BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Profesional Pada Guru PAUD. Kunandar (2011) mendefinisikan kompetensi profesional adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Profesional Pada Guru PAUD. Kunandar (2011) mendefinisikan kompetensi profesional adalah"

Transkripsi

1 22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Profesional Pada Guru PAUD 1. Pengertian Kunandar (2011) mendefinisikan kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan. Sanjaya dalam Suyadi (2011), mengungkapkan bahwa kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Janawi (2012) mengungkapkan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang sesuai bidang keahlian, kemanfaatan tujuan intsruksional khusus (TIK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, menguasai filosofi, metodologi, teknis dan praktis penelitian dan pengembangan ilmu yang sesuai dengan bidang keahliannya dan mengembangkan diri / kinerja. Menurut Permen Nomor 137 tahun 2014 pengertian kompetensi profesional pada guru PAUD adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Artinya guru mampu mengembangkan materi yang sesuai bidang keilmuan yang mendukung serta sejalan dengan kebutuhan dan

2 23 tahapan perkembangan anak usia dini, mampu merancang berbagai kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini, mampu merefleksi diri sehingga mengetahui apa yang mereka butuhkan guna meningkatkan keprofesionalannya Janawi (2012) mengatakan kompetensi profesional ini merupakan kemampuan, keahlian, kecakapan dasar tenaga pendidik yang harus dikuasai dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Guru dan dosen adalah salah satu sumber belajar sehingga harus menguasai materi yang diajarkan dan mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam tentang materi tersebut. Pengertian Guru dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dalam Bab II pasal 2 dinyatakan bahwa : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal dan jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dengan tanggungjawab. Menurut Suncoko, dkk (2015), Pendidik anak usia dini atau Guru PAUD adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, pelatihan, pengasuhan dan perlindungan pada anak usia dini. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) tentang sistem pendidikan nasional Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disingkat PAUD, merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

3 24 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional pada guru PAUD adalah kemampuan menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang sesuai bidang keahlian, kemanfaatan tujuan intsruksional khusus (TIK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, menguasai filosofi, metodologi, teknis dan praktis penelitian dan pengembangan ilmu yang sesuai dengan bidang keahliannya dan mengembangkan diri / kinerja. 2. Aspek-Aspek Kompetensi Profesional Guru Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak mengungkapkan bahwa aspek-aspek kompetensi profesional guru PAUD meliputi: a. Mengembangkan materi, struktur, dan konsep bidang keilmuan yang mendukung serta sejalan dengan kebutuhan dan tahapan perkembangan anak usia dini 1) Menelaah konsep dasar keilmuan bidang matematika, sains, bahasa, studi sosial, seni dan agama yang sesuai dengan kebutuhan, tahapan perkembangan dan psikomotorik anak usia dini 2) Mengorganisasikan konsep dasar keilmuan sebagai alat, aktivitas dan konten dalam pengembangan anak usia dini. b. Merancang berbagai kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini. 1) Merumuskan tujuan setiap kegiatan pengembangan

4 25 2) Menganalisis perkembangan anak usia dini dalam setiap bidang pengembangan. 3) Memilih materi berbagai kegiatan pengembangan sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia dini 4) Mengorganisasikan kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia dini. c. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif 1) Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus. 2) Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan. Janawi (2012) menjabarkan aspek-aspek kompetensi profesional : a. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang sesuai dan mendukung bidang keahlian/bidang studi yang diampu. b. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai bidang studi yang diampu. c. Menguasai filosofi, metodologi, teknis dan praktis penelitian dan pengembangan ilmu yang sesuai dan mendukung bidang keahlian. d. Mengembangkan diri dan kinerja profesionalnya dengan melakukan tindakan refleksi dan penggunaan TIK. e. Meningkatkan kinerja dan komitmen dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat. Dari kedua aspek di atas peneliti mengacu pada aspek yang ada di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak, yaitu : 1)

5 26 Mengembangkan materi, struktur, dan konsep bidang keilmuan yang mendukung serta sejalan dengan kebutuhan dan tahapan perkembangan anak usia dini; 2) merancang berbagai kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini; 3) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Peneliti mengacu pada aspek tersebut di atas karena sesuai dengan standar nasional kompetensi guru Pendidikan Anak Usia Dini yang berlaku. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Profesional Berdasarkan hasil penelitian dari Saripudin (2014) menyatakan, ada 3 faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru secara signifikan : 1) Kepemimpinan kepala sekolah, 2) Sikap guru, dan 3) Motivasi kerja guru. Dikutip pula dari penelitian Wati (2014) dalam penelitiannya, menyatakan bahwa 2 faktor yang digunakan dijadikan variabel X1 dan X2 dalam dalam penelitiannya mempengaruhi kompetensi profesional guru PAUD, yaitu 1) persepsi supervisi akademik dan 2) kualifikasi akademik. 1. Kepemimpinan kepala sekolah Kepemimpinan menurut Robbins (dalam Karwati & Priansa, 2013) adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran. Menurut Karwati dan Priansa (2013) Kepemimpinan kepala sekolah berkenaan dengan kompetensi kepala sekolah, baik hard skills maupun soft skills, untuk mempengaruhi seluruh sumber daya sekolah agar mampu mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sekolah.

6 27 Dari penelitian Saripudin (2014) kepemimpinan kepala sekolah akan mempengaruhi kompetensi professional guru. Menurut Kartono dalam Saripudin (2014) menjelaskan bahwa setiap pemimpin memiliki gaya dalam memimpin sebuah organisasi. Menurut Rood (2010) yang diterjemahkan oleh Arifin (2010), menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang dianggap cocok diterapkan di lembaga PAUD adalah gaya kepemimpinan demokratis. 2. Sikap Guru mengenai profesi yang diembannya Menurut Saripudin (2014), Sikap guru terhadap profesinya merupakan keyakinan seorang guru mengenai profesi yang diembannya, dan memberikan dasar kepada guru untuk membuat respon atau perilaku sesuai dengan pilihannya. Sikap guru terhadap profesi juga mempengaruhi tindakan guru dalam menjalankan profesinya. Jika seorang guru memiliki sikap positif terhadap profesinya, maka guru tersebut akan menjalankan fungsi dan perannya dengan baik. Demikian pula sebaliknya, jika seorang guru memiliki sikap negatif terhadap profesinya, maka guru tersebut akan menjalankan fungsi dan perannya tidak sesuai dengan tuntutan profesi yang diembannya. 3. Motivasi kerja Motivasi kerja dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja merupakan dorongan atau kekuatan untuk melakukan suatu pekerjaan, meliputi komitmen terhadap pekerjaan, dorongan keterlibatan di dalam pekerjaan termasuk kehadiran dan penyelesaian pekerjaan, keinginan untuk

7 28 meningkatkan mobilitas kerjanya, keinginan untuk maju dan berprestasi, serta ketahanan kerja seseorang dalam menghadapi hambatan kariernya. Guru yang memiliki motivasi untuk melakukan pekerjaan, menunjukkan adanya dorongan dalam dirinya untuk bekerja dengan baik. Jika seorang guru mempunyai harapan yang besar dapat berprestasi tinggi, dan jika ia menduga bahwa dengan tercapainya prestasi yang tinggi ia akan merasakan akibat-akibat yang ia harapkan, maka ia akan mempunyai motivasi yang tinggi untuk bekerja. Sebaliknya jika guru merasa yakin tidak akan dapat mencapai prestasi kerja sesuai dengan yang diharapkan pimpinan sekolah, maka ia akan kurang motivasinya untuk bekerja. Meningkatnya motivasi kerja akan menghasilkan lebih banyak usaha dan prestasi kerja yang lebih baik. Dengan demikian motivasi kerja diduga turut berperan di dalam meningkatkan kompetensi profesional guru. 4. Kualifikasi akademik Dalam dunia pendidikan, kualifikasi dimengerti sebagian keahlian atau kecakapan khusus dalam bidang pendidikan, baik sebagai pengajar mata pelajaran, administrasi pendidikan dan seterusnya. Bahkan, kualifikasi terkadang dapat dilihat dari segi derajat lulusannya. Seperti dalam UU Sisdiknas 2003, ditetapkan bahwa untuk menjadi guru Sekolah Dasar (SD) harus lulusan Strara S-1 PGSD atau pendidikan yang lain yang relevan. 5. Supervisi akademik, Supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sasaran supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam

8 29 proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru adalah : 1) Kepemimpinan kepala sekolah, 2) Sikap Guru mengenai profesi yang diemban, 3) Motivasi, 4) Kualifikasi akademik, dan 5) Supervisi akademik. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru PAUD tersebut di atas kepemimpinan kepala sekolah dipilih karena kepemipinan kepala sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi sekolah, fungsi dari kepemimpinan kepala sekolah sudah mencakup memberikan motivasi, supervisi, dan mengarahkan termasuk mengarahkan guru dalam bersikap (Basri, 2014). Dari faktor kepemimpinan kepala sekolah, peneliti khusus meneliti persepsi gaya kepemimpinannya saja, sesuai dengan penjelasan Kartono (2005) yang menjelaskan bahwa setiap pemimpin memiliki gaya dalam memimpin sebuah organisasi. Menurut Purwanto (2010) salah satu gaya kepemimpinan yang digunakan dalam dunia pendidikan adalah gaya kepemimpinan demokratis, gaya ini dianggap sebagai gaya yang ideal dan paling baik terutama untuk kepentingan pendidikan. Selain faktor kepemimpinan kepala sekolah, faktor kualifikasi akademik tidak kalah penting, menurut Basri (2014), agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru dituntut untuk terus menerus meningkatkan dan

9 30 mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya, guru tidak mungkin dapat meningkatkan mutu dan martabat profesinya apabila tidak meningkatkan atau menambah pengetahuan dan ketrampilannya karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Kompetensi profesional merupakan kemampuan, keahlian, kecakapan dasar tenaga pendidik yang harus dikuasai dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Guru harus mampu menguasai keahlian dan ketrampilan teoritik dan praktik proses pembelajaran serta mengaplikasikan secara nyata, sehingga guru yang mempunyai tugas mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik harus sesuai dengan prinsip profesi guru yang salah satunya adalah memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang sesuai bidang tugasnya (Janawi, 2012). B. Persepsi Guru terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah 1. Pengertian Walgito (2003) menjelaskan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Namun proses tersebut tidak berhenti sampai disitu saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh saraf ke otak pusat susunan saraf, dan selanjutnya merupakan proses persepsi. Proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi. Menurut Desideranto (dalam Rakhmat, 2001) persepsi dapat diartikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang

10 31 diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan pesan. Atau persepsi ialah memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory Stimuli). Persepsi ditentukan oleh faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut faktor personal. Persepsi dibutuhkan guru guna menyimpulkan informasi dan pesan yang akan memberikan makna terhadap gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah yang akan mempengaruhi kompetensi profesional guru. Nawawi dan Hadari (2014) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya kepemimpinan yang aktif, dinamis terarah, kegiatankegiatan pengendalian dilakasanakan secara tertib dan bertanggung jawab, pembagian tugas-tugas yang disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif dengan kata lain setiap anggota mengetahui secara pasti sumbangan yang dapat diberikannya untuk mencapai tujuan kelompok/organisasinya. Kepemimpinan tipe ini dalam mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing. Menurut Robbins dan Coulter (dalam Basri, 2014) gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya kepemimpinan yang mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam mengambil keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai kesempatan untuk melatih karyawan. Menurut Basri (2014) gaya kepemimpinan demokratis disebut juga gaya kepemimpinan modernis dan partisipatif yaitu cara memimpin yang

11 32 memungkinkan para bawahan turut serta dalam proses pengambilan keputusan. Apabila proses itu mempengaruhi kelompok, atau kelompok yang dimaksud mampu berperan dalam pengambilan keputusan, atasan tidak hanya memberikan kesempatan kepada mereka yang berinisiatif, tetapi juga membantunya menyelesaikan tugas-tugasnya dengan kata lain kepemimpinan ini melibatkan keikutsertaan bawahannya dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pemimpin. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratis adalah suatu penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap gaya kepemimpinan yang aktif, dinamis terarah, kegiatan-kegiatan pengendalian dilakasanakan secara tertib dan bertanggung jawab, pembagian tugas-tugas yang disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif dengan kata lain setiap anggota mengetahui secara pasti sumbangan yang dapat diberikannya untuk mencapai tujuan kelompok/organisasinya. Kepemimpinan tipe ini dalam mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing. 2. Ciri-Ciri Gaya Kepemimpinan Demokratis Nawawi dan Hadari (2012) menjelaskan ciri-ciri pemimpin demokratis, yaitu : a. Pemimpin mempunyai usaha mewujudkan dan mengembangkan hubungan manusiawi (human relationship) yang efektif.

12 33 b. Proses kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan yang luas bagi anggota kelompok/organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang disesuaikan dengan posisi/jabatan masing-masing disamping memperhatikan jenis kemampuan setiap anggota kelompok/ organisasi. c. Para pemimpin pelaksana sebagai pembantu pucuk pimpinan, memperoleh pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang sama atau seimbang pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama. d. Bagi para anggota kesempatan berpartisipasi dilaksanakan dan dikembangkan dalam berbagai kegiatan di lingkungan unit masing-masing, dengan mendorong terwujudnya kerjasama, baik antara anggota dalam satu maupun unit yang berbeda. e. Dalam mengambil keputusan mementingkan musyawarah Menurut Basri (2014) gaya kepemimpinan demokratis memiliki ciri-ciri : a. Mengembangkan kreativitas kepada bawahan b. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan; c. Mengutamakan musyawarah dan kepentingan bersama; d. Mengambil keputusan sesuai dengan tujuan organisasi; e. Mendahulukan kepentingan yang darurat demi keselamatan jiwa anak buahnya dan keselamatan organisasi yang dipimpinnya; f. Mengembangkan regenerasi kepemimpinan; g. Perluasan kaderisasi agar anak buahnya lebih maju dan menjadi pemimpin masa depan; h. Memandang semua masalah dapat dipecahkan dengan usaha bersama.

13 34 Kepemimpinan demokratis menurut Kartono (2005) adalah dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Organisasi dengan seluruh bagian-bagiannya berjalan lancar, sekalipun pemimpin tersebut tidak ada dikantor. b. Otoritas sepenuhnya didelegasikan ke bawah, dan semua orang menyadari tugas serta kewajiban sehingga merasa puas dan aman menyandang tugasnya. c. Diutamakan tujuan-tujuan kesejahteraan pada umumnya, dan kelancaran seluruh aspek dalam kelompok atau organisasi tersebut. d. Dengan keadaan seperti pemimpin demokratis bisa dikatakan sebagai katalisator untuk mempercepat dinamisme dan kerja sama demi mencapai tujuan dengan jiwa kelompok dan situasi yang ada. Menurut Saebani dan Sumantri (2014) menjelaskan ciri-ciri pemimpin demokratis, yaitu : a. Bawahan diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas b. Bersifat terbuka c. Mengutamakan musyawarah dan kepentingan bersama d. Mengambil keputusan sesuai dengan tujuan organisasi e. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi f. Mengembangkan regenerasi kepemimpinan g. Perluasan kaderisasi agar bawahan lebih maju dan menjadi pemimpin masa depan h. Memandang semua masalah dapat dipecahkan bersama. Berdasarkan uraian di atas ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis yang dikemukakan dapat disimpulkan dari Nawawi dan Hadari (2012) : a. pemimpin

14 35 mempunyai usaha mewujudkan dan mengembangkan hubungan manusiawi (human relationship) yang efektif ; b. proses kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan yang luas bagi anggota kelompok/organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang disesuaikan dengan posisi/jabatan masing-masin disamping memperhatikan jenis kemampuan setiap anggota kelompok/organisasi; c. para pemimpin pelaksana sebagai pembantu pucuk pimpinan, memperoleh pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang sama atau seimbang pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama; d. bagi para anggota kesempatan berpartisipasi dilaksanakan dan dikembangkan dalam berbagai kegiatan di lingkungan unit masing-masing, dengan mendorong terwujudnya kerjasama, baik antara anggota dalam satu maupun unit yang berbeda; e. dalam mengambil keputusan mementingkan musyawarah. Ciri-ciri tersebut dipilih karena dari uraian di atas menunjukkan bahwa pemimpin selalu berpihak pada kebenaran dan keadilan, yang bukan untuk dirinya sendiri tetapi justru untuk semua anggota kelompok/organisasinya.pemimpin bermaksud melatih orangorang yang dipimpin agar memiliki kemampuan menghargai pendapat dan gagasan orang lain, hal ini sesuai dengan kebutuhan guru PAUD. C. Kualifikasi Akademik 1. Pengertian Pengertian kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikasi keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Kunandar, 2007).

15 36 Pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 42 ayat (1) Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam pasal ini sangat jelas dikatakan bahwa guru di Indonesia harus memiliki kualifikasi minimum serta harus mengikuti sertifikasi untuk meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Dijelaskan pada Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 8, pasal 9, dan pasal 10. Pasal 8 berbunyi Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pasal 9 berbunyi Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru lebih lanjut diatur dalam Peraturaan Menteri Pendidikan Nasonal Nomor 16 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional.. Pasal 28 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikasi keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

16 37 2. Kualifikasi Akademik pada Guru PAUD Menurut peraturan menteri pendidikan nasional nomor 137, (2014), Bab VII tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan pasal 25 yaitu kualifikasi akademik guru pada PAUD adalah : a. Memiliki ijazah Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini yang diperoleh dari program studi terakreditasi atau memiliki ijazah diploma empat (D-IV) atau b. Sarjana (S1) kependidikan lain yang relevan atau psikologi yang diperoleh dari program studi terakreditasi dan memiliki sertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG) PAUD dari perguruan tinggi yang terakreditasi. Dalam peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 28 ayat 2 menyebutkan bahwa kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seseorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yaitu pendidik pada pendidikan anak usia dini memiliki : a. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1); b. Berlatar belakang pendidikan tinggi bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain atau psikologi; c. Sertifikasi guru untuk PAUD (Pasal 29 ayat 1). Menurut Suyadi (2011) pendidik PAUD harus mempunyai kualifikasi akademik: a. Berijazah serendah-rendahnya S1-PGTK/ S1-PGRA/ PG PAUD atau sederajat

17 38 b. Mampu bernyanyi, bercerita dan bermain, termasuk mampu memainkan musik c. Mempunyai 4 kompetensi dasar : profesional, pedagogi, kepribadian dan sosial. Dalam Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 disampaikan bahwa kualifikasi akademik adalah penguasaan capaian pembelajaran yang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap, ketrampilan, kompetensi dan akumulasi pengalaman kerja. Bentuk dari pengakuan atas capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan akan dituangkan dalam surat keterangan berupa ijazah. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seseorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kualifikasi akademik Guru pada PAUD adalah : a. Memiliki ijazah Diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini, dan kependidikan lain yang relevan dengan sistem pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi terakreditasi, atau b. Memiliki sertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG) dari perguruan tinggi yang terakreditasi.

18 39 D. Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Demokratis dengan Kompetensi Profesional Guru Nawawi dan Hadari (2012) mengatakan bahwa kepala skolah dengan gaya kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi dengan mewujudkan dan mengembangkan hubungan manusia yang efektif sehingga pemimpin memberi kebebasan kepada guru untuk mengembangkan dan memilih materi, struktur dan konsep bidang keilmuan yang mendukung dan sejalan dengan tahap perkembangan anak, dengan menelaah konsep dasar keilmuan bidang matematika, sains, bahasa, studi sosial, seni dan agama yang sesuai dengan kebutuhan, tahapan perkembangan dan psikomotarik anak. Proses kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan yang luas bagi anggota kelompok/organisasi (dalam hal ini guru) untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang disesuaikan dengan posisi /jabatan masing-masing disamping memperhatikan jenis kemampuan setiap anggota kelompok /organisasi (guru) sehingga anggota / guru dapat mengorganisasikan konsep dasar keilmuannya sebagai alat yang digunakan untuk mengajar/mendidik, serta guru mempunyai kebebasan beraktivitas yang dapat menunjang proses belajar mengajar dan konten dalam mengembangkan anak usia dini. Sesuai dengan pernyataan Wahjosumijo (dalam Saripudin, 2014) menyatakan bahwa kepala sekolah adalah orang yang menentukan fokus dan suasana sekolah. Keberhasilan sekolah adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang berhasil (effective leaders). Pemimpin sekolah adalah mereka yang dilukiskan sebagai orang yang memiliki harapan tinggi terhadap guru/staf dan para siswa, pemimpin sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui

19 40 tentang tugas-tugas mereka, dan yang menentukan suasan untuk sekolah mereka. Kualitas kepemimpinan kepala sekolah di dalam mencapai keberhasilan suatu sekolah, ditentukan dengan sejauh mana kepala sekolah mampu untuk memimpin. Nawawi dan Hadari (2012) mengatakan kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan demokratis menganggap guru sebagai pimpinan pelaksana memperoleh pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang sama atau seimbang pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama sehingga guru mempunyai wewenang untuk merancang berbagai kegiatan pengembangan pembelajaran secara kreatif sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini. Guru juga dapat merumuskan tujuan untuk setiap kegiatan pengembangannya. Guru mempunyai wewenang untuk menganalisis atau mengevaluasi perkembangan anak usia dini yang diampunya dalam setiap perkembangan anak. Guru mempunyai wewenang untuk memilih materi berbagai kegiatan pengembangan sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia dini. Guru mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk mengorganisasikan kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia dini. Karwati dan Priansa (2013) mengatakan bahwa kepala sekolah yang memberikan peluang dan kesempatan pada guru untuk berkreasi dan berinovasi sehingga guru tersebut dapat mengaktualisasikan dirinya. Hal tersebut dapat menciptakan budaya yang kreatif di lingkungan sekolah, yang berdampak pada kematangan guru dalam menjalankan tugas secara professional. Menurut Saripudin (2014) guru dalam menjalankan tugas dan perananya tidak terlepas dari kebijakan dari pimpinan sekolah, sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan koordinasi yang baik. Oleh sebab itu kepala sekolah yang berhasil, yaitu tercapainya tujuan sekolah, serta tujuan dari para

20 41 guru dan staf yang ada di dalam lingkungan sekolah. Dari hasil penelitian sarippudin (2014) yang berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi professional guru bidang kompetensi keahlian teknik instalasi tenaga listrik di SMK, menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kompetensi profesional 48%. Nawawi dan Hadari (2012) mengatakan bahwa kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan demokratis memberikan kesempatan pada guru untuk berpartisipasi dan mengembangkan diri dalam berbagai kegiatan di lingkungan unit masing-masing dengan mendorong terwujudnya kerjasama, baik antara anggota / guru yang satu maupun dengan unit yang berbeda supaya dapat mengembangan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif terhadap kinerja sendiri secara terus menerus dan memanfaatkan hasil refleksinya untuk meningkatkan keprofesionalannya. Menurut Saripudin (2014) kepemimpinan kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif. Pimpinan sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan guru dan staf sekolah. Menurut Indrafachrudi (dalam Ilahisa, 2014) segala keputusan diambil melalui musyawarah dan kesepakatan bersama, kepala sekolah menghargai pendapat para guru dan memberi kesempatan untuk mengembangkan inisiatif dan daya kreatifnya, kepala sekolah memberikan dorongan kepada guru-guru untuk mengembangkan keterampilannya terkait usaha-usaha mereka dalam mencoba suatu metode yang baru, kepala sekolah bersifat bijaksana dalam pembagian tugas dan tanggung jawab, kepala sekolah bersifat ramah tamah dan selalu bersedia menolong guru dan karyawan lain dengan memberi nasehat, anjuran, dan petunjuk apabila diperlukan. Di bawah

21 42 kepemimpinannya guru-guru bekerja dengan senang untuk memajukan pendidikan di sekolah. Semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati bersama. Kepala sekolah dianggap sebagai seorang bapak, saudara, atau kakak yang dapat menempatkan diri sesuai dengan kondisi dan keadaan lingkungan. Dengan begitu maka akan dapat menciptakan suasana kekeluargaan yang sehat dan menyenangkan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah yang memberikan peluang dan kesempatan pada guru untuk berkreasi dan berinovasi maka guru tersebut dapat mengaktualisasikan dirinya. Hal tersebut dapat menciptakan budaya yang kreatif di lingkungan sekolah, yang berdampak pada kematangan guru dalam menjalankan tugas secara professional. Kepala sekolah yang demikian adalah sesuai dengan gaya kepemimpnan demokratis yang memberikan kesempatan yang luas untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan, memberikan wewenang dan tanggung jawab yang sama untuk mencapai tujuan bersama sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia dini. Guru mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk mengorganisasikan kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia dini. E. Perbedaan Kompetensi Profesional Guru dilihat dari Kualifikasi Akademik Menurut undang-undang Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 42 ayat (1) Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam pasal ini sangat jelas dikatakan bahwa guru di Indonesia harus memiliki kualifikasi

22 43 minimum serta harus mengikuti sertifikasi untuk meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Seperti tercantum dalam Peraturan Menteri pendidikan nasional nomor 137 (2014), Bab VII tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan pasal 25. Di dalam peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 28 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan mengatakan bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk untuk mewujudkan tujuan nasional. Pasal 28 ayat 2 mengatakan bahwa kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Majid (2005) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Rendahnya kompetensi profesional guru disebabkan oleh tidak terpenuhinya kualitas pendidikan minimal. Basri (2014) mengatakan bahwa guru sebagaimana sebagai profesi lainnya, tidak mungkin dapat meningkatkan mutu dan martabat profesinya apabila tidak meningkatkan atau menambah pengetahuan dan ketrampilannya karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka semakin luas pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pengalamannya, pendidik dengan kualifikasi akademik S1 PAUD/Psikologi/PLS mendapatkan pengetahuan tentang pendidikan anak usia dini dari pengasuhan, merencanakan pembelajaran sampai memberikan penilaian terhadap

23 44 perkembangan anak usia dini. PPL atau praktek lapangan dilakukan guna mengasah ketrampilan serta menerapkan ilmu yang diberikan di bangku kuliah sehingga kompetensi profesionalnya meningkat (Daryanto,2013). Dari observasi di lembaga U guru PAUD yang berkualifikasi SMA atau SMK mengalami kesulitan dalam mengembangkan materi, memahami konsep dan evaluasi diri, sehingga mereka masih perlu bantuan untuk menjabarkan indikator yang harus dicapai anak ke dalam kegiatan pembelajaran serta harus diarahkan dalam mengevaluasi dirinya, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pola pikir yang terlatih yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini. Di dalam penelitian ini guru yang berkualifikasi SMA atau SMK nilainya rendah dalam aspek pengembangan materi dan memahami konsep tentang keilmuan sains dan aspek mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, hal ini dikarenakan pengetahuan dari bangku SMA atau SMK dalam hal tersebut masih kurang atau terbatas, metode mengajar di SMA masih bersifat ceramah, pelajaran yang berhubungan dengan aspek pendidikan anak usia dini yang mereka dapatkan di SMA/SMK yaitu tentang pemahaman nilai moral agama yang dipelajari melalui pelajaran PPKN dan agama, pemahaman konsep bahasa yang didapat dari pelajaran bahasa Indonesia yang sifatnya masih umum. Hal ini yang membedakan kompetensi profesional ditinjau dari kualifikasi akademik. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Wati (2014) bahwa ada perbedaan kompetensi profesional yang signifikan antara guru PAUD yang berkualifikasi akademik S1 PAUD, masih menempuh S1 PAUD, D2 dan SMA. Dari penelitian Wati (2014) guru dengan kualifikasi akademik S1 PAUD kompetensi profesionalnya paling tinggi dan guru dengan kualifikasi akademik SMA kompetensi profesionalnya paling rendah.

24 45 Kesimpulan dari uraian di atas adalah adanya perbedaan kualifikasi akademik guru PAUD maka ada pula perbedaan kompetensi profesional guru PAUD. Kualifikasi akademik mempengaruhi kompetensi profesional guru PAUD. F. Landasan Teori Menurut Janawi (2012) Kompetensi profesional merupakan kemampuan, keahlian, kecakapan dasar tenaga pendidik yang harus dikuasai dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Kompetensi profesional guru di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 meliputi : Mengembangkan materi, struktur, dan konsep bidang keilmuan yang mendukung serta sejalan dengan kebutuhan dan tahapan perkembangan anak usia dini, merancang berbagai kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Kompetensi profesional guru sangat diperlukan guna mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga kependidikan dalam hal ini guru PAUD non formal. Guru PAUD non formal merupakan faktor penentu mutu pendidikan dan keberhasilan pendidikan di sekolah, apalagi PAUD non formal adalah pondasi dari kehidupan sesorang. Oleh karena itu faktor-faktor yang mempengartuhi kompetensi profesional guru PAUD non formal di suatu sekolah perlu dikaji agar dapat meningkatkan mutu dan keberhasilan pendidikan di PAUD non formal. Janawi (2012), mengungkapkan bahwa kompetensi professional merupakan kemampuan, keahlian, kecakapan dasar tenaga pendidik yang harus dikuasai dalam

25 46 melaksanakan tugasnya sebagai guru. Ia akan disebut professional jika ia mampu menguasai keahlian dan ketrampilan teoritik dan praktik proses pembelajaran serta mengaplikasikannya secara nyata. Berdasarkan hasil penelitian dari Saripudin (2014) menyatakan, ada 3 faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru secara signifikan : 1) Kepemimpinan kepala sekolah, 2) Sikap guru, 3) Motivasi kerja guru. Dikutip pula dari penelitian Wati (2014) dalam penelitiannya, menyatakan bahwa ada pengaruh 1) persepsi supervisi akademik dan 2) kualifikasi akademik terhadap kompetensi profesional guru Paud. Dari faktor-faktor tersebut, dipilih kepemimpinan kepala sekolah khusunya mengenai gaya kepemimpinannya, sesuai dengan penjelasan Kartono (2005) menjelaskan bahwa setiap pemimpin memiliki gaya dalam memimpin sebuah organisasi. Menurut Purwanto (2010) salah satu gaya kepemimpinan yang digunakan dalam dunia pendidikan adalah gaya kepemimpinan demokratis, gaya ini dianggap sebagai gaya yang ideal dan paling baik. Menurut Nawawi dan Hadari (2014) Kepala sekolah memiliki peranan yang sangat strategis dalam menciptakan guru yang professional, karena guru professional memerlukan pemimpin dan kepemimpnan kepala sekolah yang professional. Gaya kepemimpinan adalah sikap, gerak gerik atau penampilan yang dipilih pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan yang secara umum dikenal ada tiga yaitu gaya kepemimpinan otokratis, demokratis dan laissez faire. Dalam penelitian ini mengambil gaya kepemimpinan demokratis karena gaya kepemimpinan ini menyajikan ruang kesetaraan dalam pendapat, sehingga guru, staf

26 47 dan pegawainya memiliki hak yang sama untuk berkontribusi dalam tanggungjawab yang diembannya. Nawawi dan Hadari (2014) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya kepemimpinan yang aktif, dinamis terarah, kegiatan-kegiatan pengendalian dilakasanakan secara tertib dan bertanggung jawab, pembagian tugastugas yang disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif dengan kata lain setiap anggota mengetahui secara pasti sumbangan yang dapat diberikannya untuk mencapai tujuan kelompok/organisasinya. Kepemimpinan tipe ini dalam mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing. Di dalam peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 28 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan mengatakan bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk untuk mewujudkan tujuan nasional. Pasal 28 ayat 2 mengatakan bahwa Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dari penelitian Wati (2014) dengan adanya perbedaan kualifikasi akademik guru PAUD maka ada pula perbedaan kompetensi profesional guru PAUD sehingga dapat disimpulkan bahwa kualifikasi akademik mempengaruhi kompetensi profesional guru PAUD. Semakin tinggi kualifikasi akademik maka semakin tinggi pula kompetensi profesionalnya.

27 48 Dengan demikian, kompetensi profesional guru PAUD non formal (Y) apabila ditinjau dari persepsi gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah (X1) dan kualifikasi akademik (X2) menjadi fokus peneliti dalam penelitian ini. Kerangka teorinya dapat di lihat di bawah ini.

28 49 Gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah (X1) a. Hubungan manusiawi (human relationship) yang efektif b. Memberikan keluasan berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang disesuaikan dengan posisi/jabatandan jenis kemampuan masing-masing anggota kelompok/organisasi. c. Melmpahkan wewenang dan tanggung jawab yang sama atau seimbang pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama. d. Memberi kesempatan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di lingkungan unit masing-masing, dengan mendorong terwujudnya kerjasama, baik antara anggota dalam satu maupun unit yang berbeda. e. Dalam mengambil keputusan mementingkan musyawarah Kualifikasi Akademik (X2) a. S1 PAUD/ S1 Psikologi /PLS. b. Baru menempuh S1 PAUD c. S1 Non PAUD/Psikologi/PLS d. SMA/SMK Kompetensi professional guru (Y) a. Mengembangkan materi, struktur, dan konsep bidang keilmuan yang mendukung serta sejalan dengan kebutuhan dan tahapan perkembangan anak usia dini b. Merancang berbagai kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini c. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif Gambar 1. Gambar Kerangka Teori Keterangan Gambar 1 : 1. Hubungan persepsi gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kompetensi profesional guru PAUD 2. Perbedaan kompetensi profesional ditinjau dari kualifikasi akademik

29 50 G. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir yang telah ditetapkan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada hubungan positif antara persepsi gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru PAUD. Dapat diartikan semakin tinggi persepsi gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah maka semakin tinggi pula kompetensi profesional guru PAUD, demikian pula sebaliknya, semakin rendah persepsi gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah maka semakin rendah pula kompetensi professional guru PAUD non formal di wilayah sektor barat kabupaten Sleman. 2. Ada perbedaan kompetensi profesional antara guru PAUD yang berkualifikasi akademik S1 PAUD / Psikologi / PLS, Baru menempuh S1 PAUD/ Psikologi / PLS, S1 non PAUD/Psikologi/PLS dan SMA/SMK.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menemukan bahwa perkembangan otak anak yang paling cepat adalah pada usia 0-6

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menemukan bahwa perkembangan otak anak yang paling cepat adalah pada usia 0-6 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dunia neurosains modern (ilmu yang mempelajari tentang otak) menemukan bahwa perkembangan otak anak yang paling cepat adalah pada usia 0-6 tahun, dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya ditentukan oleh keberhasilan Negara tersebut dalam mengelola pendidikan nasional. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 ProfesiKeguruan Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Asri Astrianty, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Asri Astrianty, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas anak didik yang merupakan pemilik masa depan sangat ditentukan oleh perlakuan kita terhadap mereka saat ini. Maju mundurnya suatu bangsa di masa depan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang utama dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang utama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang utama dalam jenjang pendidikan. Sekolah juga merupakan tempat untuk menyiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal maupun informal di sekolah dan luar sekolah yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur, seperti guru, sarana pembelajaran, aktivitas siswa, kurikulum dan faktor lain seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan meningkatkan pelayanan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Apalagi dengan adanya deregulasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Keberhasilan pembangunan tidak lagi diukur dari

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia taman kanak-kanak adalah anak pada usia rentang 5-6 tahun atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia taman kanak-kanak adalah anak pada usia rentang 5-6 tahun atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia taman kanak-kanak adalah anak pada usia rentang 5-6 tahun atau usia prasekolah yang merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le No.1685, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Kualifikasi Akademik. Pamong Belajar. Kompetensi. Standar. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada ranah dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses

Lebih terperinci

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan perwujudan dari sarana untuk mengembangkan dan meningkatkan proses pembangunan nasional, tentunya pendidikan tersebut harus ditunjang dengan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tua siswa, guru, dan semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan ini.

BAB I PENDAHULUAN. tua siswa, guru, dan semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai tanggungjawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut dihasilkan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga semakin pesat seperti tiada henti. Dapat dilihat dari alat-alat teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. juga semakin pesat seperti tiada henti. Dapat dilihat dari alat-alat teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada saat ini dinamika perubahannya sangatlah cepat. Berbagai info dapat dengan mudah didapatkan tanpa melihat jarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkatkan mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan. Sehingga

Lebih terperinci

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN riaumandiri.co I. PENDAHULUAN Tujuan pemerintah negara Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama, BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan penegasan istilah yang meliputi; kinerja guru, guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki abad-21, tugas guru tidak akan semakin ringan. Tantangan yang dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusianya. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas

BAB I PENDAHULUAN. manusianya. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas pendidikannya, sehingga pendidikan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Tentang Kesiapan Menjadi Guru Salah satu tugas pokok Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah menyiapkan mahasiswa calon guru untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh peserta didik (in put), pendidik, sarana dan prasarana,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh peserta didik (in put), pendidik, sarana dan prasarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu sistem atau model pendidikan sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yang antara lain dipengaruhi oleh peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0-6 tahun yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA Imam Gunawan Tiap tiap negara memiliki peraturan perundang undangan sendiri. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai peraturan perundang udangan yang bertingkat,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI PAMONG BELAJAR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI PAMONG BELAJAR SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI PAMONG BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI IPS EKONOMI KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 JATIROTO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya sesuai dengan UU RI No. 20

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya sesuai dengan UU RI No. 20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi setiap masyarakat untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Pendidikan merupakan suatu alat untuk mewujudkan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta peradaban bangsa yang bermatabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. serta peradaban bangsa yang bermatabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya akan sangat dibutuhkan peran serta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Guru Profesional a. Pengertian Guru Definisi guru menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat (1) bahwa Guru adalah pendidik profesional

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas II. KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah tenaga pendidik. Tenaga pendidik (guru) dituntut untuk mampu melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009

DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 Disajikan dalam Workshop Penetapan Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2009 yang diselenggarakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesional merupakan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dadan Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dadan Nugraha, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang diberikan kepada anak semenjak dini merupakan investasi yang berharga dalam proses tumbuhkembangnya, maka dari itu sangatlah penting memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting karena pendidikan merupakan pondasi pembangunan suatu bangsa. Jika pendidikan tidak berjalan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang diharapkan, harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui Kewajiban itu kemudian di rumuskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya dilihat dari penguasaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan kemajuan peradaban. Kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari lembaga-lembaga pendidikannya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Pendidikan mempunyai peran penting dalam terciptanya sumber daya manusia yaitu

Lebih terperinci

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

DEVELOPPING OF TEACHERS HP DEVELOPPING OF TEACHERS PROFESSIONALLITY By R. Gunawan S. Drs., S.E., M.M. M HP 08127922967 Tujuan Pembelajaran 1. Mengetahui pengertian guru, profesional, kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pilihan tepat untuk menciptakan sumber daya manusia yang lebih baik. Terlebih dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap

Lebih terperinci

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.45, 2015 PENDIDIKAN. Standar Nasional. Kurikulum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan dan penghargaan kedudukan guru sebagai tenaga pendidik profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan guru sertifikasi. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumberdaya manusia dan sumber daya alam secara efektif untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan SDM

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU Oleh : Dwi Yunanto Abstrak Pendidikan di Indonesia pada umumnya di artikan sebagai sebuah proses untuk memanusiakan manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur lingkungan supaya anak belajar (Sanjaya, 2006:103). Karena dari peran

BAB I PENDAHULUAN. mengatur lingkungan supaya anak belajar (Sanjaya, 2006:103). Karena dari peran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengajaran adalah suatu aktivitas (proses) mengajar belajar yang di dalamnya ada dua subjek yaitu guru dan peserta didik. Istilah peserta didik penulis gunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Guru yang profesional, secara ideal, adalah seorang guru yang telah memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi guru. Namun,

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi guru. Namun, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan hal-hal yang melatar belakangi masalah, pokok permasalahan, yaitu : 1.1 Latar Belakang Masalah, 1.2 Rumusan Masalah, 1.3 Batasan Masalah, 1.4 Tujuan Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Telah muncul kesadaran pada diri banyak orang, bahwa pembangunan pendidikan merupakan peristiwa yang tidak akan pernah selesai selagi peradaban manusia masih

Lebih terperinci

HAK GURU. Uraian tentang hak-hak guru selanjutnya dituangkan dalam tabel di bawah ini.

HAK GURU. Uraian tentang hak-hak guru selanjutnya dituangkan dalam tabel di bawah ini. HAK GURU Hak-hak guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan yang diamanatkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 40 Ayat (1) dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1314, 2014 KEMENDIKBUD. Instruktur. Kursus Dan Pelatihan. Kompetensi. Kualifikasi. Standar. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not

BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not educate, that there are teachers who do not successfully educate. No teacher who did not manage to educate,

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL Artikel yang berjudul Implementasi Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Banggai Kepulauan Oleh Ida Roswita R. Sapukal Pembimbing I Pembimbing

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara No.107, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Guru. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6058) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. 1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. Misi Bertolak dari visi tersebut, maka misi universitas adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. untuk melengkapi dirinya dengan berbagai kemampuan yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. untuk melengkapi dirinya dengan berbagai kemampuan yang diharapkan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul 1. Latar Belakang Masalah Guru sebagai ujung tombak pendidikan dan sebagai penentu keberhasilan dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI) MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH A. Prawacana DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI) Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal

Lebih terperinci

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007 PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007 Materi : WAWASAN KEPENDIDIKAN Hari/Tanggal : - Waktu : Pukul : - Tingkat/Jenjang : KEPALA SMA/SMK/MA Petunjuk pengerjaan: - Berilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran siswa di sekolah, yang harus dapat membawa perubahan besar dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan lahir dan batin. Untuk itu masalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan komponen yang palingmenentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian yang sentral, pertama dan utama. Figur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif

PEMBAHASAN. 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif PEMBAHASAN 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif Model kepemimpinan merupakan aspek penting bagi seorang pemimpin, karena model kepemimpinan akan efektif jika disesuaikan dengan tingkat kematangan

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Lulusan Acuan Standar Lain

Standar Kompetensi Lulusan Acuan Standar Lain Standar Kompetensi Lulusan Acuan Standar Lain Pasal 5 ayat (2) Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 Standar kompetensi lulusan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan digunakan sebagai

Lebih terperinci