PENERAPAN TIGA PILAR CREDIT UNION MELALUI HABITUASI DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER ANGGOTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN TIGA PILAR CREDIT UNION MELALUI HABITUASI DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER ANGGOTA"

Transkripsi

1 177 PENERAPAN TIGA PILAR CREDIT UNION MELALUI HABITUASI DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER ANGGOTA Hein Wangania Fakultas Hukum Universitas Trisakti Abstrak: Ala bisa karena biasa dan practise makes perfect merupakan dua ungkapan dari dua bahasa yang berbeda tetapi memiliki nuansa makna yang mirip. Keduanya memiliki paradigma bahwa suatu tindakan akan teraplikasikan dengan baik ketika tindakan itu dijadikan suatu kebiasaan. Dalam kesadaran diri, manusia dihadapkan pada dua sisi yang saling bertolak belakang, yakni mengenal kekuatan yang dimiliki dan pengetahuan kelemahan yang ada pada diri. Di antara keduanya terhadap suatu sinergi, yang apabila suatu pribadi dapat menggunakannya secara proporsional dan optimal, maka puncak keberhasilan pribadi akan mungkin dapat dicapai. Untuk menumbuhkan kesadaran diri diperlukan pembentukan karakter yang dimulai dari adanya nilai yang diserap dari berbagai sumber, kemudian nilai tersebut membentuk pola pikir seseorang secara keseluruhan keluar dalam bentuk rumusan visi.visi turun ke wilayah hati dan membentuk suasana jiwa, yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk mentalisasi, mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap. Credit Union dalam membangun karakter anggotanya terwujud dari pembiasaan (habituasi) penerapan tiga pilar yang dimiliki credit union sehingga anggota menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan bisa melakukan (psikomotor). Swadaya, Solidaritas dan Pendidikan adalah tiga pilar yang merupakan kunci keberhasilan Credit Union dalam membangun karakter anggota Kata Kunci: habituasi, credit union, karakter Pilihan menabung saat ini sangat banyak, tidak hanya pada lembaga Perbankan, tetapi dapat juga dilakukan melalui lembaga non perbankkan salah satunya Credit Union. di Indonesia Credit Union adalah salah satu lembaga pembiayaan masyarakat Non Bank.Credit Union diambil dari kata credere yang artiya percaya dan union berarti kumpulan, memiliki makna sebagai kumpulan orang yang saling percaya, dalam suatu ikatan pemersatu yang sepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota dengan tujuan produktif dan kesejahteraan. Pembagunan koperasi identik dengan mengatasi kemiskinan. Menurut Bung Hatta, yang berazaskan pasal33 UUD 1945 merupakan satu-satunya jalan untuk mendekatkan jurang perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin (Mubyarto 2003:10). Dalam perkembangannya, dasar hukum yang digunakan dalam njalankan Credit Union adalah Pasal 33 UUD 1945, UU Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. Namun demikian, sesungguhnya CU tidaklah identik dengan koperasi simpan pinjam atau koperasi pada umumnya. Credit Union memiliki prinsip-prinsip, yakni sebagai berikut :1). Swadaya, 2). Setia kawan dan 3). Pendidikan dan penyadaran. Dalam perjalanannya selama ini, Credit Union sebagai salah satu badan usaha, tunduk pada ketentuan Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. Hadirnya lembaga Credit Union ditengah masyarakat ekonomi kelas bawah memberi alternatif pilihan bagi mereka yang kekurangan modal dan bermasalah dalam pembiayaan Manfaat CU bagi anggota adalah mengubah pola pikir. Maksudnya, dari yang terbiasa instan, langsung memanfaatkan uang saat mendapat pinjaman, menjadi menciptakan modal dahulu dengan menabung secara rutin. Jika telah tercipta modal atau tabungan, baru memanfaatkan atau meminjam. Selain itu, CU juga dapat mengubah kebiasaan seseorang dari tidak biasa menabung menjadi biasa menabung. Anggota CU selalu 177

2 178 Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, Volume 8, Nomor 2, September 2017, hlm mempunyai uang dalam bentuk tabungan yang terus meningkat, dan selalu bisa memanfaatkan tabungan untuk meningkatkan jumlah untuk menciptakan aset. Namun fenomena yang ada tidak semua anggota CU tersebut setia pada pilar, prinsip-prinsip, dan nilainilai dasar pengelolaan CU. Sebagai akibatnya gagal keberpihakannya pada kepentingan anggota dan masyarakat demikian juga aspek keberlanjutannya. Oleh karena itu sekiranya perlu dilalakukan pembiasaan (habituasi) penerapan tiga pilar dalam membangun karakter anggota sehingga CU keberlanjutannya dapat dijalankan dengan baik. Melalui pendekatan pembiasaan tersebut, penerapan tiga pilar credit union kepada anggota menjadi sebuah jalan keluar bagi proses perbaikan keberlanjutan credit union. Fenomena yang ada menjadi alasan logis jika penerapan tiga pilar credit union melalui habituasi untuk digalakkan. CREDIT UNION Banyak orang berpendapat bahwa Credit Union adalah lembaga keuangan seperti layaknya lembaga keuangan lain. Credit Union (CU) berbeda dengan lembaga keuangan lain. Credit Union berasal dari kata bahasa Latin: Credere yang artinya percaya, dan Union yang artinya perkumpulan. Dengan demikian Credit Union diartikan sebagai kumpulan orang-orang yang saling percaya dalam suatu ikatan pemersatu yang sepakat untuk menabungkan uang, menciptakan modal bersama, untuk dipergunakan (dalam bentuk pinjaman) diantara sesama anggota untuk tujuan yang produktif dan kesejahteraan bersama. Credit Union juga dapat diartikan sebuah perkumpulan masyarakat yang saling percaya dan bersepakat membantu sesama anggotanya untuk menolong dirinya sendiri dengan cara menabung dan meminjamkan hasil tabungannya kepada sesama anggotanya atas dasar saling percaya untuk kesejahteraan bersama. Dalam hal ini, Credit Union bukan tempat untuk memberikan sumbangan dan bukan tempat untuk mendapatkan sumbangan. Melainkan untuk saling membantu melalui penciptaan modal secara demokratis yang sesuai kemampuan sendiri. Secara demokratis artinya gerakan kebersamaan dari anggota oleh anggota dan untuk anggota. Sesuai Kemampuan sendiri artinya memiliki kemandirian dan tidak menggantungkan sumbangan kepada pihak lain. Menciptakan modal dari anggota dan meminjamkan kembali 70% hingga 80% dari modal yang tekumpul kepada anggotanya adalah ciri khas Credit Union. Sebutan Credit Union di berbagai tempat: 1) Di negara-negara Afrika, Credit Union dikenal dengan Savings And Credit Cooperative Organizations (SACCOs), yang menekankan pentingnya menabung sebelum meminjam. 2) Di negara-negara berbahasa Spanyol, Credit Union disebut dengan Cooperativas De Ahorro y Crédito, 3) Di Meksiko, negara yang juga berbahasa Spanyol, Credit Union lebih dikenal dengan nama Caja popular. 4) Sementara itu, dalam bahasa Prancis, Credit Union dikenal dengan Caisse Populaire dan Banque Populaire. 5) Di Afganistan, Credit Union disebut Islamic Investment and Finance Cooperatives (IIFCs) yang sejalan dengan praktik perbankan Islam (syariah). World Council of Credit Unions WOCCU merumuskannya sebagai berikut:...member-owned not-for-profit financial cooperatives that provide savings, credit and other financial services to their members. Credit Union membership is based on a common bond, a linkage shared by savers and borrowers who belong to a specific community, organization, religion or place of employment. Credit Unions pool their members savings deposits and shares to finance their own loan portfolios rather than they rely on outside capital. Members benefit from higher returns on savings, lower rates on loans and fewer fees on average. [...koperasi jasa keuangan bertujuan tidak mencari keuntungan, kepemilikannnya dimiliki anggota, menyelenggarakan tabungan, pinjaman dan pelayanan keuangan lainnya kepada para anggotanya. Keanggotaan Credit Union berdasarkan pada ikatan kebersamaan, merupakan sebuah pertalian hubungan antara penabung dan peminjam yang sama-sama menjadi anggota komunitas organisasi, lembaga keagamaan atau kesatuan tempat kerja tertentu. Credit Union mengumpulkan simpanan tabungan dan saham para Anggotanya untuk mendanai pinjamannya daripada menggantungkan diri pada sumber keuangan dari luar. Anggota mendapat keuntungan sebagai pemilik Credit Union dari balas jasa simpanan yang tinggi, balas jasa pinjaman yang lebih rendah dan dengan rerata biaya yang lebih sedikit ]

3 179 Kekuatan Credit Unión terekspresi dari kesetiaan anggota menjadi penabung dan peminjam yang baik. Transaksi simpan pinjam yang ada mengacu pada Strtuktur Keuangan Credit Union yang efektif. Dewasa ini CU disebut sebagai roh penggerak ekonomi masyarakat kecil. Pendapat ini didasarkan empat alasan, sebagaimana ditandaskan oleh Dr. Amu Lanu A, Lingu, SE, MSi, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Palangkaraya, yang telah cukup lama juga menjadi aktivis dan penggiat CU: pertama, CU sebagai organisasi unit ekonomi finansial berbasis masyarakat, yang bermanfaat bagi masyarakat luas sebagai sarana proses pembelajaran; kedua, CU sebagai kumpulan orang yang memahami makna berdemokrasi ekonomi, yaitu mengangkat harkat dan martabat manusia dengan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial; ketiga CU dapat pula menjadi pusat/objek studi ilmiah terhadap berbagai aspek manajemen, akuntansi, ekonomi, teknologi informasi, sosial, psikologi, pemerintahan dan keagamaan;dan keempat, posisi organisasi CU sekunder maupun CU primer mampu memberikan kepuasan kepada anggota. Dengan demikian CU bukan lagi hanya sebagai bagian hidup dari masyarakat kecil di perkotaan maupun pedesaan, namun mampu menjadi motor penggerak roda perekonomian mereka-mereka yang selama ini termarjinalkan. Credit Union (CU) memiliki karakteristik dasar seperti koperasi dengan beberapa perbedaan dalam tata kelolanya. Dalam perkembangannya, Credit Union memiliki peranan yang sangat signifikan dalam memperkuat dan mewujudkan cita-cita gerakan Koperasi yaitu meningkatkan kesejahteraan serta memenuhi aspirasi dan kebutuhan anggotanya. Kehadiran koperasi - Credit Union di tengah masyarakat turut meningkatkan mutu kehidupan masyarakat (kemandirian) lewat pendidikan yang rutin dilakukan CU terutama terhadap para anggota maupun masyarakat sekitarnya. Demikian juga solidaritas gerakan Credit Union akan semakin memperkokoh kemandirian bangsa seperti yang dicita-citakan para pendiri bangsa. Nilai-Nilai Credit Union: 1) Menolong diri sendiri 2) Bertanggung jawab kepada diri sendiri 3) Demokrasi 4) Kesetaraan 5) Keadilan 6) Swadaya 7) Solidaritas Prinsip-Prinsip Credit Union. Ada 9 prinsip yang dirumuskan dan disepakati dalam Forum Credit Union yaitu: 1) Keanggotaan yang terbuka dan sukarela, bagi semua orang yang bersedia menerima tanggung jawab keanggotannya tanpa membedakan jenis kelamin, ras, politik, maupun agama 2) Dikontrol secara demokratis oleh anggota, yang mempunyai hak yang sama (satu anggota satu suara) dan berperan dalam pengambilan keputusan tanpa dipengaruhi jumlah sahamnya. 3) Tidak dikriminatif, karena credit union tidak membedakan anggota dari suku, kebangsaan, jenis kelamin, agama, maupun politik 4) Pelayanan kepada anggota, ditujukan untuk meningkatkan ekonom seluruh anggotanya dengan mempertahankan azas dari, oleh, dan untuk anggota. 5) Distribusi kepada anggota, mendorong sikap hemat dengan cara menabung dan penyediaan pinjaman serta pelayanan lainnya. Surplus yang diperoleh dibagikan kepada seluruh anggota sebanding dengan transaksinya sebagai balas jasa saham dan balas jasa pinjaman. Balas jasa yang diberikan kepada anggota harus sebanding dengan besarnya modal saham yang dimilikinya dan partisipasinya dalam mengembangkan usaha credit union. 6) Membangun stabilitas keuangan, untuk membangun kekuatan financial, termasuk pembentukan cadangan yang memadai dan internal control yang memastikan pelayanan yang berkesinambungan kepada seluruh anggota 7) Pendidikan yang terus menerus bagi seluruh anggota, pengurus, pengawas dan manajemen serta masyarakat luas tentang ekonomi, social, dan demokrasi dan prinsip kerja sama dan saling membantu dalam credit union, termasuk pengelolaan keuangan, hidup hemat, dan penggunaan pinjaman secara bijaksana. 8) Kerjasama antar lembaga pada tingkat lokal, nasional, dan internasional dalam rangka memberikan pelayanan terbaik kepada anggota 9) Tanggung Jawab Sosial dalam menjunjung pembangunan manusia dan hubungan sosialnya. Ada empat perspektif credit union yang terus dikembangkan oleh cu diseluruh dunia 1) Perspektif Keuangan, CU menjanjikan kesejahteraan dalam hal keuangan kepada anggotanya asalkan tetap setia dalam menabung untuk masa

4 180 Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, Volume 8, Nomor 2, September 2017, hlm depan. Dana anggota akan terus bertambah apabila anggota saling percaya, karena dalam pelayanannya credit union mengutamakan kepuasan anggotanya 2) Perspektif anggota, CU adalah kumpulan orang yang saling percaya, sehingga bila CU makin kuat dan semakin banyak orang terlibat serta percaya,maka pelayanan dapat terus ditingkatkan 3) Perspektif Internal Bisnis, CU berbisnis bersama seluruh anggotanya demi mewujudkan impian bersama untuk membangun kesejahteraan dengan system perbankan, namun tetap berbasis kepada anggotanya 4) Perpektif Pendidikan dan Pembelajaran yang diberikan secara terus menerus kepada pengurus, pengawas, manajemen dan anggota menjadi sarana untuk melahirkan pribadi-pribadi kompeten untuk mengurus lembaga keuangan miliknya. Tiga Pilar Credit Union 1) Swadaya, dengan menumbuhkan kesadaran tentang makna swadaya yang bersifat mandiri dan berdaulat, sehingga Credit Union tidak menerima penyertaan modal dari luar 2) Solidaritas, dengan meningkatkan semangat solidaritas untuk memperkuat kebersamaan diantara anggota. 3) Pendidikan, melaksanakan pendidikan terus menerus kepada anggota baru maupun penyegaran kepada anggota lama. HABITUASI Habituasi merupakan suatu kondisi dimana seseorang sudah terbiasa terhadap suatu stimulus sehingga secara bertahap menjadi kurang memberikan perhatian pada stimulus tersebut. Faktor yang berperan dalam menentukan habituasi adalah stabilitas dan keakraban terhadap stimulus yang ada. Namun jika stimulus tersebut muncul atau terjadi suatu perbedaan maka perhatian seseorang akan terfokus kembali terhadap stimulus tersebut walaupun tidak terjadi sepenuhnya. Proses terjadinya suatu perubahan di dalam stimulus yang dikenal kemudian mendorong sesorang kembali untuk memberikan perhatian terhadap stimulus itu lagi disebut dishabituasi. Sebenarnya proses habitiasi dan dishabituasi merupakan proses yang terjadi secara otomatis. Walaupun habituasi terjadi secara otomatis dan memerlukan kontrol alam-sadar, namun seseorang tersebut tidak berlangsung di dalam otak melainkan pada alat indera. Proses seperti ini dikenal dengan adaptasi indera. Menurut Ibrahim Alfikiy, kebiasaan adalah pikiran yang diciptakan seseorang dalam benaknya, kemudian dihubungkan dengan perasaan dan diulang-ulang hingga akal meyakininya sebagai bagian dari perilakunya. Hukum pembiasaan itu terdiri dari enam tahapan, yakni (1) berpikir, (2) perekaman, (3) pengulangan, (4) penyimpanan, (5) pengulangan dan (6) kebiasaan. Berpikir maksudnya yaitu, seseorang memikirkan dan mengetahui nilai-nilai yang diberikan, lalu memberi perhatian, dan berkonsentrasi pada nilai tersebut. Perekaman, yakni setelah nilai-nilai diterima, otaknya merekam. Otaknya kemudian membuka file yang sejenis dengan pikiran itu dan menghubungkan dengan pikiran-pikiran lain, yang sejenis atau yang dinilai bermanfaat baginya. Pengulangan, yakni seseorang memutuskan untuk mengulangi nilai-nilai yang baik itu dengan perasaan yang sama. Penyimpanan, yaitu perekaman dilakukan berkali-kali terhadap prilaku nilai-nilai yang masuk tadi, pikiran menjadi semakin kuat. Akal menyimpannya dalam polder dan menghadirkan ke hadapan anda setiap kali anda menghadapi kondisi serupa. Melepaskan diri dari perilaku semacam itu akan semakin sulit karena pikiran itu sudah tersimpan di dalam polder akal bawah sadarnya. Pengulangan, yakni seseorang mengulang kembali perilaku nilainilai yang baik yang tersimpan kuat di dalam akal bawah sadarnya. Ia dapat merasakan bahwa dirinya telah mengulangi perilaku itu atau terjadi begitu saja di luar kemauannya. Setiap kali memori yang tersimpan di akal bawah sadar itu diulang, ia semakin kuat dan menancap serta berurat berkar dalam jiwa. Dan kebiasaan menjadi karakter. Karena pengulangan nilai-nilai yang baik yang berkelanjutan dan tahapantahapan di atas yang dilalui, akal manusia meyakini bahwa kebiasaan ini merupakan bagian terpenting dari perilaku. Maka, ia memperlakukannya seperti bernapas, makan, minum, atau kebiasaan lain yang mengakar kuat. Jika sudah begitu, orang tidak dapat mengubahnya dengan hanya berpikir untuk mengubah, kemauan keras, atau dengan sesuatu yang berasal dari dunia luar semata. Melalui pendekatan pembiasaan tersebut, penerapan tiga pilar credit union kepada anggota menjadi sebuah jalan keluar bagi proses perbaikan keberlanjutan credit union. Fenomena yang ada menjadi alasan logis jika penerapan tiga pilar credit union melalui habituasi untuk digalakkan. Pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan penerapan tiga pilar credit union melalui pembiasaan dapat dilakukan melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, kegiatan pemberian keteladanan dan kegiatan terprogram.

5 181 KARAKTER Karakter berasal dari bahasa latin kharakter, kharassein, kharax, dalam bahasa Inggris character dan Indonesia karakter, berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus poerwodarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter merupakan nama lain dari sejumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan pola-pola pemikiran. Menurut Majid (2011:12), karakter adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya. Karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan dan Bohlin (dalam Majid, 2011:11) mengandung tiga unsur pokok yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Individu yang berkarakter baik adalah individu yang membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Anggota CU sebagai individu yang berkarakter, yang memutuskan menjadi sebagai anggota CU maka siap mempertanggungjawabkan untuk menjadi anggota yang baik dengan mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan dan melakukan kebaikan. Penerapan Tiga Pilar Credit Union melalui Habituasi dalam pembangunan Karakter Anggota Filosofi dasar Kopdit/CU adalah membantu diri sendiri dan sesama (self help and others) dan di Indonesia memiliki tiga pilar dalam mengembangkan Kopdit/CU yaitu Pendidikan, Solidaritas, dan Swadaya. Ketiga pilar ini harus dijalankan secara konsisten. Barang siapa yang tidak menjalankan ketiga pilar tersebut akan mengalami kendala dan masalah yang lebih besar dan kompleks dibandingkan dengan mereka yang menjalankan. Ketiga pilar ini merupakan suatu yang menjadi ciri khas dan sekaligus perbedaan kopdit/cu dengan koperasi yang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, Pendidikan, Solidaritas, dan Swadaya adalah tiga pilar yang merupakan kunci keberhasilan Credit Union dalam membangun karakter anggota. Pilar Pendidikan/pelatihan. Ada motto atau slogan dalam Gerakan CU yang digunakan oleh para insan CU yaitu CU, yaitu dimulai dengan pendidikan, dikembangkan dengan pendidikan, dan dikontrol dan diawasi dengan pendidikan. Atas dasar itu maka setiap anggota CU wajib mengikuti pendidikan dasar-dasar CU sebelum mendapat pelayanan pinjaman dari CU. Manfaat yang diperoleh anggota CU dari pelatihan dasar-dasar CU yaitu mendapat pencerahan yang mendalam tentang hak dan kewajiban anggota, memperoleh dan merubah pola pikir tentang penggunaan uang secara bijaksana, memperoleh pengetahuan tentang menata ekonomi yang lebih baik dengan merencanakan investasi masa depan keluarga anggota lewat kegiatan menabung pada CU, mendapat pencerahan tentang hak-hak dasar manusia antara lain; kebebasan berpendapat, kebebasan memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak, kebebasan untuk memperoleh perlindungan hukum, dan lain sebagainya. Dengan memperoleh kecerdasan lewat pelatihan, anggota lebih mudah untuk mengembangkan usaha sehingga meningkatkan kesejahteraan. Sehubungan peran pendidikan ini sangat penting untuk keberlanjutan usaha maupun untuk persiapan proses regenerasi baik pada ranah manajemen (Staf dan Karyawan) maupun ranah organisasi (Pengurus dan Pengawas). Credit Union memberikan pendidikan untuk menyadarkan atau membebaskan Anggota dari kesulitan ekonomi, agar anggota memiliki pola pikir positif dalam mengelola keuangan untuk meningkatkan harkat hidup. Dengan Pendidikan Anggota dapat mengerti peran serta, hak dan kewajiban, lebih rasional dan bijaksana dalam mengatur keuangan, mengetahui kondisi keuangan, dan mengetahui perkembangan organisasi. Credit Union mengenal motto dimulai dengan pendidikan, berkembang melalui pendidikan, dikontrol oleh pendidikan dan bergantung kepada pendidikan. Pemberdayaan anggota CU didorong dengan berbagai program pendidikan yang sekaligus kekhasan yang membedakan Credit Union dengan lembaga keuangan lain. Program pendidikan juga ditujukan untuk mendorong kemandirian anggota. Program pendidikan tersebut tidak saja berkaitan mengadministrasikan transaksi keuangan tetapi juga bagaimana anggota CU dapat mengidentifikasi potensi-potensi yang mereka miliki. Selanjutnya anggota CU mampu memanfaatkan potensinya untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui berbagai usaha-usaha produktif yang dipilihnya. Di dalam program pendidikan ini diberikan berbagai macam pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi pengembangan diri. Beberapa hal yang diberikan antara lain berkaitan dengan pola pikir dan olah kepribadian. Dengan pendidikan ini diharapkan para anggota dapat berkembang bukan hanya dari sisi finansial, tetapi juga cara berfikir, kepribadian, sosial bahkan iman. Pada akhirnya melalui habituasi penerapan pilar CU maka terwujudlah pembangunan karakter bagi anggota CU yang tercermin dari pola pikir dan kepribadian, sosial dan bahkan imannya.

6 182 Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, Volume 8, Nomor 2, September 2017, hlm Pilar solidaritas/setia kawan. karena credit union tidak sekedar menghimpun simpanan dan memberikan pinjaman kepada anggotanya, namun yang paling utama adalah bagaimana setiap anggota credit union memperhatikan kepentingan bersama daripada kepentingan diri sendiri dan saling melayani. Hal ini secara nyata diwujudkan anggota credit union yang menyimpan/menabung secara teratur, dan mengangsur pinjamannya secara tertib sehingga anggota-anggota lain juga memperoleh bantuan (pinjaman) bila membutuhkan. Anda Sulit Saya Bantu, Saya Sulit Anda Bantu Dengan memahami arti pentingnya solidaritas/ setiakawan antara sesama anggota CU serta masyarakat sekitarnya maka usaha CU senantiasa berjalan lancar karena setiap anggota paham bahwa pinjaman yang mereka peroleh dari CU adalah milik bersama dari anggota-anggota lain, karena itu mereka harus paham bahwa anggota-anggota CU yang lain akan membutuhkan pinjaman. Karena itu, pinjaman yang diperoleh harus dikembalikan sesuai dengan perjanjian dan kesepakatan yang diatur oleh manajemen CU. Demikian juga pelayanan Dana Perlindungan Bersama, hal ini merupakan perwujudnyataan dari rasa solidaritas/setiakawan karena mereka atau anggota yang mendapat musibah kematian akan memperoleh perlindungan berupa membebaskan sisa pinjaman pada CU dan ahli waris mendapat santunan kematian dari program Daperma yang dikelola oleh Inkopdit. Selanjutnya Kopdit memberikan Iuran Solidaritas kepada Puskopdit (sekunder) merupakan wujud solidaritas, karena dengan dana tersebut pengurus dan manajemen Puskopdit dapat memberikan pendidikan dan pelatihan serta pendampingan serta konsultasi kepada organisasi CU primer. Dana Solidaritas juga digunakan untuk bantuan penguatan manajemen bagi CU-CU yang lemah atau mengalami masalah akibat operasional atau kesalahan manajemen. Prinsipnya Iuran Solidaritas yang diterima baik oleh Puskopdit maupun Inkopdit harus dapat dipastikan kembali untuk melayani anggota bukan untuk kepentingan Pengurus atau manajemen sekunder. Dengan penerapan pilar CU solidaritas melalui pembiasaan (habituasi) dalam pengelolaan CU maka pembangunan karakter anggota dapat terwujud, hal tersebut terlihat dari prilaku dan sikap anggota yang sangat memperhatikan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi dan disiplin serta jujur dalam partisipasi sebagai anggota CU. Pilar Swadaya/Mandiri. Pilar swadaya atau mandiri merupakan sasaran CU di mana, baik anggota perorangan maupun lembaganya harus diarahkan untuk berswadaya, yaitu berusaha untuk menggunakan kekuatan sendiri dan hindari menjadi benalu atau parasit pada pihak lain karena credit union sedapat mungkin membiayai dirinya sendiri. Agar hal tersebut dapat terwujud para anggota harus berusaha agar lembaganya semakin besar dan sehat. Caranya adalah menabung ke credit union secara teratur dan sebanyak banyaknya serta menghindari agar tidak menabung ke lembaga keuangan lain. Mengapa begitu? Karena credit union adalah milik anggota sendiri, sedangkan di lembaga keuangan lain pemiliknya adalah sebagian orang, sedangkan penabung hanya sebagai nasabah. Dengan memiliki keswadayaan, akan bangkit kepercayaan diri dan kemampuan untuk membangun dirinya sendiri dan juga membantu sesama. Hal ini dapat diwujudnyatakan dalam hal penghimpunan dana atau simpanan sebagai modal CU diutamakan dari kekuatan anggota sendiri, jika masih kurang baru kita dapat mencari dana dari lembaga lain yang memiliki posisi seimbang dan bukan karena pengasihan atau dipaksakan karena hubungan atas dan bawah. Jika hal ini dapat dijalankan oleh CU secara konsisten, maka akan tampak bahwa CU memiliki otonomi dan kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dalam demokrasi ekonomi yang tidak perlu ada campur tangan dari pihak lain. Dengan penerapan tiga pilar tersebut melalui habituasi diharapkan pembangunan karakter anggota CU dapat terwujud sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota dan semakin banyak masyarakat yang mendapat pelayanan sehingga efek domino dengan keberadaan CU terutama di daerah pedesaan sangat dirasakan. SIMPULAN Habituasi adalah pikiran yang diciptakan seseorang dalam benaknya, kemudian dihubungkan dengan perasaan dan diulang-ulang hingga akal meyakininya sebagai bagian dari perilakunya. Hukum pembiasaan itu terdiri dari enam tahapan, yakni (1) berpikir, (2) perekaman, (3) pengulangan, (4) penyimpanan, (5) pengulangan dan (6) kebiasaan. Menurut Majid (2011:12), karakter adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya. Karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan dan Bohlin (dalam Majid, 2011:11) mengandung tiga unsur pokok yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Dengan demikian, Pendidikan, Solidaritas, dan Swadaya adalah tiga pilar yang merupakan kunci keberhasilan Credit Union dalam membangun karakter anggota. Penerapan tiga pilar credit union melalui

7 183 pendekatan pembiasaan (Habituasi) tersebut dalam pembanguan karakter anggota menjadi sebuah jalan keluar bagi proses perbaikan keberlanjutn credit union. DAFTAR PUSTAKA Elfiky, Ibrahim Terapi Berpikir Positif. terj. Khalifurrahman Fath dan M. Taufik Damas. cet. ke-13, Jakarta: Zaman. Kertajaya H Pendidikan Karakter: Jakarta: Gramedia Kusumajati, Titus Odong Credit Union: Sebuah Lembaga Keuangan Mikro Berbasis Anggota yang Mendorong Kemandirian, Seminar Mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro untuk Kemandirian Melalui Gerakan Credit Union, PPM Universitas Sanata Dharma, 18 Juli Majid, A dan Andayani, D Karakter Bangsa Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya..

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan Credit Union pertama kali dirintis oleh Friedrich

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan Credit Union pertama kali dirintis oleh Friedrich BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan Credit Union pertama kali dirintis oleh Friedrich Wilhelm Raiffeisen (1818-1888) di Jerman kemudian mengalami perkembangan pesat sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.LatarBelakang. Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan sifat kekeluargaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.LatarBelakang. Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan sifat kekeluargaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan sifat kekeluargaan dan kegotongroyongan, sifat tersebut dijadikan dasar atau pedoman pelaksanaan koperasi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI KOPDIT

PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI KOPDIT PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI KOPDIT Bab 2 dari Buku Dasar-Dasar Manajemen Koperasi Kredit (Credit Union) Disalin dan ditata letak oleh bagian Pendidikan dan Pelatihan Pusat Koperasi Kredit Bali Artha Guna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedudukannya sebagai pemilik, simpanan sukarela), dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedudukannya sebagai pemilik, simpanan sukarela), dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Anggota Sesuai dengan peran ganda yang ditandai oleh prinsip identitas, maka partisipasi anggota dapat dibagi menjadi dua, yaitu dapat berupa partisipasi kontributif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prioritas utama dalam pembangunan negara Indonesia yakni peningkatan kesejahteraan rakyat melalui mengembangkan perekonomian rakyat yang didukung pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengertian Koperasi Menurut Sri Edi Swasono dalam Sudarsono dan Edilius (2005) secara harfiah kata Koperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia sebagai negara berkembang dalam pembangunannya membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia Indonesia yang pada

Lebih terperinci

PENGANTAR PERKOPERASIAN

PENGANTAR PERKOPERASIAN PENGANTAR PERKOPERASIAN BAB VIII : JATIDIRI KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y Di atas sendi [cita-cita tolong menolong] dapat didirikan tonggak demokrasi. Tidak lagi orang seorang atau satu golongan kecil

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN MODAL SENDIRI DAN PEMBERIAN PINJAMAN UNTUK MENINGKATKAN SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI KREDIT CU MANDIRI TEBING TINGGI

ANALISIS PERKEMBANGAN MODAL SENDIRI DAN PEMBERIAN PINJAMAN UNTUK MENINGKATKAN SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI KREDIT CU MANDIRI TEBING TINGGI ANALISIS PERKEMBANGAN MODAL SENDIRI DAN PEMBERIAN PINJAMAN UNTUK MENINGKATKAN SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI KREDIT CU MANDIRI TEBING TINGGI Oleh: Putri Dewi S1 Akuntansi Pinondang Nainggolan, Parman Tarigan,

Lebih terperinci

JURNAL KEDUDUKAN CREDIT UNION CINDELARAS TUMANGKAR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

JURNAL KEDUDUKAN CREDIT UNION CINDELARAS TUMANGKAR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN JURNAL KEDUDUKAN CREDIT UNION CINDELARAS TUMANGKAR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN Diajukan oleh: JOANNES TUWUH SAPUTRO NPM : 10 05 10411 Program Studi : Ilmu Hukum Program

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Dewasa ini banyak badan usaha yang berdiri di tengah-tengah pertumbuhan ekonomi, misalnya perusahaan negara, perusahaan swasta lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia konstitusi negara memberikan landasan bagi penyusunan dan pengelolaan ekonomi nasional dalam rangka memberikan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Keuangan Lembaga Keuangan Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

Lebih terperinci

sejarah timbulnya Koperasi, yaitu :

sejarah timbulnya Koperasi, yaitu : Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan (decision maker) dan instansi terkait lainnya dalam menyusun kebijakan untuk meningkatkan kualitas Credit Union (CU). 2. Sebagai bahan

Lebih terperinci

PENGANTAR PERKOPERASIAN

PENGANTAR PERKOPERASIAN PENGANTAR PERKOPERASIAN BAB V : NILAI-NILAI DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y PENTINGNYA IDEOLOGI Ideologi adalah keyakinan atas kebenaran dan kemanfaatan sesuatu, jika sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, tetapi juga dapat dilakukan melalui Credit Union atau lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, tetapi juga dapat dilakukan melalui Credit Union atau lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilihan menabung dewasa ini semakin banyak, tidak hanya pada lembaga perbankan, tetapi juga dapat dilakukan melalui Credit Union atau lembaga keuangan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal II. TINJAUAN PUSTAKA A. Badan Usaha Koperasi 1. Pengertian dan Dasar Hukum Koperasi Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal 1 Ayat 1, pengertian koperasi adalah badan

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kepentingan bersama. Hal ini mengandung makna bahwa dinamika

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kepentingan bersama. Hal ini mengandung makna bahwa dinamika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melandaskan kegiataannya pada prinsip Koperasi.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana termaktub dalam ideologinya, yaitu Pancasila. Kelima sila

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana termaktub dalam ideologinya, yaitu Pancasila. Kelima sila 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan nilai-nilai yang mengakar sebagaimana termaktub dalam ideologinya, yaitu Pancasila. Kelima sila dalam Pancasila tersebut,

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5355 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Landasan, dan Jenis Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang Koperasi tahun 1967 No. 12 tentang Pokokpokok Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia

Lebih terperinci

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan

Lebih terperinci

Ekonomi untuk SMA/MA kelas X. Oleh: Alam S.

Ekonomi untuk SMA/MA kelas X. Oleh: Alam S. Ekonomi untuk SMA/MA kelas X Oleh: Alam S. 2 10 Ba b 3 Tujuan Pembelajaran Dengan mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: menjelaskan pengertian landasan, asas, tujuan, nilai, dan prinsip koperasi,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Koperasi Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti kerja sama untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu defenisi koperasi adalah suatu perkumpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang dimana masih terdapat masyarakat yang masih tergolong miskin tetapi tercacat pada tahun 2012 Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KOPERASI

KONSEP DASAR KOPERASI KONSEP DASAR KOPERASI KONSEP DASAR PERKOPERASIAN UU No. 12 Tahun 1967 Koperasi dikatakan sebagai Organisasi ekonomi yang berwatak sosial. Konotasi berwatak sosial seringkali disalahtafsirkan sebagai organisasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan budi-pekerti dan akhlak-iman manusia secara sistematis, baik aspek ekspresifnya yaitu

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Credit union merupakan salah satu lembaga keuangan yang bergerak di bidang simpan pinjam. Dana dihimpun, dikelola, dan digunakan oleh anggotanya sendiri. Credit union

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan Credit Union. Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan Credit Union. Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perekonomian Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 menganut prinsip kekeluargaan,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2012 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah yang luas dan komplek, Indonesia harus bisa menentukan prioritas atau pilihan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional harus tanggap terhadap tuntutan perubahan

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Koperasi dan Karakteristiknya Sejarah koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara Eropa. Sistem ekonomi

Lebih terperinci

Bandung, 04 Maret Pertemuan ke - 2

Bandung, 04 Maret Pertemuan ke - 2 Pengertian,Asas dan prinsip-prinsip koperasi Bandung, 04 Maret 2010 Pertemuan ke - 2 Tujuan perkuliahan hari ini Setelah perkuliahan pada pertemuan ke 2 ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan kembali

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN. Ketua Tim Penguji: Dr. Hermeindi NIK Mengetahui: NIK NIK

HALAMAN PENGESAHAN. Ketua Tim Penguji: Dr. Hermeindi NIK Mengetahui: NIK NIK HALAMAN PENGESAHAN Laporan Kuliah Praktik Bisnis yang ditulis oleh: Hans Christian Wijaya NRP 3103009150 Telah diuji pada tanggal 31 Juli 2013 dan dinyatakan lulus oleh Tim Penguji Ketua Tim Penguji: Dr.

Lebih terperinci

ORIENTASI DASAR BANK UMUM SEBAGAI BADAN HUKUM Oleh: M.Alif Akbar Prabangkara Rieza Ayu Febrina Mandala Putri

ORIENTASI DASAR BANK UMUM SEBAGAI BADAN HUKUM Oleh: M.Alif Akbar Prabangkara Rieza Ayu Febrina Mandala Putri ORIENTASI DASAR BANK UMUM SEBAGAI BADAN HUKUM Oleh: M.Alif Akbar Prabangkara Rieza Ayu Febrina Mandala Putri Abstract Banking is one of the three pillars (banking, capital market, and finance) that run

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial. Ini berarti manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup secara berkelompok dan membentuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: 13 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila Dan Implementasinya Bagian III Pada Modul ini kita membahas tentang keterkaitan antara sila keempat pancasila dengan proses pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

Perbedaan koperasi dengan arisan maupun perusahaan swasta/negara adalah sebagai berikut:

Perbedaan koperasi dengan arisan maupun perusahaan swasta/negara adalah sebagai berikut: Overview Koperasi 1 Pendahuluan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (1) menyatakan perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam penjelasan pasal 33 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata koperasi berasal dari bahasa Latin cooperere yang dalam bahasa Inggris

BAB II LANDASAN TEORI. Kata koperasi berasal dari bahasa Latin cooperere yang dalam bahasa Inggris BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Koperasi Bagi Indonesia koperasi merupakan suatu badan usaha yang menerapkan sifat gotong royong dan cara bekerjanya bersifat kekeluargaan. Kata koperasi berasal dari

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi merupakan wadah usaha bersama yang

Lebih terperinci

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN 1 KOPERASI SISWA Disampaikan dalam Siaran Langsung Interaktif TV Edukasi 15 MEI 2010 oleh : Dr. Siti Nurjanah, SE, M.Si DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk tercapainya suatu tujuan dalam hidup bermasyarakat setiap individu mempunyai urusan yang berbeda-beda. Tujuan tersebut bisa tercapai ketika individu mau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan latar belakang. Perorangan, perusahaan, negara atau bangsa di dunia ini

BAB I PENDAHULUAN. dan latar belakang. Perorangan, perusahaan, negara atau bangsa di dunia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan keperluan kredit mempunyai berbagai corak ragam alasan dan latar belakang. Perorangan, perusahaan, negara atau bangsa di dunia ini mempunyai berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan sebagaimana yang disebut dalam pasal 33 UUD 1945. Salah satu bentuk badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

BAB II PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma BAB II PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI KOPERASI, GOTONG ROYONG DAN TOLONG MENOLONG Koperasi mengandung makna kerja sama, ada juga mengartikan menolong satu sama lain. Arti kerjasama bisa berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dengan harga murah (tidak bermaksud mencari untung) 1.

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dengan harga murah (tidak bermaksud mencari untung) 1. BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian dan Dasar Hukum Koperasi Simpan Pinjam 1. Pengertian Koperasi, Simpanan dan Pinjaman Dalam kamus besar bahasa indonesia Koperasi adalah perserikatan yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam prosedur laporan pelaksanaan simpan pinjam yang

Lebih terperinci

URAIAN MATERI. A. Pengertian Koperasi

URAIAN MATERI. A. Pengertian Koperasi URAIAN MATERI A. Pengertian Koperasi Kata Koperasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu co dan operation. Co berarti bersama, operation berarti usaha. Kalau kedua kata itu dirangkai, maka koperasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,

Lebih terperinci

LOYALITAS DAN PERAN AKTIF SISWA DALAM MENDUKUNG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

LOYALITAS DAN PERAN AKTIF SISWA DALAM MENDUKUNG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER LOYALITAS DAN PERAN AKTIF SISWA DALAM MENDUKUNG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER Wahyu Okta Sulistiani Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang 65145 E-mail: wahyu.soerati@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2012 : pasal 1, Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi suatu bangsa pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan, manusia juga akan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Bentuk modal sosial yang dikembangkan dalam koperasi Credit Union Tunas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Bentuk modal sosial yang dikembangkan dalam koperasi Credit Union Tunas 165 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Bentuk modal sosial yang dikembangkan dalam koperasi Credit Union Tunas Mekar adalah nilai dan norma yang membangun sikap kejujuran, saling percaya, tangungjawab,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah yang terletak di Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir yang dibentuk pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman, agar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman, agar 7 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, rumah merupakan kebutuhan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional. Atas dasar. pembangunan dan pertumbuhan sosial ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional. Atas dasar. pembangunan dan pertumbuhan sosial ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kehidupan koperasi telah menjadi kebutuhan masyarakat, sebab bagi masyarakat Indonesia hidup berkoperasi berarti membangun perekonomiannya. Pemerintah merupakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Lestari (2005:47) meneliti tentang: Pengaruh modal terhadap sisa hasil usaha KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah positif,

Lebih terperinci

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik 1 (2) (2017) 14-20 DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik https://jurnal.uns.ac.id/jdc PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA Dwi Purwanti SDN 1 Pohkumbang

Lebih terperinci

BAB II RUANG LINGKUP KOPERASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DAN UNDANG-UNDANG

BAB II RUANG LINGKUP KOPERASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DAN UNDANG-UNDANG BAB II RUANG LINGKUP KOPERASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN, SERTA TINJAUAN UMUM TENTANG STATUS BADAN HUKUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Koperasi merupakan badan usaha yang dikelola bersama secara kekeluargaan dengan prinsip koperasi sebagai landasan kegiatannya. Sebagaimana

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis Moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 belum sepenuhnya pulih, bahkan sampai dengan akhir tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Indonesia belum pernah mencapai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Kata Prosedur Kredit terdiri dari 2 (dua) kata yaitu Prosedur dan Kredit. Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari Prosedur adalah suatu bagian

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan KONSEP DASAR PERKOPERASIAN 1. Pendahaluan Selama ini diketahui bahwa perkembangan Koperasi dan peranannya dalam perekonomian nasional belum memenuhi harapan, khususnya dalam memenuhi harapan sebagai sokoguru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi kehidupan manusia; demikian pula bagi kehidupan suatu bangsa. Untuk mencapai tujuan suatu

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI EKSPERIMEN DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA) PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk

Lebih terperinci

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha I. Pendahuluan Situasi krisis yang berkepanjangan sejak akhir tahun 1997 hingga dewasa ini telah memperlihatkan bahwa pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA KELOMPOK 2: 1. Hendri Salim (13) 2. Novilia Anggie (25) 3. Tjandra Setiawan (28) SMA XAVERIUS BANDAR LAMPUNG 2015/2016 Hakikat Warga Negara Dalam Sistem Demokrasi Warga Negara

Lebih terperinci

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER

PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER Pengertian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI

BAB IV VISI DAN MISI BAB IV VISI DAN MISI A. DASAR FILOSOFIS Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah memerlukan satu filosofi pembangunan yang memiliki cakrawala yang luas dan mampu menjadi pedoman bagi daerah untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Pengertian 1.1.1 Analisis Salah satu bentuk analisis adalah merangkum sejumlah data besar data yang masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasi atau

Lebih terperinci

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Makalah Disampaikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan Masalah, D. Tujuan Penelitian, E. Manfaat Penelitian, F. Penegasan Istilah A. Latar Belakang Pendidikan

Lebih terperinci

Oleh: Ny. Neti Budiwati Ukanda -Dosen pada Prodi Pend. Ekonomi & Koperasi UPI -Ketua Umum Koperasi Wanita Mekar Endah Kab. Bandung

Oleh: Ny. Neti Budiwati Ukanda -Dosen pada Prodi Pend. Ekonomi & Koperasi UPI -Ketua Umum Koperasi Wanita Mekar Endah Kab. Bandung APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA KOPERASI? (All about Cooperation) Oleh: Ny. Neti Budiwati Ukanda -Dosen pada Prodi Pend. Ekonomi & Koperasi UPI -Ketua Umum Koperasi Wanita Mekar Endah Kab. Bandung KONSEP DASAR

Lebih terperinci

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X ekonomi KOPERASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang konsep dasar koperasi. 2. Memahami perhitungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data sekunder serta pengungkapan pendapat secara langsung (brainstorming) maupun melalui kuesioner dari penelitian yang berjudul: Faktor Penyebab

Lebih terperinci