BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Terminologi Menurut GBCI (2011), secara definisi green building adalah bangunan yang sejak di mulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam pemeliharaannya memperlihatkan aspek aspek dalam melindungi, menghemat, serta mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di ruangan, dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya berpegang pada kaidah pembangunan yang berkelanjutan. Menurut Sastra dan Marlina (2006), perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan perumahan berfungsi sebagaimana mestinya. 2.2 Konsep dan Dasar Teori Menurut Hartanto (2011) dalam Dedy (2011), konsep green building mulai berkembang sejak tahun Konsep ini mulai dikembangkan sebagai bentuk tanggapan terhadap krisis energi dan keprihatinan masyarakat akan kondisi lingkungan. Green building adalah konsep yang juga dikenal sebagai bangunan berkelanjutan. Banyak pihak sepakat bahwa green building harus memenuhi syarat lokasi sistem rancangan, renovasi dan pengoperasian yang menganut prinsip hemat energi serta berdampak positif bagi lingkungan, ekonomi dan sosial. Menurut GBCI (2011), didalam menjalankan proses green home ada empat aspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam membangun green home yaitu aspek kesehatan, aspek penggunaan material, aspek penghematan energi, dan aspek penggunaan air. Untuk memperhatikan aspek kesehatan dalam pembangunan green home hendaknya menggunakan bahan-bahan bangunan dan furnitur yang tidak beracun serta produk yang dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, 5

2 untuk mengurangi risiko asma, alergi, dan penyakit lainnya. Bahan-bahan yang dimaksud adalah bahan bebas emisi, rendah atau non-volatile Organic Compounds (VOC), dan tahan air untuk mencegah datangnya kuman dan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga dapat ditingkatkan melalui sistem ventilasi dan alat pengatur kelembaban udara. Maka dari itu material yang digunakan untuk membangun green home haruslah diperoleh dari alam, yang merupakan sumber energi terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan, atau bahan bangunan yang didapat secara lokal untuk mengurangi biaya transportasi. Daya tahan material bangunan yang layak sebaiknya tetap teruji, namun tetap mengandung unsur bahan daur ulang, mengurangi produksi sampah, dan dapat digunakan kembali atau didaur ulang. Sedangkan dari aspek energi yang harus diperhatikan adalah penerapan panel surya diyakini dapat mengurangi biaya listrik bangunan. Selain itu, bangunan juga selayaknya dilengkapi jendela untuk menghemat penggunaan energi (terutama untuk lampu serta AC). Untuk siang hari, jendela sebaiknya dibuka untuk mengurangi pemakaian listrik. Jendela tentunya juga dapat meningkatkan kesehatan dan produktivitas penghuninya. Green home juga harus menggunakan lampu hemat energi, peralatan listrik hemat energi, serta teknologi energi terbarukan seperti panel surya. Kemudian aspek yang tidak kalah penting dalam pembangunan green home adalah penggunaan air. Untuk menghemat penggunaan air dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan menginstal sistem tangkapan air hujan. Cara ini akan mendaur ulang air yang misalnya dapat digunakan untuk menyiram tanaman atau menyiram toilet. Selain itu di perlukan peralatan hemat air, seperti pancuran air beraliran rendah, tidak menggunakan bathub di kamar mandi, menggunakan toilet flush hemat air atau toilet kompos tanpa air, dan memasang sistem pemanas air tanpa listrik. 2.3 Standar Penilaian Kriteria Green Building Suatu bangunan dapat disebut sudah menerapkan konsep bangunan hijau apabila berhasil melalui suatu proses evaluasi untuk mendapatkan sertifikasi 6

3 bangunan hijau. Di dalam evaluasi tersebut tolok ukur penilaian yang dipakai adalah sistem peringkat yang dipersiapkan dan disusun oleh Green Building Council yang ada di negara-negara tertentu yang sudah mengikuti gerakan bangunan hijau (GBCI, 2011). Setiap negara tersebut mempunyai sistem peringkat masing-masing. Seperti beberapa yang akan dijelaskan berikut: 1. BREEAM (Building Research Establishment Enviromental Assessment Method)-UKGBC BREEAM merupakan standar penilaian green building di Inggris, pertama kali diluncurkan pada tahun Sekitar bangunan telah memiliki sertifikat penilaian BREEAM. BREEAM menetapkan standar kriteria pada tahap desain, konstruksi, dan penggunaan, kriteria ini sudah diakui secara luas sebagai penilaian kinerja bangunan ramah lingkungan. Kriteria BREEAM mengacu pada beberapa aspek yang berhubungan dengan penggunaan energi, air, kesehatan, polusi transportasi, bahan, limbah, ekologi dan proses manajemen. 2. LEED (Leadership In Energy And Environment Design)-USGBC LEED adalah standar penilaian lingkungan tingkat sertifikasi green building di USA. LEED bertujuan untuk membuat standar bangunan hijau yang layak agar dapat diterapkan di setiap bangunan dan dapat digunakan tidak hanya di lingkungan sekitar saja. Ada enam kriteria penilaian bangunan ramah lingkungan yang dievaluasi oleh LEED. Berikut empat diantaranya yaitu Sustainable Sites, Efisiensi Air, Energi dan Atmosphere, serta Bahan dan Sumber Daya. LEED bersertifikat bangunan yang dirancang untuk menurunkan biaya operasi dan meningkatkan nilai aset, mengurangi limbah yang dikirim ke tempat pembuangan sampah, menghemat energi dan air, menjadi tempat yang sehat dan aman bagi penghuni, mengurangi emisi gas rumah kaca yang berbahaya. 3. Greenstar-GBCA Greenstar adalah standar penilaian lingkungan tingkat sertifikasi green building di Australia. Tujuan Greenstar adalah untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Dengan menerapkan program green building, pada tahap desain dan dalam penoperasian. Kriteria Greenstar di dasarkan 7

4 pada sistem yang telah ada yaitu BREEAM dan LEED. Kriteria Greenstar mengacu pada beberapa aspek yang terkait dengan manajemen, kualitas lingkungan, energi, air, transportasi, material, ekologi, emisi dan inovasi. 4. Greenmark-SGBC Greenmark adalah standar penilaian industri konstruksi Singapura terhadap bangunan ramah lingkungan. Hal ini dimaksudkan untuk mempromosikan keberlanjutan dalam lingkungan binaan dan meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan pengembang, desainer dan pembangun ketika mereka mulai konseptualisasi proyek dan desain, serta selama konstruksi. 5. Greenship-GBCI Greenship adalah sistem penilaian yang digunakan sebagai alat bantu bagi para pelaku industri bangunan, meliputi pengusaha, arsitek, teknisi mekanikal elektrikal, desainer interior, teknisi bangunan, lanskaper, serta pelaku lainnya dalam rangka menerapkan praktik-praktik terbaik dan berupaya untuk mencapai standar yang terukur serta dapat dipahami oleh masyarakat umum beserta para pengguna bangunan (GBCI,2011). Greenship terdiri dari new building, existing building dan home. 2.4 Penelitian Sebelumnya Untuk menunjang penelitian ini sudah ada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dermanto (2012) dengan judul Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Rektorat ITS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rating/sertifikasi sebagai tolok ukur sudah sejauh mana tingkat penerapan kriteria green building gedung-gedung di ITS, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan langkah program eco-campus kedepannya. Kriteria yang survei meliputi 41 kriteria bredasarkan Greenship Existing Building Hasil penelitian ini mendapatkan 7 kriteria dominan, yaitu Alternative Water Resource, Thermal Comfort, Visual Comfort, Natural Lightning, Water Use Reduction, Environmental Tobacco Smoke Control, Energy Efficiency Measure dengan perolehan rating sebesar 48%. 8

5 2.5 Rumah Ramah Lingkungan (Green Home) Menurut GBCI (2011), rumah merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Konsep rumah ramah lingkungan sudah sepatutnya memenuhi dasar layak huni dengan memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya. Rumah ramah lingkungan merupakan rumah yang bijak dalam menggunakan lahan, efisien dan efektif dalam penggunaan energi maupun dalam menggunakan air, memperhatikan konservasi material sumber daya alam serta sehat dan aman bagi penghuni rumah. Perawatan rumah yang ramah lingkungan dan aman juga merupakan faktor penting, karena keberlanjutan dari rumah ramah lingkungan harus disertai dengan perilaku ramah lingkungan oleh penghuninya. Pemahaman konsep akan rumah ramah lingkungan merupakan faktor utama yang harus diprioritaskan untuk menghindari kesalahpahaman akan anggapan bahwa rumah ramah lingkungan atau green home merupakan rumah yang memerlukan biaya perawatan tinggi ataupun merupakan rumah yang hanya memiliki banyak lahan hijau. 2.6 Greenship Home Pertumbuhan penduduk menuntut pembangunan menyediakan lahan untuk tempat tinggal dan aktivitas penduduk sehingga mendesak keberadaan ruang terbuka hijau, meninggalkan jejak karbon yang cukup tinggi serta menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Suatu perangkat penilaian dapat membantu untuk mengarahkan pelaku pembangunan agar dapat meniminalkan dampak negatif tersebut. Seperti tertuang pada Undang-Undang No 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman; bahwa peningkatan dan pembangunan perumahan dan permukiman dengan berbagai aspek permasalahannya perlu diupayakan sehingga merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia Indonesia dalam berkeluarga dan bermasyarakat. Greenship sebagai perangkat penilaian Indonesia dapat berperan sebagai alat transformasi untuk mewujudkan terciptanya suatu 9

6 rumah yang sehat, layak, dan ramah lingkungan, yang dapat memberikan manfaat optimal baik kepada penghuninya maupun masyarakat sekitar. Dokumen penilaian Greenship Home v.1.0 ini merupakan draft pertama, sehingga masih akan terjadi perubahan dalam konteks penyempurnaan seiring dengan praktik yang dilakukan oleh para pelaku industri bangunan rumah serta kepentingan terhadap isu isu lingkungan yang akan terjadi. Oleh sebab itu sistem penilaian ini pada waktu tertentu masih akan mengalami revisi (GBCI, 2011). Berikut adalah katagori green home menurut Greenship Home v.1.0: a. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD) b. Konservasi dan Efisiensi Energi (Energy Efficiency and Conservation/EEC) c. Konservasi Air (Water Conservation/WAC). d. Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle/MRC) e. Kualitas Udara dan Kenyamanan Udara (Indoor Air Health and Comfort/IHC) f. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Enviroment Management/BEM) 2.7 Kriteria Menurut Mistiani (2010), kriteria merupakan hasil komitmen bersama yang disahkan oleh pimpinan atau pejabat terkait dan telah berhasil disosialisasikan terutama kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan akhir dari penggunaan kriteria adalah agar pengembalian keputusan yang dilakukan oleh seseorang atau sekeompok orang dapat lebih tepat, lebih baik, dan lebih cepat berdasarkan perbandingan satu atau lebih alternatif penyelesaian yang dihasilkannya. Sifat-sifat dari kriteria tersebut adalah selalu mengandung nilai-nilai yang universal maupun lokal, harus dipastikan bahwa kriteria tersebut berfungsi dengan baik pada saat dipergunakan (mengandung nilai-nilai yang statis maupun dinamis), serta harus dipastikan bahwa orang yang akan menggunakan kriteria tersebut benarbenar memahami seluk beluk tentang kriteria yang dimaksud. 10

7 2.8 Katagori Penelitian Katagori yang diamati pada pengukuran kinerja kriteria green home mengacu pada lembaga sertifikasi nasional Greenship Home v.1.0, yaitu: a. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD) Penggunaan lahan juga turut mempengaruhi, jadi sebaiknya lahan digunakan seoptimal mungkin. Penempatan lokasi perumahan juga harus strategis dan memperhatikan beberapa hal seperti berikut ini: 1. Area Hijau (Green Area) Memiliki lahan vegetasi untuk meningkatkan fungsi alamiah tanaman dan kesehatan fisik serta psikis pengguna. Vegetasi adalah keseluruhan tetumbuhan dari suatu kawasan baik yang berasal dari kawasan itu atau didatangkan dari luar, meliputi pohon, perdu, semak, rumput (termasuk green roof, wall garden, dll). 2. Infrastruktur Pendukung Untuk mendorong pembangunan tempat yang sudah memiliki infrastruktur pendukung serta menghindari pembangunan area greenfileds dan pembukaan lahan baru. 3. Aksebilitas Komunitas (Community Accesibility) Untuk menghargai lokasi rumah yang memiliki aksebilitas yang baik sehingga mempermudah penghuni untuk mencapai berbagai fasilitas dalam kegiatan sehari-hari. 4. Pengendalian Hama Menghindari ganguan kenyamanan dan keamanan penghuni akibat hama serta mencegah penularan penyakit dari hama. 5. Transportasi Umum Mengupayakan pengurangan emisi dari kendaraan pribadi. 6. Penanganan Air Limpasan Hujan Mengurangi beban limpasan air hujan ke jaringan drainase kota yang berpotensi menyebabkan banjir. 11

8 b. Konservasi dan Efisiensi Energi (Energy Efficiency and Conservation/EER) Perumahan dengan konsep green home didesain untuk menghemat energi karena saat ini energi semakin langka. Untuk penghematan energi harus memperhatikan nilai-nilai di bawah ini: 1. Sub Meteran (Sub-Metering) Memfasilitasi agar mudah dalam pemantauan konsumsi listrik. 2. Pencahayaan Buatan Mengetahui besar konsumsi energi dari sistem pencahayaan buatan. 3. Pengkondisian Udara Menghemat penggunaan energi dari perencanaan penggunaan AC sesuai kebutuhan. 4. Reduksi Panas Mengurangi panas rumah beban AC/alat penyejuk ruangan. 5. Sumber Energi Terbarukan Mengurangi ketidak berlanjutan energi non-terbarukan. c. Konservasi Air (Water Conservation/WAC) Dengan adanya konsep green home ini dapat dilakukan pengelolahan air kotor untuk digunakan sebagai irigasi sehingga penggunaan air bersih dapat berkurang. Penggunaan air bersih dapat seefisien mungkin dengan memperhatikan beberapa hal di bawah ini: 1. Alat Keluaran Hemat Air Menghemat air dari teknologi alat keluaran air. 2. Penggunaan Air Hujan Menggunakan air hujan sebagai sumber air altenatif. 3. Irigasi Hemat Air Menggunakan strategi penghematan dalam penyiraman tanaman. d. Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle/MRC) Penggunaan bahan material dan pemilihan setiap partikel bahan material memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap lingkungan. Karena itu dalam penggunaan material harus memperhatikan hal-hal berikut: 12

9 1. Refrigen Bukan Perusak Ozon (BPO) Menghindari penipisan lapisan ozon karena penggunaan BPO pada refrigen. 2. Penggunaan Material Lama Memperpanjang daur hidup material dan mengurangi sampah konstruksi. Material lama yang dimaksud merupakan material yang sudah dipakai sebelumnya. Syarat material tersebut adalah: Masih layak pakai, dengan indikator: Tidak menganggu kesehatan, misalnya penggunaan material yang mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3). Tidak menganggu kenyamanan, misalnya memberi kesan kusam, kotor dan sebagainya. Tidak membahayakan keamanan pengguna, misalnya dapat melukai pengguna. Untuk elemen struktural, material bekas tidak mendapatkan apresiasi kecuali merupakan bagian dari struktur bangunan rumah lama yang difungsikan kembali. Untuk elemen mekanika elektrikal, material bekas tidak mendapatkan apresiasi. 3. Material Dari Sumber Yang Ramah Lingkungan Mendorong penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber yang ramah lingkungan. Material dari sumber yang terbarukan adalah material yang bahan mentahnya berasal dari hasil pertanian yang membutuhkan masa panen jangka pendek (maksimal 10 tahun). Contoh bahan mentah tersebut misalnya: Serabut kapas, Serabut kelapa, Jerami, Bambu, Rotan, Kayu sengon, eceng gondok. 4. Material Dengan Proses Produksi Ramah Lingkungan Menghindari kerusakan ekologis dari produksi produk material. Material dengan proses produksi ramah lingkungan merupakan material yang manufakturnya memiliki Sistem Manajemen Lingkungan atau (SML) untuk penggunaan sumber daya dan pengolahan limbah. 13

10 5. Kayu Bersertifikat Mendukung penggunaan kayu legal dan menjaga keberlanjutan hutan. Sertifikat legal dimaksud berupa Faktur Angkutan Kayu Olahan (FAKO) atau Faktur Angkutan Kayu Bulat (FAKB). 6. Material Prefabrikasi Mengurangi sampah dari aktivitas konstuksi. Material prefabrikasi merupakan material yang telah diproduksi sesuai dengan kebutuhan secara detail di lapangan. Diharapkan melalui sistem prefabrikasi ini, pekerja konstruksi hanya melakukan pemasangan saja tanpa harus memotong sehingga mengasilkan sampah konstruksi. 7. Material Lokal Mengurangi jejak karbon dan meningkatkan ekonomi setempat. Material lokal yang dimaksud harus memiliki kriteria sebagai berikut: Bahan mentah atau bahan bakunya berasal dari wilayah radius 1000 km dari lokasi proyek atau dalam negeri. Proses produksi atau manufakturnya berasal dari dalam wilayah radius 1000 km dari lokasi proyek atau dalam negeri. 8. Pemilahan Sampah Membantu tercapainya sistem manajemen sampah yang baik sampai dengan rantai pembuangan akhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). e. Kualitas Udara dan Kenyamanan Udara (Indoor Air Health and Comfort/IHC) Kualitas lingkungan di dalam ruangan meliputi sirkulasi udara dalam ruangan, pencahayaan, suhu udara, tingkat polusi. Untuk meningkatkan kesehatan dan kenyamanan harus memperhatikan hal-hal berikut: 1. Sirkulasi Udara Bersih Menjaga sirkulasi udara bersih di dalam rumah dan mempertahankan kebutuhan laju udara ventilasi sehingga kesehatan dan produktivitas penghuni dapat terpelihara, serta menghemat energi. 2. Minimalisasi Sumber Polutan Mengurangi kontaminasi udara dalam ruang dari emisi material interior yang dapat membahayakan kesehatan. 14

11 3. Memaksimalkan Pencahayaan Alami Meningkatkan kualitas hidup dalam rumah dengan pencahayaan alami yang baik dan mengurangi penggunaan lampu pada siang hari. 4. Tingkat Akuistik Memberikan kenyamanan dari gangguan suara luar ruangan. f. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Enviroment Management/BEM) Untuk meningkatkan manajemen lingkungan bangunan harus memperhatikan hal-hal berikut: 1. Aktivitas Ramah Lingkungan Meningkatkan perilaku ramah lingkungan dan terciptanya suatu komunikasi yang dapat mendukung penerapan green home baik di dalam dan di luar lingkungan rumah. 2. Panduan Bangunan Rumah Memberikan informasi oprasional rumah dan lingkungannya untuk penghuni rumah. 3. Keamanan Meningkatkan keamanan dan kenyamanan penghuni rumah. 4. Desain dan Konstruksi Berkelanjutan Menjaga kualitas lingkungan dan daya dukung lingkungan akibat pembangunan rumah. 5. Inovasi Meningkatkan kreativitas untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup penghuninya. 6. Desain Rumah Tumbuh Memfasilitasi peningkatan kualitas hidup penghuni tanpa mengurangi fungsi rumah terhadap lingkungan. 2.9 Survei Survei ini dilakukan untuk mendapatkan kriteria utama berdasarkan pendapat para ahli yang memahami tentang konsep green home untuk mencari 15

12 kriteria yang paling utama. Survei ini dilakukan dengan media kuesioner. Kuesioner ini berisi kriteria Greenship Home v.1.0 dengan jumlah total 32 kriteria. Untuk mengukur kriteria pada survei adalah dengan menggunakan skala pengukuran. Skala pengukuran yang digunakan dalam kuisioner ini adalah skala interval 1-4, yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1 = Tidak setuju, 2 = Kurang setuju, 3 = Setuju, 4 = Sangat setuju Skala pengukuran ini diberikan untuk mengklasifikasikan kriteria yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam melakukan analisis data kuesioner. Menurut Gay dan Diehl (1992) dalam Dedy (2011), untuk penelitian deskriptif, jumlah sampel diambil sebanyak 10% dari populasi atau paling sedikit 30 elemen populasi. Skala interval merupakan metode skala pengukuran yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama (Riduwan, 2005). Para responden diminta untuk menilai tingkat pencapaian yang akan menunjukkan kriteria mana yang paling dominan. Diagram skala pengukuran menggambarkan apabila kriteria itu masuk kedalam skor 4 maka kiteria itu bersifat sangat menentukan sedangkan apabila kriteria itu masuk kedalam skor 1 maka kriteria itu dianggap tidak terlalu menentukan dalam menerapkan kriteria green home pada vila Biu-Biu Analisis Kriteria Dominan Metode yang akan digunakan untuk menentukan kriteria dominan pada tugas akhir ini adalah mengunakan metode analisa deskriptif dengan menggunakan mean dan standar deviasi. Mean adalah nilai rata-rata dari suatu nilai dan standar deviasi adalah simpangan baku atau suatu nilai yang menunjukkan tingkat variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan dari rata-ratanya (Santika, 2010). Mean = Xi n (2.1) Standar deviasi adalah ukuran sebaran statistik atau rata-rata jarak penyimpangan titik-titik data diukur dari nilai rata-rata data tersebut. 16

13 S= Σ(X i X ) 2 n 1 (2.2) Setelah melakukan perhitungan nilai mean dan standar deviasi dari masingmasing nilai yang diberikan pada setiap kriteria oleh para responden, maka langkah selanjutnya ialah memasukkan data ke dalam diagram mean dan standar deviasi. Selanjutnya kriteria-kriteria tersebut diurutkan dari yang paling dominan dengan melihat skor rata-rata tertinggi dan deviasi terendah. Untuk diagramnya dapat dilihat pada Gambar 2.1. S 3 Rata-rata X 2 Rata-rata S Keterangan: S = Standart Deviasi X = Mean X Gambar 2.1 Diagram mean-standart deviasi Garis yang membagi nilai mean dan standar deviasi pada diagram merupakan nilai rata rata dari mean dan standar deviasi. Dengan adanya pembagian tempat yang ditandai dengan kuadran I sampai dengan IV, maka dapat ditentukan tingkatan kriteria dari yang paling menentukan (kuadran I) sampai kriteria yang tidak menentukan (kuadran IV). Selanjutnya dilakukan analisa deskriptif dengan melakukan skoring untuk setiap kriteria agar dapat diketahui kriteria mana yang paling dominan dan mana yang paling kurang berpengaruh untuk diteliti. Kuadran 1. Nilai mean besar, nilai standar deviasi kecil Mean besar: responden memberikan skor yang tinggi terhadap faktor 17

14 Standar deviasi kecil: responden sepakat terhadap jawaban tersebut. Kuadran 2. Nilai mean besar, nilai standar deviasi besar Mean besar: responden memberikan skor yang tinggi terhadap faktor Standar deviasi besar: responden kurang sepakat terhadap jawaban tersebut. Kuadran 3. Nilai mean kecil, nilai standar deviasi besar Mean kecil: responden memberikan skor yang rendah terhadap factor Standar deviasi besar: responden kurang sepakat terhadap jawaban tersebut. Kuadran 4. Nilai mean kecil, nilai standar deviasi kecil Mean kecil: responden memberikan skor yang rendah terhadap faktor Standar deviasi kecil: responden sepakat terhadap jawaban tersebut. Setelah diketahui letak dari masing-masing kriteria kemudian ditentukan kriteria yang paling dominan dengan melihat letak dari kriteria tersebut. Apabila kriteria tersebut masuk kedalam kategori paling dominan maka selanjutnya kriteria dominan tersebut dianalisa Tolok Ukur Greenship Tolok ukur (benchmark) adalah patokan yang dianggap sebagai implementasi dari praktik terbaik sehingga menjadi syarat pencapaian suatu peringkat. Dari tolok ukur inilah batasan pencapaian suatu peringkat dapat diukur. Sebagian besar tolok ukur menggunakan standar yang berlaku di Indonesia. Sebagian peringkat yang belum memiliki standar lokal mengacu kepada standar yang berlaku secara universal (GBCI, 2011). Berikut beberapa pengukuran tolok ukur sesuai Greenship Home v.1.0 sebagai berikut: 18

15 1. Area Hijau (Green Area) Area Hijau (Green Area) merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk memiliki lahan vegetasi untuk meningkatkan fungsi alamiah tanaman dan kesehatan fisik serta psikis pengguna. Pengukuran kriteria area hijau dilakukan dengan cara menghitung persentase area vegestasi pada suatu hunian serta pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai penggunaan tanaman yang berasal dari nursery lokal dan adanya penanaman pohon pelindung pada pekarangan hunian. Perhitungan persentase luas area hijau sebagai berikut: Luas vegestasi Luas area hijau = Luas tanah x 100% (2.3) 2. Infrastruktur Pendukung Infrastruktur pendukung merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk mendorong pembangunan tempat yang sudah memiliki infrastruktur pendukung. Untuk jenis infrastruktur pendukung disajikan dalam Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Infrastruktur pendukung No Jenis prasarana dan utilitas 1 Jaringan jalan 2 Jaringan drainase 3 STP kawasan 4 Pelayanan jaringan air bersih 5 Jaringan penerangan dan listrik 6 Jaringan telepon 7 Sistem pembuangan sampah terintegrasi 8 Sistem pemadam kebakaran 9 Sistem perpipaan gas 10 Jalur pedestrian kawasan 19

16 Tabel 2.1 (Lanjutan) No Jenis prasarana dan utilitas 11 Jaringan fiber optik 12 Penanganan air hujan kawasan Sumber: Greenship 2011 Pengukuran dalam kriteria infrastruktur pendukung dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai jenis prasarana dan utilitas apa saja yang terdapat di kawasan suatu hunian. 3. Penanganan Air Limpasan Hujan Penanganan air limpasan hujan merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk mengurangi beban limpasan air hujan ke jaringan drainase kota. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya penanganan limpasan air hujan pada atap dan halaman hunian. 4. Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk mengetahui besar konsumsi energi dari sistem pencahayaan buatan. Selain menghitung besar konsumsi energi dari sistem pencahayaan pengamatan langsung dan wawancara juga dilakukan kepada pihak terkait mengenai adanya fitur otomatisasi seperti sensor gerak, timer, atau sensor cahaya. Perhitungan kriteria pencahayaan buatan dilakukan dengan cara sebagai berikut: Jumlah lampu x Daya lampu (Watt) Daya pencahayaan = Luas bangunan x 100% (2.4) 5. Pengkondisian Udara Pengkondisian udara merupakan salah satu kriteria green home bertujuan untuk mengetahui persentase penggunaan AC dari total luas bangunan serta 20

17 mengetahui koifisien kinerja (COP) dari AC yang digunakan. Perhitungan kriteria pengkondisian udara dilakukan dengan cara sebagai berikut: Persentase penggunaa AC = koifisien kinerja (COP) AC Luas ruangan ber AC Luas bangunan x 100% (2.5) Secara umum rata-rata manufakturac menuliskan Btu/h untuk AC 1pk wall mounted itu artinya jika kompressor dengan daya 1pk akan menghasilkan pendinginan sebesar Btu/h. 1pk = 0,746 kw 1Btuh = 0, kW Jadi jika AC memiliki kapasitas pendinginan Btu/h dengan daya input 1pk maka: COP = (9.000 x 0, ) x 0,746 COP = 2,638 x 0,746 COP = 1,97 6. Reduksi Panas Reduksi panas merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk mengurangi panas hunian akibat sinar matahari. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya penggunakan bahan bangunan yang dapat mereduksi panas pada seluruh atap dan penggunakan bahan bangunan yang dapat mereduksi panas pada seluruh kaca. 7. Sumber Energi Terbarukan Sumber energi terbarukan merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan energi listrik pada hunian. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya pemanas air tenaga surya dan pembangkit listrik alternatif untuk energi listrik. 21

18 8. Alat Keluaran Hemat Air Alat keluaran hemat air merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk mengetahui penghematan air dari teknologi alat keluaran air (WC flush, Shower, Keran). Pengukuran kriteria alat keluaran hemat air dilakukan dengan cara pengecekan spesifikasi alat keluaran air pada suatu hunian yang dapat di lihat pada brosur produk merek alat keluaran air yang digunakan. 9. Penggunaan Air Hujan Penggunaan air hujan merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk menggunakan air hujan sebagai sumber air altenatif. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya penampungan air hujan di suatu hunian. 10. Irigasi Hemat Air Irigasi hemat air merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk penghematan dalam penyiraman tanaman. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya strategi penghematan dalam penyiraman tanaman. 11. Refrigen Bukan Perusak Ozon (BPO) Refrigen bukan perusak ozon (BPO) merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk menghindari penipisan lapisan ozon karena penggunaan BPO pada refrigen. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai tidak menggunakan refrigeran HCFC atau R 22 untuk sistem AC. 12. Penggunaan Material Lama Penggunaaan material lama merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk mengetahui persentase harga penggunaan material lama 22

19 dari harga material keseluruhan pada suatu hunian. Perhitungan kriteria penggunaaan material lama dilakukan dengan cara sebagai berikut: Harga material lama Persentase material lama = Harga material keseluruhan x 100% (2.6) 13. Material Dari Sumber Yang Ramah Lingkungan Material dari sumber yang ramah lingkungan merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk mengetahui persentase harga penggunaan material dari sumber ramah lingkunagn dari harga material keseluruhan pada suatu hunian. Perhitungan kriteria penggunaaan material dari sumber ramah lingkungan dilakukan dengan cara sebagai berikut: Persentase material sumber ramah lingkungan = Harga material sumber ramah lingkungan Harga material keseluruhan x 100% (2.7) 14. Material Dengan Proses Produksi Ramah Lingkungan Material dengan proses produksi ramah lingkungan merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk mengetahui persentase harga penggunaan material proses produksi ramah lingkunagn dari harga material keseluruhan pada suatu hunian. Perhitungan kriteria penggunaaan material dengan proses ramah lingkungan dilakukan dengan cara sebagai berikut: Persentase material proses produksi sumber ramah lingkungan = Harga material proses produksi sumber ramah lingkungan Harga material keseluruhan x 100% (2.8) 15. Kayu Bersertifikat Kayu bersertifikat merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk mengetahui penggunaan kayu yang bersertifikat legal atau penggunaan kayu dengan sertifikat lembaga independen seperti LEI atau FRC. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya penggunaan kayu yang bersertifikat legal atau penggunaan kayu dengan sertifikat lembaga independen seperti LEI atau FRC. 23

20 16. Material Prefabrikasi Material prefabrikasi salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk mengetahui persentase harga penggunaan material prefabrikasi dari harga material keseluruhan pada suatu hunian. Perhitungan kriteria penggunaaan material material prefabrikasi dilakukan dengan cara sebagai berikut: Persentase material prefabrikasi = Harga material prefabrikasi Harga material keseluruhan x 100% (2.9) 17. Material Lokal Material lokkal salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk mengetahui persentase harga penggunaan material lokal dari harga material keseluruhan pada suatu hunian. Perhitungan kriteria Penggunaaan material lokal dilakukan dengan cara sebagai berikut: Harga material lokal Persentase material lokal = Harga material keseluruhan x 100% (2.10) 18. Pemilahan Sampah Pemilihan sampah merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk membantu tercapainya sistem manajemen sampah yang baik sampai di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya pemilahan sampah organik dan anorgarnik pada suatu hunian. 19. Sirkulasi Udara Bersih Sirkulasi udara bersih salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk menjaga sirkulasi udara bersih di dalam rumah dan mempertahankan kebutuhan laju udara ventilasi. ventilasi yang dimaksud adalah bukaan permanen, jendela, pintu atau sarana lain yang dapat dibuka. Terdapat 2 jenis ventilasi yang biasa di gunakan pada hunian. Untuk jenis ventilasi dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan Gambar

21 Ventilasi Ventilasi Ventilasi Gambar 2.2 Ventilasi tipe menerus Ventilasi Ventilasi Ventilasi Gambar 2.3 Ventilasi tipe silang Sedangkan untuk pengukuran kriteria sirkulasi udara bersih dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya pemasangan exhaust fan untuk seluruh kamar mandi dan dapur serta menghitung persentase luas ventilasi dari luas ruangan dan menghitung persentase ruangan yang menggunakan ventilasi silang dari total luas ruangan reguler. Ruangan reguler adalah ruangan yang terdapat aktivitas penghuni seperti ruang tidur dan ruang keluarga. Sedangkan yang 25

22 tidak termasuk ruangan reguler adalah kamar mandi, toilet, dapur, gudang dan tempat parkir. Perhitungan persentase luas ventilasi dari luas ruangan sebagai berikut: Luas ventilasi Persentase luas ventilasi = Luas ruangan reguler x 100% (2.11) Perhitungan persentase ruangan yang menggunakan ventilasi silang dari total luas ruangan regular sebagai berikut: Persentase ruangan reguler yang berventilasi silang Total luas ruangan reguler yang berventilasi Silang = Total luar ruangan reguler x 100 (2.12) 20. Minimalisasi Sumber Polutan Minimalisasi sumber polutan merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk Mengurangi kontaminasi udara dalam ruang dari emisi material interior yang dapat membahayakan kesehatan. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya penggunaan cat dengan VOC rendah dan penggunaan sealant dan perekat dengan kadar VOC rendah. 21. Memaksimalkan Pencahayaan Alami Meningkatkan kualitas hidup dalam rumah dengan pencahayaan alami yang baik dan mengurangi penggunaan lampu pada siang hari. Merupakan salah satu kriteria green home yang menetapkan perencanaan tingkat pencahayaan ruangan sesuai yang dianjurkan SNI seperti yang tersaji pada Tabel 2.2, yang berisi tentang tingkat pencahayaan yang berbeda-beda tergantung fungsi ruangan, meliputi rumah tinggal, perkantoran, lembaga pendidikan, hotel dan restauran agar tercapainya kenyamanan visual suatu ruangan. 26

23 Tabel 2.2 Tingkat pencahayaan pada Perumahan No Fungsi Ruangan Rumah Tingkat Pencahayaan Tinggal (Lux) 1 Teras 60 2 Ruang Tamu Ruang Makan Ruang Kerja Kamar Tidur Kamar Mandi Dapur Garasi 60 Sumber: SNI Tata cara pengukuran tingkat pencahayaan pada suatu ruangan dilakukan pada waktu pagi,siang,sore.sesuai dengan SNI pengukuran dilakukan dengan penentuan titik pengukuran dimana luas ruangan yang berkisar antara 10 meter 100 meter persegi dibagi menjadi beberapa titik pengukuran seperti yang terlihat pada Gambar 2.4 : Gambar 2.4 Ttitk pengukuran 27

24 Menurut Heinz (2008), terdapat 3 kriteria pokok dalam menerapkan iluminasi adalah: 1. Supaya tugas visual dapat terlaksana secara baik, yaitu cepat dan tepat (visual performance) 2. Supaya tercapai comfort dan suasana santai bagi mata (visual comfort and pleasantness) 3. Supaya memperhitungkan faktor ekonomi Pengukuran tingkat pencahayaan atau iluminasi dilakukan dengan alat lux meter, yang dilakukan di beberapa titik pada setiap ruangan, sehingga dihasilkan pola pencahayaan dan didapatkan rata-rata pencahayaan pada setiap ruangan yang diukur. Gambar 2.5 Digital Lux Meter 22. Tingkat Akuistik Tingkat akustik merupakan salah satu kriteria green home yang menetapkan tingkat kebisingan di dalam ruangan. Pengukuran tingkat ke bisingan di lakukan dengan alat Sound Level Meter. 28

25 Gambar 2.6 Sound Level Meter Berdasarkan Greenship Home v.1.0 batas maksimum tingkat kebisingan sebesar 40 db. Tujuan dari kriteria ini adalah memberikan kenyamanan dari gangguan suara luar ruangan. 23. Aktifitas Ramah Lingkungan Aktifitas ramah lingkungan merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku ramah lingkungan. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya aktifitas rutin di sekitar kawasan hunian sebagai upaya kepedulian lingkungan. 24. Panduan bangunan Rumah Panduan bangunan rumah merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk memberikan informasi oprasional rumah dan lingkungannya untuk penghuni rumah. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai panduan teknis rumah dan lingkungan seperti: Gambar as built, Gambar design, Spesifikasi teknis, Gambar rencana instalasi dan perlengkapan bangunan rumah. 29

26 25. Keamanan Keamanan merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan pada suatu hunian. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya sistem alarm manual atau otomatis pada suatu hunian. 26. Desain dan Konstruksi Berkelanjutan Desain dan konstruksi berkelanjutan merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk menjaga kualitas lingkungan dan daya dukung lingkungan akibat pembangunan rumah. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya melibatkan minimal seorang tenaga ahli yang memiliki kompetensi dalam pembangunan rumah mulai dari tahapan perencanaan (desain) sampai selesainya tahapan konstruksi. Contoh tenaga ahli bangunan: arsitek, ahli lansekap, desainer interior, ME, sipil serta adanya sistem kesehatan dan keselamatan untuk pekerja selama masa konstruksi berlangsung dan adanya sistem manajemen lingkungan di dalam lahan selama masa konstruksi berlangsung. Tolok ukur untuk masing-masing kriteria secara lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran Sistem Peringkat Sistem pemeringkatan adalah suatu alat yang berisi butir-butir dari aspek yang dinilai yang disebut peringkat dan setiap butir peringkat mempunyai nilai (point). Apabila suatu bangunan berhasil melaksanakan butir peringkat tersebut, maka mendapatkan nilai dari butir tersebut. Kalau jumlah semua nilai yang berhasil dikumpulkan bangunan tersebut dalam melaksanakan sistem peringkat tersebut dalam mencapai suatu jumlah yang ditentukan, maka bangunan tersebut dapat disertifikasi pada tingkat sertifikasi tertentu (GBCI, 2011). Peringkat disini menurut Greenship Home v.1.0, berupa nilai persentase tingkat green home. 30

27 Persentase tersebut diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus perbandingan sebagai berikut: Persentase green home vila Biu-Biu: Total nilai vila Biu-Biu Total nilai Greenship Home v.1.0 x 100% (2.14) Pada dasarnya, Greenship Home v.1.0 telah menetapkan sistem pemeringkatan tingkat persentase green home suatu bangunan rumah ke dalam kategori-kategori tertentu. Kategori pemeringkatan rating tersebut: Tabel 2.3 Kategori peringkat Greenship Home v.1.0 Peringkat Persentase Platinum 73 % Emas % Perak % Perunggu % Sumber: Greenship Home v

Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS

Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-186 Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS Dedy Darmanto dan I Putu Artama Wiguna, Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa ABSTRAK Dampak negatif dari global warming adalah kerusakan lingkungan dan pencemaran. Hal ini menjadi pendukung dimulainya gerakan nasional penghematan energi, baik dalam penghematan penggunaan bahan

Lebih terperinci

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS TUGAS AKHIR-RC-09-1380 PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS Oleh : Dedy Darmanto ( 3108100027 ) Lokasi Studi Latar Belakang Krisis Energi Penghematan Energi Green Building Program

Lebih terperinci

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS Dedy Darmanto, I Putu Artama Wiguna, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Desain Rumah Terhadap Konsep Greenship Home Pada Perumahan Menengah Ke Atas

Analisis Kesesuaian Desain Rumah Terhadap Konsep Greenship Home Pada Perumahan Menengah Ke Atas Analisis Kesesuaian Desain Rumah Terhadap Konsep Greenship Home Pada Perumahan Menengah Ke Atas Di Kota Gresik Gandhi Bagus Pambudi gandhibaguspambudi@gmail.com Krisna Dwi Handayani, ST., MT. krisna2handayani@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ANALISIS KRITERIA BANGUNAN HIJAU BERDASARKAN GREENSHIP HOME VERSI 1.0 STUDI KASUS PADA VILA BIU-BIU ( METODE LRFD )

ANALISIS KRITERIA BANGUNAN HIJAU BERDASARKAN GREENSHIP HOME VERSI 1.0 STUDI KASUS PADA VILA BIU-BIU ( METODE LRFD ) ANALISIS KRITERIA BANGUNAN HIJAU BERDASARKAN GREENSHIP HOME VERSI 1.0 STUDI KASUS PADA VILA BIU-BIU ( METODE LRFD ) TUGAS AKHIR (TNR, capital, font 14, bold) Oleh : I Wayan Agus Saputra 0919151010 (TNR,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan vol 9 () (07) hal 7-4 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jtsp/index Pengukuran Greenship Home Pada Rumah Tinggal Berkonsep Green

Lebih terperinci

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya Irfan Afrandi dan Ary Dedy Putranto Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167 Malang, 65145, Jawa Timur, Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode yang Digunakan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan studi literatur pada bab sebelumnya, ada 2 (dua) variabel penelitian yang akan menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, permasalahan yang sering sekali menjadi pusat perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. Di Indonesia, hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep bangunan hijau merupakan sebuah isu penting dalam desain arsitektur. Menurut Konsil Bangunan Hijau Indonesia, bangunan hijau adalah bangunan yang dalam tahap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanasan Global Pemanasan global merupakan suatu proses meningkatnya suhu ratarata atmosfer laut, serta daratan bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini dihasilkan oleh adanya

Lebih terperinci

ANTUSIASME PASAR TERHADAP RUMAH BERKONSEP HIJAU DI CITRALAND SURABAYA

ANTUSIASME PASAR TERHADAP RUMAH BERKONSEP HIJAU DI CITRALAND SURABAYA ANTUSIASME PASAR TERHADAP RUMAH BERKONSEP HIJAU DI CITRALAND SURABAYA Rizky Aulia 1), Happy R. Santosa, dan Ima Defiana 2) 1) Jurusan Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo,

Lebih terperinci

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING)

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING) PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING) TA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pekerjaan Umum terus berusaha menyukseskan P2KH (Program Pengembangan Kota

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X Henny Wiyanto, Arianti Sutandi, Dewi Linggasari Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara hennyw@ft.untar.ac.id

Lebih terperinci

Penilaian Kriteria Green Building Pada Jurusan Teknik Sipil ITS?

Penilaian Kriteria Green Building Pada Jurusan Teknik Sipil ITS? Penilaian Kriteria Green Building Pada Jurusan Teknik Sipil ITS? KRISIS ENERGI Kebutuhan Persediaan PENGHEMATAN ENERGI GREEN BUILDING ECO CAMPUS PENERAPAN GEDUNG T.SIPIL TIDAK DI DESAIN DENGAN KONSEP GB

Lebih terperinci

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building!

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building! Science&Learning&CenterdiUniversitasMulawarman dengankonsepgreen&building IntanTribuanaDewi 1,AgungMurtiNugroho 2,MuhammadSatyaAdhitama 2 1MahasiswaJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99.

BAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99. BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pemanfaatan green material pada proyek konstruksi di Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemanfaatan green material berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

GREENSHIP HOMES Version 1.0

GREENSHIP HOMES Version 1.0 GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA GREENSHIP RATING TOOLS untuk RUMAH TINGGAL VERSI.0 S Version.0 DIREKTORAT PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA AGUSTUS 04 Visit us at www.greenshiphomes.org

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsep green

Lebih terperinci

PENGUKURAN KESESUAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI ITS FRISKARINDI NOOR WAKHIDAH

PENGUKURAN KESESUAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI ITS FRISKARINDI NOOR WAKHIDAH PENGUKURAN KESESUAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI ITS FRISKARINDI NOOR WAKHIDAH 3110100088 LATAR BELAKANG Menurunnya Kualitas Lingkungan Hidup Konsep Green Building

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY Kelompok 3 MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY Ketika Amway center dibuka di orlando pada 2011, menjadi LEED (Kepemimpinan dalam desain Energi dan Lingkungan) pertama yang meraih arena bola basket

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup semakin besar. Salah satu yang menjadi perhatian, termasuk di Indonesia, adalah isu pemanasan global.

Lebih terperinci

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR Wiliem Koe 1, Regina Cynthia Rose 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK : Kegiatan konstruksi berdampak negatif terhadap lingkungan dengan

Lebih terperinci

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN DAN LAYAK HUNI Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 FARID BAKNUR, S.T. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM B A D A N P E N D U K U N G P E N G E M B A N G A N S I S T E M P E N Y E D I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Lingkungan hidup bukan semata-mata persoalan teknis. Demikian pula, krisis ekologi global yang kita alami dewasa ini adalah persoalan moral, krisis moral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanasan global menjadi topik perbincangan dunia dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai peristiwa alam yang dianggap sebagai anomali melanda seluruh dunia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena global warming (pemanasan global) dan isu-isu kerusakan lingkungan yang beraneka ragam semakin marak dikaji dan dipelajari. Salah satu efek dari global warming

Lebih terperinci

Latar Belakang KONSEP DESAIN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA RESOR DI DAERAH BERIKLIM TROPIS LEMBAB

Latar Belakang KONSEP DESAIN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA RESOR DI DAERAH BERIKLIM TROPIS LEMBAB KONSEP DESAIN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA RESOR DI DAERAH BERIKLIM TROPIS LEMBAB Oleh: Devina Rachmawati, Sri Nastiti NE, Gusti Ngurah Antaryama Latar Belakang Penyumbang terbesar industri konstruksi bangunan.

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Bangunan Gedung Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi 2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah usaha yang kompleks dan tidak memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun sebelumnya sehingga

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya dilaksanakan satu kali dan umumnya mempunyai waktu yang pendek dimana awal dan akhir proyek

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan pada 90 Gourmet restaurant, dapat ditarik kesimpulan bahwa 90 Gourmet restaurant, 78% memenuhi aspek green desain

Lebih terperinci

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6149 KEUANGAN OJK. Efek. Utang. Berwawasan Lingkungan. Penerbitan dan Persyaratan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 281) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis manajemen energi adalah keadaan dimana sumber energi yang ada tidak mampu dikelola untuk memenuhi kebutuhan energi di wilayah tertentu. Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan. Konsep ini sudah tidak asing

Lebih terperinci

ANALISIS KRITERIA PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

ANALISIS KRITERIA PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institute Teknologi Sepuluh Nopember MAKALAH TUGAS AKHIR ANALISIS KRITERIA PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Mada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Wisma atlet merupakan salah satu tempat hunian bagi atlet yang berfungsi untuk tempat tinggal sementara. Selain itu keberadaan wisma atlet sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : Di Susun Oleh : BAGAS BILAWA C. (0951110039) Dosen : HERU SUBIYANTORO

Lebih terperinci

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri. BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK III.1 TINJAUAN TEMA III.1.1 Latar Belakang Tema Sebuah Club house pada dasarnya berfungsi sebagai tempat berolah raga dan rekreasi bagi penghuni perumahan serta masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU

PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU DINAS PENGAWASAN DAN PENERTIBAN BANGUNAN PROV.DKI JAKARTA Peraturan Gubernur No 38 tahun 2012 telah ditetapkan pada April 2012 dan akan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. Kesimpulan Berdasarkan paparan tersebut diatas dapat diperoleh beberapa pengetahuan sebagai berikut:. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green construction

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring 151 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsep Perancangan Perkembangan jaman yang melaju dengan pesat, membuat sebuah kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring dengan itu, sebuah

Lebih terperinci

Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS

Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1 Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS Aristia A. Putri, M. Arif Rohman, dan Christiono Utomo Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING.

SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING. SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/scaffolding KAJIAN PENERAPAN KONSEP GREEN ARCHITECTURE OLEH KONSULTAN PERENCANA DI KOTA SEMARANG (STUDI KASUS GEDUNG ASRAMA

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL Allan Subrata Ottong 1, Felix Yuwono 2, Ratna S. Alifen 3, Paulus Nugraha 4 ABSTRAK : Pembangunan rumah tinggal di Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA 3.1 Tinjauan Pustaka Tema Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green Architecture atau yang lebih dikenal dengan Arsitektur Hijau. Pada bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Proyek Konstruksi Dalam jurnal Manajemen Limbah dalam Proyek Konstruksi (Ervianto, 2013), disebutkan bahwa limbah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Salah satu reaksi dari krisis lingkungan adalah munculnya konsep Desain Hijau atau green design yang mengarah pada desain berkelanjutan dan konsep energi. Dalam penelitian ini mengkajiupaya terapan

Lebih terperinci

Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat

Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat Sabtu, 02 Januari 2016 Pada artikel kali ini saya akan membahas sedikit masalah kelengkapan sistem utilitas bangunan khususnya jenis bangunan gedung bertingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah penduduk sebesar

Lebih terperinci

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K)

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K) KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K) Dewi Rintawati 1, Bambang E. Yuwono 2 dan Mohammad Iqram 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh: IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA Oleh: Wulfram I. Ervianto 1, Biemo W. Soemardi 2, Muhamad Abduh dan Suryamanto 4 1 Kandidat Doktor Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema yang dipilih pada proyek adalah Efisiensi Energi karena tipologi dalam sumber dari daftar pustaka sebelumnya buku Metric Planing and Design Data (David Atler,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION Wulfram I. Ervianto 1 1 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya.

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Green building adalah bangunan di mana sejak dimulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasianal pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek

Lebih terperinci

DIMENSI IMPLEMENTATIF PERTIMBANGAN ENERGI PADA BANGUNAN PELAYANAN ADMINISTRASI KAMPUS SEBAGAI UPAYA MENUJU BANGUNAN SADAR ENERGI

DIMENSI IMPLEMENTATIF PERTIMBANGAN ENERGI PADA BANGUNAN PELAYANAN ADMINISTRASI KAMPUS SEBAGAI UPAYA MENUJU BANGUNAN SADAR ENERGI TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 35, NO. 1, PEBRUARI 2012:63 70 DIMENSI IMPLEMENTATIF PERTIMBANGAN ENERGI PADA BANGUNAN PELAYANAN ADMINISTRASI KAMPUS SEBAGAI UPAYA MENUJU BANGUNAN SADAR ENERGI Dian Ariestadi

Lebih terperinci

Pengembangan Stasiun Pusat RegionaL di Manggarai Jakarta Selatan

Pengembangan Stasiun Pusat RegionaL di Manggarai Jakarta Selatan G14 Pengembangan Stasiun Pusat RegionaL di Manggarai Jakarta Selatan Muhamad Agra Adhiprasasta dan Vincent Totok Noerwasito Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura

Lebih terperinci

KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Arsitektur Ramah Lingkungan (Green Architecture) Pendekatan Green Architecture

KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Arsitektur Ramah Lingkungan (Green Architecture) Pendekatan Green Architecture KONSEP 4.1 Konsep Dasar Arsitektur Ramah Lingkungan () Pendekatan Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau, mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMULAN DAN SARAN VI.. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Gedung erpustakaan usat UGM Sayap Selatan (L) diperoleh kesimpulan sebagai berikut:. enelitian ini menghasilkan daftar

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, konsumsi energi listrik pada masyarakat sangat meningkat yang diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan bertambahnya

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Perancangan 4.1.1 Green Arsitektur Green Architecture ialah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGHEMATAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS

Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 D-107 Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS Aristia A. Putri, M. Arif Rohman, dan Christiono Utomo Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Sasaran pertumbuhan PDB Nasional berdasar RPJPN 2005-2025 adalah mencapai pendapatan per kapita pada tahun 2025 setara dengan negara-negara berpendapatan menengah,

Lebih terperinci

PENGERTIAN GREEN CITY

PENGERTIAN GREEN CITY PENGERTIAN GREEN CITY Green City (Kota hijau) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. TUJUAN PERANCANGAN Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan sebuah fasilitas kesehatan berupa hunian bagi kaum lansia agar dapat terlihat lebih nyaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi sangat penting di pusat-pusat perkotaan untuk transportasi, produksi industri, kegiatan rumah tangga maupun kantor. Kebutuhan pada saat sekarang di

Lebih terperinci

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA Alfonsus Dwiputra W. 1, Yulius Candi 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK: Proses pembangunan perumahan sebagai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Green Architecture (Materi pertemuan 7) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PRINSIP-PRINSIP GREEN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut : 19 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil penelitian melalui penyebaran kuesioner kepada responden kontraktor dan manajemen konstruksi Hotel Tentrem, Hotel Citra, Hotel Fave, Hotel Swiss Bel

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi

Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi Gibran K. Aulia 1, Agung Murti Nugroho 2, Tito Haripradianto 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana)

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Sebuah Strategi Menuju Efisiensi Sumber Daya dan Keberlanjutan 2020 A Big Step towards

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

Green Building Concepts

Green Building Concepts Precast Concrete Contribute to Sustainability Concept of Reduce, Reuse, Recycle Ir. Tedja Tjahjana MT Certification Director Green Building Council Indonesia Green Building Concepts Konsep bangunan hijau

Lebih terperinci

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam perancangaan Hotel Resort ini saya menggunakan kosep dasar adalah Arsitektur Hijau dimana bangunan ini hemat energi, minim menimbulkan dampak negatif

Lebih terperinci

3.3. Objek Penelitian Jenis Penelitian Waktu Penelitian Alat Penelitian Jenis Data

3.3. Objek Penelitian Jenis Penelitian Waktu Penelitian Alat Penelitian Jenis Data DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR

Lebih terperinci

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah diberikan sebagai pedoman awal dalam perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Umum Jakarta Selatan.

Lebih terperinci

GEDUNG KULIAH FAKULTAS TEKNIK KAMPUS II UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG BERKONSEP HEMAT ENERGI

GEDUNG KULIAH FAKULTAS TEKNIK KAMPUS II UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG BERKONSEP HEMAT ENERGI GEDUNG KULIAH FAKULTAS TEKNIK KAMPUS II UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG BERKONSEP HEMAT ENERGI Nurul Hidayati, Heru Sufianto, dan Ali Soekirno Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat memahami green building yang dijelaskan dalam Bulan Mutu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat memahami green building yang dijelaskan dalam Bulan Mutu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Green Building Green building adalah ruang untuk hidup dan kerja yang sehat dan nyaman sekaligus merupakan bangunan yang hemat energi dari sudut perancangan, pembangunan, dan

Lebih terperinci

KONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA

KONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA KONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA Intan Mayasari 1) dan Christiono Utomo 2) 1) Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Konsep Dasar Perancangan 5.1.1. Konsep Kinerja Bangunan 1. Sistem Distribusi Listrik Distribusi listrik berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama atau trafo.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar (tata ruang luar) tetapi juga bagian dalam (tata ruang dalam) bangunan. Inti dari konsep

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 LATAR BELAKANG... 1 1.2 TUJUAN DAN SASARAN...

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Dalam melakukan perancangan membutuhkan metode untuk mempermudah dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi survey obyek komparasi,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

Syarat Bangunan Gedung

Syarat Bangunan Gedung Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I I.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Bandara Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara udara baru untuk kota Medan, Indonesia. Lokasinya merupakan bekas areal perkebunan PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci