PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PEJABAT LELANG TERHADAP KEABSAHAN DOKUMEN DALAM PELELANGAN (STUDI KPKNL MADIUN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PEJABAT LELANG TERHADAP KEABSAHAN DOKUMEN DALAM PELELANGAN (STUDI KPKNL MADIUN)"

Transkripsi

1 PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PEJABAT LELANG TERHADAP KEABSAHAN DOKUMEN DALAM PELELANGAN (STUDI KPKNL MADIUN) Eko Setyo Pambudi Mahasiswa S2 Program MKN FH UNS, 2 Fakultas Hukum UNS M. Irnawan Darori notaris_darori@yahoo.co.id Dosen Fakultas Hukum UNS Abstract The research purposes were determined and reviewed the roles and responsibilities of auction officer to the document legality in auction process and determined and reviewd the party that responsible if in auction process there are loss in the third party. This is empiric law research with the descriptive qualitative approach. The research location in the Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Madiun. Data including of primary and secondary data. Data collection techniques were used field study and library study. Data analysis technique was used qualitative analysis technique. The researcg results showed that the roles and responsibilities of auction officer to the legality of the auction documents can be seen on the stage of the auction process including of auction preparation stage, the implementation stage and after the auction stage relating to the auction documents. The auction officer must responsible to the auction document legality related to the formal propriety, whereas in the material document legality the supplicant or goods owners or other party concerned must be responsible. Keywords: Auction, Auction Officer, Roles and Responsibilities Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji lebih dalam mengenai peran dan tanggung jawab pejabat lelang atas keabsahan dokumen dalam proses pelelangan dan untuk mengetahui dan mengkaji pihak yang bertanggung jawab apabila dalam peroses pelelangan merugikan pihak ketiga. Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum empiris yang bersifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian yang dipilih oleh penulis adalah bertempat di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) di Madiun. Data terdiri dari data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan studi lapangan dan studi kepustakaan. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran dan tanggung jawab Pejabat Lelang terhadap keabsahan dokumen lelang dapat dilihat dari tahap ke tahap dalam proses pelelangan diantaranya adalah tahap persiapan lelang, tahap pelaksanaan lelang dan tahap setelah lelang yang berkaitan dengan dokumen lelang. Pejabat Lelang harus bertanggung jawab dalam hal keabsahan dokumen lelang yang menyangkut kebenaran formil, sedangkan dalam hal keabsahan dokumen yang bersifat materil maka yang bertanggung jawab adalah pemohon atau pemilik barang atau pihak lain yang berkepentingan dengan pelaksanaan lelang. Kata kunci: Lelang, Pejabat Lelang, Peran dan Tanggung Jawab A. Pendahuluan Pada masa pembangunan nasional saat ini negara dituntut untuk senantiasa mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan dasar negara yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pelaksanaan pembangunan harus senantiasa memperhatikan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dari berbagai unsur pembangunan terutama dalam bidang ekonomi dan keuangan. Lelang memiliki peran yang cukup besar dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan asas keterbukaan, asas persaingan, asas keadilan, asas kepastian hukum, asas efisiensi, dan asas akuntabilitas (Rachmadi Usman, 2016: 25). Pemerintah dituntut untuk meningkatkan pengetahuan 118

2 Eko Setyo Pambudi. Peran dan Tanggung Jawab Pejabat Lelang Terhadap Keabsahan Dokumen... masyarakat mengenai pelelangan agar masyarakat dapat memahami secara lebih spesifik hal-hal yang berkaitan dengan pelelangan, baik peranan dan fungsinya maupun kelebihan-kelebihannya, sehingga dengan memasyarakatnya konsep pelelangan diharapkan dapat menjadi salah satu sarana untuk dapat menunjang roda perekonomian Indonesia. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 27/PMK.06/2016 tentang petunjuk pelaksanaan lelang dalam Pasal 9 diatur bahwa terdapat dua jenis pejabat lelang yaitu Pejabat Lelang kelas I dan Pejabat Lelang Kelas II, Pejabat Lelang kelas I berwenang melaksanakan lelang untuk semua jenis lelang atas permohonan penjual, dan Pejabat Lelang Kelas II berwenang melaksanakan lelang noneksekusi sukarela atas permohonan balai lelang atau penjual. Pejabat lelang kelas I adalah pejabat lelang pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang diangkat sebagai pejabat lelang dan berwenang melaksanakan lelang eksekusi, lelang noneksekusi wajib dan lelang noneksekusi sukarela, sedangkan pejabat lelang kelas II adalah pegawai negeri sipil selain pejabat lelang kelas I yang diberi tugas tambahan sebagai pejabat lelang atau orang yang bukan dari pegawai negeri sipil yang diberikan wewenang oleh menteri keuangan sebagai pejabat lelang kelas II dengan melalui pengangkatan. Tugas pejabat lelang adalah melakukan persiapan lelang, melaksanakan lelang di depan umum serta melakukan kegiatan setelah terjadi pelelangan, Pejabat lelang kelas I berwenang untuk melakukan lelang eksekusi dan non eksekusi untuk semua jenis lelang berdasarkan permohonan dari pemilik barang/penjual. Dari cara melakukan lelang dapat ditinjau dari dua sudut yaitu dari cara pembayaran dan penawaran, dari cara pembayarannya lelang dengan tanggungan pemerintah dimana pembeli membayar harga pembelian kepada pemerintah (Pejabat Lelang kelas I) dan pemerintah terikat untuk membayarkan hasil penjualan tersebut kepada penjual, apabila tidak diperjanjikan lain oleh penjual, maka pada prinsipnya lelang selalu dianggap dilakukan dengan tanggungan pemerintah. Lelang diluar tanggungan pemerintah harus disebutkan dengan tegas oleh penjual dalam syarat-syarat penjualan, pembayaran tagihan yang timbul dari lelang dilakukan langsung kepada penjual. Yang terakhir adalah lelang dengan pembayaran tangguhan/ lelang kredit, sekarang sudah tidak pernah dilakukan (F.X. Ngadijarno, Nunung Eko Laksito, Isti Indrilistiani, 2006: 43-45). Dilihat dari sudut cara penawaran yang dilakukan lelang dapat dilakukan dengan tertulis dan lelang terbuka, lelang tertulis dalam hal ini penawaran dilakukan secara tertulis dalam amplop tertutup. Lelang terbuka atau lisan penawaran harga dilakukan secara lisan dengan penawaran naik-naik atau turun-turun, disamping cara lelang tersebut ada juga cara lelang lainya yaitu lelang eksklusif dan lelang inklusif, lelang dengan harga limit dan lelang tanpa harga limit. Pejabat Lelang adalah jabatan fungsional selaku pejabat umum yang melayani masyarakat untuk melaksanakan lelang dalam setiap pelelangan pejabat lelang berfungsi untuk meneliti dokumen persyaratan lelang, memberikan informasi lelang, memimpin lelang serta sebagai bendahara. Dengan demikian pejabat lelang tidak hanya menyaksian jalannya lelang saja melainkan berperan aktif dalam pemeriksanan keabsahan berkas lelang, menyelengarakan penjualan secara adil, efisien, terbuka, akuntabilitas, dan juga membuat akta otentik risalah lelang (Habib Adjie, 2015). Maraknya lelang ini pun salah satunya didukung pula oleh makin banyaknya balai lelang di Indonesia, di mana berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 176/ PMK.06/2010 tentang balai lelang yang terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 160/PMK.06/2013, menjelaskan bahwa balai lelang adalah badan hukum Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan usaha di bidang lelang, balai lelang itu sendiri dapat didirikan oleh swasta nasional, BUMN, BUMD, swasta nasional, BUMN dan/atau BUMD yang bekerja sama dalam bentuk patungan, swasta nasional, BUMN dan/atau BUMD yang bekerja sama dengan swasta asing dalam bentuk patungan. Kantor lelang baik dalam bentuk lembaga milik pemerintahan (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang) maupun balai lelang dalam bentuk perorangan maupun badan hukum tentunya diperlukan jaminan hukum atau pun kepastian hukum yang dapat menimbulkan rasa kepercayaan masyarakat atas keberadaan kantor lelang tersebut. Kepastian hukum yang menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap pelelangan yang terjadi atas pergerakan baik barang bergerak maupun tidak bergerak didukung oleh kepastian mengenai pihak-pihak yang terkait dalam pelelangan dan hak dan kewajiban dari 119

3 pihak-pihak tersebut antara lain Pejabat Lelang yang merupakan orang yang khusus diberi wewenang oleh Menteri Keuangan untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pengetahuan dan aturan yang jelas mengenai seorang pejabat lelang yang memegang peranan penting dalam pelelangan dapat memberikan kepastian hukum kepada semua pihak dan mengurangi berbagai permasalahan hukum yang dapat terjadi dalam proses setelah pelelangan seperti diantaranya mengenai kerugian kepada pihak ketiga atas kelalaian atau ketidak absahan suatu dokumen lelang. Untuk mencegah hal tersebut tentunya perlu mengetahui prosedur standar dalam pengecekan keabsahan suatu dokumen lelang. Dengan semakin meningkatnya proses lelang tentunya juga semakin meningkat kasus yang menyangkut pejabat lelang itu sendiri dimana seringkali terjadi gugatan yang mengarah kepada pejabat lelang selaku pelaksana lelang maka dari pada itu sebagai pejabat lelang diharuskan lebih jeli dan teliti dalam melihat memeriksa berkas dokumen dalam lelang. Tanggung jawab pejabat lelang atas keabsahan dokumen lelang sangat diperlukan baik dari sisi pejabat lelang sendiri, pihak-pihak yang terkait ataupun pihak-pihak ketiga yang berkepentingan. Karena hal ini akan menyangkut sampai sejauh mana ia bertanggung jawab dan harus melakukan pengecekan atas keabsahan suatu dokumen lelang untuk menghindari ataupun mengurangi sengketa yang dapat terjadi setelah lelang dilaksanakan. Balai lelang yang telah ada, baik secara perorangan maupun secara badan hukum akan sangat mempengaruhi mengenai tanggung gugat pejabat lelang, apakah apabila terdapat permintaan ganti rugi akan sampai pada harta pribadi pejabat lelang itu sendiri. Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah 1) Bagaimanakah peran dan tanggung jawab Pejabat Lelang terhadap keabsahan dokumen dalam proses pelelangan?; dan 2) Siapakah pihak yang bertanggung gugat jika dalam proses pelelangan merugikan pihak ketiga? B. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara yang utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, untuk mencapai tingkat ketelitian, jumlah dan jenis yang dihadapi. Akan tetapi, dengan mengadakan klarifikasi yang berdasarkan pada pengalaman, dapat ditentukan teratur dan terpikirnya alur yang runtut dan baik untuk mencapai maksud (Winarno Surakhmad, 1990: 131). Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten (Soerjono Soekanto, 2010: 42). Penelitian dilakukan guna memecahkan atau menjawab permasalahan tertentu. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian hukum empiris. Pada penelitian empiris data yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder kemudian dilanjutkan dengan penilitian data primer di lapangan atau terhadap masyarakat (Soerjono Soekanto, 2010: 52). Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, yaitu suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data diskriptif-analitis. Lokasi penelitian yang dipilih oleh penulis adalah bertempat di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) di Madiun. Jenis data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi studi lapangan dan studi kepustakaan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis kualitatif. Menurut Soerjono Soekanto, analisis data kualitatif adalah suatu cara analisis yang menghasilkan data diskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 2010: 154). C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Peran dan Tanggung Jawab Pejabat Lelang Terhadap Kebsahan Dokumen Dalam Pelelangan a. Peran Dan Tanggung Jawab Pejabat Lelang Terhadap Keabsahan Dokumen Dalam Pelelangan Studi KPKNL Madiun 1) Tahap Persiapan Lelang Menurut ketentuan Pasal 11 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang bahwa pemilik/ penjual barang harus mengajukan surat permohonan lelang secara tertulis dengan disertai dengan 120

4 Eko Setyo Pambudi. Peran dan Tanggung Jawab Pejabat Lelang Terhadap Keabsahan Dokumen... dokumen persyaratan lelang kepada kepala KPKNL untuk meminta jadwal pelaksanaan lelang, dalam hal lelang eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara permohonan lelang diajukan dengan nota dinas oleh kepala seksi piutang negara KPKNL dan disampaikan kepada kepala KPKNLyang bersangkutan. Pemilik atau penjual barang bisa mengunakan jasa balai lelang untuk memberikan jasa pra lelang. Setiap pelelangan harus didahului dengan pengumuman lelang yang dilakukan oleh pemohon atau pemilik barang yang akan dilelang, pengumuman lelang dilakukan dengan melaui surat kabar harian baik media cetak maupun elektronik, selebaran atau tempelan yang mudah dilihat dan dibaca serta melalui media internet diwilayah kerja KPKNL. Tanggapan pemohon lelang terhadap prosedur pelaksanaan lelang adalah sebagai berikut Tabel 1 Tanggapan pemohon lelang terhadap prosedur lelang No Prosedur Frekuensi 1 Mudah dan cepat 2 orang 2 Lama dan rumit 3 orang Jumlah 5 orang Dari kelima responden yang menyatakan bahwa prosedur pelaksanaan lelang tersebut 3 (tiga) orang mengatakan bahwa lelang sangat lama dan rumit, dan 2 (dua) orang responden mengatakan prosedur lelang mudah dan cepat. Mereka yang mengatakan lama dan rumit disebabkan karena berkas dan dokumen yang harus diajukan kepada KPKNL sangatlah banyak dan kesemua berkas tersebut haruslah sesuai serta harus dilengkapi dengan surat keterangan pendaftaran tanah dari kantor pertanahan, alasan selanjutnya disebabkan jika dalam pelelangan tidak ada peminat atau peserta lelang maka pemohon harus mengajukan lelang ulang dengan harga limit yang lebih rendah dari nilai limit yang sebelumnya sampai dengan adanya peserta lelang yang menawar. 2) Tahap Pelaksanaan Lelang Menurut ketentuan dalam Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang dimaksud dengan Pejabat Lelang adalah orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan diberikan wewenang khusus untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang. Artinya pejabat lelang adalah orang yang diberikan kewenangan khusus oleh Menteri Keuangan untuk melaksanakan penjualan barang dimuka umum secara lelang. Sesuai dengan penjelasan dalam Pasal 1a dan Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, maka setiap pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh dan/atau dihadapan pejabat lelang artinya jika pelaksanaan lelang dilakukan tanpa dihadapan pejabat lelang maka hal tersebut termasuk dalam pelanggaran terhadap ketentuan peraturan lelang. Saat melaksanakan lelang Pejabat Lelalng selaku pemimpin dalam lelang bersikap adil, komunikatif, tegas, serta berwibawa untuk menjamin terciptanya ketertiban, kelancaran dan keamanan dalam pelaksanaan lelang. Pejabat lelang dapat di bantu oleh pemandu lelang sesuai dengan penjelasan dalam Pasal 63 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang sesusai dengan syarat dan ketentuannya. Pemandu lelang dapat membantu pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh Pejabat Lelang I atau Pejabat Lelang kelas II dan diberitahukan secara tertulis oleh penjual atau balai lelang kepada kepala KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas II paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang. Dalam hal pelaksanaan lelang ini, 121

5 pemandu lelang mendapat kuasa khusus secara tertulis dari Pejabat Lelang (Rachmadi Usman, 2016: 39). Dalam tahap pelaksanaan lelang Pejabat Lelang harus melakukan penawaran harga yang dilakukan dengan cara lisan ataupun secara tertulis dengan harga semakin meningkat. Penawaran lelang secara lisan semakin meningkat dapat dilakukan dengan atau tanpa menggunakan nilai limit. Apabila penawaran lelang secara lisan semakin meningkat, yang menggunakan nilai limit maka perhitungannya dimulai dari paling kurang dari nilai limit. (Rachmadi Usman, 2016: 25). Tanggapan peserta lelang terhadap lelang adalah sebagai berikut: Tabel 2 Tanggapan peserta lelang terhadap lelang No Prosedur Frekuensi 1 Mudah dan Cepat 3 orang 2 Lama dan Rumit 2 orang Jumlah 5 orang Dari ke lima responden yang ada 3 (tiga) orang mengatakan mudah dan cepat serta 2 (dua) orang mengatakan lama dan rumit, mereka yang mengatakan mudah dan cepat berpendapat bahwa lelang yang dilakukan dengan melalui penawaran lewat media elekteronik sangatlah mudah dan efisien sebab dalam pelelangan ini peserta cukup melihat melalui layar computer tidak harus datang ke pelelangan serta menghindari terjadinya perselihan dengan peserta yang lainnya. Mereka yang mengatakan lama dan rumit disebabkan karena dalam pelelangan untuk kepengurusan kepemilikan barang yang dilelang lama dan rumit apalagi untuk pengosongan obyek yang masih dikuasai oleh pemilik barang dan pemilik bersikeras tidak mau menyerahkan obyek yang di lelang karena merasa lelang yang dilakukan tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh pemilik barang, rumitnya harus melakukan permohonan eksekusi melalui pengadilan. 3) Tahap Setelah Lelang Pembayaran Harga lelang oleh pemenang lelang dilakukan secara tunai (cash) atau cek atau giro paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pelaksanaan lelang. Pelunasan pembayaran lelang dilakukan melalui rekening KPKNL atau Balai Lelang atau rekening khusus atas nama Pejabat Lelang Kelas II atau secara langsung kepada bendahara penerimaan KPKNL/Pejabat Lelang Kelas I/Balai Lelang/Pejabat Lelang Kelas II. Setiap pembayaran lelang dibuatkan kuitansi atau tanda bukti pembayaran oleh Pejabat lelang. Dalam hal pembeli tidak melunasi pada hari kerja tersebut pejabat lelang harus membatalkan pengesahanya sebagai pemenang dengan membuat surat pernyataan pembatalan. Pembuatan risalah lelang oleh Pejabat Lelang yang berwenang, Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang menetapkan bahwa setiap pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh dan/atau dihadapan Pejabat Lelang kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah. Pasal 3 nya menjelaskan bahwa lelang dilaksanakan walaupun hanya diikuti oleh 1 (satu) orang peserta lelang bahkan dalam hal tidak ada peserta lelang lelang tetap dilaksankan dan dibuatkan risalah lelang, lelang yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku tidak dapat dibatalkan. Manfaat pelaksanaan lelang bagi pemohon adalah sebagai berikut: Tabel 3 Manfaat pelaksanaan lelang bagi pemohon No Respon Frekuensi 1 Bermanfaat 4 orang 2 Biasa 1 orang Jumlah 5 orang 122

6 Eko Setyo Pambudi. Peran dan Tanggung Jawab Pejabat Lelang Terhadap Keabsahan Dokumen... Dari kelima responden ada 4 (empat) orang berpendapat bahwa pelaksanaan lelang sangat bermanfaat dan ke 1 (satu) orang responden berpendapat bahwa dalam pelaksanaan lelang itu biasa saja, mereka yang berpendapat bermanfaat itu sebab dalam pelaksanaan lelang itu dapat menyelesaikan semua permasalahan yang khususnya terkait dengan pelaksanaan lelang hak tanggung dimana dengan adanya lelang permasalahan yang berkitan dengan anggunan jaminan kredit mancet dapat segera teratasi dengan penjualan secara lelang diharapkan adanya banyak penawaan harga terhadap barang yang dilelang, mereka yang berpendapat biasa disebabkan karena dalam pelaksanaan lelang jika barang yang dilelang tidak ada peminatnya maka harga barang yang akan dilelang akan semakin menurun harga limitnya barang tersebut. Manfaat lelang bagi peserta lelang adalah sebagai berikut: Tabel 4 Manfaat lelang bagi peserta lelang No Respon Frekuensi 1 Bermanfaat 5 orang 2 Biasa - Jumlah 5 orang Dari kelima responden mereka mengatakan lelang sangat bermanfaat dimana dalam pelaksanaan lelang peserta dapat leluasa melihat memeriksa barang yang akan dilelang sehingga saat terjadi pelelangan mereka dapat menentukan sendiri harga penawaran yang harus dilakukan serta biasanya harga yang ditawarkan dalam lelang sangat murah dibawah harga pasar yang ada. b. Pelaksanaan Lelang oleh Pejabat Lelang Kelas II Pelaksanaan lelang oleh Pejabat Lelang Kelas II terbatas pada Lelang Noneksekusi Sukarela termasuk tetapi tidak terbatas pada: Lelang Barang Milik BUMN/D berbentuk persero, Lelang harta milik bank dalam likuidasi kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundangundangan, Lelang Barang Milik Perwakilan Negara Asing, dan Lelang Barang Milik Swasta. Selama ini yang menjabat sebagai Pejabat Lelang Kelas II di wilayah Madiun hanyalah satu orang, yaitu Ibu Feliyanti SH yang berkantor di jalan Pahlawan kabupaten Magetan diangkat sebagai Pejabat Lelang Kelas II pada tahun 2015, untuk wilayah kerja nya meliputi Trenggalek, Nganjuk, Kediri, Madiun Kota dan Kabupaten, Magetan, Ngawi, Ponorogo, Pacitan. 1) Tahap Persiapan Lelang Dalam pelaksanaan lelang oleh Pejabat lelang Kelas II hampir sama dengan pelaksanaan lelang oleh Pejabat Lelang Kelas I dimana pemohon mengajukan surat permohonan lelang secara tertulis kepada Pejabat Lelang Kelas II atau Balai Lelang setelah diterimanya permohonan lelang Pejabat Lelang Kelas II menentukan jadwal pelaksanaan lelang. Berdasarkan Pasal 13 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang bahwa Kepala KPKNL atau Pejabat Lelang Kelas II tidak boleh menolak permohonan lelang yang ditunjukan kepadanya sepanjang dokumen persyaratan lelang sudah lengkap dan telah memenuhi legalitas formal subjek dan objek lelang. 2) Tahap pelaksanaan lelang Pada setiap pelaksanaan lelang penjual atau pemilik barang harus menetapkan harga limit berdasarkan penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan oleh penjual atau pemilik, kecuali untuk jenis lelang lelang noneksekusi sukarela barang bergerak milik perorangan atau badan hukum atau badan usaha swasta, penjual atau pemilik barang dapat tidak mensyaratkan adanya harga limit. Penawaran lelang dapat 123

7 dilakukan dengan cara langsung atau tidak langsung dengan cara lisan, semkain meningkat atau semakin menurun, tertulis atau tertulis dilanjutkan dengan lisan dalam hal penawaran tertinggi belum mencapai nilai limit. Penawaran lelang secara tertulis dapat dilakuakan dengan kehadiran peserta lelang atau tanpa kahadiran peserta lelang. Penawaran lelang tanpa kehadiran peserta lelang dapat dilakukan dengan melalui surat elektronik ( ), surat tromol pos atau melalui internet baik secra terbuka maupun tertutup (Rachmadi Usman, 2016: 25). 3) Tahap Setelah Lelang Setelah pemenang lelang di sahkan dan pemenang lelang harus melakukan pembayaran harga lelang bisa dilakukan secara tunai, cek atau giro paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pelaksanaan lelang terjadi. Apabila pembeli tidak melaksanakan pembayaran setelah batas waktu yang ditentukan tersebut maka Pejabat Lelang dapat membatalkan pengesahannya sebagai pembeli dengan membuat surat penyataan pembatalan. Setelah pembeli melakukan pelunasan pembayaran Pejabat Lelang atau balai lelang wajib membuat kuitansi pemabayaran haraga lelang. Penyetroran hasil bersih lelang atas barang milik Negara atau Daerah dan barang barang yang sesuai peraturan perundang-undangan harus disetor ke kas Negara/Daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pembayaran diterima oleh bendahara penerima KPKNL, dalam hal hasil bersih lelang disetorkan atau diserahkan kepada penjual atas permintaan penjual, penyetoran ke penjual dilakukan paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pembayaran diterima oleh bendahara penerima KPKNL untuk selanjutnya wajib disetor secepatnya ke kas Negara oleh penjual. Penyetoran bea lelang dan pajak penghasilan (PPh) ke kas Negara paling lambat 1 (satu) hari kerja stelah pembayaran diterima oleh bendahara penerimaan KPKNL atau balai lelang atau Pejabat Lelang kelas II. 2. Pihak Yang Bertanggung Gugat Atas Kerugian Pihak Ketiga Dalam Proses Pelelangan Dalam suatu pelelangan ada beberapa pihak yang berkaitan dalam proses pelelangan baik secara langsung maupun tidak yaitu : Pemohon lelang atau pemilik barang, KPKNL/ Balai Lelang, Pejabat Lelang, Instansi lain yang berkaitan dengan lelang, dan Peserta lelang/ Pembeli Dalam proses pelelangan tidak terlepas antara Pejabat lelang dan KPKNL dimana dilihat dari bagan organisasi KPKNL Madiun bahwa Pejabat lelang yang berkedudukan sebagai pejabat fungsional menjalankan tugas sesuai dengan surat tugas penunjukan Pejabat Lelang oleh Kepala Seksi Pelayanan lelang yang ditandantangani oleh Kepala KPKNL. Dari situ dapat dilihat bahwa seorang Pejabat Lelang hanyalah sebagai pelaksana apa yang ditugaskan oleh suatu instansi kepadanya. Jadi apabila terdapat suatu gugatan terhadap Pejabat Lelang yang berkaitan denag proses pelelangan, maka KPKNL juga harus mengetahui pihak mana yang harus bertanggung jawab sebagai suatu instansi yang menaunginya. Tahap awal dari pelelangan adalah tahap Persiapan Lelang yang dimulai dengan permohonan secara tertulis kepada KPKNL/ Pejabat Lelang yang dilakukan oleh penjual. Pejabat Lelang tidak boleh menolak permohonan lelang yang diajukan kepadanya sepanjang dokumen persyaratan lelang sudah lengkap dan telah memenuhi legalitas formal subjek dan objek lelang. Dalam tahap persiapan lelang yang terkait dengan dokumen-dokumen sebelum pelaksanana lelang sebagai Pejabat Lelang bertanggungjawab untuk mengecek kebenaran mengenai dokumen-dokumen lelang yang diserahkan oleh pemohon lelang atau pemilik barang sesuai dengan alur-alur dan ketentuanketentuan perundang-undangan yang saling berkaitan. Sebagai Pejabat Lelang hanya 124

8 Eko Setyo Pambudi. Peran dan Tanggung Jawab Pejabat Lelang Terhadap Keabsahan Dokumen... bertanggungjawab terhadap kebenaran yang bersifat formil, sedangkan kebenaran yang bersifat materil adalah tanggung jawab pemilik barang/pemohon lelang atau pihak yang bersangkutan dalam dokumen lelang. Sebagai pemohon/pemilik barang berkewajiban untuk menjamin hal-hal sebagai berikut: Keabsahan kepemilikan barang, Keabsahan dokumen persyaratan lelang, Penyerahan barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak, Dokumen kepemilikan kepada Pembeli. Dalam menjalankan tugasnya seorang Pejabat Lelang Kelas I melaksanakan pelelangan berdasarkan pada surat tugas yang diberikan oleh kepala KPKNL, sedangkan untuk Pejabat Lelang Kelas II menjalankan tugas atas permohonan balai lelang atau atas permohonan penjual/pemilik barang, sebagai pelaksanaan lelang Pejabat Lelang bertugas sebagai pemimpin pelaksanaan lelang tentunya memiliki hak dan kewajiban yang harus dijalankan, sesuai dengan penjelasan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang menyatakan bahwa Pejabat Lelang kelas I berwenang untuk melaksanakan lelang untuk semua jenis lelang atas permohonan penjual atau pemilik barang, sedangkan untuk Pejabat Lelang Kelas II yang berwenang melaksanakan lelang noneksekusi sukarela atas permohonan balai lelang atau penjual/pemilik barang. Kedudukan Pejabat Lelang Kelas I sebagai pejabat fungsional dilingkungan KPKNL sesuai penjelasan pada pembahasan pertama yang mana Pejabat Lelang bertugas berdasarkan surat penugasan dari seksi pelayanan lelang dan disahkan oleh Kepala KPKNL sehingga apabila terjadi gugatan dari pihak ketiga dalam pelaksanaan lelang maka KPKNL juga harus ikut bertanggung gugat, begitupun jika Pejabat Lelang dalam menjalankan tugas tidak sesuai dengan ketentuan peraturan lelang maka sanksi juga akan diberikan oleh instansinya sesuai dengan kesalahan yang dilakukannya bahkan sampai dengan sanksi pemberhentian. Pejabat Lelang berkewajiban untuk bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga kepentingan para pihak yang berkaitan serta harus menjaga ketertiban selama pelaksanaan lelang. Permasalah lelang terjadi setelah terjadinya pelaksanaan lelang dimana sering kali pihakpihak lain yang merasa dirugikan melakukan gugatan. Kebanyakan kasus gugatan terhadap KPKNL Madiun adalah terhadap pelaksanaan lelang yang berkaitan dengan Hak Tanggung, permasalah yang sering terjadi diantaranya mengenai permasalahan uang jaminan lelang, harga lelang, pelaksanaan lelang terhadap objek yang berpenghuni, pengosongan objek lelang berupa tanah dan/atau bangunan, kepengurusan Surat Keterangan Tanah dan perubahan nilai limit. D. Simpulan 1. Peran dan tanggung jawab Pejabat Lelang terhadap keabsahan dokumen lelang dapat dilihat dari tahap ketahap dalam proses pelelangan diantaranya adalah tahap persiapan lelang, tahap pelaksanaan lelang dan tahap setelah lelang yang berkaitan dengan dokumen lelang. Dalam tahap persiapan lelang Pejabat Lelang bertanggung jawab terhadap kebenaran dokumen dengan melakukan verifikasi atas semua dokumen yang diajukan oleh pemohon lelang, bertanggung jawab atas pengecekan keterangan dan kebenaran dokumen antara satu dan lainnya yang saling terkait.dalam pelaksanaan lelang Pejabat Lelang harus bersikap bijaksana, jujur, adil melaksankan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dalam melakukan penawaran harga sesuai dengan nilai yang telah di tentukan oleh pemohon lelang atau pemilik barang. Tahap setelah pelaksanaan lelang terjadi Pejabat Lelang wajib membuat risalah lelang, guna menjamin kepastian hukum bagi para pihak yang berkepentingan dalam pelelangan tersebut khususnya terhadap pemenang lelang atau pembeli guna suatu peralihan hak 2. Dalam menentukan siapa yang harus bertanggung gugat apabila dalam pelelangan tersebut merugikan pihak ketiga berdasarkan analisis diatas dalam tahap persiapan lelang dan pelaksanaan lelang yang harus bertanggung jawab adalah KPKNL selaku instansi yang menaungi Pejabat Lelang dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebab sebagai Pejabat Lelang yang bertugas berdasarkan surat tugas yang diberikan kepadanya melalui seksi pelayanan lelang dengan persetujuan dari Kepala KPKNL. Namun tidak menuntut kemugkinan 125

9 bahwa Pejabat Lelang harus bertanggung jawab dalam hal keabsahan dokumen lelang yang menyangkut kebenaran formil, sedangkan dalam hal keabsahan dokumen yang bersifat materil maka yang bertanggung jawab adalah pemohon atau pemilik barang atau pihak lain yang berkepentingan dengan pelaksanaan lelang. E. Saran 1. Pemerintah seharusnya membuat Undang- Undang Lelang yang baru yang sesuai dengan kemajuan bangsa Indonesia karena peraturan lelang yang lama sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman, guna terwujudnya asas lelang yang terbuka, adil, persaingan, transparan, kepastian hokum, efisien dan akuntabilitas. 2. KPKNL Madiun seharusnya selalu berusaha meningkatkan sumber daya manusia melalui pelatihan secara rutin kepada Pejabat Lelang untuk meningkatkan kemampuan dalam menguasai dan memahami mengenai dokumen lelang, hal-hal penyebab terjadinya lelang, prosedur pelaksanaan lelang. 3. Masyarakat seharusnya ditingkatkan kesadarannya terhadap pentingnya pelaksanaan lelang melalui sosialisasi mengenai lelang kepada masyarakat luas agar tujuan lelang dapat terlaksana dengan baik serta menguntungkan bagi para pihak. Daftar Pustaka F.X. Ngadijarno, Nunung Eko Laksito, Isti Indrilistiani Lelang Teori dan Praktik. Jakarta : Lembaga Pengkajian Keuangan Publik dan Akuntansi Pemerintah (LPKPAP) Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. Habib Adjie Bahan Bacaan Mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan. Surabaya: Universitas Sebelas Maret Surakarta. Rachmadi Usman Hukum Lelang. Jakarta: Sinar Grafika Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press) Winarno Surakhmad Pengantar Penelitian Ilmiah. Yogyakarta: Transito 126

BAB I PENDAHULUAN. Rachmadi Usman, Hukum Lelang, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm.15 Ibid.

BAB I PENDAHULUAN. Rachmadi Usman, Hukum Lelang, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm.15 Ibid. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa pembangunan nasional saat ini negara dituntut untuk senantiasa mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan dasar negara yaitu Pancasila

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 93/PMK.06/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 175/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas II (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

2017, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 175/PMK.06/2010 tentang Pejabat Lelang Kelas II (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor No.34, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Balai Lelang. Pejabat Lelang. Kelas II. Jaminan Penawaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.06/2016 TENTANG PENATAUSAHAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Menteri

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; 13.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; 13. SALINAN NOMOR PER- 06 /KN/2009 TENTANG PEDOMAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DAN PELAPORAN LELANG OLEH KPKNL Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyesuaian terhadap reorganisasi Departemen Keuangan serta untuk

Lebih terperinci

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Pelaksanaan Lelang dengan Penawaran Secara Tertulis Tanpa Kehadiran Peserta Lela

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Pelaksanaan Lelang dengan Penawaran Secara Tertulis Tanpa Kehadiran Peserta Lela BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.818, 2016 KEMENKEU. Lelang Melalui Internet. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90/PMK.06/2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LELANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 175/PMK.06 /2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS II DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 175/PMK.06 /2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS II DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 175/PMK.06 /2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS II DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

Imma Indra Dewi Windajani

Imma Indra Dewi Windajani HAMBATAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DI KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG YOGYAKARTA Imma Indra Dewi Windajani Abstract Many obstacles to execute mortgages by auctions on the Office of State Property

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 93 /PMK.06/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 93 /PMK.06/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 93 /PMK.06/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.06/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.06/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.06/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sudiono (2001: 52), lelang adalah penjualan dihadapan orang banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sudiono (2001: 52), lelang adalah penjualan dihadapan orang banyak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lelang Menurut Sudiono (2001: 52), lelang adalah penjualan dihadapan orang banyak dengan tawaran yang tertinggi, dan dipimpin oleh Pejabat Lelang. Melelangkan dan memperlelangkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 306/KMK.01/2002 TENTANG BALAI LELANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 306/KMK.01/2002 TENTANG BALAI LELANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 306/KMK.01/2002 TENTANG BALAI LELANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa dalam rangka reorganisasi Departemen Keuangan dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lelang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Kedua,

BAB I PENDAHULUAN. lelang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Kedua, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lelang sebagai suatu lembaga hukum mempunyai fungsi menciptakan nilai dari suatu barang. Lembaga lelang pasti selalu ada dalam sistem hukum untuk memenuhi

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Persetujuan Permohonan Izin. Melaksanakan Penelitian Di. KPKNL Medan

LAMPIRAN I. Persetujuan Permohonan Izin. Melaksanakan Penelitian Di. KPKNL Medan LAMPIRAN I Persetujuan Permohonan Izin Melaksanakan Penelitian Di KPKNL Medan 68 69 LAMPIRAN II Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian 70 71 LAMPIRAN III Laporan Bulanan Realisasi Kegiatan dan

Lebih terperinci

menegaskan bahwa tugas penuntut umum adalah jaksa. 2

menegaskan bahwa tugas penuntut umum adalah jaksa. 2 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG FUNGSI KEJAKSAAN DAN LELANG BARANG RAMPASAN NEGARA A. Fungsi Kejaksaan 1. Kejaksaan Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan Negara

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 175/PMK.06 /2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS II

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 175/PMK.06 /2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS II SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 175/PMK.06 /2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS II DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan

Lebih terperinci

PEJABAT LELANG TERANCAM HUKUMAN 5 TAHUN PENJARA.

PEJABAT LELANG TERANCAM HUKUMAN 5 TAHUN PENJARA. PEJABAT LELANG TERANCAM HUKUMAN 5 TAHUN PENJARA www.postkota.news Pejabat lelang kelas satu pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Denpasar, Usman Arif Murtopo, S.H, M.H., 39, duduk sebagai

Lebih terperinci

Indonesia Nomor 4313); 5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia seba

Indonesia Nomor 4313); 5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia seba MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 93 /PMK.06/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 93/PMK.06/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 93/PMK.06/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 93/PMK.06/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan lelang,

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 93 /PMK.06/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 93 /PMK.06/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG 1 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 93 /PMK.06/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belanda yaitu sejak tahun 1908 pada saat Vendu Reglement diumumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Belanda yaitu sejak tahun 1908 pada saat Vendu Reglement diumumkan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Lelang sebagai suatu kelembagaan telah dikenal saat pemerintahan Hindia Belanda yaitu sejak tahun 1908 pada saat Vendu Reglement diumumkan dalam Staatsblad

Lebih terperinci

Pengumuman Lelang Eksekusi Hak Tangungan PT. Bank Mandiri Recovery & Collection II Department selaku pengelola melaksanakan lelang Eksekusi Hak Tangungan dan Fidusia bekerjasama dengan Balai lelang Swasta

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 174/PMK.06/2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS I

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 174/PMK.06/2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS I SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 174/PMK.06/2010 TENTANG PEJABAT LELANG KELAS I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan

Lebih terperinci

Pengumuman Lelang Eksekusi Hak Tangungan PT. Bank Mandiri

Pengumuman Lelang Eksekusi Hak Tangungan PT. Bank Mandiri Pengumuman Lelang Eksekusi Hak Tangungan PT. Bank Mandiri Recovery & Collection II Department selaku pengelola melaksanakan lelang Eksekusi Hak Tangungan dan Fidusia bekerjasama dengan Balai lelang Swasta

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI Airlangga ABSTRAK Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelesaian kredit macet perbankan yang terjadi pada bank-bank umum terutama pada bank umum milik pemerintah wajib di intensifkan dan harus dilaksanakan secara

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; 11.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; 11. SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Menteri

Lebih terperinci

2018, No Penjualan Langsung Benda Sitaan atau Barang Rampasan Negara atau Benda Sita Eksekusi dan untuk mendukung optimalisasi penerimaan negar

2018, No Penjualan Langsung Benda Sitaan atau Barang Rampasan Negara atau Benda Sita Eksekusi dan untuk mendukung optimalisasi penerimaan negar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2018 KEMENKEU. Lelang Benda Sitaan, Barang Rampasan Negara, atau Benda Sita Eksekusi. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PMK.06/2018 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kantor Pejabat Lelang Kelas II H. Khalidin, SH. MH

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kantor Pejabat Lelang Kelas II H. Khalidin, SH. MH BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kantor Pejabat Lelang Kelas II H. Khalidin, SH. MH 1. Letak Kantor Pejabat Lelang Kelas II H. Khalidin, SH. MH Secara organisasi, sejarah lelang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 304/KMK.01/2002 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 304/KMK.01/2002 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 304/KMK.01/2002 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan lelang dan dalam

Lebih terperinci

R I S A L A H - L E L A N G Nomor :010/PLII.6/2014

R I S A L A H - L E L A N G Nomor :010/PLII.6/2014 Lembar Pertama R I S A L A H - L E L A N G Nomor :010/PLII.6/2014 ---- Pada hari ini, Senin, tanggal sembilan bulan Juni tahun dua ribu empat belas (09-06-2014), dimulai pukul tiga belas Waktu Indonesia

Lebih terperinci

Direktorat lelang - DJKN

Direktorat lelang - DJKN 1. Sebagai tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Pelayanan Lelang, dengan rekomendasi agar disusun suatu ketentuan tentang tata tertib pelaksanaan lelang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan oleh pemerintah dan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan oleh pemerintah dan oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan oleh pemerintah dan oleh masyarakat. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah umumnya bersifat infrastruktur atau prasarana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan perjanjian adalah tindakan jual-beli. Jual-beli berasal dari. maupun barang yang tidak berwujud.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan perjanjian adalah tindakan jual-beli. Jual-beli berasal dari. maupun barang yang tidak berwujud. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tidak pernah lepas dari tindakan ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satu dari tindakan ekonomi yang menimbulkan perjanjian adalah tindakan

Lebih terperinci

S A L I N A N RISALAH LELANG Nomor : 349/2013

S A L I N A N RISALAH LELANG Nomor : 349/2013 Lembar Pertama S A L I N A N RISALAH LELANG Nomor : 349/2013 -----Pada hari ini, Kamis tanggal lima bulan desember tahun dua ribu tiga belas (05-12- 2013), dimulai pukul sebelas (11.00) Waktu Indonesia

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat; - 2 - Perlengkapan Lainnya Pasca Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan Pemilihan

Lebih terperinci

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. berbasiskan internet yaitu pelaksanaan lelang melalui internet.

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. berbasiskan internet yaitu pelaksanaan lelang melalui internet. 11 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan teknologi informasi membawa perubahan pada berbagai sisi kehidupan. Dengan teknologi informasi yang berkembang saat ini, maka memudahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan pemenuhan kebutuhan taraf hidup. Maka dari itu anggota masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan pemenuhan kebutuhan taraf hidup. Maka dari itu anggota masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatnya pertumbuhan perekonomian menciptakan motivasi masyarakat untuk bersaing dalam kehidupan. Hal ini di landasi dengan kegiatan usaha dan pemenuhan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA NOMOR PER-03/KN/2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN LELANG DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALINAN

MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALINAN MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90/PMK.06/2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LELANG DENGAN PENAWARAN SECARA TERTULIS TANPA KEHADIRAN PESERTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari peran dan fungsi lembaga perbankan. Lembaga ini secara profesional

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari peran dan fungsi lembaga perbankan. Lembaga ini secara profesional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era modern ini, peredaran uang dalam perekonomian sudah tidak bisa lepas dari peran dan fungsi lembaga perbankan. Lembaga ini secara profesional dapat bertindak

Lebih terperinci

Sejarah Lelang. DTSS Pejabat Lelang I Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa Latin

Sejarah Lelang. DTSS Pejabat Lelang I Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa Latin Pengetahuan Lelang DTSS Pejabat Lelang I - 2016 Sejarah Lelang Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa Latin auctio yang berarti peningkatan harga secara bertahap. Para ahli menemukan di dalam literatur

Lebih terperinci

TATA CARA LELANG DENGAN KEHADIRAN PESERTA (KONVENSIONAL) Umum UANG JAMINAN

TATA CARA LELANG DENGAN KEHADIRAN PESERTA (KONVENSIONAL) Umum UANG JAMINAN TATA CARA LELANG DENGAN KEHADIRAN PESERTA (KONVENSIONAL) Umum 1. Lelang dilaksanakan dengan penawaran lisan-lisan dengan kehadiran peserta lelang atau kuasanya yang sah. Lelang langsung dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kejaksaan RI yang berkedudukan di Ibu Kota Kabupaten/Kota dan daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kejaksaan RI yang berkedudukan di Ibu Kota Kabupaten/Kota dan daerah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Lelang Barang Rampasan yang Dilakukan Oleh Kejaksaan Negeri Temanggung 1. Gambaran Umum Mengenai Kejaksaan Negeri Temanggung Kejaksaaan Negeri Temanggung

Lebih terperinci

Prosedur standar pelaksanaan lelang dibagi menjadi 3 (tiga) tahap sebagai berikut:

Prosedur standar pelaksanaan lelang dibagi menjadi 3 (tiga) tahap sebagai berikut: Prosedur standar pelaksanaan lelang dibagi menjadi 3 (tiga) tahap sebagai berikut: 1. PRA LELANG Rangkaian kegiatan yang harus dilakukan sebelum hari lelang dan merupakan bagian yang harus dipersiapkan

Lebih terperinci

2014, No c. bahwa guna memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan Pencegahan dalam rangka pengurusan Piutang Negara dan tidak dilaksanakannya

2014, No c. bahwa guna memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan Pencegahan dalam rangka pengurusan Piutang Negara dan tidak dilaksanakannya No.323, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Piutang Negara. Pengurusan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 /PMK.06/2014 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 35 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI DI

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 8 -

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 8 - 4. Pelayanan Pelaksanaan Lelang MENTERI KEUANGAN - 8 - a. Deskripsi: penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk

Lebih terperinci

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN LELANG UMUM KENDARAAN DINAS OPERASIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 158/PMK.06/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 158/PMK.06/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 158/PMK.06/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 174/PMK.06/2010 TENTANG PEJABAT LELANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. 5 Guna mewujudkan hal. tersebut diperlukan adanya pemungutan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. 5 Guna mewujudkan hal. tersebut diperlukan adanya pemungutan pajak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Penerimaan negara dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia, sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyahkt yang adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis lelang yang populer pada saat itu antara lain; lelang karya seni,

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis lelang yang populer pada saat itu antara lain; lelang karya seni, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Istilah lelang berasal dari bahasa latin auctio yang berarti peningkatan harga secara bertahap. lelang telah dikenal sejak 450 tahun sebelum masehi. beberapa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, ctk Ketiga, UI Press, Jakarta, 2012, hlm. 42 2

BAB III METODE PENELITIAN. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, ctk Ketiga, UI Press, Jakarta, 2012, hlm. 42 2 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur kepada Bank berupa tanah-tanah yang masih belum bersertifikat atau belum terdaftar di Kantor Pertanahan.

Lebih terperinci

2015, No Independen Pemilihan Aceh atau Komisi Pemilihan Umum/KomisiIndependen Pemilihan Kabupaten/Kota; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

2015, No Independen Pemilihan Aceh atau Komisi Pemilihan Umum/KomisiIndependen Pemilihan Kabupaten/Kota; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1062, 2015 KPU. Perlengkapan Pemungutan Suara. Perlengkapan Lainnya. Pasca Pemilu. Pengelolaan. Pencabutan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAH UN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa setiap kerugian daerah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era pembangunan dewasa ini, peranan kredit sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan sangatlah penting untuk menunjang, merangsang dan menumbuhkan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI 3.1 Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SEWA BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia hidup, tumbuh besar, dan berkembangbiak, serta melakukan segala aktivitas di atas tanah, sehingga manusia selalu berhubungan dengan tanah. Manusia hidup dengan

Lebih terperinci

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi, juga terjadi dalam dunia perekonomian, bahkan perkembangan kebutuhan masyarakat semakin tidak

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat : a. bahwa Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu produk yang diberikan oleh bank dalam membantu kelancaran usaha debiturnya, adalah pemberian kredit dimana hal ini merupakan salah satu fungsi bank yang sangat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

a PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

a PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN a PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2011 PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH diperbanyak oleh : BAGIAN HUKUM DAN HAM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5268 EKONOMI. Pajak. Hak dan Kewajiban. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 162) I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan pemerintah dalam melaksanakan pelayanan publik dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan pemerintah dalam melaksanakan pelayanan publik dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kegiatan pemerintah dalam melaksanakan pelayanan publik dan pembangunan adalah melalui lelang. Lelang sebagai suatu lembaga hukum mempunyai fungsi menciptakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pajak adalah Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 28-2004 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang

Lebih terperinci

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT)

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT) SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT) : Studi Kasus di Kantor Notaris dan PPAT Eko Budi Prasetyo, SH di Kecamatan Baki Sukoharjo Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. P

2017, No Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. P No.519, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemeriksaan Balai Lelang. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/PMK.06/2017 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BALAI LELANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci