Materi Pelatihan untuk Perencanaan Lingkungan dalam Pembangunan. Modul-modul Pengarus-utamaan Perubahan Iklim dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Materi Pelatihan untuk Perencanaan Lingkungan dalam Pembangunan. Modul-modul Pengarus-utamaan Perubahan Iklim dalam Perencanaan Pembangunan Daerah"

Transkripsi

1 Materi Pelatihan untuk Perencanaan Lingkungan dalam Pembangunan Modul-modul Pengarus-utamaan Perubahan Iklim dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Juni

2 2

3 Pengantar Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia menjadikannya sebagai salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak dari perubahan iklim. Dengan garis pantai yang sangat panjang dan jutaan masyarakat miskin yang bergantung pada sumber daya alam untuk ketahanan pangannya, Indonesia dihadapkan pada permasalahan besar akibat dampak perubahan iklim, yang akan mengancam keberhasilan pembangunan sosial-ekonomi. Oleh karena itu, upaya adaptasi terhadap perubahan iklim diperlukan untuk melindungi masyarakat dari potensi bahaya yang ditimbulkan oleh kenaikan muka air laut, banjir, kekeringan serta kelangkaan air bersih, dan rusaknya habitat di berbagai ekosistem. Arah pembangunan adaptasi perubahan iklim nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) mendorong Pemerintah Daerah untuk menyusun perencanaan ketahanan iklim yang dintegrasikan ke dalam dokumen rencana pembangunan berdasarkan kajian kerentanan. Di tingkat nasional, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas telah meluncurkan dokumen Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN API) yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mendorong terbangunnya sinergitas pelaksanaan program adaptasi perubahan iklim dan terbentuknya sistem koordinasi yang lebih baik antara pusat dan daerah maupun antar sektor dalam meningkatkan ketahanan Indonesia terhadap dampak perubahan iklim. Namun, perlu dipahami bahwa kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM), terutama birokrasi di setiap daerah sangat bervariasi. Pengetahuan dan kemampuan dalam menyusun kajian kerentanan dan rencana aksi adaptasi perubahan iklim tidaklah sama di setiap daerah. Selain itu, diperlukan komitmen yang kuat untuk melakukan inisiatif dengan pertimbangan potensi dan karakteristik daerah melalui prioritasasi. Untuk mendorong hal tersebut, Direktorat Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas melalui Sekretariat RAN API bekerja sama dengan Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren) Bappenas telah menyusun Modul Pengarusutamaan Perubahan Iklim, yang dapat digunakan sebagai panduan dan pedoman pelatihan bagi aparat fungsional perencanaan di pemerintah daerah yang akan melakukan pengarusutamaan adaptasi perubahan iklim ke dalam perencanaan pembangunan daerah. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan dokumen ini, dan berharap dokumen ini dapat bermanfaat bagi para pelaku di tingkat nasional dan daerah. Jakarta, Desember 2016 Ir. Medrilzam, M.Prof.Econ, Ph.D Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas i

4 ii

5 Daftar Isi Pengantar... Daftar Isi... iii Daftar Gambar... Daftar Tabel... Kurikulum Deskripsi Singkat Tujuan Pembelajaran Format Kurikulum... 2 Modul 8: Rencana Aksi Daerah-Gas Rumah Kaca Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan Metode Proses Pembelajaran Pengantar Presentasi Narasumber Bahan Bacaan: Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) dan RAD-GRK Penyusunan dokumen RAD-GRK Implementasi RAN/RAD-GRK PEP RAN/RAD-GRK... Modul 9A: Pengantar pada Adaptasi Perubahan Iklim Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan Metode Proses Pembelajaran Pengantar (10 menit) Pemaparan/Presentasi Narasumber (45 menit) Diskusi kelompok: (60 menit) Bahan Bacaan: 9A. Pengantar Pada Adaptasi Perubahan Iklim Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN API) Kerangka Kerja Adaptasi Perubahan Iklim Konsep Perubahan Iklim Dampak Perubahan Iklim Strategi Adaptasi Ketahanan Iklim MODUL 9B: Kajian Kerentanan dan Risiko Perubahan Iklim Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan Metode Proses Pembelajaran Pengantar (10 menit) i v vi iii

6 4.2. Pemaparan/Presentasi Narasumber (45 menit) Diskusi dengan Narasumber (20 menit) Latihan Membuat Kajian Kerentanan Iklim (90 menit) Bahan Bacaan 9B: Kajian Kerentanan dan Risiko Iklim Identifikasi Sektor Terdampak dan Pembentukan Kelompok Kerja Analisis Kondisi Iklim dan Kejadian Cuaca Ekstrem Historis Analisa Skenario iklim Masa Depan Pengkajian Dampak Kejadian Iklim yang Mengancam Fungsi Ekologis Analisa Kerentanan Masa Kini dan Masa Mendatang Analisis Risiko Iklim Masa Kini dan Masa Mendatang Analisis Kapasitas Kelembagaan dalam Mengendalikan Dampak Perubahan Iklim.. 37 Modul 10: Penyusunan Strategi Adaptasi Perubahan Iklim Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan Metode Proses Pembelajaran Pengantar (10 menit) Pemaparan/Presentasi Narasumber (45 menit) Dialog dengan Narasumber (30 menit) Latihan Membuat Strategi Adaptasi Perubahan Iklim: (90 menit) Bahan Bacaan: Penyusunan Strategi Adaptasi Perubahan Iklim Tools untuk Menyusun Strategi Indentifikasi Aksi Adaptasi yang telah dilakukan Penentuan Prioritas Menyusun Rencana Aksi Modul 14. Pengantar pada Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan Aksi Adaptasi Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan Metode Proses Pembelajaran Bahan Bacaan Pemantauan Evaluasi Penilaian Ketahanan Daerah (District/City Resilience Review) Kendala Pemantauan dan Evaluasi Adaptasi Pelaporan Modul 15 Pengarus-utamaan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Perencanaan Pembangunan Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan Metode Proses Pembelajaran Bahan Bacaan Pengintegrasian dalam Perencanaan Pembangunan Climate Proofing untuk Program dan Kegiatan GLOSSARY References iv

7 Daftar Gambar Gambar 1. Alur Mekanisme Pelaksanaan RAN/RAD-GRK... 7 Gambar 2. Alur mekanisme pemantauan, evaluasi dan pelaporan pencapaian RAN-GRK dan RAD-GRK... 9 Gambar 3. Hubungan antara RAN API, RPJMN dan SDG s Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Hubungan antara RAN API dan RAD API dengan dokumen perencanaan pembangunan Pembagian Bidang, Sub-Bidang dan Kluster Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim Alur kajian, perencanaan dan pengarusutamaan adaptasi perubahan iklim ke dalam dokumen perencanaan Gambar 7. Rata-rata suhu global tahunan Gambar 8. Perubahan temperatur global Gambar 9. Peta proyeksi kenaikan suhu global Gambar 10. Contoh salah satu rantai dampak iklim Gambar 11. Perubahan curah hujan rata rata Gambar 12. Komponen resilience adaptasi perubahan iklim Gambar 13. Konsep Risiko Iklim Gambar 14. Bagan alur analisa kerentanan dan risiko level kabupaten/kota Gambar 15. Tahapan analisa kerentanan dan risiko iklim masa kini Gambar 16. Contoh grafik rata-rata curah hujan bulanan dan tahunan Gambar 17. Contoh skenario perubahan kekeringan di Malang Raya, tahun Gambar 18. Contoh proyeksi peluang hujan ekstrim di Tarakan Gambar 19. Contoh peta ancaman kekeringan Gambar 20. Contoh: Peta Kerentanan Gabungan di Tarakan tahun 2010 dan Gambar 21. Bagan Alur SIDIK Gambar 22. Contoh peta risiko pertanian padi di Kabupaten Malang Gambar 23. Peningkatan Coping Range dengan Adaptasi Gambar 24. Contoh diagram laba-laba untuk membandingkan kemampuan adaptif Gambar 25. Contoh diagram akar masalah Gambar 26. Komponen Evaluasi Adaptasi Perubahan Iklim Gambar 27. Komponen ketahanan yang digunakan adalah: Ekonomi, Penduduk, Fisik, Ekologis, dan Sosial Gambar 28. Diagram hubungan antara analisa kerentanan dan pengarus utamaan aksi adaptasi Gambar 29. Siklus climate proofing v

8 Daftar Tabel Tabel 1. Mata Diklat Adaptasi Perubahan Iklim pada Kurikulum Diklat non-gelar Perencanaan Lingkungan dalam Pembangunan... 2 Tabel 2. Indikator Perhitungan Penurunan Emisi Bidang Kehutanan dan Lahan Gambut Tabel 3. Indikator Perhitungan Penurunan Emisi Bidang Pertanian Tabel 4. Indikator Perhitungan Penurunan Emisi Bidang Energi Tabel 5. Indikator Perhitungan Penurunan Emisi Bidang Transportasi Tabel 6. Indikator Perhitungan Penurunan Emisi Bidang Pengelolaan Limbah Tabel 7. Penelahaan dokumen perencanaan pembangunan untuk merespon ancaman akibat perubahan iklim Tabel 8. Sektor-sektor yang berisiko iklim Tabel 9. Contoh Analisa potensi dampak iklim pada bidang bidang strategis Tabel 10. Contoh kompilasi dampak iklim dan cuaca ekstrim antara tahun di Kabupaten Tabel 11. Tipe Ancaman, Metodologi dan Parameter Utama Tabel 12. Contoh: Analisa Kerentanan Banjir di Kota X Tabel 13. Contoh Tabel analisa risiko Tabel 14. Contoh daftar risiko pertanian padi per Kecamatan di Malang Tabel 15. Contoh analisa kapasitas kelembagaan Tabel 16. Contoh daftar upaya adaptasi yg ada Tabel 17. Contoh pengumpulan alternatif aksi adaptasi Tabel 18. Contoh Analisa Cost Benefit Tabel 19. Multi-criteria analysis untuk pemilihan opsi adaptasi Tabel 20. Contoh Logical Framework Tabel 21. Contoh City Resilience Strategi dari ACCCRN di Palembang Tabel 22. Contoh analisa skala kepentingan dan urgensi Isu-Isu Adaptasi vi

9 Kurikulum Mata Diklat Bagian Alokasi waktu : Perencanaan Lingkungan dalam Pembangunan : Perubahan Iklim dalam Perencanaan Pembangunan Daerah : 27 jam pelajaran Fenomena perubahan iklim sudah mulai tampak di berbagai daerah di Indonesia. Meningkatnya suhu udara rata-rata dan meningkatnya frekuensi kemarau panjang yang disusul degan musim hujan yang ekstrem adalah salah satu gejala perubahan iklim. Dampak dari perubahan iklim ini cukup luas dan mencakup beberapa sektor seperti: pertanian, perikanan, kesehatan, air bersih, prasarana. Namun demikian perubahan iklim tidak selalu berdampak negatif; ada juga beberapa peluang baru yang muncul seperti bertambahnya jumlah ikan tuna. Perubahan iklim merupakan tantangan dan juga peluang yang harus diantisipasi oleh semua pihak termasuk juga oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah berada pada barisan terdepan dalam penanggulangan dampak perubahan iklim, karena pemda lebih memahami apa risiko yang ada di daerahnya daripada pemerintah pusat. Pemda juga paling dekat dengan masyarakat yang terdampak. Adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan bagian dari tugas pemda untuk melindungi masyarakat dari bencana, selain itu pemerintah daerah akan merugikan diri sendiri bila tidak memperhatikan perubahan iklim. Karena hal-hal tersebut maka dipandang perlu untuk membuat suatu materi pelatihan tentang pengarus-utamaan adaptasi perubahan iklim dalam perencanaan pembangunan daerah. Modul-modul pelatihan ini dibuat sebagai bagian dari pelatihan Green Economic di Pusbindiklatren BAPPENAS. Tujuan materi ini adalah untuk mengenalkan peserta pelatihan pada konsep Adaptasi terhadap Perubahan Iklim (API) dan bagaimana pengarus-utamaannya dalam perencanaan pembangunan daerah. Target pembaca materi ini adalah para aparat fungsional perencana di Provinsi dan Kabupaten/Kota, yaitu mereka yang bekerja dalam fungsi perencana program di BAPPEDA maupun di biro perencanaan SKPD. Dengan menggunakan modul pelatihan ini diharapkan peserta mampu: 1) memahami konsep konsep dasar perubahan iklim dan bagaimana melakukan adaptasi yang benar; 2) membuat analisa kerentanan dan risiko perubahan iklim; 3) memfasilitasi proses penyusunan strategi adaptasi; 4) mengintegrasikan API dalam perencanaan RPJMD, Renstra SKPD dan RKPD; 5) melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan adaptasi. Materi pelatihan ini disusun dengan mengacu pada: Undang Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Undang Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. 1

10 Peraturan Presiden No. 2 tahun 2015 tentang RPJMN Permen KLHK No. P.33 tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim. 1. Deskripsi Singkat Modul-modul ini ditujukan bagi para aparat fungsional perencanaan di pemerintah daerah yang ingin melakukan pengarus-utamaan adaptasi perubahan iklim ke dalam perencanaan pembangunan daerah. Materi pelatihan ini berisi: konsep dasar Adaptasi Perubahan Iklim; metode untuk kajian risiko dan penyusunan strategi adaptasi; proses pengintegrasian adaptasi dalam perencanaan, dan juga pemantauan, evaluasi dan pelaporan. 2 Tujuan Pembelajaran Menyamakan pemahaman peserta tentang konsep dasar adaptasi perubahan iklim. Peserta mampu untuk mengidentifikasi stakeholders yang perlu dilibatkan dalam perencanaan adaptasi di daerahnya. Peserta memahami proses kajian kerentanan dan risiko yang baik. Peserta mampu membuat Kerangka Acuan Kerja untuk kajian kerentanan dan risiko. Peserta memahami proses penyusunan strategi adaptasi berdasarkan hasil kajian risiko. Peserta mampu mengelola proses ini secara partisipatif. Peserta memahami kerangka PEP aksi adaptasi. Peserta memahami proses, dan mampu mengintegrasikan aksi-aksi adaptasi ke dalam rencana pembangunan daerah. 3. Format Kurikulum Tabel 1. Mata Diklat Perubahan Iklim pada Kurikulum Diklat non-gelar Perencanaan Lingkungan dalam Pembangunan Mata Diklat Tujuan Pembelajaran Pokok Pokok Pembelajaran Metoda Jam pelajaran Catatan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (modul 8) Peserta dapat memahami Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) dari tiga aspek yaitu perencanaan, implementasi dan PEP (pemantauan, evaluasi dan pelaporan) 1. Konteks mitigasi perubahan iklim dalam pembangunan daerah 2. Penyusunan perencanaan mitigasi perubahan iklim dalam dokumen RAD-GRK 3. Implementasi mitigasi perubahan iklim dalam dokumen RAD-GRK 4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan (PEP) RAD-GRK Presentasi dan dialog interaktif (Tanya jawab, pendalaman materi dan diskusi) 4 jam pelajaran 2

11 Mata Diklat Tujuan Pembelajaran Pokok Pokok Pembelajaran Metoda Jam pelajaran Catatan Pengantar tentang Adaptasi Perubahan Iklim (modul 9A) Menyamakan pemahaman peserta tentang konsep dasar adaptasi perubahan iklim. Mempersiapkan peserta untuk mempelajari mata diklat berikutnya. Peserta mampu untuk mengidentifikasi stakeholders yang perlu dilibatkan dalam perencanaan adaptasi di daerahnya Latar belakang: Rational, kebutuhan untuk adaptasi perubahan iklim Tujuan pembelajaran: hasil yang diharapkan. Acuan: undang-undang; peraturan, pedoman terkait adaptasi. Konsep Perubahan Iklim Emisi gas rumah kaca dan global warming Iklim dan Perubahan Iklim: Dampak Perubahan Iklim pada berbagai sektor. Pertanian Perikanan Kehutanan Lingkungan Hidup Kebencanaan Permukiman Prasarana Kemiskinan, Dll. Ceramah. Diskusi Tanya- jawab. Latihan. Teori: 2 jam pelajaran Diskusi: 1 jam pelajaran Latihan: analisa stakeholders yang perlu dilibatkan dalam adaptasi didaerah masing masing: 1 jam pelajaran.. Identifikasi Sektor Terdampak dan Pembentukan Kelompok Kerja. Proses Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim. Kajian Kerentanan dan Risiko Perubahan Iklim (modul 9B) Peserta memahami proses kajian kerentanan dan risiko yang baik. Peserta mampu membuat Kerangka Acuan Kerja untuk kajian kerentanan dan risiko. 1. Analisis Kondisi Iklim dan Kejadian Cuaca Ekstrem Historis. 2. Analisa skenario iklim masa depan. 3. Pengkajian dampak kejadian iklim yang mengancam fungsi ekologis dan sosial. 4. Analisa kerentanan masa kini dan masa mendatang. 5. Analisis Risiko Iklim Masa Kini dan Masa Mendatang 6. Analisis Kapasitas kelembagaan dalam mengendalikan dampak perubahan iklim Ceramah. Diskusi. Studi kasus. Ceramah: 2 jam pelajaran Diskusi tanya jawab: 1 jam pelajaran Studi kasus : 2 jam pelajaran. Membuat KAK kajian kerentanan dan risiko Proses Penyusunan Strategi Adaptasi Perubahan Iklim (modul 10) Peserta memahami proses penyusunan strategi adaptasi berdasarkan hasil kajian risiko. Peserta mampu mengelola proses ini secara partisipatif. 1. Pengembangan alternatif aksi adaptasi. 2. Cost benefit analisis. 3. Konsultasi stakeholders untuk penentuan prioritas dan pilihan adaptasi. 4. Penyusunan strategi dan indikatornya. (kerangka logis) Ceramah Diskusi Studi kasus Ceramah: 2 jam pelajaran Diskusi: 1 jam pelajaran Studi kasus: 4 jam pelajaran Studikasus dapat diambil dari KRAPI Sumsel, Malang Raya atau Tarakan 3

12 Mata Diklat Tujuan Pembelajaran Pokok Pokok Pembelajaran Metoda Jam pelajaran Catatan Pengantar Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan (PEP) Aksi Adaptasi: (modul 14) Peserta memahami kerangka PEP aksi adaptasi. 1. Kendala Pemantauan dan Evaluasi Adaptasi 2. Pemantauan kegiatan dan program adaptasi. 3. Evaluasi Kerentannan Sektor Sektor Strategis 4. Evaluasi Keterpaparan Kawasan Berisiko 5. Pembelajaran. Ceramah dan Diskusi Ceramah: 2 Jam pelajaran Diskusi: 1 Jam pelajaran Penetapan Prioritas aksi Pengintegrasian Aksi Adaptasi dalam rencana pembanguanan. (modul 15) Peserta memahami proses, dan mampu mengintegrasikan aksi aksi adaptasi dalam rencana pembangunan daerah 1. Penyusunan Prioritas Aksi: 2. Pengintegrasian dalam Perencanaan Pembangunan Daerah: a. RPJPD b. RPJMD c. RKPD d. RTRW e. RENSTRA SKPD Ceramah Disksusi Dan Studikasus Ceramah: 3 Jam pelajaran Diskusi: 2 jam pelajaran Studikasus: 3 jam pelajaran Studikasus pada masing masing RPJMD: kerja kelompok, dan presentasi 4

13 Modul 8 Modul 8: Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. 1. Tujuan Pembelajaran Dalam modul ini diharapkan peserta pelatihan dapat memahami mengenai Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) dari tiga aspek yaitu, perencanaan, implementasi dan PEP (pemantauan, evaluasi dan pelaporan). 2. Pokok Bahasan a. Konteks mitigasi perubahan iklim dalam pembangunan daerah b. Penyusunan perencanaan mitigasi perubahan iklim dalam dokumen RAD-GRK c. Implementasi mitigasi perubahan iklim dalam dokumen RAD-GRK d. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan (PEP) RAD-GRK 3. Metode Modul ini disampaikan dengan menggunakan metode presentasi dan dialog interaktif (tanya jawab, pendalaman materi dan diskusi). Waktu yang dibutuhkan untuk modul ini adalah 4 jam pelajaran. 4. Proses Pembelajaran 4.1. Pengantar Menyampaikan pokok bahasan, metode pembelajaran dan fasilitator yang terlibat pada sesi ini Presentasi Narasumber Fasilitator menyiapkan bahan tayang yang mencakup semua pokok bahasan. Tahapan penyampaian materi dimulai dengan presentasi, kemudian dilanjutkan dengan dialog interaktif (dilakukan untuk dapat membuat kelas menjadi lebih aktif). Diharapkan akan banyak pertanyaan dari peserta untuk mendalami materi yang disampaikan. 5. Bahan Bacaan: Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 5.1. Rencana Aksi Nasional penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) dan RAD-GRK Indonesia secara serius dan konsisten terus menjalankan komitmen penurunan emisi gas rumah kaca yang sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Penanganan perubahan iklim menjadi program lintas bidang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional , menunjukan keseriusan Pemerintah Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim. 5

14 Dalam lingkup global, Presiden Joko Widodo telah menyampaikan komitmen pasca-2020 pada pertemuan COP 21 di Paris, Perancis. Pada pasca-2020 Indonesia akan menurunkan emisi sebesar 29% (skenario fair/menggunakan kemampuan sendiri) dan reduksi emisi minimal sebesar 41% (skenario ambisius/jika dengan dukungan internasional). Komitmen tersebut dikenal dengan istilah Intended Nationally Determined Contribution (INDC). Penyusunan INDC didasarkan pada hasil kaji ulang RAN-GRK. RAN-GRK bertujuan memberikan kerangka kebijakan bagi pemerintah pusat, daerah serta stakeholder lainnya dalam melaksanakan penurunan emisi GRK dalam kurun waktu Kebijakan yang tercantum dalam RAN-GRK antara lain aksi mitigasi pada bidang berbasis lahan (kehutanan, lahan gambut dan pertanian), energi (energi dan transportasi), industri IPPU, serta pengelolaan limbah (limbah padat dan limbah cair domestik). Selain itu, untuk meningkatkan peran serta pemerintah daerah dalam upaya penurunan GRK, Perpres juga mewajibkan pemerintah daerah menyusun Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) sesuai dengan potensi dan kemampuan masing-masing wilayah. Sampai kini 33 provinsi di Indonesia telah menyusun dokumen RAD-GRK dan ditetapkan dengan Peraturan Gubernur wilayah masing-masing (kecuali Provinsi Kalimantan Utara) Penyusunan dokumen RAD-GRK Dalam upaya penyusunan RAD-GRK, Pemerintah Provinsi harus mengacu kepada beberapa prinsip yang sejalan dengan prinsip penyusunan RAN-GRK yaitu: RAD-GRK merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Strategi Pembangunan Daerah dan berdasarkan pada kebijakan serta rencana strategis daerah. RAD-GRK tidak menghambat upaya-upaya pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan, serta tetap memprioritaskan kesejahteraan rakyat. RAD-GRK merupakan rencana aksi yang terintegrasi antara satu bidang dengan bidang lainnya (cross sectoral issues) dengan memperhatikan seluruh aspek pembangunan berkelanjutan. RAD-GRK merupakan kontribusi daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) terhadap komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi GRK. RAD-GRK merupakan rencana pembangunan daerah dengan pendekatan baru yang lebih memperhatikan upaya-upaya penurunan emisi GRK. Penyusunan RAD-GRK harus mengikut sertakan para pelaku pembangunan di daerah dari berbagai unsur masyarakat untuk memperkaya substansi RAD-GRK, meningkatkan kepemilikan (ownership), dan meningkatkan keterlibatan dalam pelaksanaan rencana aksi tersebut dalam kurun waktu yang telah ditetapkan (participation). Pelaksanaan kegiatan dalam RAD-GRK harus mengikuti sistem pemantauan, penilaian dan pelaporan yang berlandaskan pada peraturan pemerintah yang berlaku2 dan bersifat dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi. Tahapan proses penyusunan RAD terdiri dari: 1. Tahap penghitungan BaU Baseline Langkah 1. Identifikasi sumber penghasil GRK Langkah 2. Pendataan kelembagaan publik, kelembagaan masyarakat, dan pelaku usaha 6

15 Langkah 3. Penghitungan Emisi BaU Baseline 2. Tahap kaji ulang rencana aksi mitigasi emisi GRK dan penghitungan target penurunan emisi Langkah 1. Identifikasi Rencana Aksi Mitigasi berdasarkan katagori yang ditetapkan Langkah 2. Penghitungan Target Penurunan Emisi Langkah 3. Pembahasan Mengenai development-benefit dari Rencana Aksi Mitigasi Emisi GRK 3. Tahap Penyusunan formulasi strategi implementasi RAD GRK Langkah 1. Analisis indikasi kebutuhan anggaran dan sumber pendanaan Langkah 2. Penetapan kelembagaan yang terlibat dalam pelaksanaan RAD GRK Langkah 3. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Aksi Mitigasi 4. Tahap Penyusunan Rencana Monitoring dan Evaluasi Langkah 1. Penetapan indikator yang dievaluasi/dimonitor dalam PEP Langkah 2. Kelembagaan kegiatan PEP tahunan RAD GRK 5. Focus Group Discussion (FGD) 6. Penetapan dokumen RAD GRK dan Sosialisasi 5.3. Implementasi RAN/RAD-GRK Gambar 1. Alur Mekanisme Pelaksanaan RAN/RAD-GRK Langkah penting bagi Pemerintah Provinsi dalam memahami kerangka institusi yang ada adalah menyesuaikan kegiatan antar jenjang di dalam penurunan emisi GRK. Hal tersebut penting dilakukan agar kegiatan yang bersifat sangat lokal di dalam provinsi tetap berkontribusi terhadap penurunan emisi di tingkat nasional. Ada dua prinsip dalam menyesuaikan kegiatan antar jenjang pemerintahan: Konsistensi dan Keterpaduan terhadap Kepentingan Nasional Panduan tersebut memberikan arahan agar Pemerintah Provinsi bisa memacu inisiatif lokal dalam penurunan emisi GRK, dengan tetap mengacu kepada dokumen dan agenda pada tingkat nasional. Dengan demikian target penurunan emisi GRK nasional menjadi acuan utama bagi Pemerintah Provinsi, baik dalam kepentingan terhadap pengendalian maupun evaluasi. 7

16 Keterpaduan dengan Agenda Pembangunan di Tingkat Provinsi Pada umumnya, usaha untuk mengintegrasikan target maupun kebijakan nasional di tingkat daerah akan menghadapi tantangan, terutama karena daerah telah memiliki agenda dan prioritas pembangunan masing masing. Oleh karena itu, penurunan emisi GRK tidak dapat dipisahkan dari rencana pembangunan provinsi yang telah ada sebelumnya. Sejalan dengan kedua prinsip tersebut, berikut beberapa langkah untuk menyesuaikan kepentingan antar jenjang kepemerintahan dalam penurunan emisi GRK, yaitu: Kajian terhadap target, kebijakan, program, dan aksi pada tingkat nasional yang berhubungan langsung dengan sumber emisi GRK di provinsi tersebut. Kajian dan inventarisasi terhadap rencana pembangunan provinsi yang didefinisikan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah (RPJPD dan RPJMD). Kajian dan pemahaman terhadap hasil dari perhitungan baseline GRK daerah dan rekomendasi target penurunan emisi tersebut. Kajian terhadap kesesuaian dan keterhubungan antara rencana pembangunan daerah dan prioritas lokasi penurunan emisi GRK yang didefinisikan pada rencana nasional. Identifikasi kebutuhan tindakan provinsi yang berdasarkan kepada arahan dari rencana nasional yang belum tercantum dalam rencana pembangunan provinsi. Pada tataran nasional implementasi RAN-GRK dilakukan oleh Kementerian terkait, sesuai dengan masing-masing bidang. Pada level Provinsi serta Kabupaten/Kota aksi mitigasi yang terdapat dalam dokumen RAD-GRK dilaksanakan oleh dinas teknis terkait. Pembagian urusan dan peran masing-masing dinas disesuaikan dengan tupoksi yang berlaku. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terlibat dalam implementasi RAD GRK sebagai leading sector antara lain: Dinas Kehutanan (Bidang Kehutanan dan Lahan Gambut) Dinas Pertanian Dinas Perhubungan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Badan Lingkungan Hidup Daerah SKPD teknis pada level Kabupaten/Kota Perguruan Tinggi negeri maupun swasta berpotensi untuk dilibatkan dalam implementasi RAD-GRK. Kalangan Akademisi sangat dibutuhkan agar pelaksanaan RAD-GRK dapat mencapai tujuan yang diharapkan PEP RAN/RAD-GRK Keberadaan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) RAN/RAD-GRK merupakan langkah awal pelaporan kegiatan penurunan emisi GRK di Indonesia. Sistem PEP ini mengacu pada peraturan yang telah ada, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, dan Peraturan 8

17 Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan PP tersebut. PEP ini terutama diarahkan untuk pelaksanaan kegiatan yang pendanaannya melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan sumber-sumber resmi lain yang tidak mengikat. Tujuan dari pelaksanaan PEP adalah: 1. Mengetahui capaian pelaksanaan kegiatan RAN dan RAD-GRK; 2. Meningkatkan efisiensi pengumpulan data dan informasi pelaksanaan kegiatan dalam upaya pencapaian target penurunan dan penyerapan emisi GRK; 3. Menyiapkan bahan evaluasi untuk pengambilan kebijakan/tindakan yang diperlukan dalam rangka penyempurnaan pelaksanaan RAN dan RAD-GRK pada tahun-tahun berikutnya; 4. Menyediakan laporan tahunan capaian penurunan emisi GRK nasional. Untuk mencapai kinerja yang optimal dalam penyelenggaraan PEP maka dibangun mekanisme seperti pada Gambar 2. Gambar 2. Alur mekanisme pemantauan, evaluasi dan pelaporan pencapaian RAN-GRK dan RAD-GRK 9

18 Data, Informasi dan Alat Pemantauan dan Evaluasi a. Data dan informasi yang digunakan untuk pemantauan dan evaluasi di tingkat nasional adalah laporan pelaksanaan kegiatan K/L (LAKIP, LKPJ dan DPA) dan laporan kegiatan oleh pemangku kepentingan lain yang terkait dengan penurunan emisi GRK (RAN-GRK). b. Data dan informasi yang digunakan untuk pemantauan dan evaluasi di wilayah provinsi (termasuk kabupaten/kota) adalah laporan pelaksanaan kegiatan SKPD (LAKIP, LKPJ dan DPA) dan laporan kegiatan oleh pemangku kepentingan lain yang terkait dengan penurunan emisi GRK (RAD-GRK). c. Pemantauan dan evaluasi menggunakan lembar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RAN-GRK dan RAD-GRK yang terdiri dari: Lembar Umum yang memuat daftar kegiatan di dalam RAN-GRK dan RAD-GRK, indikator kinerja, capaian penurunan emisi, rencana dan realisasi anggaran kegiatan mitigasi; Lembar Teknis yang memuat daftar kegiatan dan data teknis dari masing-masing sub-bidang pengelolaan limbah yaitu persampahan dan air limbah; Lembar Inventarisasi yang memuat data detail perhitungan penurunan emisi GRK masing-masing aksi mitigasi. Tabel 2. Indikator Perhitungan Penurunan Emisi Bidang Kehutanan dan Lahan Gambut No Kegiatan Mitigasi Indikator Pengukuran 1 Pengamanan (pencegahan dan penurunan pembalakan liar, perambahan dan kebakaran hutan) Pencegahan Penurunan Cadangan Karbon 2 Kebijakan moratorium/ penundaaan pemberian izin baru 3 Operasionalisasi KPH Luas KPH 4 Penanaman di kawasan hutan maupun di area penggunaan lain 5 Rehabilitasi hutan dan lahan 6 Reklamasi lahan pasca tambang 7 Rehabilitasi mangrove 8 Penanaman dengan tanaman perkebunan 9 Perluasan perkebunan di tanah terbuka/lahan terlantar Peningkatan Cadangan Karbon Luas kawasan yang diamankan Data kejadian kebakaran (dalam bentuk luas dan koordinat) Peraturan daerah terkait moratorium/ penundaan izin baru Jenis yang ditanam Tipe penutupan lahan awal Luas areal yang diintervensi Umur tanaman Jumlah tanaman yang masih hidup Tabel 3. Indikator Perhitungan Penurunan Emisi Bidang Pertanian No Kegiatan Mitigasi Indikator Pengukuran 1 Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) dan rumah kompos Sistem Pemupukan Jumlah UPPO Jumlah ternak 2 Penggunaan Pupuk Organik Jumlah penggunaan pupuk organik Teknologi Budidaya 3 System of Rice Intensification (SRI) Luas lahan yang menerapkan SRI Jumlah aktivitas penanaman dalam setahun 10

19 4 Pengelolaan Tanaman Terpadu Luas lahan yang menerapkan PTT Indeks pertanaman 5 Varietas padi rendah emisi Luas tanam varietas Varietas yang digunakan Umur tanaman Pengelolaan Ternak 6 Biogas, BATAMAS Jumlah ternak yang digunakan dalam program biogas atau BATAMAS Tabel 4. Indikator Perhitungan Penurunan Emisi Bidang Energi No Kegiatan Mitigasi Indikator Pengukuran 1 Pembangunan energi terbarukan on grid 2 Pembangunan energi terbarukan off grid 3 Pembangunan Biogas POME Data total energi yang dihasilkan dalam setahun untuk PLTM, PLTMH, PLTB, PLTS, PLT Biomasa (cangkang sawit) Jumlah daya terpasang dan waktu beroperasi dari PLTM, PLTMH, PLTB, PLTS, PLT Hybrid (Bayu dan Surya), PLTS PJU dan PLT Biomasa (cangkang sawit) Jumlah daya terpasang dari PLT Biogas Laju alir limbah POME Kualitas COD 4 Efisiensi Energi Jumlah unit lampu LED/CFL Daya yang dihemat/titik lampu Energi baseline 5 Subtitusi bahan bakar fosil Energi setelah efisiensi Volume digester Biogas Rasio substitusi minyak tanah ke gas Volume Gas Metana yang tidak terlepas ke atmosfer Tabel 5. Indikator Perhitungan Penurunan Emisi Bidang Transportasi No Kegiatan Mitigasi Indikator Pengukuran 1 Pembangunan Intelligent Transport System/Area Traffic Control System 2 Reformasi Sistem Transit BRT System 3 Peremajaan Armada Transportasi Umum 4 Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day) Jenis bahan bakar Rata-rata jumlah kendaraan Rata-rata jumlah trip per hari Panjang koridor jumlah bus sistem transit kapasitas bus panjang koridor BRT jenis bahan bakar moda shift tingkat okupansi Jenis bahan bakar jumlah angkutan umum yang diremajakan operasional angkutan yang diremajakan per hari rata-rata panjang trip per hari jenis bahan bakar rata-rata jumlah kendaraan yang melewati jalur penerapan car free day lama pelaksanaan car free day per hari rata-rata trip per hari 11

20 5 Penerapan Manajemen Parkir Jenis bahan bakar ketersediaan ruang parkir off-street maupun on street rata-rata jumlah kendaraan yang parkir off street dan on street per hari sebelum penerapan rata-rata jumlah kendaraan yang parkir off-street dan on street per hari setelah penerapan rata-rata jumlah trip per hari rata-rata panjang trip per hari 6 Smart Driving (Eco-Driving) jenis kendaraan yang digunakan keseharian oleh peserta. jenis bahan bakar jumlah peserta pelatihan smart driving (eco driving) rata-rata hari operasi per tahun, yaitu 300 hari. operasional bus per hari panjang trip per hari Tabel 6. Indikator Perhitungan Penurunan Emisi Bidang Pengelolaan Limbah No Kegiatan Mitigasi Indikator Pengukuran 1 Pembangunan TPA Sanitary landfill + Pemanfaatan gas dan Controlled landfill + Pemanfaatan gas Persampahan Jumlah sampah masuk TPA Jumlah gas yang dibakar/ flaring Jumlah KK yang dilayani gas TPA Jumlah KWH pembangkit listrik 2 Composting Jumlah sampah organik yang dikompos 3 3R Jumlah sampah kertas yang didaur ulang 4 IPLT Sistem Anaerobik dengan pemanfaatan gas metana Air Limbah Jumlah KK yang terlayani Volume air limbah yang terolah 5 IPLT Sistem Aerobik Jumlah KK yang terlayani Volume air limbah yang terolah 6 IPAL Skala Kota Jumlah KK yang terlayani 7 Sanimas (MCK++) Jumlah KK yang terlayani 12

21 Modul 9A Modul 9A: Pengantar pada Adaptasi Perubahan Iklim 1. Tujuan Pembelajaran Dalam modul ini diharapkan peserta pelatihan dapat memahami konsep perubahan iklim dan risikonya; selain itu peserta diharapkan mampu untuk membuat rencana sebuah kajian kerentanan dan risiko iklim di daerahnya. 2. Pokok Bahasan 1. Konteks adaptasi perubahan iklim dalam pembangunan yang berkelanjutan dan perlindungan masyarakat. Tujuan adaptasi perubahan iklim; dan tanggung jawab perencana pembangunan. 2. Sebab dan akibat dari perubahan iklim: gas rumah kaca; peningkatan suhu, pola musim, dan cuaca ekstrim. 3. Rantai dampak perubahan iklim dalam sistem alam, sistem ekonomi, dan sosial. 4. Pengertian risiko dan kerentanan: definisi, konsep dan implikasinya. 3. Metode Modul ini diberikan dengan metode: presentasi, diskusi kelompok dan latihan studi kasus, Waktu yang dibutuhkan untuk modul ini: 5 jam pelajaran 4. Proses Pembelajaran Pengantar (10 menit) Paparkan tujuan dan pokok bahasan sesi ini, serta metode pembelajarannya. Tekankan bahwa materi konsep perubahan iklim sangat mempengaruhi terhadap proses pembelajaran berikutnya. Selanjutnya pelatih atau fasilitator memperkenalkan narasumber dan menyampaikan kepada peserta tentang sesi paparan. Selanjutnya pelatih atau fasilitator akan berperan sebagai moderator Pemaparan/Presentasi Narasumber (45 menit) Paparkan narasumber dapat dilakukan menggunakan media bahan tayang, atau video seperti yang ada di Youtube ini: Pelatih atau fasilitator mencatat poin-point penting paparan dan memperhatikan dengan cermat peserta pelatihan. Baik melalui bahasa tubuh maupun semangat peserta dalam mengikuti pelajaran melalui penyampaian materi. 13

22 Dialog dengan Narasumber (30 menit) Setelah sesi paparan berakhir, pelatih merangkum secara singkat apa yang disampaikan kepada narasumber. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan, meminta penjelasan lebih lanjut atau menyampaikan pandangan/pendapat terkait materi yang disampaikan. Proses dialog dapat dilakukan secara interaktif, artinya trainer tidak hanya memberikan kesempatan kepada peserta, tapi dapat langsung meminta peserta untuk menanggapi, meminta berbagi pengalaman dalam menghadapi dampak perubahan iklim, maupun menanyakan program-program yang telah dibuat di masing-masing wilayah. Demikian juga kepada narasumber, dapat diminta penjelasan lebih lanjut atau meminta pandangan terkait berbagai kasus yang ditemui di wilayah Diskusi kelompok: (60 menit) Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok yang tiap kelompok terdiri dari 4 sampai 6 orang. Tugas kelompok adalah mendiskusikan jika seandainya mereka menjadi seorang Bupati/Walikota: A) apa saja Visi mereka, B) apa program pembangunan yang penting atau pelayanan apa yang diberikan pada masyarakat, C) apa saja ancaman akibat perubahan iklim dan kemudian program/pelayanan mana yang akan terdampak perubahan iklim itu. Catatan: pertanyaan C. jangan di keluarkan dulu sebelum mereka menjawab pertanyaan A. dan B. Tiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil diskusi ini dalam matriks seperti ini. Tabel 7. Penelahaan dokumen perencanaan pembangunan untuk merespon ancaman akibat perubahan iklim A) Visi Pemda B) Program Pembangunan/ Pelayanan C) Ancaman Akibat Perubahan Iklim Tujuan dari latihan ini adalah untuk membangkitkan kesadaran peserta bahwa dampak perubahan iklim berpotensi mengurangi hasil pembangunan yang mereka harapkan. Karena itu setelah selesai presentasi oleh setiap kelompok, fasilitator perlu memberikan refleksi tentang bagaimana eratnya hubungan perubahan iklim dengan pembangunan berkelanjutan. Peserta dapat melihat bahwa program-program kesayangan mereka juga rentan terhadap iklim. 5. Bahan Bacaan: 9A. Pengantar Pada Adaptasi Perubahan Iklim Pembangunan berkelanjutan sudah menjadi komitment pemerintah Indonesia dan didukung oleh masyarakat luas. Sustainable Development Goals juga sudah diadopsi oleh Indonesia menjadi kebijakan yang diarus-utamakan di semua sektor. Namun pembangunan berkelanjutan dapat terhambat dengan adanya perubahan iklim. Dampak perubahan iklim berpotensi menurunkan hasil-hasil pembangunan; mengurangi daya dukung alam; dan mempersulit upaya pengentasan kemiskinan. Untuk menjaga keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan pemerintah pusat dan daerah perlu melakukan adaptasi pada perubahan iklim. 14

23 Salah satu tujuan bernegara adalah untuk memberi perlindungan pada masyarakat. Undang-undang dasar memberikan tanggung jawab pada pemerintah untuk melindungi masyarakat Indonesia. Nawacita dalam RPJMN juga mencantumkan dalam butir pertama: Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberi rasa aman pada seluruh warga negara. Perlindungan terhadap ancaman bencana juga merupakan tanggung jawab pemerintah, termasuk perlindungan dari ancaman perubahan iklim seperti meningkatnya banjir, longsor, kekeringan dan lain-lain. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah bersama sama bertanggung-jawab untuk mengurangi risiko dari perubahan iklim. Adaptasi perubahan iklim adalah upaya membuat masyarakat dan semua stakeholders mampu mempertahankan hasil pembangunan yang berkelanjutan dan mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim. Pembangunan yang tangguh terhadap iklim dapat dicapai jika perencana program memperhitungkan dampak dan peluang dari perubahan iklim, adaptasi tidak perlu membuat program baru. Risiko iklim tidak dapat dihilangkan tapi dampak negatifnya pada masyarakat dapat dikelola dan kurangi. Selain itu adaptasi dapat menangkap peluang baru yang muncul akibat perubahan iklim, seperti komoditas pertanian baru, produk atau jasa baru yang dapat melindungi masyarakat. Bila Indonesia tidak melakukan adaptasi maka kerugian akibat perubahan iklim akan semakin meningkat setiap tahun. Kutipan dari RPJMN Bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup dalam Buku II RPJMN : 1. UMUM a. Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan; b. Program Lintas Bidang Perubahan Iklim: (1) Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca/Mitigasi GRK; (2) Peningkatan Ketahanan/Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim. 2. Bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup a. Penanganan perubahan iklim dan peningkatan kualitas informasi iklim dan kebencanaan. b. Penanganan dan Pengelolaan Bencana Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) Pada Februari 2014 Bappenas, bersama KLH dan DNPI menerbitkan RAN-API. Dalam RAN- API disebutkan tujuan adaptasi adalah membuat pembangunan yang resilinece terhadap perubahan iklim. RAN-API merupakan masukan untuk RPJMN dalam hal lintas bidang. ntegrasi RAN API ke dalam RPJMN , pada (a) Agenda Pembangunan Nasional (Buku I, Bab 6) dan (b) Agenda Pembangunan Bidang (Program Lintas Bidang) pada Buku II, Bab 1. 15

24 Gambar 3. Hubungan antara RAN API, RPJMN dan SDG s Sumber Bappenas Terdapat 7 Indikator SDG s yang berkaitan dengan sasaran RAN API, sebagai bahan inventarisasi, kinerja, evaluasi dan pelaporan. Goal 2: Food Security: Goal 3: Healthy Goal 9: Infrastructure Goal 11: Cities and Human Settlement Goal 13: Climate Change Goal 14: Life below Water Goal 15: Life on Land RAP API merupakan rujukan untuk Pemerintah Daerah dalam menyusun strategi adaptasi perubahan iklim masing-masing. Strategi ini dapat berupa Rencana Aksi Daerah untuk API atau dalam bentuk strategi lain seperti Sub-national Adaptation Plan. Mengapa aksi adaptasi di daerah menjadi sangat penting? Karena: Dampak perubahan iklim terjadi pada tingkat lokal/daerah mempengaruhi kegiatan ekonomi dan kehidupan serta lingkungan pada tingkat lokal. Kerentanan dan kapasitas adaptif terjadi pada tingkat lokal sebagai hasil interaksi berbagai faktor dan proses sosial-ekologis. Kerentanan wilayah merupakan hasil dari variasi kerentanan yang terjadi di tingkat lokal. Aksi adaptasi yang paling baik dilakukan pada tingkat lokal respon adaptasi di tingkat individu dan keluarga menunjukkan adaptasi nyata dalam kehidupan 16

25 Dibawah ini adalam skema hubungan antara RAN-API dan RAD-API dengan proses perencanaan yang lain. Sumber: Sekretariat RAN API, BAPPENAS Gambar 4. Hubungan antara RAN API dan RAD API dengan dokumen perencanaan pembangunan. RAN-API terdiri dari 5 bidang dan dibagi lagi menjadi Sumber : RAN-API Bappenas 2014 Gambar 5. Pembagian Bidang, Sub-Bidang dan Kluster Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim 17

26 5.2. Kerangka Kerja Adaptasi Perubahan Iklim Adaptasi Perubahan Iklim terdiri dari serangkaian langkah yang sistematis dan memanfaatkan informasi iklim yang ilmiah. Adaptasi Perubahan iklim memerlukan pendekatan multi disiplin ilmu dan partisipasi dari stakeholders lokal. Secara garis besar bagan-alur dalam proses adaptasi adalah sebagai berikut: Gambar 6. Alur kajian, perencanaan dan pengarusutamaan adaptasi perubahan iklim ke dalam dokumen perencanaan. Sesuai dengan Permen KLHK no 33/2016 tentang Pedoman Penyusunan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim; tahapan dalam menyusun strategi adaptasi di daerah adalah: 1) identifikasi sektor yang terdampak di daerah tersebut dan masalah dampak perubahan iklim; 2) penyusunan kajian kerentanan dan risiko iklim daerah; 3) penyusunan pilihan aksi adaptasi perubahan iklim; 4) penentuan prioritas aksi adaptasi perubahan iklim; 5) pengintegrasian aksi adaptasi dalam kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan daerah. Langkah langkah ini akan dibahas dalam beberapa modul berikutnya. Namun sebelum masuk dalam proses adaptasi perubahana iklim perlu dipahami dulu apa konsep perubahan iklim dan risikonya Konsep Perubahan Iklim Semenjak awal revolusi industri manusia sudah mulai membakar batubara dan minyak bumi untuk energi, pembakaran ini menghasilkan gas karbon dioksida dan gas rumah kaca lain. Jumlah emisi karbon ini terus bertambah seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi. Dampak dari emisi karbon yang semakin banyak ini adalah berubahnya iklim global. Perubahan iklim adalah berubahnya suhu, curah hujan dan parameter cuaca lain dalam kurun waktu yang dapat dibandingkan, (10 sampai 20 tahun). Selain itu emisi GRK juga memperbesar variabilitas iklim dan merubah pola musim. 18

27 Iklim adalah rata-rata jangka panjang cuaca pada suatu lokasi, cuaca dapat berubah-rubah tiap hari, namun demikian iklim biasanya sama dari tahun ke tahun. Secara alamiah iklim dapat berubah tapi butuh waktu ribuan tahun. Jaman es terakhir terjadi sekitar tahun yang lalu. Perubahan iklim secara cepat bukanlah kejadian alamiah dan belum pernah terjadi dalam sejarah. Gambar 7. Rata-rata suhu global tahunan Sumber: Kevin Cowtan, York University, 2016 Menurut NASA suhu udara global bulan Maret 2016 sudah naik hingga 1,3 Celsius; rekor terpanas sejak Pemanasan udara 1,3 C mungkin tidak terlalu terasa bagi kebanyakan orang, tapi jika kita lihat bahwa selama 1500 tahun terakhir suhu rata-rata tahunan bumi tidak pernah naik lebih dari 0,5 derajat. Karena itu kenaikan suhu udara akhir-akhir ini merupakan ancaman serius bagi ekosistem global. Sumber: NASA Earth Observatory Gambar 8. Perubahan temperatur global Selain mengakibatkan pemanasan global, emisi karbon menyebabkan juga peningkatan keasaman air laut; perubahan pola hujan, dan meningkatnya kejadian cuaca ekstrem (badai tropis, gelombang panas, hujan ekstrem, puting-beliung, dll.) variabilitas cuaca juga semakin lebar, sehingga semakin sulit untuk membuat prakiraan cauaca atau musim. Diprediksi fenomena El-nino dan La-nina akan semakin sering terjadi dan semakin kuat. 19

28 5.4. Dampak Perubahan Iklim Gambar 9. Peta proyeksi kenaikan suhu global Sumber: IPCC Fifth Assessment Report WG Emisi karbon menyebabkan perubahan iklim dan perubahan iklim berdampak luas pada berbagai bidang kehidupan dan ekosistem. Risiko dampak perubahan iklim secara umum adalah sebagai berikut: A. Pertanian: Berubahnya pola hujan dan meningkatnya suhu membuat beberapa komoditas pertanian seperti padi, sayuran atau kopi, menurun produktivitasnya. Hal ini dapat mengancam ketahanan pangan. B. Perikanan: perubahan iklim dapat membuat populasi dan wilayah ruaya ikan berubah. Terumbu karang akan mengalami kematian (coral bleaching) karena pemanasan dan peningkatan keasaman air laut. C. Kehutanan: perubahan iklim dapat menurunkan jumlah biomasa dan keaneka-ragaman hayati dalam hutan. Hal ini dapat membuat berkurangnya jasa lingkungan dari hutan seperti air bersih, atau penahan banjir. Kekeringan dapat pula meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan. D. Kebencanaan: meningkatnya frekuensi dan intensitas badai, hujan ekstrem, angin puting beliung; menambah risiko bencana banjir, longsor, dan abrasi pantai. Sedangkan kemarau panjang dan gelombang udara panas dapat meningkatkan risiko kematian. E. Permukiman di pesisir dan pulau kecil menghadapi risiko kenaikan permukaan laut akibat melelehnya lapisan es di kutub utara dan selatan. Risiko gelombang pasang akibat badai juga akan bertambah. F. Prasarana publik seperti pelabuhan, jembatan, pembangkit listrik, PDAM, rumah sakit berisiko rusak karena cuaca ekstrem, kenaikan permukaan laut dan pemanasan suhu udara. G. Kemiskinan: akan meningkat akibat menurunnya produktivitas petani dan nelayan ditambah dengan meningkatnya biaya hidup karena kesulitan air. Dampak perubahan dan variabilitas iklim dapat dibagi menjadi dampak slow onset dan rapid onset. Dampak slow onset terjadi secara bertahap dalam waktu lama contohnya: penurunan produktivitas pertanian, atau kenaikan permukaan laut. Seringkali dampak slow onset tidak terasa, tapi sebenarnya sudah ada. Dampak rapid onset terjadi secara cepat dan biasanya 20

29 mudah terlihat, contohnya: badai, banjir, longsor, atau gelombang pasang. Semakin tinggi kenaikan suhu global akan membuat risiko risiko diatas semakin besar. Kerusakan dan kehilangan yang terjadi akan semakin luas, berat dan tak dapat terpulihkan. Pelajari rantai dampak perubahan iklim pada tiap jenis ekosistem yang ada. Sumber: CI.Grasp 2.0: Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) Sumber: CI.Grasp 2.0: Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) Gambar 10. Contoh salah satu rantai dampak iklim Seandainya upaya mitigasi dapat menghentikan emisi karbon saat ini juga; dampak perubahan iklim tetap akan muncul akibat akumulasi emisi karbon yang sudah terjadi sebelumnya. Karena itu perlu dibuat suatu strategi adaptasi yang komprehensif dan melihat jauh kedepan. Sumber : IPCC Fifth Assessment Report WG Gambar 11. Perubahan curah hujan rata rata Informasi lebih lanjut tentang dampak perubahan iklim dapat dilihat di: CI.Grasp: NASA: IPCC: 21

30 5.5. Strategi Adaptasi Adaptasi adalah proses penyesuaian terhadap kondisi iklim yang berubah serta dampaknya. Adaptasi perubahan iklim bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dan memanfaatkan peluang yang muncul dari perubahan iklim pada kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidup. Adaptasi dapat dilakukan pada sistem budidaya (permukiman) atau pada sistem alam (ekosistem). Adaptasi dilakukan dengan meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim. Ketahanan adalah kemampuan suatu sistem untuk mempertahankan struktur dan fungsinya dari suatu tekanan, dan kemampuan berinovasi untuk menjadi lebih baik. Dalam SDGs adaptasi perubahan iklim adalah bagian dari pembangunan berkelanjutan. Pemerintah daerah perlu membuat strategi adaptasi perubahan iklim karena: A. Dampak perubahan iklim dan kerentanan berbeda antara satu daerah dengan yang lain. Tidak ada suatu strategi yang sama yang dapat dipakai untuk semua daerah. Strategi adapatasi perubahan iklim harus locally specific. B. Penilaian besarnya risiko merupakan hal yang subjektif; karena itu pengelolaan risiko harus dilakukan oleh pemerintah daerah yang terdekat dengan risiko itu. C. Adaptasi perubahan iklim hanya dapat efektif bila didukung oleh masyarakat dan swasta karena itu perlu partisipasi mereka di tingkat lokal. D. Kehilangan dan kerusakan (lost and damage) akibat perubahan iklim akan dirasakan oleh semua daerah, adaptasi yang baik dapat mengurangi kerugian di daerah masingmasing. Adaptasi perubahan iklim memiliki perpotongan dengan bidang ketahanan pangan; air bersih / sanitasi dan pengurangan risiko bencana. Selain itu adaptasi memiliki hubungan erat dengan bidang tata ruang, kesehatan, dan lingkungan hidup. Masalah perubahan iklim tidak bisa diselesaikan oleh satu sektor saja, upaya ini harus dikerjakan bersama beberapa sektor dan juga melibatkan masyarakat dan swasta. Karena itu adaptasi perubahan iklim harus terarus-utamakan dalam rencana pembangunan sektor-sektor strategis pada masingmasing daerah. Upaya bersama lintas sektor juga perlu dibuat untuk mengatasi risiko iklim Ketahanan Iklim Tujuan RAN API adalah untuk membuat pembangunan yang berkelanjutan dan resilien terhadap iklim. Ketahanan adalah kapasitas individu, masyarakat, dan sistem untuk bertahan, beradaptasi, dan bangkit dalam menghadapi tekanan dan gangguan, dan berubah jika diperlukan. (Rockefeller Foundation, 2013). Kemampuan sistem sosial maupun ekologi dalam menghadapi gangguan dengan tetap mempertahankan struktur dan fungsi yang dimiliki, kapasitas mengorganisasikan diri, dan kapasitas untuk menyesuaikan diri terhadap tekanan dan perubahan. Hal ini dimaksudkan untuk membuat manusia, masyarakat, dan sistem benar-benar siap untuk menghadapi berbagai kejadian fisik baik natural maupun akibat manusia dan pulih dengan cepat dan menjadi lebih kuat dari gangguan dan tekanan tersebut. (IPCC, 2007). Ketahanan dapat ditingkatkan dengan pengurangan risiko iklim dan non iklim melalui adaptasi yang transformatif. Ketahanan harus dibangun pada semua level, mulai dari pusat, daerah sampai desa. 22

31 Gambar 12. Komponen resilience adaptasi perubahan iklim Dalam peningkatan ketahanan iklim perlu digunakan pendekatan pada ketiga komponen diatas. Pengarus-utamaan dalam sistem fisik dilakukan agar mengurangi risiko gagal berfungsinya pelayanan masyarakat. Pengarus-utamaan pada institusi dibuat supaya terjadi transformasi dalam tata kelola menjadi lebih tangguh iklim. Sedangkan agent atau aparat perlu dikembangkan kapasitasnya. 23

32 Modul 9B Modul 9B: Kajian Kerentanan dan Risiko Perubahan Iklim 1. Tujuan Pembelajaran Dalam modul ini diharapkan peserta pelatihan dapat: memahami konsep kerentanan dan risiko iklim; mampu merancang sebuah kajian kerentanan dan risiko iklim yang tepat untuk daerahnya; dan mampu menggunakan hasil-hasil kajian kerentanan ini dalam perencanaan pembangunan daerah. 2. Pokok Bahasan 5.1. Konsep kerentanan iklim dan faktor-faktornya: keterpaparan, sensitivitas dan rendahnya kemampuan Konsep risiko iklim dan faktor-faktornya Metodologi untuk kajian kerentanan berbasis wilayah Metodologi untuk kajian risiko masa sekarang dan masa mendatang. (dynamic risk analysis) 5.5. Tools untuk melakukan beberapa analisa dalam kajian risiko. 3. Metode Modul ini diberikan dengan metode: presentasi dari narasumber, diskusi dan latihan studi kasus, dan presentasi hasil latihan. Waktu yang dibutuhkan untuk modul ini: 6 jam pelajaran 4. Proses Pembelajaran Pengantar (10 menit) Paparkan tujuan dan pokok bahasan sesi ini, serta metode pembelajarannya. Tekankan bahwa materi konsep perubahan iklim sangat mempengaruhi terhadap proses pembelajaran berikutnya. Selanjutnya pelatih atau fasilitator memperkenalkan narasumber dan menyampaikan kepada peserta tentang sesi paparan. Selanjutnya pelatih atau fasilitator akan berperan sebagai moderator Pemaparan/Presentasi Narasumber (45 menit) Narasumber memberikan kerangka kerja dan metodologi kajian kerentanan disertai contoh-contoh kajian yang sudah pernah dilakukan di Indonesia. Presentasi sebaiknya dilakukan secara interaktif dan diberikan kesempatan pada peserta untuk langsung bertanya. Pelatih atau fasilitator mencatat poin-poin penting paparan dan memperhatikan dengan cermat peserta pelatihan, baik melalui bahasa tubuh maupun semangat peserta dalam mengikuti presentasi. 24

33 4.3 Diskusi Dengan Narasumber (20 menit) Setelah sesi paparan berakhir, pelatih merangkum secara singkat apa yang disampaikan kepada narasumber. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk klarifikasi, meminta penjelasan lebih lanjut atau menyampaikan pandangan/pendapat terkait materi yang disampaikan. Proses dialog dapat dilakukan secara interaktif, artinya trainer tidak hanya memberikan kesempatan kepada peserta, tapi dapat langsung meminta peserta untuk menanggapi. Demikian juga kepada narasumber. Dapat meminta penjelasan lebih lanjut atau meminta pandangan terkait berbagai kasus yang ditemui di wilayah. 4.4 Latihan Membuat Kajian kerentanan Iklim: (90 menit) Metode studi kasus akan sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman peserta terhadap metodologi kajian kerentanan iklim. Sebelum pelatihan peserta sudah diminta untuk membawa data dan peta dari daerah masing-masing, Peserta diminta untuk membentuk kelompok; 5 sampai 7 orang dari daerah yang sama atau berdekatan, mereka kemudian membuat: Pemilihan kabupaten/kota studi kasus Daftar prioritas isu atau bidang strategi yang akan dikaji Melihat dampak iklim dan bencana hidromet yang pernah terjadi di lokasi. Membaca proyeksi iklim untuk wilayah itu, dan ancaman iklim yang timbul. Analisa keterpaparan, sensitivitas dan kemampuan adaptif untuk salah satu bidang strategis. Analisa risiko iklim untuk salah satu bidang strategis. Setelah selesai setiap kelompok mempresentasikan hasilnya pada kelas, narasumber dan fasiliator bermain peran sebagai bupati/walikota. Kepala daerah ini harus diyakinkan bahwa ancaman perubahan iklim di daerah ini nyata dan serius sehingga mau mengambil aksi. 5. Bahan Bacaan 9B: Kajian Kerentanan dan Risiko Iklim Kerentanan adalah kecenderungan suatu sistem untuk mengalami dampak negatif, kerentanan dipengaruhi oleh sensitivitas dan kemampuan menghadapi suatu tekanan iklim. Bila suatu sistem yang rentan terpapar oleh ancaman bahaya maka sistem itu memiliki risiko. Contohnya: sebuah kampung memiliki penduduk yang miskin dan terletak di bantaran sungai memiliki kerentanan pada banjir. Risiko iklim sifatnya dinamis, berubah-ubah setiap saat; tergantung pada perubahan kerentanan dan bahaya yang mengancam. Pada musim kemarau risiko kebakaran akan lebih besar daripada musim hujan. Risiko iklim akan timbul bila suatu sistem rentan terpapar pada bahaya iklim. Perubahan pada sistem iklim dan sistem sosial ekonomi akan mempengaruhi risiko iklim. Sebaliknya dampak dari risiko iklim juga akan mempengaruhi sistem sosial ekonomi dan sistem iklim. 25

34 Gambar 13. Konsep Risiko Iklim Sumber: IPCC Assessment Report 5; 2014 Kajian kerentanan dan risiko iklim dibuat untuk mengetahui risiko yang ada sekarang dan masa mendatang sebagai dasar untuk menentukan strategi adaptasi yang tepat. Dengan kajian ini kita dapat mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi risiko. Kajian kerentanan dan risiko harus dibuat berdasarkan data yang ilmiah yang dapat ditelusuri. Kajian kerentanan dan risiko iklim: dirancang untuk menganalisis dan membangun pemahaman mengenai kerentanan perubahan iklim untuk mendukung proses pengambilan keputusan dan perencanaan kota (IPCC, 2012). Tujuan Kajian Kerentanan dan Risiko: menyediakan informasi mengenai profil, pola, dan perubahan risiko untuk menentukan prioritas, memilih strategi alternatif, dan merumuskan strategi baru. (IPCC, 2012) Sebelum melakukan kajian kerentanan, perlu ditentukan dulu cakupan kajian ini (scope) yaitu: tujuan pembangunan yang mana yang akan dikaji; kondisi apa yang menentukan keberhasilannya; faktor iklim dan non-iklim apa yang bisa berpengaruh, jangka waktu perencanaan dan sumber daya yang tersedia. Terdapat beberapa opsi dalam melakukan kajian risiko, dari yang paling sederhana hingga yang mendalam. Komponen-komponen yang akan dikaji dalam proses kajian risiko iklim ditentukan berdasarkan sumber daya yang ada di kota (data, tenaga), ketersediaan waktu, dan tingkat kebutuhan untuk melakukan kajian yang mendalam. 26

35 *) seperti sistem: pertanian padi, perikanan tangkap, air bersih, atau penganggulangan banjir dll. Gambar 14. Bagan alur analisa kerentanan dan risiko level kabupaten/kota 5.1. Identifikasi Sektor Terdampak dan Pembentukan Kelompok Kerja Sumber: Penulis Dalam setiap daerah tentu ada beberapa sektor strategis yang menjadi prioritas. Sektor strategis ini dapat berbeda-beda antar daerah; seperti untuk daerah pesisir mungkin sektor perikanan dan kelautan menjadi penting sedangkan untuk daerah pedalaman yang menjadi sektor strategis mungkin pertanian atau perkebunan. Dalam uraian di bagian 1.3 telah disebutkan beberapa potensi dampak perubahan iklim dan akibatnya. Dalam identifikasi sektor yang terdampak iklim setiap daerah dapat memilih beberapa sektor yang besar kontribusinya pada kesejahteraan masyarakat, lingkungan hidup dan pendapatan daerah. Pemilihan sektor ini dilakukan dengan dialog antar berbagai pemangku kepentingan. Sektor-sektor yang berisiko iklim diperlihatkan dalam Tabel berikut ini. Tabel 8. Sektor-sektor yang berisiko iklim Pertanian Perkebunan Kelautan dan Perikannan Kesehatan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (prasarana, air bersih dan sanitasi) Lingkungan Hidup Perhubungan Penanggulangan bencana Sosial (Pengentasan Kemiskinan) Pariwisata Energi Dan lain-lain. Sumber: penulis 27

36 Dengan kajian ini dapat diidentifikasi stakeholders mana yang perlu dilibatkan dalam tahap selanjutnya. Stakeholders yang terkait dengan masalah-masalah perubahan iklim ini perlu diundang untuk membahas bersama analisa kerentanan, risiko dan strategi adaptasi yang tepat. Bila di suatu daerah telah memiliki Kelompok Kerja Perubahan Iklim untuk RAD- GRK maka Pokja ini dapat dilanjutkan untuk Adaptasi Perubahan Iklim dengan menambah beberapa anggota baru sesuai dengan sektor yang dipilih. Pokja Perubahan Iklim juga perlu melibatkan perguruan tinggi setempat, komunitas masyarakat dan swasta. Elemen dari stakeholder non pemerintah ini berfungsi sebagai sumber informasi dan interpretasi informasi kerentanan dan risiko iklim dan juga untuk menilai pilihan adaptasi yang ada. Tabel 9. Contoh Analisa potensi dampak iklim pada bidang bidang strategis Stresor iklim Pertanian Kekeringan Gagal panen Penurunan produktivitas; Kebakaran Hujan ekstrim Gagal panen Penurunan produktivitas Kenaikan permukaan laut Kenaikan suhu Penurunan area produksi Penurunan produktivitas Bidang Strategis di daerah Perkebunan Perikanan Pariwisata --- Peningkatan biaya oprasional Gagal panen pd perikanan tambak Pengunjung Berkurang -- Kerusakan tambak Objek wisata pantai berubah Penurunan produktivitas Berubahnya ruaya ikan Cuaca ekstrem Gagal panen Kerusakan alat tangkap Pengasaman air laut Matinya terumbu karang Rusaknya objek wisata Air bersih & Sanitasi Krisis air bersih Krisis air bersih Intrusi air asin DLL. Sumber: ACCCRN Mercy Corp 2016 Gambar 15. Tahapan analisa kerentanan dan risiko iklim masa kini, 5.2. Analisis Kondisi Iklim dan Kejadian Cuaca Extrim Historis Kondisi iklim historis adalah catatan tentang data curah hujan, dan suhu udara dalam kurun tiga puluh tahun terakhir. Data tersebut diolah dengan metode ilmiah yang dapat ditelusuri misalnya analisis kecenderungan, histogram, dan peluang. Tujuanya adalah untuk dapat melihat kondisi rata-rata iklim daerah kajian. Informasi ini diperlukan nanti untuk membuat analisa risiko iklim masa kini. Informasi tentang kondisi iklim historis dapat diperoleh di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 28

37 Sumber: Gambar 16. Contoh grafik rata-rata curah hujan bulanan dan tahunan Selain itu dilakukan juga pengumpulan informasi tentang cuaca ekstrem yang pernah terjadi di daerah itu. Buatlah daftar kehilangan dan kerusakan akibat cuaca ekstrem seperti bencana kekeringan, banjir, longsor, abrasi pantai dan lain lain. Informasi dikumpulkan dengan cara wawancara; telaah pustaka; atau kunjungan lapangan. Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) juga mencatat kejadian bencana di daerah ( ). 29

38 Tabel 10. Contoh kompilasi dampak iklim dan cuaca ekstrim antara tahun di Kabupaten Isu strategis Dampak iklim/cuaca Kerugian / Keuntungan Sumber Misalnya: Ketahanan Pangan Kemarau pernah menyebabkan gagal panen di kecamatan a, b, c,... hektar padi (kumulatif) Dinas Pertanian Kelautan dan Pesisir Air bersih dan sanitasi Dst.. Dst.. Banjir pernah merusak panen di kecamatan a, b, c,.. Dll.. Badai menyebabkan perahu nelayan tenggelam atau rusak Pemanasan dan peningkatan keasaman air laut membuat penurunan produktivitas rumput laut Jumlah tangkapan ikan tuna meningkat Kemarau panjang pernah membuat krisis air bersih pada Kecamatan.. Banjir telah mencemari sumur di desa.. /kecamatan... hektar padi Jumlah perahu tenggelam.. rusak...ton/hektar (rata-rata) Ton Jumlah Keluarga../ Desa.. Jumlah desa.. BPBD Kelautan dan Perikanan 5.3. Analisa Skenario Iklim Masa Depan Skenario iklim adalah prediksi perubahan iklim pada masa mendatang berdasarkan asumsi emisi gas rumah kaca tertentu. Skenario iklim digunakan untuk melihat perubahan kondisi iklim di suatu wilayah dibandingkan kondisi baseline. Untuk perencanaan pembangunan diperlukan skenario iklim sekitar 30 tahun ke depan. Untuk perencanaan infrastruktur seperti waduk atau pelabuhan diperlukan skenario iklim yang lebih panjang. Informasi mengenai skenario iklim dapat diperoleh dari lembaga resmi seperti BMKG atau IPCC. Yang diperlukan adalah informasi iklim daerah dengan resolusi yang detail yaitu 10 km atau 5 km. Jika informasi iklim yang diperlukan belum ada dan daerah memiliki sumberdaya yang cukup maka dapat saja membuat skenario sendiri sesuai dengan cara yang diatur dalam Permen KLHK no P33/2016. Sumber KLH: KRAPI 2012 Gambar 17. Contoh skenario perubahan kekeringan di Malang Raya, tahun

39 Proyeksi suhu dan curah hujan rata-rata ini kemudian dipakai untuk membuat analisa perubahan variabilitas iklim dan kejadian iklim ekstrem di masa mendatang. Variabilitas iklim adalah berubahnya pola musim, dan frekuensi kejadian cuaca ekstrem. Perubahan iklim dapat menyebabkan kemarau panjang disusul oleh hujan ekstrem di tempat yang sama. Dengan naiknya suhu udara dan laut, intensitas curah hujan dan badai dapat meningkat. Gambar 18. Contoh proyeksi peluang hujan ekstrim di Tarakan sumber : KLHK: KRAPI Pengkajian Dampak Kejadian Iklim yang Mengancam Fungsi Ekologis Perubahan iklim akan menyebabkan rantai dampak yang luas. Hasil analisa iklim masa kini dan proyeksi iklim masa mendatang dipakai untuk mengkaji potensi dampaknya pada lingkungan hidup. Potensi dampak, atau disebut juga ancaman, dapat dievaluasi melalui studi pustaka atau laporan studi dampak iklim di daerah kajian. Penggunaan model empiris dan model dampak menggunakan variabel iklim untuk bahan kajian. Untuk memproyeksikan ancaman di masa mendatang ada beberapa metode yang dapat dipakai: Tabel 11. Tipe Ancaman, Metodologi dan Parameter Utama Tipe Ancaman Metodologi Parameter utama Banjir Rob Cumulative inundation model and scenario Storm surge La Nina Wind wave Sea Level Rise Banjir HECRAS Curah hujan Sea Level Rise Tipe tanah Perubahan tataguna lahan Tanah longsor GEOSLOPE Curah hujan Kekeringan Water balance Curah hujan Suhu Tipe tanah Perubahan tataguna lahan Water budget Total run-off Populasi Tataguna Lahan FEM Water Aquafier geometri Permiability Groundwater storage 31

40 Tipe Ancaman Metodologi Parameter utama Pertanian. Crop production decline Crop production Crop yields Harvest area Kesehatan: DBD Malaria Diare Regresi dan korelasi Curah hujan Suhu udara Angka Kejadian Akses air dan sanitasi. Sumber: KLH, KRAPI 2012 Sumber: Cita Citarum ICWRMIP ABD 2014 Gambar 19. Contoh peta ancaman kekeringan 5.5. Analisa Kerentanan Masa Kini dan Masa Mendatang Kerentanan atau vulnerability adalah kecenderungan suatu sistem mengalami dampak negatif dari suatu ancaman bencana. Kerentanan berbeda-beda menurut ancaman yang ada. Suatu desa yang memiliki ketahanan terhadap banjir bisa saja rentan terhadap kekeringan. Kerentanan ditentukan oleh keterpaparan, sensitivitas dan kapasitas. Sensitivitas menambah kerentanan sedangkan kapasitas mengurangi kerentanan. Sensitivitas Kerentanan = Kapasitas Adaptif 32

41 Objek kerentanan dapat dibagi dua yaitu kerentanan sosial dan kerentanan biofisik. Untuk kerentanan sosial ada beberapa variabel umum yang menentukan sensitivitas diantaranya adalah: kepadatan penduduk, angka kemiskinan, presentase penduduk yang bertani dan nelayan. Sedangkan kapasitas ditentukan oleh tingkat pendidikan, pelayanan dasar kesehatan, aksesibilitas. Indeks Pembangunan Manusia dan tingkat capaian Standar Pelayanan Minimal juga dapat dipakai untuk mengukur kerentanan. Selain variable umum juga ada variable khusus untuk analisa kerentanan sektoral seperti: persentase sawah tadah hujan; kapasitas drainase, topografi, akses pada air bersih, dll. Kerentanan biofisik adalah sensitivitas dan kapasitas suatu ekosistem menerima stres iklim. Daya dukung dan jasa lingkungan akan berubah sesuai dengan perubahan dan variabilitas iklim. Semakin tinggi keaneka-ragaman hayati suatu ekosistem semakin rentan terhadap perubahan. Kerentanan sebagai sebuah kondisi bersifat dinamis, berubah-ubah seiring waktu. Karena itu kerentanan yang ada sekarang dan kerentanan tiga puluh tahun kemudian pasti berbeda. Untuk analisa kerentanan sosial masa mendatang perlu dibuat proyeksi demografis (kependudukan) dan ekonomi suatu daerah. Selain itu juga perlu diproyeksikan tata guna lahan, infrastruktur dan Indeks Pembangunan Manusia. Kerentanan Terhadap Hujan ekstrim dan Banjir Tabel 12. Contoh Analisa Kerentanan Banjir di Kota X Faktor Variabel Angka Keterpaparan Luas banjir rata-rata (historis) Kepadatan penduduk 1400 jiwa/ha Kategori (1 sd 5) Skor 29 ha 4 4 Sensitivitas Jumlah balita 5% 1 5 Angka kemiskinan 17% 2 Rumah tampa air bersih 23% 2 Kapasitas Adaptif Cakupan drainase 43% 3 9 Ruang terbuka hijau 12% 1 Kesiapan siagaan sistem peringatan dini banjir 24/7 5 Penilaian variabel kerentanan perlu dilakukan dengan expert judgement dalam sebuah tim. Bobot juga ditentukan oleh tim dengan metode Analytical Hierarchial Process. Masing masing tabel dibuat untuk data masa kini dan data proyeksi masa mendatang. Data kerentanan yang berupa distribusi angka harus dinormalisasi menjadi lima kelompok kerentanan: Sangat rendah; Rendah; Sedang; Tinggi dan Sangat Tinggi. Gabungan data dari semua desa/kecamatan dipetakan dalam skala provinsi atau kota/ kabupaten. Hasilnya adalah peta kerentanan iklim yang menunjukan dimana wilayah yang sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah kerentanannya. 33

42 Sumber : KLH KRAPI 2012 Gambar 20. Contoh: Peta Kerentanan Gabungan di Tarakan tahun 2010 dan SIDIK: Untuk membuat analisa kerentanan dapat pula menggunakan Sistem Informasi Data Indeks Kerentanan (SIDIK) online dari KLHK. Dalam website ini dapat dibuat analisa kerentanan per desa menggunakan data Podes. SIDIK bersifat fleksibel, setiap pemda dapat menambahkan indikator kerentanan yang cocok dengan kondisi daerahnya. Hasil dari SIDIK adalah: Indeks Keterpaparan dan Sensitivitas; Indeks Kapasitas Adaptasi; dan Indeks Kerentanan. Informasi lebih lanjut dapat dilihat di: administrator/dashboard Gambar 21. Bagan Alur SIDIK Sumber: KLHK 34

43 5.6. Analisis Risiko Iklim Masa Kini dan Masa Mendatang Risiko adalah peluang terjadinya dampak negatif pada suatu sistem. Risiko iklim ditentukan oleh Ancaman atau Hazard (H) Kerentanan atau Vulnerability (V) dan Keterpaparan atau Exposure (E) dengan rumus: Risiko = H x (V x E) Atau Risiko = H x (S/C x E) Ancaman dan kerentanan telah dijelaskan diatas; sedangkan keterpaparan atau exposure adalah cakupan, frekuensi dan lamanya suatu dampak iklim melanda sebuah daerah. Keterpaparan juga bersifat dinamis karena berubahnya lingkungan. Untuk menghitung risiko setiap desa atau kecamatan digunakan langkah berikut: Pertama, adalah mengalikan angka kerentanan dan keterpaparan (V x E) Kedua, normalisasi angka hasil perkalian kerentanan-paparan (V x E) dengan membagi distribusi angka menjadi 5 kelompok: Sangat rendah; Rendah, Sedang, Tinggi, dan Sangat Tinggi. Ketiga, normalisasi angka-angka ancaman (H) menjadi 5 kelompok juga. Keempat, memasukkan hasil normalisasi kerentanan dan ancaman ke dalam koordinat yang sesuai dibawah ini. Tabel 13. Contoh tabel analisa risiko Sangat Rendah Sangat Rendah Rendah Ancaman Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Kerentanan Sedang Tinggi Sangat Tinggi Risiko Sangat Rendah Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi Risiko Sangat Tinggi Sumber: modifikasi dari KRAPI, KLH 2012 Proses ini diulangi untuk tiap desa/kecamatan sehingga dapat disusun daftar risiko daerah untuk tiap jenis ancaman seperti contoh dibawah ini: 35

44 Tabel 14. Contoh daftar risiko pertanian padi per kecamatan di Malang Sumber KRAPI, KLH 2012 Data tingkat risiko ini kemudian dipindahkan ke atas peta daerah pertanian seperti contoh di halaman berikut. 36

45 Gambar 22. Contoh peta risiko pertanian padi di Kabupaten Malang 2030 sumber KLH: Krapi Analisis Kapasitas Kelembagaan Dalam Mengendalikan Dampak Perubahan Iklim Untuk menghadapi perubahan iklim diperlukan tata kelola pemerintahan daerah yang baik (good governance). Analisa kapasitas kelembagaan dilakukan dengan telaah pustaka, wawancara, survei, atau diskusi terfokus. Kapasitas yang dipetakan adalah: Kebijakan, Program dan Anggaran. Di samping itu dilihat juga kesiapan untuk berubah, inovasi dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan Tabel 15. Contoh analisa kapasitas kelembagaan Lembaga Dinas PU Dinas Pertanian Dinas Kesehatan PDAM Dll Tupoksi terkait API Pengelolaan Pengairan Program/kegiatan terkait API Pemeliharaan saluran irigasi Pembangunan Embung Anggaran/ tahun Rp. SDM pelaksana S2 Teknik Sipil Orang S1 Teknik Sipil Orang STM Bangunan Orang Rp.. Dll.. Mendukung capaian Sekolah lapang iklim Rp.,- S2 Pertanian:.Orang produksi pangan Penyuluhan pemanfaatan Rp,- S1 Bidang penyuluhan kalender tanam.orang Dll Pengendalian penyakit menular Surveillance DBD, dan Malaria. Rp..,- Dokter Spesialis:. Dokter Umum:. Mantri:. Jumantik:.. Dari informasi ini dapat dilihat mana lembaga yang sudah sesuai dengan tantangan API dan mana yang masih perlu diperkuat kapasitasnya. Dapat pula dianalisa strategi adaptasi mana yang sudah terakomodasi dalam program-program pemda. (analisa kompatibilitas) 37

46 Modul 10 Modul 10: Penyusunan Strategi Adaptasi Perubahan Iklim 1. Tujuan Pembelajaran Dalam modul ini diharapkan peserta pelatihan dapat: memahami strategi adaptasi dan mampu menyusun prioritas aksi adaptasi sesuai dengan kerentanan dan risiko yang ada. Peserta juga diharapkan mampu menerjemahkan strategi ini dalam perencanaan pembangunan daerah. 2. Pokok Bahasan Konsep ketahanan/resilience dan strategi pengurangan risiko. Menganalisa masalah dan gap dalam kapasitas adaptasi. Pengumpulan alternatif aksi adaptasi. Cost benefit analisis dan penyusunan prioritas. Pembuatan Logical framework untuk mainstreaming adaptasi 3. Metode Modul ini diberikan dengan metode: presentasi dari narasumber, diskusi dan latihan studi kasus, dan presentasi hasil latihan. Waktu yang dibutuhkan untuk modul ini: 4 jam pelajaran 4. Proses Pembelajaran Pengantar (10 menit) Fasilitator memberikan outline pelajaran dan tujuan pembelajaran. Selanjutnya pelatih atau fasilitator memperkenalkan narasumber dan jadwal kegiatan. Pemaparan/Presentasi Narasumber (45 menit) Narasumber memberikan paparan tentang strategi adaptasi dan contoh-contoh yang baik. Peserta dapat langsung bertanya bila ada yang tidak jelas. Pelatih atau fasilitator mencatat poin-poin penting paparan dan memperhatikan dengan cermat peserta pelatihan, baik melalui bahasa tubuh maupun semangat peserta dalam mengikuti presentasi. Dialog dengan Narasumber (30 menit) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan, meminta penjelasan lebih lanjut atau menyampaikan pandangan/pendapat terkait materi yang disampaikan. Proses dialog dapat dilakukan secara interaktif, artinya trainer tidak hanya memberikan kesempatan kepada peserta, tapi dapat langsung meminta peserta untuk menanggapi. Demikian juga kepada narasumber. Dapat meminta penjelasan lebih lanjut atau meminta pandangan terkait berbagai kasus yang ditemui di wilayah. 38

47 Latihan Membuat Strategi Adaptasi Perubahan Iklim (90 menit) Metode studi kasus akan sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman peserta terhadap metodologi kajian kerentanan iklim. Gunakan Kota/kabupaten yang sudah dibuat kajian kerentanannya oleh peserta dalam modul 9 dan minta mereka mendiskusikan dalam kelompoknya apa strategi yang cocok dengan menggunakan tools yang diberikan oleh narasumber. Setelah selesai setiap kelompok mempesentasikan hasilnya pada kelas, narasumber dan fasiliator bermain peran sebagai bupati/walikota. Mereka ini harus diyakinkan bahwa usulan strategi ini adalah pilihan yang terbaik. 5. Bahan bacaan: Penyusunan Strategi Adaptasi Perubahan Iklim Dengan adanya upaya adaptasi, kerentanan suatu sistem dapat dikurangi atau selang toleransi akan meningkat. Pada kasus ini langkah adaptasi sering dikaitkan dengan aksi atau langkah-langkah yang bisa mengurangi tingkat paparan atau tingkat sensitivitas suatu sistem, dan kondisi dimana sistem bisa meningkatkan kapasitas adaptifnya. Sumber: materi presentasi Budhi Setiawan, 2016 Gambar 23. Peningkatan Coping Range dengan Adaptasi. Berdasarkan hasil kajian kerentanan dan kajian risiko dibuatlah strategi adaptasi. Strategi Adapatasi adalah upaya untuk mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim dan mengambil manfaat yang muncul. Secara umum ada dua tipe adaptasi; reaktif dan antisipatif. Adaptasi reaktif merespon dampak yang sudah dirasakan; sedangkan adaptasi antisipatif menyiapkan diri untuk dampak yang diperkirakan akan terjadi. Adaptasi antisipatif memiliki waktu yang lebih lama untuk berkerja karena itu bisa lebih murah. Bentuk adaptasi ada yang bersifat keras (hard adaptation) atau lunak (soft adaptation); Adaptasi keras berupa bangunan atau prasarana. Dan adaptasi lunak dapat berupa: penanaman pohon, perubahan perilaku; atau perubahan aturan Tools untuk Menyusun Strategi Tidak semua aksi adaptasi butuh anggaran baru, banyak program kegiatan yang sudah ada dalam APBD dapat dijadikan aksi adaptasi, mungkin hanya perlu perubahan prioritas atau dimodifikasi sedikit. Misalnya program air bersih dan sanitasi yang sudah ada tinggal diarahkan ke daerah yang berisiko iklim tinggi. Berdasarkan hasil analisa kerentanan dan risiko dibuatlah pilihan-pilihan kegiatan adaptasi yang mungkin dilakukan dalam jangka panjang dan menengah. Disini diperlukan pemikiran yang inovatif dan lintas sektoral. Penyusunan pilihan adaptasi harus dilakukan dengan melihat faktor-faktor yang menyebabkan risiko iklim. Pilihan aksi adaptasi dibuat untuk desa/kecamatan yang risikonya tinggi. Aksi adaptasi dapat dibuat dengan: 39

48 Mengurangi sensitivitas. Meningkatkan kapasitas adaptif yang masih lemah;. Menjauhkan penduduk dan aset dari keterpaparan (khusus untuk lokasi dengan risiko banjir, longsor, kenaikan permukaan laut, atau erosi pantai). Strategi harus diturunkan dari dampak perubahan iklim yang terjadi di daerah dan isu-isu prioritas daerah yang bisa didapatkan dari dokumen CRA (Kajian Risiko Perubahan Iklim) Isu prioritas dipilih berdasarkan kesepakatan antara Tim Kota dan Tim Penyusun CRS. Strategi tidak hanya menjawab dampak perubahan iklim, tetapi bisa juga isu yang terkait pembangunan seperti pendidikan, kesehatan, dsb. Strategi perlu menggambarkan tujuan atau keadaan yang mau dicapai dan menjelaskan bagaimana cara mencapainya. Tools yang dapat digunakan antara lain adalah: analisa akar masalah; diagram laba-laba, atau petal chart. Sumber: Penulis Gambar 24. Contoh diagram laba-laba untuk membandingkan kemampuan adaptif Dengan diagram laba laba seperti ini dapat dilihat faktor apa yang masih kurang dan perlu diperbaiki. Diagram ini juga dapat dipakai untuk membandingkan antara kondisi satu desa dengan rata-rata desa yang lain. Untuk faktor yang akan diperbaiki dapat dibuat analisa akar masalah. Misalnya faktor pendidikan yang rendah: apa saja penyebabnya? kenapa begitu? Dst. Dengan diskusi curah pendapat dan studi literatur bisa didapat ide-ide untuk mengatasi masalah itu. Pilihan adaptasi juga perlu memperhatikan kondisi setempat. Kalau perlu adakan survei lapangan untuk melihat lokasi yang risikonya tinggi. 40

49 Gambar 25. Contoh diagram akar masalah Sumber: Penulis 5.2. Identifikasi aksi adaptasi yang telah dilakukan Melalui konsultasi dengan stakeholder dapat dikumpulkan informasi tentang upaya-upaya adaptasi yang telah dilakukan untuk mengatasi risiko iklim. Sering kali stakeholders tidak menyadari bahwa apa yang sudah mereka lakukan adalah upaya adaptasi, contohnya peningkatan irigasi atau pengendalian banjir yang sudah lama dilakukan di daerah yang berisiko iklim. Daftar upaya adaptasi ini perlu dilihat mana yang perlu dikembangkan dan diperbaiki. Tabel 16. Contoh daftar upaya adaptasi yang ada SKPD Pelaku Masalah cuaca /iklim yang dihadapi Meningkatnya frekwensi banjir Kesulitan air bersih Tindakan yang sudah pernah dilakukan Perbaikan drainase; Relokasi penghuni bantaran sungai Bantuan truk air, Pembangunan embung, Sumur resapan. Dll Swasta Kebanjiran Membuat pompa air Catatan Anggaran Rutin Ad-hoc Petani NGO Dll Gagal panen karena kemarau panjang Dll.. Dll. Menanam bibit/ komoditas tahan kering. Pengumpulan alternatif aksi adaptasi: Dengan daftar diatas, ditambah brainstorming dan kajian literatur dapat dikumpulkan ide-ide aksi adaptasi yang bisa menjawab risiko perubahan iklim. Ide-ide ini dikumpulkan menurut jenis ancaman dan lokasinya. 41

50 Tabel 17. Contoh pengumpulan alternatif aksi adaptasi Bidang Ancaman Lokasi Alternatif aksi Adaptasi Ketahanan pangan Kemarau panjang Desa X, Y, & Z Menanam bibit tahan kering Membangun embung Perbaikan irigasi Asuransi pertanian Banjir Muara sungai di DLL.. Perubahan pola Sawah tadah hujan di... Sekolah lapang iklim musim Air bersih dan sanitasi Kekeringan Kecamatan X, Membangun sumur resapan Banjir Kecamatan Z, Membangun tandon air bersih Kesehatan (DBD, Malaria) Kenaikan suhu Desa. Meningkatkan Gerakan 3 M Penanggulangan bencana Cuaca ekstrem Lokasi Rawan longsor di kecamatan X & Y DLL. Dll. Dll. Pembuatan sistem peringatan dini 5.3. Penentuan Prioritas Melalui konsultasi stakeholders dan komunitas yang berisiko; disusunlah prioritas risiko dan aksi adaptasi. Pendapat dari kepala daerah dan anggota DRPD juga penting untuk didengar. Hasil konsultasi ini adalah daftar urutan prioritas risiko, lokasi dan aksi adaptasi apa yang akan diakukan. Analisa Cost Benefit: Untuk menentukan pilihan aksi adaptasi perlu dilakukan cost benfit analysis atau analisa biaya dan manfaat. Analisa ini adalah pendekatan untuk merekomendasi suatu kebijakan dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk uang (Dunn, 2003). Analisa ini sering digunakan untuk menganalisis kelayakan proyek-proyek pemerintah. Pelaksanaan proyek pemerintah umumnya mempunyai tujuan yang berbeda dengan investasi swasta. Pada proyek swasta, biasanya diukur berdasarkan kepada keuntungan yang didapatkan. Pada proyek pemerintah, keuntungan seringkali tidak dapat diukur dengan jelas karena tidak berorientasi kepada keuntungan. Dengan kata lain, keuntungan didasarkan kepada manfaat umum yang diperoleh oleh masyarakat. Dalam penyusunan strategi adaptasi dibuat analisa cost benefit untuk setiap alternatif aksi yang ada. Faktor yang diperhitungkan antara lain adalah: seberapa penting risiko yang mau ditanggulangi, jumlah penduduk yang dapat dikurangi risikonya terhadap perubahan iklim, berapa lama solusi ini dapat bertahan, total biaya yang dibutuhkan sampai manfaatnya habis, dst. Analisa cost benefit ini perlu melibatkan pakar dalam bidang yang akan dipilih. 42

51 Tabel 18. Contoh Analisa Cost Benefit Sumber: ACCCRN 2015 Multi criteria analysis untuk memilih opsi adaptasi adalah sebuah sistem pembobotan yang mempertimbangkan berbagai aspek intervensi. Metode ini penting saat pemberi dana memiliki beberapa persyaratan tertentu. Tabel 19. Multi-criteria analysis untuk pemilihan opsi adaptasi Sumber: ACCCRN Menyusun rencana aksi Logical framework: Salah satu tools yang dapat digunakan untuk menyusun strategi dan rencana aksi adalah Logical Framework. Fungsi logical framework adalah untuk menjabarkan hubungan sebab akibat dari kegiatan sampai ke tujuan. 43

52 Tabel 20. Contoh Logical Framework Hirarki Tujuan Indicator Pencapaian Asumsi Cara Pembuktian Tujuan Utama Mengurangi kerentanan dan meningkatkan ketahanan iklim di daerah... Tujuan antara: 1. Mengurangi Sensitivitas iklim 2. Meningkatkan Kapasitas adaptif 3. Mengurangi Keterpaparan. Purpose Intended utilisation of outputs by recipients/direct clients Outputs Products (tangible/intangible) delivered by research Activities Tasks undertaken in order to produce research outputs Indications Qualitative description of positive general impact Indicators Targets measuring the positive impact for target groups/ beneficiaries Indicators targets measuring the uptake of outputs by others Indicators targets showing successful finalisation of outputs Milestones key intermediate targets for production of outputs Assumption for sustainability of benefits Assumptions for achievement of overall goal Assumptions for achievement of intermediate goal Assumptions for achievement of purpose products delivered by others Preconditions for implementation of activities Indicators threshold values for external conditions Indicators threshold values for external conditions Indicators threshold values for external conditions Indicators threshold values for external conditions Strategi adaptasi dapat dibuat untuk tiap sektor dan juga lintas sektor. Adaptasi perubahan iklim membutuhkan pemecahan masalah yang holistik dan berpandangan jauh kedepan. Tabel 21. Contoh City Resilience Strategy dari ACCCRN di Palembang Sumber : Mercy Corps, ACCCRN

53 Modul 14 Modul 14: Pengantar pada Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan Aksi Adaptasi 1. Tujuan Pembelajaran Modul ini bertujuan untuk mengenalkan peserta pelatihan pada proses monitoring dan evaluasi kegiatan adaptasi. Diharapkan peserta dapat memahami konsep dan metode pengukuran keberhasilan upaya adaptasi, juga kendalanya. Monitoring dan evaluasi sangat penting dalam upaya adaptasi karena perubahan iklim memiliki ketidakpastian yang besar (uncertainty) sehingga perencanaan kegiatan adaptasi harus secara berkala di-review dan disesuaikan dengan perkembangan perubahan iklim. 2. Pokok Bahasan: Komponen pemantauan dan evaluasi Penilaian Ketahanan Daerah (City Resilience Review) Kendala dalam monitoring dan evaluasi adaptasi perubahan iklim 3. Metode Modul ini diberikan dengan metode: presentasi dari narasumber, dan diskusi. Waktu yang dibutuhkan untuk modul ini: 3 jam pelajaran 4. Proses Pembelajaran 4.1. Pengantar (10 menit) Paparkan tujuan dan pokok bahasan sesi ini, serta metode pembelajarannya. Tekankan bahwa materi konsep perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran berikutnya. Selanjutnya pelatih atau fasilitator memperkenalkan narasumber dan menyampaikan kepada peserta tentang sesi paparan. Selanjutnya pelatih atau fasilitator akan berperan sebagai moderator Pemaparan/Presentasi Narasumber (45 menit) Narasumber memberikan penjelasan dan pengantar mengenai monitoring dan evaluasi upaya adaptasi. Presentasi sebaiknya dilakukan secara interaktif dan diberikan kesempatan pada perserta untuk langsung bertanya Diskusi dengan Narasumber (20 menit) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk klarifikasi, meminta penjelasan lebih lanjut atau menyampaikan pandangan/pendapat terkait materi yang disampaikan. Proses dialog dapat dilakukan secara interaktif, artinya trainer tidak hanya memberikan kesempatan kepada peserta, tapi dapat langsung meminta peserta untuk menanggapi. Demikian juga kepada narasumber. Dapat meminta penjelasan lebih lanjut atau meminta pandangan terkait berbagai kasus yang ditemui di wilayah. 45

54 5. Bahan Bacaan: Pemantauan dan Evaluasi Aksi Adaptasi 5.1. Pemantauan Pemantauan aksi adaptasi dilakukan untuk melihat apakah output kegiatan sudah sesuai dengan rencana. Sesuai dengan logical framework (modul 10) yang dibuat setiap kegiatan yang ditandai sebagai kegiatan adaptasi dalam APBD harus dimonitor output-nya. Kemudian dilihat outcome-nya: apakah output ini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Contohnya: kegiatan sekolah lapang iklim untuk kelompok tani di desa: telah diikuti oleh 2000 orang petani (output) kemudian disurvei berapa orang peserta yang telah meningkat produktivitasnya (outcome). Pemilihan indikator untuk output dan outcome harus mempertimbangkan ketersediaan data dan data ini harus bisa dibuktikan Evaluasi Dalam evaluasi yang dilihat adalah dampak dari output dan outcome kegiatan. Untuk evaluasi adaptasi yang perlu dilihat adalah seberapa jauh kegiatan-kegiatan yang sudah terlaksana berdampak pada pengurangan kerentanan dan exposure. Kerentanan disini adalah sensitivitas dibagi dengan kapasitas adaptif. Dalam modul 9B telah dijelaskan bahwa risiko iklim adalah fungsi dari: ancaman, exposure, sensitivitas, dan kapasitas. Untuk mengurangi risiko iklim yang dapat diintervensi adalah: sensitivitas, kapasitas dan exposure. Ancaman iklim dapat dikurangi tapi hal itu masuk dalam ranah mitigasi perubahan iklim. Gambar 26. Komponen Evaluasi Adaptasi Perubahan Iklim Sumber: Penulis Untuk mengukur pengurangan exposure dapat dilakukan dengan membandingkan indeks exposure sebelum dan sesudah beberapa tahun upaya adaptasi. Exposure akan bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi, jadi faktor ini harus diperhitungkan dalam mengevaluasi. Cara pengukuran exposure ada dalam KRAPI. 46

55 Untuk mengukur pengurangan sensitivitas dapat diukur dengan angka kesejahteraan dan sumber penghidupan masyarakat, masyarakat yang mayoritas petani dan nelayan lebih sensitif terhadap perubahan iklim daripada masyarakat industri atau jasa. Kesejahteraan dapat dilihat dengan indeks pembangunan manusia, SPM, atau SDG. Sedangkan untuk mengukur kapasitas dapat dilhat dari kapasitas manusia, lingkungan, fisik, institusional, finansial, dan sosial. Salah satu metode yang dapat dipakai untuk mengevaluasi kapasitas daerah adalah metode City Resilience Review di bawah ini Penilaian Ketahanan Daerah (District/City Resilience Review) Tujuan metode dari ACCCRN ini adalah untuk menyediakan beragam indikator generik yang cukup umum untuk dibandingkan di penggunaan tingkat nasional (fungsi komparasi), tetapi juga memberikan fleksibilitas yang memungkinkan pengguna di tingkat kota menyesuaikan indikator tersebut sesuai kebutuhan dan ketersediaan data (fungsi self-assessment). Penilaian Ketahanan daerah menggunakan kedua pendekatan baik induktif maupun deduktif dengan menyediakan rangkaian indikator yang dianggap relevan terhadap resilience dan berusaha untuk mengukurnya; tetapi juga memberikan fleksibilitas untuk menyesuaikan berdasarkan ketersediaan data dan kondisi setempat Penilaian kuantitatif dilakukan untuk menyederhanakan data yang beragam dan rumit. Penilaian kualitatif ditujukan untuk menunjukkan hubungan, korelasi, dan pengaruhnya antar satu komponen ketahanan dengan yang lain dalam membangun ketahanan daerah. Komponen ketahanan yang digunakan adalah: Ekonomi, Penduduk, Fisik, Ekologis, dan Sosial, seperti dalam gambar dibawah ini. ACCCRN Mercy Corp Indonesia Gambar 27. Komponen ketahanan yang digunakan adalah: Ekonomi, Penduduk, Fisik, Ekologis, dan Sosial Ketahanan Ekonomi: Kondisi ekonomi yang kondusif di kota agar masyarakat dapat hidup layak dan sejahtera. Contoh seperti banyaknya peluang kerja, adanya akses modal finansial, terdapat asuransi mikro, dll 47

56 Ketahanan Penduduk: Keterampilan, pengetahuan, kesehatan yang baik, dan ketahanan pangan yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk menghadapi kondisi tak terduga Ketahanan sosial: Keterampilan, pengetahuan, kesehatan yang baik, dan ketahanan pangan yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk menghadapi kondisi tak terduga Ketahanan Ekologis: Pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan untuk kepentingan bersama. Daya dukung alam dan jasa lingkungan yang terjaga. Ketahanan fisik: Seluruh sistem infrastruktur yang menjaga membuat kota tetap berfungsi baik dalam kondisi normal ataupun ketika terjadi shocks dan stresses, Ketahanan Sistem pemerintah/tata kelola memiliki prosedur yang jelas dan tidak sering berubah agar masyarakat (semua pihak yang mengakses layanan dari pemerintah) tidak kehilangan kepercayaan Proxy Indikator : 1. Metode Kuantitatif: a. Memilih dan menentukan indikator b. Perhitungan dan penilaian indikator c. Agregasi indikator Indeks per sistem 2. Metode Kualitatif: a. Mencari hubungan negatif, positif, netral antar proksi indikator b. Menjelaskan sifat hubungan sebab akibat c. Memetakan sistem ketahanan secara kualitatif (bisa dimulai dengan proksi indikator yang nilainya rendah) Evaluasi dilakukan dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah intervensi dilakukan. Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam evaluasi Adaptasi: Apakah kerentanan dan risiko sudah menurun? Apakah ketahanan meningkat? Apakah rasio antara lost and damage terhadap indeks cuaca ekstrem sudah berkurang? Siapa yang melakukan pengukuran ketahanan? Pengukuran dapat dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan yang mengimplementasikan aksi ketahanan di suatu kota, baik itu dari luar maupun dari dalam kota itu sendiri (misalnya pemerintah regional, donor, lembaga non-pemerintah) Pengukuran ketahanan paling baik dilakukan oleh tim kota (multistakeholder) dengan pendekatan partisipatif. Kesepakatan tim kota sangat penting untuk pengembangan CRR (menentukan tipe data, bobot indikator, relasi antar indikator, dll) 48

57 5.4. Kendala dan Evaluasi Adaptasi. Pemantauan dan Evaluasi Adaptasi harus dilakukan dengan hati-hati karena ada beberapa kendala yang mempersulit yaitu: Jeda waktu yang lama antara aksi adaptasi dengan hasil yang dapat terlihat. Upaya seperti penanaman pohon di hulu sungai atau pendidikan ketrampilan baru untuk anakanak petani membutuhkan waktu 5 hingga 10 tahun untuk melihat dampaknya pada penurunan kerentanan. Berubahnya konteks dan kondisi linkungan karena perubahan iklim, sehingga indikator base line tidak relevan lagi pada masa mendatang. Banyaknya faktor yang mempengaruhi kerentanan dan risiko sehingga membuat hubungan antara aksi adaptasi, output dan outcome tidak pasti satu. Perubahan iklim juga memiliki ketidakpastian, skenario kenaikan suhu global juga bermacam macam. Adaptasi perubahan iklim bersifat lokal spesifik sehingga sedikit indikator yang bisa dipakai secara global, setiap daerah harus menentukan sendiri indikator-indikator kerentanan dan risiko yang cocok untuk mereka Pelaporan Setiap daerah yang melakukan upaya adaptasi diharapkan membuat laporan kepada Dirjen Perubahan Iklim KLHK untuk dikompilasi. Pembelajaran yang didapat dari upaya ini akan sangat berharga untuk daerah lain yang menghadapi masalah yang sama. Pengelolaan pengetahuan dari pengalaman adaptasi adalah salah satu bidang dalam adaptasi yang perlu mendapat perhatian serius karena adaptasi adalah suatu hal yang relatif baru dan masih membutuhkan banyak pembelajaran. Pendanaan untuk melakukan evaluasi dan pembelajaran dapat diakses dari APBN atau dari internasional development cooperation agency. Pelaporan juga perlu dilakukan untuk melihat bagaimana gambaran kegiatan adaptasi di Indonesia dalam rangka pelaksanaan RAN-API. Apakah kegiatan adaptasi didaerah sudah sejalan dengan RAN-API. 49

58 Modul 15 Modul 15: Pengarus-utamaan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Perencanaan Pembangunan. 1. Tujuan Pembelajaran Peserta pelatihan diharapkan dapat memahami dan melakukan proses pengarus-utamaan aksi-aksi adaptasi dalam perencanaan pembangunan daerah. Selain itu mereka diharapkan mampu untuk melakukan climate proofing pada rencana pembangunan yang sudah ada. 2. Pokok Bahasan Posisi adaptasi perubahan iklim dalam sistem perencanaan pembangunan daerah. Proses pengintegrasian adaptasi perubahan iklim dalam RPJMD, RTRW, dll. Climate proofing untuk rencana pembangunan /program yang sudah ada. Peningkatan ketahanan dalam sistem, institution dan agent. 3. Metode Modul ini diberikan dengan metode: presentasi dari narasumber, dan diskusi kelompok. Waktu yang dibutuhkan untuk modul ini: 3 jam pelajaran 4. Proses Pembelajaran 1. Pengantar (10 menit) Paparkan tujuan dan pokok bahasan sesi ini, serta metode pembelajarannya. Tekankan bahwa materi konsep perubahan iklim sangat mempengaruhi terhadap proses pembelajaran berikutnya. Selanjutnya pelatih atau fasilitator memperkenalkan narasumber dan menyampaikan kepada peserta tentang sesi paparan. Selanjutnya pelatih atau fasilitator akan berperan sebagai moderator. 2. Pemaparan/Presentasi Narasumber (45 menit) Presentasi dari narasumber tentang proses pengarus-utamaan aksi-aksi adaptasi. Penjelasan dilakukan secara interaktif dan diberikan kesempatan pada peserta untuk langsung bertanya. 3. Diskusi kelompok (2 menit) 5. Bahan Bacaan: Pengarus-utamaan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Perencanaan Pembangunan Masalah perubahan iklim begitu banyak tapi sumber daya daerah terbatas karena itu harus ada pemilihan prioritas adaptasi. Penetapan prioritas ini harus melibatkan semua stakeholders terutama komunitas yang berisiko tinggi. Konsultasi publik dan diskusi terarah perlu dilakukan dengan tujuan untuk mendapat prioritas masalah dan prioritas solusinya. Penentuan prioritas adaptasi harus menghindari penyesalan di kemudian hari atau adaptasi yang salah (mal adaptasi). Ada beberapa metode untuk menentukan prioritas aksi adaptasi seperti: analisa cost benefit; skala kepentingan dan urgensi; multi criteria analysis, dll. 50

59 Tabel 22. Contoh analisa skala kepentingan dan urgensi Isu-Isu Adaptasi Mendesak Tidak Mendesak Penting Isu F Isu D Isu C Tidak Penting Isu A Isu E Isu B Dalam penyusunan prioritas aksi adaptasi perlu mempertimbangkan: Apakah risiko terjadi di wilayah strategis atau tidak. Apakah risiko ada dalam wilayah risiko bencana lain? (vulkanik, gempa, tsunami, dll.) Berapa jumlah penduduk yang terpengaruh risiko itu. Gambar 28. Diagram hubungan antara analisa kerentanan dan pengarus utamaan aksi adaptasi. 5.1 Pengintegrasian dalam Perencanaan Pembangunan Perencanaan pembangunan daerah yang dimaksud disini adalah : RPJPD, RTRW, RPJMD dan RKPD. Untuk mengintegrasikan adaptasi perubahan iklim dalam perencanaan pembanguan dapat melalui Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Dalam KLHS ada upaya mitigasi dan adaptasi terhadap dampak suatu kebijakan. Strategi adaptasi perubahan iklim dapat di integrasikan dalam perencanaan daerah baik pada tahap penyusunan maupun dalam tahap peninjauan kembali. Berikut ini input yang perlu diberikan dalam KLHS untuk tiap jenis perencanaan: i. RPJPD: dalam persiapan penyusunan KLHS untuk RPJPD perlu dibuat kerangka acuan kerja (KAK) yang mencantumkan topik Adaptasi Perubahan Iklim. Kemudian dalam Prapelingkupan perlu ada isu-isu dampak perubahan iklim. Dalam kajian keterkaitan perlu ada masukan dari analisa kerentanan dan risiko perubahan iklim. Dalam perumusan alternatif perlu dimasukan pilihan adaptasi. ii. PRJMD: Dalam penyusuan KLHS untuk RPJMD masukan yang perlu diperhatikan adalah: Pada tahap pengkajian visi dan misi dan sasaran pokok perlu dilihat kecocokannya dengan tujuan adaptasi. Dalam analisa tujuan, sasaran dan strategi perlu dilihat apakah strategi adaptasi sudah ada dan cukup baik. Dalam identifikasi langkah-langkah mitigasi dan adaptasi perlu dilihat apakah risiko perubahan iklim sudah dijawab dengan baik. Ketika alternatif rumusan KLHS dikonsultasikan pada publik perlu juga dikonsultasikan pilihan adaptasi. 51

Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) RAN/RAD-GRK

Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) RAN/RAD-GRK Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) RAN/RAD-GRK Sekretariat RAN-GRK/Bappenas Jakarta, 26 Januari 2017 OUTLINE 1. PEP RAN/RAD-GRK 2. PEP ONLINE 3. RENCANA TINDAK LANJUT 2 PEP RAN/RAD-GRK Pemantauan

Lebih terperinci

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012 Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan

Lebih terperinci

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagaimana diketahui bahwa Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan gasgas yang terdapat di atmosfer, yang berasal dari alam maupun antropogenik (akibat aktivitas manusia).

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam Forum Diskusi Nasional Menuju Kota Masa Depan yang Berkelanjutan dan Berketahanan

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Dr. Medrilzam Direktorat Lingkungan Hidup Kedeputian Maritim dan Sumber Daya Alam Diskusi Koherensi Politik Agenda Pengendalian Perubahan

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) Shinta Damerys Sirait Kepala Bidang Pengkajian Energi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementerian Perindustrian Disampaikan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK

PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Pembahasan Pedoman Penyusunan RAD GRK Jakarta, 12 Januari 2012 www.bappenas.go.id 1 PENURUNAN EMISI GAS RUMAH

Lebih terperinci

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN Deputi Bidang SDA dan LH

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Disampaikan pada Rapat Koordinasi ProKlim Manggala Wanabakti, 26 April

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan G20 di Pittsburg pada bulan September 2009, telah mencanangkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia akan menurunkan emisi Gas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Dr. Sofyan A. Djalil, SH, MA, MALD

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Dr. Sofyan A. Djalil, SH, MA, MALD PEDOMAN KAJI ULANG RENCANA AKSI DAERAH i KATA PENGANTAR Indonesia secara serius dan konsisten terus menjalankan komitmen penurunan emisi gas rumah kaca yang sejalan dengan Sustainable Development Goals

Lebih terperinci

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin

Lebih terperinci

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan

Lebih terperinci

Knowledge Management Forum April

Knowledge Management Forum April DASAR HUKUM DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN PEMDA UNTUK MEMBERDAYAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN IKLIM INDONESIA UU 23 tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA ENDAH MURNININGTYAS Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam acara FGD Pembentukan Komite Pembangunan

Lebih terperinci

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM (RAD Penurunan Emisi GRK) Oleh : Ir. H. Hadenli Ugihan, M.Si Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel Pemanasan Global Pengaturan Perubahan Iklim COP 13 (2007) Bali menghasilkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. MATRIKS RAD-GRK SEKTOR PERTANIAN

Lampiran 1. MATRIKS RAD-GRK SEKTOR PERTANIAN Lampiran 1. MATRIKS RAD-GRK SEKTOR PERTANIAN Penanggungjawab : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara Perkiraan Emisi 2020 : 10.562.476,38 juta tco2eq Target Penurunan Emisi 26% : 2.746.243,86 juta tco2eq

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA

Lebih terperinci

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Berkualitas

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Berkualitas Kementerian Perencanan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Berkualitas Endah Murniningtyas Deputi Sumber

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN PERUBAHAN IKLIM ENDAH MURNNINGTYAS DEPUTI SDA DAN LH KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

KETAHANAN PANGAN DAN PERUBAHAN IKLIM ENDAH MURNNINGTYAS DEPUTI SDA DAN LH KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS KETAHANAN PANGAN DAN PERUBAHAN IKLIM ENDAH MURNNINGTYAS DEPUTI SDA DAN LH KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Workshop Mobilizing Support and Strengthening Food Security and Community Resilience againts Shocks and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Iklim merupakan rata-rata dalam kurun waktu tertentu (standar internasional selama 30 tahun) dari kondisi udara (suhu,

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3 PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3.1. Pembagian Urusan Gubernur selaku pimpinan daerah provinsi dalam menyusun RAD GRK harus berpedoman pada Peraturan Presiden No 61 tahun 2011 tentang RAN GRK. Penyusunan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KOMITMEN INDONESIA DALAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

PELAKSANAAN KOMITMEN INDONESIA DALAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional PELAKSANAAN KOMITMEN INDONESIA DALAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Wahyuningsih Darajati Direktur Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c No.163, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Inventarisasi GRKN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Workshops/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012 I. PENDAHULUAN

Laporan Kegiatan Workshops/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012 I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P. Nasoetion, Pemanasan Global dan Upaya-Upaya Sedehana Dalam Mengantisipasinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1 P. Nasoetion, Pemanasan Global dan Upaya-Upaya Sedehana Dalam Mengantisipasinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim atau Climate change adalah gejala naiknya suhu permukaan bumi akibat naiknya intensitas efek rumah kaca yang kemudian menyebabkan terjadinya pemanasan

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya Oleh : Prof. Dr., Ir. Moch. Sodiq Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD - GRK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUKU PANDUAN

Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUKU PANDUAN Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUKU PANDUAN SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

Lebih terperinci

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon Kementerian Perencanan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon Endah Murniningtyas Deputi Sumber

Lebih terperinci

KETERPADUAN AGENDA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM INTERNASIONAL NASIONAL SUB NASIONAL

KETERPADUAN AGENDA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM INTERNASIONAL NASIONAL SUB NASIONAL KETERPADUAN AGENDA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM INTERNASIONAL NASIONAL SUB NASIONAL Dr. Ir. Nur Masripatin, M.For.Sc. Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

ProKlim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkugan dan Perubahan Ikllim Kementerian Lingkungan Hidup Maret 2012

ProKlim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkugan dan Perubahan Ikllim Kementerian Lingkungan Hidup Maret 2012 ProKlim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkugan dan Perubahan Ikllim Kementerian Lingkungan Hidup Maret 2012 Krisdinar.wordpress.com Latar belakang Bencana di Indonesia

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

ProKlim sbg Penguatan Inisiatip Pengelolaan SDH Berbasis Masyarakat

ProKlim sbg Penguatan Inisiatip Pengelolaan SDH Berbasis Masyarakat ProKlim sbg Penguatan Inisiatip Pengelolaan SDH Berbasis Masyarakat Asdep Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan Deputi Bidang Komunikasi dan Peningkatan Peranserta Masyarakat Kementrerian Lingkungan

Lebih terperinci

Proyek ICCTF/Adapt Asia yang diimplementasikan oleh Yayasan Transformasi Kebijakan Publik

Proyek ICCTF/Adapt Asia yang diimplementasikan oleh Yayasan Transformasi Kebijakan Publik Memperkuat Kelembagaan Pemerintah Daerah Dalam Rangka Mengintegrasikan Adaptasi Perubahan Iklim kedalam Rencana Pembangunan Daerah di Kabupaten Gorontalo Proyek ICCTF/Adapt Asia yang diimplementasikan

Lebih terperinci

1) Sumber Daya Air, 2) Pertanian dan Ketahanan Pangan, 3) Kesehatan Manusia, 4) Ekosistem daratan,

1) Sumber Daya Air, 2) Pertanian dan Ketahanan Pangan, 3) Kesehatan Manusia, 4) Ekosistem daratan, SUMBER DAYA AIR Perubahan iklim akibat pemanasan global bukan lagi dalam tataran wacana, namun secara nyata telah menjadi tantangan paling serius yang dihadapi dunia di abad 21. Pada dasarnya perubahan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001 mengenai perubahan iklim, yaitu perubahan nilai dari unsur-unsur iklim dunia sejak tahun

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Jambi, Desember 2013 Penulis

Jambi, Desember 2013 Penulis Laporan pelaksanaan Sosialisasi Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (PEP RAD GRK) ini, menguraikan tentang : pendahuluan, (yang terdiri dari latar belakang,

Lebih terperinci

RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA

RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA 1 OUTLINE 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Pendekatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi 3.1.1. Permasalahan Umum Dalam mencapai peran yang diharapkan pada Visi dan Misi Kepala

Lebih terperinci

Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 15.11.2011 In cooperation with 14.05.2012 Page Seite 1 ISI PRESENTASI 1. Latar Belakang 2. Kemajuan Penyusunan Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) Republik Indonesia PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) Disampaikan dalam Sosialisasi Penyusunan RAD-GRK Balikpapan, 28-29 Februari 2012 Outline A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1358, 2012 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dekonsentrasi. Tugas Pembantuan. Penyelenggaraan. Petunjuk Teknis. TA 2013. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dijalankan beriringan dengan proses perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. Dimana pembangunan itu sendiri dilakukan

Lebih terperinci

Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan LH Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan LH Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) PEMBUKAAN KONSULTASI DAERAH RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) API) Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan LH Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi:

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Bappeda Provinsi Maluku Background KOMITMEN PEMERINTAH PUSAT PENURUNAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cuaca dan Iklim Menurut Sarjani (2009), cuaca dan iklim merupakan akibat dari prosesproses yang terjadi di atmosfer yang menyelubungi bumi. Cuaca adalah keadaan udara pada saat

Lebih terperinci

Versi 27 Februari 2017

Versi 27 Februari 2017 TARGET INDIKATOR KETERANGAN 13.1 Memperkuat kapasitas ketahanan dan adaptasi terhadap bahaya terkait iklim dan bencana alam di semua negara. 13.1.1* Dokumen strategi pengurangan risiko bencana (PRB) tingkat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kementerian PPN/Bappenas Dalam kasus perubahan iklim, kota menjadi penyebab, sekaligus penanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

KERENTANAN DAN ADAPTASI PERUBAHANIKLIM. Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim KLHK 2 Agustus 2016

KERENTANAN DAN ADAPTASI PERUBAHANIKLIM. Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim KLHK 2 Agustus 2016 KERENTANAN DAN ADAPTASI PERUBAHANIKLIM Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim KLHK 2 Agustus 2016 SKEMA PROGRAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Intervensi Program: SIDIK Forum Nasional Pert. Koordinasi KRAPI MODEL

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN Republik Indonesia SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK SEKTOR PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN Disampaikan dalam Sosialisasi Penyusunan RAD-GRK Balikpapan, 28-29 Februari 2012 KOMITMEN PEMERINTAH INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Daerah pada dasarnya harus selaras dengan tujuan pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional secara exsplisit dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945

Lebih terperinci

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013 PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013 OUTLINE I. PENDAHULUAN II. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN: anggaran atau

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.7/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2018 TENTANG PEDOMAN KAJIAN KERENTANAN, RISIKO, DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat. Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau Daddy Ruhiyat news Dokumen terkait persoalan Emisi Gas Rumah Kaca di Kalimantan Timur

Lebih terperinci

PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN PELAKSANAAN RAN-RAD GRK

PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN PELAKSANAAN RAN-RAD GRK KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NASIONAL PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN PELAKSANAAN RAN-RAD GRK Endah Murniningtyas Deputi

Lebih terperinci

Kementerian PPN/Bappenas

Kementerian PPN/Bappenas + Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) Kementerian PPN/Bappenas Perubahan Iklim dan Dampaknya di Indonesia 2013 + OUTLINE 2 I. LATAR BELAKANG II. III. IV. HISTORI KONDISI IKLIM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Jayapura Tahun 2013-2017 merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang harus ada dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Memprioritaskan Investasi: Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Hijau Oktober 2013 Kata Sambutan Dr Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, M.A Wakil Menteri Kementerian Perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN DARI DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL MEWAKILI MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

Lebih terperinci

Workshop Ahli Perubahan Iklim Regional Maluku dan Maluku Utara. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Maluku

Workshop Ahli Perubahan Iklim Regional Maluku dan Maluku Utara. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Maluku Workshop Ahli Perubahan Iklim Regional Maluku dan Maluku Utara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Maluku Ambon, 3 Juni 2016 I. KARAKTERISTIK WILAYAH PROVINSI MALUKU PROVINSI MALUKU 92,4 % LUAS

Lebih terperinci

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Disampaikan dalam Workshop: Peran Informasi Geospatial dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

BASIS SUBSTANSI: RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)

BASIS SUBSTANSI: RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) BASIS SUBSTANSI: RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) Jakarta, 4 Juli 2013 Kementerian PPN/Bappenas Outline I. Ketahanan (Resiliensi) terhadap Perubahan Iklim sebagai Dasar Pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Jawa Barat adalah suatu muara keberhasilan pelaksanaan pembangunan Jawa Barat. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mengemban

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana. MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: SUMBER DAYA ALAM dan LINGKUNGAN HIDUP I Prioritas: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan A Fokus Prioritas:

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH KOTA DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

PERAN PEMERINTAH KOTA DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH PERAN PEMERINTAH KOTA DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM PADA ACARA KNOWLEDGE MANAGEMEN FORUM 2015 (ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA)

Lebih terperinci

KEDEPUTIAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

KEDEPUTIAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP KEDEPUTIAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP MENJAGA PEMBANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN DAN BERKELANJUTAN PEKAN ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS) 2014 Bappenas, 23 Januari 2014 1 STRUKTUR

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dilaksanakan terus-menerus untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Proses tersebut dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Papua dengan luas kawasan hutan 31.687.680 ha (RTRW Provinsi Papua, 2012), memiliki tingkat keragaman genetik, jenis maupun ekosistem hutan yang sangat tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hampir seluruh kegiatan ekonomi berpusat di Pulau Jawa. Sebagai pusat pertumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci