1. 1. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. 1. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Ini mengisyaratkan bahwa pendidikan yang baik akan didukung oleh sumber daya manusia dengan prestasi yang dimiliki oleh mahasiswa. Prestasi belajar mahasiswa dalam bidang akademik, dapat dilihat melalui Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), yang disajikan dalam Kartu Hasil Studi (KHS). Setiap mahasiswa harus memiliki prestasi belajar yang baik, karena setiap perguruan tinggi memiliki standar kelulusan yang harus dicapai oleh mahasiswanya. Dalam kerangka itulah, maka harus ditunjang dengan berbagai faktor yang dimiliki. Diantaranya kecerdasan emosional dan dukungan sosial teman sebaya ditinjau dari jenis kelamin. Dengan demikian, maka mahasiswa akan merasa memiliki prestasi yang baik dari yang dicapai sebelumnya. Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang yang di dalamnya terdapat fenomena-fenomena munculnya masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian yang melatarbelakangi penulisan ini. 1

2 1. 1. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan teknologi informasi merupakan salah satu ciri utama perkembangan global di abad 21 secara menyeluruh dari berbagai dimensi, dan perkembangan ini pun telah memasuki ranah pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi kehidupan seorang manusia dan bangsa secara luas (Metronews.com, 2013). Pendidikan yang berjalan baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermutu, sehingga membawa bangsa menuju ke arah kemajuan. Oleh karena itu, pendidikan memerlukan perhatian dan penanganan yang serius dari berbagai elemen, baik dari pemerintah maupun masyarakat. Atas dasar pemahaman tersebut, terdapat tekad untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2003), mencantumkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 2

3 Pernyataan yang dikemukakan tersebut sebagai dasar bahwa pendidikan menjadi salah satu bagian yang penting di negeri ini. Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2013 mencantumkan kenaikan anggaran pendidikan itu sesuai amanat konstitusi bahwa persentase anggaran pendidikan adalah sebesar 20% terhadap total Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Berbagai rancangan untuk menunjukkan pendidikan di Indonesia selalu diusahakan untuk pendidikan. Namun pada kenyataannya, kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Kualitas pendidikan yang masih rendah dapat berdampak terhadap prestasi belajar. Salah satu fenomena rendahnya prestasi belajar dapat dilihat dari hasil Ujian Nasional (UN). Mendikbud memaparkan bahwa jumlah peserta UN SMA/MA tahun ajaran adalah siswa, dan siswa yang dinyatakan lulus UN berjumlah siswa, sedangkan yang tidak lulus berjumlah siswa. Hal itu, menunjukkan tingkat kelulusan UN SMA/MA tahun ini mencapai 99,48%, dan persentase ketidaklulusannya adalah 0,52%. Ini berarti bahwa persentase kelulusan tahun 2013 ini turun 0,02% dari tahun sebelumnya yang mencapai 99,5%. (Metronews.com, 2013). Prestasi belajar tidak hanya dialami oleh siswa, mahasiswa juga mengalami hal yang sama. Universitas Kristen Indonesia Maluku sebagai salah satu penyelenggara pendidikan memiliki tanggung jawab. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan demi terbentuknya peserta didik dengan sumber daya manusia berkualitas yang ditunjukkan melalui berbagai prestasi yang dicapai oleh mereka. Peningkatan kualitas pendidikan berkaitan 3

4 dengan komponen mahasiswa, dosen, tujuan, kurikulum, dan saranaprasarana. Mahasiswa sebagai salah satu komponen dari pendidikan tinggi akan berupaya meningkatkan kualitas belajar agar memperoleh prestasi yang optimal. Prestasi belajar dari setiap mahasiswa turut berpengaruh pada persaingan antar perguruan tinggi, untuk menunjukkan kualitasnya dari sisi intelektualitas. Dengan kesadaran akan peningkatan kualitas dalam era persaingan bebas, maka pencapaian penilaian hasil belajar yang optimal merupakan keinginan dari setiap usaha belajar yang dilakukan oleh mahasiswa. Secara akademik, penilaian hasil belajar pada UKIM, dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E. Untuk mahasiswa berprestasi, kriteria yang digunakan adalah mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi Kumulatif 3,00 ke atas, serta memenuhi atau melewati beban maksimum SKS. Untuk mahasiswa yang dikeluarkan atau mendapat DO (droup out), IPK mereka berada di bawah 2,00 serta jumlah SKS mereka tidak mencapai beban minimum (Peraturan UKIM, 2008). Fakultas Teologi adalah salah satu dari lima fakultas yang ada yang di Universitas Kristen Indonesia Maluku. Sejumlah kegiatan baik secara internal dan eksternal diikuti oleh mahasiswa, dalam meningkatkan prestasi mereka. Hal ini dibuktikan dalam beberapa tahun terakhir ini mahasiswa Fakultas Teologi berhasil memperoleh prestasi yang baik. Hal ini dibuktikan dengan menjuarai debat bahasa inggris di Kota Ambon, pernah menjadi peserta terbaik dalam kegiatan yang diadakan PERSETIA se-indonesia. Fenomena ini memperlihatkan sisi positif. Namun, pada kenyataannya ada 4

5 mahasiswa juga yang tidak mampu mempertahankan pretasi mereka sehingga memiliki prestasi belajar yang rendah. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan bidang akademik tanggal 11 Oktober Hal ini bisa diidentifikasikan melalui pencapaian Indeks prestasi komulatif (IPK) mahasiswa, ketika awal masuk perkuliahan memiliki nilai yang baik. Namun pada perjalanan semester berikutnya menunjukkan IPK yang buruk, sehingga mendapat peringatan tetapi ada juga ada yang mengalami drop Out (DO). Hal tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi proses belajar mengajar pada semester Gasal 2011/2012 pada tabel sebagai berikut. Tabel 1.1 Hasil Evaluasi Proses Belajar Mengajar Semester Gasal 2011/2012 Semester 1 No Mata Kuliah Jumlah Nilai Siswa A B C D E T K 1 Pendidikan Agama Pendidikan Kewarganegaraan 3 Bahasa Ibrani Bahasa Inggris Pengantar Perjanjian Baru 6 Pengantar Ilmu Teologi 7 Bahasa Indonesia Pengantar Perjanjian Lama 9 Bahasa Yunani Jumlah

6 Tabel 1.1 Semester 1, menunjukkan mata kuliah yang paling banyak mendapat nilai A adalah Bahasa Inggris dan Bahasa Ibrani 20 orang dari 92 mahasiswa. Nilai B pada mata kuliah Bahasa Indonesia 64 orang dari 125 mahasiswa. Nilai C pada mata kuliah Pengantar Perjanjian Baru 49 orang dari 125 mahasiswa. Sementara yang mendapat Nilai D pada mata kuliah Bahasa Ibrani 33 orang dari 105 mahasiswa, dan mendapat nilai E pada mata kuliah Pengantar Ilmu Teologi 14 orang dari 125 mahasiswa, serta nilai T adalah 1 orang dari 92 mahasiswa. Ini menunjukkan bahwa dari 813 terdapat 724 mahasiswa (89.1%) memiliki nilai yang baik sedangkan 89 mahasiswa (10.9%) belum mendapat nilai yang memuaskan dan ini akan memengaruhi prestasi belajar mereka. Sementara itu, perlu dibandingkan dengan data dari Tabel 1.2 berikut ini Tabel 1.2 Hasil Evaluasi Proses Belajar Mengajar Semester Gasal 2011/2012 Semester 3 No Mata Kuliah Jumlah Nilai Siswa A B C D E T K 1 Hermeneutik Perjanjian Baru 1 2 Teologi Kontekstual Hermeneutik Perjanjian Baru 1 4 Ilmu Kealaman Dasar Apresiasi Sastra Etika Kristen Sosiologi Sejarah Agama Kristen Musik Gereja Sejarah dan Teologi PAK Sejarah Islam Jumlah

7 Tabel 1.2 Semester 3, menunjukkan mata kuliah yang paling banyak mendapat nilai A adalah Teologi Kontekstual 28 orang dari 71 mahasiswa. Nilai B pada mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar 56 orang dari 79 mahasiswa. Nilai C pada mata kuliah Etika Kristen 50 orang dari 114 mahasiswa. Kemudian yang mendapat Nilai D pada mata kuliah Hermeneutik Perjanjian Lama 32 orang dari 93 mahasiswa, dan mendapat nilai E pada mata kuliah Hermeneutik perjanjian Baru 1 yaitu 10 orang dari 93 mahasiswa, serta nilai T 1 orang dari 73 mahasiswa. Ini menunjukkan bahwa dari 928 terdapat 884 mahasiswa (8.9%) mendapat nilai yang memuaskan, sedangkan 82 mahasiswa (8.9%) mendapat nilai yang belum memuaskan dan ini akan memengaruhi prestasi belajar mereka. Kemudian, perlu dibandingan dengan Tabel 1.3 berikut ini Tabel 1.3 Hasil Evaluasi Proses Belajar Mengajar Semester Gasal 2011/2012 Semester 5 No Mata Kuliah Jumlah Nilai Siswa A B C D E T K 1 Pastoral Homiletika Teologi Kontekstual Alkitabiah 2 4 Teologi dan Avokasi Hukum 5 Kristologi Teologi Gender Metode Penelitian Teologi 8 Agama dan Masyarakat Teologi Agama-agama Analisa Sosial Teologi Sosial Eklesiologi Bacaan Skripsi Jumlah

8 Tabel 1.3 Semester 5, menunjukkan mata kuliah yang paling banyak mendapat nilai A adalah Teologi Gender 26 orang dari 86 mahasiswa. Nilai B pada mata kuliah Homiletika 2, yaitu 40 orang dari 60 mahasiswa. Nilai C pada mata kuliah Teologi Agamaagama 71 orang dari 125 mahasiswa. Sementara itu, yang mendapat Nilai D pada mata kuliah Kristologi 6 orang dari 88 mahasiswa, dan mendapat nilai E pada mata kuliah Bacaan skripsi 10 orang dari 125 mahasiswa, serta nilai T 1 orang dari 75, Juga ada yang mendapat nilai K 9 orang dari 60 mahasiswa Ini menunjukkan bahwa dari 862 terdapat 844 mahasiswa (91.1%) mendapat nilai yang baik, sedangkan 82 mahasiswa (8.9%) belum mendapat nilai yang memuaskan dan ini akan memengaruhi prestasi belajar mereka. Selanjutnya, data tersebut perlu dibandingkan dengan data mahasiswa Fakultas Teologi UKIM yang dapat dilihat dari Tabel 1.4 Tabel 1.4 Mahasiswa Fakultas Teologi UKIM (2013) yang drop out atau yang berhenti kuliah Tahun Jumlah orang orang orang orang Jumlah 56 orang 8

9 Pada Tabel 1.4 dijelaskan secara keseluruhan mahasiswa bahwa sebanyak 43 orang yang mendapat droup out atau berhenti kuliah akibat dari IPK yang tidak mencukupi standar yang diberikan. Berikut ini juga, data tersebut perlu dibandingkan dengan Tabel 1.5 berikut ini: Tabel 1.5 Penyebab Droup Out Berhenti Kuliah IPK Rendah Sanksi Disiplin Jumlah 31 orang 15 orang 10 orang 56 orang Pada Tabel 1.5 dijelaskan Penyebab dari 56 mahasiswa yang di droup out akibat dari berhenti kuliah 31 orang, IPK Rendah 15 orang, dan Sanski Disiplin 10 orang. Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku mengalami masalah dalam prestasi belajar mereka. Pikiran-pikiran yang tidak memfokuskan diri untuk berkompetisi di dunia perguruan tinggi sepertinya dapat dilihat sebagai alasan lain yang melatarbelakangi terjadinya rendahnya prestasi belajar dari beberapa mahasiswa yang berkuliah pada Fakultas Teologi UKIM. Tersirat dalam kehidupan mereka ketika menjalani kuliah sangat dipengaruhi dengan perilaku dengan dunia SMA yang seakan menjadikan mahasiswa nampak dari acuh tak acuh terhadap proses belajar itu sendiri. Hal tersebut mungkin saja dalam pikiran mereka tidak 9

10 memacu diri dalam kompetisi, sehingga pasti akan tetap lulus sekalipun standar nilai kurang baik. Oleh sebab itu, penelitian tentang prestasi belajar perlu dilakukan. Hal ini juga dapat dilihat dari berbagai data hasil penelitian tentang prestasi. Nurhidayati (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hal yang penting untuk diperhatikan saat ini. Hal ini disebabkan karena prestasi belajar merupakan gambaran kemampuan yang dimiliki siswa, setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar yang diperoleh siswa akan membentuk pola pikir (kognitif) yang kemudian akan memberikan pengaruh terhadap perilaku siswa dalam kehidupan masyarakat. Sejalan dengan itu, Puspasari (2013), mengatakan bahwa prestasi belajar bagi mahasiswa sangat penting karena prestasi belajar merupakan suatu gambaran tingkat keberhasilan dari kegiatan selama mengikuti perkuliahan. Sementara itu, Syah (Sunarsih, 2009) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang dianggap penting dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa. Lebih lanjut, Sunarsih mengatakan bahwa untuk mengetahui prestasi belajar perlu diadakan eveluasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah proses pembelajaran terhadap kemampuan mahasiswa. Proses perkuliahan yang berlangsung tersebut, seharusnya menjadi tanggung jawab mahasiswa untuk terus menerus mengasah kemampuan berpikirnya secara logik, sistematik dan memiliki daya kritis serta analisis yang tajam. Kemampuan analisis mahasiswa merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi mereka yang baru 10

11 beralih dari jenjang pendidikan menengah menuju jenjang pendidikan tinggi. Mahasiswa harus menemukan pola-pola studi sesuai dengan lingkungan akademik perguruan tinggi, sehingga mampu mencapai prestasi yang optimal. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar memiliki dampak bagi peserta didik karena prestasi belajar merupakan tolak ukur keberhasilan seseorang dalam menempuh studinya. Muzakki (2012) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dibutuhkan siswa untuk mengetahui kemampuan yang diperolehnya dari suatu kegiatan belajar. Azhar (2012), mengatakan bahwa hasil belajar adalah pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipahami, dan diterapkan. Karena prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator dalam keberhasilan proses belajar. (Stracuzzi & Mills, 2010), menunjukkan bahwa ketika siswa merasa dirinya dihargai, didukung, dan diterima dalam lingkungan sekolahnya, maka akan terjadi peningkatan dan perkembangan yang positif secara emosional maupun kualitas hidup siswa tersebut termasuk di dalamnya prestasi belajar. Dengan adanya fenomena dan hasil penelitian tentang prestasi belajar, maka dapat berdampak secara positif atau negatif. Prestasi belajar yang baik akan dapat memberikan dampak yang positif terbukti dalam peningkatan prestasi belajar, juga dalam perkembangan pengetahuan mahasiswa. Hal ini nyatanya belum sejalan dengan apa yang dialami mahasiswa Fakultas Teologi UKIM. Atas dasar hasil observasi penulis tahun 2005 sampai

12 ketika penulis melakukan perkuliahan pada lembaga tersebut. Ditemukan bahwa masih ada mahasiswa yang memiliki pretasi belajar rendah sehingga dapat mengakibatkan mahasiswa mengalami droup out. Sementara itu ditemukan bahwa mahasiswa yang kritis dalam membuat konsep studi dapat meningkatkan prestasi belajar mereka. Kondisi ini menunjukkan bahwa menurunnya prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teologi UKIM merupakan persoalan penting dan perlu mendapat perhatian pihak penyelenggara pendidikan, sehingga prestasi yang dihasilkan juga akan bermanfaat bagi mahasiswa tersebut. Berdasarkan fenomena di atas, maka menurut penulis prestasi belajar merupakan hal penting untuk diteliti. Prestasi belajar merupakan faktor penting untuk menentukan tingkat pengetahuan siswa. Steinberg & Merriam (dalam Mishra, 2012) mengatakan prestasi belajar meliputi yang berhubungan dengan pertumbuhan manusia dan kognitif, emosional, sosial, dan fisik, melalui kehidupan siswa di sekolah. Lebih lanjut Mishra (2012) mengatakan bahwa prestasi belajar tidak hanya diinterpretasikan dalam kecerdasan intelektual saja tetapi juga faktor-faktor lain seperti kecerdasan sosial, kecerdasan emosional, spiritual dan kreativitas. Menurut Walgito (2004) prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdiri dari: kesehatan fisik, kelelahan, motivasi minat, konsentrasi, natural curiosity, self confidence, self control, intellegensi, ingatan, tempat, peralatam belajar, suasana, waktu belajar, kedisiplinan, dukungan sosial, dan pergaulan. 12

13 Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang turut memengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Ini berarti bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang penting untuk diteliti dalam hubungannya dengan prestasi siswa. Oyinloye (2005) mengatakan bahwa tinggi rendahnya prestasi akademik yang dimiliki siswa itu bergantung pada kecerdasan emosional yang dimilikinya. Siswa yang sedikit atau tidak memiliki kecerdasan emosional akan berdampak pada prestais belajarnya. Epstain & Le Doux (dalam Nwadinigwe & Obieke, 2010) juga mengatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pengembangan prestasi belajar siswa sebab kecerdasan emosional dianggap melibatkan kemampuan memonitor perasaan orang lain, serta berpikir. Preeti (2013), menunjukkan bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Nwadinigwe & Obieke (2010), menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara keterampilan kecerdasan emosional dan prestasi belajar Cherniss (dalam Nwadinigwe & Obieke, 2010) juga menyatakan pentingnya kecerdasan emosional yang diperlukan untuk peningkatan dalam prestasi di sekolah. Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Azizi et al. (2012), dengan menggunakan regresi berganda menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Hal ini terlihat pada tingkat signifikan hubungan antara kesadaran diri (r = 0,21), manajemen emosional (r = 0,21) dan empati (r = 0,21) pada tingkat p 0.000<0.05 dengan prestasi akademik. Penelitian lain juga dilakukan oleh Mishra 13

14 (2012) menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar. Kelemahan emosional menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik dan mental yang secara langsung berdampak pada prestasi belajar. Menurutnya, pendidikan menyampaikan informasi dan pengetahuan untuk daerah tertentu yang berorientasi karir. Aspek emosional yang kurang dalam sistem pendidikan akan menyebabkan prestasi belajar yang buruk. Preeti (2013), mengatakan prestasi belajar tanpa kecerdasan emosional tidak menunjukkan keberhasilan masa depan dan adanya kecerdasan emosional juga menunjukkan kepribadian dan kemampuan untuk membangun hubungan di tempat kerja serta sekolah dan untuk meningkatkan pendidikan yang berkualitas dan sangat berkaitan dengan kepribadian. Wahyuningsih (2004), dalam penelitiannya juga menemukan adanya hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Selain kecerdasan emosional, dukungan sosial juga turut berpengaruh terhadap prestasi belajar. Stracuzzi & Mills (2010), mengatakan lingkungan sekolah merupakan salah satu lingkungan utama selain keluarga ketika anak berada pada usia anak. Oleh karena itu, ketika sekolah bisa menjadi salah satu lingkungan yang memberikan efek positif pada siswanya, maka siswa itu sendiri akan memiliki pemahaman yang positif dan terhindar dari perilakuperilaku negatif karena pengajaran, pengetahuan dan nilai-nilai moral yang ditanamkan dalam pengalaman nyatanya ketika bersekolah. Pengalaman nyatanya yang positif ketika berada di lingkungan sekolah akan membuat anak merasa menjadi bagian dari sekolah. 14

15 Dengan demikian, anak akan merasa bahwa hubungannya dengan sekolah memberikan dampak positif yang membawa pada kebahagiaan dan kenyamanan dirinya. sekolah. Ketika siswa merasa dirinya dihargai, didukung, dan diterima dalam lingkungan sekolahnya, maka akan terjadi peningkatan dan perkembangan yang positif secara emosional maupun kualitas hidup siswa tersebut. Pada suatu kesempatan, Mead, Hilton & Curtis (dalam Solomon, 2004) telah jauh meneliti dukungan teman sebaya dan menyatakan bahwa dukungan teman sebaya merupakan sistem memberi dan menerima bantuan yang dibangun berdasar prinsip-prinsip kunci yang meliputi rasa hormat, berbagi tanggung jawab, dan persetujuan yang sama mengenai apa itu menolong. Melalui sistem ini individu merasa tertolong dan dapat saling berbagi dalam setiap hal, termasuk hal yang berkaitan dengan pendidikan misalnya membahas tugas atau materi pelajaran yang dipelajari di sekolah. Berbagai penelitian tentang dukungan sosial teman sebaya dan prestasi belajar telah dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya Rosenfeld (2000) menemukan bahwa siswa dengan dukungan sosial yang tinggi dari teman sebaya, orang tua, dan guru memiliki nilai atau prestasi yang terbaik dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki dukungan sosial. Mackinnon (2008) menemukan bahwa dukungan sosial berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Sugiati & Rensi (2010), juga mengatakan ada hubungan antara dukungan sosial dengan prestasi belajar dengan nilai probabilitas signifikansi untuk variabel dukungan sosial terhadap prestasi belajar sebesar 0.04 (p<0.05). Jika dukungan sosial 15

16 dan konsep diri siswa ditingkatkan, maka prestasi belajar siswa pun dapat mengalami peningkatan. Penelitian berbeda juga ditemukan oleh Taylor (1998) yang menyatakan bahwa secara tidak langsung dukungan sosial teman sebaya berpengaruh pada prestasi belajar. Dengan kata lain, dukungan sosial juga secara tidak langsung berpengaruh terhadap prestasi belajar karena harus melalui persepsi dari pentingnya kemampuan akademis. Pentingnya presetasi belajar mahasiswa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya telah dijelaskan pada uraian-uraian di atas. Namun yang menjadi pertentangan hingga saat ini adalah prestasi belajar ditinjau dari jenis kelamin. Menurut Raheem (2012), bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa laki-laki dan siswa perempuan. Sejalan dengan itu, Adhiambo et al. (2011) mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara prestasi siswa perempuan dan siswa laki-laki. Sebaliknya dalam penelitian yang dilakukan oleh Salami (2013), mengatakan ada kebanyakan penelitian yang menunjukkan bahwa rata-rata, anak perempuan lebih baik dalam sekolah dibandingkan anak laki-laki. Senada dengan itu Linver, Davis-Kean, & Eccles (2002), menunjukkan bahwa prestasi belajar laki-laki berada di tingkat yang lebih tinggi nilai matematika daripada perempuan yang mengikuti kursus di tempat yang sama. Penelitian ini menyarankan bahwa dalam rangka mendorong prestasi belajar perempuan dalam bidang matematika, sains, dan teknologi informasi, perlu dirancang untuk tidak berfokus pada prestasi akademik perempuan saja tetapi bagaimana membuat perempuan mencapai tingkatan tinggi sama dengan laki-laki. Hal ini 16

17 tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Martono, Puspitasari & Rostikawati (2009), mengatakan bahwa ada perbedaan prestasi belajar mahasiswa laki-laki dan perempuan, dikatakannya lebih lanjut, secara umum prestasi perempuan lebih baik daripada laki-laki. Rentang IPK 3,00 sampai 4,00 didominasi perempuan. Mahasiswa perempuan memiliki masa studi yang lebih pendek daripada laki-laki. Mengingat pendidikan itu penting, maka pendidikan di Fakultas Teologi UKIM mengalami masalah dalam hal prestasi belajar mahasiswa, sedangkan prestasi belajar itu dapat dipengaruhi oleh kecerdasan emosional, dukungan sosial teman sebaya dan jenis kelamin. Selanjutnya berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang menyelidiki faktor-faktor tersebut secara terpisah, maka penulis tertarik untuk menelaah faktor-faktor tersebut secara bersamaan dalam konteks yang berbeda. Jadi penulis tertarik untuk melihat hubungan kecerdasan emosional dan dukungan sosial teman sebaya terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis kelamin mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku. 17

18 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Adakah hubungan kecerdasan emosional dan dukungan sosial teman sebaya terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku? 2. Apakah ada pegaruh interaksi kecerdasan emosional dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku? 3. Apakah ada pengaruh interaksi dukungan sosial teman sebaya dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku? 4. Apakah ada perbedaan prestasi belajar ditinjau dari jenis kelamin mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang akan dicapai adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dan dukungan sosial teman sebaya terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku. 18

19 2. Untuk mengetahui pengaruh interaksi kecerdasan emosional dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku. 3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi dukungan sosial teman sebaya dan jenis kelamin terhadap prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku. 4. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar ditinjau dari jenis kelamin mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku. 1.4 Manfaat Penelitian Merujuk pada tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: Manfaat Teoritis a. Kepada lembaga penyelenggara pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. b. Kepada mahasiswa, dapat memperkaya konsep serta pola pikir kita tentang hubungan kecerdasan emosional dan dukungan sosial terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis kelamin secara pribadi. Selain itu kiranya penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 19

20 1.4.2 Manfaat Praktis a. Kepada lembaga penyelenggara pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku. b. Kepada Mahasiswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagi acuan dalam meningkatkan kualitas dan hasil belajar secara pribadi. c. Kepada lingkungan sosial teman sebaya agar dapat memberikan dukungan positif bagi peningkatan kualitas hasil belajar. 20

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, rasional, dan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, rasional, dan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dipandang sebagai cara yang tepat untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satuan pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi, sudah pasti ingin mempunyai peserta didik dan lulusan yang berprestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Adam Iqbal Makasuci, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Adam Iqbal Makasuci, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Globalisasi sebagai sebuah tatanan masyarakat terus menggelinding tanpa bisa dicegah sebab mampu melintasi batas, transnasional

1.1 Latar Belakang Globalisasi sebagai sebuah tatanan masyarakat terus menggelinding tanpa bisa dicegah sebab mampu melintasi batas, transnasional BAB I PENDAHULUAN Seiring perkembangan zaman yang sangat cepat dan modern membuat dunia pendidikan semakin penuh dengan dinamika. Di Indonesia sendiri dinamika itu tampak dari tidak henti-hentinya sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya 1 1.1 Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Dengan pendidikan yang bermutu kita bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya agar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan aset besar yang dimiliki oleh suatu negeri. Masa muda adalah

I. PENDAHULUAN. merupakan aset besar yang dimiliki oleh suatu negeri. Masa muda adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai sosok intelektual yang memiliki mobilitas tinggi merupakan aset besar yang dimiliki oleh suatu negeri. Masa muda adalah fase yang produktif dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang sangat penting di era globalisasi ini. Melalui pendidikan diharapkan manusia menjadi sumber daya yang berkualitas sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat (long life education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, bahkan pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, bahkan pendidikan telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, bahkan pendidikan telah menjadi suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan itu sendiri merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada masa sekarang ini merupakan kebutuhan yang memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas dan berdaya saing. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pendidikan adalah faktor yang berperan besar bagi kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pendidikan adalah faktor yang berperan besar bagi kehidupan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pendidikan adalah faktor yang berperan besar bagi kehidupan bangsa negara karena pendidikan menentukan kemajuan proses pembangunan bangsa dalam berbagai bidang (Syah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan dalam Undang-undang (UU) No.12 tahun 2012 Bab I pasal I ayat 1,

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan dalam Undang-undang (UU) No.12 tahun 2012 Bab I pasal I ayat 1, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menentukan kualitas hidup yang lebih baik, baik dalam diri sendiri, keluarga, bangsa dan Negara. Kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan Arus kemajuan zaman dan teknologi pada era globalisasi saat ini pendidikan selalu suatu hal yang tidak dapat dihindari. Sama halnya dalam mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil bagi suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak pihak sekarang ini yang mengritik tajam sistem pendidikan di Indonesia. Ada yang merasa bahwa sekolah-sekolah di negeri ini hanya menghasilkan manusia-manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, bidang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, bidang pendidikan memegang peranan penting. Pendidikan dapat mengembangkan kemampuan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya, tetapi juga aspek ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya pendidikan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. budaya, tetapi juga aspek ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya pendidikan. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi merupakan suatu era yang membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, tidak hanya dalam aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya, tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini zaman semakin berkembang, khususnya pada dunia pendidikan. Untuk mengikuti perkembangan zaman tersebut, individu mengembangkan ilmunya dalam dunia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI RATA-RATA UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS ANGKATAN 2010

PENGARUH NILAI RATA-RATA UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS ANGKATAN 2010 PENGARUH NILAI RATA-RATA UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS ANGKATAN 2010 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: YUNITA NAPIAH A 420

Lebih terperinci

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. 1. Visi, Misi, Strategi & Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. Misi Bertolak dari visi tersebut, maka misi universitas adalah menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menghadapkan kita pada tuntutan akan pentingnya suatu kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi pendidikan yang dimiliki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan pada bidang kehidupan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan peningkatan mutu sumber daya manusia pada masa yang akan datang, bangsa Indonesia telah berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015

HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015 HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh: Deis Isyana Nur Putri ABSTRAK Motivasi dapat membuat seseorang berbuat demi mencapai tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menimbulkan kompetensi di berbagai bidang baik ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan negara Republik Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur dalam batang tubuh UUD 1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan manusia, manusia akan mengalami perubahan, baik perubahan dari luar maupun dari dalam. Dari dalam seperti fisik, pertumbuhan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merumuskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu hal yang penting bagi semua warga Negara, karena lewat pendidikan manusia dididik agar dapat mengembangkan potensi dirinya dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan keharusan bagi manusia serta mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik sebagai makhluk individu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 696A/SK/R/UI/2008

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 696A/SK/R/UI/2008 KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 696A/SK/R/UI/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM VOKASI UNIVERSITAS INDONESIA REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang: a bahwa telah terjadi ketidakseragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 pasal 1.1, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, dan masyarakat. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pendidikan memiliki peranan penting dalam proses pengembangan kualitas suatu bangsa. Pendidikan juga dianggap sebagai faktor utama untuk pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan dapat bersaing secara global. Sebagai suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan dapat bersaing secara global. Sebagai suatu sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dan diprioritaskan bagi seluruh umat manusia karena pendidikan merupakan ilmu sepanjang hayat. Pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, sudah seharusnya memberi dampak yang baik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, sudah seharusnya memberi dampak yang baik terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sekarang ini, sudah seharusnya memberi dampak yang baik terhadap perkembangan sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diperlukan guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diperlukan guna meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hakekat pendidikan adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan adalah cara yang strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DENGAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU SEBAGAI VARIABEL MODERATING

2016 PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DENGAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU SEBAGAI VARIABEL MODERATING BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam Pasal 1 Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan nasional dari negara Indonesia yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan nasional dari negara Indonesia yang tercantum dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan nasional dari negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses belajar mengajar antara guru dengan siswa untuk pengembangan potensi diri yang dilakukan secara sadar dan terencana agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan memiliki peranan penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan memiliki peranan penting dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan memiliki peranan penting dalam proses pengembangan kualitas suatu bangsa. Pendidikan juga dianggap sebagai faktor utama untuk pembentukan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi masing-masing individu, dan sudah menjadi hak setiap manusia untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pada Undang-Undang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha mewujudkan suasana belajar bagi peserta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha mewujudkan suasana belajar bagi peserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha mewujudkan suasana belajar bagi peserta didik. Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar manusia dalam mewujudkan suasana belajar dengan melakukan proses pembelajaran didalamnya menjadikan peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai demi tercapainya tujuan. Masalah pendidikan telah disebutkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dicapai demi tercapainya tujuan. Masalah pendidikan telah disebutkan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam suatu negara yang tidak boleh dikesampingkan. Pendidikan memiliki standar yang harus dicapai demi tercapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia saat ini berada dalam pengaruh era globalisasi yang dituntut untuk bersaing ketat disemua segi kehidupan. Untuk mengatasi persaingan tersebut maka diperlukan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBIMBINGAN AKADEMIK (PA)

PEDOMAN PEMBIMBINGAN AKADEMIK (PA) PEDOMAN PEMBIMBINGAN AKADEMIK (PA) PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG TAHUN 2015 i KATA PENGANTAR Buku Pedoman Pembimbingan Akademik (PA) digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pendidikan dan pengajaran di Indonesia telah mengalami perubahan yang cukup pesat. Hal tersebut disebabkan adanya perubahan tatanan kehidupan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai fungsi ganda yaitu untuk pengembangan individu secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua fungsi ini saling menunjang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat belajar demi kelangsungan hidupnya. Bagoe (2014, h.1) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia dalam segala aspek kehidupan. Salah satu faktor penentu siap atau

BAB I PENDAHULUAN. dunia dalam segala aspek kehidupan. Salah satu faktor penentu siap atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara dituntut siap berkompetisi dengan negara-negara lain di dunia dalam segala aspek kehidupan. Salah satu faktor penentu siap atau tidaknya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pembelajaran dewasa ini di perguruan tinggi lebih banyak mengarah pada aspek kognitif (ketrampilan teknis) dan kurang memperhatikan aspek nonteknis mahasiswa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal pokok di dalam mendukung serta menunjang demi terciptanya kemajuan suatu bangsa. Melalui pendidikan, kualitas dari suatu individu atau

Lebih terperinci

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa : 1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang sangat berperan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui proses pendidikan manusia dididik

Lebih terperinci

2014 PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN KEADAAN EKONOMI KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

2014 PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN KEADAAN EKONOMI KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, bahkan pendidikan telah menjadi suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan itu sendiri merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab

Lebih terperinci

BAB III EVALUASI KEBERHASILAN

BAB III EVALUASI KEBERHASILAN BAB III EVALUASI KEBERHASILAN Evaluasi keberhasilan proses pendidikan ada dua hal, yaitu keberhasilan proses penyelenggaraan acara pendidikan, dan keberhasilan usaha belajar mahasiswa. Pertama meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat persaingan yang semakin ketat dalam bidang jasa, terutama jasa psikologi. Masyarakat psikologi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia karena melalui pendidikan manusia dapat mencapai masa depan yang baik. Adapun pendidikan bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sampai kapanpun, manusia tanpa pendidikan mustahil dapat hidup berkembang sejalan dengan perkembangan jaman.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dengan pendidikan maka bangsa Indonesia diharapkan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan pada hakikatnya adalah salah suatu proses pembinaan sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek pribadi peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, sumber daya manusia berkualitas yang dihasilkan institusi pendidikan merupakan motor penggerak

Lebih terperinci

2015 KORELASI KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PESERTA DIDIK MTS AT TAUFIQ BANDUNG

2015 KORELASI KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PESERTA DIDIK MTS AT TAUFIQ BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembanganya suatu bangsa ditentukan oleh sumber daya manusianya. Pendidikan merupakan sarana utama yang dapat menjadikan manusia menjadi sosok yang

Lebih terperinci

Rizki Lestari F

Rizki Lestari F HUBUNGAN ANTARA PENGATURAN DIRI DALAM BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR DI SMA NEGERI 7 PONTIANAK Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudahan dalam memasuki dan meraih peluang kerja, kesempatan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudahan dalam memasuki dan meraih peluang kerja, kesempatan untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, dunia usaha dan masyarakat telah menjadi semakin kompleks sehingga menuntut adanya perkembangan berbagai disiplin ilmu termasuk akuntansi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan seseorang baik dalam lingkungan masyarakat dan bangsa. kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa atau negara dapat dikatakan maju, berkembang atau terbelakang dapat dilihat dari sejauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu bagian dari civitas akademika pada perguruan tinggi yang merupakan calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Untuk itu diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Pendidikan diberikan kepada seorang anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu Pendidikan Nasional secara umum harus ditingkatkan, baik dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Mutu Pendidikan Nasional secara umum harus ditingkatkan, baik dari proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu Pendidikan Nasional secara umum harus ditingkatkan, baik dari proses operasional maupun dari hasilnya. Hal ini terbukti dengan upaya-upaya yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Dari hasil analisa utama bab 4 dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Dari hasil analisa utama bab 4 dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisa utama bab 4 dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya berpengaruh terhadap kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan tidak lepas dari berbicara tentang hasil

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan tidak lepas dari berbicara tentang hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang pendidikan tidak lepas dari berbicara tentang hasil belajar di mana keberhasilan atau tingkat penguasaan mahasiswa yang dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu ukuran untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran di dalam dunia pendidikan. Harapan sekolah, mayarakat dan orang tua sebagai

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

BUPATI SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG BEASISWA KEPADA MAHASISWA BERPRESTASI DARI KELUARGA TIDAK MAMPU DI KABUPATEN SITUBONDO TAHUN AKADEMIK 2013/2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2014 ANALISIS KESIAPAN UJIAN NASIONAL SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

2014 ANALISIS KESIAPAN UJIAN NASIONAL SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern ini pendidikan menjadi kunci dari perubahan dan perkembangan zaman, karena pendidikan yang menjadi penentu dan tolak ukur dari kemajuan era saat ini. Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A PENGARUH LINGKUNGAN PERGAULAN REMAJA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA SMA KELAS XI IPS SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. diunggulkan dibandingkan dengan SMA yang lain di wilayah kabupaten

BAB VIII PENUTUP. diunggulkan dibandingkan dengan SMA yang lain di wilayah kabupaten 267 BAB VIII PENUTUP SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gianyar merupakan sekolah yang diunggulkan dibandingkan dengan SMA yang lain di wilayah kabupaten bersangkutan. Keunggulan sekolah tersebut dapat dilihat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Sebuah efek langsung pendidikan adalah mendapat pengetahuan. Pendidikan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Produktivitas sekolah merupakan wujud dari produktivitas pendidikan dalam skala persekolahan. Tujuan diselenggarakannya pendidikan secara institusional adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembangunan nasional pada dasarnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Membangun dan membentuk masyarakat Indonesia untuk menjadi manusia yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. termasuk fakultas muda yang berada di Universitas Negeri Gorontalo. Awalnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. termasuk fakultas muda yang berada di Universitas Negeri Gorontalo. Awalnya 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah FIKK Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan termasuk Fakultas yang menggambungkan dua disiplin ilmu yakni kesehatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia seutuhnya, karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI

BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP NILAI EVALUASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER III AKADEMI KEPERAWATAN PRIMA JAMBI TAHUN AJARAN 2012/2013

HUBUNGAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP NILAI EVALUASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER III AKADEMI KEPERAWATAN PRIMA JAMBI TAHUN AJARAN 2012/2013 HUBUNGAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP NILAI EVALUASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER III AKADEMI KEPERAWATAN PRIMA JAMBI TAHUN AJARAN 2012/2013 HUBUNGAN LINGKUNGAN KAMPUS DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN

Lebih terperinci