BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan Posyandu secara sukarela. (Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 19 tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan Posyandu secara sukarela. (Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 19 tahun"

Transkripsi

1 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kader Posyandu Kader, menurut Widodo et al. (2004) berarti perwira-perwira rendahan; orang yang diberi pendidikan untuk menjadi pelanjut tongkat estafet suatu partai atau organisasi; calon; tunas (muda); generasi muda. Kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela. (Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 19 tahun 2011). Menurut Anggidin (2011), kader Posyandu adalah warga masyarakat yang ditunjuk untuk bekerja secara sukarela dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan sederhana di Posyandu. Kader Posyandu dipilih oleh pengurus Posyandu dari anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu. Kriteria kader posyandu menurut Kemenkes RI (2011) ada tiga, yaitu pertama, kader yang dipilih diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat sehingga kader lebih mengetahui karakteristik dan memahami kebiasaan masyarakat. Selain itu kader lebih mudah dalam memantau situasi dan kondisi bayi dan balita yang ada di wilayah kerja Posyandu dengan melakukan kunjungan rumah bagi bayi dan balita yang tidak datang pada hari buka Posyandu maupun memantau status pertumbuhan bayi dan balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk. Kedua, kader juga harus bisa membaca dan menulis huruf latin karena pelaksanaan tugas di Posyandu berhubungan juga dengan pencatatan dan pengisian 8

2 9 KMS yang menuntut kader agar bisa membaca dan menulis. Kemampuan dalam membaca dan menulis ini merupakan hasil dari pendidikan dasar kader tersebut. Menurut Rosphita (2007), terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan pendidikan kader dengan interprestasi hasil penimbangan dan menggambar grafik pertumbuhan anak. Interpretasi tersebut hanya dapat dilakukan jika kader dapat membaca dan menuliskan hasil penimbangan di KMS. Ketiga, kader sebaiknya dapat menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan di Posyandu serta bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang agar kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Jika kader dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam arti sebagian besar ibu dari bayi dan balita mau datang ke Posyandu, maka keberhasilan program Posyandu akan terwujud. Jadi, persyaratan-persyaratan yang diutamakan dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta mempunyai kredibilitas yang baik dimana perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup membina masyarakat sekitarnya. Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan baik di posyandu. Dalam keadaan tertentu, terutama di daerah perkotaan karena kesibukan yang dimiliki tidak mudah mencari anggota masyarakat yang bersedia aktif secara sukarela

3 10 sebagai kader Posyandu. Untuk mengatasinya kedudukan dan peranan kader Posyandu dapat digantikan oleh tenaga profesional terlatih yang bekerja secara purna/paruh waktu sebagai kader Posyandu dengan mendapat imbalan khusus dari dana yang dikumpulkan oleh dan dari masyarakat. Kader mempunyai peran yang besar dalam upanya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu kader berperan dalam membina masyarakat di bidang kesehatan melalui kegiatan di Posyandu yang mana salah satunya adalah pemantauan pertumbuhan bayi dan balita (Zulkifli, 2003). 2.2 Tugas Kader Posyandu Menurut Depkes RI (2006) jumlah minimal kader yang dibutuhkan untuk setiap Posyandu adalah lima orang yang mengacu pada sistem kerja lima meja. Mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga kesehatan profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan, maka perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Kegiatan yang dapat dilaksanakan dengan penuh oleh kader di Posyandu adalah pendaftaran, penimbangan, pencatatan, dan penyuluhan. Sedangkan tugas kader untuk pelayanan kesehatan hanya membantu petugas dari Puskesmas misalnya mendampingi ibu bayi dan balita saat imunisasi. Kader diharapkan berperan aktif dan mampu menjadi pendorong, motivator dan penyuluh masyarakat. Kader diharapkan dapat menjembatani antara petugas kesehatan dengan masyarakat serta membantu masyarakat mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan kesehatan mereka sendiri. Kader juga diharapkan dapat menyediakan informasi bagi pejabat kesehatan berwenang yang mungkin tidak dapat

4 11 mencapai masyarakat langsung, serta mampu mendorong para pejabat kesehatan di sistem kesehatan agar mengerti dan merespons kebutuhan masyarakat. Kader dapat membantu mobilisasi sumber daya masyarakat, mengadvokasi masyarakat serta membangun kemampuan lokal (Iswarawanti, 2010). Tugas kader dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: tugas pada sebelum hari Posyandu, tugas pada hari Posyandu, dan tugas setelah hari buka Posyandu (Kemenkes RI, 2012). 1. Tugas sebelum hari buka Posyandu, yaitu berupa tugas-tugas persiapan yang dilakukan oleh kader agar kegiatan pada hari buka Posyandu berjalan dengan baik. Misalnya melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu berupa penyiapan tempat, pemeriksaan alat penimbangan apakah masih layak digunakan atau sudah tiba waktunya untuk ditera atau dikalibrasi, menyiapkan materi penyuluhan, menyiapkan buku register Posyandu, dan menyiapkan pemberian makanan tambahan. Selain itu kader juga bertugas untuk menyebarluaskan informasi tentang hari buka Posyandu melalui pertemuan warga setempat atau surat edaran agar partisipasi masyarakat meningkat dalam kegiatan Posyandu sehingga pemantauan pertumbuhan bayi dan balita dapat dilaksanakan dengan optimal. 2. Tugas pada hari buka Posyandu, yaitu berupa tugas-tugas dalam melaksanakan pelayanan lima kegiatan. Kegiatan wajib yang selalu dilaksanakan di Posyandu adalah pendaftaran, penimbangan, pencatatan (pengisian KMS), penyuluhan, dan pelayanan kesehatan yang berkoordinasi dengan petugas kesehatan dari Puskesmas. Pendaftaran dilakukan sebagai rekapitulasi data hasil penimbangan

5 12 dan seterusnya dilaporkan ke Puskesmas. Penimbangan merupakan kegiatan yang wajib dilakukan setiap bulan untuk memantau pertumbuhan bayi dan balita kemudian kader memplot hasil penimbangan pada KMS sehingga membentuk grafik berat badan dan kader memberikan penjelasan kepada ibu bayi dan balita tentang keadaan pertumbuhan anaknya berdasarkan hasil penimbangan yang tertera di KMS melalui konseling ataupun penyuluhan. Tugas kader dalam pelayanan kesehatan biasanya hanya untuk mendampingi ibu yang mempunyai bayi dan balita saat imunisasi. Sedangkan pelayanan kesehatan yang lain, seperti KB dilakukan sendiri oleh petugas kesehatan. Penelitian Sumiatun dkk. (2012) di Desa Musir Kidul Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk menggambarkan bahwa kader telah melaksanakan perannya sebesar 80% di meja I, 76% di meja II, 44% di meja III dan hanya 16% kader yang sudah melaksanakan perannya di meja IV. Faktor dominan yang menyebabkan peran serta kader Posyandu di meja III dan IV masih kurang adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan kader oleh karena tingkat pendidikan yang kurang memadai, serta belum mendapatkan pelatihan secara berkala bagi kader yang masih baru. 3. Tugas sesudah hari buka Posyandu, yaitu berupa tugas-tugas kader yang dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan Posyandu yang telah diselenggarakan, melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari buka Posyandu, pada anak yang kurang gizi, atau pada anak yang mengalami gizi buruk rawat jalan, dan lain-lain. Selain itu kader juga merencanakan waktu penyelenggaraan Posyandu pada bulan berikutnya dan melengkapi rekapitulasi

6 13 data bulanan untuk pelaporan ke Puskesmas. Secara teknis tugas-tugas tersebut sangat sempurna untuk menghasilkan pelayanan yang baik, namun untuk operasional di lapangan sekiranya belum dilaksanakan dengan maksimal oleh kader. 2.3 Pengetahuan dan Keterampilan Kader Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi keterampilan, seperti yang disebutkan Sutermeister (1978) dalam Sugiyono (2008) tentang teori produktivitas kerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan adalah pengetahuan, pengalaman, pendidikan, pembinaan, sikap dan kepribadian seseorang. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom yang diurutkan secara hirarki piramidal. Sistem klasifiksi Bloom ini dijabarkan oleh Notoatmodjo (2010), yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintetis, dan evaluatif. Berdasarkan klasifikasi ini, maka keterampilan kader baru dapat terlihat jika telah sampai pada tahap aplikasi. Hasil penelitian Fitrianingrum (2010) menyatakan bahwa kader yang memiliki pengetahuan baik (77,1%) tidak selalu merupakan kader yang terampil (22,9%), tetapi ditemukan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan kader dengan keterampilan dalam pemantauan pertumbuhan balita. Berdasarkan

7 14 penelitian Hamariyana (2011) dan Irma (2013), pengetahuan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap keterampilan kader dalam melaksanakan kegiatan Posyandu. Selain itu, tingkat pengetahuan dan ketrampilan kader akan lebih baik jika pendidikannya tinggi, mengikuti kursus, mendapat pengajaran lima modul dasar dalam kursus, aktif dalam mengikuti pembinaan serta mempunyai frekuensi tinggi mengikuti pembinaan. Pengalaman juga dapat mempengaruhi keterampilan. Semakin lama seseorang bekerja menjadi kader Posyandu maka keterampilan dalam melaksanakan tugas pada saat kegiatan posyandu akan semakin meningkat. Semua tindakan yang pernah dilakukan akan direkam dalam bawah sadar mereka dan akan dibawa terus sepanjang hidupnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pengalaman seseorang dan dikaitkan dengan masa kerja yang lama dalam menangani suatu pekerjaan, orang tersebut akan semakin terampil dan pekerjaannya menjadi kebiasaan (Hidayat, 2011). Namun penelitian Hamariyana (2011) di Kota Semarang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara lama bekerja sebagai kader dengan keterampilan kader dalam menilai kurva pertumbuhan balita. Pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan formal yang merupakan bagian dari karakteristik kader. Tingkat pendidikan seorang kader Posyandu merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi cakupan pelayanan Posyandu. Pendidikan merupakan modal untuk bisa menjalankan tugas dan peranannya dengan baik disamping pelatihan yang didapatnya (Kemenkes RI, 2011). Semakin tinggi tingkat pendidikan kader, maka semakin bertambah pula kecakapannya baik secara intelektual dan emosionalnya.

8 15 Semakin tinggi pendidikan formal kader maka keterampilannya juga akan semakin baik. Tingkat pendidikan formal kader berperan penting dalam pengelolaan Posyandu khususnya dalam hal pencatatan dan pelaporan karena kader dengan pendidikan formal yang tinggi cepat dan mudah mengerti serta memahami segala sesuatu yang diperolehnya baik pada waktu mengikuti pelatihan maupun waktu melaksanakan kegiatan di Posyandu. Menurut Notoatmodjo (2010), pendidikan merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan untuk memperoleh hasil berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang. Pendidikan yang tinggi membuat seseorang lebih mudah memahami suatu informasi. Pembinaan merupakan intervensi yang datang dari luar diri kader dan dilakukan dengan tujuan untuk memantapkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap serta keterampilan terhadap kegiatan yang telah berjalan. Pembinaan sangat penting artinya untuk kelangsungan kegiatan yang telah dijalankan, karena pada tahap awal latihan kader hanya sekedar memperoleh informasi sehubungan dengan peningkatan pengetahuan. Hasil penelitian Irma (2013) menyebutkan bahwa pembinaan dapat mempengaruhi keterampilan kader. Semakin tinggi frekuensi pembinaan yang diikuti kader maka semakin baik juga pengetahuan dan keterampilannya. Menurut Fitrianingrum (2010) pembinaan dapat dilakukan oleh pihak Puskesmas ataupun orang-orang yang ahli dalam bidang tersebut menyangkut tugas-tugas yang harus dilaksanan kader di Posyandu. Namun hasil penelitian Sagala (2005) menyebutkan bahwa 50% kader tidak pernah mendapatkan pembinaan dari Puskesmas. Pengetahuan dan keterampilan kader dipengaruhi oleh adanya pembinaan. Pembinaan kader akan meningkatkan pengetahuan, aktivitas dan keterampilan kader dalam

9 16 menjalankan tugasnya. Menurut Junaedi (1990) dalam Sandi (2012), bahwa bimbingan dan supervisi dari petugas kesehatan akan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader. Disamping itu pengetahuan dan kemampuan kader juga dapat ditingkatkan melalui pelatihan kader baru, pelatihan ulang kader, pengalaman kader selama menjalankan kegiatan posyandu dan kunjungan petugas di luar hari kegiatan posyandu. Sikap dan kepribadian kader berhubungan dengan kemauan kader dalam melaksanakan Posyandu. Jika sikap dan kepribadian kader terbuka terhadap perkembangan, maka dapat membawa modifikasi terhadap kemampuannya selama ini dalam bertugas. Selain beberapa hal tersebut, keterampilan tidak akan dapat dicapai bilamana tidak didukung dengan sarana yang memadai sesuai dengan apa yang diinginkan, karena sarana merupakan bagian dari proses untuk membuat seseorang terampil (Hidayat, 2011). Sarana disini adalah seluruh fasilitias (termasuk tempat penyelenggaraan Posyandu) dan peralatan yang memadai yang digunakan dalam suatu kegiatan pemantauan pertumbuhan bayi dan balita, misalnya timbangan atau dacin untuk menimbang berat badan bayi, microtioise atau infantometer untuk mengukur tinggi atau panjang badan, alat pengukur lingkar kepala maupun lingkar lengan atas. Faktor sarana dapat menjadikan suasana kerja menjadi lebih optimal dan tentunya lebih mendukung keterampilan seseorang dalam melakukan suatu tindakan. Keterampilan merupakan suatu kemampuan seseorang untuk bertindak setelah menerima pengalaman belajar tertentu dengan menggunakan anggota badan dan peralatan yang tersedia atau kemampuan seseorang dalam menerapkan pengetahuan kedalam bentuk tindakan (Notoatmodjo, 2010). Jadi, keterampilan sebenarnya

10 17 dituntut apabila kader telah mendapatkan pelatihan dari Puskesmas, setelah diberikan penjelasan-penjelasan maka kader sebaiknya menerapkannya pada tindakan dalam melaksanakan tugasnya di Posyandu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia Online, pengertian keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Jadi, keterampilan kader Posyandu merupakan kecakapan seorang kader dalam menjalankan tugasnya di Posyandu setelah sebelumnya mendapatkan pengetahuan baik melalui pelatihan maupun pengalaman kader tersebut. Keterampilan adalah hasil dari latihan berulang, yang dapat disebut perubahan yang meningkat atau progresif oleh orang yang mempelajari keterampilan tadi sebagai hasil dari aktivitas tertentu. Menurut Juliawan, Prabandari, dan Hartini (2010) keterampilan kader Posyandu merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistem pelayanan di Posyandu, karena dengan pelayanan kader yang terampil akan mendapat respon positif dari ibu-ibu dari balita dan balita sehingga terkesan ramah, baik, pelayanannya teratur hal ini yang mendorong ibu-ibu rajin ke Posyandu. Menurut James A.F. Stoner 1996 dalam Hidayat (2011) keterampilan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu keterampilan teknis, keterampilan manusiawi (Human Relation Skills), dan keterampilan konseptual. Ketiga bagian keterampilan ini seharusnya dimiliki oleh kader sehingga pelaksanaan kegiatan Posyandu menjadi lebih baik. Keterampilan teknis merupakan kecakapan seseorang dalam menggunakan prosedur yang sudah ditetapkan sebelumnya. Keterampilan jenis ini lebih mengutamakan pada penggunaan tenaga daripada pemikiran yang mendalam, serta jarang menguasai berbagai bidang, biasanya hanya satu bidang tertentu saja.

11 18 Misalnya seorang kader hanya terampil pada kegiatan penimbangan saja karena tidak ada pergantian tugas setiap bulannya. Jadi, keterampilan teknis kader dapat terlihat saat mereka melaksanakan tugas-tugasnya pada hari buka Posyandu. Keterampilan manusiawi merupakan kecakapan dalam mengadakan kerja sama, memahami dan memotivasi orang lain. Keterampilan jenis ini biasanya banyak dimiliki oleh orang yang mudah bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang disekitarnya dari berbagai lapis masyarakat. Seorang kader Posyandu seharusnya juga memiliki keterampilan manusiawi sehingga menimbulkan kenyamanan bagi peserta maupun dengan sesama kader, meningkatkan partisipasi peserta Posyandu, dan akhirnya peserta tidak malas untuk datang lagi ke Posyandu pada bulan berikutnya. Keterampilan konseptual merupakan kecakapan seseorang dalam mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan mengaktifkan organisasi. Biasanya jenis keterampilan ini banyak dimiliki oleh seorang menejer yang sudah berpengalaman dalam bidang tertentu dan digunakan untuk membuat suatu keputusan mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi. Keterampilan konseptual ketua Posyandu harus baik sehingga dapat membawa anggota dalam pencapaian program Posyandu yang optimal. 2.4 Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita Menurut Supariasa et al. (2008) pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Jadi pertumbuhan lebih menekankan pada aspek fisik.

12 19 Pertumbuhan paling capat dalam kehidupan terjadi selama empat bulan pertama sesudah dilahirkan. Masa empat bulan hingga delapan bulan berikutnya merupakan masa transisi ke pola pertumbuhan yang lebih lambat. Pada usia delapan bulan pola tumbuh bayi sama dengan usia dua tahun. Penilaian pola tumbuh fisik merupakan cara utama untuk menetapkan status gizi bayi dan balita (Almatsier, 2011). Proses pertumbuhan dapat diamati dengan perubahan-perubahan yang dapat dinyatakan dalam nilai ukuran tubuh, misalnya berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan sebagainya. Jadi pertumbuhan ini bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat (Narendra et al., 2010). Kemenkes RI tahun 2010 dalam buku Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak menyebutkan bahwa pertumbuhan memenuhi beberapa aspek, yaitu bertambahnya ukuran jumlah sel serta jaringan interselular; bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan; dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Masa lima tahun pertama kehidupan anak balita merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa baltia disebut sebagai masa keemasan (golden period), jendela kesempatan (window of opportunity) dan masa kritis (critical period). Oleh karena itu, diperlukan pemantauan yang baik terhadap pertumbuhan maupun perkembangan pada masa tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Kusminarti (2009) di Kelurahan Salaman Mloyo menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan balita

13 20 adalah riwayat status gizi balita, penyakit infeksi, pendapatan orangtua, dan pengetahuan ibu tentang gizi. Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses tumbuh. Pertumbuhan fisik merupakan indikator status gizi bayi dan balita. Oleh karena itu pemantauan pertumbuhan fisik ini hendaknya dilakukan secara rutin setiap bulan sehingga apabila terjadi masalah gizi dan masalah pertumbuhan dapat dideteksi lebih awal sehingga untuk penanganannya dapat dilakukan lebih baik dan optimal. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan, menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan (Kemenkes, 2010). Menurut Aliyatun (2014) peran pemantauan pertumbuhan balita adalah untuk mengontrol pertambahan berat badan anak agar anak tetap terjamin dapat tumbuh normal dalam upaya mempartahankan anak yang berstatus gizi baik tetap bergizi baik, meningkatkan status gizi anak menjadi lebih baik, mencegah agar status gizi anak tidak memburuk, dan promosi untuk menciptakan keluarga sadar gizi. Pemantauan pertumbuhan bayi dan balita sebenarnya dapat dilakukan sendiri di rumah, tetapi di Indonesia biasanya dilakukan di Puskesmas atau di Posyandu

14 21 dengan melakukan penimbangan setiap bulan. Hasil penimbangan tersebut akan diplot oleh kader Posyandu di Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dibedakan menjadi dua, yaitu KMS untuk laki-laki berwarna biru atau KMS untuk perempuan yang berwarna merah muda (Almatsier, 2011). Menurut Adoerrachman et al. (2007), KMS anak balita tahun merupakan salah satu alat untuk menerangkan bagaimana keadaan status gizi anak tersebut, kelengkapan imunisasi, penyakit-penyakit apa saja yang telah diderita anak tersebut dan sebagainya. Selain itu, menurut Kemenkes RI (2011) KMS juga dapat digunakan sebagai media edukasi dan komunikasi antara kader dengan ibu bayi dan balita. KMS menjadi media edukasi dan komunikasi ketika kader menjelaskan status pertumbuhan kepada ibu anak yang bersangkutan dan memberikan konseling serta penyuluhan tentang pola asuh anak yang baik, ASI eksklusif, makanan yang bergizi dan berimbang dan materi-materi lainnya yang dapat menunjang perbaikan kesehatan anak. Pemantauan pertumbuhan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan teratur, dengan adanya kegiatan ini setiap ada gangguan keseimbangan gizi pada seorang anak dapat diketahui secara dini melalui perubahan pertumbuhannya. Jika gangguan gizi dapat diketahui secara dini maka tindakan penanggulangannya dapat dilakukan dengan segera, sehingga keadaan gizi yang memburuk dapat dicegah. Hasil penimbangan anak setiap bulan secara tetap dan teratur yang tercatat pada KMS dapat memberikan informasi apakah pertumbuhan anak mengalami kenaikan atau menurun. KMS tersebut dapat beguna apabila penimbangan dan

15 22 deteksi tumbuh-kembang balita dilakukan setiap bulan. Kemudian semua kolom isian, keadaan kesehatan dan gizi anak diisi dengan benar oleh kader. Sedangkan orangtua diharapkan selalu memperhatikan catatan-catatan pada KMS, setiap ada gangguan pertumbuhan anak, maka harus dilaporkan kepada kader maupun petugas kesehatan dan mereka mencari penyebabnya kemudian melakukan tindakan yang sesuai, seperti penyuluhan gizi dalam bentuk konseling yang dilakukan setiap kali anak selesai ditimbang. Pertumbuhan bayi dan balita dapat dipantau dari beberapa indikator seperti berat badan (BB), tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB), lingkar kepala (LK) dan Lingkar Lengan Atas (LILA). Namun pada sebagian Posyandu pengukuran hanya dilakukan untuk berat badan saja padahal selain berat badan paling tidak pemantauan juga dilakukan terhadap panjang/tinggi badan yang dilakukan dengan teliti dan dicatat dengan cermat sehingga peningkatan atau perlambatan pertumbuhan dapat dimonitor dengan baik (Almatsier, 2011). Pengukuran antropometri dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dan kader terlatih. Antropometri dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita yang biasa digunakan di Posyandu, yaitu berat badan dan panjang/tinggi badan. Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada setiap kelompok umur. Berat badan merupakan hasil keseluruhan peningkatan jaringan-jaringan tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lainnya (Hidayat, 2009). Menurut Kemenkes RI (2010) perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Jika kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang semestinya pertumbuhan anak

16 23 terganggu dan anak beresiko mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya jika kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi. Pengukuran berat badan dapat dilakuan dengan tepat menggunakan timbangan elektronik, dimana bayi ditimbang dalam keadaan telanjang atau memakai baju dalam saja. Timbangan ini hanya digunakan untuk menimbang anak sampai umur dua tahun atau selama anak masih bisa berbaring atau duduk tenang sedangkan timbangan lain yang dapat digunakan adalah dacin, atau timbangan injak yang secara teratur ditera untuk menjaga ketepatannya (Narendra et al., 2010). Menurut Kemenkes RI (2010) penimbangan berat badan anak dengan umur diatas dua tahun dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan injak atau seperti timbangan badan untuk orang dewasa. Kader diharapkan dapat mengusahakan agar pada saat penimbangan bayi atau balita ditimbang dengan pakaian yang seminimal mungkin atau paling tidak memakai baju sehari-hari yang tipis sehingga tidak mempengaruhi hasil penimbangan. Tinggi badan merupakan indikator yang dapat digunakan untuk menilai status gizi anak disamping faktor genetik. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak (Hidayat, 2009). Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting karena dengan menghubungkan barat badan terhadap tinggi badan (Quac stick), faktor umur dapat dikesampingkan (Supariasa et al, 2008). Menurut Kemenkes RI (2010) pengukuran panjang badan atau tinggi badan sangat penting untuk menentukan status gizi bayi dan balita. Pada kenyataannya ada sebagian besar kader Posyandu yang tidak melakukan pengukuran ini sehingga kegiatan data panjang atau tinggi anak tidak

17 24 tersedia di Puskesmas. Menurut Almatsier et al. (2011) jika pengukuran dilakukan dengan cara anak dibaringkan maka hasilnya disebut dengan panjang badan. Jika pengukuran dilakukan dengan posisi anak berdiri maka hasilnya disebut dengan tinggi badan. Menurut Patterson dan Pietinen (2004) dari semua ukuran antropometri yang ada, ukuran berat badan dan tinggi/panjang badan memiliki keuntungan utama bahwa ukuran ini cukup akurat, tidak invasif, dan tidak mahal. Keuntungan lainnya adalah bahwa pengukuran ini dapat memberikan informasi mengenai riwayat gizi jangka panjang dan dapat dikerjakan oleh petugas yang relatif tidak terampil. Aliyatun (2014) menyebutkan bahwa masalah yang sering ditemukan dalam pemantauan pertumbuhan kesalahan dalam menimbang anak dan kesalahan dalam menghitung umur anak. Kesalahan menimbang anak biasanya disebabkan oleh pemasangan dacin yang salah dimana batang dacin tidak diatur agar seimbang setelah meletakkan sarung penimbang, akibatnya berat anak berlebih dari yang seharusnya. Menurut Kemenkes RI (2010) untuk menyeimbangkan batang dacin yang telah digantungi kain penimbang, maka perlu dipasang bandul penyeimbang berupa plastic yang diisi batu atau pasir. Kesalahan menimbang anak juga disebabkan karena dacin yang digunakan tidak layak pakai (harus ditera). Kesalahan menghitung umur anak terjadi karena umur dihitung hanya mengurangkan bulan dan tahun penimbangan dengan bulan dan tahun lahir anak dan mengabaikan mengabaikan selisih hari, konsekuensinya umur anak lebih tua atau lebih muda dari sebenarnya karena sangat tergantung dari jadwal hari buka Posyandu

18 25 Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pemantauan pertumbuhan dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan interpretasi status pertumbuhan anak dan kesalahan plot pada KMS. Kesalahan interpretasi status pertumbuhan dapat menyebabkan kesalahan dalam memberikan intervensi kepada bayi atau balita tersebut. Kemenkes RI (2011) menyebutkan bahwa pertumbuhan bayi dan balita dapat dipantau dengan menimbang berat badan anak setiap bulan. Hasil penimbangan balita diterjemahkan ke dalam KMS yang menghasilkan status pertumbuhan balita. Status pertumbuhan dapat diketahui dengan dua cara, yaitu dengan menilai garis pertumbuhannya atau dengan menghitung kenaikan berat badan anak dibandingkan dengan kenaikan Berat Badan Minimum (KBM). Kesimpulan dari penentuan status pertumbuhan anak adalah Naik (N) atau Tidak naik (T). Berat badan bayi dan balita dapat dikatakan Naik (N) jika grafik berat badan memotong garis pertumbuhan di atasnya dan kenaikan berat badan lebih besar dari KBM atau grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya dan kenaikan berat badan lebih besar dari KBM. Sedangkan berat badan dikatakan Tidak Naik (T) jika grafik berat badan memotong garis pertumbuhan di bawahnya dan kenaikan berat badan lebih kecil dari KBM atau jika grafik berat badan mendatar dan kenaikan berat badan lebih kecil dari KBM atau grafik berat badan menurun dan kenaikan grafik berat badan lebih kecil dari KBM. Kemudian dari penentuan status pertumbuhan tersebut dapat diberikan intervensi atau tindaklanjut agar masalah pertumbuhan dapat diatasi sejak dini.

19 26 Tindak lanjut terhadap status pertumbuhan dapat dilakukan dengan memberi dukungan kepada ibu yang berat badannya normal agar mempertahankan pola asuh yang baik tersebut untuk mempertahankan status kesehatan anak. Jika berat badan anak tidak naik satu kali maka kader memberikan makanan tambahan, konseling tentang pola asuh yang baik kemudian menunggu penimbangan pada bulan berikutnya. Jika pada bulan berikutnya anak tidak juga naik berat badannya atau berat badannya berada di bawah garis merah, maka kader sebaiknya merujuk anak tersebuut ke Puskesmas (Kemenkes, 2011). Menurut Depkes RI (2006) data yang tersedia di Posyandu dapat dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan fungsinya, yaitu: kelompok data yang dapat digunakan untuk pemantauan pertumbuhan balita, baik untuk penilaian keadaan pertumbuhan individu (N, T, atau BGM), dan penilaian keadaan pertumbuhan balita di suatu wilayah (N/D). Kelompok data yang digunakan untuk tujuan pengelolaan program atau kegiatan di Posyandu (D/S dan K/S). Hasil penelitian Jaya et al. (2010) menyebutkan bahwa pengetahuan dan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan mempunyai hubungan dengan cakupan hasil penimbangan balita (N/D) di Kabupaten Lombok Barat, namun tidak ada hubungan antara keterampilan dengan balita yang berat badannya berada di Bawah Garis Merah (BGM) berdasarkan balita yang ditimbang pada bulan tersebut (BGM/D). Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan berat badan balita ternyata juga tidak terlepas dari pengetahuan dan keterampilan kader dalam memantau pertumbuhan bayi dan balita di Posyandu.

20 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari teori Sutermeister (1978) dalam Sugiyono (2008) tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja seseorang. Sutermeister menyebutkan bahwa produktivitas seseorang tidak terlepas dari penampilan kerja atau yang biasa disebut dengan kinerja serta didukung oleh perkembangan teknologi. Tanpa adanya teknologi maka produktivitas kerja seseorang tidak akan terwujud. Penampilan kerja juga dipengaruhi oleh kemampuan dan motivasi kerja. Kemampuan kerja sangat ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam bekerja. Pengetahuan dan keterampilan ini dipengaruhi pula oleh latihan dan pengalaman, pendidikan, sikan dan kepribadian individu tersebut sedangkan motivasi kerja dipengaruhi oleh kondisi sosial, kebutuhan individu (psikologis, sosial, dan sebagainya), maupun kondisi fisik tempat kerja (cahaya, temperatur, ventilasi, waktu istirahat, tata ruang dan sebagainya). Kader yang pengetahuannya baik diharapkan juga memiliki keterampilan yang baik agar tercipta suatu kemampuan dalam melaksanakan tugasnya untuk memantau pertumbuhan bayi dan balita melalui Posyandu. Kegiatan pemantauan pertumbuhan yang dilakukan oleh kader merupakan suatu upaya untuk mencegah terjadinya gizi kurang maupun gizi buruk secara dini sehingga penanganannya akan lebih efektif dan produktivitas Posyandu terwujud secara optimal. Adapun kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.

21 28 Latihan, pengalaman kerja Pendidikan Sikap Pengetahuan Keterampilan Kemampuan Perkembangan Teknologi Kepribadian Produktivitas Individu Penampilan Kerja Kondisi Sosial Kebutuhan Individu Kondisi fisik tempat kerja Motivasi Kerja -Produktivitas Organisasi -Efektivitas -Efisiensi -Kelangsungan hidup Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Sumber: Sugiyono (2008) Berdasarkan kerangka teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja kader dapat pula mewujudkan produktivitas, efektivitas dan efisiensi Posyandu dalam melayani masyarakat. Salah satu factor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja kader adalah kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Kemampuan tersebut dapat ditingkatkan melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader dalam memantau pertumbuhan bayi dan balita di Posyandu.

22 Kerangka Konsep Berdasarkan landasan teori pada gambar 2.1 di atas, maka kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut: Pengetahuan kader tentang pemantauan pertumbuhan bayi dan balita Keterampilan kader dalam memantau pertumbuhan bayi dan balita Kemampuan kader dalam memantau pertumbuhan bayi dan balita Gambar 2.2 Gambaran pengetahuan dan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita Keterangan: : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Jadi, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengetahuan kader tentang tugasnya dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita serta sejauh mana kader tersebut melaksanakan tugas tersebut di Posyandu. Pelaksanaan tugas ini nantinya ditetapkan sebagai indikator untuk mengukur keterampilan kader. Jika kader tersebut pengetahuannya baik dan dapat menerapkan pengetahuaannya itu kedalam bentuk tindakan yang mencerminkan keterampilan yang baik pula, maka kader tersebut dapat dikatakan mempunyai kemampuan dalam memantau pertumbuhan bayi dan balita. Selain itu, peneliti juga bermaksud untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan keterampilan kader dalam pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan posyandu, yaitu salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat memperoleh pelayanan Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yang strategis serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yang strategis serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yang strategis serta berfungsi sebagai media promosi maupun sarana pemantauan pertumbuhan bayi dan balita. Kegiatan

Lebih terperinci

Rumah Bersalin Gratiis Rumah Zakat

Rumah Bersalin Gratiis Rumah Zakat Disiapkan oleh: Dievaluasi oleh: Mengetahui: Disetujui oleh: Disahkan oleh: Tanggal Terbit: GM Rumah Sehat Indonesia Dr. Yudi Feriandi PENGERTIAN Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita merupakan kartu yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Cara Menimbang Menggunakan Timbangan Dacin dan Cara Mencatat Hasil Timbangan Dalam Kartu Menuju Sehat.

Cara Menimbang Menggunakan Timbangan Dacin dan Cara Mencatat Hasil Timbangan Dalam Kartu Menuju Sehat. Cara Menimbang Menggunakan Timbangan Dacin dan Cara Mencatat Hasil Timbangan Dalam Kartu Menuju Sehat. Junisarah Binti Ab. Hamid (102010379) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Lebih terperinci

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME 3 Nomor 03 November 2012 Tinjauan Pustaka PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU MONITORING THE GROWTH OF INFANTS IN POSYANDU Fatmalina Febry Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh manusia mengalami kemajuan melalui fase petumbuhan dan perkembangan yang pasti tetapi tahapan dan perilaku kemajuan ini sifatnya sangat individual (Potter

Lebih terperinci

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003).

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan KMS Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada makhluk hidup. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam ukuran fisik, akibat

Lebih terperinci

Kartu Menuju Sehat (KMS)

Kartu Menuju Sehat (KMS) Kartu Menuju Sehat (KMS) Fungsi: Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Posyandu Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian dari kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Departemen Kesehatan pada

Lebih terperinci

KUESIONER PERILAKU KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

KUESIONER PERILAKU KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG I. Karakteristik Kader : 1. Umur : 2. Pendidikan : 3. Pekerjaan ; 4. Lama tugas Menjadi

Lebih terperinci

DATA POSYANDU DESA Jumlah seluruh balita di wilayah Jumlah seluruh balita di posyandu. Jumlah balita yang ditimbang bulan ini di wilayah kerja

DATA POSYANDU DESA Jumlah seluruh balita di wilayah Jumlah seluruh balita di posyandu. Jumlah balita yang ditimbang bulan ini di wilayah kerja DATA PENIMBANGAN DATA POSYANDU DESA S Jumlah seluruh balita di wilayah Jumlah seluruh balita di K Jumlah balita yang memiliki KMS pada bulan ini di wilayah kerja Jumlah balita yang memiliki KMS pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan. kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan. kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat badan yang paling pesat dibanding dengan kelompok umur lain, masa ini tidak terulang sehingga disebut window

Lebih terperinci

MATERI PENYEGARAN KADER

MATERI PENYEGARAN KADER MATERI PENYEGARAN KADER 1. Topik : KMS a. Pengertian Kartu Menuju Sehat (KMS) KMS adalah kartu yang memuat data pertumbuhan serta beberapa informasi lain mengenai perkembangan anak, yang dicatat setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan gizi pada anak usia dibawah lima tahun (balita) merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita merupakan periode perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Partisipasi Kader Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok (Widiastuti A, 2007). Kader kesehatan adalah promotor kesehatan desa (Promkes) yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN,2014) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN,2014) menyebutkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN,2014) menyebutkan bahwa upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas salah satunya adalah dengan mengoptimalkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekurangan gizi umumnya terjadi pada Balita karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk kelompok yang rentan gizi di suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kurang berfungsinya lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat, seperti posyandu

BAB 1 PENDAHULUAN. kurang berfungsinya lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat, seperti posyandu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyebab terjadinya kasus gizi buruk pada masyarakat adalah kurang berfungsinya lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat, seperti posyandu sehingga berakibat

Lebih terperinci

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 I. PENDAHULUAN A. PENGERTIAN 1. Posyandu adlh salah satu bentuk UKBM yg dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seribu hari pertama kehidupan bayi merupakan periode emas karena terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna mendukung pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Konsumsi gizi yang baik merupakan modal utama bagi kesehatan individu yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Individu dengan asupan gizi yang tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan dari dua atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat. Kegiatan kegiatan yang dipadukan khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Posyandu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

Lebih terperinci

- Umur : tahun. - Pendidikan Terakhir : 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Akademi/Diploma 5. Perguruan Tinggi

- Umur : tahun. - Pendidikan Terakhir : 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Akademi/Diploma 5. Perguruan Tinggi 73 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DESA LALANG TAHUN 2014 A. Karakteristik Kader Nomor Responden : Nama Posyandu : Tgl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan berbasis masyarakat secara optimal oleh masyarakat seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu pendekatan

Lebih terperinci

KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS

KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS copyright@saricipta KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS Keadaan keseimbangan antara ASUPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, remaja dewasa sampai usia lanjut, memerlukan kesehatan dan gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari orang tua. Perhatian harus diberikan pada pertumbuhan dan perkembangan balita, status gizi sampai pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. 1 Keadaan gizi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. 1 Keadaan gizi yang baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas, merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. 1 Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat terciptanya

Lebih terperinci

GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA 40 GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA Intan Nugroho 1, Budi Rahayu 1 1 Stikes Jen. A.Yani

Lebih terperinci

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA 1 SAMBUTAN Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan SDM seutuhnya dimana untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas harus dimulai sejak usia dini. Berbagai studi menunjukkan bahwa periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Posyandu 2.1.1 Pengertian Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber Daya Manusia (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk danbersama masyarakat

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT DEPARTEMEN KESEHATAN R I TAHUN 2008 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Posyandu 2.1.1. Pengertian Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Posyandu dibutuhkan

Lebih terperinci

DAN KMS] [STATUS GIZI [GIZI KESEHATAN MASYARAKAT] Andi Muh Asrul Irawan K Gizi A. Tugas Gizi Kesmas

DAN KMS] [STATUS GIZI [GIZI KESEHATAN MASYARAKAT] Andi Muh Asrul Irawan K Gizi A. Tugas Gizi Kesmas [STATUS GIZI KMS] DAN [GIZI KESEHATAN MASYARAKAT] Andi Muh Asrul Irawan K21109002 Gizi A Tugas Gizi Kesmas Status Gizi Dalam Hubungannya dengan KMS 1. KMS Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 KESIMPULAN 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung adalah asupan energi, asupan protein, ASI eksklusif, MP-ASI, ISPA, umur balita, pemantauan

Lebih terperinci

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J. HUBUNGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PROGRAM POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUHPELEM KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran 1. Pengertian Peran (role) diartikan sebagai aspek yang dinamis dari suatu kedudukan. Dimana apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siklus hidup manusia terdiri dari beberapa fase kehidupan, salah satunya adalah masa di bawah usia lima tahun (balita) yang merupakan masa keemasan atau golden period

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat membutuhkan perhatian penuh orang tua dan lingkungannya. Dalam masa pertumbuhannya, balita sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaaan gizi yang baik merupakan prasyarat terciptanya sumber daya manusia masa depan yang berkualitas. Anak yang mengalami masalah gizi pada usia dini akan mengalami

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi 2.1.1. Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (Winardi, 2007). Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas. Bukti empiris menunjukkan, hal ini sangat ditentukan oleh status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kader kesehatan telah menyita perhatian dalam beberapa tahun terakhir ini, karena banyak program kesehatan dunia menekankan potensi kader kesehatan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI I. PENJELASAN UMUM Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri

Lebih terperinci

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU OLEH IBU BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011

Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011 Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011 TUJUAN POKJANAL/POKJA POSYANDU adalah untuk mengkoordinasikan berbagai upaya pembinaan yang berkaitan dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah melalui pelayanan kesehatan di posyandu. Kegiatan-kegiatan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah melalui pelayanan kesehatan di posyandu. Kegiatan-kegiatan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Percepatan pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) TAMAN PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Dera Alfiyanti 1), Mariyam 2), Desi Ariyana

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA Ulfa Farrah Lisa 1 1 Tenaga Pengajar pada STIKES Ubudiyah Banda Aceh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting bagi pertumbuhan anak, oleh sebab itu balita perlu ditimbang secara teratur sehingga dapat diikuti

Lebih terperinci

Peningkatan Ketrampilan Guru Paud Dalam Melakukan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak

Peningkatan Ketrampilan Guru Paud Dalam Melakukan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Peningkatan Ketrampilan Guru Paud Dalam Melakukan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ulfatul latifah 1, Indah siloka Dina 2, Mutiarawati 3 1,2,3 Program Studi DIII Kebidanan, Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan yang setinggi-tingginya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara operasional.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Balita Menurut Marimbi (2010) balita adalah anak di bawah usia 5 tahun. Masa ini merupakan periode kehidupan yang ditandai dengan perkembangan motorik, kognitif dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada anak masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan pelayanan medis dan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi penduduk agar dapat

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. PUSKESMAS a. Pengertian Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan juga merupakan hasil mengingat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posyandu merupakan garda depan kesehatan balita dimana pelayanan yang diberikan posyandu sangat dibutuhkan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi kesehatan

Lebih terperinci

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan POSYANDU 1. Pengertian Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. (www.bkkbn.com) Posyandu adalah pusat pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa. usia tahun untuk anak laki-laki (Brown, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa. usia tahun untuk anak laki-laki (Brown, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Landasan teori Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa anak ketika berusia 5 10 tahun, sedangkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK BATITA DI KELURAHAN KWADUNGAN KECAMATAN KERJO KABUPATEN KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

JUKNIS PELAKSANAAN KELAS GIZI TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

JUKNIS PELAKSANAAN KELAS GIZI TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN JUKNIS PELAKSANAAN KELAS GIZI TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurang energi protein (KEP) pada anak umur dibawah lima tahun (balita) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak faktor. Salah satu penyebabnya adalah belum dimanfaatkannya sarana pelayanan kesehatan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komitmen pemerintah untuk mensejahterakan rakyat nyata dalam peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari penetapan perbaikan status gizi yang

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Promosi 2.1.1 Pengertian media Kata media berasal dari bahasa latin medius yang berarti tengah,, perantara, pengantar. Dalam bahasa arab media adalah perantara dari pengirim

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah lebih setengah abad Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Pertumbuhan Anak Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat di ukur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian KMS Balita KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan. Pada masa ini pertumbuhan tubuh dan otak sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana pelaksanaannya dilakukan di tiap kelurahan/rw.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu negara yang belum memperlihatkan kemajuan signifikan dalam mencapai tujuan Milenium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009), hlm Drajat Boediman, Sehat bersama gizi,(jakarta: CV Sagung Seto,

BAB I PENDAHULUAN. 2009), hlm Drajat Boediman, Sehat bersama gizi,(jakarta: CV Sagung Seto, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh bangsa tersebut. SDM yang baik adalah SDM yang memiliki mental

Lebih terperinci

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sendangmulyo merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Tembalang, Semarang. Secara Geografis,, wilayah kelurahan Sendangmulyo sangat luas yaitu mencapai 4.61

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rendahnya tingkat partisipasi anak balita (bawah lima tahun) ke posyandu (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data laporan tahunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci