PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) DENGAN STANDAR NCTM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) DENGAN STANDAR NCTM"

Transkripsi

1 Pembelajaran Sistem Persamaan Linear (SPL) Dengan Standar NCTM 121 PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) DENGAN STANDAR NCTM (National Council Teachers Mathematics) (untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Tadris Matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe) Mahdalena Abstract Belajar berdasarkan pemahaman merupakan isu yang mendasar dan mendapat perhatian dari praktisi pendidikan matematika. Hal ini dikarenakan belajar pemahaman merupakan aspek yang mendasar dalam belajar dan setiap pembelajaran matematika seharusnya memfokuskan pada bagaimana menanamkan konsep matematika berdasarkan pemahaman. Untuk memahami suatu materi dalam matematika diperlukan dua pengetahuan yang seharusnya dikuasai oleh mahasiswa yaitu pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural. Kedua pengetahuan tersebut saling terkait di dalam mencari selesaian suatu persoalan (masalah) matematika. Oleh karenanya pengetahuan konseptual dan prosedural merupakan aspek penting yang harus dikuasai mahasiswa agar dapat diperoleh suatu pemahaman yang baik dalam matemtika termasuk dalam SPL. Berdasarkan pengalaman penulis mahasiswa masih terkendala dengan materi SPL. Salah satu faktor yang menyebabkan kesulitan mahasiswa adalah bentuk pembelajaran yang digunakan pengajar. Pengajar matematika dalam melaksanakan pembelajaran masih mendominasi kelas, cenderung mentransfer pengetahuan yang dimilikinya ke dalam pikiran mahasiswa. Pengajar tidak memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, atau dengan kata lain pembelajaran masih dilaksanakan dengan pendekatan konvensional. Untuk itu pengajar wajib memperkaya metode pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi kesulitan konseptual dan prosedural yang dialami mahasiswa. Pembelajaran matematika menurut standar NCTM dengan setting kooperatif merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan oleh pengajar untuk membantu mahasiswa mengatasi kesulitan konseptual dan prosedural dalam materi SPL. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk pembelajaran pembelajaran sistem persamaan linear (SPL) dengan NCTM (National Council Teachers Mathematics) yang dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa Tadris Matematika STAIN Malikussaleh Lhokseumawe. Untuk menjawab permasalahan ini, peneliti melakukan penelitian tindakan partisipan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa semester ganjil tahun akademik 2015/2016 STAIN Malikussaleh Lhokseumawe. Untuk keperluan wawancara yang merupakan yang merupakan salah satu prosedur pengumpulan data, dipilih mahasiswa yang terdiri dari 1 Instansi: Prodi Tadris Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Malikussaleh

2 122 Mahdalena mahasiswa berkemampuan tinggi, 1 mahasiswa berkemampuan sedang, dan 1 mahasiswa berkemampuan berkemampuan rendah. Pembelajaran SPL menurut standar NCTM yang dapat membantu mahasiswa dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap awal, tahap inti, dan tahap akhir. Masingmasing tahap tersebut didasarkan pada komponen standar NCTM yaitu pemberian tugas, wacana, lingkungan, dan analisis. Berdasarkan penilaian proses dan penilaian hasil belajar pada tindakan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan menurut standar NCTM dapat membantu mahasiswa dalam memahami materi SPL. Penyelesaian tugas dalam kelompok belajar kooperatif membantu mahasiswa memahami materi pembelajaran. Tugas yang diberikan membuat mahasiswa merasa tertantang dan menggali kemampuan intelektual mereka. Pengaturan lingkungan belajar oleh pengajar mendukung terciptanya wacana yang aktif di kelas. Pembelajaran menurut standar NCTM perlu dijadikan referensi dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran ini bisa diterapkan pada materi lain. Penyeleksian dan pembuatan tugas yang bermamfaat merupakan langkah awal yang perlu dilakukan. Pengaturan waktu dan lingkungan belajar yang sesuai sangat disarankan untuk membangkit wacana. Kata Kunci: Sistem persaman linear (SPL), NCTM, dan Hasil Belajar 1. Pendahuluan Sistem persamaan linear adalah salah satu materi yang terdapat pada mata kuliah kapita selekta matematika yang tersedia pada semester ganjil dengan bobot 2 sks. Pemahaman materi sistem persamaan linear merupakan hal yang perlu dikuasai karena sangat banyak digunakan dalam berbagai aspek bidang, misalnya pada arus lalu lintas, jaringan listrik, persamaanpersamaan kimia, model ekonomi, sosiologi, ekologi, demografi, genetika, fisika dan lain-lain. 1 Menyelesaikan sistem persamaan linear merupakan masalah yang sangat penting, karena lebih dari 75 % semua masalah matematika yang dijumpai dalam aplikasi ilmiah maupun industri melibatkan penyelesaian sistem linear hingga tahap tertentu. Suatu masalah yang rumit dapat direduksi menjadi suatu sistem persamaan linear dengan menggunakan metode-metode matematika modern. 2 Pengalaman penulis, pada saat mengasuh matakuliah ini khususnya pada topik sistem persamaan linear (SPL) dan matriks kebanyakan mahasiswa kurang termotivasi untuk mencari solusi dari SPL dan matriks Leon, J Steven, Aljabar Linear dan Aplikasinya (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001), h. 2 Ibid.hlm 1

3 Pembelajaran Sistem Persamaan Linear (SPL) Dengan Standar NCTM 12 tersebut. Hal ini disebabkan karena perhitungannya maupun operasi baris elementer (OBE) yang berulang-ulang sehingga membosankan mahasiswa. Bahkan mahasiswa menganggap topik SPL merupakan materi yang sulit. Padahal SPL hanya membutuhkan latihan dan ketekunan perhitungan dan OBE, dan salah satu alternatif untuk mengecek kebenaran solusi adalah dengan menggunakan komputer. Hal lain yang sangat penting adalah aplikasi SPL dalam kehidupan nyata. Dalam pandangan penulis, dari kesalahan mahasiswa perlu dicari penyebab kesulitan yang dihadapi mahasiswa yaitu mengapa mahasiswa sampai membuat kesalahan. Oleh sebab itu perlu segera diupayakan perbaikan bentuk pembelajaran yang tepat agar indikatornya dapat tercapai dan dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran system persamaan linier. Perbaikan bentuk pembelajaran yang dilakukan harus pembelajaran aktif yang mengajak mahasiswa untuk belajar secara aktif. Artinya pengajar harus berusaha menerapkan pembelajaran yang beracuan konstruktivisme dengan membentuk kelompok belajar. Konstruktivisme menyarankan siswa untuk bekerja sama, di mana proses sosial ini dapat menumbuhkan kesempatan siswa untuk berkomunikasi dalam matematika seperti yang disarankan oleh NCTM (National Council Teachers Mathematics). Dalam hal ini peneliti akan menerapkan pembelajaran materi ini menurut standar NCTM yang disusun dalam empat komponen, yaitu (1) tugas-tugas, (2) wacana, () lingkungan belajar, () analisis. Ketika mahasiswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari kedalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, mahasiswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya mahasiswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. 1. Isi dan Analisis a. Hasil Observasi tindakan 1 Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bersama 2 orang pengamat terhadap pelaksanaan tindakan menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum berlangsung dengan baik. Hal ini terlihat dari skor tes akhir tindakan dan tabel hasil observasi pengamat terhadap kegiatan guru pada tindakan. Krulik, Teaching Mathematics in Middle School (Boston: Allyn and Bacon, 200), h.5.

4 12 Mahdalena Hasil Observasi Pengamat terhadap Kegiatan Dosen. Tahap Indikator Pengamat I Pengamat II Awal Menjelaskan rencana pembelajaran 5 5 Inti Memberikan tugas Membantu mahasiswa bekerja secara kooperatif dalam kelompoknya Membantu kelompok dalam menyelesaikan tugas Meminta kelompok dalam menyiapkan laporan dan hasil kerja kelompok Membantu partisipasi mahasiswa dalam kegiatan diskusi di kelas Mengatur kelancaran kegiatan diskusi kelas Menciptakan lingkungan belajar Akhir Melakukan analisis terhadap proses pembelajaran Berdasarkan data observasi dua pengamat pada tabel.1, jumlah skor yang diperoleh dari hasil pengamatan oleh pengamat I adalah dari skor maksimum 5. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 75,56 %. Sedangkan jumlah skor yang diperoleh pengamat II adalah 2 dari skor maksimum 5. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 71,11%. Berdasarkan kriteria taraf keberhasilan kegiatan dosen dalam melaksanakan pembelajaran oleh pengamat I termasuk dalam kategori pengamat II termasuk dalam kategori cukup baik cukup baik dan Hasil Observasi Pengamat terhadap Kegiatan mahasiswa pada Tindakan Tahap Indikator Pengamat I Pengamat II Awal Memahami rencana pembelajaran Inti Memahami tugas Mahasiswa bekerja secara kooperatif dalam kelompoknya Menyiapkan laporan dan hasil kerja kelompok Mahasiswa berpartisipasi dalam kegiatan diskusi di kelas Menyiapkan kegiatan presentasi laporan hasil kerja kelompok Menanggapi hasil presentasi Akhir Menanggapi hasil analisis dosen Berdasarkan data observasi dua pengamat pada tabel.2, jumlah skor yang diperoleh dari hasil pengamatan oleh pengamat I adalah 27 dari skor

5 Pembelajaran Sistem Persamaan Linear (SPL) Dengan Standar NCTM 125 maksimum 0. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 55 %. Sedangkan jumlah skor yang diperoleh pengamat II adalah 29 dari skor ma ksimum 0. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 72,5%. Berdasarkan kriteria taraf keberhasilan kegiatan mahasiswa dalam melaksanakan pembelajaran oleh pengamat I termasuk dalam kategori kurang, sedangkan pengamat II termasuk dalam kategori cukup baik. b. hasil observasi tindakan 2 Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bersama 2 orang pengamat terhadap pelaksanaan tindakan menunjukkan bahwa proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Hal ini terlihat dari skor tes akhir tindakan dan tabel hasil observasi pengamat terhadap kegiatan dosen dan mahasiswa pada tindakan. Tahap Indikator Pengamat I Pengamat II Awal Menjelaskan rencana pembelajaran 5 5 Inti Memberikan tugas Membantu mahasiswa bekerja secara kooperatif dalam kelompoknya Membantu kelompok dalam menyelesaikan tugas Meminta kelompok dalam menyiapkan laporan dan hasil kerja kelompok Membantu partisipasi mahasiswa dalam kegiatan diskusi di kelas Mengatur kelancaran kegiatan diskusi kelas Menciptakan lingkungan belajar Akhir Melakukan analisis terhadap proses pembelajaran Berdasarkan data observasi dua pengamat pada tabel.1, jumlah skor yang diperoleh dari hasil pengamatan oleh pengamat I adalah 8 dari skor maksimum 5. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 8, %. Sedangkan jumlah skor yang diperoleh pengamat II adalah 6 dari skor maksimum 5. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 80%. Berdasarkan kriteria taraf keberhasilan kegiatan dosen dalam melaksanakan pembelajaran oleh kedua pengamat termasuk dalam kategori baik. Tahap Indikator Pengamat I Pengamat II Awal Memahami rencana pembelajaran 5 5 5

6 126 Mahdalena Inti Memahami tugas Mahasiswa bekerja secara kooperatif dalam kelompoknya Menyiapkan laporan dan hasil kerja kelompok Mahasiswa berpartisipasi dalam kegiatan diskusi di kelas Menyiapkan kegiatan presentasi laporan hasil kerja kelompok Menanggapi hasil presentasi Akhir Menanggapi hasil analisis dosen Berdasarkan data observasi dua pengamat pada tabel.2, jumlah skor yang diperoleh dari hasil pengamatan oleh pengamat I adalah dari skor maksimum 0. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 82,5 %. Sedangkan jumlah skor yang diperoleh pengamat II adalah 2 dari skor ma ksimum 0. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 80%. Berdasarkan kriteria taraf keberhasilan kegiatan mahasiswa dalam melaksanakan pembelajaran oleh kedua pengamat termasuk dalam kategori baik. b. Hasil Wawancara Untuk wawancara tindakan 1 belum cukup baik mengenai pengetahuan konseptual dan procedural menentukan solusi sistem persamaan linear pada mahasiswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah yang ditelaah dari tes tertulis dan wawancara. Pengetahuan konseptual dan prosedural ini meliputi: (1) pemahaman konsep persamaan linear, (2) pengetahuan procedural berupa keterampilan dalam mengubah system persamaan linear ke dalam bentuk matriks. () Pemahaman konsep operasi baris elementer (OBE), () pengetahuan procedural berupa representasi symbol OBE dan keterampilan dalam menggunakan OBE. Untuk wawancara tindakan 2 sudah baik mengenai pengetahuan konseptual dalam menentukan solusi sistem persamaan linear pada mahasiswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah yang ditelaah dari tes tertulis dan wawancara. Pengetahuan konseptual ini meliputi: (1) Pemahaman konsep operasi baris elementer (OBE), (2) Pemahaman konsep bentuk eselon baris, () Pemahaman konsep bentuk eselon baris tereduksi. c. Pembahasan Menurut Hibert dan Leferve pengetahuan konseptual adalah suatu pengetahuan yang kaya akan hubungan-hubungan. Hubungan-hubungan itu meliputi fakta-fakta dan sifat-sifat sehingga semua potongan informasi terkait pada satu jaringan. Seorang mahasiswa memiliki kemampuan yang baik dalam menentukan solusi system persamaan linear apabila mampu: 5

7 Pembelajaran Sistem Persamaan Linear (SPL) Dengan Standar NCTM 127 (1) Mengaitkan fakta-fakta dengan bentuk umum persamaan linear, keterkaitan ini akan melahirkan konsep persamaan linear, (2) mengaitkan konsep operasi baris elementer dengan konsep persamaan linear dalam hal ini sudah dijadikan ke dalam bentuk matriks yang diperbesar, () mengaitkan konsep eselon baris dengan konsep eselon baris tereduksi. Untuk pengetahuan prosedural berupa (1) pengetahuan procedural algoritmatik dan procedural representasi, dan (2) pengetahuan procedural baik simbolik maupan algoritmatik. Berdasarkan paparan data yang diperoleh dari tes setelah tindakan dan hasil wawancara mahasiswa sudah memahami keterkaitan aspek-aspek diatas baik mahasiswa kemampuan tinggi, sedang maupun rendah. berikut ini akan diuraikan pembahasan ketiga kelompok tersebut. 1. Pada Mahasiswa Berkemampuan Tinggi Dari paparan data ditemukan bahwa subyek telah dapat membuat pengaitan dengan baik untuk aspek-aspek fakta dengan konsep persamaan linear. Untuk aspek mengaitkan konsep eselon baris dengan eselon baris tereduksi juga demikian. Pemahaman subyek ini terhadap pengetahuan procedural algoritmatik dan procedural representasi sudah baik. Demikian juga pengetahuan procedural baik simbolik maupan algoritmatik sudah baik. 2. Pada Mahasiswa Berkemampuan Sedang Dari paparan data ditemukan pemikiran mahasiswa dapat (1) mengaitkan konsep operasi baris elementer dengan konsep persamaan linear dalam hal ini sudah dijadikan kedalam bentuk matriks yang diperbesar, (2) mengaitkan konsep eselon baris dengan konsep eselon baris tereduksi. Hanya saja pada tindakan pertama mahasiswa tersebut masih terkendala dalam menyelesaikan SPL kedalam bentuk eselon baris tereduksi. Hal ini belum kuatnya pemahaman procedural menjadi salah satu penyebabnya. Pemahaman subyek ini terhadap pengetahuan procedural algoritmatik dan procedural representasi sudah baik. Demikian juga pengetahuan procedural baik simbolik maupan algoritmatik sudah baik.. Pada Mahasiswa Berkemampuan Rendah Pada mahasiswa berkemampuan rendah ini, ditindakan 1 mengalami kesulitan dalam SPL, namun di tindakan 2 sudah membaik. Karena itu, Dosen perlu membuat ilustrasi yang konkret bagi mahasiswa dalam mengaitkan agar informasi yang tersimpan menjadi suatu jaringan yang kecil kemunkinan hilang. Dari paparan data ditemukan bahwa pemikiran mahasiswa terdapat keterkaitan pada (1) mengaitkan fakta-fakta dengan bentuk umum persamaan linear, keterkaitan ini akan melahirkan konsep persamaan linear, (2) mengaitkan konsep operasi baris elementer dengan konsep persamaan linear dalam hal ini sudah dijadikan kedalam bentuk matriks yang diperbesar, () mengaitkan konsep eselon baris dengan konsep eselon baris dengan konsep eselon baris tereduksi. Pemahaman subyek ini terhadap pengetahuan

8 128 Mahdalena procedural algoritmatik dan procedural representasi sudah baik. Demikian juga pengetahuan procedural baik simbolik maupun algoritmatik sudah baik. A. Penyebab Kesulitan Terhadap Materi Sistem Persamaan Linear Berdasarkan hasil wawancara dan tes dapat disimpulkan bahwa mahasiswa masih kesulitan dalam menentukan solusi aplikasi SPL. Hal ini terjadi karena (1) Pola pembelajaran yang biasa dilakukan dosen belum mengaitkan materi dengan pengetahuan mahasiswa sebelumnya, (2) mahasiswa hanya menerima materi tanpa keterlibatan mental yang signifikan, () mahasiswa kurang pemahaman konseptual dan prosedural dan kendala dalam membuat kedua pengaitan, dimana mahasiswa belum memiliki kemampuan yang baik dalam menentukan solusi system persamaan linear meliputi pengaitkan fakta-fakta dengan bentuk umum persamaan linear, keterkaitan ini akan melahirkan konsep persamaan linear, pengaitan konsep operasi baris elementer dengan konsep persamaan linear dalam hal ini sudah dijadikan ke dalam bentuk matriks yang diperbesar, pengaitan konsep eselon baris dengan konsep eselon baris tereduksi, pengetahuan procedural algoritmatik dan procedural representasi, pengetahuan procedural baik simbolik maupan algoritmatik. B. Pembelajaran Sistem Persamaan Linear (SPL) Menurut Standar Pengajaran NCTM dengan setting Kooperatif Standar pembelajaran menurut NCTM memuat empat komponen yaitu tugas, wacana, lingkungan belajar, dan analisis. Pembahasan pembelajaran SPL berikut ini didasarkan pada empat komponen tersebut. Sedangkan setting kooperatif terlihat pada pembahasan wacana, dan pengaturan lingkungan belajar. 1. Tugas Materi yang diajarkan dalam pembelajaran ini adalah SPL. Pada materi ini diberikan tugas berupa soal-sola yang terdapat pada Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) untuk diselesaikan. Tugas yang diberikan sesuai dengan paham konstruktivisme dimana mahasiswa dengan menyelesaikan tugastugasdalam lembar kerja dapat menemukan sendiri konsep menyelesaikan SPL. Dalam memberikan tugas pengajar harus mempertimbangkan apakah tugas tersebut dapat membantu pemahaman mahasiswa akan materi serta menantang kemampuan intelektualnya. Sumber pembuatan tugas bisa berasal dari pengajar atau buku teks yang sudah tersedia. Apabila pengajar mengambil tugas dari buku teks hendaknya pengajar memilah apakah tugas tersebut bukan tugas rutin berupa penyelesaian soal-soal yang hanya membutuhkan kemampuan prosedural. Pengajar juga dapat mengkombinasikan antara tugas yang tersedia dalam buku teks dengan pemikirannya sendiri. Dalam membuat atau memilih tugas pengajar harus mempertimbangkan materi yang akan diajarkan. Tugas

9 Pembelajaran Sistem Persamaan Linear (SPL) Dengan Standar NCTM 129 yang bermaksud mengarahkan mahasiswa untuk mendefinisikan suatu konsep bisa dimulai dengan pemberian pertanyaan pancingan agar mahasiswa berpikir sendiri dengan menghubungkan pengetahuan yang selama ini dia peroleh dan mengungkapkan suatu definisi dengan menggunakan bahasa matematikanya sendiri. 2. Wacana Wacana meliputi cara mempresentasikan, berpikir, berbicara, menyetujui dan tidak menyetujui yang dilakukan oleh pengajar dan mahasiswa dalam membicarakan penyelesaian SPL. Wacana dalam pembelajaran ini terjadi pada saat diskusi mahasiswa dalam kelompok belajar kooperatif dan diskusi kelas pada saat masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Di dalam kelompoknya, masing-masing mahasiswa di minta untuk menyelesaikan tugas sesuai petunjuk dari pengajar. Dalam proses bekerja dengan kelompoknya masing-masing mahasiswa masih tetap dalam pengawasan dan bimbingan pengajar. Membuat mahasiswa bekerja dalam kelompok bukan berarti meringankan beban pengajar, namun disinilah peranan pengajar dibutuhkan untuk membantu mahasiswa menyelesaikan tugasnya. Apabila terjadi kesulitan, pengajar tidak langsung memberikan solusi atau jawaban kepada mahasiswa melainkan cukup memberi petunjuk yang disesuaikan dengan kemampuan mahasisa tersebut. Pertanyaan-pertanyaan pancingan diberikan untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya yang berkaitan dengan materi SPL.. Lingkungan Belajar Pengajar perlu menyediakan lingkungan belajar yang membantu perkembangan matematika mahasiswa dan mendukung keaktifan diskusi di kelas. Waktu pembelajaran harus di atur seefektif mungkin. Pengaturan dan penggunaan fasilitas di kelas dengan sebaik mungkin akan membuat suasana pembelajaran yang tidak membosankan. Dengan pengaturan lingkungan belajar yang tepat diharapkan mendukung keaktifan kegiatan wacana dalam diskusi di kelas.. Analisis Analisis dilakukan oleh pengajar selama proses pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran berakhir. Dalam kegiatan diskusi diharapkan pengajar selalu mengawasi cara belajar mahasiswa secara terus menerus dalam rangka menilai dan menyesuaikan cara mengajar. Pengajar diharapkan mampu menggali ide-ide mahasiswa dengan memberikan informasi-informasi tambahan, serta dapat membentuk dan mengubah lingkungan belajar yang dapat meningkatkan kelangsungan diskusi di kelas. Pengajar memberikan penjelasan, komentar-komentar dan penghargaan pada masing-masing kelompok di setiap akhir diskusi. Pada setiap akhir pembelajaran pengajar memberikan tes akhir, dilanjutkan dengan mengadaka

10 10 Mahdalena wawancara dengan mahasiwa untuk mengetahui secara lebih memdalam kemampuan mahasiswa. C. Temuan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian terdapat temuan peneliti, baik untuk mahasiswa maupun untuk dosen. Adapun temuan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Penggunaan waktu pada saat tindakan I tidak sesuai dengan yang direncanakan dalam rencana pembelajaran, untuk tindakan II sesuai dengan yang direncanakan. 2. Pada pembelajaran tindakan, diskusi kelompok pada awalnya kurang efektif, karena materi yang terkait dengan SPL belum muncul. Namun setelah dosen memberikan arahan dan bimbingan mahasiswa sudah dapat bersosialisasi, aktif, dan bekerjasama dalam kelompok.. mahasiswa terlihat senang dalam mengikuti pembelajaran dalam menentukan solusi aplikasi SPL menurut standard NCTM, karena menurut mereka dosen tidak langsung memberikan konsep-konsep atau rumus. Melainkan dosen memberikan Lembar Kerja, mahasiswa mengkonstruksi sendiri konsep atau rumus dengan cara berdiskusi dengan teman sekelompok. Apabila ada kendala yang dihadapi oleh mahasiswa, dosen hanya mengajukan wacana yang menuntun ke arah penyelesaian tugas yang ada dalam lembar kerja tersebut.. Pemahaman dalam menentukan solusi aplikasi SPL menurut standar NCTM sudah baik pada dua kali tindakan.. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan pembahasan bahwa dapat disimpulkan hal-hal berikut. 1. Seorang mahasiswa memiliki kemampuan yang baik dalam menentukan solusi system persamaan linear apabila mampu: (1) Mengaitkan faktafakta dengan bentuk umum persamaan linear, keterkaitan ini akan melahirkan konsep persamaan linear, (2) mengaitkan konsep operasi baris elementer dengan konsep persamaan linear dalam hal ini sudah dijadikan ke dalam bentuk matriks yang diperbesar, () mengaitkan konsep eselon baris dengan konsep eselon baris tereduksi. Untuk pengetahuan prosedural berupa (1) pengetahuan procedural algoritmatik dan procedural representasi, dan (2) pengetahuan procedural baik simbolik maupan algoritmatik. 2. Pembelajaran menurut standar NCTM yang dapat memahamkan mahasiswa tentang materi SPL adalah meliputi empat komponen yaitu tugas, wacana, lingkungan belajar, dan analisis.

11 Pembelajaran Sistem Persamaan Linear (SPL) Dengan Standar NCTM 11. Pembelajaran yang dilakukan dengan setting kooperatif bertujuan untuk memudahkan mahasiswa menyelesaikan tugas tentang SPL, dimana tugas dapat diselesaikan dengan cepat apabila dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya.. Pelaksanaan tindakan terjadi 2 kali, tindakan pertama belum memenuhi kriteria keberhasilan dan pada tindakan kedua sudah memenuhi kriteria keberhasilan. B.Saran Berdasarkan penelitian ini beberapa saran yang dapat disebutkan adalah sebagai berikut. 1. Dosen hendaknya memperhatikan kesulitan konseptual dan procedural suatu materi yang dialami mahasiswa dalam menyusun bentuk pembelajaran menurut standar NCTM. 2. Dosen dapat menggunakan pembelajaran menurut standar NCTM dengan setting kooperatif sebagai salah satu alternative untuk pembelajaran matematika dalam upaya mengatasi kesulitan konseptual dan procedural.. Dosen hendaknya dapat menyusun tugas yang didasarkan pada NCTM yang akan diberikan kepada mahasiswa. Dalam membuat tugas, dosen perlu mempertimbangkan keikutsertaan kemampuan intelektual mahasiswa.. Dosen diharapkan menghargai apapun temuan mahasiswa dalam wacana yang diperankan terhadap pembelajaran menurut standar NCTM. Dosen tidak perlu terburu-buru menyimpulkan jawaban mahasiswa tetapi membantu mahasiswa untuk menyimpulkan dan mencari kebenaran. 5. Dosen perlu mengatur waktu dengan tepat dan efisien apabila ingin melakukan pembelajaran ini. Begitu juga dengan pemilihan materi yang tepat agar tidak kesulitan membuat tugas yang sesuai. Daftar Pustaka Anton Roores, Aljabar Linier Elementer, Jakarta: Erlangga, 200) Arikunto, S., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) Dahar, W.R., Teori-Teori Belajar (Jakarta: P2LPTK, 1988) Elli Kusumawati, Pembelajaran Kubus Dan Balok Menurut Standar Nctm Dengan Setting Kooperatif. Dalam jurnal Edumatica, Vol.1, No. 1 April 2011

12 12 Mahdalena Hiebert, James and Lafevre., Conceptual and Procedural Knowledge in Mathematics: An Introduction to Analysis. Dalam James Hiebert (Ed 1, 1986) Hiebert, James and Wearne, Diana, Procedures Over Concept: The Acquisition of Decimal Number Knowledge. Dalam James Hiebert (Ed). Conceptual and Procedural Knowledge: The Case of Mathematics (London: Lawrence Erlbaum Associated, 1986) Hudoyo, Herman, Mengajar Belajar Matematika (Jakarta: Depdikbud, 1988) Jensen, Robert and Williams, Brevard, Technology: Implications for Middle Gradess Mathematics. Dalam Douglas T. Owen (Ed). Research Ideas for the Classroom Middle Grades Mathematics. New York: Macmilan Publishing Company. Conceptual and Procedural Knowledge: The Case of Mathematics (London: Lawrence Erlbaum Associates, 199) Kamarullah, Analisis Kesulitan Mahasiswa D-2 PGMI IAIN Ar-Raniry dalam Menguasai Geometri di Madrasah Ibtidaiyah beserta Alternatif Pembelajarannya. Tesis tidak dipublikasikan. Program Pascasarjana Unesa, Surabaya, Krulik, Teaching Mathematics in Middle School (Boston: Allyn and Bacon, 200) Moleong, L. J., Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 200) Moleong, L. J., Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya. 2002) Leon, J Steven, Aljabar Linear dan Aplikasinya (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001) Ruseffendi, E.T., Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua Murid, guru dan SPG (Bandung: Tarsito, 1980) Sabil Husni, Penerapan Pembelajaran CTL pada Materi Ruang Dimensi Tiga Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika Unja. Dalam jurnal Edumatica, Vol. 1, No 1 April 2011.

13 Pembelajaran Sistem Persamaan Linear (SPL) Dengan Standar NCTM 1 Soedjadi, R., Memantapkan matematika Sekolah sebagai Wahana Pendidikan dan Pembudayaan penalaran (Yogjakarta: HMJ Pend. Matematika IKIP Yogjakarta, 199) Owen, Douglas. T. and Super, Douglas B., Teaching and Learning Decimal Fraction. Dalam Douglas T Owen. Research Ideas for the Classroom Middle Grade Mathematics( New York: Macmilan Publishing Company, 199)

14 1 Mahdalena

PEMBELAJARAN GEOMETRI MENURUT STANDAR PENGAJARAN NCTM DENGAN SETTING KOOPERATIF DI SMP NEGERI 22 JAMBI.

PEMBELAJARAN GEOMETRI MENURUT STANDAR PENGAJARAN NCTM DENGAN SETTING KOOPERATIF DI SMP NEGERI 22 JAMBI. PEMBELAJARAN GEOMETRI MENURUT STANDAR PENGAJARAN NCTM DENGAN SETTING KOOPERATIF DI SMP NEGERI 22 JAMBI Rohati 1, Sri Winarni 2 dan Elfiati 3 1 Dosen Pendidikan Matematika FKIP UNJA 2 Dosen Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

Anggraini, Gandung Sugita Kata Kunci: Tutor Sebaya, Penguasaan mahasiswa, Struktur Aljabar I

Anggraini, Gandung Sugita   Kata Kunci: Tutor Sebaya, Penguasaan mahasiswa, Struktur Aljabar I PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBANTUAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR I Anggraini, Gandung Sugita E-mail: anggiplw@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi pembangunan suatu bangsa. Oleh sebab itu, semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS MELALUI PENDEKATAN KONSTEKSTUAL

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS MELALUI PENDEKATAN KONSTEKSTUAL KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS MELALUI PENDEKATAN KONSTEKSTUAL Eva Musyrifah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Email :evamusyrifah3@ymail.com

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA Mutia Fonna 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MELALUI PEMBELAJARAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) Oleh Muslimin Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang E-mail: Muslimintendri@yahoo.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Khususnya di Indonesia matematika sudah diajarkan sejak dalam. pendidikan anak usia dini hingga sekolah menengah.

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Khususnya di Indonesia matematika sudah diajarkan sejak dalam. pendidikan anak usia dini hingga sekolah menengah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu dasar yang sangat penting untuk dipelajari. Bahkan bila diperhatikan, pelajaran matematika diajarkan di seluruh penjuru dunia. Khususnya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KESALAHAN MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DALAM GEOMETRI

IDENTIFIKASI KESALAHAN MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DALAM GEOMETRI IDENTIFIKASI KESALAHAN MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DALAM GEOMETRI Sugeng Sutiarso, M. Coesamin Universitas Lampung, Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung E-mail: sugengsutiarso@yahoo.com

Lebih terperinci

Abstrak

Abstrak PEMBELAJARAN TEOREMA PHYTAGORAS DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING,TRANSFERRING (REACT) PADA SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI 1 Rohati, 2 Sri Winarni dan 3 Rice

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT DI KELAS VII E MTs AL-IBROHIMI MANYAR GRESIK Danawatul Mursidah 1, Sri

Lebih terperinci

JURNAL FOURIER April 2012, Vol. 1, No. 1, ISSN X

JURNAL FOURIER April 2012, Vol. 1, No. 1, ISSN X JURNAL FOURIER April 2012, Vol. 1, No. 1, 11-16 ISSN 2252-763X Pembelajaran Luas Daerah Persegi Panjang Berdasarkan Standar Pengajaran National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) Untuk Meningkatkan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET Mursalin Dosen Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh E-mail: mursalin@unimal.ac.id

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing Abdussakir 13 Februari 2009 A. Belajar Matematika dengan Pemahaman Menurut Hudojo (1990:5), dalam proses belajar matematika terjadi juga proses berpikir, sebab

Lebih terperinci

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com JMP Online Vol 1, No. 10, 995-1006. 2017 Kresna BIP. ISSN 2550-481 ANALISIS KELANCARAN PROSEDURAL SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran matematika merupakan

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 2, Nomor 1, Februari 2016, Halaman 23 30 ISSN: 2442 4668 MENGATASI KESULITAN MAHASISWA TENTANG MATERI PERSAMAAN DIFERENSIAL MENGGUNAKAN BIMBINGAN BELAJAR INDIVIDUAL

Lebih terperinci

FOURIER April 2012, Vol. 1, No. 1, 13 20

FOURIER April 2012, Vol. 1, No. 1, 13 20 FOURIER April 2012, Vol. 1, No. 1, 13 20 Pembelajaran Luas Daerah Persegi Panjang Berdasarkan Standar Pengajaran National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE NUMERIK BERBASIS PEMECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE NUMERIK BERBASIS PEMECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 2502-3802 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE NUMERIK BERBASIS PEMECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS Ahmad Fadillah 1 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

Martianty Nalole Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Martianty Nalole Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Meningkatkan Kemampuan Menentukan Hasil Perkalian Bilangan Tiga Angka Melalui Metode demonstrasi pada Siswa Kelas III SDN No. 65 Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo Martianty Nalole Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KUBUS DAN BALOK MENURUT STANDAR PENGAJARAN NCTM DENGAN SETTING KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KUBUS DAN BALOK MENURUT STANDAR PENGAJARAN NCTM DENGAN SETTING KOOPERATIF Edumatica Volume 01 Nomor 01 April 2011 ISSN: 2088-2157 PEMBELAJARAN KUBUS DAN BALOK MENURUT STANDAR PENGAJARAN NCTM DENGAN SETTING KOOPERATIF Elli Kusumawati (Dosen Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan ilmu lain

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan ilmu lain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan ilmu lain maupun dalam pengembangan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG PADA MATERI BANGUN RUANG

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG PADA MATERI BANGUN RUANG IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG PADA MATERI BANGUN RUANG Fathimatuzzahro Universitas Negeri Malang E-mail: fathimatuzzahro90@gmail.com

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi proses pembangunan. Siswa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia akan mampu mengembangkan potensi diri sehingga akan mampu mempertahankan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Jaka Nugraha & Choirul Nikmah Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya jaka.unesa@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arif Abdul Haqq, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arif Abdul Haqq, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya sadar yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003

Lebih terperinci

Reni Dian Saputri *), Drs. Askury, M.Pd **) Universitas Negeri Malang

Reni Dian Saputri *), Drs. Askury, M.Pd **) Universitas Negeri Malang PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS/ BALOK SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 2 MALANG Reni Dian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Dengan Pendekatan CTL Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Lisan dan Koneksi Matematis

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Dengan Pendekatan CTL Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Lisan dan Koneksi Matematis SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Dengan Pendekatan CTL Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Lisan dan Koneksi Matematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dewasa ini, tidak terlepas dari peran matematika sebagai ilmu universal. Aplikasi konsep matematika dari yang

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN STRATEGI MOTIVASI ARCS PADA MATERI TRANSPORTASI DITINJAU DARI KETUNTASAN BELAJAR SISWA, AKTIVITAS BELAJAR SISWA, RESPON SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN,

Lebih terperinci

PERAN REPRESENTASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI PERSAMAAN GARIS Oleh Bambang Hudiono

PERAN REPRESENTASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI PERSAMAAN GARIS Oleh Bambang Hudiono PERAN REPRESENTASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI PERSAMAAN GARIS Oleh Bambang Hudiono (Matematika, PMIPA, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak E-mail: b_hudiono@yahoo.co.id) Abstrak:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Koneksi Matematika Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang berarti hubungan atau kaitan. Kemampuan koneksi matematika dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan sangat mendasar dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin perkembangan sosial, teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting dalam sistem pendidikan karena matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan sains dan teknologi,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN RUMUS-RUMUS TRIGONOMETRI MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA MENURUT PRINSIP KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS XI IPA MAN CENDIKIA JAMBI

PEMBELAJARAN RUMUS-RUMUS TRIGONOMETRI MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA MENURUT PRINSIP KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS XI IPA MAN CENDIKIA JAMBI PEMBELAJARAN RUMUS-RUMUS TRIGONOMETRI MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA MENURUT PRINSIP KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS XI IPA MAN CENDIKIA JAMBI Sri Winarni Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA FKIP

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 2, Nomor 1, Februari 2016, Halaman 11 16 ISSN: 2442 4668 PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATAKULIAH KALKULUS Alfiani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya peningkatan sumber daya manusia

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPIT AL-FITYAH PEKANBAU

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPIT AL-FITYAH PEKANBAU PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPIT AL-FITYAH PEKANBAU Susda Heleni, Mardiansyah ABSTRAK Rendahnya hasil belajar matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dikembangkan potensinya. Salah satu cara untuk mengembangkan potensi generasi penerus bangsa yaitu melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk siap menghadapi persaingan dengan negara lain. Untuk dapat bersaing dan bertahan maka setiap

Lebih terperinci

PENINGKATAN KREATIVITAS MAHASISWA PADA MATA KULIAH MENGGAMBAR CAD

PENINGKATAN KREATIVITAS MAHASISWA PADA MATA KULIAH MENGGAMBAR CAD PENINGKATAN KREATIVITAS MAHASISWA PADA MATA KULIAH MENGGAMBAR CAD (43423227) PROGRAM STUDI D3-TS-B /2009 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia secara global dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia secara global dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia secara global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, memanfaatkan

Lebih terperinci

Oleh: Gunawan Guru SMP Negeri 1 Raha Kabupaten Muna

Oleh: Gunawan Guru SMP Negeri 1 Raha Kabupaten Muna MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII. 2 SMP NEGERI 1 RAHA TENTANG KONSEP SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) Oleh: Gunawan

Lebih terperinci

Buku 1: RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester) ALJABAR LINEAR ELEMENTER

Buku 1: RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester) ALJABAR LINEAR ELEMENTER UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MIPA, JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara Yogyakarta Buku 1: RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester) ALJABAR LINEAR ELEMENTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem pendidikan Indonesia, bidang studi yang dipelajari secara implisit dan eksplisit mulai dari taman kanakkanak hingga perguruan tinggi adalah matematika.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematis Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga pemahaman konsep matematis menjadi sangat penting. Belajar konsep merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan pesan dari satu orang ke

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan pesan dari satu orang ke BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan pesan dari satu orang ke orang lainnya, berkaitan dengan ini kemampuan komunikasi yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel 41 Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel Meilantifa Email : meilantifa@gmail.com Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Bahasa dan Sains Universitas Wijaya Kusuma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Penyelenggaraan pendidikan baik secara formal maupun informal harus disesuaikan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mulyati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mulyati, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan bagi siswa. Begitu pula bagi guru, matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit

Lebih terperinci

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif, TAI, pendekatan realistik KEEFEKTIFAN MODEL KOOPERATIF TIPE TAI (ANDI DIAN ANGRIANI) 55

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif, TAI, pendekatan realistik KEEFEKTIFAN MODEL KOOPERATIF TIPE TAI (ANDI DIAN ANGRIANI) 55 KEEFEKTIFAN MODEL KOOPERATIF TIPE TAI DENGAN PENDEKATAN REALISTIK DALAM PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP NEGERI 4 SINJAI UTARA Andi Dian Angriani Fakultas Tarbiyah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Globalisasi dapat mengakibatkan restrukturisasi dunia. Proses ini disertai banjirnya informasi yang melanda dunia dan berdampak terhadap kehidupan nyata.

Lebih terperinci

Suherman 1*) ABSTRAK. Kata Kunci: hasil belajar, strategi penyelesaian soal, Tranformasi Laplace

Suherman 1*) ABSTRAK. Kata Kunci: hasil belajar, strategi penyelesaian soal, Tranformasi Laplace PENGARUH PENERAPAN PENGAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PENYELESAIAN SOAL TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI TRASFORMASI LAPLACE DI SEMESTER II JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dapat kita rasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN ANTAR BANGUN DI KELAS V SD

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN ANTAR BANGUN DI KELAS V SD Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN ANTAR BANGUN DI KELAS V SD Nur Qomariyah Nawafilah

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR Iis Holisin 1), Chusnal Ainy 2), Febriana Kristanti 3) 1)2)3) Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan diberikannya mata pelajaran matematika untuk siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan diberikannya mata pelajaran matematika untuk siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan diberikannya mata pelajaran matematika untuk siswa Sekolah Menengah Pertama adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. : Mahasiswa memiliki pengetahuan konseptual tentang silabus dan prosedur perkuliahan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. : Mahasiswa memiliki pengetahuan konseptual tentang silabus dan prosedur perkuliahan SATUAN ACARA PERKULIAHAN Topik/ Pokok Bahasan 1 : Penjelasan silabus dan prosedur perkuliahan : Mahasiswa memiliki pengetahuan konseptual tentang silabus dan prosedur perkuliahan 1 Pengantar perkuliahan

Lebih terperinci

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA 1 PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA Widya Septi Prihastuti, Bambang Hudiono, dan Ade Mirza Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email: wwidyasp@yahoo.com

Lebih terperinci

PM-11 PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DENGAN MENGOPTIMALKAN MEDIA DAN TEKNOLOGI PADA MATAKULIAH ALJABAR LINEAR ELEMENTER

PM-11 PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DENGAN MENGOPTIMALKAN MEDIA DAN TEKNOLOGI PADA MATAKULIAH ALJABAR LINEAR ELEMENTER Kode Makalah PM-11 PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DENGAN MENGOPTIMALKAN MEDIA DAN TEKNOLOGI PADA MATAKULIAH ALJABAR LINEAR ELEMENTER Oleh: R. Sulaiman dan Pradnyo Wijayanti (Jurusan Matematika FMIPA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER MATERI RUANG-n EUCLIDES.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER MATERI RUANG-n EUCLIDES. JPM IAIN Antasari Vol. 02 No. 2 Januari Juni 2015, h. 43-58 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER MATERI RUANG-n EUCLIDES Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun harkat dan martabat suatu bangsa. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya

Lebih terperinci

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlepas dari peranan matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

I. Pendahuluan Matematika memegang peranan penting di dalam dunia pendidikan karena merupakan salah satu bidang studi yang

I. Pendahuluan Matematika memegang peranan penting di dalam dunia pendidikan karena merupakan salah satu bidang studi yang ANALISIS KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MATERI POKOK BANGUN DATAR SEGIEMPAT PADA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE (TPS) Oleh: 1 Putri Yuanita,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 LUBUK BASUNG

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 LUBUK BASUNG UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 LUBUK BASUNG Linda Purwanti SMP Negeri 6 Lubuk Basung Abstrak. Tujuan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada kelas VIII I SMP Negeri 1 Grogol Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016 dan uraian pembahasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting, baik bagi siswa maupun bagi pengembangan bidang keilmuan yang lain. Kedudukan matematika dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat menggali dan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya sehingga dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KALKULUS 1

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KALKULUS 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KALKULUS 1 Sofia Edriati Prodi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI SUMBAR, Padang, Indonesia Sofia.edriati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*) PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*) Abstrak Ketercapaian suatu pembelajaran matematika ditentukan oleh guru dalam menggunakan strategi pembelajaran matematika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai peraturan dikeluarkan guna pendidikan yang lebih baik di negara ini. Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat yang cenderung bersifat terbuka memberi kemungkinan munculnya berbagai pilihan bagi seseorang dalam menata dan merancang kehidupan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically).

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically). BAB I PENDAHULUAN Sasaran pembelajaran matematika, di antaranya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically). Pengembangan kemampuan ini sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan 34 BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan bentuk kajian reflektif yang dilakukan peneliti untuk tujuan perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu bangsa. Penduduk yang banyak tidak akan menjadi beban suatu negara apabila berkualitas, terlebih

Lebih terperinci

Widiya Pakartining Kawedar *), Dr. Abdul Qohar, M.T **), Universitas Negeri Malang. Kata Kunci: model pembelajaran Reciprocal Teaching, hasil belajar.

Widiya Pakartining Kawedar *), Dr. Abdul Qohar, M.T **), Universitas Negeri Malang. Kata Kunci: model pembelajaran Reciprocal Teaching, hasil belajar. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 2 KEPANJEN Widiya Pakartining Kawedar *), Dr. Abdul Qohar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya aljabar, geometri, kalkulus, statistika, dll. Bangun ruang sisi

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya aljabar, geometri, kalkulus, statistika, dll. Bangun ruang sisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran penting dan dibutuhkan dalam berbagai bidang ilmu terapan. Matematika memiliki banyak cabang diantaranya aljabar, geometri,

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBASIS PEMECAHAN MASALAH MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 JEMBER SUB POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA MELALUI WHAT S ANOTHER WAY? PADA MATA KULIAH ILMU BILANGAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA MELALUI WHAT S ANOTHER WAY? PADA MATA KULIAH ILMU BILANGAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA MELALUI WHAT S ANOTHER WAY? PADA MATA KULIAH ILMU BILANGAN Dwi Erna Novianti* Penelitian ini dilakukan pada mata kuliah Ilmu Bilangan pada mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran matematika di sekolah memiliki peranan penting dalam mengembangkan

Lebih terperinci

LEMMA VOL I NO. 1, NOV 2014

LEMMA VOL I NO. 1, NOV 2014 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA MATA KULIAH TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SD MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UMMY SOLOK Rita Oktavinora

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA INTERAKTIF DENGAN PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING PADA MATA KULIAH INSTALASI LISTRIK PENERANGAN*) Mutaqin, Totok Heru TM, Haryanto**)

PENERAPAN MEDIA INTERAKTIF DENGAN PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING PADA MATA KULIAH INSTALASI LISTRIK PENERANGAN*) Mutaqin, Totok Heru TM, Haryanto**) PENERAPAN MEDIA INTERAKTIF DENGAN PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING PADA MATA KULIAH INSTALASI LISTRIK PENERANGAN*) Mutaqin, Totok Heru TM, Haryanto**) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP Rohantizani Pendidikan Matematika, Universitas Malikussaleh Email: rohantizani@unimal.ac.id Abstract:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya penguasaan IPTEK. Akan tetapi, masih banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya penguasaan IPTEK. Akan tetapi, masih banyak siswa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan suatu ilmu dasar yang memegang peranan penting dalam upaya penguasaan IPTEK. Akan tetapi, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Siklus Belajar Dengan Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 9 Ampana

Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Siklus Belajar Dengan Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 9 Ampana Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Siklus Belajar Dengan Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 9 Ampana Karmila Langanawa, Amran Rede, Ratman Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak masalah di berbagai bidang, baik aplikasi ilmiah maupun industri melibatkan penyelesaian sistem persamaan linier, di antaranya adalah masalah lalu lintas dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) Oleh : Iis Holisin Dosen FKIP UMSurabaya ABSTRAK Objek yang ada dalam matermatika bersifat abstrak. Karena sifatnya yang abstrak, tidak jarang guru maupun siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa dan berfungsi sebagai dasar pengembangan sains dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan di BAB IV, dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Mata pelajaran matematika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang

Lebih terperinci

MENGENALKAN KONSEP PERSENTASE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

MENGENALKAN KONSEP PERSENTASE PADA SISWA SEKOLAH DASAR MENGENALKAN KONSEP PERSENTASE PADA SISWA SEKOLAH DASAR Erry Hidayanto Dosen Jurusan Matematika FMIPA UM Abstrak: Pada hakekatnya pembelajaran adalah mengembangkan berpikir siswa sehingga mampu memecahkan

Lebih terperinci