SKRIPSI OLEH : MARIANI NIM: 10C

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI OLEH : MARIANI NIM: 10C"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK OLEH IBU BALITA DI DESA LATONG KECAMATAN SEUNAGAN KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH : MARIANI NIM: 10C PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH - ACEH BARAT 2013

2 FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK OLEH IBU BALITA DI DESA LATONG KECAMATAN SEUNAGAN KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH : MARIANI NIM: 10C Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH - ACEH BARAT 2013

3

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia) dan keluarga miskin ( Kemkes, 2010). Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi (Lampiran Kepmenkes Nomor:155/Menkes/Per/2010). Buku Kesehatan Ibu dan Anak sangat bermanfaat bagi masyarakat karena didalam buku tersebut terdapat informasi-informasi mengenai kesehatan ibu dan kesehatan anak seperti pada bagian pertama terdapat informasi mengenai ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas pada bagian dua terdapat informasi seperti tanda-tanda bayi lahir sehat, apa saja yang dilakukan pada bayi baru lahir, anjuran pemberian makan, bagaimana mengatasi penyakit yang sering diderita anak dirumah, tanda-tanda anak sakit, kapan anak segera harus dibawa kembali ketempat pelayanan kesehatan serta kartu pemantauan pertumbuhan dan pemantauan anak. 1

5 2 Kartu Menuju Sehat (KMS/Buku KIA) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat (Lampiran Kepmenkes Nomor:155/Menkes/Per/2010). Pemantauan tumbuh kembang anak perlu dilakukan secara rutin antara lain dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat ( Buku KIA), dengan kartu ini setiap ada penyimpangan tumbuh kembang anak dapat segera diketahui sedini mungkin. Pemanfaatan Buku KIA sebagai alat untuk memantau kesehatan dan gizi balita perlu dimasyarakatkan sehingga pemantauan balita akan diperoleh manfaat yang besar apabila dilakukan pada semua balita yang ada pada suatu daerah, namun untuk dapat melaksanakan hal ini bukanlah merupakan suatu yang mudah karena banyak faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Buku KIA balita itu sendiri (Soejiningsih, 2002). Akan tetapi pada tahun 2000 Buku KIA di ubah dan bertambah luas gunanya bukan saja memantau balita akan tetapi juga memantau kesehatan ibunya baik ibu hamil atau mengenai pemasangan alat kontarsepsi yang berubah namanya menjadi Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Buku KIA) yang didalamnya terdapat KMS ( Kartu menuju sehat). Penilaian tumbuh kembang anak balita perlu dilakukan untuk menentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak, baik di lihat dari segi medis maupun statistik. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal, untuk mengetahui tumbuh kembang anak lebih mudah dan

6 3 sederhana diketahui melalui hasil penimbangan anak setiap bulannya di Puskesmas dan Posyandu yang dapat dilihat pada Buku KIA Balita (Soejiningsih,2002). Pada saat ini pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan utama Posyandu yang jumlahnya mencapai lebih dari 260 ribu yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 74.5% (sekitar 15 juta) balita pernah ditimba ng minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir, 60.9% diantaranya ditimbang lebih dari 4 kali.sebanyak 65% (sekitar 12 juta) balita memiliki KMS (Lampiran Kepmenkes Nomor:155/Menkes/Per/2010). Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD ) tahun 2009 di Provinsi NAD Terdapat bayi yang memiliki Buku KIA sebesar bayi dan balita yang mempunyai buku KIA sebanyak balita. Bayi yang ditimbang sebanyak bayi, dan balita yang ditimbang sebanyak balita. Untuk tahun 2010 dan 2011 tidak ditemukan data yang berkaitan dengan pemanfaatan buka KIA pada profil Kesehatan Provinsi Aceh. Data bayi dan balita yang mempunyai buku KIA dalam wilayah Dinas Kesehatan kabupaten Nagan Raya pada tahun 2010 sebesar 81,52% terjadi peningkatan pada tahun 2011 menjadi 91,40%. Pemanfaatan buku KIA pada wilayah kerja Puskesmas Jeuram tahun 2010 sebesar 73,30% meningkat pada tahun 2011 menjadi 103,36% (Profil Dinkes Nagan Raya,2012). Di Puskesmas Jeuram semua ibu balita dibagikan Buku KIA akan tetapi berdasarkan wawancara dengan 7 orang ibu balita di Desa latong kurang mengerti kegunaan dari buku KIA, mereka hanya menyimpan dirumah dan sebulan sekali

7 4 dilihat ketika hendak membawa balitanya ke Posyandu atau Puskesmas, begitu juga di desa Latong, banyak ibu yang belum tau kegunaannya, bahkan ada yang ditinggal di rumah kader karena takut hilang. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemanfaatan buku KIA oleh ibu, yang meliputi faktorfaktor Internal yaitu pengetahuan, pendidikan dan sikap ibu dan faktor Eksternal yang meliputi peranan petugas kesehatan, kader pos yandu dan dukungan keluarga di desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat diambil kesimpulan sementara bahwa walaupun terjadi peningkatan pemanfaatan buku KIA namun masyarakat belum mengerti kegunaan dari buku KIA, mereka hanya menyimpan dirumah dan sebulan sekali dilihat ketika hendak membawa balitanya ke Posyandu atau Puskesmas, begitu juga di desa Latong, banyak ibu yang belum mengetahui kegunaan buku KIA tersebut, bahkan ada yang ditinggal di rumah kader karena takut hilang. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum Mengetahui faktor Internal dan Eksternal yang berhubungan dengan pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Buku KIA) oleh ibu balita di desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.

8 Tujuan khusus 1. Mengetahui hubungan faktor internal (pengetahuan dan sikap) ibu dengan pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Buku KIA) oleh ibu balita untuk balita di desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun Mengetahui hubungan faktor eksternal (peranan petugas kesehatan dan dukungan keluarga) ibu dengan pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Buku KIA) oleh ibu balita untuk balita di desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun Manfaat Penelitian Manfaat teoritis 1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis dan untuk mengembangkan diri dalam disiplin ilmu kesehatan masyarakat. 2. Menambah bahan bacaan dan referensi bagi perpustakaan kesehatan masyarakat khususnya tentang kesehatan balita Manfaat praktis 1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat supaya dapat memanfaatkan Buku KIA sebagai pemantauan kesehatan balitanya. 2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya dapat di pakai sebagai bahan dalam mengambil kebijakan program kesehatan ibu dan anak.

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Buku KIA) Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Buku KIA) adalah buku yang memuat informasi mengenai kedaaan ibu hamil hingga memiliki anak usia 5 tahun. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Buku KIA) di kembangkan Dep kes RI bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) melalui proyek KB/KIA pada tahun di Jawa Tengah ( Depkes, 2006). Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Buku KIA) ini diharapkan menjadi salah satu media pendidikan kesehatan terbitan Depkes yang berperan memberikan kontribusi terhadap pesan dan informasi yang berkaitan dengan kesehatan pada umumnya dan khususnya bagi ibu balita itu sendiri untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita di dalam Buku Kesehatan Ibu Dan Anak (Buku K IA) sendiri terdapat Kartu menuju Sehat (KMS) ( Kemkes,2010) Kartu Menuju Sehat (KMS) Kartu Menuju Sehat atau KMS adalah suatu alat bantu tempat mencatat berat badan anak berumur 0-5 tahun (balita) setiap kali di timbang setiap bulan secara teratur. Berat badan ini dibubuhkan pada KMS alur bentuk sebuah titik (. ) titik ini disebut titik berat badan. Anak balita perlu ditimbang berat badannya setiap bulan agar pertumbuhannya dapat diikuti secara seksama melalui grafik berat badan dari bulan kebulan (Kemkes,2010). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor.155/Menkes/Per/I/2010 Pasal 2 dinyatakan bahwa Setiap balita harus mempunyai KMS sesuai jenis 6

10 7 kelamin, KMS digunakan untuk mencatat berat badan, memantau pertumbuhan balita setiap bulan dan sebagai media penyuluhan gizi dan kesehatan, Penggunaan KMS sebagaimana dimaksud pada ayat, sesuai dengan Pedoman yang tercantum dalam Lampiran Peraturan ini. Pada KMS, selain grafik pertumbuhan (BB) dari 0-5 tahun, juga di lengkapi dengan petunjuk tentang pemberian makanan yang sehat, pemberian ASI eksklusif, catatan pemberian imunisasi dan Vitamin A serta penatalaksanaan diare di rumah, sehingga fungsi KMS lebih komprehensif dalam pelayanan kesehatan primer. Jenis dan kapan pemberian Imunisasi tersebut menurut penyakit-penyakit yang dicegah melalui PPI (Pengembangan Program Imunisasi) (Markum,2002). Kartu Menuju Sehat (KMS/Buku KIA) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat (Lampiran Kepmenkes Nomor:155/Menkes/Per/2010). 2.2 Fungsi dan Kegunaan Kartu Menuju Sehat Fungsi Kartu Menuju Sehat (KMS) Menurut Kepmenkes Nomor:155/Menkes/Per/2010 Kartu menuju sehat mempunyai tiga fungsi utama, yaitu; a. Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMSdi cantumkan grafik pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang anak tumbuh normal, atau mengalami gangguan

11 8 pertumbuhan. Bila grafik berat badan anak mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh normal, kecil risiko anak untuk mengalami gangguan pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat badan tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan, anak kemungkinan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan. b. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat pelayanan kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi. c. Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar perawatan anak seperti pemberian makanan anak, perawatan anak bila menderita diare Kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) a. Bagi orang tua balita Orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya. Dianjurkan agar setiap bulan membawa balita ke Posyandu untuk ditimbang. Apabila ada indikasi gangguan pertumbuan (berat badan tidak naik) atau kelebihan gizi, orang tua balita dapat melakukan tindakan perbaikan, seperti memberikan makan lebih banyak atau membawa anak ke fasilitas kesehatan untuk berobat. Orang tua balita juga dapat mengetahui apakah anaknya telah mendapat imunisasi tepat waktu dan lengkap dan mendapatkan kapsul vitamin A secara rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

12 9 b. Bagi kader KMS digunakan untuk mencatat berat badan anak dan pemberian kapsul vitamin A serta menilai hasil penimbangan. Bila berat badan tidak naik 1 kali kader dapat memberikan penyuluhan tentang asuhan dan pemberian makanan anak. Bila tidak naik 2 kali atau berat badan berada di bawah garis merah kader perlu merujuk ke petugas kesehatan terdekat, agar anak mendapatkan pemerikasaan lebih lanjut. KMS juga digunakan kader untuk memberikan pujian kepada ibu bila berat badan anaknya naik serta mengingatkan ibu untuk menimbangkan anaknya di posyandu pada bulan berikutnya. c. Bagi petugas kesehatan Petugas dapat menggunakan KMS untuk mengetahui jenis pelayanan kesehatan yang telah diterima anak, seperti imunisasi dan kapsul vitamin A. Bila anak belum menerima pelayanan maka petugas harus memberikan imunisasi dan kapsul vitamin A sesuai dengan jadwalnya. Petugas kesehatan juga dapat menggerakkan tokoh masyarakat dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan. KMS juga dapat digunakan sebagai alat edukasi kepada para orang tua balita tentang pertumbuhan anak, manfaat imunisasi dan pemberian kapsul vitamin A, cara pemberian makan, pentingnya ASI eksklusif dan pengasuhan anak. Petugas dapat menekankan perlunya anak balita ditimbang setiap bulan untuk memantau pertumbuhanya ( Kepmenkes Nomor:155/Menkes/Per/2010). Selain sebagai sarana perawatan, KMS balita tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kesehatan anak yang dilahirkan. KMS sebagai salah

13 10 satu focus akselarasi penurunan angka kematian anak secara deteksi, disamping penggunaan peninjauan kesehatan anak didasarkan berat badan yang tercantum pada KMS setiap bulannya sesuai umur anak (Suryanah, 1996 dikutip dalam Dian Aryanti, 2008). KMS Balita merupakan alat yang cukup teliti dan mudah dilakukan oleh petugas dilapangan dengan kemampuan terbatas, untuk memonitor keadaan kesehatan anak. Untuk maksud tersebut pusat penelitian pengembangan gizi, badan penelitian dan pengembangan kesehatan, departemen kesehatan RI membuat Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk anak. KMS balita juga sebagai alat yang penting untuk memantau tumbuh kembang anak. Aktivitas tidak hanya menimbang dan mencatat saja. Tetapi harus menginterpretasikan tumbuh kembang anak kepada ibunya, sehingga memungkinkan pertumbuhan anak dapat diamati dengan cara menimbang secara teratur setiap bulannya (Depkes,1999). Menurut Suryanah ( 1996) dikutip dalam Dian Aryanti (2008). Manfaat dari Kartu Menuju Sehat adalah : a. Pertumbuhan mudah diamati b. Dapat menciptakan kebutuhan akan rasa ingin tahu terhadap pertumbuhan anak. c. Meningkatkan lingkungan yang layak buat pertumbuhan anak. d. Melukiskan setiap kejadian yang kurang menguntungkan anak, misalnya infeksi, musim, ibu meninggal dan lain-lain. e. Menemukan seawal mungkin gejala-gejala gangguan pertumbuhan anak.

14 11 f. Merupakan sarana untuk memberikan penyuluhan kepada ibu mengenai gizi/makanan bayi dan anak, tumbuh kembang anak, kesehatan anak, imunisasi KB dan pencegahan defisiensi vitamin A, dihidrasi diare, sanitasi personal dan lingkungan dan lain-lain. Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan dihubungkan antara titik berat badan pada KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya ( Gmikro, 2012). Berdasarkan catatan hasil penimbangan, perkembangan, serta keadaan kesehatan anak dalam KMS-Balita, kader/petugas kesehatan dapat melakukan konseling atau dialog dengan ibu balita tentang pertumbuhan anaknya serta membantu ibu dalam memecahkan masalah pertumbuhan anaknya. Konseling tersebut dilakukan setelah mencatat hasil penimbangan anak pada KMS-Balita. Sebelum melakukan konseling, kader/petugas kesehatan dapat menggali secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan hasil penimbangan bulan ini, sesuai dengan arah grafik. Beberapa kemungkinan dari hasil pencatatan berat badan balita pada KMS adalah: Grafik pertumbuhan anak naik berkaitan dengan nafsu makan anak yang baik/meningkat berarti ibu telah cukup memberikan makanan dengan gizi seimbang. Grafik pertumbuhan tidak naik bisa dikaitkan dengan nafsu makan anak menurun karena sakit, atau karena ibunya sakit (pola asuh tidak baik), atau sebab lain yang perlu digali dari ibu ( Depkes RI, 1999).

15 12 Dengan demikian isi atau pesan-pesan yang diberikan disesuaikan dengan grafik pertumbuhan anak tersebut dan disesuaikan dengan penjelasan ibunya tentang keadaan kesehatan anaknya. Setiap anak Balita yang datang ke Posyandu/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya harus ditimbang berat badannya. Selanjutnya hasil penimbangan tersebut dicatat dalam KMS-Balita,dan membuat garis pertumbuhannya (jika bulan lalu juga ditimbang) ( Gmikro, 2012). Jika garis pertumbuhan naik, diberikan pujian serta nasehat agar meneruskan cara pemberian makanan kepada anaknya, namun dianjurkan agar makan lebih banyak lagi karena anak akan terus tumbuh dan diupayakan berat badannya bulan depan naik lagi.. Jika garis pertumbuhan tidak naik :Timbangan tidak naik 1 kali (1T), tanyakan riwayat makanan dan penyakitnya, kemudian berikan nasehat makanannya. Berikan motivasi agar bulan depan naik BB nya.timbangan tidak naik 2 kali (2T), tanyakan riwayat makanan dan penyakit kemudian berikan nasehat makanannya. Apabila anak kelihatan sakit segera dikirim ke puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lain.timbangan tidak naik 3 kali (3T), anak dirujuk ke puskemas /fasilitas pelayanan kesehatan lain. Jika garis pertumbuhan di bawah garis merah (BGM), anak harus segera dirujuk ke puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lain: jika tanda klinis ( -), berikan Makanan Tambahan Pemulihan (PMT -Pemulihan) dan Jika tanda klinis (+), lakukan 10 langkah Tata laksana Gizi Buruk dan obati jika ada penyakit penyerta ( Depkes RI, 1999).

16 Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita KMS-BALITA dibedakan antara KMS anak laki-laki dengan KMS anak perempuan. KMS untuk anak laki-laki berwarna dasar biru dan terdapat tulisan Untuk Laki- Laki. KMS anak perempuan berwarna dasar merah muda dan terdapat tulisan Untuk Perempuan. KMS terdiri dari 1 lembar (2 halaman) dengan 5 bagian didalamnya sebagai berikut (Permenkes No.155/Menkes/Per/I/2010). Halaman 1 terdiri dari 2 bagian sebagai berikut: Gambar 2.1 Kartu Menuju Sehat Bagian 1 dan 2 Bagian 1 Bagian 2

17 14 Gambar. 2.2 Kartu Menuju Sehat Bagian 3,4 dan 5 Halaman 2 terdiri dari 3 bagian sebagai berikut: Bagian 3 Bagian 4 Bagian Langkah-langkah Pengisian KMS Langkah - mlangkah pengisian KMS sebagai berikut (Permenkes No.155/Menkes/Per/I/2010): a. Memilih KMS sesuai jenis kelamin KMS anak laki-laki untuk anak laki laki dan KMS anak perempuan untuk anak perempuan. b. Mengisi identitas anak dan orang tua pada halaman muka KMS

18 15 Tuliskan data identitas anak pada halaman 2 bagian 5: Identitas anak. Contoh, catatan data identitas Aida Fitri adalah sebagai berikut c. Mengisi bulan lahir dan bulan penimbangan anak a. Tulis bulan lahir anak pada kolom umur 0 bulan b. Tulis semua kolom bulan penimbangan berikutnya secara berurutan. Contoh: Aida lahir pada bulan Februari 2008 c. Apabila anak tidak diketahui tanggalkelahirannya, tanyakan perkiraan umur anak tersebut. d. Tulis bulan saat penimbangan pada kolom sesuai umurnya. e. Tulis semua kolom bulan penimbangan berikutnya secara berurutan. Contoh: Penimbangan dilaksanakan pada akhir bulan Agustus Bila Ibu/pengasuh mengatakan anak baru saja berulang tahun yang pertama bulan lalu, berarti umur anak saat ini 13 bulan. Tulis Agustus dibawah umur 13 bulan

19 16 d. Meletakkan titik berat badan dan membuat garis pertumbuhan anak a) Letakkan (plot ) titik berat badan hasil penimbangan Contoh: Aida dalam penimbangan bulan Juni 2008 umurnya 4 bulan dan berat badannya 6 kg. Tulis berat badan di bawah kolombul an saat penimbangan Letakkan titik berat badan pada titik temu garis tegak (umur) dan garis datar (berat badan). b) Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu Jika bulan sebelumnya anak ditimbang, hubungkan titik berat badan bulan lalu dengan bulan ini dalam bentuk garis lurus. Contoh: Aida lahir pada bulan Februari 2008 dengan berat badan lahir 3,0 kg. Data berat badannya adalah sebagai berikut: Bulan Maret, berat badan Aida 3,3 kg. Bulan April, berat badan Aida 4,7 kg. Bulan Mei, Aida tidak datang ke Posyandu. Bulan Juni, berat badan Aida 6,0 kg. Bulan Juli, berat badan Aida 6,6 kg. Bulan Agustus, berat badan Aida 6,6 kg. Bula September, berat badan Aida 6,3 kg. Jika anak bulan lalu tidak ditimbang, maka garis pertumbuhan tidak dapat dihubungkan

20 17 e. Mencatat semua kejadian yang dialami anak Catat setiap kejadian kesakitan yang dialami anak. Contoh : Pada penimbangan di bulan Maret anak tidak mau makan Saat ke Posyandu di bulan agustus, anak sedang mengalami diare Penimbangan selanjutnya di bulan September anak sedang demam f. Menentukan status pertumbuhan anak Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan 2 cara yaitu dengan menilai garis pertumbuhannya, atau dengan menghitung kenaikan berat badan anak dibandingkan dengan Kenaikan Berat Badan Minimum (KBM). Kesimpulan dari penentuan status pertumbuhan adalah seperti tertera sebagai berikut:

21 18 Contoh disamping menggambarkan status pertumbuhan berdasarkan grafik pertumbuhan anak dalam KMS: a. TIDAK NAIK (T); grafik berat badan memotong garis pertumbuhan dibawahnya; kenaikan berat badan < KBM (<800 g) b. NAIK (N), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan diatasnya; kenaikan berat badan > KBM (>900 g) c. NAIK (N), grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya; kenaikan berat badan > KBM (>500 g) d. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan mendatar; kenaikan berat badan < KBM (<400 g) e. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan menurun; grafik berat badan < KBM (<300 g) g. Mengisi catatan pemberian imunisasai bayi Tanggal imunisasi diisi oleh petugas kesehatan setiap kali setelah imunisasi h. Mengisi catatan pemberian kapsul vitamin A Tanggal diisi oleh kader sesuai dengan tanggal dan bulan pemberian kapsul vitamin A oleh kader

22 19 i. Mengisi kolom pemberian asi eksklusif Beri tanda ( ) bila pada bulan tersebut bayi masih diberi ASI saja, tanpa makanan dan minuman lain. Bila diberi makanan lain selain ASI, bulan tersebut dan bulan berikutnya diisi dengan tanda (-) Pemantauan Pertumbuhan Anak Program gizi, khususnya UPGK telah meluas keberbagai pedesaan di Indonesia, dalam program ini telah dikembangkan program penimbangan berat badan anak balita. Dan penggunaan kartu menuju sehat (KMS) untuk memantau keadaan kesehatan dan gizi melalui pertumbuhan atas dasar kenaikan berat badan. KMS adalah alat untuk mencatat dan mengamati perkembangan kesehatan anak yang mudah dilakukan oleh para ibu. Dengan membaca garis perkembangan berat badan anak dari bulan ke bulan pada KMS seorang ibu dapat menilai dan berbuat sesuatu untuk berusaha memperbaiki dan meningkatkan perkembangan kesehatan anaknya. Dalam program gizi terdapat selogan yaitu anak sehat bertambah umur bertambah berat ibu-ibu diharapkan selalu memantau pertumbuhan anaknya oleh karena itu, semua yang berhubungan dengan kesehatan anak dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun perlu dicatat dalam KMS. Selain itu KMS berisi pesanpesan penyuluhan tentang penanggulangan diare, makanan anak, pemberian

23 20 kapsul vitamin A dan imunisasi semua ibu perlu memiliki KMS anaknya dan selalu membawa KMS tersebut dalam kegiatan gizi di posyandu ( Suryanah, 1996) Pemberian Vitamin A Peningkatan gizi balita bertujuan untuk mengurangi malnutrisi dan defesiensi vitamin A. Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak atau minyak yang mempunyai beberapa fungsi dalam tubuh manusia, karena vitamin A merupakan komponen dari retina (selaput jala) maka fungsin ya adalah untuk penglihatan, disamping itu juga vitamin A yang berasal dari buah-buahan yang berwarana kuning, orange dan sayuran berwarna hijau tua dapat membantu untuk melindungi anak dari radang paru (Srikarjati,1995 dikutip dalam Dian Aryanti (2008). Kebutuhan vitamin A yang dianjurkan untuk anak balita adalah 250 mikrogram retinol (vitamin A) atau 750 gram yang mengandung vitamina. Beberapa pendapat didaerah lain bahwa jenis makanan yang kaya vitamin A seperti telur, sayuran, dan beberapa jenis buah-buahan tidak boleh diberikan kepada bayi dan balita. Anak yang tidah mau menerima suatu makanan biasanya tidak akan diusahakan oleh orang tuanya untuk menelannya, ini merupakan sikap yang kurang tepat karena ada kemungkinan menurunnya konsumsi vitamin A dari karoten yang diperlukan untuk kesehatan anak (Srikarjati,1995 dikutip dalam Dian Aryanti (2008) Imunisasi Sesuai dengan program pemerintah (Depkes) tentang Program Pengembangan Imunisasi (PPI) maka anak harus mendapat perlindungan terhadap

24 21 tujuh jenis penyakit utama, yaitu: penyakit TBC, Dipteria, tetanus, batuk rejan, poliomelitis, campak dan hepatitis B (Depkes, 2006). Seandainya anak belum pernah mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebaiknya dibawa ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk pemberian imunisasi dalam hal ini tidak ada kata terlambat lagi anak belum pernah terkena penyakit, jadi kapan saja anak dapat diimunisasi, berikut cara pemberian imunisasi: Jadwal Pemberian Imunisasi Vaksin Pemberian Imuniasi Selang waktu pemberian Umur BCG 1x 0 11 bulan DPT 3x (DPT 1,2,3) 4 minggu 2 11 bulan Polio 4x (Polio 1,2,3&4) 4 minggu 0 11 bulan Campak 1x 9 11 bulan Hepatitis - B 3x (Hep.B 1,2,3) 4 minggu 0 11 bulan Sumber : Depkes, 2006 keterangan Untuk bayi yang lahir di RS/Puskesmas RB/Rumah oleh nakes HB segera di berikan dalam 24 jam pertama kelahiran.bcg, Polio diberikan sebelum bayi pulang kerumah Berdasarkan tabel diatas jadwal pemberian imunisasi BCG I pada usia 0 11 sebanyak 1 x, pemberian imunisasai DPT pada usia 2 11 bulan, Polio pada usia 0 11 bulan dan campak di berikan sekali pada usia antara 9-11 bulan dan hepatitis B sebanyak 3 x pada usia 0 11 bulan. Pemberian imunisasi di posyandu atau puskesmas akan dicatat di KMS sehingga seseorang dapat memantau kelengkapannya melalui KMS.

25 Faktor Internal Menurut Notoatmodjo (2002) perilaku seseorang di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal yang terdiri dari pengetahuan dan sikap. Perilaku yang dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk memberikan respon terhadap situasi diluar subjek tersebut. Hal tersebut sesuai juga dengan pendapat yang dikemukakan oleh Solita Sarwono dikutip dalam Dian Aryanti (2008) bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2002) pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yaitu suatu bentuk tahu dari manusia yang diperolehnya, dari pengalaman perasaan, akal pikiran dan institusinya setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yaitu suatu bentuk tahu dari manusia yang diperolehnya dari pengalaman, perasaan akal pikiran dan institusinya setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Menurut GMikro (2012 ) Pengetahuan merupakan sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang. Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka

26 23 akan semakin baik seseorang dalam melakukan suatu tindakan termasuk dalam hal pemanfatan KMS sebagai sarana pemantauan pertumbuhan dan gizi balita.pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan dihubungkan antara titik berat badan pada KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya ( Gmikro, 2012). Ibu yang berpengetahuan baik dapat melihat pertumbuhan bayinya berdasarkan catatan hasil penimbangan, perkembangan, serta keadaan kesehatan anak dalam KMS-Balita, kader/petugas kesehatan dapat melakukan konseling atau dialog dengan ibu balita tentang pertumbuhan anaknya serta membantu ibu dalam memecahkan masalah pertumbuhan anaknya. Konseling tersebut dilakukan setelah mencatat hasil penimbangan anak pada KMS-Balita ( Gmikro, 2012) Pendidikan Pendidikan adalah proses yang mengarah manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat manusia. Pendidikan harus dipandang sebagai proses penyesuaian diri manusia sebagai timbal balik dengan alam sekitarnya dengan sesama manusia dengan tabiat tertinggi dengan alam cosmo manusia. Dari sudut pandang kesehatan, dapat dilihat bahwa pendidikan kesehatan sangat penting dalam menunjang program-program kesehatan yang lain dimana pendidikan disini adalah merupakan Behaviorial Invesment jangka panjang. Hal invesment pendidikan kesehatan dapat dilihat beberapa tahun kemudian

27 24 sedangkan dalam jangka pendek pendidikan kesehatan menghasilkan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Anak-anak dari ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik. Keterbukaan mereka untuk menerima perubahan atau hal baru guna pemeliharaan anak merupakan salah satu penjelasannya. Diperoleh pula kenyataan lahir pada kehidupan ekonomi yang sama, tingkat pendidikan ibu berkaitan dengan angka kematian anak. Penelitian di 11 negara oleh pusat Demografi Amerika Latin (Grant, 1984 dikutip dalam Dian Aryanti (2008) menunjukkan bahwa pengaruh pendidikan ibu terhadap kesempatan hidup anak ternyata lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh tingkat pendapatan rumah tangga. Pengalaman di Kenya mencatat adanya penurunan tingkat kematian bayi sebesar 86% setelah dilaksanakan program peningkatan pendidikan wanita Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Dalam bagian lain Allport (1954) dalam buku Notoatmodjo (2002), menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :Kepercayaan/keyakinan, keluarga dan konsep terhadap suatu objek.kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. Kecendrungan untuk bertindak.sedangkan sikap itu sendiri terdiri dari berbagai tindakan :Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang/subjek mau dan memperhatikan stimulus yang

28 25 diberikan objek. Merespon ( responding), yaitu memberikan apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu tindakan indikasi dari sikap. Menghargai ( valuing), yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Dan bertanggung jawab ( Responsible), merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung, secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap objek. Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku manusia, Lawren Green dalam solita dan Notoatmodjo (2002) mengatakan ada dua faktor yaitu faktor yang ada dalam diri seseorang (faktor internal) yaitu faktor perilaku dan faktor yang ada diluar dari seseorang atau faktor eksternal yaitu faktor non perilaku. Selanjutnya Green mengatakan bahwa bila ditinjau manusia sebagai individu maupun anggota masyarakat maka unsur-unsur yang diperlukan agar berbuat sesuatu atau melakukan sesuatu aktifitas jadi nyata adalah : a. Pengertian/pengetahuan (Knowledge) tentang apa yang akan dilakukannya; b. Keyakinan/Kepercayaannya tentang manfaat dan kebenaran dari apa yang akan dilakukannya (attitude) yang positif; c. Sarana yang diperlukan untuk melakukannya; d. Norma/ dukungan kelompok bahwa apa yang dilakukannya itu bisa diterima/benar oleh kelompoknya; e. Dorongan ( Motivasi) untuk berbuat, yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakannya (Notoatmodjo,2002). Kebiasaan dalam masyarakat merupakan suatu gejala budaya dan sosial yang dapat memberikan gambaran perilaku dan nilai-nilai sekelompok

29 26 masyarakat. Kepercayaan ini dipengaruhi oleh kepercayaan seseorang atau kelompok masyarakat. Agar KMS balita dapat memasyarakat, maka diperlukan waktu dan mungkin diperlukan beberapa modifikasi yang bersifat penyederhanaan. Menurut David Morley dalam Notoatmojo (2002) sebagai pencetus ide, memerlukan waktu 15 tahun melakukan berbagai uji coba di lapangan untuk akhirnya diterima secara luas. Selain itu harus diingat bahwa pemantauan anak akan sangat tergantung pada petugas pelaksanaan dan norma yang ada itu sendiri Faktor Eksternal Peranan Petugas Kesehatan Yang dimaksud dengan peran petugas kesehatan adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem. Petugas kesehatan sendiri berkedudukan dalam satu sistem pelayanan kesehatan. Kedudukan petugas kesehatan dalam sistem ini sebagai anggota tim kesehatan yang memiliki wewenang. Oleh karena mempunyai wewenang maka mempunyai pula kewajiban dan tanggung jawab (Depkes, 2002). Peran petugas kesehatan terdiri dari beberapa peran utama sebagai berikut : Sebagai pelaksana pelayanan kesehatan; Perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan, dari yang bersifat sederhana sampai yang paling kompleks kepada individu, keluarga dan masyarakat; sebagai pengelola pelayanan dan institusi pendidikan; sebagai peneliti dan pengembangan ilmu keperawatan, perawat menunjang peneliti dan pengembangan teknologi dibidang keperawatan, khususnya yang terkait dengan upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan secara terus menerus (Depkes,2002).

30 27 Peranan petugas kesehatan harus mampu memberikan motivasi dan pelayanan yang baik yaitu pemeriksaan rutin dan perawatan anak sendiri melalui anjuran dan penjelasan saat berkunjung selama pemeriksaan anak. Memeriksakan anak kepada petugas kesehatan sedini mungkin akan mempunyai manfaat yang sangat besar, misalnya ibu mungkin sudah lama tidak memeriksakan kesehatan anaknya sehingga tidak mengetahui bagaimana sebenarnya kondisi kesehatan anak. Selain itu pertambahan berat badan, tinggi badan anak dapat diketahui secara pasti. Hal ini dapat dilakukan dengan deteksi dini, pemeriksaan dan perawatan anak dengan memanfaatkan KMS balita Peran Kader Tugas kader adalah membimbing para ibu agar memahami apa yang perlu mereka lakukan. Namun, tidak semua ibu menimbang anak balitanya tiap bulan ke Posyandu. Bahkan beberapa ibu sama sekali tidak pernah datang ke Posyandu, karena itu kunjungan rumah perlu dilakukan para kader agar para ibu mau membawa anaknya ke Posyandu. Dengan menimbang anak diharapkan dapat menjaga agar anak tetap sehat dan kuat serta mencegah penyakit (Depkes RI, 2006). Peranan kader sangat identik pelaksanaannya dengan tingkat kemandirian dan partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan usaha pembinaan kesehatan anak melalui Puskesmas atau Posyandu secara umum. Penyuluhan penggunaan KMS balita oleh kader dapat menghasilkan hal-hal positif antara lain peningkatan cakupan pemeriksaan anak dan peningkatan imunisasi. Kebanyakan kader desa tidak menerima pembayaran tunai untuk pelayanan mereka, tetapi mereka

31 28 mendapat upah dalam bentuk lain, seperti tanda penghargaan, sertifikat, tanda jasa dan peralatan rumah tangga kecil-kecilan (Depkes RI, 2002) Dukungan Keluarga Faktor dukungan keluarga juga mempengaruhi perilaku si ibu. Interaksi sosial yang dilakukan secara terbatas pada suatu kelompok referensi saja tanpa mengenal kelompok atau individu diluar kelompok, akan menyebabkan persepsi yang tidak benar dan untuk berpartisipasi aktif atau melibat diri dalam sesuatu kegiatan melihat dari segi pengaruh lingkungan. Hambatan penting dalam penyerapan perilaku kesehatan dapat berasal dari orang tua, suami atau orang lain yang berada dikelompoknya. Faktor dukungan keluarga merupakan salah satu faktor dari luar individu yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat, tentu saja bergantung pada tujuan dan jenis program (Depkes, 2002) Kerangka Pemikiran Berdasarkan teori Lawren Green dalam Notoatmodjo (2002) dan dalam Depkes (2002 ), perilaku seorang ibu di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal seperti pengetahuan, sikap dan faktor eksternal seperti peranan petugas kesehatan dan dukungan keluarga. Dalam pemanfaatan Buku KIA untuk balita Balita sebagai sarana pemantauan dan pertumbuhan anak. 2.6 Kerangka Konsep Berdasarkan teori Lawren Green dalam Notoatmodjo (20 02) dan dalam Depkes (2002 ), perilaku seorang ibu di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

32 29 faktor internal seperti pengetahuan, sikap dan faktor eksternal seperti peranan petugas kesehatan dan dukungan keluarga. Dalam pemanfaatan Buku KIA untuk balita Balita sebagai sarana pemantauan dan pertumbuhan anak. Maka yang menjadi kerangka konsep adalah sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen Faktor internal 1. Pengetahuan 2. Sikap Pemanfaatan Buku KIA untuk balita Faktor eksternal 1. Peran petugas kesehatan 2. Dukungan keluarga 2.7 Hipotesis a. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemanfaatan Buku KIA untuk balita. b. Ada hubungan antara sikap ibu dengan pemanfaatnan Buku KIA untuk balita. c. Ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan Buku KIA untuk balita.

33 30 d. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan Buku KIA untuk balita.

34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan desain Cross Sectional dimana untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap ibu, peranan petugas kesehatan, dan dukungan keluarga dalam pemanfaatan Buku KIA untuk balita oleh ibu balita di Desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Tahun 2013 bertempat di Desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu Balita yang mempunyai Buku KIA untuk balita sebanyak 34 ibu di Desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun Sampel Sampel penelitian ini total populasi adalah ibu balita dengan kriteria balita punya buku KIA sebanyak 34 ibu di Desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun

35 Metode Pengumpulan Data Cara pengumpulan data berdasarkan jenis data : Data primer Data yang diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kerumah responden dengan menggunakan kuesioner Data sekunder Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya, Puskesmas Jeuram, Posyandu, Kantor Kepala Desa Latong dan Literatur-Literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. 3.5 Definisi Operasional Variabel Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Keterangan Variabel Indefenden 1. Pengetahuan Ibu Definisi Pemahaman res- ponden terhadap manfaat Buku KIA untuk balita sebagai pemantauan perkembangan anak balita Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur 2. Sikap Ibu Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur Wawancara Kuesioner a. Baik b. Kurang Baik Ordinal Reaksi atau respon positif dan negatif pemanfaatan Buku KIA untuk balita Wawancara Kuesioner a. Positif b. Negatif Ordinal

36 35 3. Peranan Petugas Kesehatan Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur 4. Dukungan Keluarga Definisi Variabel Dependen 5. Pemanfaatan Buku KIA untuk balita Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Keterlibatan petugas kesehatan dalam memberikan nasehat terhadap peman-faatan Buku KIA untuk balita Wawancara Kuesioner a. Berperan b. Kurang Berperan Ordinal Dorongan dan motivasi suami dan keluarga responden lainnya yang berhu- ngan dengan peman-faatan Buku KIA untuk balita Wawancara Kuesioner a. Mendukung b. Tidak Mendukung Ordinal Sarana pencatatan setiap bulan perkembangan balita melalui Buku KIA sebagai sarana pemantauan gizi pertumbuhan anak Wawancara Kuesioner c. Dimanfaatkan d. Tidak dimanfaatkan Ordinal 3.6 Aspek Pengukuran Variabel Adapun kriteria penilaian dalam penelitian ini adalah mengambil nilai tengah atau cut of point yaitu 50% (Sugiyono, 2002), dengan syarat sebagai berikut :

37 Pengetahuan Ibu Baik : Bila responden mempunyai nilai skor 50 % dari pertanyan yang diajukan. Kurang Baik : Bila responden mempunyai nilai skor < 50 % dari pertanyan yang diajukan Sikap ibu Positif : Bila responden mempunyai nilai skor 50 % dari pertanyan yang diajukan Negatif : Bila responden mempunyai nilai skor < 50 % dari pertanyan yang diajukan Peranan petugas kesehatan Berperan : Bila responden mempunyai nilai skor 50 % dari pertanyan yang diajukan. Kurang Berperan : Bila responden mempunyai nilai skor < 50 % dari pertanyan yang diajukan Dukungan keluarga Mendukung : Bila responden mempunyai nilai skor 50 % dari pertanyan yang diajukan Tidak Mendukung : Bila responden mempunyai nilai skor < 50 % dari pertanyan yang diajukan Pemanfaatan buku KIA untuk balita Dimanfaatkan : Bila responden mempunyai nilai skor 50 % dari pertanyan yang diajukan Tidak dimanfaatkan : Bila responden mempunyai nilai skor < 50 % dari pertanyan yang diajukan

38 Teknik Analisa Data Analisa univariat Analisa yang digunakan dengan menjabarkan secara deskriptif Distribusi frekuensi variabel-variabel yang diteliti, baik variabel terikat maupun variabel bebas. Untuk analisis ini, semua variabel dibuat dalam bentuk proposi skala ordinal Analisa bivariat. Analisa ini untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan variabel bebas dan variabel terikat dengan uji Chi-Square. Dengan menggunakan rumus : χ 2 ( O = E) E 2 Dan bila dalam sel-sel terdapat nilai frekuensi harapan kurang 5 pada contegensy table 2x2 maka menggunakan koreksi Yates : χ 2 = O - E 0,5 E 2 Keterangan: O = Frekuensi Observasi E = Frekuensi Harapan Dengan ketentuan: Confident level (CL) /tingkat kemaknaan = 95% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan (dk) = (b-1)(k-1) Hasil uji statistik dikatakan berbeda secara bermakna atau signifikan (Ho, ditolak) apabila χ 2 hitung Nilai χ 2 tabel dan sebaliknya di katakan tidak bermakna (Ho; gagal ditolak) apabila χ 2 hitung < dari χ 2 tabel. Analisa bivariat dilakukan perhitungan hasil dengan menggunakan computer program dengan ketentuan Ho diterima jika P<0,05 dan Ho ditolak jika P> 0,05.

39 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Geografis Desa Latong merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya, yang mempunyai luas wilayah 120 Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Paya Udeung 2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kuta Paya 3. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Alue Buloh 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Krueng Ceko Demografi Desa Latong terdiri dari tiga dusun yaitu dusun Simpati, Sejahtera, Suwada, dengan jumlah penduduk keseluruhan 962 jiwa dengan perincian 447 laki-laki dan 515 perempuan, dan jumlah kepala keluarga sebanyak 333, perincian jumlah penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel

40 37 Tabel 4.1. Distribusi Kelompok Umur Penduduk Di Desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 No Umur (thn) Jenis Kelamin Jumlah % Laki laki Perempuan > Total Sumber : Kantor Kepala Desa Latong Tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.1 diatas golongan umur balita yaitu 47 jiwa atau 4,9 % jumlah golongan umur yang terbanyak yaitu tahun sebanyak 11,9 % dan golongan umur yang terkecil sebanyak 4,5 % persentase adalah umur tahun Pekerjaan Mata pencarian penduduk di Desa Latong pada umumnya penduduk bermata pencarian sebagai petani.

41 Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk di Desa Latong mulai dari yang belum sekolah sampai yang selesai pendidikan starta satu atau strata dua (magister) untuk jelasnya dapat dilihat : Tabel 4.3. Distribusi Pendidikan Penduduk Di Desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 No Pendidikan Jumlah % 1 Belum /Tidak sekolah SD/ Sederajat SMP/sederajat SMA/Sederajat Akademi/PT Strata Jumlah Sumber : Kantor Kepala Desa latong tahun 2013 Berdasarkan tabel di atas tingkat pendidikan penduduk adalah yang belum/ tidak sekolah sebanyak (19 %), SD/sederajat sebanyak (31 %), SMP/sederajat sebanyak (25 %), SMA/sederajat sebanyak (15%), Akademi/PT sebanyak (7%) dan S1 (3%) Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan yang dimanfatkan oleh masyarakat desa Latong adalah 1 (satu) buah Poskesdes dan 1 (satu) buah posyandu Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 34 responden di Desa latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya dengan alat ukur

42 39 kuesioner dengan metode wawancara dan pendampingan, maka didapatkan hasil sebagai berikut Analisa Univariat Pemanfaatan buku KIA Tabel 4.4. Distribusi Pemanfataan Buku Kia ( Buku Kesehatan Ibu Dan Anak ) Oleh Ibu Balita Di Desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 No Pemanfaatan Buku KIA Jumlah % 1 2 Teratur Tidak teratur ,9 44,1 Jumlah Sumber : Data Primer tahun 2013 Berdasarkan tabel diatas terlihat yang teratur memanfaatkan buku KIA sebanyak 55,9% sedangkan yang tidak teratur 44,1 % Pengetahuan Tabel 4.5. Distribusi Pengetahuan Ibu Balita Di Desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 No Pengetahuan Jumlah % 1 2 Baik Kurang ,1 52,9 Jumlah Sumber : Data Primer tahun 2013 Berdasarkan tabel diatas tingkat pengetahuan responden katagori baik sebanyak 16 ( 47,1%) dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 18 (52,9).

43 Sikap Tabel 4.6. Distribusi Sikap Ibu Balita di Desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 No Sikap Jumlah % 1 2 Positif Negatif ,8 41,2 Jumlah Sumber : Data Primer tahun 2013 Dari tabel diatas dapat dilihat sikap responden yang positif sebanyak 03 orang (58,8 %) dan yang bersikap negatif terhadap pemanfaatan buku KIA 14 (41,2%) Peranan petugas Tabel 4.7. Distribusi Peranan Petugas di Desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 No Peranan Petugas Jumlah % 1 2 Berperan Kurang berperan ,9 47,1 Jumlah Sumber : Data Primer tahun 2013 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa berperan sebanyak 18 orang (52,9 %), dan yang kurang berperan sebanyak 9 orang (47,1%) Dukungan keluarga Tabel 4.8. Distribusi Dukungan Keluarga di Desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 No Dukungan keluarga Jumlah % 1 2 Mendukung Tidak mendukung ,9 47,1 Jumlah Sumber : Data Primer tahun 2013

44 41 Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab mendukung yaitu adalah 26 orang (52,9 %), dan yang menjawab tidak mendukung adalah 8 orang ( 47,1 %) Analisa Bivariat Hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan buku KIA Tabel 4.9. No 1 2 Baik Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Buku KIA Oleh Ibu Balita di Desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 Pengetahuan Kurang Pemanfataan Buku KIA Teratur Tidak teratur Total n % n % F % 11 68,8 5 31, , ,6 Jumlah 19 55, , Sumber : Data Primer diolah, ρ value 100 0,281 Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan buku KIA diperoleh bahwa ada sebanyak 11 (68,8 %) ibu yang berpengetahuan baik secara teratur memanfaatkan buku KIA. Sedangkan diantara ibu yang berpengetahuan kurang, ada 8 (44,4%) teratur memanfaatkan buku KIA. Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0,281 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi keteraturan pemanfaatan buku KIA antara ibu yang berpengetahuan baik dengan ibu yang yang berpengetahuan kurang (tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan buku KIA). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai Odds Ratio (OR) = 2,750, artinya ibu yang berpengetahuan kurang mempunyai peluang 2,750 kali untuk memanfaatkan buku KIA secara teratur dibandingkan ibu yang berpengetahuan baik.

45 Hubungan sikap dengan pemanfaatan buku KIA Tabel Hubungan Sikap Dengan Pemanfaatan Buku KIA oleh Ibu Balita di Desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 No Sikap Pemanfataan Buku KIA Total ρ Teratur Tidak teratur value n % n % F % 1 2 Positif Negatif ,0 21, ,0 78, ,001 Jumlah 19 55, , Sumber : Data Primer ( diolah, 2013) Hasil analisis hubungan antara sikap dengan pemanfaatan buku KIA diperoleh bahwa ada sebanyak 16 (80%) ibu yang bersikap positif secara teratur memanfaatkan buku KIA. Sedangkan diantara ibu yang bersikap negatif, ada 3 (21,4%) teratur memanfaatkan buku KIA. Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0,001 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi keteraturan pemanfaatan buku KIA antara ibu yang bersikap positif dengan ibu yang bersikap negatif (ada hubungan antara sikap dengan pemanfaatan buku KIA). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR= 14,667, artinya ibu yang bersikap negatif mempunyai peluang 14,667 kali untuk memanfaatkan buku KIA secara teratur dibandingkan ibu yang bersikap positif Hubungan peranan petugas dengan pemanfaatan buku KIA Tabel Hubungan Peranan Petugas Dengan Pemanfaatan Buku KIA oleh Ibu Balita di Desa Latong Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 No Peranan Petugas Pemanfataan Buku KIA Total ρ Teratur Tidak teratur value n % n % F % 1 2 Berperan Kurang Berperan ,2 37, ,8 62, ,091 Jumlah 19 55, , Sumber : Data Primer diolah, 2013

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Rumah Bersalin Gratiis Rumah Zakat

Rumah Bersalin Gratiis Rumah Zakat Disiapkan oleh: Dievaluasi oleh: Mengetahui: Disetujui oleh: Disahkan oleh: Tanggal Terbit: GM Rumah Sehat Indonesia Dr. Yudi Feriandi PENGERTIAN Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita merupakan kartu yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada makhluk hidup. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam ukuran fisik, akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2.1.1 Definisi Buku KIA Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu mulai dari hamil, bersalin, nifas, dan catatan kesehatan anak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian KMS Balita KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan

Lebih terperinci

KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS

KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS copyright@saricipta KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS Keadaan keseimbangan antara ASUPAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode:... PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Nama responden :... Nomor contoh :... Nama

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Esti Ratnasari dan Muhammad Khadziq Abstrak

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

MENGISI DAN MEMBACA KARTU MENUJU SEHAT (KMS) Manjilala

MENGISI DAN MEMBACA KARTU MENUJU SEHAT (KMS) Manjilala MATERI 4 MENGISI DAN MEMBACA KARTU MENUJU SEHAT (KMS) Manjilala www.gizimu.wordpress.com TUJUAN BELAJAR Peserta dapat melakukan pengisian Data Kartu Menuju Sehat (KMS) Peserta dapat menyebutkan catatan

Lebih terperinci

Kartu Menuju Sehat (KMS)

Kartu Menuju Sehat (KMS) Kartu Menuju Sehat (KMS) Fungsi: Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari orang tua. Perhatian harus diberikan pada pertumbuhan dan perkembangan balita, status gizi sampai pada

Lebih terperinci

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME 3 Nomor 03 November 2012 Tinjauan Pustaka PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU MONITORING THE GROWTH OF INFANTS IN POSYANDU Fatmalina Febry Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN Intan Nugraheni Hasanah Dosen Poltekkes Surakarta Jurusan

Lebih terperinci

KUESIONER PERILAKU KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

KUESIONER PERILAKU KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG I. Karakteristik Kader : 1. Umur : 2. Pendidikan : 3. Pekerjaan ; 4. Lama tugas Menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian di Puskesmas Bonepantai Kabupaten Bone Bolango dan waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai tanggal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penulis akan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di Posyandu Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang

Lebih terperinci

DAN KMS] [STATUS GIZI [GIZI KESEHATAN MASYARAKAT] Andi Muh Asrul Irawan K Gizi A. Tugas Gizi Kesmas

DAN KMS] [STATUS GIZI [GIZI KESEHATAN MASYARAKAT] Andi Muh Asrul Irawan K Gizi A. Tugas Gizi Kesmas [STATUS GIZI KMS] DAN [GIZI KESEHATAN MASYARAKAT] Andi Muh Asrul Irawan K21109002 Gizi A Tugas Gizi Kesmas Status Gizi Dalam Hubungannya dengan KMS 1. KMS Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat

Lebih terperinci

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan POSYANDU 1. Pengertian Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. (www.bkkbn.com) Posyandu adalah pusat pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seribu hari pertama kehidupan bayi merupakan periode emas karena terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna mendukung pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Konsumsi gizi yang baik merupakan modal utama bagi kesehatan individu yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Individu dengan asupan gizi yang tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator penentu keberhasilan tingginya tingkat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi dan balita. Berdasarkan peringkat Human Development Index

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERHADAP KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUNGKAL KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2016 Rickah Liva Yulianti Akademi Kebidanan Manna Abstrak:

Lebih terperinci

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan.

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan. Skenario Kepala Puskesmas Melati adalah sarjana Kesehatan Masyarakat, dan baru menjabat sebagai kepala Puskesmas sekitar 6 bulan. Ibu Ani, berumur 25 tahun, yang mempunyai anak perempuan balita, berumur

Lebih terperinci

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003).

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan KMS Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Campak Pada Bayi Di Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu Indriyati Mantang 1, Maria Rantung 2, FreikeLumy 3 1,2,3 Jurusan Kebidanan Polekkes Kemenkes Manado

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Posyandu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA Afroh Fauziah 1,Sudarti 2 INTISARI Latar Belakang:Angka Kematian Bayi

Lebih terperinci

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA 94 KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA KARAKTERISTIK KELUARGA Nomor Responden : Nama Responden (Inisial)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan metode deskriftif analitik yaitu metode penelitian yang hanya menggambarkan

Lebih terperinci

2. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui? a. BCG b. DPT c. Polio d. Campak e. Hepatitis B

2. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui? a. BCG b. DPT c. Polio d. Campak e. Hepatitis B KUESIONER Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Bayi terhadap imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Ciumbuleuit Kota Bandung. Identitas responden 1. Nama : 2. Alamat : 3. Umur : 4.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari data Departemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak faktor. Salah satu penyebabnya adalah belum dimanfaatkannya sarana pelayanan kesehatan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Kerangka Konsep dalam penelitian ini ada 2 variabel, yaitu variabel independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 Nurjanatun Naimah 1, Istichomah 2, Meyliya Qudriani 3 D III Kebidanan Politeknik

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 18 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita dan hubungannya dengan faktorfaktor yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Angka kematian balita hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi Gorontalo jumlah balita

Lebih terperinci

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU OLEH IBU BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran 21 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Kekurangan gizi pada usia dini mempunyai dampak buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat produktifitas yang

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rendahnya tingkat partisipasi anak balita (bawah lima tahun) ke posyandu (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data laporan tahunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan program pemerintah yang senantiasa digalakkan dalam upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit dengan melakukan vaksinasi

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap 16 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada Pasangan Suami Isteri (PASUTRI). Semua pasangan suami isteri mendambakan kehadiran anak ditengah-tengah

Lebih terperinci

2 hidup, 25% menjadi buta dan 50-60% setengah buta (Almatsier, 2002, p.153) Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penangg

2 hidup, 25% menjadi buta dan 50-60% setengah buta (Almatsier, 2002, p.153) Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penangg 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak atau minyak (Soejarwo, 2002). Vitamin A merupakan komponen penting dari retina (selaput jala), maka fungsi

Lebih terperinci

ini dia... Urusan Kesehatan Ibu dan Anak di Negeri Kita

ini dia... Urusan Kesehatan Ibu dan Anak di Negeri Kita ini dia... Urusan Kesehatan Ibu dan Anak di Negeri Kita INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) merupakan indikator gabungan yang memperlihatkan kualitas manusia secara komprehensif dari segi ekonomi pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas. Bukti empiris menunjukkan, hal ini sangat ditentukan oleh status

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN STATUS IMUNISASI POLIO BAYI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA INDARWATI MRANGGEN JATINOM KLATEN

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN STATUS IMUNISASI POLIO BAYI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA INDARWATI MRANGGEN JATINOM KLATEN HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN STATUS IMUNISASI POLIO BAYI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA INDARWATI MRANGGEN JATINOM KLATEN Meilani Yudi Arini ABSTRAK Pemberian imunisasi pada bayi dan anak

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS Wiwin Hindriyawati 1, Rosalina 2,Wahyuni 2 INTISARI Latar Belakang: Prevalensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kehamilan merupakan salah satu masa penting dalam kehidupannya dan sampai pada kelahiran bayi dalam kandungnya. Pada proses kehamilan terjadi perubahan

Lebih terperinci

MATERI PENYEGARAN KADER

MATERI PENYEGARAN KADER MATERI PENYEGARAN KADER 1. Topik : KMS a. Pengertian Kartu Menuju Sehat (KMS) KMS adalah kartu yang memuat data pertumbuhan serta beberapa informasi lain mengenai perkembangan anak, yang dicatat setiap

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU DALAM MENIMBANG ANAKNYA KE POSYANDU PADA POSYANDU BANDARAN DI DESA KENDAWANGAN KIRI KECAMATAN KENDAWANGAN KABUPATEN KETAPANG TAHUN 2013

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia salah satunya di lihat dari angka kematian dan kesakitan balita. Masa balita merupakan kelompok yang rawan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun diseluruh dunia, ratusan ibu, anak anak dan dewasa meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9 bulan. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN KARAKTERISTIK KEJADIAN LUAR BIASA CAMPAK PADA SALAH SATU DESA DI KABUPATEN PESAWARAN PROPINSI LAMPUNG Nurlaila*, Nur Hanna* Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat badan yang paling pesat dibanding dengan kelompok umur lain, masa ini tidak terulang sehingga disebut window

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan dari dua atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat. Kegiatan kegiatan yang dipadukan khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri agar pencapaian derajat kesehatan

Lebih terperinci

KUESIONER UNTUK KADER

KUESIONER UNTUK KADER KUESIONER UNTUK KADER Petunjuk Pengisian. 1. Jawablah pertanyaan yang ada pada kuesioner ini secara lengkap dan dengan sejujurnya. 2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut pendapat anda benar.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTEE BIDARI LHOK NIBONG KABUPATEN ACEH TIMUR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTEE BIDARI LHOK NIBONG KABUPATEN ACEH TIMUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTEE BIDARI LHOK NIBONG KABUPATEN ACEH TIMUR RACHMADY Tenaga Pengajar Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh Latar belakang : Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2005, lebih dari 529.000 wanita di dunia meninggal

Lebih terperinci

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Aat Agustini ABSTRAK ibu yang mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Pos Pelayanan Terpadu atau yang sering disebut dengan Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan

Lebih terperinci

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SABOKINGKING KOTA PALEMBANG (RESPONDEN ADALAH IBU) Tanggal pengumpulan data : / / Enumerator

Lebih terperinci

Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui. Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui

Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui. Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui 5 MEJA POSYANDU Langkah ke Posyandu Pelaksanaan kegiatan di Posyandu Cahaya dikenal dengan nama sistem 5 meja, dimana kegiatan di masing-masing meja mempunyai kekhususan sendiri-sendiri. Sistem 5 meja

Lebih terperinci

Cara Menimbang Menggunakan Timbangan Dacin dan Cara Mencatat Hasil Timbangan Dalam Kartu Menuju Sehat.

Cara Menimbang Menggunakan Timbangan Dacin dan Cara Mencatat Hasil Timbangan Dalam Kartu Menuju Sehat. Cara Menimbang Menggunakan Timbangan Dacin dan Cara Mencatat Hasil Timbangan Dalam Kartu Menuju Sehat. Junisarah Binti Ab. Hamid (102010379) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dimana pengukuran variabel-variabel baik bebas maupun terikat dilakukan dalam satu waktu. 34 3.2 Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komitmen pemerintah untuk mensejahterakan rakyat nyata dalam peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari penetapan perbaikan status gizi yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita dan hubungannya dengan faktor-faktor yang

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pos pelayanan terpadu ( Posyandu) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang memudahkan masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014 Nia¹, Lala²* ¹Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013 Tri Tunggal 1, Syamsuddin Alan 2, Hj.Chairiyah 3 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan posyandu, yaitu salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) terutama pada kelompok yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaaan gizi yang baik merupakan prasyarat terciptanya sumber daya manusia masa depan yang berkualitas. Anak yang mengalami masalah gizi pada usia dini akan mengalami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui hubungan antara status gizi balita dengan kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam. kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam. kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan kesehatan yang tertuang dalam arah kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah

Lebih terperinci

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I.

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I. 5 Lampiran 1 KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 21 I. IDENTITAS LOKASI 1. Propinsi 2. Kabupaten 3. Kecamatan 4. Desa / Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan. kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan. kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S FAKTORFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S. PARMAN KOTA BANJARMASIN Aprianti, Yasir Farhat, Rijanti

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP PENTINGNYA PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS NAMTABUNG KEC. SELARU KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT Fasiha (Poltekkes Kemenkes Maluku) ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh lingkungan sehat,

Lebih terperinci

b. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang.

b. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang. KERANGKA ACUAN KEGIATAN SWEEPING PELAKSANAAN BPB, PENIMBANGAN BULANAN DI POSYANDU DAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BAYI DAN BALITA UPT PUSKESMAS LOSARANG TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Kegiatan Bulan Penimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat memperoleh pelayanan Keluarga

Lebih terperinci

BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Pada bab ini penelitian menguraikan tentang metode yang digunakan dalam

BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Pada bab ini penelitian menguraikan tentang metode yang digunakan dalam 53 BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN Pada bab ini penelitian menguraikan tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini. Hal-hal yang akan dijelaskan mencakup desain penelititan, populasi dan sampel,

Lebih terperinci