HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Data hasil pengujian sampel rambut pada penelitian ini diperoleh dengan metode instrumental analisis aktivasi neutron (IAAN), dimana kadar unsur Co, Zn dan Fe dalam sampel rambut yang merupakan hasil rerata berdasarkan bidang ilmu sains dan non sains ditampilkan pada Tabel 4 dan Gambar 5 dibawah ini. Tabel 4 Kadar unsur Co, Zn dan Fe pada rambut siswa berdasarkan tingkat kecerdasan siswa sains dan non sains Bidang Ilmu Unsur (μg/g) Kelompok Rendah Sedang Tinggi SAINS NON SAINS Co 364,8±33,8 46,5± 2,1 80,9± 1,8 Zn 524,0±24,3 170,7± 3,6 184,7± 4,5 Fe 172,0±38,5 82,3±19,4 138,8±15,0 Co 363,4±11,4 190,2± 3,8 337,6±36,4 Zn 621,3±11,0 528,8±18,8 849,1± 5,0 Fe 131,5±51,4 92,1± 25,2 119,9±18,8 Co 185,1± 19,1 153,1± 6,4 70,5± 3,3 Zn 226,6± 11,7 294,8± 9,8 145,9± 4,7 Fe 3,8 ± 1,5 26,8± 7,4 38,5± 6,0 Co 2433,9±64,4 1046,3±50,2 39,4± 0,6 Zn 949,2±37,4 1240,6±79,3 295,6± 9,1 Fe 69,6± 20,7 23,0± 10,5 25,1± 15,8 Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa kisaran unsur Co, Zn, dan Fe berturutturut 39,4±0,6 μg/g-2433,9±64,4 μg/g, 145,9±4,7μg/g-1240,6±79,3 μg/g, dan 3,8±1,5 μg/g-72,0±38,5 μg/g. Dari ketiga unsur Co, Zn, dan Fe kadar unsur yang tertinggi terdapat pada unsur Co sebesar 2433,9±64,4 μg/g, sedangkan kadar unsur terendah terdapat pada unsur Fe sebesar 3,8±1,5 μg/g. Untuk data hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 7. Adapun hasil rerata dari unsur Co, Zn, dan Fe berturut-turut adalah 442,6±19,4 μg/g, 502,6±18,3 μg/g, dan 77,0±16,3 μg/g. Hal ini telah dilakukan oleh Frazao dan Saiki (2007) mengenai penentuan unsur runut pada rambut

2 23 manusia menggunakan analisis aktivasi neutron, objek yang diteliti berusia tahun sehingga hasil yang diperoleh unsur Co, Zn, dan Fe berturut-turut adalah 409±2 μg/g, 132,02±0,3 μg/g, dan 11,7±0,2 μg/g. Perbedaan dari hasil analisis dengan hasil penelitian terdahulu jika dilihat dari masing-masing unsur kadar unsurnya cukup jauh, hal ini mungkin karena rentang umur yang diambil pada penelitian ini cukup sempit yaitu menggunakan sampel rambut siswa SMP berusia tahun, sedangkan penelitian terdahulu sampel rambut diambil pada rentang usia yang cukup lebar yaitu antara tahun. Jadi, masih dianggap wajar dengan perbedaan usia, maka kadar masingmasing unsur dapat mempengaruhi. Hal ini membuktikan bahwa unsur runut dipengaruhi oleh faktor dari unsur itu sendiri, usia dan perbedaan jenis kelamin. Dibawah ini gambar kelompok tingkat kecerdasan siswa yang terlihat jelas antara perbedaan ketiga unsur berdasarkan bidang ilmu sains dan non sains. Kadar Unsur (μg/g) ,8 2433,9 1240,6 145,9 39,4 Co Zn Fe rendah sedang tinggi rendah sedang tinggi rendah sedang tinggi rendah sedang tinggi Sains () Sains () Non sains (Lakilaki) Non sains () Gambar 5 Kadar unsur pada rambut siswa berdasarkan kelompok sains dan non sains Pada Gambar 5 menunjukkan bahwa unsur Co yang memiliki kadar tertinggi terdapat pada non sains perempuan tingkat rendah sebesar 2433,9±64,4 μg/g, sedangkan kadar unsur Co terendah pada non sains perempuan tingkat tinggi sebesar 39,4±0,6 μg/g. Kebutuhan tubuh akan kobalt (Co) sebanyak 0,0015 mg (1,5 μg)/hari. Co pada non sains perempuan memiliki kadar yang paling tertinggi dikarenakan pada daerah ini pola makan umumnya mengkonsumsi makanan

3 24 berfermentasi seperti tempe, oncom. Tempe dan oncom merupakan salah satu produk dari industri rumah tangga karena tempe dan oncom adalah salah satu makanan yang memiliki kandungan gizi dan sumber protein yang aman dan murah dengan nilai cerna yang cukup tinggi, selain itu harganya juga terjangkau sehingga tempe merupakan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, keberadaan vitamin 12 dalam tempe cukup tinggi (Astawan 2008) dan ada makanan khas kampung yaitu nasi yang dikeringkan (ranginang), dan sejenis makanan itu. Makanan ini ternyata mengandung kadar kobalt (vitamin 12) yang relatif tinggi (Sari 2004), dan makanan ini cenderung lebih disukai oleh kaum perempuan dijadikan sebagai cemilan. Wajar jika perempuan memiliki kobalt lebih tinggi, sehingga ekskresi atau pengeluaran tubuh yang berlebih terakumulasi dirambut lebih banyak. Pada unsur Zn yang memiliki kadar tertinggi terdapat pada non sains perempuan tingkat sedang sebesar 1240,6±79,3 μg/g, sedangkan kadar unsur Zn yang terendah pada non sains laki-laki tingkat tinggi sebesar 145,9±4,7 μg/g. Kebutuhan tubuh akan zink (Zn) laki-laki (11-18 tahun) 15 mg/hari, zink (Zn) perempuan (11-18 tahun) 12 mg/hari. Unsur Zn kadarnya lebih rendah dibanding Co, karena pola makan atau nutrisi didaerah ini akan bahan makanan yang mengandung Zn berupa produk makanan hewani untuk pemenuhan kebutuhan sehari-harinya tidak dapat dibeli sehingga kurang terpenuhi dikarenakan pendapatan orang tua di daerah ini dibawah rata-rata. Bahkan pada unsur Fe yang memiliki kadar tertinggi terdapat pada sains laki-laki tingkat rendah sebesar 172,0±38,5 μg/g, sedangkan kadar unsur Fe yang terendah pada non sains laki-laki tingkat rendah sebesar 3,8±1,5 μg/g. Kebutuhan tubuh akan besi (Fe) laki-laki (11-18 tahun) 12 mg/hari, besi (Fe) perempuan (11-18 tahun) 15 mg/hari. Unsur Fe kadar tertinggi oleh siswa laki-laki dikarenakan pola makan atau asupan nutrisi, biasanya laki-laki lebih cuek tidak ada pantangan dalam makanan, sedangkan Fe pada perempuan kadarnya lebih rendah dikarenakan perempuan biasanya lebih cenderung diet untuk menjaga agar tubuhnya tidak gemuk, jadi pola makananya diatur. Di samping itu kaum perempuan setiap bulan umumnya mengalami menstruasi sehingga ekskresi berupa darah yang dikeluarkan cukup banyak bahkan sekaligus, sehingga kadar Fe

4 25 perempuan lebih banyak yang terbuang. Kebutuhan manusia perhari pada unsur Co, Zn dan Fe yang telah disebutkan diatas merupakan kecukupan nutrisi yang diperlukan tubuh perhari, artinya jika tubuh kekurangan kebutuhan nutrisi dari standar unsur yang telah ditentukan berarti mengalami defisiensi. Sebaliknya, jika melebih dari kebutuhan unsur, akan disimpan sebagai cadangan jika suatu saat tubuh memerlukan atau kekurangan unsur tersebut. Namun, jika sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh karena pengeluaran tubuh yang berlebih akan dibuang atau diekskresikan melalui beberapa jaringan, seperti feses, urin, keringat, darah, kuku, rambut. Tetapi ekskresi yang terakumulasi di rambut memiliki konsentrasi yang tinggi dibanding jaringan lain. Jadi, banyak sedikitnya yang terakumulasi dirambut tergantung dari kecukupan nutrisi yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. Pada Gambar 5 diatas dapat dilihat bahwa kadar tertinggi unsur Co dan Zn di dominasi oleh perempuan non sains, sedangkan unsur Fe kadar tertinggi oleh laki-laki sains. Analisis Statistik Data nilai raport siswa ditransformasi agar menyebar secara normal. Kemudian data tersebut dengan kadar unsur runut dilakukan uji dengan parameter uji-f, dimana terdapat signifikan (berbeda nyata) apabila nilai p 0,05. Berikut adalah penjelasan mengenai korelasi unsur runut Co, Zn dan Fe, berdasarkan bidang ilmu sains dan non sains yang akan dibahas setiap unsur. Berikut adalah korelasi unsur runut Co, Zn dan Fe berdasarkan kelompok sains dan non sains. Tabel 5 Korelasi unsur runut Co, Zn dan Fe berdasarkan kelompok sains dan non sains Unsur Kelompok Kadar (μg/g) Korelasi (r) P( 0,05) Co Sains Non Sains 230,6±14,9 654,7±24,0-0,352-0,419 0,152 0,029* Zn Sains Non Sains 479,8±11,2 525,4±25,3 0,241-0,027 0,033* 0,063 Fe Sains Non Sains 122,9±22,3 31,1±10,3 0,345-0,254 0,015* 0,111 *Berbeda nyata pada taraf uji 5 % antara kadar unsur runut terhadap kecerdasan siswa

5 26 Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa kadar Co dengan kelompok sains terdapat korelasi negatif dan tidak berbeda nyata (p 0,05), sedangkan non sains juga terdapat korelasi negatif dan berbeda nyata (p 0,05). Hal ini ditunjukkan dengan penurunan kadar Co disertai dengan peningkatan tingkat kecerdasan. Pada kadar Zn dan Fe kelompok sains terdapat korelasi positif dan berbeda nyata (p 0,05). Hal ini menunjukkan terdapat korelasi antara kadar Zn dan Fe dengan kelompok sains, sedangkan non sains memiliki korelasi negatif tetapi tidak berbeda nyata (p 0,05). Hal ini menunjukkan tidak terdapat korelasi antara kadar Zn dan Fe dengan kelompok non sains. Kecendrungan ini ditemukan dalam penelitian mengenai hubungan IQ siswa SD usia 7-10 tahun menyatakan bahwa unsur Zn memiliki korelasi positif (r=0,392) dengan IQ (Anonim 2008). Penelitian lain oleh Huwae (2006) yang dilakukan pada anak SD usia 6-8 tahun mengenai hubungan kadar Zn dengan memori jangka pendek diperoleh terdapat korelasi positif antara kadar seng (Zn) dengan memori jangka pendek. Hasil analisis dengan kedua penelitian sebelumnya memiliki nilai korelasi yang berbeda, hal ini disebabkan perbedaan usia dan tingkat pendidikan yang berbeda. Korelasi Unsur Runut Kobalt (Co) dengan Kecerdasan Siswa Korelasi unsur runut kadar Co tingkat kecerdasan siswa dan faktor jenis kelamin berdasarkan kelompok sains dan non sains ditampilkan pada Gambar 6. Kadar Unsur Co (μg/g) ,1 118,3 209,2 1309,5 599,7 54,9 164, ,2 1161,7 Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Sains Non Sains Sains Non Sains Tingkat Kecerdasan Jenis Kelamin Gambar 6 Distribusi kadar unsur Co berdasarkan tingkat kecerdasan dan jenis kelamin

6 27 Pada Gambar 6 menunjukkan bahwa kadar Co pada non sains lebih tinggi dibandingkan pada sains, dikarenakan pada kelompok sains siswa lebih banyak dituntut berfikir secara fokus dan logis dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan sains seperti berkaitan dengan perhitungan, angka, berfikir abstrak dan pemecahan masalah. Hal ini membutuhkan pemikiran dan pemahaman yang cukup untuk menguras pemikiran. Sedangkan kelompok non sains siswa justru lebih banyak mendeskripsikan suatu pokok bahasan dengan sendirinya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, sehingga siswa hanya dituntut menceritakan suatu narasi yang didasarkan dari pemahaman atau persoalan yang sudah ada, misalnya berkaitan dengan sejarah, ekonomi, budaya, politik dan sebagainya. Pada non sains tingkat rendah kadar Co cukup tinggi karena penggunaan energi berfikir dalam pelajaran sedikit dibandingkan tingkat tinggi, sehingga unsur Co yang terakumulasi di rambut utuh atau tidak digunakan sepenuhnya. Kemungkinan juga kelompok ini memiliki kemampuan atau bakat dibidang lain seperti bidang olah raga, kesenian, keterampilan, karena menurut Iskandar (2010) kecerdasan tidak hanya berhubungan dengan kognitif saja, dalam beberapa hal kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, minat, bakat, watak, pengetahuan. Siswa kelompok ini, mereka lebih antusias dibidang yang memiliki skill, sehingga berfikir mereka merasa lebih nyaman dan senang. Ada faktor-faktor yang yang mempengaruhi hasil belajar siswa seperti faktor fisiologis (kondisi fisik individu) maupun psikologis (kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat). Pada faktor jenis kelamin baik sains maupun non sains kadar Co lebih tinggi perempuan dibandingkan laki-laki karena kemampuan absorpsi pada lakilaki lebih tinggi dari pada perempuan pada semua golongan usia (Astawan 2008). Disamping itu, karena faktor nutrisi didaerah perkampungan ini seperti tempe, oncom yang mengandung makanan berfermentasi lebih banyak dikonsumsi masyarakat karena makanan tersebut mudah didapat, harganya pun terjangkau untuk dibeli. Makanan tersebut memiliki kobalt yang tinggi dan ditemukan vitamin B12 dalam jumlah yang relatif besar (Sari 2004). Biasanya makanan tersebut cenderung disukai kaum perempuan. Jadi, dari Gambar 6 dapat terlihat

7 28 bahwa kadar Co jenis kelamin sains tidak berbeda nyata, sedangkan pada jenis kelamin non sains berbeda nyata. Kadar Co semua siswa ada yang rendah, sedang, dan tinggi. Pada unsur Co ini beberapa siswa yang mengalami kadar Co rendah baik faktor kecerdasan maupun faktor jenis kelamin. Kadar Co rendah bukan berarti terjadi defisiensi Co, Hal ini menunjukkan pola makan untuk pemenuhan kebutuhan tubuh sudah terpenuhi, hanya saja ekskresi atau pengeluaran tubuh yang berlebih terakumulasi di rambut sedikit. Karena faktor kecerdasan dan jenis kelamin berbeda nyata maka dapat diketahuit taraf mana saja dalam faktor tersebut yang saling berbeda. Hal itu dapat dilihat melalui uji lanjut Duncan seperti sebagai berikut : Tabel 6 Uji Duncan tingkat tingkat kecerdasan dengan kadar Co Tingkat Kecerdasan NSS (Non Sains tingkat Sedang) SR (Sains tingkat Rendah) NSR (Non Sains tingkat Rendah) ST (Sains tingkat Tinggi) SS (Sains tingkat Sedang) NST (Non Sains tingkat Tinggi) Rerata kadar Co a 2,65 2,23 2,21 2,07 2,01 1,86 a a ab ab b Angka yang di ikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Tabel 6 menunjukkan bahwa ternyata pada objek yang tengah diteliti dari enam kelompok tingkat kecerdasan membentuk dua populasi baru yang saling berbeda terkait besarnya pengaruh terhadap kadar unsur Co, Terlihat bahwa NSS, SR, NSR, ST dan SS berada dalam satu populasi dengan besar kadar unsur tertinggi dimiliki oleh kelompok Non Sains Sedang (NSS), sehingga dapat disimpulkan ternyata minat dan bakat siswa di bidang sains berapapun kecerdasannya, akan memiliki kadar Co yang sama dengan siswa yang memiliki bakat non sains dengan tingkat menengah kebawah, Namun secara keseluruhan, kadar Co terendah dimiliki oleh siswa dengan tingkat kecerdasan sedang sampai dengan tinggi bila berasal dari kelompok sains dan tingkat kecerdasan tinggi bila ia berasal dari kelompok non sains.

8 29 Korelasi Unsur Runut Zink (Zn) dengan Kecerdasan Siswa Korelasi unsur runut Kadar Zn tingkat kecerdasan siswa dan faktor jenis kelamin berdasarkan kelompok sains dan non sains ditampilkan pada Gambar 7. Kadar Unsur Zn (μg/g) ,7 Rendah 516,9 572,7 Sedang Tinggi 767,7 Rendah 587,9 Sedang 220,7 293,2 Tinggi 666,4 222,3 828,5 Sains Non Sains Sains Non Sains Tingkat Kecerdasan Jenis Kelamin Gambar 7 Distribusi kadar unsur Zn berdasarkan tingkat kecerdasan dan jenis kelamin Pada Gambar 7 diatas menunjukkan bahwa pada kelompok sains, semakin tinggi kadar unsur Zn maka pengaruhnya semakin bagus terhadap tingkat kecerdasan siswa. Kadar Zn tertinggi ditemukan pada tingkat tinggi, karena pada kelompok ini siswa tersebut pintar, rajin, ulet dan berkemauan keras untuk belajar baik dikelas maupun rumah. Kadar terendah Zn oleh tingkat rendah. Anak-anak yang di dalam tubuhnya mempunyai kadar Zn lebih tinggi, kecerdasannya lebih baik dan nilai pelajarannya juga lebih baik, maka Zn mempunyai fungsi untuk meningkatkan perkembangan kecerdasan, perkembangan kecerdasan anak-anak yang kekurangan Zn tidak baik (Darwono 2010). Sebaliknya, pada kelompok non sains semakin tinggi kadar unsur Zn maka pengaruhnya semakin kecil terhadap tingkat kecerdasan siswa. Pada kelompok non sains justru kadar rendah ditemukan pada tingkat tinggi, hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang menyatakan anak yang dalam tubuhnya mempunyai kadar Zn lebih tinggi, kecerdasannya lebih baik dan nilai pelajarannya juga lebih baik. Prestasi belajar dalam hal ini dipengaruhi oleh faktor luar yaitu prasarana belajar dan pendekatan belajar dari siswa itu sendiri. Hal ini sesuai dengan

9 30 pendapat Huwae (2006) bahwa secara garis besar faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah semua faktor yang ada dalam diri siswa yang meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis (intelegensi, status gizi, bakat, minat), sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar siswa yang meliputi faktor lingkungan sosial dan faktor non sosial (faktor perbedaan individual dan faktor pendekatan belajar). Pada kelompok ini mayoritas perempuan, mereka lebih cenderung menyenangi pelajaran dibidang lain yang bersifat skill seperti kesenian, keterampilan memasak, tata boga, sehingga kemampuan befikir mereka lebih bagus dibidang tersebut, karena kecerdasan tidak hanya berhubungan dengan kognitif saja, dalam beberapa hal kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, minat, bakat, watak, pengetahuan. Bidang yang bersifat skill biasanya membutuhkan kreativitas dan minat siswa, sehingga siswa berfikirnya merasa lebih nyaman dan senang. Kadar unsur Zn pada laki-laki baik sains maupun non sains lebih rendah dibandingkan perempuan dikarenakan aktivitas laki-laki biasanya lebih banyak dibandingkan perempuan (Almatsier 2006). Ekskresi atau pengeluaran tubuh yang berlebih melalui keringat terbuang lebih banyak, sehingga yang terakumulasi di rambut sedikit. Penelitian yang dilakukan oleh Takyi (2004), ditemukan faktor jenis kelamin pada anak sekolah usia 2,5-18 tahun hasilnya tidak berbeda nyata dengan kadar Zn rambut pada anak sekolah. Hal ini dibuktikan oleh Sofyan (2007), ditemukan bahwa secara umum perbedaan nilai yang diperoleh dilaboratorium antara laki-laki dan perempuan diduga erat hubungannya dengan pengaruh hormon dan perbedaan masa jaringan. Pada konsentrasi unsur Zn ini tidak berbeda nyata antara laki-laki dan perempuan, akan tetapi beberapa peneliti yang lain menyatakan adanya perbedaan yang relatif kecil. Begitu juga dengan keberadaan siswa di sekolah ini, bagi siswa laki-laki biasanya selain belajar dikelas dan aktifitasnya di bidang ekstra kurikuler juga, mereka sering bermain olah raga ketika pulang sekolah atau sore harinya seperti sepakbola, futsal, badminton, bola voli. Ditambah lagi aktifitas diluar sekolah yaitu di rumah dan di daerah pekampungan biasanya anak laki-laki membantu orang tuanya menggembala kambing atau kerbau, menanam di kebun atau ladang. Beda halnya dengan siswa perempuan, walaupun aktif di kegiatan ekstra

10 31 kurikuler, ketika kegiatan belajar mengajar dan kegiatan ekstra kurikuler sudah selesai, mereka biasanya cenderung langsung pulang, dikarenakan siswa perempuan membantu orang tua di rumah. Di perkampungan anak-anak perempuan walaupun masih usia SMP mereka lebih cenderung membantu ibunya dirumah, seperti memasak, ke sawah, mengasuh adiknya yang masih kecil, dan sebagainya. Jadi, pada Gambar 7 diatas, bahwa baik sains maupun non sains kadar Zn perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Siswa yang mengalami kadar Zn rendah, bukan berarti siswa tersebut mengalami defisiensi Zn, secara nutrisi siswa tersebut sudah tercukupi kebutuhan nutrisinya, akan tetapi kadar seng rambut yang rendah berpengaruh terhadap fungsi kognitif otak (Thatcher et al. 1984). Kadar Zn rambut yang rendah merupakan indikator yang baik untuk mengetahui adanya defisiensi Zn ringan maupun sedang. Bila dalam tubuh terjadi defisiensi Zn maka seng rambut akan diambil sebagai seng endogen untuk mencukupi kebutuhan seng, maka akan mempengaruhi pertumbuhan rambut, sehingga analisis rambut lebih tepat menggambarkan kecukupan Zn pada masa lampau. Pada seseorang dengan defisiensi seng, konsentrasi Zn rambut akan rendah (Huwae 2006). Karena faktor kecerdasan dan jenis kelamin nyata maka kita dapat melihat taraf mana saja dalam faktor tersebut yang saling berbeda. Hal itu dapat dilihat melalui uji lanjut Duncan sebagai berikut : Tabel 7 Uji Duncan tingkat kecerdasan siswa dengan kadar Zn Tingkat Kecerdasan NSS (Non Sains tingkat Sedang) SR (Sains tingkat Rendah) NSR (Non Sains tingkat Rendah) SS (Sains tingkat Sedang) NST (Non Sains tingkat Tinggi) ST (Sains tingkat Tinggi) Rerata kadar Zn a 6,15 5,96 5,64 5,58 5,02 4,84 ab abc abc bc c Angka yang di ikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Tabel 7 menunjukkan ternyata pada objek yang tengah diteliti dari enam kelompok tingkat kecerdasan membentuk tiga populasi baru yang saling berbeda terkait besarnya pengaruh terhadap kadar unsur Zn. Terlihat bahwa NSS, SR,

11 32 NSR, dan SS berada dalam satu populasi dengan besar kadar unsur tertinggi dimiliki oleh kelompok Non Sains Sedang (NSS), sehingga dapat disimpulkan ternyata apapun bakat siswa, Sains maupun Non Sains, bila berada dalam rentang kecerdasan rendah sampai sedang tidak berbeda nyata besar kadar unsur Zn-nya. Dalam kelompok tersebut besar kadar unsur Zn sama. Dapat dilihat juga antara SR, NSR, SS, dan NST besar kadar unsur tidak berbeda nyata secara statistik. Kelompok NSR, SS, NST, dan ST juga tidak berbeda nyata secara statistik. Menariknya, ternyata kadar unsur Zn terkecil dimiliki oleh siswa yang masuk kriteria ST, sains dengan tingkat kecerdasan tinggi, ST dengan NSR, SS, dan NST tidak berbeda nyata. Korelasi Unsur Runut Besi (Fe) dengan Kecerdasan Siswa Korelasi unsur runut kadar Fe tingkat kecerdasan siswa dan faktor jenis kelamin berdasarkan kelompok sains dan non sains ditampilkan pada Gambar 8. Kadar Unsur Fe (μg/g) ,8 Rendah 87,2 Sedang 129,4 Tinggi 32 Rendah 22,9 22,1 Sedang Tinggi 131,3 114,5 28,3 23 Sains Non Sains Sains Non Sains Tingkat Kecerdasan Jenis Kelamin Gambar 8 Distribusi kadar unsur Fe berdasarkan tingkat kecerdasan dan jenis kelamin Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa Pada unsur Fe tingkat kecerdasan sains sama dengan kadar Zn, semakin tinggi kadar unsur Fe maka pengaruhnya semakin bagus terhadap tingkat kecerdasan siswa, begitu juga sebaliknya dengan non sains, semakin tinggi kadar unsur Fe maka pengaruhnya semakin kecil terhadap tingkat kecerdasan siswa. Pada sains kadarnya sangat tinggi dibandingkan non sains karena kelompok siswa sains memiliki asupan nutrisi zat

12 33 besi yang seimbang sehingga pengaruh terhadap kemampuan belajar siswa cukup bagus. Selain itu, secara fisiologi besi dengan konsentrasi tinggi sebagian besar berada di dalam hemoglobin yang mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke sel sel yang membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak dan protein menjadi energi. Di samping itu, beberapa bagian dari otak mempunyai kadar besi tinggi yang diperoleh dari transport besi yang dipengaruhi oleh reseptor transferin dan saraf dopamin sebagai neurotransmitter (pengantar saraf). Fe berpengaruh terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi sistem neurotransmitter. Oleh karena itu, kadar besi dalam darah meningkat selama pertumbuhan hingga remaja, maka pengaruh terhadap kemampuan belajar dan daya pikir menjadi bagus (Zair 2011). Pada non sains baik tingkat rendah, sedang dan tinggi, kadar Fe rendah sekali dibandingkan sains. Berdasarkan hasil analisis sebagian siswa memiliki kadar Fe yang tidak terdeteksi dalam rambut, sebenarnya bukan berarti tidak terdeteksi hanya saja memiliki kadar Fe dibawah limit deteksi, dapat dilihat di lampiran 5. Hal ini kemungkinan siswa tersebut mengalami defisiensi Fe yaitu kurang zat besi, dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang seimbang atau gangguan absorpsi besi sehingga berpengaruh luas terhadap kualitas sumber daya manusia yaitu mengalami penurunan kemampuan intelektual, seperti kemampuan verbal, mengingat berkonsentrasi, berfikir analog dan sistematis, serta prestasi belajar yang rendah, karena zat besi (Fe) mempunyai pengaruh terhadap kemampuan belajar. Kemampuan belajar yang diharapkan adanya prestasi belajar pada anak sekolah terhadap materi pelajaran yang diperoleh (Almatsier 2006). Kadar unsur Fe baik sains maupun non sains lebih besar laki-laki dibandingkan perempuan karena perempuan menyerap Fe lebih banyak disebabkan kebutuhan Fe wanita lebih besar dari pada laki-laki, kemungkinan kurangnya zat besi karena rendahnya zat besi dalam makanan, anemia dan mentruasi pada wanita (Almatsier 2006). Umumnya Fe pada wanita ketika mengeluarkan ekskresi darah menstruasi lebih banyak, sehingga terakumulasi di rambut sedikit. Jadi, Fe tertinggi dapat dilihat dari sains, Fe terendah dari non sains, karena pada jenis kelamin baik sains maupun non sains tidak berbeda nyata.

13 34 Faktor kecerdasan dan jenis kelamin nyata maka dapat melihat taraf mana dalam faktor tersebut yang saling berbeda, dengan melihat uji Duncan sebagai berikut : Tabel 8 Uji Duncan tingkat kecerdasan siswa dengan kadar Fe Tingkat kecerdasan ST ( Sains tingkat Tinggi) SR (Sains tingkat Rendah) SS (Sains tingkat Sedang) NSR (Non Sains tingkat Rendah) NSS(Non Sains tingkat Sedang) NST (Non Sains tingkat Tinggi) Rerata kadar Fe a 2,44 2,21 2,19 1,96 1,84 1,71 ab ab bc bc c Angka yang di ikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Tabel 8 menunjukkan bahwa objek yang diteliti dari enam kelompok tingkat kecerdasan membentuk tiga populasi baru yang saling berbeda terkait besarnya pengaruh terhadap kadar unsur Fe. ST, SR, dan SS berada dalam satu populasi dengan besar kadar unsur tertinggi dimiliki kelompok Sains Tinggi (ST). Dapat disimpulkan berapapun tingkat kecerdasan siswa, bila bakatnya berada dalam sains maka besar kadar unsur Fe pada rambut sama. Jadi, siswa dengan bakat sains memiliki kadar Fe tertinggi dari pada non sains. Semua siswa non sains termasuk dalam populasi yang berbeda, berapapun tingkat kecerdasannya. Dari ketiga unsur Co, Zn, dan Fe, dapat dilihat perbedaan masing-masing unsur berdasarkan bidang ilmu pada Gambar 9 dibawah ini ,7 Kadar Unsur (μg/g) ,4 479,8 230,6 122,9 31,1 Co Zn Fe Sains Non Sains Unsur Gambar 9 Distribusi kadar unsur Co, Zn dan Fe berdasarkan bidang ilmu

14 35 Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa kadar unsur Co dan Fe memiliki perbedaan rentang nilai yang besar antara kelompok sains dan non sains sehingga kadarnya sangat jauh berbeda. Jika unsur Co kadar tertinggi pada non sains yang kadarnya hampir tiga kali lipatnya kadar Co sains. Sebaliknya unsur Fe kadar tertinggi pada sains yang kadarnya hampir empat kali lipatnya kadar Fe non sains, sedangkan kadar Zn rentang nilainya kecil sehingga kecendrungan kadarnya hampir sama. Jika unsur Co, Zn dan Fe memiliki kadar yang tinggi terhadap kecerdasan, secara nutrisi sudah terpenuhi dalam sel otak, karena kebutuhannya sudah terpenuhi tubuh dengan baik maka siswa tersebut dikatakan pintar. Namun, ternyata unsur Co berkorelasi negatif dengan kecerdasan non sains, sedangkan unsur Zn dan Fe berkorelasi positif dengan kecerdasan sains. Hal ini membuktikan bahwa kadar unsur Co, Zn dan Fe di rambut tidak selalu berpengaruh atau berkorelasi terhadap kecerdasan siswa laki-laki atau perempuan. Kecerdasan seseorang tidak semata-mata ditunjang oleh faktor nutrisi saja tetapi juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor genetik, lingkungan, nutrisi, latar belakang sosial ekonomi, rendahnya pendidikan orang tua, penggunaan eksternal lainnya (shampoo atau cat rambut), dan sebagainya. Black (2003) menyebutkan bahwa unsur runut yang mempunyai kaitan dengan proses kognitif pada bayi dan anak usia muda yaitu kobalt (Co), seng (Zn), dan besi (Fe). Dalam penelitian Frihandini (1996) dan Mc Gregor (2002) menyebutkan bahwa gangguan kognitif anak juga dipengaruhi faktor anemia, status sosial ekonomi, kemiskinan, tidak ada atau kurangnya stimulasi di rumah, kurangnya kehangatan keluarga, rendahnya tingkat pendidikan orang tua, gizi kurang. Namun, dalam penelitian ini, tidak semua faktor-faktor yang berpengaruh diatas dimasukkan dalam penelitian ini karena keterbatasan tenaga dan dana, sehingga unsur runut yang diteliti antara lain kadar kobalt, seng, dan besi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kadar Zn, Se, dan Co pada rambut siswa SD dengan pendapatan orang tua yang dilakukan pada SDN I Way Halim Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah golongan kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan asupan serat makanan pada remaja akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia merupakan masalah yang sering ditemui pada remaja putri. Remaja putri termasuk dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI KARTASURA 1 KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, dapat karena kekurangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahan aerobik yang baik diperlukan tingkat VO 2 max yang tinggi. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. tahan aerobik yang baik diperlukan tingkat VO 2 max yang tinggi. Banyak faktor 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keikutsertaan wanita dalam pertandingan/perlombaan dalam bidang olahraga prestasi semakin meningkat. Secara biologis wanita setiap bulan akan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa, salah satu ciri bangsa yang maju adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa, salah satu ciri bangsa yang maju adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa, salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang berawal dari usia 9-10 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Remaja sebagai golongan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cerdas, dan produktif (Adisasmito, 2010). Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat salah satunya melalui prestasi

I. PENDAHULUAN. cerdas, dan produktif (Adisasmito, 2010). Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat salah satunya melalui prestasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan syarat mutlak menuju pembangunan di segala bidang. Status gizi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pesantren merupakan salah satu tempat potensial untuk mengembangkan strategi sadar pangan dan gizi. Santri sebagai generasi muda sangat berpotensi untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan. Kesehatan merupakan prakondisi utama yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia yang dimulai sejak janin dalam kandungan sampai tua nanti. Pada rentangan usia, status gizi ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu pembangunan yang telah memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini masih terdapat di Indonesia yang dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar anemia di Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN HUBUNGAN ANTARA ASUPAN Fe DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DENGAN BERAT BADAN BAWAH GARIS KUNING MENURUT KMS DI KELURAHAN SEMANGGI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh : LAILA MUSFIROH

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. juta penduduk Indonesia (Siagian, 2003). Asupan yang cukup serta ketersediaan

I PENDAHULUAN. juta penduduk Indonesia (Siagian, 2003). Asupan yang cukup serta ketersediaan I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat Pembangunan Kesehatan adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu masalah gizi wanita yang berkaitan dengan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat

Lebih terperinci

KORELASI UNSUR RUNUT KOBALT (Co), ZINK (Zn), DAN BESI (Fe) PADA RAMBUT DENGAN TINGKAT KECERDASAN SISWA SMPN 2 CIPEUCANG, PANDEGLANG IIS DAHRIAH

KORELASI UNSUR RUNUT KOBALT (Co), ZINK (Zn), DAN BESI (Fe) PADA RAMBUT DENGAN TINGKAT KECERDASAN SISWA SMPN 2 CIPEUCANG, PANDEGLANG IIS DAHRIAH KORELASI UNSUR RUNUT KOBALT (Co), ZINK (Zn), DAN BESI (Fe) PADA RAMBUT DENGAN TINGKAT KECERDASAN SISWA SMPN 2 CIPEUCANG, PANDEGLANG IIS DAHRIAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes Introduction Gizi sec. Umum zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan memperbaiki jaringan tubuh. Gizi (nutrisi)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Menurut Soekirman (2000) status gizi adalah merupakan keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitan pengaruh variasi dosis tepung ikan gabus terhadap pertumbuhan dan hemoglobin ikan lele, dengan beberapa indikator yaitu pertambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi bukan merupakan fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia karena defisiensi besi merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemukan di dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Saat ini diperkirakan kurang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ANEMIA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) SUSUKAN 04 UNGARAN TIMUR

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ANEMIA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) SUSUKAN 04 UNGARAN TIMUR HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ANEMIA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) SUSUKAN 04 UNGARAN TIMUR Primalia Putrihantini *, Meira Erawati ** Alamat: Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) seseorang dalam darah lebih rendah dari normal sesuai dengan nilai batas ambang menurut umur dan jenis kelamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Masa Tubuh 2.1.1. Defenisi Indeks Masa Tubuh Indeks Massa tubuh (IMT) adalah alat ukur paling umum yang digunakan untuk mendefenisikan status berat badan anak, remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, karena pada dua tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap seseorang mengalami masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak berakhir. Hal ini ditandai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Prestasi belajar ini dipengaruhi oleh faktor endogen (keadaan jasmani, panca

I. PENDAHULUAN. Prestasi belajar ini dipengaruhi oleh faktor endogen (keadaan jasmani, panca I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus bangsa karena mereka merupakan aset negara yang akan melanjutkan pembangunan bangsa ini. Kegagalan dalam memahami kebutuhan anak akan berujung

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran segar adalah bahan pangan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk tubuh (Ayu, 2002). Di samping sebagai sumber gizi, vitamin dan mineral,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi baru pembangunan kesehatan direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang berakibat buruk bagi penderita terutama golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi sangat berkaitan erat dengan status kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu faktor yang menenutkan kualitas sumber daya manusia, status gizi yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Status Gizi a. Pengertian Status Gizi Status Gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan keadaan masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani, 2008). Anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan pada masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja

BAB I PENDAHULUAN. makanan pada masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan status gizi untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin, yakni sejak manusia itu masih berada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tetapi hanya dapat bertahan selama beberapa hari tanpa air. Air merupakan komponen utama dari semua

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN TABLET Fe DAN BUAH KURMA PADA MAHASISWI DI JURUSAN KEBIDANAN TANJUNGKARANG Nora Isa Tri Novadela*, Riyanti Imron* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang E_mail :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang umum terjadi di dunia, terutama di negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka kejadian anemia secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda memiliki risiko yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Definisi Anemia Menurut WHO, anemia gizi besi didefinisikan suatu keadaan dimana kadar Hb dalam darah hemotokrit atau jumlah eritrosit lebih rendah dari normal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak menuju pembangunan di segala bidang. Status gizi merupakan salah satu faktor yang sangat berperan pada kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering terjadi pada semua kelompok umur di Indonesia, terutama terjadinya anemia defisiensi besi. Masalah anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara maju maupun negara berkembang adalah anemia defisiensi besi.

BAB I PENDAHULUAN. negara maju maupun negara berkembang adalah anemia defisiensi besi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus meningkat setiap tahun. Anemia yang paling banyak terjadi baik di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

19/02/2016. Siti Sulastri, SST

19/02/2016. Siti Sulastri, SST Siti Sulastri, SST Usia 0 12 bulan Fase atau tahap awal untuk menentukan kondisi serta perkembangan bayi untuk tahun yang akan datang/ tahun perkembangan bayi berikutnya Tumbuh dengan sangat cepat Mulai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, MCV, MCH dan MCHC ayam broiler dengan perlakuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi. Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi. Gangguan Akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya yang memiliki dampak positif terhadap peningkatan sumber daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kondisi jasmani yang berhubungan dengan kemampuan atau kesanggupan tubuh yang berfungsi dalam menjalankan pekerjaan secara optimal dan efisien.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus untuk meningkatkan taraf hidup. Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore merupakan nyeri di bagian bawah perut yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan istirahat saat mengalami dismenore

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa depan bangsa yang akan menggantikan generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia anak menjadi usia dewasa. Salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberadaanya. Sejak tahun 1970 para pembuat kebijakan pembangunan

I. PENDAHULUAN. keberadaanya. Sejak tahun 1970 para pembuat kebijakan pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan erat antara makanan dengan kesehatan manusia telah lama diakui keberadaanya. Sejak tahun 1970 para pembuat kebijakan pembangunan didunia menyadarai bahwa arti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarapan didefinisikan mengkonsumsi makanan atau minuman yang menghasilkan energi dan zat gizi lain pada pagi hari, yang dilakukan dirumah sebelum berangkat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Pembangunan Indonesia kedepan berdasarkan rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) (2005-2025) adalah menciptakan masyarakat Indonesia yang mandiri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gizi 2.1.1 Pengertian Gizi dan Status Gizi Gizi menurut Supariasa (2011) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci