BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT KARO. 2.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam Kabupaten Karo
|
|
- Agus Jayadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 62 BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT KARO 2.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam Kabupaten Karo Kabupaten Karo berbatasan langsung dengan berbagai wilayah yakni, si sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Provinsi Nangroe Aceh Darussalam), Kabupaten Langkat, dan Kabupaten Deli Serdang. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun. Di Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (NAD). Faktor pendukung seperti faktor geografis dan letak perbatasan inilah yang mempengaruhi berkembangnya aktifitas ekonomi, sosial budaya, dan politik masyarakat di wilayah Kabupaten Karo (sumber: karokab.go.id). Gambar.
2 63 Terletak antara Lintang Utara dan Bujur Timur. Luas kab.karo sekitar 2.127,25 km 2 / 130,1 jiwa per km 2. Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara meter di atas permukaan laut. Oleh karena berlokasi di dataran tinggi, maka Kabupaten Karo terkenal dengan iklim sejuknya yakni dengan suhu berkisar 17 0 C 16 0 C. Kelembabapan udara relatif rata-rata 87%. Angin bertiup dari arah Barat ke Utara pada bulan Oktober Maret dengan kecepatan rata-rata 104 km/hari, dan dari arah Timur ke Tenggara pada bulan April September dengan kecepatan rata-rata 130 km/hari (sumber: google.com). Di dataran tinggi Karo dijumpai deretan pegunungan serta danau dengan segala keindahannya. Dua diantara pegunungan tersebut adalah gunung yang tergolong aktif, yakni gunung Sinabung dan gunung Sibayak dengan ketinggian sekitar meter dari permukaan laut. Keberadaan 2 (dua) gunung berapi yang tergolong aktif tersebut membantu kesuburan lahan pertanian masyarakat. Selain udara yang sejuk, kawahnya yang masih tergolong aktif di beberapa titik lokasi membuat lahan pertanian semakin gembur sehingga hasil produksinya seperti sayur mayur dan buah-buahan berwarna hijau tua, segar dan tinggi akan oksigen. Kabupaten Karo terletak pada ketinggian meter di atas permukaan laut dan hal tersebut menjadikan Kabupaten Karo sebagai DHS (daerah hulu sungai) bagi hulu sungai-sungai utama di Sumatera Utara. Beberapa aliran sungai tersebut ada
3 64 yang berhulu di Danau Toba, namun sebagian besar berhulu di Selat Melaka (sumber: google.com). Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah pemerintahan tingkat II yang berlokasi di Propinsi Sumatera Utara dan beribukotakan Kabanjahe. Bupati yang menjabat adalah Kena Ukur Karo Jambi Surbakti, dan wakilnya adalah Terkelin Brahmana. Kabupaten Karo terletak sekitar 77 km dari kota Medan, merupakan salah satu daerah pemerintahan tingkat II yang berlokasi di Propinsi Sumatera Utara dan Kabanjahe sebagai ibukota kabupaten. Memiliki 17 kecamatan dan 258 kelurahan dengan jumlah penduduk sekitar jiwa. Kecamatan tersebut antara lain: Kecamatan Barusjahe yang terdiri dari 19 desa, Kecamatan Berastagi yang terdiri dari 9 desa, Kecamatan Juhar yang terdiri dari 24 desa, Kecamatan Kabanjahe yang terdiri dari 13 desa, Kecamatan Kutabuluh yang terdiri dari 16 desa, Kecamatan Laubaleng yang terdiri dari 13 desa, Kecamatan Mardingding yang terdiri dari 10 desa, Kecamatan Merek yang terdiri dari 19 desa, Kecamatan Munthe yang terdiri dari 22 desa, Kecamatan Payung yang terdiri dari 8 desa, Kecamatan Simpang Empat yang terdiri dari 17 desa, Kecamatan Tiga Binanga yang terdiri dari 19 desa, Kecamatan Tiga Panah yang terdiri dari 22 desa, Kecamatan Dolat Rayat yang terdiri dari 7 desa, Kecamatan Merdeka yang terdiri dari 9 desa, Kecamatan Tiganderket yang terdiri dari 17 desa, dan Kecamatan Naman Teran yang terdiri dari 14 desa (sumber: karokab.go.id).
4 65 Berikut adalah tabel perkiraan populasi jumlah masyarakat Karo yang tersebar di 17 kecamatan: Tabel 2.1 Perkiraan jumlah populasi masyarakat Karo di 17 Kecamatan NO Nama Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) 1. Mardingding Lau Baleng Tiga Binanga Juhar Munthe Kutabuluh Payung Tiga Nderket Simpang Empat Naman Teran Merdeka Kabanjahe Berastagi Tiga Panah Dolat Rayat Merek Barusjahe 22895
5 66 Sumber: Pemkab.Karo ( Secara geografis Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Sumatera Utara yang sangat strategis. Hal tersebut dikarenakan Kab.Karo merupakan jalur lintas kabupaten serta berada di antara pegunungan dan hulu sungai (Tarigan, 2010). Lokasinya yang berada di dataran tinggi dan di antara deretan pegunungan aktif, menjadikan kabupaten ini dapat memproduksi hasil pertanian seperti sayur-sayuran, bunga, buah, dll dengan kualitas yang sangat baik. 2.2 Kebudayaan Dalam Masyarakat Karo Istilah kebudayaan merupakan tejemahan dari istilah culture dari bahasa Inggris. Kata culture berasa dari bahasa latin colore yang berarti mengolah, mengerjakan, menunjuk pada pengolahan tanah, perawatan dan pengembangan tanaman dan ternak. Upaya untuk mengola dan mengembangkan tanaman dan tanah inilah yang selanjutnya dipahami sebagai culture. Sementara itu, kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi. Kata buddhi berarti budi dan akal. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kebudayaan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budaya) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. E.B. Taylor mendefinisikan kebudayaan sebagai hal yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt-istiadat, kebiasaan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
6 67 Menurut Koentjaningrat (1985) kebudayaan adalah keseluruhan ide-ide, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Definisi lebih singkat terdapat pada pendapat Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964), menurut mereka kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Bila disimak lebih seksama, definisi Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi lebih menekankan pada aspek hasil material an kebudayaan. Sementara Koentjaraningrat menekankan dua aspek kebudayaan yaitu abstrak (non material) dan konkret (material). Pada definisi Koentjaraningrat, tampak bahwa kebudayaan merupakan suatu proses hubungan manusia dengan alam dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Dalam proses tersebut manusia berusaha mengatasi permasalahan dan tantangan yang ada dihadapannya. Terlepas dari perbedaan yang ada di antara pendapat di atas. Tampak bahwa belajar merupakan unsur penting dari pengertian kebudayaan. Seperti terlihat pula pada definisi kebudayaan menurut Kroeber (1948). Menurutnya, kebudayaan adalah keseluruhan realisasi gerak, kebiasaan, tata cara, gagasan, dan nilai-nilai yang dipelajari dan diwariskan, serta perilaku yang ditimbulkannya. Dalam sistem sosial-budaya menurut Koentjaraningrat ada 7 unsur kebudayaan sebagai cultural universal. 7 unsur kebudayaan tersebut adalah: 1. Sistem mata pencaharian hidup(ekonomi) 2. Ilmu pengetahuan atau teknologi 3. Bahasa
7 68 4. Sistem kepercayaan atau Religi(agama) 5. Sistem organisasi social(social) 6. Kesenian 7. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia Sistem Mata Pencaharian Hidup (Ekonomi) Sistem mata pencaharian hidup (ekonomi) tradisional meiputi, bercocok tanam, berburu dan meramu, beternak, menangkap ikan. Mata pencaharian masyarakat biasanya berhubungan dengan kondisi wilayah tempat tinggal serta ketersediaan yang terkandung di alamnya.pada masyarakat Karo jelas terlihat bagaimana sistem bercocok tanam (musiman) seperti padi, jagung maupun sayursayuran yang menggunakan penanggalan kalender tradisional maupun menurut sistem yang dipakai sekarang. Adanya perdagangan (pasar) tradisional maupun modern membuat adanya interaksi antara penjual dan pembeli (transaksi), hal ini juga akan menambah tenaga kerja dan mengurangi pengangguran. Lahan persawahan dan ladang yang luas membutuhkan serapan tenaga untuk mengerjakannya, maka aron sebagai buruh tani akan mendapat upah dari jasanya. Dengan demikian ada dua sektor besar yang digolongkan menjadi sumber mata pencaharian masyarakat Karo yakni: (1) Sektor Pertanian Sektor ini mencakup tanaman pangan dan holtikultura (buah-buahan, sayur mayur, bunga-bungaan, dan biji-bijian). Berikut adalah luas wilayah Tanah Karo
8 69 yang digunakan sebagai penunjang sektor pertanian. Keseluruhan luas wilayah adalah 212,725, dan terdiri dari: Lahan sawah 12,328 Ha, Lahan kering 93,391 Ha (meliputi wilayah pekarangan, kebun campuran, perladangan, dan perkebunan), Kawasan hutan 76,835 Ha (meliputi wilayah hutan lindung dan suaka alam), Padang rumput 4,254 Ha, Rawa yang tidak ditanami 0, 399 Ha, Tidak diusahakan 7,418 Ha, dan Lain-lain 18,150. Pada sektor ini masyarakat Karo sebagian besar terlibat dalam organisasi KT2KS (Kelompok Tani Tanah Karo Simalem) (sumber: karokab.go.id) (2) Sektor Pariwisata Selain bekerja dalam sektor pertanian, sebagian dari masyarakat Karo bermata pencaharian dalam sektor pariwisata. Bidang-bidang pekerjaan mereka termasuk di dalamnya adalah para pengelola jalan lintas gunung, pemandian air panas, objek wisata danau, air terjun, rumah tradisional, museum seni, dan sebagainya Ilmu Pengetahuan atau Teknologi Ilmu pengetahuan sangat berkembang dengan pesat, sejalan dengan pesatnya kemajuan teknologi disegala bidang. Kemajuan teknologi mempermudah untuk berhubungan atau berkomunikasi jarak jauh. Komunikasi dengan orang lain yang jaraknya jauh dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Produksi hasil pertanian menjadi berlipat dengan waktu yang lebih cepat karena sudah memakai peralatan dan pemilihan bibit yang lebih unggul. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan.
9 70 Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian Bahasa Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuna, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa adalah suatu sistem yang memungkinkan manusia untuk mengungkapkan emosi dan perasaannya ke dalam bentuk lambang yang dapat dipahami dan ditafsirkan oleh orang lain. Fungsi-fungsi bahasa : 1. Fungsi praktis, yaitu untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari.
10 71 2. Fungsi artistik, yaitu mengolah dan menggunakan bahasa dengan seindah-indahnya demi pemuasan rasa estetika/kebutuhan akan keindahan. 3. Fungsi filosofis, yaitu untuk mempelajari kebudayaan-kebudayaan manusia yang hidup di jaman dahulu kala. 4. sebagai kunci atau sarana untuk mempelajari ilmu-ilmu lain. Bahasa daerah menjadi suatu ciri khas atau pembeda cara komunikasi suatu daerah dengan daerah lainnya. Dengan melihat bahasa yang diucapkan seseorang, kita dapat mengetahui asal daerah orang tersebut. Masing-masing daerah di Indonesia memiliki bahasa daerah yang berbeda-beda. Masyarakat Karo memiliki suatu bahasa yaitu bahasa Karo sebagai bahasa ibu. Bahasa Karo ini dipergunakan setiap hari sebagai alat komunikasi, selain bahasa Indonesia. Tetapi bila ditinjau lebih lanjut, bahasa karo mempunyai tiga dialek utama yang disebabkan perbedaan letak geografisnya. Dialek-dialek tersebut adalah sebagai berikut : (1) Dialek gunung-gunung atau cakap karo gunung-gunung terdapat didaerah kecamatan Munthe, Juhar, Tigabinanga, Kutabuluh, dan Mardingding. (2) Dialek kabanjahe atau cakap kalak julu terdapat dikecamatan kabanjahe, Tigapanah, Simpang Empat, dan Barusjahe. (3) Dialek jahe-jahe atau cakap kalak karo jahe terdapat di kabupaten Deli Serdang yang meliputi kecamatan Pancurbatu, Biru-biru, Sibolangit,
11 72 Lambekeri, Namorambe, serta dikabupaten Langkat Hulu seperti Salapian, Kuwala, Bahorok, dan lain-lain (Tridah Bangun: 65) Sehubungan dengan hal tersebut, dalam konteks kerja mengket rumah ini, perkolong-kolong yang berasal dari desa Seberaya, kec. Tigapanah, didalam menyanyikan katoneng-katoneng tidak terlepas dari dialek bahasanya, yaitu dialek cakap kalak julu. Hal ini dapat dilihat dari setiap kata dalam baris teks yang berakhir dengan huruf e, akan mendapat tambahan dengan huruf i. Contohnya, kata anak berundu e menjadi anak berundu ei, kata meter e menjadi meter ei, kata ndube menjadi ndubei. Meskipun ditemui dialek dialek dalam musik vokal pada khususnya dan bahasa Karo pada umumnya, tetapi arti dan makna yang ditimbulkan oleh kata atau bahasa yang digunakan tidaklah berbeda. Selain dipergunakan dalam komunikasi sehari hari, bahasa Karo dipergunakan pula dalam upacara upacara adat. Pada dasarnya bahasa yang dipergunakan dalam kedua situasi tersebut tidaklah jauh berbeda. Hanya saja bahasa yang dipergunakan sehari hari lebih bersifat praktis, lugas dan gampang dimengerti. Sedangkan bahasa yang dipergunakan dalam upacara upacara adat atau pembicaraan pada konteks adat, lebih banyak mengandung kata kata yang bersifat sastra. Misalnya banyak kata kata kiasan, perumpamaan dan lain lain. Salah satu contoh ialah bahasa yang dipergunakan di dalam nyanyian katoneng katoneng.
12 73 Di samping bahasa sehari hari dan yang dipergunakan dalam konteks adat, ditemukan juga hasil hasil sastra lisan gunakan hanya dalam situasi tertentu dan diketahui oleh segolongan kecil masyarakat. Adapun bentuk sastra lisan pada masyarakat Karo antara lain ialah: (1) Tabas atau mantra, biasanya dipergunakan para guru sibaso (dukun wanita) dalam upacara pemanggilan roh untuk mengobati orang sakit. Tapi terkadang tabas juga dinyanyikan. (2) Ndungdungen, bentuknya hampir sama dengan pantun. Terdiri dari empat baris sebait, baris pertama dan kedua disebut sampiran, sedang baris ketiga dan keempat disebut isi. (3) Perumpamaan atau ungkapan, biasanya ditandai/ dimulai dengan kata bagi (seperti), persumpamana (umpamanya). Biasanya dipakai dalam pembicaraan adat atau dalam kehidupan sehari hari. (4) Turiturin atau cerita, adalah bentuk prosa mengenai berbagai hal seperti kesedihan, kesaktian, asal usul kampung, hewan, legenda dan lain lain. Isi ceritanya bersifat nasihat, perbandingan perbandingan satu dengan lainnya, dan mendidik. Contoh turiturin ini antara lain : Beru Patimar, Pawang Ternalem, Beru Ginting Pase, Sibayak Barusjahe dan lain lain. (5) Cakap Lumat, merupakan bahasa dengan tutur yang halus. Dipergunakan oleh kaum muda mudi pada masa berpacaran diwaktu malam hari. Sering pula dipergunakan oleh seorang orang tua untuk meminang seorang gadis.
13 Sistem Kepercayaan Sistem kepercayaan seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut:... sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.[1] Menurut Maran (2000: 68-70) agama merupakan terjemahan dari kata Inggris religion yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti religi. Re artinya adalah kembali, sedangkan ligare artinya adalah mengikat. Jadi religare/religi maksudnya adalah kehidupan beragama itu mempunyai tata aturan serta kewajiban yang harus ditaati oleh pemeluknya. Tata aturan serta kewajiban tersebut diyakini sebagai sesuatu yang diinginkan oleh Tuhan. Menurut Bertocci, agama adalah suatu kepercayaan pribadi bahwa nilai-nilai terpenting adalah yang didukung oleh atau selaras dengan struktur alam semesta yang abadi. Selaras dengan pendapat sebelumnya, Beardsleys menambahkan bahwa agama mengacu pada seperangkat kepercayaan, sikap, dan praktis yang ditentukan oleh kepercayaan mereka tentang hakikat manusia, alam semesta, tentang bagaimana manusia harus hidup, dan tentang cara-cara terbaik untuk mencari kebenaran realitas
14 75 serta nilai-nilai. Selanjutnya Oman menjelaskan agama adalah pengakuan akan adanya realitas tertinggi-suatu realitas yang bernilai dan patut disembah. (Maran, 2000:70-71). Dari pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulka bahwa agama merupakan kepercayaan, perbuatan, dan perasaan manusia dalam ketaatan dan keyakinan bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya berakar dalam suatu realitas ilahi. Inti kehidupan orang beragama ialah percaya dan berserah secara total kepada Tuhan. Masyarakat Karo sebelum datangnya sebaran agama Islam/Kristen telah mengenal sistem kepercayaan tradisonal mereka. Sistem kepercayaan yang disebut dengan agama tradisional perbegu yang berubah menjadi pemena. Agama pemena (istilah agama adalah merujuk kepada pemahaman lokal masyarakat Karo dan bukan berdasarkan konsep agama menurut NKRI) merupakan agama yang mengajarkan umatnya untuk menghormati, mensakralkan dan mengkeramatkan roh manusia yang telah meninggal dunia oleh karena keluhurannya semasa hidup di dunia. Sebahagian besar masyarakat Karo memeluk agama Kristen Protestan, Katolik maupun Islam, sebahagian kecil memeluk agama Hindu. Masing-masing agama memiliki rumah peribadatan. Upacara atau peribadatan dilakukan untuk menyembah tuhannya. Dilihat dari sistem sosial (eksternal) semua agama mempunyai rasa toleransi terhadap agama lain dalam menjalankan upacara keagamaan terutama pada hari-hari besar keagamaan.
15 76 Menurut Koentjaraningrat istilah religi dibedakan dengan istilah agama, religi merupakan bagian dari kebudayaan. Menurut Cirero religi tidak berbeda jauh dengan pengertian agama yaitu suatu pengalaman batin dari kehidupan kejiwaan manusia kemudian menimbulkan perbuatan-perbuatan atau tingkah laku manusia yang dipersembahkan kepada suatu zat yang menguasai manusia dan seluruh alam semesta. Menurut E.B. Tylor, evolusi religi yang berdasarkan kesadaran manusia itu sendiri yang terbagi menjadi: (1) Animesme, bentuk religi yang berdasarkan kepercayaan bahwa di alam sekeliling tempat tinggal manusia tinggal berbagai maca, ruh, spirit, mahluk halus, dan kekuatan gaib lainnya. (2) Dinamisme, bentuk religi yang berdasarkan pada kepercayaan akan kekuatan alam yang melebihi kekuatan manusia. (3) Polytheisme, bentuk religi yang berdasarkan kepada kepercayaan akan dewa-dewa, yang masing-masing mewakili suatu kekuatan atau fenomena alam tertentu. (4) Panteon, bentuk kepercayaan kepada dewa-dewa, dimana dewa-dewa tersebut tergabung didalam suatu sistem dengan struktur tugas dan jenjang yang berbeda-beda. (5) Monotheisme, bentuk religi yang berdasarkan kepercayaan pada suatu kekuatan tunggal. Menurut Koentjaraningrat religi merupakan suatu sestem yang terdiri atas empat komponen: (1) Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia menjadi religius. (2) Sistem kepercayaan yang mengadung keruhanian dan bayanganbayangan manusia tentang sifat tuhan, wujud dan alam gaib. (3) Sistem upacara religius yang bertujuan mencari hubungan manusia dengan dewa-dewa atau mahluk-
16 77 mahluk halus yang mendiami alam gaib. (4) Kelompok-kelompok religius atau kesatuan-kesatuan sosial yang menganut sistem kepercayaan tersebut. Dalam suatu praktek keagamaan atau kepercayaan terdat bermacam-macm fungsi psikologis dan sosial: (1) Fungsi Penyelamatan, keselamatan dapat dicapai dengan menjalankan segalaaturanaturan atau norma yang ada. (2) Fungsi Sosial, yaitu mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan. (3) Fungsi Pendidikan, suatu upacara keagamaan dan inisiasi dapat memperlancar atau membantu melestarikan budaya. Jauh sebelum masuk agama Prostestan, Khatolik, Islam, Hindu maupun Budha, masyarakat karo sudah memiliki erkiniteken (kepercayaan) terhadap dibata (tuhan), sebagai maha pencipta segala yang ada di alam raya maupun di dunia ini (Tridah Bangun,1986 : 37) Kepercayaan terhadap dibata adalah kepercayaan yang berdasarkan kepada pemujaan roh leluhur (ancestor worship). Masyarakat karo pada masa itu juga percaya juga tentang adanya roh lain di alam sekeliling tempat tinggalnya,sehingga perlu di puja (animisme) ; percaya bahwa benda-benda dan tumbuh-tumbuhan disekelilingnya mempunyai roh (animatisme) ; dan percaya tentang adanya kekuatan sakti pada segala hal atau benda yang luar biasa (dinamiesme). Menurut A.Ginting suka, dibata tidak mengadakan komunikasi dengan manusia. Dibata di lihat sebagai cita-cita dan sebagai pelindung dan penjamin ketertiban alam. Kehendak dibata telah tertuang dalam adat istiadat karo. Jadi barang
17 78 siapa yang mengemban adat berarti telah melakukan pujaan terhadap dibata (Rudolf Pasaribu,1988 : 88) Sistem Religi Selain itu juga dijumpai pula konsep religi mengenai tendi dan begu. Tendi diartikan sebagai roh manusia yang masih hidup, sedangkan begu diartikan sebagai roh atau arwah manusia yang sudah meninggal. Dengan kata lain tendi seseorang akan berubah menjadi begu bila ia telah meninggal. Hingga kini masyarakat masih melaksanakan upacara-upacara religi sehubungan dengan konsep tendi (memanggil roh). Upacara ini dilakukan akibat tendi seseorang tubuhnya karena birawan (terkejut) atau tiba-tiba melihat sesuatu yang gaib, sering sakit-sakitan atau hanyut di sungai. Didalam upacara ini peranan dukun wanita yang disebut guru sibaso sangat penting dan dominan, sebab diyakini mampu membujuk atau membawah pulang tendi melalui doa dan manteramanteranya. Demikian pula upacara perumah begu (memanggil arwah yang sudah meninggal). Upacara ini dilaksanakan pada malam hari yang dipimpin oleh guru sibaso. Keunikan dalam upacara ini dilakukan dialog antara anggota keluarga (sukut) dengan begu yang masuk kedalam raga guru sibaso. Sering terjadi sukut tidak percaya begitu saja kepada begu yang dipanggil guru sibaso. Setelah menceritakan silsilah keluarga tersebut dan menirukan suara serta tingkah laku yang sama ketika ia masih hidup, sukut merasa percaya bahwa begu tersebut telah datang. Pada umumnya begu yang datang akan memberi nasehat-nasehat yang baik kepada keluarga yang memanggilnya.
18 79 Dengan demikian begu diyakini sebagai suatu mahluk yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat karo. Karena di samping melindungi atau memberi rejeki kepada manusia, begu juga dapat mendatangkan bala. Oleh karena itu masyarakat karo sangat menghormati begu dengan cara melaksanakan upacara dan mempersembahkan sesajen ketempat begu berdiam. Sehubungan dengan konsep-konsep religi tersebut, maka di dalam kerja mengket rumah adat dahulupun harus melalui suatu upacara religi. Dengan hal ini gendang lima puluh kurang dua sangat memegang peranan di dalam proses kerja mengket rumah tersebut. Biasanya gendang lima puluh kurang dua dimainkan dalam rumah adat setelah usai gedang adat, tepatnya dimainkan pada malam hari.menurut kepercayaan tradisi masyarakat karo, dengan dimaikannya gendang tersebut maka roh-roh yang terdapat pada unsur bahan rumah seperti kayu, bambu dan lain-lain tidak akan mengganggu keluarga yang akan menempati rumah tersebut. Selain itu gendang tersebut diyakini dapat mempersatukan kayu kering dan kayu basah 1. Acara untuk mengusir setan atau roh-roh yang terdapat pada unsur bahan basah disebut dengan ngeraksamai. Adapun reportoar gendang lima puluh kurang dua yang dimainkan secara berurutan dalam gendang tersebut berjumlah empat puluh delapan,yaitu : (1) Gendang Perang-perang, 1 Setiap kayu di yakini mempunyai/didiami oleh roh atau penunggu.pengertian kayu kering dan basah adalah menandakan perbedaan roh-roh yang mendiami setiap kayu dari bahan rumah tersebut.
19 80 (2) Gendang Pendungi (3) Gendang Sungkun Berita (4) Gendang Perang-Siperangen (5) Gedang Terus Perang (6) Gendang Pendungi (7) Gendang Ngelingkah (8) Gendang Umang (9) Gendang Pemungkah (10) Gendang Sual-sual (11) Gendang Siempat Terpuk (12) Gendang angki-angki (13) Gedang Tak Gunung (14) Gendang Lingga (15) Gendang Dumangai (16) Gendang Jawi Guu (17) Gendang Pendarawai (18) Gendang Sabung Katutup (19) Gendang Katoneng-Katoneng (20) Gendang Kakatenam (21) Gendang Tembut-tembut (22) Gendang Diden-diden (23) Gendang Didong-didong (24) Gendang Musuh suka
20 81 (25) Gendang Perang Melekat (26) Gendang Empet-empet (27) Gendang Empet-empet (28) Gendang Tembut-tembut (29) Gendang Kuda-kuda (30) Gendang Pamuncak (31) Gendang Arimo Ngajar Bana (32) Gendang Tambuta (33) Gendang Kaba-kaba (34) Gendang Tampul-tampul biang (35) Gendang Pagar (36) Gendang Tungkat (37) Gendang Peselukken (38) Gendang Kelejeran (39) Gendang Toba (40) Gendang Pakpak (41) Gendang Bedah-bedah (42) Gendang Perang Balik (43) Gendang Sibalik Sumpah (44) Gendang Sibalik Gung (45) Gendang pendungi (46) Gendang Mulih-mulih (47) Gendang Teger Rudang
21 82 (48) Gendang Jumpa malem Gendang lima puluh kurang dua ini dimainkan terus menerus hingga selesai,sesuai dengan urutannya (P.Sitepu : 23-24) Sistem Organisasi Sosial Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. M. Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya Merga Silima Tridah bangun di dalam bukunya Manusia Batak Karo (93-94) memaparkan Merga Silima beserta sub merganya; Merga Karo-karo terdiri dari 18 sub merga; Induk Merga Anak Merga
22 83 Barus, Bukit, Gurusinga, Kaban, Kacaribu, Karo-Karo Ketaren, Kemit, Jung, Purba, Sinulingga, Sinukaban, Sinubulan, Sinuraya, Sitepu, Sinuhaji, Surbakti, Samura, Sekali. Merga Ginting terdiri dari 16 sub merga; Induk Merga Anak Merga Ajartambun, Babo, Beras, Cabap, Gurupatih, Ginting Garamata, Jandibata, Jawak, Manik, Munthe, Pase, Seragih, Suka, Sugihan, Sinusinga, Tumangger. Merga Sembiring terdiri dari 19 sub merga; Induk Merga Anak Merga Brahmana, Busuk, Depari, Colia, Keloko, Sembiring Kembaren, Muham, Meliala, Maha, Bunuaji, Gurukinayan, Pandia, Keling, Pelawi, Pandebayang, Sinukapur, Sinulaki, Tekang, Sinupayung Merga Tarigan terdiri dari 14 sub merga;
23 84 Induk Merga Anak Merga Bondong, Gana-gana, Gersang, Gerneng, Tarigan Jampang, Purba, Pekan, Sibero, Tua, Tegur, Tambak, Tambun, Silangit, Tendang. Merga Perangin-angin terdiri dari 18 sub merga; Induk Merga Anak Merga Bangun, Keliat, Kacinambun, Namohaji, Perangin-angin Nano, Menjerang, Uwir, Pinem, Pencawan, Panggarun, Ulun jandi, Laksa, Perbesi, Sukatendel, Singarimbun, Sinurat, Sebayang, Tanjung Sangkep Nggeluh Sebagai perwujudan lebih lanjut dari adanya merga silima dan bentuk perkawinan eksogami maka timbullah suatu ikatan kekerabatan dalam suatu sistem sosial yang dikenal denga istilah sangkep nggeluh (rakut sitelu/ dalinken sitelu). Sangkep nggeluh terdiri dari tiga golongan fungsional yang masing masing disebut senina (saudara semarga), anakbaru (pihak penerima perempuan) dan kalimbu (pihak pemberi perempuan).
24 85 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988 : 559). Marga adalah kelompok kekerabatan yang eksogen dan unilineal, baik secara matrilineal (garis keturunan ibu) maupun patrilineal (garis keturunan ayah). Ketika golongann fungsional ini memegang peranan penting dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo (Bujur Sitepu, 1976 : 21). Sangkep nggeluh adalah sumber dan pedoman hidup serta mengatur tata susunan masyarakat sampai kepada perilaku perseorangan. Baik buruknya, sopan tidaknya tingkah laku seseorang selalu dinilai berdasarkan aturan yang tersirat dalam sistem kekerabatan tersebut. Senina berarti hubungan persaudaraan antara orang yang semarga tetapi submarganya berbeda. Misalnya Karo karo Sitepu dengan Karo karo Sinulingga. Hubungan Senina dapat dibagi lagi atas : (1) Sembuyak berarti bersaudara kandung karena mereka dilahirkan dari satu perut/ rahim atau keturunan yang sama (nenek moyang yang sama). Sembuyak berasal dari kata se dan mbuyak. Se arti nya satu atau sama sedangkan mbuyak artinya rahim. Misalnya marga Sembiring Brahmana dengan Sembiring Brahamana. (2) Senina Siperemen adalah ikatan persaudaraan karena ibu bersaudara. (3) Senina Siparibanen adalah timbulnya persaudaraan karena istri mereka bersaudara. (4) Senina Sipengalon adalah ikatan persaudaraan yang timbul karena mereka mempunyai istri dari beru yang sama.
25 86 (5) Senina Sicimbangen adalah ikatan persaudaraan yang timbul karena beberapa wanita mempunyai suami yang saling bersaudara. Dalam konteks upacara adat pihak senina berfungsi sebagai media penyalur pendapat serta bertanggung jawab atas hasil hasil yang telah dimusyawarahkan. Lebih jauh lagi senina juga ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan secara adat. Golongan anak baru sering disebut pelayan bagi kalimbubunya. Anak baru selalu menjadi pekerja yang bertanggung jawab langsung terhadap pelaksanaan upacara adat. Keberhasilan suatu pesta adat sering ditentukan oleh keterampila anak baru. Selain itu anak baru adalah penyambung lidah/ perantara dalam musyawarah adat. Seluruh pembicaraan adat sebelum sampai kepada pihak kalimbu harus melalui anak beru. Setelah itu anak beru pula yang menginformasikan hal hal yang perlu kepada pihak kalimbubu. Dalam fungsi pelayanannya, anak beru sering membantu kalimbu bu secara materil terutama dalam upacara upacara adat yang memerlukan biaya besar. Selain meringankan beban, juga menambah kehormatan kalimbubu. Anak beru bangga atas tugas dan kewajibannya terhadap kalimbubu. Mereka selalu melaksanakan tugas tanpa pamrih. Oleh sebab itu anak beru selalu i tami tami (disayang) kalimbubu. Seperti halnya senina, anak beru ini pun berjenis jenis pula, anatara lain : (1) Anak beru Tua adalah seoran (keluarga) ya g menjadi anak beru secara turun temurun (paling tidak tiga generasi telah mengambil istri dari keluarga kalimbubunya). Anak beru Tua berkedudukan sebagai
26 87 kepala/pimpinan dari semua anak beru. Biasanya perundingan perundingan secara adat belum dapat dimulai kalu anak beruu tua belum hadir, sekalipun anak beru lainnya sudah hadir. (2) Anak beru Menteri adalah anak beru dari anak beru. Didalam musyawarah maupun perundingan-perundingan adat tidak ikut serta melainkan sebagai pelaksana dalam menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan menurut perintah dari anak beru tua. (3) Anak beru Singikuri adalah anak beru dari anak beru menteri. Dalam kerja adat, mereka ini hanya bertugas di dapur untuk mempersiapkan hidangan. Kalimbubu adalah golongan masyarakat yang sangat dihormati dan tinggi kedudukannya dalam kehidupan sehari-hari. Konsekwensi dari status tersebut, kalimbubu dipercaya sebagai golongan yang tidak boleh dibantah, tidak boleh dihina apalagi disumpahi. Seluruh keputusan dan kebijaksanaannya menjadi panutan bagi pihak-pihak lain. Siapa yang membantah dan tidak patuh maka kalimbubu akan menjatuhkan kutuknya. Tetapi yang hormat dan segan akan mendapat berkat dan rejeki yang berlimpah. Begitu istimewanya posisi kalimbubu di mata masyarakat Karo, jadi tidak heran kalimbubu dianggap dibata ni idah (tuhan yang dapat dilihat). Kalimbubu dapat dibagi atas : (1) Kalimbubu taneh (kalimbubu simajek lulang) adalah kalimbubu yang nenek moyangnya dahulu menjadi kalimbubu pertama sewaktu mendirikan sebuah kampung.
27 88 (2) Kalimbubu bena-bena (kalimbubu tua) adalah kelompok keluarga pemberi perempuan keluarga tertentu kepada keluarga tertentu yang dianggap sebagai pemberi perempuan kepada keluarga tersebut. Kalimbubu bena-bena disebut juga kalimbubu simajekken daliken yaitu kalimbubu yang bertugas memasang tungku pada kerja mengket rumah. (3) Kalimbubu simada dareh adalah kalimbubu pemberi dara dari keluarga mana ibu seseorang berasal. Dengan kata lain kalimbubu simada dareh ialah saudara ibu laki-laki. (4) Kalimbubu siperdemui adalah kalimbubu yang diakibatkan karena adanya perkawinan. Misalnya keuarga tersebut menjadi kalimbubu karena seseorang mengawini putrinya. Hubungan kalimbubu ada karena adanya perkawinan. Kalimbubu ini disebut juga kalimbubu sierkimbang. (5) Puang kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu. (6) Puang nupuang adalah kalimbubu dari puang kalimbubu. Dalam konteks kerja mengket rumah didesa Sukanalu, penyelenggara kerja (sukut) bermarga Sitepu. Oleh sebab itu secara umum seluruh marga Sitepu yang hadir di dalam kerja tersebut adalah sembuyak maupun senina dari sukut. Marga Sembiring merupakan kalimbubu dari sukut, sedangkan sebagai anak beru sukut adalah marga Tarigan. Dari hubungan kekerabatan ini dapat dikembangkan lagi, bahwa Marga Sembiring merupakan puang kalimbubu dari marga Tarigan, secara otomatis marga Tarigan adalah anak beru menteri marga Sembiring. Sedangkan
28 89 marga Sitepu adalah anak beru marga Sembiring. Dan marga Sitepu adalah kalimbubu dari marga Tarigan. Untuk lebih jelas bagaimana hubungan antara ketiga kelompok kekerabatan ini, dapat dilihat skema berdasarkan konteks kerja mengket rumah di desa Sukanalu : SENINA MARGA SITEPU KALIMBUBU ANAK BERU MARGA SEMBIRING MARGA TARIGAN Adapun istilah kekerabatan pada masyarakat Karo adalah sebagai berikut : (1) Agi : adik (2) Anak : anak kandung, anak saudara, anak angkat (3) Bapa : ayah kandung, anak saudara, anak angkat (4) Bibi : saudara perempuan dari ayah maupun dari ibu (5) Bengkila : suami bibi (6) Bere-bere : anak dari saudari perempuan (7) Beru : panggilan dari seorang istri kepada saudara Perempuan suaminya atau kepada turang (8) Cimbang : panggilan antara perempuan yang suaminya bersaudara
29 90 (9) Eda : panggilan dari seseorang wanita kepada istri Saudaranya laki-laki (10) Kaka : kakak/abang (11) Mama : saudara laki-laki dari ibu (paman) (12) Mami : istri mama (13) Impal : pariban (putra-putri mama/mami) (14) Kempu : cucu (15) Nande : ibu kandung, istri dari saudara laki-laki ayah (senina, sembuyak, siparibanen, sipemeren) (16) Nini : nenek/kakek (17) Perbulangen : suami (18) Ndehara : istri (19) Kemberahen : permaisuri (istri bangsawan/sebayak) (20) Permen : istri dari anak kandung (menantu) (21) Silih : ipar/besan (22) Turangku : hubungan istri dan suami saudari suaminya atau Hubungan antara suami dengan istri saudara-saudara istrinya Tutur Siwaluh Dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo, ada delapan jenis tutur yang disebut dengan tutur siwaluh. Ke-delapan tutur tersebut adalah Merga, Beré-beré,
30 91 Binuang, Kampah, Entah, Kempu, Enté, dan Solér. Berikut adalah penjelasan mengenai ke-delapan tutur tersebut: 1) Merga (man speaker) / Beru (woman speaker) adalah marga dari garis keturunan ayah/partrilineal. 2) Beré-beré adalah marga dari garis keturunan ibu. 3) Binuang adalah beré-beré ayah kita. 4) Kampah adalah beré-beré ayahnya ayah kita. 5) Entah adalah Beré-beré ibunya ayah kita. 6) Kempu adalah Beré-berénya ibu kita. 7) Ente adalah Beré-beré ayahnya ibu kita, dan 8) Soler adalah kempunya ibu kita. Gambar 2.5 Tutur siwaluh dalam sebuah keluarga (Prinst, 2004) Dari ke-delapan tutur inilah nantinya timbul sebutan/panggilan kekerabatan seperti: nini (nenek), bulang (kakek), kempu (cucu), bapa (ayah), nandé (ibu), anak, bengkila (paman), bibi (istri dari bengkila), permén (keponakan / woman speaker),beré-beré (keponakan/man speaker), mama (saudara laki-laki dari garis keturunan ibu), dan mami (istri dari mama).
31 Peralatan dan Perlengkapan Hidup Manusia Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik. Peralatan dan perlengkapan hidup pada masyarakat tradisional Karo tercermin pada adanya rumah tradisional siwaluh jabu, peralatan dapur seperti; kudin (periuk},belanga (kuali), sawan (mangkuk), dan lain-lain, peralatan berburu seperti; lembing (tombak),rawit (pisau), eltep (ranjau), peralatan perang seperti; rawit (pisau), lembing (tombak), bedil (senapang) dan lain-lain, kain dan sarung tradisional (uis dan kampoh), alat musik (gendang) dan lain sebagainya Kesenian Kepada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks
32 93 Seni ialah produk jenis prilaku manusia khususnya dengan penggunaan kreatif imajinasi manusia untuk menerangkan, memehami, dan menikmati kehidupan. Menurut Malinowski, segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermakksud untuk memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri mahluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Oleh karena itu dengan mempelajari seni, kita dapat memperoleh gambaran mengenai sejarah, keadaan dan identitas sebuah masyarakat atau bangsa. Seni memiliki fungsi kreatif dan ekspresional juga seringkali memiliki fungsi untuk mempererat ikatan solidaritas, sebagai saran pendidikan, sarana sosialisasi norma-norma, alat untuk mewariskan adat dan nilai-nilai kebudayaan. Masyarakat Karo memiliki banyak jenis upacara yang melibatkan unsur musik, tari, rupa, teater dan sastra. Kadangkala ada satu jenis upacara yang melibatkan seluruh unsur seni tersebut. Contohnya dalam konteks kerja mengket rumah, unsur musik adalah gendang sarune, unsur tari adalah landek dalam acara perlandek, unsur rupa adalah ose (busana tradisional), uis, sertali (assesoris), lambelambe (janur), dan unsur teater adalah perkolong-kolong sebagai salah satu tokoh sentral, sukut juga sebagai tokoh sentral dan sangkep nggeluh sebagai tokoh komunal lainnya sedangkan kerabat lainnya seperti teman meriah adalah figuran. 2.3 Kebudayaan Musikal dalam Masyarakat Karo Masyarakat Karo erat hubungannya dengan kegiatan/aktifitas bermusik. Aktifitas bermusik itu dikenal dengan istilah ergendang dan rende. Ergendang berarti bermain musik dan rende berarti bernyanyi. Dalam kegiatan/aktifitas
33 94 bermusik inilah alat musik tradisional Karo berguna sebagai pengiring. Alat musik yang digunakan, antara lain ensambel gendang sarune, ensambel gendang kulcapi/balobat, dan beberapa instrumen musik solo Alat Musik Di dalam kebudayaan musik tradisional Karo, dikenal dua atau tiga perangkat gendang dalam istilah yang sering dipakai dalam disiplin Etnomusikologi adalah ensambel, yakni; (1) ensambel gendang sarune atau sering juga disebut gendang lima sendalanen, (2) ensambel gendang kulcapi dan (3) ensambel gendang balobat. Ensambel gendang sarune adalah lima buah alat musik dalam suatu kelompok ensambel yang selalu dimainkan seiring sejalan dan tidak boleh terpisah. Sedangkan kulcapi dan balobat dapat dimainkan secara solo tanpa diikuti alat musik lainnya. (1) Gendang Sarune Gendang sarune atau Gendang lima sendalanen terdiri dari lima buah instrumen, yaitu; sebuah sarune ( sejenis alat musik tiup berlidah ganda aerophone-double reed ). Berfungsi sebagai pembawa melodi. Dua buah gendang ( alat muik pukul --membranophone-conical) yandang singindungi berfungsi sebagai pembawa ritem variabel dan gendang singanaki berfungsi sebagai pembawa ritem konstan. Sebuah gung ( alat musik pukul--idiphone ).dan sebuah penganak (alat musik pukul--idiophone ) Sarune terbuat dari kayu selantam. Badan sarune ini terdiri dari dua bagian yang berbentuk konis. Yang menghubungkan badan sarune dan lidah sarune adalah
34 95 sebuah timah yang berbentuk tube. Anak sarune ( reed ) terbuat dari daun kelapa hijau. Ampang ampang sarune terbuat dari lempengan perak atau terbuat dari tanduk berbentuk bulatan yang letaknya antara badan dan lidah sarune. Fungsinya sebagai penyekat Mulut ketika meniup sarune. Lobang sarune berjumlah delapan. Dengan perincian, tujuh lobang berada di sisi atas sedang sebuah lobang lagi berada pada sisi dibalik lubang yang tujuh yang letakknya paling atas. Panggilan atau sebutan untuk pemain sarune adalah penarune. Gambar 1: Sarune Gendang singindungi bahannya terbuat dari kayu nangka atau kayu teras juhar. Berbentuk konis dengan panjang lebih kurang 40 cm,lubang atas berdiameter 7 cm, sedang lubang bagian bawah berdiameter 5 cm. Kedua lubang ini di tutup dengan kulit napuh yaitu sejenis kancil. Kulit bagian atas dan bagian bawah dihubungkan dan terikat oleh tali yang terbuat dari kulit lembu disebut dengan tarik.
35 96 Selain berfungsi sebagai pengikat kedua tutup gendang, tarik tersebut juga berfungsi sebagai penyetem gendang ( tuning). Alat pemukul gendang singindungi berjumlah dua buah dengan ukuran yang berbeda. Satu sebesar ibu jari tangan atau ukuran panjang kira-kira 13 cm, dan diameternya kira-kira 2 cm. Dan sebuah lagi yang lebih kecil dengan uksuran panjang 13 cm dan berdiameter kira-kira 1 cm.biasanya pemukul gendang terbuat dari kayu jeruk purut. Gambar 2. Gendang Singindungi Gendang singanaki mempunyai bahan,bentuk dan ukuran yang sama persis dengan gendang singindungi. Hanya saja gendang singanaki mempunyai sebuah gendang kecil yang digantung/diikat pada tarik gendang singanaki. Gendang kecil
36 97 ini disebut gerantung. Ukuran gerantung ini jauh lebih kecil dari gendang singanaki. Panjangnya kira-kira 10 cm, lubang atas berdiameter kira-kira 4 cm, dan lubang bawah berdiameter kira-kira 3,5 cm, namun konstruksi gerantung sama dengan kedua gendang tersebut. Alat pemukul gendang singanaki berjumlah dua buah dengan ukuran yang sama, yakni panjang 13 cm dan berdiameter kira-kira 1 cm Biasanya pemukul gendang terbuat dari kayu jeruk purut. Panggilan atau sebutan untuk pemain gendang singanaki maupun gendang singindungi adalah penggual. Gambar 3. Gendang Singanaki Gung terbuat dari bahan perunggu, berdiameter kira-kira 70 cm. Penganak berdiameter kira-kira 16 cm, terbuat dari bahan kuningan. Panggilan atau sebutan untuk pemukul gung adalah simalu gung dan panggilan untuk pemukul penganak adalah simalu penganak.
37 98 Gambar 4. Gung (1) Gendang Kulcapi Kulcapi merupakan alat musik senar/ dawai. Berdasarkan klasifikasi oleh Curt Sachs & Hornbostel, kulcapi tergolong jenis chordophone- fretted short neck lute artinya bersenar dengan leher pendek yang memiliki fret (pembatas nada). artinya adalah alat musik bersenar dengan leher pendek yang memiliki fret (pembatas nada). Kulcapi dengan panjang sekitar cm, memiliki 2 (dua) buah senar yang berbahan dasar metal dan berjarak nada perfect 5 th (kwint perfect). Dalam ensambel ini kulcapi berperan sebagai pembawa melodi sedangkan keteng-keteng pembawa ritem variasi maupun konstan, sedang mangkuk berperan sebagai pembawa ritem konstan. Kulcapi bisa juga di tuning untuk mengikuti nada dasar yang dikehendaki si pemain. Pemain kulcapi disebut juga perkulcapi.
38 99 Gambar 5. Kulcapi (3) Gendang Balobat Sama halnya dengan alat musik kulcapi, balobat juga merupakan alat musik yang multifungsi. Balobat dapat dimainkan dalam ensambel gendang balobat bersama dengan alat musik keteng-keteng dan mangkuk, namun dapat juga dijadikan sebagai alat musik solo atau non-ensambel. Alat musik tiup ini juga digunakan untuk nuri-nuri dan biasa juga dimainkan untuk kesenangan belaka. Berdasarkan klasifikasi, balobat termasuk aerophone-flute-recorder. Balobat terbaut dari seruas bambu kecil, dimana lubang bunyi berjumlah enam buah dengan lubang tiup berada di salah satu ujungnya yang ditutup dengan kayu diberi celah suara ( recorder). Pemain balobat biasanya disebut dengan perbalobat atau perbaluat.
39 100 Gambar 6. Balobat (4) Keteng-Keteng Keteng-keteng merupakan alat musik yang terbuat dari bambu dan berjenis idiochordophone. Idiochordophone memiliki pengertian adalah klasifiksi alat musik yang memiliki 2 (dua) buah senar (chordophone) namun senar tersebut berasal dari badan alat itu sendiri dengan cara mencungkil badan bambu berikut sembilunya. Senar dari bambu tersebut di regangkan dengan meletakkan kuda-kuda yang terbuat dari bambu supaya mendapat bunyi yang lebih nyaring sehingga suara/bunyi yang dihasilkan berasal dari badan alat musik (idiophone). Dibagian tengah bambu persis dibawah salah satu senar diberi lubang resonator sehingga salah satu komponen dari keteng-keteng yang disebut cuping yang direkatkan pada salah satu senar daengan posisi persis diatas lubang resonator, sehingga ketika senar tersebut dipukul akan memberi efek getar dan suara yang dihasilkan seperti suara gung. Keteng-keteng memiliki panjang sekitar cm dan berbahan dasar buluh mbelin (bambu besar)
40 101 dengan diamater badan alat sekitar 15 cm. Alat musik ini dimainkan dengan menggunakan 2 (dua) buah stik pemukul yang terbuat dari bambu dengan panjang sekitar 20 cm. Alat musik keteng-keteng dapat menghasilkan bunyi yang menyerupai bunyi yang dihasilkan oleh gendang singanaki dan gendang singindungi dan juga dapat menghasilkan efek suara alat musik penganak dan gung. Gambar 7. Keteng-keteng (3) Mangkuk Mbentar (Mangkuk Putih) Mangkuk putih dengan klasifikasi chinese bowl ini berfungsi membawa ritem dasar. Fungsi yang sama dengan alat musik hesek dalam musikal Batak Toba. Gambar 8. Keteng-keteng dan Baloba,t Mangkuk mbentar
41 102 (3) Surdam Surdam merupakan alat musik tiup diklasifikasikan aerophone- side blow flute. Dimainkan secara solo yang biasanya dimainkan oleh para petani di ladang. Surdam juga digunakan untuk nuri-nuri, dan dipakai untuk kesenangan belaka. Surdam terbuat dari seruas bambu kecil dengan ukuran panjang ± 35 cm hingga 40 cm, dengan diameter bambu ± 2,5cm hingga 3 cm. Gambar 8. Surdam
42 Penggual (Pemusik Tradisional Karo) Penggual (pemusik tradisional) atau sierjabaten adalah juga bagian dari masyarakat Karo. Kehidupan pemain musik Karo (penggual) layaknya kehidupan masyarakat biasa pada umumnya. Ada yang hidupnya bertani, ada pula berdagang, tapi ada juga yang menggantungkan hidupnya dari hasil menggual. Menurut Waskito (1992), bagi masyarakat Karo ada dua aspek terpenting dalam kehidupan bersosialisasi masyarakat sehari-hari yaitu tiga (pasar) dan hubungan kekerabatan. Kehidupan bersosialisasi di tiga (pasar) dapat tercipta saat proses tawar menawar harga barang dan tukar menukar barang terjadi, sedangkan kehidupan bersosialisasi lewat hubungan kekerabatan dapat terjadi salah satunya di dalam dunia pergaulan kedai kopi. Kedai kopi tidak hanya sekedar tempat minum dan bersantai, tapi merupakan sarana berbagi informasi apakah lewat percakapan antar sesama maupun sarana untuk bermain catur. Mayoritas kaum pria mulai dari tingkatan dewasa maupun orang tua bahkan yang berumur 70-an masih terlihat ramai berkumpul di kedai kopi. Bagi para penggual, kedai kopi tidak hanya berfungsi sebagai tempat menghabiskan
43 104 waktu luang serta ajang curhatan kehidupan non-musikal, kedai kopi mereka jadikan sebagai tempat berkumpul/bertemu untuk bermain catur sekaligus membicarakan tawaran bermain musik pada acara adat maupun hiburan. Informasi tawaran bermain untuk mengisi acara juga biasanya datang dari pengunjungpengunjung kedai kopi lainnya, seusai mengisi acara mereka juga membicarakan mengenai pembagian hasil pendapatan di kedai kopi. Selain fungsi-fungsi kedai kopi bagi penggual yang telah penulis sebutkan di atas, ada lagi fungsi kedai kopi lainnya yaitu fungsi sebagai tempat pendidikan informal. Pendidikan informal yang dimaksudkan di sini adalah kedai kopi dijadikan tempat belajar/kursus oleh penggual-penggual muda usia belasan tahun yang tertarik pada musik tradisional Karo. Mereka berguru kepada penggual yang lebih senior yang sering mereka temui di kedai tersebut. Sebagai tambahan, bahwa semua hal di atas tidak akan anda temui pada setiap kedai kopi. Melainkan terjadi hanya pada beberapa kedai kopi saja, yang tentunya juga berlokasi di wilayah pemukiman dominan masyarakat Karo (Sebayang, 2011:41). Dalam konteks upacara tradisi, penggual akan disebut dengan sierjabaten. Sierjabaten artinya adalah orang yang penting atau orang memiliki kedudukan. Sierjabaten akan diposisikan sebuah lokasi khusus, diberikan makanan, disediakan rokok, dan dipersilahkan duduk diatas tikar putih (amak mbentar). Amak mbentar memiliki makna yakni orang-orang yang dihormati dan disegani Musik Vokal
44 105 Dalam kebudayaan musikal masyarakat Karo, selain alat musik dalam bentuk ensambel dan non ensambel terdapat juga musik vokal. Menurut Karo-karo (2012) musik vokal dalam masyarakat Karo terdiri dari katoneng-katoneng, tangis-tangis, io-io, didong-doah dan mang-mang. (1) Katoneng-katoneng merupakan nyanyian yang berisikan tentang turi-turin nasihat kehidupan, pujian, harapan, dan doa. Musik vokal jenis katoneng-katoneng biasanya diiringi oleh ensambel gendang sarune. Musik vokal ini biasanya dapat dijumpai pada upacara perkawinan tradisi Karo, upacara gendang guru-guru aron, upacara kematian, upacara kerja mengket rumah dan lain sebagainya. Katonengkatoneng biasanya dinyanyikan oleh perkolong-kolong. (2) Tangis-tangis merupakan nyanyian yang dinyanyikan ketika salah satu anggota keluarga ada meninggal dunia. Nyanyian biasanya berisikan kisah kehidupan orang yang meninggal tersebut, bagaimana kebiasaan dan sosoknya saat masih hidup, dan bagaimana sedihnya anggota keluarga lain yang ditinggalkannya. (3) Didong-doah merupakan nyanyian tidur yang diperuntukkan bagi anak (lullaby). Nyanyian biasanya berisikan tentang ajaran kehidupan, harapan orangtua bagia anaknya, ataupun kondisi sang ibu atau ayahnya saat ini. Nyanyian ini dapat dinyanyikan dimana saja, kapan saja artinya tidak terikat tempat dan waktu. Nyanyian ini tidak diiringi gendang atau musik lainnya. Nyanyian ini tidak juga untuk dipertontonkan seperti layaknya katoneng-katoneng. (4) Mang-mang merupakan mantra-mantra yang dinyanyikan. Mang-mang biasanya dinyanyikan oleh para dukun untuk menabalkan atau untuk mendatangkan sesuatu.
BAB III KEBUDAYAAN KARO DAN COKONG-COKONG DALAM MASYARAKAT KARO. diantara Lintang Utara dan Bujur Timur dengan luas
BAB III KEBUDAYAAN KARO DAN COKONG-COKONG DALAM MASYARAKAT KARO I. KEBUDAYAAN KARO Wilayah Suku Karo Masyarakat Karo berada di daratan tinggi Tanah Karo yang sekarang menjadi wilayah administratif Kabupaten
Lebih terperinciDAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual)
DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Timbangan Perangin-angin : Medan Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) 2. Nama : Mail bangun : kabanjahe Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional
Lebih terperinciGLOSARIUM. : Hari kelima dalam sisten penanggalan Karo. : Hari ke-13 dalam sistem penanggalan Karo.
242 GLOSARIUM Aditia Aditia Naik Aditia Turun Aerophone : Hari pertama dalam sistem penanggalan Karo. : Hari kedelapan dalam sistem penanggalan Karo. : Hari ke-22 dalam sistem penanggalan Karo. : Alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia atau disebut dengan Nusantara adalah sebuah Negara yang terdiri dari banyak Pulau dan sebuah Bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan etnik, agama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera Utara Indonesia, yang memiliki berbagai ragam kebudayaan yang unik. Setiap etnis di sumatera Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang sangat umum dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai Negara yang banyak memiliki beragam
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM
BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO
IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, yang di dalam kebudayaan tersebut terdapat adat istidat, seni tradisional dan bahasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya hampir disemua bidang termasuk bidang kesenian terkhusus seni musiknya, dimana terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Karo merupakan suku bangsa tersendiri dalam tubuh bangsa Indonesia. Suku Karo mempunyai bahasa tersendiri yaitu bahasa Karo. Suku Karo yang merupakan bagian
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KARO
BAB II GAMBARAN UMUM SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KARO 2.1 Sejarah Keberadaan Masyarakat Karo Menurut mitos yang masih hidup sampai sekarang, terutama di kalangan masyarakat Batak Toba, leluhur pertama dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan
1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa. Masing-masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya.kata budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan sehari-hari manusia. M usik tak sekedar memberikan hiburan, tetapi mampu memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang memiliki kebudayaan tersendiri. Salah satu unsur kebudayaan itu adalah musik 1. Musik di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dilahirkan melalui gerakgerak tubuh manusia. Maka dapat dilihat bahwa hakikat tari adalah gerak. Disamping gerak sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, dan kebudayaan tersebut seantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan tersebut berkembang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis
Lebih terperinciBAB II LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA. Masyarakat Karo berada di daratan tinggi Tanah Karo yang sekarang
BAB II LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA 2.1 Letak Geografis Masyarakat Karo berada di daratan tinggi Tanah Karo yang sekarang menjadi wilayah administratif Kabupaten Karo. Secara geografis letak Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya
Lebih terperinciB A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Letak Desa Desa Lau Rakit merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Desa Lau
Lebih terperinciBAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO. (meliputi Tanah Karo Simalem dan sekitarnya), Kabupaten Langkat, Kabupaten
BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO 2.1 Gambaran Umum Wilayah Karo Suku Karo/Batak Karo banyak terdapat didaerah Kabupaten Karo (meliputi Tanah Karo Simalem dan sekitarnya), Kabupaten Langkat, Kabupaten
Lebih terperinciBAB II. Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Kecamatan Tigapanah yang
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO KECAMATAN TIGA PANAH KABUPATEN KARO, DAN BIOGRAFI RINGKAS BAJI SEMBIRING PELAWI SEBAGAI SENIMAN MUSIK TRADISIONAL KARO Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Kecamatan
Lebih terperinciBAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO. Pengertian masyarakat dapat dipahami sebagai suatu kesatuan hidup
BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO 2.1 Pengenalan Terhadap Masyarakat Karo Pengertian masyarakat dapat dipahami sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi dan bertingkah laku menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Karo merupakan masyarakat pedesaan yang sejak dahulu mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata pencaharian utama masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu Negara kesatuan yang menganut paham demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu Pulau Jawa, Pulau
Lebih terperinciBAB II KEBUDAYAAN MUSIK KARO. Secara garis besar suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, dan
BAB II KEBUDAYAAN MUSIK KARO 2.1 Pendukung kebudayaan dan Kesenian Karo Secara umum, pendukung kebudayaan dan kesenian Karo adalah masyarakat suku karo. Secara garis besar suku Karo adalah suku asli yang
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. dengan spesifikasi objek penelitian surdam belin (tangko kuda) yang terdapat di Desa
BAB II GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Di dalam Bab II ini penulis akan menerangkan gambaran lokasi penelitian dengan spesifikasi objek penelitian surdam belin (tangko kuda) yang terdapat di Desa Hulu, yang
Lebih terperinciTEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA
Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebudayaan nasional dalam pandangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri dapat memberikan keuntungan seperti meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu industri yang berkembang beberapa tahun terakhir ini. Industri pariwisata banyak dikembangkan dibelahan dunia karena pariwisata itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karo adalah salah satu suku bangsa dari banyak etnis yang ada di Kepulauan Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan yang
Lebih terperinciBAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389
BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan kebudayaan. Kebudayaan merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dan memiliki norma,
Lebih terperinciBAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO. Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami
BAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO 2.1 Domisili Orang Karo Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami sebagian besar daerah Sumatra Timur, wilayah ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik tanah yang muncul sering sekali terjadi karena adanya masalah dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku yang kaya akan seni budaya yang harus dikembangkan dan dilestarikan, dengan ciri khas daerahnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual
BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai
Lebih terperinciTARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, hal ini terlihat dimanifestasikan melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem politik yang menganut paham demokrasi, rakyat dipandang sebagai pemegang kedaulatan tertinggi, hal ini terlihat dimanifestasikan melalui pemilihan umum
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini penulis akan menjelaskan kajian teori yang akan digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian yang berjudul pergeseran makna Tangkin bagi masyarakat Dayak Kanayatn
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk
Lebih terperinciPEMBUATAN INSTRUMEN TIUP BALOBAT
10 PEMBUATAN INSTRUMEN TIUP BALOBAT Abraham Roma Virganta Abstrak Musik tradisional Karo sebagai salah satu bentuk kebudayaan adalah merupakan peninggalan dari leluhurnya, sebuah komitmen bagi suku karo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak
Lebih terperinciKEBUDAYAAN. Sosped Fapet UHN
KEBUDAYAAN Sosped Fapet UHN 2013 1 1. Pengertian Kebudayaan Pd umumnya, istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian yaitu seni suara, seni tari dan seni-seni lainnya. Namun bila diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal
Lebih terperinciBUDAYA MASYARAKAT INDONESIA
Manfaat mempelajari Antropologi : 1. Dapat mengetahui pola prilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara Universal maupun pola prilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku bangsa) 2. Dapat mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan satu ekspresi mengenai apa yang sekelompok manusia pahami, hayati, dan yakini baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. solidaritas yang sangat tebal terhadap masyarakatnya. Disamping itu, setiap individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ` Sejarah merupakan rentetan peristiwa yang mempunyai kaitan dengan kejadiankejadian dalam bentuk periode tertentu, karena manusialah yang bersejarah dan manusia pulalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salahsatukeunikansenivokal yang merupakanwarisandarileluhurkaro yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salahsatukeunikansenivokal yang merupakanwarisandarileluhurkaro yang perludilestarikanadalahrengget. Menurut Kumalo Tarigan (dalam Kaban 2007:18), Rengget dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera merupakan pulau keenam terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis
Lebih terperinciKERJA TAHUNAN, PESTA TRADISI MASYARAKAT KARO
86 " Kerja Tahunan, Pesta Tradisi Masyarakat Karo. Junita Setiana Ginting. KERJA TAHUNAN, PESTA TRADISI MASYARAKAT KARO Junita Setiana Ginting Staf Pengajar FIB Universitas Sumatera Utara Abstrak: Karya
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN
BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DESA TONGKOH. Desa Tongkoh berada diantara jalan raya Berastagi-Medan, jarak dari Ibukota
BAB II GAMBARAN UMUM DESA TONGKOH 2.1 Letak Geografis Desa Tongkoh berada diantara jalan raya Berastagi-Medan, jarak dari Ibukota Kabupaten ke desa ini lebih kurang sekitar 26 km, sedangkan dari kota Berastagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang dilatarbelakangi kebudayaan yang beranekaragam. Sebagai bangsa besar, Indonesia merupakan negara yang di kawasan nusantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk mengekspresikan apa yang kita rasakan, dari dalam diri kita.kesenian dalam Suku Karo sangat beraneka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing
Lebih terperinciBAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN
BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN 2.1 Deskripsi Masyarakat Batak Toba di Kota Medan 2.1.1 Etnografi Kota Medan Kota Medan merupakan ibukota provinsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai macam kekayaan tradisional yang memiliki jenis dan ciri khas dari tiap daerahnya masing-masing. Baik itu adat istiadat, pakaian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Saat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum pengertian musik tiup adalah alat musik yang bunyinya bersumber dari getaran udara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan cara meniupnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami beberapa wilayah sebagai tempat bermukim. Wilayah permukiman suku Karo jauh lebih luas dari pada Kabupaten
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM. dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama
BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Wilayah Kabupaten Karo Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang memiliki keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat jejak keberadaannya, salah satunya adalah Rumah Tradisional Kalak Karo atau disebut dengan Siwaluh
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat
Lebih terperinciHuman Relations. Kebudayaan dan Human Relations. Amin Shabana. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat
Human Relations Modul ke: Kebudayaan dan Human Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Amin Shabana Program Studi Hubungan Masyarakat www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Istilah kebudayaan merupakan tejemahan
Lebih terperinciPROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN KARO
PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN KARO Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan yang berada
Lebih terperinciBAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO
BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO A. Keadaan Umum Desa Sukapura 1. Keadaan Geografis Desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah media yang digunakan manusia untuk memberitahu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sebuah media yang digunakan manusia untuk memberitahu, menyatakan, dan mengungkapkan isi pikirannya. Dalam pengertian
Lebih terperinciDAFTAR INFORMAN. 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun Pekerjaan : Petani
DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun 2. Nama : Rustina Br Sembiring (Nd.Mena) Umur : 52 tahun 3. Nama : Sanggup Br Ginting (Nd.Atin) Umur : 65 tahun 4. Nama : Ngasali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka corak budaya yang beraneka ragam. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangannya terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik manusia sebagai individu, manusia sebagai kelompok masyarakat. Kondisi ekonomi, sosial dan adat istiadat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya terbentuk dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di suatu tempat. Kebudayaan
Lebih terperinciKEBUDAYAAN. 1. Pengertian
SISTEM BUDAYA Setiap manusia memiliki unsur dalam dirinya yang disebut Perilaku, yaitu : suatu totalitas dari gerak motoris, persepsi, dan fungsi kognitif. Salah satu unsur perilaku adalah gerak sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan sejarah tidak akan pernah sampai pada puncak kebenaran, sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa lalu, dan supaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan manusia. Hal inilah kemudian yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tadut merupakan salah satu nama kesenian etnik Besemah yang berupa sastra tutur/ sastra lisan yang isinya pengajaran agama Islam di daerah provinsi Sumatera Selatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan unsur-unsur budi daya luhur yang indah, misalnya; kesenian, sopan santun, ilmu pengetahuan. Hampir setiap daerah yang ada di berbagai pelosok
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Kebudayaan Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budhi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten
BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan
Lebih terperinci