaan anak rawan oleh Senyum Community? 2. Bagaimana program pemberdayaan anak rawan oleh Senyum Community mampu memberdayakan mereka? C. TUJUAN PENELITIAN Dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Memahami jenis program pemberdayaan anak rawan oleh Senyum Community. 2. Memahami bentuk program pemberdayaan anak rawan serta indikatornya. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan Ilmu Sosiologi pada umumnya dan studi deskriptif pada khususnya. Selain itu juga diharapkan mempunyai signifikasi dalam menjelaskan bagaimana bentuk permasalahan sosial anak serta cara pengentasannya melalui strategi pemberdayaan oleh komunitas sosial.

7 2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti Kegunaan penelitian ini, bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan sehubungan dengan masalah yang diteliti melalui penerapan ilmu dan teori yang telah di peroleh selama masa perkuliahan serta membandingkannya dengan fakta dan kondisi realita yang terjadi di lapangan. b. Bagi Akademik Bagi akademik, penelitian ini berguna bagi mahasiswa secara umum dan mahasiswa jurusan Sosiologi secara khusus sebagai literatur, khususnya bagi mahasiswa atau peneliti yang akan melakukan penelitian yang sejenis mengenai isu permasalahan di ruang lingkup masalah sosial anak serta solusi penyelesaiannya. c. Bagi Praktisi Penelitian ini dapat bermanfaat untuk para pekerja dan aktivis kegiatan sosial untuk lebih memahami dan memperhatikan bahwa diperlukan kepedulian khalayak umum dalam komunitas berorientasi sosial anak untuk menciptakan implikasi positif bagi perkembangan masa depan bangsa dan dalam pembangunan yang bersifat parsial antara sosial ekonomi dan budaya.

8 E. BATASAN MASALAH Di dalam skripsi ini untuk menghindari kerancuan, peneliti membatasi masalah sesuai dengan topik yang dibahas yaitu: 1. Masalah Sosial Anak Adalah sebuah fenomena ketimpangan sosial yang dialami di dalam kehidupan anak yang tidak diharapkan dan dianggap dapat merugikan kehidupan sosial serta bertentangan dengan standar sosial yang telah dipegang atau disepakati oleh kelompok masyarakat. Masalah sosial anak pada umumnya disebabkan oleh pelanggaran hak-hak anak seperti hak mendapat pendidikan, perlindungan, kasih sayang serta keterbatasan fisik atau non-fisik. Peneliti membatasi masalah sosial anak pada kasus yang disebabkan oleh faktor ekonomi (kemiskinan), disorganisasi keluarga (yatim piatu, broken home) serta cacat fisik atau psikis (difabel). 2. Anak Rawan Adalah istilah untuk anak-anak pada rentang usia 18 tahun kebawah yang mana terjadi ketimpangan didalam pemenuhan hak-haknya misalnya hak mendapat pemenuhan kebutuhan hidup, pendidikan, kasih sayang serta perlindungan serta keterbatasan fisik dan mental.

9 3. Program Pemberdayaan Anak Adalah model pemberdayaan anak melalui pendekatan, merumuskan program kerja termasuk didalamnya proses, strategi serta teknik dalam menunjang keberhasilan pemberdayaan anak supaya tepat sasaran. Di dalam pemberdayaan anak perlu membuat konsep pemberdayaan terhadap masalah sosial yang sedang dialami oleh kelompok anak. 4. LANDASAN TEORI 1. Teori Fungsionalisme Struktural dalam Memahami Munculnya Masalah Sosial Anak Konsep studi masalah sosial dikenal dua pendekatan untuk mendiagnosis penyebab terjadinya masalah sosial anak yaitu person blame approach dan system blame approach. Pendekatan pertama beranggapan bahwa sumber masalah sosial terdapat pada penyandang masalah (aktor pelaku tindak kekerasan). Diagnosis masalah sosial difokuskan pada faktor-faktor yang melatarbelakangi kehidupan penyandang masalah tersebut. Pendekatan kedua mempunyai anggapan bahwa sumber masalah sosial terletak pada level sistem. Diagnosa dan upaya pemecahan masalah difokuskan pada penanganan sistemnya (Sutomo, 2008:209). Kedua pendekatan tersebut dituangkan dalam berbagai perspektif teori yang berkembang dalam studi masalah sosial. Terdapat tiga perspektif teori yang dapat digunakan untuk memahami masalah sosial yaitu teori struktural fungsional, teori konflik dan teori interaksi simbolik.

10 Penelitian ini penulis mencoba mendeskripsikan masalah sosial anak melalui perspektif struktural fungsional dalam memahami munculnya kesenjangan sosial anak. Teori Fungsionalisme Struktural merupakan bagian dari paradigma fakta sosial yang meneliti barang sesuatu dan fakta sosial yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Teori ini juga menjelaskan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan, saling menyatu dalam keteraturan dan keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan menyebabkan perubahan terhadap bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur sosial dan sistem sosial terdapat bagian atau elemen bersifat fungsional terhadap bagian atau elemen yang lain. Sebaliknya jika tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya (George Ritzer, 2010:21). Teori ini juga menjelaskan bahwa struktur sosial dan institusi sosial berhubungan dengan fungsi dari fakta-fakta sosial. Fungsi dalam teori ini berkaitan dengan akibat-akibat yang dapat diamati dalam proses adaptasi atau penyesuaian suatu sistem. Menurut Robert K Merton penganut teori ini, berpendapat bahwa objek analisa sosiologi adalah fakta sosial seperti: peranan sosial, pola-pola institusional, proses sosial, organisasi kelompok, pengendalian sosial dan lain-lain (George Ritzer, 2010:22). Peneliti melihat kemungkinan bahwa dalam konteks penelitian ini masalah sosial anak merupakan fakta sosial dan sistem sosial yang sudah terbentuk (terinstitusionalisasi) yang berkaitan dengan adanya struktur dan institusi sosial di sekelilingnya. Bagian-bagian atau elemen-elemen dalam konteks masalah ini adalah anak rawan, keluarga, masyarakat. Anak masuk dalam struktur dalam

11 keluarga dan masyarakat, anak memiliki peran dan posisi dalam keluarga dan masyarakat. Sebaliknya juga keluarga memiliki peran dan posisi, masyarakat juga memiliki peran dan posisi yang memberi pengaruh terhadap anak. Anak juga terikat dengan nilai, norma dan budaya yang ada di keluarga dan masyarakat. Peneliti mencoba menjelaskan bagaimana institusi-institusi yang ada di masyarakat terutama institusi keluarga dan budaya yang mempengaruhi munculnya anak rawan. Konsep-konsep utama dalam teori fungsionalisme struktural adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan. Teori ini menjelaskan bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi masyarakat (George Ritzer, 2010:22). Peneliti melihat kemungkinan bahwa munculnya anak rawan selain merupakan hasil dari struktur dan pranata sosial disekitarnya, anak rawan dianggap fungsional oleh suatu masyarakat. Fungsional yang dimaksud adalah fungsi yang bersifat netral secara ideologis yaitu dapat bersifat positif maupun negatif. Robert K Merton menjelaskan konsep disfungsi, yaitu struktur sosial dan institusi sosial memelihara fakta sosial, sebaliknya struktur sosial dan institusi sosial dapat menimbulkan dampak yang negatif (George Ritzer, 2010:22). Robert K Merton juga menjelaskan konsep fungsi yaitu fungsi manifest dan fungsi laten. Masalah sosial anak memiliki fungsi manifest dan fungsi laten yaitu: a. Manifest social problem yaitu masalah sosial yang muncul akibat adanya ketimpangan antara nilai dan norma sosial yang ada dilingkungan masyarakat. Masalah yang menurut keyakinan masyarakat dapat diperbaiki dan dibatasi atau

12 bahkan bisa dihilangkan (kejadian yang dianggap salah oleh masyarakat). b. Latent social problem, menunjukkan adanya masalah sosial yang muncul akibat ketimpangan nilai dan norma sosial, tetapi masyarakat sulit untuk mengatasinya, karena walaupun masyarakat tidak menyukainya, tetapi masyarakat tidak berdaya untuk mengatasinya. Kejadian yang berlawanan dengan norma tetapi tetap diterima oleh masyarakat. (tidak dianggap masalah sosial). 2. Teori Pemberdayaan Pemberdayaan berasal dari kata daya yang mendapat awalan ber- yang menjadi kata berdaya artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari empowerment dalam bahasa inggris. Pemberdayaan sebagai terjemahan dari empowerment menurut Merrian Webster dalam Oxford English Dictionary mengandung dua pengertian: To give ability or enable to, yang diterjemahkan sebagai memberi kecakapan/kemampuan atau memungkinkan. To give power of authority to, yang berarti member kekuasaan.

13 Dalam konteks pembangunan istilah pemberdayaan pada dasarnya bukanlah istilah baru melainkan sudah sering dilontarkan semenjak adanya kesadaran bahwa faktor manusia memegang peran penting dalam pembangunan. Carlzon dan Macauley sebagaimana di kutip oleh Wasistiono (1998:46) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah sebagi berikut, Membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan memberi orang kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya, keputusan-keputusannya dan tindakan tindakannya. Sementara dalam sumber yang sama, Carver dan Clatter Back (1995 : 12) mendefinisikan pemberdayaan sebagai berikut, Upaya memberi keberanian dan kesempatan pada individu untuk mengambil tanggung jawab perorangan guna meningkatkan dan memberikan kontribusi pada tujuan organisasi. Sementara Shardlow (1998 : 32) mengatakan pada intinya, Pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Pemberdayaan sebagai terjemahan dari empowerment menurut sarjana lain, pada intinya diartikan sebagai berikut,

14 Membentuk klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan mementukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain transfer daya dari lingkungan. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orangorang yang lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995). Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin, 1987). Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya (Rappaport, 1984). Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembagalembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parsons, etal, 1994).

15 Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah, untuk memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan dan berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Definisi pemberdayaan yang dikemukakan para pakar sangat beragam dan kontekstual akan tetapi dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberdayaan merupakan upaya untuk memampukan dan memandirikan kelompok masyarakat atau dengan kata lain adalah bagaimana menolong masyarakat untuk mampu menolong dirinya sendiri. Pengertian Pemberdayaan Anak Rawan Pemberdayaan adalah upaya pemberian daya atau peningkatan keberdayaan, sedangkan Pemberdayaan Anak Rawan adalah upaya untuk memampukan dan memandirikan kelompok anak yang mengalami ketimpangan baik itu secara sosial, ekonomi atau budaya agar mampu berpartisipasi aktif dalam segala aspek pembangunan. Secara konseptual, pemberdayaan anak rawan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.. Secara lebih luas, pemberdayaan anak rawan adalah upaya mengajak masyarakat untuk belajar dan berbuat bersama mencermati persoalanpersoalan kehidupan dan penghidupannya dalam rangka proses pencerdasan

16 generasi muda serta menumbuhkembangkan kemampuan masyarakat untuk memahami dan memecahkan berbagai persoalan kehidupannya secara kreatif. Pemberdayaan anak rawan tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi anak, tetapi juga harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan sebagai konsep sosial budaya yang implementatif dalam pembangunan yang berpusat pada masyarakat, tidak saja menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomi tetapi juga nilai tambah sosial dan budaya. Beberapa pandangan tentang pemberdayaan anak-anak, antara lain sebagai berikut (Ife, 1996:59): Struktural, pemberdayaan merupakan upaya pembebasan, transformasi struktural secara fundamental, dan eliminasi struktural atau sistem yang oppressive. Pluralis, pemberdayaan sebagai upaya meningkatkan daya sesorang atau sekelompok orang untuk dapat bersaing dengan kelompok lain dalam suatu rule of the game tertentu. Elitis, pemberdayaan sebagai upaya mempengaruhi elit, membentuk aliniasi dengan elit-elit tersebut, serta berusaha melakukan perubahan terhadap praktek-praktek dan struktur yang elitis.

17 Post-Strukturalis, pemberdayaan merupakan upaya mengubah diskursus serta menghargai subyektivitas dalam pemahaman realitas sosial. G. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif dengan studi pada Senyum Community guna memberi penjelasan komprehensif mengenai masalah sosial anak di wilayah yang terpilih (Yogyakarta). Penelitian ini berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai masalah sosial anak yang ada di Yogyakarta. Pembahasan yang dilakukan berusaha untuk menjawab Why and How. Teknik yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan penelaahan dokumen, yang bertujuan semaksimal mungkin memperoleh pandangan lengkap dan mendalam mengenai masalah sosial anak. Sumber informan pada anak rawan, tokoh komunitas dan anggota komunitas. Untuk menjelaskan masalah sosial anak maka digunakan teori sikap dari Mar at yang beranggapan bahwa tingkah laku sosial dapat dimengerti melalui pendekatan teori stimulus respon, artinya perilaku sosial dianalisis sebagai respon spesifik terhadap stimuli yang diberikan, didukung oleh hukuman dan penghargaan sesuai dengan reaksi yang terjadi. Artinya perilaku anak rawan sebagai perilaku sosial yang dipengaruhi oleh penghargaan maupun dukungan terhadap kegiatan komunitas. Konsep komunitas dari Ferdinan Tonny yang membagi komunitas pada 3 aspek yaitu seperasaan, sepenanggungan dan saling membutuhkan. Berdasarkan hal tersebut, komunitas Senyum Community dibentuk berdasarkan kebutuhan

18 masyarakat (fakta sosial) dan sebagai bentuk partisipasi aktif dan prakarsa komunitas terhadap penanganan permasalahan yang dihadapi anak. Selanjutnya komunitas peduli anak, dapat menjadi modal sosial yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan sosial yang dapat berfungsi sebagai gerakan yang dirancang untuk meningkatkan kehidupan seluruh elemen masyarakat. Metode penelitian dipergunakan peneliti guna memberikan kerangka kerja dalam memahami objek yang akan menjadi sasaran ilmu pengetahuan (Manasse Malo, Sri Tresnaningtyas Gulardi, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, Pusat Antar Ilmu-ilmu Sosial UI, 1986, hal. 89). Dalam penelitian ini metode yang digunakan ditunjukkan untuk mengetahui bagaimana strategi pemberdayaan anak rawan dalam komunitas sosial Senyum Community dalam mengentaskan permasalahan sosial anak. 1. SUMBER DATA PENELITIAN Sumber data penelitian ini ada 3 unsur, yaitu: Dokumentasi kegiatan selama observasi yang penulis lakukan langsung di lapangan yakni di dalam kegiatan pemberdayaan oleh komunitas Senyum Community Yogyakarta Sumber data yang kedua adalah narasumber yakni anak rawan yang diberdayakan Senyum Community, Dwi Wahyu Arif Nugroho selaku ketua komunitas serta orang-orang yang tergabung dan bertanggung jawab dalam kepengurusan Senyum Community Yogyakarta.

19 Literatur atau kepustakaan yang terkait secara keseluruhan beserta persoalannya maupun yang spesifik membahas tentang masalah sosial anak serta strategi pengentasan masalah tersebut. 2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA a. Observasi Observasi dilakukan mulai tanggal 8 Februari 2015 sampai dengan 28 Juni Cara melakukan pengamatan secara langsung di lapangan, akurat dan mencatat fenomena yang muncul terhadap keadaaan yang terjadi di lapangan atau melakukan pengamatan terhadap subyek-subyek tertentu. Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan dan amati selama penelitian. Pengamatan terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dilakukan dengan cara melihat, mendengarkan, merasakan yang kemudian dicatat seobyektif mungkin (W. Gulo, Metodologi Penelitian, 2002). Lokasi observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah basecamp Senyum Community yang terletak di Pogung Lor, Sinduadi, Yogyakarta. b. Interview/Wawancara Interview atau wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara mendalam mengenai bagaimana fenomena masalah sosial anak serta komunitas sebagai agen sosial menyusun strategi pemberdayaan dalam upaya pengentasan masalah sosial anak.

20 Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan informan. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam interaksi tatap muka. Wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif yang dimiliki oleh informan yang bersangkutan. Narasumber adalah anak rawan serta tokoh yang terlibat dan berpartisipasi dalam pemberdayaan tersebut. 3. TEKNIK ANALISIS DATA a. Reduksi Data Mengantisipasi data yang terlalu banyak saat dilapangan maka perlu pencatatan yang lebih teliti. Oleh sebab itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Di dalam mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya seperti indikator keberhasilan dari strategi pemberdayaan serta motif dan makna nilai di dalamnya. b. Display Data Setelah mereduksi data maka dilakukan display data atau penyajian data. Hal yang dilakukan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif ini adalah dengan teks yang bersifat naratif. Didalam display data dilakukan pemilahan data sesuai dengan karakteristiknya dan memilah data yang tidak diperlukan sehingga data lebih mudah untuk dipahami. Penyajian data dilakukan

21 dengan menuliskan atau mendeskripsikan hasil wawancara informan dan responden. Dalam hal ini anak sebagai subjek penelitian yaitu anak rawan menceritakan pengalaman yang dihadapinya dalam kehidupan sosial yang terkait masalah sosial anak serta tokoh yang berpartisipasi dalam pemberdayaan anak. c. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan adalah langkah akhir menyelesaikan penelitian ini.kesimpulan dalam penelitian ini berupa temuan baru hasil analisis penelitian juga opini atau tanggapan peneliti dari hasil penelitiannya di lapangan, yakni berupa potensi komunitas sosial tersebut serta hasil signifikan dari strategi pemberdayaan yang telah dijalankannya. 4. KESIMPULAN Kesimpulan dalam skripsi ini berupa tanggapan atau opini dari peneliti, yakni pengentasan masalah sosial anak melalui program pemberdayaan oleh Senyum Community mampu meningkatkan taraf hidup anak sebagai generasi muda penerus bangsa.

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pola Asuh Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (dalam Isni Agustiawati, 2014), kata pola berarti model,

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang fungsionalisme struktural dalam sosiologi (Sztompka, 2000;Tiryakin, 1991). Merton menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau

BAB III METODE PENELITIAN. lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti lakukan yaitu jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat penelitian penelitian lapangan

Lebih terperinci

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala holistic-kontekstual melalui

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala holistic-kontekstual melalui BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala holistic-kontekstual melalui pengumpulan data data dari latar alami dengan memanfaatkan nara sumber

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN MENYULAM PADA IBU-IBU DI DESA PABUARAN KECAMATAN SUKAMAKMUR KABUPATEN BOGOR

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN MENYULAM PADA IBU-IBU DI DESA PABUARAN KECAMATAN SUKAMAKMUR KABUPATEN BOGOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN MENYULAM PADA IBU-IBU DI DESA PABUARAN KECAMATAN SUKAMAKMUR KABUPATEN BOGOR Drs Sri Koeswantono W Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta Sri_kuswantono@unj.ac.id

Lebih terperinci

BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik

BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik Pokok Bahasan Pada umumnya, dalam dunia ilmu pengetahuan orang mencoba untuk melihat dan menjelaskan suatu fenomena sosial menggunakan alur dan logika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme 123 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme Generasi Muda dalam Era Otonomi Khusus Papua ini adalah metode kualitatif. Digunakannya

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

PEMBERDAYAAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PEMBERDAYAAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT History of em POWER ment Hubungan antara kekuasaan dan pemberdayaan Empowerment dikembangkan dari teori dasar kekuasaan (power) Empowerment merupakan pengembangan

Lebih terperinci

Tidak ada proses penelitian yang benar-benar memiliki fokus yang sama dengan penelitian kebijakan atau berorientasi tindakan

Tidak ada proses penelitian yang benar-benar memiliki fokus yang sama dengan penelitian kebijakan atau berorientasi tindakan Penelitian kebijakan sebuah usaha untuk mempelajari masalah-masalah sosial fundamental dan sebuah usaha untuk mengkreasi serangkaian tindakan pragmatis untuk mengurangi masalah-masalah. Tidak ada proses

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. 43 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2008) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri... (UURI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL A. FUNGSIONALISME STRUKTURAL Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan pembahasanya yang dikaitkan dengan teori, korelasi pembahasan penelitian dengan teori dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah investasi dan harapan masa depan bangsa serta sebagai penerus generasi di masa mendatang. Dalam siklus kehidupan, masa anakanak merupakan fase dimana

Lebih terperinci

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. STRUKTURAL FUNGSIONAL Untuk mendukung penelitian ini, peneliti mengkaji lebih lanjut dengan teori Struktural Fungsional.Dan berikut merupakan penjelasan teori struktural

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran resiliensi pada istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dengan menggunakan kajian fenomenologi

Lebih terperinci

13 PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK

13 PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK 13 PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK Oleh: Sella Khoirunnisa, Ishartono & Risna Resnawaty ABSTRAK Pendidikan pada dasarnya merupakan hak dari setiap anak tanpa terkecuali.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode berasal dari kata methodos, bahasa Latin, sedangkan methodos itu sendiri berasal dari akar kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Karakter merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan dalam jiwa individu. Proses pendidikan karakter dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain. Keluarga. dengan baik maka akan terjadi suatu ketimpangan antar anggota keluarga

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain. Keluarga. dengan baik maka akan terjadi suatu ketimpangan antar anggota keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dasar pembantu utama struktur sosial yang lebih luas, dengan pengertian bahwa lembaga-lembaga lainnya tergantung pada eksistensinya. Ciri utama lain

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup secara individual tanpa membutuhkan bantuan dari orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan (field research) adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. mengungkapkan fenomena atau peristiwa sosial tertentu dan pemahaman atau

METODE PENELITIAN. mengungkapkan fenomena atau peristiwa sosial tertentu dan pemahaman atau 78 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menjembatani antara dunia konseptual dengan dunia empirik. Suatu penelitian sosial diharapkan dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif ialah penelitian yang bermaksud untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti, maupun oleh para praktisi melalui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti, maupun oleh para praktisi melalui BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU BAITUS SALAM KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN

BAB I PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU BAITUS SALAM KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN 1 BAB I PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DAKWAH DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU BAITUS SALAM KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN 2012-2013 A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan tipe penelitian deskriptif denganpendekatan kualitatif.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan tipe penelitian deskriptif denganpendekatan kualitatif. 41 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian menggunakan tipe penelitian deskriptif denganpendekatan kualitatif. Metode deskriptif merupakan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi

BAB III METODE PENELITIAN. hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi 60 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pelaksanaan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif denganmetode studi kasus. Nasution (2003: 5) menyatakan bahwa: Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III RUMUSAN PENELITIAN. mengungkapkan sesuatu yang belum diketahui dengan metode sistematis dan terarah.

BAB III RUMUSAN PENELITIAN. mengungkapkan sesuatu yang belum diketahui dengan metode sistematis dan terarah. BAB III RUMUSAN PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pada dasarnya penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan sesuatu yang belum diketahui dengan metode sistematis dan terarah.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian berikut Menurut Semiawan (2010:1), pengertian metodologi adalah sebagai kata metode dan metodologi sering dicampur adukkan dan disamakan. Padahal keduanya

Lebih terperinci

BAB III. Metodelogi Penelitian

BAB III. Metodelogi Penelitian BAB III Metodelogi Penelitian 3.1. Paradigma Penelitian ini menggunakan paradigma Kontruktivisme. Menurut Bodgan dan Bikien 1, paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional Dalam Ritzer dan Goodman (2010) penekanan yang terjadi pada teori struktural fungsional bersumber pada bagaimana dalam perkembangan tersebut mencakup

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode berasal dari kata methodos, bahasa Latin, sedangkan methodos itu sendiri berasal dari akar kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari menemukan permasalahan, kemudian peneliti menjabarkan dalam suatu

BAB III METODE PENELITIAN. dari menemukan permasalahan, kemudian peneliti menjabarkan dalam suatu BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan keseluruhan proses berfikir yang dimulai dari menemukan permasalahan, kemudian peneliti menjabarkan dalam suatu kerangka tertentu, serta mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1. Sifat Penulisan Penulisan ini menggunakan pendekatan secara deskriptif kualitatif yang bertujan untuk mempelajari lebih dalam sebuah peristiwa secara komprehensif dan

Lebih terperinci

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian mengenai Proses Penyesuaian Diri di Lingkungan Sosial pada Remaja Putus Sekolah. Metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN 30 BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, Menurut Sugiyono (2010:14) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2010 hlm.6) : Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diuraikan secara aplikatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif,

BAB III METODE PENELITIAN. diuraikan secara aplikatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, 65 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan penjabaran metodologi yang diuraikan secara aplikatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu prosedur

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial MODUL PERKULIAHAN Sistem Sosial FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 2 Abstract Dalam pokok bahasan ini adalah memperkenalkan

Lebih terperinci

pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. 2

pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe dari penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu

Lebih terperinci

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 1 Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) merupakan konsep yang berkembang sebagai tandingan (opponent) terhadap konsep negarakesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi yang mempengaruhi semua tingkatan kehidupan. Fakta menunjukkan bahwa kebanyakan diantara kita menjalani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting karena salah satu upaya yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi objek, sasaran suatu ilmu yang sedang diselidiki.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Sebuah penelitian harus menggunakan suatu paradigma. Banyak sekali definisi mengenai paradigma itu sendiri. Dibawah ini definisi mengenai paradigm

Lebih terperinci

BAB V. PENUTUP. memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak

BAB V. PENUTUP. memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan Sebagian besar hak-hak anak dalam kelima keluarga dalam penelitian ini memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak untuk hidup dan hak anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan pada akhirnya informasi yang disampaikan oleh media, harus dipahami dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan pada akhirnya informasi yang disampaikan oleh media, harus dipahami dalam 34 3.1 Paradigma penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana pandangan tertentu bagaimana media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilandasi oleh tujuan untuk penciptaan keadilan dan kemampuan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilandasi oleh tujuan untuk penciptaan keadilan dan kemampuan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasionalnya selalu dilandasi oleh tujuan untuk penciptaan keadilan dan kemampuan bagi seluruh rakyat. Penciptaan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model model tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model model tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma. 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Secara umum kita dapat melihat bahwa pada saat ini kondisi rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Secara umum kita dapat melihat bahwa pada saat ini kondisi rakyat yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum kita dapat melihat bahwa pada saat ini kondisi rakyat yang sedang dihadapkan pada berbagai masalah persoalan yang berantai, seolah tidak diketahui pangkal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Konstruksi Sosial Masyarakat terhadap Sungai ( Studi Fenomenologi mengenai Konstruksi Sosial Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat sebagaimana yang dikutip oleh Adon Nasrulloh 2 memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat sebagaimana yang dikutip oleh Adon Nasrulloh 2 memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Desa merupakan kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga, yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa). 1 Koentjaraningrat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah serangkaian keyakinan dasar yang membimbing tindakan. 1 Paradigma dalam penelitian ini adalah konstruktivisme. Menurut Guba dan Lincoln realitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. research) dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian

BAB II METODE PENELITIAN. research) dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Interaksi sosial orang dengan HIV/AIDS dalam pemudaran stigma diteliti dengan pendeketan kualitatif. Pendeketan ini dipilih karena aspek interaksi dalam

Lebih terperinci

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak P A R A D I G M A (Penelitian Sosial) I Paradigma Merton universalisme, komunalisme, pasang jarak/ tanpa keterlibatan emosional, skeptisisme

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian. 68 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi, dalam pengertian luas mengacu kepada pengertian yang menyangkut proses, prinsip dan prosedur yang dipergunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawabannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Karena manusia menjalankan

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran C. Sosiologi Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

Lebih terperinci

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu

Lebih terperinci

commit to user BAB III METODE PENELITIAN

commit to user BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini masuk ke dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris. (Masyhuri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Kulango Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah pelaporan Corporate Social

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah pelaporan Corporate Social BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) sehubungan dengan fenomena yang peneliti temui yaitu terdapat perbedaaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2012:2) Metodologi merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam suatu penelitian, metode digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Sosial Secara umum, pengertian lembaga sosial adalah suatu sistem norma untuk mencapai tujuan tertentu yang oleh masyarakat dianggap penting. Sistem norma itu mencakup

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 49 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian mengenai kajian metodologi pada Strategi Media Relations PT. Televisi Transformasi Indonesia dalam Brand Positioning

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif, BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode untuk penyusunan perencanaan partisipatif berbasis kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif, yaitu suatu metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi salah satu ruang penting penunjang terjadinya interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi salah satu ruang penting penunjang terjadinya interaksi sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai individu yang berinteraksi dengan individu lain tentu memerlukan ruang, khususnya dalam menjalin relasi sosial, dan lingkungan masyarakat menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Berdasarkan penelusuran penulis, penelitian tentang kumpulan cerpen Lupa Endonesa karya Sujiwo Tejo dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Creswell (2008, hlm 53) menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif paling cocok dilakukan terhadap

Lebih terperinci

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF NUR ENDAH JANUARTI, MA TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa mampu memahami masalah sosial budaya dalam berbagai perspektif Mahasiswa mampu menganalisa

Lebih terperinci

MASALAH SOSIAL. Dosen Pembimbing: Drs. Suwito Hadi

MASALAH SOSIAL. Dosen Pembimbing: Drs. Suwito Hadi MASALAH SOSIAL Dosen Pembimbing: Drs. Suwito Hadi Nama Anggota: Devi Nilam Sari ( 1004103 ) Dia Ayu Perwita Sari ( 1004104 ) Eka Rochmawati ( 1004105 ) Ery Makrosatul Azizah ( 1004106 ) Feni Puspa Aprilia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai kota metropolitan, menjadikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan kaum urban untuk bermukim. Richard L Forstall (dalam Ismawan 2008) menempatkan Jakarta di urutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriktif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriktif 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriktif kualitatif karena berusaha menjelaskan bagaimana peran keberartian dan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Teknik Vektor Sebagai Upaya Melestarikan Budaya Lokal Kediri.

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Teknik Vektor Sebagai Upaya Melestarikan Budaya Lokal Kediri. BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Dalam pembahasan bab tiga ini difokuskan kepada metode dalam membuat buku ilustrasi sebagai perancangan karya, serta data observasi sebagai data dan teknik pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini adalah penelitian pendidikan, maka metode penelitian pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, yaitu ingin mengetahui strategi humas Departemen Agama dalam mengkampanyekan penyelenggaraan ibadah haji untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah data berhasil diuji dengan teknik korelasi tiga variabel yang

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah data berhasil diuji dengan teknik korelasi tiga variabel yang 74 BAB IV ANALISIS DATA A. Korelasi antara tiga variabel yaitu Pembangunan Jalan Tol, Kehidupan Sosial dan Pemerintah Kelurahan Setelah data berhasil diuji dengan teknik korelasi tiga variabel yang disebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengembangkan atau memvaliditasi produk-produk yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengembangkan atau memvaliditasi produk-produk yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sugiyono dalam bukunya metode kuantitatif kualitatif dan R & D, menyatakan bahwa penelitian merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Metode Penelitian Kualitatif karya Lexy J. Moleong,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian yang penulis lakukan pada panti rehabilitasi cacat mental dan sakit jiwa Nurussalam Sayung Demak menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu :

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peranan metode sangat penting dalam suatu penelitian. Berkaitan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peranan metode sangat penting dalam suatu penelitian. Berkaitan dengan 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Peranan metode sangat penting dalam suatu penelitian. Berkaitan dengan metode penelitian, Surakhmad (1994:131) mengemukakan bahwa "metode adalah merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan melalui BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan melalui pendidikan

Lebih terperinci