Semester III -3 SKS. Dr. Ir. SUDARSONO, M.T.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Semester III -3 SKS. Dr. Ir. SUDARSONO, M.T."

Transkripsi

1 Semester III -3 SKS Dr. Ir. SUDARSONO, M.T.

2

3 Menggambar Mesin Fisika Mekanika Statika Struktur Proses Produksi Metalurgi Fisik

4

5

6

7

8 1. Menghitung kekuatan yang bekerja pada elemen mesin yang bersangkutan. 2. Menghitung dimensi dari elemen mesin bersangkutan. 3. Menentukan bahan yang sesuai dengan perhitungan kekuatan yang telah dilakukan. 4. Menyesuaikan hasil rancangan dengan standar yang ada.

9

10

11

12

13

14

15

16

17 25 % untuk UTS, 25 % untuk UAS, 40 % untuk penyelesaian Tugas (Tugas I 20 %, Tugas II 20 %), Kehadiran 10%

18 1. Callister, MATERIAL SCIENCE AND ENGINEERING AN INTRODUCTION, John Wiley and Sons. Inc. 2. Edi Septe S, ELEMEN MESIN, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta. 3. G. Niemann, et.al., ELEMEN MESIN jilid 1, DISAIN DAN KALKULASI SAMBUNGAN BANTALAN DAN POROS. 4. Khurmi R.S and Gupta, J.K, 1987, A TEXT BOOK OF MACHINE ELEMENT, Eurasia Publishing House, New Delhi. 5. Shigley, J.E and Mitchell L.D, 1983, Mechanical Engineering Design, 4ed, Mc.Graw-Hill, New York. 6. Spott, M.F, 1985, DESIGN OF MACHINE ELEMENT, McGraw Hill, New York. 7. Sudarsono, 2013, Elemen Mesin, AKPRIND Press, Jakarta. 8. Sularso & Suga, Kiyokatsu, DASAR PERENCANAAN & PEMILIHAN ELEMEN MESIN, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, cetakan ke Wiryosumarto, Harsono, & Okumura, Toshie, 1981, TEKNOLOGI PENGELASAN LOGAM, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

19 1. Bagaimana caranya kita mendapatkan tenaga dlm jumlah besar, tetapi bersih, aman & ekonomis tanpa menggunakan bahan bakar minyak dan tanpa merusak permukaan bumi ini? 2. Poros roda gigi ini meyusahkan, sudah 8x patah dalam enam minggu trakhir, Perbuatlah sesuatu atas hal tersebut.

20 Dilain pihak, Suatu kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, mungkin samar-samar dan diutarakan secara tidak jelas, sedemikian rupa sulit untuk merumuskannya sebagai suatu masalah yang butuh solusi

21

22 Stress-Strain Diagram

23 Modulus of Elasticity Tensile Strength

24 Ductility Toughness

25 Tensile Test Machine Extensometer

26 Measurement of Elongation Comparison of Breaks

27

28

29

30

31 Berdasarkan penyambungan pelatnya, sambungan paku keling dikelompokkan sebagai : 1. Sambungan berimpit ( lap joint) adalah sambungan yang menempatkan pelat yang akan disambung saling berimpitan dan kedua pelat tersebut disambung dengan paku keling. 2. Sambungan bilah (butt joint) adalah sambungan yang menempatkan kedua ujung pelat yang akan disambung saling berdekatan, lalu kedua pelat tersebut ditutup dengan bilah (strap), kemudian masing-masing pelat disambungkan dengan bilah menggunakan paku keling.

32

33 a. Sambungan baris tunggal (single riveted joint). Pada sambungan berimpit, sambungan baris tunggal adalah sambungan yang menggunakan satu baris paku keling pada sistem sambungan. Sedangkan pada sambungan bilah, sambungan baris tunggal adalah sambungan yang menggunakan satu baris paku pada masing-masing sisi sambungan. Sambungan baris ganda (double riveted lap joint) Pada sambungan berimpit, sambungan baris ganda adalah sambungan yang menggunakan dua baris paku keling pada sistem sambungan. Sedangkan pada sambungan bilah, sambungan baris ganda adalah sambungan yang menggunakan dua baris paku pada masing-masing sisi sambungan. Berdasarkan susunan paku kelingnya, sambungan baris ganda ini dikelompokkan sebagai : Sambungan rantai Sambungan zig-zag BERDASARKAN JUMLAH BARIS PAKU YANG DIGUNAKAN, SAMBUNGAN PAKU KELING DIBEDAKAN SEBAGAI :

34 GAMBAR SAMBUNGAN BERIMPIT TUNGGAL, SAMBUNGAN BERIMPIT BARIS GANDA RANTAI, SAMBUNGAN BERIMPIT BARIS GANDA ZIG ZAG

35 GAMBAR SAMBUNGAN BILAH TUNGGAL DAN SAMBUNGAN BILAH GANDA Sambungan Bilah Tunggal Sambungan Bilah Ganda

36 KEGAGALAN PADA SAMBUNGAN PAKU KELING Pada saat menerima beban suatu sambungan paku keling kemungkinan dapat mengalami kegagalan berupa :

37

38

39

40 KEKUATAN SAMBUNGAN PAKU KELING

41 Efisiensi sambungan adalah perbandingan antara kekuatan sambungan paku keling dengan kekuatan sambungan tanpa paku (solid plate). Kekuatan sambungan paku keling adalah harga terkecil dari gaya tarik, gaya geser dan gaya patah yang dapat ditahan sambungan tanpa mengalami kerusakan. Sedangkan kekuatan sambungan tanpa paku (solid plate) adalah: EFISIENSI PAKU KELING

42 SAMBUNGAN PAKU KELING DENGAN BEBAN EKSENTRIK

43 PERSAMAAN YANG DIGUNAKAN ADALAH:

44 GAMBAR SAMBUNGAN DENGAN BEBAN EKSENTRIK

45 Oleh karena diameter paku keling yang digunakan sama besar, maka penampang paku : A1=A2=.=An. Sehingga persamaan diatas menjadi : Dengan mengetahui koordinat x dan y, maka titik pusat sistem sambungan dapat diperoleh :

46 GAMBAR TITIK PUSAT SISTEM SAMBUNGAN

47 Dengan adanya gaya P dan momen puntir T pada titik pusat sambungan, maka setiap paku akan menerima 2 jenis gaya, yaitu : (A). Gaya Geser Langsung. Besarnya gaya geser langsung pada setiap paku keling adalah beban, P dibagi dengan jumlah paku keling, n. Secara matematis dapat ditulis : (B). Gaya Geser Akibat Puntiran. Gaya geser akibat puntiran yang terjadi pada setiap paku keling sebanding dan tegak lurus terhadap lengan gayanya ( jarak dari titik pusat sambungan ke titik pusat paku)

48 GAYA GESER PUNTIRAN

49

50

51

52 Setelah diketahui besarnya gaya geser langsung dan gaya geser akibat puntiran pada setiap paku keling, kemudian dihitung besarnya resultan gaya pada setiap paku. Secara teoritis, persamaannya adalah: dimana : θ adalah sudut antara Fg dan Fpn. Besarnya sudut θ ini diketahui dari gambar. Dari gambar dibawah terlihat bahwa : θ = α + β. Dari gambar : sudut β = 900 sudut α dapat dicari dengan cara : tg α = panjang garis di depan sudut per panjang garis disisi sudut.

53 Setelah diperoleh resultan gaya untuk semua paku keling, selanjutnya di ambil harga resultan gaya yang paling besar untuk menghitung diameter paku keling. Persamaannya : dimana τg adalah tegangan geser izin bahan paku keling.

54 PVC Guard Rail Installation

55 Implementasi Lap JOINT

56 RIVETED JOINT ON AIRPLANE

57 TEKAN

58 Kemudian, antara VELG ( Lubang Velg ) dan As/Poros, pada saat penekanan maupun sesudahnya akan terjadi Tekanan permukaan pada bidang Tetap yang dinotasikan dengan,p Kg/cm². Untuk keamanan, P ini harus mempunyai harga yang besar, agar tidak terjadi selip maupun lepas.

59

60 Jika sebuah tabung yang bertekanan didalamnya, maka tekakan ini akan menekan dinding dengan notasi P.

61

62

63 INTER FERENCE FIT ( SAMBUNGAN SUSUT TEKAN )

64 CARA SUSUT

65 SAMBUNGAN LAS PENGELASAN Pengelasan adalah Teknologi untuk penyambungan tetap atau mati seperti halnya sambungan dengan paku keling ( penyambungan yang tidak dapat dilepas) Definisi Las menurut DEUTCHE INDUSTRI NORMEN (DIN) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair.

66 KEGIATAN PENGELASAN Shielded metal arc welding Gas welding

67 CONTOH ALAT WELDER Spot welder

68 Contoh Welder Machines Inverter TIG Welding Machine TIG-160 (WS-160) Mig Welding Machine 90 Amp. Flux Welding Machine

69 Welding Safety

70 PENGELASAN DALAM AIR Underwater welding

71 KEUNTUNGAN SAMBUNGAN LAS TERHADAP SAMBUNGAN PAKU KELING Kekuatan sambungan lebih besar dan sambungan lebih rapat dan merata Berat sambungan lebih ringan sehingga cocok untuk konstruksi yang memerlukan lebih ringan, misalnya, pesawat terbang dsb. Saat pengelasan relatip tidak bersuara ribut. Lebih praktis, lebih ekonomis,baik dipandang dari segi material maupun dari segi pembiayaan.

72 METODE PENGELASAN Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang terbakar. Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair.

73 PENGELASAN TEKAN Las tekan : - Las Api - Las Tahanan Listrik Dibakar dahulu kemudian diberikan pukulan

74 PENGELASAN TEKAN Disini terjadi percikan bunga api dimana dapat dipakai sebagai tanda Las tumpul Bila percikan masih banyak artinya, Baja belum bersatu Biasa untuk plat tipis Las titik

75 LAS TEKAN

76 LAS TEKAN

77 LAS TEKAN

78 LAS CAIR / LAS OTOGEN

79 LAS CAIR / LAS OTOGEN

80 LAS CAIR / LAS OTOGEN

81 SAMBUNGAN LAS

82 SAMBUNGAN LAS Kampuh V Terbuka Kampuh V Tertutup Kampuh X sama sisi

83 PERHITUNGAN SAMBUNGAN LAS

84 PERHITUNGAN SAMBUNGAN LAS

85 PERHITUNGAN SAMBUNGAN LAS

86 LAS KEPALA Karena pengelasan ada 2 tempat, maka P yang bekerja tiap luasan penampang las adalah = ½ P Sedang luas penampang dari las adalah : F = L. a jadi a = ½.s. 2

87 LAS KEPALA PERHATIAN : L tidak boleh dihitung keseluruhan, sebab pada bagian ujung-ujungnya kebiasaan tidak sempurna bentuknya. Bagian yang tidak boleh dimasukkan hitungan adalah x + 2x = 3x. Jadi panjang yang dipakai dalam perhitungan adalah : L = ( L 3x )

88 LAS KEPALA maka : P1 = P2 =1/2.P 2

89 LAS SISI

90 LAS SISI Akibatnya : Cara pengelasan-pun tidak perlu sama panjang. Dalam hal ini P1 < P2, maka l1 < l2, yang harga masingmasing dapat dicari dari : P2 P1 ז = 2 ז = 1 ז = 1 ז = 2 ז gs a.l2 a.l1

91 Pematrian adalah cara penyambungan dengan menggunakan logam pengisi atau logam patri diantara permukaan logam induk yang disambung. Logam pengisi mempunyai titik cair lebih rendah dari pada logam induk. Ada dua macam logam patri,yaitu logam patri lunak dimana logam mempunyai titik cair lebih rendah dari 450 C dan logam patri yang mempunyai titik cair lebih dari 450 C yang disebut logam patri keras. Selama proses pematrian suhu harus cukup tinggi agar logam patri cair mempunyai derajad kecairan yang tinggi sehingga dapat mengalir kedalam rongga antara kedua logam induk.

92 Logam-logam yang digunakan sebagai logam patri adalah : paduan AG-Cu, Pb-Sn, Bi-Sn, dan Bi-Sn-Pb sebagai patri lunak. Berdasarkan cara pengadaan energi panasnya, pematrian dibagi dalam tujuh kelompok yaitu : 1. Patri busur,dimana panas dihasilkan dari busur listrik dengan elektroda karbon atau dengan elektroda wolfram. 2. Patri gas dimana panas ditimbulkan karen adanya nyala api gas. 3. Patri solder, dimana panas dipindahkan dari solder besi atau tembaga yang dipanaskan. 4. Patri tanur,dimana tanur digunakan sebagi sumber panas. 5. Patri induksi,dimana panas dihasilkan karena induksi listrik frekwensi tinggi. 6. Patri resistansi,dimana panas dihasilkan karena resistensi listrik. 7. Patri celup,dimana logamyang disambung dicelupkan kedalam logam patri cair. Sifat-sifat patrian dapat diperbaiki dengan menggunakan fluks atau dengan mengatur atmosfir sekitar patrian pada saat pematrian berlangsung.

93

94

95

96 -Rumus ini untuk konstruksi yang sudah terpasang dan diharapkan tidak terjadi selip. -Kalau digunakan untuk menekan/memasang, Pax ini harus lebih besar dari : pi.d.l.p.f -Sedang agar tidak berputar :

97

98

99

100 MUR DAN BAUT

101 MUR DAN BAUT Mur dan Baut merupakan alat pengikat yang sangat penting. Untuk mencegah kecelakaan atau kerusakan pada mesin, pemilihan Mur dan Baut sebagai alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran yang sesuai. Untuk menentukan ukuran Mur dan baut, berbagai faktor harus diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan bahan, kelas ketelitian dan lain sebagainya.

102 MUR DAN BAUT Adapun gaya-gaya yang bekerja pada baut dapat berupa; Beban statis aksial murni,beban aksial bersama dengan beban puntir, beban geser, dan beban tumbukan aksial. Bentuk-bentuk Mur dan Baut

103 MUR DAN BAUT Ring /Washer 1. Spring Washer : digunakan agar tidak mudah kendor 2. Plain Washer : Untuk merubah/menurunkan tekanan permukaan. dt = diameter dalam/diameter teras; untuk menentukan kekuatan. Dl = Diameter luar ; untuk menentukan ukuran

104 MUR DAN BAUT Ulir Sekrup Berupa Spiral.Jadi bila batang ulir kita belah dan kita buka, maka akan kita dapatkan bentuk sbb; Dimana α = sudut Helix, sudut perkalian Sudut α ada yang besar & ada yang kecil α besar Pada waktu mengencangkan mur-baut akan lebih cepat. α kecil Kita memerlukan putaran yang lebih dari α yang besar.

105 MUR DAN BAUT Ilustrasi : Bila suatu batang dililiti tali dan pada satu kali putaran, akan kita dapatkan sudut α yang kecil.

106 MUR DAN BAUT Karena kita ingin mendapatkan sudut α besar, maka kita gunakan lebih dari satu tali. Miss, 2 atau 3 tali α besar Untuk skrup kasar α kecil untuk skrup halus

107 MUR DAN BAUT Sehingga sering kita lihat, untuk diameter baut sama, tetapi jumlah ulirnya berbeda. Disini ulir halus persatuan panjang akan memiliki jumlah ulir lebih banyak dari pada ulir kasar. Sifat-sifat ulir sekrup halus 1. Diameter teras lebih besar dari diameter kasar, sehingga lebih kuat. 2. Sudut α kecil sehingga tidak mudah kendor/lepas. 3. Baik sekali untuk kekuatan sambungan yang bergetar. 4. Apabila sering dibuka pasang, akan mudah rusak. 5. Cara pemasangannya lama. 6. Cara pembuatannya harus lebih teliti.

108 MUR DAN BAUT Untuk ulir sekrup kasar, tentunya mempunyai sifat yang berkebalikan. Macam ulir ditinjau dari Negara asal/pembuatnya. 1. Ulir sekrup Withworth ( W ), satuan inchi, karena berasal dari Inggris, miss : W1/2 x 5. Artinya : Ulir sekrup With worth dengan DL = ½ dan L = 5.

109 MUR DAN BAUT 2. Ulir sekrup yang berasal dari Amerika yang disebut Sellers ( s ). UNC, NF. Contoh : 5/8 18 UNC Artinya : dl = 5/8. L=18.

110 MUR DAN BAUT 3. Ulir sekrup yang berasal dari German yang disebut Metrik (M). Misal : M20 x 50. Artinya : dl = 20 mm, L = 50 mm

111 MUR DAN BAUT Macam ulir ditijau dari segi penggunaannya; 1. Ulir sekrup gerak 2. Ulir sekrup pengikatan. add. 1. Untuk merubah gerak putar menjadi gerak lurus dll. Ulir ini ada 2 macam: 1.1. Yang berbentuk segi empat 1.2. Yang berbentuk trapesium add. 2. Lir sekrup pengikatan 2.1. Bentuk segi tiga Bentuk trapesium.

112 MUR DAN BAUT Peristilahan ulir sekrup,untuk lebih jelas diperlihatkan ulir v yang tajam, sebetulnya puncak dan akar tersebut adalah datar atau melengkung selama operasi pembuatannya. Semua ulir dibuat sesuai dengan kaidah tangan kanan (right-bahd rule) kecuali dijelaskan secara khusus

113 ulir Gambar dibawah ini menunjukkan geometri ulir untuk tiga standar ulir inggris yang banyak dipakai. Gambar(a) menyajikan standart ulir Amerika National ( unified) yang telah disetujui pemakaiannya di Amerika dan Inggris untuk semua produk berulir standart. Sudut ulir adalah 60 puncak dan akar dari ulir bisa datar maupun melengkung.

114 Ulir Perhatikan bahwa ukuran ulir dinyatakan dengan memberikan jarak puncak p untuk ukuran metris dan dengan memberikan jumlah ulirper inchi N untuk ukuran Amerika. Banyak percobaan tarik atas batang berulir menunjukkan bahwa batang tak-berulir yang mempunyai diameter yang sama dengan harga rata-rata, dari diametr rata-rata dan diameter kecil akan mempunyai kekuatan tarik yang sama dengan batang berulir. Modifikasi sering dilakukan pada ulir Acme dan ulir bujur sangkar, Misalnya bujur sangkar kadang-kadang dimodifikasi dengan memotong ruangan antara gang.

115 Ulir Sedemikian agar mempunyai sudut ulir sebesar Hal ini tidak sulit, karena ini biasanya hanya dipotong dengan suatu mata pahat bubut; modifikasi tersebut memelihara sebanyak mungkin efisiensi yang tinggi yang dimiliki oleh ulir bujur sangkar dan membuat pemotongan tersebut lebih sederhana. Ulir Acme kadang-kadang dimodifikasi ke bentuk yang tumpul dengan membuat gigi yang lebih pendek. Ini menghasilkan suatu diameter kecil yang lebih besar dan karenanya menghasilkan sekrup yang kuat.

116 Ulir Mekanisme sekrup Daya Ini adalah alat yang dipakai dalam permesinan untuk mengubah gerakan menjadi gerakan linier dan biasanya memindahkan daya. Pemakaiannya yang antara lain sekrup penuntun pada mesin bubut dan sekrup untuk ragum penekan dan dongkrak.penyajian skematis dari penggunaan dari sekrup daya pada suatu mesin pres digerakkan oleh motor. Dalam pemakaian suatu day ( torque) T diberikan pada ujung sekrup melalui serangkaian roda gigi, sehingga menggerakkan kepala mesin press kebawah terhadap beban.

117 Ulir Mesin press yang digerakkan oleh sekrup

118 Ulir Bagian dari sekrup daya, dengan gaya tekan aksial F, kita ingin mencari rumus dari daya-putar yang diperlukan untuk menaikkan beban dan rumus lainnya untuk menurunkan beban.

119 Diagram Gaya F F µn P l µn P l dm N dm N Menaikkan Beban (sin λ + µ cosλ P = F cosλ µ sin λ Menurunkan Beban (sin λ µ cosλ P = F cosλ + µ sin λ

120 Rumus Daya Putar Dengan memperhatikan daya putar adalah hasil kali gaya (P) dan radius rata-rata(dm/2), untuk menaikkan beban kita dapat menulis : + = l d d l Fd T m m m µ π πµ 2 Sedangkan untuk menurunkan beban kita dapat menulis : + = l d l d Fd T m m m µ π πµ 2

121

122 .

123

124

125 POROS Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin, hampir semua mesin meneruskan tenaga bersam-sama dengan putaran. Poros ini dapat diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai berikut : 1. Poros Transmisi, Poros semacam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling,roda gigi, puli sabuk atau sproket rantai dll.bagian-bagian poros yang mendapat tumpuan disebut tap atau leher alat yang dipakai untuk menumpu disebut Bantalan.

126 POROS 2. Spindel Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel, syarat yang harus dipenuhi poros adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti. 3. Gandar Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar, Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga.

127 POROS

128 POROS

129 POROS

130 POROS

131 POROS

132 POROS

133 POROS

134

135

136

137

138

139

140

141

142

143 Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sproket,puli, kopling dll. Pasak dipakai dengan maksud : 1. Untuk menjaga supaya terjadi pengikatan pada alat bagian yang satu dengan yang lain sehingga tidak bergeser dalam arah tertentu. 2. Untuk menyambung peralatan yang satu dengan yang lain. 3. Untuk memindahkan sebuah alat bagian pada arah tertentu.

144 Seringkali terjadi,bahwa sebuah pasak harus memenuhi lebih dari satu maksut diatas,bahwa mungkin terjadi untuk ketiga maksut diatas. Macam-macam pasak Menurut cara pembebanan pada pasak, dibedakan 3 macam pasak. 1. Pasak memanjang ( Key ) 2. Pasak melintang ( cotter joint) 3. Splines.

145 Pasak memanjang Pasak ini menerima pembebanan sepanjang penampang pasak,misalnya pada sambungan poros dengan roda transmisi. Fungsi pasak memanjang ialah mengikat sambungan dan meneruskan momen puntir. Keuntungan pasak semacam ini : 1. Sederhana dan murah. 2. Mudah dipasang dan dibongkar. Kerugiannya : 3. Melemahkan poros dengan adanya alur pasak padanya ( Key way )

146

147

148

149

150 Pemakaian pasak dan pemilihan pasak biasanya tidak menyimpang dari lembaran antara lain N32 ; N161 dan N162, yang memberikan ukuran bermacam-macam pasak memanjang untuk garis tengah poros yang tertentu. Juga normalisasi ASME dapat dipergunakan jika satu Britis dipakai.

151 Kekuatan pasak memanjang,

152

153

154

155

156 P = 1 3 Lb t 2 K Maka dengan Rumus ini dapat ditentukan ukuran lebar b pasak setelah diketahui L dan t pasak.

157 Ilustrasi Pemasangan Pasak

158 Ilustrasi Pasak Tirus (TAPER KEY)

159 Ilustrasi Pasak Rata (FLAT KEY)

160 Ilustrasi Pasak Keping Lingkaran (WOOD RUFF KEY)

161 Batas Dimensi Pasak

162

163

164

165 SPLINE Spline dipergunakan untuk meneruskan gerakan relatif aksial diantara poros dan bagian sambungan lainnya. Dengan Spline didapatkan kekuatan yang lebih besar, luas bidang kontak lebih besar. Besar kekuatannya 25-40% lebih besar daripada pasak Spline Shaft dan hub A.Straight Radial B.Involute

166 SAE Standard SPLINES Menurut ASA (B ) 6 Spline 4 Spline 10 Spline Suaian Tetap d = 0,90 D w = 0,25 D h = 0,05 D d = 0,85 D w = 0,241 D h = 0,075 D d = 0,91 D w = 0,156 D h = 0,045 D Spline dapat bergeser aksial tanpa pembebanan d = 0,85 D w = 0,25 D h = 0,075 D d = 0,78 D w = 0,242 D h = 0,125 D d = 0,86 D w = 0,156 D h = 0,07 D Spline dapat bergeser aksial dengan pembebanan d = 0,80 D w = 0,25 D h = 0,10 D d = 0,81 D w = 0,156 D h = 0,095 D

167 Contoh Soal Diketahui sambungan Spline pada auto mobil transmition terdiri dari 10 spline yang dibuat pada diameter poros asal 2,25. Tinggi spline 0,214 in. Panjang Alur pasak pada Hub(poros pipa penerus)=1,75 in. Kecepatan putaran 2500rpm & tegangan tekan yang diijinkan 700Psi. Ditanyakan besar daya kuda yang dipakai.

168 Penyelesaian Soal Luas Total Permukaan Spline A = t. L. n A = 0,214 x 175 x 10 in2 = 3,74 in2 Besar torsi yang diteruskan : T = p. A. r m = 700 x 374 x ,214 2 = 2660 in lb Besar daya kuda : N T = 63000x n T. n N = = = 106HP

169

170

171

172

173

174

175

176

177 Contoh Soal 1

178 Penyelesaian Soal

179 Contoh Soal 2

180 Penyelesaian Soal

181 Lanjutan penyelesaian #1

182 Lanjutan penyelesaian #2

183 Lanjutan penyelesaian #3

184 Lanjutan penyelesaian #4

185 Representasi dan Dimensi Pegas Tekan

186 Representasi dan Dimensi Pegas Tarik

187 Representasi dan Dimensi Pegas Torsi

Joining Methods YUSRON SUGIARTO

Joining Methods YUSRON SUGIARTO Joining Methods YUSRON SUGIARTO Sambungan lipat Sambungan pelat dengan lipatan ini sangat baik digunakan untuk konstruksi sambungan pelat yang berbentuk lurus dan melingkar. Ketebalan pelat yang baik disambung

Lebih terperinci

Rivet. Mur dan Baut Fisher. Sekrup

Rivet. Mur dan Baut Fisher. Sekrup Yusron Sugiarto Rivet Mur dan Baut Fisher Sekrup Baut dan mur dapat digunakan untuk proses penyambungan antara dua bagian pelat. Proses penyambungan ini dapat dilakukan dengan mengebor bagian plat yang

Lebih terperinci

Yusron Sugiarto, STP, MP, MSc

Yusron Sugiarto, STP, MP, MSc Yusron Sugiarto, STP, MP, MSc Rivet Mur dan Baut Fisher Sekrup Baut dan mur dapat digunakan untuk proses penyambungan antara dua bagian pelat. Proses penyambungan ini dapat dilakukan dengan mengebor bagian

Lebih terperinci

Baut dan mur dapat digunakan untuk proses penyambungan antara dua bagian pelat.

Baut dan mur dapat digunakan untuk proses penyambungan antara dua bagian pelat. Baut dan mur dapat digunakan untuk proses penyambungan antara dua bagian pelat. Proses penyambungan ini dapat dilakukan dengan mengebor bagian plat yang akan disambung sesuai dengan diameter baut dan mur

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

MACAM MACAM SAMBUNGAN

MACAM MACAM SAMBUNGAN BAB 2 MACAM MACAM SAMBUNGAN Kompetensi Dasar Indikator : Memahami Dasar dasar Mesin : Menerangkan komponen/elemen mesin sesuai konsep keilmuan yang terkait Materi : 1. Sambungan tetap 2. Sambungan tidak

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai Mesin penghancur kedelai dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp, mengapa lebih memilih memekai motor listrik 0,5 Hp karena industri yang di

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

MESIN PERAJANG SINGKONG

MESIN PERAJANG SINGKONG PROPOSAL MERENCANA MESIN MESIN PERAJANG SINGKONG Diajukan oleh : 1. Aan Setiawan ( 04033088 ) 2. Muhammad Wibowo ( 04033146 ) 3. Wisnu Kusuma Wardhani ( 04033159 ) 4. Andi Mardiyansah ( 04033160 ) kepada

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran:

Tujuan Pembelajaran: P.O.R.O.S Tujuan Pembelajaran: 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian poros dan fungsinya 2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam poros 3. Mahasiswa dapat memahami hal-hal penting dalam merancang poros

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Terminologi Baut.

Gambar 4.1 Terminologi Baut. BAB 4 SAMBUNGAN BAUT 4. Sambungan Baut (Bolt ) dan Ulir Pengangkat (Screw) Untuk memasang mesin, berbagai bagian harus disambung atau di ikat untuk menghindari gerakan terhadap sesamanya. Baut, pena, pasak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Poros Poros merupakan bagian yang terpenting dari suatu mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga dan putarannya melalui poros. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti roda

Lebih terperinci

Elemen Mesin untuk Teknik Industri

Elemen Mesin untuk Teknik Industri Elemen Mesin untuk Teknik Industri Oleh : Boy Isma Putra Alfan Hidayat Jaka Purnama Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan dibawah sinar matahari dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan dibawah sinar matahari dan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN. PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN. Fenoria Putri Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Jl.Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139 Telp: 0711-353414,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam dunia industri, bahan-bahan yang digunakan kadang kala merupakan bahan yang berat. Bahan material baja adalah bahan paling banyak digunakan, selain jenisnya bervariasi,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Las dalam bidang konstruksi sangat luas penggunaannya meliputi konstruksi jembatan, perkapalan, industri karoseri dll. Disamping untuk konstruksi las juga dapat untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya, poros menerima beban yang terkombinasi berupa beban puntir dan beban lentur yang berulangulang (fatik). Kegagalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Statika rangka Dalam konstruksi rangka terdapat gaya-gaya yang bekerja pada rangka tersebut. Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek

Lebih terperinci

TUJUAN PEMBELAJARAN. 3. Setelah melalui penjelasan dan diskusi. mahasiswa dapat mendefinisikan pasak dengan benar

TUJUAN PEMBELAJARAN. 3. Setelah melalui penjelasan dan diskusi. mahasiswa dapat mendefinisikan pasak dengan benar Materi PASAK TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Setelah melalui penjelasan dan diskusi mahasiswa dapat mendefinisikan pasak dengan benar 2. Setelah melalui penjelasan dan diskusi mahasiswa dapat menyebutkan 3 jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena

Lebih terperinci

Elemen Mesin BautDan Mur

Elemen Mesin BautDan Mur Elemen Mesin BautDan Mur 1 MUR DAN BAUT Sistem sambungan dengan menggunakan Mur & Baut ini, termasuk sambungan yang dapat di buka tanpa merusak bagian yang di sambung serta alat penyambung ini sendiri.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Umum Kebutuhan peralatan atau mesin yang menggunakan teknologi tepat guna khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat diperlukan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS A. Gambaran Umum Deformasi. Deformasi adalah perubahan bentuk akibat adanya tegangan dalam logam yaitu tegangan memanjang dan tegangan melintang, yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi dalam bidang konstruksi yang semakin maju dewasa ini, tidak akan terlepas dari teknologi atau teknik pengelasan karena mempunyai peranan yang

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batok Kelapa Batok Kelapa (endocrap) merupakan bagian buah kelapa yang bersifat keras yang diselimuti sabut kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa (Lit.5 diunduh

Lebih terperinci

METODE UNTUK MENGGANTUNG ATAU MENUMPU PIPA PADA INSTALASI PERPIPAAN. Murni * ) Abstrak

METODE UNTUK MENGGANTUNG ATAU MENUMPU PIPA PADA INSTALASI PERPIPAAN. Murni * ) Abstrak METODE UNTUK MENGGANTUNG ATAU MENUMPU PIPA PADA INSTALASI PERPIPAAN Murni * ) Abstrak Instalasi perpipaan supaya terjamin dan aman dari kerusakan baik karena pemuaian maupun berat instalasi pipa sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM Rizky Putra Adilana, Sufiyanto, Ardyanto (07), TRANSMISI, Vol-3 Edisi-/ Hal. 57-68 Abstraksi ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN INCH PADA SALUTE GUN 75 mm INCH SYSTEM Rizky Putra Adilana, Sufiyanto, Ardyanto

Lebih terperinci

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

MESIN PERUNCING TUSUK SATE MESIN PERUNCING TUSUK SATE NASKAH PUBLIKASI Disusun : SIGIT SAPUTRA NIM : D.00.06.0048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 013 MESIN PERUNCING TUSUK SATE Sigit Saputra,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

BAB 2 SAMBUNGAN (JOINT ) 2.1. Sambungan Keling (Rivet)

BAB 2 SAMBUNGAN (JOINT ) 2.1. Sambungan Keling (Rivet) BAB SAMBUNGAN (JOINT ).1. Sambungan Keling (Rivet) Pada umumnya mesin mesin terdiri dari beberapa bagian yang disambung-sambung menjadi sebuah mesin yang utuh. Sambungan keling umumnya diterapkan pada

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Mesin S1

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ELEMEN MESIN I KODE / SKS : AK042201 / 2 SKS Pertemuan Pokok Bahasan dan TIU 1 Dasar dan pengertian Elemen, Konstruksi Mesin TIU: Mahasiswa dapat memahami dasar dan

Lebih terperinci

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya BAB 5 POROS (SHAFT) Definisi. Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan

Lebih terperinci

Elemen Mesin Baut Dan Mur. Yefri Chan (Universitas Darma Persada)

Elemen Mesin Baut Dan Mur. Yefri Chan (Universitas Darma Persada) Elemen Mesin Baut Dan Mur MUR DAN BAUT Sistem sambungan dengan menggunakan Mur & Baut ini, termasuk sambungan yang dapat di buka tanpa merusak bagian yang di sambung serta alat penyambung ini sendiri.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH Yafet Bontong Staf Pengajar Prodi Teknik Mesin Universitas Kristen

Lebih terperinci

P ndahuluan alat sambung

P ndahuluan alat sambung SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA Dr. IGL Bagus Eratodi Pendahuluan Konstruksi baja merupakan kesatuan dari batangbatang yang tersusun menjadi suatu struktur. Hubungan antar batang dalam struktur baja berupa sambungan.

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PENGELASAN

DASAR-DASAR PENGELASAN DASAR-DASAR PENGELASAN Pengelasan adalah proses penyambungan material dengan menggunakan energi panas sehingga menjadi satu dengan atau tanpa tekanan. Pengelasan dapat dilakukan dengan : - pemanasan tanpa

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF TUGAS AKHIR Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF Disusun : DIDIT KURNIAWAN NIM : D.200.03.0169 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Serabut Kelapa Sebagai Negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan Negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Menurut

Lebih terperinci

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut Performa (2006) Vol. 5, No.2: 11-20 Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut Andi Susilo, Muhamad Iksan, Subono Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA TUGAS AKHIR PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

Contoh Perancangan Paku Keling (Riveted Joints)

Contoh Perancangan Paku Keling (Riveted Joints) Contoh Perancangan Paku Keling (Riveted Joints) SAMBUNGAN PAKU KELING (RIVETED JOINTS) Jenis sambungan dengan menggunakan paku keling, merupakan sambungan tetap karena sambungan ini bila dibuka harus merusak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin 2.1.1. Bubut Senter Untuk meningkatkan produksi, pada tahap pertama kita akan berusaha memperpendek waktu utama. Hal

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.Pd. 085736430673 1. Gambar berikut yang menunjukkan proyeksi orthogonal. A. D. B. E. C. 2. Gambar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011 TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Mampu meneruskan daya besar

Lebih terperinci

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Di dalam merencanakan suatu alat perlu sekali memperhitungkan dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan, apakah bahan tersebut sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGEBOR DAN MELUASKAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH :

MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGEBOR DAN MELUASKAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N () TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 9 Macam-macam bor Dibuat dari baja karbon tinggi

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 95 BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 4.1 PERENCANAAN CUTTER 4.1.1 Gaya Pemotongan Bagian ini merupakan tempat terjadinya pemotongan asbes. Dalam hal ini yang menjadi perhatian adalah bagaimana agar asbes

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Keuntungan: Mampu meneruskan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Pertimbangan Desain Pada umumnya pesawat paratrike merupakan sebuah alat bantu olahraga, paratrike ini merupakan hasil modifikasi dari paramotor yang diracang untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk. IV - 1 BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN SMAW adalah proses las busur manual dimana panas pengelasan dihasilkan oleh busur listrik antara elektroda terumpan berpelindung flux dengan benda kerja.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Mesin Pemarut Serbaguna

Gambar 2.1 Mesin Pemarut Serbaguna BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Dalam kehidupan sehari hari kita sering menjumpai mesin pemarut yang ada di pasar. Mesin pemarut digunakan untuk memarut kelapa dan sebagainya. Mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Skuter Skuter adalah kendaraan roda 2 yang diameter rodanya tidak lebih dari 16 inchi dan memiliki mesin yang berada di bawah jok. Skuter memiliki ciri - ciri rangka sepeda

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR Untuk membuat spare parts yang utuh, diperlukan komponen-komponen steam joint stand for bende tr yang mempunyai fungsi yang berbeda yang kemudian

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana (S-1) Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

MESIN BOR. Gambar Chamfer

MESIN BOR. Gambar Chamfer MESIN BOR Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi

Lebih terperinci

STRUKTUR BAJA Fabrikasi komponen struktur baja. a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil. 2) Baja pelat atau baja pilah

STRUKTUR BAJA Fabrikasi komponen struktur baja. a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil. 2) Baja pelat atau baja pilah STRUKTUR BAJA 4.4.1 Fabrikasi komponen struktur baja a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil 2) Baja pelat atau baja pilah b. Melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja 1) Penandaan atau

Lebih terperinci

PENGERJAAN ULIR. Fungsi ulir : a. Baut pemegang dan sekrup untuk penyambung b. Sekrup penggerak, spindel untuk menghasilkan gerakan maju

PENGERJAAN ULIR. Fungsi ulir : a. Baut pemegang dan sekrup untuk penyambung b. Sekrup penggerak, spindel untuk menghasilkan gerakan maju PENGERJAAN ULIR Fungsi ulir : a. Baut pemegang dan sekrup untuk penyambung b. Sekrup penggerak, spindel untuk menghasilkan gerakan maju Ulir luar (jantan) dan ulir dalam (betina) disusun dalam satu unit.

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN Dani Prabowo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta E-mail: daniprabowo022@gmail.com Abstrak Perencanaan ini

Lebih terperinci

Kentang yang seragam dikupas dan dicuci. Ditimbang kentang sebanyak 1 kg. Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan

Kentang yang seragam dikupas dan dicuci. Ditimbang kentang sebanyak 1 kg. Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan Lampiran 1. Prosedur penelitian Kentang yang seragam dikupas dan dicuci Ditimbang kentang sebanyak 1 kg Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan Kentang dimasukkan ke dalam mesin melalui hopper

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT BANTU 3D SCANNER

RANCANG BANGUN ALAT BANTU 3D SCANNER RANCANG BANGUN ALAT BANTU 3D SCANNER Rudy, Agustinus Purna Irawan dan Didi Widya Utama Program Studi Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin Universitas Tarumanagara Abstrak: 3D scanner adalah alat Pemindai

Lebih terperinci

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut BAB II MESIN BUBUT A. Prinsip Kerja Mesin Bubut Mesin bubut merupakan salah satu mesin konvensional yang umum dijumpai di industri pemesinan. Mesin bubut (gambar 2.1) mempunyai gerak utama benda kerja

Lebih terperinci

BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder,

BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder, BAB 7 ULIR DAN PEGAS A. ULIR Hal umum tentang ulir Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segitiga digulung pada sebuah silinder, ulir pengikat pada umumnya mempunyai profil penampang

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah TUGAS AKHIR Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah Disusun : MT ERRY DANIS NIM : D.200.01.0055 NIRM : 01.6.106.03030.50055

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi logam.

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang BAB II TEORI DASAR A. Pengertian Kerupuk Kerupuk adalah sejenis makanan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang kemudian ditambahkan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW Yassyir Maulana Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan MAB Jl. Adhyaksa No.2 Kayutangi

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S )

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) 1. Nama Mata Kuliah : ELEMEN MESIN I 2. Kode/SKS : MSS3323 / 3 SKS 3. Semester : Ganjil 4. Sifat Mata Kuliah : Wajib / MKB 5. Prasyarat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Kerja Mesin Pencacah Rumput

Lampiran 1. Gambar Kerja Mesin Pencacah Rumput 71 Lampiran 1. Gambar Kerja Mesin Pencacah Rumput 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 Lampiran 2. Presensi Proyek akhir 93 Lampiran 3. Kartu bimbingan proyek akhir 94 95 96 Lampiran

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015 SILABUS MATAKULIAH Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015 A. Identitas 1. Nama Matakuliah : Elemen Mesin 2. Program Studi : Teknik Industri 3. Fakultas : Teknik 4. Bobot sks : 2 SKS 5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

TRANSMISI LIFT KAPASITAS 10 ORANG KECEPATAN 1 METER/DETIK MAKALAH SEMINAR PERANCANGAN MESIN

TRANSMISI LIFT KAPASITAS 10 ORANG KECEPATAN 1 METER/DETIK MAKALAH SEMINAR PERANCANGAN MESIN TRANSMISI LIFT KAPASITAS 10 ORANG KECEPATAN 1 METER/DETIK MAKALAH SEMINAR PERANCANGAN MESIN Disusun oleh : ARIS MUNANDAR 210004028 JURUSAN TEKNIK MESIN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2010

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR Sumardi 1* Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Km. 280 Buketrata Lhokseumawe 24301 Email: Sumardi63@gmail.com

Lebih terperinci

BAB X MESIN KETAM DAN MESIN SERUT

BAB X MESIN KETAM DAN MESIN SERUT BAB X MESIN KETAM DAN MESIN SERUT Mesin ketam adalah mesin dengan pahat pemotong bolak-balik, yang mengambil pemotongan berupa garis lurus. Dengan menggerakkan benda kerja menyilang terhadap jalur pahat,

Lebih terperinci

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Las.

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Las. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Sambungan Las Pertemuan 9, 10 TIU : Mahasiswa dapat merencanakan kekuatan elemen struktur baja beserta alat sambungnya TIK : Mahasiswa

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci