MENCIPTAKAN PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT DI INDONESIA (Analisis Terhadap UU No. 5 Tahun 1999 tentang Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat)

Transkripsi

1 MENCIPTAKAN PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT DI INDONESIA (Analisis Terhadap UU No. 5 Tahun 1999 tentang Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat) ABSTRACT The constitution of Indonesia gives freedom to each individual to effort and to gain estate for living development and its welfare. The freedom doesn t give positif effect more for Indonesia s business world, besides it to encourage the effect of monopoly toward business subjects that give on unhealthy competition. Phenomena above it gives effect to attaining the Indonesia s national aim such as creating large prosperity and welfare for Indonesian people. The born of the constitution number 5 year 1999 about resistant of monopoly and unhealthy business competition is an effort to keep the activity of monopolistics and the kind of it. In this constitution is arranged as well business competetion supervisor commission that leads to supervise the attitude of business in order not to act monopolistic attitude. The treat of punishment can be given to the business actor who do that attitude beside administrative sanction. Keyword : business copmpetetion, monopoly. A. PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi pada Pembangunan Jangka Panjang Pertama telah menghasilkan banyak kemajuan, antara lain dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat. Kemajuan pembangunan yang telah dicapai diatas, didorong oleh kebijakan pembangunan di berbagai bidang, termasuk kebijakan pembangunan bidang ekonomi yang tertuang dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dan Rencana Pembangunan Lima Tahunan serta berbagai kebijakan ekonomi lainnya. Meskiipun telah banyak kemajuan yang dicapai selama Pembangunan Jangka Panjang Pertama, tetapi masih menyisakan banyak masalah, terutama seiring dengan globalisasi perekonomian serta dinamika dan perkembangan usaha swasta sejak awal tahun 1990-an. Peluang-peluang usaha yang tercipta selama tiga dasawarsa, dalam kenyataanya belum mampu membuat seluruh masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan di sektor ekonomi. Perkembangan usaha swasta tidak diimbangi

2 dengan peraturan pemerintah yang tepat, sehingga menimbulkan kondisi persaingan usaha yang tidak sehat. Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 (sebelum diamandemen) cenderung menunjuk corak yang monopolitik. 1 Lahirnya Undang-Undang No.5 tahun 1999 tentang Antimonopoli dan Persaingan Tidak Sehat merupakan perangkat hukum dalam dunia usaha yang dirasakan sebagai kebutuhan yang mendesak. Keberadaan Undang-Undang ini selain adanya desakan dari IMF (International Monetary Fund), juga sebagi respon atas tuntutan masyarakat kecil dan menengah untuk diperlakukan sama seperti pengusaha besar. Undang-Undang No. 5 tahun 1999 tentang Antimonopoli dan Persaingan Tidak Sehat ini disusun berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta berasaskan kepada demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepertingan pelaku usaha dan keperntingan umum, dengan tujuan untuk menjaga kepertingan umum dan melindungi konsumen, menumbuhkan iklim usaha yang sangat kondusif sehingga tercipta persaingan usaha yang sehat; mencegah praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat; serta menciptakan efektivitas dan efisien dalam kegiatan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. B. PERMASALAHAN Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan adalah: Bagaimanakah penegakan hukum anti monopoli di Indonesia agar tercipta persaingan usaha yang sehat? C. PEMBAHASAN 1. Pengertian Umum 2001, hal Stiadi A. Anti Dumping dalam Perspektif Hukum di Indonesia, Jakarta, Legal Konsultan,

3 UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Peersaingan Usaha Tidak Sehat dalam Ketentuan Umum memuat beberapa pengertian dalam hubungannya dengan kegiatan m monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. a. Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha. b. Praktek monopoli adalah pemusatan kegiatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. c. Pemusatan kegiatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu barang bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan harga barang dan atau jasa. d. Posisi dominan adalah dimana keadaan pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar yang bersangkutan dalam kaitan dengan pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi diantara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu. 2 Dengan mencermati beberapa pengertian umum diatas, ternyata hanya menyebutkan kegiatan-kegiatan yang bersifat nasional, dalam arti hanya kegiatan dalam lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang ini tidak mengatur aspek globalisasi, dimana pelaku usaha sangat mungkin untuk melakukan kegiatan usaha melintas batas-batas teritorial suatu negara. Monopoli hanya ditekankan pada penguasaan produksi dan pemasaran atas barang dan jasaa tertentu oleh satu pelaku atau satu kelompok pelaku usaha. 2 Fuadi Munir, Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, Citra Aditia Bandung, 2003, hal. 13

4 Dalam melakukan kegiatan uasaha, setiap manusia akan melakukan kompetisi. Manusia berusaha memenuhi keinginan tersebut melalui sumber daya yang ada dan terbatas, sehingga manusia berkompetisi untuk memenuhi keinginannya. 2. Kegiatan yang Dilarang a. Monopoli Pelaku usaha yang dilarang melakukan praktek monopoli karena menimbulkan persaingan tidak sehat, mengendalikan harga seenaknya yang akhirnya kepentingan konsumen akan terabaikan. Ketentuan mengenai monopoli termunat dalam Pasal 17 UU No. 5 tahun b. Monopsoni Secara umum monopsoni dapat diartikaan sebagai kegiatan pelaku usaha yang mnguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar yang bersangkutan. Ketentuan ini ada dalam Pasal 18 UU No. 5 tahun c. Penguasaan Pasar Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan pasar baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama pelaku usaha lainnya yang mangakibatkan praktek monopoli dan persaingan tidak sehat berupa : 1). Menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar yang bersangkutan ; atau 2).Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu; atau dengan membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar yang bersangkutan ; atau 3).Melakukan praktik deskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu. Pengaturan mengenai penguasaan pasar ini dapat dilihat dalam pasal 20 dan 21. 1). Persengkokolan

5 Pelaku usaha dilarang untuk bersekongkol dengan pihak lain untuk menghancurkan pelaku usaha pesaingnya. Ketentuan ini dalam pasal 22, 23 dan 24. 2). Posisi Dominan Mengenai pengaturan suatu pelaku usaha menggunakan posisi dominan dituangkan dalam pasal 25 ayat (1) dan (2). 3). Jabatan Rangkap Seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris dari suatu perusahaan, pada waktu yang bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau komisaris pada perusahaan tertentu yang berada dalam pasar yang sama, terkait dengan bidang usaha dan secara bersama-seama menguasai pangsa pasar. 4). Pemilikan Saham Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada perusahaan sejenis. Lebih lanjut dilihat pada Pasal 27. 5). Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan Secara tegas, dalam pasal 28 dan 29, bahwa tindakan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan yang akan menimbulkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, dilarang. Undang-Undang ini hanya menegaskan bentuk penggabungan yang bersifat vertikal Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) KPPU adalah komisi yang dibentuk untuk mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktik monopoli dan atau persaingan tidak sehat ( Pasal 1 huruf 18). Tugas KPPU : a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. 3 Setneg. Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, Jakarta, 2000, hal. 35

6 b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan praktek monopoli dan persaingan tidak sehat. c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidaknya posisi dominan. d. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana diatur dalam pasal 36. e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemmerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan persaingan tidak sehat. f. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang Undang ini. g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada Presiden dan atau DPR. 4 Sedangkan wewenang KPPU salah satunya adalah menampung laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan telah terjadinya praktek monopoli dan atau perbuatan curang. Apablia dirincikan, tugas dan wewenang KPPU hanya terbatas pada kewenangan administratif. Adanya Badan Penyidik dalam KPPU bukanlah suatu Polisi khusus dan juga tidak mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu keputusan yang sederajat dengan putusan hakim. Karenanya, putusan KPPU dapat langsung dimintakan penetapan eksekusi pada Pengadilan Ngeri yang berwenang tanpa harus beracara sekali lagi di persidangan tersebut. 4. Sanksi Ketentuan penjatuhan sanksi terhadap pelaku usaha yang melanggar undangundang ini dapat digolongakan menjadi 3 kategori yaitu : 1. Sanksi administrasi, dapat berupa penetapan pembatalan perjanjian, perhentian integrasi vertikal, perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan posisi dominan, penetapan pembatalan atas penggabungan, peleburan dan pengambilalihan badan usaha, penetapan pembayaran ganti rugi, penetapan 4 Ibid. hal. 12

7 denda serendah-rendahnya Rp ,- atau setinggi-gingginya Rp ,-. 2. Sanksi pidana pokok. Apabila pelaku usaha melanggar ketentuan Pasal 14, 16, 17, 18, 19, 25, 27 dan 28 dikenakan denda minimal ,- dan setinggi-tingginya Rp ,-. 3. Sanksi pidana tambahan, yang dapat berupa (pasal 10 KUHP) : a. Pencabutan izin usaha. b. Larangan kepada pelaku usaha yang telah melakukan pelanggaran terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris sekurang-kurangnya dua tahun dan selama-lamanya lima tahun. c. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugaian pihak lain. 5 Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) juga memuat ketentuan mengenai larangan persaingan tidak sehat/curang yaitu dalam Pasal 283 KUHP: Barangsiapa untuk mendapatkan, melangsungakan atau memperluas hasil perdagangan atau perusahaan milik sendiri atau orang lain, melakukan perbuatan curang untuk menyesatkan khalayak umum atau seorang tertentu, diancam karena persaingan curang dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak Rp ,- (tiga belas ribu lima ratus rupiah), bila perbuatan itu dapat menimbulkan kerugian bagi konkuren- konkuren orang lain itu. Upaya penegakan hukum anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat di Indonesia, memerlukan kerjasama dan usaha yang sungguh-sungguh untuk dapat melaksanakan upaya penegakan hukum. Kesungguhan ini harus ada dalam pihak yang terlibat, polisi, jaksa, hakim dan masyarakat yang mengetahui adanya usaha monopoli dan persaingan curang. Yang lebih utama lagi adalah peran dari KPPU ` 5 Fuadi Munir, Op. Cit. hal. 50

8 dalam memberantas monopoli dan persaingan curang, sehingga kapabilitas, kejujuran dan keseriusan dari anggota komisi ini sangat menentukan penegakan hukum anti monopoli dan persaingan curang dalam praktek. D. KESIMPULAN Dari uraian diatas dapat diambil beerapa kesimpulan yaitu : 1. Di Indonesia, pengaturan mengenai larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat terdapat dalam Undang-Undang No.5 tahun Dalam penegakan hukum anti monopoli dan persaingan tidak sehat, KPPU sebagai sebuah komisi pengawas belum maksimal dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. KPPU hanya dapat menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha pasar yang melakukan kegiatan monopoli dan persaingan curang. Hukum anti monopoli belum ditegakkan dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, sehingga membutuhkan kerjasama dan kesungguhan baik dari masyarakat maupun aparat penegak hukum. DAFTAR PUSTAKA Fuady, Munir. Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, Kansil, C.S.T. Pokok-Pokok Pengetahuan Ummum Dagang Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, Setiadi, A. Anti Dumping dalam Perspektif Hukum Indonesia. Jakarta: S & R Legal Consultant, Suherman, Ade Maman. Aspek Hukum dalam Ekonomi Global. Jakarata: Ghalia Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat.