BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 48 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Perusahaan PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang selanjutnya disingkat sebagai PT. KAI (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang menyediakan, mengatur dan mengurus jasa angkutan kereta api Indonesia didirikan sesuai akta tanggal 1 Juni 1999 No.2 yang dibuat di hadapan Imas Fatimah, S.H, Sp.N, Notaris di Jakarta dan kemudian diperbaiki kembali sesuai dengan akta tanggal 13 September 1999 No. 14, Akta pendirian tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui surat keputusan tanggal 1 Oktober 1999 No. C HT TH.99 dan telah diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia tanggal 14 Januari 2000 No. 4 Tambahan No. 240/2000. Riwayat PT Kereta Api Indonesia (Persero) dibagi menjadi tiga periode yaitu masa colonial, sebagai lembaga pelayanan publik dan sebagai perusahaan jasa. Pada masa kolonial industry perkeretaapian dimulai pada tahun 1864 ketika Namlooze Venootschap Indische Spoorweg Maatschappij memprakarsai pembangunan jalan kereta api dari Semarang ke Surakarta Jawa Tengah 34. Stasiun Kota Baru Kota Malang merupakan salah satu stasiun besar yang ada Di Kota Malang. Stasiun ini terletak pada ketinggian +444 Mdpl di JL. Trunojoyo Kiduldalem Klojen Kota Malang. Jumlah jalur pada stasiun Kota Baru Malang ada 10 jalur yang terbagi atas 5 jalur untuk kedatangan dan pemberangkatan kereta dan 5 34 http// kereta api.co.id// diakses tanggal 2 Desember 2016

2 49 jalur lainnya untuk jalur parkir dan langsir kereta pengisian bahan bakar kereta. Jumlah kereta api yang melintas di stasiun Kota Baru Malang adalah 40 kereta api dengan berbagai jenis yaitu kereta api ekonomi, eksekutif, bisnis dan kereta barang. Jumlah penumpang yang singgah pada stasiun Kota Baru Malang perhari mencapai penumpang dengan pendapatan mencapai juta perhari. Jumlah pegawai PT.KAI yang ditugaskan untuk mengelolah stasiun Kota Baru Malang berjumlah 29 orang 35. Gambar 1 Logo PT. Kereta Api Indonesia Sumber : http// kereta api.co.id// diakses tanggal 2 Desember 2016 Garis melengkung : malambangkan gerakan yang dinamis PT.KAI dalam mencapai visi dan misinya. Anak panah : melambangkan nilai integritas yang harus dimiliki insan PT.KAI dalam mewujudkan pelayanan prima. Warna orange : melambangkan proses pelayanan prima (kepuasan pelanggan) yang ditujukan kepada pelanggan internal dan eksternal. 35 Hasil wawancara dengan Bapak. Suprapto.(Kepala Stasiun Kota Baru Malang). Tanggal 1 Desember 2016

3 50 Warna biru : melambangkan semangat inovasi yang harus dilakukan dalam memberikan nilai tambah ke stakeholders. Inovasi dilakukan dengan semangat sinergi di semua bidang dan dimulai dari hal yang paling kecil sehingga dapat melesat 36. Visi dan misi Visi : menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders. Misi : menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya melalui praktek bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan 4 pilar utama yaitu keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan dan kenyamanan 37. Berikut struktur organisasi stasiun Kota Baru Malang : 36 http// kereta api.co.id// diakses tanggal 2 Desember Hasil wawancara dengan Bapak. Suprapto.(Kepala Stasiun Kota Baru Malang). Tanggal 1 Desember 2016

4 51 Bagan 1 Struktur Organisasi Stasiun Kota Baru Malang JM UPT STA SUPRAPTO NIPP WKSB MARDIONO NIPP SPV PERKA dan ADM SAMSUL HADI NIPP47008 SPVPELAYANAN STASIUN ACHMAD SYAIFUL NIPP SPV KOMERSIAL RIRIN DESMAYANTI NIPP SPV KAMTIB SOBANI NIPP PPKA CUSTOMER CARE OA LOKET BOARDING PRS ANNOUNCER OPERATOR SECURITY PLR CLEANER LOKET PORTER CHEKER Sumber : Hasil observasi stasiun Kota Baru Malang tanggal 1 Desember 2016 B. Aksesibilitas penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa transportasi kereta api di Stasiun Kota Baru Malang ditinjau dari Pasal 131 ayat 1 Undang Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian. Aksesibilitas merupakan kemudahan yang disediakan untuk kaum disabilitas guna menciptakan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan sebagai suatu kemudahan bergerak dan menggunakan fasilitas yang ada. Sehingga dalam penggunaannya bisa digunakan secara mandiri contohnya fasilitas di stasiun dan

5 52 kereta api. Karena fasilitas penunjang di stasiun dan gerbong kereta api merupakan hal yang sangat berperan penting bagi pengguna jasa transportasi kereta api tanpa terkecuali. Sehingga kemudahan kemandirian dan kenyamanan dapat tercipta pada saat menggunakan jasa transportasi kereta api. Aksesibilitas wajib disediakan untuk penyandang disabilitas sehingga tercipta kemudahan kesetaraan kemandirian dari setiap pengguna jasa transportasi kereta api. Setiap warga Negara berhak atas pemenuhan fasilitas publik tanpa terkecuali kaum disabilitas. Jika ditinjau dari Pasal 131 ayat 1 Undang Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian yang berisikan bahwa Penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit, dan orang lanjut usia. Hal ini merupakan dasar atas disediakannya fasilitas untuk penyandang disabilitas sesuai dengan standart pelayanan minimum seperti yang tertuang pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api.

6 53 Tabel 3.1 Pendapat Responden Tentang Penggunaan Kereta Api Pernyataan Nama Jawaban Ya Tidak Penggunaan jasa kereta Harianto api oleh penyandang Norman S disabilitas Neni Maman Bambang Yulis Lisa Siti Nanang Yanti Jawaban 10 Responden Sumber : YPAC Malang yang dijawab oleh penyandang disabilitas. Tanggal 20 November 2016 Berdasarkan tabel hasil kuisioner yang diperoleh dari penyandang disabilitas di YPAC Malang menunjukkan bahwa 50% dari 10 responden penyandang disabilitas masih enggan untuk menggunakan transportasi kereta api. Karena sebagian besar penyandang disabilitas memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi pada saat berpergian. Karena dirasa aksesibilitas dalam menggunakan transportasi umum seperti kereta api masih sulit bagi penyandang disabilitas khususnya di stasiun Kota Baru Malang Hasil wawancara dengan Norman Sabili. (Penyandang Disabilitas). Tanggal 20 November 2016

7 54 Tabel 3.2 Pendapat Responden Tentang Fasilitas Kereta Api Pernyataan Nama Jawaban Tingkat pemenuhan fasilitas kereta api berdasarkan kebutuhan penyandang disabilitas Jawaban Harianto Norman S Neni Yulis Yanti Ya 5 Responden Tidak Sumber : YPAC Malang yang dijawab oleh penyandang disabilitas. Tanggal 20 November 2016 Berdasarkan tabel dari hasil kuisioner yang dijawab oleh 5 responden mengatakan fasilitas yang ada pada kereta api belum memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas. Karena para penyandang disabilitas masih merasa kesulitan pada saat menggunakan kereta api jika tanpa bantuan dari oranglain. Dengan belum adanya kelengkapan fasilitas yang ada membuat penyandang disabilitas belum mendapat kemudahan aksesibilitas pada saat menggunakan jasa kereta api dan juga kesetaraan dan kesamaan kesempatan serta mengurangi kebebasan kemandirian dari penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api dalam menggunakan fasilitas yang ada di stasiun dan gerbong kereta api Hasil wawancara dengan Norman Sabili. (Penyandang Disabilitas). Tanggal 20 November 2016

8 55 Tabel 3.3 Pendapat Responden Tentang Kemudahan Aksesibilitas Pernyataan Nama Jawaban Ya Tidak Kemudahan yang Harianto diperoleh penyandang Norman S disabilitas pada saat Neni menggunakan jasa Yulis transportasi kereta api Yanti Jawaban 5 Responden Sumber : YPAC Malang yang dijawab oleh penyandang disabilitas. Tanggal 20 November 2016 Berdasarkan tabel dari hasil kuisioner yang dijawab oleh 5 responden yang pernah menggunakan jasa transportasi kereta api mengatakan masih belum memperoleh kemudahan akses pada saat menggunakan kereta api. Kemudahan akses belum di dapatkan oleh penyandang disabilitas karena pada saat Di Stasiun Kota Baru Malang pada saat awal masuk stasiun belum ada jalur khusus untuk kursi roda sehingga menyulitkan pergerakan dari penyandang disabilitas yang harus berdesakan dengan penumpang lainnya, pada saat membeli tiket loketnya juga masih belum mudah untuk dijangkau, belum ada ruang tunggu khusus untuk penyandang disabilitas sehingga dirasa masih sulit aksesibilitas oleh penyandang disabilitas di stasiun Kota Baru Malang Hasil wawancara dengan Norman Sabili. (Penyandang Disabilitas). Tanggal 20 November 2016

9 56 Dalam lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api menjelaskan beberapa kriteria yang harus ada yaitu informasi yang jelas dan mudah, loket, ruang tunggu, toilet, fasilitas kemudahan naik/turun penumpang, fasilitas khusus untuk penyandang disabilitas, fasilitas kesehatan, keamanan dan keselamatan. Fasilitas yang disediakan Di Stasiun Kota Baru Malang diberikan berdasarkan SPM (Standart Pelayanan Minimum) yang telah ditetapkan. Fasilitas yang sudah tersedia di stasiun Kota Baru Malang untuk penyandang disabilitas yaitu toilet yang bisa digunakan penyandang disabilitas, mushola yang sudah disediakan tempat duduk khusus untuk penyandang disabilitas, ada jalan landai yang menghubungkan antar jalur rel kereta api yang bisa digunakan untuk penyandang disabilitas, ruang menyusui, ruang kesehatan. Selain penyediaan beberapa fasilitas untuk menjamin hak dari penyandang disabilitas dalam penggunaan jasa kereta api juga diberikan pelayanan oleh petugas dari stasiun Kota Baru Malang kepada penyandang disabilitas. Namun belum ada fasilitas lain yang mendukung seperti tangga yg landai untuk naik turun penumpang, loket yang rendah agar mudah digunakan pengguna kursi roda dan ruang tunggu khusus, jalur khusus dari pertama masuk stasiun untuk penyandang disabilitas. Dalam gerbong kereta api sendiri juga belum merata atas pemenuhan fasilitas penyandang disabilitas, hanya kereta tertentu saja yang sudah ada fasilitas untuk penyandang disabilitas Hasil wawancara dengan Bapak. Suprapto.(Kepala Stasiun Kota Baru Malang). Tanggal 1 Desember 2016

10 57 Belum adanya kelengkapan fasilitas khusus yang menjamin atas pemenuhan hak penyandang disabilitas hal ini dapat mengurangi kemandirian aksesibilitas dari penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api, karena walaupun sudah disediakan beberapa fasilitas untuk mendukung hak penyandang disabilitas akan tetapi belum adanya fasilitas yang menjadi kebutuhan dasar untuk kemudahan akses dari penyandang disabilitas hal ini membuat para penyandang disabilitas masih bergantung sepenuhnya terhadap bantuan tenaga manusia untuk memudahkan langkahnya. Seperti belum adanya ruang tunggu khusus, belum ada tangga yang landai untuk naik turun, belum ada loket yang bisa dijangkau kursi roda, serta jalan khusus untuk penyandang disabilitas pada saat awal memasuki stasiun selain itu di dalam gerbong kereta belum merata pintu kereta yang luas sehingga mudah untuk diakses kursi roda dan papan informasi perjalanan kereta digital untuk penyandang tuna rungu. Belum lengkapnya fasilitas yang mendukung juga menjadi penyebab masih banyaknya penyandang disabilitas yang masih enggan untuk menggunakan jasa transportasi publik salah satunya kereta api 42. Walaupun belum terpenuhi secara maksimal fasilitas khusus untuk penyandang disabilitas namun pihak dari PT.KAI memberikan pelayanan jika ada penyandang disabilitas yang menggunakan jasa transportasi kereta api agar para penyandang disabilitas tersebut mendapatkan kemudahan aksesibilitas dalam menggunakan transportasi kereta api. Pihak penyelenggara kereta api bukan tidak 42 Hasil observasi di Stasiun Kota Baru Malang dan wawancara dengan Norman Sabili. (Penyandang Disabilitas). Tanggal 20 November 2016

11 58 menghargai asas kemandirian dari penyandang disabilitas akan tetapi karena belum adanya pengadaan fasilitas dari pihak pengelolah pusat yaitu DAOP 8. Petugas di Stasiun Kota Baru Malang hanya sebagai pengelolah saja, namun untuk pemenuhan fasilitas harus ada ketentuan dari DAOP 8 sebagai penyelenggara kereta api 43. Adapun yang termasuk dalam standart pelayanan minimum sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat 3 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yakni: 1. Standart pelayanan minimal di stasiun kereta api; dan 2. Standart pelayanan minimal dalam perjalanan. Kemudian yang termasuk dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang dengan Kereta Api yakni: standart pelayanan minimum penumpang di stasiun sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup a. Keselamatan; b. Keamanan; c. Kehandalan; d. Kenyamanan; e. Kemudahan; dan f. Kesetaraan. Pemberian fasilitas dirasa kurang dan merata untuk setiap stasiun di Kota Malang salah satunya stasiun Kota baru. Karena fasilitas yang masih kurang hal ini menjadi penyebab adanya pembeda antara penumpang disabilitas dan penumpang normal lainnya karena belum bisa mengakses dengan mudah secara mandiri pada saat 43 Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Syaiful (Supervisor Pelayanan Stasiun Kota Baru Malang).Tanggal 1 Desember 2016

12 59 menggunakan jasa kereta api contohnya pada saat naik atau turun penumpang disabilitas tidak bisa mandiri sendiri karena belum adanya tangga yang landai untuk kursi roda, belum adanya ruang tunggu khusus untuk penyandang disabilitas juga menyulitkan karena jika harus menunggu kereta datang penyandang disabilitas harus berdesakan dengan paenumpang lainnya sehingga menyulitkan untuk melakukan pergerakan pada saat kereta datang jika tanpa bantuan petugas kereta api 44. Di dalam Pasal 131 ayat 1 Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian telah dijelaskan bahwa perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus bagi penyandang disabilitas bunyi pasal tersebut adalah sebagai berikut : penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit dan orang lanjut usia. Penyediaan fasilitas untuk pengguna jasa di Stasiun Kota Baru Malang sudah sesuai dengan standart pelayanan minimum. Namun belum lengkapnya fasilitas khusus untuk penyandang disabilitas menjadi penghambat atas aksesibilitas penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api untuk memperoleh kemandirian dan kesetaraan dalam menggunakan jasa kereta api 45. Berdasarkan uraian diatas jika dikaitkan dengan teori keadailan sosial John Rawls yang mengatakan Teori keadilan Rawls memiliki konsepsi keadilan yang disebut dengan Justice as Fairness. Justice as Fairness memiliki terdiri dari dua prinsip keadilan. Rawls merumuskan dua prinsip keadilannya sebagia berikut: 44 Hasil Observasi Stasiun Kota Baru Malang. Tanggal 23 November 2016 ( Diolah ) 45 Ibid

13 60 1. Each person has the same indefeasible claim to a fully adequate scheme of equal basic liberties, which scheme is compatible with the same scheme of liberties for all. (Setiap orang memiliki hak sama sejauh yang dapat dicakup keseluruhan sistem kesamaan kemerdekaan fundamental yang setara bagi kemerdekaan semua warga yang lain) 2. Social and economic inequalities are to satisfy two conditions: first, they are to be attached to offices and positions open to all under conditions of fair equality of opportunity; and second, they are to be to the greatest benefit of the leastadvantaged members of society. (maksudnya: Ketidaksamaan-ketidaksamaan sosial dan ekonomi ditata sedemikian rupa sehingga: a. paling menguntungkan bagi yang paling tertinggal, dan b. posisi-posisi dan jabatan-jabatan terbuka bagi semua di bawah syarat kesamaan kesempatan yang fair) 46. Bidang utama keadilan adalah susunan dasar masyarakat, semua institusi sosial, politik, hukum dan ekonomi. Karena susunan institusi sosial tersebut mempunyai pengaruh yang mendasar terhadap aspek-aspek kehidupan manusia, tetapi juga dalam perilaku, keputusan dan penilaian individual. Mengingat kompleksnya masalah keadilan, maka Rawls memusatkan diri pada bidang utama keadilan yang menurutnya adalah susunan dasar masyarakat. Susunan dasar masyarakat meliputi: konstitusi, pemilikan pribadi atas sarana-sarana produksi, pasar 46 Kirdi Dipoyudo.1985.Keadilan Sosial. Jakarta.Penerbit CV Rajawali.Hal.4

14 61 kompetitif, dan susunan keluarga monogami. Dari penjelasan tersebut Rawls menitik beratkan pada bentuk hubungan sosial yang membutuhkan kerjasama. Keadilan sosial bagi penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api masih kurang terwujud pasalnya mereka masih belum mendapatkan kemandirian atas aksesibilitas pada transportasi kereta api secara merata. Jika dikaitkan dengan teori keadilan sosial John Rawls yang menyebutkan Each person has the same indefeasible claim to a fully adequate scheme of equal basic liberties, which scheme is compatible with the same scheme of liberties for all. (Setiap orang memiliki hak sama sejauh yang dapat dicakup keseluruhan sistem kesamaan kemerdekaan fundamental yang setara bagi kemerdekaan semua warga yang lain) hak dari penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa Kereta Api masih belum sepenuhnya terpenuhi karena dalam penyediaan fasilitas pendukung aksesibilitas penyandang disabilitas masih belum maksimal dan merata dalam penyediaannya. Atas kurangnya fasilitas yang ada hal ini mengurangi kesamaan kemerdekaan bagi penyandang disabilitas karena tidak ada kesetaraan hak aksesibilitas penyandang disabilitas pada saat menggunakan transportasi kereta api karena belum terpenuhinya secara maksimal sehingga menjadikan beda antara pengguna jasa penyandang disabilitas dan pengguna jasa transportasi lainnya. Dalam Pasal 1 ayat 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas di sebutkan bahwa : aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan untuk penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan kesempatan.

15 62 Kesamaan kesempatan menurut pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 adalah keadilan yang memberikan peluang dan/atau menyediakan akses kepada penyandang disabilitas untuk menyalurkan potensi dalam segala aspek penyelenggaraan Negara dan masyarakat. Hak dari penyandang disabilitas tersebut tertuang pada Pasal 18 Undang Undang no 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas yang berbunyi : Hak Aksesibilitas untuk Penyandang Disabilitas meliputi hak: a. Mendapatkan Aksesibilitas untuk memanfaatkan fasilitas publik; dan b. Mendapatkan Akomodasi yang Layak sebagai bentuk Aksesibilitas bagi individu. Pasal 19 Hak Pelayanan Publik untuk Penyandang Disabilitas meliputi hak: a. Memperoleh Akomodasi yang Layak dalam Pelayanan Publik secara optimal, wajar, bermartabat tanpa Diskriminasi; dan b. Pendampingan, penerjemahan, dan penyediaan fasilitas yang mudah diakses di tempat layanan publik tanpa tambahan biaya. Akomodasi yang layak menurut Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang penyandang Disabilitas adalah modifikasi dan penyesuaian yang tepat dan diperlukan untuk menjamin penikmatan atau pelaksanaan semua hak asasi manusia dan kebebasan fundamental untuk penyandang disabilitas berdasarkan kesetaraan. Jika ditinjau dari Pasal 131 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian yang menyebutkan penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit dan orang lanjut usia. Di Stasiun Kota Baru Malang tersedia beberapa fasilitas yang bisa digunakan untuk penyandang disabilitas. Namun belum maksimal dalam penyediaannya sehingga mengurangi kemandirian dan kemudahan aksesibilitas penyandang disabilitas pada saat menggunakan transportasi kereta api. Hal ini menjadikan kurang sesuainya dari penerapan Pasal 131 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007

16 63 Tentang Perkeretaapian karena belum terpenuhinya unsur kemudahan yang diperoleh penyandang disabilitas. Dengan demikian fungsi kereta api sebagai pelayanan masyarakat menjadi kurang memuaskan bagi penyandang disabilitas karena belum terpenuhi secara maksimal fasilitas yang menjadi kebutuhan atas pengguna jasa transportasi kereta api khususnya penyandang disabilitas. Hal ini menjadikan kurangnya kemudahan aksesibilitas dari penyandang disabilitas pada saat menggunakan kereta api untuk berpergian. Akan tetapi sebagai penyelenggara kereta api hal ini menjadi tantangan agar meningkatkan pemenuhan fasilitas untuk disabilitas secara merata di setiap stasiun dan di dalam gerbong kereta api khususnya di Kota Malang. Badan penyelenggara kereta api wajib memberikan fasilitas yang diperlukan dan memberikan pelayanan khusus untuk penyandang disabilitas dan orang sakit di stasiun kereta api untuk memudahkan aksesibilitas. Menurut Keputusan Menteri No. 71 Tahun 1999 standart acuan aksesibilitas pada sarana prasarana perkeretaapian meliputi : 1. Sarana a. Ruang yang dirancang dan disediakan khusus untuk kelompok disabilitas dan orang sakit guna memberikan kemudahan bergerak. b. Penempatan ruang untuk kelompok disabilitas dan orang sakit diharuskan memiliki aksesibilitas tanpa hambatan untuk keperluan peturasan. c. Alat bantu naik turun dan sarana pengangkut. d. Informasi perjalanan kereta api. 2. Prasarana a. kondisi keluar masuk stasiun harus andal.

17 64 b. kondisi peterusan yang dapat dimanfaatkan kelompok disabilitas dan orang sakit tanpa bantuan pihak lain. c. Kondisi peron yang memudahkan kelompok disabilitas dan orang sakit untuk naik turun dari dank e sarana perkeretaapian. d. Wajib menyediakan personil yang dapat membantu kelompok disabilitas dan orang sakit. e. Papan informasi perjalanan kereta api berbentuk huruf braile atau tanda melalui bunyi bagi kelompok disabilitas tuna netra. f. Tempat duduk bagi penempatan kursi roda pada sisi aman dekat pintu keluar / masuk. g. Papan informasi dengan tanda huruf yang besar disertai warna yang jelas dan dalam jumlah yang cukup banyak bagi kelompok disabilitas tuna grahita, tuna rungu, dan tuna daksa. h. Kemudahan untuk mendapatkan tiket angkutan. C. Tanggung jawab penyelenggara kereta api Di Kota Malang dalam memberikan perlindungan hukum terhadap hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa transportasi kereta api Perlindungan hukum menurut Satjipto Raharjo bahwa perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak yang diberikan oleh hukum 47. Sementara itu, pengertian hukum dapat dikaji dari norma yang tercantum dalam Undang-Undang dan Norma Hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Perlindungan hukum terhadap pihak yang lemah selalu dikaitkan dengan perlindungan terhadap hak pihak yang lemah. Maria Theresia Geme mengartikan perlindungan hukum adalah berkaitan dengan tindakan 47 Satjipto Raharjo.2000.Ilmu Hukum..Bandung. PT Citra Adi Karya Bakti.Hal.54

18 65 Negara untuk melakukan sesuatu dengan memberlakukan hukum secara eksklusif dengan tujuan untuk memberikan jaminan kepastian hak seseorang atau kelompok orang 48. Perlindungan hukum dapat diartikan perlindungan oleh hukum atau perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. Cara perlindungan secara hukum adalah : 1. Membuat peraturan (giving regulation), yang bertujuan untuk : a. Memberikan hak dan kewajiban. b. Menjaminn hak para subjek. 2. Menegakkan peraturan (by the law enforcement) melalui : a. Hukum Administrasi Negara yang berfungsi untuk mencegah (preventif) terjadinya pelanggaran hak konsumen, dengan perijinan dan pengawasan. b. Hukum pidana yang berfungsi menanggulangi (repressive) setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang undangan dengan cara mengenakan sanksi hukum berupa sanksi pidana dan hukuman. c. Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative recovery) dengan membayar kompensasi atau kerugian 49. Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan konsumen terdapat artian perlindungan hukum terhadap konsumen yaitu : segala 48 Maria Theresia Geme.2012.Perlindungan Hukum Terhadap Masyarakat Hukum Adat Dalam Pengelolahan Cagar Alam Watu Ata Kabupaten Ngada NTT.Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.Hal Wahyu Sasongko,2013,Perlindungan Hukum Bagi Konsumen,Vol.1.No.1

19 66 upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan terhadap konsumen. Sebagai pengguna jasa memiliki hak dan kewajiban. Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan konsumen, hak konsumen adalah sebagai berikut : 1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang/jasa. 2. Hak untuk memilih barang atau jasa serta mendapatkan barang atau jasa tersebut sesuai nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. 3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa. 4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang atau jasa. 5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut. 6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen. 7. Hak untuk diperlakukan dengan benar atau jujur serta tidak diskriminatif. 8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian apabila barang atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjiannya. Pihak penyelenggara kereta api wajib bertanggung jawab atas hak dari pengguna jasa yaitu penyandang disabilitas. Hal ini sesuai dengan Pasal 2 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian yaitu : Perkeretaapian sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem transportasi nasional diselenggarakan berdasarkan: a. asas manfaat; b. asas keadilan; c. asas keseimbangan; d.asas kepentingan umum; e. asas keterpaduan; f. asas kemandirian; g. asas transparansi; h. asas akuntabilitas; dan

20 67 i. asas berkelanjutan. Asas kemandirian dalam huruf f merupakan unsur yang harus dipenuhi atas penyediaan fasilitas untuk penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api. Karena setiap orang tanpa terkecuali penyandang disabilitas juga berhak memperoleh kemandirian dalam menjalankan segala aktifitasnya sendiri tanpa bantuan oranglain. Sehingga hak yang diperlukan penyandang disabilitas menjadi terpenuhi sebagaimana mestinya sebagai pengguna jasa kereta api. Tabel 3.4 Pendapat responden tentang perlindungan hukum Pernyataan Nama Jawaban Ya Tidak Pengetahuan masyarakat penyandang disabilitas tentang Pasal 131 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian mewajibkan penyelenggara kereta api menyediakan fasilitas untuk penyandang disabilitas Harianto Norman S Neni Maman Bambang Yulis Lisa Siti Nanang Yanti Jawaban 10 Responden Sumber : YPAC Malang yang dijawab oleh penyandang disabilitas. Tanggal 20 November 2016 Berdasarkan tabel hasil kuisioner yang ditujukan kepada penyandang disabilitas 40% dari 10 responden sudah mengetahui bahwa ada aturan yang

21 68 melindungi mengenai hak untuk penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api. Namun 60% dari 10 responden tidak mengetahui akan aturan tersebut. Hal ini menunjukkan masih belum tersosialisasinya aturan tentang perlindungan hukum mengenai hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api dengan baik. karena lebih banyak penyandang disabilitas yang tidak tahu akan aturan yang menjamin hak penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api 50. Di stasiun Kota Baru Malang bentuk tanggung jawab atas perlindungan hukum hak penyandang disabilitas adalah dengan menyediakan fasilitas untuk penyandang disabilitas. Yaitu toilet yang bisa diakses penyandang disabilitas, jalur yang bisa digunakan untuk disabilitas sebagai penghubung antar rel, tempat ibadah yang sudah disediakan tempat duduk agar bisa digunakan penyandang disabilitas, untuk di dalam gerbong kereta api tidak semua kereta api mempunyai gerbong khusus untuk disabilitas hanya beberapa kereta yang sudah ada fasilitas yang lebih mendukung aksesibilitas penyandang disabilitas seperti pintu yang lebih lebar, jarak antar tempat duduk lebih lebar dan disediakan tempat khusus kursi roda di setiap ujung gerbong dan kapasitas penumpang lebih sedikit yaitu 80 orang sedangkan untuk kereta 106 orang. Yaitu kereta Matarmaja, Jayabaya, Jenggala. Untuk gerbong kereta api lainnya sudah terdapat tempat duduk yang mempunyai tanda bahwa bisa digunakan untuk penyandang disabilitas yang terletak di ujung gerbong 51. Penyediaan fasilitas di stasiun Kota Baru Malang disediakan berdasarkan standart pelayanan minimum yang 50 Hasil observasi YPAC Malang Tanggal 20 November Hasil wawancara dengan Bapak. Suprapto.(Kepala Stasiun Kota Baru Malang). Tanggal 1 Desember 2016

22 69 beracuan pada Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api. Bentuk perlindungan hukum terhadap penyandang disabilitas diatur dalam Pasal 131 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian yang berbunyi : penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit dan orang lanjut usia. Diperkuat dengan aturan pelaksana yaitu Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api. Untuk bentuk pengaturan mengenai perlindungan hukum terhadap pengguna kereta api tercantum dalam Pasal 3 ayat 1 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yang berbunyi : Standart pelayanan minimum penumpang di stasiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup : a. Keselamatan; b. Keamanan; c. Kehandalan; d. Kenyamanan; e. Kemudahan; dan f. Kesetaraan. Dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yang berbunyi : Standart pelayanan minimum penumpang di perjalanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup : a. Keselamatan; b. Keamanan;

23 70 c. Kehandalan; d. Kenyamanan; e. Kemudahan; dan f. Kesetaraan. Di stasiun Kota Baru Malang dalam penyediaan fasilitas dan pelayanan untuk pengguna jasa kereta api diselenggarakan berdasarkan standart pelayanan minimum yang ditentukan. Namun dalam penyediaan fasilitas untuk penyandang disabilitas baik di stasiun maupun dalam gerbong belum mencapai kesetaraan karena masih minimnya fasilitas untuk mendukung aksesibilitas penyandang disabilitas sehingga mengurangi kemandirian aksesibilitas untuk penyandang disabilitas Hasil Observasi Stasiun Kota Baru Malang. Tanggal 23 November 2016

24 71 Gambar 2 Ruang menyusui Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016 Di stasiun Kota Baru Malang sudah ada ruang ibu menyusui yang bisa digunakan untuk ibu yang sedang menyusui pada saat berada di stasiun Kota Baru. Kondisinya cukup bersih dan tertutup sehingga dapat menciptakan kenyamanan untuk ibu yang sedang menyusui dan bisa terjaga privasi dari pengguna ruangan tersebut pada saat sedang menyusui Hasil Observasi Stasiun Kota Baru Malang. Tanggal 23 November 2016

25 72 Gambar 3 Toilet di stasiun Kota Baru Malang Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016 Sudah tersedia toilet yang bisa digunakan untuk penyandang disabilitas hal ini merupakan bentuk tanggung jawab penyelenggara kereta api atas perlindungan hukum terhadap hak penyandang disabilitas. Kondisi toilet di stasiun Kota Baru Malang cukup bersih dan cukup luas untuk bisa diakses kursi roda dan juga sudah terdapat tanda usignage yang menunjukkan bahwa toilet tersebut dikhususkan untuk penyandang disabilitas 54. Dengan disediakan fasilitas untuk penyandang disabilitas 54 Hasil Observasi Stasiun Kota Baru Malang. Tanggal 23 November 2016

26 73 hal ini sesuai dengan Pasal 131 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian yang berbunyi : penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit dan orang lanjut usia. Dalam Pasal 3 ayat 1 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yang berbunyi : standart pelayanan minimum penumpang di stasiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup : a. Keselamatan; b. Keamanan; c. Kehandalan; d. Kenyamanan; e. Kemudahan; dan f. Kesetaraan.

27 74 Gambar 4 Pos Kesehatan Stasiun Kota Baru Malang Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November Di stasiun Kota Baru Malang juga sudah tersedia pos kesehatan yang bisa digunakan untuk penumpang yang sedang sakit pada saat melakukan perjalanan menggunakan kereta api di stasiun Kota Baru Malang. Kondisi pos kesehatan cukup steril karena berada pada ruang tertutup dan bersih didalamnya juga terdapat peralatan P3K dan obat yang disediakan untuk pengguna jasa ataupun petugas yang sedang mengalami gangguan kesehatan di Stasiun Kota Baru Malang Hasil Observasi Stasiun Kota Baru Malang. Tanggal 23 November 2016

28 75 Gambar 5 Musholla Stasiun Kota Baru Malang Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November Tersedia musholla/tempat ibadah yang didalamnya terdapat tempat duduk yang bisa digunakan untuk penyandang disabilitas, lansia, ibu hamil yang sedang melaksanakan ibadah. Kondisi di musholla tersebut sangat bersih karena tiap pagi dan sore hari selalu ada petugas kebersihan yang membersihkan tempat ibadah tersebut 56. Selain disediakan beberapa fasilitas yang bisa digunakan untuk penyandang disabilitas juga diberikan pelayanan untuk membantu penyandang disabilitas pada saat menggunakan jasa kereta api. Seperti membantu memesan tiket di loket, membantu mencarikan tempat duduk di ruang tunggu, serta membantu naik turun penumpang disabilitas. Tidak ada prosedur khusus dalam melakukan pelayanan terhadap penyandang disabilitas hanya saja para petugas di stasiun Kota Baru Malang 56 Hasil Observasi Stasiun Kota Baru Malang. Tanggal 23 November 2016

29 76 bertugas sesuai dengan hati dan visi misi dari PT.KAI selaku penyelenggara kereta api. Namun untuk pelayanan terhadap penyandang disabilitas mental lebih diarahkan agar menggunakan pendamping pada saat berpergian menggunakan kereta api 57. Menurut Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api disebutkan bahwa stasiun kereta api adalah tempat pemberhentian kereta api. Dalam standar pelayanan minimum orang dengan kereta api terdapat enam aspek pelayanan yang harus dipenuhi yaitu keselamatan, keamanan, kehandalan, kenyamanan, kemudahan dan kesetaraan. Berikut adalah kondisi di stasiun Kota Baru Malang : Gambar 6 Tampak depan Stasiun Kota Baru Malang Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November Hasil wawancara dengan Achmad Syaiful.(Supervisor Pelayanan Stasiun Kota Baru Malang). Tanggal 1 Desember 2016

30 77 Gambar 7 Loket Stasiun Kota Baru Malang Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016 Gambar 8 Ruang tunggu Stasiun Kota Baru Malang Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016

31 78 Gambar 9 Akses menuju peron Stasiun Kota Baru Malang Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016 Gambar 10 Ruang tunggu peron Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016

32 79 Gambar 11 Jalur terowongan penghubung antar rel Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016 Gambar 12 Tangga naik turun penumpang Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016

33 80 Gambar 13 Gerbong kereta api Sumber : Stasiun Kota Baru Malang tanggal 23 November 2016 Berdasarkan uraian diatas mengenai tanggung jawab penyelenggara kereta api atas hak penyandang disabilitas jika dikaitkan dengan teori perlindungan hukum menurut Satjipto Raharjo bahwa perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan kekuasaan untuk bertindak dalam kepentingan tersebut. Selanjutnya dikemukakan bahwa salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah memberikan pengayoman terhadap masyarakat. Perlindungan hukum terhadap masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum 58. Unsur yang tercantum dalam bentuk definisi dari teori perlindungan hukum meliputi : 1. Adanya wujud atau bentuk perlindungan hukum atau tujuan perlindungan hukum. 58 Satjipto Raharjo.1983.Permasalahan Hukum Di Indonesia.Bandung.Penerbit alumni.hal.121

34 81 2. Subjek hukum 3. Objek perlindungan hukum. Dalam setiap peraturan perundang-undangan yang menjadi wujud atau bentuk atau tujuan perlindungan yang diberikan kepada subjek atau objek perlindungannya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya teori perlindungan hukum merupakan teori yang berkaitan pemberian pelayanan kepada masyrakat. Penyelenggara kereta api wajib melakukan tanggung jawab perlindungan hukum atas hak penyandang disabilitas berdasarkan Pasal 131 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 yang menyebutkan penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit dan orang lanjut usia. Wujud perlindungan hukum yang diberikan oleh penyelenggara kereta api terhadap penyandang disabilitas harus sesuai dengan standart pelayanan minimum Pasal 3 ayat 1 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yang berbunyi : standart pelayanan minimum penumpang di stasiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup : a. Keselamatan; b. Keamanan; c. Kehandalan; d. Kenyamanan; e. Kemudahan; dan f. Kesetaraan.

35 82 Dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang Dengan Kereta Api yang berbunyi : standart pelayanan minimum penumpang di perjalanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3 huruf a paling sedikit mencakup : a. Keselamatan; b. Keamanan; c. Kehandalan; d. Kenyamanan; e. Kemudahan; dan f. Kesetaraan. Fasilitas yang disediakan untuk penyandang disabilitas yaitu toilet yang bisa diakses penyandang disabilitas, sudah ada tempat ibadah yang menyediakan tempat duduk agar bisa digunakan penyandang disabilitas untuk beribadah, ada jalur penghubung antar rel yang bisa digunakan untuk penyandang disabilitas, untuk didalam gerbong sendiri sudah ada beberapa kereta yang menyediakan tempat duduk untuk penyandang disabilitas di kereta kelas eksekutif terletak pada gerbong 4 dan 5. Namun dalam segi pemerataan dan pelengkap fasilitas untuk penyandang disabilitas masih banyak kendala yang menjadi penghambat antara lain belum adanya pengadaan fasilitas dari DAOP 8 selaku pengelolah pusat stasiun kereta api di Kota Malang. Selain itu karena jumlah penumpang disabilitas yang sedikit. Oleh karenanya pihak penyelenggara mengutamakan pelayanan dari petugas sebagai wujud perlindungan hukum itu sendiri. Jika ditinjau dari unsur teori perlindungan hukum

36 83 menyebutkan unsur yang tercantum dalam bentuk definisi dari teori perlindungan hukum meliputi : 1. Adanya wujud atau bentuk perlindungan hukum atau tujuan perlindungan hukum. 2. Subjek hukum 3. Objek perlindungan hukum. Wujud perlindungan hukumnya yaitu disediakannya beberapa fasilitas dan diberikannya pelayanan untuk penyandang disabilitas. Jika ditinjau dari Pasal 3 dan 4 Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Standart Pelayanan Minimum Orang dengan Kereta Api yang menyebutkan unsur keamanan, kenyamanan, kehandalan, kemudahan dan kesetaraan Di Stasiun Kota Baru Malang untuk keamanan sudah ada petugas keamanan dari security dan Polsuska yang berjaga di Stasiun Kota Baru malang, untuk kehandalan sudah disediakan petugas yang siap sedia melayani sesuai dengan visi dan misi, kenyamanan sudah cukup memenuhi karena kondisi di stasiun Kota Baru malang sudah cukup bersih sehingga dapat menciptakan rasa nyaman bagi pengguna jasa, untuk kemudahan dan kesetaraan masih kurang karena masih belum lengkap fasilitas yang disediakan untuk mendukung kemudahan aksesibilitas penyandang disabilitas. Namun belum tepat mengenai sasaran atas upaya tanggung jawab hukum yang diberikan terhadap penyandang disabilitas karena para penyandang disabilitas masih memilih kendaraan pribadi untuk berpergian akibat belum lengkapnya fasilitas yang menjamin rasa kemandirian dan kesetaraan dari penyandang disabilitas. Karena penyandang

37 84 disabilitas dibedakan dengan berbagai macam maka terkait dengan penyelenggara sarana dan prasarana juga harus berbeda. Di Stasiun Kota Baru Malang dari mulai awal masuk stasiun belum terlihat adanya fasilitas khusus yang mendukung kemandirian aksesibilitas penyandang disabilitas. Oleh karena itu wujud perlindungan hukum yang diberikan penyelenggara kereta api terhadap hak penyandang disabilitas sudah memenuhi unsur perlindungan hukum namun masih belum mencakup keseluruhan dari kebutuhan penyandang disabilitas sebagai pengguna jasa kereta api. Sebagai contoh berikut adalah fasilitas khusus untuk penyandang disabilitas : Gambar 14 Jalur khusus penyandang disabilitas Sumber : Google.com fasilitas penyandang disabilitas diakses tanggal 26 Desember 2016 Jalur untuk penyandang disabilitas dibuat dengan ada jalur yang bergelombang sehingga memudahkan akses untuk penyandang disabilitas tuna netra

38 85 sebagai penunjuk arah. Sehingga aksesibilitas kemandirian penyandang disabilitas tuna netra dapat terpenuhi. Gambar 15 Ruang tunggu penyandang disabilitas Sumber : Google.com fasilitas penyandang disabilitas diakses tanggal 26 Desember 2016 Sumber : Google.com fasilitas penyandang disabilitas diakses tanggal 26 Desember 2016 Ruang tunggu untuk penyandang disabilitas harus disediakannyua ruang untuk kursi roda. Sehingga penyandang disabilitas pengguna kursi roda tidak

39 86 berdesakan dengan pengguna jasa lainnya. Selain ada ruang untuk kursi roda tatanan tempat duduk haruslah luas agar pengguna kursi roda bisa mudah melakukan pergerakan dengan kursi roda tanpa harus berdesakan. Gambar 16 Papan pengumuman huruf braile Sumber : Google.com fasilitas penyandang disabilitas diakses tanggal 26 Desember 2016 Papan pengumuman huruf braile berfungsi untuk membantu agar penyandang disabilitas tuna rungu dapat memperoleh informasi dengan mudah. Oleh karenanya dengan disediakannya fasilitas tersebut dapat mendukung kemandirian dari penyandang disabilitas tuna rungu dan memperoleh kesetaraan karena dapat memperoleh informasi dengan mudah sama dengan pengguna jasa lainnya

40 87 Gambar 17 Tangga landai naik turun penumpang Sumber : Google.com fasilitas penyandang disabilitas diakses tanggal 26 Desember 2016 Tangga landai untuk naik turun penumpang disabilitas. Dengan adanya tangga yang landai bisa digunakan penyandang disabilitas untuk naik turun dengan mudah. Karena tidak ada lagi tangga susun yang tidak bisa dilewati kursi roda. Sehingga dapat menciptakan kesetaraan dan kemandirian penyandang disabilitas. Gambar 18 Tempat duduk penyandang disabilitas dalam gerbong Sumber : Google.com fasilitas penyandang disabilitas diakses tanggal 26 Desember 2016

41 88 Adanya ruang untuk kursi roda dalam gerbong kereta api berfungsi untuk memudahkan pengguna kursi roda di dalam gerbong kereta api tanpa harus berpindah dari kursi roda karena sudah disediakannya ruang untuk kursi roda. Selain itu tatanan gerbong kereta api yang dibuat lebih luas untuk memudahkan akses pengguna kursi roda dalam gerbong kereta api. Dengan adanya fasilitas tersebut dapat menciptakan rasa kesetaraan untuk penyandang disabilitas Beberapa contoh gambar fasilitas untuk penyandang disabilitas yang di lampirkan adalah bentuk dari upaya tanggung jawab perlindungan hukum yang harus diberikan oleh penyelenggara kereta api kepada penyandang disabilitas karena dengan menggunakan fasilitas tersebut dapat memenuhi kemandirian atas aksesibilitas penyandang disabilitas tanpa bantuan dari orang lain serta menciptakan kesetaraan bagi penyandang disabilitas. Dalam Pasal Pasal 198 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Kereta Api menyebutkan bahwa : 1 Setiap jenis sarana perkeretaapian wajib memenuhi kelaikan operasi sarana perkeretaapian. 2 Kelaikan operasi sarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pengujian sarana perkeretaapian; dan b. pemeriksaan sarana perkeretaapian. Pasal 398 ayat 4 dan 5 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Kereta Api menyebutkan bahwa : Penyelenggara prasarana, dan sarana perkeretaapian yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 163 ayat 1, Pasal 166 ayat 2, Pasal 171 ayat 1, Pasal 173 ayat 3, Pasal 182 ayat 1, Pasal 198 ayat 1, Pasal 222 ayat 1, Pasal 229 ayat 1, Pasal 271 ayat 1, Pasal 274 ayat 1, Pasal 277 ayat 1, Pasal 290 ayat

42 89 1, Pasal 328, Pasal 331, Pasal 336, Pasal 341, Pasal 348, Pasal 351 ayat 3, Pasal 362, atau Pasal 372, dikenai sanksi administrasi. Ayat 5 Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4 diberikan dengan tahapan: a. peringatan tertulis; b. pembekuan sertifikat atau izin; c. pencabutan sertifikat atau izin. Jika dikaitkan dengan teori efektifitas hukum yang dikemukakan oleh Soerjono Soekamto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatu aturan hukum ditentukan oleh 5 faktor yaitu : Faktor hukumnya sendiri, Faktor penegak hukum, Pihak yang membuat dan yang menerapkan hukum, Faktor sasaran atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan, Faktor kebudayaan,sebagai hasil karya,cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia dalam pergaulan 59. Ahmad ali berpendapat bahwa pada umumnya ketika kita ingin mengetahui sejauh mana efektifitas hukum tersebut untuk ditaati atau tidak ditaati yaitu faktor yang mempengaruhi efektifitas suatu perundang undangan adalah professional dan optimal pelaksanan peran dari para penegak hukum baik dalam menjalankan tugas dan menjalankan isi dari Undang- Undang tersebut 60. Berdasarkan teori dari Soerjono Soekamto tidak adanya penerapan sanksi atas tidak tersedianya dengan lengkap fasilitas khusus untuk penyandang disabilitas merupakan bentuk tidak efektifnya aturan yang telah dibuat. Hal ini 59 Soerjono Soekamto.2008.Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Jakarta.Penerbit PT Raja Grafindo Persada.Hal.8 60 Achmad Ali.2010.Menguak Teori Hukum Dan Teori Keadilan.Jakarta.Kencana.Hal 375

43 90 disebabkan karena tidak ada ketegasan dari petugas yang berwenang melakukan pengawasan untuk menerapkan sanksi yang telah diatur oleh Undang-Undang atas penyelenggara sarana dan prasarana kereta api. Maka dengan kurangnya penerapan sanksi yang diatur hal ini menjadi tidak efektifnya aturan yang dibuat. Sehingga pemenuhan fasilitas untuk penyandang disabilitas masih belum tersedia dengan lengkap di Stasiun Kota Baru Malang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk juga mempengaruhi pembangunan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1571, 2014 KEMENHUB. Kereta Api. Angkutan Umum. Standar Pelayanan Minimum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 47 TAHUN 2014 TENTANG2

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. (Persero), logo organisasi, struktur organisasi PT Kereta Api Indonesia

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. (Persero), logo organisasi, struktur organisasi PT Kereta Api Indonesia BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN Pada bab II ini, peneliti mendeskripsikan mengenai konteks dari penelitian yang diteliti. Konteks penelitian pada penelitian ini adalah mengenai PT KAI (Persero).

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 276, 2015 KEMENHUB. Penumpang. Angkatan Laut. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 37 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 292, 2015 KEMENHUB. Penumpang. Angkutan Udara. Dalam Negeri. Standar Pelayanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2015

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 98 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN AKSESIBILITAS PADA PELAYANAN JASA TRANSPORTASI PUBLIK BAGI PENGGUNA JASA

Lebih terperinci

AKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG CACAT DAN ORANG SAKIT PADA SARANA DAN PRASARANA PERHUBUNGAN

AKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG CACAT DAN ORANG SAKIT PADA SARANA DAN PRASARANA PERHUBUNGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 71 TAHUN 1999 TENTANG AKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG CACAT DAN ORANG SAKIT PADA SARANA DAN PRASARANA PERHUBUNGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) organisasi, dan tugas dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai

GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) organisasi, dan tugas dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai BAB II GAMBARAN UMUM GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) Bab dua berisi sejarah serta perkembangannya, visi, misi, struktur organisasi, dan tugas dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat. Banyak perangkatperangkat yang dibuat maupun dikembangkan sesuai bidangnya masing-masing. Perangkat tersebut digunakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM PT KERETA API INDONESIA

BAB III TINJAUAN UMUM PT KERETA API INDONESIA BAB III TINJAUAN UMUM PT KERETA API INDONESIA III.1 Sejarah Perusahaan Perkereta apian di Indonesia bermula dengan dibangunnya jalan rel sepanjang 26 km antara stasiun Kemijen dan Tanggung di Jawa Tengah

Lebih terperinci

2 2015, No.322 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722) 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publi

2 2015, No.322 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722) 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.322, 2015 KEMENHUB. Angkutan Orang. Kereta Api. Pelayanan Minimum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 48 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR

Lebih terperinci

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); 4. Peraturan Presiden Nomor 47

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); 4. Peraturan Presiden Nomor 47 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.306, 2015 KEMENHUB. Terminal. Penumpang Angkutan jalan. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

Capacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability

Capacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability Capacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability Accessible Infrastructure, Transportation Click to add text and Technology Perundangan. UUD 1945 Pasal 28 H ayat 2, Setiap

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA STASIUN KERETA API MALANG KOTA BARU BERDASARKAN SPM K.A. DAN IPA

EVALUASI KINERJA STASIUN KERETA API MALANG KOTA BARU BERDASARKAN SPM K.A. DAN IPA EVALUASI KINERJA STASIUN KERETA API MALANG KOTA BARU BERDASARKAN SPM K.A. DAN IPA Ahmad syahirul Alim, Achmad Wicaksono, Hendi Bowoputro Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA STASIUN KERETA API MALANG KOTA BARU BERDASARKAN SPM K.A. DAN IPA

EVALUASI KINERJA STASIUN KERETA API MALANG KOTA BARU BERDASARKAN SPM K.A. DAN IPA EVALUASI KINERJA STASIUN KERETA API MALANG KOTA BARU BERDASARKAN SPM K.A. DAN IPA Hendi Bowoputro, Rahayu K., Ahmad Syahirul A. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi Perkeretaapian UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 157 (1) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian, lukaluka, atau meninggal dunia

Lebih terperinci

BAB IV PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

BAB IV PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG BAB IV PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG A. PEMAHAMAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG Pengembangan Stasiun Pemalang merupakan suatu proses atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan transportasi pada era globalisasi seakan menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan masyarakat terkait dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. : PT Kereta Api Indonesia (Persero) : Pelayanan Jasa Transportasi Perkeretaapian

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. : PT Kereta Api Indonesia (Persero) : Pelayanan Jasa Transportasi Perkeretaapian BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Identitas Perusahaan Nama Perseroan : PT Kereta Api Indonesia (Persero) Bidang Usaha : Pelayanan Jasa Transportasi Perkeretaapian Status Perusahaan : Perusahaan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Harapan/kebutuhan utama konsumen dalam menggunakan jasa kereta api Setelah melakukan penelitian, diperoleh bahwa kebutuhan konsumen dapat dikelompokkan ke

Lebih terperinci

2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng

2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng No. 380, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kereta Api. Jalur. Persyaratan Teknis. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 60 TAHUN 2012 TENTANG PERSYARATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. transportasi darat seperti kereta, mobil, bis, dan lain-lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. transportasi darat seperti kereta, mobil, bis, dan lain-lain. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi sangat penting dan sangat diperlukan dalam kehidupan yang serba modern ini. Berdasarkan kepemilikan transportasi, transportasi dapat dibagi menjadi dua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkeretaapian Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.23 Tahun 2007, perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam persaingan bisnis, setiap perusahaan menawarkan perbedaan dan keunggulan lain dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Masing-masing perusahaan, baik itu perusahaan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PT. KERETA API INDONESIA PERSERO. A. Tentang PT. Kereta Api Indonesia Persero

BAB III PRAKTEK PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PT. KERETA API INDONESIA PERSERO. A. Tentang PT. Kereta Api Indonesia Persero BAB III PRAKTEK PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PT. KERETA API INDONESIA PERSERO A. Tentang PT. Kereta Api Indonesia Persero 1. Sejarah PT. Kereta Api Indonesia Persero Laporan Tahunan PT. Kereta Api Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. Dunia kereta api yang sejak lama ada di Indonesia terus mengalami

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. Dunia kereta api yang sejak lama ada di Indonesia terus mengalami BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dunia kereta api yang sejak lama ada di Indonesia terus mengalami perkembangan. Berbagai inovasi layanan telah dilakukan oleh PT KAI sebagai operator tunggal

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KERETA API PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Nomor: HK.223A/II/1/KA-2015 Nomor: B/26A/II/2015 TENTANG PEMBERIAN TARIF REDUKSI TIKET

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA 2.1 Perlindungan Hukum Perlindungan hukum adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap harkat dan martabat manusia serta pengakuan

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS

Lebih terperinci

John Rawls dan Konsep Keadilan. Muhammad Luthfi

John Rawls dan Konsep Keadilan. Muhammad Luthfi John Rawls dan Konsep Keadilan Muhammad Luthfi John Rawls adalah salah satu pemikir politik liberal kontemporer yang memberikan warna baru pada spektrum liberalisme global saat ini. Magnum Opus Rawls yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut bisa dalam bentuk barang ataupun jasa. Atas dasar itu negara sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut bisa dalam bentuk barang ataupun jasa. Atas dasar itu negara sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tidak akan terlepas dalam upaya pemenuhan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut bisa dalam bentuk barang ataupun jasa. Atas dasar itu negara sebagai organisasi

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Stasiun Kereta Api Berdasarkan Standar Pelayanan Minimum. Risna Rismiana Sari

Evaluasi Kinerja Stasiun Kereta Api Berdasarkan Standar Pelayanan Minimum. Risna Rismiana Sari Evaluasi Kinerja Stasiun Kereta Api Berdasarkan Standar Pelayanan Minimum Risna Rismiana Sari Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 E-mail : risnars@polban.ac.id ABSTRAK Stasiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan pembangunan moda transportasi berbasis rel ini untuk

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan pembangunan moda transportasi berbasis rel ini untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan layanan publik sektor perkeretapian adalah prioritas pembangunan transportasi nasional di masa mendatang. Pemerintah terus menggalakkan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 91 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN KHUSUS Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan faktor penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Tersedianya transportasi, jarak yang tadinya jauh dan membutuhkan waktu yang lama

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI. A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

BAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI. A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero) BAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 1. Sejarah PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Kehadiran kereta api

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang melayani jasa angkutan kereta api. Awal nama perusahaan kereta api ini

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Gambar Data Pengguna Transportasi (Sumber : BPS Jawa Barat, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Gambar Data Pengguna Transportasi (Sumber : BPS Jawa Barat, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Stasiun tidak hanya tempat pemberhentian kereta dan tempat para penumpang naikturun kereta api, tapi juga tempat menunggu kereta api yang akan datang. Jenis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN MASSAL DI KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita Daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan sosial politik, sehingga transportasi menjadi urat nadi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 47 TAHUN 2014 STANDAR PELAYANAN MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 47 TAHUN 2014 STANDAR PELAYANAN MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 47 TAHUN 2014 STANDAR PELAYANAN MINIMUM UNTUK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

STANDAR USAHA TAMAN REKREASI. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Tempat dan Ruang

STANDAR USAHA TAMAN REKREASI. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Tempat dan Ruang LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 NOMOR 2014 TENTANG STANDAR USAHA TAMAN REKREASI STANDAR USAHA TAMAN REKREASI I. PRODUK A. Tempat dan Ruang B. Fasilitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia diciptakan dengan hak dan kewajiban yang sama dimata Tuhan Yang Maha Esa. Manusia hidup berkembang sebagai makhluk sosial dengan menjalankan peran dan tugas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan atau jasa yang ditawarkan dari sebuah perusahaan transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan atau jasa yang ditawarkan dari sebuah perusahaan transportasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi berperan penting dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini, telah menyebabkan tingkat persaingan antar perusahaan di segala bidang, baik yang perusahaan sejenis maupun yang tidak

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KESETARAAN DIFABEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Karakteristik pengguna jasa Stasiun Lempuyangan Yogyakarta dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Jenis Kelamin Responden

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444). LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2012-2032 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003 PEDOMAN UMUM PENYELENGARAAN PELAYANAN PUBLIK I. Pendahuluan A. Latar Belakang Ketetapan MPR-RI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa penyandang cacat

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

2 Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan No.1722, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAREKRAF. Arena Permainan. Standar Usaha.Sertifikasi. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I. Persaingan yang kian tajam membuat perusahaan harus jeli dalam menentukan

BAB I. Persaingan yang kian tajam membuat perusahaan harus jeli dalam menentukan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Persaingan yang kian tajam membuat perusahaan harus jeli dalam menentukan strategi perusahaan yang dijalankan. Perusahaan semakin di tuntut untuk meningkatkan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.315, 2017 KEMENHUB. Tenaga Perawatan Prasarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG 1 2015 No.19,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul. Jaringan, lalu lintas, angkutan, jalan. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keunggulan suatu jasa terletak pada kualitas pelayanan jasa dan fasilitas tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Keunggulan suatu jasa terletak pada kualitas pelayanan jasa dan fasilitas tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu produk ataupun jasa harus memiliki daya saing agar dapat menarik pelanggan, sebab bisnis tidak dapat berlangsung tanpa pelanggan. Suatu jasa hanya memilki

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi yang dimiliki oleh PT.KAI yang berada di masing masing

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi yang dimiliki oleh PT.KAI yang berada di masing masing BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) beberapa tahun dibelakang dikenal dengan pelayanannya yang kurang begitu memuaskan. Seperti PT. KAI yang merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau faktor penunjang yang didapatkan dalam moda transportasi. Seiring berjalannya

BAB I PENDAHULUAN. atau faktor penunjang yang didapatkan dalam moda transportasi. Seiring berjalannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia terdapat berbagai perbedaan berdasarkan keanekaragaman suku/ras, warna kulit, bahasa, agama, cacat tubuh, dan sebagainya. Namun pada dasarnya setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi/perusahaan. Maka dari itu perusahaan mencari SDM yang. berkualitas dan profesional untuk mendukung sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi/perusahaan. Maka dari itu perusahaan mencari SDM yang. berkualitas dan profesional untuk mendukung sebuah perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penting dalam kegiatan perekonomian, karena SDM dipandang sebagai salah satu faktor produksi dalam usaha menghasilkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.133,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. SPM. Angkutan Massal. Berbasis Jalan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 10 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GELANGGANG RENANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan telah mengatur

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT LALU LINTAS DAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM... TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API (Studi Kasus Pelayanan Di Atas Kera Api Turangga)

KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API (Studi Kasus Pelayanan Di Atas Kera Api Turangga) KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API (Studi Kasus Pelayanan Di Atas Kera Api Turangga) SKRIPSI Oleh : LISA SEPTINA 0742010036 YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III - 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sejarah Singkat Perusahaan Setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada tanggal 17 Agutus 1945, karyawan perusahaan kereta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju menuntut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju menuntut perusahaan bersaing lebih kreatif dan inovatif. Hal ini mendorong perkembangan dunia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari. Dalam kaitannya dengan kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari. Dalam kaitannya dengan kehidupan manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, sarana transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan selalu dibutuhkan manusia. Transportasi

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia untuk melakukan sesuatu dengan cara cepat dan mudah. Salah satu hal yang ingin dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas yang tidak menyadari dengan potensi yang mereka miliki. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas yang tidak menyadari dengan potensi yang mereka miliki. Sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia kerja memang menuntut manusia untuk mampu menguasai dan melaksanakan bidang pekerjaan yang sedang digeluti. Terlebih dengan semakin berkembangnya teknologi yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 26 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 26 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 26 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 26 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 26 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 26 TAHUN 2009 TENTANG KESETARAAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Perlindungan Konsumen Bisnis

STIE DEWANTARA Perlindungan Konsumen Bisnis Perlindungan Konsumen Bisnis Hukum Bisnis, Sesi 8 Pengertian & Dasar Hukum Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Rivai dan Basri, 2005:50)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Rivai dan Basri, 2005:50) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Globalisasi ekonomi dan kemajuan teknologi telah membuat kompetisi dunia usaha menjadi semakin ketat. Setiap dunia usaha dipacu untuk selalu melakukan inovasi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.61, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA IPTEK. Keinsinyuran. Profesi. Penyelenggaraan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5520) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KESRA. Pekerja Migran. Pelindungan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 242) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum terhadap Pasien BPJS Kesehatan dalam Mendapatkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum terhadap Pasien BPJS Kesehatan dalam Mendapatkan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Perlindungan Hukum terhadap Pasien BPJS Kesehatan dalam Mendapatkan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Bragolan Kabupaten Purworejo BPJS Kesehatan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. 1.1.1 Profil PT. Kereta Api Indonesia PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yang selanjutnya disingkat sebagai PT. KAI adalah Badan Usaha Milik Negara

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5 No.1771, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengguna Jasa. Bandar Udara. Pelayanan. Standar. Pencabutan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 178 Tahun 2015 TENTANG STANDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana mobilitas yang telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana mobilitas yang telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sarana transportasi merupakan sarana mobilitas yang telah menjadi kebutuhan mendasar bagi setiap orang. Di Indonesia sendiri sebagai negara kepulauan, salah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Tanggapan terhadap kualitas pelayanan KA Parahyangan dapat disimpulkan cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berperan strategis dalam memajukan kesejahteraan umum

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berperan strategis dalam memajukan kesejahteraan umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi berperan strategis dalam memajukan kesejahteraan umum sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian

Lebih terperinci

Regulasi Pangan di Indonesia

Regulasi Pangan di Indonesia Regulasi Pangan di Indonesia TPPHP Mas ud Effendi Pendahuluan (1) Pangan adalah hak asasi setiap rakyat Indonesia karena pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS I. UMUM Para penyandang disabilitas seringkali tidak menikmati

Lebih terperinci

Makalah Kreatif Fundamental Inovasi PT KAI

Makalah Kreatif Fundamental Inovasi PT KAI Makalah Kreatif Fundamental Inovasi PT KAI Kelompok : Infinity Muchammad Hatta Z. 44316110066 Martha Hasibuan 44316110047 Muhamad Resya 44316110093 Radhiatul Mardhiah 44316110053 Syofatila Meidi 44316110035

Lebih terperinci