GAMBARAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MELALUI PROGRAM GERAKAN 1 RUMAH 1 JUMANTIK DI PUSKESMAS KELURAHAN BENDA BARU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MELALUI PROGRAM GERAKAN 1 RUMAH 1 JUMANTIK DI PUSKESMAS KELURAHAN BENDA BARU"

Transkripsi

1 GAMBARAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MELALUI PROGRAM GERAKAN 1 RUMAH 1 JUMANTIK DI PUSKESMAS KELURAHAN BENDA BARU KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017 SKRIPSI Disusun oleh: GILANG ANUGERAH MUNGGARAN PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/ 2018 i

2 1. LEMBAR PERNYATAAN ii

3 2. ABSTRAK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Desember, 2017 Gilang Anugerah Munggaran, GAMBARAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MELALUI PROGRAM GERAKAN 1 RUMAH 1 JUMANTIK DI PUSKESMAS KELURAHAN BENDA BARU KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN halaman, 9 gambar, 8 tabel, 69 daftar pustaka ABSTRAK Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia karena terjadi setiap tahun. DBD juga menjadi masalah kesehatan di Kota Tangerang Selatan. Tahun 2016, Kota Tangerang Selatan dapat menekan angka kesakitan DBD melalui gerakan 1 rumah 1 jumantik. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan gerakan 1 rumah 1 jumantik di Puskesmas Benda Baru dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan desain studi kasus yang dilakukan pada Mei sampai Desember Informan kunci adalah koordinator pengendalian penyakit menular puskesmas dan informan umum diantaranya kepala puskesmas, manajer gerakan ini, kepala kelurahan, dan kepala seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Hasil penelitian sesuai dengan teori implementasi kebijakan dan pedoman gerakan ini yang terliputi dalam standar dan tujuan, karakteristik organisasi pelaksana, komunikasi antar organisasi pelaksana, disposisi, dan lingkungan (sosial, ekonomi, dan politik). Ketidaksesuaian terdapat pada sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta sumber daya keuangan. Disarankan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan melakukan pengadaan pelaksana jumantik sebanyak orang; Agar terus mendukung dan mengajak Camat lain untuk menjalankan program ini; berkolaborasi dengan pihak swasta untuk mengembangkan website Segera berfikir dan mengelola sumber daya untuk mencapai Kota Tangerang Selatansebagai kota bebas jentik pada tahun Disarankan Puskesmas Kelurahan Benda Baru melaksana pelatihan pengguanaan aplikasi berbasis android kepada koordinator dan supervisor; Membentuk tim bersama Kantor Kelurahan sebagai pengelola website Melaksana sosialisasi kepada masyarakat terkait cara menjadi Koordinator dan Supervisor; Menyediakan pipet, plastik, formulir dan label untuk menambah kekurangan sarana dan prasarana dari Dinas Kesehatan dalam program ini. Kata kunci: Demam Berdarah, 1 Rumah 1 Jumantik, Implementasi Kebijakan iii

4 ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAMS Desember, 2017 Gilang Anugerah Munggaran, DESCRIPTION IMPLEMENTATION OF DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) POLICY THROUGH 1 RUMAH 1 JUMANTIK MOVEMENT IN PUSKESMAS BENDA BARU OF TANGERANG SELATAN CITY IN pages, 9 pictures, 8 tables, 69 bibliography ABSTRACT Dengue hemorrhagic fever (DHF) is still a serious health problem in Indonesia because it happens every year. DHF is also a health problem in Tangerang Selatan. In 2016, Tangerang Selatan can reduce the morbidity rate of dengue through the movement of 1 rumah 1 jumantik. This study aims to describe the movement of 1 rumah 1 jumantik in Puskesmas Benda Baru by using qualitative approach and case study design conducted in May to December Key informants are coordinator of infectious disease control of puskesmas and general informant such as head of puskesmas, manager of this movement, head of kelurahan, and head of the infectious disease prevention and control section of the Tangerang Selatan Health Office. The results of the research are in accordance with the theory of policy implementation and the guidance of this movement which is covered in standards and objectives, organizational characteristics of implementers, communication between implementing organizations, dispositions, and environment (social, economic, and political). Non-conformance is in human resources, facilities and infrastructure, and financial resources. It is recommended that Tangerang Selatan Health Office conducts jumantik procurement of 12,331 people; To continue supporting and inviting other Camat to implementing this program; Make collaboration with private sector to develop Immediately think and manage the resources to reach Tangerang Selatan as a larva-free city by It is recommended Puskesmas Kelurahan Benda Baru to conduct training on using android based application to coordinator and supervisor; Establish a team with the Kelurahan Office as website manager Conducting socialization to the public on how to become a Coordinator and Supervisor; Provide pipettes, plastics, forms and labels to add to the lack of facilities and infrastructure of the Health Department in this program. Keywords: Dengue Fever, 1 Rumah 1 Jumantik, Policy Implementation iv

5 3. PERNYATAAN PERSETUJUAN Judul Skripsi GAMBARAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MELALUI PROGRAM 1 RUMAH 1 JUMANTIK DI PUSKESMAS KELURAHAN BENDA BARU KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2017 Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Sidang Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 05 Mar e t 2017 Mengetahui, Pembimbing Skripsi Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D NIP v

6 vi

7 4. KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kuasa-nya sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Gambaran Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan kelancaran sehingga penulis dapat menjalankan penelitian dan membuat laporan dengan baik dan lancar. 2. Kedua orangtua yang selalu mendoakan, memberi dukungan moril dan materil, semangat serta selalu memberikan kasih sayangnya yang tiada henti kepada penulis. 3. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai pembimbing kami yang senantiasa memberikan arahan serta bimbingan kepada kami. 5. Bapak Baequni, Ph.D; Bapak dr. Muhammad Alwan; dan Ibu Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes sebagai penguji yang telah menguji dan memberikan saran dalam penulisan ini. 6. Teman kami: Agung, Ojan, Aftah, Piyul, Wihda, Dinda, Sarah, Tami, Arinda, Dara, Septi, Amik, Nanda, Faza, Mia, Desti, Fini, serta Avita Falahdina dan Kak Fitri yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maka penulis mohon saran dan masukannya. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Jakarta, Desember 2017 Penulis vii

8 5. DAFTAR ISI 6. Contents 1. LEMBAR PERNYATAAN... ii 2. ABSTRAK... iii 3. PERNYATAAN PERSETUJUAN... v 4. KATA PENGANTAR... vii 5. DAFTAR ISI... viii 7. DAFTAR GAMBAR... xiv 8. DAFTAR TABEL... xv 1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Manfaat Bagi Puskesmas Kelurahan Benda Baru Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Manfaat Bagi Peneliti Lain BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Definisi viii

9 Penyebab Mekanisme Penularan Tanda dan Gejala Vektor Penyakit DBD Morfologi Nyamuk Aedes aegypti Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti Tempat Pembiakan Nyamuk Aedes aegypti Perilaku Nyamuk Aedes aegypti Pencegahan dan Pengendalian Vektor DBD Pemantauan Jentik Berkala (PJB) Rumah 1 Jumantik Definisi Jumantik Definisi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Definisi Jumantik Rumah Definisi Jumantik Lingkungan Definisi Koordinator Jumantik Definisi Supervisor Jumantik Pengorganisasian dan Tatakelola Pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Kebijakan Terkait Pengendalian DBD Puskesmas Definisi Tugas dan Fungsi Tugas dan Tanggung Jawab Puskesmas dalam Implementasi Program 1 Rumah 1 Jumantik ix

10 2.7. Kebijakan Kesehatan Implementasi Kebijakan Pengertian Implementasi Pengertian Implementasi Kebijakan Model Implementasi Kebijakan menurut Wahab (2008) Implementasi Kebijakan Sebagai Implementasi Program Pengertian program Implementasi Program Kerangka Teori BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH Kerangka Pikir Definisi Istilah BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Informan Cara Pengumpulan Data Instrumen Pengolahan Data Analisis Data Triangulasi Data BAB V HASIL PENELITIAN Informan Penelitian Gambaran Umum Kelurahan Benda Baru x

11 Puskesmas Benda Baru Standar Dan Tujuan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Tahun Standar Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Tujuan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Sumber Daya Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Tahun Pelaksana Sumber Daya Keuangan Sarana dan Prasarana Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Tahun Cara Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana Media Komunikasi Antar Pelaksana Karakteristik Organisasi Pelaksana Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Tahun Kompetensi Staf Suatu Organisasi Proses Monitoring Dan Evaluasi Pelaksanaan Program Dukungan Politik yang Dimiliki Kemudahan Akses Komunikasi Eksternal Kerja Sama Lintas Sektoral Kekuatan Organisasi Pelaksana Faktor Lingkungan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Faktor Lingkungan Ekonomi Faktor Lingkungan Sosial xi

12 Faktor Lingkungan Politik Sikap Pelaksana Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Tahun Arah dari Respon Pelaksana Kesadaran dan Intensitas Pelaksana BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN Keterbatasan penelitian Standar Dan Tujuan Kebijakan Terkait Program 1 Rumah 1 Jumantik Tahun Standar Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Tujuan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Sumber Daya Kebijakan Terkait Program 1 Rumah 1 Jumantik Tahun Pelaksana Sumber Daya Keuangan Sarana dan Prasarana Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana Terkait Program 1 Rumah 1 Jumantik Tahun Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana Media Komunikasi Antar Pelaksana Karakteristik Organisasi Pelaksana Terkait Program 1 Rumah 1 Jumantik Tahun Kompetensi Staf Organisasi Proses Monitoring dan Evaluasi Dukungan Politik yang Dimiliki Kemudahan Akses Komunikasi Eksternal xii

13 Kerja Sama Lintas Sektor Kekuatan Organisasi Pelaksana Lingkungan Sosial, Ekonomi, Dan Politik Terkait Program 1 Rumah 1 Jumantik Tahun Lingkungan Ekonomi Lingkungan Sosial Lingkungan Politik Sikap Pelaksana Kebijakan Terkait Program 1 Rumah 1 Jumantik Tahun Arah dari Respon Pelaksana Kesadaran dan Intensitas Pelaksana BAB VII SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Puskesmas Benda Baru Program Studi Kesehatan Masyarakat Peneliti Lain DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 7. DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Siklus Penularan DBD.. 15 Gambar 2.2 Morfologi Nyamuk DBD Gambar 2.3 Siklus Hidup Nyamuk DBD Gambar 2.4 Struktur Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Gambar 2.5 Tata Kerja Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Gambar 2.6 Kerangka Teori Penelitian Gambar 3.1 Kerangka Pikir Gambar 5.1 Peta Wilayah Kelurahan Benda Baru. 87 Gambar 5.2 Struktur Organisasi Puskesmas Benda Baru.. 89 xiv

15 8. DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Matriks Triangulasi Data Penelitian Tabel 5.1 Informan Wawancara Mendalam Tabel 5.2 Angka Bebas Jentik Di Wilayah Puskesmas Benda Baru Tahun Tabel 5.3 Angka Bebas Jentik Di Wilayah Puskesmas Benda Baru Tahun Tabel 5.4 Pencapaian ABJ di Kelurahan Benda Baru Tabel 5.5 Jumlah Rumah, Supervisor dan Koordinator Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru Tahun Tabel 6.1 Perhitungan Jumlah Pelaksana yang Dibutuhkan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun Tabel 6.2 Supervisi Dan Evaluasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Kelurahan Benda Baru Tahun xv

16 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi salah satu prioritas nasional pengendalian penyakit menular di Indonesia. Upaya pengendalian DBD masih perlu ditingkatkan, mengingat daerah penyebarannya saat ini terus bertambah luas dan Kejadian Luar Biasa (KLB) masih sering terjadi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016a). Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat, dan penyebarannya semakin luas, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kematian. Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang cepat dan sering fatal, karena masih banyak pasien yang meninggal akibat penanganan yang (Widoyono, 2008). Sekitar 2,5 milyar manusia yang merupakan 2/5 dari penduduk dunia mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya sekitar 50 sampai 100 juta penderita dengue dan penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) dilaporkan World Health Organization (WHO) di seluruh dunia, dengan jumlah kematian sekitar jiwa, terutama anakanak. Dan sekitar 2,5 sampai 3 milyar manusia yang hidup di 112 negara tropis dan subtropis berada dalam keadaan terancam infeksi dengue (Widoyono, 2008). 1

17 Pada tahun 2007, Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus dengue terbanyak di Asia Tenggara yaitu sebanyak pasien (57%) dengan kematian, atau 70% dari jumlah seluruh yang meninggal di Asia Tenggara. Tahun 2007 dilaporkan terjadi kasus DBD dengan angka kematian (CFR 0,98%) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016b). Selama periode tahun 2009 sampai tahun 2015 jumlah kabupaten/kota terjangkit DBD cenderung meningkat. Angka kesakitan DBD dan jumlah kabupaten/kota terjangkit DBD pada tahun 2015 sama-sama mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 sebesar 433 (84,74%) menjadi 446 Kabupaten/Kota (86,77%) pada tahun 2015 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016b). Pada tahun 2015 jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak kasus dengan jumlah kematian sebanyak orang (IR/Angka kesakitan= 50,75 per penduduk dan CFR/angka kematian= 0,83%). Jika dibandingkan tahun 2014 dengan kasus sebanyak serta IR 39,80, maka terjadi peningkatan kasus pada tahun Target Renstra Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2015 sebesar < 49 per penduduk, dengan demikian Indonesia belum mencapai target Renstra 2015 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016b). Indikator lain yang digunakan untuk upaya pengendalian penyakit DBD yaitu angka bebas jentik (ABJ). Sampai tahun 2015, ABJ secara 2

18 nasional belum mencapai target program yang sebesar = 95% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016b). ABJ Tahun 2014 mengalami penurunan yaitu sebesar 24,06% dan kembali meningkat pada Tahun 2015 (54,24%), meskipun peningkatan masih dibawah target nasional dan dibawah ABJ tahun Pada tahun 2015 ABJ di Indonesia terlihat peningkatan yang cukup signifikan dari 24,06% pada tahun 2014 menjadi 54,24% pada tahun Hal ini disebabkan pelaporan data ABJ sudah mulai mencakup sebagian wilayah kabupaten/kota di Indonesia. Puskesmas sudah mulai menggalakkan kembali kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) secara rutin, kegiatan kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) sudah mulai digalakkan kembali. Walaupun jika dibandingkan dengan tahun masih lebih kecil dan masih belum mencapai target program yang sebesar = 95% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016b). Jumlah kasus DBD di Kota Tangerang Selatan masih sangat tinggi. Data Angka Kesakitan DBD di Kota Tangerang Selatan Tahun menunjukan bahwa Angka IR DBD Kota Tangerang Selatan setiap tahun pada periode berada diatas Batas Minimal yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Secara keseluruhan, Kasus DBD di Kota Tangerang Selatan belum berhasil dicegah meskipun seluruh kasus yang ditemukan mendapatkan penanganan serius dari Dinas Kesehatan dan jajarannya (Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2016a) 3

19 Data Kasus dan Angka Kematian DBD di Kota Tangerang Selatan Tahun menunjukkan bahwa selama periode kasus DBD terus terjadi di Kota Tangerang Selatan, bahkan setiap tahunnya ada kejadian meninggal akibat DBD. Angka Kematian DBD di Kota Tangerang Selatan Tahun berturut-turut yaitu 15, 6, 2, 5, 6, 6 dan 5 (Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2016b). Selama periode pelaporan Bulan Januari sampai Juni Tahun 2016, kasus BDB di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan selalu ada. Data Kasus dan Angka Kematian DBD di Kota Tangserang Selatan Tahun 2016 menunjukkan bahwa kasus BDB di Kota Tangerang Selatan selalu ada selama pelaporan periode Bulan Januari-Juni Tahun Pada Bulan Februari dan Bulan Maret terjadi kematian akibat DBD yaitu sebanyak 2 dan 2 kematian akibat DBD. Jumlah kasus DBD pada Januari sampai Juni 2016 sebesar 411 kasus dan angka kematian sebesar 4 kasus (Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2016b). Upaya pengendalian DBD di Indonesia bertumpu pada 7 kegiatan pokok yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Demam Berdarah Dengue. Prioritas utama ditekankan pada upaya pencegahan melalui pemberdayaan dan peran serta masyarakat yaitu gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), penatalaksanaan penderita DBD dengan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu, 4

20 memperkuat surveilans epidemiologi dan sistem kewaspadaan dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) DBD, serta memperkuat kapasitas SDM (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016a). Kementerian Kesehatan menyusun strategi penguatan pelayanan kesehatan melalui pendekatan keluarga dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif, termasuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit Arbovirus, khususnya DBD. Gerakan PSN dengan metode 3 M Plus sangat memerlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat, karena tempattempat yang berpotensi untuk menjadi habitat perkembangbiakan nyamuk penular DBD (Aedes aegypti & Aedes albopictus) ini biasanya banyak ditemukan di lingkungan pemukiman penduduk baik di dalam maupun di sekitar rumah. Oleh karena itu peran keluarga perlu terus ditingkatkan untuk melakukan pemantauan, pemeriksaan dan pemberantasan jentik. Konsep inilah yang disebut dengan Jumantik Rumah Tangga atau Satu Rumah Satu Jumantik (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016a). Kota Tangerang Selatan merupakan daerah endemis DBD yang perlu mendapat perhatian khusus dalam pengendaliannya karena kasus DBD dapat menimbulkan kematian pada penderita, serta upaya pencegahan dan penanggulangannya lebih efektif dengan melibatkan semua aspek masyarakat (Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2016b). Pengendalian penyakit adalah upaya penurunan insidens, prevalens, morbiditas atau mortalitas dari suatu penyakit hingga level yang dapat diterima secara lokal. Angka 5

21 kesakitan dan kematian penyakit merupakan indikator dalam menilai derajat kesehatan suatu masyarakat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016b). Menurut Subarsono (2011) dalam (Ramdhani, Abdullah; dan Ramdhani, 2017) mengungkapkan bahwa berdasarkan Wahab (2008) terdapat enam aspek yang perlu diperhatikan dalam implementasi kebijakan yang meliputi standar dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik organisasi pelaksana, sikap (disposisi) dari pelaksana, komunikasi antar organisasi pelaksana, dan lingkungan (sosial, ekonomi, dan politik). Dalam implementasinya, teori Van Meter dan Van Horn sangat relevan dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan menyatakan bahwa saat ini terdapat beberapa kebijakan pengendalian DBD yang telah dilakukan diantaranya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus, Pemantauan jentik berkala, Survailens pada setiap kasus DBD, adanya Laporan KD-RS (Kewaspadaan Dini Rumah Sakit). Namun berbagai upaya tersebut belum menampakkan hasil yang optimal. Salah satu penyebabnya adalah belum optimalnya perilaku masyarakat dalam membudayakan upaya PSN (Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2016a) Pusat kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah pelayanan kesehatan primer yang berperan sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi 6

22 sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatanya secara menyeluruh, terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Azwar, 1996). Puskesmas Kelurahan Benda Baru merupakan Puskesmas Kelurahan pertama yang menjadi Puskesmas Kelurahan Bebas Jentik Se-Kota Tangerang Selatan. Tentunya masih terdapat kendala yang dialami alam mencapai target tersebut (Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2016a). Puskesmas Kelurahan Benda Baru merupakan Puskesmas Kelurahan pertama yang mengimplementasikan kebijakan pengendalian DBD melalui Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Implemetasi kebijakan adalah pelaksanaan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasi masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapaim dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya (Mazmanian, 1979). Peneliti memilih Puskesmas Kelurahan Benda Baru sebagai tempat penelitian dengan beberapa pertimbangan yang didasari oleh faktor dokumen dan studi pendahuluan berupa observasi pada Bulan September Maret

23 Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa sumber daya Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Benda Baru kurang yang diantaranya kurangnya sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta anggaran yang belum ada. Serta belum adanya organisasi pelaksana gerakan jumantik. Petugas Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Benda Baru juga belum diberikan SK dari Puskesmas maupun dari Dinas Kesehatan Tangerang Selatan.Terkadang tidak ada koordinasi antara kelurahan dan puskesmas serta tim penilaian di Benda Baru sehingga penilaian ABJ mengalami kendala. Serta belum ada penelitian yang menggambarkan gerakan 1 rumah 1 juamntik di Puskesmas Benda Baru sampai saat ini. Oleh sebab itu, peneliti tertarik dan merasa perlu untuk menggali permasalahan dan mengetahui Gambaran Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan diatas, ditemukan ada masalah terkait pelaksanaan program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru. Untuk melihat permasalahan tersebut di lapangan, peneliti memilih Puskesmas Benda Baru sebagai tempat penelitian karena merupakan Lokus (lokasi khusus) yang menjadi Puskesmas Kelurahan Bebas Jentik pertama di Kota Tangerang Selatan. Diketahui juga terdapat potensi permasalahan lain pada penyelenggaraan program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas 8

24 Benda Baru sehingga dibutuhkan sebuah penelitian untuk mengetahuinya. Atas dasar itu, peneliti ingin mengetahui secara dalam bagaimana gambaran Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun Pertanyaan Penelitian Bagaimana Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun 2017? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Diketahuinya Gambaran Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun Tujuan Khusus a. Diketahuinya gambaran Puskesmas Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun b. Diketahuinya gambaran standar dan tujuan Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui 9

25 Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun c. Diketahuinya gambaran sumber daya pada Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun d. Diketahuinya gambaran komunikasi antar pelaksana pada Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun e. Diketahuinya gambaran karakteristik pelaksana pada Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun f. Diketahuinya gambaran kondisi lingkungan pada Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun g. Diketahuinya gambaran sikap pelaksana pada Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun

26 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan a. Mendapatkan masukan untuk kelanjutan Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Tangerang Selatan, khususnya di wilayah yang telah tersertifikasi bebas jentik. b. Mendapatkan tambahan bahan kajian dalam monitoring dan evaluasi Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Tangerang Selatan, khususnya di wilayah yang telah tersertifikasi bebas jentik Manfaat Bagi Puskesmas Kelurahan Benda Baru. a. Mendapatkan masukan untuk perbaikan dari Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun b. Sebagai bahan pertimbangan dan memperkuat argument terhadap permasalahan yang terjadi pada Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan Tahun

27 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan dosen mengenai implementasi kebijakan program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Manfaat Bagi Peneliti Lain Sebagai referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan dan rujukan oleh peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan implementasi kebijakan program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. 12

28 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama dan apabila timbul renjatan (shock) angka kematian akan meningkat (Suharsono, 2010). Demam tinggi pada penderita DBD yaitu antara 39 0 C sampai 40 0 C. Bila demam berkisar 38 0 C bisa jadi penyakit infeksi virus lain seperti campak, rubella, dan chikungunya atau virus hanta (Demam Korea) atau penyakit lain karena infeksi bakteri seperti tuberkulosa atau thypus atau penyakit radang selaput otak (meningitis) (Suharsono, 2010) Penyebab Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh Virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Virus Dengue sampai sekarang dikenal 4 serotipe (Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3, Dengue-4) termasuk dalam kelompok Arthropod Borne Virus (Arbovirus). Ke-empat serotipe virus ini telah ditemukan di 13

29 berbagai daerah di Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1 dan Dengue-4 (For Research on Diseases of Poverty UNICEF and Organization, 2009) Mekanisme Penularan Penyakit DBD hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina. Nyamuk ini mendapat Virus Dengue sewaktu menggigit/ menghisap darah orang yang sakit DBD atau tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus Dengue. Orang yang mengandung Virus Dengue tetapi tidak sakit dapat pergi kemanamana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk Aedes aegypti. Virus Dengue yang terhisap akan berkembang biak dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk termasuk kelenjar liurnya. Bila nyamuk tersebut menggigit/ menghisap darah orang lain, virus itu akan berpindah bersama air liur nyamuk. Apabila orang yang ditulari tidak memiliki kekebalan yang baik maka akan terinfeksi penyakit DBD. Nyamuk yang sudah mengandung Virus Dengue, seumur hidupnya dapat menularkan kepada orang lain. Dalam darah manusia, Virus Dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu lebih kurang 14

30 1 minggu (Western Pacific Regional Action and World Health Organization (WHO), 2002). Sumber: Kementerian Kesehatan, 2010 Gambar 2.1 Siklus Penularan DBD Penularan Virus Dengue melalui gigitan nyamuk lebih banyak terjadi di tempat yang padat penduduk seperti di perkotaan dan pedesaan pinggir kota. Oleh karena itu, penyakit DBD lebih bermasalah di daerah sekitar perkotaan (Widoyono, 2008). Tempat yang potensial untuk terjadi penularan DBD adalah: 1. Wilayah yang banyak kasus DBD. 2. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orangorang yang datang dari berbagai wilayah, sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus Dengue cukup besar. Tempat-tempat tersebut antara lain: a. Sekolah yang disebabkan karena siswa sekolah berasal dari berbagai wilayah serta siswa sekolah merupakan kelompok umur yang paling susceptible terserang DBD. 15

31 b. Rumah sakit/puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. c. Tempat umum lainnya seperti hotel, pertokoan, pasar, restoran dan tempat ibadah. 3. Pemukiman baru di pinggir kota karena di lokasi ini penduduknya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa Virus Dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi asal (Depkes RI, 2010: 3) Tanda dan Gejala Menurut Depkes (2011), infeksi virus dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi virus. Dengan demikian, infeksi virus dengue dapat menyebabkan keadaan yang bermacam-macam, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan yang tidak spesifik (undifferentiated febrile illness), demam dengue, atau bentuk lain yang lebih berat yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD). 1. Demam; Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2-7 hari, kemudian turun secara cepat. 2. Tanda-tanda perdarahan; Perdarahan ini disebabkan oleh trombositopeni dan gangguan fungsi trombosit. Perdarahan ini 16

32 terjadi di semua organ. Perdarahan ini dapat berupa uji tourniquet (Rumple leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi perdarahan sebagai berikut: Petekie, Purpura, Ekimosis, Perdarahan konjungtiva, Epistaksis, Perdarahan gusi, Hematemesis, Melena dan Hematuri. 3. Hepatomegali (pembesaran hati); Pembesaran hati berkaitan dengan strain serotipe virus Dengue. 4. Renjatan (shock); Renjatan disebabkan karena perdarahan atau kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler darah yang rusak. Tanda-tanda renjatan sebagai berikut: a. Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki. b. Penderita menjadi gelisah. c. Sianosis di sekitar mulut. d. Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba. e. Tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmhg atau kurang). f. Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun hingga 80 mmhg atau kurang). 5. Trombositopeni; Jumlah trombosit di bawah /mm 3 biasanya ditemukan diantara hari ketiga sampai ketujuh sakit. Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai kita yakin trombosit dalam batas-batas normal atau menyokong ke arah penyakit DBD. Pemeriksaan dilakukan minimal 2 kali. Pertama pada waktu 17

33 pasien masuk dan apabila normal diulangi pada hari kelima sakit. Bila perlu diulangi lagi pada hari ke 6-7 sakit. 6. Hemokonsentrasi; Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) merupakan indikator yang peka terhadap akan terjadinya renjatan sehingga perlu dilakukan pemeriksaan berulang secara periodik. 7. Gejala klinik lain; pertama, Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita penyakit DBD adalah anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi dan kejang. Kedua, Pada beberapa kasus terjadinya kejang disertai hiperpireksia dan penurunan kesadaran sehingga sering diduga sebagai ensepalitis. Ketiga, Keluhan sakit yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan gastrointestinal dan renjatan (Depkes RI, 1992: 3-7) Vektor Penyakit DBD Vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan (Wahid Iqbal Mabarak dan Nurul Chayatin, 2009: 310). Penularan penyakit DBD dari satu orang ke orang lain dengan perantara Nyamuk Aedes. Penyakit ini tidak akan menular tanpa ada gigitan nyamuk. Nyamuk pembawa Virus Dengue yang paling utama adalah jenis Aedes aegypti, sedangkan Aedes albopictus relatif jarang. Nyamuk Aedes aegypti mulanya berasal dari Mesir yang kemudian menyebar ke seluruh dunia, melalui kapal laut atau udara. Nyamuk hidup dengan baik di belahan dunia yang beriklim tropis dan subtropis seperti Asia, Afrika, Australia, dan Amerika. 18

34 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti (Sumber: Widodo Judarwanto, 2007) Gambar 2.2 Morfologi Nyamuk DBD Nyamuk berukuran kecil (4-13 mm) dan rapuh. Kepalanya mempunyai probosis halus dan panjang yang melebihi panjang kepala. Pada nyamuk betina, probosis dipakai sebagai alat untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan untuk menghisap bahan-bahan cair seperti cairan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan juga keringat. Di kiri kanan probosis terdapat palpus yang terdiri dari 5 ruas dan sepasang antena yang terdiri dari 15 ruas. Antena pada nyamuk jantan berambut lebat (plumose) dan pada nyamuk betina jarang (pilose). Sebagian besar toraks yang tampak (mesonotum) diliputi bulu halus. Bagian posterior dari mesonotum terdapat skutelum yang membentuk 3 lengkungan (trilobus). Sayap nyamuk panjang dan langsing, mempunyai vena yang permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap (wing scales) yang letaknya mengikuti vena. Pada pinggir sayap terdapat sederetan rambut yang disebut fringe. Abdomen berbentuk silinder dan terdiri 19

35 dari 10 ruas. Dua ruas yang terakhir berubah menjadi alat kelamin. Nyamuk mempunyai 3 pasang kaki (heksapoda) yang melekat pada toraks dan tiap kaki terdiri atas 1 ruas femur, 1 ruas tibia dan 5 ruas tarsus (Dantje T. Sembel, 2009: 48) Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti Gambar dibawah menunjukkan siklus hidup nyamuk Aedes aegypti: (Sumber: Widodo Judarwanto, 2007) Gambar 2.3 Siklus Hidup Nyamuk DBD 1. Telur Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur di atas permukaan air satu per satu. Telur dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama dalam bentuk dorman. Namun, bila air cukup tersedia, telurtelur biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan. 2. Larva Telur menetas menjadi larva atau sering disebut dengan jentik. Larva nyamuk memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas. Untuk mendapatkan oksigen dari 20

36 udara, larva nyamuk Aedes aegypti biasanya menggantungkan tubuhnya agak tegak lurus dengan permukaan air. Kebanyakan larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan partikel-partikel lainnya dalam air. Larva biasanya melakukan pergantian kulit sebanyak empat kali dan berpupasi sesudah 7 hari. 3. Pupa Setelah mengalami pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa berbentuk agak pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif bergerak dalam air terutama bila diganggu. Bila perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu sesudah 2 atau 3 hari, maka kulit pupa pecah dan nyamuk dewasa keluar dan terbang. 4. Nyamuk Dewasa Nyamuk dewasa yang keluar dari pupa berhenti sejenak di atas permukaan air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayapsayapnya. Setelah itu nyamuk akan terbang untuk mencari makan. Dalam keadaan istirahat, nyamuk Aedes aegypti hinggap dalam keadaan sejajar dengan permukaan Tempat Pembiakan Nyamuk Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti yang aktif pada siang hari biasanya meletakkan telur dan berbiak pada tempat-tempat penampungan air bersih atau air hujan seperti bak mandi, tangki penampungan air, vas bunga (di rumah, sekolah, kantor, atau perkuburan), kaleng-kaleng atau kantung-kantung plastik bekas, di atas lantai gedung terbuka, 21

37 talang rumah, bambu pagar, kulit-kulit buah seperti kulit buah rambutan, tempurung kelapa, ban-ban bekas, dan semua bentuk kontainer yang dapat menampung air bersih. Jentik-jentik nyamuk dapat terlihat berenang naik turun di tempat-tempat penampungan air tersebut (Dantje T. Sembel, 2009: 53) Perilaku Nyamuk Aedes aegypti Untuk dapat memberantas nyamuk Aedes aegypti secara efektif diperlukan pengetahuan tentang pola perilaku nyamuk tersebut yaitu perilaku mencari darah, istirahat dan berkembang biak, sehingga diharapkan akan dicapai PSN dan jentik nyamuk Aedes aegypti yang tepat. 1. Perilaku Mencari Darah. Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur. Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2 ± 3 hari sekali. Menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari, dan lebih suka pada jam ± dan jam ± Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu orang. Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter. Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan. 2. Perilaku Istirahat. Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2 ± 3 hari untuk mematangkan telur. Tempat 22

38 istirahat yang disukai yaitu tempat-tempat yang lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi, dapur, WC, di dalam rumah seperti baju yang digantung, kelambu, tirai, di luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah. 3. Perilaku Berkembang Biak. Nyamuk Aedes aegypti bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih. Telur diletakkan menempel pada dinding penampungan air, sedikit di atas permukaan air. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar 100 butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 mm per butir. Telur ini di tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 2 hari terendam air. Jentik nyamuk setelah 6 ± 8 hari akan tumbuh menjadi pupa nyamuk. Pupa nyamuk masih dapat aktif bergerak didalam air, tetapi tidak makan dan setelah 1±2 hari akan memunculkan nyamuk Aedes aegypti yang baru (Dantje T. Sembel, 2009: 50) Pencegahan dan Pengendalian Vektor DBD Pencegahan dan pengendalian vektor merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau menekan populasi vektor serendahrendahnya sehingga tidak berarti lagi sebagai penular penyakit dan menghindarkan terjadinya kontak antara vektor dan manusia (Srisasi Gandahusada, 1998: 244). 23

39 Upaya pencegahan tidak harus dilakukan manakala kita sudah benarbenar sakit. Tetapi, upaya pencegahan harus dilakukan jauh sebelumnya yaitu pada kondisi sehat pun harus ada upaya yang positif. Tindakan pencegahan merupakan upaya untuk memotong perjalanan riwayat alamiah penyakit pada titik-titik atau tempat-tempat yang paling berpotensi menyebabkan penyakit atau sumber penyakit (Budioro, 2001: 47). Sasaran pemberantasan DBD dapat dilakukan pada nyamuk dewasa dan jentik. Upaya pemberantasan meliputi: 1. Pencegahan dengan cara menguras, menutup, dan mengubur atau dikenal dengan gerakan 3 M, yaitu: a. Menguras tempat penampungan air secara teratur sekurangkurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya. b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air. c. Mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik, dll. 2. Pemberantasan vektor/nyamuk, penyemprotan/fogging fokus pada lokasi yang ditemui kasus. 3. Kunjungan ke rumah-rumah untuk pemantauan jentik dan abatisasi. 4. Penyuluhan dan kerja bakti melakukan 3 M (Addin A, 2009: 77). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga mencanangkan 3 M Plus, yaitu 3 M ditambah dengan: 24

40 1. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali. 2. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak. 3. Menutup lubang-lubang atau potongan bambu/pohon dengan tanah atau yang lain. 4. Menaburkan bubuk larvasida misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras. 5. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampungan air. 6. Memasang kawat kasa. 7. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar. 8. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai. 9. Menggunakan kelambu. 10. Memakai obat nyamuk yang dapat mencegah dari gigitan nyamuk (Depkes RI, 2010: 3) Pemantauan Jentik Berkala (PJB) Pemantauan jentik berkala (PJB) adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan atau kader atau petugas pemantau jentik (jumantik) (Depkes RI, 2010: 2). Program ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD dan memotivasi keluarga atau masyarakat dalam melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD. PSN DBD adalah 25

41 kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular DBD di tempat perkembangbiakannya. Program PJB dilakukan oleh kader, PKK, jumantik atau tenaga pemeriksa jentik lainnya. Kegiatan pemeriksaan jentik nyamuk termasuk memotivasi masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD. Dengan kunjungan yang berulang-ulang disertai dengan penyuluhan masyarakat tentang penyakit DBD diharapkan masyarakat dapat melaksanakan PSN DBD secara teratur dan terus-menerus. Tata cara pelaksanaan PJB yaitu: 1. Dilakukan dengan cara mengunjungi rumah-rumah dan tempattempat umum untuk memeriksa Tempat Penampungan Air (TPA), non-tpa dan tempat penampungan air alamiah di dalam dan di luar rumah atau bangunan serta memberikan penyuluhan tentang PSN DBD kepada keluarga dan masyarakat. 2. Jika ditemukan jentik, anggota keluarga atau pengelola tempat-tempat umum diminta untuk ikut melihat atau menyaksikan kemudian lanjutkan dengan PSN DBD (3 M atau 3 M plus). 3. Memberikan penjelasan dan anjuran PSN DBD kepada keluarga dan petugas kebersihan tempat-tempat umum. 4. Mencatat hasil pemeriksaan jentik di Kartu Jentik Rumah/Bangunan yang ditinggalkan di rumah yang diperiksa serta pada Formulir Juru Pemantau Jentik (JPJ-1) untuk pelaporan ke puskesmas dan dinas yang terkait lainnya (Depkes RI, 2010: 4). 26

42 5. Berdasarkan hasil pemantauan yang tertulis di formulir JPJ-1 maka dapat dicari ABJ dan dicatat di formulir JPJ Rumah 1 Jumantik Definisi Jumantik Juru pemantau jentik atau Jumantik adalah orang yang melakukan pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk khususnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Menurut PP Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 2017 menyatakan bahwa jumantik adalah warga masyarakat yang direkrut dan dilatih untuk melakukan proses edukasi dan pemantau pelaksanaan PSN 3M Plus oleh masyarakat. Apabila sudah selesai bertugas, para jumantik harus melakukan pelaporan ke kelurahan masing-masing secara rutin dan berkesinambungan Definisi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik adalah peran serta dan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan setiap keluarga dalam pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk untuk pengendalian penyakit tular vektor khususnya DBD melalui pembudayaan PSN 3M PLUS. 27

43 Definisi Jumantik Rumah Jumantik Rumah adalah kepala keluarga/ anggota keluarga/ penghuni dalam satu rumah yang disepakati untuk melaksanakan kegiatan pemantauan jentik di rumahnya. Kepala Keluarga sebagai penanggung jawab Jumantik Rumah Definisi Jumantik Lingkungan Jumantik Lingkungan adalah satu atau lebih petugas yang ditunjuk oleh pengelola tempat tempat umum (TTU) atau tempat tempat institusi (TTI) untuk melaksanakan pemantauan jentik di: TTI: Perkantoran, sekolah, rumah sakit. TTU: Pasar, terminal, pelabuhan, bandara, stasiun, tempat ibadah, tempat pemakaman, tempat wisata Definisi Koordinator Jumantik Koordinator Jumantik adalah satu atau lebih jumantik/kader yang ditunjuk oleh Ketua RT untuk melakukan pemantauan dan pembinaan pelaksanaan jumantik rumah dan jumantik lingkungan (crosscheck) Definisi Supervisor Jumantik Supervisor Jumantik adalah satu atau lebih anggota dari Pokja DBD atau orang yang ditunjuk oleh Ketua RW/Kepala Desa/Lurah 28

44 untuk melakukan pengolahan data dan pemantauan pelaksanaan jumantik di lingkungan RT Pengorganisasian dan Tatakelola Struktur Pembentukan Kader Jumantik dalam kegiatan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang berasal dari masyarakat terdiri dari Jumantik Rumah/ Lingkungan, Koordinator Jumantik dan Supervisor Jumantik. Pembentukan dan pengawasan kinerja menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh pemerintah Kabupaten/ Kota. Adapun susunan organisasinya adalah sebagai berikut: Sumber: Kementerian Kesehatan, Tata kerja dan Koordinasi Gambar 2.4 Struktur Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Tata kerja/koordinasi Jumantik di lapangan adalah sebagai berikut: 29

45 1. Tata kerja Jumantik mengacu pada petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pemberantasan sarang nyamuk penular DBD dan ketentuan-ketentuan lainnya yang berlaku di wilayah setempat. 2. Koordinator dan Supervisor Jumantik dapat berperan dalam kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit lainnya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masalah/penyakit yang ada di wilayah kerjanya. Ilustrasi tata kerja Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dapat dilihat dari gambar berikut: Sumber: Kementerian Kesehatan, 2016 Gambar 2.5 Tata Kerja Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Pemilihan Koordinator Dan Supervisor Jumantik 1. Kriteria Koordinator Jumantik Koordinator Jumantik direkrut dari masyarakat berdasarkan usulan atau musyawarah RT setempat, dengan kriteria sebagai berikut: 30

46 a) Berasal dari warga RT setempat. b) Mampu dan mau melaksanakan tugas dan bertanggung jawab. c) Mampu dan mau menjadi motivator bagi masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. d) Mampu dan mau bekerjasama dengan petugas puskesmas dan tokoh masyarakat di lingkungannya. 2. Kriteria Supervisor Jumantik Penunjukan supervisor disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah masing-masing, dengan kriteria: a) Anggota Pokja Desa/ Kelurahan atau orang yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Ketua RW/ Kepala Desa/ Lurah. b) Mampu melaksanakan tugas dan bertanggungjawab. c) Mampu menjadi motivator bagi masyarakat dan Koordinator Jumantik yang menjadi binaannya. d) Mampu bekerjasama dengan petugas puskesmas, Koordinator Jumantik dan tokoh masyarakat setempat. 31

47 3. Perekrutan Perekrutan Koordinator dan penunjukan Supervisor Jumantik dilaksanakan sesuai dengan tata cara yang telah diatur oleh masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota, dan ditetapkan melalui sebuah Surat Keputusan Tugas Dan Tanggung Jawab Tugas dan tanggung jawab pelaksanaan PSN 3M Plus disesuaikan dengan fungsi masing-masing. Secara rinci tugas dan tanggung jawab Jumantik adalah sebagai berikut: 1. Jumantik Rumah a) Mensosialisasikan PSN 3M Plus kepada seluruh anggota keluarga/ penghuni rumah. b) Memeriksa/ memantau tempat perindukan nyamuk di dalam dan di luar rumah seminggu sekali. c) Menggerakkan anggota keluarga/ penghuni rumah untuk melakukan PSN 3M Plus seminggu sekali. d) Hasil pemantauan jentik dan pelaksanaan PSN 3 M Plus dicatat pada kartu jentik. Catatan: Untuk rumah kost/asrama, pemilik/ penanggung jawab/ pengelola tempat-tempat 32

48 tersebut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pemantauan jentik dan PSN 3M Plus. Untuk rumah-rumah tidak berpenghuni, ketua RT bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pemantauan jentik dan PSN 3M Plus di tempat tersebut. 2. Jumantik Lingkungan a) Mensosialisasikan PSN 3M Plus di lingkungan TTI dan TTU. b) Memeriksa tempat perindukan nyamuk dan melaksanakan PSN 3M Plus di lingkungan TTI dan TTU seminggu sekali. c) Hasil pemantauan jentik dan pelaksanaan PSN 3 M Plus dicatat pada kartu jentik. 3. Koordinator Jumantik a) Melakukan sosialisasi PSN 3M Plus secara kelompok kepada masyarakat. Satu Koordinator Jumantik bertanggungjawab membina 20 hingga 25 orang Jumantik rumah/lingkungan. b) Menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan PSN 3M Plus di lingkungan tempat tinggalnya. 33

49 c) Membuat rencana/jadwal kunjungan ke seluruh bangunan baik rumah maupun TTU/TTI di wilayah kerjanya. d) Melakukan kunjungan dan pembinaan ke rumah/ tempat tinggal, TTU dan TTI setiap 2 minggu. e) Melakukan pemantauan jentik di rumah dan bangunan yang tidak berpenghuni seminggu sekali. f) Membuat catatan/rekapitulasi hasil pemantauan jentik rumah, TTU dan TTI sebulan sekali. g) Melaporkan hasil pemantauan jentik kepada Supervisor Jumantik sebulan sekali. 4. Supervisor Jumantik a) Memeriksa dan mengarahkan rencana kerja Koordinator Jumantik. b) Memberikan bimbingan teknis kepada Koordinator Jumantik. c) Melakukan pembinaan dan peningkatan keterampilan kegiatan pemantauan jentik dan PSN 3M Plus kepada Koordinator Jumantik. d) Melakukan pengolahan data pemantauan jentik menjadi data Angka Bebas Jentik (ABJ). e) Melaporkan ABJ ke puskesmas setiap bulan sekali. 5. Puskesmas 34

50 a) Berkoordinasi dengan kecamatan dan atau kelurahan/desa untuk pelaksanaan kegiatan PSN 3M Plus. b) Memberikan pelatihan teknis kepada Koordinator dan Supervisor Jumantik. c) Membina dan mengawasi kinerja Koordinator dan Supervisor Jumantik. d) Menganalisis laporan ABJ dari Supervisor Jumantik. e) Melaporkan rekapitulasi hasil pemantauan jentik oleh Jumantik di wilayah kerjanya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setiap bulan sekali. f) Melakukan pemantauan jentik berkala (PJB) minimal 3 bulan sekali. g) Melaporkan hasil PJB setiap tiga bulan (Maret, Juni, September, Desember) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. h) Membuat SK Koordinator Jumantik atas usulan RW/Desa/Kelurahan dan melaporkan ke Dinas Kesehatan Kab/Kota. i) Mengusulkan nama Supervisor Jumantik ke Dinas Kesehatan Kab/Kota. 6. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 35

51 a) Mengupayakan dukungan operasional Jumantik di wilayahnya. b) Memberikan bimbingan teknis perekrutan dan pelatihan Jumantik. c) Menganalisa laporan hasil PJB dari puskesmas. d) Mengirimkan umpan balik ke Puskesmas. e) Melaporkan rekapitulasi hasil PJB setiap tiga bulan (Maret, Juni, September, Desember) kepada Dinas Kesehatan Provinsi. f) Melakukan rekapitulasi Koordinator Jumantik di wilayahnya dan melaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi. g) Mengeluarkan SK Supervisor Jumantik dan melaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi. 7. Dinas Kesehatan Provinsi a) Membina dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PSN 3M Plus di Kabupaten/Kota. b) Mengirimkan umpan balik ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. c) Menganalisis dan membuat laporan rekapitulasi hasil kegiatan pemantauan jentik dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P), 36

52 Kementerian Kesehatan RI, setiap tiga bulan (Maret, Juni, September, Desember). d) Melakukan rekapitulasi jumlah Koordinator dan Supervisor Jumantik serta melaporkan kepada Ditjen P2P, Kemenkes RI Pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Pemantauan Jentik A. Persiapan 1. Pengurus RT melakukan pemetaan dan pengumpulan data penduduk, data rumah/ bangunan pemukiman dan tempat-tempat umum lainnya seperti sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana olahraga, perkantoran, masjid/ mushola, gereja, pasar, terminal dan lain-lain. 2. Pengurus RT mengadakan pertemuan tingkat RT dihadiri oleh warga setempat, tokoh masyarakat (Toma), tokoh agama (Toga), dan kelompok potensial lainnya. Pada pertemuan tersebut disampaikan tentang perlunya setiap rumah melakukan pemantauan jentik dan PSN 3M Plus secara rutin seminggu sekali dan mensosialisasikan 37

53 tentang pentingnya Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dengan membentuk Jumantik rumah/lingkungan. 3. Pengurus RT membentuk koordinator jumantik dan jumantik lingkungan berdasarkan musyawarah warga. 4. Para koordinator jumantik menyusun rencana kunjungan rumah B. Kunjungan Rumah Koordinator Jumantik melakukan kunjungan ke rumah/bangunan berdasarkan data yang tersedia dan mempersiapkan bahan/alat yang diperlukan untuk pemantauan jentik. Hal-hal yang perlu dilakukan saat kunjungan rumah adalah sebagai berikut: 1. Memulai pembicaraan dengan menanyakan sesuatu yang sifatnya menunjukkan perhatian kepada keluarga itu. Misalnya menanyakan keadaan anak atau anggota keluarga lainnya. 2. Menceritakan keadaan atau peristiwa yang ada kaitannya dengan penyakit demam berdarah, misalnya adanya anak tetangga yang sakit demam berdarah atau adanya kegiatan di desa/ kelurahan/rw tentang usaha pemberantasan demam berdarah atau berita di surat kabar/ 38

54 majalah/televisi/radio tentang penyakit demam berdarah dan lain-lain. 3. Membicarakan tentang penyakit DBD, cara penularan dan pencegahannya, serta memberikan penjelasan tentang hal-hal yang ditanyakan tuan rumah. 4. Gunakan gambar-gambar (leaflet) atau alat peraga untuk lebih memperjelas penyampaian. 5. Mengajak pemilik rumah bersama-sama memeriksa tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang jentik nyamuk. Misalnya bak penampungan air, tatakan pot bunga, vas bunga, tempat penampungan air dispenser, penampungan air buangan di belakang lemari es, wadah air minum burung serta barangbarang bekas seperti ban, botol air dan lain-lainnya. a) Pemeriksaan dimulai di dalam rumah dan dilanjutkan di luar rumah. b) Jika ditemukan jentik nyamuk maka kepada tuan rumah/pengelola bangunan diberi penjelasan tentang tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk dan melaksanakan PSN 3M Plus. 39

55 c) Jika tidak ditemukan jentik maka kepada tuan rumah/pengelola bangunan disampaikan pujian dan memberikan saran untuk terus menjaga agar selalu bebas jentik dan tetap melaksanakan PSN 3M Plus C. Tatacara Pemantauan Jentik Tatacara dalam melakukan kegiatan pemantauan jentik di rumah, TTU dan TTI adalah sebagai berikut: 1. Periksalah bak mandi/wc, tempayan, drum dan tempattempat penampungan air lainnya. 2. Jika tidak terlihat adanya jentik tunggu sampai kira-kira satu menit, jika ada jentik pasti akan muncul ke permukaan air untuk bernafas. 3. Gunakan senter apabila wadah air tersebut terlalu dalam dan gelap. 4. Periksa juga tempat-tempat berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk misalnya vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng bekas, botol plastik, ban bekas, tatakan pot bunga, tatakan dispenser dan lain-lain. 5. Tempat lain di sekitar rumah yaitu talang/saluran air yang terbuka/tidak lancar, lubang-lubang pada potongan bambu atau pohon lainnya. 40

56 D. Cara Mencatat dan Melaporkan Hasil Pemeriksaan Jentik Setelah melakukan pemeriksaan jentik, Jumantik Keluarga/Lingkungan mengisi kartu jentik seminggu sekali dengan tanda - jika tidak ditemukan jentik atau tanda + jika menemukan jentik. Secara singkat catatan dan pelaporan untuk kegiatan 1 rumah 1 Jumantik adalah sebagai berikut: 1. Kartu Jentik Diisi mandiri oleh jumantik rumah dan jumantik lingkungan Dilakukan seminggu sekali Dengan memberikan tanda + atau 2. Laporan Koordinator Jumantik Dilakukan di level RT Dilakukan sebulan sekali Direkap dari kartu Jentik 3. Laporan Supervisor Jumantik Dilakukan di level RW/Desa/Kelurahan Dilakukan sebulan sekali Direkap dari laporan koordinator Penyuluhan Kesehatan 41

57 Penyuluhan kesehatan dapat dilaksanakan di kelompok Dasawisma, pertemuan arisan atau pada pertemuan antar warga RT/RW, pertemuan dalam bidang keagamaan atau pegajian dan sebagainya. Langkah-langkah dalam melakukan penyuluhan kelompok adalah sebagai berikut: 1. Setiap peserta diusahakan duduk dalam posisi saling bertatap muka satu sama lain. Misalnya berbentuk huruf U, O atau setengah lingkaran 2. Mulailah dengan memperkenalkan diri dan perkenalan semua peserta. 3. Kemudian disampaikan pentingnya membicarakan DBD, antara lain bahayanya, dapat menyerang semua orang, bagaimana cara pencegahannya. 4. Jelaskan materi yang telah disiapkan sebelumnya secara singkat dengan menggunakan gambargambar atau alat peraga misalnya lembar balik, leaflet atau media KIE lainnya. 5. Setelah itu beri kesempatan kepada peserta untuk diskusi atau mengajukan pertanyaan tentang materi yang dibahas. 6. Pada akhir penyuluhan, ajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana materi yang disampaikan telah dipahami. 42

58 Kebijakan Terkait Pengendalian DBD Pemerintah sudah mengeluarkan beberapa peraturan pendukung untuk memberikan payung hukum yang jelas terhadap pelaksanaan program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, berikut diantaranya: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 Tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan. 5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 Tahun 1989 Tentang Jenis Penyakit Potensi Wabah. 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Penyakit Menular. 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581 Tahun 1992 Tentang Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue. 43

59 9. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 31-VI Tahun 1994 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan DBD (POKJANAL DBD). 10. Renstra Kota Tangerang Selatan Instruksi WaliKota Tangerang Selatan Nomor 443.4/340/Dinkes Puskesmas Definisi Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat). Menurut Azrul (2010), Puskesmas sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatanya secara menyeluruh, terpadu yang 44

60 berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu Tugas dan Fungsi Definisi puseksmas diatas dapat diketahui pula bahwa puskesmas memiliki tugas yaitu melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam menjalankan tugasnya, puskesmas memiliki fungsi Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) yang dilaksanakan secara integrase dan berkesinambungan. UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan. UKM meliputi UKM esensial dan UKM pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi: pelayanan promosi kesehatan; pelayanan kesehatan lingkungan; pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana; pelayanan gizi; dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya kesehatan masyarakat 45

61 esensial harus diselenggarakan oleh Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas Tugas dan Tanggung Jawab Puskesmas dalam Implementasi Program 1 Rumah 1 Jumantik Petunjuk Teknis Implementasi PSN 3M-Plus dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik memaparkan tugas dan tanggung jawab Puskesmas dalam penyelengaraaan Program 1 Rumah 1 Jumantik yang diantaranya: 1. Berkoordinasi dengan kecamatan dan atau kelurahan/desa untuk pelaksanaan kegiatan PSN 3M Plus. 2. Memberikan pelatihan teknis kepada Koordinator dan Supervisor Jumantik. 3. Membina dan mengawasi kinerja Koordinator dan Supervisor Jumantik. 4. Menganalisis laporan ABJ dari Supervisor Jumantik. 46

62 5. Melaporkan rekapitulasi hasil pemantauan jentik oleh Jumantik di wilayah kerjanya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setiap bulan sekali. 6. Melakukan pemantauan jentik berkala (PJB) minimal 3 bulan sekali. 7. Melaporkan hasil PJB setiap tiga bulan (Maret, Juni, September, Desember) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 8. Membuat SK Koordinator Jumantik atas usulan RW/Desa/Kelurahan dan melaporkan ke Dinas Kesehatan Kab/Kota. 9. Mengusulkan nama Supervisor Jumantik ke Dinas Kesehatan Kab/Kota. Puskesmas juga harus melakukan bimbingan teknis (supervisi) dan evaluasi dalam pelaksanaan Program 1 Rumah 1 Jumantik. Bimbingan teknis yang dilakukan oleh puskesmas kepada Koordinator dan Supervisor Jumantik antara lain memastikan apakah Jumantik benar-benar telah mengerti tentang penyakit DBD dan cara pencegahannya; Melihat bagaimana Jumantik melakukan wawancara dengan penghuni rumah/pengelola tempat-tempat umum dan memeriksa jentik; Melihat kartu jentik yang ada di rumah penduduk atau tempat-tempat umum; Memeriksa hasil pemeriksaan jentik pada formulir laporan Koordinator dan Supervisor Jumantik. 47

63 Evaluasi yang dilakukan Puskesmas bertujuan untuk analisis laporan hasil pemeriksaan jentik, antara lain: 1. Cakupan rumah/ tempat-tempat umum yang diperiksa (minimal 80% dari yang direncanakan). 2. Parameter penilaian adalah ABJ (Angka Bebas Jentik) yang dibuat dalam bentuk pemetaan. 3. Evaluasi hasil kerja Jumantik dilakukan oleh petugas Puskesmas bersama supervisor secara periodik 3 bulan sekali (PJB). 4. Memantau jumlah kasus DBD di wilayahnya. 5. Hasil kegiatan Jumantik dan hasil evaluasi disampaikan pada pertemuan rutin di tingkat kelurahan, kecamatan, dan kabupaten/kota. 6. Mengadakan pertemuan teknis di puskesmas untuk membahas permasalahan yang dihadapi jumantik dan penyelesainnya di tingkat kelurahan/desa yang dihadiri oleh Ketua RT, RW, swasta, LSM, Tokoh masyarakat (Toma), Tokoh agama (Toga) serta kelompok potensial lainnya Kebijakan Kesehatan Kebijakan publik merupakan suatu keputusan yang dimaksud untuk mengatasi permasalahan tertentu, untuk melakukan kegiatan tertentu, atau untuk mencapai tujuan tertentu, yang dilakukan oleh lembaga pemerintah yang berwenang dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan negara 48

64 dan pembangunan bangsa (Ayuningtyas, 2014). Menurut Thomas. R. Dye dalam (Ayuningtyas, 2014)), kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan (whatever the governments choose to do or not to do). Bentuk dari kebijakan publik di Indonesia sangat beraneka ragam, mulai dari UUD, Keppres, Permen, hingga Peraturan Desa ataupun Peraturan RT (Wibawa, 2011). Suatu kebijakan publik sangat erat kaitannya dengan pelayanan publik. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun (RI, 2009)tentang Pelayanan Publik, mendefinisikan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Kesehatan merupakan salah satu dari ruang lingkup pelayanan publik. Kesehatan adalah suatu hal penting yang harus diperoleh oleh setiap individu dan menjadi hak bagi setiap individu serta menjadi kewajiban bagi negara untuk menjamin warga negaranya agar setiap warga negaranya mampu untuk hidup sehat dan memanfaatkan pelayanan kesehatan. Kesehatan juga merupakan salah satu bagian dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat 49

65 (Ayuningtyas, 2014). Oleh karena itu, dibuatlah kebijakan kesehatan yang dapat mengatur dan menjamin setiap warga negaranya. Kebijakan kesehatan adalah merupakan salah satu bagian dari kebijakan publik yang mana hal tersebut dapat bertransformasi ketika tujuan dari kebijakan tersebut menjadi suatu kebijakan yang dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Ayuningtyas, 2014). Menurut Walt dalam (Ayuningtyas, 2014)), kebijakan kesehatan adalah upaya dan tindakan pengambilan keputusan yang meliputi aspek teknis medis, pelayanan kesehatan, dan keterlibatan pelaku/ aktor baik pada skala individu maupun organisasi atau institusi dari pemerintah, swasta, LSM dan representasi masyarakat lainnya yang membawa dampak pada kesehatan. WHO menetapkan delapan elemen yang harus tercakup dalam menentukan kualitas kebijakan kesehatan, yaitu (Ayuningtyas, 2014): a. Pendekatan holistik; Suatu kebijakan kesehatan harus didefinisikan secara lengkap dan menyeluruh dalam artian pendekatan dalam kebijakan kesehatan tidak hanya melakukan upaya kuratif, tetapi juga melakukan upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif. b. Partisipatori; Kebijakan kesehatan membutuhkan partisipasi masyarakat yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kebijakan. Dengan adanya partisipasi dari masyarakat dapat dibangun aksi masyarakat yang menjadi sebuah pendorong dalam mengimplementasikan kebijakan dan penyelesaian masalah. 50

66 c. Kebijakan publik yang sehat; Setiap kebijakan harus diarahkan untuk mendukung terciptanya pembangunan kesehatan yang kondusif dan beroientasi pada masyarakat. d. Ekuitas; Terdapat distribusi yang merata dalam pelayanan kesehatan dalam artian bahwa negara harus menjamin setiap warga negaranya mendapatkan pelayanan kesehatan. e. Efisiensi; Pelayanan kesehatan harus berorientasi proaktif dengan mengoptimalkan biaya dan teknologi. f. Kualitas; Pemerintah harus menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi seluruh warga negara. Dalam menghadapi persaingan globalisasi saat ini, pemerintah juga perlu meningkatkan pelayanan kesehatan yang setara dengan pelayanan kesehatan internasional. g. Pemberdayaan masyarakat; Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan kapasitas sumber daya yang dimiliki terutama di daerah terpencil dan daerah perbatasan. h. Self-reliant; Kebijakan kesehatan yang ditetapkan harus dapat memenuhi keyakinan dan kepercayaan masyarakat akan kapasitas kesehatan di wilayah sendiri. 51

67 2.8. Implementasi Kebijakan Pengertian Implementasi Secara etimologi pengertian implementasi menurut Kamus Webster yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab (2004) dalam bukunya adalah: Konsep implementasi berasal dari Bahasa Inggris yaitu to implement. Dalam Kamus Besar Webster, to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melakukan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/ akibat terhadap sesuatu). Sehingga menurut Webster dalam Wahab (2004), implementasi adalah menyediakan sarana dalam melaksanakan sesuatu untuk menimbulkan dampak terhadap sesuatu. Menurut Ottoson dan Green, implementasi adalah sebuah proses yang berulang-ulang yang mana terdapat ide-ide yang memperlihatkan sebagai sebuah kebijakan yang dapat bertransformasi menjadi tingkah laku atau tindakan sosial (Cargo and DeGroff, 2009). Implementasi kebijakan dapat juga diartikan sebagai suatu cara agar kebijakan tersebut dapat mencapai tujuannya (Ayuningtyas, 2014). Implementasi dapat didefinsikan sebagai apa yang terjadi sesuai dengan harapan dan akibat dari kebijakan yang dirasakan. Implementasi kebijakan cenderung untuk memobilisasi keberadaan lembaga. Dengan adanya implementasi kebijakan ini, dapat dilihat 52

68 apakah ada kesenjangan antara yang direncanakan dan yang terjadi sebagai suatu akibat dari kebijakan. Jika pada implementasi kebijakan tidak mencapai apa yang diharapkan, kesalahan seringkali bukan pada kebijakan itu, tetapi pada faktor politik atau manajemen implementasi yang tidak mendukung. Misalnya, tidak adanya dukungan politik dan manajemen yang tidak sesuai atau sumber daya pendukung yang sedikit yang menyebabkan kegagalan implementasi suatu kebijakan (Massie, 2009). Sedangkan menurut (Dunn, 2012), implementasi merupakan pelaksanaan pengendalian aksi-aksi kebijakan dalam kurun waktu tertentu. Implementasi didefinisikan secara luas, yaitu sebagai pelaksanaan undang-undang atau kebijakan yang melibatkan seluruh aktor, organisasi, prosedur, serta aspek teknik untuk meraih tujuantujuan kebijakan atau program-program (Dunn, 2012). Dalam mengimplementasikan suatu kebijakan terdapat dua alternatif, yaitu implementasikan dalam bentuk program atau membuat kebijakan turunan (Hann, 2006) Pengertian Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn mendefinisikan implentasi kebijakan publik sebagai tindakan-tindakan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan ini meliputi usaha-usaha untuk mengubah keputusan menjadi sebuah tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha untuk mencapai 53

69 perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang diarahkan untuk mecapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier, implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatankegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/ dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian (Van Meter and Van Horn, 1975). Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan adalah suatu proses yang dilakukan dan melibatkan berbagai aktor untuk mencapai tujuan dan sasaran dari kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam mengimplementasikan kebijakan juga dapa dilakukan melalui dua cara, yaitu mengimplementasikan dalam bentuk program atau membutat kebijakan turunannya Model Implementasi Kebijakan menurut Wahab (2008) Impelementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu/ pejabat/ kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan 54

70 kebijaksanaan (Horn and Meter, 1977). Tindakan ini meliputi usaha-usaha untuk mengubah keputusan menjadi sebuah tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha untuk mencapai perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusankeputusan kebijakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam mengembangkan tipologi kebijakan publik, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan (Horn and Meter, 1977), yaitu: 1. Kemungkinan implementasi yang efektif akan bergantung sebagian pada tipe kebijakan yang dipertimbangkan. 2. Faktor-faktor tertentu yang mendorong realisasi atau non realisasi tujuan program akan berbeda dari tipe kebijakan yang satu dengan tipe kebijakan yang lain. Suatu implementasi kebijakan dikatakan berhasil apabila perubahan marginal diperlukan dan konsensus tujuan adalah tinggi. Sebaliknya, apabila perubahan marginal besar ditetapkan dan konsensus tujuan rendah, maka prospek implementasi yang efektif akan diragukan. Selain itu, kebijakan perubahan besar/ konsensus tinggi diharapkan akan diimplementasikan lebih efektif daripada kebijakan yang mempunyai perubahan kecil dan konsensus rendah. Dengan demikian, konsensus tujuan akan diharapkan mempunyai dampak yang besar pada proses implementasi kebijakan daripada unsur perubahan (Horn and Meter, 1977) 55

71 Van Meter and Van Horn membuat sebuah model implementasi kebijakan dengan pendekatan top down yang lebih dimunculkan dalam teorinya (Matland, 1995). Kemudian, kedua ahli tersebut membentuk 6 variabel yang saling terhubung dan berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan. Berikut 6 variabel dalam model implementasi kebijakan ini dalam (Wahab, 2008): 1. Standar dan Tujuan Kebijakan Standar dan tujuan suatu kebijakan menguraikan keseluruhan tujuan dari keputusan kebijakan tersebut. Hal tersebut berubah atau berpindah diluar hal yang umum dari dokumen legislatif untuk menetapkan standar yang spesifik dan konkrit dalam menilai kinerja suatu program. Standar dan tujuan kebijakan ini harus jelas dan mudah diukur di beberapa kasus. Dalam beberapa kasus, kinerja sulit untuk diidentifikasi dan diukur. Hal ini dikarenakan program tersebut terlalu luas atau terlalu kompleks dan sulit untuk mencapai tujuan kebijakan itu sendiri. Ini mungkin terjadi karena adanya ambiguitas dan kontradiksi dari standar dan tujuan dari kebijakan tersebut. Dalam menentukan suatu standar dan tujuan kebijakan dapat menggunakan sebuah pernyataan dari para pembuat kebijakan yang direfleksikan di beberapa dokumen seperti 56

72 regulasi dan petunjuk yang menjelaskan kriteria untuk evaluasi kinerja kebijakan. 2. Sumber Daya Suatu kebijakan tidak hanya dilengkapi oleh standar dan tujuan, tetapi juga harus memenuhi sumber daya yang memfasilitasi administrasi kebijakan tersebut. Sumber daya tersebut dalam suatu program yang mungkin mendorong agar implementasi tersebut dapat berjalan efektif. Faktanya, Derthick mengungkapkan bahwa persediaan yang terbatas dari dorongan pemerintah pusat merupakan kontribusi besar dalam kegagalan suatu program. Keberhasilan proses implementasi kebijakan juga bergantung dari kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Salah satunya adalah sumber daya manusia yang merupakan bagian penting dalam mencapai keberhasilan proses implementasi karena sumber daya manusia merupakan subjek sekaligus objek implementasi kebijakan. Selain itu, sumber daya lain adalah sumber daya finansial atau dana dan sumber daya metode. Sumber daya finansial juga merupakan hal yang penting disamping kepentingan sumber daya manusia. Hal ini karenasara jika sumber daya manusia sudah kompeten dan bekerja dengan baik, tetapi sumber daya finansial berupa 57

73 anggaran tidak tersedia atau tidak mencukupi, maka hal tersebut dapat menghambat proses implementasi kebijakan atau kebijakat tersebut tidak berjalan dengan efektif. 3. Komunikasi antar Organsisasi Pelaksana Proses implementasi yang efektif memerlukan suatu standar dan tujuan yang dapat dipahami oleh setiap individu untuk mencapai tujuannya, sehingga standar dan tujuan dari suatu kebijakan harus dikomunikasikan kepada para pelaksana. Dalam menyampaikan informasi termasuk standar dan tujuan dari kebijakan dibutuhkan adanya penyampaian informasi yang akurat (accuracy) kepada para pelaksana dan harus konsisten (uniformity) dari berbagai sumber informasi. Komunikasi didalam dan diantara organisasi merupakan suatu proses yang kompleks dan rumit. Dalam memberikan sebuah pesan ke bagian bawah di suatu organisasi, atau dari satu organisasi ke organisasi lainnya, seorang komunikator pasti mengubah keduanya, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Selain itu, komunikasi yang berbeda memberikan interpretasi yang tidak konsisten dari standar dan tujuan kebijakan tersebut atau jika sumber yang memberikan interpretasi yang saling bertentangan dari waktu ke waktu, maka pelaksana akan lebih sulit untuk menjalankan tujuan atau niat dari kebijakan tersebut. Oleh karena itu, kemungkinan 58

74 implementasi tersebut efektif akan ditingkatkan melalui kejelasan dari standar dan tujuan yang telah dinyatakan dan dengan akurasi dan konsistensi yang mereka komunikasikan. 4. Karakteristik Organisasi Pelaksana Politik birokrasi telah mengidentifikasi banyak karakteristik dari lembaga administrasi yang mempengaruhi kinerja kebijakan. Fokus perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi non formal yang akan terlibat dalam mengimplementasikan kebijakan publik. Banyak faktor yang mempengaruhi pada komponen agen pelaksana ini. Sebagai contoh, implementasi kebijakan publik yang berusaha untuk mengubah perilaku manusia, maka agen dari pelaksana suatu proyek tersebut haruslah mempunyai sifat yang keras atau ketat pada aturan atau sanksi hukum. Unsur-unsur yang mungkin berpengaruh terhadap suatu organisasi dalam mengimplementasikan kebijakan adalah sebagai berikut: a. Kompetensi dan ukuran staf suatu badan b. Tingkat pengawasan hirarki terhadap keputusankeputusan sub unit dan proses-proses dalam badan pelaksana c. Sumber politik suatu organisasi, seperti dukungan diantara anggota legislatif dan eksekutif 59

75 d. Sebuah vitalitas dari suatu organisasi e. Tingkat komunikasi-komunikasi terbuka, seperti jaringan komunikasi horizontal dan vertikal dan tingkat kebebasan komunikasi yang relatif tinggi dengan individu-individu di luar organisasi f. Suatu hubungan antara badan formal dan informal dengan pembuat kebijakan atau badan pelaksana keputusan. 5. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik Variabel yang juga mempunyai pengaruh penting terhadap keberhasilan suatu kebijakan adalah lingkungan baik lingkungan ekonomi, sosial, maupun politik. Dampak dari kondisi ekonomi, sosial, dan politik pada kebijakan publik sudah fokus dan memberikan perhatian lebih selama dekade akhir ini. Kebijakan publik saat ini sudah tertarik dengan pengidentifikasian pengaruh dari variabel lingkungan bagi output dari kebijakan. Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi salah satu penyebab kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Berdasarkan ilustratif tujuan, kedua ahli tersebut mempertimbangkan beberapa pertanyaan yang terkait dengan lingkungan ekonomi, sosial, dan politik yang berpengaruh 60

76 terhadap yuridiksi atau organisasi dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut, antara lain: a. Apakah sumber ekonomi yang tersedia dalam mengimplementasikan yuridiksi atau organisasi untuk mendukung keberhasilan implementasi? b. Sejauh mana dan bagaimana kondisi ekonomi dan sosial secara umum dipengaruhi oleh implementasi kebijakan tersebut? c. Apa saja opini publik dan bagaimana hal tersebut berkaitan denga isu kebijakan? d. Apakah elit mendukung atau menentang implementasi kebijakan? e. Bagaimana karakter dari pelaksana pada kekuasaan hukum atau organisasi, apakah pelaksana mendukung atau menentang kebijakan tersebut? f. Sejauh mana kelompok kepentingan swasta dimobilisasi dalam dukungan atau pertentangan kebijakan tersebut? Van Meter dan Van Horn mengemukakan hipotesis bahwa lingkungan ekonomi, sosial, dan politik dari yuridiksi atau pelaksana akan mempengaruhi karakter badan pelaksana, sikap para pelaksana dan pencapaian itu sendiri. Kondisi lingkungan juga dapat mempunyai pengaruh penting pada kemampuan yuridiksi atau organisasi yang 61

77 mendukung struktur, vitalitas, dan keahlian yang ada dalam badan administrasi dan tingkat dukungan politik serta berpengaruh terhadap sikap para pelaksana. Selain itu, kedua ahli ini juga menyatakan bahwa kondisi lingkungan mungkin juga mempengaruhi dalam mengubah pilihan pribadi mereka tentang kebijakan itu. Sehingga, faktor lingkungan ini dianggap mempunyai pengaruh langsung pada pemberian pelayanan publik. Hal ini juga bisa memperbesar atau membatasi pencapaian, walaupun sikap para pelaksana dan kekuatan lain dalam model ini mempunyai pengaruh terhadap implementasi suatu kebijakan atau program. Variabel lingkungan ekonomi, sosial, dan politik mempunyai pengaruh terhadap implementasi kebijakan. Pengaruh tersebut juga berlaku terhadap kelima variabel lainnya dalam implementasi suatu kebijakan. Implementasi kebijakan merupakan hal yang rumit dan kompleks karena banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut serta selalu adanya perubahan pada faktor lingkungan. Hubungan diantara komponen dalam model implementasi Van Meter dan Van Horn merupakan proses yang dinamis dari proses implemenetasi. Faktor-faktor yang mungkin berdampak pada pengelolaan sebuah kebijakan 62

78 pada tahap awal mungkin menjadi sebuah konsekuensi di kemudian hari. Oleh karena itu, hal tersebut merupakan sesuatu yang penting bahwa studi tentang pelaksanaan dilakukan secara longitudinal; hubungan teridentifikasi pada satu waktu dan tidak harus diperpanjang pada periode waktu lain (Van Meter and Van Horn, 1975). Secara jelas, penyampaian standar dan tujuan pelayanan publik akan dipengaruhi dari kebijakan tersebut dikomunikasikan kepada pelaksana dan sejauh mana standar dan tujuan dapat memfasilitasi pengawasan dan penegakan. Standar dan tujuan kebijakan memiliki dampak secara tidak langsung terhadap disposisi dari pelaksana melalui kegiatan komunikasi antarorganisasi. Jelas bahwa respon pelaksana pada kebijakan didasarkan pada persepsi dan interpretasi dari tujuan tersebut. Hal ini tidak berarti bahwa dengan hanya komunikasi yang baik dapat berkontribusi pada disposisi positif dari pelaksana. Namun, berbagai dukungan pelaksana pada kebijakan mungkin bisa dijelaskan dalam pemahaman dan interpretasi pada standar dan tujuan, juga berdasarkan pada cara mereka berkomunikasi. Selain itu, dampak secara tidak langsung pada disposisi pelaksana dapat melalui kegiatan pelaksanaan. Mereka menetapkan 63

79 dasar yang dapat tergantung dalam hubungan dengan pelaksana kebijakan di organisasi lain. Kedua ahli tersebut menempatkan hubungan diantara sumber daya kebijakan dan 3 komponen lain dalam model tersebut. Jenis dan tingkatan dari ketersediaan sumber daya tersebut disediakan oleh keputusan kebijakan yang akan berdampak pada komunikasi dan pelaksanaan. Bantuan teknis dan pelayanan lainnya hanya dapat ditawarkan jika ditetapkan dari keputusan kebijakan. Selanjutnya, penegakan yang kuat dapat dicapai jika ketersediaan sumber daya cukup untuk mendukung kebijakan. Demikian pula, disposisi pelaksana dapat dipengaruhi secara langsung oleh ketersediaan sumber daya. Ketika sejumlah uang atau sumber daya lainnya dianggap tersedia, pelaksana mungkin memandang program dengan senang hati dan kemungkinan besar hal ini akan mendorong ketaatan para pelaksana kebijakan karena mereka berharap adanya keuntungan dari sumber daya tersebut. Sebaliknya, jika sumber daya pendukung tidak tersedia cukup, maka dukungan dan ketaatan program akan menurun (McLaughlin, 1987). 6. Disposisi (Sikap) Para Pelaksana Setiap komponen dalam model ini harus disaring melalui persepsi dari para pelaksana dalam sebuah yuridiksi 64

80 ketika kebijakan tersebut disampaikan. Terdapat elemen dari respon para pelaksana yang mungkin mempengaruhi kemampuan dan keinginan mereka dalam menjalankan kebijakan tersebut, yaitu kesadaran (pemahaman) dari kebijakan tersebut, arah dari respon mereka (persetujuan, kenetralan, penolakan), dan intensitas dari respon. Sebuah pemahaman para pelaksana dari standar dan tujuan kebijakan itu merupakan hal yang penting. Selain itu, keberhasilan implementasi mungkin dapat gagal ketika para pelaksana tidak menyadari bahwa mereka tidak terlibat secara penuh terhadap kebijakan tersebut. Arah dari disposisi pelaksana yang mengacu terhadap standar dan tujuan kebijakan juga merupakan hal yang krusial. Para pelaksana dapat gagal mengelola kebijakan dengan tepat karena mereka menolak tujuan dari kebijakan tersebut. Sebaliknya, jika melakukan penerimaan secara luas dari standar dan tujuan kebijakan, yang juga merupakan bagian dari tanggung jawab, dapat meningkatkan potensi yang baik dalam keberhasilan pelaksanaan. Selain itu, adanya sikap bersama dalam mengelola kebijakan dapat lebih memudahkan implementasi kebijakan. Tujuan dari sebuah kebijakan mungkin ditolak atas beberapa alasan: mereka mungkin melanggar sistem nilai personal dari pelaksana, loyalitas ekstraorganisasi, rasa 65

81 kepentingan, atau hubungan yang ada atau disuka. Simpulan dari kejadian ini, Petrick menuliskan bahwa hal itu muncul dari fakta bahwa kelompok-kelompok menemukan kesulitan dalam menjalankan tindakan tersebut secara efektif karena mereka tidak mempunyai keyakinan yang mendasari hal tersebut. Yang terakhir adalah intensitas dari disposisi para pelaksana yang mungkin mempengaruhi kinerja kebijakan. Adanya intens preferensi negatif yang dapat menyebabkan secara langsung dan membuka tantangan dari tujuan program tersebut. Dengan adanya peran pengawasan dan penegakan hukum dapat menjelaskan efektivitas dari pelaksanaan. Hubungan antara sumber daya dan lingkungan ekonomi, sosial, dan politik dalam pelaksanaan yuridiksi atau organisasi menyarankan bahwa ketersediaan fiskal dan sumber daya lainnya bisa menimbulkan tuntutan oleh kelompok swasta dan diurus oleh kelompok kepentingan dalam partisipasi dan keberhasilan implementasi program. Hal ini juga mendorong kelompok pasif untuk berperan dalam implementasi kebijakan. Namun, ketika sumber daya tersebut terbatas, warga negara dan kepentingan yang telah teroganisir dapat menentang kebijakan tersebut dengan alasan bahwa kebijakan tersebut memberikan manfaat partisipasi yang sedikit dibandingkan dengan biaya potensial (Rahmat, 2015a). Variabel lingkungan ekonomi, sosial, dan politik dalam pelaksanaan yuridiksi atau organisasi akan berpengaruh terhadap karakter pelaksana 66

82 suatu organisasi, disposisi pelaksana, dan kinerja kebijakan itu sendiri. Kondisi lingkungan dapat memiliki dampak yang signifikan pada keinginan dan kapasitas dari yuridiksi atau organisasi untuk mendukung struktur birokrasi, vitalitas, dan keahlian yang ada dalam badan adminstrasi maupun dukungan politik yang dimiliki. Kondisi lingkungan juga akan berpengaruh terhadap sikap pelaksana, jika masalah yang diatasi oleh program tersebut berat dan para kelompok swasta serta kelompok kepentingan bisa dimobilisasi untuk mendukung program ini, maka kemungkinan para pelaksana dapat menerima tujuan kebijakan, standar, dan sasaran kebijakan. Sebaliknya, jika masalah tersebut tidak berat dan tidak terorganisir dengan baik, maka kemungkinan para pelaksana akan menolak program tersebut. Kondisi lingkungan dapat menyebabkan para pelaksana dalam melakukan suatu kebijakan tanpa mengubah pilihan-pilihan pribadi mereka tentang kebijakan tersebut. Keinginan para pelaksana memperkecil permasalahan publik atau ideologi mereka berdasarkan sikap yang responsif terhadap keinginan publik yang mungkin berpengaruh terhadap perilaku mereka, meskipun mungkin tidak konsisten dengan pilihan mereka. Akhirnya, variabel lingkungan ini dipandang mempunyai pengaruh langsung dalam melakukan pelayanan publik. Kondisi lingkungan ini mungkin memperbesar atau membatasi kinerja atau pencapaian, meskipun disposisi para pelaksana dan kekuatan lain dalam model ini juga mempengaruhi implementasi program (Horn and Meter, 1977). 67

83 Beberapa karakteristik para badan pelaksana dapat mempengaruhi disposisi secara personal. Jaringan komunikasi, tingkat pengawasan hirarki, dan gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi identifikasi individu dengan tujuan dan sasaran organisasi. Disposisi dapat juga dipengaruhi oleh ikatan formal maupun informal dari badan pembentuk kebijakan atau pelaksana kebijakan, Menurut Van Meter dan Van Horn dalam (Wahab, 2008). Kedua ahli ini mengemukakan bahwa terdapat kemungkinan pengaruh yang interaktif antara komunikasi antarorganisasi dan kegiatan pelaksanaan serta karateristik dari badan pelaksana. Kegiatan pelaksanaan dan tindak lanjut dapat memberikan badan-badan tambahan vitalitas dan keahlian dengan meningkatkan kapasitas dalam melaksanakan program. Mereka juga bisa menjadi sumber dukungan politik yang dapat mempermudah implementasi kebijakan secara efektif. Sifat pelaksanaan dan kegiatan tindak lanjut, termasuk bantuan teknis akan dipengaruhi oleh karakteristik dari badan pelaksana. Namun, banyak mekanisme kegiatan pelaksanaan tersedia bagi para pejabat organisasi, tidak dapat digunakan ketika implementasi membutuhkan kerja sama antarorganisasi atau antarpemerintah. Akibatnya, tipe kekuasaan yang digunakan oleh pejabatpejabat atasan (seperti, kekuasaan normatif, remuneratif, atau koersif) akan dipengaruhi oleh hubungan formal dan informal diantar pembuat kebijakan dan pelaksana organisasi. Hal ini juga berlaku dalam memilih metode alternatif kegiatan pelaksanaan dan kegiatan tindak lanjut, atasan bisa diharapkan menjadi lebih sensitive terhadap karakteristik badan pelaksana. 68

84 Badan-badan yang memiliki staf yang kompeten dan kepemimpinan akan membutuhkan bantuan yang berbeda-beda dibandingkan badan yang mempunyai staf yang tidak kompeten dan kepemimpinan yang memadai. Demikian pula, badan-badan dengan sumber daya politik yang terbatas mungkin lebih rentan dipengaruhi oleh kekuasaan koersif daripada badanbadan yang memperoleh dukungan luas dari masyarakat luas dan pemerintah (Jo Ann G. Ewalt Jr., 2004) Implementasi Kebijakan Sebagai Implementasi Program Pengertian program Pengertian program secara umum adalah penjabaran dari suatu rencana atau kebijakan yang telah dibuat. Dalam hal ini program merupakan bagian dari suatu perencanaan. Sering pula diartikan bahwa program adalah kerangka dasar dari pelaksanaan suatu kegiatan. Untuk lebih memahami mengenai pengertian program, berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi oleh para ahli: Pariata Westra dkk (1989) dalam Novayanti (2013) menyatakan bahwa: Program adalah rumusan yang memuat gambaran pekerjaan yang akan dilaksanakan beserta petunjuk caracara pelaksanaannya Hal yang sama dikemukakan oleh Sutomo kayatomo (1985) dalam Novayanti (2013) menyatakan bahwa: Program adalah 69

85 rangkaian aktifitas yang mempunyai permulaan yang harus dilaksanakan serta diselesaikan untuk mendapatkan suatu tujuan Manullang (1987) dalam Novayanti (2013) menyatakan bahwa: Program adalah sebagai unsur dari suatu perencanaan, program dapat pula dikatakan sebagai gabungan dari politik, prosedur, dan anggaran yang dimaksudkan untuk menetapkan suatu tindakan untuk waktu yang akan dating. Dengan penjabaran yang tepat, terlihat dengan jelas bahwa sedikitnya 5 hal yang terkait dengan pengertian program, yaitu: 1. Berbagai sasaran konkrit yang hendak dicapai. 2. Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. 3. Besarnya biaya yang dibutuhkan beserta identifikasi sumbernya. 4. Jenis kegiatan operasional yang akan dilaksanakan. 5. Tenaga kerja yang dibutuhkan, baik dilihat dari sudut kualifikasinya maupun jumlahnya. Menurut Syukur Abdullah (1987) dalam Novayanti (2013) terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan suatu program, antara lain sebagai berikut: 1. Adanya program (kebijakan) yang dilaksanakan. 70

86 2. Target group (kelompok sasaran), yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut dalam bentuk perubahan dan peningkatan. 3. Implementer (unsur pelaksana), baik organisasi maupun perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari proses implementasi tersebut Implementasi Program Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, program adalah rancangan mengenai asas-asa serta usulan-usulan dalam ketatanegaraan atau perekonomian yang akan dijalankan oleh pemerintah. Sedangkan menurut Charles O. Jones (Jones, 2006) program adalah pola-pola tindakan yang nyata dan alokasi dari energi-energi dan sumber dayasumber daya lainnya di dalam lembaga itu sendiri dan berhubungan dengan lingkungan eksternal (Kunarjo, 2013). Program juga dapat diartikan sebagai sebuah perangkat kegiatan yang akan dilakukan dengan penggunaan sumber daya yang tersedia dan menghasilkan manfaat (Pratiwi, 2015). Suatu program harus mempunyai batasan yang jelas serta sasaran yang dapat diukur. Program juga harus dapat dipergunakan sebagai alternatif untuk mempertimbangkan setiap kegiatan dalam 71

87 pencapaian sasaran. Program dapat dihitung secara analisis cost benefit dan juga harus dapat diukur outputnya (Kambun, 2003). Suatu program yang baik harus memiliki ciri-ciri adalah sebagai berikut (Tjokroamidjojo, 1985): a. Tujuan yang dirumuskan secara jelas b. Penentuan peralatan yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut c. Suatu kerangka kebijaksanaan yang konsisten atau proyek yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan program seefektif mungkin d. Pengukuran biaya yang diperkirakan dan keuntungan-keuntungan yang diharapkan yang akan dihasilkan dari program tersebut e. Hubungan dengan kegiatan lain dalam usaha pembangunan dan program pembangunan lainnya. Suatu program tidak dapat berdiri sendiri f. Dibutuhkan upaya di bidang manajemen termasuk tenaga, pembiayaan, dan lain-lain untuk melaksanakan program tersebut. Dalam melaksanakan suatu program dibutuhkan perumusan yang matang yang sesuai dengan kebutuhan agar dapat mencapai tujuan melalui partisipasi dari masyarakat. Dalam melaksanakan program harus terdapat tiga unsur penting, yaitu adanya program (kebijakan) yang dilaksanakan, adanya target group atau kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut dalam bentuk perubahan dan peningkatan, dan pelaksana baik organisasi maupun perorangan 72

88 yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari proses implementasi tersebut (Abdullah, 1988). Suatu kebijakan publik dapat diimplementasikan dalam program dengan melalui beberapa tahap berikut ini: a. Merancang program beserta perincian tugas dan perumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi yang jelas, biaya, dan waktu b. Melaksanakan program dengan mendayagunakan struktur-struktur dan personalia, dana serta sumber-sumber lainnya, prosedur dan metode yang tepat c. Membangun sistem penjadwalan, monitoring, dan sarana pengawasan yang tepat guna serta evaluasi hasil pelaksanaan kebijakan. Program dalam konteks implementasi kebijakan public terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: a. Merancang (merancang) program beserta perincian tugas dan perumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi yang jelas serta biaya dan waktu. b. Melaksanakan (aplication) program dengan mendayagunakan struktur dan personalia, dana, sumber daya lainnya, serta prosedur dan metode yang tepat. c. Membangun sistem penjadwalan, monitoring dan sarana pengawasan yang tepat guna, serta evaluasi pelaksanaan kebijakan. 73

89 Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, suatu kebijakan dapat diimplementasikan dalam bentuk program apabila program tersebut mempunyai tujuan yang jelas, uraian pekerjaan yang sistematis, pengaturan anggaran dan sumber daya, sehingga pelaksanaan program tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan program yang ingin dicapai Kerangka Teori Berikut adalah kerangkat teori yang digunakan oleh peneliti mengenai model implementasi kebijakan (Wahab, 2008) Gambar 2. 1 Kerangka Teori Gambar 2.6 Kerangka Teori Penelitian Implementasi merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dari implementasi kebijakan dapat diukur dan dipengaruhi oleh enam variabel, yaitu standar dan tujuan kebijakan, sumber daya, komunikasi antar organisasi pelaksana, karakteristik organisasi pelaksana, disposisi (sikap) dari pelaksana, dan lingkungan 74

90 ekonomi, sosial, dan politik. Seluruh variabel tersebut memiliki keterkaitan secara langsung maupun tidak langsung pada pelaksanaan proses implementasi kebijakan tersebut. 75

91 3. BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH 3.1. Kerangka Pikir Untuk memudahkan pemahaman dalam menganalisis implementasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Kelurahan Benda Baru, maka disusunlah kerangka pikir dengan menggunakan model proses implementasi kebijakan dari Wahab (2008) yang sudah diadaptasi dalam implementasi program. Variabel yang mempengaruhi implementasi pada penelitian ini adalah standar dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik organisasi pelaksana, sikap (disposisi) dari pelaksana, komunikasi antar organisasi pelaksana, dan lingkungan (sosial, ekonomi, dan politik). Sedangkan untuk membahas bagaimana implementasi program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Kelurahan Benda Baru, peneliti menggunakan pendekatan mekanisme penyelenggaraan yang disusun Kementerian Kesehatan RI pada pedoman Petunjuk Teknis Implementasi PSN 3M-Plus dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Berikut kerangka pikir yang dibuat peneliti untuk memudahkan cara berpikir dan pemaparan hasil penelitian ini: 76

92 Gambar 3.1 Kerangka Pikir Kerangka berfikir ini dibuat oleh peneliti mengadopsi 6 faktor yang dapat mengukur implementasi kebijakan oleh Wahab (2008), sehingga implementasi kebijakan dapat diketahui secara menyeluruh Definisi Istilah 1. Implementasi Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik: merupakan pelaksanaan atau penyelenggaraan atau penerapan rencana yang telah dibuat oleh pejabat atau kelompok pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam bentuk tindakan-tindakan terkait dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Kelurahan Benda Baru Tahun

93 2. Standar dan tujuan kebijakan: acuan, pedoman, sasaran atau indikator yang dibuat oleh pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam melaksanakan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang secara jelas dan terukur yang dijadikan sebagai standar dan tujuan kebijakan dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Kelurahan Benda Tahun Sumber daya: potensi yang dimiliki oleh Puskesmas Kelurahan Benda Baru yang tersedia dan mendukung dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, berupa Sumber Daya Manusia, sarana dan prasarana, sumber daya keuangan. 4. Komunikasi antar pelaksana: Penyampaian, pemberian, dan penerimaan informasi dan pesan, serta koordinasi melalui media komunikasi yang berhubungan dengan pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dari Dinas Kesehatan, Puskesmas, Manajer, Supervisor, dan Koordinator, serta pihak lain yang terlibat atau sebaliknya. 5. Karakateristik Organisasi: ciri khas instansi pelaksana program (Puskesmas Benda Baru) Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dalam bentuk ketelitian dan tanggungjawab, dilakukannnya monitoring dan evaluasi, dukungan politik yang dimiliki, kemudahan komunikasi eksternal, kerja sama lintas sektor, dan kekuatan yang dimiliki. 6. Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik: Lingkungan sosial (kondisi sosial, kelas sosial, interaksi sosial), lingkungan ekonomi (berkaitan dengan usaha menghindari pemborosan/ kerugian), dan lingkungan 78

94 politik (kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan secara langsung maupun tidak langsung terhadap kebijakan) yang terjadi dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Kelurahan Benda Baru Tahun Sikap (Disposisi) Pelaksana: arah dari respon pelaksana berupa persetujuan, penolakan, atau kenetralan. Serta kesadaran untuk mengarahkan sikap dan intensitas dari para pelaksana berupa terlaksananya Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik sesuai dengan jadwal yang ditentukan. 79

95 4. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Pendekatan ini digunakan untuk menggali informasi lebih mendalam terkait standar dan tujuan kebijakan, sumber daya manusia, keuangan dan sarana prasarana, komunikasi dan sarana komunikasi antar pelaksana kebijakan, karakteristik pelasana, kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan politik kebijakan, dan sikap pelaksana dalam implementasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru tahaun Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Mei sampai dengan Desember tahun Informan Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Informan yang diwawancarai berjumlah lima orang. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Koordinator Pengendalian Penyakit Menular Puskesmas. Informan umum dalam penelitian ini adalah Kepala Puskesmas, Manajer 1 Rumah 1 Jumantik, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, dan Lurah Benda Baru. 80

96 4.4. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi. Wawancara mendalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti kepada informan dengan menggunakan pedoman wawancara mendalam terstruktur. Peneliti melakukan observasi partisipan utuh di lapangan untuk melihat kesesuaian implementasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Kelurahan Benda Baru. Observasi partisipan utuh yang peneliti lakukan adalah peneliti berperan sebagai salah seorang anggota koordinator Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang memantau jentik di rumah warga serta membuat laporan hasil pemantauannya, peneliti juga mengumpulkan data ABJ, dan peneliti sebagai tim penilaian yang berhak memutuskan wilayah tertentu apakah telah dinyatakan bebas jentik atau belum. Kemudian, peneliti juga menyamarkan identitas peneliti, sehingga tidak diketahui sedang melakukan penelitian oleh masyarakat pada umumnya. Peneliti melakukan telaah dokumen yang berasal dari puskesmas yang menunjang terkumpulnya data dalam penelitian ini. Dokumen tersebut antara lain dokumen penilaian ABJ, dokumen pelaksana gerakan jumantik, dan dokumen kasus DBD Instrumen Instrumen dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara mendalam terstruktur. Pedoman tersebut menjadi patokan bagi pewawancara untuk menggali infomasi. Pewawancara dapat melakukan probing dalam wawancara mendalam. Peneliti telah melakukan uji coba instrumen pada 81

97 Puskesmas lainnya. Selain pedoman wawancara, peneliti menggunakan alat perekam untuk menunjang wawancara yang dilakukan. Instrumen lain yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pedoman observasi/ tabel check list. dan telaah dokumen sesuai Pedoman Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik untuk mengetahui sumber daya keuangan, sarana dan prasarana, dan karakteristik organisasi pelaksana. Digunakan juga pedoman wawancara mendalam unuk menggali lebih dalam mengenai semua variabel implementasi kebijakan dalam penelitian ini Pengolahan Data Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode (Creswell, 2010). Langkah-langkah yang dilakukan adalah: 1. Peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data di Puskesmas Benda Baru, lalu membuat transkrip wawancara dan hasil observasi serta merekap hasil telaah dokumen yang didapat dari Puskesmas Benda Baru. 2. Hasil transkrip wawancara, observasi dan telaah dokumen dipilah kembali untuk ditentukan bagian-bagian mana yang memang menjadi bahan penelitian. Transkrip wawancara diubah menjadi tabel matriks oleh peneliti, agar data siap menjadi bahan pada tahap selanjutnya. 3. Setelah data siap untuk dianalisis, peneliti membaca kembali secara keseluruhan dan melihat apakah ada data yang kurang. Dengan bantuan alat perekam suara, peneliti mengingat-ngingat kembali intonasi dan ekspresi 82

98 informan ketika wawancara mendalam dilakukan agar peneliti dapat membangun makna general yang dapat menggambarkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru Analisis Data Menurut (Creswell, 2010) untuk melakukan analisis data pada penelitian kualitatif menggunakan pendekatan linear dan hirarkis yang dibangun dari bawah ke atas. Tetapi dalam praktiknya pendekatan ini lebih interaktif, beragam tahap saling berhubungan dan tidak harus selalu sesuai dengan susunan yang telah disajikan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah: 1. Setelah data dirasakan cukup untuk dianalisis, pemaknaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik secara general dalam diri peneliti sudah terbangun, peneliti melakukan pengolahan matriks wawancara mendalam, lembar observasi, dan lembar telaah dokumen menjadi kategori tulisan. Dengan demikian, data tersebut lebih mudah untuk dibaca dan dimasukkan dalam penulisan laporan. 2. Peneliti mengkaitkan hasil pengkategorian dan dijadikan satu kesatuan informasi yang padu-padan dan jelas serta mudah dianalisis. Teknik ini digunakan untuk analisis hasil matriks wawancara mendalam dengan informan kunci dan informan umum, lembar observasi, dan lembar telaah dokumen. 3. Peneliti memberikan makna terhadap hasil analisis dari perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari teori dan 83

99 literatur yang peneliti dapatkan. Hasil analisis selanjutnya dideskripsikan dalam draf laporan penelitian Triangulasi Data Triangulasi data yang dilakukan peneliti adalah dengan cara melihat reliabilitas dan validitas data yang diperoleh. Peneliti melakukan triangulasi sumber, yaitu triangulasi ini dilakukan dengan cara cross check data dengan fakta dari sumber lainnya yang terkait untuk menggali topik yang sama. Yaitu dengan melakukan wawancara mendalam kepada Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (P2PM Dinkes). Kemudian triangulasi metode, yaitu triangulasi ini dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data berbeda-beda untuk mendapatkan data, diantaranya wawancara mendalam dan telaah data sekunder serta observasi partisipan utuh yang juga dilakukan oleh peneliti. Dibawah ini terdapat tabel matriks triangulasi data dalam Penelitin ini: Tabel 4.1 Matriks Triangulasi Data Penelitian Triangulasi Metode Triangulasi Sumber Observasi No. Pertanyaan Wawancara Telaah Informan P2PM Partisipan Mendalam Dokumen Kunci Dinkes Utuh 1. Standar dan tujuan kebijakan 2. Sumber daya 84

100 No. Pertanyaan 3. Komunikasi pelaksana 4. Karakteristik pelasana 5. Kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan politik 6. Sikap pelaksana Triangulasi Metode Triangulasi Sumber Observasi Wawancara Telaah Informan Partisipan Mendalam Dokumen Kunci Utuh P2PM Dinkes 85

101 5. BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Tabel berikut menunjukkan data informan pada penelitian ini: Tabel 5.1 Informan Wawancara Mendalam Kode Informan Usia Pendidikan Terakhir Lama Bekerja (Bln) A 52 S2 24 Jabatan/ Pekerjaan Kepala Kelurahan Benda Baru Kota Tangerang Selatan B 45 S1 5 Kepala Puskesmas C 29 D3 19 Koordinator Pengendalian Penyakit Menular Puskesmas D 51 S1 10 Manajer 1 Rumah 1 Jumantik E 46 S2 36 Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan 5.2. Gambaran Umum Kelurahan Benda Baru Kelurahan Benda Baru adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Pamulang yang berlokasi di Jalan Benda Baru, Pamulang- Tangerang Selatan, Banten, Berdasarkan Peraturan Daerah 86

102 Kabupaten Tangerang Nomor 3 Tahun 2015 memutuskan bahwa Desa Benda Baru berubah status dari Desa menjadi Kelurahan yaitu pada tahun 2005 bersamaan dengan 76 desa lainnya di Kabupaten Tangerang. Batas wilayah Kelurahan Benda Baru sebagai berikut: 1. Sebelah Utara : Kelurahan Serua (Kec. Ciputat) 2. Sebelah Selatan dan Barat : Kelurahan Pondok Benda 3. Sebelah Timur : Kelurahan Pamulang Barat Sumber: Google Maps, 2017 Sumber: Google Maps, 2017 Gambar 5.1 Peta Wilayah Kelurahan Benda Baru Luas wilayah Kelurahan Benda Baru yaitu 288 Ha. Kelurahan Benda Baru memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) 87

103 sebanyak KK. Kelurahan Benda Baru juga memiliki 168 RT dan 24 RW. Struktur organisasi Kelurahan Benda Baru, terdiri dari Kepala Kelurahan, Sekretaris Kelurahan, dan 4 (empat) KASIE (Kepala Seksie) yang diantaranya Kasie Pemerintahan, Kasie Pelayanan Umum, Kasie Ekonomi dan Pembangunan, serta Kasie Kesejahteraan dan Sosial. Visi Kelurahan Benda Baru yaitu Terwujudnya Kelurahan Benda Baru Yang Santun, Damai dan Harmonis dengan 5 misi yang diantaranya: 1. Meningkatkan Pelayanan Terhadap Masyarakat 2. Melaksanakan Pembinaan Kerukunan Hidup Bermasyarakat 3. Meningkatkan Rasa Toleransi Terhadap Kehidupan Bermasyarakat 4. Meningkatkan Silaturahmi Antar Warga Untuk Menjaring Aspirasi Masyarakat 5. Membuat Kebijakan Yang Berorientasi Kepada Kesejahteraan Masyarakat 88

104 Puskesmas Benda Baru UPTD Puskesmas Benda Baru berada di Komplek Villa Dago, Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan yang Sebelah Barat & Selatan berbatasan dengan wilayah Puskesmas Pondok Benda, sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Puskesmas Situ Gintung dan sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Puskesmas Pamulang. Wilayah kerja UPTD Puskesmas Benda Baru terdiri dari dataran rendah. Puskesmas Benda Baru memiliki visi dan misi. Visi yaitu Terwujudnya Puskesmas Berkualitas dan menjunjung tinggi Profesionalitas. Sedangkan misi yaitu Meningkatkan kemampuan dan kualitas sumber daya tenaga kesehatan yang professional. Struktur Organisasi Puskesmas Benda Baru dapat dilihat: Sumber: Puskesmas Benda Baru, 2016 Gambar 5.2 Struktur Organisasi Puskesmas Benda Baru 89

105 Tenaga Medis yang tersedia di Puskesmas Benda Baru (Periode Juli 2017) diantaranya: 1. Analis 1 (satu) orang 2. Apoteker 1 (satu) orang 3. Asisten Apoteker 1 (satu) orang 4. Bidan 10 (sepuluh) orang 5. Dokter Gigi 2 (dua) orang 6. Perawat Gigi 1 (satu) orang 7. Dokter Umum 5 (lima) orang 8. Perawat 7 (tujuh) orang 9. Gizi 1 (satu) orang 10. Fisiotherapy 1 (satu) orang 11. Sanitarian 1 (satu) orang. Jenis Pasien yang dilayani oleh Puskesmas Benda Baru diantaranya: Umum, Jamkesda, BPJS (Askes, Jamkesmas, Jamsostek, TNI / POLRI, KIS (Kartu Indonesia Sehat)). Jenis Pelayanan yang dilaksanakan Puskesmas Benda Baru yaitu: 1. UGD 24 Jam 2. Rawat Inap 24 Jam 3. Pengobatan Umum 90

106 4. Pengobatan Gigi: Pencabutan gigi susu; Pencabutan gigi tetap; Penambalan gigi sementara; Penambalan gigi tetap; Pembersihan karang gigi. 5. Pemeriksaan Ibu Hamil 6. Pelayanan Persalinan 7. Pelayanan Akseptor KB 8. Pemberian immunisasi pada Bayi, Anak Sekolah, Calon Pengantin dan Ibu Hamil 9. Pemeriksaan Laboratorium 10. Akupresure (Pijat Tradisional) 11. Phisio Therapy Sementara itu, Jenis Pelayanan di luar Gedung yang dilaksanakan oleh Puskesmas Benda Baru diantaranya: Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yaitu Penjaringan/ Pemeriksaan Kesehatan mulai dari TK s/d SMA; Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS); Konseling Remaja; BinWil; ManLing Standar Dan Tujuan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Tahun Standar Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Standar dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru adalah ABJ diatas 95%. Berikut kutipan wawancara dengan informan terkait standar apa yang digunakan dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas benda. 91

107 ...Jadi itu aturan dari pusat untuk angka bebas jentik wilayah pemukiman lebih dari 95 % itu beda-beda karena itu kita konteksnya pemukiman maka itu jadi indeks kita di Benda Baru... (Informan E) Tolak ukur yaitu ABJ 95 % memang itu agak sulit tapi itu menjadi aturan yang harus kita ikuti (Informan B) kita pakai yang ada dalam acuanya di Permenkes, bagaimana menilai suatu wilayah hingga dinyatakan aman dari DBD, itu adalah harus di atas 95% dari jumlah yang diperiksa. (Informan D) Standar yang 95 % tersebut itu standar nasional, itu aturan dari kementrian yang kita ikuti. (Informan C) Hasil wawancara menunjukkan bahwa standar pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Benda Baru menggunakan nilai ABJ (Angka Bebas Jentik) diatas 95%. Angka tersebut merupakan ketetapan yang tepat untuk dipakai dalam konteks pemukiman dan telah diputuskan oleh Kementerian Kesehatan. Berdasarkan telaah dokumen angka bebas jentik di Puskesmas Benda Baru menunjukkan bahwa terdapat peningkatan ABJ setelah Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dilaksanakan. Meskipun peningkatannya masih dibawah standar sebesar 95%. Berikut tabel angka bebas jentik di wilayah Puskesmas Benda Baru tahun 2015: Tabel 5.2 Angka Bebas Jentik Di Wilayah Puskesmas Benda Baru Tahun

108 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa ABJ di tiga wilayah Puskesmas Benda Baru selama tahun 2015 masih dibawah 95%. Pada bulan desember 2015, ABJ wilayah Kelurahan Benda Baru sebesar 80%; wilayah kelurahan bambu apus sebesar 76%; wilayah kelurahan kedaung sebesar 80%. Sedangkan terdapat peningkatan ABJ setelah Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dilaksanakan oleh Puskesmas Benda Baru. Berikut tabel ABJ pada tahun 2016: Tabel 5.3 Angka Bebas Jentik Di Wilayah Puskesmas Benda Baru Tahun 2016 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa ABJ di tiga wilayah Puskesmas Benda Baru pada tahun 2016 mengalami peningkatan meskipun masih dibawah 95%. Pada bulan desember 2016, ABJ wilayah Kelurahan Benda Baru sebesar 94%; wilayah kelurahan bambu apus sebesar 91%; wilayah kelurahan kedaung sebesar 93,3%. Kelurahan Benda Baru telah memiliki RW bebas jentik pada tahun Pada bulai Mai 2017, semua RW di Kelurahan Benda Baru telah tersertifikasi bebas jentik. Berikut tabel Rekapitulasi Capaian Penilaian ABJ Kelurahan Benda Baru Dalam Periode Penilaian Oktober 2016 Sampai Mei 2017: 93

109 Tabel 5.4 Pencapaian ABJ di Kelurahan Benda Baru JUMLAH ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ), JUMLAH PENILAIAN KE ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ), RUMAH/KK SUPERVISOR KOORDINATOR RW RT RUMAH/KK 1 SUPERVISOR 2 3 KOORDINATOR 4 RT RW ,16% % ,16% 97.48% RW ,22% % ,22% 99.20% 1, RW % 1, % % % RW ,57% % ,57% 97.06% RW ,11% 82695,00% 2 93,40% 98.00% ,11% 95,00% 93, RW % % RW ,90% % ,90% 95.20% RW ,82% % ,82% % 1, RW ,67% 1,576 92,89% % ,67% 92,89% RW ,34% 28890,37% 2 92,84% 95.94% ,34% 90,37% 92, RW ,17% % ,17% 97.06% RW ,06% % ,06% 98.76% RW ,88% % ,88% 95.79% RW % % RW % % RW ,06% % ,06% 97.84% RW % % % 99.34% RW % % RW % % RW ,21% % ,21% 95.52% RW ,98% 43192,18% % ,98% 92,18% RW % % RW % % RW ,82% % ,82% 96.49% 10, JUMLAH , % % Sumber: Puskesmas Benda Baru, 2017 Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata nilai ABJ dari 24 RW di Kelurahan Benda Baru sudah diatas standar yaitu sebesar 97,22%. Terdapat RW yang dalam sekali penilaian mampu langsung mendapatkan ABJ diatas 95% yaitu RW 06, 14, 15, 18, 19, 22 dan 23. Terdapat juga RW yang baru bisa lulus sesudah 4 kali penilaian ABJ yaitu RW 05 dan 10. Pada bulain mai 2017, Kelurahan Benda Baru sudah tersertifikasi bebas jentik dengan ABJ sebesar 97,22%. 94

110 Tujuan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Tujuan implementasi kebijakan Program 1 Rumah 1 Jumantik menekan angka kesakitan DBD, hal ini dapat diketahui dari pernyataan informan dibawah ini. Mengacu pada Permenkes pada juknis di tahun 2017 di tujuannya adalah membangun pola hidup bersih dan sehat pada salah satu poinya dimana menekan angka kesakitan DBD itu tujuan utama. (Informan D) 1 rumah 1 jumantik adalah satu metode untuk menekan angka penderita DBD yang setiap musim penghujan jumlahnya selalu melonjak dan dilihat dari laporan angka bebas jentik Tangerang Selatan selalu dibawah 95%. Itu caranya membentuk kebiasaan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M Plus bersama-sama (Informan E) Kita membantu Pemerintah Kota Tangsel dalam hal ini di lingkup Benda Baru untuk membebaskan diri dari jentik nyamuk DBD dengan 3M itu yang aktip dilakukan masyarakat. Dengan berkurangnya jentik berkurang juga angka penderita penyakit DBD. (Informan A) gerakan ini itu bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan akibat DBD serta mengurangi kerugiannya, utamanya kita ingin membiasaan yang namanya PSN 3 M Ples itu, gitu. (Informan B) Berdasarkan kutipan informan diatas dapat diketahui bahwa tujuan implementasi kebijakan Program 1 Rumah 1 Jumantik adalah membangun pola hidup bersih dan sehat yang salah satunya menekan angka kesakitan DBD melalui upaya aktif bersama masyarakat dalam melaksanakan PSN 3M Plus, maka dibentuklah program 1 rumah 1 jumantik dengan fokus pengecekan di tempat-tempat yang berpotensi adanya timbulan jentik-jentik yang diperiksa secara rutin dan berkala, misalnya seminggu sekali. Gerakan ini juga bertujuan untuk membantu dalam mensukseskan program pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dalam rangka 95

111 menurunkan Angka Kesakitan DBD di wilayahnya, khususnya di Kelurahan Benda Baru. Informan kunci menyatakan tujuan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik sebagai berikut: 1 rumah 1 jumantik itu bertujuan untuk itu mengurangi angka kesakitan DBD yah, hmm dengan peran dari masyarakat untuk melaksanakan PSN dengan 3M Plus. (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat diketahui bahwa tujuan gerakan ini untuk menurunkan angka kesakitan DBD melalui kegiatan PSN 3M Plus. Target lain yang akan dicapai dalam program ini adalah Kota Tangerang Selatan menjadi kota yang bebas jentik pada tahun Hal ini dapat diketahui dari wawancara berikut. Jadi di tahun 2020 itu Tangsel bebas jentik dan ditahun 2017 kita sudah melewati, 2019 kecamatan; 2018 kelurahan. (Informan A) Kan targetan bebas jentik 2016 itu RT yah, 2017 RW, 2018 Kelurahan, 2019 Kecamatan, 2020 Kota Tangsel yang bebas jentik. Tapi kita satu langkah lebih maju, di April 2017 itu kita udah deklarasi kelurahan bebas jentik sama Bu Airin. (Informan D) Sesuai dengan Renstra Tangsel, di tahun 2016 RT bebas jentik, tahun 2017 RW bebas jentik, tahun 2018 kelurahan bebas jentik, 2019 kecamatan bebas jentik dan di tahun 2020 Tangsel bebas jentik. Di tahun ini 2017 kelurahan bebas jentik di Benda Baru sudah tercapai. (Informan C) Simpulan dari kutipan diatas yaitu target bebas jentik pada Tahun 2016 adanya RT Bebas jentik, Tahun 2017 RW bebas jentik, Tahun 2018 adanya kelurahan bebas jentik, 2019 menjadi kecamatan bebas jentik, dan Kota Tangerang Selatan menjadi kota bebas jentik pada tahun

112 Kelurahan Benda Baru sudah menjadi kelurahan pertama bebas jentik sejak April Sumber Daya Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Tahun Pelaksana Pelaksana Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru diambil dari masyarakat. Berikut kutipan wawancara dari informan dalam penelitian ini: ee.. yang sumber daya yang paling potensial adalah kader kesehatan ya, itu udah banyak yah, dan dia sudah punya jaringannya, kader posyandu, itu sebetulnya bisa di manfaaatkan. (Informan D) heem.. ya RT RW. Kan dia punya jaringan. Tinggal kita sekarang. Tinggal sekarang kita memberi persepsi yang sama, bagaimana itu. (Informan B) Kalau SDM dari masyarakat kita sangat potensial, artinya sudah banyak, ada kader posyandu, PKK, pengurus RT dan RT yang udah solid (Informan C) Berdasarkan kutipan informan diatas dapat diketahui bahwa sumber pelaksana Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru berasal dari kader kesehatan, pengurus RT dan pengurus RW. Jumlah koordinator dan supervisor pelaksana gerakan ini sudah mencukupi. Hal ini dapat diketahui dari kutipan wawancara dibawah: 97

113 Jumlah koodinator dan supervisor di Benda Baru sudah mencukupi yah, tapi dalam lingkup Kecamatan dan di Tangsel, saya rasa belum mencukupi (Informan D) kita masih kurang kalau mau bicara Kecamatan. ee disini sudah cukup kok beban kerjanya saja yang terlalu banyak dari jumlah yang semustinya (Informan B) Kalau SDM dari koordinator dan supervisor kita sudah cukup yaah Tapi coordinator ini emang tugasnya banyak, jadi mungkin kurang cukup. Karena 2020 itu sebentar lagi, jadi untuk pelaksana di tingkat Kecamatan aja belum cukup, apa lagi di Tangsel (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat diketahui bahwa SDM koordinator dan supervisor gerakan ini di Puskesmas Benda Baru sudah cukup. Tetapi koordinator memiliki tugas yang banyak, sehingga jumlah koordinatorsaat ini perlu ditambahkan. Sedangkan jumlah pelaksana dalam lingkup kecamatan dan kota belum mencukupi. Berdasarkan telaah dokumen yang dilakukan dalam penelitian ini diketahui data sebagai berikut: 98

114 Tabel 5.5 Jumlah Rumah, Supervisor dan Koordinator Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru Tahun 2017 RW JUMLAH ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ), PENIL RUMAH/KK SUPERVISOR KOORDINATOR RT RW ,16% 97.48% RW ,22% 99.20% RW 03 1, % % RW ,57% 97.06% RW ,11% 95,00% 93,40% RW % RW ,90% 95.20% RW ,82% % RW 09 1, ,67% 92,89% 96.00% RW ,34% 90,37% 92,84% RW ,17% 97.06% RW ,06% 98.76% RW ,88% 95.79% RW % RW % RW ,06% 97.84% RW % 99.34% RW % RW % RW ,21% 95.52% RW ,98% 92,18% 96.00% RW % RW % RW ,82% 96.49% JUMLAH 10, % Sumber: Puskesmas Benda Baru, 2017 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah supervisor dan koordinator jumantik di Kelurahan Benda Baru sebanyak 28 orang dan 575 orang. Jumlah ini sudah cukup dan sesuai dengan pedoman gerakan yang buat oleh Kementerian Kesehatan. 99

115 Sumber Daya Keuangan Sumber dana berasal dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan dikelola bersama Puskesmas Benda Baru, hal ini dapat diketahui dalam kutipan wawancara berikut. Sumber dana kan belum terfokus untuk targetan 2020, jadi kita belum ada. Harusnya kalo saya lihat nih, target 2020 kita sudah harus sudah punya. Sumbernya sudah harus ada yah, mau dari APBD atau dana desa. Nanti puskesmas dan dinas yang akan mengatur pengelolaannya. Kalau saat ini 2017 anggaran ada dari rencana kerja dinkes, beberapa pake dana sosialisasi JKN puskesmas, terus kita saweran aja kurangnya mah. (Informan D) Dana untuk sosialisasi dan pembelian pipet dan cetak formulir berasal dari JKN di puskesmas. Dana untuk pelatihan supervisor dan koordinator itu dari Dinas sendiri. Kelurahan ga punya anggaran. Ini untuk 2017 (Informan A) Sumbernya masih dari iuran-iuran, masyarakat. Dari dana JKN kita pake untuk sosialisasinya (Informan B) Kalau dana yang itu penting ya, kedepan sumbernya harus jelas, misal dari APBD, misalnya tadi waktu penilaian, itu sumbernya dari anggaran rencana kerja Dinas dan dikelola oleh Dinas Kesehatan. Sehingga ya puskesmas harus mengajukan ke Dinkes. Tapi dana-dana lain untuk kegiatan apa, yaa itu kita saweran aja. Ada juga untuk sosialisasinya dari dana JKN di Puskesmas (Informan E) Keuangan saat ini masih dari dinkes yah, itu dengan anggaran yang masuk dalam rencana kerja. Di kelurahan ga ada anggarannya dalam dua tahun ini itu eeem Anggaran pengganti Dinkes dan tidak ada dari Puskesmas barulah ada anggaran perubahan dan anggaran sosialisasi JKN di Puskesmas. Sisanya semua iuran aja... Semuanya dinkes dan puskesmas yang kelola. Karena kita yang implementasikan (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat diketahui bahwa belum ada sumber dana yang fokus untuk Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Benda Baru. Sedangkan anggran yang ada dikelola oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan bersama 100

116 Puskesmas Benda Baru. Berdasarkan telaah dokumen dan observasi yang telah dilakukan, didapatkan fakta bahwa pembiayaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kota Tangerang Selatan tahun 2016 masuk ke dalam penganggaran pengganti yang ada di Dinas Kesehatan. Hal ini disebabkan sudah tutup buku dalam penganggaran tahun Sedangkan pada tahun 2017, pembiayaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kota Tangerang Selatan sudah dimasukkan dalam rencana kerja dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Komponen alokasi pembiayaan yang diperlukan dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru dapat diketahui dari kutipan wawancara dibawah: transport untuk supervisor dan koordinator, peralatan jumantik kit, nyetak kartu dan formulir kita yang kita butuhkan, kemudian untuk sosialisasi dan monev. (Informan E) kita alokasikan untuk yang utamanya dahulu semisal formulir dan kartu jumantiknya, senter, pipet, plastik untuk jentiknya, transportnya Koordinator dan Supervisor (Informan B) jumantik kit yang utamanya, terus transport untuk supervisor, koordinator, biaya evaluasi dan pelatihan, biaya cetak formulir atau kartu untuk warga disini. (Informan D) Kartu satu rumah satu jumantik yang di gantung di depan rumah masyarakat, terus cetak formulir koordinator dan formulir supervisor, pipet, senter, plastik untuk jentiknya. Terus juga untuk sosialisasinya, rapat-rapat dan biaya pelatihan. Ada juga transport buat manajer, supervisor dan koordinator, tapi ga banyak yah (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat diketahui bahwa komponen alokasi pembiayan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru diantaranya untuk keperluan pencetakan kartu 101

117 jumantik, formulir koordinator dan formulir supervisor; pengadaan jumantik kit diantaranya senter, piper, plastik untuk jentik; biaya pelatihan, sosialisasi dan rapat monitoring; serta biaya transport untuk Koordinator dan Supervisor Sarana dan Prasarana Jenis sarana dan prasarana yang digunakan dalam melaksanakan Program ini dapat diketahui dalam kutipan wawancara sebagai berikut: Sarana prasarana yang kita gunakan pipet, plastik, senter, dari puskesmas juga ada formulir yang harus diisi, rompi, topi, larvasida yang cair itu, sama mereka juga bawa HP untuk komunikasi dan mappingnya (Informan A) Sarpras kita pipet, lampu senter, formulir koor dan SPV-nya, plastik jentiknya, transport untuk petugas yang survey, larvasida, seragam, sama HP untuk tracking dan mapiing (Informan B) Jumantik kit, ada larvasida, ada transport untuk petugasnya, berkas formulirnya, kartu jentik, petugas kita juga pakai rompi dan topi, HP biasanya udah pada android (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat diketahui bahwa jenis sarana dan prasarana yang digunakan dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru diantaranya senter, pipet, plastik untuk jentik, alat tulis, transport petugas, larvasida, kartu jentik, formulir koordinator dan formulir supervisor, serta adanya seragam berupa topi dan rompi serta HP. Berdasarkan hasil observasi secara partisipan yang dilakukan dalam penelitian ini diketahui juga bahwa pada saat penilaian ABJ di 102

118 Kelurahan Benda Baru, Tim Penilai menggunakan media HP untuk membuka aplikasi google earth untuk mapping dan tracking wilayah di Kelurahan Benda Baru yang diperiksa rumahnya, dan yang didalam rumahnya terdapat jentik, baik jentik DBD atau bukan. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam melaksanakan program ini belum cukup memenuhi kebutuhan, hal ini dapat diketahui dalam kutipan wawancara sebagai berikut: Jumlah sarana yang tadi belum semuanya tercukupi, kaya pipet, senter, plastinya, bahkan formulir itu kita kehabisan. (Informan D) Memang dinkes belum sepenuhnya bisa memenuhi kebutuhan yang ada. Kaya jumantik kit itu masih banyak yang belum dapat. Anggarannya kita utamakan untuk transport. Sehingga senter, pipet dan macem-macem itu, eh bisa dipenuhi dulu oleh petugas-petugas di lapangan (Informan E) Jumlah sarana dan prasarana terus terang ga cukup. Misal aja nih Mas, yang utama dipakai di lapangan kaya senter, pipet, formulirnya gitu, belum mencukupi untuk semua Koordinator dan Supervisor dari 24 RW. Bahkan masyarakat juga jadinya memenuhi sendiri manamana aja yang kurang dari kita, selama mereka bisa. (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang digunakan belum mencukupi kebutuhan dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru. Berdasarkan hasil observasi partisipan juga diketahui bahwa sarana dan prasaran yang dibutuhkan dalam program ini belum tercukupi. 103

119 5.5. Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Tahun Cara Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana Komunikasi antara koordinator, supervisor, manajer, Puskesmas Benda Baru, Kelurahan Benda Baru, dan Dinas Kesehatan Tangerang Selatan selalu dilakukan yang mengacu pada tata kerja dan koordinasi dalam pedoman Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, berikut kutipan informan terkait hal tersebut: Koordinasi kita ada satu instruksi, saya tidak bisa langsung menginstruksikan, jadi ada satu tahapan dari dinas, misal ada pelatihan untuk supervisor, dinas berkoordinasi dengan puskesmas dan berkoordinasi dengan manajer, berkoordinasi dengan pemegang program, dan koordinator, saling berkesinambungan yah (Informan B) Dari awal berjalannya program ini, pewaran muncul dari kepala puskesmas ke kita kepala RW, pas berjalan kita ikutin instruksi dari dinas. Saya lihat juga kalau puskesmas ada masalah atau bingung, maka konsulnya ke dinas. Begitu juga supervisor dan koordinator konsulnya ke manajer (Informan D) Koordinasi yang kita lakukan kalau instruksi biasanya dari dinkes ke puskesmas, puskesmas ke bawah sampai ke koordinator dan masyarakat. Kalau pelaporan ABJ nya sebaliknya kita lakukan dari bawah (Informan E) Supaya tidak ada miskomunikasi di Benda Baru, koordinasi dilakukan satu instruksi dari dinkes, kita ikut itu. Dari dinkes turun ke puskesmas, turun lagi ke manajer sampai ke koordinator. Misalnya mau ada rapat, kaya waktu itu rapat persiapan silent survey, itu dari dinas itu. Tapi kalau pelaporan ABJ sumbernya dari Koordinator dan Supervisor, terus sampe ke dinkes melalui puskesmas yah, hal ini udah diatur dalam pedomannya yang ada dari kemenkes. Kalau ada masalah gitu, kita konsulnya ke dinas. Koordinator dan Supervisor konsulnya kemana? Ke manajer. Manajer ga bisa, konsul ke puskesmas (Informan C) 104

120 Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat diketahui bahwa cara komunikasi mengacu pada tata kerja dan koordinasi dalam pedoman Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dimana instruksi berasal dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan melalui Puskesmas Benda Baru sampai kepada koordinator, sementara pelaporan ABJ bersumber dari koordinator ke supervisor dan manajer, hingga puskesmas dan dinas kesehatan. Berdasarkan observasi secara partisipan, diketahui bahwa jika ada kegiatan penilaian ABJ, maka Puskesmas akan mengajukan kepada Dinas Kesehatan, kemudian Dinas Kesehatan akan menginstruksikan pelaksanaannya dengan berkoordinasi bersama Puskesmas, Pemegang Program, dan manajer jumantik Media Komunikasi Antar Pelaksana Media komunikasi antara semua aktor Penggerak Jumantik di Benda Baru dilaksanakan secara formal dan informal. Berikut kutipan wawancara mendalam terkait hal ini, eem Bersurat terus kita lakukan. Bahkan sekarang udah ada WA grup yang dinamai Jmantik Tangsel yah. Didalamnya sangat beragam sekali. Mulai dari perwakilan mahasiswa, Koordinator, supervisor, manajer, pihak Pukesmas Benda Baru, Pihak Dinkes, bahkan Pihak Sekda ada didalamnya (Informan E) Untuk komunikasi dan penyampaian informasi kita gampang saja. Di bawah saya ada RW-RW, dibawahnya lagi ada RT-RT dan di bawahnya ada kader-kader ya, kita buatkan surat, dipoto eee kita mudah saja untuk komunikasikan, tinggal kirim di WA, yaa sekarang kita ga perlu kumpul, bisa dengan WA, ditulis ayo kita mulai lagi, ayo 105

121 laksanakan lagi, ayo kita adakan survey dan segala macem, begitu... (Informan A) Kepala Puskesmas Benda Baru menawarkan di grup WA RW ini menawarkan tantangan dari dinkes membangun wilayah bebas jentik, saya cek ke puskesmas, ada suratnya (Informan D) Kita dapat surat dari Dinkes, kemudian kepala puskesmas yang dulu, itu menawarkan di Grup WA RW, ayoo RW mana nih yang siap bebas jentik. Dibuatkan suratnya untuk 24 RW di Benda Baru. Alhamdulillah Forum RW Benda Baru berjalan baik. (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat diketahui bahwa media komunikasi antar pelaksana Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru melalui whatsapp group (WAG). WAG Jumantik Tangerang Selatan terdiri dari unsur mahasiswa selaku tim independen, pengurus RT dan RW, koordinator, supervisor, manajer, Dinas Kesehatan, puskesmas, dan sekretaris daerah. Selain itu, media komunikasi antar pelaksana juga melalui pengiriman surat dari Dinas Kesehatan ke Puskesmas Benda Baru dan dari Puskesmas Benda Baru kepada ketua RT dan RW. Hal ini juga diperkuat melalui telaah dokumen, diketahui bahwa terdapat dokumen surat instruksi dinas kesehatan, dokumen surat himbauan kepada RW, dokumen surat perihal antisipasi peningkatan penyakit DBD Karakteristik Organisasi Pelaksana Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Tahun Kompetensi Staf Suatu Organisasi Kompetensi yang dimiliki oleh pelaksana gerakan ini di Kelurahan Benda Baru diantaranya memiliki motivasi, bertanggung 106

122 jawab dan dapat bekerja dalam tim, serta memiliki pengetahuan terkait sosial-budaya masyarakat di Benda Baru dapat diketahui pada kutipan dibawah: Yang saya salut adalah penilainya tidak bisa dikompromi. Ini ada 1 RW ini nilainya sudah 95,00, tetep tidak lulus. Karena syarat ABJnya adalah harus lebih dari 95, tetep tidak diluluskan. Itu yang bagus, punya tanggung jawab (Informan D) Dia (manajer, tim independen) juga membantu memverifikasi apakah jentik DBD atau bukan, itu yang termasuk yang dihitung atau tidak, tetapi kalau keputusan tetap ada di tim independentnya dan dinas kesehatan. Itu semua udah jadi tanggungjawabnya masingmasing (Informan B) Koordinator dan Supervisor di Benda Baru bertanggungjawab dalam melaksanakan kunjungan dan pembinaan ke rumah-rumah warganya, mereka juga terus saling berkoordinasi di lapangan. Beda lagi dengan manajer, yang diutamakan disini adalah yang memilik motivasi yang tinggi, karena ini kerja sosial. Semua petugas di lapangan itu ya harus bertanggungjawab dalam pelaporan ABJ (Informan E) Semua yang kita ambil dari masyarakat ini itu petugasnya rata-rata dari pengurus RT RW. Kerna mereka lah yang udah tau masyarakat disini begimana (Informan A) Ketika merekrut koordinator, super visor dan manajer, kita melihat dulu mana-mana aja yang memiliki dorongan untuk merubah masyarakat jadi lebih sehat, ditambah mereka minimal pernah jadi pengurus RT dan RW. Waktu itu manajer dari ketua RW 24. Kita juga ambil mahasiswa untuk menjadi penilai, hal ini kita sepakati karena mereka teliti dan sudah bertanggungjawab lah. Semuanya mampu bersama kerja dalam tim, karna ini penting (Informan C) Berdasarkan wawancara diatas, dapat diketahui bahwa pelaksana Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru memiliki kompetensi yang diantaranya memiliki motivasi, bertanggung jawab dan dapat bekerja dalam tim, serta memiliki pengetahuan terkait sosial-budaya masyarakat di Benda Baru. 107

123 Proses Monitoring Dan Evaluasi Pelaksanaan Program Puskesmas Benda Baru dan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan selalu melaksanakan proses monitoring dan evaluasi pelaksanaan program 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Kelurahan Benda Baru. Hal tersebut dapat diketahui dari kutipan di bawah ini: Monev itu mutlak yah untuk dilakukan oleh suatu puskesmas, apalagi ini berkaitan dengan program pengendalian penyakit menular yang melibatkan lintas sektor. (Informan B) Puskesmas dan Dinkes selalu melaksanakan monev dalam gerakan ini ya. Jadwalnya biasa per tiga bulan sekali. Waktu itu sempet ada pergeseran jadwal tapi ga mengganggu pelaksanaan survey ABJ disini (Informan D) Puskesmas melakukan monitoring kepada Koordinator dan Supervisor beserta manajernya. Sedangkan dinkes, melakukan evaluasi bersama puskesmas untuk analisa laporan ABJ serta melakukan silent survey. (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa monitoring dan evaluasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik selalu dilakukan oleh Puskesmas Benda Baru dan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Puskesmas Benda Baru melakukan monitoring berupa supervisi kepada Koordinator dan Supervisor. Sedangkan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan melakukan evaluasi melalui silent survey dan menganalisa laporan ABJ. Terkait cara pelaksanaan monitoring dan evaluasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru dapat diketahui pada kutipan berikut: 108

124 dari kader kan bikin laporan setiap minggunya ke koordinator, terus dari koordinator ke supervisor, supervisor langsung ke bagian manajernya. Dan apabila ada yang ngga ngumpulin, puskesmas dan kelurahan langsung ambil tindakan, mana nih RT RW yang belum ngumpulin, kemana, laporan itu belum tertulis... (Informan B) RW 24 jadi tempat penilaian pertama di 1 Oktober. Namun sayangnya di penilaian pertama itu ABJ-nya gabisa di atas 95, jadi gagal. Akhirnya kita bisa memperbaiki kenapa gagal melalui monitoring dari kelurahan, oh salah satunya teorinya selama ini koordinator periksa jentiknya di vas bunga, di kamar mandi, bak mandi. Nah, waktu penilaian itu gak ketemu jentik di pot, bukan di vas bunga, tapi di tempat blender yang nampung air hujan. (Informan D) Dan kita melakukan pengecekan di lapangan Mas, apabila ada yang tidak melakukan wawancara, kita tanya mengapa, dan akhirnya mereka melaksanakan juga. kalau kita ada pertemuan RW, terus yang hadir, ditanya apa kendalanya, apakah mengerti tentang penyakit DBD, minimal ada perbaikannya, dengan begitu mereka jalan. (Informan A) Bersama puskesmas kita lakukan pemantauan kasus DBD di Benda Baru yah. Dinkes juga adakan evaluasi hasil kerja puskesmas setiap 3 bulan yang direncanakan melalui metode kita yaa itu silent survey. Hasilnya kita sampaikan di forum rutinan secara bersamasama. (Informan E) Kalau di juknis kan sudah disampaikan, bahwa jumantik yang di rumah melakukan pengecekan seminggu sekali. Lalu koordinator mengumpulkan laporan seminggu sekali. Dan supervisor melakukan pengecekan laporan sebulan sekali. Saya berupaya supaya gerakan ini berjalan, namun ketika saya melihat data yang saya inginkan di awal Juli kemarin, yang melaporkan baru 60% dari jumlah yang melaporkan, maka kita (puskesmas) langsung turun ke wilayah yang belum lapor, kita lihat kartu jentik yang ada di rumah-rumah. Dengan itu harus dipacu, salah satunya dengan silent survey itu berkelanjutan, supaya siap dengan tujuan sebentar lagi ada penilaian, sebentar lagi ada penilaian, seperti itu. (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui cara pelaksanaan monitoring Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yaitu dengan melihat apakah kartu jentik di rumah-rumah masyarakat diisi sesuai jadwal, memantau pelaporan formulir Koordinator dan Supervisor 109

125 agar sesuai jadwal pelaporannya, bersama-sama dalam mencari solusi dari kegagalan saat diadakan penilaian, Puskesmas Benda Baru juga akan melihat bagaimana petugas mewawancarai masyarakat di lingkungannya. Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui pelaksanaan evaluasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yaitu Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan melakukan pemantauan terhadap jumlah kasus DBD di Benda Baru, kemudian dilakukan silent survey sebagai metode dari Dinkes dalam mengevaluasi kerja Jumantik oleh Puskesmas. Hasilnya akan didiseminasikan dalam forum rutin Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru Dukungan Politik yang Dimiliki Puskesmas Benda Baru memiliki dukungan secara politik. Hal tersebut dapat diketahui dari kutipan di bawah ini: Walikota Tangsel sudah mengeluarkan surat instruksi agar semua pihak dapat mengendalikan DBD melalui gerakan jumantik (Informan B) adanya salah satu warga di Benda Baru, kebetulan dia orang Kemenkes, makanya pas launcing gerakan jumantik, kita dimudahkan berkoordinasi dengan Kemenkes (Informan D) Waktu sosialisasi, selalu kita ajak orang Sekda (Sekretaris Daerah) atau DPR, kita lakukan itu agar mereka mau mendukung, dan Alhamdulillah ya Mas hasilnmya positip didukung. (Informan E) Kita terima surat edaran dari Kemenkes ditambah walikota juga punya surat instruksi ke Lurah Camat untuk mengendalikan DBD melalui Jumantik. Orang-orang warga disini juga ada pemangku 110

126 kebijakan di Tangsel atau di Kemenkes sana, mereka kita ajak diskusi, hasilnya mau (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa terdapat dukungan politik yang dimiliki Puskesmas Benda Baru dalam melaksanakan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik berupa adanya dorongan dari warga Benda Baru yang merupakan pemangku kebijakan di Tangerang Selatan dan adanya surat instruksi walikota dan surat edaran dari Kementerian Kesehatan. Berdasarkan hasil observasi partisipan diketahui bahwa dukungan politik yang dimiliki dapat mempengaruhi cara bertindak Puskesmas Benda Baru dalam melaksanakan gerakan ini Kemudahan Akses Komunikasi Eksternal Puskesmas Benda Baru memiliki kemudahan akses komunikasi eksternal. Hal tersebut dapat diketahui dari kutipan di bawah ini: Koordinator dan supervisor semuanya pada punya facebook. Setiap kali turun pasti pada selfie, posting di FB. Temen mereka di FB (yang tidak tinggal di Benda Baru) pada nanya lagi kegiatan apa. Saya juga punya jaringan lain di luar (Benda Baru), kegiatan jumantik selalu saya kasih tau kesitu, banyak muncul pertanyaan, saya bilang main aja kesini mantau jentik. (Informan B) pertama, website jadi tracking yang ada jentiknya di Benda Baru, dapat juga menampilkan informasi terkait gerakan ini di Benda Baru maupun di Tangsel, dan banyak hal bisa kita pake dari website. Kedua, grup kita ada beberapa di medsos. Ketiga, kita bebas aja mengungkapkan aspirasi kita terkait gerakan ini. (Informan D) apa lagi dijaman teknologi gini, ibu-ibu udah pada bisa android, grup kita ada beberapa, website kita tersedia, bisa dibuka dimana aja, 111

127 semua sarana ini sebetulnya menandakan kemudahan dalam koordinasi dan komunikasi. (Informan E) Gini Mas... kita juga punya strategi komunikasi untuk ke luar Benda Baru, biar ga kita-kita aja yang tau, biar daerah juga tau hal ini. Pertama, kita punya website. Fungsinya apa sih? Bair orang lain itu tau di Benda Baru ada apa, jumantik tuh apa, makanya media tersebut sebetulnya penting sebetulnya Mas, harus diurus juga. Kedua, ibu-ibu disini udah pada canggih, HP-nya android, punya medsos, semua kita dorong untuk posting di HP nya. Kita lakukan yang gampanggampang aja Mas, ditambah biaya yang rendah aja. (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa Puskesmas Benda Baru memiliki kemudahan akses komunikasi eksternal dalam melaksanakan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik berupa adanya website ditambah banyaknya pelaksana gerakan yang memiliki media sosial. Tujuan dibangunnya website jumantik adalah untuk memberikan informasi terkait Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Benda Baru khususnya, dan di Kota Tangerang umumnya. Website juga dapat diakses oleh siapa pun dan dimana pun, sehingga sangat efektif dalam memberikan informasi ke masyarakat secara luas. Pelaksana gerakan ini di Puskesmas Benda Baru juga menyebarkan informasi melalui media sosial yang dimiliki. Berdasarkan hasil observasi partisipan diketahui bahwa pada saat ada kunjungan kerja dari Riau ke Pemerintah Kota Tangerang Selatan, dilaksanakan presentasi terkait Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Benda Baru. Hal ini respon baik oleh Pemerintah Kota Riau, sehingga akan mencontoh apa yang sudah ada di Benda Baru dan Kota Tangerang Selatan. 112

128 Kerja Sama Lintas Sektoral Puskesmas Benda Baru bekerja sama dengan sektor lain dalam melaksanakan geraka 1 rumah 1 jumantik. Hal tersebut dapat diketahui dari kutipan di bawah ini: Jelaas itu, jelas kalau ada kerja sama dari banyak sektor dalam gerakan ini. (Informan B) Iya jelas yah, itu ada, kita ga mungkin bisa seperti gini kalo ga ada koordinasi antara kelurahan, Puskesmas Benda Baru, mahasiswa, semua sektor itu pokoknya (Informan A) Di Benda Baru sangat banyak yang mau bekerja sama dalam mensukseskan gerakan ini (Informan D) Kita menyerahkan kepada yang berwenang dan tidak mungkin juga kita menyelesaikannya tanpa lintas sektor. Kita harus ajak media, komunitas, SKPD lain-lain yah (Informan E) Pasti ada Mas, agak sulit rasanya kalau ga ada kerja sama dari yang lainnya yah. Jadi, ada kerja sama dari sektor lain. (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa terdapat kerja sama dengan sektor lain dalam melaksanakan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Hal ini juga dapat diketahui dari observasi secara partisipan bahwa terdapat kerja sama lintas sektor dalam gerakan ini mulai dari pihak swasta, media online dan media cetak, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta universitas swasta dan negeri. Terkait bentuk kerja sama lintas sektor dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru dapat diketahui pada kutipan berikut: 113

129 bentuk kerja sama dengan sektor lain, Pertama, kita melibatkan mahasiswa dari UIN, Unpam dan UMJ untuk menjadi tim independen, yang menilai dan menyatakan wilayah ini bebas jentik atau tidak. Kedua website kita dibuat oleh bantuan media cetak di Tangsel. Tiga, ibu-ibu dari bank sampah kita libatkan sebagai Koordinator dan Supervisor selanjutnya, berapa tuh, hmm.. sarana kita juga dapet dukungan dari CSR. (Informan D) Kita lagi kembangkan pohon zodia dengan dinas lingkungan hidup dan dinas pertanian. Pohon ini bermanfaat untuk mengusir nyamuk, kita akan serahkan ke wilayah yang udah bebas jentik, ya sebagai reward. Kita juga dapet CSR dari produsen larvasida, kedepannya mau MoU dengan pengembang BSD. Kemaren kami syut video bersama media swasta di Tangsel, memang media online maupun cetak banyak yang meliput kita. Tim penilaian juga kita ambil dari universitas, bahkan 3 universitas. Bank sampah yang ada di Benda Baru kita libatkan, kita ajak sekolah-sekolah, masih banyak lagi (Informan E) Wah, banyak ini.. Tim penilaian dari UIN, UMJ, dan Unpam. Kita libatkan mahasiswanya, kemudian penyuluhan biasa diisi oleh Forum Kota Sehat, bank sampah juga kita ikutsertakan dalam mendukung gerakan ini, dinas juga lagi kembangkan pembudidayaan pohon zodia bersama dinas pertanian dan dinas lingkungan hidup. Larvasida cair didukung sama produsennya, dengan sektor media cetak dan media online kita bersama untuk itu publikasiin gerakan ini. Oiya, terus juga rompi dan topi untuk pelaksana disupport oleh swasta, saya lupa, kayanya bidang pengembangan perumahan (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bentuk kerja sama lintas sektor dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru yaitu adanya mahasiswa dari universitas swasta dan negeri sebagai tim penilaian, terdapat media online dan cetak yang terlibat dalam peliputan dan pemberitaan terkait gerakan ini, penyuluhan dan sosialisasi gerakan ini tidak hanya diisi oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas, melainkan diisi juga oleh Forum Kota Sehat, tim mahasiswa, dan dinas lingkungan hidup. Sarana dan prasarana seperti rompi, topi dan larvasida ada atas kerja sama dengan 114

130 pihak swasta. Adanya website jumantik di Benda Baru juga karena ada media online yang ingin membantu dalam mensukseskan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Benda Baru Kekuatan Organisasi Pelaksana Terkait bentuk kekuatan Puskesmas Benda Baru dalam melaksanakan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dapat diketahui pada kutipan berikut: Disini silaturahminya masih sangat tinggi, kelurahan mau ke puskesmas, begitu juga sebaliknya. Terus juga gotong royong kita masih kuat, kebersamaan terasa kalau disini Mas. (Informan A) Masyarakat Benda Baru itu selalu guyub yah, kalau ada kegiatan dari dinas atau dari puskesmas selalu mau membantu, ketua RT dan RW punya jaringan yang kuat, PKK juga punya jaringannya sendiri. Dinkes mendukung masyarakat misalnya pas ada kegiatan-kegiatan, sebaliknya masyarakat juga mau berkontribusi untuk Dinkes yang lebih baik. Antara dinas, puskesmas, dan kelurahan tidak ada jarak. Kita saling menguatkan satu sam lain, kalau ada masalah di lapangan gitu, kita duduk bersama cari solusinya bagaimana (Informan E) Masyarakat mau ambil bagian dan mau membantu, gotong royongnya masih sangat tinggi, antara kelurahan dan puskesmas kompak, puskesmas dengan masyarakat juga kompak, saling memberikan masukan. Silaturahmi disini juga sangat tinggi Mas. Hampir setiap minggu selalu ada forum bersama antara puskesmas dan ketua RW di Benda Baru. (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bentuk kekuatan Puskesmas Benda Baru dalam melaksanakan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yaitu adanya kekompokan antara puskesmas, kelurahan, dan masyarakat; silaturahmi sangat ditinggi dan dilakukan 115

131 oleh semua pelaksana; serta gotong royong antar masyarakat dan puskesmas terlaksana dengan baik Faktor Lingkungan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Faktor lingkungan sosial ekonomi dan politik berhubungan dengan pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru. Hal tersebut dapat diketahui dari kutipan di bawah ini: Iya faktor lingkungan tadi ada hubungannya dengan gerakan ini. (Informan A) ooh iya jelas, ada hubungannya Mas (Informan B) Pasti berhubungan antara sosial ekonomi politik dengan gerakan jumantik ini (Informan D) Bagi saya sangat bisa dirasakan bagaimana hubungannya ekonomi, terus politik, sosial dalam gerakan ini. (Informan E) Saya lihat ada keterkaitannya antara faktor-faktor lingkungan tadi dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa semua responden menyatakan terdapat hubungan antara faktor lingkungan sosial, ekonomi, dan politik terhadap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Faktor Lingkungan Ekonomi Faktor lingkungan ekonomi masyarakat berkaitan dengan Program 1 Rumah 1 Jumantik di Benda Baru. Hal tersebut dapat diketahui dari kutipan di bawah ini: Kalau di lingkungan perumahan sih biasanya jumantik dilaksanakan oleh asisten di rumahnya. Tapi yang di non perumahan biasa sebaliknya 116

132 yah. Yang punya rumah pun apa lagi dia ibu rumah tangga bakal jadi jumantik untuk di rumahnya (Informan A) eeeh gini Mas, kalau Benda Baru itu ya ada yang perumahan dan non perumahan, biasanya yang perumahan sibuk pada kerja nyari rejekinya, bahkan bekerjanya di luar Tangsel. Sementara yang non, ibunya ada terus di rumah, karena memang ibu rumah tangga. Jadi yang perumahan biasanya asistennya tuh yang periksain, di yang satunya ibu tersebut yang meriksanya. (Informan D) Kita ngeliatnya secara umum aja yah, biasanya kan bisa diliat juga tuh sama Mas. Di Benda Baru ini bisa digolongkan ada yang perumahan sama non perumahan. Kalau yang perumahan itu mayoritas ibu bapanya bekerja kantoran, makanya asistennya yang meriksa sedangkan yang bukan perumahan, biasanya ada ibu atau bapanya yang ga bekerja, nah yang meriksanya yang punya rumah itu biasanya, karena ibu rumah tangga misalnya (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa faktor ekonomi memiliki hubungan dengan pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dalam bentuk masyarakat menghindari pemborosan tenaga akibatnya pemantauan jentik di kawasan perumahan Benda Baru biasanya merupakan asisten dari pemilik rumahnnya, sedangkan petugas pemantauan jumantik di wilayah non perumahan merupakan ibu rumah tangga/ pemilik rumahnya Faktor Lingkungan Sosial Faktor lingkungan sosial masyarakat berkaitan dengan Program 1 Rumah 1 Jumantik di Benda Baru. Hal tersebut diungkapkan oleh Informan sebagai berikut: Untuk perumahan relative lebih seragam, bentuk rumah, posisi rumah, dari segi pengetahuan juga, antar satu dengan yang lain tidak jomplang atau berat sebelah dan relatif lebih mudah yah untuk mengatur jumantik. (Informan D) 117

133 Yang di daerah perkampungan, dengan penataan rumah yang tidak teratur berbeda dengan komplek yang teratur, semua teratur, jalur air teratur, taman teratur. Kalau di kampung terbuka, kebunnya beda, penataan pohon apanya, beda. Jadinya kita mudah menjalakan pemantauan jentik di perumahan, sementara diperkampungan agak sulit yah karena itu tadi (Informan A) Untuk non perumahan banyak lahan terbuka, bentuk rumah yang tidak beraturan, ada yang menghadap Utara, Selatan, lalu banyak barangbarang yang menurut kita itu berpotensi jentik semisal bambu, atau barang bekas untuk daur ulang. Kalau yang perumah jelas lebih rapi, dari segi ukuran, bentuk, menghadap mananya, itu lebih relative sama. Jadi mudah menjalankannya (Informan E) Masyarkat perumahan yang dari berbagai unsur dan latar belakang ada yang sibuk bahkan di rumahnya jarang, ketika ada orang yang ingin memeriksa jentik, malah kaget. Bagusnya itu, tertata rapi bentuknya, ukurannya, penataan taman-tamannya, sampah sekali angkut semua gang kena kan. Kalau di perkampungan kan ga bisa kaya gitu (Informan B) Pertama, kalo di perumahan, eeeh Di perumahan itu penataannya ada, rumah relative sama, menghadap ke arah yang sama, saluran air pembuangan atau pun air bersih juga sama, tamannya tertata karena skalanya masih keci, sistem pengangkutan sampah juga udah bagus karena terjadwal dan semua rumah terangkut. Kedua, di perkampungan, pengetahuannya relative perlu ditingkatkan, bentuk rumah berbeda-beda, banyak lahan terbuka, banyak barang bekas di depan rumahnya, kaya bambu, ban bekas, ada empang yang ga keurus. Sehingga jumantik di wilayah perumahan lebih mudah mengaturnya dari pada yang non perumahan (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa kondisi sosial masyarakat di Benda Baru terdiri dari 2 keadaan, yaitu kondisi perumahan dan non perumahan. Kondisi perumahan di Benda Baru cenderung lebih rapi dalam penataan taman, bentuk dan ukuran rumah, penataan saluran air bersih dan saluran air limbah rumah tangga, serta sistem pengangkutan sampah yang terjadwal. Sedangkan non perumahan di Benda Baru cenderung lebih banyak lahan terbuka, banyak masyarakat yang menyimpan barang bekas di depan rumah, posisi, ukuran dan bentuk rumah 118

134 cenderung berbeda-beda. Pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di wilayah perumahan lebih mudah dan dapat dilakukan dengan efektif Faktor Lingkungan Politik Faktor lingkungan politik berkaitan dengan Program 1 Rumah 1 Jumantik di Benda Baru. Hal tersebut diungkapkan oleh Informan sebagai berikut: Untuk politik sangat kental, kalau DBD ini menjadi masalah dengan angka kematian yang tinggi, terus, politik akan mengatakan bahwa pemerintah kota tidak melaksanakan kegiatanya dengan baik atau membiarkan hal ini. Kalau politik ini diikut sertakan dalam hal postif, mereka akan mendukung program ini, sehingga masyarakat merasa tidak terabaikan, karena ini masalah kita semua sehingga ada treatment yang benar, kami selaku Dinkes sesuai dengan tugas dan fungsinya, kami hadir di tengah masyarakat dan memperbaiki bersama-sama problem mereka... (Informan E) Jelas kalau politik sangat mempengaruhi gerakan ini. Dengan melibatkan masyarakat, kita sudah mendapatkan dukungan politis dari masyarakat. Karena di Benda Baru ini pernah ada kejadian ada kegiatan yang ga melibatkan masyarakat, maka responnya di demo itu sama masyarakat. Media datang, mereka suka dengan hal kaya gitu. Dari sisi positifnya, kita ajak anggota dewan atau masyarakat yang dipandang di Benda Baru ini, kita ajak diskusi macem-macem (Informan D) Dengan melibatkan masyarakat, iklim politiknya akan baik, namun, akan menjadi boomerang, apabila Puskesmas dan Dinkes lalai, maka dari itu treatmennya harus baik, jika tidak, kami akan mendapatkan penghakiman secara politik seperti demo meminta fogging segala macam. Maka dari itu setiap adanya kegiatan kami mengundang anggota dewan untuk ikut dan banyak sekali anggota dewan yang terlibat dalam bentuk advokasi dan sosialisasi ke mereka dulu, kalau mereka mendukung secara politis kami sudah terdukung. (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa faktor politik berhubungan dengan gerakan ini. Faktor politik dari masyarakat yang dilibatkan dapat mendukung gerakan ini. Namun sebaliknya, jika masyarakat tidak dilibatkan maka akan menjadi hal negatif berupa terbentuknya opini 119

135 yang tidak baik bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Bentuk dukungan politik juga dapat diketahui dari telaah dokumen yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu adanya dokumen Surat Instruksi WaliKota Tangerang Selatan, Dokumen Surat Edaran Kementerian Kesehatan RI dan dokumen Surat Edaran Dinas Kesehatan Provinsi Banten, serta Surat Insktruksi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Sikap Pelaksana Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Tahun Arah dari Respon Pelaksana Sikap menerima Program 1 Rumah 1 Jumantik ini dilakukan oleh semua informan dalam penelitian ini. Berikut kutipan wawancara terkait hal tersebut: Menawarkan tantangan dari Dinkes membangun wilayah bebas jentik, yang ada hanya RW saya, RW 24 yang waktu itu saya, saya bilang saya siap. (Informan D) Dari sisi kesehatan sangat baik, bagaimana pun masyarakat dalam hal ini meningkat kesehatannya dan itu sangat baik dan saya mendukung akan program ini. Bukan hanya Benda Baru, atas nama kecamatan dan kota ini pun terangkat. (Informan A) Begitu saya dapatkan suratnya dari Dinkes Provinsi, saya baca urgensinya, ternyata sangat inovatif dan bermanfaat untuk masyarakat maka saya jalankan gerakan ini. Saya rasa ini perbaikan sistem dari yang udah ada sebelumnya (Informan E) Saya sudah mendengar gerakan ini sebelum ditempatkan di Benda Baru. Tadinya saya mau terapkan disana memang, tapi keburu dipindah ke sini. Yasudah saya lanjutkan saja yang ada di Benda Baru (Informan B) 120

136 Saya rasa ini inovasi, balik ke pola kerja untuk menyempurnakan dari jumantik yang sebelumnya dilakukan oleh kader posyandu, jelas saya terima ini untuk perbaikan kita (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa semua informan menerima Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik ini. Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dilihat lebih efektif dalam menekan angka kesakitan penyakit DBD, konsep 1 rumah 1 jumantik juga dinilai sebagai inovasi intervensi penyakit DBD yang menerapkan konsep go green dan sebagai perbaikan sistem pengendalian DBD sebelumnya. Sikap menerima Program 1 Rumah 1 Jumantik dilakukan juga oleh masyarakat. Berikut kutipan wawancara terkait hal tersebut: Masyarakat kita sangat senang sekali dengan adanya kegiatan kaya begini, mereka jadi merasa diperhatikan kesehatannya oleh Pemerintah. (Informan A) Rapat kita dengan Forum Sehat RW di Benda Baru menyetujui untuk berkontribusi dalam gerakan ini. (Informan B) Ga akan mungkin bisa berjalan sampai seperti ini, kalau masyarakat kita, lurahnya, camatnya, tetua-tetua di kelompok masyarakat tidak menerima gerakan jumantik ini. (Informan E) Awalnya waktu itu memang ada blok RW yang tidak nerima gerakan ini, itu karena mereka belum tau ini tuh apa sih. Setelah kita beri tahu, mereka pun menerima gerakan ini sebagai bagian dari proker RW mereka (Informan D) Masyarakat di Benda Baru menerima gerakan jumantik ini. Dari awal yang hanya diterima oleh RW nya saja, kemudian meluas ke RT nya, Alhamdulillah sekarang bisa dilihat sendiri (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa masyarakat menerima Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik ini. Hal ini juga diperkuat berdasarkan observasi yang dilakukan dalam penelitian ini 121

137 menunjukkan bahwa masyarakat melakukan gotong royong dalam mensosialisasikan ketika akan diadakan penilaian, masyarakat juga saling berbagi masakannya ketika penilaian dilaksanakan, pelaksana jumantik melakukan pemantauan jentik sesuai waktu yang telah ditentukan, masyarakat juga terlibat sebagai Koordinator dan Supervisor gerakan ini Kesadaran dan Intensitas Pelaksana Pelaksana Program 1 Rumah 1 Jumantik telah memiliki kesadaran dalam menaati jadwal pemantauan jentik. Berikut kutipan wawancara terkait hal tersebut: Kita semua udah paham itu (jadwal pemantauan), Puskesmas dan Dinkes menetapkan nih jadwal periksa di rumah-rumah itu seminggu sekali di hari Sabtu, Koordinator dan Supervisornya bakal bantu. Mereka juga cek per 2 mingu. Kita ikuti itu semua (Informan D) Dinkes beserta puskesmas telah menetapkan jadwal pemantauan setiap seminggu sekali di rumah warga, sedangkan oleh Koordinator dan Supervisornya itu eehh 2 minggu sekali. Semua sudah tau jadwal ini, masyarakat pun saya lihat mengikuti jadwal-jadwal tersebut. Mereka juga ngerti kalau inilah cara yang efektif agar di lingkungan rumahnya ga ada lagi yang DBD. (Informan E) Kalau udah waktunya Sabtu pagi nih Mas, masyarakat udah pada bersiap-siap karena mereka tau rumahnya mungkin jadi sampel untuk di cek, baik oleh sendiri atau pun dibantu sama koordinatornya atau supervisornya. Selain itu, sekarang Koordinator dan Supervisornya udah paham betul setiap dua minggu mereka keliling tanpa diperintah Puskesmas dulu udah langsung jalan tuh. Eeh saya bilang ini artinya sudah kesadaran dari masyarakat untuk memantau jentik di lingkungannya (Informan C) Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa Dinas Kesehatan beserta Puskesmas Benda Baru telah menetapkan 122

138 jadwal pemantauan jentik di rumah warga setiap seminggu sekali, yaitu pada Hari Sabtu. Sedangkan Koordinator dan Supervisor akan memantau jentik di lingkungannya setiap dua minggu sekali. Masyarakat, Koordinator dan Supervisor telah menaati jadwal pemantauan. Tanpa ada instruksi dari Puskesmas terlebih dahulu pun, masyarakat, Koordinator dan Supervisor melakukan pemantauan jentik sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Para pelaksana Program 1 Rumah 1 Jumantik telah sadar dalam menaati jadwal pemantauan jentik. Hal tersebut juga diketahui melalui observasi dalam penelitian ini yang menunjukkan bahwa masyarakat Benda Baru telah terbiasa melakukan pemantauan jentik setiap Sabtu Pagi, jika tidak bisa dilakukan pada hari tersebut maka diganti pada hari selanjutnya. Kemudian Koordinator dan Supervisor juga akan melalukukan kunjungan ke rumah-rumah warganya untuk melakukan pemantauan jentik, pengecekan kartu jentik dan merekap laporan yang masuk. 123

139 6. BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN 6.1. Keterbatasan penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah terbatasnya dokumen keuangan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, hanya ada selembar dokumen yang diperlihatkan petugas Puskesmas Benda Baru kepada peneliti. Peneliti juga tidak diperbolehkan menggandakan dokumen keuangan tersebut. Hal ini mengakibatkan terbatasnya pembahasan terkait sumber daya keuangan Standar Dan Tujuan Kebijakan Terkait Program 1 Rumah 1 Jumantik Tahun Standar dan tujuan kebijakan sangat menentukan keberhasilan pencapaian dari implementasi Program 1 Rumah 1 Jumantik, khususnya di Puskesmas Kelurahan Benda Baru. Standar dan tujuan kebijakan menguraikan keseluruhan arah dari keputusan kebijakan. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan telah mengkomunikasikan pemahaman terkait standar dan tujuan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik kepada setiap pelaksana di lapangan, baik Puskesmas, Supervisor, Koordinator dan Dinas Kesehatan. Hal ini dilakukan karena standar dan tujuan kebijakan yang dikomunikasikan kepada pelaksana di lapangan dapat mempengaruhi secara tidak langsung sikap dari para pelaksana gerakan jumantik (Wahab, 2008). 124

140 Standar Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Kelurahan Benda Baru merupakan kelurahan pertama tersertifikasi bebas jentik yang sudah sesuai dengan standar nilai angka bebas jentik (ABJ), yaitu sebesar 97,22%. Dalam Buku Pedoman Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, pemantauan jentik berkala dapat dikatakan berhasil apabila nilai ABJ diatas 95%, sehingga hasil ini juga menunjukkan bahwa PJB di Kelurahan Benda Baru telah berhasil. Hal ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Abd. Rachman Rosidi, 2009) dan penelitian oleh (Yulian Taviv, 2010) yang mengemukakan bahwa keberhasilan kegiatan PJB dapat diukur dengan meningkatnya ABJ yang diperoleh dan pemantauan jentik lebih efektif dalam meningkatkan angka bebas jentik. Prestasi yang telah dicapai merupakan hasil kerja keras dari koordinator, supervisor, dan manajer jumantik beserta seluruh masyarakat di Kelurahan Benda Baru. Peran petugas jumantik sangat penting dalam sistem kewaspadaan dini mewabahnya DBD karena berfungsi untuk memantau keberadaan dan menghambat perkembangan awal vektor penular DBD. Keaktifan kader jumantik dalam memantau lingkungannya dapat menurunkan angka kasus DBD (Pratamawati, 2012). 125

141 Peran aktif jumantik di Kelurahan Benda Baru yang mampu memberikan dampak berupa meningkatnya ABJ sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chadijah (2011) yang menyimpulkan bahwa pemberdayaan jumantik dalam PSN DBD memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan ABJ dan penurunan HI (House Index). Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Mubarokah (2014) yang menyatakan simpulan bahwa penggerakan jumantik dapat meningkatkan ABJ DBD. Program 1 rumah 1 jumantik di Puseksmas Benda Baru telah sesuai dengan standar dan tujuan yang telah ditetapkan, sehingga gerakan ini dapat dapat terus dilaksanakan hingga pada level Kota Tangerang Selatan. Implementasi kebijakan sesungguhnya berjalan dalam sebuah lingkaran menurut DeLeon s (1999) dalam (O Toole, 2013) Tujuan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Puskesmas Benda Baru Dalam buku pedoman Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, diketahui bahwa tujuan umum gerakan ini adalah meningkatnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian DBD melalui pembudayaan PSN 3M Plus. Pada dasarnya upaya PSN dengan metode 3 M Plus melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Benda Baru menunjukkan adanya peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan pemantauan, 126

142 pemeriksaan dan pemberantasan jentik. Hal ini menunjukkan tercapainya tujuan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Benda Baru. Target yang dituju oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan yaitu tercapainya RT bebas jentik pada Tahun 2016; RW bebas jentik pada Tahun 2017; Kelurahan bebas jentik pada Tahun 2018; Kecamatan bebas jentik pada Tahun 2019; Kota Tangerang Selatan menjadi kota bebas jentik pada tahun 2020 (Renstra Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2016). Target yang dituju pada tahun 2016 dan 2017 sudah tercapai dan bahkan pencapaian target yang dituju pada tahun 2018 sudah tercapai pada Bulan Juni Tahun Berdasarkan telaah dokumen yang dilakukan dalam penelitian diketahui fakta bahwa percepatan tercapainya standar dan tujuan ini karena adanya dorongan secara kelembagaan dari Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan yang sudah membuat surat edaran tentang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah dengue (DBD) kepada Dinas Kesehatan Provinsi di Seluruh Indonesia. Dinas Kesehatan Provinsi Banten menindaklanjuti Surat Edaran tersebut sehingga dibuatlah Surat Edaran yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota di Provinsi Banten. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan membuat Surat Instruksi kepada Puskesmas di Kota Tangerang 127

143 Selatan agar mengambil langkah-langkah penanggulangan terhadap penyakit DBD. Ditambah juga, Pemerintah Kota Tangerang Selatan mengeluarkan Instruksi Walikota Tangerang Selatan Nomor 443.4/340/Dinkes tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD yang ditujukan kepada Camat dan Lurah di Kota Tangerang Selatan. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah sangat menentukan keberhasilan berjalannya suatu program (Suciwati, 2011). Berdasarkan hasil penelitian, program 1 rumah 1 jumantik di Benda Baru mampu memenuhi standar dan tujuan dapat terjadi karena masyarakat memilik significant other yaitu pelaksana gerakan jumantik yang menjadi percontohan. Significant other dipandang oleh orang lain sebagai tokoh ideal dan cenderung dijadikan contoh (Soetjiningsih, 2007). Dalam Kerangka Aksi Negara di Bidang Kesehatan oleh WHO (World Health Organization (WHO), 2015) terdapat beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menetapkan kebutuhan dan prioritas bidang kesehatan: Pastikan adanya kemauan dan komitmen; Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan, pada tahap awal gerakan jumantik di Puskesmas Benda Baru didahului oleh adanya komitmen bersama kepala dan staff puskesmas dilanjut 128

144 semacam lokakarya; Politik tingkat tinggi; gerakan jumantik juga sangat didukung oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, hal ini diperkuat dari manajer jumantik; Buat kasus untuk tindakan lintas sektor; gerakan jumantik terlaksana berdasarkan juga adanya keterlibatan lintas sektor; Aktif melibatkan masyarakat; sesuai dengan tujuan utama gerakan jumantik, maka mutlak gerakan jumantik di Benda Baru melibatkan masyarakat secara aktif, upaya ini akan terus dilakukan sampai pada tujuan Kota Tangerang Selatan bebas jentik; Gunakan pemetaan politik; dalam memperoleh dukungan, gerakan jumantik juga menggunakan sumber daya politik yang dapat mempermudah terlaksana gerakan jumantik; Identifikasi area yang menjadi kepentingan bersama; berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan diketahui bahwa pada awal pelaksanaan gerakan jumantik hanya dalam 3 lokasi khusus, yang salah satunya adalah Kelurahan Benda Baru. Prioritaskan tindakan; tindakan utama yang dilakukan dalam gerakan jumantik adalah PSN 3M-Plus serta penilaian ABJ Sumber Daya Kebijakan Terkait Program 1 Rumah 1 Jumantik Tahun Peningkatan peran serta keluarga dan masyarakat melalui pembudayaan PSN 3M Plus merupakan tujuan utama dalam pencegahan dan pengendalian DBD. Dalam mencapai tujuan tersebut, kebutuhan sumber daya 129

145 sangat diperlukan. Mulai dari sumber daya manusia, finansial, sarana dan prasarana. Jenis dan jumlah sumber daya yang tersedia juga akan berdampak pada komunikasi antar pelaksana dalam implementasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Pelaksana Menurut M.T.E. Hariandja (2002), sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam pelaksanaan suatu kebijakan. Jumlah koordinator dan supervisor Jumantik di Kelurahan Benda Baru adalah 575 dan 28 orang. Secara kuantitatif, jumlah koordinator menunjukkan kesesuaian dengan Pedoman Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang menyatakan bahwa satu koordinator sama dengan rumah atau membina orang jumantik rumah/ lingkungan. Di Benda Baru terdapat rumah/ kepala keluarga yang berarti terdapat orang koordinator, maka jumlah 575 sudah mencukupi. Sedangkan jumlah supervisor telah sesuai yaitu sama dengan satu orang atau lebih jumantik/ kader yang ditunjuk oleh ketua RW atau Lurah Benda Baru. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan telah memodifikasi bahwa jumlah koordinator di setiap RT dan supervisor di setiap RW berjumlah 3 dan 1 orang dengan ketentuan yang disesuaikan pada kondisi masyarakat di wilayahnya. Di Benda Baru terdapat 168 RT yang berarti terdapat 504 koordinator, sehingga jumlah 575 koordinator saat ini sudah mencukupi. Dalam mengatasi masalah efektivitas sumber daya manusia, Puskesmas 130

146 Benda Baru menetapkan distribusi silang petugas koordinator dan supervisor antar RW, hal ini karena masing-masing RW memiliki karakteristik yang berbeda sehingga perlu diadakan penambahan atau pengurangan petugas koordinator dan supervisor dalam mencapai tujuan. Teori implementasi kebijakan oleh Wahab (2008) juga dititikberatkan pada kemampuan organisasi dalam memanfaatkan sumber daya manusia yang tersedia. Maka diperlukan perhitungan supervisor dan koordinator yang matang agar Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan mampu menggunakan SDM dengan tepat sehingga mendukung keberhasilan Kota Tangerang Selatan sebagai Kota Bebas Jentik pada tahun Perhitungan dapat diketahui pada tabel berikut: Tabel 6.1 Perhitungan Jumlah Pelaksana yang Dibutuhkan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2017 Jumlah Kota Tangerang Kecamatan Kelurahan Selatan Pamulang Benda Baru Penduduk RT RW Kelurahan Kecamatan Kota Rata-rata 1 rumah = 4 jiwa Jumlah rumah dalam 1 RT RT = 3 orang koordinator Supervisor Manager Kelurahan

147 Manager Kecamatan Manager Kota Total Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa data Badan Pusat Statsitik Kota Tangerang Selatan tahun 2017 menyatakan terdapat RT, 735 RW, dan 7 Kecamatan di Kota Tangerang Selatan; Terdapat 831 RT, 156 RW, dan 8 Kelurahan di Kecamatan Pamulang; Terdapat 168 RT dan 24 RW di Kelurahan Benda Baru. Berdasarkan ketentuan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan bahwa terdapat 3 orang koordinator dalam setiap RT, maka Kota Tangerang Selatan membutuhkan koordinator sebanyak orang, supervisor sebanyak 735 orang, manajer kelurahan sebanyak 54 orang, manajer kecamatan yang dibutuhkan sebanyak 7 orang dan manajer kota sebanyak 1 orang. Maka total pelaksana yang dibutuhkan dalam mencapai Kota Tangerang Selatan sebagai kota bebas jentik pada tahun 2020 adalah sebanyak Total ini sudah termasuk prlaksana di Kecamatan Pamulang dan 529 pelaksana di Kelurahan Benda Baru. Hal ini sejalan dengan (Megalia, 2011) bahwa komponen dasar dari sebuah organisasi, antara lain, terdiri dari sumber daya manusia (people), teknologi (technology), prosedur kerja (task), dan struktur organisasi (organizational structure). Dari keempat komponen dasar tersebut, manusia (people) adalah komponen yang paling penting. Sehingga kebutuhan SDM sebanyak orang pelaksana gerakan 1 rumah 1 jumantik di Kota Tangerang Selatan harus dipenuhi. 132

148 Jenis dan jumlah sumber daya manusia merupakan elemen utama dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dibandingkan dengan elemen lainnya seperti modal, teknologi, dan uang. Hal ini karena koordinator dan supervisor itu sendiri yang mengendalikan sumber daya lain. Adanya pemenuhan pelaksana gerakan ini dapat menjadi pemicu dalam mencapai tujuan gerakan 1 rumah 1 jumantik di Tangerang Selatan. Maka pemenuhan pelaksana ini harus menjadi prioritas utama bagi Puskesmas Benda Baru dan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Hal ini sesuai dengan WHO yang menyatakan bahwa dalam mengimplementasikan program membutuhkan prioritas, misalnya menguatamakan pengaturan dalam sumber daya. Hal ini dapat menjadi triger dalam menjalakan programnya (Schmets and Porignon, 2016). Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti, para pelaksana gerakan jumantik telah melaksanakan pemantauan jentik dan penyuluhan kesehatan hal ini diperkuat oleh Manajer Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik bahwa sejak gerakan jumantik dicanangkan pada tahun 2016 yang pertama kali dilakukan oleh supervisor dan koordinator jumantik dalam pelaksanaan gerakan jumantik adalah melakukan pelatihan praktek pemantauan jentik berkala dengan kunjungan ke rumah-rumah warga dan disertai dengan mengadakan penyuluhan. Hal ini sesuai pedoman Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik bahwa supervisor dan koordinator jumantik harus melaksanakan pemantauan jentik dengan berkunjung ke rumah warga serta melaksanakan penyuluhan kesehatan di lingkungannya. 133

149 Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Puskesmas Benda Baru melakukan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi supervisor dan koordinator jumantik. Hal ini sesuai dengan pedoma gerakan jumantik yang mewajibkan Puskesmas agar melakukan pendidikan dan pelatihan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang memberikan simpulan bahwa ada hubungan antara pendidikan dan pelatihan kader jumantik dengan keberhasilan program PSN di Kelurahan Tanah Kalikendiding Kota Surabaya Tahun 2016 (Muliawati, 2016). Pelatihan kepada supervisor dan koorinator gerakan jumantik Benda Baru diisi oleh orang yang tepat dengan materi yang relevan dalam gerakan jumantik. Hal tersebut dilakukan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan agar peningkatan kompetensi yang diharapkan dapat terwujud. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan bahwa (Badriah et al., 2014) pelatihan yang tepat sangat dibutuhkan dalam bidang kesehatan. Hasil wawancara mendalam bahwa dilaksanakan pendidikan dan pelatihan juga diharapkan adanya kembali motivasi pelaksana gerakan jumantik. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Puskesmas Benda Baru akan selalu memberikan motivasi kepada koorinator dan supervisor dalam setiap kegiatan yanag ada dari gerakan jumantik. Motivasi dapat dipahami sebagai proses psikologis yang bertujuan mencapai tujuan pribadi dan organisasi, yang dikembangkan di antara para pekerja karena kombinasi antara kebutuhan dan keinginan pribadi mereka, konteks organisasi tempat 134

150 mereka bekerja, dan komunitas di mana mereka berperan (Bhatnagar, 2014) dalam (Scott and Govender, 2017) Sumber Daya Keuangan Menurut penelitian yang dilakukan oleh L. Prasojo (2009) menyatakan bahwa financial resources sebagai faktor penentu dalam implementasi kebijakan. Alokasi anggaran yang mencukupi dan sesuai dalam program ini sangat penting agar petugas jumantik dapat bertugas dan berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Hal tersebut karena penyakit DBD bukan hanya penyakit prioritas di lingkup puskesmas saja, melainkan telah menjadi prioritas masalah provinsi dan nasional, sehingga penanggannya lebih diutamakan. Terkait dukungan pembiayaan, dukungan keuangan dalam pedoman Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dapat berasal dari berbagai sumber seperti APBD, bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dana desa, dan sumber anggaran lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini, gambaran sumber keuangan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kelurahan Benda Baru berasal dari dana BOK dan alokasi APBD Kota Tangerang Selatan. Selain itu, ketika sosialisasi gerakan ini, maka dapat menggunakan dana JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Ditambah adanya iuran warga Kelurahan Benda Baru menjadi dukungan keuangan bagi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Sumber daya keuangan juga menjadi salah satu penggerak para pelaksana dalam mensukseskan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Hal ini 135

151 sesuai dengan teori (Schmets and Porignon, 2016) bahwa sumber daya keuangan dapat mempengaruhi disposisi para pelaksana secara langsung. Hal ini diperkuat oleh Koordinator Pengendalian Penyakit Menular Puskesmas bahwa terkadang bergeraknya supervisor dan koordinator jumantik juga berhubungan dengan kondisi keuangan gerakan jumantik. Ketika sejumlah uang atau sumber daya lainnya dianggap cukup oleh pelaksana, maka dimungkinkan memandang program dengan senang hati dan mendorong ketaatan para pelaksana gerakan jumantik. Namun sebaliknya, jika sumber daya yang mendukung gerakan jumantik tidak cukup tersedia, maka PSN akan menurun. Hal ini menunjukkan bahwa uang dapat menggerakan suatu program. Uang adalah faktor yang amat penting, bahkan menentukan di dalam setiap proses pencapaian tujuan. Setiap program, setiap kegiatan baik rutin maupun proyek, besar ataupun kecil, semua itu tidak akan terlaksana tanpa adanya penyediaan uang atau biaya yang cukup (Soedjadi, 2004:155). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tahir (2012) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi suksesnya implementasi program adalah sumber daya finansial yang memadai Sarana dan Prasarana Berdasarkan pedoman Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang ditentukan oleh Kementerian Kesehatan bahwa sumber daya sarana dan prasarana yang diperlukan oleh petugas jumantik terdiri dari berbagai perlengkapan alat tulis, seragam, senter, pipet, plastik, larvasida, dan 136

152 formulir ABJ. Sarana dan prasarana Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Kelurahan Benda Baru yang digunakan diantaranya pipet, plastik untuk jentik, senter, rompi, topi, formulir dan HP. Menurut Suad Husnan (2002: 187), fasilitas kerja merupakan suatu bentuk pelayanan perusahaan terhadap karyawan agar menunjang kinerja dalam memenuhi kebutuhan karyawan, sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja karyawan. Adanya peralatan yang disediakan oleh Puskesmas Benda Baru sangat mendukung koordinator dan supervisor dalam melakukan pemantauan jentik berkala. Namun sarana dan prasarana di Puskesmas Kelurahan Benda Baru belum sesuai dengan ketentuan, ada peralatan yang habis atau kurang seperti kartu jentik, formulir koordinator, formulir supervisor, pipet, senter, plastik jentik, dan label. Dalam mengatasi kekurangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, maka Puskesmas melakukan pengajuan kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Jika saran dan prasarana belum terpenuhi juga, maka langkah selanjutnya supervisor dan koorinator akan saling udunan untuk memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Dalam kegiatan PSN, alat bantu yang digunakan saat pelaksanaan kegiatan adalah pipet dan senter. Sesuai dengan Surat Edaran No.46/SE/2004 Tentang Gerakan PSN DBD yang menginstruksikan kepada seluruh masyarakat/instansi pemerintah/swasta di Propinsi Banten, untuk memeriksa genangan air di lingkungan pemukiman saat PSN berlangsung. PSN yang dilakukan di Kelurahan Benda Baru juga menggunakan sarana 137

153 lain berupa larvasida. Larvasidasi adalah pengendalian larva (jentik) nyamuk dengan pemberian larvasida yang bertujuan untuk membunuh larva tersebut. Pemberian larvasida ini dapat menekan kepadatan populasi untuk jangka waktu 2 bulan. Jenis larvasida ada bermacam-macam, diantaranya adalah temephos, piriproksifen, metopren dan bacillus thuringensis. Kelurahan Benda Baru tidak menggunakan larvasida tersebut pada saat gerakan jumantik berjalan. Larvasida yang didistribusikan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan ke Puskesmas Benda Baru adalah larvasida cair berupa Bactivec yang merupakan bentuk dukungan dalam mekanisme CSR (Corporate Social Responsibility) dari produsen. Salah satu sarana yang digunakan dalam kegiatan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik adalah formulir baik untuk kegiatan jumantik rumah, kunjungan koordinator, pelaporan supervisor dan manajer, verifikasi jumantik oleh tim independen. Formulir Jumantik kurang tercukupi di Puskesmas Benda Baru padahal formulir sangat penting. Menurut Soedjadi (2004, ) formulir memiliki pengertian sesuatu bentuk lembaran cetakan dengan kolom-kolom di dalamnya harus diisi dengan angka-angka, jawabanjawaban ataupun instruksi-instruksi yang terdapat didalamnya. Penggunaan formulir juga dimaksudkan untuk peningkatan efisiensi kerja dari instansi yang bersangkutan. Jenis prosedur yang digunakan oleh Puskesmas Kelurahan Benda Baru adalah buku pedoman petunjuk teknis (juknis) dan petunjuk pelaksanaan (juklak) Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Pedoman dan juklak 138

154 tersebut berasal dari dinas kesehatan dan kementerian kesehatan. Ketersediaan prosedur dalam bentuk buku pedoman dan petunjuk pelaksanaan masih belum merata. Hal tersebut dapat dilihat dari tidak tersedianya buku pedoman dan petunjuk pelaksanaan di beberapa RW di Benda Baru. Keterbatasan jumlah buku pedoman dan juklak menjadi salah satu kendala yang menyebabkan belum meratanya ketersediaan buku pedoman, sehingga puskesmas tidak mengalirkan buku pedoman dan juklak untuk petugas jumantik, melainkan hanya sebatas pemahaman secara lisan saja. Belum meratanya prosedur dapat menyebabkan tidak adanya pegangan yang kokoh dalam melaksanakan tugasnya. Walaupun petugas jumantik sering mendapatkan penjelasan dari puskesmas, namun tidak menjamin dalam pemahamannya telah sesuai dengan yang tertera di dalam prosedur. Kemungkinan hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas. Sumber daya sarana dan prasarana memberikan manfaat yang diantaranya memudahkan petugas jumantik dalam memantau jentik dari rumah ke rumah warga. Sarana dan prasarana juga membuat pekerjaan menjadi lebih mudah untuk dikerjakan sehingga produktivitas pekerjanya tercapai. Mesin dan perlengkapan kantor sangat diperlukan dalam rangka membina kelancaran prosedur dan tata kerja setiap instansi baik pemerintah maupun non pemerintah. Dipergunakannya mesin-mesin dalam suatu 139

155 proses pekerjaan adalah untuk menghemat secara fisik tenaga dan pikiran manusia di dalam melakukan tugas-tugasnya. (Soedjadi, 2004:117) Prosedur adalah rangkaian metode yang telah menjadi pola tetap dalam melakukan suatu pekerjaan (Siagian, 1996). Prosedur menunjukkan pemilihan cara bertindak dan berhubungan dengan aktivitasaktivitas masa depan. Prosedur benar-benar merupakan petunjuk untuk tindakan dan bukan untuk cara berpikir. Prosedur memberikan detil-detil tindakan, dengan prosedur sesuatu aktivitas tertentu harus dilaksanakan. Esensinya adalah rentetan tindakan yang diatur secara kronologi/berurutan. (Wijono, 1997, 42). Lembaga yang tergabung dalam program jumantik di Benda Baru terhimpun dari sumber daya manusia yang beragam latar belakangnya. Koordinasi lintas kelembagaan di Benda Baru menjadi penting didalamnya. Koordinasi lintas lembaga di Benda Baru dirasakan oleh mayoritas informan sudah sangat baik dengan dimudahkannya berkomunikasi melalui kecanggihan elektronik Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana Terkait Program 1 Rumah 1 Jumantik Tahun Komunikasi antar organisasi pelaksana memiliki pengaruh yang interaktif dengan karakteristik organisasi pelaksana dalam gerakan jumantik. Komunikasi antar pelaksana juga dapat mempengaruhi secara langsung disposisi pelaksana terkait gerakan jumantik. Ketiga variabel tersebut saling 140

156 terkait yang menghasilkan penerimaan atau penolakan terhadap implementasi gerakan jumantik (Wahab, 2008) Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana Komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang bersifat satu arah dari komunikator (penyampai pesan) kepada komunikan (penerima pesan) dengan menggunakan media tertentu sehingga memunculkan efek (Kusuma, 2010). Komunikasi antar organisasi pelaksana gerakan jumantik sudah diatur dalam pedoman Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, dimana komunikasi terbentuk melalui struktur organisasi dan tata kerja dan koordinasi. Hasil wawancara mendalam bahwa komunikasi antar jumantik rumah, koorinator, supervisor, manajer gerakan jumantik hingga dinas kesehatan sudah sesuai dan berjalan baik dengan pedoman gerakan jumantik, hal ini diperkuat telaah dokumen yang peneliti lakukan bahwa adanya susunan organisasi, tatat kerja dan koordinasi gerakan jumantik di Puskesmas Kelurahan Benda Baru. Hal ini sesuai dengan penelitian (Tahir, 2002) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi suksesnya proses implementasi kebijakan adalah komunikasi. Fakta di lapangan melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen menunjukkan bahwa di awal gerakan jumantik berjalan, pihak Puskesmas selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, ketika ada hal yang tidak dimengerti, puskesmas langsung berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Hal 141

157 ini sangat jelas tergambar dalam pengertian komunikasi yang lain, disampaikan oleh Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam (Kusuma, 2010) bahwa komunikasi merupakan proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat upaya berkomunikasi secara jelas dan tuntas agar pelaksanaan gerakan ini dapat sesuai. Definisi yang jelas dan komunikasi adalah esensial (WHO, 2007). Hal tersebut diatas juga menunjukkan bahwa kedua belah pilak memiliki kemudahan komunikasi dalam bentuk berkoordinasi, pihak koorinator maupun supervisor pun dapat dengan mudah langsung berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, apa lagi saat ini sudah ada whatapp group sehingga komunikasi tidak hanya dilakukan dengan tatap muka tetapi juga melalui media sosial. Hal ini menunjukkan kesesuaian dengan WHO (2016) bahwa komunikasi harus dilakukan dengan mudah dan dapat diterima oleh semua tingkatan (Pan American Health Organization, 2016). Komunikasi antar pelaksana gerakan jumantik di Benda Baru menunjukkan keterkaitannya dengan keberhasilan implementasi gerakan jumantik di Benda Baru sehingga ABJ di Kelurahan Benda Baru yaitu 97,22%. Hal ini sesuai dengan penelitian (Hamdijoyo, 2004) bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara komunikasi dengan keberhasilan implementasi kebijakan Perda Nomor 8 Tahun 1995 di Kota Surakarta. 142

158 Hal lain dapat diketahui dari wawancara mendalam, meskipun komunikasi telah berjalan dengan baik tetapi harus dipahami juga, bahwa gerakan jumantik di Kelurahan Benda Baru belum memiliki payung hukum yang mewadahi pelaksana gerakan jumantik di Benda Baru untuk diskusi intensif. Meskipun manajer jumantik terus mengusulkan kepada Dinas Kesehatan terkait hal tersebut, tetapi belum ada tindaklanjutnya. Hal tersebut dapat mengancam tercapainya tujuan Kota Tangerang Selatan sebagai kota bebas jentik pada tahun Kurangnya kemampuan secara administrative pada suatu lembaga tentu dapat menunjukkan ancaman pada suksesnya implementasi. Komunikasi merupakan bagian penting yang hakiki dari implementasi kebijakan. Melalui komunikasi, meneruskan perintah untuk menjalankan kebijakan dari seseorang kepada orang lain dalam cara tepat baik, maka pasti akan berjalan dengan akurat dan konsisten (Rahmat, 2015b) Media Komunikasi Antar Pelaksana Media komunikasi yang digunakan oleh pelaksana yang berkontribusi dalam gerakan jumantik di Kelurahan Benda Baru adalah melalui wadah komunikasi online berupa whatsapp group. Sedangkan rapat koordinasi masih merupakan cara terbaik yang digunakan sebagai media komunikasi secara langsung. Berdasarkan telaah dokumen, dari aspek administrative, komunikasi melalu surat menyurat antar lembaga telah dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut 143

159 telah sesuai dengan sura daran Sekretariat Jendral Kementerian Kesehatan tahun 2016 tentang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Penyakit Virus Zika bahwa koordinasi dapat disampaikan melalui media yang paling efektif. Hal tersebut diperkuat oleh Koordinator Pengendalian Penyakit Menular Puskesmas Benda Baru bahwa adanya grup whatsapp yang dibuat oleh Manajer Jumantik pada pertengahan 2016 sudah sangat efektif digunakan. Setiap koordinasi atau ada instruksi dari Dinas Kesehatan pasti sampai terlebih dahulu melalui grup tersebut. Media komunikasi eksternal yang digunakan dalam gerakan jumantik di Kelurahan Benda Baru yang berfungsi sebagai diseminasi informasi diantaranya media cetak, media surat kabar online, dan website. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk strategi komunikasi kepada publik agar gerakan jumantik di Kelurahan Benda Baru dapat dipahami publik secara luas. Selain itu, dalam sosialisasi gerakan jumantik di Benda Baru dilakukan melalui media penyuluhan kesehatan kepada warga di Benda Baru, biasanya dalam momentum kumpul-kumpul warga dalam forum arisan, majlis, forum RW dan RT. Hal ini telah sesuai dengan pedoman gerakan jumantik. Kelurahan Benda Baru sedang mengembangkan website yang dapat diakses oleh siapapun dan dimana pun. Artinya secara tidak langsung bahwa gerakan jumantik di Benda Baru akan meluas seiring dengan perkembangan yang dilakukan dalam 144

160 bebagai aspek organisasi gerakan jumantik, salah satunya dalam komunikasi. Namun, tidak ada SDM yang mengurusi pengembangan website tersebut, sehingga pengembangan website tersebut sangat lambat. Padahal di zaman modern seperti saat ini, kebutuhan akan media komunikasi sangat berkembang dengan pesat. Salah satu sub website dari WHO terus melakukan pengembangan komunikasi. Mulai dari profil, laporan rutinitas, kabar berita, publikasi, dokumen signifikan (terkait kegiatan), bahan literatur, menggambarkan sikap pelaksana, dan evaluasi dapat diakses dalam websitenya (World Health Organization (WHO), 2017) Karakteristik Organisasi Pelaksana Terkait Program 1 Rumah 1 Jumantik Tahun Unsur-unsur dalam karakteristik organisasi pelaksana diantaranya kompetensi staf suatu organisasi, proses monitoring dan evaluasi pelaksanaan program, dukungan politik yang dimiliki, kemudahan akses komunikasi eksternal, kerja sama lintas sektoral, dan kekuatan organisasi pelaksana (Wahab, 2008) Kompetensi Staf Organisasi Keith R. Davis dan John W. Newstrom (1996: ) dalam (Megalia, 2011) menyatakan bahwa kompetensi adalah ciri manusiawi yang merupakan hasil perkalian antara pengetahuan dan keterampilan. Stephen J. Kenezevich (1984:17) pula menyatakan 145

161 bahwa kompetensi adalah kemampuan-kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Lyle M. Spencer dan Signe M. Spencer (1993), kompetensi itu merupakan an underlying characteristic of an individual that is casually related to criterion - referenced effective and/or superior performance in a job or situation. Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan peneliti, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan sudah melakukan upaya meningkatkan kompetensi koordinator dan supervisor jumantik melalui pendidikan dan pelatihan, khususnya di Kelurahan Benda Baru. Wasti Sumarno (1990:75) mengatakan bahwa pendidikan merupakan proses belajar yang menghasilkan pengalaman dan memberikan kesejahteraan pribadi, baik lahiriah maupun batiniah. Sedangkan pelatihan adalah keseluruhan proses, teknik, dan metode belajar-mengajar dalam rangka mengalihkan sesuatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya (Megalia, 2011). Hal ini juga diperkuat kepala Puskesmas Benda Baru bahwa setiap kordinator dan supervisor sudah dilatih dan dididik untuk teliti, cermat, dapat berbaur dengan masyarakat. Hal ini diwujudkan dengan mengadakan pelatihan dan pendidikan mulai dari bagaimana persiapan pemantauan jentik, bagaimana kunjungan ke rumahrumah, bagaimana tatacara pemantauan jentik, sampai pada cara membuat dan melaporkan hasil pemantauan jentik. Semua 146

162 dilakukan sehingga sudah sesuai dengan pedoman gerakan jumantik. Hal ini juga sesuai dengan amanat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 bahwa dalam menjalankan fungsi puskesmas sebagai penyelenggara upaya kesehatan masyarakat maka berwenang untuk melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya yang dimilikinya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014b) Proses Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi (monev) merupakan bagian manajemen organisasi dan merupakan fungsi pengendalian. Pengendalian adalah mengamati dan mengalokasikan berbagai penyimpangan secara tepat (Bachtiar, Ayuningtyas and Wardani, 2008). Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan peneliti bahwa pelaksanaan monitoring dan evaluasi gerakan jumantik sudah dilakukan sesuai dengan pedoman gerakan jumantik. Hal ini diperkuat oleh Kepala Kelurahan Benda Baru bahwa baik pihak kelurahan maupun pihak puskesmas akan selalu memantau perkembangan masing-masing RW dan RT. Jika ada RT atau RW yang tidak lolos ABJ diatas 95% pada saat sertifikasi bebas jentik maka puskesmas dan kelurahan akan bertanya kepada supervisor dan koordinator dari RT atau RW tersebut. Kemudian Manajer Jumantik juga menguatkan bahwa hasil ABJ yang telah dicapai akan dianalisis kembali oleh pihak Puskesmas Benda Baru dan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 147

163 Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengawasan dan penilaian. Kegiatan monev dalam gerakan jumantik di Puskesmas Benda Baru telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan pada pasal 19 bahwa dalam penyelenggaraan Surveilans Kesehatan harus dilakukan monitoring dan evaluasi sesuai indikator kinerja surveilans (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014a). Hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen yang kemudian peneliti perkuat dengan observasi secara partisipatif diketahui penyelenggaraan monitoring gerakan jumantik dilakukan oleh Puskesmas Benda Baru kepada Supervisor dan Koordinator jumantik dalam bentuk supervisi. Sedangkan evaluasi dilakukan oleh Puskesmas Benda Baru dan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan untuk analisa laporan hasil pemeriksaan jentik. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi juga membutuhkan tolak ukur keberhasilan dengan menggunakan standar fisik/normalisasi atau standar non fisik. Standar fisik yang dapat diperhatikan adalah kualitas hasil produksi, kuantitas hasil produksi dan waktu penyelesaian. Sedangkan tolak ukur/ standar non fisik adalah hal-hal yang dapat dirasakan tapi tidak dapat dilihat dan dipakai intangible standar (Bill & Melinda Gates Foundation, 2015). Hal ini dapat diketahui pada tabel sebagai berikut: 148

164 Tabel 6.2 Supervisi Dan Evaluasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Kelurahan Benda Baru Tahun 2017 No. Indikator Dari Kemenkes Supervisi 1. Jumantik telah mengerti tentang penyakit DBD dan pencegahannya. 2. Melihat bagaimana jumantik melakukan wawancara dengan penghuni rumah/ pengelola tempat-tempat umum dan memeriksa jentik. 3. Melihat kartu jentik yang ada di rumah Pelaksanaan Di Puskesmas Benda Keterangan Baru Koordinator dan supervisor jumantik di Sesuai Benda Baru dibekali dengan buku pedoman gerakan jumantik yang didalamnya ada pengetahuan terkait DBD dan pencegahannya. Diadakan juga pre tes dan post test dalam kesempatan pendidikan dan pelatihan kepada kader jumantik terkait pengertian DBD, cara penularan, gejala dan tanda, pertolongan pertama, nyamuk penular DBD, PSN dengan 3 M Plus, larvasida, dan fogging. Dilakukannya kegiatan wawancara Sesuai dengan masyarakat penghuni rumah di Benda Baru dan pemantauan jentik secara menyeluruh oleh koordinator dan supervisor jumantik di Benda Baru. Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan pemantauan jentik, kunjungan ke rumah-rumah, tatacara pemantauan jentik, tatacara mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan jentik serta tatacara melakukan penyuluhan terkait pemantauan jentik di kelompok arisan, rapat rutin RT dan RS, majlis. Setelah melakukan pemeriksaan jentik, jumantik rumah/ lingkungan yang dibantu oleh koorinator menuliskan 149

165 Tabel 6.2 Supervisi Dan Evaluasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Kelurahan Benda Baru Tahun 2017 No. Indikator Dari Kemenkes Pelaksanaan Di Puskesmas Benda Baru Keterangan penduduk atau hasilnya pada kartu jentik setiap tempat-tempat umum. seminggu sekali. Puskesmas Benda Baru melakukan kunjungan kepada warga di Benda Baru untuk melihat kartu jentik warganya. 4. Memeriksa hasil pemeriksaan Kartu jentik akan direkap dan dicatata laporan Koordinator jentik setiap sebulan Sesuai jentik pada sekali. Kemudian laporan Koordinator formulir laporan koordinator dan supervisor jumantik. jentik akan dicatat dan diolah datanya dalam formulir data ABJ supervisor. Puskesmas Benda Baru akan memeriksa kedua laporan tersebut setiap sebulan sekali Evaluasi 1. Cakupan rumah/ Dinas Kesehatan Kota Tangerang Sesuai tempat umum Selatan menetapkan minimal cakupan yang diperiksa rumah yang diperiksa sebanyak 25 (minimal 80% rumah di setiap RT. dari yang direncanakan) 2. Parameter Dinas Kesehatan Kota Tangerang Sesuai penilaian adalah ABJ yang dibuat Selatan dan Puskesmas Benda Baru menetapkan sertifikasi dapat diberikan dalam bentuk kepada RT dan RW jika ABJ sudah pemetaan. diatas 95,00% 3. Evaluasi hasil Evaluasi gerakan jumantik dilakukan Sesuai kerja jumantik secara berjenjang mulai dari setingkat dilakukan oleh RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, dan 150

166 Tabel 6.2 Supervisi Dan Evaluasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Kelurahan Benda Baru Tahun 2017 No. Indikator Dari Kemenkes petugas puskesmas bersama supervisor secara periodik 3 bulan sekali (PJB) 4. Memantau jumlah kasus DBD di wilayahnya 5. Hasil kegiatan Pelaksanaan Di Puskesmas Benda Keterangan Baru Kota. Evaluasi gerakan jumantik di Benda Baru dilakukan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Puskesmas Benda Baru setiap 3 bulan sekali. Kadang terdapat pergeseran waktu evaluasi, namun tidak mengganggu jalannya program jumantik. Puskesmas Benda Baru dan Dinas Sesuai Kesehatan Kota Tangerang Selatan selalu memantau kasus kejadian, sebaran penyakit DBD, dan kematian akibat DBD. Selalu dilakukannya presentasi hasil Sesuai Jumantik dan kegiatan jumantik dan hasil evaluasi hasil evaluasi pada rapat koordinasi ditingkat disampaikan Kecamatan Pamulang dan Kota pada pertemuan Tangerang Selatan. rutin di tingkat kelurahan, kecamatan, dan kabupaten/kota. 6. Mengadakan Pertemuan teknis selalu diadakan oleh Sesuai pertemuan teknis Dinas Kesehatan Kota Tangerang di puskesmas Selatan dan Puskesmas Benda Baru baik untuk membahas secara virtual melalui whatsapp group permasalahan maupun secara langsung di Puskesmas yang dihadapi Benda Baru atau di Kantor Kelurahan jumantik dan Benda Baru. Pada kesempatan ini pasti 151

167 Tabel 6.2 Supervisi Dan Evaluasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Di Kelurahan Benda Baru Tahun 2017 No. Indikator Dari Pelaksanaan Di Puskesmas Benda Keterangan Kemenkes Baru penyelesainnya mempertemukan semua pihak yang di tingkat mendukung gerakan jumantik, seperti kelurahan/desa ustadz, marbot masjid, kepala forum yang dihadiri RW, karangtaruna, bank sampah, oleh Ketua RT, mahasiswa, produsen larvasida. RW, swasta, LSM, Tokoh masyarakat (Toma), Tokoh agama (Toga) serta kelompok potensial lainnya. Setelah mendapatkan hasil monev, puskesmas dan dinas kesehatan akan memperbaiki agar kegagalan tidak terulang. Berdasarkan wawancara mendalam juga, diketahui bahwa kegagalan dalam penilaian ABJ biasa terjadi pada RW dengan alokasi supervisor dan koordinator yang kurang dan ada RW yang gagal karena faktor cuaca. Kegagalan suatu rencana atau aktivitas bersumber pada dua faktor antara lain: pengaruh di luar jangkauan manusia (force manajer) dan perilaku pelaksana yang tidak memenuhi persyaratan yang diminta (Bachtiar, Ayuningtyas and Wardani, 2008). 152

168 Dukungan Politik yang Dimiliki Salah satu pembentuk karakter organisasi adalah adanya dukungan politis yang dimiliki. Puskesmas Benda Baru sangat didukung oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dalam menjalankan gerakan jumantik. Berdasarkan telaah dokumen yang peneliti lakukan, bahwa dengan adanya surat edaran dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan ditambah dengan adanya Surat Instruksi Walikota memperkuat Puskesmas Benda Baru dalam mengimplementasikan gerakan jumantik, hal ini juga sekaligus menunjukkan adanya dukungan politis. Kepala Kelurahan Benda Baru menekankan bahwa setiap instansi lembaga yang terlibat dalam gerakan jumantik di Benda Baru saling mendukung satu sama lain, ketika ada RT dan RW yang tidak lolos, maka langkah sebagai bentuk dukungan yang diambil melalui bermusyawarah untuk mengetahui apa sebab dan bagaimana solusinya. Pihak Kelurahan pun akan melakukan hal yang sama ke RT dan RW yang tidak berhasil dalam sertifikasi ABJ. Dukungan politik yang dimiliki juga menjadi salah satu pencegah dari implementasi gerakan jumantik yang tidak tepat. apabila pada implementasi tidak mencapai apa yang diharapkan, kesalahan sering kali bukan pada kebijakan itu, namun kepada faktor politik atau managemen implementasi yang tidak mendukung (Juma & Clarke, 1995) dalam (Massie, 2012). 153

169 Kemudahan Akses Komunikasi Eksternal Harold D. Lasswell dalam (Kusuma, 2010) mendefinisikan komunikasi sebagai Who says what in which channel to whom with what effect?. Definisi komunikasi diatas memberikan gambaran tentang komunikasi sebagai suatu proses transmisi pesan. Sangat mudah bagi para pelaksana gerakan jumantik dalam menjalin komunikasi antar lembaga. Hal ini diperkuat Manajer Jumantik bahwa Kelurahan Benda Baru sedang mengembangkan website yang dapat diakses oleh siapa pun, dimana pun, dan kapan pun unutk menjalin komunikasi eksternal, yaitu Melalui dibentuknya website oleh Kelurahan Benda Baru maka masyarakat secara luas dapat mencari ilmu pengetahun dan informasi terkait jumantik karena dalam website tersebut juga dapat diaksesnya gambar pemetaan lokasi bebas jentik di Kelurahan Benda Baru. Hal ini sesuai dengan WHO bahwa berbagai website yang dimiliki sebuah lembaga menjadi penyedia edukasi dan tambahan informasi tentang kebijakan dan kegiatan lembaga tersebut (World Health Organization, 2002). Website juga dijadikan sebagai media pemetaan wilayah mana saja di Benda Baru yang terdapat jentik nyamuk, baik jentik DBD atau pun bukan. Hal ini dilakukan pelaksana agar website tersebut menjadi bagian dari terbentuknya pemberitaan 154

170 dan opini publik yang baik di luar Benda Baru terkait pengendalian DBD di wilayahnya. Hal ini juga dapat menjadi sumber data dan fakta bagi pemerintah di luar Tangerang Selatan yang akan membuat kebijakan terkait pengendalian DBD. Hal ini sesuai dengan WHO yang menyatakan bahwa terdapat beberapa langkah yang dilakukan oleh Thailand dalam mengelola program hingga sukses, diantaranya yang pertama adalah adanya peran signifikan dari pemberitaan dan opini publik yang menjadi sumber data dalam implementasi program (WHO, 2012) Kerja Sama Lintas Sektor Kerja sama lintas sektor yang menggambarkan karakteristik organisasi pelaksana dapat dipengaruhi oleh lingkungan disekitar kebijakan gerakan jumantik. Hal ini terlihat dari adanya dukungan larvasida cair yang digunakan pada sosialisasi dan pemeriksaan berkala dalam gerakan jumantik. Gerakan jumantik di Kelurahan Benda Baru juga dilaksanakan atas kerja sama semua lembaga. Mulai dari tim independen yang terdiri dari unsur akademisi yaitu terlibatnya beberapa perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta. Koordinator dan supervisor juga ada yang terdiri dari unsur Bank Sampah Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Tangerang Selatan. 155

171 Berdasarkan observasi diketahui juga bahwa dalam menjalankan pemantauan jentik di Benda Baru selalui dihadiri oleh pihak swasta yang memberikan dukungan berupa larvasida cair. Selain itu, pelaksana juga akan meminta bantuan kepada tokoh masyarakat atau pihak swasta lain yang ada disekitar tempat pemeriksaan jentik agar memberikan dukungan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa upaya membangun kerja sama sangat dibutuhkan, hal ini juga dapat menunjukkan akuntabilitas suatu lembaga (Every Woman and World Health Organization (WHO), 2016) Kerja sama juga terjalin dalam menunjang komunikasi eksternal gerakan jumantik melalui berita-berita di media masa maupun di media online. Hal ini dilakukan atas kerja sama dengan beberapa instansi surat kabar dan media online. Kerja sama juga dilakukan dengan melibatkan mahasiswa dari universitas negeri dan swasta yang ada di Kota Tangerang Selatan sebagai tim penilaian yang memutuskan sertifikasi bebas jentik pada wilayah yang diperiksa ABJ-nya. Hal ini sesuai dengan WHO bahwa strategi dalam kebijakan kesehatan adalah adanya kolaborasi yang bisa dilakukan dengan pusat penelitian atau universitas (WHO, 2012). 156

172 Kekuatan Organisasi Pelaksana Salah satu bentuk karakteristik organisasi pelaksana adalah adanya kekuatan dalam organisasi pelaksana. Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan dalam penelitian ini diketahui bahwa Puskesmas Benda Baru bersama masyarat memiliki kekuatan organisasi berupa tingginya kebiasaan silaturahmi, memiliki kebiasaan gotong royong dan mau berkontribusi, serta saling memberikan saran atau masukan antara masyarakat dengan Puskesmas, Puskesmas dengan Dinas Kesehatan, Puskesmas dengan Kelurahan, atau sebaliknya. Kekuatan ini dapat menjadi asset organisasi dalam mensukseskan gerakan ini. Suksesnya suatu program akan selalu bergantung pada bagaimana organisasi menggunakan asset dan instrumennya (WHO, 2007) Lingkungan Sosial, Ekonomi, Dan Politik Terkait Program 1 Rumah 1 Jumantik Tahun Menurut (Wahab, 2008) bahwa lingkungan sosial, ekonomi dan politik dapat mempengaruhi secara langsung atau tidak terhadap implementasi suatu kebijakan. Pengaruh secara tidak langsung terjadi karena lingkungan sosial, ekonomi dan politik mempengaruhi pilihan pribadi pelaksana sehingga terbentuk sikap pelaksana, apakah pelaksana menerima atau menolak suatu kebijakan. Sedangkan pengaruh secara langsung yaitu terjadi karena lingkungan sosial, ekonomi dan politik memungkinkan memperbesar atau memperkecil pencapaian implementasi kebijakan. 157

173 Lingkungan Ekonomi Kesehatan sangat terkait dengan status sosio-ekonomi (Hale and Viner, 2012). Di Kelurahan Benda Baru, masyarakat dengan kesibukkan dan pekerjaan yag lebih baik mengharapkan dapat terhindar dari akibat buruk penyakit DBD, dibandingkan dengan masyarakat menengah ke bawah yang terbatas dalam perekonomian keluarganya. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian, bahwa salah satu kategori faktor di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi yaitu melalui sosial-ekonomi (Akib, 2010). Hal ini diperkuat melalui wawancara mendalam dan observasi secara langsung bahwa masyarakat dengan ekonomi keatas di Kelurahan Benda Baru sulit untuk diajak menjadi koorinator dan supervisor gerakan jumantik, bahkan enggan untuk membukakan pintu kepada koorinator dan supervisor yang sedang memeriksa jentik di rumah-rumah. Hal ini dapat dilihat dari dalam (Hale and Viner, 2012) Economic and social deprivation have been identified as significant predictors of risk behaviours. Dari telaah dokumen dan observasi secara langsung bahwa kedepannya terdapat potensi permasalahan yang akan timbul bukanlah dari ketidakcukupan jumlah dana yang diberikan pemerintah Kota Tangerang Selatan saja, melainkan pola sosial-ekonomi masyarakat Kelurahan Benda Baru dapat menjadi potensi masalah tersendiri. Hal ini sesuai dengan (Rahmat, 2015a) bahwa masalah yang terkait dengan implementasi kebijakan di negara-negara berkembang saling terkait dengan kondisi sosial ekonomi 158

174 dan politik dasar. Pembuat kebijakan harus dapat mempertimbangkan lingkungan - sosial, ekonomi, politik dimana kebijakan dirumuskan. Hasil wawancara mendalam dengan Koordinator Pengendalian penyakit menular di Puskesmas Benda Baru, bahwa adanya dampak ekonomi yang langsung yang dirasakan oleh masyarakat Kelurahan Benda Baru karena penyakit DBD yaitu biaya pengobatan yang cukup mahal, hal ini terjadi pada beberapa kasus ada yang ditangani oleh rumah sakit swasta. Sedangkan dampak ekonomi tidak langsung adalah kehilangan waktu kerja dan biaya lain yang dikeluarkan selain pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan di rumah sakit (Western Pacific Regional Action and World Health Organization (WHO), 2002) Lingkungan Sosial Hasil wawancara mendalam, manajer jumantik menyampaikan bahwa penyakit DBD dapat dialami oleh setiap orang di Kelurahan Benda Baru tanpa mengenal status sosial. Sehingga tanpa memandang kaya atau miskin, rumah milik sendiri atau sewa, pelaksana gerakan jumantik tidak melihat status sosial. Lagi pula hal ini merupakan kerja sosial yang tidak dapat dinilai dengan gaji. Hal ini juga dikuatkan oleh Koordinator Pengendalian Penyakit Menular Puskesmas Benda Baru bahwa gerakan jumantik di Benda Baru saat ini dengan nilai ABJ yang sudah diatas standar dari Kementeri Kesehatan maka Benda Baru sudah masuk ke dalam bina suasana. Adanya fenomena tersebut di Benda Baru menandakan bahwa pemberdayaan masyarakat sudah 159

175 berjalan dengan baik dan sesuai dengan pedoman gerakan jumantik. Hal tersebut juga sesuai dengan (Mahendradhata et al., 2017) bahwa terdapat hal penting dan relevan yang termasuk dalam membangun rekan kerja dan organisasi yaitu kerja bersama antara pemerintah daerah dan universitas atau organisasi swasta, serta pemberdayaan masyarakat. Hasil wawancara mendalam dengan koorinator pengendalian penyakit menular Puskesmas Benda Baru bahwa dulu masyarakat Benda Baru selalu minta fogging kalau ada penderita DBD, tetapi fogging sudah dilaksanakan tetapi masih ada yang sakit DBD bahkan meninggal akibat DBD. Sehingga puskesmas akan melakukan penyelidikan epidemiologi untuk mencari sumber masalah, yang sebetulnya menilai juga kinerja puskesmas. Sekarang tidak pernah dilaksanakan semenjak adanya gerakan jumantik. Hal relevan dengan penjelasan (Ariyanti et al., 2013) bahwa Kejadian kematian masyarakat merupakan pelacak yang baik untuk menilai kinerja sebenarnya dari sistem kesehatan lokal dan juga untuk mengidentifikasi peluang perbaikan. Gerakan jumantik merupakan program perbaikan dalam pengendalian DBD di Kelurahan Benda Baru. Hasil wawancara mendalam dan observasi secara langsung di lapangan, dikethaui bahwa kerugian sosial akan terjadi jika tidak adanya kebijakan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Benda Baru. Hal ini diperkuat oleh Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan bahwa kerugian sosial antara lain dapat menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan 160

176 berkurangnya usia harapan hidup masyarakat. Hal ini sesuai dengan pedoman jumantik bahwa kerugian sosial akan terjadi dari penyakit menular yang tidak terkendali (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016a) Lingkungan Politik Mazmanian and Sabatier (1983, 20) dalam (Matland, 1995) mendefinikan implementasi sebagai pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dimasukkan dalam undang-undang, tapi juga bisa berbentuk perintah eksekutif atau keputusan pengadilan yang penting. Definisi tersebut sesuai dengan kondisi di Indonesia dimana kebijakan pengendalian penyakit DBD sudah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat dasar dari pelaksanaan gerakan jumantik berupa Undang-undang yang diputuskan oleh DPR RI (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia). Undang-undang tersebut kemudian diterjemahkan melalui Peraturan dan Keputusan dari Kementerian Kesehatan, diantaranya Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 Tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular; Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan; Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 Tahun 1989 Tentang Jenis Penyakit Potensi Wabah; Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan; Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun

177 Tentang Penanggulangan Penyakit Menular; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581 Tahun 1992 Tentang Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue. Berdasarkan data dari WHO bahwa Indonesia menempati ranking ke 2 yang memiliki kasus DBD tertinggi (WHO, 1993). Pemerintah pun mengambil langkah strategis agar pengendalian DBD tidak hanya diurusi oleh sektor kesehatan saja. Maka Pemerintah RI mengeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 31-VI Tahun 1994 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan DBD (POKJANAL DBD). Model implementasi kebijakan secara top-down oleh (Van Meter and Van Horn 1975; Mazmanian and Sabatier 1981; 1983; 1989) dalam (Matland, 1995) melihat implementasi sebagai perhatian terhadap sejauh mana tindakan pejabat dan kelompok sasaran sesuai dengan tujuan yang tercakup dalam keputusan otoritatif. Hal ini memiliki kesesuaian dengan wawancara mendalam dan telaah dokumen yang peneliti lakukan bahwa percepatan pencapaian ABJ diatas 95% di Kelurahan Benda Baru dilatarbelakangi oleh pernyataan Kementerian Kesehatan RI pada 2 Februari 2016, sejak Bulan Januari 2016, telah terjadi sikap peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan munculnya Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD di beberapa Kabipaten/ Kota di berbagai provinsi di Indonesia. Selain itu, dengan terjadinya perluasan dan penyebaran penyakit virus zika di berbagai negara dunia, pada tanggal 1 Februari 2016, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization- WHO) telah menetapkan Kedaruratan Kesehatan 162

178 Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD) atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Terkait fenomena ini Kementerian Kesehatan RI meminta kabupaten/ kota untuk melakukan upaya guna mencegah serta mengendalikan penyakit DBD dan penyakit Virus Zika di Indonesia melalui langkah aktivasi kembali upaya PSN 3M-Plus melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Sikap Pelaksana Kebijakan Terkait Program 1 Rumah 1 Jumantik Tahun Kedenderungan pelaksana terbentuk atas interaksi variabel sebelumnya dalam teori implementasi kebijakan oleh Van Meter dan Van Horn. Sikap dapat terlihat dari arah respon pelaksana berupa persetujuan, kenetralan atau penolakan kebijakan tersebut. Arah dari respon pelaksana sangat terkait dengan kesadaran dan intensitas pelaksana kebijakan Arah dari Respon Pelaksana Hasil wawancara mendalam, telaah dokumen serta observasi partisipatif yang dilakukan peneliti bahwa supervisor, koordinator, manajer, Kelurahan Benda Baru, Puskesmas Benda Baru serta Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan yang didukung dengan pihak swasta dan akademisi menunjukkan respon yang tidak bertolak belakang dengan pedoman Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Benda Baru. Artinya terdapat persetujuan implementasi kebijakan karena semua pelaksana dalam gerakan jumantik di Benda Baru 163

179 menunjukkan keseriusannya dalam menjalankan gerakan jumantik. Hal tersebut sesuai dengan teori (Wahab, 2008) bahwa jika pelaksana setuju dengan bagian isi dari kebijakan, maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati. Tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan regulasinya, maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah dalam hal disposisi. Disposisi atau sikap pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata dalam implementasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Penerimaan implementasi gerakan jumantik di Benda Baru ini juga sesuai dengan simpulan penelitian bahwa faktor yang paling efektif dalam mengendalian vector DBD adalah partisipasi jumantik melalui pemberdayaan masyarakat (Chadijah, Rosmini and Halimudin, 2011). Pelaksana jumantik dan masyarakat di Kelurahan Benda Baru menerima gerakan jumantik karena sudah memiliki kepercayaan yang tinggi kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Mengingat vaksin untuk mencegah virus Dengue hingga saat ini belum tersedia, maka cara utama yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah pemberantasan vector dengan PSN 3M-Plus. Kepercayaan yang ada pada pelaksana gerakan menunjukkan kesesuaian dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat bahwa berdasarkan prinsip pemerataan, Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah 164

180 kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan Kesadaran dan Intensitas Pelaksana Hasil wawancara mendalam, telaah dokumen serta observasi partisipatif yang dilakukan peneliti bahwa pelaksana di Benda Baru sangat menerima Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik karena adanya pemahaman yang membentuk kesadaran pada masyarakat serta intensitas pelaksanaan penilaian ABJ dan sosialisasi gerakan jumantik yang tinggi. Hasil wawancara mendalam yang dilakukan, berdasar keterangan manajer jumantik bahwa kesadaran masyarakat juga sebetulnya memiliki timbal balik dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Kesadaran masyarakat akan meningkatkan akuntabilitas pembuat kebijakan dan mendorong pembuatan kebijakan berdasarkan informasi (Scott and Govender, 2017). Dalam (Schmets and Porignon, 2016) bahwa Otoritas nasional harus memanfaatkan pengetahuan dan kesadaran lembaga-lembaga di tingkat sub-nasional tentang kondisi kehidupan dan kesehatan masyarakat setempat. Hal ini sesuai di Kelurahan Benda Baru yang diperkuat oleh kepala seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan bahwa diputuskannya gerakan jumantik di Kota Tangerang Selatan juga 165

181 memiliki proses yang panjang, melihat kondisi kasus DBD di Tangerang Selatan dan melihat juga potensi masyarakat. 166

182 7. BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan 1. Implementasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Kelurahan Benda Baru sudah berlangsung sejak Juni 2016 dimana Kota Tangerang Selatan memiliki target pencapaian yaitu Kota Tangerang Selatan sebagai kota bebas jentik pada tahun Saat ini telah ada Kelurahan Bebas Jentik yaitu Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. 2. Standar dan tujuan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Kelurahan Benda Baru sudah sesuai dengan peraturan serta pedoman pelaksanaannya. Pedoman Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik menyatakan kelulusan sebagai wilayah bebas jentik yaitu nilai ABJ sebesar 95%. Kelurahan Benda Baru saat ini 97,22%. 3. Sumber daya dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Benda Baru terdiri dari pelaksana, keuangan, sarana dan prasaran. Pelaksana koordinator dan supervisor gerakan jumantik di Puskesmas Benda Baru sudah memenuhi pedoman gerakan ini, namun jumlah koordinator perlu ditambahkan karena pekerjaan yang besar. Sedangkan jumlah koordinator dan supervisor dalam skala Kecamatan Pamulang dan Kota Tangerang Selatan belum cukup memadai, perlu ditambahkan dalam rangka mencapai target yang sudah 167

183 ditetapkan. Anggaran gerakan ini bersumber dari anggaran peralihan Dinas Kesehatan dan dana sosialisasi JKN Puskesmas Benda Baru pada tahun 2016 dan 2017 serta adanya sumber anggaran lain berupa iuran masyarakat. Namun, belum ada anggaran yang fokus pada gerakan ini. Saran dan prasarana Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Kelurahan Benda Baru yang berupa senter, pipet, plastik untuk jentik, topi, rompi, formulir koordinator, formulir supervisor, dan kartu ABJ belum terpenuhi. 4. Puskesmas Benda Baru telah memiliki karakteristik berupa koordinator dan supervisor memiliki motivasi dan bertanggungjawab, memahami kebiasaan masyarakat, serta dapat berkerja dalam tim; Puskesmas Benda Baru dan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan juga melakukan proses monitoring berupa bimbingan teknis kepada koordinator, supervisor dan evaluasi selama 3 bulan sekali melalui silent survey; Komunikasi antar semua pelaksana berjalan efektif serta adanya kemudahan komunikasi eksternal melalui website dan media sosial yang dimiliki pelaksana; serta adanya kerja sama dengan Universitas, SKPD lain, dan sektor swasta dalam gerakan ini. 5. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik mendukung terlaksananya Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. 6. Puskesmas Benda Baru berkomitmen selalu mensosialisasikan kepada Koordinator dan Supervisor agar menjaga dan memantau jentik nyamuk di lingkungan sekitarnya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Kunjungan ke rumah-rumah warga oleh Koordinator dan Supervisor 168

184 dilakukan dua minggu sekali yang sebelumnya telah diberikan pemberitahuan oleh Puskesmas. Adanya kesesuaian kesadaran dan intensitas pelaksana ditunjukkan oleh pelaksana melalui kebiasaan menepati jadwal pementauan jentik sehingga ABJ yang tidak pernah dibawah 95% semenjak 6 bulan terakhir Saran Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan 1. Disarankan agar Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan melakukan pengadaan pelaksana jumantik untuk seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari koordinator, supervisor, manajer kelurahan, kecamatan dan kota sebanyak orang pelaksana. 2. Disarankan agar Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan melakukan pengadaan pelaksana jumantik untuk wilayah Kecamatan Pamulang yang terdiri dari koordinator, supervisor, manajer kelurahan dan kecamatan sebanyak orang pelaksana. 3. Disarankan agar Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan terus mendukung dan mengajak Camat lain dalam menjalankan gerakan ini. 169

185 4. Disarankan agar Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan menggandeng pihak swasta yang mau bekerja secara sukarela dalam mengembangkan website 5. Disarankan agar Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan segera berfikir dan mengelola sumber daya dalam mencapai Kota Tangerang Selatan bebas jentik pada tahun Puskesmas Benda Baru 1. Disarankan agar Puskesmas Kelurahan Benda Baru melaksana pelatihan pengguanaan aplikasi berbasis android kepada koordinator dan supervisor di Kelurahan Benda Baru untuk melalukan pelaporan data ABJ. 2. Agar membentuk tim bersama Kantor Kelurahan sebagai pengelola website 3. Menyediakan pipet, plastik, formulir koordinator, formulir supervisor, kartu jentik, topi dan rompi jumantik, larvasida cair untuk memenuhi kekurangan sarana dan prasarana dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 4. Disarankan agar Puskesmas Kelurahan Benda Baru melaksana sosialisasi kepada masyarakat terkait cara menjadi Koordinator dan Supervisor. 170

186 Program Studi Kesehatan Masyarakat Agar mendukung dan membekali ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah yang tergabung kedalam tim independen penilai ABJ di Kelurahan Benda Baru Peneliti Lain Melakukan penelitian dengan pendekatan teori lain dan menguji pengaruh variabel-variabel yang ada dalam Teori Van Metter dan Van Hordn seberapa kuat pengaruhnya terhadap implementasi program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. 171

187 8. DAFTAR PUSTAKA Abd. Rachman Rosidi, W. A. (2009) Hubungan Faktor Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue dengan Angka Bebas Jentik Di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Majalah Kedokteran Bandung, 41(2), pp Abdullah, S. (1988) Laporan Temu Kajian Posisi dan Peran Ilmu Administrasi Negara dan Manajemen. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara RI dan Asia Foundation. Akib, H. (2010) Implementasi Kebijakan: Apa, Mengapa, dan Bagaimana, Jurnal Administrasi Publik, 1(1), pp Ariyanti, F. et al. (2013) Profile of Community Death Events Among Urban Poor Residents: Community-Based Mortality Survey and Case Study in Ancol Village, North Jakarta, Indonesia, Journal of International Health, 28(2), pp Ayuningtyas, D. (2014) Kebijakan Kesehatan: Prinsip dan Praktik. Jakarta: Rajawali Pers. Azwar, A. (1996) Pengantar Administrasi Kesehatan. 3rd edn. Jakarta: Binarupa Aksara. Bachtiar, A., Ayuningtyas, D. and Wardani, R. K. (2008) Analisis Implementasi Kebijakan PKPS BBM Bidang Kesehatan, Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 3(3), pp Badriah, F. et al. (2014) Skilled Versus Unskilled Assistance in Home Delivery: Maternal Complications, Stillbirth and Neonatal Death in Indonesia, Journal of Nursing & Care, 3(5). Bill & Melinda Gates Foundation (2015) Evaluation Policy, 131(1), pp Cargo, M. and DeGroff, A. (2009) Policy Implementation: Implications for Evaluation in Knowledge Utilization, Diffusion, Implementation and Translation: Implications for Evaluation. Chadijah, S., Rosmini and Halimudin (2011) Peningkatan Peranserta Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD) di Dua Kelurahan Di Kota Palu Sulawesi Tengah, Media Litbang Kesehatan, 21(4), pp Creswell, J. (2010) Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitaif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 172

188 Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (2016a) Kajian Analisis Kegiatan 1 Rumah 1 Jumantik Tahun Tangerang Selatan. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (2016b) Monitoring Dan Evaluasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Kelurahan Benda Baru. Dunn, W. (2012) Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Every Woman, E. C. and World Health Organization (WHO) (2016) Country Data, Universal Accountability: Monitoring Priorities for the Global Strategy for Women s, Children s and Adolescents Health ( ). For Research on Diseases of Poverty UNICEF and Organization, W. H. (2009) Dengue: Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention, And Control, Special Programme for Research and Training in Tropical Diseases, p. x, 147. Hale, D. R. and Viner, R. M. (2012) Policy Responses to Multiple Risk Behaviours in Adolescents, Journal of Public Health, 34(SUPPL. 1), pp Hamdijoyo, K. (2004) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Kebijakan Penataan, Pembinaan Dan Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) Di Surabaya (Studi Kasus Di Kecamatan Laweyan). Universitas Diponegoro. Hann, A. (2006) Health Policy and Poltics. United Kingdom: Ashagate Publishing Company. Horn, C. E. Van and Meter, D. S. Van (1977) Policy Studies Review Annual; The Implementation of Intergovernmental Policy, in California: Sage Publications. Jo Ann G. Ewalt Jr., E. T. J. (2004) Administration, Governance, and Policy Tools in Welfare Policy Implementation, Public Administration Review, 64(4), pp Jones, C. O. (2006) Pengantar Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kambun (2003) Formulasi dan Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta: BPFE. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014a) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan, Kemenkes. Jakarta, pp

189 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014b) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: kemenkes, pp Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016a) Petunjuk Teknis Implementasi PSN 3M - Plus Dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016b) Profil Kesehatan Indonesia Jakarta. Kunarjo (2013) Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan. Jakarta: CV. Rajawali. Kusuma, A. (2010) Pengantar Komunikasi Antarbudaya, in, pp Mahendradhata, Y. et al. (2017) The Republic of Indonesia Health Sistem Review, World Health Organization. Massie, R. G.. (2009) Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Tentang Kebijakan Kesehatan: Proses, Implementasi, Analisis, dan Penelitian. Massie, R. G. A. (2012) Kebijakan Kesehatan: Proses, Implementasi, Analisis Dan Penelitian. Matland, R. E. (1995) Synthesizing the Implementation Literature: The Ambiguity-Conflict Model of Policy Implementation, Journal of Public Administration Research and Theory. Mazmanian, P. S. and D. (1979) The Conditions of Effective Implementation : A Guide to Accomplishing Policy Objectives, University of California Press, 5(4), pp McLaughlin, M. W. (1987) Learning from Experience : Lessons from Policy Implementation, 9(2), pp Megalia, R. (2011) Manajemen Peningkatan Kompetensi Aparatur : Studi Tentang Implementasi Kebijakan Reformasi Sumber Daya Manusia Pada Badan Pendidikan Dan Pelatihan Di Indonesia, Sosiohumanika, 4(2), pp Van Meter, D. S. and Van Horn, C. E. (1975) The Policy Implementation Process: A Conceptual Framework. Muliawati, E. (2016) Hubungan Pendidikan dan Pelatihan Jumantik dengan Keberhasilan Program PSN di Kelurahan Tanah Kalikedinding Kota Surabaya, Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1(2). 174

190 O Toole, L. J. J. (2013) Research on Policy Implementation : Assessment and Prospects, Journal of Public Administration Research and Theory, 10(2), pp Pan American Health Organization (2016) Dengue Guidelines For Patient Care In The Region Of The Americas. Pratiwi, K. (2015) Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk pada Balita dan Ibu Hamil di Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten Pontianak. Rahmat, A. A. (2015a) Policy Implementation : Process and Problems, International Journal of Social Science and Humanities Research, 3(3), pp Rahmat, A. A. (2015b) Policy Implementation: Process and Problems, ISSN Print. International Journal of Social Science and Humanities Research ISSN, 3(3), pp Ramdhani, Abdullah; dan Ramdhani, M. A. (2017) Konsep Umum Pelaksanaan Kebijakan Publik, Jurnal Publik, 11, pp RI (2009) UU No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Schmets, G. and Porignon, D. (2016) Strategizing National Health in the 21st Century: A Handbook, p Scott, K. and Govender, V. (2017) A Health Policy and Sistems Research Reader on Human Resources for Health. Suharsono, S. R. dan (2010) Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit. Tahir, A. (2002) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan Di Kota Gorontalo. Tjokroamidjojo, B. (1985) Pengantar Adiminstrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES. Wahab, S. A. (2008) Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan, (45), p. 3. Western Pacific Regional Action and World Health Organization (WHO) (2002) WESTERN PACIFIC REGIONAL ACTION PLAN for Dengue prevention and control(2016), Dengue Bulletin, 26, pp WHO (1993) Monograph on Dengue/ Dengue Haemorrhagic Fever. Edited by M. Presert Thongcharoen. New Delhi. 175

191 WHO (2007) Everybody s Business: Strengthening Health Sistems to Improve Health Outcomes: WHO s Framework for Action., Production, pp doi: 10 July WHO (2012) Changing Mindsets : Strategy on Health Policy and Sistems Research, pp Wibawa, S. (2011) Politik Perumusan Kebijakan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Widoyono (2008) Penyakit Tropis; Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga. World Health Organization (2002) Handbook for Guideline development, Nephrology Dialysis Transplantation. World Health Organization (WHO) (2015) First Draft of the Framework for Country Action Across Sectors for Health and Health Equity, (February), pp World Health Organization (WHO) (2017) Progressing the Sustainable Development Goals through Health in All Policies : Case Studies From Around The World. Yulian Taviv, A. S. dan H. S. (2010) Pengendalian DBD melalui Pemanfaatan Pemantauan Jentik di Kota Palembang. 176

192 9. LAMPIRAN Daftar Pertanyaan Wawancara Mendalam Yang Akan Diajukan 1. Implementasi Program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik Pertanyaan: a. Apa itu Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik? b. Bagaimana pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik saat ini di Puskesmas saat ini? (Probing: pemantauan jentik saat ini seperti apa, jadwal pelaporan masih berjalankan atau tidak, penyuluhan kesehatan dilakukan atau tidak, PJB seperti apa) c. Kendala atau permasalahan apa saja yang ada di Puskesmas selama implementasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik ini berjalan? (Probing: adakah masalah didalam aspek standar dan tujuan, sumber daya, komunikasi pelaksana, lingkungan sosial ekonomi politik, sikap pelaksana) 2. Standar dan Tujuan Kebijakan Pertanyaan: a. Apa standar dari Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas? b. Apa tujuan dari Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas? c. Apa target lain dari Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kota Tangerang Selatan? d. Bagaimana cara Puskesmas Benda Baru memenuhi standar dan tujuan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik? (Probing: mekanisme pemantauan jentik dan pelaporannya seperti apa, mekanismenya gimana, jadwalnya kapan, sosialisasi dilakukan atau tidak) 3. Sumber Daya Pertanyaan: a. Apa saja sumber daya yang tersedia Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas? 177

193 (Probing: sarana dan prasarana, dana, sumber daya manusia) b. Berasal dari mana sumber daya manusia dalam program ini? c. Apakah sumber daya pelaksana dalam gerakan1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas sudah mencukupi? (Probing: jumlah koordinator, supervisor saat ini, jumlah yang diharapkan berapa, jumlah di kelurahan, maupun dalam skala kecamatan dan skala kota berapa, cukup atatu tidak) d. Berasal dari mana sumber dana dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas ini? (Probing: berapa dananya, apakah besar dana tersebut cukup atau tidak. Jika belum cukup, tindakan yang sudah atau akan dilakukan apa) e. Siapa pengelola dana dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas ini? (Probing: berapa dananya, apakah besar dana tersebut cukup atau tidak. Jika belum cukup, tindakan yang sudah atau akan dilakukan apa) f. Untuk apa alokasi pendanaan dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? (Probing: apakah untuk pengadaan sarana prasarana, apa saja jenisnya, untuk rapat atau bukan) g. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? h. Apakah sarana dan prasarana dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru sudah mencukupi? (Probing: apa saja yang kurang, bagaimana cara memenuhi kekurangan sarana prasarana di lapangan) 4. Komunikasi antar Pelaksana Pertanyaan: a. Bagaimana cara komunikasi antar pelaksana dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? 178

194 (Probing: cara penyampaian informasinya seperti apa, isi informasi atau pesannya seperti apa, koordinasinya seperti apa, jika ada instruksi seperti apa) b. Apa media komunikasi antar pelaksana dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? (Probing: media penyampaian informasinya seperti apa, bentuknya seperti apa) 5. Karakteristik Organisasi Pelaksana Pertanyaan: a. Kompetensi apa yang dimiliki Para pelaksana Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? (Probing: apakah pelaksana memiliki motivasi, dapat bekerja dalam tim atau tidak, memahami kearifan di Benda Baru, bertanggungjawab atau tidak) b. Apakah Para pelaksana melakukan monitoring dan evaluasi dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? c. Bagaimana cara Para pelaksana melakukan monitoring dan evaluasi dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? (Probing: siapa yang melakukan, kapan dilakukannya, siapa saja yang terlibat, apa indicator yang digunakan) d. Apakah terdapat dukungan politik dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? e. Bagaimana bentuk dukungan politik dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? (Probing: siapa yang mendukung secara politis, apa pengaruhnya) f. Menurut Bapak apakah terdapat kemudahan komunikasi eksternal dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? g. Bagaimana bentuk kemudahan komunikasi eksternal dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? (Probing: media apa saja, apa pengaruhnya, caranya bagaimana) 179

195 h. Menurut Bapak apakah terdapat kerja sama lintas sektor dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? i. Bagaimana bentuk kerja sama lintas sektor dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? (Probing: siapa saja yang terlibat, sektor mana saja, apa pengaruhnya, bentuknya seperti apa, perjanjian atau pemberian kah) j. Menurut Bapak apakah terdapat kekuatan organisasi dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? k. Bagaimana bentuk kekuatan organisasi dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? (Probing: kekuatan bersama masyarakat, kebiasaan yang menjadi kunci keberhasila apa saja) 6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik Pertanyaan: a. Menurut Bapak apakah terdapat hubungan lingkungan sosial, ekonomi, dan politik terhadap pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? b. Bagaimana hubungan lingkungan ekonomi terhadap pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? (Probing: apakah ada perbedaan antara perumahan dan non perumahan, siapa yang pelaksanakan PJB nya, bagaimana cara menghindari pemborosan tenaga) c. Bagaimana hubungan lingkungan sosial terhadap pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? (Probing: apakah ada kelas sosial masyarakat di Benda Baru, seperti apa, bagaimana kondisi sosial, bagaimana interaksi sosial yang terbagung di Benda Baru) d. Bagaimana hubungan lingkungan politik terhadap pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? (Probing: apakah ada kelompok yang memiliki kepentingan, siapa saja) 180

196 7. Disposisi (Sikap) Pelaksana Pertanyaan: a. Apa sikap Bapak terhadap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? (Probing: alasan jika setuju, alasan jika menolak, dapat juga dilihat dari keseriusan dalam melaksanakan program) b. Bagaimana sikap masyarakat terhadap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? (Probing: alasan jika setuju, alasan jika menolak, dapat juga dilihat dari keseriusan dalam melaksanakan program) c. Bagaimana bentuk kesadaran dalam menaati jadwal pemantauan jentik di Puskesmas Benda Baru? 181

197 Apa Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik? A B C D E Gerakan 1 rumah 1 Berdasar jumantik adalah peran pedomannya Gerakan aktif dari masyarakat, jumantik adalah keluarganya, untuk metode menurunkan memantau, memeriksa angka DBD melalui jentik DBD dengan pemberantasan jentik budaya pemberantasan nyamuk yang sarang nyamuk. Dengan dilakukan serentak ini ABJ nya naik, sehingga bersama bergerak bisa menurunkan dalam lingkup PSN penderita akibat DBD 3M Plus. Gerakan 1 rumah Mengacu pada 1 jumantik adalah juknisnya pengertian cara gerakan 1 rumah 1 menggerakkan jumantik adalah masyarakat untuk pelaksanaan secara memberantas bersama-sama dalam jentik nyamuk memberantas jentik melalui PSN DBD melalui untuk kebiasaan PSN 3M menurunkan Plus yang bertujuan angka kesakitan untuk menurunkan DBD. angka DBD. Gerakan 1 rumah 1 jumantik adalah metode pengendalian penyakit menular bertujuan untuk menekan angka penderita DBD yang biasanya pada saat musim penghujan jumlahnya selalu melonjak. Simpulan Semua responden mengatakan bahwa Gerakan 1 rumah 1 jumantik adalah peran serta semua masyarakat yang memeriksa, memantau dan memberantas jentik nyamuk melalui PSN 3M Plus yang bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan DBD. Bagaimana pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru saat ini? A B C D E Benda baru Saat ini kita fokus Saat ini di benda Saat ini kelurahan Kelurahan benda baru sudah sekarang sudah agar gerakan jumantik baru sudah masuk kita sudah bebas jentik, puskesmas diberi sertifikat bebas ini dilaksanakan ke tahap bina tersertifikasi bebas wewenang agar mampu jentik, penyuluhan secara berlanjutan, suasana. jentik. Kondisi yang memonitoring wilayahnya Simpulan Semua responden menyatakan bahwa pemerikasaan jentik oleh kader jumantik tetap 182

198 terus dilakukan agar bisa menginspirasi Masyarakat mulai seperti ini, kita terus dengan cara memeriksa hasil terlaksana, pelaporan yang masyarakat tetep wilayah lain, jadi tim sadar kalau bina agar benar- pemeriksaan jentik pada dijadwalkan terus inget untuk koordinator benda memberantas DBD benar bebas jentik formulir koordinator dan dilakukan oleh setiap memeriksa baru sudah dilatih itu penting, ABJ itu dan tidak ada yang supervisor. Kita focus pada levelnya, penyuluhan rumahnya, agar mampu penting. Antusias sakit lagi karena level yang lebih tinggi lagi kesehatan masih koordinator dan memberikan masyarakat DBD. Pelatihan yaitu dengan adanya dilaksanakan dalam rangka supervisor tetep penyuluhan di luar meningkat kalau untuk koordinator kecamatan bebas jentik, agar meningkatkan motivasi dan bergerak sesuai benda baru. Kita kita adakan dan supervisor kita kelurahan lain mau dan kompetensi. Responden B jadwal yang udah sedang berkoodinasi penyuluhan lakukan agar mampu meniru benda baru. yang diperkuat oleh C ditentukan oleh dengan pak lurah, mengundang 20 kemampuannya Sebagai bentuk evaluasi di menyatakan benda baru puskesmas. Kita forum RW benda baru yang datang 30 tidak berkurang atau benda baru, dinkes sudah sedang mempersiapkan juga adakan sesi sehat, dengan manajer orang. Dalam hilang. Kita juga menyiapkan metode evaluasi silent survey yang akan motivasi untuk untuk persiapan silent pelatihan minimal sedang bersiap-siap berupa silent survey, yang per dihadapi setiap 3 bulan petugas jumantik. survey koordinator 90% dengan silent tiga bulan sekali akan kita cek setelah kelurahan ini hadir. survey. dengan sempel tertentu. tersertifikasi. Permasalahan apa saja yang ada di Puskesmas Benda Baru terkait implementasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik? A B C D E Simpulan 183

199 Pengadaan SDM, Website statis ga Anggaran, Peralatan, Semua responden menyatakan Permasalahan yang ada di alat, anggaran, Jumantik kit, ada yang koordinator disetiap Anggaran, Puskesmas Benda Baru terkait implementasi Gerakan 1 kurang SDM, anggaran, mengelola, sarana RT, sarpras, website SDM. Rumah 1 Jumantik: jumlah koordinator RT, pengadaan sarana Pelaporan pelaporan juga prasarana, kita belum ada dan prasarana, keuangan, serta proses pelaporan pemantauan lama. telat. keuangan petugas. jentik oleh jumantik rumah kepada koordinator. Apa standar dari Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E harus diatas 95% ABJ ABJ diatas tidak kurang dari Standarnya harus ABJ ABJ nya 95% 95% ya. 95% ABJ diatas 95%. Simpulan Semua responden menyatakan standar bebas jentik yaitu ABJ tidak kurang dari 95%. Apa tujuan dari Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Membantu mensukseskan program pemerintah dalam hal mengurangi angka kesakitan dbd dengan upaya PSN yang dilakukan secara Mengurangi angka kesakitan dan kerugian lain akibat DBD serta membudayakan Mengurangi membangun pola angka kesakitan DBD hidup bersih dan sehat pada salah satu poinya dimana dengan menekan angka peran serta masyarakat kesakitan DBD itu tujuan utama maka Meningkatkan peran keluarga untuk Menekan angka dbd di tangsel melalui pembiasaan pemberantasan Simpulan Semua responden menyatakan bahwa tujuan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru adalah meningkatnya peran masyarakat di benda baru dalam mencegah dan memberantas DBD dan menurunkan angka kesakitan DBD melalui kebiasaan PSN 3M Plus. Tujuan lain yang di sampaikan 184

200 aktif oleh masyarakat kebiasaan PSN dalam PSN di bentuklah sarang nyamuk responden A yaitu membantu mensukseskan dan keluarga. 3M Plus. 3M Plus. program 1 rumah 1 dengan 3M Plus. program pemerintah melalui pemberantasan jumantik DBD Apa target lain dari Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kota Tangerang Selatan, khususnya Puskesmas Benda Baru? A B C D E 2020 kota 2020 kota bebas Kita bebas jentik 2016 RT bebas Target kita di tahun bebas jentik; 2019 kecamatan; 2018 kelurahan; 2017 RW yang bebas jentik jentik; 2019 untuk di 2020 itu jentik, 2017 RW ini sebetulnya RW kecamatan bebas kota; 2019 itu bebas jentik, 2018 bebas jentik, 2018 jentik; 2018 kecamatan; 2018 kelurahan bebas kelurahan bebas kelurahan bebas itu kelurahan; jentik, 2019 jentik, 2019 jentik; 2017 RW terus 2017 itu RW, kecamatan bebas kecamatan bebas bebas jentik, 2016 RT bebas jentik dan 2016 itu RT jentik, 2020 kota bebas jentik jentik, 2020 kota kita bebas jentik Simpulan Semua responden menyatakan bahwa target Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Kota Tangerang Selatan, khusunya Puskesmas Benda Baru adalah Tahun 2016 adanya RT Bebas jentik, Tahun 2017 RW bebas jentik, Tahun 2018 adanya kelurahan bebas jentik, 2019 menjadi kecamatan bebas jentik, dan Kota Tangerang Selatan menjadi kota bebas jentik pada tahun 2020 Bagaimana Cara Puskesmas Benda Baru memenuhi standar dan tujuan dari Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik? A B C D E Warga di Pengisian kartu Membentuk Jumantik melakukan Kartu jumantik di rumah rumahnya jentik oleh jumantik supervisor dan pengecekan setiap warga diisi setiap Simpulan Semua responden menyatakan bahwa benda baru dapat memenuhi 185

201 memeriksa jentik rumah dan koordinator. seminggu sekali. minggu berdasarkan standar dan tujuan gerakan seminggu sekali. lingkungan setiap Sosialisasikan kepada Kemudian koordinator pengamatannya terhadap jumantik dengan cara jumantik Dari puskesmas seminggu sekali, masyarakat, serta jumantik potensi jentik nyamuk rumah/ lingkungan di Benda Baru ada koordinator dilaporkan kepada penyuluhan kesehatan mengumpulkan hasil yang ada di dalam melakukan pemantauan jentik dan supervisor koordinatornya di waktu JKN. survey setiap 1 minggu maupun luar rumahnya. nyamuk di rumahnya dan yang akan RT sebulan sekali, Koordinator sekali. Sedangkan Kemudian ada namanya lingkungan sekitar rumahnya berkunjung kemudian dianalisa mengecek jentik supervisor melakukan koordinator dan seminggu sekali. Kemudian kerumah-rumah ABJnya oleh bersama pemilik pengecekan dan supervisor yang berasal koordinator di RT tersebut dan merekap data supervisor di RW rumah di RT nya. pengumpulan data dari warga dipilih oleh mengambil data hasil pemantauan dan melaporkan nya. Koordinator Hasil pengecekan setiap sebulan sekali. puskesmas. Koordinator untuk direkap dan diakumulasi ke puskesmas dan supervisor juga akan dikumpulkan Nah manajer yang mengambil data tadi nilai ABJ di RT. Selanjutnya dan dinkes. ke rumah warga- kepada supervisor akan mengumpulkan untuk direkapan dari RT- supervisor merekap hasil dari Pihak kelurahan warga untuk cek untuk dihitung berapa semua data dari 24 RW nya kemudian diberikan laporan koordinator setiap sebulan bantu-bantu langsung bener ga ABJ nya. Setelah itu di Benda Baru. kepada supervisor untuk sekali. Koordinator dan supervisor masyarakat itu. Tim penilai di dilaporkan kepada Penyuluhan pasti kita di rekap per RW dan juga ikut mengecek ke rumah- untuk terus benda baru supervisor I RW laksanakan. Pihak dianalisa agar diketahui rumah di wilayahnya. Hasil memantau dan independent bekerja tersebut dilakukan dinkes dan puskesmas nilai ABJ. Kami tersebut diserahkan kepada memeriksa jentik sama dengan para perhitungan kembali sepakat meminta (Dinkes) bersama-sama manajer dan puskesmas benda nyamuk di mahasiswa. dan dianalisa. Hingga mahasiswa agar dengan puskesmas, baru. Selain itu, sosialisasi rumahnya. Sosialisasi jumantik hasil tersebut menjadi tim pihak kelurahan dan jumantik dilakukan oleh Penyuluhan selalu kita dilaporkan kepada independen yang manajer untuk puskesmas kepada masyarakat di 186

202 kesehatan lebih laksanakan dalam puskesmas dan memberikan sertifikasi menganalisa lebih jauh benda baru. 2 dari 5 responden sering dilakukan gedung maupun di manajer sebulan bebas jentik. laporan hasil menyatakan tambahan, bahwa tim puskesmas benda luar gedung. sekali. pengamatan jentik. penilaian diambil juga dari pihak baru. Universitas. Apa saja sumber daya yang tersedia dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E SDM, sumber SDM, SDM, SDM, sarana SDM, wewenang pendanaan, sarpras, sumber prasarana dan dan kebijakan, kebijakan, payung pendanaan, pendanaan Sarana prasarana sarana hukumnya, sarana dan dana prasarana anggaran prasarana Simpulan Semua responden menyatakan bahwa sumber daya yang tersedia dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru antara lain SDM, pendanaan, dan sarana prasarana. 3 dari 5 responden menambahkan sumber daya lain yaitu adanya kebijakan terkait gerakan jumantik Dari mana sumber pelaksana dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Pengurus Pengurus Kader Posyandu, Kader Kader kesehatan, PKK, kaderkader RW RT dan RW kader posyandu RT dan PKK, Pengurus kesehatan, pengurus RT dan RW Simpulan Semua responden menyatakan bahwa sumber daya manusia dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru berasal dari kader PKK, kader Posyandu, pengurus RT dan pengurus RW. 187

203 Apakah pelaksana dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru sudah mencukupi? A B C D E Jumlah koordinator dan supervisor masih kurang untuk di Kota dan Kecamatan. Kalau di Benda Baru sudah cukup Kalau di Benda Baru sudah cukup. Koordinator dan supervisor di Kota dan Kecamatan masih jauh dari jumlah yang semustinya. Kalau di Benda Baru sudah cukup. SDM dari koordinator dan supervisor di Kota dan Kecamatan belum cukup, di Benda Baru terasa tidak cukup karena beban kerja terlalu banyak. Jumlah Benda Baru sudah koodinator cukup. SDM dari dan koordinator dan supervisor supervisor di Kota dan di Benda Kecamatan belum cukup Baru mencukupi Simpulan Semua responden menyatakan bahwa jumlah sumber daya sebagai koordinator dan supervisor di Benda Baru dalam gerakan ini sudah cukup. Tetapi beban kerja koordinator terlalu banyak, sehingga perlu ditambahkan. Sedangkan koordinator dan supervisor di Kota dan Kecamatan belum cukup. Dari mana sumber pendanaan dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Dana untuk sosialisasi dan pembelian pipet dan Sumbernya masih iuran, cetak formulir berasal pakai dana dari JKN di puskesmas. JKN untuk 2016: anggaran pengganti Dinkes dan tidak ada dari Puskesmas atau kelurahan. 2017: masuk Belum ada 2017: masuk sumber dana dalam rencana yang focus kerja Dinkes anggaran ada dari dan anggaran Simpulan Pendanaan gerakan jumantik pada tahun 2016 bersumber dari anggaran peralihan dinkes dan pada tahun 2017 sudah masuk dalam rencana kerja dinkes. Puskesmas tidak 188

204 Dana untuk pelatihan sosialisasi. dalam rencana kerja rencana kerja sosialisasi memiliki pendanaan gerakan jumantik pada supervisor dan Kedepan Dinkes dan ada anggaran dinkes, beberapa JKN di tahun 2016, 2017 menggunakan dan koordinator itu dari dinas kita juga perubahan dan anggaran pake dana Puskesmas. sosialisasi JKN dan anggaran perubahan di sendiri. Kelurahan tidak anggarkan sosialisasi JKN. sosialisasi JKN Serta ada puskesmas. Kelurahan tidak menganggarkan ada penganggaran dalam Kelurahan tidak ada puskesmas, iuran. gerakan jumantik pada 2016 dan peralihan anggaran. Sisanya iuran. iuran. Siapa Pengelola pendanaan dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Dinas Kesehatan, Dinas Dinas Kesehatan, Dinas Kesehatan, Dinas Puskesmas Kesehatan, Puskesmas Puskesmas Kesehatan, Puskesmas Puskesmas Simpulan Semua responden menyatakan bahwa pengelola dana gerakan jumantik adalah Dinas Kesehatan dan Puskesmas Benda baru. Untuk apa alokasi pendanaan dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Transport manajer, supervisor, koordinator, Formulir dan kartu jumantik, Kartu jentik, cetak formulir koordinator dan formulir supervisor, pipet, senter, jumantik kit, biaya senter, plastic untuk jentiknya. jumantik kit, transport, peralatan transport untuk supervisor, koordinator, biaya jumantik kit, mencetak kartu jentik, formulir Simpulan Semua responden menyatakan bahwa pendanaan gerakan jumantik dialokasikan untuk keperluan cetak Kartu jentik, cetak formulir koordinator dan formulir 189

205 evaluasi dan pipet, Dana sosialisasi, rapat- evaluasi dan koordinator dan supervisor. Pengadaan alat pipet, senter, pelatihan, biaya plastic rapat dan biaya pelatihan. pelatihan, biaya supervisor, dana plastic untuk jentiknya. Dana cetak formulir dan untuk Dana transport manajer, cetak formulir atau sosialisasi dan dana sosialisasidan biaya pelatihan. Dana kartu jumantik jentiknya, supervisor dan koordinator kartu jumantik monev transport manajer, supervisor dan transport koordinator. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E pipet, plastik, pipet, lampu senter, Jumantik kit, Formulir, larvasida Transport, senter, dari formulir koor dan SPVnya, larvasida, transport cair, Hp android, larvasida, puskesmas juga ada plastik jentiknya, untuk petugasnya, pipet, lampu Formulir, formulir yang harus transport untuk petugas berkas formulirnya, senter, plastic jumantik diisi, rompi, topi, yang survey, larvasida, kartu jentik, rompi jentik, transport kit, HP larvasida, dan HP seragam, HP dan topi, HP android Simpulan Semua responden menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang digunakan dalam gerakan ini diantaranya Jumantik kit, larvasida, transport untuk petugasnya, berkas formulir, kartu jentik, rompi dan topi, dan HP android Apakah sarana dan prasarana dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru sudah mencukupi? A B C D E Simpulan 190

206 pipet, Belum mencukupi, masih Yang tidak cukupnya belum semuanya dinkes belum sepenuhnya Semua responden menyatakan senter, ada yang kurang seperti lebih banyak, seperti tercukupi, seperti bisa memenuhi bahwa sarana dan prasarana plastic pipet, senter, plastic senter, pipet, formulir pipet, senter, kebutuhan jumantik kitt berupa jumantik kitt belum jentik tidak jentik, formulir rompi dan masih tidak cukup plastinya, formulir mencukupi kebutuhan gerakan cukup topi ini. Bagaimana cara komunikasi antar pelaksana dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Komunikasi Koordinasi Koordinasi satu instruksi, Komunikasi dilakukan dilakukan secara top satu jadinya antara Dinas dan secara berjenjang mulaui down yaitu dari dinas instruksi, Puskesmas tidak ada dari dinas kesehatan sampai kesehatan ke bawah saling misskomunuikasi. Pelaporan pada level koordinator RT. sampai ke berkesinam data ABJ dilakukan dari Jika ada masalah di koordinator, kalau bungan. mulai koordinator sampai ke lapangan, maka koordinator pelaporan ABJ dinas kesehatan. jika ada dan supervisor akan sebaliknya. masalah di lapangan, berkonsultasi kepada konsultasi yang dilakukan juga berjenjang manajer, manajer kepada puskesmas, dan puskesmas kepada dinas kesehatan Koordinasi dari dinkes ke puskesmas, puskesmas ke bawah sampai ke koordinator dan masyarakat. Sedangkan pelaporan data ABJ dilakukan dari mulai koordinator sampai ke dinas kesehatan. Simpulan Semua responden menyatakan konsultasi, koordinasi dan instruksi berasal dari dinkes yang turun ke puskesmas hingga ke koordinator dan masyarakat. Sedangkan data ABJ dibuat sebaliknya yaitu dari koordinator ke supervisor hingga ke Dinas Kesehatan. 191

207 Apa media komunikasi antar pelaksana dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Surat menyurat, WA grup Benda Surat menyurat, Media WA Bersurat, WA media sosial baru dan surat. media WA grup grup, surat grup Jmantik RW menyurat Tangsel Simpulan Semua responden menyatakan bahwa media komunikasi yang dipakai diantaranya grup WA RW di Benda Baru serta media surat menyurat antar lembaga. Kompetensi apa yang dimiliki Para pelaksana Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Memahami Tanggungjawab, Memahami Motivasi, Tanggungjawab, kearifan motivasi, dapat kearifan local, tanggungjawab motivasi, dapat lokal bekerja dalam tim bertanggungjawab, bekerja dalam memiliki motivasi, tim dapat bekerja dalam tim Simpulan 4 dari 5 responden menyatakan bahwa kompetensi yang dimiliki pelaksana gerakan ini diantaranya bertanggungjawab dan memiliki motivasi. 3 dari 5 responden menambhakan kompetensi lain yang dimiliki pelaksana gerakan ini yaitu dapat bekerja dalam tim dan memahami kearifan di Benda Baru. Apakah Para pelaksana melakukan monitoring dan evaluasi dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? Simpulan 192

208 A B C D E Ada Pasti dilakukan Ada pastinya Iya selalu dilakukan Ya melakukan monev Semua responden menyatakan Para pelaksana melakukan monitoring dan evaluasi dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru Menurut Bapak bagaimana cara Para pelaksana melakukan monitoring dan evaluasi dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Puskesmas dan Kelurahan akan melakukan pengecekan di lapangan, melalukan pemantauan terhadap pemahaman petugas terkiat penyakit DBD. Puskesmas dan Monitoring dari puskesmas ke Memecahkan Dinkes dan Kelurahan akan langsung mengambil tindakan kepada petugas yang belum mengumpulkan laporan ABJ bawah dengan lihat langsung masalah dan bagaimana jumantik di mencarikan lapangan, mulai dari cara solusinya wawancara, pengisian kartu melalui jentik, pengecekan oleh monitoring koordinator dan supervisor. dan evaluasi Evaluasi dari dinas kesehatan yang menganalisa ABJ yang Puskesmas melakukan evaluasi dari menilai hasil analisa ABJ, memantau kasus DBD, serta melakukan pemantauan jentik ketika waktunya telah dicapai dan melakukan berkala melalui sudah harus pemantauan jentik berkala silent survey. dilaporkan melalui silent survey Simpulan Semua responden menyatakan Para pelaksana melakukan monitoring dan evaluasi dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru. Monitoring yang dilakukan dengan melihat secara langsung petugas jumantik di lapangan, sementara evaluasi dilakukan dinas kesehatan melalui silent survey 193

209 Menurut Bapak apakah terdapat dukungan politik dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? Simpulan A B C D E Ada Terasa ada Ya ada Pasti Pasti ada Semua responden menyatakan terdapat dukungan politik dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru Menurut Bapak bagaimana bentuk dukungan politik dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Adanya surat instruksi dari walikota. Walikota sudah Adanya surat yang turun dari Ada salah Saat keluarkan instruksi kemenkes sampai di puskesmas, satu warga sosialisasi kepada camat, sehingga dinkes dan puskesmas kelurahan, puskesmas, ambil inisiatif dalam dan masyarakat untuk menggerakan juamantik di mengendalikan DBD tangsel, adanya juga surat melalui gerakan instruksi walikota, ada warga jumantik Benda Baru yang merupakan pemangku kebijakan. benda baru selalu yang orang mengajak kemenekes. orang Sekda atau DPR. Simpulan Semua responden menyatakan terdapat dukungan politik dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru dimana terdapat surat dari walikota yang meninstruksikan camat, kelurahan dan puskesmas serta dinkes untuk bergerak bersama memberantas dbd melalui 1 rumah 1 jumantik. Selain itu, responden E menambahkan bahwa dinkes juga mengajak sekda/ DPRD untuk mendukung gerakan jumantik, dan hasilnya positif. Di Benda Baru juga terdapar warga yang 194

210 merupakan pemangku kebijakan di Tangerang Selatan. Menurut Bapak apakah terdapat kemudahan komunikasi eksternal dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? Simpulan A B C D E Iya mudah aja Mudah kok Iya gampang aja Ya Ya Semua responden menyatakan terdapat kemudahan komunikasi eksternal dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru Menurut Bapak bagaimana bentuk kemudahan komunikasi eksternal dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Adanya medsos yang dimiliki pelaksana, Kita punya grup, koordinator dan supervisor semuanya pada punya facebook, saya juga punya jaringan lain di luar seperti FB. benda baru. Saya beritahu agar Adanya website. mereka main saja ke benda baru. Website, HP pelaksana Website, grup ada menggunakan android, beberapa di pelaksana memilki medsos, bebas aja medsos, yang mengungkapkan sebetulnya untuk aspirasi kita komunikasi ke luar terkait gerakan juga. ini. Ibu-ibu udah pada bisa android, grup ada beberapa, website kita tersedia. Simpulan Semua responden menyatakan terdapat kemudahan komunikasi eksternal dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru dimana komunikasi bisa dilakukan oleh siapa pun melalui media grup, website dan media sosial seperti FB. 195

211 Menurut Bapak apakah terdapat kerja sama lintas sektor dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Jelas itu ada Ada Pasti ada Sangat banyak yang Jelas ada mau bekerja sama lintas sektoral Simpulan Semua responden menyatakan terdapat kerja sama lintas sektor dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru Menurut Bapak bagaimana bentuk kerja sama lintas sektor dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Kita dibantu Jelas penilai sama kita dari mahasiswa untuk penilaian, kita juga didukung oleh produsen baktivek, mahasiswa, ada peralatan yang didukung dari produsen kaya baktivek, media cetak publikasi kita atau online bersama banyak yang dengan media terlibat online Tim penilaian dari Melibatkan mahasiswa mahasiswa UIN, UMJ, dari UIN, Unpam dan dan Unpam. UMJ untuk menjadi Penyuluhan oleh tim independen, Forum Kota Sehat, Website dibuat oleh larvasida cair media cetak, ibu-ibu didukung oleh dari bank sampah kedepannya akan Mou produsennya, media cetak ada dan media online juga ada dari luar, pengembangan Seang mengembangkan pohon zodiac bersama dinas lingkungan hidup dan dinas pertanian. terdapat CSR dari produsen larvasida, dilibatkan sebagai dengan pengembang koordinator dan BSD. Media online supervisor, ada sarana maupun cetak banyak dan prasarana yang yang meliput, Tim disediakan CSR swasta penilaian dari universitas. Simpulan Semua responden menyatakan terdapat kerja sama lintas sector dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru yang diantaranya ada tim penilaian yang melibatkan universitas negeri dan swasta, adanya media cetak dan media online yang meliput. Informan E menambahkan adanaya pengembangan pohon zodia bersama dinas pertanian dan dinas lingkungan hidup. 196

212 pohon zodiac bersama dinas lain. Menurut Bapak apakah terdapat kekuatan organisasi dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? Simpulan A B C D E Ada Di kita ada Ya ada Pastinya ada Iya ada Semua responden menyatakan terdapat kekuatan organisasi dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru Menurut Bapak bagaimana bentuk kekuatan organisasi dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Silaturahminya tinggi, gotong royong, kebersamaan terasa. Masyarakat Masyarakat mau Mau Masyarakat guyub, selalu masih suka gotong rotong, silaturahmi tinggi, kompak berkontribusi dan membantu mau membantu, ketua RT mau membantu, gerakan antara kelurahan dan puskesmas kompak, jumantik, silaturahmi, saling memberikan dan masukan, gotong kekompakan dan RW punya jaringan yang kuat, pkk juga begitu. Dinkes mendukung masyarakat, sebaliknya pun sama. Antara dinas, Simpulan Semua responden menyatakan terdapat kekuatan organisasi dalam Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru yaitu masyarakat benda baru senang bergotong royong, masih sangat kompak, dan mau membantu, serta silaturahmi masih sering dilakukan. Begitu pun dengan dinkes, 197

213 royong dan puskesmas, dan kelurahan puskesmas dan kelurahan, diantara ketiganya silaturahmi masih tidak ada jarak. Kita saling selalu bekerja sama, saling mengunjungi dan tinggi menguatkan satu sam lain. saling memberikan semangat. Menurut Bapak apakah terdapat hubungan lingkungan sosial, ekonomi, dan politik terhadap pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Iya, ada Iya jelas ada Ya ada Pasti Iya sangat bisa keterkaitannya berhubungan dirasakan hubungannya Simpulan Semua responden menyatakan terdapat hubungan lingkungan sosial, ekonomi, dan politik terhadap pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru Bagaimana hubungan lingkungan ekonomi terhadap pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Di Kalau di perumahan perumahan biasanya biasanya dilakukan dilakukan oleh asisten rumahnya, Di perumahan mayoritas bekerja sehingga asisten yang memeriksa. Di non perumahan Perumahan pada sibuk bekerja, jadi yang mengerjakan pemantauan jentik oleh asisten rumah. Kalau yang sibuk bekerja sehingga jarang di rumah, itu biasanya terjadi di perumahan, maka yang memeriksa Simpulan Semua responden mengatakan bahwa terdapat hubungan antara lingkungan sosial dengan gerakan juantik dimana masyarakat tidak akan melakukan pemborosan tenaga yang memeriksa jentik secara berkala. Jika di 198

214 oleh asisten sementara di biasanya ibu rumah Non perumahan itu asisten rumahnya. wilayah perumahan, maka yang rumahnya. perkampungan tangga yang tidak terdapat ibu rumah Semetara yang di melaksanakan pemantauan jentik berkala dilakukan oleh bekerja akan tangga yang perkampungan itu yang adalah asisten rumahnya, sedangkan di yang punya memeriksa memeriksa jentik di meriksa adalah yang wilayah non perumahan dilakukan oleh rumahnya sendiri rumahnya. rumahnya. pemilik rumahnya. pemilik rumahnya. Bagaimana hubungan lingkungan sosial terhadap pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Di tertata rapi Di perumahan itu penataannya ada, perkampungan bentuknya, rumah relative sama, menghadap ke penataan rumah ukurannya, arah yang sama, saluran air yang tidak penataan pembuangan atau pun air bersih juga teratur. Di tamantamannya, sama, tamannya tertata karena perumahan skalanya masih keci, system semua teratur, sampah sekali pengangkutan sampah juga udah jalur air teratur, angkut semua bagus. di perkampungan, taman teratur. gang dapat pengetahuannya relative perlu Lebih mudah diambil ditingkatkan, bentuk rumah melakukan sampahnya. berbeda-beda, banyak lahan pemantauan Kalau di terbuka, banyak barang bekas di Di perumahan Di non perumahan bentuk rumah, banyak lahan terbuka, posisi rumah, bentuk rumah yang dari segi tidak beraturan, pengetahuan banyak barang-barang juga, antar yang menurut kita itu satu dengan berpotensi jentik yang lain tidak berat sebelah semisal bambu, atau barang bekas untuk dan relatif daur ulang. perumah lebih mudah jelas lebih rapi, dari untuk segi ukuran, bentuk, Simpulan Semua responden mengatakan bahwa terdapat hubungan antara lingkungan sosial dengan gerakan juantik. Dimana lingkungan perumahan lebih tertata rapi dari segi fisik rumahnya, saluran air, system pembuangan sampah. Sedangkan di wilayah non perumahan memiliki ciri yang berbeda diantaranya banyak lahan kosong, banyak barang bekas yang tidak terpakai. Sehingga 199

215 jentik di wilayah perkampungan depan rumahnya, kaya bambu, ban melaksanakan menghadap mananya, pelaksanaan PJB lebih mudah di perumahan tidak bisa bekas, ada empang yang tidak jumantik itu lebih relative sama. wilayah perumahan dibandingkan seperti itu. diurus. Sehingga jumantik di Jadi mudah dengan wilayah non perumahan. wilayah perumahan lebih mudah menjalankannya mengaturnya dari pada yang non perumahan Bagaimana hubungan lingkungan politik terhadap pelaksanaan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Di benda baru ini pernah terjadi demo oleh masyarakat karena ada kegiatan dari dinas lain yang tidak melibatkan masyarakat. Sehingga sekarang kita selalu melibatkan masyarakat, dengan ini saja iklim politiknya sudah positif Kita melibatkan masyarakat, anggota dewan juga agar mau mendukung, jangan sampai ada demo dari masyarakat karena melibatkan masyarakat, iklim politiknya akan baik, setiap adanya kegiatan kami mengundang anggota dewan untuk ikut dan banyak sekali anggota dewan yang terlibat dalam bentuk advokasi, di benda baru pernah ada demo Karena Dengan melibatikan Secara politik sangat kental. masyarakat, kita sudah mendapatkan dukungan politis dari masyarakat. Gerakan ini juga mengajak anggota dewan atau masyarakat yang Kalau angka DBD tinggi, maka politik akan dijadikan alat dalam memprovokasi masyarakat bahwa pemerintah tidak bertanggung jawab. Sedangkan jika dilibatkan, merasa tidak ada program yang tidak dipandang baik di akan memberikan dilibatkan dalam didukung oleh masyarakat benda baru dukungan yang baik. gerakan ini Simpulan Semua responden mengatakan bahwa terdapat hubungan antara lingkungan sosial ekonomi dan politik dengan gerakan juantik. 200

216 Apa sikap Bapak terhadap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Sangat menerima Menerima Pasti saya Mendung dan Harus kita terima, ini sebagai pastinya diterima menerima 100% inovasi Simpulan semua responden menerima gerakan jumantik di benda baru Bagaimana sikap masyarakat terhadap Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Masyarakat sangat senag dan merasakan diperhatikan oleh pemerintah Forum Sehat RW di Masyarakat di Masyarakat melaksanakan Masyarakat Benda Baru Benda Baru gerakan ini dan menjadikannya menjalankan gerakan menyetujui untuk menerima sebagian dari pada program ini sebaik mungkin berkontribusi dalam gerakan jumantik kerja masyarakat di RW gerakan ini ini masingt-masing sehingga dapat mencapai tujuan Simpulan Semua responden menyatakan bahwa masyarakat merima gerakan 1 rumah 1 jumantik. Bagaimana bentuk kesadaran dalam menaati jadwal pemantauan jentik di Puskesmas Benda Baru? A B C D E Masyarakat sudah Jadwal yang sudah Dinkes dan Puskesmas Semua pelaksana Semua sudah tau jadwal otomatis melakukan ditetapkan yaitu pada Sabtu pemantauan jentik di pagi diikuti oleh sabtu pagi, setiap koordinator, supervisor dan minggu. Nanti masyarakat di benda baru. telah menetapkan jadwal sudah tahu jadwal ini, masyarakat pun pemantauan jentik pemantauan jentik saya lihat mengikuti berkala. Masyarakat dan yang sudah ditetapkan jadwal-jadwal tersebut. pelaksana mengikuti dinkes dan puskesmas Mereka juga ngerti Simpulan 4 dari 5 responden menyatakan pendapat bahwa 201

217 dilaporankan dan dicek Saya cek sendiri bagaimana jadwal tersebut, tanpa benda baru, kalau inilah cara yang gerakan ulang 2 minggu sekali semuanya melaksanakan harus diinstruksikan masyarakat mengikuti efektif agar di jumantik oleh koordinator dan pemantauan jentik pada terlebih dahulu oleh jadwal tersebut lingkungan rumahnya sangat supervisornya. jadwal yang kitat tetapkan Puskesmas. ga ada lagi yang DBD bagus 202

218 Sosialisasi Kesehatan oleh Puskesmas Benda Baru Bimbingan Teknis oleh Puskesmas Benda Baru Rapat Koordinasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Benda Baru Rapat Monitoring dan Evaluasi Tim Independen Pelatihan Bagi Koordinator dan Supervisor oleh Dinas Kesehatan Tangerang Selatan Suasana Persiapan Pemantauan Jentik Berkala 203

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif Definisi DBD Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akut bersifat endemik yang di sebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti dan Aedes albopictus) dan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Dengue hemorraghic fever (DHF) atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi dan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta

Lebih terperinci

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama hampir dua abad, penyakit Demam Berdarah Dengue dianggap sebagai penyakit penyesuaian diri seseorang terhadap iklim tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

Lebih terperinci

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah? Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah? Upik Kesumawati Hadi *) Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang menempati posisi penting dalam deretan penyakit infeksi yang masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue menjadi masalah kesehatan yang sangat serius di Indonesia. Kejadian demam berdarah tidak kunjung berhenti walaupun telah banyak program dilakukan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Demam Berdarah Dengue 3.1.1. Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus Dengue dan terutama menyerang anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia yang jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan dampak sosial dan ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung

Lebih terperinci

SIARAN RADIO TANGGAL 3 OKTOBER 2011 MATERI PENYAKIT DEMAM BERDARAH NAMA DR. I GUSTI AGUNG AYU MANIK PURNAMAWATI, M.KES

SIARAN RADIO TANGGAL 3 OKTOBER 2011 MATERI PENYAKIT DEMAM BERDARAH NAMA DR. I GUSTI AGUNG AYU MANIK PURNAMAWATI, M.KES SIARAN RADIO TANGGAL 3 OKTOBER 2011 MATERI PENYAKIT DEMAM BERDARAH PERKENALAN NAMA DR. I GUSTI AGUNG AYU MANIK PURNAMAWATI, M.KES NAMA SINGKAT DR MANIK DOKTER UMUM PNS DI PUSKESMAS BANJARANGKAN I ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1.1 Definisi Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 2,5 milyar manusia yang merupakan 2/5 dari penduduk dunia mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya sekitar 50 sampai 100 juta penderita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. DBD yang paling penting adalah dengan mengendalikan nyamuk Aedes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. DBD yang paling penting adalah dengan mengendalikan nyamuk Aedes BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Upaya Pencegahan Upaya untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD yang paling penting adalah dengan mengendalikan nyamuk Aedes aegypti sebagai vector utama. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan penduduk yang terkena DBD telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Insiden DBD terjadi baik di daerah tropik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi virus dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara tropis maupun subtropis. Penyakit ini dapat menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Demam Berdarah Dengue a. Definisi Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue terdiri

Lebih terperinci

Peran Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit dan Penularan Demam Berdarah Dengue

Peran Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit dan Penularan Demam Berdarah Dengue Peran Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit dan Penularan Demam Berdarah Dengue Hendra Kurniawan Abstrak. Indonesia sehat tahun 2010 difokuskan pada preventif yaitu pencegahan penyakit. Demam berdarah dengue

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Denge (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai pembawa virus. Penyakit ini dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue atau yang lebih dikenal dengan singkatan DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan merupakan vector borne disease

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh vektor masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam Berdarah Dengue

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropisdan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui 1 BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) atau lazimnya disebut dengan DBD / DHF merupakan suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus

Lebih terperinci

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae yang mempunyai empat serotipe,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yang jumlah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vektor Aedes aegypti merupakan vektor utama Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia sedangkan Aedes albopictus adalah vektor sekunder. Aedes sp. berwarna hitam dan belang-belang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Chikungunya merupakan suatu penyakit dimana keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut sejarah, diduga penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakit menular yang jumlah kasusnya dilaporkan cenderung meningkat dan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dari genus Flavivirus ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang harus lebih mengutamakan upaya promotif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes aegypti yang mengakibatkan banyaknya jumlah penderita demam berdarah dengue setiap tahunnya.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue atau disingkat DBD merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus DBD di dunia pada tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditransmisikan melalui cucukan nyamuk dari genus Aedes,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE I. Kondisi Umum Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI, Menimbang :a. bahwa Demam Berdarah

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN ANGKA BEBAS JENTIK DEMAM BERDARAH DENGUE

UPAYA PENINGKATAN ANGKA BEBAS JENTIK DEMAM BERDARAH DENGUE UPAYA PENINGKATAN ANGKA BEBAS JENTIK DEMAM BERDARAH DENGUE (ABJ-DBD) MELALUI PENGGERAKAN JURU PEMANTAU JENTIK (JUMANTIK) DI RW I KELURAHAN DANYANG KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2012 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat baik fisik, mental, spiritual maupun sosial yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu kejadian luar biasa

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA 1 BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 157 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dengan metode COMBI di laksanakan untuk pertama kalinya di Kota Pekanbaru dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Chikungunya sampai saat ini masih tetap menjadi salah satu penyakit menular yang berisiko menyebabkan tingginya angka kesakitan serta masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

Lampiran 1 : SURAT PERMINTAAN DARI KEPALA SEKOLAH SDN KALISAT 01

Lampiran 1 : SURAT PERMINTAAN DARI KEPALA SEKOLAH SDN KALISAT 01 Lampiran 1 : SURAT PERMINTAAN DARI KEPALA SEKOLAH SDN KALISAT 01 Lampiran 2 : SURAT TUGAS DARI KETUA LPM UNIVERSITAS JEMBER Lampiran 3 : DAFTAR RIWAYAT HIDUP PELAKSANA 1. Nama : Latifa Aini S., M.Kep.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program kesehatan di Indonesia adalah pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty dan atau Aedes albopictus. Infeksi virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular disebabkab oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs) poin ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung lebih kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Probo Adi Saputro NIM : 20130320119 Alamat : Pangukan Tridadi Sleman RT/RW 003/010 Adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) kini telah menjadi endemik di lebih dari 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk salah satu penyakit yang tersebar di kawasan Asia Tenggara dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya semakin meningkat dan penyebaranya semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama, tetapi kemudian merebak kembali. Chikungunya berasal dari

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 45 tahun terakhir, sejak tahun 1968 sampai saat ini dan telah menyebar di 33 provinsi dan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama jumlah penderita DBD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal dan dapat mengakibatkan kematian pada penderita dalam waktu yang relatif singkat.penyakit

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Chikungunya adalah penyakit yang mirip dengan Demam Berdarah Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat setiap orang sehingga mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Jumlah penderita DBD cenderung meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting. Dengan hidup sehat kita dapat melakukan segala hal, sehat tidak hanya sehat jasmani saja namun juga sehat rohani juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang cenderung semakin luas penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya arus transportasi dan kepadatan penduduk adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena jumlah penderita penyakit DBD cenderung meningkat dari tahun ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropik di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini ditemukan nyaris di

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Lampiran 1 50 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Nama Alamat Umur Status dalam keluarga Pekerjaan Pendidikan terakhir :.. :..

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat sejak diketemukannya kasus tersebut di Surabaya pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat sejak diketemukannya kasus tersebut di Surabaya pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai menimbulkan masalah kesehatan masyarakat sejak diketemukannya kasus tersebut di Surabaya pada tahun 1968. Penyakit

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD UPT KESMAS TAMPAKSIRING 1. Pendahuluan Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah

Lebih terperinci

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin

BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin Datangnya hujan setelah lama kemarau, tentu menjadi anugerah tersendiri bagi berbagai lapisan masyarakat. Udara yang sebelumnya panas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk penyakit utama pada negara tropis dan subtropis. DBD terjadi akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Demam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 2.1 Aedes aegypti Mengetahui sifat dan perilaku dari faktor utama penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), yakni Aedes aegypti,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Diantara kota di

Lebih terperinci