Cita Cita Nasional. (Pemersatu Pola Pikir KerjasamaNasional)

Transkripsi

1 Cita Cita Nasional (Pemersatu Pola Pikir KerjasamaNasional) membentuk pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasar kemerdekaan, k perdamaian abadi bdi dan keadilan sosial. Hlm 7.

2 Pancasila (1) Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) Kemanusian yang Adildan dan Beradab; (3) Persatuanan Indonesia; (4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh HikmatKebi jaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan; (5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Indonesia. DengandemikianPembangunan g Nasional berarti: [1] membangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya; [2] merata diseluruh Tanah Air; [3] harus dilaksanakan secara berencana. Hlm 7.

3 Mpu Tantular menyampaikan tuah agungnya: Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Darma Mangrwa, yang beraneka itu adalah satu, tidak ada kewajiban yang mendua (hanya demi bangsa dan negara yang satu). Inilah Indonesia, sangat beranekaragam, pluralistik dan multikulturalistik, namun satu, ikatan kesatuannya adalah Pancasila. Hlm 2.

4 Tanpa platform nasional bangsa ini akan éla élo, mudah terombang ambing tanpa pegangan, terlanda kebingungan, berjalan tanpa pedoman arah untuk mempertahankan kemerdekaannasional e as a yang kita miliki sejak Proklamasi Kemerdekaan Hlm 3.

5 Doktrin Kebangsaanberkaitan dengan ke Bhinneka Tunggal Ika an, dengan pluralisme dan multikulturalisme yang harus disatukan oleh rasa bersama dalam idiom nation state berikut semangatnasionalismeyang nasionalisme menyertainya. Hlm 3.

6 DoktrinKerakyatan berkaitan dengan keutamaan Daulat Rakyat, kepentingan rakyat adalah pri mus mus, pemerintahan negara dijalankan atas kehendak rakyat dan kepentingan rakyat, bahwa Tahta adalah untuk Rakyat semata mata. Dengan demikianituposisirakyatitu adalah sentral substansial. Hlm 4.

7 Menurut Mubyarto (1981) Sistem Ekonomi Pancasila berciri: Pertama, Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial danmoral. Kedua, kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah keadaan pemerataan sosial (egalitarianisme), sesuai asa asas kemanusiaan. Ketiga, prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional yang tangguh yang berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijak sanaan ekonomi. Kelima, koperasi merupakansoko guru pere kono mian dan merupakan bentuk paling konkrit dari usaha bersama. Keenam, adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat nasional dengan desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan eko nomi untuk menjamin keadilan ekonomi dan sosial. Hlm 17.

8 MenurutSri Edi Swasono (1981) Sistem Ekonomi Pancasila dapat digambarkan sebagai sistem ekonomi yang berorientasi atau berwawasan pada sila sila Pancasila, yaitu: Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa (adanya atau diberlakukannyaetikdanmoral agama, bukan materialisme; manusia beragama melaksanakan perikehidupannya berkat iman dan hidayah Tuhan). Kedua, Kemanusiaan (kehidupan berekonomi yang humanistik, adil dan beradab), tidak mengenal pemerasan, penghisapan ataupun riba). Ketiga, Persatuan (berdasar sosio nasionalisme Indonesia, kebersamaan dan berasas kekeluargaan, gotong royong, bekerjasama, tidak saling mematikan); Keempat, Kerakyatan (berdasar demokrasi ekonomi, kedaulatan ekonomi, mengutamakan hajat hidup orang banyak, ekonomi rakyat sebagai dasar perekonomian nasional); Kelima, Keadilan sosial secara menyeluruh (pemerataan sosial ekonomi, kemakmuran rakyat yang utama, bukan kemakmuran orang seorang, berkeadilan dan berkemakmuran). Hlm

9 KERJASAMA VS PERSAINGAN Ada dua kk kekuatan dunia, yang pertama adalah dlh persaingan (competition), yang kedua adalah kerjasama (cooperation). Keduanya merupakan a pair of twin forces. Dua kli kali perang duniasebagai ipuncak persaingan antara negara negara telah menimbulkan kemandegan dunia. Duniabergerakkembalimelalui kerjasama. Perang Dunia I berakhir dan lhith lahir The League of Nations (Liga Bangsa Bangsa), Perang Dunia II berakhir lalu lahirlah pula The United Nations (Perserikatan Bangsa Bangsa). B Kd Keduanya sebagai wujud kerjasama setelah kehancuran akibat persaingan. Istilah sinergi, yaitu munculnya kekuatan bersama berlipat lipat ganda, hanya terkait kidan terjadi dalam konteks kerjasama berdasar kepentingan bersama. Hlm 6.

10 Ketimpangan Keadilan Sosial Ekonomi Propinsi Angka Kemiskinan (% Penduduk) 2010 Papua Barat 36,80 Papua 34,88 Maluku 27,74 Sulawesi Barat 23,19 Nusa Tenggara Timur 23,03 Nusa Tenggara Barat 21,55 Aceh 20,98 Bangka Belitung 18,94 Gorontalo 18,70 Sumatera Selatan 18,30 Rata Rata Nasional 13,33

11 Halaman 33

12

13

14

15 Kaidah Penuntun GBHN 1993 Pusdiklat Spimnas 2011

16

17 Delapan Jalur Pemerataan Pusdiklat Spimnas 2011

18 Globalisasi Dalam keadaan dunia semakin terglobalisasi akan terjadi perusakan serius terhadap kesadaran diri pada tingkat peradaban, kemasyarakatan dan etnis (Huntington, 1996). Globalisasi adalah nama lain untuk dominasi Amerika (H. Kissinger, 1998). Dari segi kultural globalisasi te lah cenderung meliputi meluasnya (demi pembaikan ataupun pem bu ru kan) Amerikanisasi (T. Friedman, 2001). Dunia akan me mi liki eko nomi global tanpa pemerintahan global saat ini kita me miliki ekonomi global tanpa masyarakat global (G. Soros, 1998). Globalisasi li i adalah dlhimperialism i ekonomi ib baru (Petras & Veltmeyer, 2001) (dilanjutkan)

19 (lanjutan) Tetapi glo balisasi tidak lagi suatu prosesdominasi iamerika ataupunamerikanisasi i i yang sederhana, globalisasi telah menciptakan perang dagang g (Krugman, 2001) dan, saat ini, telah dengan parah mengakibatkan perang mata uang global yang mencemaskan (Swasono, 2010). Cara Carabagaimanaglobalisasi globalisasi telah ditatalaksana perlu secara radikal dipikirkan ulang membuat globalisasi bekerja: merupakan langkah langkah l k hberikut untuk menuju keadilan global (Stiglitz, 2007), atau, sebagaimana kita saksikan adalah kita memiliki ekonomi terjun bebas buatan made in Amerika pasar bebas dan tenggelamnya ekonomidunia dunia (Stiglitz, 2010).