Lampiran 1 Peta posisi strategis Kota Selatpanjang diantara jalur perdagangan internasional
|
|
- Erlin Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAMPIRAN 50
2 51 Lampiran 1 Peta posisi strategis Kota Selatpanjang diantara jalur perdagangan internasional Sumber: Bappeda Kab. Kepulauan Meranti Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti
3 52 Lampiran 2 Jadwal kegiatan penelitian Kegiatan Perjalanan menuju Kota Selatpanjang Survey pendahuluan lokasi Kota Selatpanjang Wawancara sosek dengan masyarakat sekitar serta penandaan lokasi dengan GPS. Wawancara dengan pihak Bappeda. Tanggal (Desember 2011) Analisis vegetasi hutan mangrove dan pengumpulan data dari Bappeda. Survey kawasan tambak menyusuri Sungai Suir. Pengambilan sampel air dan pengambilan foto pohon yang ditanam di tepi jalan dorak dan alahair. Survey pekarangan rumah masyarakat yang memungkinkan untuk ditanam tanaman pohon di jalan rintis dan alahair. Survey jenis pohon yang tumbuh di Hutan atau pemukiman di Kecamatan Tebing Tinggi Barat Perjalanan pulang
4 53 Lampiran 3 Peta wilayah administrasi Kota Selatpanjang Sumber: Bappeda Kab. Kepulauan Meranti Laporan Final Pekerjaan Penyusunan Masterplan Kota Selatpanjang.
5 54 Lampiran 4 Deskripsi ruang terbuka hijau Kota Selatpanjang Desa/Kelurahan No Lokasi Letak Luas* Kepemilikan Penggunaan Lahan lahan Kondisi Fisik Kondisi Biologis Kondisi Infrastruktur dan Aksesibilitas Desa, Barat, Sesap, Barat, Alah Air, Alah Air Timur, Sesap 1 Hutan Mangrove Sempadan Sungai Suir 2 Perkebunan Karet 3 Hutan Mangrove Jalan Pemuda Setia Jl. Pelabuhan Suak, Jl. Pelabuhan Sedulur, Jl. Pelabuhan Rintis. Sungai: Dora, Pengkat,, Suak, Lampan, Rintis, Tambun, Niur. Desa:, Barat, Sesap Jl. Rintis Laut, Jl. Makai Sungai: Rintis, Niur, Temaran, Sesap Desa: Barat, Sesap Jl. Pemuda Setia Sungai: Desa 399, ,6 0 13,59 dan lindung: sempadan sungai budidaya: perkebunan lindung: hutan mangrove Tanah berupa tanah endapan dan rawan terkena abrasi Aliran air Sungai Suir yang tenang tetapi volume air besar Sangat dipengaruhi pasang surut air laut Tanah telah diolah menjadi lahan pertanian hortikultura Tanah gambut Dalam 1 tahun tergenang selama 4 kali selama beberapa jam akibat pasang laut Sering terjadi banjir Vegetasi Rhizopora sp. Sonneratia sp. Buta-buta Kondisi hutan mangrove telah banyak yang rusak akibat penebangan Dijumpai satwa burung elang bondol, biawak, kuntul, dan koak malam Vegetasi Tanjung Ketapang Sawo kecik Terdapat kebun karet Kondisi hutan bakau yang mulai habis Populasi ikan dan udang berkurang Penangkapan hasil perikanan menggunakan zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan Vegetasi: Kayu putih Kue Napal Jambu mete Nipah Buah Tematu Pisang Serawak Mangga Sawo Kedondong Kundang Jambu biji, Jambu air Delima Pedada Sagu Pakel Randu Kelapa Rhizhophora Kegiatan utama masyarakat adalah nelayan, pertanian Kegiatan utama masyarakat adalah dalam bidang perkebunan Nelayan, buruh bangunan, penebang sagu Melayu Agama Islam Pendapatan dan pendidikan rendah Penyakit : ispa, asma, diare Kesadaran lingkungan masyarakat tinggi Pembibitan dan penanaman bakau secara swadaya oleh masyarakat 20% bekerja menebang mangrove Pendapatan masyarakat yang diperoleh dari penangkapan ikan, udang, rama-rama dan kayu bakau kurang mencukupi karena dihargai dengan sangat murah oleh tengkulak Merupakan wilayah pinggiran kota nya terdapat jalan pada akses menuju pelabuhan dan tambak. Jalan raya aspal dan beberapa gang dilapisi jalan beton Merupakan wilayah pinggiran kota Jalan beton 2 m, sudah berlubang dibeberapa ruas Listrik jarang mati Air bersih berasal dari air hujan yang ditampung oleh masing-masing rumah Lokasi strategis ditepi Sungai Suir dan tidak tidak begitu jauh dari pusat kota
6 55 Lampiran 4 Deskripsi ruang terbuka hijau Kota Selatpanjang (Lanjutan) Desa/Kelurahan No Lokasi Letak Luas* Kepemilikan Penggunaan Lahan lahan Kondisi Fisik Kondisi Biologis Kondisi Infrastruktur dan Aksesibilitas barat 4 Rumah Adat Melayu 5 Stadion Dorak 6 Gedung Gerakan Pramuka 7 Tambak Milik 8 Tambak Milik Pemda 9 Lapangan bola Jalan Pelabuhan Sedulur Jl. Dorak, Jl. SMA 3, Desa Jl. Pramuka, Desa Jl. Pramuka, Desa Jl. Pelabuhan Sedulur, Desa Barat Jl. Pelabuhan Sedulur, Desa Barat Jl. Pelabuhan Sedulur, Desa Barat 6,60 3,97 0,65 1,71 1, terbangun terbangun budidaya: Tambak budidaya: Tambak (sepak bola) Drainase baik Suhu di siang hari panas, karena hanya ditumbuhi semak belukar dan beberapa anakan akasia serta pepohonan lain Tanah gambut Terdapat bekas bangunan stadion Kondisi bangunan rusak dengan tiang pondasi yang turun (subsidence) Tanah banyak tergenang diluar maupun didalam stadion Kondisi drainase lebih baik Terdapat gedung pramuka dan lahan yang cukup luas Berbentuk tambak dengan irigasi di sekitarnya Tanah alluvial Berbentuk tambak dengan irigasi di sekitarnya Tanah alluvial Tergenang air gambut Vegetasi Akasia Pisang Pinang Jati Mahoni Sebagian semak belukar Ditumbuhi ilalang, semak belukar Vegetasi Sirsak Nangka Cermai Kelapa Mangga Durian Vegetasi Pinang Ketapang Kelapa Pedada Mangga Nangka Jati Akasia Tanjung Laban Bunga sepatu Bambu Vegetasi Ceriops tagal Rhizopora sp. Vegetasi Ceriops tagal Rhizopora sp. Rumput lapangan dan ilalang Kondisi sosial ekonomi masyarakat lebih baik karena dekat wilayah perkantoran Buruh bangunan, penebang sagu Melayu Agama Islam Pendapatan dan pendidikan rendah Kesadaran lingkungan masyarakat tinggi Permukiman disekitar lokasi hampir tidak ada Merupakan sumber eknomi bagi masyarakat sekitar Merupakan sumber eknomi bagi pemda dan masyarakat sekitar Kondisi sosial ekonomi perdesaan dengan kemampuan menengah ke bawah Infrastruktur baik dengan jalan beton Dorak yang halus Lebih dekat ke pusat kota dengan akses jalan yang lebih baik dan pilihan lebih banyak Jalan beton 2 m, sudah berlubang dibeberapa ruas Listrik jarang mati Air bersih berasal dari air hujan yang ditampung oleh masing-masing rumah Akses dari kota lebih dekat Jalan beton lebar 2 m Akses jalan cukup sempit merupakan pinggiran Sungai Suir Akses jalan cukup sempit merupakan pinggiran Sungai Suir Akses jalan relatif sempit
7 56 Lampiran 4 Deskripsi ruang terbuka hijau Kota Selatpanjang (Lanjutan) Desa/Kelurahan No Lokasi Letak Luas* Kepemilikan Penggunaan Lahan lahan Kondisi Fisik Kondisi Biologis Kondisi Infrastruktur dan Aksesibilitas barat Alah Air 10 Lahan terbuka kosong Jalan Rintis 11 Perkebunan dan pertanian Jl. Rintis, Desa Barat Jl. Kasmin, Jl Mattaher Desa Alah Air 0,66 74,22 (bola voli) budidaya: perkebunan Lapangan bola voli Lahan sedikit bergambut Jauh dari pantai, ekosistem hutan dataran rendah Ditumbuhi semak belukar dan rerumputan Vegetasi Tanjung Ketapang Sawo kecik Terdapat kebun karet dan pertanian nanas sekitar berdagang dan berkebun Kegiatan utama masyarakat adalah dalam bidang perkebunan dan pertanian Terletak di ruas Jalan rintis yang merupakan jalan raya beraspal Jalan raya aspal dan beberapa gang dilapisi jalan beton Merupakan wilayah pinggiran kota Selatpanjang Kota 12 Lapangan Bola Jalan Gelora 13 Kolam dan Taman 14 Taman Cek Puan Jl. Gelora, Kelurahan Selatpanjang Kota Jl. Merdeka, Kelurahan Selatpanjang Kota Jl. Merdeka, Kelurahan Selatpanjang Kota 1,89 0,14 0,19 dan Tanah keras dan kering Rumput lapangan dan semak belukar (sepak bola) Bersebelahan dengan PLTD Taman kota Kolam dan Taman Beberapa pepohonan dan tanaman bunga Taman kota Taman kota Beberapa pepohonan dan tanaman bunga Kondisi sosial ekonomi mencerminkan wilayah perkotaan merupakan kelas menengah ke atas merupakan kelas menengah ke atas Sangat dekat dengan pusat perdagangan dan jasa kota Berada di pusat kota Akses mudah, dekat pusat kota Selatpanjang Timur Selatpanjang Selatan 15 Tepi Jalan Dorak dan 16 Lapangan bola Jalan Rintis Jl.Dorak, Desa Selatpanjang Timur Jl. Rintis, Kelurahan Selatpanjang Selatan ±30 1,21 Jalan utama Berupa tanah berkerikil hasil pengerasan jalan Terdapat drainase jalan yang dipenuhi air gambut Lebar kanan kiri jalan yaitu 2 x 5 m, panjang jalan ± 30 Km (sepak bola) Tergenang air pada musim hujan Vegetasi Mahoni daun lebar Mahoni daun kecil Angsana Trembesi Jati Bintaro Keluwih Cemara laut Pepaya Jambu air Kedondong Waru Kenanga Dibagian tepi jalan berupa semak belukar Vegetasi Kelapa Akasia Pisang Pinang Singkong Mengkudu Jati Kondisi sosial ekonomi masyarakat lebih baik karena dekat wilayah perkantoran Berada di jalan utama Kota Selatpanjang dan wilayah perkantoran pemerintah Infrastruktur baik dengan jalan beton Lebih dekat ke pusat kota dengan akses jalan yang lebih baik
8 57 Lampiran 4 Deskripsi ruang terbuka hijau Kota Selatpanjang (Lanjutan) Desa/Kelurahan No Lokasi Letak Luas* Kepemilikan Penggunaan Lahan lahan Kondisi Fisik Kondisi Biologis Kondisi Infrastruktur dan Aksesibilitas Selatpanjang Selatan 17 Lapangan bola Gang bib 18 Lapangan bola Jalan Pusara 19 Tempat Pemakaman Umum Jalan Pusara 20 Tempat Pemakaman Umum Jalan Kampung Baru Jumlah luas Jl. Gang bib, Kelurahan Selatpanjang Selatan Jl. Pusara, Kelurahan Selatpanjang Selatan Jl. Pusara, Kelurahan Selatpanjang Selatan Jl. Kampung Baru, Kelurahan Selatpanjang Selatan 0,45 0,68 2,50 6, ,65 (23,12% dari luas kota) (sepak bola) (sepak bola) Beberapa titik tergenang air gambut TPU Pemakaman sering tergenang air gambut TPU Pemakaman Cina bersebelahan dengan Kuburan Melayu Tanah bergambut Vegetasi Kelapa, Akasia, Mangium, Pinang, Jati, Mengkudu Rumput Akses jalan dengan sepeda motor Tidak ada vegetasi (sedikit rerumputan dan tumbuhan bunga) Vegetasi Bluntas, Paku laut, Keladi/Talas, Putri malu, Kelapa, Angsana, Bunga kupu-kupu, Trembesi * Luasan ini merupakan hasil perhitungan GPS Navigasi dan perkiraan batas bidang tanah oleh masyarakat Akses jalan dapat melalui Jalan maupun Jalan Rintis Infrastruktur baik Lebih dekat ke pusat kota Infrastruktur baik Lebih dekat ke pusat kota Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Meranti Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota dan Hutan Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Propinsi Riau.
9 58 58 Lampiran 5 Fungsi dan manfaat hutan kota berdasarkan potensi lokasinya No Lokasi Kondisi dan Potensi lokasi Fungsi hutan kota Manfaat hutan kota 1 Hutan Mangrove Sempadan Sungai Suir 2 Hutan Mangrove Jalan Pemuda Setia 3 Rumah Adat Melayu Vegetasi hutan mangrove yang rapat Sebagai hutan yang melindungi air sepanjang sungai suir bitat bagi berbagai ikan dan udang Rentan terkena abrasi air laut sungai suir Rawan penebangan dan konversi lahan Vegetasi hutan mangrove yang rapat bitat bagi berbagai ikan dan udang Rawan pencurian kayu dan konversi lahan Kondisi ekonomi masyarakat sekitar masih rendah Dekat dengan sekolah dan perkantoran Terletak di area perkantoran Kondisi lahan yang terbuka sehingga terkesan panas dan gersang Terletak di Jalan Dorak yang merupakan salah satu jalan utama 4 Stadion Dorak Berpotensi sebagai sarana bagi masyarakat Tanah tergenang air gambut Terdapat puing bekas stadion 5 Gedung Gerakan Pramuka Terletak di area pusat kegiatan kepramukaan Masih berupa semak belukar dan jarang dimanfaatkan Fungsi pengawetan (pelestarian mangrove dan kehidupannya) Fungsi estetika (memperindah pemandangan Sungai Suir Fungsi perlindungan (melindungi dari abrasi, membentuk daratan) Fungsi produksi (ikan, udang, dll) Fungsi lain: Pendidikan dan penelitian, penunjang rekreasi dan pariwisata Fungsi pengawetan (pelestarian hutan mangrove dan kehidupannya) Fungsi perlindungan (mengatasi intrusi air laut, mengamankan sungai) Fungsi produksi (ikan, udang, dan sagu) Fungsi lainnya: pendidikan dan penelitian, rekreasi dan pariwisata Fungsi estetika (memperindah lokasi perkantoran) Fungsi perlindungan (menjaga iklim mikro dan mencegah suhu udara yang panas) Identitas wilayah Fungsi perlindungan (mengatasi penggenangan air gambut) Fungsi lainnya: sarana Fungsi perlindungan (mengatasi penggenangan air gambut) Fungsi lainnya: sarana Pelestarian plasma nutfah Penelitian dan pengembangan Pariwisata alam dan rekreasi (wisata mangrove) Pelestarian plasma nutfah Penelitian dan pengembangan Pendidikan Pariwisata alam dan rekreasi Rekreasi adat Pendidikan budaya rekreasi dan dan rekreasi Pendidikan pramuka 6 Lapangan bola Jalan Pelabuhan Sedulur Sebagai tempat penanaman program satu milyar pohon Lahan tergenang air gambut Fungsi perlindungan (mengatasi penggenangan air gambut) - 7 Lahan terbuka kosong Jalan Rintis Lahan tidak terpakai, hanya berupa semak belukar Terletak di tepi jalan Rintis Fungsi estetika (menutupi bagian kota yang tidak produktif/kurang baik) Fungsi perlindungan (mengatasi penggenangan air gambut) Budidaya hasil hutan nonkayu 8 Lapangan Bola Jalan Gelora Bersebelahan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang meyebabkan polusi udara Posisi lokasi dekat dengan pusat perdagangan kota Lokasi terletak di depan Sekolah Digunakan sebagai lapangan Fungsi penyehatan lingkungan (penyerap dan penjerap partikel polutan, penyerap CO2) Fungsi perlindungan (peredam kebisingan, ameliorasi iklim mikro dan penapis bau) Fungsi lainnya (pendidikan) Pendidikan
10 59 59 Lampiran 5 Fungsi dan manfaat hutan kota berdasarkan potensi lokasinya (Lanjutan) No Lokasi Kondisi dan Potensi lokasi Fungsi hutan kota Manfaat hutan kota 9 Tepi Jalan Dorak dan 10 Lapangan bola Jalan Rintis Penanaman pohon di tepi Jalan masih kurang terrawat dan kurang diawasi Merupakan jalan utama yang terdapat pusat perkantoran Bupati nya ditumbuhi semak belukar dan tidak produktif Fungsi penyehatan lingkungan (penyerap dan penjerap polutan transportasi) Fungsi estetika (meningkatkan keindahan jalan dan sarana transportasi) Fungsi perlindungan (peredam kebisingan transportasi) Fungsi estetika (menutupi bagian kota yang tidak produktif/kurang baik) dan rekreasi - 11 Lapangan bola Gang bib Lahan terbuka dan tidak dimanfaatkan Fungsi estetika (menutupi bagian kota yang tidak produktif/kurang baik) dan rekreasi 12 Lapangan bola Jalan Pusara Lahan terbuka dan tidak dimanfaatkan Fungsi estetika (menutupi bagian kota yang tidak produktif/kurang baik) dan rekreasi 13 Tempat Pemakaman Umum Jalan Pusara Lahan pemakaman terasa panas dan gersang. Pemakaman sering tergenang air Fungsi perlindungan (menjaga iklim mikro dan mengatasi penggenangan) - 14 Tempat Pemakaman Umum Jalan Kampung Baru Lahan pemakaman terlihat gersang dan panas Arsitektur pemakaman indah dan tertata rapi Fungsi perlindungan (menjaga iklim mikro dan mengatasi penggenangan) -
BAB III METODE PENELITIAN
9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 410 Desember 2011 (Lampiran 2), bertempat di wilayah Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Lebih terperincike segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan
Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi
Lebih terperinciJENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi
Lebih terperinciKeputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota
23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan
Lebih terperinciLanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.
Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA UMUM Pembangunan kota sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kuantitas lingkungan. Menurut Reksohadiprodjo dan Karseno (2012: 43),
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kota berupa pembangunan infrastruktur, namun sayangnya terdapat hal penting yang kerap terlupakan, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, pengertian hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
Lebih terperinciTABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN
LAMPIRAN V : PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN
Lebih terperinciPenataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian
Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
Lebih terperinciGEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik
GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 5 A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik 1. Hutan Hujan Tropis Rona gelap Pohon bertajuk, terdiri dari
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang Mengingat : : a. bahwa dengan terus meningkatnya pembangunan di
Lebih terperinciBAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA
PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, dikawasan mangrove terjadi interaksi kompleks
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6. 1 Kesimpulan Berdasarkan permasalahan, data analisis dan pembahasan, dapat diperoleh hasil penelitian ( temuan) yang telah diperoleh, maka disimpulkan dan menjadi suatu arahan,
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang
V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau dan memiliki kondisi perairan yang sesuai untuk usaha budidaya. Kondisi wilayah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH SAMPANG NOMOR : 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan
LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan 117 Lampiran 2. Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Lampung Selatan. 118 119 Lampiran 3. Peta Kondisi Kawasan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MELAWI
PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang : a. bahwa dalam upaya menciptakan wilayah
Lebih terperinciBAGIAN KETUJUH PEDOMAN PENANAMAN TURUS (KANAN - KIRI) JALAN NASIONAL GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GERHAN) BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004 BAGIAN KETUJUH PEDOMAN PENANAMAN TURUS (KANAN - KIRI) JALAN NASIONAL GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinci19 Oktober Ema Umilia
19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas
42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,
Lebih terperinci3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi
3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :
54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan
Lebih terperinciTASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015
TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG
Lebih terperinciSD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4
SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 1. Penanaman pohon bakau di pinggir pantai berguna untuk mencegah.. Abrasi Erosi Banjir Tanah longsor Jawaban a Sudah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
45 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan dataran rendah dan landai dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi
Lebih terperinciLampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi
I. Keanekaragaman hayati UU No. 5, 1990 Pasal 21 PP No. 68, 1998 UU No. 41, 1999 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya melalui Cagar Alam
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di wilayah pesisir yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak
Lebih terperinciANALISIS DAN SINTESIS
55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis berbentuk kepulauan dengan 17.500 pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km, yang merupakan kawasan tempat tumbuh hutan
Lebih terperinciKEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI
-157- LAMPIRAN XXII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SINJAI TAHUN 2012-2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI A. KAWASAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia era sekarang ini begitu cepat, ditandai dengan banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang sebelumnya kota telah berkembang menjadi
Lebih terperinciBAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,
Lebih terperinciPERENCANAAN PEMBANGUNAN HUTAN KOTA DI KOTA SELATPANJANG, KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI, PROVINSI RIAU GAGAN HANGGA WIJAYA
PERENCANAAN PEMBANGUNAN HUTAN KOTA DI KOTA SELATPANJANG, KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI, PROVINSI RIAU GAGAN HANGGA WIJAYA DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Perencanaan pengembangan drainase di wilayah Kota Batam khususnya di Kecamatan Batam Kota sangatlah kompleks. Banyak sekali faktor yang harus dipertimbangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan
BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik topografi rendah sehingga berpotensi terhadap bencana banjir rob. Banjir rob ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan, terciptanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 km serta lebih dari 17.508 pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU
1 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU Putu Aryastana 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa ABSTRAK Sempadan sungai merupakan suatu kawasan yang
Lebih terperinciBAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler
BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga
Lebih terperinciPAPARAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN KARIMUN. Disampaikan pada acara MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015
PAPARAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN KARIMUN Disampaikan pada acara MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 Pulau Terluar P. Iyu Kecil Pulau Terluar P. Karimun Anak GAMBARAN UMUM
Lebih terperinciTENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
t'r - PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 09 TAHUN 2OO5 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK, Menimbang
Lebih terperinciKegiatan Ekonomi. Berdasarkan Potensi Alam
Bab 7 Kegiatan Ekonomi Berdasarkan Potensi Alam Bab ini akan membahas tentang kegiatan ekonomi yang didasarkan pada potensi alam. Pelajarilah dengan saksama agar kamu dapat mengenal aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian
Lebih terperinci3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa
SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.2 1. Tempat pelestarian hewan langka orang hutan di Tanjung Puting bertujuan agar Tidak merusak pertanian dan mampu berkembangbiak
Lebih terperinciBERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN
BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN Sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 13 ribu pulau, Indonesia layak disebut sebagai negara dengan potensi bahari terbesar di dunia. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN
4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong
Lebih terperinciKAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA
KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA (Studi Kasus: Kawasan sekitar Danau Laut Tawar, Aceh Tengah) TUGAS AKHIR Oleh: AGUS SALIM L2D
Lebih terperinciLAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1
LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG
LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2010 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam suatu wilayah pesisir terdapat beragam sistem lingkungan (ekosistem). Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu karang,
Lebih terperinciBAB V ANALISIS. V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman. yang telah ditentukan masyarakat bersama. V.1.2 Kapasitas Lahan Permukiman
84 BAB V ANALISIS V.1 Fisik Lahan Permukiman V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman Lahan Permukiman Dusun Ngentak berada diatas lahan yang memiliki kemiringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia memiliki luas lahan keseluruhan mencapai 661,52 berdampak kepada pertumbuhan permukiman. Menurut data statistik Indonesia
Lebih terperinciKAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D
KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB VI DAMPAK KONVERSI MANGROVE DAN UPAYA REHABILITASINYA
48 BAB VI DAMPAK KONVERSI MANGROVE DAN UPAYA REHABILITASINYA 6.1. Dampak Konversi Mangrove Kegiatan konversi mangrove skala besar di Desa Karangsong dikarenakan jumlah permintaan terhadap tambak begitu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Permukiman Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. Permukiman perlu ditata agar dapat berkelanjutan dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN 5.1 Kesimpulan Penelitian Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pada wilayah ini terdapat begitu banyak sumberdaya alam yang sudah seharusnya dilindungi
Lebih terperinciHUTAN DIKLAT RUMPIN SEBAGAI SALAH SATU RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN BOGOR
HUTAN DIKLAT RUMPIN SEBAGAI SALAH SATU RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN BOGOR MH. Tri Pangesti Widyaiswara Utama, Balai Diklat Kehutanan Bogor Abstrak Sejalan dengan Undang-Undang No 25 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut
TINJAUAN PUSTAKA Hutan Manggrove Hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut Kusmana dkk (2003) Hutan mangrove
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL
18 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur Geografis Secara geografis, Kabupaten Lampung Timur
Lebih terperinciWarta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang
No. 5, Agustus 2002 Warta Kebijakan C I F O R - C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DI KAWASAN MUARA SUNGAI DAN PANTAI DALAM WILAYAH KABUPATEN BULUNGAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH
Lampiran I Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 2 TAHUN 2011 Tanggal : 4 Pebruari 2011 Tentang : Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pembangunan perkotaan cenderung meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan terbuka hijau dialih fungsikan menjadi kawasan pemukiman, perdagangan, kawasan industri,
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim
IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas
Lebih terperinciMODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN.
MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN Faisyal Rani 1 1 Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Riau 1 Dosen
Lebih terperinciSERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
30 APRIL 2004 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK 01 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar
Lebih terperinciMomentum, Vol. 11, No. 2, Okt 2015, Hal ISSN , e-issn KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA PACITAN
KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA PACITAN Wiwik Handayani 1*, Gagoek Hardiman 1 dan Imam Buchari 1 1 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro Semarang Jalan Imam Bardjo,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN
Lebih terperinciKondisi Geografis dan Penduduk
Kondisi Geografis dan Penduduk 1) Kondisi geograis suatu wilayah terdiri dari empat faktor utama yaitu: a) Litosfer (lapisan tanah), b) Atmosfer (lapisan udara), c) Hidrosfer (lapisan air), d) dan biosfer
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan mangrove di DKI Jakarta tersebar di kawasan hutan mangrove Tegal Alur-Angke Kapuk di Pantai Utara DKI Jakarta dan di sekitar Kepulauan Seribu. Berdasarkan SK Menteri
Lebih terperinciADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada, dua per tiga wilayah Indonesia adalah kawasan perairan.
Lebih terperinci