BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Membaca a. Pengertian membaca Melalui membaca seseorang dapat mengetahui apa yang sebelumnya tidak diketahui. Membaca sudah diajarkan sejak usia dini. Menurut Tarigan (2015:7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Sedangkan menurut Rahim (2008 : 2) Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Ada tiga istilah sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal, yaitu SD kelas I, II, III yang dikenal dengan istilah membaca permulaan. 8

2 9 Penekanan membaca pada tahap ini ialah proses konsepsual yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat di simpulkan membaca adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan. Membaca dapat memudahkan manusia untuk dapat memahami sesuatu yang telah di baca. Dengan membaca akan meningkatkan wawasan dan pengetahuan seseorang. b. Aspek dalam membaca Dalam membaca terdiri berbagai keterampilan-keterampilan dalam menunjang kegiatan membaca. Menurut Tarigan (2015:12) aspek dalam membaca terdapat dua aspek penting dalam membaca antara lain : 1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dianggap berada di urutan yang lebih rendah (lower order). Dalam mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanisme tersebut, aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring dan membaca bersuara. 2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek-aspek ini tidak selalu dilaksanakan dengan cara yang sama oleh pembaca yang berbeda. Interaksi antara ketujuh aspek secara harmonis akan menghasilkan hasil membaca yang baik, yaitu komunikasi yang baik antara menulis dan membaca. Keterampilan membaca diperlukan bagi setiap pembaca. Untuk dapat memahami bacaan, pembaca terlebih dahulu harus memahami katakata dan kalimat yang ada di bacaan. Terampil dalam membaca akan meningkatkan kosakata dalam ingatan. Namun, pada dasarnya sebelum lancar dalam membaca terlebih dahulu mengenal huruf abjad yang

3 10 dilakukan sejak usia dini yaitu pra sekolah. Di jenjang sekolah berikutnya seseorang lebih mengasah kemampuan dalam membaca. Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas untuk dapat memahami bacaan, pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang ada di bacaan. Terampil dalam membaca akan meningkatkan kosakata dalam ingatan. c. Tujuan Membaca Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, serta memahami makna dalam bacaan. Menurut Tarigan (2015 : 9) tujuan membaca sebagai berikut; 1) Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta 2) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama 3) Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita 4) Membaca untuk menyimpulkan 5) Membaca untuk mengelompokkan dan mengklasifikasikan 6) Membaca untuk menilai dan mengevaluasi 7) Membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan. Sedangkan menurut Rahim (2008:11) tujuan membaca mencakup antara lain; 1) kesenangan, 2) menyempurnakan membaca nyaring, 3) menggunakan strategi tertentu, 4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topic, 5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, 6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, 7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, 8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, 9) menjawab pertanyaanpertanyaan yang spesifik.

4 11 Dapat diambil kesimpulan yaitu dengan membaca dapat memperoleh ide-ide utama dalam suatu bacaan serta menyimpulkan dari isi suatu bacaan. d. Faktor yang Mempengaruhi Membaca Permulaan Menurut Lamb dan Arnold (dalam Rahim, 2008:16) faktor-faktor yang mempengaruhi membaca permulaan antara lain: Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis (berbagai cacat pada otak) dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. Gangguan pada alat indra bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Jadi, faktor fisiologis meliputi kondisi fisik anak, misalnya keterbatasan neurologis (cacat pada otak) yang menyebabkan kurang lancarnya anak dalam membaca. Oleh sebab itu, guru harus waspada terhadap kebiasaan anak di kelas. Jika guru menemukan gejala yang terlihat misalnya gangguan pada penglihatan dan pendengaran, maka guru harus menyarankan kepada orangtuanya untuk membawa si anak ke dokter. Dari faktor Intelektual yaitu intelegensi yang merupakan kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan. Secara umum ada hubungan positif antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca. Pendapat ini sesuai yang

5 12 dikemukakan oleh Rubin (dalam Rahim, 2008:16 ) bahwa banyak hasil penelitian memperlihatkan tidak semua siswa mempunyai kemampuan intelegensi tinggi menjadi pembaca yang baik. Faktor metode mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru juga turut memengaruhi kemampuan membaca permulaan anak. Jadi, faktor intelektual yang mencakup tingkat IQ seseorang, namun tidak semua yang memiliki IQ tinggi mnjadi pembaca baik. Intelegensi anak tidak sepenuhnya memengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam membaca permulaan. Oleh sebab itu, metode pengajaran guru harus menunjang anak dalam meningkatkan kemampuan membaca. Faktor lingkungan mencakup latar belakang dan pengalaman siswa di rumah serta sosial ekonomi keluarga siswa. Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Menurut Rubin (dalam Rahim, 2008:16) mengemukakan sebagai berikut: Bahwa orangtua yang hangat, demokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak untuk berfikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orangtua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar di sekolah. Jadi, faktor lingkungan di rumah akan memengaruhi kondisi membaca anak, terutama orangtua. Orangtua harus mampu mendorong kemampuan anak agar gemar membaca. Dan orangtua harus mempunyai minat besar dalam kegiatan di sekolah. Faktor sosial ekonomi yaitu ada kecenderungan orangtua kelas menengah keatas merasa bahwa anak-anak mereka siap lebih awal dalam

6 13 membaca permulaan. Namun, usaha orangtua hendaknya tidak berhenti hanya sampai pada membaca permulaan saja. Orangtua harus melanjutkan kegiatan membaca anak secara terus menerus. Semakin tinggi status sosioekonomi siswa memengaruhi kemampuan verbal siswa. Dapat diambil kesimpulan kondisi ekonomi orang tua mempengaruhi kemampuan membaca anak. Orang tua harus mendukung perkembangan bahasa dan intelegensi anak. Sebaiknya orang tua hendaknya menghabiskan waktu mereka untuk berbicara dengan anak agar anak menyenangi membaca berbagi buku cerita. Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Untuk memotivasi meningkatkan hasil belajarnya, guru bisa memberikan model dan contoh untuk dilihat dan ditiru. Misalnya dengan mencontohkan bagaimana membacakan cerita pendek (cerpen), guru bisa mencontohkan bagaimana intonasi dan lafal yang sesuai dengan isi cerita pendek tersebut. Siswa akan termotivasi belajar jika penyampaian dilakukan secara terstruktur sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif sehingga pesan pembelajaran dapat dievaluasi dengan tepat. Minat baca adalah keinginan yang kuat yang disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam ketersediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Oleh sebab itu, guru harus berusaha memotivasi siswanya. Siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap membaca akan mempunyai minat yang tinggi pula terhadap kegiatan membaca.

7 14 Menurut Andriani (dalam Dalyono, 2015:155) faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan membaca terdiri atas dua macam, yaitu sebagai berikut: Faktor intern dan faktor ekstern. Adapun faktor intern, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan dari dalam diri siswa. Faktor intern terdiri dari faktor fisik dan faktor psikologis. Sedangkan faktor ekstern, yakni hal -hal atau keadaankeadaan yang datang dari luar diri siswa. Adapun faktor ekstern terdiri dari faktor sosio-ekonomi, lingkungan keluarga lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Karena itu, dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik, maka para pendidik perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar. Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas faktor yang mempengaruhi membaca saling berkesinambungan satu dengan lainnya, oleh sebab itu menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan membaca. e. Kesalahan Kesulitan Membaca Permulaan Menurut Hargrove (dalam Abdurrahman, 2010:206) diperoleh data bahwa anak-anak berkesulitan membaca permulaan mengalami berbagai kesalahan dalam membaca sebagai berikut: 1) penghilangan, 2) penyelipan, 3) penggantian kata, 4) pengucapan kata salah dan makna berbeda, 5) pengucapan kata salah tetapi makna sama, 6) pengucapan kata salah dan tidak bermakna, 7) pengucapan kata dengan bantuan guru, 8) pengulangan, 9) pembalikan kata, 10) pembalikan huruf, 11) kurang memperhatikan tanda baca, l2) pembetulan sendiri, 13) ragu-ragu, 14) tersendat-sendat. Penghilangan huruf atau kata sering dilakukan oleh anak berkesulitan belajar membaca karena adanya kekurangan dalam mengenal huruf, bunyi bahasa (fonik), dan bentuk kalimat. Penyelipan kata terjadi karena anak kurang mengenal huruf, membaca terlalu cepat, atau karena bicaranya melampaui kecepatan membacanya. Penggantian kata merupakan kesalahan yang banyak terjadi karena anak tidak memahami kata tersebut sehingga hanya menerka-

8 15 nerka saja. Pengucapan kata terjadi karena anak tidak mengenal huruf sehingga menduga-duga saja, mungkin membaca terlalu cepat, perasaan tertekan, takut kepada guru, perbedaan dialek anak dengan bahasa Indonesia yang baku. Pengucapan kata dengan bantuan guru terjadi jika guru ingin membantu anak melafalkan kata-kata. Pengulangan dapat terjadi pada kata, suku kata, atau kalimat. Pembalikan huruf terjadi karena anak bingung posisi kiri-kanan, atau atas bawah. Pembetulan sendiri dilakukan oleh anak jika ia menyadari adanya kesalahan. Anak yang ragu-ragu terhadap kemampuannya sering membaca tersendat-sendat. Jadi, berbagai kesalahan membaca yang telah dikemukakan dapat digunakan oleh guru sebagai acuan mengajar. Observasi guru secara terus menerus guru dapat mengetahui kesalahan-kesalahan anak dalam membaca dan berdasarkan kesalahan-kesalahan tersebut dapat dicarikan pemecahannya. 2. Kesulitan Membaca a. Pengertian Kesulitan Membaca Membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya di sekolah. Seseorang akan memperoleh informasi ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru dengan cara membaca. Dengan demikian maka kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh sebab itu, guru mengajarkan membaca di sekolah sangat penting. Menurut Tarigan (2015:8) membaca adalah suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.

9 16 Kesulitan membaca (Aphroditta, 2013:59) adalah kondisi yang menyebabkan masalah dalam persepsi, terutama yang mempengaruhi kemampuan membaca. Sedangkan menurut Subini (2013:53) kesulitan membaca atau disleksia learning merupakan kemampuan membaca anak yang berada di bawah kemampuan yang seharusnya dengan mempertimbangkan tingkat intelegensi, usia dan pendidikannya. Jadi kesulitan membaca adalah kondisi dimana anak mengalami hambatan dalam membaca, menulis mengeja dan lambat dalam memahami suatu cerita serta mempunyai kemampuan di bawah rata-rata. b. Karakteristik kesulitan membaca Menurut Subini (2013:54) adapun karakteristik disleksia learning atau kesulitan membaca antara lain : 1) Inakurasi dalam membaca, seperti membaca lambat kata demi kata jika dibandingkan dengan anak seusianya, intonasi suara turun naik turun, 2) Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar dan proporsional, 3) Sering terbalik dalam mengenali huruf dan kata, misalnya antara kuda dengan daku, palu dengan lupa, huruf b dengan d, p dengan q dan lain-lain, 4) Kacau terhadap kata yang hanya sedikit perbedaannya, misalnya bau dengan buah, batu dengan buta, rusa dengan lusa dan lain-lain, 5) Sering mengulangi dan menebak kata-kata atau frase, 6) Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca, dalam arti anak tidak mengerti isi cerita/teks yang dibacanya, 7) Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata, 8) Sulit menyuarakan fonem (satuan bunyi) dan memadukannya menjadi sebuah kata, 9) Sulit mengeja secara benar. Bahkan mungkin anak akan mengeja satu kata dengan bermacam ucapan, 10) Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah di halaman lainnya, 11) Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata, 12) Rancu dengan kata-kata yang singkat, misalnya ke, dari dan jadi, 13) Lupa meletakkan titik dan tanda-tanda baca lainnya.

10 17 Sedangkan menurut Abdurrahman (2003:204) kesulitan membaca sebagai berikut: Adalah anak yang sering memperlihatkan kebiasaan membaca yang tidak wajar. Anak berkesulitan belajar membaca sering mengalami kekeliruan dalam mengenal kata. Kekeliruan jenis ini mencakup penghilangan, penyisipan, penggantian, pembalikan, salah ucap, pengubahan tempat, tidak mengenal kata, dan tersentaksentak. Gejala penghilangan tampak misalnya pada saat dihadapkan pada bacaan Bunga mawar merah dibaca oleh anak Bunga Merah. Penyisipan terjadi jika anak menambahkan kata pada kalimat yang sedang dibaca. Misalnya Bapak dan Ibu pergi ke rumah paman dibaca oleh anak Bapak dan Ibu pergi ke rumah paman. Penggantian terjadi jika anak mengganti kata pada kalimat yang sedang dibaca, misalnya Itu buku Kakak dibaca Itu buku Bapak. Pembalikan tampak seperti pada saat anak seharusnya membaca ubi tetapi dibaca ibu dan kesalahan ucap tampak pada saat membaca tulisan namun dibaca nanum. Gejala pengubahan tempat tampak pada saat membaca Ibu pergi ke pasar dibaca Ibu ke pasar pergi. Gejala keraguan tampak pada saat anak berhenti membaca suatu kata dalam kalimat karena tidak dapat mengucapkan kata tersebut. Mereka sering membaca dengan irama yang tersentak-sentak karena sering berhadapan dengan kata-kata yang tidak dikenal ucapannya. Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik kesulitan membaca adalah gangguan seseorang pada daya ingat berhubungan dengan pengucapan serta tingkah laku yang dilakukan setiap hari. c. Klasifikasi Kesulitan Membaca Kesulitan membaca (disleksia) bisa timbul pada anak-anak yang mempunyai kecerdasan tinggi ataupun di bawah rata-rata. Menurut Subini (2013:54) kesulitan membaca diklasifikasikan menjadi 3 antara lain:

11 18 1) Disleksia Diseidetis atau Visual Disleksia jenis ini disebabkan oleh adanya gangguan fungsi otak di bagian belakang yang dapat menimbulkan gangguan persepsi visual dan memori visual. Sebagai contohnya, anak kesulitan membaca atau menulis huruf yang bentuknya mirip sehingga anak sering terbalik Huruf m dan w, u dan n, dan sebagainya. 2) Disleksia Verbal atau Linguistik Sering dijumpai dan setengahnya dilatar belakangi disfasia pada masa sekolah, ini disebut disleksia verbal atau linguistic yang ditandai dengan kesukaran dalam diskriminasi atau persepsi auditoris sehingga anak sulit dalam mengeja dan menemukan kata atau kalimat. 3) Disleksia Auditories Terjadi akibat gangguan dalam koneksi visualauditif, sehingga membaca terganggu atau lambat. Dalam hal ini, bahasa verbal dan persepsi visualnya baik. Bentuk-bentuk kesulitan membaca anak disleksia antara lain : a) Menambahkan huruf dalam suku kata (addition) Misalnya: batu baltu Buku bukuku Tulis menulis b) Menghilangkan huruf dalam suku kata (omission) Misalnya: baskom bakom Kamar kama Tenaga tega c) Membalikkan bentuk huruf, kata, atau angka dengan arah terbalik kiri kanan (inversion) Misalnya: duduk bubuk Lupa palu d) Membalikkan bentuk huruf, kata, atau angka dengan arah terbalik atas bawah (reversal) Misalnya: mama wawa Nana uaua e) Mengganti huruf atau angka (subtitusi) Misalnya: Mana mama Lupa luga 3 8 Selain mempunyai kekurangan kesulitan dalam membaca, seseorang yang mengalami gangguan belajar membaca terkadang mempunyai kelebihan. Seperti dalam bidang music, seni grafis, dan aktivitas-aktivitas kreatif lainnya. Anak-anak dengan disleksia menggunakan cara berfikir melalui gambar, tidak dengan huruf, angka, symbol,

12 19 bahkan kalimat. Kesulitan mereka adalah bagaimana menyatukan informasi-informasi yang ada dan mengolah informasi tersebut. Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan kesulitan mereka adalah bagaimana menyatukan informasi-informasi yang ada dan mengolah informasi tersebut. d. Penanganan Kesulitan Membaca Menurut Aphroditta (2013:82) ada beberapa cara mengajar jika pemahaman anak lemah dalam membaca antara lain: 1) memilah cerita yang menarik pada level, ketika 98% ia bisa memahami kata-kata dalam cerita tersebut. Mintalah ia untuk membacakan secara keras dan menceritakan kembali kepada kita apa yang telah ia baca, 2) jika anak tidak bisa melakukan ini, mintalah ia membaca tanpa bersuara, berhenti setiap paragraph dan menceritakan kepada kita apa yang telah ia baca, 3) ketika pemahamannya berkembang, tambahkan jumlah paragraph yang ia baca hingga ia bisa membaca dan paham keseluruhan halaman, 4) untuk membantu pemahamannya, anda bisa memberikan arahan Menurutmu apa yang dirasakan si tokoh?, Apa yang terjadi selanjutnya? atau Bagaimana akhir ceritanya?. Sebelum kita mengajarkan anak disleksia mengenai pemahaman, kita harus mengidentifikasi sejauh mana kemampuannya. Jika ia tidak mampu memahami satu halaman, potonglah menjadi beberapa paragraph. Jika ia tidak bisa memahami beberapa paragraph, potonglah menjadi satu paragraph dan seterusnya hingga sampai pada satu kalimat. berikut: Menurut Shanty (2012:44) penanganan kesulitan membaca sebagai guru-guru mempunyai strategi yang dikembangkan dengan kreativitasnya masing-masing untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, misal dengan melakukan pengajaran seperti berikut:

13 20 1) mulai dari hal yang sudah dikuasai adik-adik. Misalnya mulai dari pengenalan huruf, suku kata, kata yang terdiri dari dua suku kata, dst. 2) Dikte guru, mendiktekan kata atau kalimat, lalu adikadik menuliskannya. 3) Membaca wacana dan menjawab pertanyaan bacaan. 4) Membedakan b dan d dengan bantuan ibu jari tangan kiri dan kanan. 5) Membuat huruf dengan lilin. 6) Saat ada waktu luang di sekolah, digunakan untuk membuat tugas-tugas yang melatih pemahaman katakata. 7) Pada pelajaran membaca di kelas, siswa yang mengalami kesulitan membaca di beri giliran membaca paling akhir agar ia dapat mendengarkan temantemannya terlebih dahulu. 8) Pada saat tes, tulisan diperbesar. 9) Adik-adik akan diberikan bantuan dalam membaca, misalnya dibacakan soal pada saat tes 10) Pengurangan jumlah soal. Sedangkan menurut Dechant (dalam Kariyadi, 2013:5) penanganan kesulitan membaca sebagai berikut: dengan pengajaran remidial membaca berisikan berbagai kegiatan remidial yang diperuntukkan bagi siswa yang mengalami kesulitan membaca permulaan yang secara umum pelaksanaanya diluar jam pelajaran. Dan dilaksanakan oleh guru kelas sesuai dengan kesulitan aspek membaca. Tujuan pengajaran secara remidial dalam membaca permulaan pada siswa yang mengalami kesulitan ini memberikan kecakapan bentuk dan bunyi huruf serta mengubah rangkaian-rangkaian huruf menjadi rangkaian-rangkaian bunyi bermakna. Sehingga akan memudahkan siswa untuk mengikuti pengajaran membaca lanjut. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat menyimpulkan penanganan kesulitan membaca mengenai pemahaman anak dalam memahami materi pembelajaran.

14 21 3. Pembelajaran Tematik a. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik sebagai model pembelajarn termasuk salah satu tipe/jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Trianto, 2011:147). Majid (2014: 80) pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Sejalan dari beberapa definisi diatas mengenai pembelajaran tematik, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran dan terikat tema-tema tertentu serta dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa dalam pelaksanaannya. a) Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik Pengajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik harus mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang temuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti minat, kemapuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. Materi pelajaran tidak

15 22 perlu terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan (Trianto, 2011:154). Secara umun prinsip-prinsip pembelajaran tematik menurut Trianto (2011: 155) dapat diklasifikasikan menjadi: 1) Prinsip Penggalian Tema Prinsip penggalian merupakan prinsip utama (fokus) dalam pembelajaran tematik. Artinya tematema yang saling tumpang tindih dan ada kaitannya menjadi target utama dalam pembelajaran. 2) Prinsip Pengelolahan Pembelajaran Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. 3) Prinsip Evaluasi Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi. 4) Prinsip Reaksi Dampak pengiring (nurtutant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Artinya, guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajran tematik memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring tersebut. b) Karakteristik Pembelajaran Tematik Menurut Depdiknas (2006:6), pembelajaran tematik memiliki beberapa ciri khas antara lain: 1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapt bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat

16 23 pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dlam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain (Trianto, 2011:162). c) Kelemahan Pembelajaran Tematik Selain kelebihan yang dimiliki, menurut Indrawati (Trianto, 2011:161) pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan, terutama dalam pelaksanaanya, yaitu perencanaan dan pelaksaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Sedangkan kekurangan pembelajaran tematik menurut Puskur, Balitbang Diknas (dalam Trianto, 2011:161) mengidentifikasi beberapa keterbatasan pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut: 1) Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologi yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi, 2) Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif baik, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya, 3) Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet, 4) Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik, 5) Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian yang dipadukan. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan pembelajaran tematik terletak pada keterbatasan waktu pembelajaran yaitu perencanaan dan kesiapan yang dilakukan guru saat proses pembelajaran berlangsung.

17 24 d) Kelebihan Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik dalam kenyataannya memiliki banyak kelebihan seperti pembelajaran terpadu. Menurut Majid (2014:92) pembelajaran terpadu memiliki kelebihan sebagai berikut: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak 2) Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik 3) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama 4) Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta didik 5) Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis. Dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan rill peserta didik 6) Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama dapat meningkatkan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna Selain kelebihan pembelajaran tematik yang dipaparkan oleh Majid seperti diatas. Menurut Panduan KTSP 2007 (dalam Trianto, 2011:153) Pembelajaran tematik sebagai bagian daripada pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai sebagai berikut: 1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2) Siswa dapat mempelajarkan pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama, 3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, 4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik, karena mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, 5) Siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar, karena materi disajikan dalam konteks tema yang

18 25 kelas, 6) Siswa dapat lebih bergairah belajar, 7) Guru dapat menghemat waktu. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan pembelajaran dapat menumbuhkan semangat belajar siswa, menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar. B. Kajian Penelitian Yang Relevan Ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan kesulitan membaca siswa SD akan tetapi peneliti tetap menjaga keoriginalitasan dalam penelitian. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Evita Widiyati (2013). Menggambarkan membaca siswa kelas II SD Plus Al-Anwar Pacul Gowang Jombang yang dilatar belakangi minat dan kemampuan membaca permulaan. Kurang minatnya siswa dalam membaca akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Persamaan penelitian ini sama-sama melakukan penelitian tentang membaca permulaan bedanya di penelitian Evita Widiyati tentang media yang digunakan yaitu dengan media buku cerita binatang dan peneliti menganalisis kesulitan membaca permulaan. Perbedaan antara media buku cerita binatang dan menganalisis kesulitan membaca permulaan adalah jika menggunakan media pembelajaran akan meningkatkan proses belajar dan minat serta kemampuan membaca permulaan serta memperoleh kesenangan untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis). Tetapi kalau menganalisis kesulitan membaca permulaan terkhususkan pada kesulitan siswa dalam membaca. Dapat mengetahui sebagaimana kesulitan siswa dalam membaca. Persamaan penelitian Evita Widiyati dengan penelitian yang dilakukan peneliti sama-sama meneliti tentang membaca

19 26 permulaan tetapi di penelitian Evita Widiyati meneliti membaca permulaan siswa kelas II di SD Plus Al-Anwar Pacul Gowang Jombang sedangkan peneliti ini meneliti tentang kesulitan membaca permulaan siswa kelas I di SD Negeri 01 Notorejo Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Rizkiana (2016). Menggambarkan membaca siswa kelas I SD Negeri Bangunrejo 2 Kricak Tegalrejo Yogyakarta yang dilatarbekangi siswa yang belum mengenal beberapa huruf dengan baik atau bahkan kesulitan mengenal bentuk huruf. Kesulitan dalam mengenal huruf akan memperlambat siswa dalam membaca pada buku dan memperlambat memahami materi pembelajaran. Persamaan penelitian ini sama-sama melakukan penelitian tentang membaca permulaan bedanya di penelitian Rizkiana tentang penelitian yang dilakukan yaitu pada saat UAS (Ujian Akhir Semester) dan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu saat proses pembelajaran berlangsung. Perbedaan antara penelitian di waktu UAS dan proses pembelajaran berlangsung adalah jika saat UAS akan mengetahui pemahaman materi selama satu semester penuh dan dapat mengetahui hasil belajar siswa. Tetapi kalau pada waktu proses pembelajaran berlangsung akan mengetahui belum lancarnya siswa dalam membaca. Contohnya siswa yang belum lancar membaca dalam satu paragraph. Maka, akan terlihat siswa yang belum dapat memahami materi pembelajaran. Persamaan penelitian Rizkiana dengan penelitian yang dilakukan peneliti sama-sama meneliti tentang membaca permulaan tetapi di penelitian Rizkiana meneliti membaca permulaan siswa kelas I di SD Negeri Bangunrejo 2 Kricak

20 27 Tegalrejo Yogyakarta sedangkan peneliti ini meneliti tentang kesulitan membaca permulaan siswa kelas I di SD Negeri 01 Notorejo Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Eris Fenawaty Efendi Kariyadi (2013). Menggambarkan upaya guru dalam mengatasi kesulitan membaca permulaan siswa kelas I. Upaya yang dilakukan guru akan meminimalisir kesulitan siswa dalam membaca. Maka, guru berperan penting dalam prestasi belajar siswa. Persamaan penelitian ini sama-sama melakukan penelitian tentang kesulitan membaca permulaan bedanya di penelitian Eris Fenawaty Efendi Kariyadi tentang upaya guru dalam mengatasi kesulitan membaca dan peneliti menganalisis kesulitan siswa dalam membaca. Perbedaan antara upaya guru mengatasi kesulitan membaca permulaan dan menganalisis kesulitan membaca permulaan siswa adalah jika upaya guru dalam mengatasi kesulitan membaca siswa, maka guru akan menggunakan metode pembelajaran serta menggunakan media pembelajaran. Agar dapat menumbuhkan semangat siswa dalam membaca dan guru dituntut menciptakan kondisi belajar yang inovatif dan menyenangkan. Tetapi kalau menganalisis kesulitan membaca permulaan siswa terkhususkan pada kesulitan siswa dalam membaca. Dapat mengetahui sebagaimana kesulitan siswa dalam membaca. Persamaan penelitian Eris Fenawaty Efendi Kariyadi dengan penelitian yang dilakukan peneliti samasama meneliti tentang kesulitan membaca permulaan tetapi di penelitian Eris Fenawaty Efendi Kariyadi meneliti upaya guru mengatasi kesulitan membaca permulaansiswa kelas I SDN 2 Suwawa Kabupaten Bone Bolangosedangkan

21 28 peneliti ini meneliti tentang kesulitan membaca permulaan siswa kelas I di SD Negeri 01 Notorejo Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung. C. Kerangka Pikir Kesulitan Membaca Permulaan di Sekolah Kesulitan membaca permulaan dalam pembelajaran Tematik Penanganan yang sudah dilakukan guru dalam menghadapi kesulitan membaca permulaan Penelitian Kualitatif : Pengambilan data observasi, wawancara, dan dokumentasi Analisis kesulitan membaca permulaan pada pembelajaran Tematik siswa kelas 1 di SDN 01 Notorejo Gondang Kabupaten Tulungagung Gambar 2.2 Kerangka Pikir

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Membaca Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,

Lebih terperinci

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA Sumarni Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas muhammadiyah Makassar Sumarnisape9@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Membaca 2.1.1.1 Pengertian Membaca Permulaan Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan pada keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya mengarah pada tujuan pengetahuan bahasa sampai penggunaannya, oleh karena itu harus benar-benar dipahami siswa. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Keterampilan berbahasa ( language skill) dalam kurikulum di sekolah. biasanya mencakup empat segi, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Keterampilan berbahasa ( language skill) dalam kurikulum di sekolah. biasanya mencakup empat segi, yaitu: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa ( language skill) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu: a) Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah sudah menjadi sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kegiatan berbahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia. Ketika manusia melakukan kegiatan berbahasa, maka mereka harus memiliki keterampilan berbahasa.tampubolon

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA)

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA) MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA) Riska Aulia Sartika. Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. riskaauliasartika66@gmail.com.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEKNIK PUZZLE HURUF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA ANAK DISLEKSIA

PEMBELAJARAN TEKNIK PUZZLE HURUF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA ANAK DISLEKSIA PEMBELAJARAN TEKNIK PUZZLE HURUF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA ANAK DISLEKSIA Isnaeni Pratiwi 1, Freyda Dwi Hapsari², Catur Budi Argo³ Universitas PGRI Yogyakarta Isnaenipratiwichacha@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Dengan membaca, wawasan pengetahuan dan kecerdasan seseorang semakin bertambah luas.

BAB II KAJIAN TEORETIS. Dengan membaca, wawasan pengetahuan dan kecerdasan seseorang semakin bertambah luas. BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Pengertian Membaca Aktivitas membaca tidak terbatas pada buku pelajaran. Akan tetapi, aktifitas membaca memiliki cakupan yang luas. Hal ini karena bahan bacaan dapat meliputi

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD Pertiwi Laboro Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Bahasa merupakan saran yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. F. Latar Belakang. Belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam

BAB I PENDAHULUAN. F. Latar Belakang. Belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang Belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam pendidikan untuk membentuk sumber daya yang tangguh. Belajar adalah proses perubahan perilaku yang didapatkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK ARTIKEL PENELITIAN OLEH NETTY ZULFITHRATANI NIM : F

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK ARTIKEL PENELITIAN OLEH NETTY ZULFITHRATANI NIM : F PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK ARTIKEL PENELITIAN OLEH NETTY ZULFITHRATANI NIM : F34211049 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai empat aspek kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Hakikat Kemampuan Membaca Permulaan 2.1.1.1. Pengertian Membaca Permulaan Pembelajaran membaca permulaan erat kaitannya dengan pembelajaran menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penyelenggaraan pendidikan metode pembelajaran ada berbagai metode yang dilakukan oleh para pendidik. Diantaranya adalah metode bermain peran. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua jenjang pendidikan di Indonesia. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya seseorang untuk mengembangkan potensi yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya seseorang untuk mengembangkan potensi yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya seseorang untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pendidikan sangat penting bagi kehidupan karena melalui pendidikan, seseorang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk yang bersifat individu juga sebagai makhluk yang bersifat sosial. Sebagai makhluk sosial manusia cendrung hidup berkelompok, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan dewasa ini dapat dilihat dari peningkatan sistem pelaksanaan pendidikan dan pengembangan pembelajaran yang selalu diusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan menulis (Muslich,2009:115).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu sama lain, saling berbagi pengalaman dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. membaca merupakan Salah satu cara pembelajaran, Masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu upaya yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. melakukan sesuatu. Secara keseluruhan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan atau

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. melakukan sesuatu. Secara keseluruhan kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan atau BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Membaca Nyaring 2.1.1 Pengertian Membaca Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya kuasa(bisa, sanggup) dalam melakukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat membawa serangkaian keterampilan. Keterampilan tersebut erat hubungannya dengan proses-proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki tujuan nasional yang tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki tujuan nasional yang tertuang dalam Undang-undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki tujuan nasional yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yaitu untuk berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi dasar dari kemajuan suatu bangsa, tidak ada bangsa yang maju apabila bangsa tersebut tidak memperhatikan bidang pendidikan. Usaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5)

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5) BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dipaparkan lima subbab, yaitu: (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5) manfaat penelitian. Untuk lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/

I. PENDAHULUAN. Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/ 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada empat segi keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak/ mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan tersebut memunyai hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL Dwi Esti Andriani, M. Pd Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY Yogyakarta, Oktober 2007 Pengertian Belajar: upaya individu untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dengan melibatkan siswa secara aktif mengembangkan potensi yang dimiliki, mengubah sikap,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, tidak langsung dapat berdiri sendiri, dan

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajar menjadi terarah dan mencapai sasaran pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mengajar menjadi terarah dan mencapai sasaran pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menjadi tempat untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu meningkatkan kecerdasan berbangsa guna mencapai sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai fasilitator memiliki pengaruh yang besar dalam proses kegiatan pembelajaran. Salah satunya guru juga dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan dalam. menumbuhkembangkan kemampuan berfikir kritis dan logis pada peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan dalam. menumbuhkembangkan kemampuan berfikir kritis dan logis pada peserta didik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan dalam menumbuhkembangkan kemampuan berfikir kritis dan logis pada peserta didik. Dalam kurikulum tingkat satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Hakikat Membaca Pada hakikatnya membaca merupakan keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai tema. Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai tema. Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran SD menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Membaca Menurut Dechant (melalui Zuchdi, 2008:21), membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Proses belajar dimulai sejak manusia dilahirkan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL 17 BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Dialog Sederhana Dalam KTSP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sarana yang sangat penting dalam berkomunikasi. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini disebabkan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yakni (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan pendidikan. Mempelajari bahasa Indonesia, berarti ikut serta menjaga dan melestarikan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai alat komunikasi, bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena hampir seluruh aktivitas manusia melibatkan bahasa. Melalui bahasa manusia

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang disadari atau tidak, selalu hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain. Kelompok tersebut dimulai dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan merupakan tenaga untuk melakukan suatu perbuatan. Chaplin (dalam Maryana, 2012: 15). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Tek (tulisan) berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Tek (tulisan) berfungsi sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, selain keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Tek (tulisan) berfungsi sebagai media interaksi penulis dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara terencana dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara terencana dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara terencana dengan sadar dan dengan cara yang sistematis diberikan kepada anak didik oleh pendidik, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan salah satu pemersatu bangsa. Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan manusia lainnya karena manusia merupakan makhluk sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam belajar siswa sekolah dasar. Kegiatan pembelajaran di kelas tidak dapat dilepaskan dari kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD hendaknya berjalan seefektif mungkin karena Bahasa Indonesia termasuk pembelajaran yang utama. Salah satu faktor keberhasilan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dimiliki setiap individu dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku siswa agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan. Bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi untuk melakukan sosialisasi satu sama lain. Melalui bahasalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecakapan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan, dengan tulis menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan sebuah proses yang kompleks, dimana setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan sebuah proses yang kompleks, dimana setiap aspek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membaca merupakan sebuah proses yang kompleks, dimana setiap aspek yang ada selama proses membaca juga bekerja dengan sangat kompleks. Tahapan membaca merupakan

Lebih terperinci