BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILAL"

Transkripsi

1 BAB III OBSERVASI POLUSI CAHAYA DAN RUKYATULHILAL Metode observasi merupakan sistem proses perekaman pola alamiah dari manusia, objek dan kejadian-kejadian sebagaimana mereka teramati. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa yang berkaitan dengan pengetahuan yang relevan maupun pengetahuan yang diperoleh dari data. Kegiatan observasi ini meliputi kegiatan melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang berkaitan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan (Sarwono, 2006: 224). Dalam mendukung observasi diperlukan instrument pendukung yaitu lokasi pengamatan, waktu pelaksanaan, objek pengamatan, tehnik pengambilan data, pengolahan data dan reduksi data. Instrumen lainnya berupa peralatan yang dipergunakan untuk pengumpulan data citra dan teknis di lapangan berupa catatan lapangan, dokumentasi pengamatan serta komunikasi interaktif juga diperlukan guna mendukung dan memudahkan pelaksanaan penelitian. Fokus pengamatan yang dilakukan yaitu pengamatan terhadap pola perubahan polusi cahaya, pengamatan rukyatulhilal dan nilai korelasi antara polusi cahaya dan rukyatulhilal awal bulan dengan pengamatan secara langsung di lokasi yang telah dipilih. Adapun penggunaan data-data pendukung merupakan citra hasil pengamatan, pengambilan data tentang keadaan cuaca dan udara dari BMKG Klimatologi Semarang serta penggunaan citra satelit dari BMKG untuk menggambarkan secara koheren terhadap fokus pengamatan. 58

2 59 1. Lokasi Pengamatan Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang mengambil dua lokasi yang representatif dengan fokus pengamatan. Adapun lokasi pengamatan yang dipilih, yaitu: a. Club Astronomi Santri Assalam (CASA) Surakarta Berlokasi di Observatorium PPMI Assalam, Jl. Garuda Mas Pabelan- Sukoharjo- Surakarta- Jawa Tengah. CASA didirikan pada tanggal 16 April 2005 oleh Ust. AR Sugeng Riyadi dan Ust. Budi Prasetyo (alm). Berlokasi pada letak geografis ,08 LS; ,19 BT, dengan ketinggian 24 m dari lantai dasar ke puncak anjungan. Gambar Lokasi CASA Assalam melalui citra Google Earth diakses tanggal 01 Desember 2014

3 60 Berjarak ± 80 km dari pantai Selatan, terletak di lokasi yang berpenduduk padat di wilayah ujung Utara Sukoharjo. Adapun di sebelah Timur adalah kota Surakarta, Sragen dan Karanganyar. Sebelah Selatan adalah kabupaten Sukoharjo, Wonogiri dan Gunung Kidul, Sebelah Utara adalah Sragen dan Boyolali. Sedangkan pada arah pandang horizon Barat yaitu Kota Boyolali disebelah Barat Daya dan arah Klaten dan Kota Yogyakarta di arah Barat Laut. Pada arah pandang ke horizon Barat terdapat Gunung Merbabu dan Gunung Merapi yang ditaksir memiliki ketinggian 4-8 derajat pada arah azimut 290⁰ ke Utara. b. Menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah Berlokasi di kompleks Masjid Agung Jawa Tengah Indonesia yang beralamat di Jl. Gajah Raya No. 128, Sambirejo, Gayamsari, Semarang Jawa Tengah. Lokasi ini berada pada lintang 6⁰59 04,16 LS dan 110⁰26 47,85 BT dengan ketinggian 99 meter di lokasi menara pandang, 103 m pada puncak menara. Gambar Lokasi Menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah melalui Google Earth diakses tanggal 01 Desember 2014

4 61 Lokasi Menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah berada di sebelah tepi timur kota Semarang. Di sebelah Timur adalah Kabupaten Demak, sebelah Utara adalah Laut Jawa, di sebelah Selatan adalah Ungaran (Kab. Semarang) dan sebelah Barat adalah kota Semarang, Kaliwungu dan kabupaten Kendal. Lokasi ini berada di wilayah pemukiman padat perkotaan kota Semarang pada letak astronomis 6⁰50-7⁰10 LS dan 109⁰35-110⁰50 BT. Wilayah kota Semarang berada pada ketinggian antara 0 sampai dengan 348 mdpl. Secara topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian 90, mdpl yang diwakili oleh tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel, Semarang Selatan, Mijen dan Gunung Pati. Di daerah pantai mempunyai ketinggian 0,75 mdpl sedangkan daerah rendah yang meliputi Pusat Kota dan Simpang Lima berada pada ketinggian 2,45 3,49 mdpl (

5 62 2. Waktu Pengamatan Pengamatan secara visual atau pengamatan langsung dilaksanakan pada tanggal Oktober 2014/ 29 Zulhijah 1435 H 01 Muharram 1436 H untuk lokasi CASA Assalam Surakarta. Sedangkan pengamatan di Menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah Semarang dilaksanakan pada tanggal Nopember 2014/ 29 Muharram 1436 H 01 Safar 1436 H. 3. Proses Pengamatan Polusi Cahaya dan Rukyatulhilal Pengamatan secara langsung dilakukan di lokasi CASA Assalam yang dilaksanakan pada tanggal 24 dan 25 Oktober Pengamatan dilaksanakan mulai pada pukul 17:00 s.d 20:00 WIB. Fokus pengamatan terhadap variabel yang terkait dengan polusi cahaya pada pukul WIB dan rukyatulhilal dimulai pada pukul 17:00 18:15 WIB. Durasi waktu ini dipergunakan dalam rangka untuk mengumpulkan data terkait dengan keadaan lingkungan geografis, horizon pengamat, langit diatas horizon, perubahan cuaca pada saat pengamatan, penentuan kedudukan hilal dan keadaan pada saat terbenam Matahari. a. Pengamatan Polusi Cahaya Dalam penentuan fokus pengamatan terhadap polusi cahaya, pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan rukyatulhilal. Fokus pengamatan terhadap perubahan polusi cahaya dilakukan mulai pukul 17:30 s.d. 20:00 WIB. Pengambilan durasi ini dilakukan untuk mengetahui pola perubahan polusi cahaya yang dihasilkan oleh cahaya lampu kota pada saat pertama muncul dan perubahannya hingga efek yang ditimbulkannya terhadap rukyatulhilal.

6 63 Untuk keadaan polusi cahaya pada jarak pandang yang jauh, pengamatan difokuskan kepada polusi cahaya yang dihasilkan oleh lampu jalan, lampu kota-kota dan pemukiman di arah Barat lokasi pengamatan dalam radius pandang 30⁰ ke arah Utara dan Selatan dari titik Barat. Data yang diperoleh dimasukkan dalam catatan lapangan secara deskriptif. Untuk memudahkan dalam pengolahan data, dalam catatan lapangan dilakukan pengkodean terhadap setiap fokus pengamatan sebagai berikut: Tabel Pengkodean dalam catatan lapangan untuk fokus polusi cahaya No/ Kode GT HP PH LM P P1 P2 Fokus Deskriptif keadaan geografis dan lingkungan lokasi pengamatan Deskriptif keadaan horizon pada saat pengamatan Deskriptif penghalang horizon yang nampak Deskriptif keadaan langit malam setelah Matahari terbenam Polusi cahaya Deskriptif pertumbuhan cahaya lampu kota yang nampak dari lokasi sebelum Matahari terbenam Deskriptif pertumbuhan polusi cahaya lampu kota pasca Matahari terbenam Dalam mendukung data hasil pengamatan dilakukan dokumentasi terhadap masing-masing fokus pengamatan dengan menggunakan kamera digital Nikon Coolpix S3500. Pengambilan citra foto disesuaikan dengan fokus pengamatan dengan melakukan pengaturan kamera terlebih dahulu. Untuk menahan agar kamera lebih fokus dipergunakan Nikkon mini tripod. Gambar Camera Nikon Coolpix S3500 (diakses melalui

7 64 Effektive Pixels 20.1 Million, Sensor Gambar: ½.3-in. Type CCD; total pixel ~ million; Lensa menggunakan NIKKOR lens with 7x optical zoom: mm; Digital zoom magnification lebih dari 4x (35mm [135] format equivalent;~ 728mm); VR berupa lens shift, Image pixel 20M (H); ISO sensitivy ISO , ISO 3200 Sebelum melakukan pemotretan, dilakukan penyetelan kamera agar dapat lebih efektif dalam menangkap citra polusi cahaya. Penyetelan dilakukan dengan menyalakan kamera dan diatur ke mode pemotretan. Kemudian tekan selektor multi untuk memilih scene pemotretan kemudian memilih scene mode citra yang disesuaikan dengan keadaan keadaan langit, dalam hal ini dipilih pemandangan malam, kemudian tekan OK. Mode scene dapat ditampilkan sebagai berikut: Gambar Proses shooting objek pengamatan

8 65 Dengan memilih scene pemandangan malam, citra akan menyesuaikan dengan warna gelap. Untuk menentukan fokus, tombol rana ditekan separuh sehingga area fokus atau indikator fokus akan selalu menyala hijau. Untuk mengurangi efek kabur dan noise dipilih opsi hand dan tripod saat menggunakan tripod atau cara lainnya untuk menstabilkan kamera saat pemotretan. Pengurang guncangan dinonaktifkan dengan mengatur ke mode Nyala. Perolehan efek warna yang diterapkan pada citra dalam menangkap spektrum cahaya kuning, putih maupun biru yang dihasilkan cahaya lampu. Penyetelan yang dilakukan adalah dengan mengatur menu pemotretan sebagai berikut, mode gambar diatur ke pengaturan default 5152x3864, keseimbangan putih dilakukan penyetelan sebanyak 3 kali untuk penangkapan efek cahaya lampu pijar, lampu neon, berawan dan lampu kilat. Pengaturan sensivitas cahaya dengan pengaturan jangkauan auto tetap dan memilih ISO untuk radius jauh dan ISO untuk radius dekat di area lokasi pengamatan. Pemotretan disesuaikan dengan keperluan pengamatan, untuk kemudian hasil pemotretan disimpan dalam memori eksternal dan dilakukan pengolahan data. Gambar Alur penyimpanan hasil citra pemotretan Pemotretan Dokumentasi hasil pengamatan diinventarisir untuk dilakukan reduksi data dengan memilah citra foto dan disesuaikan dengan hasil

9 66 pengamatan catatan pengamatan. Untuk citra foto radius dekat di sekitar lokasi pengamatan, dilakukan dengan memilah kesesuaian hasil citraan terhadap warna lampu neon dan lampu pijar. Sedangkan untuk radius jauh dengan memilah hasil citraan berdasarkan komposisi mode lampu pijar dan lampu neon. Reduksi terhadap kedua jenis mode balance ini adalah untuk melihat daya tangkap citra terhadap warna tampak polusi cahaya lampu, yaitu pada warna tampak kuning, biru maupun putih. Untuk selanjutnya, citra foto hasil reduksi data dimasukkan ke catatan lapangan untuk dianalisa. Data pendukung yang dipergunakan untuk pengamatan polusi cahaya di CASA Assalam dan Menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah diperoleh dari dari citra foto satelit dari Blue Marble Navigator yang dikelola oleh NASA s National Geophysical Data Center (NOAA- NGDC) yang diakses melalui Data satelit yang dipergunakan adalah data citra tahun 2014 yang telah diolah terakhir pada bulan Oktober Data ini berupa citra foto malam hari yang dipergunakan untuk mengetahui pertumbuhan polusi cahaya dengan acuan titik CASA Assalam Surakarta dan Menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah. Citra foto satelit ini dipergunakan untuk mendukung data hasil pengamatan sehingga dapat dikorelasikan antara hasil pengamatan dengan hasil citra satelit. Hasil citra satelit memberikan informasi tentang sejauhmana tingginya polusi cahaya di CASA Assalam. Selain itu, citra satelit tersebut sekaligus dipergunakan sebagai data pendukung untuk

10 67 mengetahui tingkat pertumbuhan polusi cahaya di kota Semarang pada tahun Data terkait kualitas udara yang diperoleh dari BMKG merupakan data Suspendid Particulated Matter (SPM) yaitu data untuk menunjukkan tingkat kualitas udara di suatu daerah. Semakin tinggi nilai SPM, maka semakin buruk tingkat kualitas udaranya yang sekaligus mengindikasikan tingginya tingkat polusi udara. Polusi cahaya berkorelasi dengan tingginya tingkat kualitas udara di suatu daerah. Data SPM yang diperoleh dari BMKG merupakan data yang diperoleh dari hasil pengukuran sampel suatu kota, terutama kota-kota besar karena masih minimnya peralatan yang dimiliki. Dalam pengamatan ini, data SPM yang diperoleh hanya untuk wilayah kota Semarang dan sekitarnya dan tidak berlaku untuk daerah lain sebagaimana informasi yang diperoleh dari BMKG Jawa Tengah. Adapun data SPM bulan Nopember 2014 untuk kota Semarang dan sekitarnya adalah sebagai berikut: Tabel Data Suspendid Particulated Matter (SPM) bulan Nopember 2014 untuk kota Semarang dan sekitarnya Semarang Kab/ Kota Bulan Nopember Suspendid Particulated Matter (SPM) (µg/m 3 ) 05 Nopember , Nopember , Nopember , Nopember , Nopember , 85

11 68 Pemantauan SPM dilakukan dengan menggunakan metode sampling berupa High Volume Sampler (HVS) dan untuk analisis laboratorium menggunakan Neraca Analitik (Analitical Balace). Dari hasil pemantauan tersebut, kualitas udara berkualitas baik ketika berada pada nilai < 230 ug/m 3. Sedangkan jika nilai SPM melebihi nilai baku mutu > 230 ug/m 3, maka hal ini menunjukkan kualitas udara berada diatas batas ambang ekstrim atau kualitas udara buruk. Berdasarkan data SPM bulan Nopember 2014 untuk kota Semarang dan sekitarnya menunjukkan bahwa kualitas udara yang berada diatas ambang ekstrim adalah untuk data tanggal 5 Nopember 2014 (minggu 1), 23 Nopember 2014 (minggu 4) dan 29 Nopember 2014 (minggu 5). Nilai yang diperoeh berturut-turut Minggu 1 = 313, 35 ug/m 3, Minggu 4 = 236, 95 ug/m 3 dan Minggu 5 = 365, 85 ug/m 3. Hal ini sebagaimana ditunjukkan dalam bagan berikut, yaitu bagian chart yang menunjukkan warna merah merupakan wilayah yang memiliki kualitas udara buruk dan berada diatas ambang batas ekstrim. Gambar Bagan Database Kualitas Udara untuk Pemantauan SPM bulan Nopember 2014 (sumber: Kualitas_Udara/Informasi_SPM.bmkg)

12 69 Gambar 3.7. Hasil pengambilan citra satelit untuk polusi cahaya dengan acuan lokasi CASA Assalam Surakarta yang diunduh dari tahun 2014 Gambar 3.8. Hasil pengambilan citra satelit untuk polusi cahaya dengan acuan lokasi kota Semarang yang diunduh dari tahun 2014 b. Pengamatan rukyatul hilal Pelaksanaan pengamatan hilal atau rukyatulhilal dilaksanakan pada sore hari menjelang Matahari terbenam. Untuk pengamatan hilal di CASA Assalam dilaksanakan pada tanggal 24 dan 25 Oktober 2014/ 29 Dzulhijjah 1435 H dan 1 Muharram 1436 H mulai pukul WIB. Sedangkan pengamatan di Menara al Husna Masjid Agung Jawa

13 70 Tengah dilaksanakan pada tanggal 22 dan 23 Nopember 2014/ 29 Muharam 1436 H dan 30 Muharam 1436 H mulai pukul WIB. Pengamatan pada waktu ini untuk mengidentifikasi warna cahaya tampak dari polusi cahaya, cahaya senja dan hilal dan keterkaitan antara ketiga vaiabel tersebut. Akan tetapi hilal tidak terlihat karena langit berawan tebal. Pengamatan dilakukan secara visual dengan mata bugil dan menggunakan binocular untuk membantu mendekatkan objek yang jauh. Untuk membantu dalam penentuan arah digunakan Kompas Silva atau Kompas Orientasi, karena kemudahan penggunaan kompas ini untuk orientasi medan. Kompas ini memiliki tanda penunjuk penyesuai arah yang terdapat di dasar piringan kompas dan dilengkapi pula dengan cermin. Selain itu, disekitar piringan kompas terdapat konektor dan penggaris sehingga memudahkan dalam meluruskan arah pandang dan memfokuskan objek pengamatan. Fokus pengamatan hilal meliputi, kenampakan horizon pandang pada rentang 30⁰ ke Utara dan ke Selatan, keadaan langit diatas horizon sebelum dan sesudah Matahari terbenam, objek penghalang dari pengamat ke horizon pandang, penganggu pandangan dalam radius pandang pengamat ke horizon dan terlihat atau tidaknya hilal. Data hasil pengamatan dimasukkan dalam catatan lapangan, untuk lebih memudahkan dalam memberikan gambaran objektif sesuai hasil pengamatan. Pengkodean terhadap fokus kajian dilakukan untuk memudahkan reduksi data.

14 71 Tabel Daftar pengkodean dalam catatan lapangan untuk rukyatulhilal No/ Kode LR UMP AH LH CH PU HNT Fokus Deskriptif keadaan lokasi rukyat yang meliputi letak geografis, elevasi, letak demografi, keadaan di sekitar lokasi Deskriptif keadaan ufuk mar i pengamat dengan acuan kriteria Kemenag RI Deskriptif radius pandang arah mata pengamat ke ufuk mar i Deskriptif keadaan langit diatas ufuk mar i menjelang Matahari terbenam Deskriptif keadaan cuaca pada waktu pengamatan Deskriptif penghalang ufuk yang diperoleh dalam pengamatan Hilal nampak atau terhalang Dokumentasi pengamatan dilakukan dengan menggunakan kamera digital Nikkon Coolpix S3500. Untuk memperoleh citra, pengaturan disesuaikan dengan waktu terbenam Matahari kamera dengan cara penyetelan ke mode scene senja dengan masuk ke mode kamera kemudian dipilih mode pemotretan dan memilih scene senja atau sunset dan tekan OK. Penyetalan ini dilakukan mengingat pengamatan hilal dilakukan pada waktu senja. Efek ini akan memberikan kesan hasil pemotretan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya, khususnya kesesuaian dengan tingkat keredupan cahaya pada waktu sore hari. Gambar Proses shooting pengamatan hilal

15 72 Pemilihan fokus dilakukan dengan menekan pelepas rana separuh hingga tanda fokus pada layar kamera menunjukkan warna hijau. Kombinasi ukuran gambar dan kualitas gambar dipilih ukuran 5152x3864. Pengaturan pencahayaan untuk keseimbangan warna menggunakan opsi menu pemotretan untuk keseimbangan putih yang distel pada Berawan, Lampu kilat dan Siang hari. ISO untuk radius jarak pandang pengamatan dipergunakan sensitivitas dengan pilihan jangkauan tetap auto dan ISO yang dipilih. Untuk mendeteksi cahaya lampu, hilal dan Matahari pemilihan opsi warna dipilih kebiruan. Mode arrea yang dipilih adalah otomatis, manual dan pelacakan subjek untuk fokus hilal. Mode lampu kilat digunakan ketika cahaya sudah sangay redup karena terbenamnya Matahari. Gambar Alur penyimpanan hasil citra rukyatulhilal OK Pemotretan Pengamatan dilakukan dengan terlebih dahulu mempersiapkan data-data utama dalam proyeksi rukyat, khususnya mengenai kedudukan bulan. Dalam hal ini perhitungan awal bulan menggunakan sistem Ephemeris yang dipergunakan oleh Kemenag RI. Adapun hasil

16 73 perhitungan untuk markaz CASA Assalam pada tanggal 29 Zulhijjah 1435 H dan 1 Muharram 1436 H/ 24 dan 25 Oktober 2014 (untuk hilal tanggal 1 dan 2 Muharam 1436 H). Sedangkan untuk markaz Menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah pada tanggal 29 Muharam 1436 H dan 30 Muharam/ 1 Safar 1436 H/ 22 dan 23 Nopember 2014 (untuk hilal tanggal 1 dan 2 Safar 1436 H). Hasil perhitungannya sebagai berikut: Tabel Hasil perhitungan untuk kedudukan hilal tanggal 1 dan 2 Muharam 1436 H/ Oktober 2014 dengan markaz CASA Assalam Surakarta No Terminologi Hisab Rukyat Tgl H 24 Oktober 2014 Rukyat Tgl H 25 Oktober Markaz (Lokasi Rukyat) : CASA Assalam Surakarta a. Lintang Tempat : -07⁰33 12,03 b. Bujur Tempat : 110⁰46 16,19 c. Tinggi Tempat : 24 m 2 Waktu Ijtima (Konjungsi) bulan : Muharam 1436 H a. Jam : 04 : 57 : WIB b. Hari : Jum at Legi c. Tanggal : 24 Oktober Tinggi Matahari saat Ghurub (h⁰) : -0⁰ ⁰59 12,34 4 Deklinasi Matahari (δ) : -11⁰ ⁰09 00,00 5 Sudut Waktu Matahari (t) : 92⁰36 19,42 92⁰39 17,22 6 Saat Matahari Terbenam (Ghurub) : 17: 31: 23 WIB 17: 31: 35,08 WIB 7 Asensiorekta Matahari (ARm) : 208⁰48 23,12 209⁰45 43,80 8 Asensiorekta Bulan (ARb) : 215⁰17 29,6 228⁰20 59,30 9 Sudut Waktu Bulan (t`) : 86⁰07 12,94 74⁰04 1,73 10 Deklinasi Bulan (δ`) : -12⁰ ⁰08 44,25 11 Tinggi Bulan Hakiki (h`) : 05⁰22 22,8 17⁰16 43,42 12 Tinggi Bulan Mar i (h ) : 04⁰59 24,26 16⁰47 11,88 13 Lama Hilal diatas Ufuk : 00: 19: : 07: 08,79 14 Saat Terbenam Hilal (Moonset) : 17: 51: : 38:43,87 WIB 15 Azimut Matahari (Azm) : 257⁰57 18,66 257⁰36 22,3 16 Azimut Bulan (Azb) : 258⁰12 52,51 256⁰25 18,9 17 Jarak Matahari-Hilal : 00⁰15 33,85-01⁰11 3,45 18 Posisi Hilal diatas Ufuk : Diatas Ufuk Diatas Ufuk 19 Posisi Hilal dari Matahari : Utara Matahari Selatan Matahari 20 Keadaan Hilal : Miring ke Utara Miring ke Selatan 21 Lebar Nurul Hilal (Illumination) : 0,27% 2,54%

17 74 Tabel Hasil perhitungan untuk kedudukan hilal tanggal 1 dan 2 Safar 1436 H/ Nopember 2014 dengan markaz Menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah Semarang No Terminologi Hisab Rukyat Tgl H 22 Nopem 2014 Rukyat Tgl H 23 Nopem Markaz (Lokasi Rukyat) : Menara al Husna MAJT Semarang a. Lintang Tempat : - 06⁰59 04,16 b. Bujur Tempat : 110⁰26 47,85 c. Tinggi Tempat : 99 m 2 Ijtima (Konjungsi) bulan : Safar 1436 H a. Jam : 19: 33: 06,65 WIB b. Hari : Sabtu Kliwon c. Tanggal : 22 Nopember Tinggi Matahari saat Ghurub (h⁰) : -01⁰08 12,25-01⁰08 12,18 4 Deklinasi Matahari (δ) : -20⁰09 31,00-20⁰22 09,00 5 Sudut Waktu Matahari (t) : 93⁰47 58,24 93⁰49 49,90 6 Saat Matahari Terbenam (Ghurub) : 17: 39: 29 WIB 17: 39: 54 WIB 7 Asensiorekta Matahari (ARm) : 237⁰51 48,34 238⁰55 03,08 8 Asensiorekta Bulan (ARb) : 237⁰35 34,74 251⁰47 36,81 9 Sudut Waktu Bulan (t`) : 94⁰04 11,85 80⁰57 16,17 10 Deklinasi Bulan (δ`) : -16⁰40 43,50-18⁰10 32,72 11 Tinggi Bulan Hakiki (h`) : -01⁰52 02,01 10⁰ Tinggi Bulan Mar i (h ) : -01⁰41 56,67 10⁰24 05,79 13 Lama Hilal diatas Ufuk : -00: 06: 47,78 00: 41: 36, Saat Terbenam Hilal (Moonset) : 17: 32: 41 WIB 18: 21: 30 WIB 15 Azimut Matahari (Azm) : 249⁰31 52,62 249⁰19 07,27 16 Azimut Bulan (Azb) : 252⁰56 40,04 252⁰44 38, Jarak Matahari-Hilal : 03⁰24 47,43 03⁰25 31, Posisi Hilal diatas Ufuk : Di bawah Ufuk Sudah diatas Ufuk 19 Posisi Hilal dari Matahari : Utara Matahari Utara Matahari 20 Keadaan Hilal : Miring ke Utara Meiring ke Utara 21. Lebar Nurul Hilal (Illumination) : 0,09% 0,45% Berdasarkan acuan data kedudukan hilal dan Matahari, pengamatan dapat dilakukan dengan memproyeksikan kedudukan hilal dan Matahari dari lokasi rukyat dengan alat yang sudah dipersiapkan. Pencatatan terhadap perubahan fenomena menjelang terbenam Matahari dilakukan secara deskriptif sesuai dengan pengkodean yang dipersiapkan. Citra foto hasil pengamatan dikorelasikan dengan catatan lapangan untuk diidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan rukyat.

18 75 Reduksi data dilakukan dengan memilah citra hasil pengamatan berdasarkan kualitas keseimbangan pencahayaan dan kuat cahaya yang tertangkap kamera digital. Untuk pengamatan di lokasi CASA Assalam Surakarta pada tanggal 24 Oktober 2014, pada posisi tinggi 04⁰59 24,26 hilal tidak terlihat karena pengaruh ketebalan awan. Awan tebal menyebar merata menutupi ufuk mar i pada saat Matahari terbenam hingga Bulan terbenam. Karena tinggi bulan sudah mencapai batas imkanurrukyat, maka tanggal 25 Oktober 2014 adalah tanggal 1 Muharam 1436 H. Rukyat tanggal 24 Oktober 2014 adalah untuk hilal tanggal 1 Muharam 1436 H. Sedangkan untuk hilal tanggal 2 Muharam 1436 H, tinggi bulan 16⁰47 11,88 saat Matahari terbenam. Hilal dapat teramati karena posisi bulan tinggi dan jauh dari pengaruh cahaya senja dan polusi cahaya. Hasil citra untuk mengidentifikasi perbedaan karakteristik warna cahaya tampak dari masing-masing objek. Pengamatan di lokasi Menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah pada tanggal 22 Nopember 2014, pada posisi tinggi bulan -01⁰41 56,67 sehingga hilal mustahil untuk diamati. Karena posisi hilal masih di bawah ufuk, maka tanggal 23 Nopember 2014 adalah tanggal 30 Muharam 1436 H. Sedangkan untuk hilal 1 Safar 1436 H/ 23 Nopember 2014, posisi tinggi hilal 10⁰24 05,79 saat matahari terbenam, akan tetapi hilal tidak dapat teramati karena faktor cuaca mendung sepanjang hari. Dalam mendukung pelaksanaan rukyatulhilal disertakan data keadaan cuaca yang diambil dari BMKG Jawa tengah terkait keadaan

19 76 cuaca yang meliputi kelembaban udara dalam (%), suhu rata-rata (ºC) dan potensi curah hujan dalam (mm). Untuk pengamatan di CASA Assalam Surakarta dan menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah diperoleh data sebagai berikut: Tabel 3.6. Data kelembaban udara, suhu rata-rata dan curah hujan tanggal 24, 25 dan 26 Oktober 2014 untuk kota Surakarta (sumber: BMKG Jawa Tengah) Kabupaten/ Kota Unsur Surakarta Kelembaban (%) Curah Hujan (mm) Suhu rata-rata (ºC) 29,3 22,2 28,2 Tabel 3.7. Data kelembaban udara, suhu rata-rata dan curah hujan tanggal 21,22 dan 23 Nopember 2014 untuk kota Semarang (sumber: BMKG Jawa Tengah) Kabupaten/ Kota Unsur Semarang Kelembaban (%) Curah Hujan (mm) Suhu rata-rata (ºC) 29, ,7 Adapun data mengenai keadaan cuaca, juga dipergunakan citra satelit tentang keadaan perawanan serta potensi terjadinya hujan pada saat pengamatan. Citra satelit yang diperoleh merupakan hasil citra untuk mengidentifikasi per-awanan pada jam 10 dan 11 UTC atau jam dan WIB. Gambar citra satelit berdasarkan Gambar MTSAT untuk mengetahui potensi terjadinya hujan di lokasi pengamatan. Data yang diperoleh diolah berdasarkan perubahan warna yang teramati dengan menggunakan legend sebagai panduan. Perbedaan warna tersebut menunjukkan jenis-jenis awan yang dominan berada di lokasi

20 77 pengamatan berdasarkan ketinggian dan suhu yang terkandung di dalamnya sehingga dapat diketahui potensi curah hujan yang ditimbulkan. Berikut data citra satelit yang menggambarkan keadaan cuaca pada saat pengamatan: Gambar Citra satelit keadaan cuaca berdasarkan komposisi awan tanggal 24 dan 25 Oktober 2014 untuk kota Surakarta jam dan WIB (sumber BMKG Semarang) 24 Oktober 2014 Jam WIB 24 Oktober 2014 Jam WIB 25 Oktober 2014 Jam WIB 25 Oktober 2014 Jam WIB

21 78 Berdasarkan citra satelit MTSAT untuk pengamatan tanggal 24 Oktober 2014 tentang keadaan cuaca di wilayah Surakarta dan sekitarnya diperoleh informasi bahwa pada jam WIB daerah Surakarta berwarna biru yang menunjukkan bahwa pada waktu tersebut terdapat awan dan mendung akan tetapi tidak berpotensi hujan. Penerjemahan komposisi warna citra satelit ini berdasarkan nilai tinggi rendahnya suhu dasar awan, yaitu warna biru menunjukkan suhu awan tergolong masih tinggi sehingga peristiwa kondensasi memungkinkan tidak terjadi pada jam tersebut. Pada gambar citra jenis awan tanggal 24 Oktober 2014 jam WIB diperoleh informasi bahwa hasil citra menunjukkan warna hijau, hitam dan biru untuk wilayah Surakarta dan sekitarnya. Hal ini menunjukkan pada jam tersebut wilayah Surakarta dan sekitarnya tidak berpotensi hujan dengan banyaknya jenis awan stratus yang ditunjukkan warna hijau, warna hitam menunjukkan tidak adanya awan dan warna biru yang menunjukkan awan tinggi. Untuk pengamatan tanggal 25 Oktober 2014, citra berdasarkan gambar MTSAT untuk daerah Surakarta ditunjukkan dengan dominan warna hitam dan biru disekitarnya pada pukul yang menunjukkan langit cerah dan tidak berpotensi hujan. Pada pukul citra satelit

22 79 menunjukkan warna biru yang berarti bahwa terjadi pembentukan awan, akan tetapi tidak berpotensi hujan untuk wilayah Surakarta dan sebagainya. Hasil pengamatan yang diperoleh menunjukkan bahwa pembentukan awan untuk daerah Surakarta kecil dan terdapat perawanan yang tipis. Sedangkan untuk arah horizon (pada arah kota Boyolali dan Klaten) menunjukkan terbentuknya awan tebal. Keberadaan awan mulai berkurang pada rentang waktu pukul dan lebih terkonsentrasi pada daerah diatas horizon pengamat. Berdasarkan citra jenis awan pada tanggal 25 Oktober 2014 untuk wilayah Surakarta dan sekitarnya pada pukul ditunjukkan warna hitam yang menunjukkan kecerahan langit, warna abu-abu, hijau dan cokelat yang menunjukkan terbentuknya awan tinggi sehingga tidak berpotensi hujan. Sedangkan pada pukul ditunjukkan warna hitam yang menunjukkan kecerahan langit, warna hijau dan kuning yang menunjukkan terdapatnya awan stratocumulus yang tersebar merata di sekitar wilayaah Surakarta. Gambar Citra satelit keadaan cuaca berdasarkan komposisi awan tanggal 22 dan 23 Nopember 2014 untuk kota Semarang jam dan WIB (sumber BMKG Semarang) 22 Nopember 2014 Jam WIB 22 Nopember 2014 Jam WIB

23 80 23 Nopember 2014 Jam WIB 23 Nopember 2014 Jam WIB Pada lokasi pengamatan di wilayah Semarang diperoleh hasil citra satelit tanggal 22 Nopember 2014 jam dari satelit MTSAT menunjukkan warna hitam dan biru yang menunjukkan tidak berpotensi hujan. Akan tetapi pada jam perawanan muncul dengan warna biru dan abu-abu di wilayah Semarang, sedangkan pada arah horizon barat, citra menunjukkan perubahan warna hijau kekuning-kuningan yang menunjukkan menurunan suhu pada arah tersebut. Ini menunjukkan pada

24 81 arah Barat kota Semarang terdapat mendung yang berpotensi hujan ringan - lebat. Dari citra jenis MTSAT tentang keadaan suhu awan untuk wilayah barat kota Semarang pada tanggal 22 Nopember 2014 juga menunjukkan bahwa pada pukul terdapat penurunan suhu dasar awan yang ditunjukkan dengan warna hijau orange kecokelatan. Ini menunjukkan pada waktu tersebut wilayah barat kota Semarang berpotensi hujan. Sedangkan pada pukul citra menunjukkan pergerakan warna hijau kecokelatan untuk wilayah Semarang. Perubahan warna ini menunjukkan pada jam tersebut, wilayah kota Semarang berpotensi turun hujan ringanlebat yang tidak merata. Berdasarkan pengamatan langsung, hasil citra satelit sesuai dengan keadaan perawanan yang terjadi di lokassi pengamatan yang cenderung berawan tipis pada pukul pada arah horizon barat terlihat pembentukan perawanan cumulonimbus yang berpotensi turun hujan. Pembentukan perawanan pada jam di lokasi pengamatan menunjukkan enurunan suhu dan awan mendung terlihat menyebar merata dari lokasi pengamatan. Akan tetapi pada jam tersebut, hujan belum terjadi karena pergerakan awan masih terlihat. Untuk pengamatan tanggal 23 Nopember 2014, gambar citra satelit MTSAT pada jam menunjukkan dominansi warna hijau orange yang menunjukkan adanya potensi hujan ringan hingga lebat untuk wilayah Semarang dan sekitarnya. Pada jam menunjukkan warna orange hijau yang berarti terjadinya penurunan suhu pada jam tersebut. Ini

25 82 menunjukkan bahwa potensi hujan semakin tinggi untuk wilayah Semarang dan sekitarnya. Berdasarkan citra jenis awan tanggal 23 Nopember 2014 pukul menunjukkan warna abu-abu dan merah pada arah Barat kota Semarang. Ini menunjukkan bahwa terbentuk jenis awan cumulonimbus yang berpotensi hujan ringan hingga lebat. Sedangkan pada pukul warna abu-abu s.d merah tersebar merata yang menunjukkan penyebaran jenis awan cumulonimbus yang berpotensi hujan ringan hingga lebat. Dalam pengidentifikasian jenis awan yang berpotensi hujan, dilihat berdasarkan tinggi dasar awan. Untuk jenis awan rendah tinggi dasar awan berkisar < 2500 m yang didominasi awan cumulonimbus yang berpotensi hujan lebat dan ditunjukkan dengan warna merah dan jenis awan cumulus yang berpotensi hujan ringan dan ditunjukkan dengan warna abu-abu. Sedangkan suhu awan diidentifikasi berdasarkan penurunan suhu yang ditunjukkan warna hijau s.d orange kecokelatan. Semakin mendekati arah cokelat s.d putih menunjukkan semakin dinginnya suhu awan. Dari hasil pengamatan langsung yang dilakukan pada tanggal 22 Nopember 2014 terdapat awan cumulonimbus pada arah barat lokasi dan bergerak merata sehingga ufuk barat tidak Nampak. Sedangkan pada pengamatan tanggal 23 Nopember 2014 diperoleh tingkat perawanan cumulonimbus yang tinggi dan tersebar merata, namun tidak terjadi hujan karena kelembaban awan berkisar 70% dengan suhu rata-rata 29,7 o C. Adapun hasil dokumentasi citra yang diperoleh untuk rukyatul hilal, disesuaikan dengan fokus pengamatan

26 83 Tabel Hasil citra foto rukyatulhilal markaz Menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah Semarang No/ Kode Fokus LR UMP AH LH

27 84 CH PU HNT Tabel Hasil citra foto rukyatulhilal dengan markaz CASA Assalam Surakarta No/ Kode Fokus LR

28 85 UMP AH LH CH PU

29 86 HNT d. Pengolahan Data Pendukung Citra Satelit Dalam pengolahan citra satelit yang dipergunakan dalam mendukung pengamatan polusi cahaya. Skala pada citra yang diperoleh diubah menjadi satuan kilometer dengan bantuan fitur yang disediakan google maps. Pengaturan skala dengan memilih dua lokasi dari lokasi utama untuk diketahui jaraknya. Untuk acuan CASA Assalam, kota yang dipilih adalah Surakarta, Kartasura, Klaten, Sragen, Boyolali dan Yogyakarta karena masih terpengaruh kelengkungan bumi (Horizon Distance) relatif tidak berpengaruh terhadap penentuan jaraknya. Langkah ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi Google Earth. Untuk kota Semarang, khususnya wilayah sebelah Barat lokasi adalah kota Kendal, Kaliwungu, Ungaran Barat dan Demak. Pendekatan Horizon Distance (HD) merupakan modifikasi dari formula yang sudah ada. Langkah ini dilakukan agar wilayah Kota di sebalah Barat dapat teridentifikasi secara optimal berdasarkan ketinggian pengamat. Untuk titik acuannya menggunakan titik lokasi pengamat di CASA Assalam dan Menara al Husna MAJT. Dengan menggunakan referensi tersebut, HD digunakan sebagai jari-jari lingkaran untuk menentukan luas area yang terkena polusi cahaya.

30 87 Dari titik acuan ditandai dan ditarik garis sepanjang niliai HD dengan terlebih dahulu dirubah skalanya ke satuan km dan merubah setting Google Earth pada ketinggian yang disamakan yaitu 10 km. Setelah diperoleh nilai referensi yang diperlukan, settingan dirubah kembali ke mode malam. Citra yang diperoleh di konversikan ke format.jpg dan diolah dengan menggunakan Windows Paint. Penggunaan acuan HD adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh polusi cahaya pada jarak kelengkungan bumi. Gambar Pengambilan HD melalui Google Earth untuk pengolahan citra foto polusi cahaya Data dari Google Earth dikombinasikan dengan Google Maps Night untuk diolah dengan Windows Paint. Berdasarkan jarak tersebut, dibuat area polusi cahaya dengan menggunakan oval shape untuk

31 88 mengidentifikasi pengaruh polusi cahaya antara kota yang satu dengan kota yang lainnya pada citra polusi cahaya satelit yang diperoleh. Gambar Pengolahan citra untuk mengidentifikasi tingkat polusi cahaya dengan pendekatan HD Selanjutnya dengan menggunakan HD, dibuat lingkaran dengan oval shape sejauh HD tersebut. Area yang sudah dibuat kemudian dikomparasikan dengan jarak antar kota. Adapun dalam penentuan nilai HD untuk batas area yang akan diidentifikasi, dengan acuan ketinggian Menara al Husna Masjid Agung Jawa Tengah 99 m dan tinggi daerah semarang 6 mdpl, maka nilai h = 105 mdpl. Sedangkan untuk CASA Assalam dengan ketinggian menara 24 m dan tinggi rata-rata wilayah Surakarta 96 mdpl, nilai h = 130 mdpl. Akan tetapi untuk menentukan jarak horizon dalam pengamatan dilakukan pendekatan yang berbeda, yaitu dengan menggunakan pendekatan jarak horizon terhadap ketinggian pengamat (Kemenag, 2010:222). d = 2 Rh = x h/1000

32 89 = x h/1000 = 3,85 h Jika ketinggian kota Semarang adalah 105 mdpl, maka nilai HD (d) adalah sebesar = 36,6 km, sedangkan untuk kota Surakarta dengan ketinggian 24 m, maka nilai HD (d) nya adalah sebesar = 18, 86 km. Berdasarkan The Institution of Lightening Engineers-ILE, nilai HD dan ketinggian suatu wilayah dapat dihubungkan dengan trigonometri karena berkaitan dengan luas area yang dapat diterangi oleh lampu yang memiliki ketinggian tertentu. Sudut pencahayaan dari lokasi CASA Assalam Surakarta dapat diperoleh dengan menghubungkan nilai HD dan ketinggian tempat: tan θ = HD e dimana HD = jari-jari dan e = ketinggian (e = 0,024 km), maka diperoleh: tan θ = HD e θ = arctan ( HD e ) θ = arctan ( 18,86 0,024 ) = 89⁰55 25 Dalam melukiskan area lingkaran pada pengolahan citra, nilai diameter lingkaran disesuaikan dengan dua kali jarak HD sebesar 37,2 km. Dengan menggunakan citra satelit ini tidak dapat digunakan untuk mengukur intensitas polusi cahaya disuatu tempat, akan tetapi hanya dapat dipergunakan untuk mengetahui luasan area yang terkena dampak polusi

33 90 cahaya. Oleh karena itu, hasil pengolahan dari citra foto ini akan dianalisis berdasarkan dampak dari polusi cahaya terhadap luasan area dan pengaruhnya dalam pengamatan. Dengan memadukan hasil citra foto satelit dan pemetaan daerah yang memiliki tingkat polusi cahaya tinggi berdasarkan nilai HD dapat dikorelasikan dengan pengamatan visual, sehingga akan diperoleh hasil pengamatan yang terpadu. Gambar Perbandingan citra polusi cahaya dengan versi black navigator Hasil pengukuran area tersebut dikomparasikankan juga dengan jarak HD dari titik acuan ke daerah-daerah sekitarnya, untuk memperjelas hasil identifikasi. Jika luasan pada diameter lingkaran daerah yang diteliti melebihi luas area lingkaran daerah sekitar, maka hal ini mengindikasikan bahwa pengaruh polusi cahaya di area tersebut berpengaruh terhadap pengamatan dari titik acuan. Analisis terhadap efek polusi cahaya terhadap pelaksanaan rukyat dilakukan dengan mengkorelasikan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan polusi cahaya dan data-data pendukungnya dengan hasil rukyatulhilal dan data-data pendukungnya. Efek polusi cahaya terhadap polusi cahaya dianalisis berdasarkan kesamaan waktu pelaksanaan yang telah dilakukan.

34 91 Waktu pengamatan polusi cahaya dimulai pukul WIB dan rukyatulhilal dimulai pada pukul 17:00 18:15 WIB. Oleh karena itu, untuk analisis efek polusi cahaya terhadap pelaksanaan rukyat dipergunakan data-data pada rentang pukul WIB. Pemilihan waktu ini dengan mempertimbangkan waktu kemunculan cahaya lampu yang diindikasikan mulai muncul dan teramati pada pengamatan. Durasi yang dipergunakan disesuaikan dengan lamanya pengamatan terhadap variabel rukyatulhilal, yakni pada rentang pukul WIB. Adapun data yang dipergunakan merupakan data hasil pengamatan terhadap keadaan polusi cahaya, faktor lingkungan, ketinggian pengamat, keadaan cuaca dan hasil dokumentasi yang diperoleh pada saat pengamatan.

BAB IV ANALISIS EFEK POLUSI CAHAYA TERHADAP PELAKSANAAN RUKYAT

BAB IV ANALISIS EFEK POLUSI CAHAYA TERHADAP PELAKSANAAN RUKYAT BAB IV ANALISIS EFEK POLUSI CAHAYA TERHADAP PELAKSANAAN RUKYAT A. Hakikat dan Penyebab Polusi Cahaya Polusi cahaya sudah menjadi permasalahan global sejak di deklarasikan oleh International Dark-Sky Association

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM BUKIT RAKITAN, SLUKE, REMBANG. Rakitan merupakan salah satu desa dari 14 desa yang ada di Kecamatan Sluke. 1

BAB III GAMBARAN UMUM BUKIT RAKITAN, SLUKE, REMBANG. Rakitan merupakan salah satu desa dari 14 desa yang ada di Kecamatan Sluke. 1 BAB III GAMBARAN UMUM BUKIT RAKITAN, SLUKE, REMBANG A. Letak Geografis Lokasi rukyat al-hilal di Bukit Rakitan terletak di Desa Rakitan. Desa Rakitan merupakan salah satu desa dari 14 desa yang ada di

Lebih terperinci

BAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH BAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH A. Analisis Latar Belakang Perekomendasian Pantai Pancur Alas Purwo Banyuwangi sebagai Tempat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI ANYER BANTEN SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. A. Analisis Latar Belakang Penggunaan Pantai Anyer Banten Sebagai

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI ANYER BANTEN SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. A. Analisis Latar Belakang Penggunaan Pantai Anyer Banten Sebagai BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI ANYER BANTEN SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Analisis Latar Belakang Penggunaan Pantai Anyer Banten Sebagai Tempat Rukyat Al-Hilal Latar belakang digunakannya Pantai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH A. Latar Belakang Digunakannya Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai Tempat Rukyat Sejak sebelum

Lebih terperinci

BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER. 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis

BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER. 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis 63 BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis dan Interpretasi Data Pengamatan kecerlangan langit menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV UJI KELAYAKAN PANTAI UJUNGNEGORO KABUPATEN BATANG SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL A. UJI KELAYAKAN BERDASARKAN KONDISI GEOGRAFIS

BAB IV UJI KELAYAKAN PANTAI UJUNGNEGORO KABUPATEN BATANG SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL A. UJI KELAYAKAN BERDASARKAN KONDISI GEOGRAFIS BAB IV UJI KELAYAKAN PANTAI UJUNGNEGORO KABUPATEN BATANG SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL A. UJI KELAYAKAN BERDASARKAN KONDISI GEOGRAFIS Seperti yang telah dijelaskan pada bab II, bahwa tempat yang layak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI UJUNG PANGKAH GRESIK SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. A. Latar Belakang Penggunaan Pantai Ujung Pangkah Sebagai Tempat

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI UJUNG PANGKAH GRESIK SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. A. Latar Belakang Penggunaan Pantai Ujung Pangkah Sebagai Tempat BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI UJUNG PANGKAH GRESIK SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Latar Belakang Penggunaan Pantai Ujung Pangkah Sebagai Tempat Rukyat Al-Hilal Kata rukyat al-hilal terdiri dari dua

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara sebagai Tempat Pengamatan Hilal (Rukyat Al-Hilal) Terdapat

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM BUKIT WONOCOLO. A. Sejarah Digunakannya Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai Tempat

BAB III GAMBARAN UMUM BUKIT WONOCOLO. A. Sejarah Digunakannya Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai Tempat BAB III GAMBARAN UMUM BUKIT WONOCOLO A. Sejarah Digunakannya Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai Tempat Rukyat Pengamatan hilal untuk penentuan awal bulan kamariah di bukit Wonocolo dilakukan pertama kali

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH A. Analisis Metode Perhitungan dan Penyusunan Jadwal Waktu Salat Pada jaman dahulu, penentuan waktu-waktu

Lebih terperinci

BAB III HASIL RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI TANJUNG KODOK DAN BUKIT CONDRODIPO. A. Letak Geografis Pantai Tanjung Kodok Dan Bukit Condrodipo

BAB III HASIL RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI TANJUNG KODOK DAN BUKIT CONDRODIPO. A. Letak Geografis Pantai Tanjung Kodok Dan Bukit Condrodipo BAB III HASIL RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI TANJUNG KODOK DAN BUKIT CONDRODIPO A. Letak Geografis Pantai Tanjung Kodok Dan Bukit Condrodipo 1. Pantai Tanjung Kodok Pantai Tanjung Kodok terletak di Desa Paciran

Lebih terperinci

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI ALUN-ALUN KOTA BANJARNEGARA (Studi Kasus Tanggal 08 Nopember 2017)

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI ALUN-ALUN KOTA BANJARNEGARA (Studi Kasus Tanggal 08 Nopember 2017) ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI ALUN-ALUN KOTA BANJARNEGARA (Studi Kasus Tanggal 08 Nopember 2017) Adi Saputra 1, Fahrizal 2 Stasiun Meteorologi Klas I Radin Inten

Lebih terperinci

TINJAUAN SECARA METEOROLOGI TERKAIT BENCANA BANJIR BANDANG SIBOLANGIT TANGGAL 15 MEI 2016

TINJAUAN SECARA METEOROLOGI TERKAIT BENCANA BANJIR BANDANG SIBOLANGIT TANGGAL 15 MEI 2016 TINJAUAN SECARA METEOROLOGI TERKAIT BENCANA BANJIR BANDANG SIBOLANGIT TANGGAL 15 MEI 2016 I. PENDAHULUAN Merdeka.com - Bencana banjir bandang dan tanah longsor dilaporkan terjadi di kawasan wisata Air

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet Pada dasarnya azimut planet adalah busur yang diukur dari titik Utara

Lebih terperinci

ANALISIS KEJADIAN ANGIN KENCANG DAN HUJAN LEBAT DI KAB. MEMPAWAH KALIMANTAN BARAT TANGGAL 09 AGUSTUS 2017

ANALISIS KEJADIAN ANGIN KENCANG DAN HUJAN LEBAT DI KAB. MEMPAWAH KALIMANTAN BARAT TANGGAL 09 AGUSTUS 2017 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I SUPADIO PONTIANAK Jl. Adi Sucipto KM. 17 Bandara Supadio Pontianak Telp. 0561 721142 Fax. 0561 6727520 Kode Pos 78391 Email : stamet.supadio@bmkg.go.id

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISIS STASIUN CUACA METEOROLOGI TERKAIT HUJAN

Lebih terperinci

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya Cahaya sebagai media Fotografi Pencahayaan merupakan unsur dasar dari fotografi. Tanpa pencahayaan yang optimal, suatu foto tidak dapat menjadi sebuah karya yang baik. Pengetahuan tentang cahaya mutlak

Lebih terperinci

Kapan Idul Adha 1436 H?

Kapan Idul Adha 1436 H? Kapan Idul Adha 1436 H? Hari Raya Idul Adha 1436 H diprediksi akan kembali berbeda setelah Ramadhan 1436 H dan Syawwal 1436 H bisa serempak dirayakan ummat Islam di Indonesia. Penyebabnya karena posisi

Lebih terperinci

Mam MAKALAH ISLAM. Potensi Rembang Jawa Tengah Sebagai Pusat Observatorium Bulan (POB)

Mam MAKALAH ISLAM. Potensi Rembang Jawa Tengah Sebagai Pusat Observatorium Bulan (POB) Mam MAKALAH ISLAM Potensi Rembang Jawa Tengah Sebagai Pusat Observatorium Bulan (POB) 3 Desember 2014 Makalah Islam Potensi Rembang Jawa Tengah Sebagai Pusat Observatorium Bulan (POB) Dr. H. Ahmad Izzuddin,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013 BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013 A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Theodolit Dalam Buku Ephemeris Hisab Rukyat 2013 Konsep penentuan

Lebih terperinci

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017 B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA Alamat : Bandar Udara Juanda Surabaya, Telp. 031 8668989, Fax. 031 8675342, 8673119 E-mail : meteojud@gmail.com,

Lebih terperinci

ANALISIS KEJADIAN HUJAN DISERTAI ANGIN KENCANG DI WILAYAH KOTA PONTIANAK DAN SEKITARNYA KALIMANTAN BARAT TANGGAL 04 DESEMBER 2017

ANALISIS KEJADIAN HUJAN DISERTAI ANGIN KENCANG DI WILAYAH KOTA PONTIANAK DAN SEKITARNYA KALIMANTAN BARAT TANGGAL 04 DESEMBER 2017 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I SUPADIO PONTIANAK Jl. Adi Sucipto KM. 17 Bandara Supadio Pontianak Telp. 0561 721142 Fax. 0561 6727520 Kode Pos 78391 Email : stamet.supadio@bmkg.go.id

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 5 OKTOBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1434 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 5 OKTOBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1434 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 5 OKTOBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu astronomi di Indonesia sudah terasa manfaatnya. Objek kajian yang diamatinya pun semakin berkembang, tidak hanya terbatas pada Matahari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan geografis Indonesia memiliki tingkat cuaca dan iklim yang berbeda dengan wilayah lainnya. Wilayah Indonesia yang memiliki bentangan perairan yang lebih luas

Lebih terperinci

DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA

DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA Anita Iskhayati, S.Kom Apa Itu Three-Point Lighting? Three-point lighting (pencahayaan tiga titik) adalah metode standar pencahayaan yang digunakan dalam fotografi,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Spektrofotometer untuk Analisis Temperatur Matahari di Laboratorium Astronomi Jurusan Fisika UM

Rancang Bangun Spektrofotometer untuk Analisis Temperatur Matahari di Laboratorium Astronomi Jurusan Fisika UM Rancang Bangun Spektrofotometer untuk Analisis Temperatur Matahari di Laboratorium Astronomi Jurusan Fisika UM NOVITA DEWI ROSALINA*), SUTRISNO, NUGROHO ADI PRAMONO Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT TERKAIT KEJADIAN BANJIR DI KAB. KUBU RAYA, KALIMANTAN BARAT TANGGAL 11 NOVEMBER 2017

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT TERKAIT KEJADIAN BANJIR DI KAB. KUBU RAYA, KALIMANTAN BARAT TANGGAL 11 NOVEMBER 2017 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I SUPADIO PONTIANAK Jl. Adi Sucipto KM. 17 Bandara Supadio Pontianak Telp. 0561 721142 Fax. 0561 6727520 Kode Pos 78391 Email : stamet.supadio@bmkg.go.id

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ./ 3.3.2 Penentuan nilai gradien T BB Gradien T BB adalah perbedaan antara nilai T BB suatu jam tertentu dengan nilai

Lebih terperinci

ANALISIS CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI WILAYAH KAB. SUMBAWA TANGGAL 11 FEBRUARI 2017

ANALISIS CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI WILAYAH KAB. SUMBAWA TANGGAL 11 FEBRUARI 2017 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III SULTAN MUHAMMAD KAHARUDDIN JL. GARUDA No. 43 SUMBAWA BESAR NTB Kode Pos 84312TELP : 0371 21859, 24134 FAX : (0371) 626144 Email

Lebih terperinci

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain BAB IV ANALISIS FUNGSI DAN KEDUDUKAN DEKLINASI BULAN DAN LINTANG TEMPAT DALAM MENGHITUNG KETINGGIAN HILAL DALAM KITAB SULLAM AN-NAYYIRAIN DAN ALMANAK NAUTIKA A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi

Lebih terperinci

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar STRUKTUR BUMI 1. Skalu 1978 Jika bumi tidak mempunyai atmosfir, maka warna langit adalah A. hitam C. kuning E. putih B. biru D. merah Jawab : A Warna biru langit terjadi karena sinar matahari yang menuju

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262 Website : http://www.staklimpondoketung.net Jln. Raya Kodam Bintaro No.

Lebih terperinci

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT DISERTAI ANGIN KENCANG DI WILAYAH RASAU JAYA, KAB. KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT TANGGAL 10 SEPTEMBER 2017

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT DISERTAI ANGIN KENCANG DI WILAYAH RASAU JAYA, KAB. KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT TANGGAL 10 SEPTEMBER 2017 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I SUPADIO PONTIANAK Jl. Adi Sucipto KM. 17 Bandara Supadio Pontianak Telp. 0561 721142 Fax. 0561 6727520 Kode Pos 78391 Email : stamet.supadio@bmkg.go.id

Lebih terperinci

BAB IV KELAYAKAN POS OBSERVASI BULAN BUKIT SYEH BELA-BELU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL

BAB IV KELAYAKAN POS OBSERVASI BULAN BUKIT SYEH BELA-BELU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL BAB IV KELAYAKAN POS OBSERVASI BULAN BUKIT SYEH BELA-BELU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL A. Analisis Latar Belakang Perekomendasian Pos Observasi Bulan Bukit Syeh Bela Belu Daerah

Lebih terperinci

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA I. Citra Foto Udara Kegiatan pengindraan jauh memberikan produk atau hasil berupa keluaran atau citra. Citra adalah gambaran suatu objek yang

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 24 SEPTEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 24 SEPTEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1435 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 24 SEPTEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 13 OKTOBER 2015 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1437 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 13 OKTOBER 2015 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1437 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 13 OKTOBER 2015 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1437 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PANTAI UJUNG PANGKAH. A. Sejarah Penggunaan Pantai Ujung Pangkah sebagai Tempat Rukyat Al-

BAB III GAMBARAN UMUM PANTAI UJUNG PANGKAH. A. Sejarah Penggunaan Pantai Ujung Pangkah sebagai Tempat Rukyat Al- BAB III GAMBARAN UMUM PANTAI UJUNG PANGKAH A. Sejarah Penggunaan Pantai Ujung Pangkah sebagai Tempat Rukyat Al- Hilal Lokasi Kabupaten Gresik terletak di sebelah barat laut Kota Surabaya yang merupakan

Lebih terperinci

Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H

Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H Hisab Awal Bulan Sistem Ephemeris 1 Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H Kota Penentuan Brisbane Lintang tempat (φ) = 27 28' 45 LS Bujur tempat (λ) = 153 1 ' 40 BT Tinggi tempat =... 10 meter di atas laut 0.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rukyat adalah kegiatan yang berisi usaha melihat hilal atau Bulan

BAB I PENDAHULUAN. Rukyat adalah kegiatan yang berisi usaha melihat hilal atau Bulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rukyat adalah kegiatan yang berisi usaha melihat hilal atau Bulan sabit di ufuk barat setelah Matahari terbenam menjelang awal bulan baru, khususnya menjelang bulan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 1 MARET 2014 M PENENTU AWAL BULAN JUMADAL ULA 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 1 MARET 2014 M PENENTU AWAL BULAN JUMADAL ULA 1435 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 1 MARET 2014 M PENENTU AWAL BULAN JUMADAL ULA 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini, akan membahas implementasi dan hasil pengujian dari program aplikasi yang telah dibuat. Pada perancangan aplikasi ini meliputi perbedaan citra hasil foto

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Wahyuningtyas (2011) jenis tanah di Kebun Percobaan Cikabayan merupakan Latosol. Tanah ini memiliki ciri ciri batas horizon yang samar, warna 7.5YR,4/4 (brown), remah

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus : Tujuan Instruksional Umum : 1. Memberikan pemahaman fungsi cahaya. 2. Memberikan pemahaman karakter cahaya. 3. Memberikan pemahaman arah cahaya. Tujuan Instruksional Khusus : 1. Mahasiswa mampu memahami

Lebih terperinci

ANALISIS CUACA EKSTRIM NTB HUJAN LEBAT TANGGAL 31 JANUARI 2018 LOMBOK BARAT, LOMBOK UTARA, DAN LOMBOK TENGAH Oleh : Joko Raharjo, dkk

ANALISIS CUACA EKSTRIM NTB HUJAN LEBAT TANGGAL 31 JANUARI 2018 LOMBOK BARAT, LOMBOK UTARA, DAN LOMBOK TENGAH Oleh : Joko Raharjo, dkk ANALISIS CUACA EKSTRIM NTB HUJAN LEBAT TANGGAL 31 JANUARI 2018 LOMBOK BARAT, LOMBOK UTARA, DAN LOMBOK TENGAH Oleh : Joko Raharjo, dkk I. INFORMASI CUACA EKSTREM LOKASI 1. Desa Banyu Urip Kec Gerung Lombok

Lebih terperinci

ANALISIS FENOMENA HUJAN ES (HAIL) DUSUN PAUH AGUNG, LUBUK MENGKUANG, KAB. BUNGO, PROVINSI JAMBI TANGGAL 2 FEBRUARI 2017

ANALISIS FENOMENA HUJAN ES (HAIL) DUSUN PAUH AGUNG, LUBUK MENGKUANG, KAB. BUNGO, PROVINSI JAMBI TANGGAL 2 FEBRUARI 2017 ANALISIS FENOMENA HUJAN ES (HAIL) DI DUSUN PAUH AGUNG, LUBUK MENGKUANG, KAB. BUNGO PROVINSI JAMBI TANGGAL 2 FEBRUARI 2017 I. INFORMASI FENOMENA HUJAN ES (HAIL) LOKASI WAKTU DUSUN PAUH AGUNG, LUBUK MENGKUANG,

Lebih terperinci

LENSA TELE. Sejauh ini, bukaan terbesar sebuah lensa vario adalah f/2,8 dan tidak sedikit. umumnya f/3,5 sampai

LENSA TELE. Sejauh ini, bukaan terbesar sebuah lensa vario adalah f/2,8 dan tidak sedikit. umumnya f/3,5 sampai LENSA Lensa terdiri dari beberapa keping kaca khusus yang sifatnya cembung, cekung arau kombinasi keduanya. Fungsi lensa adalah untuk menyalurkan cahaya dari luar tubuh kamera ke dalam kamera. Lensa bertugas

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI HUJAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pada penelitian deskriptif ini, peneliti berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 IDENTIFIKASI CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT DAN SABTU, 27 DAN 28 JUNI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RAMADLAN 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT DAN SABTU, 27 DAN 28 JUNI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RAMADLAN 1435 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT DAN SABTU, 27 DAN 28 JUNI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RAMADLAN 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi

Lebih terperinci

Pertemuan 10. White Balance ACHMAD BASUKI

Pertemuan 10. White Balance ACHMAD BASUKI Pertemuan 10 White Balance ACHMAD BASUKI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA Apa perbedaan tiga foto ini? Pernahkah anda mengalami masalah warna seperti ini? Pernahkah anda mengalami masalah warna seperti

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262 Website : http://www.staklimpondoketung.net Jln. Raya Kodam Bintaro No.

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 4 NOVEMBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 4 NOVEMBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1435 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 4 NOVEMBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BUKIT RAKITAN, SLUKE, REMBANG SEBAGAI LOKASI RUKYAT AL-HILAL. A. Analisis Latar Belakang digunakannya Bukit Rakitan, Sluke, Rembang

BAB IV ANALISIS BUKIT RAKITAN, SLUKE, REMBANG SEBAGAI LOKASI RUKYAT AL-HILAL. A. Analisis Latar Belakang digunakannya Bukit Rakitan, Sluke, Rembang BAB IV ANALISIS BUKIT RAKITAN, SLUKE, REMBANG SEBAGAI LOKASI RUKYAT AL-HILAL A. Analisis Latar Belakang digunakannya Bukit Rakitan, Sluke, Rembang Sebagai Lokasi Rukyat al-hilal Dari data yang telah diuraikan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI HUJAN

Lebih terperinci

BAB III RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI ALAM INDAH TEGAL. A. Letak Geografis Pantai Alam Indah Tegal ( PAI )

BAB III RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI ALAM INDAH TEGAL. A. Letak Geografis Pantai Alam Indah Tegal ( PAI ) BAB III RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI ALAM INDAH TEGAL A. Letak Geografis Pantai Alam Indah Tegal ( PAI ) Secara de facto kota Tegal yang terletak di sebelah Barat Provinsi Jawa Tengah memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB 1. Analisis Metode Hisab Irtifa Hilal Menurut Sistem Almanak Nautika Dalam hisab awal bulan Qamariyah, hasil ketinggian

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262 Website : http://www.staklimpondoketung.net Jln. Raya Kodam Bintaro No.

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT, 31 JANUARI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AKHIR 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT, 31 JANUARI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AKHIR 1435 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT, 31 JANUARI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AKHIR 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

Sistem Pendeteksi Kendaraan Pada Tempat Parkir Menggunakan Kamera Iwan Kurniawan

Sistem Pendeteksi Kendaraan Pada Tempat Parkir Menggunakan Kamera Iwan Kurniawan Sistem Pendeteksi Kendaraan Pada Tempat Parkir Menggunakan Kamera Iwan Kurniawan 1.02.00.119 Pembimbing 1: Yeffry Handoko Putra, MT Pembimbing 2: Sri Nurhayati, MT Latar Belakang Masalah Berkembangnya

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 3 DESEMBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN SHAFAR 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 3 DESEMBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN SHAFAR 1435 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 3 DESEMBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN SHAFAR 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 16 OKTOBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1433 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 16 OKTOBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1433 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 16 OKTOBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1433 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

ANALISIS KLIMATOLOGI BANJIR BANDANG BULAN NOVEMBER DI KAB. LANGKAT, SUMATERA UTARA (Studi Kasus 26 November 2017) (Sumber : Waspada.co.

ANALISIS KLIMATOLOGI BANJIR BANDANG BULAN NOVEMBER DI KAB. LANGKAT, SUMATERA UTARA (Studi Kasus 26 November 2017) (Sumber : Waspada.co. ANALISIS KLIMATOLOGI BANJIR BANDANG BULAN NOVEMBER DI KAB. LANGKAT, SUMATERA UTARA (Studi Kasus 26 November 2017) (Sumber : Waspada.co.id) STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I DELI SERDANG NOVEMBER 2017 ANALISIS

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NOMOR 57 BANDUNG 40122 JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 TELEPON: 022-7215297/021-5228371 FAKSIMILE:

Lebih terperinci

Keterkaitan antar lokasi atau ruang dapat dilihat secara fisik maupun nonfisik.

Keterkaitan antar lokasi atau ruang dapat dilihat secara fisik maupun nonfisik. contoh interaksi keruangan antar wilayah di Indonesia: 1) menempatkan sebuah ruang publik (misalnya: rumah sakit) yang dapat dapat menjangkau wilayah2 sekitarnya dengan mudah, 2) membuka akses transportasi

Lebih terperinci

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas Pemanasan Bumi Meteorologi Suhu dan Perpindahan Panas Suhu merupakan besaran rata- rata energi kine4k yang dimiliki seluruh molekul dan atom- atom di udara. Udara yang dipanaskan akan memiliki energi kine4k

Lebih terperinci

ANALISIS CUACA EKSTREM DI KOTA JAMBI DAN KAB MUARA JAMBI TANGGAL 24 FEBRUARI 2016

ANALISIS CUACA EKSTREM DI KOTA JAMBI DAN KAB MUARA JAMBI TANGGAL 24 FEBRUARI 2016 ANALISIS CUACA EKSTREM DI KOTA JAMBI DAN KAB MUARA JAMBI TANGGAL 24 FEBRUARI 2016 I. INFORMASI CUACA EKSTREM LOKASI TANGGAL DAMPAK Kota Jambi dan Kab. Muaro Jambi 24 Februari 2016 / Pukul 00.00 04.00 WIB

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 15 AGUSTUS 2015 M PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1436 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 15 AGUSTUS 2015 M PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1436 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 15 AGUSTUS 2015 M PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1436 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 08 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH Penginderaan jauh (inderaja) adalah cara memperoleh data atau informasi tentang objek atau

Lebih terperinci

ZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN

ZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN Seperti yang kita ketahui, selain planet bumi, di alam semesta terdapat banyak lagi benda-benda lain di langit. Kenampakan objek-objek samawi lain di langit yang umumnya

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA HASNAH(12110738) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 8 JULI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1434 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 8 JULI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1434 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 8 JULI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 14 NOVEMBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1434 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 14 NOVEMBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1434 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 14 NOVEMBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 7 AGUSTUS 2013 M PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1434 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 7 AGUSTUS 2013 M PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1434 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 7 AGUSTUS 2013 M PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 19 APRIL 2015 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1436 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 19 APRIL 2015 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1436 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 19 APRIL 2015 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1436 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI KEJADIAN

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 29 APRIL 2014 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 29 APRIL 2014 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1435 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 29 APRIL 2014 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT, 20 DAN SABTU, 21 MARET 2015 M PENENTU AWAL BULAN JUMADAL AKHIRAH 1436 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT, 20 DAN SABTU, 21 MARET 2015 M PENENTU AWAL BULAN JUMADAL AKHIRAH 1436 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT, 20 DAN SABTU, 21 MARET 2015 M PENENTU AWAL BULAN JUMADAL AKHIRAH 1436 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU DAN KAMIS, 1 DAN 2 JANUARI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU DAN KAMIS, 1 DAN 2 JANUARI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1435 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU DAN KAMIS, 1 DAN 2 JANUARI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam 82 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit Mawaaqit merupakan salah satu contoh

Lebih terperinci

PRAKIRAAN ANOMALI IKLIM TAHUN 2016 BMKG DI JAWA TENGAH

PRAKIRAAN ANOMALI IKLIM TAHUN 2016 BMKG DI JAWA TENGAH PRAKIRAAN ANOMALI IKLIM TAHUN 2016 BMKG DI JAWA TENGAH OUTLINE Kondisi Dinamika Atmosfir Terkini Prakiraan Cuaca di Jawa Tengah Prakiraan Curah hujan pada bulan Desember 2015 dan Januari Tahun 2016 Kesimpulan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI HUJAN

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

Analisis Hujan Lebat pada tanggal 7 Mei 2016 di Pekanbaru

Analisis Hujan Lebat pada tanggal 7 Mei 2016 di Pekanbaru BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI PEKANBARU Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Riau, Kode Pos 28284 Telepon. (0761)73701 674791 Fax. (0761)73701 email: bmkgpku@yahoo.com

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 22 DESEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1436 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 22 DESEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1436 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 22 DESEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1436 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISIS HUJAN STASIUN SEDANG METEOROLOGI &

Lebih terperinci

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM (BANJIR) DI KEC.NGARAS KABUPATEN PESISIR BARAT (study kasus tgl 09 Nopember 2017)

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM (BANJIR) DI KEC.NGARAS KABUPATEN PESISIR BARAT (study kasus tgl 09 Nopember 2017) ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM (BANJIR) DI KEC.NGARAS KABUPATEN PESISIR BARAT (study kasus tgl 09 Nopember 2017) Adi Saputra 1, Fahrizal 2 Stasiun Meteorologi Klas I Radin Inten II Bandar Lampung Email

Lebih terperinci

VARIASI SPASIAL DAN TEMPORAL HUJAN KONVEKTIF DI PULAU JAWA BERDASARKAN CITRA SATELIT GMS-6 (MTSAT-1R) YETTI KUSUMAYANTI

VARIASI SPASIAL DAN TEMPORAL HUJAN KONVEKTIF DI PULAU JAWA BERDASARKAN CITRA SATELIT GMS-6 (MTSAT-1R) YETTI KUSUMAYANTI VARIASI SPASIAL DAN TEMPORAL HUJAN KONVEKTIF DI PULAU JAWA BERDASARKAN CITRA SATELIT GMS-6 (MTSAT-1R) YETTI KUSUMAYANTI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 12 MARET 2013 M PENENTU AWAL BULAN JUMADIL ULA 1434 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 12 MARET 2013 M PENENTU AWAL BULAN JUMADIL ULA 1434 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 12 MARET 2013 M PENENTU AWAL BULAN JUMADIL ULA 1434 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISIS CUACA STASIUN EKSTRIM METEOROLOGI TERKAIT

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Fotografi. Multimedia SMKN 1 Bojongsari

Dasar-Dasar Fotografi. Multimedia SMKN 1 Bojongsari Dasar-Dasar Fotografi Multimedia SMKN 1 Bojongsari Pengenalan Fotografi Fotografi artinya melukis dengan cahaya. Tanpa cahaya, tidak akan ada fotografi. Seni fotografi pada dasarnya adalah melihat dan

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 29 MEI 2014 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 29 MEI 2014 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1435 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 29 MEI 2014 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1435 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci