PEDOMAN PENULISAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) TIM PENGEMBANG KURIKULUM PGSD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN PENULISAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) TIM PENGEMBANG KURIKULUM PGSD"

Transkripsi

1 PEDOMAN PENULISAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) TIM PENGEMBANG KURIKULUM PGSD PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR DEPARTEMEN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2016

2 KATA PENGANTAR PTK merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengembangkan kualitas pendidikan pada level sekolah serta mengembangkan kemampuan profesi pendidik (guru). Ketika melakukan PTK, para mahasiswa tidak hanya dituntut menggunakan pengetahuan dan keterampilan akademik yang telah diperoleh melalui perkuliahan dalam memecahkan masalah yang terjadi di kelas dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran, melainkan para mahasiswa juga mengintegrasikan hasil refleksi pengalaman mengajarnya. Sehingga akan memunculkan ide, teori, dan praktik pendidikan yang kreatif dan inovatif. Buku pedoman ini berisi rambu-rambu umum yang memuat hal-hal pokok terkait prosedur PTK dan sistematika penulisannya. Dengan demikian, pedoman ini merupakan rujukan bagi para mahasiswa PGSD dan dosen pembimbing dalam melakukan PTK dan menuliskan laporannya. Sehingga diharapkan adanya persamaan konsep diantara dosen pembimbing dan persamaan tata cara penulisan laporan PTK. Terima kasih disampaiakn kepada tim penyusun Pedoman PTK yang telah bekerja keras dalam menyelesaikan pedoman ini. Semoga pedoman yang telah disusun dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Januari 2016 Ketua Program Studi PGSD Dr. Dharma Kesuma, M.Pd. NIP Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun 2015 i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii A. Rasional 1 B. Tujuan 5 C. Prosedur PTK 5 D. Sistematika Penulisan Laporan PTK 6 E. Format Penulisan Laporan PTK 26 REFERENSI 27 Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun 2016 ii

4 A. Rasional Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu penelitian ilmiah yang dilakukan oleh mahasiswa PGSD dalam rangka memenuhi tugas akhir perkuliahan. PTK dilakukan secara sistematis dan metodologis oleh mahasiswa berdasarkan temuan masalah yang dialaminya ketika melakukan pembelajaran di kelas. Dalam melakukan PTK, para mahasiswa tidak hanya dituntut menggunakan pengetahuan dan keterampilan akademik yang telah diperoleh melalui perkuliahan dalam memecahkan masalah yang terjadi di kelas dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran, melainkan para mahasiswa juga mengintegrasikan hasil refleksi pengalaman mengajarnya. Sehingga akan memunculkan ide, teori, dan praktik pendidikan yang kreatif dan inovatif. Dengan demikian, PTK merupakan salah satu cara untuk mengembangkan kualitas pendidikan pada level sekolah serta mengembangkan kemampuan profesi pendidik (guru). Definisi paling singkat dan paling langsung tentang riset tindakan diberikan oleh John Elliott (1991: 69), yang karyanya berpengaruh dalam gerakan riset tindakan: riset tindakan adalah studi tentang sebuah situasi sosial dengan sebuah pandangan untuk memperbaiki kualitas tindakan di dalamnya. Riset tindakan mengintegrasikan riset dan tindakan dalam serangkaian siklussiklus yang melibatkan, secara holistik ketimbang sebagai langkah-langkah terpisah: pengumpulan data tentang topik penyelidikan; analisis dan interpretasi data tersebut; perencanaan dan introduksi strategi-strategi tindakan untuk menghasilkan perubahanperubahan positif; dan evaluasi perubahan-perubahan tersebut melalui pengumpulan data lebih lanjut, analisis dan interpretasi...dan seterusnya ke siklus fleksibel lainnya hingga sebuah putusan diambil untuk mengintervensi sebuah proses dalam rangka menerbitkan hasil-hasilnya. Karena riset tindakan adalah sebuah bagian integral dari aktivitas-aktivitas yang sedang bergulir dari suatu kelompok sosial yang sedang diselidiki, proses bersiklusnya berlangsung terus ketika risetnya ditulis, meskipun pengumpulan data dan intensitas penyelidikannya mengurang. Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

5 Siklus 1 Siklus 2 Siklus dst. Riset Proses Riset: Pengumpulan dan Pengolahan Data, Presentasi/Pengujian/Publikasi Fokus riset: Tindakan dan Dampak, khususnya pada Siswa; dan pada gurupeneliti sebagai pemelajaran (learning) juga Tindakan / Intervensi/treatment Proses KBM / Proses pedagogis / Proses sosial dalam kehidupan harian Diagram 1 Riset Tindakan Berdasarkan diagram di atas, definisi lain mengenai PTK yaitu riset dalam rangka perbaikan KBM. Dalam hal ini definisi riset ialah pertanyaan yang dijawab dengan data. Ilustrasi data dalam PTK disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel. Ilustrasi Data Masalah (Judul) Riset: melibatkan cooperative learning RPP: Kegiatan Inti: salah satunya tertulis: Semua siswa di kelas dikelompokkan kedalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Implementasi RPP/KBM, ditemukan data: Ketika sedang memulai pembagian kelompok... ada seorang anak berkata: Bu, abdimah alim sareng si Deni (nama samaran) kelompokna. Ternyata di kelompokkelompok lainnya terdapat anak yang reaksinya serupa. Refleksi: Refleksi 1 (what): Data pada baris ke 3 di atas adalah hasil Refleksi 1 4 Refleksi 2 (why): Disimpulkan oleh guru-peneliti yang bersangkutan: Anak-anak belum terbiasa belajar dalam kelompok kecil heterogen, karena itu mereka tidak memiliki apresiasi terhadap praktik kelompok heterogen. Refleksi 3 (how): 1) Seorang guru-peneliti A: Menyediakan rewards berupa tanda bintang agar anak-anak mau bergabung dalam kelompok heterogen. 2) Seorang guru-peneliti B: Karena heterogenitas kelompoknya berdasarkan kemampuan akademik (rendah, sedang, tinggi), mengupayakan anak-anak yang berkemampuan tinggi untuk mau menjadi tutor-sebaya. Anak-anak ini sebelum dan sesudah melakukan praktik tutor sebaya di-tes. Ternyata anak-anak tersebut mengalami peningkatan skor tes. Anak-anak ini menjadi merasa senang dengan kegiatan tutor-sebaya ini. Analisis: 1. Guru-peneliti di atas tidak sengaja atau secara khusus meneliti RPP, hanya saja ia secara kebetulan mendapatkan data untuk pembaikan sebuah unsur dari RPP- Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

6 nya. Dengan PTK-nya tersebut ia memperbaiki kompetensi siswa (kompetensi sosial), juga sebuah unsur dari RPP-nya. Ia memperbaikinya, di RPP-nya menjadi muncul tulisan tambahan melengkapi tulisan yang sudah ada. Bukan hanya itu, sebetulnya, ia juga memperkaya informasi tentang implementasi prinsip kelompok heterogen. Kontribusinya dua arah: yang satu ke peningkatan kompetensi sosial anak dan yang satunya lagi ke pengayaan ilmu atau pengetahuan praktis (wellarticulated knowledge, Marzano) 2. Refleksi 3 di atas, solusi 1) dan 2) berbeda. Solusi 2) lebih pedagogis; karena rasa senang siswa sebagai dampak dari learning Tabel. Ilustrasi Data 2 Masalah (Judul) Riset: Melibatkan pemelajaran (learning) konstruktivisme RPP: Kegiatan Inti: salah satunya tertulis: Siswa membangun ide sendiri tentang apa yang diobservasnya, kegiatan utamanya: Tanya-jawab guru-siswa tentang pelajaran hari ini: pesawat sederhana. LKS dibagikan, isi utamanya meminta siswa menuliskan tanggapan dan/atau pertanyaan berkenaan dengan sebuah film singkat yang akan ditayangkan. Film tersebut ditayangkan, adegan utamanya menceritakan sebuah kapal yang mengangkut peti kemas. Di atas kapal ini terdapat sebuah katrol (crane). Implementasi RPP/KBM, ditemukan data: Seorang anak di LKS-nya menuliskan kalimat: Kapal butuh bantuan. Guru-peneliti membacanya, dan bertanya: Mengapa kapal itu butuh bantuan. Si anak menjawab, yang membantunya katrol bu... untuk memindah-mindahkan peti kemas. Refleksi: Refleksi 1 (what): Data pada baris ke 3 di atas adalah hasil Refleksi 1. Disimpulkan oleh guru-peneliti yang bersangkutan: Ide umum pesawat sederhana sudah ditangkap anak. Ide umum ini diciptakannya sendiri, bukan diberi tahu guru ataupun bacaan. Si anak setara dengan ilmuwan yang menciptakan ide. Ide umum ini dapat dibuktikan melalui eksperimen bersama anak-anak. 4 Refleksi 2 (why): Misi film untuk mem-fasilitasi anak agar dapat memiliki ide sendiri tentang fungsi pesawat sederhana (ide umum) dapat dikatakan cukup berhasil, meskipun keberhasilan ini ditemukan pada seorang anak. Refleksi 3 (how): 1) Film ini dapat digunakan ulang pada kesempatan yang sama berikutnya. 2) Perlu diselidiki anak-anak yang gagal menangkap ide tersebut, mengapa mereka demikian adanya. Informasi hasil penyelidikan ini dapat dimanfaatkan agar pemanfaatan-ulang film lebih baik. Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

7 Analisis: 1. Data yang diperoleh di atas tampak mem-perkuat salah satu prinsip pemelajaran konstruktivisme dan pedagogi kritis (siswa membangun ide sendiri dan siswa setara dengan ilmuwan). Juga, yang secara demikian memperkuat sebuah tindakan yang tersedia di RPP. 2. Risetnya dalam kasus ini, memperkuat sebuah prinsip konstruktivisme (dunia teori), RPP (dunia praktis), meningkatkan kompetensi siswa (dunia praktis). Berdasarkan kedua kasus di atas (Ilustrasi Data 1 dan 2), dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen yang terlibat dalam refleksi ketika peneliti (guru) melakukan PTK adalah: 1. RPP (sebagai sebuah disain hipotetis), salah satu unsurnya. 2. Pengetahuan (hipotetis), sebuah prinsip atau konsep (dari: cooperative learning, konstruktivisme, pedagogi kritis) 3. Realitas/proses KBM (peristiwa empirik), dampak tindakan pada siswa (juga dapat saja pada guru). Pengetahuan (hipotetis) RPP (hipotetis) KBM (empirik) Diagram 2 Struktur Objek Refleksi KBM Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

8 B. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan dilakukannya PTK dalam rangka tugas akhir perkuliahan yaitu untuk mempersiapkan tenaga kependidikan yang mampu mengembangkan keprofesionalannya dan memiliki kemampuan dalam melakukan PTK berbasis IPTEKS. 2. Tujuan Khusus Secara khusus PTK bertujuan agar para mahasiswa: a. Terampil dalam melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. b. Terampil dalam menemukan, dan menuliskan data-data yang terkait dengan masalah pembelajaran dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran. c. Menghasilkan ide, teori dan praktik pendidikan ke-sd-an yang kreatif, inovatif dan berkelanjutan. C. Prosedur Pelaksanaan PTK Bagian berisi garis-garis besar pengetahuan prosedural tentang penelitian tindakan kelas (PTK). PTK secara menyeluruh dari segi prosedur, dari A sampai dengan Z atau dari KBM-saat-ini hingga KBM-terkembangkan, tersaji dalam Diagram 1 Alur Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas. Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

9 KBM saat ini dan/atau RPP-nya Hasi l Data/Temuan (digunakan untuk perumusan masalah) Hasi l Rumusan Masalah / Rancangan Solusi/Tindakan: Bagaimana: Perencanaan, Pelaksanaan, Hasil Belajar Refleksi -- Instrumen Tindakan: apa, mengapa, perhubungan, bagaimana. Dampak Tindakan: proses & hasil Definisi luas konseptual (teori) Definisi operasional P E R E N C A N A A N / P R A -- S I K L U S RPP Hasi l Hasil Langkah-langkah & Perangkat pengumpulan data Hasi l Alur kegiatan PTK terdiri atas dua bagian besar: perencanaan KBM/Real (pra-siklus) testing RPP Refleksi -- Instrumen dan pelaksanaan (siklus). Hasi l Laporan/Sidang/Publikasi P E L A K S A N A A N / S I K L U S Has ill Data/temuan, digunakan untuk pengembangan: KBM RPP Pengetahuan (wellarticulated knowledge) Diagram 3 Alur PTK Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

10 D. Sistematika Penulisan Laporan PTK 1. Halaman Judul a. Judul bersifat umum, hanya melibatkan variabel yang akan diteliti, yang ditampilkan di judul, tampilkan topik utama penelitian di awal judul Penerapan Metode Inquiri untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SD b. Terkait etika, nama lokasi tidak ditampilkan c. Pokok bahasan, dijelaskan lebih detail di bagian Metode dan Prosedur Penelitian. Kecuali mata pelajaran, dapat ditampilkan di Judul d. Maksimal kata dalam judul sebanyak 16 buah 2. Halaman Pengesahan *) 3. Halaman Pernyataan tentang Keaslian Laporan PTK dan Pernyataan Bebas Plagiarisme *) 4. Halaman Ucapan Terima Kasih *) 5. Abstrak *) 6. Kata Pengantar *) 7. Daftar Isi *) 8. Daftar Tabel *) 9. Daftar Gambar *) 10. Daftar Lampiran *) *)Catatan: sesuai dengan Pedoman Karya Tulis UPI Tahun 2015 Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

11 11. BAB I Pendahuluan a. Latar Belakang Bagian ini memaparkan mengenai konteks penelitian yang dilakukan. Paparan pada latar belakang terdiri dari: 1) Topik atau isu Peneliti memaparkan topik dan klaim pentingnya topik serta justifikasi topik yang dikaji sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi saat ini agar mendorong pembaca untuk memahami kerangka acuan seluruh topik penelitian. Pemahaman matematis merupakan salah satu dari lima kemampuan yang esensial dalam pembelajaran matematika. Hal ini didasarkan pada hasil studi National Research Council tahun 2001 (Walle, Karp, & Bay- Williams, 2010, hlm. 24), yang menyatakan bahwa terdapat lima kemampuan yang saling berkaitan dalam matematika yaitu pemahaman konseptual (conceptual understanding), kelancaran prosedural (procedural fluency), kompetensi strategis (strategic competence), penalaran adaptif (adaptive reasoning), dan disposisi produktif (productive disposition). Pemahaman konseptual merupakan suatu kemampuan mengenai pemberian makna terhadap ide matematis yang diperolehnya melalui pengalaman dan hubungan ide-ide tersebut. Tingkat pemahaman seseorang ditentukan oleh banyaknya ide-ide yang mampu dia hubungkan serta diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Penelitian matematika menetapkan bahwa pemahaman konseptual merupakan komponen penting dari kemampuan prosedural (Bransford, Brown, & Cocking, 2000; NCTM, 2000; National Mathematics Advisory Panel, 2008, dalam Walle, Karp, & Bay-Williams, 2010, hlm. 24). Kemampuan pemahaman konseptual matematis penting dikembangkan agar siswa dapat memecahkan masalah dalam kehidupan nyata dengan mengaplikasikan ilmu matematika yang dipahaminya. Dengan demikian, siswa akan tanggap menghadapi setiap perubahan dalam kehidupannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Schunk (2012, hlm. 418) mengungkapkan Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

12 bahwa, Pemecahan masalah diperkirakan melibatkan pemahaman konsep agar siswa menyadari solusinya. 2) Masalah penelitian Peneliti memaparkan masalah penelitian yang berasal dari hasil refleksi KBM saat ini dan/atau RPP-nya dengan berdasarkan pada data-data yang terkumpul. Data yang harus dikumpulkan adalah data dengan kategori negatif sehingga tampak adanya pertentangan antara kondisi yang dihadapi dengan kajian literatur. Masalah dalam penelitian tindakan adalah masalah praktis. Contoh kategori data negatif: Hasil evaluasi yang dilakukan pada materi jaring-jaring bangun ruang yaitu: siswa yang telah mampu mencapai KKM hanya 32,9%, dan 67,1% masih dibawah KKM. Siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran hanya beberapa saja, sebagian besar siswa terlihat acuh dan asik dengan dunia mereka sendiri. Sebagian besar siswa menolak belajar bersama kelompok heterogen dan menghindari diskusi bersama anggota kelompoknya. 3) Kekurangan atau kelemahan dari penelitian atau praktek masa lalu (gap penelitian), merupakan bukti bahwa literatur masa lalu atau pengalaman praktis peneliti tidak cukup menjawab masalah penelitian. Peneliti harus memaparkan hasil penelusuran literatur terkait teori, hasil penelitian sebelumnya dan hasil temuan peneliti sebelumnya. Peneliti membandingkan penelitiannya dengan hasil penelitian sebelumnya juga dalam rangka menghindari duplikasi yang melanggar etika penelitian. Contoh Perkembangan kemampuan matematis yang dimiliki oleh siswa berkaitan erat dengan pengalaman belajar yang dialaminya. Sejalan dengan Vygotsky (Suryadi, 2010, hlm. 2) yang menyatakan bahwa proses peningkatann pemahaman pada diri siswa terjadi sebagai akibat adanya pembelajaran. Pembelajaran yang dialami siswa harus dapat menstimulus siswa untuk membangun sendiri pengetahuan yang telah ditemukannya melalui penemuan kembali sebuah konsep. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bruner, Dalam pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya (Ruseffendi dalam Heruman, 2010, hlm. 4). Materi pembelajaran yang diberikan yaitu materi yang tidak Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

13 langsung pada konsep siap pakai melainkan siswa menemukan konsep dari permasalahan yang diselesaikannya sendiri. Dengan pengalaman belajar yang demikian, siswa secara aktif membangun dan mengembangkan sendiri pengetahuan atau konsep berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada. Namun, sejumlah hasil studi (misalnya Henningsen & Stein, 1997; Peterson 1988; Mullis, dkk, 2000 dalam Suryadi & Herman, 2005, hlm. 2) menunjukkan bahwa pembelajaran matematika pada umumnya masih berfokus pada pengembangan kemampuan berpikir tahap rendah yang bersifat prosedural. Sejalan dengan hal itu, Mullis, dkk, (2000) memaparkan laporan hasil studi TIMSS (1999) yang dilakukan di 38 negara (termasuk Indonesia), antara lain menjelaskan bahwa secara umum, pembelajaran matematika masih terdiri atas rangkaian kegiatan berikut: awal pembelajaran dimulai dengan sajian masalah oleh guru, selanjutnya dilakukan demonstrasi penyelesaian masalah tersebut, dan terakhir guru meminta siswa untuk melakukan latihan penyelesaian soal (Suryadi & Herman, 2005, hlm. 2). 4) Pentingnya mengatasi masalah. Peneliti dapat memaparkan hipotesis dampak yang akan terjadi apabila masalah tidak diatasi. Apabila permasalah yang telah dipaparkan di atas tidak segera di atasi, diduga siswa akan mengalami kesulitan dalam mencapai kompetensi matematis lainnya. 5) Rancangan solusi Peneliti memaparkan solusi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah dengan berdasarkan pada kajian teori. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis tidak dapat dicapai apabila pembelajaran yang dialami siswa hanya berorientasi pada hafalan konsep dan prosedur yang sudah disajikan oleh guru yang diaplikasikan untuk menyelesaikan soal-soal rutin. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengembangkan Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

14 pembelajaran yang menstimulus perkembangan kemampuan berpikir matematis. Selain itu, menurut petunjuk pelaksana kegiatan belajar mengajar di sekolah yang ditulis oleh Suherman, dkk. (2003, hlm. 63) menjelaskan bahwa, Penerapan strategi yang dipilih dalam pembelajaran matematika haruslah bertumpu pada dua hal, yaitu optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran serta optimalisasi keterlibatan indera siswa. Seorang guru hendaknya memilih dan menerapkan strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang membuat siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, baik secara mental, fisik maupun sosial sehingga siswa memiliki kemampuan-kemampuan yang tertuang dalam kurikulum dan tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai, dan menjadi kompetensi pada diri siswa. Salah satu strategi alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan model Problem-Based Learning (PBL). Penerapan model ini berlandaskan pada prinsip dan standar proses pembelajaran matematika yang dikemukakan oleh NCTM, yaitu para siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya dan siswa dalam membangun pengetahuan baru mengenai matematika dilakukan melalui pemecahan masalah (Walle, 2006, hlm. 3). Selanjutnya Reys, dkk (Suryadi, 2010, hlm. 1) menambahkan bahwa matematika haruslah make sense dan pemahaman matematis diperoleh melalui proses pemecahan masalah yang bervariasi. Dalam implementasi model PBL, masalah yang harus dipecahkan siswa akan menjadi konteks pembelajaran sehingga fokus kegiatan belajar sepenuhnya berada pada siswa. Sejalan dengan Tan (2003, hlm. 30) yang menyatakan bahwa model PBL merupakan suatu pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa, yang menggunakan masalah-masalah yang tidak terstruktur dengan konteks dunia nyata sebagai titik awal untuk proses belajar siswa, serta memungkinkan siswa untuk bekerja sama dan membuat pilihan dalam belajar. 6) Tujuan penelitian secara umum. Peneliti memaparkan tujuan umum dilakukannya penelitian. Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

15 Melalui penelitian ini, peneliti ingin mendeskripsikan data Bagaimanakah penerapan model Problem-Based Learning dalam pembelajaran matematika di kelas V yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis. b. Rumusan Masalah PTK Bagian ini memaparkan identifikasi masalah spesifik mengenai permasalahan umum atau global. Sehingga ketika merumuskan permasalahan peneliti harus terbayang data apa yang akan dikumpulkan. Perumusan masalah penelitian ditulis dalam bentuk pertanyaan. Dan rumusan pertanyaan yang ditulis pada bagian ini yaitu rumusan pertanyaan spesifik. Ilustrasi perumusan pertanyaan spesifik dapat dilihat pada tabel di bawah ini. MASALAH KELAS Hampir semua konsep penting foto sintesis dipelajari siswa dari buku (bukan observasi atau eksperimen); hampir semua pemahaman konsep diceramahkan guru (bukan melalui observasi dan diskusi antar- Tabel. Ilustrasi Masalah Umum PTK MASALAH UMUM PTK Bagaimanakah peningkatan pembelajaran IPA melalui pemanfaatan pendekatan saintifik (5M) di kelas V SD? PERINCIAN MASALAH PTK 1. Bagaimana perencanaan pendekatan saintifik dalam rangka peningkatan pemelajaran IPA? 2. Bagaimana pelaksanaan pendekatan saintifik dalam rangka peningkatan pemelajaran IPA? 3. Bagaimana RUMUSAN PERTANYAAN SPESIFIK 1. Bagaimanakah rumusan langkahlangkah pendekatan saintifik dalam pemelajaran IPA? 2. Bagaimanakah respon-respon kognitif siswa terkait dengan langkah-langkah dari pendekatan saintifik? Bagaimanakah skorskor tes hasil belajar kognitif siswa? Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

16 siswa); perkembanga n hasil belajar IPA dengan pemelajaran saintifik? Ilustrasi di atas melibatkan trasnformasi rumusan masalah, dari masalah kelas (yang dipaparkan pada bagian latar belakang) menjadi masalah PTK. Rumusan masalah PTK melibatkan tindakan yang akan dilakukan dan sekaligus diteliti. c. Tujuan PTK Pada bagian ini peneliti menjelaskan mengenai tujuan PTK. Pernyataan tujuan penelitian adalah pernyataan yang memberikan arah atau fokus secara keseluruhan atas penelitian. Tujuan PTK sesungguhnya tercermin pada rumusan permasalahan PTK. Sehingga perumusan tujuan PTK harus sesuai dengan rumusan masalah PTK. Rumusan tujuan dalam PTK menunjukkan maksud untuk menjelajahi atau memahami isu KBM tertentu di lokasi penelitian tertentu. Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah mendeskripsikan peningkatan partisipasi siswa dalam KBM melalui penerapan PAKEM SD kelas V di salah satu SD kecamatan Sukasari. d. Manfaat PTK Pada bagian ini peneliti memaparkan gambaran mengenai kontribusi yang dapat diberikan oleh hasil penelitian. Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari beberapa aspek, yang meliputi: 1) Manfaat teoritis (peneliti menjelaskan apa yang belum atau kurang diteliti dalam kajian pustaka yang merupakan konstribusi penelitian). Penerapan model Problem Based Learning menstimulus siswa untuk terlibat aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri, melalui pemecahan masalah yang dilakukannya. Dalam memproses informasi mengenai masalah jaring-jaring bangun ruang, siswa memulainya dengan memanipulasi benda konkrit, kemudian berusaha memvisualisasikannya. Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

17 Dengan demikian proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa SD mengenai jaring-jaring bangun ruang dilakukan dalam situasi yang kongkrit sebagaimana tingkat perkembangan kognisi siswa SD yaitu berada pada tahap operasional kongkrit. 2) Manfaat praktis (peneliti memberikan gambaran bahwa hasil penelitian dapat memberikan alternatif sudut pandang atau solusi dalam memecahkan masalah spesifik tertentu). Penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan pada akademisi dan/ atau praktisi mengenai penerapan model Problem-Based Learning. *catatan: manfaat praktis untuk guru, siswa, sekolah bersifat conditional (dituliskan jika memang hasil penelitian bermanfaat untuk guru, siswa, sekolah) 12. BAB II Landasan Teoritis Pada bagian ini peneliti memaparkan mengenai studi teori yang terlibat dan dijadikan sebagai landasan dalam penelitian. Studi teori dilakukan dengan membaca dan diskusi. Dalam hal ini peneliti merekonstruksi sebuah teori dari berbagai sumber, dan menurunkan dari teori fokus-fokus penelitian. Adapun isi dari landasan teori yaitu: a. Konsep-konsep, prinsip-prinsip, unsur-unsur yang menjelaskan dan terlibat pada variabel penelitian yang menjadi objek studi. Judul Penelitian: Penerapan model Problem-Based Learning dalam pembelajaran matematika di kelas V untuk Meningkatkan kemampuan pemahaman matematis Siswa Konsep-konsep, prinsip-prinsip, unsur-unsur yang menjelaskan dan terlibat yaitu: 1) Kajian Konsep Pemahaman Matematis a) Definisi Pemahaman Matematis b) Jenis-Jenis Pemahaman Matematis c) Indikator Pemahaman Matematis 2) Kajian Konsep Model Problem-Based Learning (PBL) a) Definisi Model PBL b) Landasan Teoritis Model PBL Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

18 c) Penerapan Model PBL dalam Pembelajaran Matematika d) Keunggulan Model PBL e) Kelemahan Model PBL b. Penelitian terdahulu yang relevan (peneliti memaparkan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitiannya) Hasil penelitian yang dilakukan oleh MacMath, Wallace, & Chi pada tahun 2009 mengenai Problem-Based Learning in mathematics dengan judul penelitian A Tool for Developing Student s Conceptual Knowledge yang menekankan pada nilai dari PBL. PBL digunakan untuk mengembangkan proses berpikir kreativitas siswa. Berbagai masalah (masalah autentik dan masalah yang memiliki beragam cara pemecahannya) dapat juga digunakan di dalam kelas untuk mengungkap miskonsepsi bahwa traditional test miss. Hasil observasi yang dilakukan di kelas Bu Perry mengungkapkan bahwa terdapat nilai yang diperoleh ketika memecahkan masalah. Nilai tersebut yaitu dengan memecahkan masalah, siswa mengetahui kapan harus menggunakan prosedur tertentu. c. Kerangka pikir penelitian (Peneliti menguraikan tentang rasional penggunaan solusi terpilih terhadap masalah yang menjadi fokus penelitian, hasil dari sintesa konsep, prinsip dan unsur yang terlibat dengan variabel penelitian dengan hasil penelitian terdahulu. sehingga jelas, data yang akan diungkap, dan membantu peneliti yakin dalam merumuskan konstruk variabel/fokus/masalah/pertanyaan yang dikaji) Hubungan Problem-Based Learning (PBL) dengan Kemampuan Pemahaman Matematis Pemahaman siswa dapat terbangun melalui pemecahan masalah. Solso, Maclin & Maclin (2007, hlm. 435) menjelaskan perspektif psikologi Gestalt berpandangan bahwa dengan memikirkan suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang yang berbeda maka pandangan yang benar dapat muncul pada saat kita memikirkannya lebih jauh. Siswa akan melihat keterhubungan antara bagian-bagian dari permasalahan sehingga pembelajaran yang dialami siswa akan terasa bermakna. Pemahaman yang Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

19 dimiliki sebelumnya akan semakin kuat dan pemahaman baru siswa akan terbangun. Model PBL merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada berbagai permasalahan yang autentik dan bermakna (Arends, 2007, hlm. 41). Siswa menemukan sendiri pengetahuan baru tersebut. Dengan demikian, pengetahuan-pengetahuan baru akan terbangun dalam diri siswa. Masalah yang harus dipecahkan siswa menghadapkan siswa pada konflik kognitif. Di mana skema pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya tidak sesuai dengan fenomena yang dihadapinya sehingga menstimulus siswa untuk berusaha membangun skema baru dan menyesuaikan skema tersebut dengan informasi dan pengalaman-pengalaman baru. Selain itu, pemecahan masalah akan menstimulus perkembangan kognisi siswa. Berdasarkan konsep ZPD Vygotsky (Arends, 2007, hlm. 47) yaitu ketika siswa berusaha memecahkan masalah sendiri, siswa akan mampu mencapai perkembangan kognisi aktual. Namun, siswa akan mampu mencapai perkembangan potensial melalui berinteraksi dengan orang lain yang lebih mampu. Dengan demikian, interaksi dengan orang lain yang lebih mampu menstimulus siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dan meningkatkan perkembangan kognisinya. Hal ini sejalan dengan karakteristik model PBL yaitu kolaboratif. Siswa berkolaborasi dengan siswa lainnya untuk saling membagi informasi dan kemampuan yang dimiliki sehingga masalah dapat terpecahkan dan pengetahuan baru terbangun. d. Definisi Operasional (Peneliti memaparkan mengenai definisi dari variabel dan menyatakan operasi pengukurannya. Konsep-konsep yang dibuat DO-nya adalah konsep-konsep yang relevan dengan pertanyaan penelitian). Kemampuan pemahaman matematis dalam penelitian ini yaitu pengungkapan suatu ide matematis dari hasil observasi dria yang dikonstruksi di dalam mental melalui berbagai bentuk representasi matematis, serta pengaplikasian konsep dalam memecahkan masalah dengan KD...,..., dan... Data hasil belajar berupa skor tes dan Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

20 diperoleh melalui penggunaan instrumen tes buatan guru dengan indikator sebagai berikut: 1) Membangun bangun ruang dari representasi (gambar) jaring-jaringnya. 2) Menggambar jaring-jaring bangun ruang. 3) Menggunakan konsep jaring-jaring untuk memecahkan masalah. Syarat Landasan teori yang akan digunakan dalam penelitian: Sumber buku utama minimal tiga buah (maksimal buku sumber yang digunakan yaitu terbitan 10 tahun yang lalu, namun untuk buku sumber primer langsung tidak dikenai ketentuan tahun terbit), dan referensi dalam bentuk jurnal diusahakan primer serta dibuktikan dihadapan pembimbing. 13. BAB III Metodologi Penelitian Pada bagian ini memaparkan mengenai studi teori tentang pengumpulan dan pengolahan data. Sehingga apa yang dipaparkan lebih bersifat prosedural. Secara rinci isi dari bagian ini yaitu terdiri dari: a. Desain PTK Pada bagian ini peneliti memaparkan secara singkat mengenai PTK dan menggambarkan dengan jelas model PTK yang akan digunakan. b. Partisipan dan Tempat Penelitian Partisipan merupakan subjek penelitian yang akan dijadikan sebagai sumber data. Pada bagian ini peneliti mendeskripsikan karakteristik partisipan dan tempat penelitian. Selain itu, peneliti pun menjelaskan mengenai cara pemilihan partisipan. Tempat penelitian tidak disebutkan secara jelas. Partisipan penelitian ini yaitu siswa kelas VA salah satu SD di kecamatan Sukasari tahun pelajaran 2015/ Partisipan tersebut dipilih berdasarkan teknik purposif dengan pendekatan heterogenitas sampel. Peneliti memilih seluruh siswa di dalam kelas dengan jumlah dua puluh tujuh siswa, lima belas siswa perempuan dan dua belas siswa laki-laki. Heterogenitas siswa dilihat dari jenis kelamin, kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan sosial siswa. Jumlah kelas yang terdapat di SD ini yaitu dua belas rombongan belajar, masing-masing tingkatan kelas terdapat dua rombel dengan jumlah guru Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

21 enam belas guru ditambah dengan satu kepala sekolah dan satu penjaga sekolah. Waktu belajar kelas VA yaitu pagi, dimulai dari jam sampai Lokasi SD terletak diarea perumahan warga. c. Prosedur Administratif Penelitian Pada bagian ini peneliti menjelaskan mengenai langkah-langkah ditempuh peneliti selama melakukan penelitian. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam beberapa siklus sampai pembelajaran yang dialami siswa efektif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wiriaatmadja (2005: 103) apabila perubahan yang bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran telah tercapai, atau apa yang diteliti telah menunjukan keberhasilan, siklus dapat diakhiri. Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi, menentukan fokus dan menganalisis masalah yang akan diteliti. Hasil temuan studi pendahuluan, direfleksi peneliti agar dapat menentukan strategi pemecahannya. Tahap tindakan penelitian yang akan dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Tahap pra penelitian a. Menentukan sekolah dan kelas yang akan dijadikan tempat penelitian. b. Menghubungi pihak sekolah tempat akan dilaksanakannya penelitian untuk mengurus surat perizinan pelaksanaan penelitian. c. Melakukan studi pendahuluan dengan mengobservasi pelaksanaan pembelajaran untuk menentukan masalah yang akan dikaji. d. Membuat instrumen tes/ soal tes untuk mengidentifikasi masalah lebih lanjut. e. Melakukan tes dan observasi. f. Melakukan studi literatur untuk memperoleh dukungan teori mengenai strategi yang sesuai. g. Melakukan studi kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan penelitian. h. Menyusun proposal penelitian. i. Menseminarkan proposal. Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

22 2. Tahap perencanaan tindakan Setelah melakukan studi pendahuluan dan langkah-langkah yang terdapat pada pra penelitian, peneliti merancang perencanaan tindakan untuk siklus I. Hal-hal yang dilakukankan pada tahap perencanaan siklus I adalah sebagai berikut: a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), penyelesaian pemecahan masalah dalam pembelajaran berorientasi pembangunan konsep. b. Membuat lembar kerja siswa (LKS), berisi dua buah soal dengan struktur masalah semi terbuka. Model penyajian soal yaitu berbentuk cerita. c. Membuat instrumen tes, berisi tiga buah soal dengan struktur masalah semi terbuka. Model penyajian soal yaitu dua berbentuk cerita dan satu berbentuk gambar. d. Menyiapkan daftar kelompok belajar siswa. e. Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian. f. Membuat media yang digunakan sebagai nomor kepala, media terbuat kertas karton yang dipotong-potong memanjang sebagai ikat, dan kertas karton yang berbentuk bidang datar sebagai identitas kelompok dan nomor kepala siswa. g. Mendiskusikan RPP, LKS, dan instrumen penelitian dengan dosen pembimbing. h. Menghubungi ahli untuk judgement validitas instrumen. i. Melakukan pengujian instrumen tes/ soal tes untuk melihat realibilitas instrumen. j. Melakukan perhitungan realibilitas dan validitas instrumen. k. Menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama pembelajaran berlangsung. Perencanaan penelitian siklus II disusun berdasarkan hasil refleksi siklus I. Hal-hal yang dilakukankan pada tahap perencanaan siklus II adalah sebagai berikut: a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), penyelesaian pemecahan masalah dalam pembelajaran berorientasi penerapan konsep. Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

23 b. Membuat lembar kerja siswa (LKS), berisi tiga buah soal dengan struktur masalah semi terbuka. Model penyajian soal yaitu satu berbentuk cerita dan dua berbentuk gambar. c. Membuat instrumen tes, berisi tiga buah soal dengan struktur masalah semi terbuka. Model penyajian soal yaitu satu berbentuk cerita dan dua berbentuk gambar. d. Menyiapkan instrumen penelitian. e. Menyiapkan daftar kelompok belajar siswa. f. Menyiapkan name table kelompok. g. Membuat media yang digunakan sebagai nomor kepala, media terbuat kertas karton yang dipotong-potong menyerupai mahkota raja sebagai, mahkota tersebut dihias dengan berbentuk bidang datar sebagai identitas kelompok dan nomor kepala siswa. h. Menyiapkan bintang-bintang dan hadiah sebagai motivasi. i. Mendiskusikan RPP, LKS, dan instrumen penelitian dengan dosen pembimbing. j. Menghubungi ahli untuk judgement validitas instrumen. k. Melakukan pengujian instrumen tes/ soal tes untuk melihat realibilitas instrumen. l. Melakukan perhitungan realibilitas dan validitas instrumen. m. Menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama pembelajaran berlangsung. 3. Tahap pelaksanaan tindakan Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan sintaks model Cooperative Learning Tipe NHT yang telah direncanakan yang dikembangkan dalam RPP. Pada saat pelaksanaan tindakan, peneliti bertindak sebagai guru. Tahap pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan penerapan model Cooperative Learning Tipe NHT siklus I yaitu sebagai berikut. a. Langkah 1 Numbering Pada langkah ini guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari lima sampai enam siswa. Guru memberikan nomor kepada setiap kelompok dengan nomor satu sampai lima (tergantung pada jumlah kelompok). Nomor ini dipakai siswa selama pembelajaran berlangsung. Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

24 b. Langkah 2 Questioning Guru mengajukan sebuah soal kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan yaitu satu soal dengan struktur masalah terbuka yang disajikan dalam bentuk cerita yang diucapkan guru. c. Langkah 3 Heads Together Siswa menyatukan kepalanya, yaitu siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk menyatukan pemikirannya mengenai jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh guru dan memastikan setiap anggota kelompok memahami jawaban yang telah dirumuskan oleh kelompok dengan menggunakan sumber daya/ media yang disediakan oleh guru. d. Langkah 4 Answering Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang dipanggil nomornya mengangkat tangan dan memaparkan jawabannya di tempat duduk dalam kelompoknya masing-masing secara bergiliran. Hal ini dilakukan terus menerus sampai seluruh siswa dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan guru. Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti melakukan pretest untuk melihat kemapuan awal siswa sebelum diberikan tindakan. Hasil dari refleksi siklus I, pelaksanaan tindakan pada siklus II, yaitu: a. Sebelum memulai pada sintaks model Cooperative Learning Tipe NHT peneliti menginformasikan mengenai kegiatan penelitian yang dilakukan. b. Langkah 1 Numbering Pada langkah ini guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari lima sampai enam siswa. Guru memberikan nomor kepada setiap kelompok dengan nomor satu sampai lima (tergantung pada jumlah kelompok). Nomor ini dipakai siswa selama pembelajaran berlangsung. c. Langkah 2 Questioning Guru mengajukan sebuah soal kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan langsung dalam bentuk LKS. d. Langkah 3 Heads Together Siswa menyatukan kepalanya, yaitu siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk menyatukan pemikirannya mengenai jawaban dari Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

25 pertanyaan yang diajukan oleh guru dan memastikan setiap anggota kelompok memahami jawaban yang telah dirumuskan oleh kelompok. e. Langkah 4 Answering Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang dipanggil nomornya menuliskan jawaban di papan tulis secara bersamaan. Hal ini dilakukan terus menerus sampai seluruh siswa dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan guru. Bagi siswa yang mampu menyelesaikan masalah dengan benar diberi bintang. Pelaksanaan pretest diberikan berbeda hari dengan pelaksanaan tindakan. 4. Tahap observasi tindakan Tahap observasi tindakan dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Dalam kegiatan observasi tindakan, peneliti dibantu oleh observer untuk merekam dan mencatat setiap perilaku yang muncul selama pembelajaran. Rekaman dan catatan hasil obeservasi dari para observer dijadikan satu oleh peneliti dalam sebuah fieldnote. 5. Tahap refleksi terhadap tindakan Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat, guru dan dosen pembimbing berdiskusi mengenai kekurangan, kelebihan penerapan model Cooperative Learning Tipe NHT dalam pembelajaran matematika dengan menganalisis fieldnote dan hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika serta menentukan strategi perbaikan selanjutnya. d. Prosedur Substantif Penelitian 1) Pengumpulan Data Pada bagian ini peneliti memaparkan secara rinci instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data mengenai masalah yang telah dirumuskan pada bab 1. Selain itu peneliti pun menjelaskan secara rinci tahapan-tahapan teknis pengumpulan datanya. (pada bagian ini harus tergambar penjaminan mutu kredibilitas data (validitas internal) transfer ability (validitas eksternal) Data-data penelitian dikumpulkan melalui beberapa teknik sebagai berikut: a. Tes Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

26 Tes merupakan kegiatan penilaian untuk mengukur kemampuan siswa. Dalam teknik ini siswa mengisi soal tes uraian yang telah disusun oleh guru yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai skor kemampuan pemahaman matematis siswa. b. Observasi Partisipatif Peneliti dibantu oleh beberapa teman sejawat dalam melakukan observasi partisipatif sehingga jenis observasi partisipatif yang dilakukan yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partisipasi aktif dilakukan oleh peneliti. Peneliti sebagai observer dan berperan sebagai guru yang melakukan pembelajaran matematika dengan penerapan model Cooperative Learning Tipe NHT. Sedangkan partisipasi pasif dilakukan oleh teman sejawat peneliti. Teman sejawat peneliti hanya mengamati dan mencatat hasil pengamatannya pada format observasi mengenai respon siswa dalam langkah-langkah pembelajaran model Cooperative Learning Tipe NHT dan tidak terlibat dalam pembelajaran matematika. 2) Pengolahan Data Pada bagian ini peneliti memaparkan metode/ teknik pengolahan dan analisis data serta langkah-langkahnya berdasarkan jenis datanya. 14. BAB IV Temuan dan Pembahasan Pada bagian ini peneliti memaparkan mengenai: (1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analsis data sesuai dengan urutan rumusan masalah PTK dalam berbagai bentuk (tabel, dsb); (2) pembahasan temuan penelitian yang dimaksudkan untuk menjawab penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Metode penjelasan dalam laporan PTK menggunakan metode deskriptif. Dalam memaparkan data, menurut Rudestam dan Newton (1992, hlm. 111) peneliti kualitatif sangat perlu menggambarkan konteks dari suatu kejadian terjadi. Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

27 Temuan (berisi data temuan berdasarkan rumusan masalah pada bab 1 yang telah diolah dan dianalisis beserta refleksinya) Pembahasan (berisi jawaban analitis atas rumusan masalah yang berlandaskan pada teori yang terdapat pada bab 2) Tabel. Format Pola Pemaparan Tematik dan Non Tematik PTK Tematik/ Parsial A. Temuan dan Pembahasan Masalah A 1. Siklus I a. Temuan (Temuan pada siklus I dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang relevan dan hasil temuan saat observasi/ pretest) b. Pembahasan 2. Siklus II a. Temuan (Temuan pada siklus II dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang relevan dan hasil temuan siklus I) b. Pembahasan 3. Siklus II a. Temuan (Temuan pada siklus III dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang relevan dan hasil temuan siklus II) b. Pembahasan B. Keterbatasan Penelitian Ungkapkan hal-hal yang dianggap menjadi kelemahan dan kekurangan proses penelitain. Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

28 15. BAB V Simpulan dan Rekomendasi a. Simpulan Peneliti menyajikan garis besar secara umum hasil penelitian dan pembahasan dalam bentuk kalimat yang efektif. Penulisan simpulan ditulis dalam bentuk butir demi butir sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. b. Rekomendasi Memberikan masukan, saran, atau tindak lanjut yang didasari kelebihan, kekurangan, dan atau kelemahan penelitian yang telah dilakukan berdasarkan temuan. Rekomendasi diberikan untuk pembaca dalam rangka penelitian dan KBM yang sejenis. Penerapan model Problem-Based Learning dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis. Namun demikian, peningkatan yang terjadi masih sedang dan hanya dialami oleh siswa yang berprestasi tinggi di kelasnya. Sehingga diperlukan pra kondisi untuk siswa-siswa yang memiliki prestasi sedang dan rendah. 16. Daftar Rujukan Semua sumber yang dirujuk di dalam naskah harusdicantumkan di dalam Daftar Pustaka. Rincian cara penulisan daftar pustaka disesuaikan dengan Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah UPI. 17. Lampiran a. Surat-Surat Penelitian (Tanpa Mencantumkan Lokasi, Lokasi ditutupi) b. Instrumen Pembelajaran c. Instrumen Pengungkap Data Penelitian d. Data-Data Penelitan e. Dokumentasi Penelitian f. Riwayat Hidup Peneliti Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

29 E. Format Penulisan Laporan PTK Penulisan laporan PTK mengacu pada format di bawah ini: 1. Jenis kertas yang digunakan yaitu kertas ukuran A4 80 gram; 2. Jenis huruf yang digunakan yaitu Times New Roman ukuran 12; 3. Jarak penulisan yaitu 1,5 spasi; 4. Margin kiri berjarak 4 cm, margin kanan 3 cm, margin atas 3 cm, margin bawah 3 cm; 5. Nomor halaman ditulis dibagian kanan atas, kecuali pada bagian awal bab. Pedoman PTK Prodi PGSD Departemen Pedagogik FIP UPI Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, persaingan-persaingan ketat dalam segala bidang kehidupan saat ini, menuntut setiap bangsa untuk mampu menghasilkan Sumber

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode, Desain, dan Alur Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik penelitian tindakan

Lebih terperinci

PEDOMAN STRUKTUR DAN SUBSTANSI SISTEMATIKA USULAN DAN LAPORAN PTK PRODI PGSD JURUSAN PEDAGOGIK FIP UPI

PEDOMAN STRUKTUR DAN SUBSTANSI SISTEMATIKA USULAN DAN LAPORAN PTK PRODI PGSD JURUSAN PEDAGOGIK FIP UPI 1 PEDOMAN STRUKTUR DAN SUBSTANSI SISTEMATIKA USULAN DAN LAPORAN PTK PRODI PGSD JURUSAN PEDAGOGIK FIP UPI A. DEFINISI Penelitian Tindakan pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Globalisasi dapat mengakibatkan restrukturisasi dunia. Proses ini disertai banjirnya informasi yang melanda dunia dan berdampak terhadap kehidupan nyata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laswadi, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laswadi, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang unggul merupakan potensi yang sangat penting untuk dikembangkan dalam rangka membangun Indonesia. Dengan sumber daya manusia yang unggul kita

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang memiliki peran sangat penting dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat pesat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat pesat. Dampak dari perkembangan ini menuntut adanya individu-individu yang berkualitas, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dihadapkan dengan perkembangan dan perubahan zaman yang begitu cepat, dimana manusia bertanggung jawab untuk memecahkan masalahmasalah yang muncul setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lian Yulianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Lian Yulianti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang mempunyai peran penting dalam memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik

Lebih terperinci

3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian

3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Deskriptif kuantitatif yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah memberikan kesempatan pada anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika membutuhkan sejumlah kemampuan. Seperti dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa untuk menguasai

Lebih terperinci

Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran.

Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran. Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran. Penelitian pada umumnya dilakukan oleh pakar pendidikan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas atau biasa disingkat PTK. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan (action research)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada kajian ini, akan diuraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mencakup uraian mengenai metode penelitian,

Lebih terperinci

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang timbul akibat adanya Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Sains (IPTEKS) dimana semakin pesat yaitu bagaimana kita bisa memunculkan Sumber Daya

Lebih terperinci

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pembelajaran Fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dapat kita rasakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian siswa Penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan keaktifan belajar pada mata pelajaran IPS kelas V sekolah dasar dilakukan dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Menurut John Elliot (1982) PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada kajian ini, akan diuraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mencakup uraian mengenai metode penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan mendapatkan bermacam-macam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang berusaha mengkaji dan merefleksi secara kolaboratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran. Matematika merupakan pelajaran penting diberikan sejak dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). McNiff (dalam Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2010,hlm.1)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Kemmis (1988) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Lebih terperinci

PENELITIAN TINDAKAN Disajikan Dalam Lokakarya Guru-Guru SMP Darul Hikam Bandung 1 November 2008

PENELITIAN TINDAKAN Disajikan Dalam Lokakarya Guru-Guru SMP Darul Hikam Bandung 1 November 2008 PENELITIAN TINDAKAN Disajikan Dalam Lokakarya Guru-Guru SMP Darul Hikam Bandung 1 November 2008 DHARMA KESUMA JURUSAN PEDAGOGIK FIP UPI 2008 29nov08 1 DEFINISI PENELITIAN TINDAKAN (PT) Berg: PT adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan sejarah di era global dewasa ini dituntut kontribusinya untuk dapat lebih menumbuhkan kesadaran sejarah dalam upaya membangun kepribadian dan sikap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gejala umum yang terjadi pada peserta didik saat ini adalah malas berpikir

BAB 1 PENDAHULUAN. Gejala umum yang terjadi pada peserta didik saat ini adalah malas berpikir BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejala umum yang terjadi pada peserta didik saat ini adalah malas berpikir mereka cenderung menjawab suatu pertanyaan dengan cara mengutip buku atau bahan pustaka lain

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA Penerapan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Era Destiyandani, dkk) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan kajian dari permasalahan penelitian maka metode yang akan digunakan yaitu metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Uraian pada Bab II menyajikan kajian teoritis tentang pengertian pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam perkembangannya, ternyata banyak konsep matematika diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan oleh Conant (Pusat Kurikulum, 2007: 8) sebagai serangkaian konsep yang saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang termasuk ke dalam penelitian kualitatif walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya peningkatan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpukan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. (Kunandar,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpukan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. (Kunandar, 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Bodgan dan Taylor metodologi adalah proses, prinsif dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban sedangkan Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelas VIII-B SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango pada pelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis, Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS), Pembelajaran Konvensional dan Sikap 1. Model Pembelajaran Search, Solve, Create and

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di SD Negeri Kebumen yang beralamat di Jalan Kaswari nomer 2 Kelurahan Kebumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research (CAR). Metode ini merupakan penelitian tindakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

Bab 3 Mengapa Lesson Study?

Bab 3 Mengapa Lesson Study? Bab 3 Mengapa Lesson Study? A. Bagaimana Pengetahuan Berkembang? Dalam suatu pertemuan, sejumlah guru melakukan diskusi tentang masalah pembelajaran matematika SMP. Salah seorang guru mengemukakan pengalamannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Nasution (2010), memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam Bab ini peneliti akan menguraikan tentang metodologi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam Bab ini peneliti akan menguraikan tentang metodologi penelitian 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam Bab ini peneliti akan menguraikan tentang metodologi penelitian yang akan digunakan sebagai alat uji dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh peneliti sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN Efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang

Lebih terperinci

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENELITIAN TINDAKAN KELAS Disampaikan pada Seminar & Loka Karya 2010 Di Pontianak, Kalimantan Barat Oleh: Dr. H. Johar Permana, M.A. Diklat Profesi Guru Penelitian Tindakan Kelas 1 PENGERTIAN PTK Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian, model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikembangkan, lokasi dan waktu penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SD N Ampih yang beralamat di Jalan HM Sarbini, kilometer 4,5, Dukuh Krajan, Desa Ampih, RT: 01 RW:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi yang mewarnai pembelajaran matematika saat ini adalah seputar rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 7 Kutosari, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen yang beralamat

Lebih terperinci

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Arif Abdul Karim Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yang dilakukan peneliti secara

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yang dilakukan peneliti secara 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yang dilakukan peneliti secara langsung.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Uji Coba Pengembangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengembangkan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan awal belajar siswa di kelas kemudian bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research, yaitu penelitian kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan guna membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah mereka yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seorang guru ketika memberikan pelajaran, terutama dalam pembelajaran matematika, diharapkan dapat mengoptimalkan siswa dalam menguasai konsep dan memecahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan kemajuan zaman, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Demikian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu kajian, refleksi diri, serta tindakan terhadap proses pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika di sekolah memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. matematika di sekolah memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran matematika yang diberikan di sekolah, memberikan sumbangan penting bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan dan memiliki peranan strategis dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi kemajuan IPTEK dan persaingan global maka peningkatan mutu pendidikan matematika di semua jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (d) teknik analisis data, (e) prosedur penelitian. Berikut adalah penjelasan secara

BAB III METODE PENELITIAN. (d) teknik analisis data, (e) prosedur penelitian. Berikut adalah penjelasan secara 43 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai: (a) pendekatan dan metode penelitian, (b) lokasi dan subjek penelitian, (c) teknik dan instrumen pengumpulan data, (d) teknik analisis data,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Pembelajaran Langsung 58 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung menurut Arends (Trianto, 2009) adalah salah satu model pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Candiwulan, UPT Kecamatan Adimulyo, Kabupaten Kebumen, tepatnya di jalan

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Rika Ridayanti Universitas Lampung

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu tujuan pembelajaran matematika pada sekolah menengah atas adalah siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Obyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Panggungroyom 01 Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati dipimpin oleh seorang kepala sekolah bernama Legiman, A.Ma.Pd.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia saat ini tidak bisa terlepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi kemajuan suatu bangsa sehingga menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dimaksudkan sebagai kajian, refleksi diri, dan tindakan terhadap proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognisi siswa kelas III

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan setiap manusia, pendidikan juga merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuan dalam rangka membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi manusia. Pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang diciptakan harus mampu mengembangkan dan mencapai kompetensi setiap matapelajaran sesuai kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam pengertian pengajaran di sekolah adalah suatu usaha yang bersifat sadar, sistematis, dan terarah agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Model Penelitian Pemilihan metode penelitian yang digunakan disesuaikan dengan temuan permasalahan yang akan di selesaikan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci