BAB I PENDAHULUAN. menyalakan lampu sen bagian kanan yang berarti memberikan isyarat atau tanda
|
|
- Hartanti Darmadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika seorang wasit meniup peluit, para pemain sepak bola bergegas memulai pertandingan. Perbuatan meniup peluit di sini diartikan sebagai tanda untuk memulai pertandingan. Begitu pula ketika pengemudi sebuah mobil menyalakan lampu sen bagian kanan yang berarti memberikan isyarat atau tanda bahwa ia akan membelokkan mobilnya ke arah kanan. Kedua contoh tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak bukti bahwa kehidupan manusia sangat lekat dengan berbagai tanda. Tanda menurut Danesi (2004: 4), yakni A sign is anything a color, a gesture, a wink, an object, a mathematical equation, etc. that stands for something other then itself. Tanda adalah sesuatu yang dapat berupa warna, gerakan, kedipan mata, objek, persamaan matematika, dan lain-lain yang mewakili sesuatu selain dirinya sendiri. Seperti halnya kegiatan meniup peluit tadi, bisa jadi menggantikan seruan untuk memulai pertandingan sepak bola atau bahkan menghentikan permainan. Hal ini tentu saja didasari oleh kesepakatan (konvensi) para pengguna tanda, kapan bunyi peluit dianggap sebagai tanda memulai pertandingan dan kapan dianggap sebagai tanda mengakhiri pertandingan. 1
2 2 Demikian banyaknya dan begitu dekatnya tanda dengan kehidupan seharihari, maka lahirlah ilmu yang disebut semiotika (semiologi). Semiologi merupakan ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna (Hoed, 2011: 3). Selain itu, tanda dapat berupa gambar, lukisan, arsitektur, gejala alam dan lain sebagainya, termasuk tanda-tanda yang ditransformasikan ke dalam bentuk bahasa. Aristoteles dalam Kurniawan (2001: 49) menganggap bahwa pikiran dapat dipertimbangkan sebagai wakil-wakil dari hal-hal, dan bahasa dalam hal ini adalah tanda dari pikiran atau dengan kata lain kata-kata (baca:bahasa) adalah tanda-tanda dari afeksi jiwa. Tanda-tanda bahasa dapat direfleksikan ke dalam bentuk karya sastra. Salah satu genre karya sastra adalah puisi. Puisi dalam hakikatnya sebagai karya sastra tidak dapat dipisahkan dari bahasa sebagai medianya. Pradopo (2010: 121) menjelaskan bahwa bahasa sebagai medium karya sastra merupakan sistem semiotik atau ketandaan, yaitu sistem ketandaan yang memiliki arti. Medium karya sastra bukanlah bahan yang yang bebas (netral) seperti bunyi pada seni musik ataupun warna pada lukisan. Warna sebelum dipergunakan dalam lukisan masih bersifat netral, belum mempunyai arti apa-apa, sedangkan bahasa sebelum digunakan dalam karya sastra sudah merupakan lambang yang mempunyai arti yang ditentukan oleh perjanjian masyarakat (bahasa). Lambang -lambang atau tanda-tanda kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti oleh konvensi masyarakat.
3 3 Puisi dinilai sebagai genre sastra yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan kehidupan sehari-hari sesungguhnya begitu kaya dengan berbagai ekspresi puitis, walaupun tidak secara langsung berkaitan dengan kegiatan berpuisi atau bersastra. Lazimnya, ekspresi puitis yang sering ditemukan terdapat pada medium-medium verbal seperti pada lagu-lagu yang ada pada pemainan anak-anak, slogan pada iklan televisi, istilah-istilah percakapan sehari-hari, dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia sehari-hari sangat dekat dengan kesusastraan, terlepas dari apakah kegiatan bersastra ini dilakukan didasari ataupun tanpa didasari kesadaran. Endraswara ( 2003: 63) berpendapat bahwa karya sastra (termasuk puisi) merupakan refleksi pemikiran, perasaan, dan keinginan pengarang lewat bahasa. Selain itu Soedjarwo (2004:132) juga mengatakan bahwa sastra itu seni bahasa, dalam arti seni menggunakan bahasa sebagai medianya. Bagi sastra, bahasa adalah sarana yang sudah selesai, sudah jadi, yang sudah tidak perlu dipermasalahkan. Sedang yang menjadi persoalan bagi sastrawan (penyair) ialah bagaimana mengeksploitasi dan mendayagunakan sarana itu untuk berekspresi. Di Indonesia, bahasa bahkan dikatakan sebagai suatu bentuk kekayaan. Hal ini tidak berlebihan mengingat Indonesia merupakan negara yang termasuk memiliki variasi bahasa terbanyak di dunia. Ada kurang lebih 746 bahasa yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Salah satunya adalah bahasa Banjar yang penggunaannya didominasi oleh masyarakat suku Banjar di Provinsi Kalimantan Selatan.
4 4 Jika dihubungkan dengan kegiatan bersastra khususnya berpuisi, ternyata geliat penggunaan bahasa Banjar dapat ditemukan dalam karya-karya puisi yang ditulis oleh penyair ternama Kalimantan Selatan. Puisi berbahasa Banjar dapat dikatakan sebagai sastra daerah yang menjadi salah satu kekayaan dan kebanggaan di Kalimantan Selatan. Bentuknya bebas seperti halnya puisi baru atau puisi modern. Hanya saja, bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah Banjar. Selain mengenai bahasa yang digunakan, terkait dengan isi, puisi Banjar juga merepresentarikan budaya masyarakat Banjar melalui tanda-tanda bahasa yang digunakannya. Dalam proses kreatifnya, penyair tentu sudah menata tandatanda yang digunakan sesuai dengan sistem, konvensi, dan aturan-aturan tertentu dimana bahasa Banjar digunakan untuk menyampaikan pesannya. Tanda bahasa yang digunakan pada puisi cenderung bersifat tidak langsung atau jika dimaknai secara harfiah berbeda dengan apa yang ingin disampaikan oleh penyair. Hal ini sejalan dengan pendapat salah satu tokoh semiologi, Roland Barthes, yang salah satunya mengemukakan konsep konotasi. Konotasi adalah makna baru yang diberikan pemakai tanda sesuai dengan keinginan, latar belakang pengetahuannya, atau konvensi yang ada dalam masyarakatnya (Hoed, 2011: 13). Tanda tidak berarti apa-apa jika belum dimaknai. Termasuk juga tandatanda bahasa yang ada dalam puisi Banjar. Dalam memaknai tanda (signifikasi), unsur utama yakni penanda atau signifier ekspresi dan petanda atau signified isi bagaikan dua sisi selembar kertas. Pemaknaan tidak lepas dari keduanya dan
5 5 bahkan membentuk sesuatu yang disebut tanda atau sign, yakni relasi antara penanda dan petanda. Misalnya meja hijau merupakan petanda (isi atau konsep) yang memiliki penanda sebuah meja yang berwarna hijau. Namun, dalam bahasa puisi, bisa jadi pemaknaannya berbeda. Meja hijau dapat berarti pengadilan. Dalam hal ini istilah meja hijau menjadi tanda untuk menggantikan konsep pengadilan. Oleh karena itu, untuk membedah tanda agar dapat diterjemahkan atau dicari maknanya diperlukan kemampuan untuk melakukan signifikasi atau pemaknaan tanda. Semiologi Barthes yang membahas lebih mendalam mengenai relasi antara penanda dan petanda dalam sigifikasi dua tahap, dipandang sebagai kajian yang sangat sesuai untuk membedah dan memaknai berbagai tanda. Model semiotik Roland Barthes yang mengusung konsep semiologi denotasi, konotasi dan mitos juga dinilai sangat cocok untuk menganalisis tanda pada karya sastra daerah dalam bentuk teks puisi sebagai objek kajiannya, khususnya puisi Banjar. Pilliang (2004: 189) mengatakan bahwa analisis teks, menurut Roland Barthes, akan menghasilkan makna denotasi, yakni makna tanda yang bersifat eksplisit, dan makna konotasi, yakni makna tanda lapis kedua yang bersifat implisit. Semiologi Barthes juga lebih jauh melihat makna yang lebih dalam tingkatnya dan lebih bersifat konvensional, yakni mitos. Dalam semiologi Barthes menurut Waluyo (1987: 105) dikenal pula adanya lima kode bahasa yakni kode hermeneutik, kode proairetik, kode semantik, kode simbolik, dan kode budaya. Namun, hal yang paling mendasar dari semiologi Barthes adalah bagaimana tanda
6 6 bekerja dalam signifikasi dua tahap sehingga mampu membentuk makna denotasi, makna konotasi, dan makna mitos. Semiologi Barthes belum begitu banyak digunakan sebagai pisau analisis tanda pada puisi jika dibandingkan dengan teori semiotika Peirce dan Riffaterre. Berdasarkan berbagai referensi yang pernah peneliti baca, semiologi Barthes lebih banyak digunakan dalam penelitian iklan, film, bangunan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti juga berusaha membuktikan bahwa teori semiologi Barthes juga mampu menganalisis tanda pada karya sastra berupa puisi, khususnya puisi Banjar. Soedjarwo (2004: 63-64) mengatakan bahwa penyair dan karya-karya sastranya di daerah belum begitu dikenal dan diakui secara nasional. Padahal dari segi mutu, tidak ada jaminan kalau sastra nasional lebih baik dibandingkan sastra daerah. Adanya karya sastra daerah yang cenderung memuat tanda-tanda bernapaskan kerifan lokal justru memperkaya ragam karya sastra Indonesia. Di sinilah letak tantangan bagi peneliti untuk mengkaji tanda-tanda dalam puisi Banjar sebagai bentuk partisipasi terhadap eksistensi sastra daerah. Puisi-puisi Banjar dapat ditemukan pada antologi-antologi puisi yang terbit di Kalimantan Selatan. Salah satunya adalah antologi puisi Banjar berjudul Garunum. Sesuai dengan judulnya garunum yang berarti gerutu atau perkataan yang diucapkan dengan cara bergumam terus-menerus karena rasa tidak puas dengan keadaan atau peristiwa yang dialami, sebagian besar puisi di dalamnya memuat tema mengenai kritik sosial. Namun gerutu di sini dalam konteks curahan hati para penyair akan kegundahan hatinya yang dituangkan
7 7 bukan melalui ucapan, melainkan dalam bentuk karya sastra (puisi). Antologi yang ditulis oleh Hamami Adaby, Arsyad Indradi, Ersis Warmansyah Abbas, Rudy Resnawan, dan Dewa Pahuluan ini menarik untuk dikaji karena tidak seperti puisi baru pada umumnya yang menggunkan bahasa Indonesia, antologi ini berisikan puisi-puisi baru yang menggunakan bahasa daerah Banjar. Penelitian semiologi dianggap menarik untuk menelusuri tanda-tanda yang ada dalam antologi puisi ini. Terutama bagaimana tanda-tanda yang ada ini memiliki kekuatan yang dapat merepresentasikan nilai-nilai budaya masyarakat Banjar. Dalam mengkajinya, tentu peneliti harus bekerja lebih keras karena terlebih dahulu harus menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu peneliti juga harus mampu menghubungkannya dengan sistem, konvensi, aturanaturan dan budaya masyarakat Banjar. Adapun yang menjadi fokus penelitian semiologi Barthes pada antologi puisi Banjar Garunum ini antara lain membahas mengenai makna denotasi, makna konotasi, dan makna mitos. Peneliti menelaah makna denotasi lebih pada pemaknaan dari segi bahasa (makna lugas) dan makna konotasi dari penggunaan bahasa figuratif yang menimbulkan lapisan makna baru. Sedangkan pada pemaknaan mitos, peneliti mengikuti mekanisme pembentukan mitos dari hasil signifikasi dua tahap dengan makna denotasi dan makna konotasi sebagai dasar. Peneliti membatasi pada makna mitos karena dalam signifikasi dua tahap yang menjadi dasar teori semiologi Barthes, mitos merupakan makna puncak. Selain ketiga hal tersebut, peneliti juga berfokus pada temuan konseptual mengenai semiologi Barthes sebagai alat analisis tanda pada puisi berbahasa
8 8 daerah. Temuan konsep ini menjadi fokus untuk menunjukkan bagaimana sebenarnya signifikasi dua tahap sebagai dasar semiologi Barthes bekerja mengungkap berbagai makna dari tanda-tanda yang ada pada puisi daerah. Keempat fokus ini dipilih karena merupakan hal yang paling mendasar dalam semiologi Barthes untuk mengungkap makna dari tanda-tanda bahasa yang digunakan sebagai media puisi. Dalam penelitian ini, peneliti hanya memilih tiga puisi sebagai objek teliti, di antaranya puisi berjudul Musim ka Musim karya Hamami Adaby, Tampulu karya Arsyad Indradi, dan Aku Handak Madam karya Dewa Pahuluan. Ketiga puisi ini dipilih karena dianggap mewakili keseluruhan puisi yang sebagian besar bertemakan kritik sosial. Puisi Musim ka Musim berisi kritikan tentang perilaku manusia yang suka menyalahkan musim, puisi Tampulu berisi kritikan pada perilaku anak negeri zaman sekarang terhadap negerinya sendiri, dan puisi Aku Handak Madam berisi kritikan pada orang-orang yang penyair anggap nakal, bengal, dan tersisih untuk bekerja dan mencari penghidupan dengan merantau agar ketika kembali mereka dapat membangun kampung halaman. Selain itu, ketiga puisi ini dinilai cukup untuk dijadikan objek karena salah satu tujuan utama penelitian ini adalah untuk memperkuat bahwa teori semiologi Barthes mampu mengungkap makna dari tanda-tanda yang ada dalam teks puisi. Sebelumnya, penelitian semiologi sudah dilakukan oleh mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang, Kholifah (2012) dalam skripsinya berjudul Telaah Semiologi Budaya Jawa dalam Novel Pengakuan Pariyem Karya Linus Suryadi AG dan Implementasinya pada Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan
9 9 Sastra Indonesia Berkarakter Jenjang SMA Jurusan Bahasa. Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan semiologi sebagai pisau analisis dan sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif. Namun, ada hal-hal yang membedakan penelitian sekarang dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya antara lain terletak pada objek penelitian. Jika objek penelitian yang digunakan Kholifah adalah novel, maka pada penelitian ini objek yang digunakan adalah antologi puisi. Selain itu, jika penelitian Kholifah dititikberatkan untuk mengetahui wujud, makna, fungsi, dan implementasi semiologi budaya Jawa, maka pada penelitian kali ini lebih dititikberatkan untuk mendeskripsikan makna denotasi, konotasi, dan mitos. Hal mendasar lain yang membedakan adalah penggunaan teori semiologi. Jika dalam penelitian Kholifah menggunakan teori semiologi Peirce, dalam penelitian sekarang menggunakan teori semiologi Barthes. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian semiologi terhadap puisi-puisi yang ada dalam antologi puisi Banjar Garunum berdasarkan telaah semiologi Barthes. Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi bentuk apresiasi dan partisipasi dalam pelestarian sastra daerah, khususnya puisi Banjar. Selain itu, penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengenalkan budaya dan sastra daerah masyarakat Banjar di luar wilayah pemakai bahasa Banjar melalui kajian semiologi. Akhir kata, peneliti menuangkan penelitian ini dalam bentuk skripsi dengan judul Telaah Semiologi Barthes pada Antologi Puisi Banjar Garunum.
10 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. a. Bagaimana makna denotasi menurut semiologi Barthes dalam antologi puisi Banjar Garunum? b. Bagaimana makna konotasi menurut semiologi Barthes dalam antologi puisi Banjar Garunum? c. Bagaimana makna mitos menurut semiologi Barthes dalam antologi puisi Banjar Garunum? d. Bagaimana temuan konseptual semiologi Barthes sebagai alat analisis tanda pada puisi berbahasa daerah? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperkuat teori semiologi Barthes sebagai alat analisis tanda pada teks puisi, khususnya puisi berbahasa daerah. Selain itu juga memberi gambaran kepada masyarakat luas mengenai salah satu sastra daerah kebanggaan Kalimantan Selatan yakni puisi Banjar yang isinya merepresentasikan budaya masyarakat Banjar.
11 Tujuan Khusus Berdasarkan rumusan masalah yang telah peneliti paparkan, maka tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mendeskripsikan makna denotasi menurut semiologi Barthes dalam antologi puisi Banjar Garunum. b. Mendeskripsikan makna konotasi menurut semiologi Barthes dalam antologi puisi Banjar Garunum. c. Mendeskripsikan makna mitos menurut semiologi Barthes dalam antologi puisi Banjar Garunum. d. Mendeskripsikan temuan konseptual semiologi Barthes sebagai alat analisis tanda pada puisi berbahasa daerah. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: a. Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori semiologi Barthes sebagai salah satu pisau analisis dalam mengkaji karya sastra khususnya puisi berbahasa daerah. b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian tentang sastra Indonesia, khususnya yang membahas mengenai sastra daerah.
12 12 c. Referensi yang ada dalam penelitian ini akan memberikan pengertian dan pemahaman mengenai semiologi Barthes yang secara tidak langsung juga mempelajari mengenai budaya masyarakat Banjar melalui bahasanya secara lebih komprehensif Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: a. Menerapkan teori semiologi Barthes sebagai salah salah satu pisau analisis dalam mengkaji karya sastra khususnya puisi. b. Memberikan suntikan semangat bagi perkembangan sastra daerah, khususnya puisi Banjar. c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi atau bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya mengenai semiologi yang direpresentasikan dalam karya sastra khususnya puisi Banjar. 1.5 Definisi Operasional Berikut definisi operasional atau penegasan istilah-istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini. a. Semiologi adalah istilah bagi ilmu yang mempelajari mengenai tanda yang biasa dipakai di Eropa. b. Roland Barthes adalah seorang filsuf berkebangsaan Perancis yang mengembangkan teori Ferdinand de Saussure mengenai tanda.
13 13 c. Semiologi Barthes merupakan pengembangan dari semiologi strukturalisme Saussure yang mengusung konsep signifikasi dua tahap ( two orders signification). d. Puisi adalah ekspresi yang berasal dari pemikiran, imajinasi, perasaan ataupun pengalaman dalam wujud bahasa yang estetis, padat dan sarat makna sehingga menimbulkan kesan tertentu bagi pembaca. e. Bahasa Banjar adalah bahasa sehari-hari yang digunakan oleh suku (etnis) Banjar untuk berkomunikasi dalam pergaulan sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui
Lebih terperinci13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi
semiotika Modul ke: Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi Fakultas 13Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan harus dapat menganalisis peluang dan tantangan pada masa yang akan datang. Dengan melihat tantangan tersebut, Perusahaan dituntut untuk mampu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis danpendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,penelitian dilakukan dengan melihat konteks permasalahan secara utuh, dengan fokus penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Logo merupakan bagian yang penting untuk menunjukan keberadaan sesuatu. Logo menjadi sebuah pengakuan, kebanggaan, inspirasi, kepercayaan, kehormatan, kesuksesan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Untuk memperjelas dan memantapkan ruang lingkup permasalahan, sumber data, dan kerangka teoretis penelitian ini,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisa semiologi komunikasi. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tembang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai ragam suara yang berirama. Dalam istilah bahasa Jawa tembang berarti lagu. Tembang juga disebut dengan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Sebagai salah satu pendekatan yang baru, maka pendekatan konstruktivis (intepretatif) ini sebenarnya masih kurang besar gaungnya di bandingkan dengan pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan yang terjadi di masyarakat ataupun kehidupan seseorang. Karya sastra merupakan hasil kreasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang digunakan karena beberapa pertimbangan yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang
Lebih terperinci12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.
semiotika Modul ke: Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda. Fakultas 12Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah berbagai bentuk tulisan, karangan, gubahan, yang didominasi oleh aspek-aspek estetis. Ciri utama yang lain karya sastra adalah kreativitas imajinatif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra. Bahasa sudah menjadi sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah
Lebih terperincidalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal
63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan kegiatan pengembangan wawasan keilmuan, dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut
38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut pandang yang digunakan. Sebagian orang menyebut paradigma sebagai citra fundamental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang dituangkan dalam bahasa. Kegiatan sastra merupakan suatu kegiatan yang memiliki unsur-unsur seperti pikiran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film selain sebagai alat untuk mencurahkan ekspresi bagi penciptanya, juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya visualnya yang didukung
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot. Untuk mempermudah penelitian, maka objek kajian tersebut akan ditelisik dan dianalisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Sifat penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan hasil sastra yang berupa puisi, prosa, maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil sastra yang berupa puisi, prosa, maupun lakon. Karya sastra mengungkapkan makna secara tidak langsung. Karya sastra merupakan sistem
Lebih terperinciNIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika
Nama : M. Teguh Alfianto Tugas : Semiotika (resume) NIM : D2C 307031 S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip Semiotika Kajian komunikasi saat ini telah membedakan dua jenis semiotikan, yakni semiotika komunikasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, merupakan makhuk yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan
Lebih terperinciKONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel
KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel Abstrak Penelitian ini menggunakan analisis semiotika
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Semiotika sebagai Metode Penelitian Semiotika merupakan cabang ilmu yang membahas tentang bagaimana cara memahami simbol atau lambang, dikenal dengan semiologi. Semiologi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah masyarakat. Televisi telah lama menjadi bagian hidup yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah kualitatif dengan pendekatan semiotika Barthesian. Definisi metode kualitatif menurut Strauss and
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini memiliki signifikasi berkaitan dengan kajian teks media atau berita, sehingga kecenderungannya lebih bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif
Lebih terperinciResume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed
Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu
BAB IV ANALISIS DATA A. TEMUAN PENELITIAN Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu dengan proses penyeleksian atas tanda-tanda yang ada dengan menggaris bawahi hal-hal tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan secara umum diakui sebagai unsur penting dalam proses pembangunan suatu bangsa. Lebih-lebih suatu bangsa yang sedang membangun watak dan kepribadiannya yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir dari perasaan penyair dan diungkapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan secara lisan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan secara lisan yang disebut bahasa lisan maupun secara tertulis yang disebut bahasa tulis. Bahasa juga bisa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi informasi di dunia. Media telah mengubah fungsi menjadi lebih praktis, dinamis dan mengglobal.
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. materi yang akan dikaji menjadi linear (terarah) tidak melebar kepada hal-hal
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dibutuhkan dalam penelitian sebab di dalamnya akan ditemui aspek-aspek yang menyangkut apa saja yang akan diteliti, sehingga ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan bahasa di dalam karya sastra terkait dengan sejumlah ragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan bahasa di dalam karya sastra terkait dengan sejumlah ragam bahasa yang digunakan sebagai wujud pemaparan gagasan yang merujuk pada bentuk komunikasi karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wida Kartika Ayu, 2016
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Puisi sebagai suatu karya sastra pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang. Perwujudan ekspresi pengarang lewat puisi selanjutnya difasilitasi melalui
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Semiotika adalah ilmu yang mempelajari sederetan luar objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Alasan mengapa penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk memahami karya sastra dibutuhkan analisis. Definisi karya sastra menurut KBBI (1989:76) adalah sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi merupakan bentuk karya sastra yang tersaji menggunakan kata-kata yang indah dan kaya bahasa yang penuh makna (Kosasih, 2008: 31). Keindahan puisi ditentukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini
73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini bersifat desktiptif dalam ranah kualitatif. Deskriptif adalah sifat penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Interaksi pendidikan berfungsi membantu pengembangan seluruh potensi, kecakapan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan pendidikan. Interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra memiliki nilai seni kesusastraan yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan katanya. Puisi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memakai paradigma dari salah satu penelitian kualitatif yaitu teori kritis (critical theory). Teori kritis memandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi pada dasarnya tidak dapat ditafsirkan secara terpisah, karena dalam bahasa mempunyai satuan-satuan seperti morfem, kata,
Lebih terperinciREPRESENTASI MAKNA LESBIANISME DALAM PESAN NOVEL GERHANA KEMBAR KARYA CLARA Ng Oleh : Damai Ryanti Purba
REPRESENTASI MAKNA LESBIANISME DALAM PESAN NOVEL GERHANA KEMBAR KARYA CLARA Ng Oleh : Damai Ryanti Purba 090904041 Abstrak Penelitian ini berjudul Representasi Makna Lesbianisme dalam Pesan Novel Gerhana
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. komunikasi yang terjadi antarmanusia. Menurut Moloeng paradigma merupakan pola
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma ialah bagaimana kita memandang dunia. Dalam penelitian komunikasi, paradigma digunakan untuk melihat gambaran umum bagaimana komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah hasil seni kreatif manusia yang menampilkan gambaran tentang kehidupan manusia, menggunakan seni bahasa sebagai mediumnya. Karya sastra merupakan penjelasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. ParadigmaKonstruktivis Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas. Konstruktivisme melihat bagaimana setiap orang pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada karya sastra, bahasa yang dipergunakan berbeda dengan karya ilmiah. Dalam karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk pengungkapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat
Lebih terperinciSemiotika, Tanda dan Makna
Modul 8 Semiotika, Tanda dan Makna Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami jenis-jenis semiotika. 8.1. Tiga Pendekatan Semiotika Berkenaan dengan studi semiotik pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari sebuah kesusastraan, terlepas dari apakah kegiatan bersastra dilakukan didasari ataupun tanpa didasari kesadaran untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam arti, yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima atau pengulangan bunyi yang
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang menjadi sasarannya. Dalam berkomunikasi, orang menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu proses yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Komunikasi terjadi pada saat seseorang menyampaikan pesan dalam bentuk lambang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk mendapatkan informasi terkini, wawasan maupun hiburan. Media massa sendiri dalam kajian komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berbahasa memudahkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain, dalam bermasyarakat. Dasar yang sangat penting bagi seseorang untuk berkomunikasi adalah bahasa.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah kualitatif (data yang tidak berupa angka-angka) 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sederetan luar objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Alasan mengapa penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat (2004:5-8) menyatakan bahwa kebudayaan itu mempunyai tiga. berpola dari manusia dalam masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koentjaraningrat (2004:5-8) menyatakan bahwa kebudayaan itu mempunyai tiga wujud : a. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan seharihari, film memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu hasil dari kebudayaan. Sastra merupakan kreasi manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra manusia bisa menuangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan kepada orang-orang yang melakukan komunikasi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan kegiatan mutlak yang dilakukan seluruh umat manusia selama mereka masih hidup di dunia, karena manusia sebagai makhluk sosial perlu saling melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan
Lebih terperinciDIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN
1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia (Semi, bahasa sebagai mediumnya (Sugono, 2008:129).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang berobjek manusia dan bermedium bahasa dalam kehidupan masyarakat. Sastra sebagai karya kreatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia dan segala macam kehidupannya. Di samping berfungsi sebagai media untuk menampung teori
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA
ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Supriyadi Wibowo Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan sebuah struktur yang bermakna. Hal ini disebabkan karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang menggunakan media
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii. HALAMAN PENETAPAN UJIAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...iv. KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii HALAMAN PENETAPAN UJIAN...iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...iv KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI...vi ABSTRAK...vii I.PENDAHULUAN 1.1
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang atas dasar konvensi sosial yang terhubung sebelumnya - dapat
48 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Analisis Semiotik Secara etimologis istilah semiotika berasal dari kata Yunani Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefisinikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. penelitian kualitatif. Seperti pendapat yang dikemukakan Bog dandan Taylor
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Seperti pendapat yang dikemukakan Bog dandan Taylor (1975) dalam Maleong
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, untuk berkomunikasi. Menurut Keraf
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan periklanan sangat lekat dalam kehidupan masyarakat terutama di kota kota besar. Dalam satu hari, masyarakat kota selalu berhadapan dengan iklan, dalam tampilan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dewi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 Tinjauan aspek sosiokultural puisi-puisi pada harian Solopos dan relevansinya sebagai materi ajar alternatif bahasa Indonesia di SMA (harian Solopos edisi oktober-desember 2008) Oleh: Erwan Kustriyono
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinci