BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan secara in

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan secara in"

Transkripsi

1 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian vitro. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan secara in 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Pelaksanaan analisa kandungan unsur dari braket dengan XRF dilakukan di Laboratorium Sentra Teknologi Polimer (STP), Tangerang. Pelaksanaan proses perendaman dan pengujian menggunakan mesin ICP dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah, Medan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian diperkirakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Mei sampai Oktober Sampel dan Besar Sampel Penelitian Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini adalah braket SS setengah lengkung maksila (braket I 1, I 2, C, P 1 dan P 2 ) yaitu: braket SS bernikel (Protect, China) dan braket SS nickelfree (Orthoclassic, Jerman). Kriteria inklusi dari sampel penelitian : 1. Sudah diuji komposisinya.

2 2. Braket belum pernah digunakan. Kriteria eksklusi dari sampel penelitian : 1. Braket cacat/rusak Besar Sampel Pada penelitian ini digunakan perhitungan besar sampel mengikuti metode Frederer dengan rumus sebagai berikut berdasarkan rumus berikut (Hanafiah, 2003): (t-1) (r-1) 15 Keterangan : t = jumlah perlakuan r = jumlah ulangan dalam rumus ini akan digunakan t = 8, karena menggunakan 8 kelompok perlakuan, maka jumlah sampel (r) minimal tiap kelompok ditentukan sebagai berikut: (t-1) (r -1) 15 (7-1) (r -1) 15 7r 22 r 3,1 Dari hasil di atas, jumlah sampel minimal untuk tiap kelompok adalah sebanyak 3 sampel, pada penelitian ini diambil 5 sampel pada tiap kelompok, sehingga jumlah sampel 40 sampel.

3 3.4 Variabel Penelitian Variabel Bebas 1. Braket SS bernikel (Protect, Cina) dan braket SS nickel-free (Orthoclassic, Jerman) Variabel Terikat 1. Jumlah ion nikel yang terlepas 2. Jumlah ion kromium yang terlepas Variabel Terkendali 1. Suhu perendaman saliva buatan (Inkubator 37 C) 2. Waktu perendaman sampel braket dan pelepasan ion pada 1,2,3 dan 4 minggu 3. Saliva buatan dengan ph 6,75 4. Jenis braket Variabel Tak Terkendali 1. Metode pembuatan braket

4 3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian, Alat Ukur, dan Satuan Ukuran Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Variabel Bebas: 1. Braket SS bernikel (Protect, Cina) dan braket SS nickel-free (Orthoclassic, Jerman) 1.Braket SS yang terbuat dari logam SS yang digunakan dalam perawatan ortodonti. Variabel Terikat: 1. Ion nikel yang terlepas. 1.Konsentrasi/ kadar ion nikel yang dilepaskan oleh braket SS bernikel dan nickel-free yang terlarut dalam saliva buatan. ICP Numerik 2. Ion kromium yang terlepas. 2.Konsentrasi / kadar ion kromium yang dilepaskan oleh braket SS bernikel dan nickelfree yang terlarut dalam saliva buatan. ICP Numerik Variabel Terkendali: 1.Inkubator 2.Waktu perendaman 3. ph saliva buatan 4. Jenis braket Variabel Tak Terkendali: 1. Metode pembuatan braket 1.Suatu alat yang berbentuk kotak/kamar yang digunakan untuk menjaga agar suhu perendaman tetap pada kisaran 37 C. 2.Waktu yang digunakan untuk merendam sampel ke dalam saliva buatan, yaitu 1, 2, 3 dan 4 minggu. 3.pH saliva buatan yang digunakan untuk merendam sampel, yaitu ph 6,75. 4.Jenis braket yang didasarkan pada bahan pembuat braket. 1.Cara produsen dalam pembuatan braket ortodonti Minggu ph meter 37 C 1, 2, 3 dan 4 minggu ph 6,75

5 3.6. Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian 1. Alat XRF untuk menguji komposisi kandungan unsur braket 2. ph meter 3. Pipet ukur 4. Tabung reaksi 5. Pinset 6. Inkubator dengan temperatur 37 C 7. Alat ukur konsentrasi ion logam ICP Bahan Penelitian 1. Braket SS setengah lengkung maksila (braket I 1, I 2, C, P 1 dan P 2 ). 2. Saliva buatan komposisi Fusayama (hal 16) dengan ph 6,75 3. Aluminium foil Gambar 3.1 Braket bernikel (Protect) Gambar 3.2 Braket nickel-free (Orthoclassic)

6 3.7 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini merupakan kombinasi dari penelitian Park dan Lee (1989) yang mengukur kadar pelepasan dalam simulasi peranti ortodonti yang mencakup separuh lengkung mandibula dan penelitian Sfondrini dkk (2008) yang meneliti pelepasan ion kromium pada braket stainless steel konvensional, recycled dan braket stainless steel nickel-free Persiapan Penelitian 1. Sampel braket dipilih setengah lengkung maksila (braket I 1, I 2, C, P 1, P 2 ) dari braket SS bernikel dan braket SS nickel-free. 2. Sampel braket kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi saliva buatan dengan ph 6,75. Tiap 1 tabung reaksi terdiri dari 5 sampel braket dengan larutan saliva buatan 25 ml. Tabung reaksi disimpan dalam inkubator dengan temperatur dijaga 37 C (gambar 3.3). 3. Pada minggu ke-1, 2, 3 dan 4, sampel larutan saliva buatan dari tiap tabung dari seluruh kelompok diambil untuk diperiksa pelepasan ion nikel dan kromium melalui Inductively Couple Plasma (ICP). Gambar 3.3 Sampel dalam tabung reaksi dimasukkan ke inkubator

7 3.7.2 Tahap Uji menggunakan ICP Preparasi Sampel a. Dimasukkan 25 ml larutan sampel yang sudah dikocok sampai homogen ke dalam beaker glass 50 ml. b. Ditambahkan 5 ml asam nitrat pekat. c. Dipanaskan perlahan-lahan dengan menggunakan pemanas listrik hingga sisa volume saliva buatan ± 15 ml. d. Larutan saliva buatan didinginkan dan dipindahkan ke dalam gelas ukur 50 ml, bilas beaker glass dengan aqua destilasi 3 x, lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur, sampai batas 25 ml. e. Kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman 41, larutan siap dianalisa dengan menggunakan alat ICP. Pembuatan larutan blanko Dibuat blanko berupa 25 ml aqua destilasi yang diasamkan dengan asam nitrat pekat hingga ph 2. Pembuatan larutan standar Ni dan Cr 100 ppm a. Dipipet 10 ml larutan induk Ni dan Cr 1000 ppm ke dalam labu ukur 100 ml dan ditepatkan dengan aqua destilasi sampai tanda batas. Pembuatan larutan standar Ni dan Cr 10 ppm a. Dipipet 10 ml larutan Ni dan Cr 100 ppm ke dalam labu ukur 100 ml dan ditepatkan dengan aqua destilasi sampai tanda batas.

8 Pembuatan larutan standar Ni dan Cr 0.5 ; 1 ; 2 ; 3 ppm a. Dipipet 5, 10, 20, 30 ml larutan baku Ni dan Cr 10 ppm masing-masing ke dalam labu ukur 100 ml dan ditepatkan dengan aqua destilasi sampai tepat tanda batas sehingga didapat konsentrasi Ni dan Cr. Prosedur dan Pembuatan Kurva Kalibrasi a. Diukur masing-masing intensitas larutan standar Ni dan Cr 0.5; 1; 2; 3 ppm dengan ICP pada panjang gelombang (λ) nm untuk Ni dan panjang gelombang (λ) nm untuk Cr. Pengukuran Konsentrasi Sampel Hasil preparasi sampel diukur dengan ICP pada panjang gelombang (λ) nm. untuk Ni dan panjang gelombang (λ) nm untuk analisa Cr. Instruksi Kerja ICP Dioptimalkan ICP sesuai dengan petunjuk penggunaan alat, kemudian diukur masing-masing larutan kerja yang telah dibuat dan kurva kalibrasinya dibuat untuk mendapatkan persamaan garis regresi. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran sampel saliva buatan yang telah disiapkan dengan alat ICP. Adapun instruksi kerja menggunakan ICP adalah sbb: 1. Tabung gas dibuka dan dipastikan tekanan menuju ke ICP Psi. 2. Exhaust System dihidupkan 3. Handle diputar ke posisi on 4. ICP dihidupkan

9 5. PC dihidupkan dan dipilih ICP Expert II dengan double klik pada ikon ICP Expert II 6. Ikon Instrument di-klik 7. Water Cooler dihidupkan, ditunggu 2-5 menit agar stabil pada 24 C 8. Pada halaman instrument setup, dipilih Argon OK, Water Cooler Flow OK 9. Ujung selang penghisap sampel ditempatkan pada aquadest 10. Plasma dinyalakan dengan klik ikon Plasma On, ditunggu hingga plasma menyala. 11. Halaman Instrument Setup ditutup 12. Worksheet di halamanicp Expert II di-klik. 13. Di-klik new, lalu di-klik pada server Varian, dipilih VAIMD_Sample 14. Nama worksheet diisi, kemudian di-klik OK maka akan terbuka Halaman Method, lalu di-klik Edit Method 15. Di-klik elemen yang akan dianalisa yaitu Ni dan Cr 16. Dipilih panjang gelombang yang sesuai (panjang gelombang (λ) nm untuk Ni dan panjang gelombang (λ) nm untuk Cr). 17. Masih pada halaman Edit Method, di-klik : Standards 18. Dimasukkan jumlah deret standar, Unit Concentrasi dan konsentrasi masingmasing standarnya. 19. Di-klik Close pada halaman Edit Method 20. Di-klik Yes untuk menyimpan 21. Kembali ke halaman ICP Expert II, di-klik Sequence

10 22. Dipilih Sample Source Manual 23. Akan muncul kolom, pada kolom ini kemudian diisikan masing-masing nama sampel. 24. Kemudian di-klik Analysis 25. Baris standar atau sampel yang akan dibaca dikuningkan (di block kuning) 26. Dinyalakan plasma dengan di-klik ikon Plasma On, ditunggu 1 menit sampai Plasma menyala 27. Di-klik Start Analysis untuk memulai pembacaan 28. Dimasukkan blank ketika muncul perintah Present Blank 29. Dimasukkan Standard 1 ketika muncul perintah Present Standard Dimasukkan Standard 2 ketika muncul perintah Present Standard Diulangi sampai semua standar terbaca 32. Ketika muncul perintah Present Sample dimasukkan sampel Diulangi sampai semua sampel terbaca dan muncul keterangan Auto Run Completed, di-klik OK. 34. Di- klik Pumfast selama 2 menit 35. Dimatikan Plasma dengan ikon Plasma OFF 36. Untuk mencetak hasil, di-klik File, lalu di-klik Report Setting lalu di-klik Print preview dan di-klik Print 37. Ditutup kembali halaman Print Preview untuk kembali ke halaman analysis. 38. Untuk mengakhiri penggunaan ICP, di-klik File, lalu di-klik Close 39. Water Cooler dimatikan setelah 5 menit plasma mati

11 40. Software ICP dikeluarkan dengan menu Exit. 41. ICP dimatikan setelah 10 menit water cooler mati. 42. Breaker untuk supply listrik ICP dan Water Cooler dimatikan. 43. Komputer dimatikan. 44. Gas argon ditutup. 3.8 Analisis Data Semua data dipresentasikan dalam bentuk rerata ± simpangan baku (rata rata SD). Dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Apabila data terdistribusi normal dan homogen dilakukan uji statistik ANOVA untuk melihat perbedaan signifikan antara waktu perendaman pada braket SS bernikel dan braket SS nickel-free. Untuk melihat perbedaan ion nikel pada braket SS bernikel dengan braket SS nickel-free dan juga untuk melihat perbedaan ion kromium pada braket SS bernikel dengan braket SS nickel-free digunakan uji statistik T-test. Jika data tidak terdistribusi dengan normal dan atau tidak homogen, maka akan dilakukan transformasi data. Kemudian diuji lagi normalitas dan homogenitas data. Apabila data masih tidak normal distribusinya atau tidak homogen maka diuji dengan uji Kruskal-Wallis. Untuk melihat perbedaan ion nikel dan kromium pada braket SS bernikel dengan braket SS nickel-fre menggunakan uji Mann Whitney. Semua analisa data dilakukan dengan menggunakan SPSS Jadwal Penelitian

12 Keseluruhan kegiatan penelitian ini dari persiapan sampai pada penulisan hasil penelitian adalah sekitar 6 bulan (bulan Mei Oktober 2015). Urutan kegiatan dan jadwal pelaksanaan secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut : Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Proses Penelitian

13 BULAN KEGIATAN Persiapan - Pengujian kandungan unsur braket - Orientasi alat penelitian ICP - Pembelian saliva buatan Pelaksanaan - Persiapan alat-alat dan bahan-bahan penelitian - Pemilihan sampel braket - Perendaman sampel braket ke tiaptiap tabung reaksi yang sudah dimasukkan saliva buatan sesuai ukuran. - Tabung reaksi dimasukkan ke dalam inkubator. - Sesudah 1,2,3 dan 4 minggu larutan saliva buatan dari seluruh kelompok diambil untuk diperiksa. - Sampel dipreparasi - Pembuatan larutan blanko dan larutan standar nikel dan kromium Pengamatan / Pengujian - Konsentrasi nikel dan kromium pada sampel saliva buatan diukur dengan ICP. - Hasil pengukuran konsentrasi nikel dan kromium di print Analisa Data - Dilakukan analisa statistik dengan SPSS Penulisan - Penulisan hasilpenelitian - Penulisan pembahasan - Penulisan kesimpulan dan saran Bulan Ke-1 Bulan Ke-2 Bulan Ke-3 Bulan Ke-4 Bulan Ke-5 Bulan Ke-6

14 BAB 4 HASIL PENELITIAN Dari penelitian untuk menguji analisa kandungan unsur dengan menggunakan X-Ray Fluoresence (XRF) terlihat bahwa kandungan nikel pada braket dari braket SS bernikel sebesar 4.44 % dan pada braket SS nickel-free 0.53 %, sedangkan kandungan kromium pada braket SS bernikel sebesar %, dan pada braket SS nickel-free %, seperti tertera pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil pengujian analisa kandungan unsur braket dengan XRF Kandungan Unsur No Braket Ni (%) Cr (%) Fe (%) dll (%) 1. Braket SS bernikel Braket SS nickel-free Pembuatan kurva kalibrasi larutan standar logam nikel dan kromium dilakukan dengan membuat larutan standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0.5, 1, 2 dan 3 ppm kemudian diukur intensitasnya dengan alat ICP. Data pengukuran larutan standar nikel dapat dilihat pada tabel 4.2, dan data pengukuran larutan standar kromium dapat dilihat pada tabel 4.3.

15 Tabel 4.2 Pengukuran larutan standar nikel Larutan Standar Konsentrasi (ppm) Intensitas (c/s) Standar Standar Standar Standar Dari data tersebut dapat dibuat kurva: 2000 intensitas (c/s) y = 626,4x + 1,2 Y-Values Linear (Y-Values) Konsentrasi (ppm) Gambar 4.1 Kurva kalibrasi larutan standar nikel Tabel 4.3 Pengukuran larutan standar kromium Larutan Standar Konsentrasi (ppm) Intensitas (c/s) Standar Standar Standar Standar

16 Intensitas (c/s) y = 4428,9 x + 9,2 Y-Values Linear (Y-Values) Konsentrasi (ppm) Gambar 4.2 Kurva kalibrasi larutan standar kromium Nilai rerata pelepasan ion nikel setelah perendaman 1,2,3 dan 4 minggu disajikan dalam tabel 4.4 dan pelepasan ion kromium disajikan dalam tabel 4.5 Tabel 4.4 Nilai rerata pelepasan ion nikel setelah perendaman pada minggu ke-1, 2, 3 dan 4 minggu dalam saliva buatan Perendaman Bahan n Braket SS bernikel X ± SD (ppm) Braket SS nickel-free X ± SD (ppm) Minggu ± 0, ± Minggu ± 0, ± Minggu ± 0, ± Minggu ± 0, ±

17 Tabel 4.5 Nilai rerata pelepasan ion kromium setelah perendaman pada minggu ke-1, 2, 3 dan 4 minggu dalam saliva buatan Perendaman Bahan n Braket SS bernikel X ± SD (ppm) Braket SS nickel-free X ± SD (ppm) Minggu ± 0, ± Minggu ± 0, ± Minggu ± 0, ± Minggu ± 0, ± Untuk mengetahui distribusi normal dari pelepasan ion nikel dan kromium yang diperoleh dilakukan uji normalitas Shapiro-Wilk Test. Hasilnya menunjukkan bahwa data pada pelepasan ion nikel dan kromium braket SS bernikel dan braket SS nickelfree terdistribusi normal dengan nilai kemaknaan p<0.05 (tabel 4.6).

18 Tabel 4.6 Uji normalitas Shapiro-Wilk Test Pelepasan Ion Waktu Kelompok n p Perendaman Nikel 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu Braket SS bernikel Braket SS nickel-free Braket SS bernikel Braket SS nickel-free Braket SS bernikel Braket SS nickel-free Braket SS bernikel Braket SS nickel-free Kromium 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu Braket SS bernikel Braket SS nickel-free Braket SS bernikel Braket SS nickel-free Braket SS bernikel Braket SS nickel-free Braket SS bernikel Braket SS nickel-free Karena data terdistribusi normal, maka untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan pelepasan ion nikel dan kromium pada kelompok 1, 2, 3 dan 4 minggu dilakukan uji Annova (tabel 4.7). Kemudian dilanjutkan dengan analisis Post Hoc (tabel 4.8) untuk melihat kelompok mana yang mempunyai perbedaan bermakna.

19 Tabel 4.7 Perbedaan waktu pelepasan ion nikel dari braket SS bernikel dan braket SS nikel-free melalui uji Annova Bahan Perendaman X ± SD p (ppm) Braket SS bernikel 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu ± 0, ± 0, ± 0, ± 0, * Braket SS nickel-free 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu ± ± ± ± *p<0.05 Dengan uji statistik Annova terlihat waktu pelepasan ion nikel pada braket SS bernikel bahwa nilai p = (p<0.05) yang secara statistik menunjukkan terjadi perbedaan yang signifikan pelepasan ion nikel dari braket SS bernikel pada perendaman selama 1, 2, 3 dan 4 minggu dalam saliva buatan. Akan tetapi pada braket SS nickel-free nilai p = (p>0.05) yang menunjukkan tidak terjadi perbedaan signifikan pelepasan ion nikel dari braket (tabel 4.7). Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai p<0.05 yang secara statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pelepasan ion nikel pada seluruh kelompok waktu perendaman braket SS bernikel.

20 Tabel 4.8 Analisis Post Hoc untuk mengetahui perbedaan waktu pelepasan ion nikel braket SS bernikel pada perendaman saliva buatan Bahan Perendaman p Braket SS bernikel 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 2 minggu 1 minggu 3 minggu 4 minggu 3 minggu 1 minggu 2 minggu 4 minggu 4 minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu *p< * 0.004* 0.002* * 0.001* * Tabel 4.9 Perbedaan waktu pelepasan ion kromium dari braket SS bernikel dan braket SS nickel-free melalui uji Annova Bahan Perendaman X ± SD p (ppm) Braket SS bernikel 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu ± 0, ± 0, ± 0, ± 0,0011 0,002* Braket SS nickel-free *p< minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu ± ± ± ± ,004* Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai p = (p<0.05) yang secara statistik menunjukkan terjadi perbedaan yang signifikan waktu pelepasan ion kromium dari braket SS bernikel pada perendaman selama 1, 2, 3 dan 4 minggu dalam saliva buatan. Demikian juga pada braket SS nickel-free nilai p= 0.04 (p<0.05) yang menunjukkan terjadi perbedaan signifikan pelepasan ion kromium dari braket SS

21 nickel-free. Untuk melihat kelompok waktu perendaman mana yang mempunyai perbedaan bermakna, dilakukan analisis Post Hoc (tabel 4.10 dan tabel 4.11). Tabel 4.10 Analisis Post Hoc untuk mengetahui perbedaan relatif pelepasan ion kromium antara kelompok waktu perendaman pada braket SS bernikel Bahan Perendaman p Braket SS bernikel *p< minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 2 minggu 1 minggu 3 minggu 4 minggu 3 minggu 1 minggu 2 minggu 4 minggu 4 minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 0.000* 0.000* 0.000* * 0.002* * Terlihat bahwa nilai p<0,05 yang secara statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan besar pelepasan ion kromium seluruh kelompok waktu perendaman pada braket SS bernikel (tabel 4.10).

22 Tabel 4.11 Analisis Post Hoc untuk mengetahui perbedaan relatif pelepasan ion kromium antara kelompok waktu perendaman pada braket SS nickel-free Braket Waktu perendaman p Braket SS nickel-free *p< minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 2 minggu 1 minggu 3 minggu 4 minggu 3 minggu 1 minggu 2 minggu 4 minggu 4 minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 0.000* 0.000* 0.000* * 0.000* * Terlihat bahwa nilai p<0.05 yang secara statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan besar pelepasan ion kromium seluruh kelompok waktu perendaman pada braket SS nickel-free (tabel 4.11). Tabel 4.12 Analisis T test pelepasan ion nikel dari braket SS bernikel dengan braket SS nickel-free Waktu Perendaman Kelompok Braket X ± SD p ( ppm) 1 minggu Braket SS bernikel ± Braket SS nickel-free ± * 2 minggu Braket SS bernikel ± Braket SS nickel-free ± * 3 minggu Braket SS bernikel ± * Braket SS nickel-free ± minggu Braket SS bernikel ± * Braket SS nickel-free ± *p<0.05 Untuk melihat perbedaan pelepasan ion nikel pada braket SS bernikel dengan braket SS nickel-free dilakukan uji T-test (tabel 4.12).

23 Terlihat adanya perbedaan pelepasan ion nikel yang signifikan dari kelompok waktu perendaman 1, 2, 3 dan 4 minggu diantara braket SS bernikel dengan braket SS nickel-free (tabel 4.12). Untuk melihat perbedaan pelepasan ion kromium pada braket SS bernikel dengan braket SS nickel-free dilakukan uji T-test (tabel 4.13). Tabel 4.13 Analisis T test pelepasan ion kromium dari braket SS bernikel dengan braket SS nickel-free Waktu Perendaman Kelompok Braket X ± SD p ( ppm) 1 minggu Braket SS bernikel ± Braket SS nickel-free ± * 2 minggu Braket SS bernikel ± Braket SS nickel-free ± * 3 minggu Braket SS bernikel ± * Braket SS nickel-free ± minggu Braket SS bernikel ± * Braket SS nickel-free ± *p<0.05 Terlihat adanya perbedaan pelepasan ion kromium yang signifikan dari kelompok waktu perendaman 1, 2, 3 dan 4 minggu diantara braket SS bernikel dengan braket SS nickel-free (tabel 4.13).

24 BAB 5 PEMBAHASAN Untuk mengetahui apakah komposisi pada alloy yang digunakan dalam pembuatan braket dapat mempengaruhi kuantitas ion yang dilepaskan, disusun 2 kelompok braket SS yaitu braket SS bernikel (Protect) dengan braket SS nickel-free (Orthoclassic). Dilakukan uji komposisi dengan XRF dan didapat kan hasil komposisi nikel pada braket SS bernikel (Protect) sebesar 4.27 % dan pada braket SS nickel-free (Orthoclassic) 0.53 %, sedangkan kandungan kromium pada braket SS bernikel (Protect) sebesar 13.81%, dan pada braket SS nickel-free (Orthoclassic) sebesar %. Braket SS bernikel 4,27% 4,44 % 13,81% Ni (%) Cr (%) Fe (%) dll 77,48% 3,2% Braket SS nickel-free 78,96 % 0.53% 17,31% Ni (%) Cr (%) Fe (%) dll Gambar 5.1 Diagram pengujian analisa kandungan unsur braket SS bernikel dan braket SS nickel-free dengan XRF. 5.1 Pelepasan Ion Nikel Setelah Perendaman di Dalam Saliva Buatan selama 1, 2, 3 dan 4 minggu Penelitian ini menggunakan sampel sejumlah 200 buah braket yaitu braket SS bernikel sebanyak 100 buah dan braket SS nickel-free sebanyak 100 buah dengan

25 komposisi braket yang berlainan. Masing-masing sampel dikelompokkan menjadi 4 kelompok waktu perendaman. Sampel direndam dalam saliva buatan dengan komposisi Fusayama (NaCl (400mg/L), KCl (400mg/L), CaCl 2.H 2 O(795 mg/l), NaH 2 PO 4.H 2 O(90 mg/l), KSCN(300 mg/l), Na 2 S.9H 2 O (5mg/L) dan urea(1000 mg/l) dengan ph 6,75 dan disimpan di dalam inkubator pada suhu 37 C selama periode waktu 1, 2, 3 dan 4 minggu. Pengukuran jumlah lepasan ion nikel dan kromium dilakukan pada saliva buatan dengan menggunakan alat Inductively Coupled Plasma (ICP Varian 715-ES). Hasil menunjukkan bahwa terjadi pelepasan ion nikel pada braket SS bernikel dan braket SS nickel-free. Nilai pelepasan ion meningkat seiring bertambahnya waktu perendaman. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Annova terlihat adanya perbedaan nilai pelepasan ion pada braket SS bernikel dan braket SS nickel-free yang signifikan (p<0.05). 0,3000 0,2500 Konsentrasi (ppm) 0,2000 0,1500 0,1000 0,0500 0, Braket SS bernikel Braket SS Nickel-free Waktu perendaman (minggu) Gambar 5.2 Diagram pelepasan ion nikel braket SS bernikel dan braket SS nickelfree pada 1, 2, 3 dan 4 minggu perendaman saliva buatan.

26 Berdasarkan gambar 5.2 di atas, terlihat adanya pelepasan ion nikel dari braket SS bernikel dan braket SS nickel-free. Maka hipotesis tidak ada pelepasan ion nikel dari braket SS bernikel dan braket SS nickel-free ditolak yang berarti ada terjadi pelepasan ion pada perendaman dalam saliva buatan. Begitupun dengan hipotesis tidak ada perbedaan pelepasan ion nikel dari braket SS bernikel dengan braket SS nickel-free setelah dilakukan perendaman pada saliva buatan, ditolak, yang dipastikan secara statistikdari hasil uji T-test dengan nilai p<0.05. Pada gambar 5.2 juga terlihat jumlah pelepasan ion nikel pada braket SS bernikel dan braket SS nickel-free meningkat seiring waktu, dan pelepasan ion nikel pada braket SS bernikel lebih tinggi dibandingkan dengan braket SS nickel-free. Bila konsentrasi nikel diukur pada berbagai interval waktu, level maksimum ditemukan pada minggu ke-1 dan selanjutnya jumlah kenaikan pelepasan ion semakin kecil secara bertahap. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Barret dkk. (1993) menyatakan bahwa puncak pelepasan ion nikel terjadi pada hari ke-7, kemudian pelepasan ion nikel menurun sampai periode 3 minggu berikutnya. Dari gambar terlihat bahwa laju pelepasan ion nikel braket SS bernikel lebih besar dibanding laju pelepasan ion nikel pada braket SS nickel-free. Hal ini disebabkan komponen penyusun braket Protect berdasarkan analisis XRF menunjukkan ion kromium yang lebih sedikit (13,81 %) dibandingkan ion kromium braket Orthoclassic (17,31 %), sehingga passive layer braket Protect tidak mampu melindungi braket tersebut dari serangan korosi saliva.

27 Penambahan kromium (Cr) bertujuan meningkatkan ketahanan korosi dengan membentuk lapisan oksida ( Cr 2 O 3 ) di permukaan logam SS. Kromium pada permukaan logam beraksi dengan oksigen membentuk lapisan kromium oksida yang tahan terhadap korosi. Lapisan ini disebut dengan passive layer. Menurut penelitian ketebalan dari passive layerhanya beberapa nanometer (10-9 m). Passive layer dimaksudkan untuk menahan serangan korosi namun ada beberapa penyebab yang mengakibatkan passive layer tersebut rusak. Gambar 5.3 Beberapa penyebab hancurnya passive layer secara umum Peningkatan pelepasan ion semakin meningkat seiring dengan waktu perendaman (gambar 5.2), hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Huang (2001) dan Gursoy (2004). Peningkatan pelepasan ion nikel dan kromium bisa disebabkan oleh kandungan klorida pada saliva buatan, dimana adanya klorida akan meningkatkan degradasi logam. Klorida dapat merusak passive film dan juga sebagai inisiator terjadinya korosi celah, dengan terbentuknya celah pada material SS klorida

28 yang bermuatan negatif akan diserap ke permukaan yang bermuatan positif. Sehingga ph elektrolit celah tersebut akan menjadi rendah dan proses korosi terus berlangsung yang akan mengakibatkan pelepasan ion terus menerus (Perez, 2004; Calderon, 2015). Gambar 5.4 Peranan klorida dalam memicu terjadinya korosi Menurut Perez, 2004 mekanisme terjadinya korosi sumur (pitting) karena klorida yaitu: 1. Terbentuknya tempat-tempat yang bersifat anodik yang disebabkan oleh terganggunya/rusaknya lapisan pasif pada permukaan logam. Anoda : M M Z+ + Ze -... (2.1) Katoda : O 2 + 2H 2 O + 4 e - 4OH -... (5.1) 2. Karena terjadinya proses pelarutan logam secara kontinu, ion-ion logam akan terakumulasi di daerah anoda, sehingga terbentuk rongga-rongga. Dan untuk menstabilkan elektron, ion-ion klorida bermigrasi ke dalam rongga dan bereaksi dengan ion logam dan terjadi reaksi hidrolisis.

29 2 M Z + Cl - + O 2 + 2H 2 O 2M(OH) 2 + 2H + Cl -...(5.2) Park dan Shearer (1983) serta Menne dkk. (1987) juga menemukan korosi braket ortodonti mencapai titik stabil setelah 6 hari dan tidak meningkat secara signifikan setelahnya. Penelitian yang dilakukan Barret dkk. (1993) menunjukkan bahwa puncak pelepasan ion nikel terjadi pada hari ke-7, kemudian selanjutnya pelepasan ion nikel menurun sampai periode 3 minggu berikutnya. Sedangkan Singh dkk. (2013) menyatakan bahwa level nikel dalam saliva dari 10 pasien yang sedang menjalani perawatan ortodonti mencapai level tertinggi pada satu minggu setelah pemasangan piranti. Sementara itu, hasil penelitian Amini (2012) yang mengambil saliva pasien perawatan ortodonti cekat yang sudah menjalani perawatan selama 1 tahun, didapati rata-rata nikel mengalami peningkatan sedikit setelah 6 bulan, dan kemudian turun di bawah level kelompok kontrol setelah satu tahun. Agaoglu dkk. (2001) yang meneliti saliva dan serum pasien yang memakai piranti cekat, mendapatkan bahwa pelepasan ion nikel mencapai level tertinggi di bulan pertama dan kemudian pelepasan ion menurun pada kelompok waktu berikutnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Sfondrini dkk. (2010) bahwa braket konvensional melepaskan ion nikel lebih besar dibandingkan dengan braket nickel-free Dari hasil penelitiannya menunjukkan braket konvensional melepaskan ion nikel 7,14 ±20,83 ppb sementara braket nickel-free melepaskan ion nikel 0,03 ± 0,06 ppb dalam perendaman braket dalam saliva buatan selama 120 jam.

30 5.2 Pelepasan Ion Kromium Setelah Perendaman di Dalam Saliva Buatan selama 1, 2, 3 dan 4 minggu 0,0250 Konsentrasi (ppm) 0,0200 0,0150 0,0100 0,0050 Braket SS bernikel Braket SS nickel-free 0, Waktu perendaman (Minggu) Gambar 5.4 Diagram pelepasan ion kromium braket SS bernikel dan braket SS nickel-free pada 1, 2,3 dan 4 minggu perendaman saliva buatan. Berdasarkan gambar 5.3, terlihat pelepasan ion kromium dari SS bernikel dan braket SS nickel-free. Begitupun dengan hipotesis tidak ada perbedaan pelepasan ion kromium dari braket SS bernikel dan braket SS nickel-free setelah dilakukan perendaman pada saliva buatan pada waktu yang berbeda terlihat signifikan dengan p<0,05 yang berarti hipotesis ditolak. Berarti ada perbedaan pelepasan ion kromium dari SS bernikel dengan braket SS nickel-free. Dalam pelepasan ion kromium pada berbagai interval waktu dijumpai juga perubahan yang signifikan. Level kromium yang dilepaskan meningkat hingga mingggu ke 2 dan kemudian menjadi stabil. Perbedaan pelepasan kromium antara kedua tipe braket terlihat signifikan, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Huang (2001) dan Gursoy (2004).

31 Menurut Zinelis dkk. (2005), komposisi unsur paduan logam pada braket memiliki implikasi dalam biokompabilitas, ketahanan korosi dan pelepasan ion. Hasil dari analisis XRF menunjukkan bahwa braket SS bernikel sebesar 13.81%, dan pada braket SS nickel-free dibuat dari paduan yang berbeda. Komposisi braket SS bernikel (Protect) Fe 77,48 %, Cr 13,81 %, Ni 4,44 % (austenitik) dan komposisi braket SS nickel-free (Orthoclassic) Fe 78,96 %, Cr 17,31 dan Ni 0,53 % (duplex). Duplex SS dikembangkan untuk memperoleh material superior dalam hal ketahanan korosi, kekuatan dan kemudahan pabrikasi melalui penggabungan struktur ferritik dan austenitik. Ketahanan korosinya sangat tinggi melebihi austenitik (Singh, 2007). Perbedaan pelepasan ion nikel dan kromium pada braket SS bernikel dengan braket SS nickel-free kemungkinan juga disebabkan karena variasi dalam teknik pembuatan serta tindakan finishing dan polishing pasca produksi yang dapat mempengaruhi korosi braket. Penelitian invitro Maijer dkk. (1986), menunjukkan bahwa dengan teknik pembuatan yang berbeda, beberapa braket dengan komposisi dasar yang sama pun dapat memiliki sifat korosi yang berbeda secara signifikan. Mikrostruktur alloy dapat mempengaruhi korosi dan mikrostuktur itu sendiri dipengaruhi oleh pengaloian, perlakuan panas dan cold working (Maijer dkk., 1986). Berdasarkan literatur pelepasan nikel dilaporkan 4,2 μg per hari. Penelitian secara in-vitro sebelumnya melaporkan bahwa pelepasan ion nikel dari piranti ortodonti penuh yaitu sebesar 40 ppb/hari dan 36 ppb/hari untuk kromium. Hasil penelitian ion nikel tertinggi dilepaskan dari braket SS bernikel dengan pelepasan ± 0,006 ppm pada minggu ke-4, yang jika dikonversikan ke ppb

32 menjadi 268,5 ± 6 ppb untuk 5 braket ortodonti. Untuk 1 hari berarti 265,8 dibagi 28 hari menjadi 9.5 ppb/hari untuk 5 braket ortodonti (setengah regio maksila). Jika disimulasikan ke dalam rongga mulut maka dikali 4 regio menjadi 38 ppb/hari. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan Park dan Shearer (1983) yang menunjukkan rentang pelepasan ion nikel sebesar ppb/hari. Hasil penelitian pelepasan ion kromium tertinggi dilepaskan dari braket SS bernikel dengan pelepasan ± 0,0011ppm pada minggu ke-4, yang jika dikonversikan ke ppb menjadi 18.4 ± 1.1 ppb untuk 5 braket ortodonti. Untuk 1 hari berarti 18.4 dibagi 28 hari menjadi 0.65 ppb/hari untuk 5 braket ortodonti (setengah regio maksila). Jika disimulasikan ke dalam rongga mulut maka dikali 4 regio menjadi 2.6 ppb/hari. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan Kocadereli (2000) yang menunjukkan rentang pelepasan ion kromium sebesar ppb/hari. Dapat disimpulkan bahwa dari penelitian ini pelepasan ion nikel dan kromium yang terlepas dalam saliva masih diambang batas yang masih dapat ditolerir oleh tubuh, dimana batasan asupan untuk nikel adalah sebesar μg/hari dan untuk kromium sebesar 280 μg/hari..

33 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Pelepasan ion nikel braket SS bernikel (Protect) dan braket SS nickel-free (Orthoclassic) menunjukkan perbedaan yang signifikan pada ke-4 interval waktu (p<0.05) 2. Pelepasan ion kromium braket SS bernikel (Protect) dan braket SS nickelfree (Orthoclassic) menunjukkan perbedaan yang signifikan pada ke-4 interval waktu (p<0.05). 3. Jumlah ion nikel yang terlepas antara braket SS bernikel dengan braket SS nickel-free menunjukkan perbedaan yang signifikan setelah direndam di dalam saliva buatan selama 1, 2, 3 dan 4 minggu (p < 0.05), dengan braket SS bernikel melepaskan ion nikel lebih besar dibandingkan dengan braket SS nickel-free. 4. Jumlah ion kromium yang terlepas antara braket SS bernikel dengan braket SS nickel-free menunjukkan perbedaan yang signifikan setelah direndam di dalam saliva buatan selama 1, 2, 3 dan 4 minggu (p < 0.05), dengan braket SS bernikel melepaskan ion kromium lebih besar dibandingkan dengan braket SS nickel-free.

34 6.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi merk dan jenis braket yang berbeda, mengingat sangat bervariasinya braket SS yang dijual dipasaran. 2. Untuk mengetahui efek dari ion yang terlepas yang diabsorbsi tubuh perlu dilakukan penelitian secara in vivo. 3. Perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan SEM untuk melihat pengaruh pelepasan ion pada permukaan braket setelah perendaman dengan saliva buatan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah true eksperimental laboratoris secara in vitro. B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1Alat - Inductively Couple Plasma (ICP) - Pemanas listrik - Pipet volume 3,5,10,25 ml - Labu ukur 100, 500 ml - Corong - Labu Erlenmeyer 3.2 Bahan - Larutan Multielement 100 -

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Tahapan dalam penelitian ini di mulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kerangka Penelitian :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodonti terbagi atas beberapa jenis di pasaran, antara lain copper nickel titanium,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodonti terbagi atas beberapa jenis di pasaran, antara lain copper nickel titanium, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan kawat ortodonti menjadi sarana yang paling umum digunakan oleh masyarakat untuk mengoreksi kondisi gigi yang tidak teratur dengan cara memberikan perbaikan estetik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum yakni tentang analisis penyebaran logam berat tembaga pada air tanah dan aliran sungai di sekitar industri kerajinan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lapangan dan di laboratoirum. Pengambilan sampel ikan bertempat di DAS Citarum bagian hulu dengan 4 stasiun yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

Minimalisir Logam Berat Ni Pada Limbah Cair Industri Elektroplating dengan Pseudomonas fluorescens

Minimalisir Logam Berat Ni Pada Limbah Cair Industri Elektroplating dengan Pseudomonas fluorescens Minimalisir Logam Berat Ni Pada Limbah Cair Industri Elektroplating dengan Pseudomonas fluorescens Mardiyono 1, Ratno Agung Samsumaharto 2 1 Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi 2 Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai Muhammad Nanang Muhsinin 2708100060 Dosen Pembimbing Budi Agung Kurniawan, ST,

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan kadar krom dengan metode spektrofotometri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos LAMPIRA 30 Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC 1984) Cawan alumunium kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada temperatur 100 o C. Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental Murni dengan rancangan eksperimental random atau disebut juga randomized pretest posttest control group

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. archwire, dan cincin. Braket merupakan salah satu komponen penting. Agar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. archwire, dan cincin. Braket merupakan salah satu komponen penting. Agar dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat ortodonti cekat umumnya menggunakan material metal seperti braket, archwire, dan cincin. Braket merupakan salah satu komponen penting. Agar dapat memberikan tekanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini kerangka konsep yang digunakan yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini kerangka konsep yang digunakan yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Dalam penelitian ini kerangka konsep yang digunakan yaitu: Lama perendaman dalam larutan tawas Kadar aluminium Variabel Bebas Variabel Terikat B. Tabel Rancangan

Lebih terperinci

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan sesuai dengan metode penelitian seperti tampak pada Gambar 3.1. identifikasi masalah penentuan titik sampling penentuan metode sampling

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka dapat disusun kerangka konsep

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka dapat disusun kerangka konsep BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut : Konsentrasi tawas dalam perendaman Variabel independen Kadar aluminium

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen murni dengan rancangan eksperimental random atau disebut juga randomized pretest-posttest control group

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Diagram Alir Penelitian Penelitian dilakukan dengan mengikuti diagram alir berikut. Studi literatur Sampel uji: Sampel A: AC4B + 0 wt. % Sr + 0 wt. % Ti Sampel B: AC4B + 0.02

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperiment kuasi yaitu menjelaskan hubungan antara variabel melalui pengujian hipotesa, untuk mengetahui

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4 2- secara turbidimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan lokasi penelitian di analisis di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Penetapan kadar larutan baku formaldehid Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada tabel 2. Hasil yang diperoleh dari penetapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 3.1. Metodologi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan menggunakan diagram alir seperti Gambar 3.1. PEMOTONGAN SAMPEL UJI KEKERASAN POLARISASI DICELUPKAN DALAM LARUTAN DARAH

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS

PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS Norma Nur Azizah 1, Mulyati a, Wulan Suci Pamungkas a, Mohamad Rafi a a Departemen Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada adalah teknik Begg. Kawat busur yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada adalah teknik Begg. Kawat busur yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu teknik perawatan ortodontik cekat yang digunakan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada adalah teknik Begg. Kawat busur yang digunakan dalam teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan orthodonti bertujuan untuk memperbaiki letak gigi yang tidak normal sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang proporsional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen karena telah dilakukan manipulasi terhadap objek penelitian dan terdapat kontrol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. Tiwuk Susantiningsih, M.Biomed mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : a) Proses Fermentasi di Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Alat ortodontik cekat meliputi beberapa komponen dasar yaitu braket,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Alat ortodontik cekat meliputi beberapa komponen dasar yaitu braket, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alat ortodontik cekat meliputi beberapa komponen dasar yaitu braket, band, dan kawat busur. Kawat busur memiliki fungsi aktif menerapkan gaya pada gigi dan pasif untuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O Bahan-bahan - air destilasi - larutan kalium chloride (KCl) 1N ditimbang 373 g KCl yang sudah dikeringkan di dalam oven pengering 105 o C, dilarutkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi 4 jenis yaitu nikel titanium, kobalt-kromiun-nikel, stainless steel dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi 4 jenis yaitu nikel titanium, kobalt-kromiun-nikel, stainless steel dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat mulai menyadari akan pentingnya merawat kesehatan gigi. Salah satu cara merawat kesehatan gigi yaitu dengan perawatan ortodonti. Salah satu komponen

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl Abdur Rozak 2709100004 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan ST, M.sc. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan antara metode non eksperimental dan metode eksperimental. Metode non eksperimental

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Medan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2013 bertempat di Laboratorium Biomassa Terpadu Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan metode rancangan eksperimental sederhana (posttest only control group design)

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Nama : T.M. Reza Syahputra Dinno Rilando Hari / Tgl: Kamis / 24 Maret 2016 Tujuan Praktikum: 1. Mahasiswa/i dapat memahami pengertian dan fungsi

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitianeksperimental. Dalam hal ini 3 sampel kecap akan diuji kualitatif untuk mengetahui kandungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). Lampiran 1. Gambar Sampel dan Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 1. Sampel Brokoli Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). 45 Lampiran

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN III.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : - Spektrometer serapan atom ( Perkin-Elmer tipe Aanalyst 100 ) - Tungku karbon ( Perkin-Elmer

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia mineral / laboratorium geoteknologi, analisis proksimat dilakukan di laboratorium instrumen Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Penelitian ini didukung oleh penelitian deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011. Penelitian ini sebagian besar dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah Laboratorium Kimia Analis Kesehatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. stomatognatik tidak akan berjalan baik (Mc Laughlin dkk., 2001). Perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. stomatognatik tidak akan berjalan baik (Mc Laughlin dkk., 2001). Perawatan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan perawatan yang dilakukan oleh ortodontis adalah mencapai oklusi optimal dengan kerangka dasar tulang rahang yang kompatibel, dengan lingkungan syaraf dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel air diambil di Kost Kuning Jalan Pangeran Hidayat Kelurahan. Heledulaa Utara Kecamatan Kota Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel air diambil di Kost Kuning Jalan Pangeran Hidayat Kelurahan. Heledulaa Utara Kecamatan Kota Timur. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi 1. Lokasi Pengambilan Sampel Air Tanah Sampel air diambil di Kost Kuning Jalan Pangeran Hidayat Kelurahan Heledulaa Utara Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Uji Korosi Dari pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil berupa data hasil perhitungan weight loss, laju korosi dan efisiensi inhibitor dalam Tabel

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 22 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Proses Penelitian Mulai Preparasi dan larutan Pengujian Polarisasi Potensiodinamik untuk mendapatkan kinetika korosi ( no. 1-7) Pengujian Exposure (Immersion) untuk

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi No. 229, Bandung. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 7 : Cara uji kadar sulfur dioksida (SO 2 ) dengan metoda pararosanilin menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pani Desa Botubulohu Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato dan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Pani Desa Botubulohu Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato dan lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Lokasi pengambilan sampel air limbah yaitu di Pertambangan Gunung Pani Desa Botubulohu Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato dan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Mei 2013 yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Mei 2013 yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Mei 2013 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Pengambilan ikan kakap merah dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. elektrokoagulasi sistem batch dan sistem flow (alir) dengan aluminium sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. elektrokoagulasi sistem batch dan sistem flow (alir) dengan aluminium sebagai 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengolah limbah industri penyamakan kulit, yang dilakukan di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki maloklusi gigi, kelainan -

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki maloklusi gigi, kelainan - I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki maloklusi gigi, kelainan - kelainan fungsi, dan bentuk rahang serta muka (Proffit dan Fields, 2000). Aspek penting dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : -Laboratorium Penelitian dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura Lampung pada bulan Juli - Agustus 2011. B. Materi Penelitian B.1. Biota Uji Biota

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai Maret 2012 di laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai Maret 2012 di laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai Maret 2012 di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium Kimia Anorganik Fakultas

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1. Tahapan Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan. Pertama adalah pembuatan elektroda pasta karbon termodifikasi diikuti dengan karakterisasi elektroda yang

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 5: Cara uji oksida-oksida nitrogen dengan metoda Phenol Disulphonic Acid (PDS) menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dan dengan desain penelitian post-test only control group. B. Sampel Penelitian

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Laboratorium Biokimia, dan Laboratorium

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012 di Laboratorium Kimia Analitik dan Laboratorium Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental dengan lima kelompok perlakuan. Hasil penghitungan bilangan peroksida dari tiap-tiap kelompok perlakuan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S Oleh : Agus Solehudin Dipresentasikan pada : Seminar Nasional VII Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri Diselenggarakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl Pandhit Adiguna Perdana 2709100053 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan, S.T.,M.Sc.

Lebih terperinci