FAKTOR-FAKTOR RESILIENSI KELUARGA YANG TINGGAL BERSAMA ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR RESILIENSI KELUARGA YANG TINGGAL BERSAMA ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA Studi Dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Timur Kota Denpasar Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan OLEH : NI PUTU LILIK CAHYANI NIM PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR JUNI, 2017 i

2 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ni Putu Lilik Cahyani NIM : Fakultas : Kedokteran Program Studi : Ilmu Keperawatan Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Penelitian yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Proposal Penelitian ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Denpasar, Juni 2017 Yang membuat pernyataan, (Ni Putu Lilik Cahyani) ii

3 LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR RESILIENSI KELUARGA YANG TINGGAL BERSAMA ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA Studi Dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Timur Kota Denpasar Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan OLEH : NI PUTU LILIK CAHYANI NIM TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN UNTUK DIUJI Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Ns. Kadek Ayu Suarningsih, S.Kep., MNS Ns. Komang Menik Sri K., S.Kep., M.Kes NIDN NIP iii

4 HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR RESILIENSI KELUARGA YANG TINGGAL BERSAMA ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA OLEH : NI PUTU LILIK CAHYANI NIM TELAH DIUJIKAN DI HADAPAN TIM PENGUJI PADA HARI : RABU TANGGAL : 21 JUNI 2017 TIM PENGUJI: 1. Ns. Kadek Ayu Suarningsih, S.Kep., MNS (Ketua) 2. Ns. Komang Menik Sri K., S.Kep., M.Kes (Anggota) 3. Putu Nugrahaeni W., S.Psi.,M.Psi. Psi (Anggota) MENGETAHUI: DEKAN KETUA FK UNIVERSITAS UDAYANA PSIK FK UNIVERSITAS UDAYANA Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT(K), M.Kes Prof. dr. Ketut Tirtayasa, M.S., AIF NIP NIP iv

5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Faktor-faktor Resiliensi Keluarga Yang Tinggal Bersama Anggota Keluarga Dengan Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Timur ini tepat pada waktunya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada: 1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT(K), M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, M.S., AIF sebagai Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 3. Ns. Kadek Ayu Suarningsih, S.Kep., MNS sebagai pembimbing utama yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. 4. Ns. Komang Menik Sri K, S,Kep, M.Kes sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. 5. Direktur Puskesmas II Denpasar Timur yang telah memberikan ijin dan kesempatan melakukan penelitian pada instansi yang dipimpin. 6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan psikologis dan finansial kepada dalam menyelesaikan skripsi. 7. Kepada saudara Arista Sita Dewi dan Trisna widiastuti telah memberi banyak dukungan selama menyelesaikan skripsi 8. I Putu Sadewa Adi Saputra yang selalu memberi dukungan dan mendampingi dalam penyelesaian skripsi. 9. Sahabat-sahabat Putu Diah Adnya Dewi, Putu Winda Mahayani, Komang Eva Trijayanti, Made Raras Iswara yang selalu mendukung, mengarahkan dan menemani selama revisian skripi. 10. Teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. v

6 Penulis menerima berbagai kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan proposal ini. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Denpasar, Juni 2017 Penulis vi

7 ABSTRAK Gangguan jiwa merupakan suatu penyimpangan proses pikir, alam perasaan dan perilaku seseorag yang ditandai dengan ketidakmampuan psikologis dan perilaku seseorang. Memiliki keluarga dengan gangguan jiwa akan menimbulkan dampak psikologis pada keluarga yang akan mengganggu kesehatan dan fungsi keluarga. Keluarga yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap kesulitan dan tekanan yang terjadi dapat dikatakan resiliensi. Resiliensi keluarga adalah kemampuan beradaptasi dan pola tingkah laku yang positif dalam unit keluarga dalam menghadapi masalah, kesulitan atau tekanan yang terjadi sehingga mampu mempertahankan kesejahteraan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resiliensi keluarga yang tinggal bersama dengan anggota keluarga dengan gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif analitik menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 39 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner Walsh Family Resilience Questionaire (WFRQ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi keluarga yang tinggal bersama anggota keluarga dengan gangguan jiwa sebanyak 54,5 % memiliki resiliensi sedang dan 34,1% memiliki resiliensi tinggi. Diharapkan bagi keluarga dapat meningkatkan dan mempertahankan resiliensi keluarga yang tinggal bersama anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Kata Kunci : Resiliensi keluarga, Gangguan jiwa Referensi (61: ) vii

8 ABSTRACT Mental disorder is a deviation of the process of thought, feelings and behavior of a man which are characterized by the inability of his psychology and behavior. Having families with mental disorder causes psychological impact which will interfere the health and function of the family. The family which able to adapt the difficulties and pressure can be said resilience. Family resilience is the ability to adapt and the patterns of positive behavior in the family in facing problems, difficulties or pressure happened, so that the welfare of the family can be maintained. This study aims to know the representation of family resilience of the ones living with family members with mental disorder in working area of Puskesmas II Denpasar Timur. This research is Descriptive Analytics which used cross sectional as the research plan. The samples were taken by using simple random sampling technique with 39 people as the samples. The data were collected through interview by using the Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ). The result of the family resilience of people who live with family members with mental disorder showed that 54,5% had medium resilience and 34,1% had high resilience. It is expected for the family to increase and maintain the family resilience of the ones who live with family members with mental disorder. Keywords : Family Resilience, Mental Disorder Reference (61: ) viii

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... i LEMBAR PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI...ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR..xi DAFTAR LAMPIRAN... xiiii DAFTAR SINGKATAN..xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Jiwa Definisi Gangguan Jiwa Faktor yang Menyebabkan Gangguan Jiwa Klasifikasi Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa Penatalaksanan Resiliensi Keluarga Definisi Resiliensi Keluarga Fungsi Keluarga Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Keluarga Alat Ukur Resiliensi Keluarga ix

10 2.3 Faktor-faktor Resiliensi keluarga yang Tinggal Bersama Anggota Keluarga Dengan Gangguan Jiwa BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Kerangka Kerja Tempat dan Waktu Penelitian Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Populasi Penelitian Teknik Sampling Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis Data yang Dikumpulkan Cara Pengumpulan Data Instrument Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisa Data Teknik Pengolahan Data Teknik Analisis Etika Penelitian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pembahasan Hasil Penelitian Keterbatasan Penelitian BAB VI PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Keluarga Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur pada Keluarga yang Tinggal Bersama Anggota Keluarga dengan Gangguan Jiwa Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Keluarga yang Tinggal Bersama Anggota Keluarga dengan Gangguan Jiwa Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Keluarga yang Tinggal Bersama Anggota Keluarga dengan Gangguan Jiwa Tabel 5.4 Identifikasi Komponen Resiliensi Keluarga yang Tinggal Bersama Anggota Keluarga dengan Gangguan Jiwa Tabel 5.5 Identifikasi Resiliensi Keluarga yang Tinggal Bersama Anggota Keluarga dengan Gangguan Jiwa xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Jadwal Penelitian Penjelasan Penelitian Surat Persetujuan Menjadi Responden Kuesioner Data Demografi Kuesioner Walsh Family Resilience Questionaire Master Tabel Hasil Uji Analisis Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data Awal Surat Permohonan Ijin Penelitian Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintahan Provinsi Bali Surat Permohonan Ijin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Pemerintahan Kota Denpasar Surat Keterangan Lolos Kaji Etik (Ethical Clearance) Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian Lembar Konsultasi Pembimbing Utama dan Pendamping Anggaran Dana Penelitian Dokumentasi xiii

14 DAFTAR SINGKATAN DEPKES DINKES : Departemen Kesehatan : Dinas Kesehatan KEMENKES : Kementerian Kesehatan Riskesdas WHO APA WFRQ : Riset Kesehatan Dasar : World Health Organization : American Psychological Association : Walsh Family Resilience Questionaire xiv

15 xv

16

17 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Gangguan jiwa merupakan suatu penyimpangan proses pikir, alam perasaan, dan perilaku seseorang (Thong et al, 2011). Menurut Stuart & Sundeen, 1998 dalam Thong et al (2011) mendefinisikan gangguan jiwa sebagai sebuah penyakit dengan manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang disebabkan oleh gangguan pada fungsi sosial, psikologis, genetik, fisik atau kimiawi, dan biologis. Menurut World Health Organisation (WHO) terdapat sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa (Yosep, 2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar orang. Indonesia mengalami peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa cukup banyak, diperkirakan prevalensi gangguan jiwa berat dengan psikosis atau skizofrenia di Indonesia pada tahun 2013 adalah orang dimana prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Jogjakarta sebesar 27% dan Bali menduduki peringkat empat tertinggi dengan prevalensi 23% (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Seseorang mengalami gangguan jiwa biasanya disebabkan oleh berbagai stressor dan dipengaruhi pula oleh besar kecilnya stressor tersebut, intensitas, makna, budaya, kepecayaan, agama, dan sebagainya. Stressor tersebut biasanya berasal dari diri individu, keluarga maupun orang lain serta lingkungan misalnya seperti masalah yang terjadi pada keluarga (pertengkaran orang tua), masalah dalam pekerjaan, masalah dalam sosial budaya (hubungan dengan masyarakat) yang akan mengganggu fungsi psikologik, biologik, dan sosial sehingga dapat menyebabkan seseorang tidak mampu untuk menyesuaikan diri pada lingkungan serta bertingkah dan berinteraksi dengan baik, tepat dan bahagia (Yusuf, Fitriyasari, & Nihayati, 2015). 1

18 18 Penatalaksanaan gangguan jiwa dilakukan dengan terapi farmakologis dan non farmakologis yang mana pengobatan dilakukan sebagai upaya pengobatan terhadap gejala dari gangguan jiwa bukan pada penyebabnya serta pengobatan dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan (relapse) (Videbeck, 2011). Keberhasilan terapi gangguan jiwa tidak hanya terletak pada terapi yang diberikan seperti terapi obat psikosis dan jenis terapi lainnya, tetapi juga peran serta dari keluarga juga menentukan keberhasilan terapi tersebut. Menurut Hamdani (2005) keluarga sangat berperan penting dalam pengobatan pasien dengan gangguan jiwa karena individu dengan gangguan jiwa mengalami kelemahan mental dimana suatu keadaan terhenti, atau tidak lengkapnya perkembangan pikiran yang mencakup gangguan makna intelegensia dan fungsi sosial yang disertai dengan pikiran tidak bertanggung jawab serius atau agresif abnormal. Freidman (2002) dalam Madriffa I (2015) menjelaskan peran keluarga terhadap penderita gangguan jiwa sebagian besar adalah sebagai pendorong, sahabat, pendamai, penyalah (mengoreksi), dominator, pengasuh keluarga, terapi keluarga dan perawatan keluarga selama dirumah. Sebuah hasil penelitian menyebutkan bahwa peran serta keluarga sangat dibutuhkan dalam proses pengobatan pasien dengan gangguan jiwa sebagai tolak ukur keberhasilan perawatan atau pengobatan dirumah karena keluarga merupakan faktor fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan setiap anggota keluarganya dimana keluarga berperan memberi dukungan dari segi finansial dan transportasi, menjaga emosi pasien dengan gangguan jiwa agar tetap stabil dan memberikan perawatan, karena keluarga merupakan tempat individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungan dan merupakan suatu sistem yang saling berhubungan satu dengan yang lain (Fitrishia, 2008). Penelitian oleh Salahuddin (2009) menyebutkan bahwa keluarga berperan dalam menjaga dan mempertahankan kondisi kesembuhan penderita gangguan jiwa, serta memenuhi kelengkapan administratif serta finansial pada proses rehabilitasi atau selama proses pengobatan orang dengan gangguan jiwa. Selain itu, peran keluarga juga sangat berpengaruh dalam tingkat kekambuhan penderita gangguan jiwa. Berdasarkan sebuah hasil penelitian Madriffa l (2015), faktor yang

19 19 berpengaruh terhadap seringnya terjadi kekambuhan adalah obat psikotropik dan faktor keluarga. Selama pasien dengan gangguan jiwa menjalani pengobatan biasanya akan menimbulkan dampak psikologis pada keluarga (Taylor, 2000 dalam Shoviana 2011). Zauszniewski, Bekhet, and Suresky (2010) menyatakan bahwa anggota keluarga dari orang dengan gangguan jiwa dapat mengalami stress yang cukup besar yang selanjutnya menjadi beban yang dapat membahayakan kesehatan dan kualitas hidup mereka sendiri serta mengganggu fungsi keluarga. Anggota keluarga sering enggan untuk mengambil peran sebagai pengasuh atau merawat orang dengan gangguan jiwa karena beban perawatan yang begitu besar (Jonker, 2006). Menurut sebuah penelitian yang dilakukan Reiss dan Hogarty (dalam Lebow, 2005) menyatakan bahwa keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa mengalami berbagai macam bentuk stres yang mengakibatkan kondisi ini sulit untuk dihadapi. Hal ini dipengaruhi oleh isolasi sosial, stigmatisasi dan beban psikologis serta beban ekonomi yang makin meningkat. Pada umumnya setiap keluarga memiliki potensi untuk bertumbuh dan memperbaiki dalam merespon stress, kesulitan dan krisis dalam mengasuh keluarganya (Walsh dalam Hanekom, 2008). Adaptasi atau penyesuaian diri merupakan proses mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri (Gerungan, 2006). Agar dapat beradaptasi dengan baik terhadap kondisi yang dialaminya keluarga harus dapat menggunakan sumber daya yang dimilikinya berupa dukungan sosial yang didapat dari kerabat, teman serta komunitas dan sumber daya sistem keluarga meliputi kemampuan ketahanan keluarga, untuk mencapai keseimbangan dalam keluarga sehingga keluarga tersebut dapat dikatakan resilien (Apostelina, 2012). Resiliensi keluarga mengacu pada proses koping dan adaptasi dalam keluarga sebagai unit fungsional (Walsh, 2006). Keluarga yang resilien sangat memberikan kontribusi untuk kesejahteraan pada anggota keluarga terutama pada individu yang mengalami gangguan jiwa (Zauszniewski, Bekhet, and Suresky, 2010).

20 20 Dimana keluarga dapat merawat keluarganya dengan penuh kasih sayang serta memberikan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan baik agama maupun sosial budaya merupakan faktor yang sangat kondusif untuk mempersiapkan anggota keluarga yang sakit menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat (Fhitrisia, 2008). Untuk mencapai sebuah resiliensi dalam keluarga terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi itu sendiri. Menurut Zauszniewski, Bekhet, and Suresky (2010), karakteristik keluarga yang positif lebih mampu mengelola dan mengatasi kesulitan terkait perawatan anggota keluarga yang didiagnosa menderita gangguan jiwa. Keluarga yang memiliki resiliensi yang baik akan mampu menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi keluarganya serta mampu memberikan respon positif terhadap masalah yang terjadi dan mampu memberikan perawatan yang terbaik bagi anggota keluarganya serta memiliki koping yang baik dalam menerima kondisi anggota keluarganya. Memahami resiliensi keluarga memungkinkan untuk mengidentifikasi dan mendorong proses kunci yang memberdayakan keluarga untuk mengelola krisis atau kesulitan (masalah) yang terjadi dengan lebih efektif dan tumbuh sebagai unit yang lebih tahan dari situasi yang penuh tekanan, ketika unit keluarga diberdayakan untuk berfungsi lebih efektif melalu resiliensi keluarga juga akan meningkatkan resiliensi individu (Walsh, 2003). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Denpasar bulan September tahun 2016 didapatkan bahwa terdapat total 448 orang dengan gangguan jiwa dimana 128 home care, 313 berobat sendiri dan 7 orang belum tertangani. Dari data tersebut jumlah orang dengan gangguan jiwa yang tertinggi terdapat pada Puskesmas II Denpasar Timur. Data dari Puskesmas II Denpasar Timur (2016) didapatkan jumlah orang dengan gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur sebanyak 63 orang. Berdasarkan diagnosa keperawatan 22% risiko perilaku kekerasan, 20% halusinasi, 67% defisit perawatan diri, 8% harga diri rendah, 5% waham, 15% isolasi sosial. Orang dengan gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur tinggal bersama keluarga dan perawatan dilakukan oleh keluarganya sendiri. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

21 21 meneliti faktor-faktor resiliensi keluarga yang tinggal bersama anggota keluarga dengan gangguan jiwa. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimanakah gambaran faktor-faktor resiliensi keluarga yang tinggal bersama anggota keluarga dengan gangguan jiwa di Puskesmas II Denpasar Timur? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor resiliensi keluarga yang tinggal bersama anggota keluarga dengan gangguan jiwa di Puskesmas II Denpasar Timur Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik keluarga yang tinggal bersama anggota keluarga dengan gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur. b. Mengidentifikasi komponen-komponen resiliensi keluarga dan resiliensi keluarga yang tinggal bersama anggota keluarga dengan gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat teoritis a. Memperkaya penelitian dan pemahaman mengenai resiliensi keluarga khususnya pada keluarga anggota keluarga dengan gangguan jiwa. b. Hasil penelitian ini akan bermanfaat dalam pengembangan ilmu keperawatan mengenai resiliensi keluarga yang tinggal bersama anggota keluarga dengan gangguan jiwa

22 22 c. Sebagai acuan atau informasi dasar penelitian selanjutnya terkait resiliensi keluarga yang tinggal bersama anggota keluarga dengan gangguan jiwa Manfaat Praktis a. Sebagai masukan bagi Puskesmas II Denpasar timur dalam memberikan fokus intervensi keperawatan untuk mendukung dan meningkatkan resiliensi keluarga sehingga keluarga dapat menghadapi dan bangkit dari kesulitan yang dialami dan tetap dapat berkembang secara positif. b. Sebagai acuan oleh keluarga untuk memiliki resiliensi di dalam keluarga tersebut.