KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI PokokBahasan : Pengertian etika dasar Metode etika Kebebasan dan tanggung jawab Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Ilmu Komputer Sistem Informasi Abstract Kompetensi Etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat. Mahasiswa memahami etika dasar yang berlaku dalam sebuah kelompok/organisasi.

2 A. Pengertian Etika Dasar Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia. Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut ahmad amin mengartikan etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat. Berikutnya, dalam encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya. - Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. - Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. - Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya. Dari definisi etika tersebut diatas, dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebagainya. Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah 2

3 perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan ciri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan baik atau buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan antroposentris yakni bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia. MACAM ETIKA Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya prilaku manusia : ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan. ETIKA SECARA UMUM DAPAT DIBAGI MENJADI : ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsipprinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori. 3

4 ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya. ETIKA KHUSUS dibagi lagi menjadi dua bagian : Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat,negara), sikap kritis terhadpa pandangan-pandangana dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup. Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut : 1. Sikap terhadap sesama. 2. Etika keluarga. 3. Etika profesi. 4. Etika politik. 5. Etika lingkungan. 6. Etika idiologi. SISTEM PENILAIAN ETIKA : Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau jahat, susila atau tidak susila. Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila telah 4

5 dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa; dari semasih berupa angan-angan, cita-cita, niat hati, sampai ia lahir keluar berupa perbuatan nyata. Kalangan ahli filsafat menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3 (tiga) tingkat : Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa rencana dalam hati, niat. Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti. Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk. Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, wil. Dan isi dari karsa inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal merealisasikan ini ada (4 empat) variabel yang terjadi : a. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik. b. Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya ; kelihatannya baik. c. Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik. d. Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik. Faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika Kebutuhan individu Korupsi alasan ekonomi Tidak ada pedoman Area abu-abu, sehingga tak ada panduan Perilaku dan kebiasaan individu Kebiasaan yang terakumulasi tak dikoreksi Lingkungan tidak etis Pengaruh dari komunitas Perilaku orang yang ditiru Efek primordialisme yang kebablasan Sangsi Pelanggaran Etika Sanksi Sosial Skala relative kecil, dipahami sebagai kesalahan yang dapat dimaafkan. Sanksi Hukum Skala besar, merugikan hak pihak lain. Hukum pidana menempati prioritas utama, diikuti oleh hokum Perdata. 5

6 Etika & Teknologi Teknologi adalah segala sesuatu yang diciptakan manusia untuk memudahkan pekerjaannya. Kehadiran teknologi membuat manusia kehilangan beberapa sense of human yang alami. ( otomatisasi mesin refleks / kewaspadaan melambat ) Cara orang berkomunikasi, by or by surat, membawa perubahan signifikan, dalam sapaan / tutur kata. Orang berzakat dengan SMS, implikasi pada silaturahmi yang tertunda Emosi ( touch ) yang semakin tumpul karena jarak dan waktu semakin bias dalam teknologi informasi. Pengertian Profesi Profesi berasal dari bahasa latin yakni "Proffesio" yang mempunyai dua arti yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Dalam arti luas, profesi berarti kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Dalam arti sempit, profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Menurut DE GEORGE PROFESI adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer,teknik dan desainer. Pengertian Profesional Profesional merupakan orang yang mempunyai profesi. Menurut DE GEORGE, pengertian Profesional, didefinisikan sebagai berikut : PROFESIONAL adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang. Walaupun begitu, istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir. Contohnya adalah petinju profesional 6

7 menerima bayaran untuk pertandingan tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap sebagai suatu profesi. Sedangkan Ciri-ciri antara Profesi dan Profesional adalah : PROFESI : 1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun. 2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi. 3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat. 4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus. 5.Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi. PROFESIONAL : 1. Selalu Fokus 2. Kode etik 3. Apa yang dilakukannya berhasil - Mempunyai semua yang dimiliki oleh seorang Profesional, di antaranya : Senang meyelami sebuah proses, selalu memeriksa dan mengetahui apa yang diperlukan dan yang diinginkannya, tidak membiarkan kesalahan berlalu, selalu berpikiran positif, dsb. - Visi dan misi - Excelent (mengutamakan) dan profesional (hasil) - Mempunyai hati yang mau diajar (tidak sombong) Karakteristik Profesi Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Daftar karakterstik ini 7

8 tidak memuat semua karakteristik yang pernah diterapkan pada profesi, juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi: 1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar padapengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktik. 2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesitersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya. 3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi. 4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis. 5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan. 6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya. 7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar. 8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan. 9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi. 10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat. 11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat. 8

9 B. Metode Etika Seperti halnya dalam semua bidang filsafat lain, para ahli etika pun selalu berselisih faham tentang metode yang tepat untuk digunakan. Namun demikian ada satu cara pendekatan yang dituntut dalam semua aliran yang tergolong etika, yaitu pendekatan kritis. Pada hakekatnya etika mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran, melainkan menelaah kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma, dan pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika menuntut adanya pertanggungjawaban dan menyingkap adanya suatu kerancuan. Etika menuntut pertanggungjawaban moral yang dikemukakan itu dipertanggungjawabkan, jadi berusaha untuk menjernihkan permasalahan moral. C. Kebebasan dan Tanggung Jawab Diadakannya peraturan-peraturan karena manusia memiliki kebebasan. Sebagai mahluk yang berakal budi (berbeda dengan binatang) manusia mempunyai pengertian, yang berarti bahwa ia memahami adanya alternatif-alternatif untuk bertindak. Itulah yang dinamakan kebebasan, karena manusia dapat memilih alternatif yang satu atau yang lain, dan karena itulah ia dapat dibebani kewajiban. Seseorang dikatakan bebas apabila masyarakat tidak menghalanghalanginya dari berbuat apa yang diinginkannya sendiri. Mendengar kata kebebasan, yang pertama dipikirkan ialah bahwa orang lain tidak memaksa kita untuk melakukan sesuatu melawan kehendak kita, berarti kita dapat menentukan tindakan sendiri. Hanya karena mempunyai kebebasan kemampuan itulah, maka kebebasan yang diterima dari masyarakat sangat kita hargai. Kebebasan dibagi atas kebebasan sosial, yaitu kebebasan yang kita terima dari orang lain, dan kebebasan eksistensial, yaitu kebebasan dalam arti kemampuan kita untuk menentukan tindakan kita sendiri. Kebebasan eksistensial ialah kemampuan manusia untuk menentukan untuk diri sendiri. Sifatnya positif dalam arti tidak menekankan segi bebas dari apa, malainkan bebas untuk apa. Manusia sanggup untuk menentukan tindakannya sendiri. Kebebasan itu mendapat wujudnya yang positif dalam tindakan kita yang disengaja. Contoh : Jika binatang melihat makanan, langsung dilahapnya sampai habis. Berbeda dengan manusia jika melihat makanan, ia akan selalu berpikir dulu, apakah perlu disisakan untuk 9

10 makan malam, atau mungkin ia sedang berpuasa, atau ia menghindari makanan berkolesterol tinggi. Itu yang dimaksud dengan mengatakan bahwa manusia mampu untuk menentukan sikap dan tindakannya sendiri. Kebebasan eksistensial meliputi kebebasan jasmani dan rohani. Kebebasan bagi manusia berarti bahwa ia dapat menentukan apa yang mau dilakukannya secara fisik. Ia dapat menggerakkan anggota tubuhnya sesuai dengan kehendaknya, tentunya dalam batas-batas kodratnya sebagai manusia, misalnya tidak bisa terbang seperti burung, atau menarik bajak seperti kerbau. Keterbatasan manusia itu jangan dianggap sebagai pengekangan kebebasan manusia, melainkan merupakan wujud khas kebebasan kita sebagai manusia. Yang dapat mengekang kebebasan kita ialah paksaan. Paksaan berarti bahwa orang lain memakai kekuatan fisik yang lebih besar daripada kekuatan kita untuk menaklukkan kita. Kita dicegah dari berbuat apa yang kita kehendaki, misalnya apabila tangan kita diborgol, atau dibawa ke tempat lain yang tidak kita kehendaki. Adanya paksaan juga menunjukkan bahwa kebebasan fisik kita bukan sekedar kemampuan jasmani saja, melainkan berakar dalam kehendak kita. Yang membedakan manusia dengan binatang ialah bahwa binatang bergerak menuruti dorongan instinknya, sedangkan manusia bergerak sesuai dengan apa yang dikehendaki dalam pikirannya. Dengan kata lain, kebebasan jasmani bersumber pada kebebasan rohani. Kebebasan rohani adalah kemampuan kita untuk menentukan sendiri apa yang kita pikirkan, untuk menghendaki sesuatu, untuk bertindak secara terencana. Kebebasan rohani bersumber pada akal budi kita. Karena akal budi itu, maka pikiran kita melampaui keterbatasan fisik kita. Dalam roh kita bebas mengembara, sehingga manusia dapat selalu memasang tujuan-tujuan baru, mencari jalan-jalan baru, dan mempersoalkan hal yang lama secara kritis. Kebebasan rohani manusia adalah seluas jangkauan pikiran dan imajinasi manusia. Apakah kebebasan rohani dapat dilanggar oleh orang lain, tentunya tidak mungkin secara langsung. Orang lain tidak dapat memaksa kita untuk memikirkan atau menghendaki sesuatu. Barangkali kita dapat ditekan, dibujuk atau diancam untuk melakukan sesuatu, tetapi apa yang ada dalam pikiran kita hanya kita sendiri yang tahu. Salah satu cara untuk menghindari dari tekanan ialah kemunafikan. Begitu pula, tidak mungkin kita dipaksa atau ditekan untuk mencintai seseorang atau untuk mempercayai sesuatu, dan karena itu paksaan dalam hal agama tidak masuk akal. Namun demikian, secara tidak langsung kebebasan berpikir kita dapat dipengaruhi dari luar, bahkan dapat dikacaukan dan ditiadakan. Misalnya, kalau informasi-informasi politik 10

11 yang kita peroleh semuanya disaring secara sistematik demi kepentingan tertentu, maka kita akan memperoleh gambaran yang kurang tepat tentang keadaan yang sebenarnya, dan dengan demikian juga memberikan penilaian yang tidak tepat. Dengan cara demikian kita dimanipulasi. Ada pula cara-cara yang lebih buruk, yaitu orang yang ditahan dalam sel dan disiksa secara fisik, tidak dizinkan tidur, lama kelamaan akan kehilangan segala orientasi. Demikian pula sugesti, hipnotis dan pelbagai obat NARKOBA dapat membuat kita kehilangan realitas. Antara kebebasan jasmani dan kebebasan rohani terdapat hubungan yang sangat erat. Suatu tindakan adalah suatu kehendak yang menjelma dan menjadi nyata, jadi kehendak adalah awal dari tindakan. Menghendaki suatu gerakan tubuh berarti melaksanakannya. Perlu dibedakan antara kehendak atau kemauan dengan keinginan. Keinginan termasuk kategori yang sama dengan lamunan atau khayalan. Kita menginginkan banyak, tetapi suatu keinginan tidak berbobot. Kita ingin kerja keras, ingin sukses, ingin menjadi kaya dan sebagainya, tetapi belum tentu kita mampu untuk berbuat sesuatu agar keinginan itu betul-betul terlaksana. Menginginkan untuk menjadi orang baik itu murah. Keinginan tidak mewajibkan saya untuk melakukan sesuatu, dan oleh karena itu juga tidak terlalu berbobot. Lain halnya dengan kemauan, apabila saya mau bekerja keras, tak ada jalan lain daripada memang bekerja dengan keras. Banyak orang ingin menjadi orang rajin, tetapi hanya sedikit orang yang menghendakinya, karena hal itu akan berarti bahwa mereka harus sungguh-sungguh mulai belajar. Saya dapat menginginkan bisa terbang seperti burung elang, tetapi tidak mungkin hal itu sungguh-sungguh saya kehendaki, karena tidak mungkin saya kehendaki sesuatu yang mustahil. Tidak mungkin saya menghendaki sesuatu yang secara fisik tidak mungkin. Saya dapat mencobanya, tetapi apabila memang tidak mungkin, saya hanya dapat menginginkannya, tetapi tidak dapat menghendakinya. Baru dalam bentuk tindakanlah maka kehendak menjadi nyata dalam arti yang sesungguhnya. Oleh karena itu dosa dalam pikiran jauh lebih lemah daripada dosa dalam tindakan. Nanti dalam bentuk tindakan nyatalah maka kehendak jahat betul-betul terwujud. Jadi kebebasan ekstensial adalah kemampuan manusia untuk menentukan tindakannya sendiri. Kemampuan itu bersumber pada kemampuan manusia untuk berpikir dan berkehendak, dan terwujud dalam bentuk tindakan. Tindakan itu bukan sesuatu yang berada di luar manusia, melainkan menyatu dengan diri sendiri. Dalam tindakan, diri saya sendiri yang bertindak, diri saya sendiri yang terlibat. Maka kebebasan ekstensial tidak hanya berarti 11

12 bahwa saya menentukan tindakan saya, melainkan melalui tindakan saya menentukan diri saya sendiri. Arti paling mendalam mengenai kebebasan yang kita rasakan ialah, bahwa kita adalah mahluk yang menentukan dirinya sendiri. Manusia bukan sekedar simpul (ikatan) reaksireaksi terhadap macam-macam perangsang, ia tidak ditentukan oleh segala kecondongan (kecenderungan). Melainkan terhadap dan berhadapan dengan kecondongan dan perangsang itu manusia mengambil sikap dalam tindakan yang bebas, ia menentukan dirinya sendiri. Manusia tidak begitu saja dicetak oleh dunia luar di satu pihak dan dorongan-dorongan dari dalamnya di lain pihak, melainkan ia membangun dirinya sendiri, berhadapan baik dengan tantangan-tantangan dari luar maupun dari dalam. Karena itu maka kebebasan adalah tanda dan ungkapan martabat manusia. Karena kebebasannya maka manusia itu adalah mahluk yang otonom, yang menentukan diri sendiri, yang dapat mengambil sikapnya sendiri. Itulah sebabnya kebebasan sangat berarti bagi kita, setiap pemaksaan dirasakan sebagai sesuatu yang bukan saja buruk dan menyakitkan, melainkan juga menghina. Dan memang, memaksakan sesuatu pada orang lain berarti mengabaikan martabatnya sebagai manusia yang sanggup mengambil sikapnya sendiri. Maka kita merasa paling terhina kalau sesuatu dipaksakan kepada kita dengan ancaman atau bujukan. Apabila diminta, dalam arti kebebasan kita dihormati, seringkali kita bersedia untuk memberikan dengan hati yang lapang, tetapi kalau kita dipaksa, kita merasa terhina dan tidak mau. Kebebasan adalah mahkota martabat kita sebagai manusia. Hakekat kebebasan terletak dalam kemampuan kita untuk menentukan diri kita sendiri, disebut kebebasan eksistensial karena merupakan sesuatu yang menyatu dengan manusia, artinya termasuk eksistensinya sebagai manusia. Karena kebebasan itu merupakan eksistensial kita, biasanya kita tidak menyadari bahwa kita memilikinya. Kita baru menyadari kebebasan kita apabila ada yang membatasinya. Misalnya, kita sudah bertahun-tahun main bola di lapangan tanah yang kosong, tetapi pada suatu hari terpasang pengumuman Tanah ini milik yang tidak berkepentingan dilarang masuk, dan sekeliling lapangan sudah dipagari sehingga kita tidak dapat masuk. Mendadak kita menjadi sadar bahwa kebebasan kita untuk main bola di lapangan itu telah dihapus orang. Jadi, pada waktu kita main bola, sebenarnya kita melaksanakan kebebasan kita. 12

13 Itulah sebabnya mengapa kebebasan biasanya kita hayati dalam hubungan dengan orang lain. Kebebasan untuk menentukan diri sendiri (eksistensial) tidak banyak kita pikirkan; yang menjadi keprihatinan kita ialah membela kebebasan kita terhadap usaha orang lain untuk menggerogotinya. Manusia itu bebas apabila kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh orang lain. Karena kebebasan itu secara hakiki dihayati dalam hubungannya dengan orang lain, maka dinamakan kebebasan sosial. Perlu diperhatikan bahwa tidak segala pembatasan kemungkinan kita untuk bertindak dirasakan sebagai pembatasan kebebasan. Contoh-Contoh yang sudah dibicarakan sebelum ini : - Manusia pada hakekatnya sendiri tidak bebas, tidak dapat terbang seperti buurng - Kekuatan alam dapat membatasi kebebasan untuk menentukan diri sendiri (ini bukan disebut perampasan kebebasan, melainkan karena kodrat kita manusia termasuk sebagai mahluk alam) - Pada saat Anda terkurung di dalam rumah sendiri karena banjir besar, sehingga tidak dapat bergerak lagi. Orang tidak mengatakan saudara tidak bebas untuk pergi, melainkan Saudara bebas pergi ke mana saja kalau dapat. - Karena keteledoran penjaga perpustakaan, tidak tahu bahwa masih ada orang di dalam, Anda terkunci di dalamnya sehingga terpaksa menginap semalam di antara rak buku. Meskipun jengkel dan marah kita tidak akan merasa terhina atau terampas kebebasan kita, karena penguncian tersebut tidak dilakukan dengan sengaja.. Lain halnya kalau orang dengan sengaja mengunci kita dalam sebuah ruang, sehingga tidak dapat pergi kemana-mana. Atau kita tidak diberi exit permit untuk pergi ke luar negeri oleh Jawatan Imigrasi. Dalam dua contoh itu kebebasan kita dirampas, dan kita merasa terhina. Hal-hal tersebut di atas menunjukkan sesuatu yang sangat penting, yaitu bahwa kita hanya berbicara tentang kebebasan dalam hubungan dengan kehendak orang lain, sehingga yang mengancam kebebasan kita bukannya kekuatan alam yang buta, bukan juga suatu tindakan kebetulan seseorang, melainkan maksud dan kehendak orang lain. Tidak dapat disangkal bahwa banyak orang yang mempunyai motivasi untuk mengurangi kebebasan kita, artinya untuk berkuasa atas kita. Berhadapan dengan ancaman demikian itu, kita menjadi semakin sadar akan nilai kemampuan untuk menentukan diri sendiri, sehingga dalam situasi dimana kita tidak berada dalam paksaan atau penentuan dinamakan kebebasan. Jadi kebebasan sosial adalah keadaan di mana kemungkinan kita untuk bertindak tidak dibatasi dengan sengaja oleh orang lain. 13

14 Bagaimana kebebasan sosial kita dapat dibatasi oleh orang lain. Terdapat 3 cara untuk membatasi kebebasan seseorang. Dua cara pertama mengikuti dimensi kebebasan eksistensial, yaitu kebebasan jasmani dan kebebasan rohani. Kebebasan jasmani dibatasi dengan paksaan, dalam arti orang lain dapat menggunakan kekuatan fisik untuk membuat kita tidak berdaya (misalnya paksaan dan pemerkosaan). Kebebasan rohani memang tidak dapat dibatasi secara langsung, karena batin kita tidak terbuka bagi penanganan orang lain. Tetapi karena batin kita erat terjalin dengan dan terungkap dalam kejasmanian kita, maka melalui manipulasi dari luar, kebebasan rohani kita dapat saja dimanipulasi, dibatasi dan bahkan dihancurkan. Dapat dikatakan bahwa kebebasan rohani kita dapat dikurangi melalui tekanan. Kesamaan antara dua cara pembatasan kebebasan sosial kita ini, paksaan dan tekanan psikis, ialah bahwa kemampuan kita untuk menentukan diri sendiri dikurangi atau ditiadakan. Paksaan membuat saya tidak mampu untuk menggerakkan badan saya sekehendak saya.. Tekanan psikis lebih buruk lagi. Kalau paksaan hanya mengganggu kemampuan jasmani saya, tetapi membiarkan pikiran dan batin saya tetap utuh, maka tekanan psikis menyangkut kekuasaan saya terhadap batin saya sendiri. Saya dibuat kurang dapat berpikir dan tidak bebas mengarahkan kehendak saya. Jadi campur tangan melalui tekanan psikis adalah jauh lebih jahat. Paksaan membiarkan kepribadian saya utuh, tetapi tekanan psikis dapat membongkar kepribadian saya, membuat saya tidak berdaya sebagai pribadi. Tetapi masih ada pembatasan kebebasan sosial ketiga, yaitu melalui perintah dan larangan. Jadi masyarakat, misalnya ibu, atau guru, kepala kantor atau negara melalui undang-undang, meletakkan sebuah kewajiban pada bahu saya. Kewajiban itu dapat bersifat positif., misalnya perintah untuk melakukan sesuatu, misalnya untuk pergi membeli korek api atau untuk membayar pajak. Tetapi dapat pula berupa larangan, misalnya dilarang mendengar kaset di waktu kerja. Perbedaan antara paksaan dan tekanan disatu pihak dan pewajiban dan larangan di lain pihak ialah bahwa yang terakhir tidak membuat kita tidak berdaya. Kalau saya dipaksa dan ditekan secara psikis, kemampuan saya untuk menentukan sikap saya dikurangi. Kalau saya terkena larangan, kemampuan saya masih tetap utuh. Yang hilang adalah hak saya untuk berbuat lain. Jadi pewajiban tidak menghapus, melainkan menantang kebebasan eksistensial saya: meskipun sudah dilarang untuk mendengarkan kaset, namun saya tetap dapat mendengarkannya. Jadi apakah saya mendengarkannya atau tidak, tetap tergantung pada saya, jadi harus saya tentukan sendiri. 14

15 Maka kebebasan sosial manusia ada tiga macam: kebebasan jasmani, apabila kita tidak berada di bawah paksaan. Kebebasan rohani, apabila kita bebas dari tekanan psikis. Sedangkan apabila kita bebas dari kewajiban dan larangan, kita bicara tentang kebebasan normatif. Antara kebebasan jasmani dan rohani terdapat hubungan yang erat. Kebebasan jasmani bersumber pada kebebasan rohani dan sekaligus mengungkapkan dan menyatakannya. Bebas dalam arti jasmani dan rohani berarti bahwa kita dapat atau sanggup untuk melakukan sesuatu. Sedangkan bebas dalam arti normatif tidak mengatakan sesuatu tentang kesanggupan kita, melainkan bahwa kita boleh melakukan sesuatu (entah kita dapat melakukannya atau tidak). Maka gangguan terhadap kebebasan jasmani dan rohani langsung memasuki otonomi manusia terhadap dirinya sendiri karena membuat kita tidak sanggup untuk melakukan sesuatu, sedangkan pembatasan kebebasan normatif membiarkan otonomi kita tetap utuh. Dengan demikian kita dapat memerincikan kebebasan sosial sebagai berikut: seseorang adalah bebas dalam arti sosial, apabila ia tidak berada di bawah paksaan, tekanan atau kewajiban dan larangan dari pihak orang lain. Dalam pembahasan sebelumnya telah dibedakan antara kebebasan eksistensial dan kebebasan sosial. Maka apabila kita bicara tentang kebebasan, kita mesti selalu jelas dalam kepala kita mana yang kita bicarakan: yang eksistensial atau yang sosial? Juga kalau kita memakai dua istilah yang tidak berlaku umum itu, namun banyak kerancuan dalam berpikir dan berargumentasi dapat diatasi dengan selalu membedakan apakah kita bicara tentang kemampuan manusia untuk mengambil sikap sendiri (kebebasan eksistensial) atau tentang ruang gerak yang diberikan masyarakat kepada kita (kebebasan sosial). Akan tetapi di lain pihak membedakan tidak berarti memisahkan. Kedua kebebasan itu hanyalah dua sudut dari satu kenyataan, yaitu kebebasan manusia. Kedua-duanya tidak pernah lepas satu dari yang lainnya. Tetapi bagaimana hubungan antara dua kebebasan kita ini? Dapat dikatakan bahwa kebebasan sosial merupakan ruang gerak bagi kebebasan eksistensial. Secara sederhana: kita hanya dapat menentukan sikap dan tindakan kita sendiri, sejauh orang lain membiarkan kita. Misalnya kalau kita terkena tahanan rumah, maka kita tidak dapat menentukan diri sendiri untuk pulang ke kampung pada hari raya Lebaran. Kita hanya bebas untuk bergerak dalam batas-batas rumah kita dan pekarangannya. Kalau kita panik karena pesawat terbang kita sedang dibajak, maka kita tidak akan sanggup untuk memusatkan perhatian pada teka-teki 15

16 silang. Kebebasan yang diberikan kepada kita oleh lingkungan sosial merupakan batas kemungkinan untuk menentukan diri kita sendiri. Masih ada sesuatu yang perlu kita perhatikan. Sering diperdebatkan apakah kebebasan itu harus dipahami sebagai sesuatu yang positif, dengan tekanan bebas untuk apa?, atau secara negatif, sebagai bebas dari apa. Dengan pembedaan antara dua segi kebebasan ini kita dengan mudah melihat, bahwa dua-duanya benar, tetapi tergantung pada kebebasan yang mana kita maksud. Bebas untuk apa? menyangkut sikap yang akan kita ambil, jadi yang dipertanyakan adalah kebebasan eksistensial. Bebas dari apa? mengenai kebebasan sosial. Kita sendiri selalu berhadapan dengan pertanyaan, apa yang mau kita lakukan, jadi untuk apa kebebasan kita pakai. Sedangkan terhadap lingkungan sosial kita menanyakan luas bidang yang dibiarkan bebas dari penentuannya, yang dapat kita isi sendiri menurut kemauan kita. Karena kebebasan sosial merupakan ruang atau prasyarat penggunaan kebebasan eksistensial, kita membahasnya terlebih dahulu. Apakah kebebasan sosial manusia boleh dibatasi? Apakah masyarakat, jadi orang tua, guru, atasan, negara dan banyak pihak lain yang biasanya mau menentukan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh kita lakukan, berhak untuk membatasi kebebasan kita? Bahwa kebebasan sosial kita terbatas, merupakan suatu fakta yang tidak dapat disangkal. Di manapun kita tidak pernah akan diizinkan dan dibiarkan melakukan apa saja yang barangkali kita inginkan. Tetapi, dan itu pertanyaan kita, dapatkah pembatasan kebebasan kita oleh masyarakat dibenarkan? Dan kalau dapat dibenarkan, maka sejauh mana? Bahwa kebebasan sosial itu secara hakiki terbatas sifatnya, sebenarnya jelas dengan sendirinya. Manusia itu makhluk sosial. Itu berarti bahwa manusia harus hidup bersama dengan manusia-manusia lain dalam ruang dan waktu yang sama, dan dengan mempergunakan alam yang terbatas sebagai dasar untuk memenuhi kebutuhannya. Hal itu berarti bahwa kita di satu pihak saling membutuhkan, dan di lain pihak bersaing satu sama lain. Dan oleh karena itu kelakuan kita harus disesuaikan dengan adanya orang lain. Bagaimanapun juga, kepentingan semua orang lain yang hidup dalam jangkauan tindakan kita perlu diperhatikan. Kalaupun kita tidak mau menghiraukan mereka, kita terpaksa akan melakukannya kalau tidak mau terus-menerus bertabrakan. Jadi pertanyaan bukan apakah kebebasan sosial kita memang boleh dibatasi atau tidak. Sebagai mahkluk sosial yang hidup bersama dalam dunia yang terbatas, sudah jelas manusia harus menerima bahwa masyarakat membatasi kesewenangannya. Pertanyaan yang sebenarnya berbunyi: sejauh mana dan dengan cara bagaimana, kebebasan kita boleh dibatasi? Jadi bahwa kebebasan sosial kita terbatas, sudah jelas dengan sendirinya. Yang 16

17 perlu ialah agar pembatasan itu dapat dipertanggungjawabkan. Karena kalaupun kebebasan kita harus dibatasi, hal itu tidak berarti bahwa segala macam pembatasan dapat dibenarkan. Alasan apa yang dapat membenarkan pembatasan kebebasan manusia oleh masyarakat? Kiranya jelas bahwa tidak mungkin disini disebut segala alasan yang menuntut pembatasan kebebasan kita. Cukuplah kalau kita memahami alasan dasariah pembatasan itu. Pada hakikatnya ada dua alasan untuk membatasi kebebasan manusia. Yang pertama ialah hak setiap manusia atas kebebasan yang sama. Keadilan menuntut agar apa yang kita tuntut bagi kita sendiri, pada prinsipnya juga kita akui sebagai hak orang lain. Oleh karena itu hak saya atas kebebasan saya temukan batasnya pada hak sesama saya yang sama luasnya. Tidak masuk akal kalau di ruang kuliah saya mau menggunakan dua kursi, selama masih ada mahasiswa yang belum dapat duduk. Jadi kebebasan saya untuk, misalnya, meletakkan tas saya dimana saja, misalnya di kursi di samping saya duduk, mendapat batasnya pada hak mahasiswa lain untuk duduk di atas sebuah kursi. Atau dengan kata lain yang sama luasnya. Alasan kedua bagi pembatasan kebebasan saya ialah bahwa saya bersama semua orang lain merupakan anggota masyarakat. Saya mempunyai eksistensi, hidup dan berkembang hanya karena pelayanan dan bantuan banyak orang lain, jadi berkat dukungan masyarakat. Sebagaimana saya hidup berkat masyarakat begitu pula masyarakat memerlukan sumbangan saya. Maka masyarakat berhak untuk membatasi kesewenangan saya demi kepentingan bersama, baik dengan melarang kita mengambil tindakan-tindakan yang dinilai merugikan masyarakat, maupun dengan meletakkan kewajiban-kewajiban tertentu pada kita yang harus kita penuhi. Siapa itu masyarakat? Itu tidak perlu kita bahas secara terperinci. Di sini dimaksud segenap orang lain sejauh mempunyai fungsi khas dalam kehidupan bersama. Jadi orang tua, guru, atasan, pendeta, pemerintah, tetapi juga setiap sesama. Semua mempunyai wewenang tertentu (yang juga terbatas). Dalam rangka wewenang dan demi tujuan-tujuan khas masing-masing mereka berhak untuk membatasi kebebasan kita seperlunya. Artinya sejauh perlu untuk mencapai tujuan-tujuan yang wajar itu. Maka kita dapat merangkum: Masyarakat berhak untuk membatasi kebebasan kita sejauh itu perlu untuk menjamin hak-hak semua anggota masyarakat dan demi kepentingan dan kemajuan masyarakat sebagai keseluruhan, menurut batas wewenang masing-masing. Pembatasan itu tidak boleh melebihi apa yang perlu untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Maka lembaga-lembaga masyarakat itu harus mempertanggungjawabkan pembatasan kebebasan 17

18 anggota masyarakat. Masyarakat tidak boleh mengadakan pembatasan yang sewenangwenang. Suatu pembatasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, tidak dapat dibenarkan. Justru agar pertanggungjawaban selalu dapat dituntut, pembatasan kebebasan sosial harus dilakukan secara terbuka dan terus terang. Tak perlu ditutup-tutupi. Masyarakat dan pelbagai lembaga di dalamnya, dalam batas wewenang masing-masing, memang berhak untuk membatasi kebebasan manusia dan oleh karena itu tidak perlu malu-malu melakukannya. Mereka hendaknya dengan terbuka mengemukakan peraturan-peraturan dan larangan-larangan yang memang mereka anggap perlu. Dengan demikian masyarakat yang bersangkutan seperlunya dapat menuntut pertanggungjawaban. Kalau aturan-aturan dan larangan-larangan itu perlu, hendaknya hal itu diperlihatkan. Kalau perlunya itu tidak dapat dipertanggungjawabkan, peraturan-peraturan itu bersifat sewenang-wenang dan harus dicabut. Dalam hubungan ini saya mau menyinggung dua cara berbicara yang kadang-kadang dipergunakan untuk membatasi kebebasan seseorang atau seluruh masyarakat. Dikatakan bahwa kita tetap bebas, tetapi demi kebebasan yang sebenarnya kita hendaknya jangan melakukan apa yang tidak dikehendaki itu. Jadi kebebasan dibatasi atas nama kebebasan yang sebenarnya. Cara omong ini licik karena dipakai untuk mengurangi kebebasan tanpa diakui dengan terus terang. Yang buruk pada cara pembatasan kebebasan ini ialah bahwa tidak dipertanggungjawabkan. Dengan argumen bahwa kebebasan yang sebenarnya tidak dibatasi, mereka yang membatasinya menghindar dari pertanggung-jawaban. Jadi hendaknya dia memilih: membiarkan bebas atau tidak. Kalau tidak, katakan dengan terus terang dan berikan pertanggungjawaban. Kalau pertanggungjawaban itu masuk akal, pembatasan akan kita terima. Tetapi kalau kita memang bebas, hendaknya bebas sungguhan. Artinya kita bebas sekehendak kita. Bahwa kita harus mempertanggungjawabkan kebebasan kita secara moral terhadap kita sendiri, adalah lain masalah. Tetapi dari pihak masyarakat kebebasan (sosial) kita berarti: kita boleh menentukan sendiri, apa yang kita kehendaki. Hal yang sama berlaku bagi istilah kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan eksistensial memang perlu dipergunakan secara bertanggungjawab. Tetapi kalau istilah itu dipakai untuk mencegah kita dari memutuskan sendiri, apa yang mau kita lakukan, kita justru tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan apakah kita dapat bertanggung jawab atau tidak. Sebagai contoh dapat diambil dari orang tua yang memberikan kebebasan bergaul dengan semua teman kelas kepada anaknya pada ulang tahun ke-17; tetapi waktu mereka mendengar bahwa anaknya mau jalan-jalan dengan seseorang teman yang tidak dikehendaki, ia tidak diizinkan dengan alasan bahwa pergaulan itu tidak bertanggung jawab dan kebebasannya 18

19 selalu harus yang bertanggung jawab. Atau, misalnya, pers sering dikatakan bebas melaporkan apa yang terjadi, tetapi sesudah pers memberikan sesuatu yang tidak berkenan, ia ditindak dengan argumen bahwa kebebasan pers adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Kalau suatu perbuatan memang tidak mau diizinkan, hendaknya dilarang dan larangannya dipertanggungjawabkan. Kalau tidak dilarang, pers berhak untuk memberitakannya. Kebebasan justru berarti bahwa keputusan apakah sesuatu sebaiknya diberitakan atau tidak menjadi tanggung jawab pers sendiri. Jadi yang menentukan adalah pers. Pembenaran pembatasan kebebasan dengan alasan kebebasan bertanggung jawab sebenarnya tidak lebih daripada pengakuan bahwa pembatasan yang dikehendaki tidak beranik dikemukakan dengan terus terang karena rupa-rupanya tidak dapat dipertanggungjawabkan di depan umum. Jadi yang tidak bertanggung jawab adalah pihak yang mau membatasi kebebasan atas nama kebebasan yang bertanggung jawab itu. Jadi kebebasan sosial manusia memang jelas boleh dan bahkan harus dibatasi, tetapi pembatasan itu harus dikemukakan dengan terus terang dan harus dapat dipertanggungjawabkan. Dengan cara apakah masyarakat seperlunya membatasi kebebasan sosial kita? Untuk menjawab pertanyaan itu ada baiknya, kalau kita lebih dulu melihat cara-cara manakah yang dapat dipakai untuk membatasi kebebasan manusia untuk bertindak. Dalam bab sebelumnya sudah kita lihat bahwa pada prinsipnya ada tiga cara untuk membatasi kebebasan manusia: (1) melalui paksaan fisik; (2) melalui tekanan atau manipulasi psikis; (3) melalui kewajiban dan larangan. Mari kita melihat tiga cara itu pada sebuah contoh. Kita bertanya: bagaimana kita dapat mencegah seseorang masuk ke dalam kamar pribadi kita? Cara pertama adalah dengan mengunci kamar itu. Cara itu aman. Siapapun tidka bisa masuk. Tidak perlu kita bedakan antara orang yang bertanggung jawab dan yang tidak, anjing pun tidak akan bisa masuk. Cara kedua ialah: kita dapat mengkondisikan seseorang sedemikian rupa, hingga begitu ia melihat pintu kamar kita, ia mulai bergetar ketakutan dan tidak sanggup untuk memegang pegangan pintu meskipun pintu sebenarnya tidak apa-apa dan tidak terkunci. Cara itu juga dapat dipakai untuk anjing atau sapi; sapi misalnya mudah belajar merasa takut terhadap kawat sederhana yang bertegangan listrik rendah; kalau kemudian listrik dimatikan, sapi untuk waktu cukup lama tidak berani menyentuh kawat yang membatasi perumputannya itu. Yang menarik ialah bahwa pembatasan fisik dan psikis tidak hanya berlaku bagi manusia melainkan juga bagi binatang. Inti cara itu ialah bahwa sikap pihak yang mau dirintangi agar 19

20 jangan masuk tak perlu diperhitungkan. Pokoknya dia tidak sanggup masuk, entah karena secara fisik tidak dapat, entah karena ada hambatan psikis yang kuat. Lain sifatnya cara ketiga, yaitu kita memasang tulisan pada pintu kamar: dilarang masuk. Pembatasan kebebasan ini tidak lagi efektif terhadap anjing dan sapi, melainkan hanya terhadap manusia. Dan bukan terhadap sembarang orang, melainkan hanya terhadap orang yang mengerti bahasa Indonesia. Orang lain barangkali mengira itu nama penghuni dan justru masuk menanyakan sesuatu pada pak Masuk. Jadi cara ketiga ini mengandalkan pengertian. Hanya makhluk yang mempunyai pengertian memahaminya. Cara pembatasan ini disebut normatif. Artinya, kita diberitahu tentang sebuah norma atau aturan kelakuan. Cara ini menghormati kekhasan manusia sebagai makhluk yang berakal budi. Pembatasan fisik dan psikis meniadakan kebebasan eksistensial. Orang tidak dapat masuk. Jadi kemauannya, rasa tanggung jawabnya, tidak memainkan peranan. Tetapi pembatasan normatif tetap menghormati kebebasan eksitensial manusia. Pembatasan itu berarti bahwa ia tidak boleh masuk. Dan itu berarti bahwa ia tetap dapat saja masuk apabila ia tidak mau memperhatikan pemberitahuan itu. Jadi pembatasan kebebasan sosial secara normatif tetap menghormati martabat manusia sebagai makhluk yang dapat menentukan sendiri sikap dan tindakannya. Kebebasan eksistensial malah ditantang. Sekarang akan kelihatan apakah ia seorang yang tahu diri dan bertanggung jawab atau tidak. Waktu saya 25 tahun yang lalu tinggal di sebuah desa di daerah Kulon Progo Yogyakarta, saya sering berkunjung ke rumah penduduk untuk sekedar tahu latihan omong dalam bahasa Jawa. Mereka mengatakan kepada saya bahwa daerah mereka aman dan tidak perlu pintu rumah mereka dikunci apabila siang hari mereka pergi. Kenyataan itu mengungkapkan mutu kehidupan bersama masyarakat desa itu. Mereka dapat saling mempercayai. Dan sebaliknya, kalau kita hidup dalam asrama, masing-masing dalam kamarnya sendiri, dan menurut kebiasaan kamar tidak pernah dikunci, dan pada satu hari ketahuan bahwa salah satu penghuni mengunci pintu kamarnya, yang lain-lain mesti merasa hina karena penguncian itu mereka rasakan sebagai tanda bahwa mereka tidak dipercayai. Memang demikian. Pertimbangan ini menunjukkan bahwa satu-satunya cara yang wajar untuk membatasi kebebasan sosial adalah secara normatif, melalui pemberitahuan. Jadi yang harus dibatasi adalah kebebasan normatif, bukan kebebasan fisik dan rohani. Hanya dengan cara itu martabat manusia sebagai makhluk yang berakal budi, bebas (secara eksistensial) dan bertanggung jawab dihormati sepenuhnya. Pemaksaan selalu merendahkan manusia karena 20

21 martabatnya itu dianggap sepi dan ia direndahkan pada tingkat kerbau. Maka pembatasan kebebasan sosial manusia yang perlu harus dilakukan secara normatif, jadi dengan menetapkan peraturan, dengan cara pemberitahuan dan bukan dengan paksaan. Akan tetapi, bagaimana kalau orang tidak mau tahu dan tidak bertanggung jawab, ia tidak taat kepada peraturan-peraturan itu? Kemungkinan itulah yang melahirkan paham hukum. Hukum adalah sistem peraturan kekuatan bagi masyarakat yang bersifat normatif, tetapi dengan ancaman tambahan bahwa siapa yang tidak mentaatinya, akan ditindak. Tadi kita sudah melihat bahwa pembatasan kesewenangan tiap-tiap manusia demi kebebasan dan hak semua orang dan demi kepentingan bersama adalah wajar dan perlu. Oleh karena itu masyarakat juga berhak untuk memastikan bahwa aturan-aturan yang dianggapnya penting, bagaimanapun juga tidak dilanggar. Dan oleh karena itu masyarakat juga berhak untuk seperlunya mengambil tindakan untuk menjamin bahwa aturan-aturan itu tetap dihormati. Tindakan macam apa yang boleh diambil? Jawabnya ialah: tindakan fisik! Jadi orang yang memang tidak tahu, boleh dipaksa untuk taat dan boleh seperlunya dikenai sanksi dalam bentuk hukuman. Jadi orang yang mengancam orang lain, boleh ditangkap, diborgol dan dijatuhi hukuman penjara. Semua tindakan itu mengurangi kebebasan fisiknya, sama halnya dengan kerbau yang diikat di kandangnya. Bahwa tindakan fisik yang sebetulnya tidak wajar diambil, adalah kesalahannya sendiri karena ia tidak menanggapi pembatasan normatif. Yang tidak pernah dapat dibenarkan sebagai cara untuk membuat orang taat adalah manipulasi psikis. Manipulasi psikis secara moral selalu buruk dan harus dinilai jahat, karena merusak kepribadian orang dari dalam. Paksaan fisik hanya mengenai kejasmaniahan manusia. Apa yang dipikirkannya, sikap hatinya, jadi sumber daya penentuannya sendiri tidak tersentuh. Dalam arti ini betul bahwa dalam belenggu pun orang masih dapat tetap bebas. Tindakan fisik yang perlu tidak akan memperkosa otonomi seseorang terhadap dirinya sendiri, melainkan hanya mencegah agar ia jangan merugikan orang lain. Sedangkan manipulasi psikis merusak manusia dari dalam. Maka tekanan psikis, menakut-nakuti, penggunaan pelbagai obat bius, sugesti dan hipnose, penyiksaan dengan tujuan untuk memperlakukan ketekadan batinnya yang tidak pernah dapat dibenarkan, melainkan selalu harus dikutuk sebagai kotor dan jahat. Sampai sekarang kita membahas kebebasan sosial dan pembahasannya. Tetapi kebebasan dari paksaan, tekanan dan larangan pada dirinya sendiri belum bernilai positif, melainkan hanya merupakan kesempatan atau ruang bagi kita. Ruang itu perlu diisi. Yang mengisinya adalah kita, dan pengisian itu disebut kebebasan eksistensial kita. Jadi sekarang kitalah yang bertanggung jawab bagaimana mempergunakannya. Apakah ruang kebebasan itu bernilai 21

22 atau tidak tergantung pada bagaimana kita menentukan diri kita di dalamnya. Kebebasan eksistensial berarti bahwa kita bagaimanapun juga harus mengambil sikap. Jadi kitalah yang bertanggung jawab atas sikap dan tindakan kita dan bukan masyarakat. Kita tidak dapat lari dari tanggung jawab itu. Kalaupun kita ikut-ikutan saja dan tidak berani untuk mengambil sikap sendiri, hal itu pun tanggung jawab kita. Tetapi kebebasan eksistensial bukan hanya tanggung jawab kita dalam arti bahwa apa yang kita putuskan tidak dapat kita lemparkan pada orang lain, tanpa pertanggungjawaban. Bukan sembarang keputusan dapat disebut bertanggung jawab. Sikap dan tindakan-tindakan yang harus kita ambil tidak berdiri di ruang kosong, melainkan harus kita pertanggungjawabkan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang sebenarnya, terhadap tugas yang menjadi kewajiban kita dan terhadap harapan orang lain. Sikap yang kita ambil secara bebas hanya memadai apabila sesuai dengan tanggung jawab objektif itu. Jadi adanya kebebasan eksistensial itu tidak berarti bahwa kita boleh memutuskan apa saja dengan seenaknya. Bahwa kita diberi kebebasan sosial oleh masyarakat berarti, bahwa kita dibebani tanggung jawab untuk mengisi kebebasan itu secara bermakna. Kita juga dapat memutuskan sesuatu secara tidak bertanggung jawab. Prinsip-prinsip moral dasar yang akan kita bicarakan dalam ketiga buku ini merupakan tolok ukur apakah kebebasan eksistensial kita pergunakan secara bertanggung jawab. Jadi kita berada di bawah kewajiban berat untuk mempergunakan kebebasan kita secara bertanggung jawab. Kadang-kadang orang menolak untuk bertanggung jawab dengan argumen, bahwa kalau ia harus menyesuaikan diri dengan suatu tanggung jawab atau kewajiban obyektif, maka ia tidak bebas lagi. Misalnya orang dihimbau agar ia dalam mempergunakan perpustakaan juga memperhatikan kepentingan mahasiswa-mahasiswa lain, misalnya dengan tidak memotong halaman-halaman tertentu dari buku ensiklopedia, lalu ia menjawab bahwa kewajiban itu ditolaknya karena kalau ia menerimanya, ia tidak lagi seratus persen bebas. Seakan-akan kebebasan eksistensial hanya terjamin dalam sikap sewenang-wenang. Apakah yang dapat dikatakan terhadap anggapan ini? Untuk menjawab pertanyaan itu kita harus menganalisis apa yang sebenarnya terjadi apabila seseorang menolak untuk bertanggung jawab dengan argumen bahwa dengan demikian ia akan kehilangan kebebasannya. Perlu diperhatikan bahwa yang dipersoalkan disini bukan suatu pandangan yang berbeda mengenai kewajiban. Dapat saja terjadi bahwa dua orang berbeda pendapat tentang apa yang wajib dilakukan. Misalnya kakak yang hidup di luar negeri berpendapat bahwa adiknya telah berkeluarga, wajib untuk menampung ibunya dalam rumah tangganya supaya ibunya itu tidak merasa 22

KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI

KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI Modul ke: 01Fakultas Ilmu Komputer Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Pokok Bahasan : Pengertian etika dasar Metode etika Kebebasan dan tanggung jawab Anggun

Lebih terperinci

Oleh. Salamun Rohman Nudin, S.Kom., M.Kom Etika Profesi/ Teknik Informatika Untag Surabaya

Oleh. Salamun Rohman Nudin, S.Kom., M.Kom Etika Profesi/ Teknik Informatika Untag Surabaya ETIKA, MORAL dan AKHLAK Oleh Salamun Rohman Nudin, S.Kom., M.Kom / Teknik Informatika Untag Surabaya Materi 1. ETIKA 2. MORAL 3.AKHLAK Pengertian Etika Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika

Lebih terperinci

Pengertian Etika. Memahami, mengerti, dan menjelaskan profesi, tata laku, dan etika berprofesi di bidang teknologi informasi

Pengertian Etika. Memahami, mengerti, dan menjelaskan profesi, tata laku, dan etika berprofesi di bidang teknologi informasi Pengertian Etika Memahami, mengerti, dan menjelaskan profesi, tata laku, dan etika berprofesi di bidang teknologi informasi Refrensi : http://asyilla.wordpress.com/2007/06/30/pengertian-etika/ http://y0un13.blogspot.com/2006/03/etika-profesi-dan-tanggung-jawab.html

Lebih terperinci

PENGERTIAN ETIKA PROFESI

PENGERTIAN ETIKA PROFESI PENGERTIAN ETIKA PROFESI Kuliah ke 1 MK: Etika Profesi Sumber materi: Syailendra Reza IR,. S.Sos; dan Dr. I Wayan S. Wicaksana PENGERTIAN ETIKA Etika merupakan falsafah moral dan pedoman cara hidup yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI

PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI Apa yang dimaksud dengan Etika? Etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) berarti karakter, watak kesusilaan atau dapat juga berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidahkaidah

Lebih terperinci

PENGERTIAN ETIKA PROFESI

PENGERTIAN ETIKA PROFESI PENGERTIAN ETIKA PROFESI Mata Kuliah: Etika Profesi Sarjana Magister Teknik Mesin Semester 5 & 7 Kampus F1 (F144) Jl. Kol. Pol. Pranoto Kelapa Dua Depok Disampaikan oleh: Yunus Triyonggo, PhD., CAHRI.

Lebih terperinci

Komunikasi dan Etika Profesi

Komunikasi dan Etika Profesi Komunikasi dan Etika Profesi Modul ke: Pendahuluan Fakultas Ilmu Komputer Puji Catur Siswipraptini, ST, MTI 08976757065 pujicatur@yahoo.com Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Penilaian

Lebih terperinci

BAB 1 TINJUAN UMUM ETIKA. Henry Anggoro Djohan

BAB 1 TINJUAN UMUM ETIKA. Henry Anggoro Djohan BAB 1 TINJUAN UMUM ETIKA Henry Anggoro Djohan Pengertian Etika Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk tentang hak dan kewajiban moral Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak Nilai mengenai

Lebih terperinci

KODE ETIK PSIKOLOGI SANTI E. PURNAMASARI, M.SI., PSIKOLOG. Page 1

KODE ETIK PSIKOLOGI SANTI E. PURNAMASARI, M.SI., PSIKOLOG. Page 1 KODE ETIK PSIKOLOGI SANTI E. PURNAMASARI, M.SI., PSIKOLOG Page 1 PENGANTAR ETIKA PROFESI Etika : aturan, perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesama dan menegaskan mana yang benar dan

Lebih terperinci

TUGAS SOFTSKILL PENGERTIAN ETIKA DAN PROFESIONALISME DALAM BIDANG IT

TUGAS SOFTSKILL PENGERTIAN ETIKA DAN PROFESIONALISME DALAM BIDANG IT TUGAS SOFTSKILL PENGERTIAN ETIKA DAN PROFESIONALISME DALAM BIDANG IT Nama : Rahmat Arifin NPM : 45111778 Kelas : 3 DC 02 JURUSAN TEKNIK KOMPUTER (D3) UNIVERSITAS GUNADARMA 2013 Pengertian Etika, Profesi,

Lebih terperinci

PENTINGNYA ETIKA PROFESI

PENTINGNYA ETIKA PROFESI Apakah etika, dan apakah etika profesi itu PENTINGNYA ETIKA PROFESI Muhammad Sholeh Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN NILAI ETIKA

PENGERTIAN DAN NILAI ETIKA ETIKA PROFESI (di-copy-paste bulat-bulat dari: http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/ ETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI.ppt Copyright 2011-2015 marnotanahfpub Theme by NeoEase, modified by DataQ.

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN PERANAN ETIKA PROFESI

PENGERTIAN DAN PERANAN ETIKA PROFESI PENGERTIAN DAN PERANAN ETIKA PROFESI Pertemuan 1 Defri Kurniawan Pengertian Etika Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Menurut

Lebih terperinci

ETIKA. Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.

ETIKA. Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. PENGERTIAN ETIKA ETIKA Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Fungsi Etika Sebagai subjek : Untuk menilai apakah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

Etika, etika profesi Dan kode etik perekam medis

Etika, etika profesi Dan kode etik perekam medis Etika, etika profesi Dan kode etik perekam medis Pengertian Etika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Ethikos yang berati timbul dari kebiasaan, adalah cabang utama dari filsafat yang mempelajari nilai

Lebih terperinci

PROFESI. A. Pengertian Profesi

PROFESI. A. Pengertian Profesi PROFESI A. Pengertian Profesi Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris "Profess", yang dalam bahasa Yunani adalah "Επαγγελια", yang bermakna: "Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan

Lebih terperinci

ETIKA DI DALAM MASYARAKAT

ETIKA DI DALAM MASYARAKAT ETIKA DI DALAM MASYARAKAT HELLO! Our Team Members Bagas Nugroho Michael Lim Muzakki Rizal Widyarta Gowandy Sudarto Definisi Etika Masyarakat Mengerti arti dari Etika Masyarakat 1 Etika Secara etimologi,

Lebih terperinci

Di-copy-paste dari: Rabu, 15 Oktober 2014

Di-copy-paste dari:  Rabu, 15 Oktober 2014 Di-copy-paste dari: http://alfianmuzaki.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-etikaprofesi-etika-profesi.html Rabu, 15 Oktober 2014 Pengertian Etika, Profesi, Etika Profesi, Profesionalisme dan Etika Profesi

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Modul ke: PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Fakultas 10FEB Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si Program Studi MANAJEMEN PANCASILA SEBAGAI ETIKA BERNEGARA Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Sistem

Lebih terperinci

BAB I Tinjauan Umum Etika

BAB I Tinjauan Umum Etika BAB I Tinjauan Umum Etika Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis Pembahasan mengenai: Pengertian etika Hubungan

Lebih terperinci

Pengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012

Pengertian Etika. Nur Hidayat  TIP FTP UB 2/18/2012 Nur Hidayat http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id TIP FTP UB Pengertian Etika Berasal dari Yunani -> ethos artinya karakter, watak kesusilaan atau adat. Fungsi etika: Sebagai subjek : Untuk menilai apakah

Lebih terperinci

ETIK UMB ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI (MATERI TAMBAHAN) Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi AKUNTANSI MANAJEMEN

ETIK UMB ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI (MATERI TAMBAHAN) Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi AKUNTANSI MANAJEMEN Modul ke: ETIK UMB ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI (MATERI TAMBAHAN) Fakultas FEB Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si Program Studi AKUNTANSI MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id INTRODUCTION Etika adalah refleksi

Lebih terperinci

PROFESI. Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

PROFESI. Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. PROFESI PROFESI Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. PROFESI Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Etika Profesi

Tinjauan Umum Etika Profesi ETIKA PROFESI IT Tinjauan Umum Etika Profesi 1.1. Norma Adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosialnya. Menurut Sony Keraf (1991) ada dua macam norma : Norma Umum (Universal)

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI PURWATI

ETIKA PROFESI PURWATI ETIKA PROFESI PURWATI PENGERTIAN ETIKA PROFESI Etika Profesi adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan

Lebih terperinci

Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis

Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis Pembahasan mengenai: Pengertian etika Hubungan etika dengan moral Hubungan

Lebih terperinci

Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi

Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi Pertemuan 1 Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi 1.1. Norma Norma (dalam sosiologi) adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui

Lebih terperinci

MATA KULIAH ETIKA BISNIS

MATA KULIAH ETIKA BISNIS MATA KULIAH ETIKA BISNIS [KODE/SKS : IT023270/ 2 SKS] BISNIS SEBUAH PROFESI ETIS BISNIS : SEBUAH PROFESI ETIS? Etika Terapan Etika Profesi Menuju Bisnis Sebagai Profesi Luhur Bisnis, bisa menjadi sebuah

Lebih terperinci

Pertemuan ke-2. MK. Etika dan Profesi. Dr. I Wayan S. Wicaksana 02. Profesi (MK. Etika Profesi) 1

Pertemuan ke-2. MK. Etika dan Profesi. Dr. I Wayan S. Wicaksana 02. Profesi (MK. Etika Profesi) 1 PROFESI Pertemuan ke-2 MK. Etika dan Profesi Dr. I Wayan S. Wicaksana iwayan@staff.gunadarma.ac.id 02. Profesi (MK. Etika Profesi) 1 Topik Bahasan Definisi Ciri-ciri Prinsip Etika Profesi Syarat Profesi

Lebih terperinci

BY. IRMA NURIANTI,SKM. MKes PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS

BY. IRMA NURIANTI,SKM. MKes PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS BY. IRMA NURIANTI,SKM. MKes PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS I. PENGERTIAN A. ETIKA YUNANI ETHOS KEBIASAAN/KESUSILAAN INGGRIS ETHIS ETIKA Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban

Lebih terperinci

OVERVIEW DOSEN. : :

OVERVIEW DOSEN. :  : ATA 2015/2016 OVERVIEW DOSEN Position Email Homepage : Staff Pengajar : nuraini@staff.gunadarma.ac.id nuraini.purwandari@gmail.com : http://staff.gunadarma.ac.id/nuraini Peraturan & Nilai 1. Tugas Presentasi

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I. A. Pengertian

Pendahuluan BAB I. A. Pengertian BAB I Pendahuluan A. Pengertian Sebelum memasuki topik bahasan pokok, ada baiknya dipahami terlebih dulu tentang pengertian etika. Apakah etika itu? Etika dalam pengertian keilmuan adalah ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Pancasila. Pancasila sebagai sistem Etika (etika, aliran etika dan etika Pancasila) Yuvinus Elyus, Amd. IP., SH., MH. Modul ke:

Pancasila. Pancasila sebagai sistem Etika (etika, aliran etika dan etika Pancasila) Yuvinus Elyus, Amd. IP., SH., MH. Modul ke: Modul ke: Pancasila Pancasila sebagai sistem Etika (etika, aliran etika dan etika Pancasila) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Yuvinus Elyus, Amd. IP., SH., MH. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Pancasila

Lebih terperinci

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/22/2016 nts/epk/ti-uajm 2

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/22/2016 nts/epk/ti-uajm 2 N. Tri Suswanto Saptadi Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar 3/22/2016 nts/epk/ti-uajm 1 Pengertian Etika Moral Bahan Kajian Sejarah Etika Komputer Pelanggaran

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA. Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010

ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA. Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010 ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010 Bahasan 1. Pengantar 2. Pengertian Etika 3. Pengertian Profesi 4. Kode Etik Profesi Pengantar

Lebih terperinci

PERBEDAAN ETIKA ETIKET MORAL DAN HUKUM

PERBEDAAN ETIKA ETIKET MORAL DAN HUKUM PERBEDAAN ETIKA ETIKET MORAL DAN HUKUM Disusun oleh : NURMA YUSNITA,AMK NIM SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARATU PRODI S1 KEPERAWATAN 2017 Jalan Kaswari Nomor 10 A-D Sukajadi Pekanbaru Telp/Fax (0761)24586

Lebih terperinci

BAB 1 TUJUAN UMUM ETIKA

BAB 1 TUJUAN UMUM ETIKA BAB 1 TUJUAN UMUM ETIKA Perilaku etis lah yang medasari munculnya etika sebagai sebuah ilmu yang mempelajari nilai-nilai baik dan buruk. Etika juga berkembang sebagai studi tentang kehendak manusia. 1.1

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I)

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I) PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I) Modul ke: 08 Udjiani Fakultas EKONOMI DAN BISNIS A. Pengertian Etika B. Etika Pancasila Hatiningrum, SH.,M Si Program Studi Manajemen A. Pengertian Etika. Pengertian

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Etika. Arif 2013

Tinjauan Umum Etika. Arif 2013 Tinjauan Umum Etika Arif Basofi @PENS 2013 Referensi Teguh Wahyono, Etika Komputer dan Tanggung Jawab Profesional di Bidang Teknologi Informasi, Penerbit Andi Yogyakarta, 2006. Materi Pengertian etika

Lebih terperinci

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI MODUL PERKULIAHAN ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI Manusia sebagai Pelaku Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Broadcasting Sofia Aunul Abstract Pemahaman komunikasi dengan

Lebih terperinci

Modul ke: Teori Etika. Teori etika Etika deskriptif Etika normatif. Fakultas Psikologi. Amy Mardhatillah. Program Studi Psikologi

Modul ke: Teori Etika. Teori etika Etika deskriptif Etika normatif. Fakultas Psikologi. Amy Mardhatillah. Program Studi Psikologi Modul ke: Teori Etika Teori etika Etika deskriptif Etika normatif Fakultas Psikologi Amy Mardhatillah Program Studi Psikologi Pengertian etika Berasaldarikata ethicus (yunani) yang berarti kebiasaan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menurut Keraf (1998:14) etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini etika berkaitan

Lebih terperinci

KONTRAK KULIAH ETIKA PROFESI D O S E N : M A I M U N A H, S S I, M K O M

KONTRAK KULIAH ETIKA PROFESI D O S E N : M A I M U N A H, S S I, M K O M KONTRAK KULIAH ETIKA PROFESI D O S E N : M A I M U N A H, S S I, M K O M KULIAH 1. Kuliah selama 2 x 50 menit 2. Keterlambatan masuk kuliah maksimal 30 menit dari jam masuk kuliah 3. Selama kuliah tertib

Lebih terperinci

Tiga macam nilai menurut Noto Negoro, antara lain: 1) Nilai Kebenaran, yang bersumber pada akal manusia.

Tiga macam nilai menurut Noto Negoro, antara lain: 1) Nilai Kebenaran, yang bersumber pada akal manusia. 1. Nilai. Nilai merupakan sesuatu yang mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia dalam melaksanakan sesuatu hal. Nilai bersumber pada budi pekerti manusia. Tiga macam nilai menurut Noto Negoro,

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI Mia Fitriawati, M.Kom.

ETIKA PROFESI Mia Fitriawati, M.Kom. ETIKA PROFESI Mia Fitriawati, M.Kom. Seorang professional membutuhkan elaborasi dari keterampilan, wawasan, pengetahuan serta wajib mengetahui, memahami dan mengamalkan etika profesi (professional ethics).

Lebih terperinci

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI MODUL PERKULIAHAN ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI FILSAFAT, ETIKA, DAN KOMUNIKASI Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Broadcasting Sofia Aunul Abstract Dalam istilah filsafat, etika

Lebih terperinci

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis MATERI KULIAH ETIKA BISNIS Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, nilai, etika, norma,dan moral seringkali diabaikan oleh rakyat Indonesia,

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI P E N G A N T A R T E K N O L O G I I N F O R M A S I ( T I F )

ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI P E N G A N T A R T E K N O L O G I I N F O R M A S I ( T I F ) ETIKA PROFESI TEKNOLOGI INFORMASI P E N G A N T A R T E K N O L O G I I N F O R M A S I ( T I F 1 1 0 1) SELAMAT DATANG DI ERA INFORMASI SETIAP BULANNYA ADA 2,7 MILIAR SEARCH DI GOOGLE ERA INFORMASI Jutaan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL TEORI ETIKA PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL Beberapa konsep yang memerlukan penjelasan, antara lain: perilaku moral (moral behavior), perilaku tidak bermoral (immoral behavior), perilaku di luar kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lakunya remaja itu sehari-hari baik di rumah, di sekolah, maupun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. lakunya remaja itu sehari-hari baik di rumah, di sekolah, maupun di dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman modern sekarang ini, semenjak ilmu pengetahuan telah berkembang dengan pesatnya, terutama psikologi dan pendidikan, maka fasefase perkembangan manusia

Lebih terperinci

BE ETHICAL AT WORK. Part 9

BE ETHICAL AT WORK. Part 9 BE ETHICAL AT WORK Part 9 POKOK BAHASAN An ethics framework Making ethical decisions Social responsibility An ethics framework Etika merupakan cabang filsafat yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam

Lebih terperinci

PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA

PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA Diterbitkan oleh Yayasan LBH Indonesia Jakarta, 1986 KETETAPAN No. : TAP 01/V/1985/YLBHI T e n

Lebih terperinci

BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK

BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK A. Pengertian Nilai, Moral, dan Norma 1. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan menyadarkan manusia akan

Lebih terperinci

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim Jika Tuhan itu ada, Mahabaik, dan Mahakuasa, maka mengapa membiarkan datangnya kejahatan?

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Etika kerja pada perusahaan sangat berperan penting dalam menjalankan arus kerja karyawan di dalam kantor. Etika kerja ini bermaksud agar para karyawan menjalankan pekerjaannya secara

Lebih terperinci

HERU SASONGKO, S.FARM.,APT.

HERU SASONGKO, S.FARM.,APT. HERU SASONGKO, S.FARM.,APT. PROFESI FARMASI DI MASYARAKAT 4/1/2013 2 SWOT ANALYSIS KEKUATAN : KECENDERUNGAN MAYORITAS WANITA BASIC KNOWLEDGE YANG DAPAT DIANDALKAN REGULASI YANG MENYANGKUT PROFESI FARMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. Hal ini terbukti dari banyaknya jenis tindak pidana dan modus

Lebih terperinci

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang

KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang PENETAPAN KODE ETIK PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Etika Dan Filsafat Komunikasi

Etika Dan Filsafat Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Etika Dan Filsafat Komunikasi PokokBahasan : Etika & Moral Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Fakultas Ilmu Periklanan MK 85009 Komunikasi (Marcomm) 04 Abstract Komunikasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Modul ke: ETIK UMB. AFIYATI SSi., MT. Fakultas FAKULTAS ILMU KOMPUTER. Program Studi TEKNIK INFORMATIKA

Modul ke: ETIK UMB. AFIYATI SSi., MT. Fakultas FAKULTAS ILMU KOMPUTER. Program Studi TEKNIK INFORMATIKA Modul ke: 11 ETIK UMB Fakultas FAKULTAS ILMU KOMPUTER AFIYATI SSi., MT. Program Studi TEKNIK INFORMATIKA Materi 11 Etiket Pribadi ETIKA & ETIKET Pengertian ETIKA Dari segi etimologis, etika berasal dari

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING

ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 Hak cipta Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Catharina Tri

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

ETIKA PERGAULAN REMAJA. Oleh: Achmad Dardiri (FIP UNY) internasional yaitu pergaulan antar bangsa selalu diperlukan etika atau lebih tepat etiket

ETIKA PERGAULAN REMAJA. Oleh: Achmad Dardiri (FIP UNY) internasional yaitu pergaulan antar bangsa selalu diperlukan etika atau lebih tepat etiket ETIKA PERGAULAN REMAJA Oleh: Achmad Dardiri (FIP UNY) A. Pendahuluan Dalam pergaulan antar manusia, baik di kampung lebih-lebih pada forum internasional yaitu pergaulan antar bangsa selalu diperlukan etika

Lebih terperinci

Oleh: Regina Tamburian Gita Nur Istiqomah

Oleh: Regina Tamburian Gita Nur Istiqomah Tugas Ringkasan Oleh: Regina Tamburian Gita Nur Istiqomah Imelda Polii Pracecilia Damongilala Anastania Maria Stephanie Bokong Pontoh UNIVERSITAS SAM RATULANGI TEKNIK ARSITEKTUR MANADO 2006 PANCASILA SEBAGAI

Lebih terperinci

ETIK UMB ETIKET PERGAULAN. NANDANG SOLIHIN, M.Pd. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi.

ETIK UMB ETIKET PERGAULAN. NANDANG SOLIHIN, M.Pd. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi. ETIK UMB Modul ke: ETIKET PERGAULAN Fakultas Psikologi NANDANG SOLIHIN, M.Pd Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN ETIKA Pengertian Etika (Etimologi), berasaldaribahasa Yunani adalah

Lebih terperinci

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU

TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU Sumber Dilampirkan Dosen Pengasuh: Prof. Dr. Slamet Widodo, MS., MM. OLEH NAMA : TOMMY LIM NIM : 07011281520163

Lebih terperinci

KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI

KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI MUKADIMAH 1. Bahwa untuk meningkatkan profesionalisme industri perbukuan di Indonesia sesuai Undang-Undang yang berlaku dan peraturanperaturan lainnya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

LMCK 1621 ETIKA DAN PROFESIONAL. Semester I TUGASAN INDIVIDU

LMCK 1621 ETIKA DAN PROFESIONAL. Semester I TUGASAN INDIVIDU LMCK 1621 ETIKA DAN PROFESIONAL Semester I 2016-2017 TUGASAN INDIVIDU NAMA : QHAIRUN IZZATY BINTI AZIZ NO MATRIK : A149099 SET KURSUS : 6 1. Apakah perbezaan antara adab dan etika? Adab adalah suatu istilah

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI PENDAHULUAN Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Secara Etimologis : kata filsafat berasal

Lebih terperinci

KODE ETIK PSIKOLOGI. Teori Etika, Etika Deskriptif dan Etika Normatif. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

KODE ETIK PSIKOLOGI. Teori Etika, Etika Deskriptif dan Etika Normatif. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Modul ke: KODE ETIK PSIKOLOGI Teori Etika, Etika Deskriptif dan Etika Normatif Fakultas PSIKOLOGI Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Questions 1. Apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti kita ketahui bahwa masalah kesehatan bukanlah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti kita ketahui bahwa masalah kesehatan bukanlah merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seperti kita ketahui bahwa masalah kesehatan bukanlah merupakan hal yang baru dalam kehidupan, sebab hal tersebut banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Masyarakat Agraris 2.2 Pekerjaan Tenaga Kerja Tani Padi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Masyarakat Agraris 2.2 Pekerjaan Tenaga Kerja Tani Padi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Masyarakat Agraris Guna meneliti etika ketenagakerjaan yang ada di masyarakat maka diperlukan gambaran masyarakat tersebut. Gambaran masyarakat agraris yang ada di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah bagian dari penerus generasi muda yang merupakan faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita perjuangan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa Kedelapan Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap Pelaku Kejahatan Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7 September

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang berkembang maupun negara maju sekalipun yaitu pencapaian kemajuan di bidang ekonomi dan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI Modul ke: ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI Etika Fakultas Ilmu Komunikasi Christina Arsi Lestari, M.Ikom Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Pengertian Etika (Etimologi) Etika berasal dari bahasa

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Apa yang Dimaksud Dengan Etika Profesi?

Apa yang Dimaksud Dengan Etika Profesi? Apa yang Dimaksud Dengan Etika Profesi? Etika profesi memberi aturan bagaimana mereka menggunakan pengetahuannya dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Mereka yang memiliki rofesi mengakui mengguakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Bahan TIMUS 23-06-04 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

01FEB. Template Standar Business Ethics and Good Governance

01FEB. Template Standar Business Ethics and Good Governance Modul ke: Fakultas 01FEB Template Standar Business Ethics and Good Governance Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS DAN PROFESI PPAK

ETIKA BISNIS DAN PROFESI PPAK ETIKA BISNIS DAN PROFESI 1 PPAK Pengertian Etika Etika bisa berarti sama atau berbeda dengan moralitas. Pengertian 1: Etika = moralitas Etika berasal dari kata Yunani Ethos (jamak: ta etha) yang berarti

Lebih terperinci

SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA

SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA MANUSIA MAKHLUK BUDAYA: HAKEKAT MANUSIA Manusia Makhluk ciptaan Tuhan, terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai kesatuan utuh. Manusia merupakan makhluk

Lebih terperinci

I. Bisnis Dan Etika. Softskill Etika Bisnis #

I. Bisnis Dan Etika. Softskill Etika Bisnis # 1 I. Bisnis Dan Etika Apakah benar jika dalam berbisnis terlalu banyak mementingkan etika, maka akan semakin jauh tertinggal oleh kompetitor? Pernyataan ini jelas sangat salah. Bayangkan saja jika salah

Lebih terperinci

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Makna Pancasila sebagai Sistem Etika

Makna Pancasila sebagai Sistem Etika Modul ke: Fakultas MKCU PENDIDIKAN PANCASILA Makna Pancasila sebagai Sistem Etika Amiruddin, Drs,S.Pd,MM. Program Studi www.mercubuana.ac.id Indikator Mampu melakukan kajian dengan proses kajian pemanfaatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Giya Afdila, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Giya Afdila, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan pendidikan merupakan kompleksitas daripada segenap para kontributor pendidikan, dalam hal ini guru. Pembangunan melalui pendidikan dapat dilihat

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Hsl Rpt (12) Tgl 19-05-06 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITI KEBANGSAAN MALAYSIA FAKULTI PENGAJIAN ISLAM

UNIVERSITI KEBANGSAAN MALAYSIA FAKULTI PENGAJIAN ISLAM UNIVERSITI KEBANGSAAN MALAYSIA FAKULTI PENGAJIAN ISLAM HHHC9401 KEMAHIRAN NILAI, SIKAP, ETIKA DAN PROFESIONALISME SET 14 KONSEP ETIKA DAN MORAL DISEDIAKAN OLEH: FATIMAH BINTI HUSSIN A 144901 DISEDIAKAN

Lebih terperinci

Generasi Santun. Buku 1A. Timothy Athanasios

Generasi Santun. Buku 1A. Timothy Athanasios Generasi Santun Buku 1A Timothy Athanasios Teori Nilai PENDAHULUAN Seorang pendidik terpanggil untuk turut mengambil bagian dalam menumbuhkembangkan manusia Indonesia yang utuh, berakhlak suci, dan berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai fungsi yang penting bagi kehidupan manusia. Manusia dalam melaksanakan aktivitasnya membutuhkan pendidikan sebagai kebutuhan yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang terutama kaum awam (karena tidak tahu) bahwa pers memiliki sesuatu kekhususan dalam menjalankan Profesi nya yaitu memiliki suatu Kemerdekaan dan

Lebih terperinci

Pembahasan. 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme. seorang Profesional

Pembahasan. 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme. seorang Profesional Pertemuan 2 Pembahasan 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme 5. Prinsip-prinsip yang menjadi tanggung jawab seorang Profesional I. Pengertian Profesi

Lebih terperinci