BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dimulai atau diberlakukan sejak tahun 2001 dan tertuang dalam Undang-Undang
|
|
- Johan Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan bagian dari adanya reformasi atas kehidupan bangsa yang dimulai atau diberlakukan sejak tahun 2001 dan tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Otonomi daerah ini dimaksudkan untuk memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional dengan prinsip-prinsip demokratis dan keadilan sehingga pemerintah daerah khususnya kabupaten dan kota sebagai titik berat otonomi daerah lebih leluasa dalam mengatur dan mengurus rumah tangga menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat secara efisien, efektif, dan ekonomis. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah ini maka diatur pula mengenai hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, oleh sebab itu maka pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, yang merupakan pembaharuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun Dengan terbitnya undang-undang tersebut maka memberi kesempatan bagi daerah untuk lebih mampu dalam mengelola keuangannya. Karena pada dasarnya keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas pada kemampuan keuangan daerah. Kemampuan keuangan daerah ini artinya bahwa daerah harus memiliki 1
2 2 kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber keuangannya sendiri, mengelola, dan menggunakannya dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya, dengan harapan tidak selalu bergantung kepada bantuan dari pemerintah pusat, dan menunjukkan kemandirian daerah dalam pelaksanaan otonomi. Salah satu faktor pendukung pelaksanaan otonomi daerah adalah keuangan daerah. Membahas tentang keuangan daerah tidak terlepas dari pembahasan tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal: 157, diuraikan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas. 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu: a. hasil pajak daerah; b. hasil retribusi daerah; c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan d. lain-lain PAD yang sah. 2. Dana perimbangan. 3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan murni dari daerah, sebagai modal utama untuk biaya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 diuraikan bahwa rekening Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dilihat dari struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Besar kecilnya sumbangan Pendapat Asli Daerah (PAD) terhadap Anggaran Pendapatan
3 3 dan Belanja Daerah (APBD) akan mempengaruhi kemandirian pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah pusat. Walaupun pada kenyataannya Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak dapat membiayai total pengeluaran daerah, namun paling tidak proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total penerimaan daerah tetap merupakan indikasi derajat kemandirian keuangan suatu pemerintah daerah. Keuangan daerah mempunyai sumber-sumber pendukung yang salah satunya adalah perusahaan milik daerah. Perusahaan Daerah ini merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah yang kemudian diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah (Nota Keuangan dan RAPBN 1997/1998). Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ini mempunyai tujuan untuk melaksanakan pembangunan daerah melalui pelayanan jasa kepada masyarakat, penyelenggaraan kemanfaatan umum, dan peningkatan penghasilan pemerintah daerah. Sesuai dengan tujuan-tujuan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam menjalankan roda usahanya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) mempunyai tiga misi penting yaitu sebagai pelayanan masyarakat (public servant), sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi daerah (agent of development). Perusahaan daerah adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang merupakan pengelola kekayaan daerah yang dipisahkan, berwenang dan bertanggungjawab atas penyelenggaraan administrasi dan penggunaannya.
4 4 Perusahaan milik daerah merupakan bagian yang cukup penting dalam menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Salah satu perusahaan daerah yang diharapkan dapat menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah satu unit usaha milik daerah yang bergerak dalam bidang distribusi air bersih bagi masyarakat umum, yang terdapat di setiap provinsi, kabupaten, dan kota di Indonesia. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ini dalam melakukan aktivitasnya diawasi dan dimonitor oleh aparat-aparat eksekutif maupun legislatif daerah. Selain bertugas sebagai pelayan masyarakat dalam penyediaan jasa air minum, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) juga harus menjalankan misi yang tidak kalah penting yaitu sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Kaitannya dengan hal tersebut bahwa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mempunyai tanggung jawab untuk menyetorkan sebagian laba kepada pemerintah daerah yang bersangkutan dan dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai sumber pembiayaan bagi kegiatan pembangunan di daerah. Mengingat cukup pentingnya tanggung jawab yang diemban oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) maka profesionalisme perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya perlu diupayakan. Sebagai upayanya adalah bahwa perusahaan harus dikelola secara sehat agar mampu menciptakan laba yang tinggi. Adapun pengelolaannya meliputi seluruh komponen perusahaan antara lain produksi, pemasaran, personil, keuangan, sistem informasi manajemen, organisasi, dan sebagainya.
5 5 Selama ini Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang diharapkan menjadi tulang punggung sumber penerimaan daerah dihadapkan pada persoalan yang dilematis, yaitu ketika keberadaanya sebagai salah satu Badan Usaha Milik Daerah yang kontribusinya diharapkan selalu meningkat sebagai pos penerimaan bagian laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di dalam target anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) belum mampu untuk memenuhi harapan tersebut. Hal ini terjadi dimungkinkan karena adanya keterbatasan di bidang keuangan, operasional, dan administrasi. Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) telah melakukan evaluasi kinerja penyelenggara SPAM yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), sejak tahun 2006 dengan data yang bersumber dari laporan audit keuangan dan audit kinerja oleh BPKP maupun data dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Tabel 1.1 Daftar Data Kinerja PDAM seluruh Indonesia, Tahun TAHUN KATEGORI PDAM SEHAT KURANG SEHAT SAKIT Prosentase Jumlah Jumlah Jumlah Prosentase PDAM PDAM Prosentase PDAM Sumber : BPPSPAM, (diolah) Setiap tahun BPPSPAM terus berupaya untuk melakukan pembaharuan terhadap data tersebut. Laporan Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Indonesia periode 2011 merupakan hasil evaluasi yang dilakukan oleh
6 6 BPPSPAM terhadap tiga ratus tiga puluh lima Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan menggunakan data dari tahun 2006 hingga Berdasarkan laporan penilaian kinerja PDAM yang dilaksanakan oleh Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) ini, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Tegal termasuk pada kategori SEHAT. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Tegal yang dikategorikan sehat ini pada kenyataannya tidak dapat memenuhi harapan Pemerintah Kota Tegal untuk memberikan kontribusi (laba) pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tegal. Tabel 1.2 Pendapatan, Biaya dan Laba/Rugi PDAM Kota Tegal, Tahun Pendapatan (Rp) Biaya (Rp) Laba/Rugi (Rp) , ,21 ( ,08) , , , , , , , ,40 ( ,43) , ,15 ( ,26) , ,27 ( ,27) , , , , ,76 ( ,14) , , , ,00 ( ) Sumber: PDAM Kota Tegal, Laporan Laba/Rugi, Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Perusahaan Daerah Air Minum Kota Tegal mengalami fluktuasi laba/ruginya dan pada kenyataannya tidak memberikan kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tegal yang merupakan komponen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tegal. Walaupun demikian, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Tegal sesuai peran dan fungsinya harus tetap berjalan sebagai pelayan masyarakat dalam
7 7 penyediaan air bersih. Oleh karena itu kiranya perlu untuk diteliti dan evaluasi secara cermat kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Tegal dan strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Tegal dalam upaya memenuhi kewajiban atau fungsinya sebagai penyedia layanan air bersih untuk masyarakat dan semestinya juga sebagai salah satu komponen pendukung Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tegal. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian yang berkaitan dengan kinerja dan strategi pengembangan sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti yang berbeda-beda baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Beberapa penelitian di dalam negeri di antaranya. 1. Rachmawati, (2001) melakukan penelitian mengenai kinerja PDAM DELTA TIRTA yang berlokasi di Kabupaten Sidoharjo Provinsi Jawa Timur dengan menganalisis variabel kinerja PDAM (aspek keuangan, operasional, dan administrasi). Penelitian ini menggunakan alat analisis kinerja PDAM (Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999), Analisis Elastisitas, dan Metoda OLS (Ordinary Least Square). Hasil penelitian menunjukkan kinerja PDAM DELTA TIRTA Kabupaten Sidoarjo selama sepuluh tahun, tingkat keberhasilannya mempunyai nilai cukup kecuali tahun 1993 dan 1995 mempunyai nilai baik. Elastisitas laba riil PDAM terhadap PDRB per kapita riil sebesar 4,54. Faktor-faktor yang mempengaruhi laba riil PDAM adalah PDRB per kapita riil dan laba riil PDAM t-1.
8 8 2. Ronggur, (2001) telah melakukan penelitian mengenai kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Limau Kunci dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Lokasi penelitian di Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel kinerja PDAM (aspek keuangan, operasional, dan administrasi), Laba PDAM, Jumlah air yang terjual dan PDRB riil perkapita sedangkan alat analisis yang digunakan adalah Analisis Kinerja PDAM dan Regresi Linier Berganda (Multiple Linier Regression) yang diestimasi dengan Metoda Ordinary Least Squares (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kinerja PDAM Limau Kunci Kabupaten Lampung Barat selama periode pengamatan yaitu dari dan 1999 dinyatakan kurang, sedangkan periode 1998 tergolong cukup berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun Untuk analisis regresi, disimpulkan bahwa jumlah air yang terjual (m 3 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba kotor usaha PDAM, ceteris paribus. PDRB perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba kotor usaha PDAM, ceteris paribus. Kemampuan menjelaskan variasi variabel bebas jumlah air yang terjual dan PDRB perkapita terhadap variasi variabel terikat laba kotor usaha PDAM (R2) adalah sebesar 87,64 persen. 3. Sengkey, (2002) melakukan penelitian mengenai kinerja di salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang berada Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud. Peneliti mengevaluasi kinerja di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) TIRTA DHARMA Kabupaten Sangihe dan Talaud dengan menggunakan variabel kinerja PDAM (aspek keuangan, operasional, dan administrasi). Alat analisis yang digunakan adalah Keputusan Menteri Dalam
9 9 Negeri Nomor 47 Tahun 1999, Analisis Efektivitas, Analisis Efisiensi, dan Analisis Breakeven. Penelitian ini dilihat dari klasifikasi kinerja Kepmendagri Nomor 47 Tahun 1999 diperoleh nilai cukup; tingkat efektivitas produksi, penjualan air, dan pendapatan penjualan non air belum mencapai tingkat efektivitas 100 persen yang berarti PDAM belum efektif melakukan kegiatan, analisis efisiensi menunjukkan bahwa perusahaan belum memanfaatkan biaya operasinya secara efisien, dan analisis breakeven menunjukkan bahwa penetapan harga maupun volume yang dijual selalu di bawah titik breakeven. 4. Suharsanto (2002), telah melakukan penelitian dengan cara mengevaluasi kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Pekalongan pada tahun , dan membuat alternatif strategi pengembangan bagi perusahaan. Peneliti menggunakan variabel kinerja PDAM yang terdiri dari tiga aspek yaitu aspek keuangan (neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas), aspek operasional, dan aspek administrasi. Alat analisis yang digunakan peneliti adalah Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 dan Analisis strategi matrik internal-eksternal dan matrik SWOT. Penelitian yang berlokasi di Kabupaten Pekalongan ini menunjukkan bahwa kinerja PDAM Kabupaten Pekalongan selama periode pengamatan diperoleh nilai kinerja ratarata sebesar 45,02 dengan kategori cukup, biaya per-unit sebesar Rp522 sedangkan tarif per unit rata-rata sebesar Rp266 sehingga perusahaan mengalami kerugian. Hasil penghitungan pembobotan anasis internal-eksternal dan analisis SWOT menunjukkan total skor strategis internal adalah sebesar 2,19 dan total skor faktor strategis eksternal adalah 2,43. Angka-angka ini menunjukkan posisi PDAM Kabupaten Pekalongan berada pada Sel V yaitu
10 10 strategi pertumbuhan dan stabilitas. Stratregi yang dapat dilakukan adalah memperluas pasar dengan cakupan pelayanan, meningkatkan kualitas pelayanan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, melakukan perubahan teknologi yang digunakan agar produksi dan distribusi dapat dilakukan secara efektif dan efisien, dan penyesuaian tarif. 5. Djonu (2003), melakukan penelitian mengenai kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan analisis manfaat air baku Dam Tilong di Kabupaten Kupang. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah variabel kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) (aspek keuangan, operasional, dan administrasi), sedangkan untuk menganilisisnya peneliti menggunakan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 dan Analisis manfaat air baku Dam Tilong. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Kupang mempunyai kinerja cukup dengan nilai angka antara 49,17 56,80 selama lima tahun dengan rincian untuk aspek keuangan dengan nilai antara 21,75 24,75, aspek operasional 16,17 18,72 dan aspek administrasi dengan nilai antara 11,25 13,33. Angka kinerja yang baik adalah 75. Penggunaan air baku Dam Tilong dari hasil perhitungan memberikan pengaruh negatif terhadap pendapatan PDAM Kabupaten Kupang sebesar minus Rp pada tahun Untuk meningkatkan kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Kupang diperlukan peningkatan perusahaan dengan meningkatan cakupan pelayanan, penyesuaian tarif air, pengurangan biaya, penurunan kebocoran air serta peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penggunaan sarana dan prasarana yang mendukung efisiensi dan efektivitas perusahaan menjadi perhatian.
11 11 6. Andriani (2004), telah melakukan penelitian mengenai kinerja perusahaan dan penetapan tarif air minum pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Ogan Komering Ulu. Peneliti menggunakan varibel kinerja PDAM (aspek keuangan, operasional, dan administrasi) dan variabel tarif air minum. Untuk menganalisis kinerja PDAM, peneliti menggunakan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 dan Metoda Full Cost Recovery untuk menganalisis tarif PDAM. Penelitian yang berlokasi di Kabupataen Ogan Komering Ulu ini menyimpulkan bahwa kinerja PDAM Kabupaten Ogan Komering Ulu selama periode pengamatan mengalami peningkatan. Tahun 2001 diperoleh kinerja 54,20 dengan kategori cukup, sedangkan tahun 2002 nilai kinerja meningkat menjadi 64,56 dengan kategori baik. Tarif dasar yang saat ini berlaku sebesar Rp525 sudah tidak relevan lagi. Perhitungan dengan Metoda Full Cost Recovery berdasarkan biaya akunting dan biaya finansial menunjukkan tarif dasar yang sesuai, masing-masing adalah sebesar Rp625 dan Rp700, sehingga diperlukan penunjauan ulang terhadap pemberlakuan tarif. 7. Parasara (2011), meneliti kinerja dan strategi pengembangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bangli dengan menggunakan variabel kinerja PDAM (aspek keuangan, aspek operasional, aspek administrasi), variabel internal (kekuatan dan kelemahan), dan variabel eksternal (peluang dan ancaman) perusahaan. Peneliti menggunakan alat analisis Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 dan Analisis SWOT. Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa kinerja PDAM Kabupaten Bangli selama periode 2004 sampai dengan 2008 adalah dalam kategori cukup. Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008
12 12 tingkat kinerja paling baik adalah pada tahun 2007 dengan nilai pencapaian kinerja sebesar 46,45 namun masih dalam kategori cukup sedangkan tingkat kinerja paling buruk adalah tahun 2005 dengan nilai pencapaian kinerja sebesar 38,85 dalam kategori kurang. Strategi umum yang harus diimplementasikan adalah strategi pertahankan dan pelihara atau strategi tidak berubah. Strategi yang dilakukan yaitu dengan melanjutkan kegiatannya saat ini dan hanya melakukan penyesuian kecil bagi inflasi dalam penjualan atau melakukan penetrasi pasar dan pengembangan produk. (Sumber Perpustakaan Magister Ekonomika Pembangunan, data diolah) Selain penelitian seperti yang tersebut di atas, ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan kinerja perusahaan yang dilakukan di luar negeri, di antaranya. 1. Fryer, Anthony,and Odgen, (2009) melakukan penelitian tentang manajemen kinerja di sektor publik. Ada beberapa masalah yang dijumpai dalam managemen kinerja sektor publik yang berkaitan dengan akuntabilitas, transparansi, kualitas layanan, dan keuangan. Pengukuran kinerja mengalami kesulitan dalam mendefinisikan indikator, kualitas, dan pelaporan. Selain itu juga terdapat masalah dengan budaya dari sektor publik dan budaya manajemen kinerja. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan dalam kinerja, akuntabilitas, transparansi, kualitas layanan, dan keuangan belum terwujud di sektor publik. Penelitian mereka memberikan gambaran tentang keadaan manajemen kinerja dan pengukuran dalam organisasi sektor publik dan menjelaskan efek yang tidak diinginkan yang mungkin timbul dari manajemen kinerja. Dalam penelitian juga dijelaskan beberapa masalah dalam tiga kategori serta menawarkan saran untuk perbaikan. Tiga masalah tersebut adalah
13 13 masalah teknik, sistem, dan keterlibatan/peran serta. Perbaikan manajemen kinerja dalam ditempuh dengan langkah-langkah berikut: 1) meningkatkan keterlibatan antara para pemangku kepentingan dengan karyawan, dan mitra kerja, 2) saling berbagi informasi, karena informasi merupakan elemen penting dalam sebuah sistem kerja yang sukses, 3) perbaikan dalam aspek teknis indikator, penetapan target, pengumpulan data, dan sistem informasi, 4) menyelaraskan sistem kinerja dengan tujuan strategis yang didukung kemampuan kepemimpinan. 2. Romano and Guerrini, (2011) melakukan analisis efisiensi biaya operasi dari Perusahaan mono-utilitas air Italia. Penelitian diawali dengan meninjau laporan tahunan keuangan 43 perusahaan air di Italia, dan data teknis lainnya dari Otoritas Nasional Italia untuk urusan air. Penelitian menggunakan analysis data envelopment untuk menilai efisiensi biaya dan menggunakan metoda statistic non-parametrik dan membahas perbedaan yang signifikan antara kelompok.peneliti menemukan bahwa struktur kepemilikan, ukuran, dan lokasi geografis berdampak pada kinerja utilitas air, meskipun dengan derajat yang berbeda.tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan apakah efisiensi perusahaan utilitas air berbeda antara perusahaan dengan karakteristik yang berbeda. Dengan menggunakan Metoda DEA dan analisis statistik lebih lanjut, peneliti menemukan perbedaan efisiensi di antara berbagai kelompok PDAM Italia dan faktor yang menjadi pendorongnya. Penelitian menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan publik memiliki skor efisiensi tertinggi dan menjelaskan bahwa perusahaan publik menggunakan input dengan cara yang jauh lebih baik, jika dibandingkan dengan perusahaan campuran. Selain itu,
14 14 penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang berlokasi di Italia tengah dan selatan yang lebih efisien daripada yang beroperasi di utara. 3. Herrala and Haapasalo, (2012) berdasarkan penelitiannya memberikan pandangan baru terkait perdebatan antara kepemilikan publik dan swasta pada sektor air di Finlandia dengan menyajikan tiga model tata kelola publik dalam kinerja saluran air. Penelitian ini bersifat kualitatif menggunakan analisis SWOT, bukti empiris dikumpulkan melalui wawancara pengelola pengairan Finlandia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang jelas antara otonomi dan transparansi model pemerintahan umum, dan perubahan pengairan yang diatur sebagai unit kota menjadi badan usaha milik kota dan perusahaan milik kota dianggap sebagai pilihan yang baik dibandingkan dengan privatisasi atau outsourcing. Menurut penelitian ini, restrukturisasi tampaknya akan meningkatkan orientasi bisnis, meningkatkan akurasi dalam pembukuan, meningkatkan transparansi, serta pemilihan model pemerintahan yang tepat juga meningkatkan investasi. 4. Ravanavar and Charantimath, (2012) melakukan penelitian untuk mengevaluasi faktor-faktor kritis dari perguruan tinggi teknik pedesaan dengan Metoda analisis SWOT. Gabungan SWOT dan TOWS yang diterapkan dalam proses untuk mengidentifikasi faktor-faktor kritis dan untuk mengembangkan strategi alternatif bagi perguruan tinggi. Sebagai cara untuk mengatasi kelemahan dan ancaman dengan efektif dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang untuk lima tahun ke depan. Kesimpulannya bahwa permasalahan yang terjadi dalam perguran tinggi dapat diatasi dengan pendekatan sistematis yang merumuskan strategi alternatif yang dapat ditempuh oleh kepala
15 15 lembaga/departemen, anggota manajemen, atau bagian administrasi untuk pertumbuhan dan perkembangan perguruan tinggi. 5. Yadav, Sushil, and Sagar, (2013) meneliti perkembangan yang terjadi dalam pengukuran kinerja dalam dua dekade terakhir ( dan ). Penelitian menjelaskan perkembangan yang terjadi dalam pengukuran kinerja dan manajemen dengan melihat kerangka kerja manajemen dan analisis yang mengungkapkan tren penelitian yang dilakukan dalam dua dekade terakhir. Pergeseran paradigma telah terjadi dari perspektif keuangan ke perspektif integratif (era ), dari perspektif operasional ke perspektif strategis, pemanfaatan sistem dan teknik simulasi (era ). Pergeseran yang terjadi ini menyebabkan pengembangan sistem pengukuran kinerja yang efektif, terpadu, dan dinamis. Perubahan yang terjadi pada kerangka penilaian kinerja yaitu dari operasi ke strategi, pengukuran manajemen, statis ke dinamis, dan dari ekonomi ke profit. Dalam dua dekade terakhir ekonomi industri telah mengalami perubahan struktural dalam pengukuran kinerja dan manajemen. Pada tahun an, kerangka penilaian kinerja yang terkait dengan operasi manufaktur ukuran kinerjanya sebagian besar berkaitan dengan produktivitas, limbah, waktu siklus, respon, waktu, biaya, kualitas, waktu pengiriman, proses, dan teknologi. Pergeseran kerangka penilaian kinerja terjadi setelah tahun 2000, dari manufaktur ke jasa, maka pada perkembangannya dimasukkan beberapa ukuran kinerja baru seperti kepemimpinan, pelatihan, pendidikan, inovasi, pengetahuan dan kemampuan personal (sumber daya manusia).
16 16 Perbedaan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek dan lokasi, data,dan tahun penelitian. Penelitian ini akan menganalisis kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Tegal dan strategi pengembangannya.variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel penilaian kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) (yang meliputi aspek keuangan, operasional, administrasi) dan variabel internal-eksternal Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang nantinya dijadikan acuan pada strategi pengembangan perusahaan. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk. 1. Menganalisis kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek keuangan, aspek operasional, dan aspek administrasi di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Tegal Tahun Menentukan strategi pengembangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Tegal dengan harapan dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan kebijakan dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas perusahaan.
17 Manfaat Penelitian Penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti yaitu. 1. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Tegal untuk mengetahui dan memahami kondisi kinerja (aspek keuangan, aspek operasional, dan aspek administrasi) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). 2. Sebagai masukan bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan pihakpihak lain yang berkepentingan dalam mengupayakan strategi pengembangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis ini terdiri dari BAB I Pengantar yang memuat latar belakang penelitian, tujuan penelitian, keaslian penelitian dan manfaat penelitian; BAB II Tinjauan Pustaka dan Alat Analis menjabarkan tinjauan pustaka, landasan teori serta alat analisis yang digunakan di dalam penelitian; BAB III Analisis Data dan Pembahasan, memuat tentang proses penelitian, pengolahan data yang diperoleh, analisis data serta pembahasan; BAB IV Kesimpulan dan Saran, memuat tentang kesimpulan yang diambil dari hasil analisis data dan pembahasan serta saran yang diberikan dari kesimpulan hasil penelitian.
BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan dari otonomi daerah dalam pertumbuhan ekonomi dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan dari otonomi daerah dalam pertumbuhan ekonomi dan pemerataan antardaerah dilakukan melalui berbagai arah kebijakan, salah satunya adalah desentralisasi
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim, 2009, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat Cetakan Pertama, UPP.STIM YKPN, Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Andriani, Ida, 2004, Analisis Kinerja dan Penetapan Tarif (Studi Kasus Pada PDAM Kabupaten Ogan Komering Ulu), Tesis S2, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Departemen Dalam Negeri Republik
Lebih terperinciyang namanya Otonomi Daerah. Otonomi daerah di Indonesia sangat memegang peranan penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara besar yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan beraneka ragam suku bangsa dan budaya. Menjaga persatuan dan keutuhan bangsa sangatlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era otonomi daerah telah diberikan kewenangan lebih besar pada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini berarti idealnya pelaksanaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah daerahnya, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistim pemerintahan daerah hampir di seluruh wilayah Republik Indonesia di dalam pengelolaan pemerintah daerahnya, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah dalam menyelenggarakan pemerintah kewenangan tersebut diberikan secara profesional yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
18 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Derah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang Perimbangan Keuangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. jawabkan tersendiri. Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 menyatakan
PENDAHULUAN A. Latar Belakang BUMD merupakan perusahan yang modalnya berasal dari kekayaan Pemerintah Daerah (Pemda) yang dipisahkan, kekayaan daerah yang dipisahkan dapat diartikan sebagai kekayaan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis multidimensi yang melanda Indonesia memberi dampak bagi upaya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desentralisasi kewenangan Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam pengelolaan keuangan daerah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam waktu tujuh tahun sejak tumbangnya rezim orde baru, bangsa Indonesia terus berupaya memperbaiki sistem pemerintahannya. Bahkan upaya-upaya perubahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang berkelanjutan, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah memberikan agenda baru dalam pemerintahan Indonesia terhitung mulai tahun 2001. Manfaat ekonomi diterapkannya otonomi daerah adalah pemerintah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia kini telah menerapkan otonomi daerah dengan tujuan demi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kini telah menerapkan otonomi daerah dengan tujuan demi terselenggaranya urusan pemerintah yang lebih efektif, efisien dan bertanggung jawab. Dimulainya penerapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan suatu entitas yang aktivitasnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi sektor publik merupakan suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi
Lebih terperinci1 UNIVERSITAS INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan pemerintahan daerah di Indonesia memasuki babak baru seiring diberlakukannya desentralisasi fiskal. Dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.
3. Bagi masyarakat, memberikan informasi yang jelas tentang pengelolaan keuangan di Provinsi Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 4. Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah Pengelolaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era perdagangan bebas atau globalisasi, setiap negara terus melakukan upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang mampu menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus
i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan setiap masyarakat agar terciptanya tata pemerintahan yang baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus berusaha memperbaiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang mendapat perhatian besar dari berbagai pihak semenjak reformasi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya kekuasaan orde baru pada tahun 1998 menyebabkan banyak perubahan yang terjadi di pemerintahan Indonesia. Perubahan tidak terjadi di pusat tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah, baik di tingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya reformasi atas kehidupan bangsa yang telah ditetapkan dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciBAB 1 P E N D A H U L U A N. kekayaan alam lainnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran
BAB 1 P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam lainnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, adanya desentralisasi pengelolaan pemerintah di daerah dan tuntutan masyarakat akan transparansi serta akuntabilitas memaksa pemerintah baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan pemberian kewenangan secara luas, nyata, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan pemberian kewenangan secara luas, nyata, dan bertanggung jawab oleh pemerintah pusat kepada pemerintahan daerah untuk mengatur, mengurus sendiri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas pada kemampuan keuangan daerah. Artinya daerah harus memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber keuangannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik di Indonesia yang mendapatkan perhatian besar adalah Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Ini dikarenakan pemerintah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara pemerintah pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana otonomi daerah.
Lebih terperinciBAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK. hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada
11 BAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK 2.1. SEKTOR PUBLIK 2.1.1. Organisasi Sektor Publik Setiap organisasi pasti mempunyai tujuan spesifik dan unik yang hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat yaitu melalui pembangunan yang dilaksanakan secara merata. Pembangunan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang. mampu mewujudkan otonomi daerah. Permasalahan tentu tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 diharapkan lebih sesuai dengan aspirasi masyarakat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan salah satu faktor pendorong
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Reformasi yang bergulir tahun 1998 di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu semangat reformasi keuangan daerah adalah dilakukannya pertanggungjawaban keuangan oleh pemerintah daerah dan penilaian kinerja keuangan daerah otonomi secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan Negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur dan merata berdasarkan Pancasila
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi negara yang dibayarkan oleh masyarakat. Pajak juga sebagai iuran pemungutan
Lebih terperincidocking kapal perikanan; (2) mengkaji kelayakan finansial di bidang usaha pelayanan jasa docking kapal perikanan sebagai bagian upaya dalam
RINGKASAN EKSEKUTIF WAHYUDIN. 2001. Perencanaan Strategis UPT. UPMB Muara Angke Dalam Bidang Pembinaan, Pelayanan Jasa Perawatan dan Docking Kapal Perikanan. Di bawah bimbingan SYAMSUL MA ARIF dan WAHYUDI.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Otonomi. daerah merupakan suatu langkah awal menuju pembangunan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan suatu langkah awal
Lebih terperinciBAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1 Kebijakan Umum Pengelolaan Pendapatan Daerah Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara bahwa Keuangan Daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran daerah merupakan rencana keuangan daerah yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen anggaran daerah disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah berdampak pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi, yaitu dari pemerintah pusat kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia. Namun semenjak tahun 2001 pola tersebut berganti dengan pola baru yang disebut desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kota Bandung merupakan salah satu daerah otonom yang termasuk ke dalam Provinsi Jawa Barat yang tidak lepas dari dampak penerapan otonomi daerah. Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi, sehingga menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada
Lebih terperinciANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL
Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 333 ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Vidya Vitta Adhivinna Universitas PGRI Yogyakarta,
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berkaitan dengan manajemen keuangan pemerintah daerah, sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era baru dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup segala bidang yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat (Rusyadi, 2005).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Munculnya penyelenggaraan Otonomi Daerah menyebabkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya penyelenggaraan Otonomi Daerah menyebabkan terjadinya paradigma yang baru terhadap sistem pemerintahan sentralisasi menjadi sistem pemerintahan desentralisasi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi saat ini telah menghantarkan bangsa Indonesia memasuki suasana kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah perbaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada masa Orde Baru dilakukan secara sentralistik, dari tahap perencanaan sampai dengan tahap implementasi ditentukan oleh pemerintah pusat dan dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dikelola pemerintah semakin besar jumlahnya. Semakin besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi daerah adalah salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan/kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu (Nuni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi non
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi non profit yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat umum berupa peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berencana menganalisis kontribusi sumber-sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini berencana menganalisis kontribusi sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam mendukung kemandirian keuangan daerah di era desentralisasi fiskal.
Lebih terperinciPUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
2. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal merupakan langkah strategis bangsa Indonesia untuk menyongsong era globalisasi ekonomi dengan memperkuat basis perokonomian daerah. Otonomi yang diberikan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, walaupun sumber daya alam itu belum dimanfaatkan secara maksimal. Untuk memanfaatkan sumber-sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis multidimensional yang tengah melanda bangsa Indonesia telah menyadarkan kepada masyarakat akan pentingnya konsep otonomi daerah dalam arti yang sebenarnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian suatu daerah dalam pembangunan nasional merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan. Para pemangku. penunjang demi terwujudnya pembangunan nasional.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu pilar utama tegaknya perekonomian suatu negara adalah adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan. Para pemangku kekuasaan yang akuntabel adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa dan bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya yang dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era reformasi pengelolaan keuangan daerah sudah mengalami berbagai perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan Pemerintah Daerah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa kita. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semenjak dimulainya era reformasi, berbagai perubahan telah dialami oleh bangsa kita. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang No.32 Tahun 2004, terjadi perubahan
Lebih terperinciWALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2016
SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KEPADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MAYANG KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No 22 tahun 1999 dan UU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan untuk lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan untuk lebih demokratis menjadi suatu fenomena global termasuk Indonesia. Tuntutan ini mengharuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk manusia. Tanpa air, manusia akan mengalami kesulitan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk manusia. Tanpa air, manusia akan mengalami kesulitan untuk melangsungkan hidupnya, maka
Lebih terperinciBAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Gambaran pengelolaan keuangan daerah menjelaskan tentang aspek kebijakan keuangan daerah, yang berkaitan dengan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah serta capaian
Lebih terperinciBAB I INTRODUKSI. kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pemimpin dan seluruh pegawai
BAB I INTRODUKSI 1.1. Latar Belakang Sistem Pengendalian Internal (SPI) merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengawasi jalannya kegiatan perusahaan. Sistem pengendalian internal berdasarkan Peraturan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1. 1 Definisi dan Teori Otonomi Khusus UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 6 menyatakan bahwa daerah otonom yaitu kesatuan masyarakat hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, baik di sektor publik maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990). Pembangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Belanja Langsung Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Pasal 36 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja langsung merupakan
Lebih terperinciANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI SURAKARTA. (Studi Empiris di Surakarta Tahun Anggaran )
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI SURAKARTA (Studi Empiris di Surakarta Tahun Anggaran 2006-2007) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinci: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :
Judul Nama : Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM : 1306205188 Abstrak Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pengaruh yang cukup luas pada tata kehidupan masyarakat, baik secara nasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah secara langsung maupun tidak langsung telah membawa pengaruh yang cukup luas pada tata kehidupan masyarakat, baik secara nasional maupun lokal. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah dilaksanakan melalui berbagai arah kebijakan, utamanya adalah: berbagai lembaga ekonomi dan masyarkat di daerah;
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Sesuai dengan GBHN 1999 UU no 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000 sampai 2004 adalah bahwa perwujudan otonomi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Anggaran Organisasi Sektor Publik Bahtiar, Muchlis dan Iskandar (2009) mendefinisikan anggaran adalah satu rencana kegiatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keuangan Daerah Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang berkelanjutan, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 jo Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrasi pemerintahan,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrasi pemerintahan, pembangunan maupun pelayanan kepada masyarakat merupakan salah satu upaya peningkatan stabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (public servant), sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada umumnya Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Indonesia dalam menjalankan usahanya dibebankan tiga misi, yaitu sebagai pelayan masyarakat (public servant),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang dijadikan pedoman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang dijadikan pedoman bagi pemerintah daerah dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pusat agar pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat agar pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri tanpa campur tangan dari pemerintah
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG KEPADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pemerintah pusat sehingga dengan demikian pembangunan daerah diupayakan sejalan
Lebih terperinciANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )
ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran 2003-2007) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi
Lebih terperinci