BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Umum Inventarisasi Echinodermata. Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos artinya duri,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Umum Inventarisasi Echinodermata. Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos artinya duri,"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Inventarisasi Echinodermata Inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya alam untuk perencanaan pengelolaan sumber daya tersebut. Kegiatan inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis hewan yang ada di suatu daerah. Kegiatan inventarisasi meliputi kegiatan eksplorasi dan identifikasi (Yuniarti, 2011). Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos artinya duri, derma artinya kulit. Secara umum Echinodermata berarti hewan yang berkulit duri. Hewan ini memiliki kemampuan autotomi serta regenerasi bagian tubuh yang hilang, putus atau rusak. Semua hewan yang termasuk dalam kelas ini bentuk tubuhnya simetri radial dan kebanyakan mempunyai endoskeleton dari zat kapur dengan memiliki tonjolan berupa duri (Jasin. 1984). Echinodermata dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai, mulai dari daerah pasang surut sampai perairan dalam dengan kedalaman antara 0,5 sampai 40 meter. Menurut Radjab (2014) Echinodermata lebih menyukai perairan yang jernih dan relatif tenang. Pada umumnya setiap jenis memiliki habitat yang spesifik, seperti misalnya Holothuria scabra yang sering dijumpai di daerah berpasir atau pasir berlumpur yang banyak 8

2 9 ditumbuhi lamun. Padang lamun, pasir dan ekosistem terumbu karang merupakan habitat tempat hidup berbagai jenis biota laut. Echinodermata menempati berbagai zona di daerah padang lamun, zona pertumbuhan alge, zona tubir dan lereng terumbu karang. Faktor fisik kimia laut meliputi salinitas, ph, arus, suhu, dan kecerahan yang selalu berubah-ubah sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme di daerah pasang surut. Faktor penting lain yang mempengaruhi sebaran Echinodermata adalah topografi rataan suatu pulau di samping pakan dan cara makan. Selanjutnya dikatakan bahwa densitas hewan laut bergantung pada temperatur, salinitas, arus, kondisi substrat dan habitat sangat menentukan sebaran echinodermata (Aziz, 1996) Habitat Echinodermata dapat ditemui hampir semua ekosistem laut. Namun ekosistem yang paling tinggi terdapat pada terumbu karang di zona pasang sururt. Hal ini dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimia pada masing-masing daerah. Menurut Nybakken (1987) mengemukakan bahwa, dari semua pantai pasang surut, pantai berbatu yang tersusun dari bahan keras merupakan daerah yang paling padat mikroorganismenya dan mempunyai keanekaragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan. Diketahui bahwa komunitas hewan Echinodermata di alam bebas memiliki ukuran populasi yang tidak sama karena dalam komunitas itu terjadi interaksi spesies yang tinggi. Echinodermata merupakan salah satu hewan yang sangat penting dalam ekosistem laut dan bermanfaat sebagai salah satu komponen dalam

3 10 rantai makanan, pemakan sampah organik dan hewan kecil lainnya. Menurut Dahuri (2003) jenis-jenis Echinodermata dapat bersifat pemakan seston atau pemakan destritus, sehingga peranannya dalam suatu ekosistem untuk merombak sisa-sisa bahan organik yang tidak terpakai oleh spesies lain namun dapat dimanfaatkan oleh beberapa jenis Echinodermata. Selain itu Echinodermata mengandung unsur-unsur kimia yang memiliki nilai tinggi di bidang pangan, obat-obatan dan sering dijadikan barang koleksi hiasan yang indah. 2.2 Sistematika Phylum Echinodermata Berdasarkan pengelompokannya Phylum Ecinodermata masih sangat beragam. Terbukti dengan banyaknya perbedaan pendapat dari beberapa pakar yang ditulis dalam beberapa buku. Menurut Campbell (2012) Echinodermata yang masih ada terbagi menjadi lima kelas yaitu Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang mengular), Echinoidea ( bulu babi dan dolar pasir), Crinoidea ( lilia laut dan bintang bulu), Holothuroidea (teripang) dan Concentrycycloidea (aster laut). Menurut Kastawi (2005) Echinodermata yang masih ada terbagi menjadi lima kelas yaitu Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang mengular), Echinoidea ( landak laut), Crinoidea ( lilia laut dan bintang bulu), Holothuroidea (teripang). Menurut Jasin (1984) Kelompok utama Echinodermata terdiri dari lima kelas, yaitu kelas Asteroidea (bintang laut) contoh: Archaster typicus,

4 11 kelas Ophiuroidea (Bintang Ular) contoh: Amphiodiaurtica, kelas Echinoidea (Landak Laut) contoh: Diademasetosium, kelas Crinoidea (lilia laut) contoh: Antedon-rosacea, dan kelas Holothuroidea (Tripang Laut) contoh: Holothuriascabra. 2.3 Morfologi dan Anatomi Phylum Echinodermata Menurut Kastawi (2005) Echinodermata yang masih ada terbagi menjadi lima kelas yaitu Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang mengular), Echinoidea ( landak laut), Crinoidea ( lilia laut), Holothuroidea (teripang). Adapun susunan anatomi dan morfologi dapat dijelaskan menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut : Morfologi dan Anatomi Asteroidea (Bintang Laut) Bintang laut mempunyai kulit yang ditutupi oleh duri-duri halus sehingga tergolong ke dalam filum Echinodermata (echinos = duri, derma = kulit). Menurut Fitriana (2010) seringkali bintang laut ditemukan mempunyai lima lengan, kadang juga terlihat hanya empat bahkan enam lengan. Jika salah satu lengan terputus maka lengan baru akan terbentuk dengan segera karena adanya daya regenerasi hewan ini. Secara umum, hewan ini mempunyai badan relatif tipis. Jika pada bagian dorsal ditemukan madreporit dan anus maka pada ventral ditemukan mulut serta kaki tabung (kaki ambulakral) pada setiap lengannya. Madreporit adalah sejenis lubang yang mempunyai saringan dalam menghubungkan air laut dengan sistem pembuluh air dan lubang kelamin. Kondisi lengan yang

5 12 kaku serta menyukai habitat dengan substrat yang berpasir membuatnya mudah dibedakan dengan bintang ular laut. Hewan ini sering ditemukan hidup dalam kelompok kecil dengan membenamkan diri di dalam pasir. Jika air laut surut, seringkali biota ini terjebak di genangan air yang dangkal. Bintang laut adalah hewan yang mempunyai rongga tubuh sebenarnya dan sistem pencernaan yang lengkap. Makanan berupa bahan organik dan plankton masuk melalui mulut menuju esofagus dan lambung yang bercabang menuju setiap lengan. Sisa pencernaan akan dikeluarkan melalui anus yang terdapat pada aboral (bagian dorsal) tubuh (Gambar 2.1 dan 2.2) Gambar 2.1 Kelas Asteroidea (Sumber : Fitriana. 2010) Gambar 2.2 Kelas Asteroidea (Sumber : http: //Asteroidea) Bintang laut termasuk hewan yang mempunyai daya regenerasi yang tinggi. Bila satu lengan terpotong maka bagian yang hilang akan segera dibentuk kembali dalam beberapa waktu. Mereka biasa hidup membentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari beberapa individu. Hewan ini kadang tidak terlihat dari permukaan air karena bersembunyi dengan cara membenamkan diri dalam timbunan pasir (Fitriana, 2010).

6 13 Berikut ini adalah tiga contoh Genus dari kelas Asteroidea: 1. Archaster typicus Gambar 2.3 Archaster typicus (Sumber : Archaster typicus memiliki sisi aboral yang terdiri atas madreporit sebagai sistem sirkulasi air dan anus. Pada bagian oral dapat ditemukan mulut, bukaan ambulakral dan kaki tabung berbentuk silinder. Warna dari Bintang laut ini yaitu abu-abu dan cokelat bintik-bintik. Tubuh A.typicus ditutupi oleh duri-duri pada bagian inferolateral. Bintang laut ini biasanya memiliki lima buah lengan dengan tubuh yang pipih. Lengan A.typicus berbentuk runcing dan umumnya terdapat belang cokelat yang melintang. Spesies ini memiliki warna duri putih, berbentuk tumpul dan pipih. Klasifikasi dari biota laut ini yaitu: Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Asteroidea Ordo : Valvatida Famili : Archasteridae Genus : Archaster Spesies : A.typicus (Clark dan Rowe 1971).

7 14 Distribusi dari spesies ini terdapat di selatan Samudera Hindia, Mascarene, timur Afrika (Madagaskar) Maldive, Teluk Bengal, timur India, utara Australia, Filipina, Cina, Jepang, selatan Pasifik dan Hawai (Clark dan Rowe 1971). 2. Culcita novaeguineae Gambar 2.4 Culcita novaeguineae (Sumber : Radjab. 2014) Bintang laut ini berbentuk seperti bantal pentagonal yang tebal dan berat. C. novaeguineae memiliki lengan yang pendek dan warna tubuh yang beragam. Bintang laut ini memiliki warna tubuh hijau kecokelatan dan dipenuhi oleh granul-granul. Pada bagian oral terdapat mulut, bukaan ambulakral dan kaki tabung sedangkan pada bagian aboral terdapat anus dan madreporit. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Echinodermata, : Asteroidea : Valvatida : Oreasteridae, : Culcita, : C.novaeguineae Distribusi dari C.novaeguineae yaitu terdapat di Micronesia (Chuuk, Kosrae, Yap), selatan Jepang, selatan Cina, Filipina, Guam, Palau,

8 15 Pulau Marshall, Hawai, utara Australia, Teluk Bengal, Indo-Wedt Pasifik, dan timur Afrika (Madagaskar) (Lee dan Shin 2014). 3. Linckia laevigata Gambar 2.5 Linckia laevigata (Sumber : Radjab. 2014) Linckia laevigata merupakan salah satu Asteroidea yang termasuk dalam famili Ophidiasteridae. Bintang laut ini memiliki lima buah lengan berbentuk silindris dan tumpul pada ujungnya. Pada bagian aboral, L.laevigata memiliki madreporit sedangkan bukaan ambulaklar dan mulut terdapat di bagian oral. Bintang laut ini memiliki granulgranul kecil yang menutupi cakramnya. Pada umumnya L.laevigata memiliki warna biru pada bagian aboral. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu : Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Asteroidea Ordo : Valvatida Famili : Ophidiasteridae Genus : Linckia Spesies : L.laevigata (Lee dan Shin 2014).

9 16 Distribusi dari L.laevigata yaitu terdapat di Micronesia (Chuuk, Kosrae, Yap), Korea (Pulau Jeju), Taiwan, selatan Cina, Hongkong, Guam, Australia, Indo-West Pasifik, timur Afrika (Madagaskar, Mauritius), dan Laut Merah (Lee dan Shin 2014) Morfologi dan Anatomi Ophiuroidea (Bintang Mengular) Bintang mengular memiliki cakram pusat yang jelas serta lenganlengan yang panjang dan fleksibel. Mereka terutama bergerak dengan mencambukkan lengan-lengannya dengan gerakan yang mirip ular. Dasar kaki tubuh dari bintang mengular tidak memiliki cakram pipih seperti yang ditemukan pada bintang laut namun menyekresikan zat-zat kimia yang adhesif. Oleh karena itu, seperti bintang laut dan Echinodermata yang lain, bintang mengular dapat menggunakan kaki tabungnya untuk mencengkeram substrat. Beberapa spesies merupakan pemakan suspensi; sedangkan yang lain merupakan predator atau pemakan bangkai (Campbell. 2012) Gambar 2.6 Kelas Ophiuroidea (Sumber : Gambar 2.7 Kelas Ophiuroidea (Sumber :

10 17 Berikut ini adalah tiga contoh Genus dari kelas Ophiuroidea: 1. Ophiactis savignyi Gambar 2.8 Ophiactis savignyi (Sumber : Ophiactis+ savignyi) Ophiactis savignyi termasuk dalam famili Ophiactidae dengan karakteristik memiliki gigi yang luas berbentuk persegi. Bintang mengular tidak memiliki anus sehingga pada bagian aboral hanya terdapat kulit bergranul yang membungkus cakram. Pada bagian oral terdapat mulut yang bertindak sebagai organ pencernaan dan organ ekskresi. Bintang mengular ini memiliki enam buah lengan dan warna tubuh hijau keputihan. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu: Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Ophiuroidea Ordo : Ophiurida Famili : Ophiactidae Genus : Ophiactis Spesies : O.savignyi (Clark dan Rowe 1971). Distribusi dari O.savignyi terdapat di Tropikal Indo-Pasifik, Pakistan, Maldive, timur India, utara Australia, Filipina, Cina, Selatan

11 18 Jepang, Atlantik Tropikal, India, dan Samudera Pasifik (Clark dan Rowe 1971). 2. Ophiocoma erinaceus Gambar 2.9 O. erinaceus (Sumber : Bintang mengular ini memiliki karakteristik cakram yang ditutupi oleh granul berwarna hitam pada bagian aboral, terdapat tooth papillae dan seri oral papillae pada bagian mulutnya. Memiliki lengan sederhana sebanyak lima buah dengan arm spines teratas berbentuk cigarshaped. O. erinaceus memiliki dua buah tentacle scales pada bagian ventral. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu: Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Ophiuroidea Ordo : Ophiurida Famili : Ophiocomidae Genus : Ophiocoma Spesies : O.erinaceus (Clark dan Rowe 1971). Distribusi dari O.erinaceus terdapat di Saipan, Maldive, timur India, Samudera India, Mascarene, Madagaskar, Arabia, utara Australia, Filipina, Cina, selatan Jepang, selatan Pasifik, Hawai, Samudera Indo- Pasifik, dan Laut Merah (Clark dan Rowe 1971).

12 19 3. Amphiura sp. Gambar 2.10 Amphiura sp (Sumber : Bintang mengular ini termasuk dalam famili Amphiuridae dengan karakteristik memiliki infradental papillae pada setiap rahangnya. Bintang mengular ini memiliki warna putih transparan dengan 6 buah arms spine yang sederhana. Tubuh bintang mengular ini ditemukan dengan ukuran yang sangat kecil dan memiliki satu buah tentacle scale pada bagian arm spine. Adapun klasifikasi dari bintang mengular ini yaitu: Kingdom : Animalia, Filum : Echinodermata, Kelas : Ophiuroidea, Ordo : Ophiurida, Famili : Amphiuridae, Genus : Amphiura (Clark dan Rowe 1971). Distribusi dari genus Amphiura terdapat di Persian Gulf, barat Samudera India, Arabia, Teluk Bengal, timur India, utara Australia, Filipina, Samudera Indo-Pasifik, Cina, Jepang, selatan Pasifik, timur Afrika (Madagaskar) dan Laut Merah (Clark dan Rowe 1971).

13 Morfologi dan Anatomi Echinoidea ( Bulu Babi) Bulu babi merupakan biota laut penghuni ekosistem terumbu karang dan padang lamun yang sangat umum dijumpai di perairan dangkal. Biota ini tersebar luas mengikuti penyebaran terumbu karang. Bulu babi mempunyai ciri lainnya adalah mulutnya yang terdapat di permukaan oral dilengkapi dengan 5 buah gigi sebagai alat untuk mengambil makanan. Hewan ini pada umumnya merupakan herbivora, yang memakan alga dan lamun. Namun, pada kondisi perairan yang berbeda hewan ini dapat bersifat omnivora (Aziz 1987). Tubuh bulu babi berbentuk agak bulat seperti bola dengan cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi duri-duri. Duri-duri terletak berderet dalam garis-garis membujur dan dapat di gerakkan. Mulut terletak di bawah menghadap ke bawah dan anus terletak diatas menghadap ke atas di puncak cangkang yang membulat (Sugiarto & Supardi 1995). Tubuh bulu babi sendiri terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian oral, aboral, dan bagian diantara oral dan aboral. Pada bagian tengah sisi aboral terdapat sistem apikal dan pada bagian tengah sisi oral terdapat sistem peristomial (Birkeland 1989). Lempeng-lempeng ambulakral dan interambulakral berada diantara sistem apikal dan sistem peristomial. Di tengah-tengah sistem apikal dan sistem peristomial termasuk lubang anus yang dikelilingi oleh sejumlah keping anal (periproct) termasuk diantaranya adalah keping-keping genital. Salah satu diantara keping genital yang berukuran paling besar merupakan tempat bermuaranya

14 21 sistem pembuluh air (waste vascular system). Sistem ini menjadi ciri khas Filum Echinodermata, berfungsi dalam pergerakan, makan, respirasi, dan ekskresi (Aziz 1987). Sedangkan pada sistem peristomial terdapat pada selaput kulit tempat menempelnya organ lentera aristoteles, yakni semacam rahang yang berfungsi sebagai alat pemotong dan penghancur makanan. Organ ini juga mampu memotong cangkang teritip, molusca ataupun jenis bulu babi lainnya. Di sekitar mulut bulu babi beraturan kecuali ordo Cidaroidea terdapat lima pasang insang yang kecil dan berdinding tipis (Aziz. 1987) Tubuh bulu babi memiliki satu rongga utama yang berisi lentera aristoteles dan organ pencernaan. Lentera aristoteles terdiri dari lima buah gigi yang disatukan oleh suatu substansi berkampur dan dikelilingi oleh otot pengulur dan penarik. Otot ini berperan mengatur pergerakan gigi (Sugiarto & Supardi1995). Lentera aristoteles berfungsi seperti mulut dan gigi yang bertugas mengambil, memotong dan menghaluskan makanan, Esophagus, usus halus, usus besar dan anus tersusun melingkari lentera aristoteles membentuk suatu sistem pencernaan (Thamrin 2011). Pada bulu babi D. setosum kaki tabung memiliki banyak fungsi. Selain untuk bergerak, kaki tabung juga digunakan sebagai indera peraba, organ respirasi dan tempat pengeluaran air dari tubuh (Aziz & Sugiarto 1994).

15 22 Gambar 2.11 Kelas Echinoidea Gambar 2.12 Kelas Echinoidea (Sumber : (Sumber : Berikut ini adalah contoh Genus dari kelas Echinoidea: 1. Diadema setosum Gambar 2.13 Diadema sitosum (Sumber : Radjab. 2014) Diadema setosum merupakan salah satu Echinoidae yang termasuk dalam famili Diadematidae. Bulu babi ini memiliki dua sisi, yaitu aboral dan oral. Pada bagian aboral terdapat anal ring berwarna jingga dan terdapat warna biru atau hijau pada bagian genital, sedangkan pada bagian oral terdapat mulut. Diadema setosum ini memiliki warna hitam di seluruh tubuhnya dengan duri-duri primer yang panjang dan meruncing.

16 23 D.setosum merupakan bulu babi regularia karena memiliki tubuh yang membulat secara horizontal. Klasifikasi dari biota laut ini yaitu : Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Echinoidea Ordo : Diadematoida Famili : Diadematidae Genus : Diadema Spesies : Diadema setosum (Clark dan Rowe 1971). Distribusi spesies ini meliputi Laut Mediterania, Samudra India (Aldabra, Selatan India), Kenya, Madagaskar, Mozambique, Laut Merah, Turki, Republik Mauritius, Tanzania dan Timur Afrika, Cina, selatan Jepang, selatan Pasifik. Australia, Filipina, dan timur India (Clark dan Rowe 1971). 2. Laganum laganum Gambar 2.14 Laganum laganum (Sumber : Laganum laganum atau yang biasa dikenal dengan sebutan Sand Dollar merupakan salah satu spesies yang termasuk ke dalam famili Laganidae. Echinoidea ini berbeda dengan yang lainnya karena memiliki tubuh yang pipih, duri yang pendek dan termasuk dalam bulu babi

17 24 irregularia. Pada sisi aboral, bulu babi ini memiliki struktur tubuh yang menyerupai asteroidea. Pada sisi oral terdapat mulut yang terletak pada bagian tengah. L.laganum memiliki warna tubuh hijau kecoklatan. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu: Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Echinoidea Ordo : Clypeasteroida Famili : Laganidae Genus : Laganum Spesies : L. laganum (Lee dan Shin 2014). Distribusi spesies L.laganum meliputi Teluk Bengal, timur India, Filipina dan selatan Australia (Clark dan Rowe 1971), Micronesia (Chuuk), selatan Jepang, selatan Cina, Hawai, selatan Pasifik, utara Australia, Indo-West Pasifik, selatan Samudra India (Lee dan Shin 2014). 3. Mespilia globulus Gambar 2.15 Mespilia globulus (Sumber : Mespilia globulus salah satu bulu babi regularia yang memiliki tubuh yang membulat. Mespilia globulus memiliki warna hitam pada lempengnya dan cokelat pada duri. Duri-duri primer yang dimiliki bulu babi ini pendek, keras dan dituutpi oleh kulit yang tipis. Memiliki sisi aboral

18 25 yang terdapat anus sedangkan sisi oral yang terdapat mulut. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu: Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Echinoidea Ordo : Camarodonta Famili : Temnopleuridae Genus : Mespilia Spesies : M.globulus (Lee dan Shin 2014). Distribusi dari M.globulus meliputi dari Teluk Bengal, timur India, utara Australia, selatan Pasifik (Clark dan Rowe 1971), Micronesia (Chuuk, Kosrae, Yap), Korea (Pulau Jeju), selatan Jepang, stlatan Cina, Filipina, Guam, Hawai, IndoWest Pasifik, Timur Afrika, dan Laut Merah (Lee dan Shin 2014) Morfologi dan Anatomi Crinoidea ( Lilia Laut dan Bintang Bulu) Lilia Laut biasa dinamakan demikian karena bentuknya mirip dengan bunga lili, sedangkan yang tidak bertangkai dinamakan bintang bulu atau feather star karena bentuk tangan-tangannya seperti bulu unggas. Crinoid merupakan satu-satunya Echinodermata yang masih memiliki bentuk tubuh mirip dengan nenek moyangnya, yaitu bagian oral menghadap ke atas. Tubuhnya terdiri atas calyx, semacam mangkuk kecil yang tersusun dari pelat-pelat kapur dan buah tangan yang panjang dan lentur. Pada kebanyakan Crinoid, tangan tersebut bercabang-cabang pada pangkalnya sehingga seolah-olah Crinoid tersebut memiliki 10 tangan, bahkan beberapa memiliki percabangan lebih dari dua (Suwigyo, dkk. 1998).

19 26 Pada tiap tangan dan percabangannya terdapat apendiks beruas-ruas yang disebut pinnule. Lekuk amburakral terdapat baik pada tangan cabang maupun pinnul. Mulut Crinoid terletak di tengah bagian oral dan dikelilingi oleh tangan-tangan. Makanan berupa palankton dan detritus. Sistem pembuluh air sederhana, tidak ada madeprodit maupun ampula, saluran cincin mengelilingi mulut, saluran batu pendek dan banyak dan berhubungan dengan rongga tubuh.reproduksi secara seksual, dioceus. Gonad terletak pada pangkal beberapa pinnule atau pangkal tangan serta pembuahan di air laut atau dierami (Suwigyo. 1998) Gambar 2.16 Kelas Crinoidea (Sumber : Gambar 2.17 Kelas Crinoidea (Sumber : Berikut ini adalah contoh Genus dari kelas Crinoidea: 1. Antendon sp Gambar 2.18 Antendon sp (Sumber :

20 27 Antedon sp. warna hewan ini sangat bervariasi, misalnya putih seperti berlian, kuning, hijau dan cokelat. Biasanya hewan ini hidup melekat pada batu karang dengan tangkai atau menggunakan alat pencengkram (siri) apabila tidak mempunyai tangkai. Bentuk tubuhnya bisa menyerupai bunga lili, bunga bakung atau bulu burung. Tubuhnya tersusun dari lempeng kapur dan berbentuk cangkir (kaliks), dari kaliks ini tersembul lima lengan lentur. Hewan ini memiliki bagian tentakel pendek dan masing-masing memiliki pinula sehingga seperti bulu burung (daun bersirip). Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu: Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Crinoidea Ordo : Comatulida Famili : Antedonidae Genus : Antedon Spesies : Antedon mediterranea (Nofiani. 2011) 2. Metacrinus interruptus Gambar 2.19 Metacrinus interuptus (Sumber : Metacrinus interruptus)

21 28 Metacrinus interruptus memiliki stalk atau tangkai yang berfungsi untuk melekat pada dasar laut atau substrat. Mulut terletak pada daerh oral, sedangkan anus pada daerah aboral. Pada bagaian oral terdapat lekukan amburakral yang berisi tentakel seperti kaki bulu, fertilisasi berlangsung secara internal, bahkan zigot berkembang didalam tubuh (Jasin, 1992) Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu: Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Crinoidea Ordo : Isocrinidia Famili : Isselicrinidae Genus : Metacrinus Spesies : Metacrinus interruptus (Nofiani. 2011) Morfologi dan Anatomi Holothuroidea (Teripang) Holothuroidea merupakan hewan bersimetri bilateral saat larva dan simetri radial saat dewasa. Tubuhnya seperti timun dengan bagian ventral berfungsi untuk pergerakan dan dibagaian dorsal terdapat papila sebagai alat sensor. Tubuh holothuroidea memiliki otot melingkar dan otot memanjang. Saluran pencernaan memanjang dalam rongga tubuh dan terdapat saluran respirasi (respiratory tree) (Jasin. 1992) Gambar 2.20 Kelas Holothuroidea (Sumber : Gambar 2.21 Kelas Holothuroidea (Sumber : holothuroidea)

22 29 Menurut Kastawi (2005) Holothuroidea biasanya berebentuk memanjang atau dengan mulut terletak satu ujung dan anus terletak pada ujung yang lain. Permukaan tubuh kesat. Endoskeleton tereduksi berupa spikula berukuran mikroskopois atau lempeng-lempeng tertanam didalam dinding tubuh. Mulut dikelilingi oleh sekumpulan tentakel. Podia atau kaki tabung biasanya ada dan berfungsi untuk pergerakan. Saluran pencernaan makanan berbentuk panjang dan berliku-liku dan kloaka biasanya dengan pohon respirasi. Jenis kelamin terpisah dan kelenjar kelamin berupa berkas tubulus tunggal atau berpasangan. Berikut ini adalah contoh Genus dari kelas Holothuroidea: 1. Holothuria scabra Gambar 2.22 Holothuria scabra (Sumber : Jaeger dalam Paulay. 2014) Holothuria scabra disebut juga teripang pasir atau teripang putih adalah spesies teripang dalam Famili Holothuriidae. Semua teripang cenderung memiliki tubuh simetri radial dan memiliki sistem vaskular air yang beroperasi dengan tekanan hidrostatik, yang memungkinkan untuk bergerak dengan menggunakan banyak pengisap yang dikenal sebagai kaki

23 30 tabung. H. scabra memiliki tubuh abu-abu hitam di sisi atas dengan kerutan berwarna gelap tapi lebih pucat di bagian bawah. H. scabra dapat tumbuh mencapai panjang empat sentimeter atau lebih. Tubuh ditutupi oleh spikula berkapur dalam bentuk tablet dan tombol. Spesies ini tersebar luar di perairan dangkal dengan dasar atau substrat lunak di Wilayah IndoPasifik. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu : Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Holothuroidea Ordo : Aspidochirotida Famili : Holothuriidae Genus : Holothuria Spesies : H. scabra (Lee dan Shin 2014). 2. Holothuria impatiens Gambar 2.23 Holothuria impatiens (Sumber : Elfidasari. 2012) Jenis Holothuria impatiens memiliki penampang tubuh bulat, sisi ventral cenderung datar, dan lubang anus bulat. Warna tubuh adalah abuabu dengan belang berwarna hitam di punggungnya. Tubuhnya lunak dan tipis. Tipe spikula yang ditemukan di bagian dorsal adalah tipe meja dan kancing. Teripang ini biasanya ditemukan di sela pipa besar yang permukaannya seperti batu. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu :

24 31 Filum : Echinodermata Subfilum : Echinozoa Kelas : Holothuroidea Subkelas : Aspidochirotacea Ordo : Aspidochirotida Famili : Holothuriidae Genus : Holothuria Spesies : Holothuria impatiens (Elfidasari. 2012) 3. Holothuria atra. Gambar 2.24 Holothuria atra (Sumber : Elfidasari. 2012) Holothuria atra Secara morfologi, teripang ini memiliki penampang tubuh bulat, sisi ventral yang cenderung datar, dan lubang anus yang bulat. Warna tubuh hitam kulit tubuhnya lembut dan tebal. Tipe spikula yang ditemukan di bagian dorsal adalah tipe meja, roset, dan lempeng. Biasanya sering ditemukan di daerah bersubstrat pasir kasar dan tubuhnya diselimuti oleh pasir halus. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu : Filum : Echinodermata Subfilum : Echinozoa Kelas : Holothuroidea Subkelas : Aspidochirotacea Ordo : Aspidochirotida Famili : Holothuriidae Genus : Holothuria Spesies : Holothuria atra (Elfidasari. 2012)

25 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adaptasi Pasang Surut Pasang surut (intertidal) merupakan daerah laut yang dipengaruhi oleh daratan. Zona ini memiliki faktor fisik maupun faktor kimia yang mendukung semua organisme di dalamnya untuk dapat tumbuh dapat berkembang dengan baik. Menurut Nyabakken (1988) mengemukakan bahwa pasang surut adalah daerah pantai yang terletak antara pasang tinggi dan surut terendah, daerah ini mewakili peralihan dari kondisi lautan ke kondisi daratan. Zona ini luasnya sangat terbatas, tetapi banyak terdapat variasi faktor lingkungan yang terbesar dibandingkan dengan daerah lautan lainnya. karena itu keragaman organismenya sangat besar. Salah satu hewan yang terdapat di zona intertidal adalah hewan yang termasuk dalam filum Echinodermata. Daerah pantai yang terpapar oleh sinar matahari pada saat pasang surut menyebabkan daerah tersebut akan mengalami peningkatan air laut yang maksimum dan pada saat pasang turun daerah tersebut akan mengalami penurunan air laut sampai batas terendah (Smith, 1980). Laut akan terjadi pasang dimana bumi terletak dekat dengan matahari dan bulan, dan laut akan terjadi surut pada bagian itu letaknya jauh dari matahari dan bulan. Pengaruh bulan lebih banyak dibandingkan dengan matahari dalam aliran pasang surut ini, sebab kekuatan grafitasi kira-kira dua seperempat kali dibandingkan dengan matahari (McNaughton dan Wolf, 1990).

26 33 Laut didominasi oleh berbagai macam gelombang dan oleh pasang surut yang terjadi karena gaya tarik bulan dan matahari. Pasang surut terjadi di kawasan pantai yang beragam dan padat. Pasang surut menyebabkan keberkalaan (periodicity) dalam komunitas ini dan menimbulkan jam biologi menurut hari bulan, karena pasang surut berlangsung sekitar 12 ½ jam, pasang surut terjadi 2 kali sehari dengan waktu keterlambatan sekitar 50 menit pada hari berikutnya (Odum, 1993). Pasang surut yang terjadi di bumi ini tidak hanya dipengaruhi oleh bulan dan matahari, tetapi ada faktor lain yang memperumit keadaan pasut di bumi kita. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah : a. Tingkah laku gerakan air b. Kecondongan bulan dan matahari yang berubah-ubah mengakibatkan perbedaan tingginya paras air saat pasang disaat siang dan malam hari. Kecondongan luar biasa menyebabkan terjadinya ketidaksamaan jarak waktu, baik antara air pasang dan air surut berikutnya maupun antara air surut dengan air pasang berikutnya. c. Berubah-ubah jarak bulan dan bumi selama perputaran bulan mengelilingi bumi menyebabkan gaya tariknya berubah-ubah juga. d. Susunan dan letak antara daratan dan lautan juga mempengaruhi pasut. e. Perbedaan tinggi rendahnya paras laut pada saat pasang dan surut berikutnya yang dinamakan amplitudo.

27 34 Dalam kenyatannya berbagai lokasi bisa mempunyai ciri pasang surut yang berbeda. Dua lokasi pantai yang terpisah sejauh 50 Km terkadang sudah dapat menimbulkan ciri pasang surut yang berlainan (Nontji, 2005). Menurut Nontji (2005) dilihat dari pola gerakan muka lautnya, pasang surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu : 1. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide), pada jenis ini hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut setiap hari, hal ini misalnya terjadi pada perairan selat Karimata, antara Sumatera dan Kalimantan. 2. Pasang surut harian ganda (semidiurnal tide), pada jenis ini setiap hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya masing-masing hampir sama, contohnya di perairan selat Malaka laut andaman. 3. Pasang surut jenis campurancondong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal), sedangkan jenis ini setiap hari dua kali pasang dan dua kali surut tetapi berbeda tinggi dan waktunya. Contohnya di Indonesia bagian timur. 4. Pasang surut jenis campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal), jenis ini setiap hari mengalami satu kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda tinggi dan waktunya. Contohnya pantai selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat. Pertumbuhan biota laut di zona pasang surut sangat tinggi, disebabkan karena daerah ini merupakan tempat berlindung dan tempat mencari makan. Selain itu, kondisi lingkungan pada daerah ini sangat menguntungkan bagi pertumbuhan laut karena adanya dukungan dari faktor fisik, kimia, dan

28 35 biologis laut. Menurut Soemodhiharjo (1990) faktor fisika-kimia laut meliputi salinitas, ph, arus, suhu, dan kecerahan yang selalu berubuah-ubah sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme di daerah pasang surut Suhu Suhu udara mempunyai batas letal, sehingga organisme intertidal dapat mati baik karena kedinginan maupun kepanasan. Sinar matahari kadangkadang kurang menguntungkan, sehingga membatasi organisme di pantai. Sinar matahari yang mengandung panjang ultraviolet dapat membahayakan jaringan hidup. Air akan dengan cepat menyerap panjang gelombang ini sehingga dapat melindungi kebanyakan hewan laut, akan tetapi bagi hewan intertidal mengalami keterbukaan yang langsung dengan sinar pada waktu pasang-turun, sehingga makin tinggi letak organisme di intertidal, maka semakin besar pula keterbukaan terhadap sinar (Nybakken, 1992) Salinitas Salinitas dipengaruhi oleh penguapan, air hujan, pergerakan dan perpindahan massa air laut, dan terjadinya difussi. Ikan dan invertebrata merupakan habitat laut estuarin dan merupakan habitat wilayah pasang surut dan pasang naik yang mengatur tekanan osmotik di bawah kondisi salinitas yang sering berubah. Kebanyakan spesies laut beradaptasi di dalam lingkungan salinitas yang tinggi maupun salinitas yang rendah (Smith 1980). Salinitas atau kadar garam dipengaruhi oleh curah hujan, tekanan air di dasar dan evaporasi dipermukaan pantaiyang dipengaruhi oleh suhu dan angin (Venberg & Venberg, 1972).

29 36 Sebaran salinitas air laut dipengaruhi oleh berbagai factor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, aliran sungai, serta pengaruh pengadukan. Beberapa kemungkinan yang mempengaruhi salinitas diantarnya adalah 1) Perairan dengan salinitas kuat merupakan permukaan air tawar tipis yang berada di atas sedangkan dibawahnya adalah air laut. Hal seperti ini biasa ditemukan di muara dimana pengaruh pasang- surut kecil. 2) Perairan dengan salinitas sedang, hal ini disebabkan adanya gerak pasang surut yang menyebabkan terjadinya pengadukan sehingga terjadi pertukaran air secara vertical. 3) Perairan dengan pengadukan vertical yang kuat disebabkan oleh gerak pasang-surut sehingga mengakibatkan perairan menjadi homogen secara vertical. Dikarenakan kendali pasang surut maka salinitas disemua titik dapat berubah dengan drastis, bergatung pada kedudukan pasang surut. Pada saat surut, salinitas di dominasi oleh air tawar yang datang dari sungai, sedangkan pada saat pasang air lautlah yang paling banyak mempengaruhi ph (Tingkat Keasaman dan Kebasaan) Air laut memiliki sifat fisiko kimia yang khas. Air laut tersusun atas kurang lebih 80% unsur, dengan ph antara 7,5-8,5. Unsur terbesar konsentrasi ionnya adalah Na & Cl. Kedua unsur ini menentukan tingkat salinitas air laut, yang biasa diukur dengan satuan per mill ( 0 /oo). Konsentrasi seluruh bahan padat terlarut dalam air laut disebut salinitas. Air laut permukaan memiliki salinitas sebesar /oo, dan apabila daerah pantai akibat masuknya air sungai / buangan limbah, salinitasnya sering menjadi lebih rendah (10-32

30 37 0 /oo). Naik turunnya air laut dipengaruhi oleh penguapan, peleburan, dan pembentukan es dikutub (Sidharta, 2000) Cahaya (Intensitas Cahaya) Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan menerangi lapisan permukaan laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan bertambahnya kejelukan memegang peranan penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton. Menurut Romimohtarto (2001) cahaya mempunya pengaruh besar secara tidak langsung, yakni sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis dan juga merupakan faktor penting dalam hubungannya dengan perpindahan populasi hewan laut Jenis Substrat Menurut Romimohtarto (2001), jenis substrat dasar perairan juga mempengaruhi jenis hewan laut yang dapat hidup pada atau di dalam laut. Berdasarkan atas tipe dasar atau substrat tersebut, maka klasifikasi mintakat/zonasi pantai sebagai berikut: a. Mintakat lumpur Mintakat ini terjadi karena adanya aliran air yang mengandung lumpur dari darat. Lumpur yang terbawa tersebut mengendap di perairan teluk yang tenang atau estuari. Kandungan oksigen di lingkungan ini rendah, karena partikel lumpur ini padat dan tidak meninggalkan rongga untuk oksigen. Zat-zat organik yang membusuk juga menghabiskan keberadaan oksigen dan kebanyakan yang hidup di mintakat ini adalah bakteri.

31 38 b. Mintakat pasir Pasir mempunyai ukuran yang lebih besar daripada partikel lumpur. Dasar pasir ini memungkinkan air mengalir melalui partikel-partikel pasir sehingga ada pertukaran oksigen sampai lapisan bawah dasar air. Gelombang laut dapat memindahkan pasir saat menuju pantai. Perpindahan pasir ini cenderung untuk bertindak sebagai pengerus. Oleh sebab itu hewan yang hidup di lingkungan ini harus dilengkapi dengan cangkang yang kuat, mampu bergerak bersama butiran pasir, atau memendam dalam bawah permukaan pasir. c. Mintakat cadas/batu Pantai bercadas atau berbatu merupakan lingkungan yang mudah bagi banyak biota laut untuk menyesuaikan diri. Daerah cadas ini memperoleh oksigen yang bagus, banyak makanan dan tempat perlindungan yang bagus. Jenis yang hidup disini umumnya jenis melekat. Melekat dengan alat lekat yang kuat sperti alga, melekat dengan kaki hisapnya seperti beberapa keong atau bersembunyi di sela-sela alat pelekat alga sperti jenis-jenis cacing. d. Mintakat timbunan Mintakat timbunan disini adalah tumpukan-tumpukan kayu dermaga, galangan kapal dan bangunan-bangunan lain buatan manusia. Lingkungan ini dianggap terpisah karena lingkungan ini tidak menunjang jenis kehidupan yang terdapat di lingkungan lain. Contohnya adalah tiram pengebor, Teredo.

32 Lokasi Penelitian Pantai Dadabong merupakan pantai berkarang dan berpasir yang memiliki daerah pasang surut yang relatif panjang dari bibir pantai sampai batas surut terjauh kurang lebih 150 m. Pantai Dadabong terletak di desa Hadiwarno Kabupaten Pacitan yang masih terjaga kelestariannya dengan kondisi ekologi Invertebrata yang relatif banyak. Selain itu, letak pantai Dadabong yang berada dibalik tebing dan sulitnya akses menuju pantai menjadi penyebab terjaganya pantai tersebut. Pantai Dadabong memiliki ekologi yang hampir mirip dengan pantai-pantai diselatan Pulau Jawa. Ciri khas pantai dadabong adalah sepanjang bibir pantai sampia batas terjauh zonasi terdiri dari batuan karang dan pasir putih bersih serta ditumbuhi lamun. Gambar 2.26 : Lokasi Penelitian Gambar 2.27 : Zonasi Pantai Dadabong (sumber: Dokumentasi pribadi) Area pengambilan sampel dalam kegiatan penelitian sebagian besar merupakan perairan pantai jernih dengan substrat dominan pasir putih yang ditumbuhi lamun dengan sedikit batuan karang. Menurut Nontji (1993) Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem khas yang terdapat diperairan

33 40 tropis yang keanekaragaman biotanya sangat tinggi termasuk Echinoderamata. Jenis Echinodermata yang banyak menghuni terumbu karang ialah teripang. 2.6 Sumber Belajar Pengertian Sumber Belajar Belajar-mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar itu tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan belajar-mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan. Menurut AECT (1977) mengartikan sumber belajar sebagai semua sumber (data, manusia, dan barang) yang dapat dipakai oleh pelajar sebagai suatu sumber tersendiri atau dalam kombinasi untuk memperlancar belajar dan meliputi pesan, orang, material, alat, teknik, dan lingkungan. Sumber belajar bahkan berubah menjadi komponen sistem instruksional apabila sumber belajar itu diatur sebelumnya (prestructured), didesain dan dipilih lalu dikombinasikan menjadi suatu sistem instruksional yang lengkap sehingga mengakibatkan belajar yang bertujuan dan terkontrol Jenis-jenis Sumber Belajar Sumber belajar adalah semua sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar ini bermanfaat dalam memberikan sumbangan

34 41 yang positif untuk peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran. Menurut AECT dalam Asyhar (2012) terdapat enam macam sumber belajar yaitu pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar /lingkungan. 1. Pesan, adalah pelajaran/informasi yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti, dan data. 2. Orang, mengandung pengertian manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan. Tidak termasuk mereka yang menjalankan funsgi pengembangan dan pengelolaan sumber belajar. 3. Bahan, merupakan sesuatu (bisa pula disebut program atau software) yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri. 4. Alat, adalah sesuatu (biasa pula disebut hardware) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan di dalam bahan. 5. Teknik, berhubungan dengan prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang, dan lingkungan untuk menyampaikan pesan. 6. Lingkungan (Latar), merupakan situasi sekitar di mana pesan diterima Keenam sumber belajar tersebut juga merupakan komponen system dalam pembelajaran, artinya dalam setiap kegiatan pembelajaran selalu terdapat keenam komponen tersebut. Bahan-bahan yang merupakan sumber belajar tersebut perlu dikembangkan dan dikelola dengan sebaik-baiknya oleh sebuah badan/wadah yang disebut Pusat Sumber Belajar agar dapat memberikan kemudahan dan

35 42 berfungsi secara optimal untuk proses pembelajaran. Ditinjau dari asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber belajar yang dirancang (Learning resource by Design)yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Contohnya adalah : buku pelajaran, modul, program audio, transparansi (OHT). Jenis sumber belajar yang kedua adalah sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (Learning Resource by Utilization )yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi, begitu banyaknya sumber belajar yang ada di seputar kita yang semua itu dapat kita manfaatkan untuk keperluan belajar. Sekali lagi, guru hanya merupakan salah satu dari sekian banyak sumber belajar yang ada. Bahkan guru hanya salah satu sumber belajar yang berupa orang, selain petugas perpustakaan, petugas laboratorium, tokoh-tokoh masyarakat, tenaga ahli/terampil, tokoh agama, dll. Dilihat dari segi fungsi dan perannya, terutama kemampuannya dalam melakukan interaksi dan komunikasi dengan para peserta didik, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: alat peraga (teaching aids) atau alat audio visual (audio-visual aids) dan media pembelajaran (Sudjarwo,1989). Sumber belajar dapat berfungsi sebagai saluran komunikasi dan mampu berinteraksi dengan peserta belajar dalam suatu kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Oleh sebab itu sumber belajar harus dikembangkan dan dirancang secara sistematis berdasarkan kebutuhan kegiatan pembelajaran

36 43 yang akan dilaksanakan dan juga berdasarkan pada karakteristik para peserta didik yang akan mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut Fungsi Sumber Belajar Sumber belajar mempunyai fungsi yang penting dalam proses pembelajaran. Menurut Sudono (2000) pada pendidikan anak usia dini, fungsi sumber belajar lebih cenderung memberikan kesempatan proses berasosiasi kepada anak untuk mendapatkan dan memperkaya pengetahuan dengan menggunakan berbagai alat, buku, narasumber, atau tempat. Penggunaan sumber belajar disesuaikan dengan tingkat kebutuhan anak, misalnya ada seorang anak yang hanya menghendaki bahan dari sumber belajar yang sama. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan anak pengulanganpengulangan untuk menguasai kemampuan maupun keterampilan tertentu. Pengulangan itu pun dapat menjadi suatu kebiasaan yang dibutuhkan anak dalam kehidupan dan pendidikan selanjutnya. Selanjutnya Sudono (2000) mengatakan bahwa fungsi sumber belajar yang lain adalah meningkatkan perkembangan anak dalam berbahasa melalui berkomunikasi dengan mereka tentang hal-hal yang berhubungan dengan sumber belajar atau hal lain. Sedapat mungkin anak dilatih untuk bercerita tentang kejadian yang ia lihat, dengar, atau hal -hal lain yang ia rasakan. Depdikbud (Soschan, 1994) mengemukakan bahwa penggunaan sumber belajar dalam pembelajaran pada umumnya mempunyai berbagai fungsi, di antaranya (1) untuk meningkatkan produktivitas pendidikan, (2) memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan

37 44 mengurangi kontrol yang kaku dan tradisional, serta memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya, (3) memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran, (4) lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan meningkatkan kemampuan peserta didik dengan berbagai media komunikasi serta penyajian informasi dan data secara lebih konkrit, (5) memungkinkan belajar secara seketika, karena dapat mengurangi jurang pemisah antara pengajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit, serta memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung, (6) memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas, terutama dengan adanya media massa. Sejalan dengan pendapat di atas, Djahiri (1992) mengemukakan pula fungsi sumber belajar, yaitu sebagai sumber kajian yang secara lengkap dan lebih jauh, juga berperan sebagai media pengembangan kepenasaranan (curiousity) pembakuan proses dan kemampuan serta kegemaran membaca (reading, reading ability and culture), serta latihan pengembangan kemampuan belajar (learning skill) khususnya kemampuan akademik, pembentukan sikap (concept formation= self concept) dan daya pikir yang nalar (thinking/critical/analysing/evaluate skill). Dengan kata lain, sumber belajar berfungsi memperkuat upaya men-cbsa-kan peserta didik dengan kadar yang lebih tinggi, di samping memperluas dan meningkatkan hasil belajar secara kuantitatif maupun kualitatif.

38 Pemilihan Sumber Belajar Telah kita ketahui bersama bahwa upaya untuk mengoptimalkan sumber belajar merupakan sesuatu yang penting. Karena dengan penggunaan sumber belajar akan dihasilkan proses pembelajaran yang berkualitas, menarik dan menyenangkan bagi para siswa. Ada sejumlah pertimbangan yang harus diperhatikan, ketika akan memilih sumber belajar, yaitu : 1. Bersifat ekonomis dan praktis (kesesuaian antara hasil dan biaya). 2. Praktis dan sederhana artinya mudah dalam pengaturannya. 3. Fleksibel dan luwes, maksudnya tidak kaku dalam perencanaan sekaligus pelaksanaannya. 4. Sumber sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan waktu yang tersedia. 5. Sumber sesuai dengan taraf berfikir dan kemampuan siswa. 6. Guru memiliki kemampuan dan terampil dalam pengelolaannya. Berbagai kriteria tersebut tidak kaku, tetapi penting untuk diperhatikan demi terwujudnya efektifitas dan efisiensi dari sumber belajar yang dipilih, sehingga betul-betul berdayaguna (Sudjarwo, 1989) Kriteria Memilih Sumber Belajar Agar pemilihan sumber dan media belajat tepat sasaran, maka perlu diperhatikan berbagai faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan sumber media pembelajaran. Kriteria sumber media pembelajran yang baik perlu diperhatikan menurut Asyhar (2012) adalah sebagai berikut: 1. Jelas dan rapi. Sumber media belajar yang baik harus jelas dan rapi dalam penyajianya

39 46 2. Bersih dan Menarik. Bersih di sini berarti tidak ada gangguan yang tak perlu pada teks, gambar, suara dan video. 3. Cocok dengan sasaran. Sumber media belajar yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. 4. Relevan dengan topik yang diajarkan. Harus sesuaidegan karakteristik isi berupa fakta, konsep, prinsip dan prosedural. 5. Sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sumber media belajar yang baik adalah sesuai tujuan instruksional yang telah ditetapkan secara umum. 6. Praktis, luwes dan tahan. Kriteria ini menuntut para guru/instruktur untuk memilih sumber media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru 7. Berkualitas baik. Kriteria sumber belajar dan media secara teknis harus berkualitas baik 8. Ukuran sesuai dengan lingkungan belajar. Sumber belajar dan media yang terlalu besar sulit digunakan dalam suatu kelas yang berukuran terbatas dan pat menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang kondusif Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien tanpa pemanfaatan sumber belajar. Menurut Djohar (1984) menyatakan bahwa objek apapun dan dimanapun yang dapat memberikan pengalaman belajar sesuatu tertentu termasuk sumber belajar. Segala sesuatu baik benda,

40 47 makhluk hidup, peristiwa ataupun bentuk ungkapannya secara simbolik yang mengandung masalah tertentu dinamakan sumber belajar (Prawoto, 1984). Pada hakekatnya sumber belajar itu terdapat dimana-mana, sebab dimana-mana manusia itu dapat belajar dari alam sekitar maupun laingkungan hidupnya. Menurut Suthardi (1981) mengatakan bahwa penggunaan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar memiliki beberapa kelebihan antara lain: 1. Lingkungan merupakan sumber belajar yang mudah di jangkau. 2. Objek permasalahannya banyak dan beragam. 3. Siswa lebih mengenal lingkungan. 4. Siswa dapat memperoleh pengetahuan yang nyata dan otentik. 5. Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan observasi dan eksperimen Media Belajar Atlas Biologi Media pendidikan atau media pembelajaran dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman. 2008). Hamalik (dalam Arsyad, 2009) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

41 48 Media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar yang merupakan hasil pertimbangan pada kajian ciri-ciri umum yang dimilikinya, bahasa yang dipakai menyampaikan pesan dan dampak yang ditimbulkan. Karakteristik umum media adalah kemampuan untuk merekam, menyimpan, melestarikan, merekonstruksi dan mentransportasikan suatu peristiwa atau objek (Munadi, 2015). Guru memerlukan sarana untuk membimbing siswa dalam pembelajaran materi Invertebrata, alternatif solusi yang dapat diberikan adalah Atlas. Menurut (Nurdin) Atlas merupakan suatu kumpulan gambar yang disusun sedemikian rupa dan memiliki maksud dan tujuan tertentu. Atlas dapat berbentuk lembaran maupun buku. Jika ditinjau darai penggunaan atlas, maka dapat dibedakan menjadi beberapa yaitu: 1. Atlas Sekolah : Merupakan buku peraga pada proses pembelajaran biasanya dapat ditemui pada jenjang pendidikan menengah dan atas. 2. Atlas Nasional : Merupakan atlas yang digunakan secara umum oleh pengguna data dan informasi, atlas ini dapat digunakan oleh barbagai kalangan dari mahasiswa, peneliti, masyarakat sampai pemerintah dan swasta. Berdasarkan silabus SMA kelas X materi Invertebrata pada KD 3.8 dan 4.8. Penyajian data penelitian dapat dituangkan dalam media visual, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penyampaian materi invertebrate khususnya Echinodermata berupa Atlas.

42 Kerangka Konseptual Indonesia memiliki potensi Keanekaragaman hayati melimpah Selain daratan, Keanekaragaman hayati potensial berada ada di Laut Salah satunya Echinodermata di Pantai Dadabong Kabupaten Pacitan Pasang surut Belum ada data penelitian Akses sulit Inventarisasi Echinodermata di Pantai Dadabong Kabupaten Pacitan untuk memperoleh data Sumber belajar berupa Atlas Biologi Sumber belajar dan data yang diperoleh dapat menjadi rujukan bagi peneliti lanjutan : Gambar Peta Konsep Penelitian

Identifikasi Echinodermata di selatan Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta

Identifikasi Echinodermata di selatan Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 3, Juni 015 ISSN: 407-8050 Halaman: 455-459 DOI: 10.13057/psnmbi/m010313 Identifikasi Echinodermata di selatan Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan

Lebih terperinci

Adanya rangka dalam (endoskeleton) berduri yang menembus kulit. Tubuh terdiri dari bagian oral (yang memiliki mulut) dan aboral (yang tidak memiliki mulut). Pada waktu masih larva tubuhnya berbentuk bilateral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau

BAB I PENDAHULUAN. Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau berbintil yang termasuk dalam filum echinodermata. Holothuroidea biasa disebut timun laut (sea cucumber),

Lebih terperinci

II. Tinjuan Pustaka. A. Bulu Babi Tripneustes gratilla. 1. Klasifikasi dan ciri-ciri

II. Tinjuan Pustaka. A. Bulu Babi Tripneustes gratilla. 1. Klasifikasi dan ciri-ciri II. Tinjuan Pustaka A. Bulu Babi Tripneustes gratilla 1. Klasifikasi dan ciri-ciri Bulu babi Tripneustes gratilla termasuk dalam filum echinodermata dengan klasifikasi sebagai berikut (Anon 2011 ) : Kingdom

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudera Pasifik dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudera Pasifik dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perairan Indonesia Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudera Pasifik dan samudera Hindia dan mempunyai tatanan geografi laut yang rumit dilihat dari topografi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Aziz, 1981). Tubuhnya berbentuk segilima, mempunyai lima pasang garis

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Aziz, 1981). Tubuhnya berbentuk segilima, mempunyai lima pasang garis II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bulu Babi Bulu babi merupakan organisme dari divisi Echinodermata yang bersifat omnivora yang memangsa makroalga dan beberapa jenis koloni karang (Aziz, 1981). Tubuhnya berbentuk

Lebih terperinci

Tinjuan Pustaka. A. Kerapatan Populasi. B. Ekologi Bulu babi

Tinjuan Pustaka. A. Kerapatan Populasi. B. Ekologi Bulu babi II. Tinjuan Pustaka A. Kerapatan Populasi Kerapatan (Densitas) populasi adalah hubungan antara jumlah individu dan satuan luas atau volume ruang yang ditempati pada waktu tertentu, umumnya dinyatakan sebagai

Lebih terperinci

E C H I N O D E R M A T A

E C H I N O D E R M A T A E C H I N O D E R M A T A A. Karakteristik 1.Umumnya bilateral simetris pada waktu larva dan radial simetris setelah dewasa; tubuhnya terdiri atas lima bagianatau keping ; memiliki tiga lapisan sel (triploblastik

Lebih terperinci

POTENSI PHYLLUM ECHINODERMATA DI PANTAI PAILUS JEPARA SEBAGAI SUMBER BAHAN PANGAN

POTENSI PHYLLUM ECHINODERMATA DI PANTAI PAILUS JEPARA SEBAGAI SUMBER BAHAN PANGAN POTENSI PHYLLUM ECHINODERMATA DI PANTAI PAILUS JEPARA SEBAGAI SUMBER BAHAN PANGAN Rivanna C. R. dan Siti Mahmudah Pendidikan Biologi IKIP PGRI Semarang cimud_bio36@yahoo.co.id Abstrak Penelitian tentang

Lebih terperinci

Phylum Echinodermata

Phylum Echinodermata Phylum Echinodermata Echinodermata berasal dari bahasa yunani yaitu echinos/echinus = landak, derma = kulit. Echinodermata adalah hewan kulitnya seperti landak atau kulit berduri. Pada umumnya hidup di

Lebih terperinci

Jumat, 24 Desember 2010

Jumat, 24 Desember 2010 Jumat, 24 Desember 2010 Laporan Praktikum Zoology "Cephalopoda" CEPHALOPODA dan ECHINODERMATA A. TUJUAN Mengamati Anatomi dan Morfologi Chepalopoda dan Echinodermata. B. DASAR TEORI Cephalopoda berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang secara geografis memiliki daerah pesisir yang sangat panjang. Di sepanjang daerah tersebut hidup beranekaragam biota laut (Jati dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut

I. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perairan laut Indonesia memiliki keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut yang hidup di sekitarnya. Ekosistem

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perairan Pantai Pantai memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Seribu merupakan salah satu kawasan pesisir terletak di wilayah bagian utara Jakarta yang saat ini telah diberikan perhatian khusus dalam hal kebijakan maupun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Perairan Indonesia. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak diantara samudera

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Perairan Indonesia. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak diantara samudera II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perairan Indonesia Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak diantara samudera Pasifik dan samudera Hindia dan mempunyai tatanan geografi laut yang rumit dilihat dari topografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia membentang 6 0 LU 11 0 LS dan 95 0-141 0 BT, sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua Australia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan 5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain: waduk, danau, kolam, telaga, rawa, belik, dan lain lain (Wibowo, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. lain: waduk, danau, kolam, telaga, rawa, belik, dan lain lain (Wibowo, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis, dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Hampir 71%

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu : 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu kawasan yang terletak pada daerah tropis adalah habitat bagi kebanyakan hewan dan tumbuhan untuk hidup dan berkembang biak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Tutupan Karang di Pulau Semak Daun Pulau Semak Daun dikelilingi oleh paparan pulau yang cukup luas (island shelf) hingga 20 kali lebih luas dari pulau yang bersangkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup serta perbedaan-perbedaannya. Allah SWT menerangkan. dirasakan, dan dipikirkan oleh manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup serta perbedaan-perbedaannya. Allah SWT menerangkan. dirasakan, dan dipikirkan oleh manusia. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang tidak ternilai harganya baik keanekaragaman tumbuhan, maupun keanekaragaman hewan. Alqur an juga menyebutkan bahwa di

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Biologi Klasifikasi Morfologi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Biologi Klasifikasi Morfologi 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Biologi 2.1.1. Klasifikasi Tiram merupakan jenis bivalva yang bernilai ekonomis. Tiram mempunyai bentuk, tekstur, ukuran yang berbeda-beda (Gambar 2). Keadaan tersebut

Lebih terperinci

KELIMPAHAN DAN KEBIASAAN MAKAN BULU BABI (SEA URCHIN) DI PERAIRAN PULAU MENJANGAN KECIL, KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JEPARA

KELIMPAHAN DAN KEBIASAAN MAKAN BULU BABI (SEA URCHIN) DI PERAIRAN PULAU MENJANGAN KECIL, KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JEPARA KELIMPAHAN DAN KEBIASAAN MAKAN BULU BABI (SEA URCHIN) DI PERAIRAN PULAU MENJANGAN KECIL, KEPULAUAN KARIMUNJAWA, JEPARA PROPOSAL PENELITIAN Oleh: MUHAMMAD YUSUF 26010113130039 MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS ECHINODERMATA PADA BERBAGAI MACAM SUBSTRAT PASIR, LAMUN DAN KARANG DI PERAIRAN PANTAI SINDANGKERTACIPATUJAH TASIKMALAYA

KEANEKARAGAMAN JENIS ECHINODERMATA PADA BERBAGAI MACAM SUBSTRAT PASIR, LAMUN DAN KARANG DI PERAIRAN PANTAI SINDANGKERTACIPATUJAH TASIKMALAYA KEANEKARAGAMAN JENIS ECHINODERMATA PADA BERBAGAI MACAM SUBSTRAT PASIR, LAMUN DAN KARANG DI PERAIRAN PANTAI SINDANGKERTACIPATUJAH TASIKMALAYA Oleh: Melina Novianti 1), Adun Rusyana 2), Romdah Romansyah

Lebih terperinci

STUDI KEPADATAN DAN PENYEBARAN ECHINODERMATA DI SEKITAR RATAAN TERUMBU KARANG DI DESA WAEURA KECAMATAN WAPLAU KABUPATEN BURU

STUDI KEPADATAN DAN PENYEBARAN ECHINODERMATA DI SEKITAR RATAAN TERUMBU KARANG DI DESA WAEURA KECAMATAN WAPLAU KABUPATEN BURU STUDI KEPADATAN DAN PENYEBARAN ECHINODERMATA DI SEKITAR RATAAN TERUMBU KARANG DI DESA WAEURA KECAMATAN WAPLAU KABUPATEN BURU Cornelia Pary Jurusan Pendidikan Biologi, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak pada garis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup.biota laut hampir menghuni semua bagian laut, mulai dari pantai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan negara kepulauan dengan hamparan pulau-pulau dan garis pantai yang sepanjang 81.000 km.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jenis-jenis Echinodermata yang ditemukan di Pantai Kondang Merak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jenis-jenis Echinodermata yang ditemukan di Pantai Kondang Merak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-jenis Echinodermata yang ditemukan di Pantai Kondang Merak Berdasarkan hasil pengamatan Echinodermata yang telah dilakukan di Pantai Kondang Merak, ditemukan sebanyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak kurang dari 70% dari permukaan bumi adalah laut. Atau dengan kata lain ekosistem laut merupakan lingkungan hidup manusia yang terluas. Dikatakan bahwa laut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan terletak di daerah beriklim tropis. Laut tropis memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Kanada dan Rusia. Panjang garis pantai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh karena itu, sumber air sangat dibutuhkan untuk dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat I. PENDAHULUAN Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat dengan cara membendung aliran sungai sehingga aliran air sungai menjadi terhalang (Thohir, 1985). Wibowo (2004) menyatakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem padang lamun (seagrass) merupakan suatu habitat yang sering dijumpai antara pantai berpasir atau daerah mangrove dan terumbu karang. Padang lamun berada di daerah

Lebih terperinci

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah ini merupakan cabang dari ekologi dan Anda telah mempelajarinya. Pengetahuan Anda yang mendalam tentang ekologi sangat membantu karena ekologi laut adalah perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan mempunyai kemampaun berenang yang lemah dan pergerakannya selalu dipegaruhi oleh gerakan massa

Lebih terperinci

1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Apakah yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang?

1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Apakah yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang? 2 kerusakan ekosistem terumbu karang pantai Pangandaran terhadap stabilitas lingkungan. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Pangandaran? 1.2.2 Apakah yang menyebabkan

Lebih terperinci

2.2. Struktur Komunitas

2.2. Struktur Komunitas 5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobentos Hewan bentos dibagi dalam tiga kelompok ukuran, yaitu makrobentos (ukuran lebih dari 1,0 mm), meiobentos (ukuran antara 0,1-1 mm) dan mikrobentos (ukuran kurang

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Pantai Pemaron merupakan salah satu daerah yang terletak di pesisir Bali utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai wisata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya hayati perairan laut merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

HIDROSFER VI. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER VI. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER VI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kedalaman laut dan salinitas air laut. 2.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PLANKTON Plankton merupakan kelompok organisme yang hidup dalam kolom air dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas (Wickstead 1965: 15; Sachlan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Estuari Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif, karena area ini merupakan area ekoton daerah pertemuan dua ekosistem berbeda (tawar dan laut)

Lebih terperinci

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T No.714, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Larangan. Pengeluaran. Ikan. Ke Luar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2014 TENTANG LARANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan pesisir terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir dan laut di Indonesia memegang peranan penting, karena kawasan ini memiliki nilai strategis berupa potensi sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan yang

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS ASTEROIDEA DI ZONA INTERTIDAL PANTAI BAMA TAMAN NASIONAL BALURAN SKRIPSI. Oleh Rahel Desi Anggorowati NIM

KEANEKARAGAMAN JENIS ASTEROIDEA DI ZONA INTERTIDAL PANTAI BAMA TAMAN NASIONAL BALURAN SKRIPSI. Oleh Rahel Desi Anggorowati NIM KEANEKARAGAMAN JENIS ASTEROIDEA DI ZONA INTERTIDAL PANTAI BAMA TAMAN NASIONAL BALURAN SKRIPSI Oleh Rahel Desi Anggorowati NIM 091810401026 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udang adalah hewan kecil tak bertulang belakang (invertebrata) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udang adalah hewan kecil tak bertulang belakang (invertebrata) yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekologi Udang Udang adalah hewan kecil tak bertulang belakang (invertebrata) yang tempat hidupnya adalah di perairan air tawar, air payau dan air asin. Jenis udang sendiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS ECHINODERMATA PADA ZONA INTERTIDAL DI GORONTALO

STRUKTUR KOMUNITAS ECHINODERMATA PADA ZONA INTERTIDAL DI GORONTALO STRUKTUR KOMUNITAS ECHINODERMATA PADA ZONA INTERTIDAL DI GORONTALO ABUBAKAR SIDIK KATILI Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo Abstract: The aim to this study are to know Echinodermata

Lebih terperinci

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelecypoda merupakan biota bentik yang digunakan sebagai indikator biologi perairan karena hidupnya relatif menetap (sedentery) dengan daur hidup yang relatif lama,

Lebih terperinci

tipe yaitu 29.7 C. Salinitas rata rata di wilayah penelitian yaitu Di Pantai

tipe yaitu 29.7 C. Salinitas rata rata di wilayah penelitian yaitu Di Pantai tipe yaitu 29.7 C. Salinitas ratarata di wilayah penelitian yaitu 32.3. Di Pantai 29.7 C. 32.3 hu Wa Ta ala terletak diantara Gua Macan (pada posisi titik koordinat S8 40 54 114 22 32

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara ekologis ekosistem padang lamun di perairan pesisir dapat berperan sebagai daerah perlindungan ikan-ikan ekonomis penting seperti ikan baronang dan penyu, menyediakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kijing, kaung-kaung, kapal kapalan, kedaung dan kemudi kapal. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kijing, kaung-kaung, kapal kapalan, kedaung dan kemudi kapal. Menurut 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerang Hijau (Perna Viridis ) Kerang hijau (Perna virisis) memiliki nama yang berbeda di Indonesia seperti kijing, kaung-kaung, kapal kapalan, kedaung dan kemudi kapal. Menurut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir Kalimantan Barat Parameter oseanografi sangat berperan penting dalam kajian distribusi kontaminan yang masuk ke laut karena komponen fisik

Lebih terperinci

* korespondensi: Diterima 29 Juli 2013, diterima untuk dipublikasikan 9 Agustus Abstrak

* korespondensi: Diterima 29 Juli 2013, diterima untuk dipublikasikan 9 Agustus Abstrak Keanekaragaman Echinodermata di Pantai Tanamon Kecamatan Sinonsayang Sulawesi Utara (Diversity of Echinoderms in The Tanamon Beach, Sinosayang District, North Sulawesi) Oktaviyanti S. Tahe 1), Marnix L.D.

Lebih terperinci

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL Oleh : Nurul Dhewani dan Suharsono Lokakarya Muatan Lokal, Seaworld, Jakarta, 30 Juni 2002 EKOSISTEM LAUT DANGKAL Hutan Bakau Padang Lamun Terumbu Karang 1 Hutan Mangrove/Bakau Kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Seribu adalah kawasan pelestarian alam bahari di Indonesia yang terletak kurang lebih 150 km dari pantai Jakarta Utara. Kepulauan Seribu terletak pada 106

Lebih terperinci

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Terumbu karang (coral reefs) tersebar hampir di seluruh perairan dunia dengan kondisi paling berkembang pada kawasan perairan tropis. Meski luas permukaan bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia memiliki banyak hutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai merupakan suatu perairan yang airnya berasal dari air tanah dan air hujan, yang mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran tersebut dapat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS OPHIUROIDEA DI ZONA INTERTIDAL PANTAI BAMA TAMAN NASIONAL BALURAN SKRIPSI. oleh Indrianita Wardani NIM

KEANEKARAGAMAN JENIS OPHIUROIDEA DI ZONA INTERTIDAL PANTAI BAMA TAMAN NASIONAL BALURAN SKRIPSI. oleh Indrianita Wardani NIM KEANEKARAGAMAN JENIS OPHIUROIDEA DI ZONA INTERTIDAL PANTAI BAMA TAMAN NASIONAL BALURAN SKRIPSI oleh Indrianita Wardani NIM 091810401017 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal karena memiliki kekayaan yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal karena memiliki kekayaan yang melimpah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal karena memiliki kekayaan yang melimpah dengan pemandangan indah dihiasi oleh jenis-jenis flora dan fauna yang unik serta beranekaragam, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai berlindung, laguna, dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Perairan Wilayah Pulau Pramuka Perairan wilayah Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, terdiri dari rataan terumbu yang mengelilingi pulau dengan ukuran yang bervariasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di daerah beriklim tropis dan merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya perairan. Laut tropis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Teripang Teripang yang dikenal dengan nama mentimun laut termasuk dalam kelas Holothuroidea dan merupakan salah satu anggota dari filum hewan berkulit duri (Echinodermata)

Lebih terperinci

BAB V EKOSISTEM, BIOSFER & BIOMA

BAB V EKOSISTEM, BIOSFER & BIOMA BAB V EKOSISTEM, BIOSFER & BIOMA EKOSISTEM: lingkungan biologis yang terdiri dari semua organisme hidup di daerah tertentu, serta semua benda tak hidup (abiotik), komponen fisik dari lingkungan seperti

Lebih terperinci

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan Selat merupakan perairan relatif sempit yang menghubungkan dua buah perairan yang lebih besar dan biasanya terletak di antara dua daratan

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2) PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM 69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bantu yang mampu merangsang pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. bantu yang mampu merangsang pembelajaran secara efektif dan efisien. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya selalu seiring dengan perkembangan manusia. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan sungai Sungai merupakan salah satu dari habitat perairan tawar. Berdasarkan kondisi lingkungannya atau daerah (zona) pada sungai dapat dibedakan menjadi tiga jenis,

Lebih terperinci

INVENTARISASI BINTANG LAUT (ECHINODERMATA: ASTEROIDEA) DI PANTAI PULAU PARI, KABUPATEN ADM. KEPULAUAN SERIBU

INVENTARISASI BINTANG LAUT (ECHINODERMATA: ASTEROIDEA) DI PANTAI PULAU PARI, KABUPATEN ADM. KEPULAUAN SERIBU INVENTARISASI BINTANG LAUT (ECHINODERMATA: ASTEROIDEA) DI PANTAI PULAU PARI, KABUPATEN ADM. KEPULAUAN SERIBU Narti Fitriana nfitriana@yahoo.com Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Teknik, Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak di Cagar Alam Leuweung Sancang. Cagar Alam Leuweung Sancang, menjadi satu-satunya cagar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Laut Belawan Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia yang berjarak ± 24 km dari kota Medan berhadapan dengan Selat Malaka yang sangat padat lalu lintas kapalnya

Lebih terperinci

hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas

hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas 2.3 suhu 2.3.1 Pengertian Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme di lautan. Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat genetika (Saptasari, 2007). Indonesia merupakan negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat genetika (Saptasari, 2007). Indonesia merupakan negara dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati merupakan kehadiran berbagai macam variasi bentuk penampilan, jumlah, dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan jenis, dan tingkat genetika

Lebih terperinci

MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si

MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si Apa yang dimaksud biodiversitas? Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah : keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Teripang atau Holothuroidea berasal dari bahasa yunani, Holothurion yang

BAB II KAJIAN TEORI. Teripang atau Holothuroidea berasal dari bahasa yunani, Holothurion yang BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Teripang (Holothuroidea) Teripang atau Holothuroidea berasal dari bahasa yunani, Holothurion yang berarti hewan air dan eidos yang berarti wujud. Holothuroidea

Lebih terperinci

Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia. Kima Lubang (Tridacna crosea)

Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia. Kima Lubang (Tridacna crosea) Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia Kima Lubang (Tridacna crosea) Kima ini juga dinamakan kima pembor atau kima lubang karena hidup menancap dalam substrat batu karang. Ukuran cangkang paling kecil

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem laut dangkal yang terbentuk dari endapan-endapan masif terutama kalsium karbonat (CaCO 3 ) yang dihasilkan terutama

Lebih terperinci