BUDAYA POLITIK DAN PELANGGARAN HAM Oleh Pertampilan S. Brahmana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUDAYA POLITIK DAN PELANGGARAN HAM Oleh Pertampilan S. Brahmana"

Transkripsi

1 BUDAYA POLITIK DAN PELANGGARAN HAM Oleh Pertampilan S. Brahmana 1. Pendahuluan Masih segar dalam ingatan kita. Begitu selesai diumumkan Senin (7/5/2007) perombakan kabinet tahap kedua oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, lebih kurang seminggu kemudian meledak sengketa tanah di Meruya antara PT. Portanigra dengan masyarakat setempat. Portanigra mengklaim tanah seluas 44 hektare yang telah sudah dihuni 5300 kepala keluarga, dan mayoritas keluarga tersebut sudah memiliki sertifikat tanah di Meruya ini. Mereka yang tinggal di lokasi lahan yang diklaim oleh Portanigra menjadi resah. Berselang beberapa hari kemudian (22/5/2007), pemerintah mencanangkan reformasi agraria yaitu menyiapkan tanah untuk rakyat miskin seluas lebih dari 9,25 juta hektare tanah pelaksanaan program reformasi agraria (land reform). Pekerjaan ini bukanlah mudah, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menilai program pembagian tanah untuk warga miskin di Jakarta sulit diterapkan karena keterbatasan lahan serta sebagian besar lahan telah resmi menjadi hak milik (Antara 26/05/207). Bagaimana di daerah lain, apakah rencana ini berjalan mulus atau tidak, belum jelas, tetapi tiba-tiba pecah bentrokan antara TNI AL dengan warga di Pasuruan Jawa Timur. Akibat lima warga tewas tertembak, beberapa warga menderita luka-luka. Awal perseteruan berpangkal pada perebutan lahan seluas 40 hektar. TNI AL kemudian membangun gedung markas komando dan tempat latihan perang di wilayah sengekta ini. Oleh masyarakat diklaim tanah tersebut adalah miliknya. Keduanya, sengketa tahan di Meruya dan bentrokan antara TNI AL dengan warga di Pasuruan Jawa Timur, yang mengakibatkan empat warga tewas tertembak serta beberapa warga menderita luka-luka dalam perseteruan perebutan lahan ini benar-benar telah terjadi pelanggaran HAM yaitu antara lain hak untuk hidup, hak untuk mengembangkan diri, hak atas rasa aman dan hak atas kesejahteraan. Apakah ada hubungan antara perombakan kabinet, (kepentingan pemerintah yang berkuasa SBY-Kalla) dengan pihak yang berseberangan dengan mereka, sehingga masalah pertanahan ini diledakkan dalam waktu yang berdekatan?, termasuk kasus dana dari DKP?. Keduanya (perombakan kabinet di satu sisi dan kasus Meruya, kasus Pasuruan dan aliran dana DKP di sisi lain) boleh jadi bersumber dari dua model budaya politik yang bertolak belakang. Kalau kasus di atas saling berhubungan, ini menunjukkan bahwa sangat-sangat sulit menegakkan HAM. Niat

2 baik dari satu pihak dapat saja dipahami berbeda oleh pihak yang berseberangan. Pertanyaan yang muncul adalah mengapa kasus ini meledak setelah terjadi perombakan kabinet tahap kedua? Mengapa tidak diledakkan sebelum terjadi perombakan kabinet? Apakah ada unsur kesengajaan, mengingat kasus ini sudah ada sebelum terjadi perombakan kabinet tahap kedua. Yang jelas kasus ini (dua kasus sengketa lahan dan satu kasus aliran dana DKP) secara tidak langsung di duga dapat mengarah kepada pendekonstrusian citra yang ingin dibangun oleh SBY-Kalla melalui perombakan kabinet. Pertanyaan berikutnya adakah negara yang benar-benar murni menegakkan HAM di dunia ini, tidak ada terjadi pelanggaran HAM? Kalau ada negara yang mana? Jawabannya yang jelas tidak ada, tidak ada negara yang benar-benar murni dapat menegakkan HAM kepada semua warga negaranya, semua negara yang ada di dunia ini berpotensi melanggar HAM. Pelanggaran itu disebabkan adanya budaya politik yang saling berbeda dan bertolak belakang di dalam negara tersebut. Maka sebenarnya apapun budaya politik yang dianut suatu negara, negara itu tetap berpotensi melanggar HAM. Sebab kalau pelanggaran yang dilakukan oleh pihak lain dibiarkan atas nama penghormatan akan HAM, artinya kalau tindak justru melanggar HAM si pelaku, kacaulah negara tersebut. Pembuat onar dalam masyarakat di dalam suatu negara, kalau tidak ditindak, justru keonarannya akan semakin menjadi-jadi. Kalau ditindak pasti melanggar HAM sebab yang namanya tindakan, pencegahan, hukuman, di dalamnya sudah berisi perampasan atas HAMnya. Amerika yang selalu dipuja-puja sebagai raja demokrasi, juga tidak terlepas dari pelanggaran HAM. HAM yang dilanggar boleh saja tidak sama dengan negara-negara di Afrika yang membungkamkan warganya melalui penjara dan penghilangan nyawa. Sementara di Amerika pemenjaraan atau pembunuhan lawan-lawan politik tidak ada tetapi dalam bidang lain misalnya terjadinya diskriminasi antara kulit putih terhadap kulit hitam adalah bentuk lain dari pelanggaran HAM tersebut. 2. Pengertian Budaya Politik Apa sebenarnya budaya politik? Banyak ahli mendefinisikan pengertian budaya politik. Roy Macridis, mendefinisikan kebudayaan politik adalah sebagai tujuan bersama dan peraturan yang diterima bersama. Samuel Beer komponen-komponen kebudayaan adalah nilai-nilai keyakinan dan sikap emosi tentang bagaimana pemerintah seharusnya dilaksanakan dan tentang apa yang harus dilakukan pemerintah. Sedangkan menurut Finer,

3 kebudayaan politik suatu bangsa terutama nampaknya terpusat terhadap legitimasi peraturan-peraturan dan lembaga politik serta prosedur. Kemudian Dennis Kavanagh, kebudayaan politik adalah sebagai pernyataan untuk menyatakan lingkungan perasaan dan sikap dimana sistem politik itu berlangsung. Adapun obyek-obyek politik mencakup bagian dari sistem politik, seperti badan eksekutif, legislatif, dan yudikatif, partai-partai politik, dan kelompok-kelompok organisasi, pandangan-pandangan individual sendiri sebagai pelaku-pelaku politik dan pandangannya terhadap warga masyarakat lain. Robert Dahl, mendefinisikan kebudayaan politik adalah satu faktor yang menjelaskan pola-pola yang berbeda mengenai pertentangan politik. Adapun unsur budaya yang penting: 1 Orientasi masalah-masalah, apakah mereka pragmatik atau rasionalistis. Orientasi ini biasanya ditentukan/diarahkan oleh faktorfaktor eperti tradisi, kenangan sejarah, motif, agama, perasaan, dan simbol-simbol. Adapun komponen orientasi ini Cognitif (pengetahuan dan kesadaran tentang sistem politik), afektif, kecenderungan emosi terhadap sistem itu, dan evaluasi (pertimbangan terhadap sistem). 2 Orientasi terhadap aksi bersama, apakah mereka bersifat kerjasama atau tidak (kooperatif atau non kooperatif). 3 Orientasi terhadap sistem politik, apakah mereka setia atau tidak. 4 Orientasi terhadap orang lain, apakah mereka bisa dipercaya atau tidak. Menurut Pye, indikator-indikator kebudayaan politik suatu bangsa mencakup faktor-faktor seperti wawasan politik, bagaimana hubungan antara tujuan dan cara standar untuk penilaian aksi politik serta nilai-nilai yang menonjol bagi aksi politik. Definisi budaya politik yang lain diberikan Almond dan Verba, Menurut keduanya budaya politik merupakan sikap individu terhadap sistem politik dan komponen-komponennya, juga sikap individu terhadap peranan yang dapat dimainkan dalam sistem politik. Budaya politik tidak lain daripada orientasi psikologis terhadap obyek sosial, dalam hal ini sistem politik kemudian mengalami proses internalisasi ke dalam bentuk orientasi yang bersifat kognitif, afektif dan evaluasi. Orientasi yang bersifat kognitif menyangkut pemahaman dan keyakinan individu terhadap sistem politik dan atributnya, seperti tentang ibukota negara, mata uang yang dipakai, dan lain sebagainya. Sementara itu orientasi yang bersifat afektif menyangkut ikatan emosional yang dimiliki oleh individu terhadap sistem politik. Jadi menyangkut feelings terhadap sistem politik. Sedangkan orientasi yang bersifat evaluatif menyangkut kapasitas individu dalam rangka memberikan penilaian terhadap sistem politik yang sedang berjalan dan bagaimana peranan individu di dalamnya (Gaffar, 2004:99-100). Pendapat lain lagi dikemukan oleh Rusadi Kantaprawira, Budaya politik merupakan persepsi manusia, pola sikapnya terhadap berbagai

4 masalah politik dan peristiwa politik terbawa pula ke dalam pembentukan struktur dan proses kegiatan politik masyarakat maupun pemerintah(an), karena sistem politik itu sendiri adalah interrelasi antara manusia yang menyangkut soal kekuasaan, aturan dan wewenang (Kantaprawira, 1999:26). Jadi kebudayaan politik tidak lain adalah bagian dari kebudayaan suatu masyarakat. Dalam kedudukannya sebagai satu subkultur, kebudayaan politik dipengaruhi oleh budaya secara umum. Lalu bagaimana dengan budaya politik Indonesia? Menurut Afan Gaffar (Gaffar, 2004: ) budaya politik Indonesia yang dominan adalah yang berasal dari etnis Jawa, kecenderungan kepada patronage dan kecenderungan neo-patrimonialistik. Rusadi Kantaprawira, memberikan gambaran sementara tentang budaya politik Indonesia adalah sebagai berikut (Kantaprawira, 1999:37-39): 1 Konfigurasi subkultur di Indonesia masih beraneka ragam. Keaneka ragaman subkultur ini ditanggulangi berkat usaha pembangunan bangsa (nation building) dan pembangunan karakter (character building). 2 Budaya politik Indonesia bersifat parokial-kaula di satu pihak dan budaya politik partisipan dilain pihak; di satu segi massa masih ketinggalan dalam menggunakan hak dan dalam memikul tanggungjawab politiknya - yang mungkin disebabkan oleh isolasi dari kebudayaan luar, pengaruh penjajahan, feodalisme, bapakisme, ikatan primordial - sedang di lain pihak kaum elitnya sungguhsungguh merupakan merupakan partisipan yang aktif yang kira-kira disebabkan oleh pengaruh pendidikan moderen kadang-kadang bersifat sekuler dalam arti relatif dapat membedakan faktor-faktor penyebab disintegrasi seperti agama, kesukuan dan lainnya, dengan kata lain kebudayaan politik Indonesia merupakan mixed political culture yang diwarnai dengan besarnya pengaruh kebudayaan politik parokial-kaula. 3 Sifat ikatan primordial yang masih berurat berakar yang dikenal melalui indikatornya berupa sentimen kedaerahan, kesukuan, keagamaan, perbedaan pendekatan terhadap keagamaan tertentu; puritanisme dan nonpuritanisme dan lain-lain. Di samping itu, salah satu petunjuk masih kukuhnya ikatan tersebut dapat dilihat dari pola budaya politik yang tercermin dalam struktur vertikal masyarakat di mana usaha gerakan kaum elit langsung mengeksploitasi dan menyentuh substruktur sosial dan subkultur untuk tujuan perekrutan dukungan. 4 Kecenderungan budaya politik Indonesia yang masih mengkukuhi sikap paternalisme dan sifat patrimonial; sebagai indikatornya dapat disebutkan antara lain bapakisme, sikap asal bapak senang. Di Indonesia, budaya politik tipe parokial kaula lebih mempunyai keselarasan untuk tumbuh dengan persepsi masyarakat terhadap obyek politik yang menyandarkan atau menundukkan diri pada proses output dari penguasa. 5 Dilema interaksi tentang introduksi moderenisasi (dengan segala konsekwensinya) dengan pola-pola yang telah lama berakar sebagai tradisi dalam masyarakat.

5 Varibel-variebel tersebut di atas terjali satu sama lain, berinteraksi, bersilangan, kadang-kadang berkoinsidensi yang bentuk potret sementaranya bergantung pada variabel tertentu yang relatif paling dominan. Akibat budaya politik seperti ini, dampak yang menonjol selama orde baru adalah kolusi, korupsi dan nepotisme. Pengangkatan seseorang pada jabatannya cenderung bukan berdasarkan prestasi tetapi pada kolusi atau nepotisme, peraturan tentang pengangkatan ada tetapi tidak ditaati. Bentuk-bentuk mempolitisasi agama ini dapat dilakukan dengan dua cara pertama dengan menggunakan dari ayat-ayat tertentu dari agama yang dapat membenarkan tindakan yang dilakukan dan dua dengan mengerahkan massa turun ke jalan, apakah itu dalam bentuk demonstrasi atau pawai dijalanan istilah lainnya tekanan dari jalanan. 3. Pengertian HAM Manusia Menurut Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia, dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Di dalam pengertian dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama rinci HAM menurut dokumen Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah No Uraian 1 Semua manusia mempunyai hak yang sama. 2 Setiap orang berhak atas semua hak dan kekebesan tanpa perkecualian seperti misalnya bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik, asal usul kebangsaan, kelahiran. 3 Setiap orang berhak atas penghidupan, kemerdekaan dan keselamatan seseorang. 4 Tidak boleh ada perbudakan. 5 Tidak boleh ada penganiayaan. 6 Setiap orang berhak atas pengakuan sebagai manusia pribadi. 7 Semua orang berhak atas perlindungan hukum yang sama. 8 Setiap orang berhak atas pengadilan yang efektif. 9 Tidak boleh ada penangkapan, penahanan atau pembuangan sewenang-wenang Khusus untuk Indonesia, di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 39/1999 tentang HAM; dijelaskan No Uraian 1 Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia; 2 Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksananya dan tegaknya hak asasi manusia,

6 3 Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada perbedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya, 4 Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani, maupun rohani, pada seseorang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang atau dari orang ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau pejabat politik. Maka yang dimaksud ke dalam HAM adalah: No Uraian 1 Hak untuk hidup 2 Hak untuk berjodoh 3 Hak untuk mengembangkan diri 4 Hak untuk memperoleh keadilan 5 Hak atas kebebasan pribadi. 6 Hak atas rasa aman 7 Hak atas kesejahteraan 8 Hak turut serta dalam pemerintahan. 9 Hak Wanita. 10 Hak Anak. Perbedaan yang mendasar antara isi dokumen PBB dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tersebut, isi dokumen PBB lebih mengedepankan masalah hak manusia, tidak menjelaskan kewajiban manusia di Negara di mana manusia itu berada. Dokumen HAM Indonesia menjelaskan kewajiban manusia Indonesia, selain mempunyai hak yang disebut Hak-Hak Asasi Manusia (HAM), juga ada kewajiban manusia Indonesia. Di dalam dokumen HAM versi Indonesia, pelaksanaan HAM itu, antara hak dan kewajiban harus berjalan secara harmonis, tidak dibenarkan hanya menuntut haknya, kalau ini terjadi sama dengan memeras, tidak dibenarkan melaksanakan kewajibannya saja, kalau ini terjadi sama dengan perbudakan. Adapun kewajiban manusia menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999, adalah sebagai berikut: No Uraian 1 Wajib patuh pada peraturan perundang-undangan, hukum tidak tertulis dan hukum internasional mengenai HAM yang diterima negara Indonesia. 2 Wajib bela negara berdasarkan UU.

7 3 Wajib menghormati HAM orang lain, moral, etika. Akibat tidak jelasnya kewajiban dalam dokumen HAM PBB tersebut, isi dokumen PBB itu kerapkali berubah menjadi alat provokasi oleh kalangan tertentu, terhadap negaranya sendiri. Ketika hak-hak atau kepentingan kalangan tertentu terganggu di negaranya, mereka menggunakan dokumen PBB untuk mengekspresikan, membenarkan dan sekaligus untuk mempertahankan hak-hak atau kepentingannya. Namun ketika dituntut kewajibannya, tanggungjawabnya, mereka pura-pura tidak tahu. 4. Budaya Politik Orde Baru Orde Baru, sebagai salah satu babakan dalam sejarah Indonesia, dituding banyak melakukan pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM yang dilakukan mulai kasus G30S/PKI sampai kepada kasus kerusuhan Mei Orde baru adalah salah satu babakan sejarah dalam sejarah Negara Indonesia. Orde baru dimulai tahun 1966 dan berakhir 21 Mei Tokoh sentral orde ini adalah Soeharto, presiden republik Indonesia yang kedua. Pada pidato amanat kenegaraan Soeharto yang pertama tanggal 16 Agustus 1967 Orde Baru diartikan tidak lain adalah tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dan negara yang diletakkan kembali kepada pelaksanaan kemurnian Pancasila dan Undang- Undang Dasar Landasan penting Orde baru terdiri dari landasan ideologi, yaitu Pancasila, landasan ketatanegaraan yaitu Undang-undang dasar 1945 dan landasan sikap mental yaitu kemurniaan pengabdian kepada kepentingan rakyat banyak... yang dibersihkan dari segala bentuk penyelewengan, atau pun penunggangan untuk kepentingan yang lain dari kepentingan rakyat (Soeharto, 1985:4-7). Menurut Amir Mahmud (Mahmud, 1986: ) orde baru pada hakekatnya adalah sikap dan tekad mental dan itikad baik yang mendalam untuk mengabdi kepada rakyat dan kepentingan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Sejalan dengan hakekat tersebut maka orde baru adalah: No Uraian 1 Satu orde yang merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa dan negara yang diletakkan kembali kepada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Merupakan koreksi total atas penyelewengan yang terjadi pada masa-masa sebelumnya. 3 Suatu proses sosial yang panjang, sebab penyelewengan yang terjadi pada masa lampau, berjalan bertahun-tahun sehingga

8 menyentuh hampir seluruh segi kehidupan bangsa kita. 4 Perubahan sikap mental yang mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi atau golongan dan yang memerlukan sikap dan pola bekerja yang berorientasi pada program. Karena itu urgensi yang implisit dalam perjuangan Orde Baru ialah menyusun kembali kekuatan bangsa dan menentukan cara-cara yang tepat untuk menumbuhkan stabilitas nasional jangka panjang, untuk mempercepat proses pembangunan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-undang dasar Program orde baru adalah melaksanakan pembangunan, untuk membangun diperlukan keamanan. Dalam bahasa Susetiawan (1999:13), prinsip utama pelaksanaan pembangunan di Indonesia menekankan kepada terciptanya stabilitas politik guna mendukung pertumbuhan ekonomomi. Alasannya adalah (1) pemikiran yang didukung oleh pengalaman historis yakni kegagalan pemikiran rezim orde lama yang tidak mampu mengangkat perkembangan ekonomi bangsa Indonesia, (2) situasi sosial dan politik yang penuh dengan konflik dan perbedaan pada jaman orde lama dianggap tidak mendukung perkembangan ekonomi negara, (3) alasan legitimasi budaya bahwa konflik dan perbedaan diharamkan oleh nilai budaya bangsa karena tidak mendukung kehidupan yang harmonis. Kelemahan prinsip utama di atas adalah situasi tidak mungkin tanpa konflik. Akibatnya stabilitas bukan untuk kepentingan politik tetapi alat bagi kelompok yang berkuasa. Maka Orde baru bukan memanajemen konflik (managed conflict), tetapi mengelola adu domba (managed devide et impera) (Susetiawan, 1999:17,21). Inilah yang menyebabkan selama 32 tahun masa kepemimpinan Presiden Soeharto, Presiden Soeharto membangun negara Indonesia dengan sistem politik yang keras, oleh kalangan pemerhati dikatakan sistem otoriter dan represif (Subekti, 1998:11). Pandangan yang mengatakan orde baru mengelola adu domba masih perlu diperdebatkan. Andai memang orde baru mengelola adu domba, begitu lengser orde baru, pasti disebahagian besar Negara Indonesia ini terjadi konflik horizontal, seperti yang terjadi di Kalimantan antara Dayak dengan Madura, di Maluku, dan di Poso, yang terjadi adalah konflik vertikal, seperti di Aceh, dan Papua, dan wacana Riau merdeka. Konflik-konflik ini sebahagian besar bersumber dari ketidakpuasan wilayah tersebut atas kebijaksanaan pemerintah pusat dalam mengelola pembangunan. Kalau pun ada nuansa konflik horizontal di wilayah ini, itu pun bersumber dari imbasan atas ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat, bukan karena perbenturan masyarakat akibat orde baru mengelola adu domba masyarakat dalam membangun kekuasaannya. Konflik horizontal, seperti yang terjadi di Kalimantan, Maluku, dan Poso, kuat pula dugaan akibat adanya pihak ketika yang mengelola

9 konflik ini untuk tujuan-tujuan tertentu. Tujuan-tujuan tertentu ini bukan untuk membubarkan NKRI tetapi sebagai alat komunikasi (bahasa) politik dengan penguasa baru agar perilakunya di masa lalu tidak diganggu gugat. Selain konflik horizontal dan vertikal di atas, ada juga konflik yang bersifat ideologis yaitu ingin menganggantikan ideologi negara (Pancasila) dengan idelolgi agama. Pengelola konflik ini bukanlah dari pihak yang berkuasa. Maka budaya politik Orde Baru, secara gagasan adalah pemusatan kekuasaan yang besar di tangan penguasa negara, dalam hal ini Presiden Soeharto. Pemusatan kekuasaan ini, tentu ada sebabnya. Penjabaran dari gagasan pemusatan kekuasaan di atas adalah dengan diterbitkannya berbagai peraturan perundangan, keppres dan Inpres dan aturan produk hukum lainnya sebagai aturan main bersama. 4.1 Jabaran Budaya Politik Orde Baru Menerbitkan Keppres Orde Baru banyak menerbitkan Keppres dengan berbagai tujuan dan kepentingan positip di dalam berbagai bidang, mulai dari bidang ekonomi, kesejahteraan rakyat sampai kepada bidang keamanan. Penerbitan Keppres di dalam bidang keamanan jelas bertujuan untuk menyaring orang-orang yang diragukan kesetiaannya kepada Negara menurut pandangan penguasa. Mereka yang tersandung aturan dalam Keppres tersebut selain hak-haknya dikebiri juga mereka kurang dipercayai oleh pemerintah yang berkuasa. Sejumlah keppres dalam bidang keamanan misalnya adalah sebagai berikut: Sejumlah Keppres Dikeluarkan Selama Orde Baru Atas Nama Ketertiban, Keamanan, dan Kewibawaan Hukum. Tanggal Nomor Subyek Keppres No 300/ Keppres No 19/1969 Terkenal dengan istilah skrining Tentang Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib). Tugas pokok Kopkamtib disebutkan untuk memulihkan keamanan dan ketertiban dari akibat-akibat peristiwa pemberontakan G-

10 Keppres No 13 tahun Keppres No 4/ Keppres No 28/ Keppres No 9/ Keppres No 29/ Keppres No16/ S/PKI (Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia), serta kegiatan-kegiatan ekstrem dan subversi lainnya. Kopkamtib juga ditugaskan untuk ikut mengamankan kewibawaan pemerintah beserta alat-alatnya, dari pusat sampai dengan daerah, demi kelangsungan hidup Pancasila dan UUD Kopkamtib di daerah-daerah dilaksanakan oleh Pelaksana Khusus (Laksus), dan berkembang cepat menjadi lembaga yang menakutkan. Semula Kopkamtib berkonsentrasi pada tugas-tugas menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan sisa-sisa persoalan PKI. Akan tetapi, dalam waktu yang terasa berjalan begitu cepat, Kopkamtib bergerak dengan kewenangan sangat besar. Sejak awal tahun 1970-an, Kopkamtib mulai menangkap dan menjebloskan orang ke dalam penjara semata-mata karena dicurigai berpotensi mengganggu ketertiban dan keamanan, tanpa bukti jelas. Orang ditangkap dan ditahan tanpa proses pengadilan Mengatur pelaksanaan dan pengawasan tugas Kopkamtib. Pengawasan atas Pelaksanaan Tugas Komando Operasi Pengawasan Keamanan dan Ketertiban, menugaskan Menhankam/ Pangab untuk atas nama presiden melakukan pengawasan sehari-hari terhadap pelaksanaan tugas Kopkamtib. Tuntutan pembubaran Kopkamtib dan Asisten Pribadi (Aspri) presiden, termasuk salah satu tuntutan Peristiwa Malari 15 Januari Namun, Presiden Soeharto tidak banyak terpengaruh, malah melakukan penyempurnaan atas Kopkamtib melalui Keppres No 2/1974, yang dikeluarkan tanggal 29 Januari Tentang Dewan Stabilisasi Politik dan Keamanan Nasional. Tugas Dewan ini pada intinya tidak banyak berbeda dengan Kopkamtib. Tentang Perlakuan terhadap Mereka Yang Terlibat G-30S/PKI Golongan C. Tentang Operasi Tertib (Opstib) bertugas melakukan penertiban terhadap aparatur negara. Opstib bergerak bebas ke departemen-departemen di lingkungan pemerintah. Pejabat atau petugas yang dicurigai tidak bersih dari PKI atau dicurigai menentang pemerintah, ditertibkan dan dikeluarkan. Aktivitas Opstib maupun Kopkamtib benar-benar membuat banyak orang cemas dan terus dibayangi ketakutan tentang Badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional/Daerah (Bakorstanas/da). Tentang Penelitian Khusus bagi Pegawai Negeri Republik Indonesia. Keppres ini

11 merupakan pengganti Keppres No 300 Tahun 1968 tentang Penertiban dan Pembersihan Personel Aparatur Negara/Pemerintah yang berhubungan dengan G-30S/PKI. Istilah Litsus (Penelitian Khusus) soal bersih lingkungan dari keterpengaruhan komunisme atau PKI. Bukan hanya pejabat negara atau pegawai badan milik negara yang dilitsus, tetapi juga para anggota calon DPR dan MPR dalam Pemilu tahun 1992 dan 1997 Sumber: Kompas, Jumat, 11 Desember 1998 Penerbitan Keppres tersebut tentu ada tujuan positipnya. Keppres No 19/1969, Tentang Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib). Tugas pokoknya disebutkan untuk memulihkan keamanan dan ketertiban dari akibat-akibat peristiwa pemberontakan G-30S/PKI (Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia), serta kegiatan-kegiatan ekstrem dan subversi lainnya. Selain itu Kopkamtib juga ditugaskan untuk ikut mengamankan kewibawaan pemerintah beserta alat-alatnya, dari pusat sampai dengan daerah, demi kelangsungan hidup Pancasila dan UUD Sisi lain dari tugas Kopkamtib jelas terjadi pelanggaran HAM sebab sejak awal tahun 1970-an, Kopkamtib mulai menangkap dan menjebloskan orang-orang yang dicurigai mampu membuat onar ke dalam penjara. Mereka ditangkap dan ditahan tanpa proses pengadilan Dan memang tidak dipungkiri di balik alasan rasional penerbitan atas Keppres di atas, ada penumpang gelapnya. Ini adalah wajar karena penumpang gelap ini adalah sisi lain dari oposisi binner alasan di balik gagasan tersebut Tangan-Tangan Yang Tidak Kelihatan Tangan-tangan yang tidak kelihatan ini, biasanya terlihat dalam proses demokrasi, ketika suara terbanyak yang menang tetapi tidak terpilih. Sebagai contoh adalah Ismail Suko dari Propinsi Riau. Pada tahun 1985, dia diposisikan sebagai calon pendamping bersama H Abd Rachman Hamid (Pembantu Gubernur di Tanjung Pinang), dalam pemilihan Gubernur Riau untuk periode , calon yang mereka dampingi adalah H Imam Munandar (Gubernur Riau pada masa itu). Pemerintah pusat ini H Imam Munandar ingin diorbitkan kembali menjadi Gubernur untuk perode kedua. Ketika diadakan pemilihan dalam sidang pleno DPRD Riau tanggal 2 September 1985 ternyata H Ismail suko memperoleh 19 suara, H Imam Munandar memperoleh 17 suara, dan H Abd Rachman Hamid memperoleh 1 suara. Ini berarti calon unggulan dari Pusat kalah. Akan tetapi walaupun Ismail Suko berhasil mengungguli H Imam Munandar, pemerintah pusat tetap menunjuk H Imam Munandar sebagai Gubernur Riau periode berikutnya ( ).

12 Hal yang sama juga pernah terjadi dalam pemilihan Rektor, maupun Dekan di Universitas Sumatera Utara, yang terpilih tidak menjabat. Hal yang sama juga pernah terjadi di IKIP Negeri Medan (Sekarang menjadi Universitas Negeri Medan). Dan juga mungkin terjadi di daerah lain. Budaya politik gaya invisible hand ini sebenarnya menambah lawan-lawan politik dari penguasa yang ada Pelarangan Barang Cetak Tertentu Dalam bidang perbukuan misalnya banyak buku atau barang cetakan yang dilarang beredar. Semuanya dilakukan untuk menjaga kestabilan dan keamanan dalam negeri. Sepanjang dasa warsa terakhir ini, dari tahun , tak kurang dari 69 judul buku, majalah dan barang cetakan lain telah dihentikan peredarannya oleh pemerintah. Data dari Kejakgung mengungkapkan, sebagian besar buku serta barang cetakan lain yang dilarang peredarannya menyangkut masalah politik dan SARA, dan juga buku yang mempersoalkan pemerintah, seperti Menuntut Janji Orde Baru yang dilarang tahun 1986, Siapa yang Sesungguhnya Melakukan Kudeta Terhadap Pemerintahan Presiden Soekarno (1987), Regulasi Rejim Birokratik Militer-Kasus di Indonesia (1988) dan Bertarung demi Demokrasi (1990). Sedangkan yang dilarang gara-gara berunsur SARA, antara lain Sikap Muslim Terhadap Pancasila (dilarang tahun 1987), Ritual Jahiliah yang Haram (1988), Kasih yang Menyelamatkan (1990), serta Dosa dan Penebusan Menurut Islam dan Kristen (1991). Dasar pelarangan ini adalah Undang-undang Nomor 4/ PNPS/1963 tentang Pengamanan Terhadap Barang Cetakan yang Isinya Dapat Mengganggu Ketertiban Umum tidak mengenal pengecualian dalam hal pelarangan buku. Siapa pun yang menyimpan buku-buku terlarang, tetap dapat dipidana. Buku/Barang Cetakan yang Dilarang Beredar oleh Kejakgung Sepanjang Tahun No. Judul Pengarang Penerbit 1 Cina, Jawa, Madura dalam Konteks Hari Jadi Kota Surabaya M Chosni Herlingga 2 Buletin Progres Resume Hasil Observasi Peradilan Kasus Aceh Sebuah Mocopat Kebudayaan Indonesia AH Garuda Nusantara Joebaar Ajoeb CV Abtariksa Surabaya Komite Internasional Progres YLBHI Tgl. Pelarangan idem idem idem

13 5 Program Kerja Kristenisasi di Indonesia Majalah Al Shaddai Yayasan Penyebar Kasih idem 7 Aurat Muhammadiyah Ashaari Penerangan Al Pegangan Darul Arqam Muhammad Arqam Malaysia Berhati-hati Membuah Tuduhan idem idem idem 9 Mujarrobat Ampuh HM Qori Indah Surabaya idem 10 Ibrahim Menyingkap Sosok Sulaiman Al Missionaris Jabhani Pustaka Mantiq idem 11 Sajian Tuntunan Tuhan pada Jaman Akhir Haswir/ Suharno 12 Madame D. Syuga Fujii Hideki 13 Primadosa (Wimanjaya dan Rakyat Indonesia Mengingat Imperium Suharto) 14 Presiden Ikut Jadwal Allah Wawancara KRT Permadi Satrio Wiwoho dengan Thoha dari Radio Unisi Yogyakarta dan Seminar di UGM sekitar Maret-April 1994 Kalender Bergambar Nabi Muhammad Saw. Brosur Forum Wartawan Indonesia (FOWI) Wimanjaya K Liotohe Abuya Syeik Imam Ashaari Muhammad- Khadijah Aam Haswir/ Suharno Kabushiki Kaisha Sukora Yayasan Eka Fakta Kota Al Arqam Indonesia idem Permadi Prima Victori Offset idem RSTA Tanah Abang Nyanyi Sunyi Seorang Bisu Pramudya Ananta Toer Lentera Memoar Oei Tjoe Tat Hasta Mitra Bayang-Bayang PKI Imran Institut Studi Hasibuan-Togi Arus Informasi Simanjuntak Sumber: Mizan (22/01/2002) Maka melalui berbagai produk hukum dan peraturan yang dikeluarkan orde baru di atas nama keamanan, ketertiban, dan penegakan sistem hukum intinya selain untuk mengamankan jalannya pembangunan juga secara tidak langsung untuk mengamankan kekuasaan dari pemerintah yang berkuasa, dan ini melahirkan ideologi perkerabatan, pertemanan dan ideologi uang, menjadi budaya politik yang menonjol selama orde baru, ini melahirkan keresahan dalam masyarakat, karena dalam mendapatkan hak-hak dasar masyarakat, masyarakat mengalami diskriminasi. Varibel-variebel tersebut di atas terjalin satu sama lain, berinteraksi, bersilangan, kadang-kadang berkoinsidensi yang bentuk potret sementaranya bergantung pada variabel tertentu yang relatif paling

14 dominan. Akibat budaya politik seperti ini, dampak yang menonjol selama orde baru adalah kolusi, korupsi dan nepotisme. Pengangkatan seseorang pada jabatannya cenderung bukan berdasarkan prestasi tetapi pada kolusi atau nepotisme, peraturan tentang pengangkatan ada tetapi tidak ditaati. Kearifan di balik ini adalah tidak mungkin memberikan jabatan tertentu kepada orangorang yang tidak dikenal. Pemberian jabatan terhadap orang-orang yang tidak dikenal, dapat membahayakan jalannya pembangunan yang sedang dirintis. Sedangkan pengendalian yang bersifat invensible hand adalah nepotis dan koncisme. Bagi seseorang yang ingin menduduki semacam jabatan kepala sekolah misalnya, kalau tidak ada cantelan semacam hubungan darah atau pertemanan, terhadap pejabat yang berkuasa di atasnya, harus menyediakan sejumlah uang. Bagi yang mempunyai hubungan darah atau pertemanan dengan di atasnya, tidak perlu menyediakan sejumlah uang. Dalam ideologi perkerabatan termasuk di dalamnya se-agama, atau sesuku. Ini terlihat dari pejabat menteri selama orde baru cenderung dari etnis tertentu saja. Ini berkait dengan masih kuatnya ikatan primordial, sikap paternalisme dan sifat patrimonial dan lainnya. Salah satu indikator yang berbau kolusi dan nepotisme ini adalah pengangkatan seseorang dalam jabatan tertentu dengan status PJS (Pejabat Sementara). Walaupun seseorang cakap dalam sesuatu bidang, namun karena tidak mempunyai cantelan dalam bentuk kolusi atau nepotisme, seseorang itu kerapkali tidak di tempatkan di bidang tersebut. Justru dan kerapkali yang ditunjuk adalah orang yang mampu berkolusi atau bernepotisme. Maka masalah PJS ini, kerapkali disalahgunakan untuk kepentingan kolusi atau nepotisme. Jadi di sini ideologi perkerabatan, pertemanan dan ideologi uang menjadi budaya politik yang menonjol, inilah yang terjadi pada massa orde baru, dan juga hingga kini (tahun 2007). Dalam kasus-kasus tertentu, sebenarnya kondisi pengelolaan pegawai itu, seperti rambu-rambu lalulintas yang terdiri dari warna hijau (tanda jalan), kuning (tanda bersiap-siap untuk berhenti dan atau untuk dipersiapkan akan jabatan baru) dan merah (tanda berhenti). Pegawai Negeri Sipil dan Militer pun seperti ini. Pegawai Negeri Sipil dan Militer yang dekat dengan cantelan dikategorikan Pegawai Negeri Sipil dan Militer warna hijau, dia selalu bersiap-siap selalu untuk mendapat jabatan baru sampai pensiun. Pegawai Negeri Sipil dan Militer yang berwarna kuning, pilihannya ada dua, disimpan untuk diberikan jabatan baru, atau disimpan untuk segera dipensiunkan. Kalau nasibnya baik, dia bisa mendapatkan posisi seperti yang berwarna hijau, kalau nasibnya jelek, dibiarkan pensiun. Sedangkan yang berwarna merah, mereka sama sekali tidak diberikan jabatan apa-apa, mau masuk kantor atau tidak, tidak

15 ada yang mengusiknya. Demikianlah lebih kurangnya budaya politik yang dikembangkan oleh orde baru semasa orde baru dalam pengkariran seorang pegawai. Kondisi ini, di era orde reformasi ini, hal tersebut masih terjadi, hanya orang yang berganti. 4.2 Implikasinya: Salahkah Demikian? Apa dampak dan implikasi dari penerapan Keppres dan aturan lainnya yang dikeluarkan Orde Baru terhadap kehidupan masyarakat Indonesia selama orde baru? Jawabannya telah terjadi pelanggaran HAM kepada warga negara. Berdasarkan catatan redaksi sekitar kita, pelanggaran HAM semasa orde baru adalah sebagai berikut: Tahun Data-Data Pelanggaran HAM Semasa Orde Baru Kasus Penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh jendral Angkatan Darat. - Penangkapan, penahanan dan pembantaian massa pendukung dan mereka yang diduga sebagai pendukung Partai Komunis Indonesia. Aparat keamanan terlibat aktif maupun pasif dalam kejadian ini Penahanan dan pembunuhan tanpa pengadilan terhadap PKI terus berlangsung, banyak yang tidak terurus secara layak di penjara, termasuk mengalami siksaan dan intimidasi di penjara. - Dr Soumokil, mantan pemimpin Republik Maluku Selatan dieksekusi pada bulan Desember. - Sekolah- sekolah Cina di Indonesia ditutup pada bulan Desember Koran- koran berbahasa Cina ditutup oleh pemerintah. - April, gereja- gereja diserang di Aceh, berbarengan dengan demonstrasi anti Cina di Jakarta. - Kerusuhan anti Kristen di Ujung Pandang Tempat Pemanfaatan Pulau Buru dibuka, ribuan tahanan yang tidak diadili dikirim ke sana. - Operasi Trisula dilancarkan di Blitar Selatan. - Tidak menyeluruhnya proses referendum yang diadakan di Irian Barat, sehingga hasil akhir jajak pendapat yang mengatakan ingin bergabung dengan Indonesia belum mewakili suara seluruh rakyat Papua. - Dikembangkannya peraturan- peraturan yang membatasi dan mengawasi aktivitas politik, partai politik dan organisasi kemasyarakatan. Di sisi lain, Golkar disebut- sebut bukan termasuk partai politik Pelarangan demo mahasiswa. - Peraturan bahwa Korpri harus loyal kepada Golkar. - Sukarno meninggal dalam tahanan Orde Baru. - Larangan penyebaran ajaran Bung Karno Usaha peleburan partai- partai. - Intimidasi calon pemilih di Pemilu 71 serta kampanye berat sebelah dari Golkar. - Pembangunan Taman Mini yang disertai penggusuran tanah tanpa ganti rugi yang layak.

16 - Pemerkosaan Sum Kuning, penjual jamu di Yogyakarta oleh pemuda- pemuda yang di duga masih ada hubungan darah dengan Sultan Paku Alam, dimana yang kemudian diadili adalah Sum Kuning sendiri. Akhirnya Sum Kuning dibebaskan Kasus sengketa tanah di Gunung Balak dan Lampung Kerusuhan anti Cina meletus di Bandung Penahanan sejumlah mahasiswa dan masyarakat akibat demo anti Jepang yang meluas di Jakarta yang disertai oleh pembakaranpembakaran pada peristiwa Malari. Sebelas pendemo terbunuh. - Pembredelan beberapa koran dan majalah, antara lain Indonesia Raya pimpinan Muchtar Lubis Invansi tentara Indonesia ke Timor- Timur. - Kasus Balibo, terbunuhnya lima wartawan asing secara misterius Tuduhan subversi terhadap Suwito. - Kasus tanah Siria- ria. - Kasus Wasdri, seorang pengangkat barang di pasar, membawakan barang milik seorang hakim perempuan. Namun ia ditahan polisi karena meminta tambahan atas bayaran yang kurang dari si hakim. - Kasus subversi komando Jihad Pelarangan penggunaan karakter- karakter huruf Cina di setiap barang/ media cetak di Indonesia. - Pembungkaman gerakan mahasiswa yang menuntut koreksi atas berjalannya pemerintahan, beberapa mahasiswa ditahan, antara lain Heri Ahmadi. - Pembredelan tujuh suratkabar, antara lain Kompas, yang memberitakan peritiwa di atas Kerusuhan anti Cina di Solo selama tiga hari. Kekerasan menyebar ke Semarang, Pekalongan dan Kudus. - Penekanan terhadap para penandatangan Petisi 50. Bisnis dan kehidupan mereka dipersulit, dilarang ke luar negeri Kasus Woyla, pembajakan pesawat garuda Indonesia oleh muslim radikal di Bangkok. Tujuh orang terbunuh dalam peristiwa ini Kasus Tanah Rawa Bilal. - Kasus Tanah Borobudur. Pengembangan obyek wisata Borobudur di Jawa Tengah memerlukan pembebasan tanah di sekitarnya. Namun penduduk tidak mendapat ganti rugi yang memadai. - Majalah Tempo dibredel selama dua bulan karena memberitakan insiden terbunuhnya tujuh orang pada peristiwa kampanye pemilu di Jakarta. Kampanye massa Golkar diserang oleh massa PPP, dimana militer turun tangan sehingga jatuh korban jiwa tadi Orang- orang sipil bertato yang diduga penjahat kambuhan ditemukan tertembak secara misterius di muka umum. - Pelanggaran gencatan senjata di Tim- tim oleh ABRI Berlanjutnya Pembunuhan Misterius di Indonesia. - Peristiwa pembantaian di Tanjung Priuk terjadi. - Tuduhan subversi terhadap Dharsono. - Pengeboman beberapa gereja di Jawa Timur Pengadilan terhadap aktivis- aktivis islam terjadi di berbagai tempat di pulau Jawa Pembunuhan terhadap peragawati Dietje di Kalibata. Pembunuhan diduga dilakukan oleh mereka yang memiliki akses senjata api dan berbau konspirasi kalangan elit. - Pengusiran, perampasan dan pemusnahan Becak dari Jakarta. - Kasus subversi terhadap Sanusi. - Ekskusi beberapa tahanan G30S/ PKI Kasus tanah Kedung Ombo.

17 - Kasus tanah Cimacan, pembuatan lapangan golf. - Kasus tanah Kemayoran. - Kasus tanah Lampung, 100 orang tewas oleh ABRI. Peritiwa ini dikenal dengan dengan peristiwa Talang sari. - Bentrokan antara aktivis islam dan aparat di Bima. - Badan Sensor Nasional dibentuk terhadap publikasi dan penerbitan buku. Anggotanya terdiri beberapa dari unsur intelijen dan ABRI Pembantaian di pemakaman Santa Cruz, Dili terjadi oleh ABRI terhadap pemuda-pemuda Timor yang mengikuti prosesi pemakaman rekannya. 200 orang meninggal Keluar Keppres tentang Monopoli perdagangan cengkeh oleh perusahaan-nya Tommy Suharto. - Penangkapan Xanana Gusmao Pembunuhan terhadap seorang aktifis buruh perempuan, Marsinah. Tanggal 8 Mei Tempo, Editor dan Detik dibredel, diduga sehubungan dengan pemberita-an kapal perang bekas oleh Habibie Kasus Tanah Koja. - Kerusuhan di Flores Kerusuhan anti Kristen ditasikmalaya. Peristiwa ini dikenal dengan Kerusuhan Tasikmalaya. Peristiwa ini terjadi pada 26 Desember Kasus tanah Balongan. - Sengketa antara penduduk setempat dengan pabrik kertas Muara Enim mengenai pencemaran lingkungan. - Sengketa tanah Manis Mata. - Kasus waduk Nipah di madura, dimana korban jatuh karena ditembak aparat ketika mereka memprotes penggusuran tanah mereka. - Kasus penahanan dengan tuduhan subversi terhadap Sri Bintang Pamung-kas berkaitan dengan demo di Dresden terhadap pak Harto yang berkun-jung di sana. - Kerusuhan Situbondo, puluhan Gereja dibakar. - Penyerangan dan pembunuhan terhadap pendukung PDI pro Megawati pada tanggal 27 Juli. - Kerusuhan Sambas Sangualedo. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 30 Desember Kasus tanah Kemayoran. - Kasus pembantaian mereka yang diduga pelaku Dukun Santet di Jawa Timur Kerusuhan Mei di beberapa kota meletus, aparat keamanan bersikap pasif dan membiarkan. Ribuan jiwa meninggal, puluhan perempuan diperkosa dan harta benda hilang. Tanggal Mei Pembunuhan terhadap beberapa mahasiswa Trisakti di jakarta, dua hari sebelum kerusuhan Mei.3. Pembunuhan terhadap beberapa mahasiswa dalam demonstrasi menentang Sidang Istimewa Peristiwa ini terjadi pada November 1998 dan dikenal sebagai tragedi Semanggi I Pembantaian terhadap Tengku Bantaqiyah dan muridnya di Aceh. Peritiwa ini terjadi 24 Juli Pembumi hangusan kota Dili, Timor Timur oleh Militer indonesia dan Milisi pro integrasi. Peristiwa ini terjadi pada 24 Agustus Pembunuhan terhadap seorang mahasiswa dan beberapa warga sipil dalam demonstrasi penolakan Rancangan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (RUU PKB). Peristiwa Ini terjadi pada November 1999 dan dikenal sebagai peristiwa

18 Semanggi II. - Penyerangan terhadap Rumah Sakit Jakarta oleh pihak keamanan. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 21 Oktober Sumbe: (30/12/2003) Sedangkan dalam catatan KontraS, kasus-kasus pelanggaran HAM berat adalah sebagai berikut: DATA PELANGGARAN HAM DI INDONESIA VERSI KONTRAS Kasus Pelanggaran HAM Masa Lalu yang Belum Tersentuh Proses Hukum No Nama Kasus Th Jumlah Keterangan Korban 1 Pembantaian massal Korban sebagian besar merupakan anggota PKI, atau ormas yang dianggap berafiliasi dengannya seperti SOBSI, BTI, Gerwani, PR, Lekra, dll. Sebagian besar dilakukan di luar proses hukum yang sah 2 Penembakkan misterius Petrus 3 Kasus di Timor Timur pra Referendum 4 Kasus-kasus di Aceh pra DOM 5 Kasus-kasus di Papua 6 Kasus Dukun Santet Banyuwangi 7 Kasus Marsinah Korban sebagian besar merupakan tokoh kriminal, residivis, atau mantan kriminal. Operasi militer ini bersifat illegal dan dilakukan tanpa identitas institusi yang jelas Ratusan ribu Dimulai dari agresi militer TNI (Operasi Seroja) terhadap pemerintahan Fretilin yang sah di Timor Timur. Sejak itu TimTim selalu menjadi daerah operasi militer rutin yang rawan terhadap tindak kekerasan aparat RI. Ribuan Semenjak dideklarasikannya GAM oleh Hasan Di Tiro, Aceh selalu menjadi daerah operasi militer dengan intensitas kekerasan yang tinggi. Ribuan Operasi militer intensif dilakukan oleh TNI untuk menghadapi OPM. Sebagian lagi berkaitan dengan masalah penguasaan sumber daya alam, antara perusahaan tambang internasional, aparat negara, berhadapan dengan penduduk local 1998 puluhan Adanya pembantaian terhadap tokoh masyarakat yang dituduh dukun santet Pelaku utamanya tidak tersentuh, sementara orang lain dijadikan kambing hitam. Bukti keterlibatan (represi) militer di

19 8 Kasus Bulukumba orang tewas, puluhan orang ditahan dan luka-luka. bidang perburuhan. Insiden ini terjadi karena keinginan PT London Sumatera untuk melakukan perluasan area perkebunan mereka, namun masyarakat menolak upaya tersebut. Kasus Pelanggaran HAM Yang Macet Di Komnas HAM Dan Jaksa Agung No Kasus Th Jumlah Korban 1 Talangsari Represi terhadap Lampung sekelompok komunitas Muslim di Lampung Tengah yang dituduh sebagai GPK ekstrim kanan 2 Penembaka n mahasiswa Trisakti Penembakkan aparat terhadap mahasiswa Trisakti yang sedang berdemonstrasi. Merupakan titik tolak peralihan kekuasaan politik dan pemicu kerusuhan sosial di Jakarta dan kota besar Indonesia lainnya. 3 Mei Kerusuhan sosial di Jakarta yang menjadi momentum peralihakekuasaa n 4 Semanggi I Represi TNI atas mahasiswa yang menolak Sidang Istimewa MPR Konteks Penyelesaian Keterangan Komnas HAM membentuk KPP tahun 2001, tim pengkajian di tahun 2004 dan 2005 Komnas HAM membentuk KPP dan hasilnya telah diserahkan ke Jaksa Agung pada 2002 Komnas HAM membentuk KPP dan hasilnya telah diserahkan ke Jaksa Agung pada 2003 Komnas HAM membentuk KPP dan hasilnya telah diserahkan ke Jaksa Agung Salah seorang yang diduga paling bertanggungjawab menjabat Kepala BIN sehingga sulit tersentuh. Vonis terlalu ringan, terdakwa hanya aparat rendah di lapangan, tidak menyentuh pelaku utama. Komnas HAM telah membuat KPP (TSS) dan telah dimajukan ke Kejaksaan Agung (2003), namun sampai sekarang belum beranjak maju. DPR menyatakan tidak terjadi pelanggaran HAM berat. Jaksa Agung mengembalikan lagi berkas ke Komnas HAM dengan alasan tidak lengkap. Tidak ada perkembangan lebih lanjut Jaksa Agung mengembalikan lagi berkas ke Komnas HAM dengan alasan tidak lengkap.

20 5 Semanggi II Represi TNI atas mahasiswa yang menolak UU Negara dalam Keadaan Bahaya 6 Penculikan Aktivis Wasior April- Okto ber Penculikkan dan penghilangan paksa bagi aktivis pro demokrasi oleh TNI 117 orang Masyarakat menuntut ganti rugi atas tanah adat termasuk kayu-kayunyayang dikuasai perusahaan penebangan kayu PT Dharma Mukti Persada. Tuntutan masyarakat tidak dipedulikan oleh pihak perusahaan yang di backup oleh anggota brimob. - Operasi Tumpas 2001 pada 2002 Komnas HAM membentuk KPP dan hasilnya telah diserahkan ke Jaksa Agung pada 2002 Komnas HAM membentuk KPP dan hasilnya telah diserahkan ke Jaksa Agung, November 2006 Berkas KPP HAM telah diserahkan kekejaksaan Agung Wamena Berkas KPP HAM telah diserahkan kekejaksaan Agung 2004 Tidak ada perkembangan lebih lanjut. DPR menyatakan tidak terjadi pelanggaran HAM berat. Jaksa Agung mengembalikan lagi berkas ke Komnas HAM dengan alasan tidak lengkap. Tidak ada perkembangan lebih lanjut. DPR menyatakan tidak terjadi pelanggaran HAM berat. Jaksa Agung menyatakan tidak akan melakukan penyidikan atas kasus ini karena belum ada pengadilan HAM Adhoc. Kasus Pelanggaran HAM Yang Dibawa Ke Pengadilan No Nama Kasus Tahun Jumlah Korban Konteks Penyelesaian Masalah

21 1 Timor Timur pasca Jajak Pendapat Agresi TNI dan milisi bentuknya setelah referendum menunjukkan mayoritas penduduk TimTim menghendaki merdeka Juli Penyerbuan kantor PDI sebagai bentuk intervensi negara terhadap PDI di bawah pimpinan Megawati 3 Penculikan Aktivis Penembakan Mahasiswa Trisakti Penculikkan dan penghilangan paksa bagi aktivis pro demokrasi oleh TNI Penembakkan aparat terhadap mahasiswa Trisakti yang sedang berdemonstrasi. Merupakan titik tolak peralihan kekuasaan politik dan pemicu kerusuhan sosial di Jakarta dan kota besar Indonesia lainnya. Pengadilan HAM ad hoc di Jakarta, tahun Pengadilan koneksitas, tahun Pengadilan militer bagi pelaku lapangan (Tim Mawar) dan Dewan Kehormatan Perwira bagi beberapa jendral Pengadilan militer bagi pelaku lapangan Pelaku utama tidak tersentuh, proses pengadilan yang tidak kompeten, banyaknya putusan bebas bagi perwira militer, vonis terlalu ringan, dan tidak ada reparasi buat korban. Pemerintah Timor Leste dan RI sedang melakukan rekonsiliasi dan tidak mempersoal-kan lebih lanjut Kasus ini sedang disorot di tingkat internasional (PBB) dengan kemungkinan digelarnya pengadilan HAM internasional Vonis hanya kepada warga sipil, tidak ada pejabat militer yang dihukum, tidak menyentuh pelaku utama, dan tidak ada reparasi bagi korban. Vonis rendah, pengadilannya ekslusif, tidak menyentuh pelaku utama, dan sebagian aktivis masih tidak diketahui keberadaannya Vonis terlalu ringan, terdakwa hanya aparat rendah di lapangan, tidak menyentuh pelaku utama. Komnas HAM telah membuat KPP (TSS) dan telah dimajukan ke Kejaksaan Agung (2002), namun sampai sekarang belum beranjak maju. DPR menyatakan tidak terjadi pelanggaran HAM berat. 5 Semanggi II Represi TNI Pengadilan Penagdilan tidak

22 6 Abepura, Papua 7 Tanjung Priok atas mahasiswa yang menolak UU Negara dalam Keadaan Bahaya Penyisiran secara membabi buta dilakukan dengan alasan pengejaran terhadap kelompok yang melakukan penyerangan ke Mapolsek Abepura pada tanggal 6 Desember Represi terhadap massa yang berdemonstrasi menolak asas tunggal Pancasila di Jakarta militer bagi pelaku lapangan Sampai seka-rang masih digelar Pengadilan HAM di Makassar Pengadilan HAM ad hoc di Jakarta, tahun transparan, vonis ringan. Terdakwa hanya aparat lapangan dan ditolakknya gugatan reparasi dari korban Vonis bebas bagi pelaku, tidak menyentuh pelaku utama, intimidasi selama persidangan dan tidak ada reparasi bagi korban Wilayah Konflik No Kasus Th Jumlah Konteks Penyelesaian Keterangan Korban 1 Sampit Konflis sosial antara komunitas Dayak Komnas membentuk KPP dan menyatakan ada Tidak ada tindak lanjut dan nasib korban diabaikan. dengan Madura di Kalimantan Tengah pelanggaran HAM berat 2 Ambon Konflik sosial antar komunitas Islam- Kristen di Maluku Komnas membentuk KPP dan mediasi pada tahun Pemerintah membuat Deklarasi Malino II untuk upaya resolusi konflik. Pemerintah membentuk tim pencari fakta indepenen Pada tahun 2004 masih terjadi konflik. Tidak ada upaya hukum lebih lanjut. Nasib korban masih diabaikan. Komnas HAM menyatakan tidak ada pelanggaran HAM berat 3 Poso Konflik Komnas HAM Komnas HAM

DATA PELANGGARAN HAM DI INDONESIA 1. Kasus Pelanggaran HAM Masa Lalu yang Belum Tersentuh Proses Hukum

DATA PELANGGARAN HAM DI INDONESIA 1. Kasus Pelanggaran HAM Masa Lalu yang Belum Tersentuh Proses Hukum DATA PELANGGARAN HAM DI INDONESIA 1 Kasus Pelanggaran HAM Masa Lalu yang Belum Tersentuh Proses Hukum No Nama Kasus Th Jumlah Korban Keterangan 1 Pembantaian massal 1965 1965-1970 1.500.000 Korban sebagian

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 Pelanggaran HAM Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang

Lebih terperinci

Tim Monitoring dan Dokumentasi SETARA Institute. Data Pelanggaran. Hak Asasi Manusia. di Indonesia*

Tim Monitoring dan Dokumentasi SETARA Institute. Data Pelanggaran. Hak Asasi Manusia. di Indonesia* Data Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia* Daftar Tabel Tabel I Data di Indonesia halaman 1 Tabel II Data Pelanggaran HAM Papua halaman 3 Tabel III Data Pelanggaran HAM Aceh halaman 5 Tabel IV Kasus-Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara di dunia ini. Ditengah perkembangan hukum hak asasi manusia

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara di dunia ini. Ditengah perkembangan hukum hak asasi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang di berikan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh mahluk hidup lainnya yaitu akal budi dan nurani. Keistimewaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak Asasi Manusia (HAM) menurut pasal 1 ayat 1 UU. No. 39 tahun 1999 yaitu seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dengan keberadaan manusia sebagai

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PRUSEDUR PENCEGAHAN KONFLIK, PENGHENTIAN KONFLIK DAN PENYELESAIAN KONFLIK SOSIAL

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

POSISI KASUS; HAMBATAN DAN PERMASALAHAN

POSISI KASUS; HAMBATAN DAN PERMASALAHAN POSISI KASUS; HAMBATAN DAN PERMASALAHAN Kasus pelanggaran HAM Berat LATAR BELAKANG Paksa reformasi 1998, nilai nilai HAM dan kewajiban pemenuhan, penghormatan dan perlindungan HAM telah menjadi menjadi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa umat manusia berkedudukan

Lebih terperinci

Perbandingan Perilaku Kekuasaan beberapa Presiden Paska Soeharto. BJ. Habibie Abdurrahman Wahid Megawati SBY. Pemimpin kharismatik NU.

Perbandingan Perilaku Kekuasaan beberapa Presiden Paska Soeharto. BJ. Habibie Abdurrahman Wahid Megawati SBY. Pemimpin kharismatik NU. Latar Belakang Perbandingan Perilaku Kekuasaan beberapa Presiden Paska Soeharto BJ. Habibie Abdurrahman Wahid Megawati SBY Bekas Menteri di zaman Soeharto selama 4 periode Wapres RI Pemimpin kharismatik

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG KETENTRAMAN, KETERTIBAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG KETENTRAMAN, KETERTIBAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA MENURUT SILA KE 2

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA MENURUT SILA KE 2 TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA MENURUT SILA KE 2 Disusun Oleh : Nama : Rahmat Bagus.S. NIM : 11.11.4785 Program Jurusan Kelompok : TI-S1-C

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 5-1991 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2004 POLITIK. KEAMANAN. HUKUM. Kekuasaaan Negara. Kejaksaan. Pengadilan. Kepegawaian.

Lebih terperinci

SEPULUH TAHUN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PASCA REFORMASI: SEBUAH REFLEKSI

SEPULUH TAHUN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PASCA REFORMASI: SEBUAH REFLEKSI MAKALAH Peluncuran Buku Ajar Hukum Hak Asasi Manusia bagi Mahasiswa Fakultas Hukum Yogyakarta, 19 April 2008 SEPULUH TAHUN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PASCA REFORMASI: SEBUAH REFLEKSI (Butir-Butir Pokok

Lebih terperinci

TUGAS PANCASILA KASUS PELANGGARAN HAM DAN PENYESAIANNYA OLEH : MUKHLISIIN BUDIDAYA PERAIRAN(A)

TUGAS PANCASILA KASUS PELANGGARAN HAM DAN PENYESAIANNYA OLEH : MUKHLISIIN BUDIDAYA PERAIRAN(A) TUGAS PANCASILA KASUS PELANGGARAN HAM DAN PENYESAIANNYA OLEH : MUKHLISIIN 1504113414 BUDIDAYA PERAIRAN(A) LABORATORIUM EKOLOGI DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN PERAIRAN FAKULTAN PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

(Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999)

(Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.257, 2014 PERTAHANAN. Hukum. Disiplin. Militer. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5591) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal

Lebih terperinci

Briefing Pers Menyongsong Pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc Untuk Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa 1997/1998

Briefing Pers Menyongsong Pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc Untuk Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa 1997/1998 Briefing Pers Menyongsong Pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc Untuk Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa 1997/1998 Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) Jakarta, 7 November 2009 I. Pendahuluan Menjelang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA Bahan Panja Hasil Timus RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

INDEKS KINERJA PENEGAKAN HAM 2011

INDEKS KINERJA PENEGAKAN HAM 2011 RINGKASAN TABEL INDEKS KINERJA PENEGAKAN HAM 2011 SETARA Institute, Jakarta 5 Desember 2011 SCORE 2011 PENYELESAIAN PELANGGARAN HAM MASA LALU 1,4 KEBEBASAN BEREKSPRESI 2,5 KEBEBASAN BERAGAMA/BERKEYAKINAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap

Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap manusia dan bersifat Universal B. Jenis jenis HAM -Menurut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Impunitas yaitu membiarkan para pemimpin politik dan militer yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.170, 2008 DISKRIMINASI.Ras dan Etnis. Penghapusan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4919) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa umat manusia berkedudukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa umat manusia berkedudukan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum adalah

Lebih terperinci

PERSOALAN PENTING HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PERSOALAN PENTING HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PERSOALAN PENTING HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Tabel I Kasus Pelanggaran HAM Masa Lalu yang Belum Tersentuh Proses Hukum No Nama Kasus Th Jumlah Korban Keterangan 1 Pembantaian massal 1965 1965-1970

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

MAKALAH INDONESIAN HUMAN RIGHTS LEGISLATION. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

MAKALAH INDONESIAN HUMAN RIGHTS LEGISLATION. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta PEMERKUATAN PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK HAKIM SELURUH INDONESIA Hotel Santika Makassar, 30 Mei 2 Juni 2011 MAKALAH INDONESIAN HUMAN RIGHTS LEGISLATION Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi

Lebih terperinci

SIARAN PERS. Catatan Akhir Tahun 2012: Saatnya Merajut Toleransi dan Kohesi Sosial!

SIARAN PERS. Catatan Akhir Tahun 2012: Saatnya Merajut Toleransi dan Kohesi Sosial! SIARAN PERS Catatan Akhir Tahun 2012: Saatnya Merajut Toleransi dan Kohesi Sosial! Komisi Nasional Hak Asasi Manusia 11 Desember 2012 1 Catatan Akhir Tahun 2012: Saatnya Merajut Toleransi dan Kohesi Sosial!

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Glosarium

Daftar Pustaka. Glosarium Glosarium Daftar Pustaka Glosarium Deklarasi pembela HAM. Pernyataan Majlis Umum PBB yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak secara sen-diri sendiri maupun bersama sama untuk ikut serta dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2012 SOSIAL. Stabilitas Nasional. Konflik. Penanganan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5315) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia KOMISI B KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia Mukadimah Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan

Lebih terperinci

MENGAPA TAPOL DI PAPUA TOLAK RENCANA PEMBERIAN GRASI?

MENGAPA TAPOL DI PAPUA TOLAK RENCANA PEMBERIAN GRASI? MENGAPA TAPOL DI PAPUA TOLAK RENCANA PEMBERIAN GRASI? "Kami tidak butuh dibebaskan dari Penjara, tetapi butuh dan tuntut BEBASKAN Bangsa Papua dari Penjajahan Negara Kolonial Republik Indonesia", demikianlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berasal dari Tuhan, dan tidak dapat diganggu gugat oleh. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu nilai dasar

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berasal dari Tuhan, dan tidak dapat diganggu gugat oleh. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan salah satu nilai dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, dan mempunyai derajat yang luhur sebagai manusia, mempunyai budi dan karsa yang merdeka sendiri. Semua

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In No.1421, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Kode Etik Pegawai. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H. TRAINING RULE OF LAW SEBAGAI BASIS PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk - Jakarta, 2 5 November 2015 MAKALAH Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM Oleh: Eko Riyadi,

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P No.379, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Penanganan Konflik Sosial. Penggunaan dan Pengerahan. Kekuatan TNI. Bantuan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

YPKP 65 Pusat adalah singkatan dari Yayasan

YPKP 65 Pusat adalah singkatan dari Yayasan 6 YPKP 65 Pusat - Jakarta YPKP 65 PUSAT - JAKARTA YPKP 65 Pusat adalah singkatan dari Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 65. Atau didalam bahasa asing (Inggris) : Indonesian Institute For The Study Of

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dipercaya sebagai kunci utama dalam sistem informasi manajemen. Teknologi informasi ialah seperangkat alat yang sangat penting untuk bekerja

Lebih terperinci

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA MUKADIMAH Konsil LSM Indonesia menyadari bahwa peran untuk memperjuangkan partisipasi masyarakat dalam segala proses perubahan membutuhkan pendekatan dan pentahapan yang

Lebih terperinci

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA Materi Kuliah Sistem Politik Indonesia [Sri Budi Eko Wardani] Alasan Intervensi Militer dalam Politik FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL 1. Nilai dan orientasi perwira

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT Title? Author Riendra Primadina Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov 2010 14:10:06 GMT Author Comment Hafizhan Lutfan Ali Comments Jawaban nya...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para BAB 5 KESIMPULAN Gerwani adalah organisasi perempuan yang disegani pada masa tahun 1950- an. Gerwani bergerak di berbagai bidang. Yang menjadi fokus adalah membantu perempuan-perempuan terutama yang tinggal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 59, 1991 (ADMINISTRASI. LEMBAGA NEGARA. TINDAK PIDANA. KEJAKSAAN. Warganegara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PANCASILA DAN HAM. Makalah Disusun untuk: Memenuhi tugas akhir Pendidikan Pancasila STMIK AMIKOM

PANCASILA DAN HAM. Makalah Disusun untuk: Memenuhi tugas akhir Pendidikan Pancasila STMIK AMIKOM PANCASILA DAN HAM Makalah Disusun untuk: Memenuhi tugas akhir Pendidikan Pancasila STMIK AMIKOM Oleh: Rony Irwan Syah 11.11.5287 Kelompok : E S1 Teknik Informatika Dosen : DR. Abidarin Rosyidi, MMa. STMIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi No.1388, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BIN. Kode Etik Intelijen. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN INTELIJEN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK INTELIJEN NEGARA DENGAN

Lebih terperinci

Habibi Serahkan Dokumen Tragedi 98

Habibi Serahkan Dokumen Tragedi 98 Habibi Serahkan Dokumen Tragedi 98 Bakal Ada yang Kejang2 Jelang Pilpres 2019 Friday, May 12, 2017 https://www.detikmetro.com/2017/05/habibi-serahkan-dokumen-tragedi-98.html DETIK METRO - Presiden ke-3

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I M A G E L A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I M A G E L A N G Perda No. 12 / 2000 tentang Tatacara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

kliping ELSAM KLP: RUU KKR-1999

kliping ELSAM KLP: RUU KKR-1999 KLP: RUU KKR-1999 KOMPAS - Senin, 28 Jun 1999 Halaman: 1 Penulis: FER/AS Ukuran: 5544 RUU HAM dan Komnas HAM: Jangan Hapuskan Pelanggaran HAM Orba Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA. by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN

HAK ASASI MANUSIA. by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN HAK ASASI MANUSIA by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN HAK ASASI : - BENAR - MILIK /KEPUNYAAN - KEWENANGAN - KEKUASAAN UNTUK BERBUAT SESUATU : -

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah- Nya yang wajib dihormati,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci