BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENCEMARAN UDARA Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing dalam udara dengan jumlah tertentu serta berada diudara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Bila keadaan tersebut terjadi maka udara dikatakan sudah tercemar (Wardhana.W.A, 2001). Sumber pencemaran udara yang utama berasal dari transportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbonmonoksida (CO) dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon (HC). sumber-sumber polusi lain misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan lain-lain. Polutan yang utama adalah karbonmonoksida yang mencapai hampir setengah dari seluruh polutan udara yang ada (Fardiaz. S, 1999). Udara yang berada dalam atmosfer merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitar. Udara adalah juga atmosfir yang berada disekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan di dunia ini. Dalam udara terdapat oksigen (O 2 ) untuk bernafas, karbon dioksida (CO 2 ) untuk proses fotosintesis oleh klorifil pada daun dan ozon (O 3 ) untuk menahan sinar ultra violet. Susunan (komposisi) udara bersih dan kering, kira-kira tersusun oleh : Nitrogen (N 2 ) = 78,09 % Oksigen (O 2 ) = 21,94 % Argon (Ar) = 0,93% Karbon dioksida = 0,032% dan gas-gas lain dalam udara antara lain gas-gas mulia, nitrogen oksida, hydrogen, methane, belerang dioksida, ammonia, dan lain-lain (Wardhana.W.A, 2001). 6

2 Udara didaerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan teknologi serta lalu lintas yang padat. Udara didaerah kota tersebut relative sudah tidak bersih lagi karena banyaknya kegiatan industri dan teknologi. Udara didaerah industri sudah kotor terkena bermacam-macam pencemar. Dari bermacam-macam komponen pencemar udara, maka yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah komponen-komponen berikut ini: (Wardhana.W.A, 2001). 1. Karbon monoksida (CO) 2. Nitrogen oksida (NOx) 3. Belerang oksida (SOx) 4. Hidro karbon (HC) 5. Partikel (particulate), dan lain-lain Penyebab Pencemaran Udara Diera globalisasi seperti sekarang ini pembangunan berkembang semakin pesat, khususnya dalam bidang industry dan teknologi, serta kemacetan akibat meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar minyak bumi menyebabkan udara yang kita hirup disekitar kita menjadi tercemar oleh gas-gas buang hasil pembakaran. Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam yaitu (Wardhana.W.A, 2001): 1. Karena factor internal (secara alamiah), contoh: a. Debu yang berterbangan akibat tiupan angina b. Abu yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-gas vulkanik c. Proses pembusukan sampah organic 2. Karena factor eksternal (karena ulah manusia), contoh : a. Hasil pembakaran bahan bakar fosil b. Debu / serbuk dari kegiatan industri. c. Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara 7

3 Komponen Pencemar Udara Pengaruh yang sangat berbahaya untuk kesehatan dari pencemaran udara tentu sangat merugikan manusia. Pencemaran udara didaerah perkotaan yang sebagian besar disebabkan oleh emisi gas buang dari kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar minyak bumi. Jelas hal ini sangat mengganggu kesehataan masyarakat perkotaan karena banyaknya kendaraan yang berlalulalang disetiap jalan. Pencemaran udara semakin parah dengan minimnya lahan hijau diperkotaan sebagai tempat pensuplai kebutuhan oksigen. Prosentase pencemar udara disumbang terbesar oleh karbonmonoksida. Sumber pencemaran udara yang berasal dari transportasi adalah komponenkomponen seperti dijelaskan pada table 2.1. Table 2.1 prosentase pencemar udara (Wardhana.W.A, 2001) Komponen pencemar Prosentase CO 70,50% Nox 8,89% SOx 0,88% HC 18,34% Partikel 1,33% Total 100% Berdasarkan pada table diatas penyumbang terbesar pencemaran udara pada kendaraan mobil adalah CO dengan prosentase 70,50% dan yang ke dua adalah HC dengan 18,34%. Berarti komponen terbanyak yang kita hirup jika udara tercemar adalah CO dan HC. Padahal seperti yang kita ketahui kedua komponen ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. a. Karbon Monoksida (CO) 8

4 Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu diatas ( C). Komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat air dan tidak larut didalam air. Karbon monoksida yang terdapat dialam terbentuk dari salah satu proses sebagai berikut : (Fardiaz. S, 1999). 1. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon. 2. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi. 3. Pada suhu tinggi karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan O Sedangkan pengaruh CO terhadap kesehatan manusia gangguan pada tubuh ditunjukan pada table 2.2. yang menyebabkan Tabel 2.2 Pengaruh CO diudara pada kesehatan manusia (Wardhana.W.A, 2001). Kosentrasi CO diudara (ppm) Kosentrasi CO Hb dalam darah (%) Gangguan pada tubuh 3 0,98 Tidak ada 5 1,3 Belum begitu terasa 10 2,1 System syaraf sentral 20 3,7 Panca indra 40 6,9 Fungsi jantung 60 10,1 Sakit kepala 80 13,3 Sulit bernafas ,5 Pingsan kematian b. Hidrokarbon (HC) Hirdokarbon atau sering disingkat dengan HC adalah pencemar udara yang dapat berupa gas, cair, maupun padatan. Hidrokarbon merupakan komponen penyumbang pencemaran udara terbesar ke dua setelah karbonmonoksida. 9

5 Dinamakan hidrokarbon karena penyusun utamanya adalah atom carbon dan atom hidrogen yang dapat terikat (tersusun) secara ikatan lurus (ikatan rantai) atau terikat secara ikatan cincin(ikatan tertutup). Jumlah atom karbon (atom C) dalam senyawa hidrokarbon akan menentukan bentuknya, apakah akan berbentuk gas, cairan atau padatan. Pada suhu kamar umumnya hidrokarbon suku rendah (jumlah atom C sedikit) akan berbentuk gas. Hidrokarbon suku menengah (jumlah atom C sedang) akan berbentuk cairan dan hidrkarbon suku tinggi (jumlah atom C banyak) akan berbentuk padatan (Wardhana.W.A, 2001). Toksisitas dua buah senyawa HC aromatic yaitu Benzena (C 6 H 6 ) dan senyawa Toluena (C 7 H 8 ) terhadap tubuh manusia ditunjukan pada tabel 2.3. Tabel 2.3. Toksisitas Benzena dan Toluena (Ebenezer.dkk, 2006) Jenis Hidrokarbon Konsentrasi Dampak kesehatan (ppm) Benzena (C 6 H 6 ) 100 Iritasi terhadap mukosa Lemas setelah (0,5-1 jam) Pengaruh sangat berbahaya setelah pemaparan 1 jam Kematian (5 10 menit) Toluene (C 7 H 8 ) 200 Pusing, lemas, kunang-kunang setelah 8 jam 600 Kehilangan koordinasi, bolamata terbalik setelah pemaparan 8 jam 2.2 Proses Pembakaran Motor Bensin 4 Langkah Campuran bahan bakar udara didalam silinder motor bensin harus sesuai dengan syarat busi,yaitu jangan terbakar sendiri. Ketika busi mengeluarkan api listrik,yaitu pada saat beberapa derajat engkol sebelum torak mencapai TMA, campuran bahan bakar udara disekitar itulah yang mula-mula terbakar. 10

6 Kemudian nyala api merambat ke segala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi (25-50 m/detik), menyalakan campuran yang dilaluinya sehingga tekanan gas didalam silinder naik,sesuai dengan jumlah bahan bakar yang terbakar (Arismunandar.W, 2005). Sesuai dengan namanya motor bensin 4 langkah melakuan 4 kali proses dalam 1 kali pembakaran. Proses prinsip kerja motor bensin 4 langkah ditunjukkan pada gambar 2.1 dan untuk diagram P V secara jelas pada gambar 2.2. V V Gambar 2.1 Proses kerja mesin 4 langkah Otto (Nurcholis, L. 2011) 11

7 Gambar 2.2 Grafik P V siklus Otto (Nurcholis, L. 2011) Langkah Hisap (0-1) a. Langkah hisap merupkan proses isentropic kompressi yaitu proses tekanan konstan. Selama proses ini berjalan tidak terjadi perubahan tekanan. b. Katup masuk terbuka dan katup buang tertutup. c. Torak bekerja dari TMA (titik mati atas) menuju TMB (titik mati bawah) sehingga volume ruang bakar bertambah. Langkah Kompressi a. Merupakan proses adiabatic dimana tidak ada kalor yang masuk dan kalor yang keluar. b. Torak bekerja dari TMB menuju ke TMA sehingga volume ruang bakar berkurang. c. Katup masuk dan katup buang tertutup. Langkah Ekspansi a. Katup masuk dan katup buang masih tertutup. 12

8 b. Torak bekerja dari TMA menuju ke TMB karena adanya gaya dorong dari hasil pembakaran sehingga disebut juga langkah kerja. c. Gas sisa pembakaran diekspansi sehingga volume ruang bakar bertambah. d. Merupakan proses Adiabatis. Langkah Buang a. Katup masuk tertutup dan katup buang terbuka. b. Torak bekerja dari TMB menuju ke TMA sehingga gas sisa pembakaran akan terdorong keluar melalui katup buang. c. Merupakan proses tekanan konstan. Pembakaran sempurna terjadi karena ada tiga komponen yang bereaksi, yaitu bahan bakar, oksigen dan panas, jika salah satu komponen tersebut tidak ada maka tidak akan terjadi reaksi pembakaran. Reaksi pembakaran sempurna, dimana diamsumsikan semua bensin terbakar dengan sempurna perbandingan udara dengan bahan bakar 14,7 : 1. Persamaan reaksi pembakaran sempurna adalah sebagai berikut: 2 C 8 H O 2 18 H 2 O + 16 CO 2 (2.1) Skema pembakaran ditunjukan pada gambar 2.3 dimana energi + gas buang berasal dari pembakaran yang membutuhkan bahan bakar, oksigen dan panas. Bahan Bakar + Oksigen + Panas Pembakaran Energi + Gas buang Gambar 2.3 Skema Pembakaran Sempurna pada Mesin Bensin (Syaharani, 2006) 13

9 C 8 H 18 atau oktane adalah rumus kimia bahan bakar yang digunakan yaitu premium. Kemudian oksigen (O 2 ) dari udara. Setelah pembakaran berlangsung maka terbentuklah gas yang terbuang keudara yaitu karbondioksida (CO 2 ) dan dan air (H 2 O) (Syahrani, A. 2006). 2.3 Nilai AFR dan Lambda Perbandingan bahan bakar dengan udara sangat mempengaruhi kadar emisi gas buang yang dihasilkan, untuk mengetahui kadar emisi gas buang, alat uji emisi dilengkapi dengan pengukuran nilai (lambda) atau AFR ( air fuel ratio). Yang dapat mengindikasikan campuran tersebut basah atau kering ( Swisscontact, 2003). Lambda adalah suatu perbandingan antara kebutuhan teoritis udara dan kondisi nyata dari suatu campuran bahan bakar dengan udara ( Warju, 2006). Untuk membakar 1 gram bensin dengan sempurna diperlukan 14,7 gram oksigen. Dengan kata lain, perbandingan campuran ideal = 14,7 : 1. Jumlah perbandingan tersebut sama dengan teori Stoichiometri. Perbandingan campuran sering disebut dengan istilah AFR atau perbandingan udara dan bahan bakar. Untuk membandingkan teori dengan kondisi nyata, dirumuskan suatu perhitungan yang disebut dengan istilah lambda ( ), secara sederhana dapat dirumuskan pada persamaan 2.2. = (2.2) Jika jumlah udara sesungguhnya adalah 14,7 maka: = 14,7 / 14,7:1 = 14,7 / 14,7 = 1 Artinya : = 1 ( mengindikasikan campuran ideal) 14

10 > 1 ( mengindikasikan campuran kurus atau kering, dimana udara pembakaran berlebih) < 1 ( mengindikasikan campuran kaya atau basah, dimana bahan bakar berlebih). Persamaan AFR dan lambda ) ditunjukan pada table 2.3. Tabel 2.4 Persamaan AFR dan Lambda ) (Syahrani, A. 2006) AFR Lambda AFR Lambda 5 0, , ,408 15,5 1, , , ,544 16,5 1, , , ,680 17,5 1, , , ,816 18,5 1, , , ,952 19,5 1,327 14,7 1, ,361 Gambar 2.4 memperlihatkan daerah operasi katalitik reduksi dan katalitik oksidasi. Daerah yang gelap merupakan daerah operasi sekitar = 1 ± 1%. Gambar 2.4 Daerah operasi three way Catalytic Converter 15

11 Gambar 2.4 diatas menunjukan adanya reduksi katalis dan oxidase katalis. Sistem pengendalian yang menjaga komposisi campuran udara - bahan bakar yang masuk ke ruang bakar tetap pada daerah lambda yang diinginkan ( = 1 ± 1%). Sebagai pendeteksi gas buang digunakan sensor lamnda. Sensor ini akan mendeteksi apakah campuran lebih kaya atau lebih miskin dari = 1 (Ellyanie.2011). 2.4 Sumber Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Polutan yang keluar dari hasil pembakaran pada motor pembakaran dalam disebut emisi gas buang. Pembakaran yang mendekati sempurna lebih sedikit mengandung gas CO 2 dan H 2 O. Ada empat sumber polusi yang berasal dari kendaraan bermotor yaitu (Warju, 2009). a. Pipa gas buang knalpot adalah sumber yang paling utama sekitar (65-85%) dan mengeluarkan Hidrokarbon (HC) yang terbakar maupun tidak terbakar, bermacam-macam nitrogen oksida (NOx), Karbonmonoksida (CO) dan campuran alcohol, aldehida, keton, penol, asam, ester, ether, epoksida, peroksida dan oksigen lainya. b. Bak oli adalah sumber kedua sekitar 20% dan mengeluarkan hidrokarbon yang terbakar maupun yang tidak yang dikerenakan blowby. c. Tangki bahan bakar adalah factor yang disebabkan oleh cuaca panas dengan kerugian penguapan hidrokarbon mentah (5%). d. Karburator adalah factor lainya terutama saat kendaraan pada posisi stop and go (kondisi macet) dengan cuaca panas, dengan kerugian penguapan dan bahan bakar mentah (5-10%) Besarnya gas buang bermotor tanpa kontrol emisi ditunjukan pada table 2.5. Saluran gas buang merupakan sumber CO, HC dan NOx terbesar, kemudian disusul oleh ruang engkol. Tabel 2.5 Kontribusi gas buang bermotor tanpa control emisi (Arismunandar, W. 2005) 16

12 Sumber polutan CO (%) NOx (%) HC (%) Ruang engkol System bahan bakar Gas buang Pada motor bensin konvensional dengan perbandingan bahan bakar udara yang kaya, kadar NOx dalam gas buang turun akan tetapi kadar CO dan HC naik. Jika digunakan perandingan bahan bakar udara yang miskin, Kadar CO dan HC turun, tetapi kadar NOx naik. Sedangkan jika digunakan perbandingan yang sangat miskin, kadar CO dan NOx turun, tetapi kadar HC bertambah besar. Hal tersebut terjadi karena kesulitan penyalaan, kecepatan pembakaran yang rendah srta pemmbakaran yang tidak stabil (Arismunandar,W. 2005). Standar emisi gas buang kendaraan bermotor yang telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan keputusan mentri lingkungan hidup tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor, nampak pada table 2.6. Table 2.6 KepMen LH No. 05 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang 17

13 Adapun kandungan gas buang yang dapat mengangu kesehatan adalah: 1. Karbonmonoksida (CO) Karbonmonoksida yang bersumber dari saluran gas buang merupakan komponen polutan terbesar. Perbandingan bahan bakar dan udara menentukan banyaknya CO yang dihasilkan dari gas buang kendaraan kendaraan bermotor. Untuk mengurangi kadar CO maka perbandingan udara dan bahan bakar harus sebasar 14,7 : 1. Besarnya perbandingan ini pada waktu motor berjalan jarang dipertahankan, karena kualitas campuran selalu berubah-ubah dengan frekuansi putar dan pembebanan motor. Pada table dibawah ni akan dijelaskan bahwa presentase karbonmonoksida pada motor diesel bila dibandingkan dengan motor otto praktis diabaikan. Hal ini disebabkan karena motor diesel selalu bekerja dengan udara lebih yang dapat mengakibatkan pembakaran sempurna dari bahan bakarnya (Arends,B. 1980). Berdasarkan tabel 2.7 bahwa kadar CO pada motor bensin lebih tinggi dari pada motor diesel pada setiap kecepatan putaran mesin. Hal ini disebabkan karena perbandingan campuran kurang ideal. Disebabkan pula oleh frekuensi putaran rendah, derajat isian tidak sempurna dan tekanan kompresi yang rendah sehingga mengakibatkan pembakaran tidak sempurna. 18

14 Table 2.7 Prosentase perbandingan CO motor Otto dan motor Diesel (Sampe bane.m, 2011) Pengujian tersebut dilakukan dengan pada suhu, volume pembakaran yang sama. Perbedaan nilai CO tersebut disebabkan oleh pemakaian udara lebih selama pembakaran. Jika semakin miskin campuran maka akan meningkatnya presentase zat asam. Apabila karbon didalam bahan bakar terbakar habis dengan sempurna, maka terjadi reaksi seperti pada persamaan 2.3 (Warju, 2009). C + O 2 CO 2 (2.3) Namun jika unsur oksigen (udara) tidak cukup, maka terjadi proses pembakaran yang tidak sempurna yang menghasilkan CO seperti pada reaksi 2.4. C + ½ O 2 CO (2.4) Jumlah gas CO yang dikeluarkan oleh mesin kendaraan dipengaruhi oleh perbandingan antara udara dan bahan bakar yang dihisap oleh mesin kedalam ruang bakar. Pada saat campuran kaya (kekurangan udara) emisi gas buang CO cenderung naik. Penyebabnya dikarenakan atom karbonmonoksida (CO) yang berasal dari bahan bakar kekurangan oksigen (O 2 ) yang berasal dari udara luar untuk berikatan melalui reaksi kimia didalam ruang bakar dan berubah menjadi karbondioksida (CO 2 ). Sedangkan pada kondisi campuran miskin (kelebihan udara) konsentrasi CO berbanding lurus dengan campuran bahan bakar dan udara yang dihisap sehingga konsentrasi CO akan turun, karena oksigen yang bersal dari 19

15 udara cukup untuk memenuhi reaksi dengan karbon membentuk CO 2 tetapi mesin akan cepat panas karena kekurangan bahan bakar (Warju, 2009). 2. Hidrokarbon (HC) Hidrokarbon terbentuk karena bahan bakar yang belum terbakar tetapi sudah keluar bersama-sama gas buang ke atmosfir, karena bahan bakar yang dipakai pada motor bensin tersebut dari hidrokarbon. Selain itu disebabkan oleh pemakaran yang kurang sempurna, karena kekurangan oksigen ( campuran kaya atau basah) sehingga ada sebagian bahan bakar yang belum terbakar dan keluar dalam bentuk didrokarbon atau juga terjadi karena penguapan dari tangki bahan bakar dan bak oli. Campuran kurus menyebabkan konsentrasi HC menjadi naik, hal ini disebabkan kurangnya pasokan bahan bakar sehingga menyebabkan rambatan bunga api menjadi lambat dan bahan bakar akan segera keluar sebelum terbakar dengan sempurna dan juga pada kondisi campuran kaya. Selain itu emisi gas buang hidrokarbon timbul disebabkan oleh: 1. Dinding ruang bakar yang bertemperatur rendah sehingga mengakibatkan HC disekitar dinding tidak terbakar dan keluar bersama gas buang. 2. Pembakaran yang tidak merata (ever misfire). Adanya overlap intake valve (kedua katup bersama-sama membuka) sehingga HC berfungsi sebagai gas pembilas/pembersih (Swisscontact, 2003). Terdapat zat hidrokarbon dalam gas buang yang belum terbakar. Banyaknya tergantung dari keadaan waktu berjalan seperti yang ditunjukan pada table 2.8. Situasi saat motor direm akan mencapai presentase tinggi sekali, penyebabnya adalah kehampaan dikatup gas lebih tinggi dari berputar stasioner. 20

16 Tabel 2.8 HC dalam situasi pembakaran (Arends, B. 1980) Situasi pembakaran Prosentase HC yang belum terbakar Stasioner 17 % Akselerasi 7 % Kecepatan normal 13 % Mengerem mendadak 63 % 2.5 Teknologi Pengontrol Emisi Emsi gas buang dapat dikontrol dan dilakukan untuk mereduksi gas buang berbahaya pada kendaraan bermotor. Teknologi pengontrol emisi sudah banyak dikembangkan dinegara - negara maju. Metode yang digunakan ada beberapa macam, antara lain dengan jalan pemilihan bahan bakar dan perawatan mesin. Ada beberapa teknologi pengontrol emisi gas buang kendaraan guna mengurangi emisi gas buang antara lain (Irawan.B, Subri.M. 2005): 1. Modifikasi mesin 2. Modifikasi pada saluran gas buang 3. Modifikasi penggunaan bahan bakar atau system bahan bakarnya. Tugas akhir ini menggunakan metode yang kedua yaitu modifikasi pada saluran gas buang kendaraan bermotor yaitu dengan menggunakan Cataltic Converter dengan katalis jenis metallic honeycomb yang terbuat dari bahan Cu dan Cu*Cr. 2.6 Gambaran Umum Catalytic Converter Katalis Katalis terdapat pada bagian dalam casing dari Cataytic Converter. Katalis merupakan suatu zat yang mempengaruhi kecepatan reaksi tetapi tidak dikonsumsi dalam reaksi dan tidak mempengaruhi kesetimbangan kimia pada 21

17 akhir reaksi. Akhir-akhir ini katalis juga digunakan untuk menangani masalah polusi udara termasuk untuk mengurangi emisi gas hidrokarbon pada kendaraan bermotor bensin (Irawan.B. Subri.M, 2005). Katalis adalah bahan yang mempercepat terjadinya reaksi kimia yang tidak mempengaruhi keadaan akhir keseteimbangan reaksi dan komposisi kimia katali tersebut tidak berubah. Bisa juga dikatakan katalis adalah suatu zat yang meningkatkan lajureaksi kimia tanpa ikut terpakai. Fungi utama dari katalis adalah untukt menangani masalah emisi gas buang. Dalam Catalytic Converter, katalis yang digunakan berupa Tembaga (Cu) dan Tembaga lapis Crome (Cu*Cr) Catalytic Converter Catalytic converter merupakan alat yang digunakan sebagai kontrol emisi gas buang yang diletakkan setelah exhaust manifold pada system pembuangan kendaraaan bermotor (William L. Husselbee, 1985). Catalytic Converter merupakan alat yang berfungsi untuk mengubah polutan yang membahayakan pada gas buang menjadi gas yang tidak membahayakan. Alat ini dipasang pada sistem pembuangan, sehingga semua gas buang yang berbahaya dapat berkurang setelah mengalir melaluinya. Gas buang yang keluar dari Catalytic Converter kandungan HC, CO, dan NO x nya lebih rendah dibandingkan yang masuk. Bahan aktif yang digunakan untuk oksidasi CO dan HC atau pengurangan NO (biasanya berupa logam mulia) harus dirancang agar emisi yang didistribusikan dapat melalui luas area permukaan katalis, sehingga karakteristik transfer massa antara fasa gas dan permukaan katalis aktif yang cukup untuk menghindari hampir 100% terkonversi menjadi gas buang yang tidak membahayakan dengan aktivitas katalitik yang tinggi. Catalytic Converter ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu casing dan katalis. Katalis merupakan logam yang aktif yang akan menyebabkan terjadinya reaksi kimia jika suhu kerjanya sudah mencukupi. Bahan yang sering dipakai sebagai inti logam aktif adalah platina (Pt), rhodium (Rh), palladium (Pd), dan keramik monolith. Logam Pt dan Pd sangat efektif untuk mereduksi CO dan HC, 22

18 Sedangkan logam Rh mampu menjinakan NO. Paduan Rhodium (Rh) dan platina (Pt) akan membentuk Catalytic Converter yang disebut Three Way Catalyts (TWC) yang sangat efektif mereduksi sekaligus mengoksidasi CO, NO x maupun HC (Ellyanie, 2011). Dari beberapa penelitian terdapat beberapa logam yang diketahui efektik sebagai katalis oksidasi dan reduksi dari yang besar sampai yang kecil adalah Pt, Pd, Ru, Mn, Cu, Ni, Fe, Cr, Zn dan oksidasi dari logam-logam tersebut (Dowden, 1970). 2.7 Prinsip Kerja Catalytic Converter a. Tahap awal dari proses yang dilakukan pada Catalytic Converter adalah reduction katalis. Katalis yang digunakan pada tahap ini menggunakan platinum dan rhodium untuk membantu mengurangi emisi NO x. Ketika molekul NO atau NO 2 bersinggungan denagn katalis, sirip katalis mengeluarkan atom nitrogen dari molekul dan menahannya. Sementara oksigen yang ada diubah kebentuk O 2. Atom nitrogen yang diterperangkap dalam catalyst tersebut bereaksi dengan atom nitrogen lainnya sehingga terbentuk format N 2. Rumus kimianya dapat dilihat pada persamaan 2.5 (Ellyanie, 2011). 2NO N 2 + O 2 atau 2NO 2 N 2 + 2O 2 (2.5) b. Tahap kedua dari proses didalam Catalytic Converter adalah oxidization catalyst. Ruang bakar yang masih dingin menyebabkan hidrokarbon meningkat. Proses ini mengurangi hidrokarbon yang tidak terbakar di ruang bakar dan CO dengan membakarnya (oxidizing) melalui katalis platinum dan palladium. Katalis ini membantu reaksi CO dan HC dengan oksigen yang ada didalam gas buang. Reaksinya dapat dilihat pada persamaan CO + O 2 2 CO 2 (2.6) c. Tahap ketiga adalah pengendalian system yang memonitor arus gas buang. 23

19 System akan memonitoring informasi yang diperoleh sebagi kendali system injeksi bahan bakar. Ada sensor oksigen yang diletakkan sebelum Catalytic Converter dan cenderung lebih dekat kemesin dari pada converter itu sendiri. Sensor ini memberi informasi ke Electronic Control System (ESC). ESC akan memproses informasi tersebut kemudian hasil outputnya adalah pengurangan atau penambahan jumlah oksigen sesuai rasio udara-bahan bakar. Skema pengendalian membuat ESC memastikan kondisi mesin mendekati rasio stoikometri dan memastikan ketersediaan oksigen dalam saluran buang untuk proses oxidization HC dan CO yang belum terbakar (Ellyanie, 2011). Tahap ke 3 tidak berlaku pada penelitian tugas akhir ini. Hal ini disebabkan egine pengujian masih menggunakan system pembakaran konvensional (karburator) sehingga tidak dilengkapi Electronic Control System (ECS) Tipe Catalytic Converter Catalytic Converter mempunyai berbagai macam bentuk, namun secara garis besar dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu Catalytic Converter Oksidasi, Two-way Catalytic Converter, Three-way Catalytic Converter Catalytic Converter Oksidasi Katalis oksidasi berfungsi untuk mengubah CO dan HC menjadi CO 2 dan air dalam gas buang. Katalis jenis ini beroperasi pada kendaraan udara berlebih. Udara berlebih yang digunakan untuk proses oksidasi dapat melalui pengaturan campuran miskin ( > 1) (Irawan.B, 2012). Catalytic Converter oksidasi ditunjukan pada gambar

20 Gambar 2.5 Catalytic Converter Oksidasi (Irawan.B, 2012) Two- way Catalytic Converter Sistem Two-way Catalitic Converter ini terdiri dari dua sistem katalis dimana gas buang akan melalui katalik reduksi dan kemudian katalik oksidasi. Sistem pertama merupakan katalik reduksi yang akan berperan dalam menurunkan emisi NO X. Sedangkan sistem kedua merupakan sistem oksidasi yang berperan menurunkan emisi HC dan CO. Two-way Catalitic Converter biasanya dipasang pada mesin dengan campuran kaya (basa) (Irawan.B, 2012). Adapun Two - way Catalytic Converter ditunjukan pada gambar 2.6. Gambar 2.6 Two way Catalytic Converter (Irawan.B, 2012) Three way Catalytic Conventer 25

21 Gambar 2.7 Three Way Catalytic Converter (Irawan.B, 2012) Three Way Catalytic Converter digunakan untuk mereduksi gas-gas polutan seperti CO, HC, dan NO x yang keluar dari sistem gas buang dengan cara mengubah melalui reaksi kimia sehingga menjadi CO 2, uap air (H 2 O) dan Nitrogen (N). Sistem ini tergolong canggih karena sudah menggunakan control lambda sensor yang dapat mengatur nilai sehingga dapat berfungsi secara optimal (Irawan.B, 2012). Three Way Catalytic Converter ditunjukan pada gambar Mekanisme Reaksi Catalytic Converter Reaksi antara karbonmonoksida dengan katalis oksida dan reduksi pada logam transisi dapat berlangsung dengan menggunakan oksigen sebagai oksidator. Reaksi tersebut dapat berlangsung pada permukaan katalis oksida logam tersebut. Reaksi pada permukaan katalis dapat diuraikan menurut: Mekanisme Mars-Van Krevelen Adsorpsi merupakan proses berlangsungnya reaksi oksidasi karbonmonoksida pada katalis, diikuti terjadinya reaksi CO dengan atom O 2 dari katalis kemudian desorpsi CO 2 sebagai hasil reaksi. Reaksi ini terjadi pada permukaan bagian dalam (Aryanto A, Razif, M. 2000) Mekanisme Langmuir- Hinshelwood 26

22 Gas karbonmonoksida (CO) yang berasal dari ruang bakar dapat mengalami kondensasi diatas permukaan katalis dan atom oksigen berada disampingnya, selanjutnya keduanya berinteraksi. Reaksi terjadi antara molekul oksigen dengan molekul karbonmonoksida yang keduanya teradsorpsi dipermukaan katalis (Aryanto A,Razif,M. 2000). Secara jelas mekanismenya dapat ditunjukan pada gambar 2.8. Gambar 2.8 mekanisme reaksi oksidasi CO menurut Langmuir Hinshelwood Mekanisme Eley Rideal Oksigen akan teradorpsi pada permukaan katalis, sedangkan karbonmonoksida dapat mengalami ikatan dengan oksigen selama proses tumbukan. Hasil dari reaksi tersebut akan membentuk CO 2. Mekanisme ini ditunjukan pada gambar 2.9. Gambar 2.9 Skema mekanisme reaksi oksidasi CO menurut Eley- Rideal (Aryanto A, Razif,M.2000) 27

23 2.10. Substract Substart merupakan bahan dasar dari kontruksi Catalytic Converter yang nantinya dilapisi dengan washcoat. Ada 3 jenis substarct yaitu : a. Cramic Pellet (Bola-bola keramik) b. Ceramic Honeycomb (monolith) atau sarang lebah keramik. c. Metallic Honeycomb (monolith) atau saang lebah logam. ketiga bentuk Catalytic Converter tersebut ditunjukan pada gambar 2.10 dan potongan metallic honeycomb ditunjukan pada gambar a. Ceramic Pellet b. Ceramic honeycomb c. Metallic honeycomb Gambar 2.10 Konstruksi Catalytic Convereter (Irawan, B. 2012) 28

24 Gambar Potongan metallic honeycomb (Irawan,B. 2012) Bahan Katalis a. Tembaga (Cu) Tembaga (Cu) adalah salah satu dari sederetan logam yang mempunyai termal ataupun electric conductivity terbaik. Logam ini merupakan salah satu unsur logam transisi yang berwarna coklat kemerahan.tembaga (Cu) adalah termasuk logam mulia dengan logam yang cukup lama dikenal manusia dan mempunyai sifat tahan karat non asam, mampu mengalirkan panas serta listrik dengan baik (Suharto, 1995). Karena Tembaga (Cu) mempunyai sifat mampu alir panas dan listrik yang baik, maka banyak dipakai sebagai kondensor dan alat-alat pemanas. Tembaga mempunyai titik lebur pada C, titik didih C, kapasitas panas 0,385 j/g K serta mempunyai kemampuan St 37 (Sunardi, 2006). b. Chrome (Cr) Chrome atau kromium (Cr) merupakan logam berat dengan berat atom 51,996 g/mol. Berwarna abu-abu, tahan terhadap oksidasi meskipun pada suhu tinggi, mengkilat, keras, memiliki titik cair C dan titik didih C, bersifat paramagnetik ( sedikit tertarik oleh magnet), membentuk senyawa-senyawa berwarna, memiliki beberapa bilangan oksidasi, yaitu +2, +3, +6 dan stabil pada bilangan oksidasi +3. Bilangan oksidasi +4 dan +5 jarang ditemukan pada logam ini. Senyawa kromium pada bilangan oksidasi +6 merupakan oksidan yang kuat. Kromium bisa membentuk berbagai macam ion kompleks yang berfungsi sebagai katalisator (Widowati,W. 2008). 29

25 2.12 Pelapisan Tembaga (Cu) dengan Chrome (Cr) Lapis listrik (electroplating) adalah suatu proses pengendapan zat (ion ion logam) pada elektroda (katoda) dengan cara elektrolisa. Terjadinya suatu endapan pada proses ini adalah karena adanya ion-ion bermuatan listrik berpindah dari suatu elektroda melalui elektrolit/ hasil dari elektrolisa tersebut akan mengendapka pada elektroda lain (negative/katoda). Proses electroplating mengubah sifat fisik, mekanik, dan sifat teknologi suatu material. Salah satu contoh perubahan fisik ketika material dengan nikel adalah bertambahnya daya tahan material tersebut terhadap korosi, serta bertambahnya kapasitas konduktifitasnya. Adapun dalam sifat mekanik, terjadinya perubahan kekuatan tarik maupun tekan dari suatu material sesudah mengalami pelapisan dibanding sebelumnya. Selama proses pengendapan/deposit berlangsung terjadi reaksi kimia pada elektroda dan elektrolit baik reduksi menuju arah tertentu secara tatap, oleh karena itu dibutuhkan arus listrik searah dan tegangan secara constant (Hadromi, 2000). Prinsip teori dari lapis listrik adalah berpedoman atau berdasarkan pada hokum faraday yang mengatakan bahwa jumlah unsur-unsur yang terbentuk dan terbebas pada elektroda selama elektrolisa sebanding dengan jumlah arus listrik yang mengalir dalam larutan elektrolit. Jumlah zat-zat (unsur-unsur) yang dihasilkan oleh arus listrik besarnya sama selama elektrolisa adalah sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut. pernyataan tersebut diatas dapat ditulis dengan rumus/ ketentuan sebagai berikut (Hadromi, 2000). (2.7) Dimana : B = Berat zat yang terbentuk (gram) I = Jumlah arus yang mengalir (Ampere) 30

26 t = Waktu (detik) e = Berat ekivalen zat yang dibebaskan ( berat atoh suatu unsur dibagi umur tersebut) F = Jumlah arus yang diperlukan untuk membebaskan sejumlah gram ekivalen suatu zat Adapun prinsip dasar electroplating adalah sebagai berikut: 1. Anoda adalah terminal positif, dihubungkan dengan kutub positif dari sumber arus listrik. Anoda dalam larutan elektrolit ada yang larut da nada yang tidak. Anoda yang tidak larut berfungsi sebagai penghantar arus listrik, sedangkan anoda yang larut berfungsi selain sebagai penghantar arus listrik juga sebagai bahan baku pelapis. 2. Katoda dapat diartikan sebagai benda kerja yang akan dilapisi, dihubungkan dengan kutub negative dari sumber arus listrik. 3. Elektrolit berupa larutan yang molekulnya dapat larut dalam air dan terurai menjadi partikel - partikel yang bermuatan positif atau negative. Adapun skema proses electroplating ditunjukan pada gambar Gambar 2.12 Proses electroplating tembaga dengan Crome (retrieved, 14 agustus 2009) 31

27 2.13 Nozel dan Difuzer Nozel merupakan alat yang berfungsi untuk merubah tekanan menjadi kecepatan aliran suatu fluida. Nosel mempunyai bentuk penyempitan luas penampang sehingga tekanan akan mengecil dan kecepatan aliran meningkat (White Frank,M.1997). Bentuk kerucut dan mempunyai dua buah diameter yang besarnya berbeda. Diameter awal D 1 lebih besar dari D 2 sehingga aliran fluida yang melewatinya akan saling berhimpitan yang menyebabkan kecepatan alirannya bertambah sehingga gradient menguntungkan. Untuk lebih jelasnya nozel ditunjukan pada gambar Gambar 2.13 Aliran Udara pada Nozel dan Difuser (White Frank,M.1997). Gambar 2.13 terjadi aliran balik pada difuzer. Aliran balik tersebut diharapkan mampu membuat emisi gas buang menjadi lebih turbulen pada Catalytic Converter sehingga proses reaksi kimia lebih maksimal. Difuzer merupakan kebalikan dari nozel. Difuzer memiliki bentuk diameter awal D 1 lebih kecil dari pada D 2 sehingga terjadi penurunan kecepatan dan penambahan tekanan. Tekanan dan luas membesar kecepatan menurun gradient merugikan (White Frank,M.1997) Orifice Plate Flowmeter Pengertian Orifice 32

28 Pengukuran aliran adalah untuk mengukur kapasitas aliran massa, laju aliran, volume aliran. Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada ketelitian, kemampuan pengukuran, harga, kemudahan pembacaan, kesederhanaan dan keawetan alat ukur tersebut. Dalam pengukuran fluida termasuk penentuan tekanan, kecepatan, debit, gradient keceatan, turbulensi dan viskositas. Oriffice adalah salah satu alat ukur aliran fluida yang menghasilkan perbedaan tekanan udara untuk menentukan laju aliran massa aliran. Concentric Orifice merupakan jenis orifice yang paling banyak digunakan. Profil lubang orifice ini mempunyai takik (bevel) dengan kemiringan 45 0 pada tepi bagian downstream dapat dilihat pada gambar Hal ini akan mengurangi jarak tempuh dari aliran tersebut mengalami perbedaan tekanan melintang. Setelah aliran melewati orifice akan terjadi peneurunan tekanan dan keudian mencoba kembali ke tekanan semula tetapi terjadi sedikit tekanan yang hilang permanen (permanent pressure loss) sehingga perbedaan tekanan upstream dan downstream tidak terlalu besar. Pebandingan diameter orifice dan diameter dalam pipa delambangkan dengan. Orifice jenis ini memiliki ketentuan untuk nilai = d/ D yaitu antara karena akurasinya akan berkurang untuk nilai diluar batas tersebut (Retrieved 8 April, 2013). 33

29 Gambar 2.14 Concentric Oriffice Gambar 2.15 Profil lubang plat tipis/ plat orifice (Victor L Streeter,E, B, W. 1995) Gambar 2.15 menunjukan bahwa piranti dasar dari orifice yang pemakaiannya disarankan oleh organisasi internasional untuk standarisasi (ISO). 34

30 Prinsip dan Persamaan Dasar Pada dasarnya orifice berupa plat tipis dengan lubang dibagian tertentu (umumnya ditengah). Fluida yang mengalir melalui pipa ketika sampai pada orifice akan dipaksa untuk melewati lubang pada orifice. Hal itu menyebabkan terjadinya perubahan kecepatan dan tekanan. Titik dimana terjadi kecepatan maksimum dan tekanan minimum disebut vena contracta. Setelah melewati vena contracta kecepatan dan tekanan akan mengalami perubahan lagi. Dengan mengetahui perbedaan tekanan pada pipa normal dan tekanan pada vena contracta, laju aliran volume dan laju aliran massa dapat diperoleh dengan persamaan Bernoulli dan persamaam kontinuitas. Perubahan kecepatan dan tekanan melalui meteran pengahalang dapat dilihat pada gambar Gambar 2.16 Perubahan kecepatan dan tekanan melalui meteran penghalang Bernoulli (White,Frank,M. 2001) Beda tekanan pada manometer pipa (P 1 - P 2 ) (P 1 - P 2 ) = hg. g. (2.8) Dimana : P 1 = tekanan 1 pipa manometer (kg/m.s 2 ) P 2 = tekanan 2 pipa manometer (kg/m.s 2 ) hg = massa jenis air raksa (kg/m 3 ) 35

31 g = grafitasi bumi ( m/s 2 ) = perbedaan tinggi air raksa ( m ) Persamaan Bernoulli: gz 1 = gz 2 (2.9) P 1 - P 2 = * + (2.10) Subtitusi persamaan: P 1 - P 2 = * + Sehingga V 2 teoritis: V 2 = (2.11) Dimana : V 2 = kecepatan aliran (m/s) = perbandingan diameter orifice dan diameter dalam pipa = perbedaan tekanan 1 dan 2 ( kg/m.s 2 ) = massa jenis ( kg/m 3 ) Persamaan Kontinuitas: 0 = +. 0 = { } + { } 36

32 ( ) = ( ) = ( ) (2.12) Dimana: = = (2.13) = ( ) Re = = (2.14) Dimana : = massa jenis udara ( kg/m 3 ) = kecepatan aliran udara (m/s) = diameter dalam pipa (m) = laju aliran massa udara ( kg/m.s) Persamaan diatas kurang akurat karena diabaikan beberapa factor seperti gaya gesek, oleh karena itu untuk mengurangi ketidak sesuainan tersebut ditamah satu koefisien baru yaitu : Cd (discharge coefficient), dan D 2 / D 1 = sehingga (A 2 /A 1 ) 2 = (D 2 / D 1 ) 4 = Untuk nilai Cd ASME merekomendasikan persamaan yang dikembangkan oleh ISO adalah sebagai berikut: 4 Berbagai tipe taping pada Orifice Flow Meter dapat dilihat pada gambar (2.15) 37

33 Gambar 2.17 Berbagai tipe taping pada Orifice Flowmeter (White,Frank.M.2001) Nilai F 1 dan F 2 berdasarkan posisi tap seperti pada gambar 2.14 adalah: Corner taps : F 1 = 0 F 2 = 0 D: ½ D taps : F 1 = 0,4333 F 2 = 0,47 Flange taps : F 1 = 1/D (in) F 2 = 1/D (in) (2.16) Sehingga teoritis adalah : teoritis = V 2 A 2 = [ ( ) ] = = (2.17) Dimana = laju aliran massa (kg/s) 38

34 39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Pencemaran Udara Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada suhu udara, tekanan udara dan kondisi lingkungan sekitarnya. Udara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Pencemaran Udara Udara dalam keadaan normal yang belum tercemar memiliki susunan atau komposisi tertentu, diantaranya adalah nitrogen (78.09%), oksigen (.94%), argon (0.93%),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Polusi udara Polusi udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Udara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Apabila meninjau mesin apa saja, pada umumnya adalah suatu pesawat yang dapat mengubah bentuk energi tertentu menjadi kerja mekanik. Misalnya mesin listrik,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI. Pencemaran Udara Salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan di bumi yaitu udara dimana terkandung sejumlah oksigen yang dan merupakan kebutuhan baik manusia maupun makhluk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Katalis Katalis (catalyst) adalah bahan yang mempercepat terjadinya reaksi kimia yang tidak mempengaruhi keadaan akhir kesetimbangan reaksi dan komposisi kimia katalis tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, jumlah penduduk dunia semakin meningkat. Beragam aktifitas manusia seperti kegiatan industri, transportasi, rumah tangga dan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus, terutama pada kota-kota besar. Pencemaran udara berasal dari berbagai sumber, antara lain asap

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN THREE WAY CATALYTIC CONVERTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA KENDARAAN TOYOTA KIJANG INNOVA

PENGARUH PENGGUNAAN THREE WAY CATALYTIC CONVERTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA KENDARAAN TOYOTA KIJANG INNOVA PENGARUH PENGGUNAAN THREE WAY CATALYTIC CONVERTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA KENDARAAN TOYOTA KIJANG INNOVA M-11 Ellyanie Jurusan Teknik Mesin-Fakultas Teknik UNSRI Koresponensi Pembicara. Email: elly_unsri@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kontribusi emisi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya berkisar antara 10-15%. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari saluran pembuangan kendaraan bermotor, sehingga industri industri

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari saluran pembuangan kendaraan bermotor, sehingga industri industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan alat transportasi yang paling banyak digunakan pada saat ini, seiring dengan kemajuan industri otomotif dunia berpacu untuk menginovasi

Lebih terperinci

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 130 ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT Muhammad Arsyad Habe, A.M. Anzarih, Yosrihard B 1) Abstrak: Tujuan penelitian ini ialah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpacu untuk menginovasi produk produk kendaraan yang mereka

BAB I PENDAHULUAN. berpacu untuk menginovasi produk produk kendaraan yang mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan alat transportasi yang paling banyak digunakan pada saat ini, seiring dengan kemajuan industri otomotif dunia berpacu untuk menginovasi

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL Sadar Wahjudi 1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bensin Motor bensin adalah suatu motor yang mengunakan bahan bakar bensin. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas yang kemudian

Lebih terperinci

Ma ruf Ridwan K

Ma ruf Ridwan K 1 Pengaruh penambahan kadar air dalam bahan bakar solar dan tekanan pengabutan terhadap emisi kepekatan asap hitam motor diesel donfenk Oleh : Ma ruf Ridwan K 2502009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami

Lebih terperinci

Journal of Electrical Electronic Control and Automotive Engineering (JEECAE)

Journal of Electrical Electronic Control and Automotive Engineering (JEECAE) Journal of Electrical Electronic Control and Automotive Engineering (JEECAE) Pengaruh Penggunaan Panas Gas Hasil Pembakaran Terhadap Penguraian Gas CO (Karbon Monoksida) Menjadi C (Karbon) dan O 2 (Oksigen)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Dalam pembuatan dan penelitian Catalytic Converter terdapat beberapa tahapan yang dilakukan, diagram alur kerangka penelitian ditunjukan pada gambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung

Lebih terperinci

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN Wachid Yahya, S.Pd, M.Pd Mesin Otomotif, Politeknik Indonusa Surakarta email : yahya.polinus@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR Komponen sistem pengapian dan fungsinya

BAB II TEORI DASAR Komponen sistem pengapian dan fungsinya BAB II TEORI DASAR 2.1 Teori Dasar Pengapian Sistem pengapian pada kendaraan Honda Supra X 125 (NF-125 SD) menggunakan sistem pengapian CDI (Capasitor Discharge Ignition) yang merupakan penyempurnaan dari

Lebih terperinci

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel A. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah 1. Prinsip Kerja Motor 2 Langkah dan 4 Langkah a. Prinsip Kerja Motor

Lebih terperinci

PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT.

PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT. 1 PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT. Pencemaran Udara 2 3 Regulasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara 4 Pencemaran Udara Masuknya atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Motor Bakar. Motor bakar torak merupakan internal combustion engine, yaitu mesin yang fluida kerjanya dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar di ruang mesin tersebut. Fluida

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dari waktu ke waktu mengalami kemajuan yang sangat pesat terutama dalam bidang transportasi khususnya kendaraan bermotor. Dalam bidang

Lebih terperinci

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah PENGERTIAN SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala bunga api pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini, campuran bahan bakar dan udara dibakar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas buang motor bensin mengandung nitrogen oksida (NO), nitrogen dioksida (NO 2 ) (NO 2 dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan mesin pada awalnya bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 1. Akhir-akhir ini suhu bumi semakin panas dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena efek rumah kaca. Faktor yang mengakibatkan semakin

Lebih terperinci

Jika diperhatikan lebih jauh terdapat banyak perbedaan antara motor bensin dan motor diesel antara lain:

Jika diperhatikan lebih jauh terdapat banyak perbedaan antara motor bensin dan motor diesel antara lain: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor diesel Motor diesel adalah jenis khusus dari mesin pembakaran dalam karakteristik utama pada mesin diesel yang membedakannya dari motor bakar yang lain, terletak pada metode

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 3.2 Hukum Utama Termodinamika Penjelasan Umum

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 3.2 Hukum Utama Termodinamika Penjelasan Umum 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar adalah sebuah mekanisme yang menstransformasikan energi panas menjadi energi mekanik melalui sebuah konstruksi mesin. Perubahan, energi panas menjadi energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengujian panas yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan pengujian yang

Lebih terperinci

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Beiakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

SELEKSI MASUK UNIVERSITAS INDONESIA (SIMAK-UI) Mata Pelajaran : IPA TERPADU Tanggal : 01 Maret 2009 Kode Soal : 914 PENCEMARAN UDARA Secara umum, terdapat 2 sumber pencermaran udara, yaitu pencemaran akibat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motor Bensin Motor bensin adalah suatu motor yang menggunakan bahan bakar bensin. Sebelum bahan bakar ini masuk ke dalam ruang silinder terlebih dahulu terjadi percampuran bahan

Lebih terperinci

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO FINONDANG JANUARIZKA L 125060700111051 SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus thermodinamika yang paling banyak digunakan dalam kehidupan manusia. Mobil dan sepeda motor berbahan bakar bensin (Petrol Fuel)

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidrogen Hidrogen adalah unsur kimia terkecil karena hanya terdiri dari satu proton dalam intinya. Simbol hidrogen adalah H, dan nomor atom hidrogen adalah 1. Memiliki berat

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K Adi Purwanto 1, Mustaqim 2, Siswiyanti 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNOLOGI CATALYTIC CONVERTER SISTEM SERABUT BAJA KARBON RENDAH PADA KENDARAAN BERMOTOR SEBAGAI PEREDUKSI POLUSI UDARA. Andi Sanata.

APLIKASI TEKNOLOGI CATALYTIC CONVERTER SISTEM SERABUT BAJA KARBON RENDAH PADA KENDARAAN BERMOTOR SEBAGAI PEREDUKSI POLUSI UDARA. Andi Sanata. APLIKASI TEKNOLOGI CATALYTIC CONVERTER SISTEM SERABUT BAJA KARBON RENDAH PADA KENDARAAN BERMOTOR SEBAGAI PEREDUKSI POLUSI UDARA Andi Sanata Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember Jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Motor Bakar Motor bakar adalah mesin atau peswat tenaga yang merupakan mesin kalor dengan menggunakan energi thermal dan potensial untuk melakukan kerja mekanik dengan

Lebih terperinci

PENGARUH MEDAN ELEKTROMAGNET TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN 4 TAK 1 SILINDER

PENGARUH MEDAN ELEKTROMAGNET TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN 4 TAK 1 SILINDER PENGARUH MEDAN ELEKTROMAGNET TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN 4 TAK 1 SILINDER Suriansyah 1) ABSTRAK Semakin menipisnya persediaan bahan bakar serta mahalnya harga bahan bakar ini di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN 4..1. Analisis Reaksi Proses Proses Pembakaran 4.1.1 Perhitungan stoikiometry udara yang dibutuhkan untuk pembakaran Untuk pembakaran diperlukan udara. Jumlah udara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

Grafik CO Terhadap Putaran Mesin

Grafik CO Terhadap Putaran Mesin KonsentrasiCO (%) BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tujuan dari penelitian ini adalah guna mengetahui kemampuantembaga dan tembaga berlapis nikel dalam mereduksi emisi gas buang CO dan HC.Pengujian

Lebih terperinci

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri,

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah campuran gas yang merupakan lapisan tipis yang meliputi bumi dan merupakan gas yang tidak kelihatan, tidak berasa dan tidak berbau. Pencemaran udara datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat dimana terjadi perubahan cuaca dan iklim lingkungan yang mempengaruhi suhu bumi dan berbagai pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu campuran komplek antara hidrokarbon-hidrokarbon sederhana

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu campuran komplek antara hidrokarbon-hidrokarbon sederhana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara yang diakibatkan oleh gas buang kendaraan bermotor pada akhir-akhir ini sudah berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan dan memberikan andil yang

Lebih terperinci

CATALYTIC CONVERTER BERBAHAN TEMBAGA BERBENTUK SARANG LABA-LABA UNTUK MENGURANGI EMISI GAS BUANG PADA SUPRA X 125

CATALYTIC CONVERTER BERBAHAN TEMBAGA BERBENTUK SARANG LABA-LABA UNTUK MENGURANGI EMISI GAS BUANG PADA SUPRA X 125 CATALYTIC CONVERTER BERBAHAN TEMBAGA BERBENTUK SARANG LABA-LABA UNTUK MENGURANGI EMISI GAS BUANG PADA SUPRA X 125 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) 3. ELEKTROKIMIA 1. Elektrolisis Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN Suriansyah Sabarudin 1) ABSTRAK Proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder dipengaruhi oleh: temperatur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi semakin bertambah seiring dengan meningkatnya produktivitas manusia. Energi yang digunakan sebagai bahan bakar mesin umumnya adalah bahan bakar fosil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penurunan kualitas lingkungan hidup dewasa ini salah satunya disebabkan oleh aktifitas kendaran bermotor yang menjadi sumber pencemaran udara. Gas-gas beracun penyebab

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bensin Motor bensin adalah suatu motor yang mengunakan bahan bakar bensin. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas yang kemudian

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1)

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1) Widya Teknika Vol.18 No.2; Oktober 2010 ISSN 1411 0660 : 50-54 PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET 1000 Suriansyah Sabaruddin

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2. 1 Sistem Pengapian Sistem pengapian sangat berpengaruh pada suatu kendaraan bermotor, karena berfungsi untuk mengatur proses pembakaran campuran antara bensin dan udara di dalam ruang

Lebih terperinci

KONTROL SISTEM BAHAN BAKAR PADA ELECTRONIC FUEL INJECTION (EFI) Oleh Sutiman, M.T

KONTROL SISTEM BAHAN BAKAR PADA ELECTRONIC FUEL INJECTION (EFI) Oleh Sutiman, M.T KONTROL SISTEM BAHAN BAKAR PADA ELECTRONIC FUEL INJECTION (EFI) Oleh Sutiman, M.T Pendahuluan Tujuan dari penggunaan sistem kontrol pada engine adalah untuk menyajikan dan memberikan daya mesin yang optimal

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ANALISA KINERJA MESIN BENSIN BERDASARKAN HASIL UJI EMISI Awal Syahrani * Abstract Analysis of engine performance based on emission test is to understand effective process

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Nurdianto dan Ansori, (2015), meneliti pengaruh variasi tingkat panas busi terhadap performa mesin dan emisi gas buang sepeda motor 4 tak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini disebakan karena gas CO dapat mengikat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini disebakan karena gas CO dapat mengikat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gas-gas pencemar dari gas buang kendaraan bermotor seperti gas CO dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini disebakan karena gas CO dapat mengikat hemoglobin darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Bakar Bahan bakar yang dipergunakan motor bakar dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yakni : berwujud gas, cair dan padat (Surbhakty 1978 : 33) Bahan bakar (fuel)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN Riccy Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unika Atma Jaya, Jakarta Jalan Jenderal Sudirman 51 Jakarta 12930

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar adalah suatu tenaga atau bagian kendaran yang mengubah energi termal menjadi energi mekanis. Energi itu sendiri diperoleh dari proses pembakaran. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi negara-negara di dunia semakin meningkat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi negara-negara di dunia semakin meningkat. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi negara-negara di dunia semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan diproduksinya berbagai macam peralatan yang dapat mempermudah manusia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kota Gorontalo merupakan Ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65

Lebih terperinci

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH 10 Avita Ayu Permanasari, Pengaruh Variasi Sudut Butterfly Valve pada Pipa Gas Buang... PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH Oleh: Avita

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN CATALYTIC CONVERTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR YAMAHA Rx-King TAHUN PEMBUATAN 2006

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN CATALYTIC CONVERTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR YAMAHA Rx-King TAHUN PEMBUATAN 2006 STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN CATALYTIC CONVERTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR YAMAHA Rx-King TAHUN PEMBUATAN 2006 RIMAN SIPAHUTAR 1* 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Motor Bakar Motor bakar adalah motor penggerak mula yang pada prinsipnya adalah sebuah alat yang mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diubah ke energi

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal II. TEORI DASAR A. Motor Bakar Motor bakar adalah suatu pesawat kalor yang mengubah energi panas menjadi energi mekanis untuk melakukan kerja. Mesin kalor secara garis besar di kelompokaan menjadi dua

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH Pradana Aditya *), Ir. Arijanto, MT *), Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Refrigeran merupakan media pendingin yang bersirkulasi di dalam sistem refrigerasi kompresi uap. ASHRAE 2005 mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia. Dewasa ini, penurunan kualitas lingkungan menjadi bahan petimbangan

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE

PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE Oleh: Dyah Yonasari Halim 3305 100 037 PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

Lebih terperinci

CATALITYC CONVERTER JENIS KATALIS KAWAT KUNINGAN BERBENTUK SARANG LABA-LABA UNTUK MENGURANGI EMISI KENDARAAN BERMOTOR

CATALITYC CONVERTER JENIS KATALIS KAWAT KUNINGAN BERBENTUK SARANG LABA-LABA UNTUK MENGURANGI EMISI KENDARAAN BERMOTOR CATALITYC CONVERTER JENIS KATALIS KAWAT KUNINGAN BERBENTUK SARANG LABA-LABA UNTUK MENGURANGI EMISI KENDARAAN BERMOTOR Ali Mokhtar *1, Hery Supriyanto 2, Fajar Yulianto 3 1,2,3 Jurusan Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR A. Yudi Eka Risano Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, UNILA Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145 Telp. (0721)

Lebih terperinci

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke)

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke) MOTOR BAKAR TORAK Motor bakar torak (piston) terdiri dari silinder yang dilengkapi dengan piston. Piston bergerak secara translasi (bolak-balik) kemudian oleh poros engkol dirubah menjadi gerakan berputar.

Lebih terperinci

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4-

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4- III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi Sepeda Motor 4-langkah Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4- langkah. Adapun spesifikasi dari mesin uji

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PEMANAS BAHAN BAKAR TERHADAP PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG MOTOR DIESEL MITSUBISHI MODEL 4D34-2A17 Indartono 1 dan Murni 2 ABSTRAK Efisiensi motor diesel dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Fenomena Cyclone Pada proses pembakaran yang terjadi di dalam mesin bensin bergantung pada campuran antara bahan bakar dan udara yang masuk ke dalam ruang bakar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang terjadi saat ini banyak sekali inovasi baru yang tercipta khususnya di dalam dunia otomotif. Dalam perkembanganya banyak orang yang

Lebih terperinci

CAPABILITY TEST ON ZEOLITES AS CATALYTIC CONVERTERS TO REDUCE AIR POLLUTANTS FROM GASOLINE ENGINES

CAPABILITY TEST ON ZEOLITES AS CATALYTIC CONVERTERS TO REDUCE AIR POLLUTANTS FROM GASOLINE ENGINES 31 CAPABILITY TEST ON ZEOLITES AS CATALYTIC CONVERTERS TO REDUCE AIR POLLUTANTS FROM GASOLINE ENGINES Mohammad Razif *, Joko Nugroho *, dan Mahirul Mursid ABSTRAK Penelitian ini bagian dari RUT VIII-3

Lebih terperinci

BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI

BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI Motor penggerak mula adalah suatu alat yang merubah tenaga primer menjadi tenaga sekunder, yang tidak diwujudkan dalam bentuk aslinya, tetapi diwujudkan dalam

Lebih terperinci

Julius Hidayat, Agus Suyatno,Suriansyah, (2012), PROTON, Vol. 4 No 2 / Hal 23-29

Julius Hidayat, Agus Suyatno,Suriansyah, (2012), PROTON, Vol. 4 No 2 / Hal 23-29 PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET 1000 Julius Hidayat (1) Agus Suyatno (2).Suriansyah (3) ABSTRAK Emisi gas buang adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir-hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci