PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG SOPAN SANTUN MELALUI PELATIHAN ROLE PLAYING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG SOPAN SANTUN MELALUI PELATIHAN ROLE PLAYING"

Transkripsi

1 PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG SOPAN SANTUN MELALUI PELATIHAN ROLE PLAYING (Penelitian pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bandongan T.A. 2014/2015) Isma Naimatul Hani Program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Magelang ismanaimah@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pelatihan role playing terhadap peningkatan pemahaman siswa tentang sopan santun. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandongan T.A. 2014/2015. Penelitian ini menggunakan pretest-posttest control group design dengan satu perlakuan. Sampel yang diambil sebanyak 24 siswa, 12 siswa masuk dalam kelompok eksperimen yaitu kelompok yang diberikan perlakuan (pelatihan role playing) dan 12 siswa masuk dalam kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan perlakuan. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan metode kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis parametrik One Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan role playing berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman siswa tentang sopan santun. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan peningkatan pemahaman tentang sopan santun antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, dimana peningkatan pemahaman kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Selisih perbedaan peningkatan pemahaman tersebut sebesar 29,1%. Selain itu peningkatan pemahaman sopan santun siswa ditandai dengan perbedaan aspek dan indikator pemahaman sopan santun. Salah satunya adalah siswa yang semula tidak memahami sopan santun yang harus dilakukan ketika bergaul dengan orang tua dan guru menjadi paham. Kata kunci: Role playing, Sopan Santun Pendahuluan Sopan santun merupakan perwujudan sikap seseorang yang sesuai dengan peraturan dan adat istiadat. Sopan santun sangat dibutuhkan dalam kehidupan seharihari. Sopan santun digunakan sebagai dasar setiap individu dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. Sopan santun juga dapat membantu individu dalam beradaptasi dengan lingkungan maupun teman sebaya, karena dengan sopan santun setiap individu dapat saling menghargai dan menghormati sehingga akan terjalin suatu hubungan yang baik. Zuriah (dalam Wahyudi, 2014: 295) menjelaskan bahwa sopan santun adalah sikap dan perilaku yang tertib sesuai dengan adat istiadat atau norma-norma yang berlaku di dalam

2 masyarakat. Norma sopan-santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok itu. Contoh-contoh norma tersebut ialah menghormati orang yang lebih tua, menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan, tidak berkata-kata kotor, kasar, dan sombong, serta tidak meludah di sembarang tempat. Berdasarkan pendapat Zuriah tersebut dapat dikemukakan bahwa sopan santun merupakan perilaku yang menjunjung tinggi nilai adat istiadat atau norma-norma dalam suatu kelompok masyarakat. Norma kesopanan yang bersifat relatif menunjukkan bahwa di dunia yang mempunyai beragam kultur dan kebudayaan ini terdapat perbedaanperbedaan norma dan adat istiadat dari satu tempat dengan tempat yang lain. Perbedaan waktu juga menyebabkan perbedaan adat istiadat. Seperti dalam budaya leluhur dahulu apabila seseorang berjalan melewati orang tua harus membungkuk. Membantah atau berkata keras kepada orang tua sudah merupakan tindakan buruk. Di masa sekarang ini, untuk hormat kepada orang tua tidak harus menyembah atau membungkuk dalam, tetapi paling tidak perilaku sopan santun terhadap orang tua harus di junjung tinggi. Kenyataan yang terjadi saat ini adalah masih banyak siswa yang belum mampu bersikap sopan dan santun baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah. Siswa belum mampu menghargai, menghormati dan menyapa dengan ramah baik kepada orang yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal. Siswa cenderung cuek dan lebih memperhatikan hal lain. Contohnya seperti apabila siswa tersebut bermain hand phone ketika berjalan, maka dia akan fokus pada hand phonenya saja dan tidak akan memperhatikan keadaan di sekitarnya Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pembimbing SMP Negeri 1 Bandongan pada tanggal 6 Januari 2015, diperoleh informasi bahwa pada setiap kelas, pasti terdapat siswa yang sopan santunnya kurang. Dari setiap kelas, paling tidak pasti ada 5 atau 6 orang dari jumlah keseluruhan 30 orang siswa di kelas tersebut yang tingkah lakunya kurang baik. Seperti ramai di kelas, bermain sendiri atau berbicara dengan teman ketika guru sedang menjelaskan. Beberapa siswa juga sering berkata kasar, kurang menghargai dan suka mengganggu teman. Atau dapat dikatakan 20% siswa SMP Negeri 1 Bandongan sikap sopan dan santunnya masih kurang. Usaha yang pernah dilakukan oleh guru pembimbing dan juga guru mata pelajaran di SMP Negeri 1 Bandongan untuk mengatasi siswa yang kurang sopan santun adalah dengan memberikan pemahaman tentang sopan santun melalui nasehat. Namun apabila perilakunya sudah keterlaluan maka siswa tersebut diberi sanksi tegas berupa hukuman. Dari usaha yang telah dilaksanakan tersebut hasilnya belum maksimal. Seperti siswa yang diberi hukuman tidak menjadi jera tetapi tetap berlaku tidak sopan. Permasalahan yang terjadi di SMP Negeri 1 Bandongan tersebut dapat ditangani dengan beberapa cara. Seperti dengan teknik sosiodrama atau role playing. Teknik sosiodrama pernah digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Iyut Cintokowati, Siti S. Fadhilah dan

3 Wardatul Djannah untuk meningkatkan sopan santun pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta pada tahun Teknik lain yang dapat dilakukan adalah role playing atau main peran. Teknik ini pernah dilakukan oleh Sulastri Tomayahu pada tahun 2013 dalam penelitian berjudul pengaruh bimbingan kelompok teknik main peran terhadap perilaku sopan santun siswa kelas VII di MTs Al-Huda Kota Gorontalo. Kalau penelitian Tomayahu tersebut meneliti tentang pengaruh penggunaan teknik main peran pada layanan bimbingan kelompok terhadap perilaku sopan santun siswa, maka penulis menggunakan teknik main peran atau role playing dalam konsep pelatihan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang sopan santun, sehingga diharapkan ketika pemahaman siswa tentang sopan santun meningkat, maka perilaku siswa yang kurang sopan akan berkurang. Hadfield (dalam Chadijah, 2012: 133) menyebutkan bahwa role playing merupakan permainan gerak yang terdapat suatu tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Melalui role playing, siswa memainkan peran dengan menirukan gerakan dan mengembangkan peran tersebut sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi. Siswa dibimbing secara kelompok untuk berperilaku sopan santun dengan baik, seperti saling menghargai orang yang lebih tua dari kita, terutama pada guru mengajar, orang tua, teman sebaya, lawan jenis agar tidak berkata kasar dan sombong. Role playing bertujuan agar siswa mampu menghayati peran yang dikehendaki, karena keberhasilan siswa dalam menghayati peran tersebut akan diperoleh pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai yang berkembang. Hal tersebut mengarahkan agar siswa mencoba mengeksplorasi peran yang dimainkan dengan cara menguasai peran tersebut, sehingga siswa dapat memahami perasaan, sikap, nilai, dan berdiskusi mengenai berbagai strategi peecahan masalah. Melalui role playing siswa dapat menghayati permasalahan mengenai sikap sopan santun yang sedang dihadapi. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian tentang pemahaman siswa tentang sopan santun melalui pelatihan role playing, nilai yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kerangka Dasar Teori Pemahaman Siswa tentang Sopan Santun Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan (Sudjiono, 1996: 50). Bloom (dalam Hamalik, 2007: 78) menyatakan bahwa pemahaman termasuk dalam klasifikasi ranah kognitif tingkat 2 setelah pengetahuan. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Dalam tingkat ini, siswa mengetahui apa yang dikomunikasikan dan dapat menggunakan bahan atau gagasan

4 tanpa perlu menghubungkannya dengan materi lain atau melihat implikasinya. Pengertian pemahaman menurut Sudjiono dan Bloom tersebut dapat dipahami bahwa pemahaman adalah suatu kemampuan untuk mengerti dan memahami suatu hal yang sedang dipelajari. Sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari setiap orang. Dengan menunjukkan sikap sopan santunlah seseorang dapat dihargai dan disenangi keberadaannya sebagai makhluk sosial dimana pun ia berada. Secara etimologis sopan santun berasal dari dua kata, yaitu kata sopan dan santun. Keduanya telah digabung menjadi sebuah kata majemuk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1140), sopan dapat diartikan sebagai berikut: hormat dengan tak lazim (akan, kepada) tertib menurut adab yang baik (baik tingkah laku, tutur kata, pakaian, dan sebagainya), tahu adat, baik budi bahasanya dan juga baik kelakuannya atau bisa dikatakan sebagai cerminan kognitif (pengetahuan). Sedangkan kata santun diartikan: halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya), sopan, sabar; tenang. Atau bisa dikatakan cerminan psikomotorik (penerapan pengetahuan sopan ke dalam suatu tindakan). Jika digabungkan kedua kalimat tersebut, sopan santun adalah pengetahuan yang berkaitan dengan penghormatan melalui sikap, perbuatan atau tingkah laku, budi pekerti yang baik, sesuai dengan tata krama, peradaban, dan kesusilaan. Sopan santun merupakan refreksi dari sistem nilai yang merupakan aturan tata cara atau aturan-aturan sebagai landasan berperilaku. Sistem nilai tersebut ada yang bersumber dari ajaran agama dan ada pula yang berasal dari tatanan kehidupan masyarakat (adat, kebiasaan), yakni berupa sistem nilai moral, etika dan akhlak. Normanorma moral adalah tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang, etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang harus dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuat mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat. Sedangkan akhlak bisa diartikan kejadian, ciptaan, atau kejadian yang indah dan baik (Ganjar&Mupid, 2013: 251). Ujiningsih (2010: 3) mengemukakan bahwa sopan santun atau unggah ungguh merupakan istilah bahasa jawa yang dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai, tidak sombong dan berakhlak mulia. Perwujudan dari sikap sopan santun ini adalah perilaku yang menghormati orang lain melalui komunikasi menggunakan bahasa yang tidak meremehkan atau merendahkan orang lain. Dalam budaya jawa sikap sopan salah satu nya ditandai dengan perilaku menghormati kepada orang yang lebih tua, menggunakan bahasa yang sopan, tidak memiliki sifat yang sombong. Sejalan dengan pendapat Ujiningsih, Alifia (2014) mengemukakan bahwa sopan santun atau kesantunan merupakan suatu pola perilaku tindakan yang sesuai tradisi budaya yang berlaku di

5 masyarakat, dalam penekanan rendah hati, saling menghormati, saling menghargai, dan saling tepa selira. Perilaku sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari setiap orang, karena dengan menunjukkan sikap sopan santunlah, seseorang dapat dihargai dan disenangi dengan dengan keberadaannya sebagai makhluk sosial dimana pun tempat ia berada. Dalam kehidupan bersosialisasi antar sesama manusia sudah tentu memiliki norma-norma dalam melakukan hubungan dengan orang lain, dalam hal ini sopan santun dapat memberikan banyak manfaat atau pengaruh yang baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Surajiyo (2005: 91) mengemukakan bahwa sopan santun termasuk dalam 3 norma umum dalam masyarakat. Norma sopan santun ini menyangkut sikap lahiriah manusia. Meskipun lahiriah dapat mengungkapkan sikap hati dan karena itu mempunyai kualitas moral, namun sikap lahiriah sendiri tidak mempunyai kualitas moral. Orang yang melanggar norma kesopanan karena tidak mengetahui tata krama daerah itu, atau dituntut oleh situasi, tidak dikatakan melanggar norma moral. Norma moral adalah tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Memahami pengertian sopan santun dari Ganjar, Mupid, Ujiningsih, Alifia dan Surajiyo tersebut, dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan sopan santun adalah suatu sikap, perbuatan, tingkah laku dan juga perkataan yang telah diatur oleh adat istiadat, yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai dan berakhlak mulia. Pemahaman siswa tentang sopan santun merupakan kemampuan siswa untuk mengerti dan memahami tentang sikap, perbuatan, tingkah laku dan juga perkataan yang sesuai dengan adat istiadat, menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai dan berakhlak mulia. Pelatihan Role Playing Banyak ahli yang berpendapat tentang arti, tujuan dan manfaat pelatihan. Good (dalam Fuadadman, 2011: 1), pelatihan adalah suatu proses membantu orang lain dalam memperoleh skill dan pengetahuan tertentu. Pelatihan merupakan suatu proses latihan yang merupakan serangkaian tindakan yang dilaksanakan secara berkesinambungan, bertahap dan terpadu (Hamalik, 2001: 10). Sumantri (dalam Alfasanah, 2014: 18) mengartikan pelatihan sebagai proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi. Dari pengertian ini didapatkan pemahaman bahwa pelatihan merupakan proses dengan prosedur yang sistematis dan terorganisasi. Jadi dalam pelatihan terdapat prosedur dan cara-cara yang memang sudah terorganisir. Pengertian pelatihan menurut Good, Kapor, dan Sumantri di atas mengarahkan penulis untuk memahami bahwa pelatihan adalah proses pendidikan yang didalamnya juga ada proses pembelajaran yang dilakukan dalam jangka waktu pendek, dan bertujuan untuk meningkatkan kompetensi individu untuk menghadapi kehidupan nyata.

6 Role playing dalam Kamus Istilah Konseling dan Terapi karangan Mappiare (2006: 285) menunjuk pada salah satu strategi kelompok untuk pengubahan tingkah laku dimana ditetapkan peran anggota menurut tipe masalah teridentifikasi dan para anggota kelompok memainkan peranperan sosial atas menurut yang diharapkan dan yang tidak diharapkan. Hadfield (dalam Chadijah, 2012: 133) mengemukakan bahwa Role playing merupakan permainan gerak yang terdapat suatu tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Melalui bermain peran (role playing), siswa memainkan peran dengan menirukan gerakan dan mengembangkan peran tersebut sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi. Disamping itu siswa akan menentukan strategi pemecahan masalah sesuai dengan arahan dan saran dari kelompok untuk memperbaiki perilakunya. Role playing atau bermain peran digunakan dalam pelatihan untuk melihat reaksi peserta dalam situasi tertentu sebelum dan setelah sesi pelatihan. Bermain peran sangat bermanfaat untuk memberikan kesempatan kepada peserta mempraktikan cara berhubungan dengan orang lain sesuai skenario yang diberikan. Bahkan meski peserta keliru melakukannya, mereka mengambil suatu pelajaran (Chayatie, dalam Tomayahu, 2013: 20). Memahami pengertian Hadfield, Mappiare, dan Hasan tersebut, dapat dirumuskan bahwa role playing adalah suatu strategi pengubahan perilaku yang dilakukan dengan cara memainkan peran-peran tertentu sesuai cerita yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelatihan role playing merupakan proses pendidikan dalam jangka waktu pendek, yang proses pembelajarannya dilakukan dengan menggunakan permainan peran (role playing). Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen murni (true experimental), dengan desain pretestposttest control group design dengan satu perlakuan. Populasinya adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandongan Tahun Ajaran 2014/2015. Sampel yang diambil sebanyak 24 siswa, 12 siswa masuk dalam kelompok eksperimen yaitu kelompok yang diberikan perlakuan (pelatihan role playing) dan 12 siswa masuk dalam kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan perlakuan. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan angket pemahaman sopan santun. Teknik analisis data menggunakan analisis parametrik one way anova. Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi normalitas sebaran dan uji homogenitas. Keseluruhan teknik analisis data akan menggunakan program SPSS versi Hasil Penelitian 1. Uji Normalitas Penentuan normal dan tidaknya distribusi skor yaitu dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Asumsi yang digunakan adalah apabila nilai Signifikansi (asymp.sign) >

7 alpha 5% berarti data berdistribusi normal, sebaliknya apabila Signifikansi (asymp.sign) < alpha 5%, maka data tersebut berdistribusi tidak normal. Hasil uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa Signifikansi skor pre test dan post test baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen adalah lebih dari 0,05. Dengan demikian data penelitian ini memiliki sebaran data normal karena memiliki tingkat probabilitas (p value) lebih besar dari 0,05 sehingga data dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. 2. Uji Homogenitas Untuk mengetahui tingkat homogenitas varian maka digunakan uji statistik levens tes of equality of error variances. Hipotesisnya adalah : H 0 : Kelompok data skor angket pemahaman sopan santun antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki varian yang sama (homogen). H a : Kelompok data skor angket pemahaman sopan santun antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki varian yang berbeda (heterogen). Kriteria pengambilan keputusan dalam uji homogenitas ini adalah jika Sigifikansi >0,05 maka H 0 diterima (homogen) namun jika signifikansi <0,05 maka H 0 ditolak (heterogen). Hasilnya diketahui bahwa signifikansi 0,944 lebih dari 0,05, maka H 0 diterima. Dengan demikian varian dalam penelitian ini memiliki sifat homogen sehingga data dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. 3. Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : H 0 : Tidak ada perbedaan rata rata skor angket pemahaman sopan santun antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki varian yang sama H a : Ada perbedaan rata-rata skor angket pemahaman sopan santun antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki varian yang sama Pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis ini menggunakan dua kriteria, yaitu berdasarkan Signifikansi dan berdasarkan nilai F. Jika Sigifikansi >0,05 maka H 0 diterima namun jika Signifikansi 0,05 maka H 0 ditolak. Serta jika F hitung F tabel maka H 0 diterima namun jika F hitung > F tabel maka H 0 ditolak. Berdasarkan hasil analisis one way anova diketahui bahwa signifikansi 0,001 kurang dari 0,05, maka H 0 ditolak. Dengan demikian ada perbedaan rata-rata skor angket pemahaman sopan santun antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Nilai F hitung adalah 7,292 dan F tabel adalah 2,61 dengan demikian nilai F hitung > F tabel, maka H 0 ditolak. Artinya ada perbedaan rata-rata skor angket pemahaman sopan santun antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Data yang didapatkan berdasarkan pembandingan

8 signifikansi dan nilai F menunjukkan bahwa H 0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata skor angket pemahaman sopan santun antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hal itu membuktikan bahwa hipotesis ada pengaruh pelatihan role playing terhadap peningkatan pemahaman sopan santun dapat diterima. Selain itu, bukti bahwa pada kelompok eksperimen yang memperoleh pelatihan role playing menunjukkan peningkatan pemahaman sopan santun ditandai dengan adanya peningkatan skor post test. Peningkatan skor tertinggi kelompok eksperimen sebesar 49 atau 51,6% dan terendah sebesar 22 atau 14,9%. Rata-rata peningkatan skor sebesar 35,8 atau 31,8%. Adanya peningkatan skor menyimpulkan bahwa pemahaman sopan santun dari kelompok eksperimen ratarata mengalami peningkatan yang signifikan. Sedangkan peningkatan skor tertinggi kelompok kontrol sebesar 8 atau 7,7% dan terendah mengalami penurunan sebanyak -3 atau -1,7%. Rata-rata peningkatan skor sebesar 2,8 atau 2,7%. Satu orang dari anggota kelompok tidak mengalami peningkatan sama sekali dan dua orang lainnya mengalami penurunan skor. Hal ini menggambarkan bahwa tidak ada peningkatan yang signifikan karena kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan (pelatihan role playing).\ Keadaan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dikatakan setara. Terjadi perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada saat post test. Dimana kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor post test jauh lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol. Pembahasan Hasil analisis one way anova menunjukkan bahwa pelatihan role playing terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang sopan santun. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan peningkatan skor post test yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Peningkatan skor post test kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan peningkatan skor post test kelompok kontrol. Selisihnya sebesar 29,1%. Selain itu, nilai mean post test kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol berbeda. Nilai mean kelompok eksperimen mempunyai lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Bukti bahwa pelatihan role playing dapat meningkatkan pemahaman sopan santun pada siswa adalah adanya perbedaan aspek dan indikator pemahaman sopan santun sebelum diberikan pelatihan dengan setelah diberikan pelatihan. Contohnya adalah siswa yang semula tidak memahami pengertian, jenis dan faktor yang mempengaruhi sopan santun menjadi paham, siswa yang semula tidak memahami sopan santun yang harus dilakukan ketika bergaul dengan orang tua dan guru menjadi paham, siswa yang tadinya tidak mengetahui cara berbicara yang sopan dan santun menjadi tahu dan paham. Setelah siswa memahami hal-hal tentang sopan santun tersebut,

9 perilaku siswa juga berubah menjadi lebih baik. Yaitu menjadi labih sopan dan santun. Penelitian menunjukkan bahwa pelatihan role playing dapat meningkatkan pemahaman tentang sopan santun. Namun demikian, peningkatan pemahaman siswa tentang sopan santun kemungkinan juga dipengaruhi oleh hal lain di luar pelatihan. Peningkatan yang terjadi dirasa sudah maksimal karena proses pelatihan berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan semua siswa mengikuti pelatihan dengan antusias sehingga tujuan pelaksanaan pelatihan dapat tercapai. Penelitian Sulastri Tomayahu juga membuktikan bahwa teknik main peran (role playing) dalam layanan bimbingan kelompok berpengaruh dalam peningkatan perilaku sopan santun siswa. Seseorang yang berperilaku sopan santun dikarenakan orang tersebut memahami apa yang harus dilakukan. Dengan kata lain orang tersebut memahami sopan snatun yang harus dilakukan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulastri Tomayahu tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chadijah dan Agustin. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat perubahan perilaku kedisipinan subjek di sekolah secara signifikan. Dengan role playing, siswa dapat memainkan suatu peran secara langsung ketika mereka dihadapkan dalam situasi tertentu. Sehingga ketika siswa dihadapkan dalam situasi yang sama dalam kehidupan nyata, mereka akan mengingat ketika role playing dilakukan dan mengetahui apa yang harus dilakukan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh pendapat Geldard (2011: 312) yang menyatakan bahwa role playing dapat digunakan untuk beberapa tujuan. Salah satunya adalah untuk mendapatkan sebuah pemahaman tentang peran dan hubungan. Role playing dapat digunakan untuk membantu seseorang mengeksplorasi hubungan seseorang dengan orang lain dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai permasalahan yang terkandung dalam sebuah hubungan, baik dari perspektif mereka sendiri maupun dari sudut pandang orang lain. Salah satu permasalahan yang dapat ditangani dengan role playing tersebut adalah sopan santun Kesimpulan 1. Kesimpulan Teori Pemahaman siswa tentang sopan santun adalah pemahaman siswa tentang ruang lingkup sopan santun, interaksi dalam sopan santun, dan perilaku sopan santun. Ruang lingkup sopan santun meliputi pengertian, tujuan, manfaat, jenis dan faktor yang mempengaruhi sopan santun. Pelatihan role playing adalah salah satu bentuk pelatihan yang isinya bermain peran dengan tema yang disesuaikan dengan ketentuan yang telah direncanakan. Pelatihan yang diberikan meliputi bimbingan klasikal dengan materi pengertian dan ruang lingkup sopan santun, role playing dengan tema sopan santun terhadap orang tua, guru, teman sebaya, lawan jenis, dan orang yang lebih muda.

10 2. Kesimpulan Hasil Penelitian Kesimpulan hasil penelitian ini adalah pelatihan role playing berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman siswa tentang sopan santun pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandongan tahun ajaran 2014/2015. Saran 1. Bagi Kepala Sekolah Direkomendasikan kepada kepala sekolah untuk menginstruksikan kepada Guru BK agar enggunakan pelatihan role playing untuk meningkatkan pemahman siswa tentang sopan santun. 2. Bagi Guru BK Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang sopan santun yaitu dengan pelatihan role playing. Daftar Pustaka Alfasanah, Efektivitas Pelatihan Sugesti Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa di Full Day School (Penelitian pada Siswa SMP Al Firdaus Magelang, T.A. 2013/2014 ). Skripsi (Tidak Diterbitkan). BK FKIP UM Mgl Alifia, Naia Widia Peningkatan Sopan-Santun Siswa Melalui Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Negeri. (sumber: diakses Tanggal 5 Januari 2015 Pukul Chadijah & Agustin Bimbingan Kelompok Teknik Role Playing Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di Sekolah Kelas VIII SMPN 26 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Fuadadman Konsep Pelatihan. (sumber: diakses Tanggal 24 Februari 2015 Pukul Ganjar Risma Fauzy Muchram & Mupid Hidayat Pembinaan Sopan Snatun Sebagai Upaya Membentuk Akhlak Mulia Siswa. Studi Deskriptif Pada Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs YPI Al Islam Kabupaten Bandung. Integritas, Vol.1 No.2, April Hlm Geldard, Kathryn, David Geldard Konseling Remaja: Pendekatan Proaktif untuk Anak Muda. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hamalik, Oemar Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Iyut Cintokowati, Siti S Fadhilah, & Wardatul Djannah Kefektifan Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Sosiodrama Untuk Meningkatkan Sopan Santun Pada Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun 2013/2014. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

11 Mappiare, Andi Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Perry, Wayne Dasar-Dasar Teknik Konseling Kotak Perkakas Untuk Konselor/Terapis Pemula. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Poerwadarminta, W.J.S Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka Sudjiono, Anas Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sulastri Tomayahu Pengaruh Bimbingan Kelompok Teknik Main Peran Terhadap Perilaku Sopan Santun Siswa Kelas VII Di MTs Al-Huda Kota Gorontalo. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Jurusan Bimbingan Dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Gorontalo Surajiyo Ilmu Filsafat: Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara Ujiningsih & Sunu Dwi Antoro Pembudayaan Sikap Sopan Santun di Rumah dan di Sekolah Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Karakter Siswa. Makalah Disampaikan Dalam Temu Ilmiah Nasional Guru II 2010 Universitas Terbuka Wahyudi, Didik & I Made Arsana Peran Keluarga Dalam Membina Sopan Santun di Desa Galis Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan. Kajian Moral dan Kewarganegaraan Nomor 2 Volume 1. Hlm

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Variabel (Pre-Test) Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode eksperimen semu, sebelum diberikan perlakuan

Lebih terperinci

Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Antar Pribadi Siswa

Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Antar Pribadi Siswa CONSILIUM : Jurnal Program Studi Bimbingan dan Konseling First Published Vol 1 (2) December 2013 CONSILIUM Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Antar Pribadi Siswa Giri Isna Putra,

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI OLEH : WIKANINGSIH NPM P

ARTIKEL SKRIPSI OLEH : WIKANINGSIH NPM P PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI TERHADAP TATA KRAMA PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII - G SMP NEGERI TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan BK

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan BK Artikel Skripsi PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL DENGAN METODE ROLE PLAYING TERHADAP PERILAKU SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK KELAS X APK 1 DI SMK PEMUDA PAPAR TAHUN PELAJARAN 2014-2015 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. normalitas sebaran data duji dengan teknik kolmogorov smirnov dan saphiro-wilk

BAB V PEMBAHASAN. normalitas sebaran data duji dengan teknik kolmogorov smirnov dan saphiro-wilk 58 BAB V PEMBAHASAN Analisis data uji prasyarat data yaitu uji normalitas dan homogenitas. Hasil pengujian normalitas sebaran data duji dengan teknik kolmogorov smirnov dan saphiro-wilk menggunakan bantuan

Lebih terperinci

PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI MORAL PADA ANAK DI KELOMPOK B2 TK PERTIWI PALU ABSTRAK

PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI MORAL PADA ANAK DI KELOMPOK B2 TK PERTIWI PALU ABSTRAK PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI MORAL PADA ANAK DI KELOMPOK B2 TK PERTIWI PALU Mega Yulianti 1 ABSTRAK Pengembangan nilai moral adalah pembentukan perilaku anak melalui pembiasaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di dua Sekolah Dasar Negeri Gendongan Kecamatan Tingkir. Subyek penelitian ini meliputi siswa kelas IV SD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang berbudaya, bangsa yang baik adalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang berbudaya, bangsa yang baik adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berbudaya, bangsa yang baik adalah bangsa yang beradab ( Alam, S 1989 : 4 ). Manusia yang peradabannya masih rendah adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan metode BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan metode penelitian digunakan kuasi eksperimen (semu). Metode kuasi eksperimen dipandang relevan

Lebih terperinci

PENINGKATAN DISIPLIN SISWA MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN BEHAVIOR SISWA SMP KELAS VIII

PENINGKATAN DISIPLIN SISWA MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN BEHAVIOR SISWA SMP KELAS VIII PENINGKATAN DISIPLIN SISWA MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN BEHAVIOR SISWA SMP KELAS VIII F. Ivana Yudiastri (Fransiskai777@gmail.com)¹ Yusmansyah² Ranni Rahmayanthi³ ABSTRACT The purpose of this

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Menurut Sugiyono (2010:107) metode penelitian eksperimen digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode penelitian A. Jenis dan Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode penelitian eksperimen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki 23 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen. Dalam penelitian ini tidak semua variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Penelitian ini untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Penelitian ini untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan sikap imiah dan penguasaan konsep peserta didik antara pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 49 Bandung yang berlamat di Jalan Antapani No 58 Bandung. Dalam penelitian ini, yang menjadi

Lebih terperinci

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember PENGARUH MODEL INQUIRY TRAINING DISERTAI MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR DAN RETENSI HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) DI MTs 1) Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kuasi Eksperimen atau eksperimen semu. Pada penelititian kuasi eksperimen (eksperimen semu) menggunakkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap orang termasuk peserta didik memiliki rasa ingin tahu (curiousity),

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap orang termasuk peserta didik memiliki rasa ingin tahu (curiousity), BAB III METODE PENELITIAN Setiap orang termasuk peserta didik memiliki rasa ingin tahu (curiousity), anak selalu bertanya tentang hal hal yang dilihat, didengar, diraba, dicecap bahkan dirasakan (Sukmadinata,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Bandar Lampung pada semester genap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Bandar Lampung pada semester genap BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Bandar Lampung pada semester genap bulan Mei tahun 2010. B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian

Lebih terperinci

JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK KATA BERANTAI DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA KELAS VII SMP

JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK KATA BERANTAI DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA KELAS VII SMP JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK KATA BERANTAI DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA KELAS VII SMP THE EFFECTIVNESS OF KATA BERANTAI TECHNIQUE ON COUNSELING GROUP TO IMPROVE STUDENTS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dimana ada pemberian perlakuan (treatment) terhadap variabel dependent.

BAB III METODE PENELITIAN. dimana ada pemberian perlakuan (treatment) terhadap variabel dependent. 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sistematika Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (quasi experiment atau eksperimen semu). Penelitian ekperimen adalah penelitian dimana ada

Lebih terperinci

Lutvi Dwi Aprilia dan Supardiyono Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

Lutvi Dwi Aprilia dan Supardiyono Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN STRATEGI GROUP-TO-GROUP EXCHANGE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATERI POKOK GETARAN DAN GELOMBANG DI SMP NEGERI SUGIO LAMONGAN Lutvi Dwi Aprilia dan Supardiyono Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, Januari 2015 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA Ita Roshita

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN APERSEPSI DAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN GAYA SMP NEGERI 13 PURWOREJO

EFEKTIVITAS PEMBERIAN APERSEPSI DAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN GAYA SMP NEGERI 13 PURWOREJO Radiasi.Vol.3.No.2.Mariska EFEKTIVITAS PEMBERIAN APERSEPSI DAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN GAYA SMP NEGERI 13 PURWOREJO Mariska, Eko Setyadi Kurniawan, Siska Desy

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENINGKATAN HASIL DAN MINAT BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN LKS BERBASIS EKSPERIMEN DAN LKS BERBASIS DEMONSTRASI

PERBEDAAN PENINGKATAN HASIL DAN MINAT BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN LKS BERBASIS EKSPERIMEN DAN LKS BERBASIS DEMONSTRASI Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 PERBEDAAN PENINGKATAN HASIL DAN MINAT BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN LKS BERBASIS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui perbandingan keterampilan proses

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 EFEKTIVITAS PENERAPAN PENDEKATAN AIR (AUDITORY INTELECTUALLY REPETITION) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016 PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE BRAINSTORMING TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS X SMA SANTO MICHAEL SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015 Irma Oktaviani Program Studi Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

BIMBINGAN SOSIAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI DENGAN TEMAN SEBAYA

BIMBINGAN SOSIAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI DENGAN TEMAN SEBAYA BIMBINGAN SOSIAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI DENGAN TEMAN SEBAYA Oleh: Nofi Nur Yuhenita Universitas Muhammadiyah Magelang e-mail: noery.ita@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN PKn RINGKASAN SKRIPSI Oleh : ENDAH KUSUMASTUTI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi 63 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diukur dengan instrumen berupa tes soal pilihan ganda, untuk mengetahui seberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi PERBEDAAN POLA TEMPAT DUDUK U DAN LINGKARAN DENGAN PENERAPAN STRATEGI INSTANT ASSESMENT TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGIMATERI JARINGAN PADA TUMBUHAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JUMANTONOKARANGANYAR TAHUN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Outbound Terhadap Peningkatan Nilai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Outbound Terhadap Peningkatan Nilai BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian Penelitian yang berjudul Pengaruh Outbound Terhadap Peningkatan Nilai Karakter ini lebih menekankan tentang pengaruh outbound terhadap peningkatan nilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian (bahan penelitian), dapat berupa populasi (universe) atau sampel. Menurut Hasan (2002, hlm. 58), Populasi adalah totalitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Salah satu bagian yang terpenting dalam kegiatan penelitian adalah mengenai cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban atas suatu penelitian

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: ANJARWATI Dibimbing oleh : 1. Dra. Khususiyah, M. Pd. 2. Yuanita Dwi Krisphianti, M. Pd.

JURNAL. Oleh: ANJARWATI Dibimbing oleh : 1. Dra. Khususiyah, M. Pd. 2. Yuanita Dwi Krisphianti, M. Pd. JURNAL EFEKTIFITAS TEKHNIK PERMAINAN LANJUTKAN CERITAKU DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE EFFECTIVENESS OF LANJUTKAN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PERBEDAAN PEMBERIAN MODUL PEMBELAJARAN DAN BUKU PAKET IPA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII DI MTsN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Salatiga, SMP Negeri 7 adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kota Salatiga yang terletak dijalan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng pada 24 III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 5 kelas berjumlah 150

Lebih terperinci

Efektifitas Media Gambar untuk Meningkatkan Wawasan Karir Peserta Didik Sekolah Dasar

Efektifitas Media Gambar untuk Meningkatkan Wawasan Karir Peserta Didik Sekolah Dasar CONSILIUM : Jurnal Program Studi Bimbingan dan Konseling First Published Vol 2 (2) December 2014 CONSILIUM Efektifitas Media Gambar untuk Meningkatkan Wawasan Karir Peserta Didik Sekolah Dasar Dani Wijanarko,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di MAN 1 Pringsewu Kabupaten Pringsewu. 3.2 Populasi Penelitian Populasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir E O1 X1 O2 K O3 X2 04

BAB III METODE PENELITIAN. Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir E O1 X1 O2 K O3 X2 04 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Peneliti menggunakan metode eksperimen semu atau quasi experimental design dalam penelitian ini. Alasan penggunaan metode eksperimen kuasi ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di SMPN 12 Bandung. Sekolah ini berada di Jl. Setiabudhi, Kota Bandung. Pemilihan SMPN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah merupakan penelitian eksperimen semu.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah merupakan penelitian eksperimen semu. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah merupakan penelitian eksperimen semu. Penelitian eksperimen semu ini digunakan untuk meneliti keefektifan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Pada bagian ini akan dibahas atau diuraikan hasil-hasil penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN. Pada bagian ini akan dibahas atau diuraikan hasil-hasil penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bagian ini akan dibahas atau diuraikan hasil-hasil penelitian pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis proyek. Adapun hasil penelitian meliputi: aktivitas pendidik dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Research). Penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Research). Penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen (Experimental Research). Penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk mencari perbedaan perlakuan

Lebih terperinci

Ari Soraya Nurilah, Sudarti, Nuriman

Ari Soraya Nurilah, Sudarti, Nuriman PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE TPS (THINK-PAIR-SHARE) DENGAN METODE EKSPERIMEN DISERTAI TEKNIK CONCEPT MAPPING TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 TANGGUL Ari Soraya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd. ) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd. ) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH : PENGARUH METODE ROLE PLAYING ( BERMAIN PERAN ) DALAM BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 PATIANROWO TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH:

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH: PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI TERHADAP PERILAKU SOSIAL PESERTA DIDIK KELAS XI PEMASARAN 1 SMK YP 17 PARE TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran sinektik dalam mengembangkan perilaku kreatif siswa kelas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 293-297 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode III. METODE PENELITIAN 1. Metode yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono metode eksperimen adalah metode penelitian yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541-0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 1, no 3 November 2016 PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Abdul Wakhid

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Langlangbuana 2 Bandung yang berlokasi di Jl. Rusbandi, SH (Aspol) Sukamiskin. Alasan

Lebih terperinci

HARIO WIJAYANTO A

HARIO WIJAYANTO A DAMPAK PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 POLANHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: NUR KHOLIQ NPM:

SKRIPSI OLEH: NUR KHOLIQ NPM: PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL MOTIVASI EKSTRINSIK TERHADAPKEDISIPLINAN SISWA PADA SISWA KELAS XI DI SMAN 1 NGRONGGOT, NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR MELALUI KONSELING KELOMPOK REALITA PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 PRAMBON NGANJUK TAHUN PELAJARAN

UPAYA MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR MELALUI KONSELING KELOMPOK REALITA PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 PRAMBON NGANJUK TAHUN PELAJARAN JURNAL UPAYA MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR MELALUI KONSELING KELOMPOK REALITA PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 PRAMBON NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2015/2016 THE WAY TO INCREASE THE RESPONSIBILITY OF STUDY

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DAN ARTIKULASI MATERI GERAK TUMBUHAN

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DAN ARTIKULASI MATERI GERAK TUMBUHAN PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DAN ARTIKULASI MATERI GERAK TUMBUHAN (Pada Siswa Kelas VIII SMP NEGERI 2 MOJOGEDANG Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hasil penelitian ini akan dijelaskan mengenai beberapa hal diantaranya yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hasil penelitian ini akan dijelaskan mengenai beberapa hal diantaranya yaitu 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2013 sampai dengan tanggal 5 Maret 2013 di SMA Negeri 1 Mojolaban Sukoharjo. Pada hasil penelitian

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Ida Nur Kristianti Kata Kunci : Empati, Layanan Bimbingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan hal yang harus dipersiapkan sebelum kita melakukan penelitian. Metode penelitian merupakan cara yang digunakan untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimen (experimen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimen (experimen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimen (experimen semu) dengan pretest-posttest control group design. Dalam penelitian ini diberikan suatu

Lebih terperinci

PERBEDAAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN BUKAN AUDIO VISUAL TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV

PERBEDAAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN BUKAN AUDIO VISUAL TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV PERBEDAAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN BUKAN AUDIO VISUAL TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV Ahmad Irfan, Toha Mashudi, Murtiningsih FIP Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang

Lebih terperinci

JURNAL EFFECT OF GROUP COUNSELING SERVICES USING THE IMPROVEMENT ETIQUEETTE SOCIODRAMAS CLASS VIII SMPN 2 SAID ACADEMIC YEAR 2015/2016

JURNAL EFFECT OF GROUP COUNSELING SERVICES USING THE IMPROVEMENT ETIQUEETTE SOCIODRAMAS CLASS VIII SMPN 2 SAID ACADEMIC YEAR 2015/2016 JURNAL PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA TERHADAP PENINGKATAN ETIKA PERGAULAN SISWA KELAS VIII SMPN 2 PAPAR TAHUN AJARAN 2015/2016 EFFECT OF GROUP COUNSELING SERVICES USING THE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III metode penelitian akan dipaparkan mengenai jenis dan pendekatan, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan indikator penelitian, teknik

Lebih terperinci

Penelitian eksperimen adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai

Penelitian eksperimen adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Sesuai dengan judul penelitian, maka ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh

Lebih terperinci

PENINGKATAN BUDI PEKERTI MELALUI TEHNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI

PENINGKATAN BUDI PEKERTI MELALUI TEHNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI PENINGKATAN BUDI PEKERTI MELALUI TEHNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian tersebut meliputi:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran pelaksanaan pembelajaraan dengan umpan balik dan tanpa umpan balik serta perbedaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pengujian Hipotesis Data Bimbingan Kelompok Berbasis

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pengujian Hipotesis Data Bimbingan Kelompok Berbasis 112 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pengujian Hipotesis Data Bimbingan Kelompok Berbasis Assertive Training dalam Meningkatkan Self Concept Anggota Karang Taruna Yodha Mandiri Menggunakan Pengujian Hipotesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Sukakerta Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Peneliti memilih SD Negeri

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN MEDIA BOCI

KEEFEKTIFAN MEDIA BOCI KEEFEKTIFAN MEDIA BOCI (BONEKA CITA-CITAKU) TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF SISWA KELAS IV SD NEGERI KUTOSARI 1 KABUPATEN BATANG Oleh : Mei Fita Asri Untari, Ariestiyani Kartikawati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif khususnya pada metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif khususnya pada metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif khususnya pada metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2008:72), metode penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian di laksanakan pada bulan Maret sampai bulan April 2013. Observasi dilaksanakan sebelum penelitian yaitu pada bulan

Lebih terperinci

PERAN ORANGTUA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SANTUN PADA SISWA SD MUHAMMADIYAH TEGALGEDE KARANGANYAR

PERAN ORANGTUA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SANTUN PADA SISWA SD MUHAMMADIYAH TEGALGEDE KARANGANYAR Artikel Publikasi: PERAN ORANGTUA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SANTUN PADA SISWA SD MUHAMMADIYAH TEGALGEDE KARANGANYAR Usulan Penelitian diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR Kadek Budiasa (1), Viyanti (2), I Dewa Putu Nyeneng (3) (1) Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Unila, budiasakadek60@yahoo.com;

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENGARUH PEMANFAATAN LINGKUNGAN DAN GAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SAMBI BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF DAN MEDIA PRESENTASI

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF DAN MEDIA PRESENTASI 0 PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF DAN MEDIA PRESENTASI Andi Setiawan 1, Yarmaidi 2, Irma Lusi Nugraheni 3 ABSTRACT This study aimed to: (1) investigate

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA CHARTA

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA CHARTA PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA CHARTA DAN AUDIOVISUAL POKOK MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 COLOMADU KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELEJARAN BLENDED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS VIII DI SMPN 38 SURABAYA

PENGGUNAAN MODEL PEMBELEJARAN BLENDED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS VIII DI SMPN 38 SURABAYA MUST: Journal of Mathematics Education, Science and Technology Vol. 1, No. 1, Juli 2016. Hal 10 20 PENGGUNAAN MODEL PEMBELEJARAN BLENDED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS VIII DI SMPN 38

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PERBEDAAN HASIL BELAJAR CHASIS DAN PEMINDAH TENAGA ANTARA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN TEAM GAMES TOURNAMENT

STUDI TENTANG PERBEDAAN HASIL BELAJAR CHASIS DAN PEMINDAH TENAGA ANTARA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN TEAM GAMES TOURNAMENT JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 22, NO. 2, OKTOBER 2014 1 STUDI TENTANG PERBEDAAN HASIL BELAJAR CHASIS DAN PEMINDAH TENAGA ANTARA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN TEAM GAMES TOURNAMENT DAN CERAMAH SISWA KELAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Kristen 01 dan SD Kristen 03 Kabupaten Woosobo. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Shadow Puppet Terhadap Kemampuan Bercerita Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

BAB III METODE PENELITIAN. Shadow Puppet Terhadap Kemampuan Bercerita Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian Berdasarkan judul penelitian ini, yakni Pengaruh Pemanfaatan Media Shadow Puppet Terhadap Kemampuan Bercerita Siswa Kelas

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN WHAT IS MY LINE

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN WHAT IS MY LINE PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN WHAT IS MY LINE DAN CARD SORT SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DWI ISTANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 2 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet,

Lebih terperinci

Disusun Oleh: DENI EKA RINTAKASIWI A

Disusun Oleh: DENI EKA RINTAKASIWI A PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan siswa yang berprestasi dengan kepribadian unggul.

BAB I PENDAHULUAN. dan siswa yang berprestasi dengan kepribadian unggul. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan sekolah yang teratur tertib, tenang memberi gambaran lingkungan siswa yang giat, gigih, serius, penuh perhatian, sunggh sungguh dan kompetitif dalam kegiatan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS KONSELING KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA

EFEKTIFITAS KONSELING KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA EFEKTIFITAS KONSELING KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA Choli Astutik, Latifa Normayanti Prodi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI SUMENEP ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA PENERAPAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA JURNAL Oleh LISA NESMAYA NIM 080210102052 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian yang berjudul Keefektifan Layanan Informasi tentang Bahaya Bullying untuk Meningkatkan Empati pada Peserta didik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam 18 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung tahun pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Kristen Satya Wacana yang beralamat di Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga dan SMP Stella Matutina

Lebih terperinci

Jurnal. The Improving Students Mathematics To The Aljabar Factoritation By Using Auditory Intellectually Repetition (Air) Mode By Resitation Method

Jurnal. The Improving Students Mathematics To The Aljabar Factoritation By Using Auditory Intellectually Repetition (Air) Mode By Resitation Method Jurnal PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PEMFAKTORAN BENTUK ALJABAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) DENGAN METODE RESITASI The Improving Students

Lebih terperinci