UPAYA PENANGGULANGAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DI WILAYAH POLSEK PASAR KOTA JAMBI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA PENANGGULANGAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DI WILAYAH POLSEK PASAR KOTA JAMBI"

Transkripsi

1 UPAYA PENANGGULANGAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DI WILAYAH POLSEK PASAR KOTA JAMBI Oleh : Nyimas Enny Fitriya Wardhani, S.H., M.H Fery Agus Susanto Abstract Terjadinya kejahatan pencurian yang salah satu bentuknya adalah pencurian pada waktu malam hari, karena faktor ekonomi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang, dimana faktor ini mempengaruhi kemampuan kehidupan seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga dengan lemahnya keadaan ekonomi seseorang, maka ia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara sempurna, sehingga kemudian ia dapat melakukan kejahatan pencurian untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak dapat terpenuhi dengan cara yang tidak melanggar hukum, maka dilakukan beberapa cara oleh polsek pasar kota Jambi Key Note : Upaya Penanggulangan, Pencurian, Polsek Pasar Kota Jambi A. Latar Belakang Di negara berkembang seperti di Indonesia, kecendrungan mereka melakukan tindak pidana seperti pencurian dan apabila terdesak melakukan pembunuhan, pada hakikatnya bukanlah dilandasi oleh watak yang jahat.akan tetapi kendala sosial, budaya dan ekonomilah yang mendorong mereka untuk melakukan kejahatan dan apabila dicermati mereka adalah korban dari suatu kondisi masyarakat, pemerintah dan keluarga yang kurang memperhatikan atau tidak bisa mencukupi kebutuhan fisik, psikis dan sosial. Terhadap hal ini Kartono juga menulis bahwa: 1 kriminalitas atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa hereditor atau bawaan lahir, warisan, juga bukan merupakan warisan biologis. Tingkah laku kriminal itu bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria, dapat berlangsung pada usia anak, dewasa ataupun lanjut umur. Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar, yaitu dipikirkan, direncanakan dan diarahkan pada satu maksud tertentu, secara sadar, benar. Namun bisa juga dilakukan secara setengah sadar, misal disorong oleh impulis-impulis yang hebat, didera oleh dorongan-dorongan paksaan yang sangat kuat dan oleh obsesiobsesi...masyarakat modren yang sangat kompleks itu menumbuhkan aspirasi-aspirasi materil dan sering disertai oleh ambisi-ambisi yang Nyimas Enny Fitriya Wardhani, S.H., M.H. adalah Dosen Tetap PS. Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi. Fery Agus Susanto adalah Mahasiswa PS. Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi. 1 Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jilid I, Edisi Baru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011,hal

2 tidak sehat, pemenuhan kebutuhan materiil yang berlimpah misal untuk memiliki harta kekayaan dan barang-barang mewah tanpa mempunyai kemampuan untuk mencapainya dengan jalan wajar, mendorong individu untuk melakukan tindak kriminal. Dengan kata lain bisa dinyatakan jika terdapat diskrepansi (ketidaksesuaian) antara ambisi dan kemampuan pribadi, peristiwa ini mendorong orang untuk melakukan tindak kriminal. Atau jika terdapat dikrepansi antara aspirasi dengan potensi personal maka terjadi maladjustment ekonomis (ketidakmampuan menyesuaikan diri secara ekonomis) mendorong orang untuk melakukan tindak pidana. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa saat ini banyak sekali kejahatan yang terjadi dalam masyarakat, salah satunya adalah pencurian, dalam hal ini Chazawi mengatakan bahwa kejahatan terhadap harta benda ini merupakan perkosaan/penyerangan terhadap kepentingan hukum orang atau harta benda milik orang lain. 2 Berpedoman pada uraian dan pandangan diatas, maka perbuatan pidana terhadap pelakunya, diperlukan penanganan sendiri sesuai dengan kondisi fisik dan mental pelaku yang tidak samasatu dengan lainnya. Pelaku kejahatan yang masih tergolong sebagai anak-anak tidak dapat disamakan dengan pelaku kejahatan yang telah dewasa, sebab seorang anak masih dalam masa pertumbuhan perkembangan fisik, mental dan sosial, sedangkan orang dewasa sudah tidak lagi mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental maupun sosial, oleh sebab itu penanganan terhadap anak pelaku tindak pidana memerlukan suatu cara tersendiri mengingat anak belum mempunyai pemikiran yang matang sebagaimana orang dewasa. Dewasa ini di kota-kota besar, termasuk kota Jambi banyak kasus kejahatan di masyarakat yang dilakukan, yang umumnya adalah kejahatan terhadap harta benda yaitu pencurian, bahkan pencurian pun kerap kali terjadi, dan hal ini sangatlah memprihatinkan karena kejahatan tersebut marak terjadi. Melihat pada data lapangan yang ada di Polsek Pasar Kota Jambi khususnya tindak pidana pencurian ini terus meningkat dari tahun sebelumnya.terlebih mengingat daerah pasar merupakan pusatnya transaksi jual beli terjadi, yang mana terjadi kesepakatan antara pembeli yang sudah jelas membawa uang dan pedagang yang menyiapkan barang dagangannya.terhadap hal ini Sudarsono berpendapat bahwa: banyak sekali latar belakang yang menyebabkan seorang pelaku melakukan suatu kejahatan terutama pencurian, kenakalan remaja yang sering terjadi di suatu masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri melainkan suatu kenakalan dan pergaulan yang timbul karena adanya beberapa sebab yang mana tiap-tiap sebab tersebut dapat ditanggulangi dengan cara-cara tertentu. 3 Pencurian merupakan istilah yang lazim digunakan pada bentuk kejahatan terhadap harta benda, menurut R. Soesilo pencurian adalah suatu perbuatan yang sifatnya mengambil atau merampas benda yang bukan milik 2 Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta Benda, Bayumedia, Malang, 2003,hal.1. 3 Sudarsono, Kenakalan Remaja, Cetakan Keempat, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hal

3 pribadi tetapi milik orang lain. 4 Dalam KUHP sendiri pada Pasal 362 disebutkan barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun, dari rumusan tersebut maka dapat diuraikan pula bahwa pada dasarnya pencurian memiliki unsur-unsur yang antara lain adalah: 1. Perbuatan mengambil; 2. Yang diambil haruslah sesuatu barang; 3. Barang itu seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain; 4. Pengambilan itu harus dilakukan dengan maksud untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum (melawan hak). Berdasarkan pengamatan survey independen prosentasi kejahatan biasa adalah 60% pencurian, sisanya 30% pemerasan dan 10% lagi adalah penipuan. Dari prosentase pencurian tersebut yang paling banyak adalah pencurian oleh karena itu penulis memfokuskan diri untuk meneliti tindak pidana perncurian. Kemudian mengenai pengertian pencurian adalah bentuk pencurian sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP yang merupakan bentuk pokoknya yang ditambahi unsur lain, baik yang obyektif maupun subyektif, yang bersifat memberatkan pencurian tersebut, dan oleh karena itu maka tindakan pidana yang dilakukan tersebut diancam dengan pidana yang lebih berat daripada pencurian bentuk pokoknya. Dalam Pasal 365 ayat 5 KUHP disebutkan bahwa diancam dengan pidana penjara paling lama 7 Tahun, pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukannya kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambilnya, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau jabatan palsu. Dalam kasus pencurian kendaraan bermotor biasanya unsur yang memberatkan ialah pencurian yang dilakukan dengan merusak, memotong atau dengan memakai anak kunci palsu, karena lazim dilakukan apabila pencurian kendaraan bermotor tersebut menggunakan kunci palsu ataupun kunci T. Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan ditulis dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi dengan judul: Upaya Penanggulangan Terhadap Tindak Pidana Pencurian Di Wilayah Polsek Pasar Kota Jambi. B. Perumusan Masalah. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat penulis rumuskan suatu permasalahan adalah Bagaimana upaya penggulangan yang dilakukan dalammengurangi dan mencegah terjadinya tindak pidana pencurian di wilayah Polsek Pasar Kota Jambi?. 4 R. Soesilo, KUHP dan komentar-komentarnya, Politea, Bogor, 1996,hal

4 C. Tinjauan Terhadap Tindak Pidana Pencurian Untuk memahami apa yang dimaksud dengan tindak pidana, akan dikemukakan beberapa pandapat dari beberapa ahli hukum pidana. Menurut R. Soesilo mengatakan bahwa Tindak Pidana adalah: Kejahatan meliputi tingkah laku manusia walaupun tidak ditentukan oleh Undang-undang, tetapi oleh masyarakat dirasakan atau ditafsirkan sebagai tingkah laku atau perbuatan yang secara ekonomis dan psikologis menyerang atau dapat merugikan masyarakat. 5 Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang dimaksud dengan tindak pidana adalah : Segala perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma hukum, atau melanggar aturan-aturan hukum. 6 Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat diambil suatu pemahaman bahwa tindak pidana adalah perbuatan maupun tindakan, perlakuan yang melanggar norma-norma hukum, yang merugikan orang lain dan perbuatan itu diancam dengan hukuman/pidana. Karena setiap perbuatan maupun hak-hak orang lain, maka pelakunya harus ditindak dan diberikan sanksi sesuai dengan perbuatan yang ia lakukan. Lain halnya dengan Moelyatno, memberikan defenisi tindak pidana dengan Perbuatan pidana yaitu Pertama melakukan kejahatan yang ditimbulkan, kedua perbuatan pidana tidak dihubungkan dengan kesalahan yang merupakan pertanggung jawaban pidana bagi yang melakukan perbuatan pidana. 7 Pencurian di dalam bentuknya yang pokok diatur di dalam Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang berbunyi: Barang siapa mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hak, maka ia dihukum karena kesalahannya melakukan pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda setinggi-tingginya enam puluh rupiah. Melihat dari rumusan pasal tersebut dapat kita ketahui, bahwa kejahatan pencurian itu merupakan delik yang dirumuskan secara formal dimana yang dilarang dan diancam dengan hukuman, dalam hal ini adalah perbuatan yang diartikan mengambil. Tindak pidana pencurian yang diatur mulai Pasal 362 sampai dengan Pasal 367 dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk, yaitu : 1. Pencurian Biasa Pencurian biasa ini perumusannya diatur dalam Pasal 362 KUHP yang menyatakan : Barang siapa mengambil sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagaian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah. 8 5 R. Soesilo, Kitab Undang-undang, Hukum Pidana (KUHP), Balai Pustaka, Jakarta, I b I d 7 Bambang Poermomo, SH, Op. Cit, hal R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor, Politea,

5 Berdasarkan rumusan Pasal 362 KUHP diatas, maka unsur-unsur tindak pidana pencurian (biasa) adalah sebagai berikut : a. Unsur objektif, yang meliputi unsur-unsur : 1. Mengambil 2. Suatu barang 3.Yang seluruhnya atau sebagaian milik orang lain b. Unsur subjektif, yang meliputi unsur-unsur : 1. Dengan maksud 2. Untuk memiliki barang / benda tersebut untuk dirinya sendiri 3. Secara melawan hukum Agar seseorang dapat dinyatakan terbukti telah melakukan tindak pidana pencurian, orang tersebut harus terbukti telah memenuhi semua unsur dari tindak pidana pencurian yang terdapat di dalam rumusan Pasal 362 KUHP. Walaupun pembentuk undang-undang tidak menyatakan dengan tegas bahwa tindak pidana pencurian seperti yang dimaksud dalam Pasal 362 KUHP harus dilakukan dengan sengaja, tetapi tidak dapat disangkal lagi kebenarannya bahwa tindak pidana pencurian tersebut harus dilakukan dengan sengaja, yakni karena undang-undang pidana yang berlaku tidak mengenal lembaga tindak pidana pencurian yang dilakukan dengan tidak sengaja Pencurian Dengan Pemberatan Istilah pencurian dengan pemberatan biasanya secara doctrinal disebut sebagai pencurian yang dikualifikasikan. Pencurian yang dikualifikasikan ini menunjuk pada suatu pencurian yang dilakukan dengan cara-cara tertentu atau dalam keadaan tertentu, sehingga bersifat lebih berat dan karenanya diancam dengan pidana yang lebih berat pula dari pencurian biasa. 10 Pencurian dengan pemberatan atau pencurian yang dikualifikasikan diatur dalam Pasal 363 dan 365 KUHP. Oleh karena pencurian yang dikualifikasikan tersebut merupakan pencurian yang dilakukan dengan caracara tertentu dan dalam keadaan tertentu yang bersifat memberatkan, maka pembuktian terhadap unsur-unsur tindak pidana pencurian dengan pemberatan harus diawali dengan membuktikan pencurian dalam bentuk pokoknya. Unsur-unsur tindak pidana pencurian dengan pemberatan dapat dipaparkan sebagai berikut: a. Pencurian dengan pemberatan yang diatur dalam Pasal 363 KUHP. Pencurian yang diatur dalam Pasal 363 KUHP dirumuskan sebagai berikut: (1)Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun : a. pencurian ternak b. pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru hara, pemberontakan atau bahaya perang 9 P.A.F.Lamintang, Theo Lamintang, Op.Cit, hal Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung, Eresco, 1986, hal

6 c. pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang adanya di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak. d. pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama e. pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambilnya, dilakukan dengan membongkar, merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan (seragam) palsu b. Pencurian dengan pemberatan yang diatur dalam Pasal 365 KUHP Pencurian dengan pemberatan kedua adalah pencurian yang diatur dalam Pasal 365 KUHP. Jenis pencurian ini lazim disebut dengan istilah pencurian dengan kekerasan atau popular dengan istilah curas. Adapun yang menjadi unsur-unsur dalam Pasal 365 KUHP ini adalah sebagai berikut : 1. Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang, dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicurinya. 2. Diancam dengan pidana paling lama dua belas tahun : a. jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau perkarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan. b. jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersamasama c. jika masuknya ke tempat melakukan kejahatan dengan membongkar, merusak, atau memanjat atau memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu d. jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat 3. Jika perbuatan mengakibatkan mati, maka dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun 4. Diancam dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama dengan disertai oleh salah satu hal yang diterangkan dalam ayat (2) ke-1 dan ke-3 3. Pencurian Ringan Pencurian ringan adalah pencurian yang memiliki unsur-unsur dari pencurian di dalam bentuknya yang pokok, yang karena ditambah dengan unsur-unsur lain (yang meringankan), ancaman pidanaya menjadi diperingan. Pencurian ringan di dalam KUHP diatur dalam ketentuan Pasal 364. Termasuk dalam pengertian pencurian ringan ini adalah pencurian dalam keluarga. Rasio dimasukkannya pencurian keluarga ke dalam pencurian ringan adalah oleh karena jenis pencurian dalam keluarga ini merupakan delik aduan, 29

7 dimana terhadap pelakunya hanya dapat ditunutut apabila ada pengaduan. Dengan demikian, berbeda dengan jenis pencurian biasa pada umumnya yang tidak membutuhkan adanya pengaduan untuk penuntutannya. Dengan demikian terdapat dua bentuk pencurian yang diatur dalam Pasal 364 dan Pasal 367 KUHP. a. Pencurian Ringan, Jenis pencurian ini diatur dalam ketentuan Pasal 364 KUHP, yang menyatakan : 11 Perbuatan yng diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 ke-4, begitu juga perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 365 ke-5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh lima rupiah, dikenai, karena pencurian ringan, pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak enam puluh rupiah. b. Pencurian Dalam Keluarga, Pencurian dalam keluarga diatur dalam ketentuan Pasal 367 KUHP yang menyatakan : (1) Jika pelaku atau pembantu dalam salah satu kejahatan dalam bab ini adalah suami atau isteri dari orang yang terkena kejahatan, dan tidak terpisah meja dan tempat tidur atau terpisah harta kekayaaan, maka terhadap pelaku atau pembantu itu, tidak mungkin diadakan tuntutan pidana (2) Jika dia adalah suami atau isteri yang terpisah meja dan tempat tidur atau terpisah harta kekayaan, atau jika dia keluarga sedarah atau semeda, baik dalam garis lurus, maupun garis menyimpang sampai derajat kedua, maka terhadap orang itu hanya mungkin diadakan penuntutan, jika ada pengaduan dari yang terkena kejahatan (3) Jika menuntut lembaga, kekuasaan bapak dilakukan oleh orang lain dari bapak kandungnya, maka aturan tersebut ayat diatas, berlaku juga bagi orang itu Pencurian sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 367 KUHP ini merupakan pencurian di kalangan keluarga. Artinya baik pelaku maupun korbannya masih dalam satu keluarga. Pencurian dalam Pasal 367 KUHP akan terjadi, apabila seorang suami atau isteri melakukan (sendiri) atau membantu (orang lain) pencurian terhadap harta benda isteri atau suaminya. Berdasarkan ketentuan Pasal 367 ayat (1) KUHP apabila suami isteri tersebut masih dalam ikatan perkawinan yang utuh, tidak terpisah meja atau tempat tidur juga tidak terpisah harta kekayaannya, maka pencurian atau membantu pencurian yang dilakukan oleh mereka mutlak tidak dapat dilakukan penuntutan R. Soesilo, Op.Cit 12 Tongat, Hukum Pidana Meteriil, Malang, UMM Press, 2003, hal

8 D. Pembahasan Upaya Penanggulangan Terhadap tindak Pidana Pencurian Di Wilayah Polsek Pasar Kota Jambi Untuk mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan kejahatan atau angka kriminalitas umumnya dan tindak pidana pencurian khususnya,maka di bawah ini penulis akan meninjau data mengenai tingkat kriminalitas dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir, yaitu dari tahun 2010 sampai tahun Berdasarkan dari data yang penulis kumpulkan dari penelitian ini, maka peningkatan tindak pidana pencurian ini dapat terlihat dalam tabel berikut: Tabel: Angka Kriminalitas Tiga Tahun Terakhir Wilayah Polda Jambi Keterangan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Jumlah Kasus yang dilaporkan Pencurian dengan Pemberatan (curat) Pencurian Kendaran Bermotor (curanmor) Pencurian dengan kekerasan (curas) Sumber: Data Humas Polda Jambi Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan angka kriminalitas yang dratis dalam kurun waktu tiga tahun tersebut, data diatas merupakan data kasus yang masuk artinya adanya laporan belum terhitung kasus-kasus yang tidak dilaporkan. BapakBrigjen Pol Satriya Hari Prasetya, dalam acara jumpa Pers akhir tahun diruang Rupatama Polda, menjelaskan bahwa: Angka kejahatan di Provinsi Jambi pada tahun 2012mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2012 lalu Jumlah tindak pidana yang dilaporkan pada tahun 2011 lalu adalah kasus. Kemudian tahun 2012 naik menjadi kasuskasus kejahatan yang mengalami peningkatan adalah seperti pencurian dengan pemberatan (curat) dan pencurian dengan kekerasan (curas). Pada tahun 2011 lalu, kasus curat yang dilaporkan sebanyak kasus, meningkat menjadi kasus pada tahun Sedangkan kasus Curas tahun 2011 yang dilaporkan 296 kasus,dan tahun 2012 meningkat menjadi 308 kasus, sedangkan 31

9 untuk kasus curanmor, tahun 2011 sebanyak kasus, pada tahun 2012 sebanyak Lebih lanjut lagi dijelaskan oleh Bapak. Abilio Dos Santos bahwa: Peningkatan tersebut pada hakekatnya di dorong dari diri seseorang yang melakukan tindakan, baik itu perbuatan yang baik maupun yang jahat adalah karena sesuatu hal yang mendorong untuk bertindak. Entahitu digerakan hati, atau karena bujukan atau rayuan orang lain, atau karena situasi-situasi tertentu yang memaksanya. Dengan perkataan lain, motivasilah yangseringkali menyebabkan seseorang melakukan tindakan atau disertai dengan suatu hal tertentu pula. 14 Dari hasil penelitian penulis terhadap berkas acara pemeriksaan perkara, adapun faktor-faktor pendorong terjadinya tindak pencurian berdasarkan penelitian penulis di wilayah Polsek Pasar adalah sebagai berikut: 1. Faktor dari pelakunya, dari beberapa kasus yang terjadi diwilayah polsek pasar bahwa pelaku menyatakan melakukan pencurian karena keadaan, yang mana pelaku tidak memiliki pekerjaan tetap atau penggangguran, serta kurangnya keimanan pelaku dan juga ketergantungan pelaku terhadap Narkoba. 2. Faktor Diluar Diri Pelakunya, Yang mana pelaku menyatakan melakukan tindak pidana karena keadaan ekonomi yang mendesak, kebutuhan istri yang akan melahirkan, kebutuhan anak yang punya keinginan diluar kemampuannya seperti mau beli hp atau laptop atau sepeda motor. 3. Selain itu, diluar pelaku terdapat juga faktor terjadinya pencurian karena kelalaian pemilik kendaraan / barang sehingga karena ada kesempatan tersebut maka pelaku melakukan tindak pidana pencurian. Upaya dijelaskan sebagai usaha (syarat) suatu cara.sedangkan preventif dalam istilah bahasa Inggris berarti pencegahan ataumencegah. Dalam referensi lainpencegahan (preventif) adalah: penyampaian suatumaksud untuk mencari jalan keluar atau bersifat mencegah supaya janganterjadi. Menurut Dewa Ketut Sukardi upaya preventif merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. 15 Upaya Preventif juga dapat di maksud sebagai suatu kegiatanyang dilakukan secara sistematis,terencana dan terarah untuk menjagasesuatu hal agar tidak meluas atau timbul.dalam pemaknaan ini upaya preventif memiliki konotasinegatif yaitu sesuatu masalah atau suatu hal yang berusaha untuk dicegah. Adapun sesuatu yang di maksud itu mengandung bahaya baikbagi lingkup personal maupun global.dalam lingkup kejahatan, masalah yang di maksud adalahberbagai hal yang dapat menghambat perkembangan 13 Brigjen Pol Satriya Hari Prasetya, Kapolda Jambi, diakses melalui Jambi,mimbar.newspaper.co.id, minggu 5 Januari AKP.Abilio Dos Santos,SIK, Kapolsek Pasar, wawancara langsung pada tanggal 5 Mei Dewa Ketut Sukardi, Diakses melalui: pengertian-upaya-preventif/#ixzz2sinjiure. 32

10 kelangsungan hidup yang tertib dan aman dari unsur unsur yang terkait didalamnya.upaya preventiflebih besar manfaatnya, karena apabilamasalah itu meluas akan amat sulit menanggulanginya. Sebab terdapatbanyak bahaya yang akan menimpa masyarakat, menghamburkanbiaya, tenaga dan waktu, sedangkan hasilnya tidak seberapa.jadi upaya preventif adalah suatu cara atau usaha yang harus ditempuh agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Pada dasarnya upaya-upaya dalam penanggulangan tindak pidana pencurian khususnya, dari hasil penelitian penulis di wilayah polsek pasar kota Jambi, dilakukan dalam beberapa jenisantara lain : 1. Usaha Pre-Emtif Yang dimaksud dengan upaya Pre-Emtif adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-usaha yang dilakukan dalam penanggulangan kejahatan secara Pre-Emtif adalah menanamkan nilai-nial, norma-norma yang baik sehingga norma-norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang. Meskipun ada kesempatan untuk melakukan kejahatan tapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal tersebut maka tidak akan terjadi kejahatan. Jadi dalam usaha Pre-Emtif faktor niat akan menjadi hilang meskipun ada kesempatan. Berdasarkan pendapat yang diungkapkan Bapak Sunhot p Silalahi bahwa: Adapun upaya yang dilakukan khusunya polsek Pasar Kota Jambi dalam upaya Pre-emtif ini adalah; penyuluhan hukum yang juga melibatkan tokoh-tokoh agama setempat baik terkait dengan nilai agama ataupun juga peraturan-peraturan yang berlaku pada saat sekarang. Sebagai contoh adalah penyuluhan hukum tentang pentingnya kelengkapan kendaraan, Penyediaan Tempat parkir yang aman, sampai kepada piket penjagaan di tempat tertentu seperti pasar angso duo Usaha Preventif Yang dimaksud dengan usaha preventif adalah usaha penanggulangan kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan-kebijaksanaan maupun tindakan-tindakan yang dilakukan sebelum terjadinya kejahatan. Dengan kata lain, usaha preventif adalah usaha penanggulangan kejahatan yang lebih bersifat pencegahan agar kejahatan tersebut jangan sampai terjadi. Dalam upaya preventif ini yang ditekankan adalah menghilangkan kesempatan untuk melakukan kejahatan. Contoh ada orang ingin mencuri motor tetapi kesempatan itu dihilangkan karena motor-motor yang ada ditempatkan di tempat penitipan motor, dengan demikian kesempatan menjadi hilang dan tidak terjadi kejahatan. Jadi dalam upaya preventif kesempatan dihilangkan. Terkait dengan upaya preventif ini, dijelaskan oleh Bapak Abilio Dos Santos bahwa: adapun usaha preventif yang secara rutin dilakukan polsek Pasar Kota Jambi diantaranya adalah: 1. Penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga barang miliknya dengan baik atau tidak lalai. 16 Kompol Sunhot P Silalahi,SIK, Kasat Reskrim, wawancara langsung pada tanggal 15 Juni

11 2. Pemasangan spanduk, iklan, dll akan pentingnya menjaga keamanan dan ketertiban khususnya keamanan dalam berkendaraan termasuk kunci tambahan agar kendaraan yang diparkir lebih terjamin keamanannya, dan menempatkan kendaraannya pada tempat yang telah disediakan. 3. Patroli dan pemeriksaan terhadap kendaraan, guna mengurangi dan menekan tingkat pencurian dengan pemberatan khusunya curanmor yang kerap kali terjadi Usaha Represif Selain usaha preventif, pencegahan dan penanggulangan kejahatan juga dilakukan dengan usaha represif. Yang dimaksud dengan usaha represif adalah usaha pencegahan dan penanggulangan kejahatan dalam wujud tindakantindakan dan kebijakan-kebijakan yang diambil setelah dilakukannya kejahatan, dengan agar pelaku tersebut jera dan kemudian tidak melakukan perbuatan jahat itu lagi. Pelaksanaan usaha penanggulangan secara represif, dilakukan dalam suatu proses tertentu, yang semuanya dilakukan berdasarkan undang-undang yang berlaku dalam ketentuan hukum pidana. Oleh sebab itulah dalam usaha represif ini, tahapan pembuatan hukum atau formulasi sangatlah penting, karena apa yang menjadi hasil dalam tahapan ini akan dijadikan dasar dalam pelaksanaan penanggulangan kejahatan atau pada usaha represif dari penanggulangan kejahatan. Sebagaimana dikatakan Bapak Sunhot P Silalahi yani: tahapan atau proses pertama yang dilakukan dalam usaha refresif adalah dengan suatu razia-razia, yang bertujuan untuk menjaring dan melakukan penangkapan terhadap para pelaku kejahatan. Setelah dilakukannya penangkapan tersebut, kemudian dilakukan tahapan pengumpulan atau penghimpunan bukti-bukti sehubungan dengan pengusutan kejahatan yang telah dilakukan. Setelah bukti-bukti terkumpul barulah diambil suatu penindakan terhadap pelaku dari kejahatan tersebut, yang dilakukan suatu proses pengadilan, untuk dapat menjatuhkan hukuman terhadap para pelaku kejahatan tersebut. 18 Dapat disimpulkan bahwa usaha preventif ini terkait dengan proses penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian mulai dari penangkapan, penahanan sampai pada pelimpahan berkas perkara yang harus lebih tegas, transparan dan akuntabilitas. Selain dengan menggunakan usaha pre-emtif, usaha preventif dan usaha represif, pencegahan dan penanggulangan kejahatan juga dapat dilakukan dengan usaha reformatif. Yang dimaksud dengan usaha reformatif dalam usaha pencegahan dan penanggulangan kejahatan adalah usaha yang dilakukan setelah terjadinya kejahatan, yang ditujukan kepada para pelaku kejahatan tersebut. Misalnya proses terhadap penegakan hukum pidana positif yang dilakukan dalam sistem peradilan pidana kita. 17 AKP.Abilio Dos Santos,SIK, Kapolsek Pasar, wawancara langsung pada tanggal 5 Mei Kompol Sunhot P Silalhi,SIK, Kasat Reskrim, wawancara langsung pada tanggal 15 Juni

12 Penulis menyimpulkan dari hasil penelitian ini, bahwa pada dasarnya upaya penanggulangan telah terus dan konsisten dilaksanakan khusunya wilayah Polsek Pasar Kota Jambi, akan tetapi tingkat kejahatan umumnya dan tindak pidana pencurian khususnya mengalami peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh tingkat faktor penyebab yang lebih dominan terjadi sejalan dengan kemajuan dan perkembangan kehidupan di berbagai sektor, mulai dari tingkat kebutuhan ekonomi, tingkat penggangguran yang sangat meningkat dratis dan perkembangan pergaulan hidup yang salah tetapi diartikan modern oleh banyak masyarakat dan pelaku kejahatan khususnya. Menurut pesrpektif teori kontrol sosial adalah bahwa pola-pola perilakuan jahat merupakan masalah sosial (dan hukum) yang membawa masyarakat pada keadaan anomie, yakni keadaan kacau karena tak adanya patokan tentang perbuatan-perbuatan apa yang baik dan yang tidak baik. Para ahli (misalnya para kriminologi) beranggapan bahwa setiap masyarakat mempunyai warga yang jahat, karena masyarakat dan kebudayaan yang memberikan kesempatan atau peluang kepada seseorang untuk menjadi jahat (counter culture). Akan tetapi, orang akan berpendapat bahwa perikelakuan jahat adalah perbuatan-perbuatan yang menyeleweng dari kaidah-kaidah yang berlaku menyeleweng dari perbuatan-perbuatan yang secara wajar dapat ditoleransikan oleh masyarakat. Perspektif kontrol adalah perspektif yang terbatas untuk penjelasan delinkuensi dan kejahatan. Teori ini meletakkan penyebab kejahatan pada lemahnya ikatan individu atau ikatan sosial dengan masyarakat atau macetnya intergrasi sosial. Kelompok-kelompok yang lemah ikatan sosialnya (misalnya kelas bawah) cenderung melanggar hukum karena merasa sedikit terikat dengan peraturan konvensional. Jika seseorang merasa dekat dengan kelompok konvensional, sedikit sekali kecenderungan menyimpang dari aturan-aturan kelompoknya. Tapi jika ada jarak sosial sebagai hasil dari putusnya ikatan, seseorang merasa lebih bebas untuk menyimpang. Maka melihat pada kondisi seperti ini, yang terpenting diperbaiki adalah kesadaran hukum masyarakat dan penanaman norma-norma agama serta nilainilai budi pekerti yang luhur yang telah digeser oleh modernisasi kehidupan yang terpengaruh cepat melalui media elektronik. Dimana masyarakat banyak yang lalai dalam memilah-milah yang baik untuk dijadikan panutan atau diikuti dengan mana yang harus ditinggalkan karena dapat berakibat pada dampak negatif yang terjadi. Sedangkan pada prinsipnya upaya penanggulangan kejahatan selalu terkait dengan Penegakan hukum yang merupakan proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalulintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau dari sudut subyeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subyek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum itu melibatkan semua subyek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau 35

13 menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subyeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan tegaknya hukum itu,apabila diperlukan aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa. Selain daripada hal tersebut mengaktifkan dan mengfektifkan peran lembaga-lembaga pemerhati, sebagaimana dapat dipandang sebagai mekanisme kontrol yang paling baik dalam rangka mencegah pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lembaga-lembaga pemerhati ini lebih tepat memfungsikan diri sebagai kontrol sosial atau kontrol masyarakat terhadap kebijakan kebijakan yang dilakukan dalam upaya penegakan hukum pidana terhadap berbagai kejahatan ataupun kriminalitas yang terus meningkat. E. Kesimpulan Terjadinya kejahatan pencurian yang salah satu bentuknya adalah pencurian pada waktu malam hari, karena faktor ekonomi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang, dimana faktor ini memengaruhi kemampuan kehidupan seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga dengan lemahnya keadaan ekonomi seseorang, maka ia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara sempurna, sehingga kemudian ia dapat melakukan kejahatan pencurian untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak dapat terpenuhi dengan cara yang tidak melanggar hukum. Dalam usaha penanggulangan kejahatan terutama yang dilakukan pada wilayah polsek pasar kota Jambi, dapat dilakukan dengan beberapa cara atau usaha yaitu : a. Usaha Pre-Emtif, Yang dimaksud dengan upaya Pre-Emtif adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-usaha yang dilakukan dalam penanggulangan kejahatan secara Pre-Emtif adalah menanamkan nilai-nial, norma-norma yang baik sehingga norma-norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang. b. Usaha preventif, yaitu usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kejahatan. Artinya, usaha ini dilakukan sebelum terjadi usaha tersebut. Contoh dari bentuk usaha ini dalam mencegah dan menanggulangi kejahatan adalah dengan dilakukannya patroli oleh pihak kepolisian, dan siskamling oleh masyarakat setempat. c. Usaha represif, yaitu usaha atau tindakan-tindakan yang dilakukan setelah tejadi kejahatan, yang diambil oleh para pihak penegak hukum. Usaha ini dilakukan dengan tujuan agar kejahatan tersebut tidak terulang lagi. Usaha ini dilakukan dengan melakukan penangkapan terhadap pelaku kejahatan pencurian, penyelidikan, penyidikan, mengadili terdakwa, dan kemudian menjatuhkan hukuman terhadap pelaku pencurian yang dilakukan pada waktu malam hari 36

14 F. Daftar Pustaka Arief, Barda Nawawi, 2001, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Hukum dan Pengembangan Hukum Pidana, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung , 2001, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung. Chazawi Adami, 2003, Kejahatan Terhadap Harta Benda, Bayumedia, Malang, Bonger, W.A, 1962, Pengantar Tentang Kriminologi, Pembangunan, Jakarta. D.Sujono, 1974, Kriminologi Ruang Lingkup dan Cara Penelitian, Tarsito, Bandung. 37

SUATU TINJAUAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB POLRI DALAM MELAKUKAN PENYIDIKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002

SUATU TINJAUAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB POLRI DALAM MELAKUKAN PENYIDIKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 SUATU TINJAUAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB POLRI DALAM MELAKUKAN PENYIDIKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 Oleh : Islah, S.H., M.H Dudi Handika Abstract Tanggung Jawab atau peran Kepolisian RI

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Bab XXII : Pencurian Pasal 362 Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR. an, sehingga menjadi penanggulangan yang berarti proses, cara, perbuatan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR. an, sehingga menjadi penanggulangan yang berarti proses, cara, perbuatan BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PENANGGULANGAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR 2.1 Penanggulangan Penanggulangan itu sendiri berasal dari kata tanggulang yang berarti menghadapi, mengatasi. Kemudian ditambah

Lebih terperinci

PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DAN PENADAHAN DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA. A. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pencurian dan Tindak Pidana

PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DAN PENADAHAN DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA. A. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pencurian dan Tindak Pidana PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DAN PENADAHAN DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA A. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pencurian dan Tindak Pidana Penadahan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) telah mengatur

Lebih terperinci

BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku

BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF A. Pencurian Dengan Kekerasan Dalam KUHP 1. Pengertian Pencurian Dengan Kekerasan Pencurian dengan kekerasan adalah suatu tindakan yang menyimpang.

Lebih terperinci

PENGANCAMAN/AFDREIGINGAFDREIGING. Fachrizal Afandi

PENGANCAMAN/AFDREIGINGAFDREIGING. Fachrizal Afandi PEMERASAN/AFPERSING AFPERSING DAN PENGANCAMAN/AFDREIGINGAFDREIGING FACHRIZAL AFANDI, S.Psi., SH., MH Fakultas Hukum Universitas Brawijaya PEMERASAN DAN PENGANCAMAN (BAB XXIII) PEMERASAN DALAM BENTUK POKOK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan Pengertian Tindak Pidana Pencurian

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan Pengertian Tindak Pidana Pencurian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan 2.1.1 Pengertian Tindak Pidana Pencurian pencurian merupakan perbuatan pengambilan barang. Kata mengambil (wegnemen) merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN A. Pengertian Tindak Pidana Pencurian Kata pencurian dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata dasar curi yang memperoleh imbuhan pe diberi akhiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uraian Teori 2.1.1. Pengertian Tindak Pidana Penggelapan Dalam suatu tindak pidana, mengetahui secara jelas tindak pidana yang terjadi adalah suatu keharusan. Beberapa tindak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1/PID.SUS-ANAK/2016/PN.

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1/PID.SUS-ANAK/2016/PN. BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1/PID.SUS-ANAK/2016/PN.BLB A. Tindak Pencurian Kendaraan Bermotor yang Dilakukan

Lebih terperinci

Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Surastini Fitriasih

Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Surastini Fitriasih Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan Surastini Fitriasih Dalam Buku II KUHP: Bab XXII : Pencurian Bab XXIII: Pemerasan & Pengancaman Bab XXIV: Penggelapan Barang Bab XXV : Perbuatan Curang Bab XXVI: Merugikan

Lebih terperinci

BAB III HUKUMAN PENCURIAN DI KALANGAN KELUARGA DALAM. HUKUM PIDANA INDONESIA PASAL 367 ayat (2) KUHP

BAB III HUKUMAN PENCURIAN DI KALANGAN KELUARGA DALAM. HUKUM PIDANA INDONESIA PASAL 367 ayat (2) KUHP BAB III HUKUMAN PENCURIAN DI KALANGAN KELUARGA DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA PASAL 367 ayat (2) KUHP A. Pengertian Pencurian Dikalangan Keluarga Dalam KUHP Pengertian pencurian di kalangan keluarga menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan. Pencurian dengan pemberatan adalah pencurian sebagaimana diatur

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan. Pencurian dengan pemberatan adalah pencurian sebagaimana diatur BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uraian Teori 2.1.1. Pengertian Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Pencurian dengan pemberatan adalah pencurian sebagaimana diatur dalam Pasal 363 KUHP dengan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Perumusan tentang pengertian anak sangat beragam dalam berbagai

BAB II TINJAUAN UMUM. Perumusan tentang pengertian anak sangat beragam dalam berbagai BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Pengertian Anak dan Batasan Umur Anak Perumusan tentang pengertian anak sangat beragam dalam berbagai undang-undang. Pengertian tersebut tidak memberikan suatu konsepsi tentang

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPASAN PAKSA SEPEDA MOTOR

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPASAN PAKSA SEPEDA MOTOR BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPASAN PAKSA SEPEDA MOTOR A. Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 362 KUHP mengatur tentang tindak pidana pencurian biasa yang berbunyi 51

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yaitu melalui peranan seseorang atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yaitu melalui peranan seseorang atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peranan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seseorang memerlukan adanya suatu dorongan sehingga kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yaitu melalui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dan Anak Nakal Pengertian masyarakat pada umumnya tentang anak adalah merupakan titipan dari Sang Pencipta yang akan meneruskan keturunan dari kedua orang tuanya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum, artinya segala tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia harus berdasarkan hukum yang berlaku di negara Indonesia. Penerapan hukum

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN BAB II PENGERTIAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN A. Pengertian Tindak Pidana Pencurian Kejahatan pencurian adalah salah satu kejahatan terhadap kepentingan individu yang merupakan kejahatan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KUHAP Pasal 1 menjelaskan bahwa penyidik adalah: pejabat polisi. penyidik bukan berdasarkan atas kekuasaan, melainkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. KUHAP Pasal 1 menjelaskan bahwa penyidik adalah: pejabat polisi. penyidik bukan berdasarkan atas kekuasaan, melainkan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KUHAP Pasal 1 menjelaskan bahwa penyidik adalah: pejabat polisi negara republik indonesia atau pejabat pegawai negri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan 15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan Dactyloscopy adalah ilmu yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali identifikasi orang dengan cara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan Hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide kepastian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan Hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide kepastian 15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penegakan Hukum Penegakan Hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide kepastian hukum, kemanfaatan sosial dan keadilan menjadi kenyataan. Proses perwujudan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang tidak dapat terelakkan akibat meningkatnya laju pertumbuhan kendaraan bermotor yang cukup tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan ( Wetmatigsheid Van

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan ( Wetmatigsheid Van BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara yang berlandaskan atas hukum yang dinamis (Rechtstaat) dan bukan berdasar atas kekuasaan semata. Menurut Julilus

Lebih terperinci

BAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN. A. Pengertian Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan

BAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN. A. Pengertian Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan BAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN A. Pengertian Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan 1. Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari bahasa Belanda "straafbaarfeit"

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara. Kenyataan telah membuktikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat kejahatan terhadap harta benda orang banyak sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap kepentingan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum pidana Indonesia dengan istilah yang berbeda-beda. Diantaranya ada yang memakai

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENCURIANKENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN LABUHANBATU

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENCURIANKENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN LABUHANBATU BAB II FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENCURIANKENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN LABUHANBATU A. Faktor Internal Disini sebab-sebab kejahatan dicari pada diri pelaku, mengapa sampai melakukan kejahatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum pada dasarnya bersifat mengatur atau membatasi setiap tindakan yang dilakukan oleh setiap masyarakat (individu). Pada garis besarnya hukum merupakan peraturan-peraturan

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 6/Ags/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 6/Ags/2017 PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT PASAL 365 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA 1 Oleh : Fentry Tendean 2 ABSTRAK Pandangan ajaran melawan hukum yang metarial, suatu perbuatan selain

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG Diajukan Guna Memenuhi Sebahagian Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nullum delictun, nulla poena sine praevia lege poenali yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Nullum delictun, nulla poena sine praevia lege poenali yang lebih dikenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu perbuatan hanya dapat dikenakan pidana jika perbuatan itu didahului oleh ancaman pidana dalam undang-undang. Artinya bahwa suatu perbuatan hanya dapat dikenai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini menganut asas kesalahan sebagai salah satu asas disamping asas legalitas.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum pada dasarnya bersifat mengatur atau membatasi setiap tindakan yang dilakukan oleh setiap masyarakat (individu). Pada garis besarnya hukum merupakan peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan permasalahan serta hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA. tertentu tanpa menyebutkan wujud dari tindak pidana. Unsur-unsur yang dapat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA. tertentu tanpa menyebutkan wujud dari tindak pidana. Unsur-unsur yang dapat BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA A. Pengertian Pembunuhan Berencana Pembunuhan oleh pasal 338 KUHP dirumuskan sebagai barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, diancam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tengah-tengah masyarakat telah memberikan dampak negatif bagi

TINJAUAN PUSTAKA. tengah-tengah masyarakat telah memberikan dampak negatif bagi 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Fear Of Crime 1. Pengertian Fear Of Crime Salah satu masalah sosial yang muncul di tengah masyarakat adalah timbulnya tindak kejahatan. Berbagai tindak kejahatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jaksa pada setiap kejaksaan mempunyai tugas pelaksanaan eksekusi putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dan untuk kepentingan itu didasarkan

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA TINDAK PIDANA PENGGELAPAN SECARA BERLANJUT (Studi Kasus No. 55/Pid.B/2010/PN. Palu)

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA TINDAK PIDANA PENGGELAPAN SECARA BERLANJUT (Studi Kasus No. 55/Pid.B/2010/PN. Palu) PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA TINDAK PIDANA PENGGELAPAN SECARA BERLANJUT (Studi Kasus No. 55/Pid.B/2010/PN. Palu) RISKA YANTI / D 101 07 622 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Pertimbangan Hakim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yang populer dengan nama KUHAP sejak diundangkannya pada tanggal 31 Desember 1981,

Lebih terperinci

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN DAN UPAYA POLRES WONOGIRI DALAM MENANGGULANGINYA

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN DAN UPAYA POLRES WONOGIRI DALAM MENANGGULANGINYA PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN DAN UPAYA POLRES WONOGIRI DALAM MENANGGULANGINYA JURNAL PENELITIAN Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu strafbaar feit yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN 2.1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Dasar dari adanya perbuatan pidana adalah asas legalitas, sedangkan dasar dari dapat dipidananya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak adalah bagian yang tak terpisahkan dari keberlangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak adalah bagian yang tak terpisahkan dari keberlangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian yang tak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan hidup bangsa dan Negara. Dalam konstitusi Indonesia, anak memiliki

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT INTERNAL TIMUS KOMISI III DPR-RI DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dengan tujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat baik masyarakat modren maupun masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal II. TINJAUAN PUSTAKA A. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal yang dalam kepustakaan asing sering dikenal dengan berbagai istilah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana Menurut Moeljatno (2000: 1), hukum pidana adalah bagian dari pada keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan 18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dimasa yang

I. PENDAHULUAN. yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dimasa yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dimasa yang akan datang,

Lebih terperinci

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA A. Batasan Pengaturan Tindak Pidana Kekekerasan Fisik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan masyarakat, sehingga berbagai dimensi hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Pembangunan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, untuk itu pembangunan memerlukan sarana dan prasarana pendukung

Lebih terperinci

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA Oleh : Sumaidi, SH.MH Abstrak Aparat penegak hukum mengalami kendala dalam proses pengumpulan alat-alat bukti yang sah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. apabila tingkat perekonomian menengah keatas dan kondisi keamanan yang harmonis,

I. PENDAHULUAN. apabila tingkat perekonomian menengah keatas dan kondisi keamanan yang harmonis, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu negara berkembang yang sedang melakukan pembangunan di segala bidang, dengan tujuan pokok untuk memberikan kemakmuran dan kesejahteraan lahir dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini seringkali terdengar terjadinya tindakan kriminal yang

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini seringkali terdengar terjadinya tindakan kriminal yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini seringkali terdengar terjadinya tindakan kriminal yang menyebabkan banyak orang merasa takut dan hidupnya tidak nyaman. Tindak kriminal terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan yang disertai ancaman (sanksi) berupa pidana tertentu bagi siapa saja yang melanggarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dewasa ini pemerintah melakukan pembangunan di segala bidang, tidak terkecuali pembangunan dalam bidang hukum sebagai wujud reformasi di bidang hukum itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 372 KUHP tindak pidana penggelapan adalah barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup) BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup) merupakan bagian dari pidana pokok dalam jenis-jenis pidana sebagaimana diatur pada Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh negara-negara yang telah maju dan juga oleh Negaranegara yang sedang berkembang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. DAFTAR PUSTAKA Arief, Barda Nawawi. 1998. Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. Moeljatno. 1996. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Bumi Aksara. Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Banyak orang, terutama orang awam tidak paham apa arti Penipuan yang sesungguhnya, yang diatur oleh Kitab Undang-undang Hukum Pidana, khususnya Pasal 378, orang

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN DAN PENERAPAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM KELUARGA

BAB II PENGATURAN DAN PENERAPAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM KELUARGA BAB II PENGATURAN DAN PENERAPAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM KELUARGA A. Pencurian Dalam keluarga merupakan Delik Aduan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) secara tegas tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) 18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal dengan istilah stratbaar feit dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai konfigurasi peradaban manusia berjalan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat sebagai komunitas dimana manusia tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku pelajar yang anarkis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan; BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uraian Teori 2.1.1.Diversi Diversi adalah pengalihan penanganan kasus-kasus anak yang diduga telah melakukan tindak pidana dari proses formal dengan atau tanpa syarat. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN. 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN. 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN A. Pengertian Anak 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 10 2.

Lebih terperinci

Pasal RKUHP Analisis Permasalahan Rekomendasi Pengaturan Ancaman Pidana Berat dan Pidana Minimum dalam Perkara Pencurian

Pasal RKUHP Analisis Permasalahan Rekomendasi Pengaturan Ancaman Pidana Berat dan Pidana Minimum dalam Perkara Pencurian Analisis dan Rekomendasi Pengaturan Ancaman Pidana Tinggi dan Pidana Minimum dalam Perkara Pencurian dan Narkoba serta Implikasinya Pada Keadilan dan Overcapacity Lapas 1. Pengantar Sebagian pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat. Demikian pula permasalahan hukum juga akan ikut berkembang seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Di samping itu Pasal 27 Ayat 1 (1) Undang -

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Di samping itu Pasal 27 Ayat 1 (1) Undang - I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara hukum dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yakni Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Di samping itu Pasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kejahatan bukanlah hal yang baru, meskipun tempat dan waktunya berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu kota dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. umumnya maksud tersebut dapat dicapai dengan menentukan beberapa elemen,

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. umumnya maksud tersebut dapat dicapai dengan menentukan beberapa elemen, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbuatan pidana merupakan perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai dengan ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi siapa

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum. PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR Suwarjo, SH., M.Hum. Abstrak Pemberantasan dollar AS palsu di Indonesia terbilang cukup sulit karena tidak terjangkau oleh hukum di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan BAB II KEBIJAKAN HUKUM PIDANA YANG MENGATUR TENTANG SISTEM PEMIDANAAN TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA DI INDONESIA A. Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN SANKSI PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK NAKAL DI PENGADILAN NEGERI SEMARANG Oleh : Krismiyarsi Naniek Rahadjeng.

EFEKTIVITAS PENERAPAN SANKSI PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK NAKAL DI PENGADILAN NEGERI SEMARANG Oleh : Krismiyarsi Naniek Rahadjeng. EFEKTIVITAS PENERAPAN SANKSI PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK NAKAL DI PENGADILAN NEGERI SEMARANG Oleh : Krismiyarsi Naniek Rahadjeng Abstrak Penerapan sanksi pidana atau penjatuhan sanksi pidana adalah menerapkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai subsistem sosial menempati posisi penting dalam eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha membangun sistem hukum

Lebih terperinci

BAB III KEJAHATAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR. A. Kejahatan Pencurian Dalam Perspektif Hukum Pidana dan Kriminologi

BAB III KEJAHATAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR. A. Kejahatan Pencurian Dalam Perspektif Hukum Pidana dan Kriminologi BAB III KEJAHATAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR A. Kejahatan Pencurian Dalam Perspektif Hukum Pidana dan Kriminologi Kejahatan yang makin marak terjadi akhir-akhir ini sangatlah bervariasi macam jenis dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sulit dipenuhi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi memberi

I. PENDAHULUAN. sulit dipenuhi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi memberi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu kejahatan atau tindak pidana, umumnya dilakukan pelaku kejahatan karena didorong atau dimotivasi oleh dorongan pemenuhan kebutuhan hidup yang relatif sulit

Lebih terperinci

BAB II PENANGANAN TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG DEWASA PADA POLRESTA MEDAN

BAB II PENANGANAN TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG DEWASA PADA POLRESTA MEDAN BAB II PENANGANAN TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG DEWASA PADA POLRESTA MEDAN A. Jenis-Jenis Tindak Pidana Pencurian pada Polresta Medan 1. Jenis-Jenis Pencurian menurut KUHP di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang melakukan tindak pidana harus mempertanggungjawabkan perbuatannya melalui proses hukum.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat, asosial sifatnya dan melanggar hukum serta Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan rakyat. Peran dan partisipasi rakyat sangat besar peranannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib untuk ditaati karena berpengaruh pada keseimbangan dalam tiap-tiap hubungan antar anggota masyarakat. Kurangnya

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN Diajukan Oleh : Nama : Yohanes Pandu Asa Nugraha NPM : 8813 Prodi : Ilmu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan 18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Kekuasaan kehakiman merupakan badan yang menentukan dan kekuatan kaidahkaidah hukum positif dalam konkretisasi oleh hakim melalui

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI 20 BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI A. Undang-Undang Dasar 1945 Adapun terkait hal keuangan, diatur di dalam Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi Tindak pidana korupsi meskipun telah diatur

Lebih terperinci

PERANAN INTEROGASI OLEH PENYIDIK TERHADAP TERSANGKA DALAM KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN. (Studi pada Polsekta Medan Baru) SKRIPSI

PERANAN INTEROGASI OLEH PENYIDIK TERHADAP TERSANGKA DALAM KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN. (Studi pada Polsekta Medan Baru) SKRIPSI PERANAN INTEROGASI OLEH PENYIDIK TERHADAP TERSANGKA DALAM KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN (Studi pada Polsekta Medan Baru) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Guna Memenuhi Syarat Dalam Mencapai Gelar

Lebih terperinci

BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP

BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP 40 BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP 1. Pengertian Penganiayaan yang berakibat luka berat Dalam Undang-Undang tidak memberikan perumusan apa yang dinamakan penganiayaan. Namun menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis kriminologi berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis kriminologi berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan, 17 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriminologi Secara etimologis kriminologi berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan, dan logos yang berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan, sehingga kriminologi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang melangsungkan perkawinan pasti berharap bahwa perkawinan yang mereka lakukan hanyalah satu kali untuk selamanya dengan ridho Tuhan, langgeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas Hukum, hukum diciptakan untuk mengatur kehidupan manusia agar tercipta suatu kehidupan yang serasi, selaras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi ketentraman dan rasa aman merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang tertuang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan teknologi, membawa perubahan yang signifikan dalam pergaulan dan moral manusia, sehingga banyak

Lebih terperinci