BAB III KONSEP DEMOKRASI EKONOMI MENURUT SRI EDI SWASONO. Dia adalah menantu pertama Bung Hatta, bapak koperasi Indonesia. Jauh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KONSEP DEMOKRASI EKONOMI MENURUT SRI EDI SWASONO. Dia adalah menantu pertama Bung Hatta, bapak koperasi Indonesia. Jauh"

Transkripsi

1 BAB III KONSEP DEMOKRASI EKONOMI MENURUT SRI EDI SWASONO A. Biografi Sri Edi Swasono Dia adalah menantu pertama Bung Hatta, bapak koperasi Indonesia. Jauh hari sebelum menikah dengan Meutia Farida Hatta, anak tertua Bung Hatta, Sri Edi Swasono sudah menaruh perhatian pada koperasi. Hanya selang satu minggu setelah dikukuhkan sebagai guru besar di UI tanggal 13 Juli 1988 dengan judul pidato pengukuhan Demokrasi Ekonomi, Komitmen dan Pembangunan Indonesia. Dia ditarik ke Dekopin ( Dewan Koperasi Indonesia ) tahun 1988, tepatnya 20 Juli Sri Edi Swasono dilahirkan di Ngawi Jawa Timur tanggal 16 September 1940 putra dari Moenadji Soerjohadikoesoemo dengan menghabiskan waktu mudanya di Solo sampai tamat SMA Negeri C-IV Solo. 1 Sebagai anak ketiga dari tujuh bersaudara, Sri Edi Swasono sudah mulai bekerja sejak tingkat II ketika di UI pada tahun 1963, sebagai sekretaris Himpunan Pengusaha Korek Api Seluruh Indonesia dibawah bimbingan Pak Diro ( Walikota Jakarta ). Dari sanalah ia membiayai kuliahnya sampai memperoleh gelar sarjana dalam bidang Ekonomi dari UI pada tahun Kemudian tahun , ia tugas belajar ke University of Pittsburgh, Amerika Serikat dimana pada tahun Ohiao Halawa, Sepuluh Tokoh Koperasi Indonesia, Jilid I, Jakarta : PT Nias, 1992, hlm

2 beliau memperoleh gelar Master ( MPIA ) dan tahun 1969 memperoleh gelar Doktor (PhD). 2 Selain sebagai pengajar tetap di Universitas Indonesia, Sri-Edi juga menjabat sebagai pengajar maupun staf ahli diberbagai lembaga. Jabatan-jabatan itu antara lain : pengajar di SESKOAD sejak tahun 1971; pada tahun 1972 ikut mendirikan dan menjadi Direktur Program Perencanaan Nasional ( FEUI BAPPENAS ) sampai tahun 1977; anggota Dewan Akademi SESKOAL sejak tahun 1973; membantu Dewan Hankamnas sebagai cendekiawan ahli; ilmuwan dalam berbagai tim, kelompok penelitian strategis dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya sejak tahun Disamping itu dia juga menjabat sebagai Direktur Penerbit Universitas Indonesia-Press pada tahun ; anggota Dewan Pembina Dewan Ekonomi Veteran Republik Indonesia; Legiun Veteran sejak 1985; staf ahli Majelis Ulama Indonesia sejak tahun 1986; serta anggota Dewan Penasehat DPP Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia ( PPSKI ). 4 Peranan Sri Edi Swasono dalam keorganisasian antara lain menjadi anggota Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia ( ISEI ), salah satu pendiri dan anggota Kelompok Pendapatan Regional Indonesia ( KPRI ), anggota Himpunan Pecinta Jalan Indonesia ( HPJI ), anggota Masyarakat Pembangunan Indonesia 2 Sri Edi Swasono, Koperasi di Dalam Orde Ekonomi Indonesia, Jakarta : UI-Press, 1985, hlm Sri Edi Swasono, Sistem Ekonomi Dan Demokrasi Ekonomi, Jakarta : UI-Press, 1985, cet ke-1, hlm Ohiao Halawa, op. cit., hlm

3 38 (Mapindo ), anggota Ikatan Peminat dan Ahli Demografi ( IPADI ), anggota atau ketua umum Himpunan Ilmu Koperasi ( HIPIKOP ), dan sudah tentu anggota Korpri atau Golkar. Hasil Karya Sri Edi Swasono banyak dituangkan dalam bentuk buku, makalah dan artikel. Hasil karya tersebut membahas tentang beberapa masalah ekonomi yang muncul di Indonesia. Tema yang diangkat antara lain tentang Konsep Demokrasi Ekonomi, tentang Sistem Ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi koperasi dan tentang Wawasan Ekonomi Indonesia. Buku-buku yang beliau terbitkan meliputi : 1. Buku Sistem Ekonomi Dan Demokrasi Ekonomi. Dimana Sri Edi Swasono menjadi editornya, buku tersebut berisi tentang beberapa artikel dan ulasanulasan mengenai Demokrasi Ekonomi Indonesia yang dipandang dari beberapa aspek, misalnya aspek hukum, sosial dan religius. Selain itu buku tersebut berisi tentang Pemikiran-pemikiran mengenai sistem ekonomi serta berbagai variasi dan permasalahannya juga perdebatan yang muncul mengenai sistem ekonomi nasional sebagai penjabaran pasal 33 UUU Buku Koperasi di Dalam Orde Ekonomi Indonesia, dalam buku ini Sri Edi Swasono sebagai editornya menguraikan tulisan-tulisan mengenai koperasi yang ditulis oleh berbagai tokoh dan cendekiawan koperasi yang diterbitkan dalam rangka memperingati Hari Koperasi tanggal 12 Juli 1983 dan menyambut dibentuknya Departemen Koperasi sebagai departemen baru pada tahun ini.

4 39 3. Makalah yang berjudul Demokrasi Ekonomi : Keterkaitan Usaha Partisipatif vs Konsentrasi Ekonomi. Makalah ini mengulas Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kehidupan Ekonomi, khususnya Koperasi. 4. Buku Wawasan Ekonomi Pancasila. Dimana Sri Edi Swasono bersama Abdul Madjid menjadi editornya, buku tersebut berisi beberapa artikel dari pemikiran-pemikiran dan gagasan-gagasan mengenai sisitem Ekonomi Pancasila untuk menyerap kembali nilai-nilai dan semangat perjuangan Bangsa dengan Jiwa Pancasila. Karya-karya Sri Edi Swasono lainnya adalah Pembangunan Berwawasan Sejarah : Kedaulatan Rakyat, Demokrasi Ekonomi dan Demokrasi Politik sebagai editornya Sri Edi Swasono mengajak kita semua untuk kembali memahami sejarah tentang kesepakatan kita di dalam hidup berkelompok dalam organisasi Negara Kesatuan Republik Indonesia; Pendapatan Regional Indonesia sebagai co-author; Entrepreneurship Indonesia ( author ); Temu Karya Taman Siswa sebagai editor dan lain-lain. B. Pemikiran Tentang Demokrasi Ekonomi Sri Edi Swasono Sebenarnya, konsep demokrasi ekonomi Sri Edi Swasono banyak diihami oleh pemikiran konsep demokrasi ekonomi Muhammad Hatta serta penjabaran dari pasal 33 UUD 1945.

5 40 Dengan melihat sistem ekonomi bangsa yang hancur dan rakyat semakin menderita, Sri Edi Swasono mensosialisasikan penerapan konsep demokrasi ekonomi dalam perjalanan bangsa Indonesia. Yakni; 1. Merealisasikan Sistem Ekonomi Koperasi Sebagai Sistem Demokrasi Ekonomi Sejak dicetuskannya sistem ekonomi koperasi maupun ekonomi pancasila, nampaknya masyarakat Indonesia belum menyadari betul betapa penting sistem demokrasi ekonomi, sehingga ekonomi kapitalis telah menguasai bangsa ini sehingga ekonomi Indonesia menjadi terpuruk. Secara historis, demokrasi ekonomi Indonesia adalah cita-cita perjuangan rakyat dan bangsa Indonesia. Cita-cita bangsa itulah yang menghidupi dan memberi makna bagi kurun waktu yang berjalan. Sejarah bertitik tolak dan bermuara pada cita-cita bangsa itu, cita-cita itu adalah suatu perjuangan. 5 Sistem Ekonomi Indonesia dapat difokuskan pada wawasan yang dikaitkan dengan sila Pancasila yaitu berorientasi pada : a. Ketuhanan Yang Maha Esa ini berarti bahwa pelaku ekonomi harus dilandaskan pada etika moral agama, bukan materialisme. Dengan demikian pelaku bisnis menyadari betul bahwa segala keberhasilan berasal dari Tuhan sehingga mereka mempunyai hati nurani dan peduli pada sesama. b. Kemanusiaan yang adil dan beradab ini berarti bahwa sistem pelaksanaan ekonomi tidak mengenal pemerasan / eksploitasi, tetapi lebih mempunyai misi kepedulian dan kemanusiaan yang tinggi demi keadilan pengentasan kemiskinan dari orang yang tidak mampu. c. Persatuan ini berarti bahwa ekonomi harus berpijak pada konsep kekeluargaan, kebersamaan dan gotong royong. Tidak saling mematikan, 5 Sri Edi Swasono, Pembangunan Berwawasan Sejarah : Kedaulatan Rakyat, Demokrasi Ekonomi dan Demokrasi Politik, Padang : UI-Press, 1990, hlm 2

6 41 bantu-membantu antara yang kuat dan yang lemah, nasionalisme dan patriotisme ekonomi d. Kerakyatan ini maksudnya bahwa demokrasi ekonomi mengutamakan ekonomi rakyat dan hajat hidup orang banyak bukan untuk kepentingan dan kekayaan individu e. Keadilan sosial artinya bahwa kegiatan ekonomi menggunakan azas persamaan demi kemakmuran masyarakat, bukan kemakmuran perseorangan. 6 Kelima dasar itulah yang membuat Sri Edi Swasono menentang keras adanya dualisme peraturan yang harus ditangani secara tepat, yakni Pasal 33 UUD 1945 yang menganut sistem demokrasi pancasila serta pasal II aturan peralihan UUD 1945, yang berarti bahwa segala bab dan peraturan hukum Belanda pun masih berlaku, dimana free figh liberalisme masih berlaku di Indonesia. Setelah masuk Dekopin Sri Edi Swasono merasa tugas pokoknya adalah melembagakan pola pikir perkoperasian yang sesuai dengan UUD 1945, Ia melihat ada dualisme sistem yang harus di tangani secara tepat. Karena sejak diberlakukannya UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan pasal 33-nya, pada saat yang bersamaan juga berlaku pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, yang berarti bahwa segala badan dan peraturan hukum Belanda pun masih berlaku. Dualisme itu yang seringkali menimbulkan konflik, dengan kesadaran akan adanya konflik tersebut, melalui Dekopin Sri Edi Swasono melakukan 6 Sri Edi Swasono, Membangun Koperasi Sebagai Soko-Guru Perekonomian Indonesia dalam Sri Edi Swasono (ed.), Koperasi di Dalam Orde Ekonomi Indonesia, op. cit., hlm 153

7 42 upaya nasional untuk menyadarkan masyarakat, baik masyarakat koperasi maupun masyarakat luas agar KUHD di jadikan pasal 33 dan bukan sebaliknya. 7 Landasan pemikiran Sri Edi Swasono adalah pasal 33 UUD 1945 yang menekankan bahwa upaya apapun dalam kegiatan ekonomi harus ditujukan untuk kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat. Kedekatan pribadi dan pikirannya dengan Mohammad Hatta diikuti oleh latar belakang pendidikan ekonominya, membuatnya sangat intensif dalam menjabarkan pikiran-pikiran itu. Ternyata usaha Sri Edi Swasono tidak sia-sia, ini terbukti adanya amandemen UUD 1945 pasal 33 yang terdiri dari 5 ayat, yaitu pada ayat 4 dan 5 Pasal 33 UUD 1945 yang telah diamandemen berbunyi : 1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. 2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. 3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara. 4. Perekonomian Nasional berdasar atas Demokrasi Ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional 5. Ketentuan dalam pasal ini diatur dalam Undang-Undang. 8 Perjuangan Sri Edi Swasono tidak hanya sampai disitu namun kembali dia mengumandangkan semangat bung Hatta yang menyatakan bahwa koperasi harus menjadi sokoguru perekonomian. 7 Ohiao Halawa, op. cit., hlm Redaksi Sinar Grafika, UUD 1945 Hasil Amandemen Dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama 1999 Keempat 2002): Jakarta : Sinar Grafika, 2002, hlm. 26

8 43 Kesokoguruan itu merupakan konsekuensi logis dari ditetapkannya demokrasi ekonomi sehingga faham perekonomian nasional sejak mulai berlakunya UUD 1945, yaitu sebagai upaya merealisasikan cita-cita politik untuk mengubah perekonomian kolonial menjadi perekonomian nasional. Sebagai contoh akan kesokoguruan, Sri Edi Swasono memberikan gambaran yang sangat jelas, misalnya : ptani tembakau dan cengkeh adalah sokoguru industri rokok, petani kopra ialah sokoguru industri minyak, nelayan merupakan sokoguru industri ekspor ikan, dan kaum buruh serta karyawan adalah sokoguru industri. Sektor informal, menurutnya sokoguru bagi sektor formal sektor informal menjamin dan memberikan kehidupan murah bagi buruhburuh sektor formal yang memperoleh gaji sangat rendah. Demikian pula KUD adalah sokoguru dari kestabilan perekonomian nasional sebagai penyangga utama swasembada pangan. Oleh karena itu, koperasi seharusnya memperoleh nilai tambah ekonomi yang fair dalam sistem produksi nasional. Koperasi dapat menjadi sokoguru perekonomian nasional karena memiliki lima wahana pokok, yakni: pertama, koperasi sebagai wahana ekonomi dan menjadi alat memenuhi kepentingan kelompok masyarakat yang menjadi anggotanya kedua, koperasi sebagai wahana mengembangkan anggota ke arah tujuan Manusia Indonesia seutuhnya ketiga, koperasi sebagai wahana pendemokrasian masyarakat

9 44 keempat, koperasi sebagai wahana pengimbang antara badan usaha milik negara dan badan usaha milik swasta kelima, koperasi sebagai wahana penghayatan ideologi Pancasila. Dari uraian-uraian di atas, Sri Edi Swasono menganjurkan agar semua anggota gerakan koperasi harus menyadari dimensi perjuangannya, baik mikro maupun makro. Karena tanpa wawasan mikro koperasi akan kocar-kacir. Sedang tanpa wawasan makro koperasi akan berkembang tanpa arah dan tanpa kedudukan serta peranan yang mantap dalam perekonomian. Sri Edi Swasono lalu menjelaskan, yang dimaksudkan dengan wawasan mikro meliputi kemampuan koperasi untuk menegakkan identitas badan usaha koperasi berdasarkan asas, sendi-sendi dasar, dan prinsip-prinsipnya. Dengan wawasan mikro yang utuh, dapat dibuktikan sekaligus dilahirkan harapan bagi gerakan koperasi bahwa menolong diri sendiri secara bersama-sama itu benarbenar akan melahirkan kekuatan sinergi ekonomi. 9 Sedang mengenai wawasan makro, Sri Edi Swasono menegaskan harus disadari bahwa bagi Indonesia koperasi merupakan inti dari demokrasi ekonomi. Membangun koperasi di Indonesia adalah pesan konstitusional. Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan nasional, koperasilah yang melahirkan pasal 33, dengan demokrasi ekonomi sebagai faham sentralnya. 9 Sri Edi Swasono, Penerus Bung Hatta, Mengobarkan Semangat Hidup Berkoperasi, dalam Ohiao Halawa, op. cit., hlm

10 45 Dengan demikian konglomerasi seperti yang ada saat ini kurang dibenarkan oleh demokrasi ekonomi karena merupakan wujud dari konsentrasi ekonomi. Karena konglomerasi dapat merugikan para ekonomi lemah dan rakyat kecil. Sebenarnya kebijaksanaan pengembangan koperasi diarahkan pada dua hal. Pertama, secara sadar membangun koperasi sebagai sokoguru dalam alur pemikiran Pasal 33 UUD Kedua, secara sistematik dan bertahap melakukan restrukturisasi ekonomi, yaitu mulai mem-pasal 33-kan segala bentuk usaha non koperasi yang berjalur sistem perundangan kolonial (KUHD). Koperasi merupakan sokoguru perekonomian Indonesia karena koperasi mengisi tuntutan konstitusional maupun secara strategis serta mengisi tuntutan pembangunan dan perkembangannya. Koperasi merangkum aspek kehidupan yang sifatnya menyeluruh, substantif makro dan bukan hanya partial mikro. Di Indonesia pengertian koperasi menurut UU Koperasi tahun 1967 No. 12 tentang pokok-pokok perkoperasian adalah sebagai berikut : Koperasi bersama-sama dengan sektor ekonomi Negara dan Swasta bergerak di segala sektor kegiatan dan kehidupan bangsa dalam rangka memampukan dirinya bagi usaha-usaha untuk mewujudkan masyarakat Sosialisme Indonesia brdasarkan Pancasila yang adil dan makmur diridhoi Tuhan Yang Maha Esa. 10 Koperasi-koperasi Indonesia dalam rangka perjuangan nasional itu mempunyai peranan untuk menegakkan kedaulatan ekonomi, seiring dengan 10 Sri Edi Swasono, Demokrasi Ekonomi : Komitmen dan Pembangunan Indonesia, Jakarta : LP3ES, 1994, cet ke-1, hlm 238

11 46 upaya menegakkan kedaulatan politik untuk mencapai kemerdekaan sesuai dengan faham kenegaraan kita, bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat, maka dari kedaulatan ekonomi itu lahirlah paham Demokrasi Ekonomi. 11 Koperasi didasarkan atas keyakinan bahwa ada kemungkinankemungkinan yang besar sekali dan ada kekuatan-kekuatan luar biasa yang terpendam pada orang-orang biasa, bahkan orang-orang miskin yang lemah ekonominya sekalipun. Segala kemungkinan dan kekuatan yang terpendam ini bisa digiatkan menjadi kekuatan nyata melalui kerjasama diantara mereka sendiri. Yang membedakan koperasi dengan bentuk-bentuk kerjasama ekonomi yang lain itu adalah bahwa koperasi Indonesia merupakan perkumpulan orangorang, tetapi ia bukanlah perkumpulan orang-orang yang berdasarkan hobi atau kegemaran. Koperasi juga bukan perkumpulan modal yang usahanya berlandaskan pada tujuan untuk mencari laba yang sebesar-besarnya, seperti Firma, perusahaan perseorangan, perseroan terbatas. Tetapi koperasi adalah perkumpulan orang-orang yang mengutamakan pelayanan akan kebutuhan ekonomi para anggotanya. Hal ini berarti bahwa koperasi harus mengabdikan diri kepada kesejahteraan bersama atas dasar perikemanusiaan dan bukan kepada kebendaan. 11 Sri Edi Swasono, Demokrasi Ekonomi : Keterkaitan Usaha Partisipatif vs Konsentrasi Ekonomi, Jakarta : Dekopin, 1989, hlm 13

12 47 Agar koperasi tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, beberapa persyaratan harus dipenuhi yang sekaligus sebagai cermin dari watak koperasi, yaitu : 12 a. Koperasi sebagai perkumpulan orang yang antara lain : 1). Harus ada kebutuhan bersama dari anggota-anggotanya yang dirasakan mendesak, 2). Harus ada kelompok-kelompok individu yang aktif, yang memiliki kepentingan ekonomi yang sama, 3). Harus siap bekerja sama dan, 4). Harus memiliki tingkat pendidikan minimum tertentu. b. Koperasi sebagai perusahaan diantaranya : 1). Para anggotanya telah melaksanakan suatu kegiatan ekonomi, 2). Secara prinsip orang-orang yang tidak memiliki apa-apa tidak dapat menjadi anggota, 3). Jumlah anggota (dan volume usaha) harus cukup besar agar usaha koperasi bisa efisien dan, 4). Harus ada anggota pengurus dan badan pemeriksa yang sanggup berperanan untuk mengelola koperasi sampai berhasil. Jelas bahwa badan usaha bukan koperasi adalah ekonomis murni sifatnya, sedang sifat koperasi adalah ekonomis berwatak sosial yang mengutamakan kepentingan anggota - anggota secara keseluruhan. Oleh karena itu koperasi lebih sesuai dengan hakekat sosial dari ekonomi. Hal ini justru merupakan butir kunci yang paling dasar dari pandangan sosial dan ekonomi Pancasila dan UUD Demikian pula di dalam pembagian keuntungan ( Sisa Hasil Usaha ) pada koperasi besar kecilnya diatur sebanding dengan besarnya sumbangan 12 Sri Edi Swasono, Mohammad Hatta : Kita Merdeka untuk Menjadi Tuan di Negeri Sendiri, dalam Melanie Sritua Arief, Ekonomi Kerakyatan, Surakarta : Muhammadiyah University Press, 2001, cet ke-1, hlm 54

13 48 (menurut jasa) anggota, bukan menurut besar kecilnya penyertaan kapital seperti halnya didalam bentuk-bentuk perusahaan non-koperasi. Sendi-sendi dasar koperasi Rochdale telah meletakkan dasar utama bagi pembangunan koperasi di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Namun pada umumnya di masing-masing negara didapati corak-corak khusus sesuai dengan kondisi setempat. 13 Dalam UUD 1945 pada penjelasan Pasal 2 tercantum kalimat Aturan demikian memang sesuai dengan aliran zaman. Berhubungan dengan anjuran mengadakan sistem koperasi dalam ekonomi, maka pasal ini mengingat akan adanya golongan-golongan dalam Badan-badan Ekonomi. 14. Sistem Ekonomi Indonesia yang oleh Presiden Soeharto dinyatakan sebagai sistem ekonomi koperasi sering pula disebut sebagai Sistem Ekonomi Pancasila. Perkataan Ekonomi Pancasila pertama-tama diucapkan oleh Emil Salim (Juni 1955) dan kemudian menjadi lebih tenar diucapkan oleh Mubyarto dan kawan-kawan sejak tahun Secara Normatif, landasan Ekonomi Pancasila adalah apa yang terkandung di dalam Pembukaan pasal-pasal 23, 27 ayat (2), 33 dan 34 UUD Sri Edi Swasono, Demokrasi Ekonomi : Keterkaitan Usaha Partisipatif vs Konsentrasi Ekonomi, op. cit, hlm Sri Edi Swasono, Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, op. cit., hlm Sri Edi Swasono, Demokrasi Ekonomi : Keterkaitan Usaha Partisipatif vs Konsentrasi Ekonomi, op. cit., hlm Yang disebut golongan-golongan ialah badan-badan seperti koperasi, serikat pekerja, dan lain-lain badan kolektif. Aturan demikian memang sesuai dengan aliran zaman. Berhubung dengan

14 49 Sedang pada bagian kedua yang diutamakan adalah penyajian mengenai alasan pembenaran (justification dan merits) kesokoguruan koperasi itu sendiri, yang semata-mata berdasarkan pada alasan normatif / legal saja. Dalam bagian kedua ini juga diutarakan masalah-masalah prakondisi kesokoguruan dan pembinaan koperasi. Telah kita ketahui bahwa pembagian sektor ekonomi menjadi tiga seperti yang ditentukan oleh UU No. 12/1967 (yaitu sektor koperasi, sektor Negara dan sektor Swasta) sesuai dengan maksud pasal 33 UUD Namun ketiganya harus berdasarkan jiwa koperasi dan semangat koperasi, jadi dibangun secara kooperatif. Artinya ketiganya, di dalamnya masing-masing dan antar mereka, harus melaksanakan semangat kebersamaan dan kekeluargaan. Istilah Koperasi yang dimuat dalam kalimat terakhir alinea 1 dari penjelasan itu, tidak mengacu pada suatu sektor tertentu, melainkan pada semua sektor, semua perusahaan yang bergerak dalam suatu sistem perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan. 17 Jadi menurut konteks dari penjelasan Pasal 33 UUD 1945 itu tidak menyebutkan koperasi sebagai satu-satunya bentuk atau bangun perusahaan yang memiliki hak hidup menurut Pancasila dan UUD anjuran mengadakan sistem koperasi dalam ekonomi kita, maka ayat ini mengingat akan adanya golongan-golongan dalam badan-badan ekonomi. (Lihat Sri Edi Swasono dan Abdul Madjid, Wawasan Ekonomi Pancasila, Jakarta: UI-Press, 1981, cet ke-1, hlm 1 dan Sri Edi Swasono, Koperasi Di Dalam Orde Ekonomi Indonesia, hlm 239) 17 Sri Edi Swasono, Sistem Ekonomi Dan Demokrasi Ekonomi, op. cit, hlm 106

15 50 Sehubungan dengan itu dalam kenyataan pembangunan Indonesia dalam kurun waktu PJP I ( ) hingga awal PJP II (1994), perkoperasian dan sektor koperasi masih jauh tertinggal di belakang. Kedua sektor lainnya dalam pemenuhan fungsi dan peranannya, serta penempatan dirinya sendiri dalam dunia modernitas kehidupan ekonomi. Rendahnya kesadaran berkoperasi dapat jelas kita saksikan di sekitar kita. Banyak di antara kita belum menyadari manfaat dari koperasi, belum menyadari bahwa koperasi memberikan kesempatan dan jalan keluar terhadap berbagai tantangan sehari-hari, khususnya kesempitan ekonomi. Koperasi belum tercermin di dalam kehidupan sehari-hari, baik didaerah perkotaan, kampung, lingkungan RT/RW, kantor-kantor instansi Pemerintah koperasi belum mempunyai andil dalam setiap kegiatan pasar. Hal ini bisa terjadi karena, sosialisasi koperasi pada masyarakat sangat rendah sehingga masyarakat tidak mengetahui manfaat koperasi serta sistem ekonomi koperasi. Dengan demikian Ekonomi GBHN yang merupakan dasar bagi pelaksanaan pembangunan Indonesia, sebenarnya hanya merupakan rangkuman dari pasal-pasal UUD 1945 tersebut. Berbeda dengan Indonesia, pada negara-negara kapitalisme koperasikoperasi benar-benar tumbuh dari bawah, maksudnya bahwa koperasi tumbuh dengan kemandirian tanpa ada mungkin hanya sedikit terdapat campur tangan Pemerintah terhadap kehidupan koperasi-koperasi.

16 51 Untuk keberhasilan perkoperasian di Indonesia khususnya di kalangan masyarakat ekonomi lemah perlu ditempuh konsep pengembangan perkoperasian yang sesuai dan diperlukan pelayanan-pelayanan nyata dari Pemerintah dan berbagai pihak lainnya supaya usaha pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi rakyat dapat tercapai. 2. Resktukturisasi dan reformasi ekonomi yang mengedepankan kepentingan kesejahteraan rakyat. Yang dimaksud dengan reskturisasi dan reformasi ekonomi adalah mengadakan perombakan total atas sistem yang selama ini dilalaikan oleh para pelaku ekonomi Indonesia. Karena selama ini kegiatan ekonomi bukan lagi sebagai pendukung kesejahteraan masyarakat, akan tetapi ekonomi semakin memperjelas jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Sebab itulah Sri Edi Swasono hendak melaksanakan sistem ekonomi yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan, gotong-royong dan kebersamaan, di mana semua saham perusahaan berasal dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, karena pada dasarnya demokrasi berada di tangan rakyat. Setelah jatuhnya rezim Soeharto banyak opini dan tekad masyarakat untuk menegakkan dan mencari penjabaran Demokrasi Ekonomi yang sesuai dengan Indonesia, supaya Demokrasi Ekonomi dapat dilihat lebih lengkap serta terkait dengan pernyataan kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar 1945.

17 52 Menurut Sri Edi Swasono, Demokrasi Ekonomi diartikan sebagai produksi dikerjakan oleh semua, (dan) untuk semua, dibawah pimpinan atau penilikan anggota - anggota masyarakat. Dalam demokrasi ekonomi kemakmuran masyarakat lebih diutamakan, bukan kemakmuran perorangan, sebab jika tidak, tampuk produksi akan jatuh ke tangan seorang yang berkuasa, dan rakyat banyak ditindasnya. Sebenarnya konsep tersebut telah termaktub dalam tujuan utama Pasal II Aturan Peralihan yakni meninggalkan yang lama dan mengadakan yang baru sesuai dengan semangat dan jiwa UUD Dengan demikian bentuk-bentuk perusahaan swasta kapitalistik yang menurut KUHD berwatak individualistik dan liberalistik, bersifat temporer keberadaannya adalah transisional sehingga perlu didemokratisasikan. 18 Dalam penyelenggaraan aktual, baik makro maupun mikro yang di antaranya Restrukturisasi dan Reformasi ekonomi inhern dengan misi Pasal 33 UUD Di samping itu restrukturisasi merupakan upaya untuk menghindarkan polarisasi ekonomi, yang cepat atau lambat menghadirkan polarisasi sosial. Proses konglomerasi pemilikan usaha akan merupakan hambatan bagi proses restrukturisasi. Perkataan perekonomian disusun seperti tersurat pada Pasal 33 UUD 1945 itu secara langsung mengisyaratkan perlu dilaksanakannya suatu 18 Sri Edi Swasono, Demokrasi Ekonomi : Keterkaitan Usaha Partisipatif vs Konsentrasi Ekonomi, op. cit., hlm 17

18 53 Restrukturisasi Ekonomi dan Reformasi Ekonomi. Mekanisme itu adalah penyelenggaraan perekonomian berdasarkan Demokrasi Ekonomi. 19 Pasal 33 UUD 1945 seperti jelas tersirat di dalamnya, menolak paham individualistik. Hakikat dari paham individualistik adalah liberalisme yang dalam perkembangannya melahirkan kapitalisme yang bertentangan dengan Demokrasi Ekonomi. Sri Edi Swasono sudah bertekad bulat untuk mewujudkan Demokrasi Ekonomi. Oleh sebab itu sistem ekonomi rakyat dijadikan gerakan yang dijiwai oleh demokrasi ekonomi untuk membawa kemakmuran serta kemajuan bersama yang akan membawa hari esok yang bahagia dan sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia. 19 Sri Edi Swasono, Ibid., hlm 33

PEMIKIRAN EKONOMI PANCASILA

PEMIKIRAN EKONOMI PANCASILA PEMIKIRAN EKONOMI PANCASILA Disusun oleh NAMA : HAMDANI DHARMA YUNA RIMOSAN NIM : 11.11.4844 Kelompok : c JURUSAN : S1-teknik informatika DOSEN : drs. Tahajudin soedibyo STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012

Lebih terperinci

MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA

MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA A. Definisi Sistem ekonomi adalah cara suatu negara mengatur kehidupan ekonominya dalam rangka mencapai kemakmuran. Pelaksanaan sistem ekonomi suatu negara tercermin

Lebih terperinci

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Sistem ekonomi demokrasi pancasila Kajian ilmiah tentang

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO

Lebih terperinci

AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA

AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA S I S T E M E K O N O M I I N D O N E S I A S O S I O L O G I C - 2 F I S I P A L M U I Z L I T E R A T U R E : M U N A W A R DKK ( 2 0 1 5 ) Pendahuluan Apabila sistem

Lebih terperinci

Yang menentukan bentuk sistem ekonomi kecuali dasar falsafah negara dijunjung tinggi maka yang dijadikan kriteria adalah lembaga-lembaga khususnya

Yang menentukan bentuk sistem ekonomi kecuali dasar falsafah negara dijunjung tinggi maka yang dijadikan kriteria adalah lembaga-lembaga khususnya Yang menentukan bentuk sistem ekonomi kecuali dasar falsafah negara dijunjung tinggi maka yang dijadikan kriteria adalah lembaga-lembaga khususnya lembaga ekonomi yang menjadi perwujudan atau realisasi

Lebih terperinci

Kelembagaan Ekonomi di Indonesia (Ekonomi Pancasila, Ekonomi Kerakyatan)

Kelembagaan Ekonomi di Indonesia (Ekonomi Pancasila, Ekonomi Kerakyatan) Kelembagaan Ekonomi di Indonesia (Ekonomi Pancasila, Ekonomi Kerakyatan) Pokok Bahasan: 1. Indonesia Kapitalis atau sosialis? 2. Kelembagaan ekonomi Indonesia( sistem regulasi, konstitusi, institusi) 3.

Lebih terperinci

Pentingnya Koperasi bagi

Pentingnya Koperasi bagi Bab 8 Pentingnya Koperasi bagi Kesejahteraan Masyarakat Tahuka kamu apa koperasi itu? Apa tujuan didirikannya koperasi? Apa alasan dibuatnya koperasi? Koperasi merupakan organisasi dari anggota, oleh anggota

Lebih terperinci

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA (Penyusun: ) Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Dasar Negara Indikator: Untuk dapat menguji pengetahuan tersebut, mahasiswa akan

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA BY DIANA MA RIFAH

SISTEM EKONOMI INDONESIA BY DIANA MA RIFAH SISTEM EKONOMI INDONESIA BY DIANA MA RIFAH DEFINISI Sistem ekonomi adalah suatu cara untuk mengatur dan mengorganisasi segala aktivitas ekonomi dalam masyarakat baik yang dilakukan oleh pemerintah atau

Lebih terperinci

3. Masalah ekonomi modern adalah barang dan jasa apa yang akan diproduksi, bagaimana cara memproduksi dan.

3. Masalah ekonomi modern adalah barang dan jasa apa yang akan diproduksi, bagaimana cara memproduksi dan. MAN YOGYAKARTA III ULANGAN HARIAN 1 Materi/KD : 3.2 Menganalisis Masalah Ekonomi dalam Sistem Ekonomi 4.2 Menyajikan Hasil Analisis Masalah Ekonomi dalam Sistem Ekonomi Kelas/Semester : X / 1 (Ganjil)

Lebih terperinci

PANCASILA HAK ASASI MANUSIA. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

PANCASILA HAK ASASI MANUSIA. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen PANCASILA Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis HAK ASASI MANUSIA Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi S1 Manajemen Pengakuan Atas Martabat dan Hak-Hak Yang Sama Sebagai Manusia Sebagai bagian dari masyarakat

Lebih terperinci

NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Disusun Oleh : Galang Swawinasis (11.02.8059) Dosen Pembimbing : Kalis Purwanto Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Pancasila

Lebih terperinci

FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN

FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN Dosen Nama : Dr. Abidarin Rosyidi, MMA :Ratna Suryaningsih Nomor Mahasiswa : 11.11.5435 Kelompok : E Program Studi dan Jurusan : S1 Sistem Informatika STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 5

BAHAN TAYANG MODUL 5 Modul ke: PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 SERTA PENJABARAN PADA PASAL- PASAL UUD 1945 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN NEGARA SEMESTER GASAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata-susunan ekonomi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 1988 TANGGAL 28 JANUARI 1988 TENTANG KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI ANGGARAN DASAR 24 SEPTEMBER 1987 MUKADIMAH Pengusaha Indonesia menyadari sedalam-dalamnya bahwa

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut

2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut 2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut diamandemen. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) POKOK BAHASAN 1 SISTEM-SISTEM EKONOMI

MODUL PEMBELAJARAN MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) POKOK BAHASAN 1 SISTEM-SISTEM EKONOMI MODUL PEMBELAJARAN MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) POKOK BAHASAN 1 SISTEM-SISTEM EKONOMI copyright 2016 Program Studi Akuntansi Universitas Pamulang, Tangerang Selatan. e-mail: dosen01066@unpam.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan dengan sistem sosial bangsa Indonesia, yaitu gotong royong. 1

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan dengan sistem sosial bangsa Indonesia, yaitu gotong royong. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Koperasi memiliki peran yang begitu sentral dalam perekonomian nasional, karena kehadirannya sebagai suatu usaha bersama untuk memperbaiki keadaan kehidupan ekonomi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI Nama : Devit Surtianingsih NIM : 11.01.2851 Kelompok : B Program Studi : Pancasila Jurusan : D3-TI Dosen : Irton. SE., M.Si STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. B. rumusan masalah

A. Latar Belakang. B. rumusan masalah ABSTRAKSI Mempelajari Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah kewajiban moral seluruh warga negara Indonesia. Pancasila yang

Lebih terperinci

Judul GOTONG ROYONG. Mata Pelajaran : PPKn Kelas : I (Satu) Nomor Modul : PPKn.I.04

Judul GOTONG ROYONG. Mata Pelajaran : PPKn Kelas : I (Satu) Nomor Modul : PPKn.I.04 Judul GOTONG ROYONG Mata Pelajaran : PPKn Kelas : I (Satu) Nomor Modul : PPKn.I.04 Penulis: Dra. Susi S. Mulyawati Penyunting Materi: Drs. Sarkadi, M.Si Penyunting Media: Dra. Asih P. Subadio 1 DAFTAR

Lebih terperinci

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Feni Fasta, SE, M.Si SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Feni Fasta, SE, M.Si SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA Perangkat kelembagaan dimaksud, meliputi lembaga atau wadah tempat subjek (objek) itu berhubungan, cara kerja dan mekanisme yang menjalin hubungan subjek (objek) tadi, secara kaidah atau norma yang mengatur

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

KEADILAN SOSIAL BAGI SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA

KEADILAN SOSIAL BAGI SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA KEADILAN SOSIAL BAGI SEBAGIAN RAKYAT INDONESIA Dosen : Tahajudin S, Drs Disusun Oleh : Nama : Ilham Prasetyo Mulyadi NIM : 4780 Kelompok : C Program Studi : S1 Jurusan : Teknik Informatika SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

PLEASE BE PATIENT!!!

PLEASE BE PATIENT!!! PLEASE BE PATIENT!!! CREATED BY: HIKMAT H. SYAWALI FIRMANSYAH SUHERLAN YUSEP UTOMO 4 PILAR KEBANGSAAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA PANCASILA NKRI BHINEKA TUNGGAL IKA UUD 1945 PANCASILA MERUPAKAN DASAR

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari negara Indonesia. Baik tanah maupun sumber-sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari negara Indonesia. Baik tanah maupun sumber-sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam. Tanah yang luas serta kekayaan alam yang melimpah merupakan bagian dari negara Indonesia. Baik tanah

Lebih terperinci

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Maria Alfonsa Chintia Dea P. NIM : A12.2013.04844 Kelompok : A12.6701 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI SISTEM

Lebih terperinci

MENERAPKAN EKONOMI ISLAM DENGAN PENDEKATAN EKONOMI PANCASILA: CARI JITU MENUJU INDONESIA PUSAT EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH DUNIA TAHUN

MENERAPKAN EKONOMI ISLAM DENGAN PENDEKATAN EKONOMI PANCASILA: CARI JITU MENUJU INDONESIA PUSAT EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH DUNIA TAHUN MENERAPKAN EKONOMI ISLAM DENGAN PENDEKATAN EKONOMI PANCASILA: CARI JITU MENUJU INDONESIA PUSAT EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH DUNIA TAHUN 2035 Amrial Ilmu Ekonomi Islam FEB UI Dalam Al-Qur an surat Al Baqarah

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III SISTEM EKONOMI INDONESIA Ilmu Hubungan Internasional Semester III Suatu sistem ekonomi mencakup nilai-nilai, kebiasaan, adat istiadat, hukum, norma-norma, peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN SRI EDI SWASONO TENTANG KONSEP DEMOKRASI EKONOMI DAN RESTRUKTURISASI EKONOMI DARI HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN SRI EDI SWASONO TENTANG KONSEP DEMOKRASI EKONOMI DAN RESTRUKTURISASI EKONOMI DARI HUKUM ISLAM BAB IV ANALISA PEMIKIRAN SRI EDI SWASONO TENTANG KONSEP DEMOKRASI EKONOMI DAN RESTRUKTURISASI EKONOMI DARI HUKUM ISLAM A. Analisa Terhadap Pemikiran Sri Edi Swasono Tentang Konsep Demokrasi Ekonomi Dari

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN Modul ke: Fakultas FEB INDONESIA Sistem Ekonomi Indonesia a. Perbandingan sistem (Kapitalis, Sosialis dan campuran) b. Sistem perekonomian Indonesia Sitti Rakhman, SP., MM Program Studi Manajemen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Relevansi Dalam kamus Bahasa Indonesia mengartikan kata relevansi sebagai kesesuaian, kecocokan, hubungan, kaitan usul dengan kenyataan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1988 TENTANG PERSETUJUAN ATAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1988 TENTANG PERSETUJUAN ATAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1988 TENTANG PERSETUJUAN ATAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

A. Pengertian Pancasila

A. Pengertian Pancasila PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI A. Pengertian Pancasila Istilah nilai dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya keberhargaan atau kebaikan. Di samping itu juga untuk menunjuk kata kerja yang

Lebih terperinci

MAKALAH PANCASILA TINJAUAN HISTORIS PANCASILA

MAKALAH PANCASILA TINJAUAN HISTORIS PANCASILA MAKALAH PANCASILA TINJAUAN HISTORIS PANCASILA DisusunOleh: MahendraWahyuAngkasa[11.11.5241] JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag 3.2 Uraian Materi 3.2.1 Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag dari negara, ideologi negara, staatsidee. Dalam hal

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KOPERASI

KONSEP DASAR KOPERASI KONSEP DASAR KOPERASI KONSEP DASAR PERKOPERASIAN UU No. 12 Tahun 1967 Koperasi dikatakan sebagai Organisasi ekonomi yang berwatak sosial. Konotasi berwatak sosial seringkali disalahtafsirkan sebagai organisasi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI Nama : yatno subagyo NIM : 11.12.5804 Kelompok : Hak Asasi Program Studi : Pancasila Jurusan : S1-SI Dosen : Drs.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NAMA : GATOT AGUNG NUGROHO NIM : 11.11.4677 KELOMPOK : C PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN : TEKNIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1987 TENTANG KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1987 TENTANG KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1987 TENTANG KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam usaha untuk lebih meningkatkan

Lebih terperinci

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruh isi paparan ini dengan mencantumkan sumber kutipan atas nama Komite Ekonomi dan Industri Nasional

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruh isi paparan ini dengan mencantumkan sumber kutipan atas nama Komite Ekonomi dan Industri Nasional EKONOMI PANCASILA 1 2 Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruh isi paparan ini dengan mencantumkan sumber kutipan atas nama Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) 2018 Pendiri Bangsa Membangun

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : VI / I Alokasi Waktu : 6 x 35 Menit Standar Kompetensi 1. Menghargai nilai-nilai juang dalam proses

Lebih terperinci

Sistem Ekonomi sebagai Alat untuk Memecahkan Masalah Ekonomi. Bab. Warta Ekonomi

Sistem Ekonomi sebagai Alat untuk Memecahkan Masalah Ekonomi. Bab. Warta Ekonomi Bab II Sistem Ekonomi sebagai Alat untuk Memecahkan Masalah Ekonomi Warta Ekonomi Relevansi Platform Ekonomi Pancasila Menuju Penguatan Peran Ekonomi Rakyat Ekonomi Rakyat dan Reformasi Kebijakan Maret

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA DAN DEMOKRASI EKONOMI P 5

SISTEM EKONOMI INDONESIA DAN DEMOKRASI EKONOMI P 5 SISTEM EKONOMI INDONESIA DAN DEMOKRASI EKONOMI P 5 Sistem ekonomi berkaitan dengan sistem politik yang dikembangkan pada suatu negara Sistem EKONOMI Sistem POLITIK Kaitan Pengembagan Sistem Ekonomi dan

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2010

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2010 60 IMPLEMENTASI SISTEM BANK SYARIAH VERSUS SISTEM BANK KONVENSIONAL ======================================= Oleh: Dr. Hj. RENNY SUPRIYATNI B., SH., MH. NIP. 19570214 199302 2 001 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Sani Hizbul Haq Kelompok F. Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma.

HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Sani Hizbul Haq Kelompok F. Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR Disusun oleh : Sani Hizbul Haq 11.11.5585 Kelompok F Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. JURUSAN S1 TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan KONSEP DASAR PERKOPERASIAN 1. Pendahaluan Selama ini diketahui bahwa perkembangan Koperasi dan peranannya dalam perekonomian nasional belum memenuhi harapan, khususnya dalam memenuhi harapan sebagai sokoguru

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Dasar Negara Dalam Pasal UUD 1945 dan Kebijakan Negara Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen Bagian Isi

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014 Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERTEMUAN DENGAN VETERAN DAN PEJUANG PERANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perusahaan yang sesuai dengan sistem perekonomian yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perusahaan yang sesuai dengan sistem perekonomian yang hendak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945, koperasi dinyatakan sebagai bentuk perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Zaka nurhadi Nim : 11.11.5663 Kelompok : F Program studi : S1-Teknik informatika Dosen : Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua kata Yunani kuno yaitu demos dan cratein yang masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua kata Yunani kuno yaitu demos dan cratein yang masingmasing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu bentuk tentang cara- cara penyelenggaraan kekuasaan pemerintah berdasarkan asas kedaulatan rakyat. Istilah demokrasi berasal dari dua

Lebih terperinci

ETIKA POLITIK PANCASILA

ETIKA POLITIK PANCASILA ETIKA POLITIK PANCASILA Oleh: Dwi Yanto Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Ma arif Buntok, Kalimantan Tengah Abstrak Pengertian secara sederhana tentang Politik adalah, Suatu kegiatan untuk mencapai

Lebih terperinci

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS GLOBAL DAN MODERN PASCA REFORMASI

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS GLOBAL DAN MODERN PASCA REFORMASI EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS GLOBAL DAN MODERN PASCA REFORMASI NAMA : RYAN AKBAR RAMADHAN NIM : 11.12.6308 KELOMPOK : J PRODI DAN JURUSAN : S1 SISTEM INFORMASI DOSEN : Junaidi Idrus, S.Ag., M.Hum

Lebih terperinci

Penjabaran Pancasila Dalam Pasal UUD 45 dan Kebijakan negara. Komarudin, MA

Penjabaran Pancasila Dalam Pasal UUD 45 dan Kebijakan negara. Komarudin, MA Penjabaran Pancasila Dalam Pasal UUD 45 dan Kebijakan negara Modul ke: 06 Fakultas HUMAS Setelah membaca modu ini mahasiswa diharapkan menguasai pengetahuan tentang : hubungan Pancasila dengan Pembukaan

Lebih terperinci

Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3.

Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3. PANCASILA LANJUT Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3. Peri ketuhanan 4. Peri kerakyatan 5. Kesejahteraan

Lebih terperinci

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional POKOK-POKOK PENJELASAN PERS MENTERI NEGARA PPN/ KEPALA BAPPENAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

Lebih terperinci

PERANAN KOPERASI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA. Oleh Sri Zulhartati (IPS, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

PERANAN KOPERASI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA. Oleh Sri Zulhartati (IPS, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) PERANAN KOPERASI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA Oleh Sri Zulhartati (IPS, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak: Pada kasus Indonesia, koperasi sebagai badan usaha yang dimiliki dan dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Koperasi Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata

Lebih terperinci

SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ESTI HADI KUSMAWAN 11.02.7914 11.D3MI.01 DOSEN: BPK. KALIS PURWANTO [Type text] Page 1 ABSTRAK Sistem Ekomomi Pancasila

Lebih terperinci

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup)

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup) 1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup) Pengertian pandangan hidup adalah suatu hal yang dijadikan sebagai pedoman hidup, dimana dengan aturan aturan yang di buat untuk mencapai yang di

Lebih terperinci

Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila

Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila 1. LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang diejawantahkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Perseorangan (Persero) adalah BUMN yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Perseorangan (Persero) adalah BUMN yang berbentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam tatanan kehidupan perekonomian. Ketiga sektor tersebut adalah sektor

Lebih terperinci

Demokrasi di Indonesia

Demokrasi di Indonesia Demokrasi Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara

Lebih terperinci

Cita Cita Nasional. (Pemersatu Pola Pikir KerjasamaNasional)

Cita Cita Nasional. (Pemersatu Pola Pikir KerjasamaNasional) Cita Cita Nasional (Pemersatu Pola Pikir KerjasamaNasional) membentuk pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT Title? Author Riendra Primadina Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov 2010 14:10:06 GMT Author Comment Hafizhan Lutfan Ali Comments Jawaban nya...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK. Secara harfiah koperasi yang berasal dari bahasa Inggris Cooperation terdiri dari

BAB II LANDASAN TEORITIK. Secara harfiah koperasi yang berasal dari bahasa Inggris Cooperation terdiri dari BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Pengertian Koperasi Bagi bangsa Indonesia, koperasi sudah tidak asing lagi, karena kita sudah merasakan jasa koperasi dalam rangka keluar dari kesulitan hutang lintah darat.

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA Oleh : DENY KURNIAWAN NIM 11.11.5172 DOSEN : ABIDARIN ROSIDI, DR, M.MA. KELOMPOK E PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. era orde baru, dimana pada era orde lama dibawah pemerintahan Presiden

BAB I PENDAHULUAN. era orde baru, dimana pada era orde lama dibawah pemerintahan Presiden BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Berkaca pada sejarah kepemimpinan bangsa ini pada era orde lama dan era orde baru, dimana pada era orde lama dibawah pemerintahan Presiden Sukarno dan pada orde

Lebih terperinci

Konstitusionalisme SDA Migas. Zainal Arifin Mochtar Pengajar Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Konstitusionalisme SDA Migas. Zainal Arifin Mochtar Pengajar Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Konstitusionalisme SDA Migas Zainal Arifin Mochtar Pengajar Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Karakter Konstitusi Indonesia Meninggalkan ciri usang singkat dan jelas Berisi tidak saja sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN PEMBANGUNAN HUKUM TAHUN

BAB II LANDASAN PEMBANGUNAN HUKUM TAHUN BAB II LANDASAN PEMBANGUNAN HUKUM TAHUN 2015-2019 Uraian dalam bab sebelumnya memberikan gambaran bahwa sesungguhnya pembangunan hukum nasional memerlukan landasan yang kuat. Terdapat 2 (dua) landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1982 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1966 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERS SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana termaktub dalam ideologinya, yaitu Pancasila. Kelima sila

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana termaktub dalam ideologinya, yaitu Pancasila. Kelima sila 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan nilai-nilai yang mengakar sebagaimana termaktub dalam ideologinya, yaitu Pancasila. Kelima sila dalam Pancasila tersebut,

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

BAB II PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma BAB II PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI KOPERASI, GOTONG ROYONG DAN TOLONG MENOLONG Koperasi mengandung makna kerja sama, ada juga mengartikan menolong satu sama lain. Arti kerjasama bisa berbeda-beda

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: 13 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila Dan Implementasinya Bagian III Pada Modul ini kita membahas tentang keterkaitan antara sila keempat pancasila dengan proses pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. : Oby rohyadi. Nomer mahasiswa : Program studi : STRATA 1. : Teknik Informatika

TUGAS AKHIR STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. : Oby rohyadi. Nomer mahasiswa : Program studi : STRATA 1. : Teknik Informatika TUGAS AKHIR STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Oby rohyadi Nomer mahasiswa : 11.11.5471 Kelompok : F Program studi : STRATA 1 Jurusan Nama Dosen : Teknik Informatika : Dr.abidarin rosidi,m.ma Implementasi

Lebih terperinci

KOPERASI SEBAGAI SOKO GURU PENGGERAK EKONOMI PANCASILA

KOPERASI SEBAGAI SOKO GURU PENGGERAK EKONOMI PANCASILA Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis Vol.2, No.2, Juni 2017: 139-146 ISSN 2527-7502 _ KOPERASI SEBAGAI SOKO GURU PENGGERAK EKONOMI PANCASILA Inggar Saputra 1, Akhmad Saoqillah 2 1 Staf Pengajar Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

KEPPRES 24/1999, PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA

KEPPRES 24/1999, PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 24/1999, PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA *48766 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 24 TAHUN 1999 (24/1999) TENTANG PENGESAHAN

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARA DEMOKRASI POLITIK, DEMOKRASI EKONOMI DAN SISTEM EKONOMI KERAKYATAN

KETERKAITAN ANTARA DEMOKRASI POLITIK, DEMOKRASI EKONOMI DAN SISTEM EKONOMI KERAKYATAN KETERKAITAN ANTARA DEMOKRASI POLITIK, DEMOKRASI EKONOMI DAN SISTEM EKONOMI KERAKYATAN Tarmizi Abbas 1 dan Win Konadi Manan 2 Abstrak Demokrasi politik merupakan syarat bagi berjalannya demokrasi ekonomi.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA GOTONG ROYONG SEBAGAI BUDAYA INDONESIA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA GOTONG ROYONG SEBAGAI BUDAYA INDONESIA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA GOTONG ROYONG SEBAGAI BUDAYA INDONESIA DISUSUN OLEH : Nama : GUNTUR DUTA PENATAS NIM : 11.11.4700 Kelompok Program Studi Jurusan : C : STRATA SATU : Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB II IHWAL NILAI NASIONALISME DAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK SERTA SILABUS. Pada bab II akan dijelaskan tentang hal-hal dibawah ini.

BAB II IHWAL NILAI NASIONALISME DAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK SERTA SILABUS. Pada bab II akan dijelaskan tentang hal-hal dibawah ini. BAB II IHWAL NILAI NASIONALISME DAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK SERTA SILABUS Pada bab II akan dijelaskan tentang hal-hal dibawah ini. 1) ihwal nilai nasionalisme; 2) ihwal buku sekolah elektronik; 3) ihwal

Lebih terperinci

BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA A. Pancasila Paradigma Pembangunan 1. Pengertian Paradigma Istilah paradigma menurut kamus Bahasa Indonesia, yaitu (1) daftar

Lebih terperinci

ANALISIS RENTABILITAS, LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS UNTUK MENILAI KEBERHASILAN USAHA PADA KUD DHEWI SRI DI GATAK SUKOHARJO

ANALISIS RENTABILITAS, LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS UNTUK MENILAI KEBERHASILAN USAHA PADA KUD DHEWI SRI DI GATAK SUKOHARJO ANALISIS RENTABILITAS, LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS UNTUK MENILAI KEBERHASILAN USAHA PADA KUD DHEWI SRI DI GATAK SUKOHARJO SKRIPSI Disusun Guna Untuk Memperoleh Gelar S-1 Jurusan Manajemen Fakultas

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA Negeri 1 Pakem Kelas/Semester : X/1 Mata Pelajaran : Ekonomi Materi Pokok : Masalah ekonomi dalam sistem ekonomi Alokasi Waktu : 3 x 45 menit A. Tujuan

Lebih terperinci

Urgensi Memahami Kembali Pancasila Oleh : Bambang Trisutrisno Ketua Lembaga Kajian Pertahanan untuk Kedaulatan NKRI KERIS

Urgensi Memahami Kembali Pancasila Oleh : Bambang Trisutrisno Ketua Lembaga Kajian Pertahanan untuk Kedaulatan NKRI KERIS Urgensi Memahami Kembali Pancasila Oleh : Bambang Trisutrisno Ketua Lembaga Kajian Pertahanan untuk Kedaulatan NKRI KERIS www.lembagakeris.net Sebagai Bangsa yang dihuni oleh berbagai suku bangsa, etnis,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

PANCASILA UNTUK INDONESIA

PANCASILA UNTUK INDONESIA PANCASILA UNTUK INDONESIA Disusun Oleh : Aulia Gradita S.P NIM : 11.11.5052 Kelompok Jurusan Dosen : D : S1 Teknik Informatika : Tahajudin S, Drs Untuk memenuhi Mata Kuliah Pendidikan Pancasila STMIK AMIKOM

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA Di susun oleh : Nama : Adam Putra Bakti NIM : 11.02.8089 Kelompok : A P. Studi : Pendidikan Pancasila Jurusan : D3-MI Dosen : Drs. M. Khalis Purwanto, MM

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ekonomi yang falsafat dan nilai-nilainya baik nilai-nilai dasar dan

BAB V PENUTUP. ekonomi yang falsafat dan nilai-nilainya baik nilai-nilai dasar dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sistem ekonomi yang hendak dibangun Hatta adalah sebuah sistem ekonomi yang falsafat dan nilai-nilainya baik nilai-nilai dasar dan instrumentalnya digali dari ajaran agama islam.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN MODAL DASAR PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN MODAL DASAR PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN MODAL DASAR PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam meningkatkan

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA KELOMPOK 2: 1. Hendri Salim (13) 2. Novilia Anggie (25) 3. Tjandra Setiawan (28) SMA XAVERIUS BANDAR LAMPUNG 2015/2016 Hakikat Warga Negara Dalam Sistem Demokrasi Warga Negara

Lebih terperinci