KABUKI NO JYOU EN NI BANSOU NI SURU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KABUKI NO JYOU EN NI BANSOU NI SURU"

Transkripsi

1 KABUKI NO JYOU EN NI BANSOU NI SURU K e r t a s K a r y a D i k e r j a k a n O L E H CORY JULIARTA HUTABARAT NIM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI D3 BAHASA JEPANG MEDAN 2009

2 KABUKI NO JYOU EN NI BANSOU NI SURU KERTAS KARYA Dikerjakan O l e h CORY JULIARTA HUTABARAT NIM Pembimbing, Pembaca, Drs. Eman Kusdiyana M. Hum NIP Rani Arfianty, S.S NIP Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Falkultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN 2009

3 Disetujui Oleh : Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Sastra Univesitas Sumatera Utara Medan Program Studi D3 Bahasa Jepang Ketua, Adriana Hasibuan, S.S.,M.Hum. NIP Medan, Juni 2009

4 PENGESAHAN Diterima oleh: Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang Pada : Tanggal : Hari : Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Dekan, Drs. Syaifuddin, M.A.,Ph.D. NIP Panitia : No. Nama Tanda Tangan 1. Adriana Hasibuan, S.S.,M.Hum (.) 2. Drs. Eman Kusdiyana M.Hum (.) 3. Rani Arfianty, S.S (.)

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sehingga Penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul Alat Musik Pengiring Pertunjukan Kabuki. Meskipun banyak kesulitan dalam penulisan kertas karya ini, karena pengetahuan penulis yang terbatas tetapi berkat bimbingan, bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, maka penulis dapat meyelesaikan kertas karya ini. Dalam penulisan kertas karya ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaiakan kertas karya ini terutama kepada: 1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A,Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Adriana Hasibuan, S.S.,M.Hum.,Selaku Ketua Program Studi D3 Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Eman Kusdiyana M. Hum., selaku Dosen Pembimbing yang dengan ikhlas menuangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sampai kertas karya ini dapat diselesaikan. 4. Ibu Rani Afrianty, S.S. selaku Dosen Pembaca. yang juga dengan ikhlas meluangkan waktu untuk memeriksa ulang kertas karya ini agar lebih baik lagi. 5. Bapak Drs. Yuddi Adrian M.Hum., selaku Dosen Wali. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. 6. Ibunda Juli Panjaitan, Kakandaku, Johanes Wahyudi Hutabarat dan Trisna Damayanti Hutabarat serta seluruh keluarga besar penulis yang tersayang. 7. Teman teman fakultas sastra D3 Bahasa Jepang Setambuk 2006 dan sahabat sahabat Penulis : Inda, Anna, Lila, Lili, Safna, Sarifah, Natalia, Agnes, Paima,

6 8. Teman teman: Roslina Hutagaol, Cut Azni, serta anggota PS. Consolatio dan anggota PNB HKI Imanuel yang telah memberi banyak dukungan. 9. Bapak Pendeta Yusuf Hutapea, S.Th., yang telah banyak memberi waktu serta dukungan baik moril maupun materil. Tiada lain harapan penulis semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmatnya kepada semua pihak yang disebutkan diatas. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih untuk semua bantuan dan dukungan selama ini. Semoga kertas karya ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Medan, Juni 2009 Penulis CORY JULIARTA HUTABARAT NIM

7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul Batasan Masalah Tujuan Penulisan Metode Penulisan... 2 BAB II PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS MUSIK PENGIRING PERTUNJUKAN KABUKI Pengertian Musik Pengiring Pertunjukan Kabuki Jenis-Jenis Musik Pengiring Pertujukan Kabuki Geza Gidayu Nagauta Tokiwazu, Kiyomoto, Kato Bushi... 5 BAB III ALAT-ALAT MUSIK PENGIRING PERTUNJUKAN KABUKI Shamisen Taiko Hyoushigi Shinobue BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 12

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Kabuki adalah sebuah bentuk teater klasik yang mengalami evolusi pada awal abad ke-17 sehingga yang memiliki nilai sejarah tersendiri. Ciri khas kabuki yaitu berupa irama kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh para aktor, kostum yang super-mewah, make-up yang mencolok (kumadori), serta penggunaan peralatan mekanis untuk mencapai efek-efek khusus di panggung. Make-up menonjolkan sifat dan suasana hati tokoh yang dibawakan aktor. Kebanyakan lakon mengambil tema masa abad pertengahan atau zaman Edo, dan semua aktor, sekalipun yang memainkan peranan sebagai wanita, adalah pria. Selain itu, musik pengiring pertunjukan Kabuki juga memiliki nilai sejarah yang sangat menarik. Pertunjukan Kabuki juga diiringi oleh alat-alat musik tradisional seperti shamisen, taiko, hyoushigi, dan shinobue. Alat-alat musik tersebut merupakan alat musik yang unik karena meskipun terbuat dari bahan yang sangat sederhana namun dapat menghasilkan suara yang menirukan bunyi-bunyian alam seperti bunyi angina, air ombak dan sebagainya. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis sangat tertarik untuk membahas tentang Alat Musik Pengiring Pertunjukan Kabuki sebagai judul kertas karya ini Batasan Masalah Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, sehingga dalam kertas karya ini penulis membatasi tulisan ini hanya membahas alat musik pengiring pertunjukan kabuki seperti shamisen, taiko, hyoushigi, dan shinobue. Dan juga supaya dalam menjelaskan alat-alat musik tersebut agar menjadi lebih akurat, maka penulis juga menjelaskan jenis-jenis musik seperti geza, gidayu, nagauta, kiyomoto dan kato bushi sebagai musik yang diiringinya.

9 1.3. Tujuan Penelitian Penulisan ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk memperkenalkan seni teater kabuki, khususnya mengenai alat-alat musik pengiring pertunjukan kabuki. 2. Untuk mengangkat nilai-nilai tradisi dari musik pengiring pertunjukan kabuki. 3. Untuk memperkenalkan nilai-nilai seni dari alat musik pengiring pertunjukan kabuki kepada pembaca. 4. untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca mengenai alat-alat musik pengiring kabuki Metode Penelitian Penulisan makalah ini hanya memakai metode kepustakaan, yaitu metode untuk mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca buku atau refrensi yang berhubungan dengan alat musik kabuki di Jepang yang akan dibahas dalam kertas karya ini. Selanjutnya data dianalisa dan dirangkum kemudian dilanjutkan ke dalam bab-bab yang ada di dalam kertas karya ini.

10 BAB II PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS MUSIK PENGIRING PERTUNJUKAN KABUKI 2.1. Pengertian Musik Pengiring Pertunjukan Kabuki Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, musik adalah bunyi-bunyian, pengiring adalah hal atu sesuatu yang mengikuti atau mengiringi, sedangkan pertunjukan adalah sesuatu yang dipertunjukkan. Secara etimologi bahasa Jepang, ka yang berarti lagu atau nyanyian, bu yang berarti tarian dan ki yang berarti seni atau kemampuan, sehingga pengertian kabuki yaitu seni tari dan lagu. Dapat disimpulkan bahwa pengertian musik pengiring pertunjukan kabuki adalah bunyibunyian yang mengiringi pertunjukan seni tari dan lagu kabuki Jenis-Jenis Musik Pengiring Pertunjukan Kabuki Geza Geza dikenal sebagai musik latar belakang yang diputar kamar kuromisu kecil yang redup di balik tirai bambu hitam di samping belakang panggung. Oleh karena itu geza ongaku juga disebut sebagai Kuromisu-ongaku (musik tirai bamboo hitam) atau Misu-uchi-ongaku. Dari ruangan yang redup ini pemusik melihat keluar jerajak menuju panggung atau yang disebut dengan hanamichi dan memilih waktu yang tepat untuk musik mereka, suasana, dan efek suara untuk membuka layar. Selain daripada penyanyi, geza diiringi oleh alat musik gesek shamisen. Dawai-dawai shamisen disetel dengan tiga cara yaitu honchosi, niagari, dan sansari. Tidak ada titi nada yang ditetapkan tetapi interval-interval menyisakan persamaan yaitu dalam urutan menaik, kurang lebih B menaik di pertengahan C, E, B untuk honchosi; B, F. B tajam untuk niagari dan B, E, A untuk sansari.

11 Instrument pokok geza yang lain yaitu; nohkan, take-bue, kotsuzumi, o-tsuzumi, taiko, o- daiko, dan berbagai alat musik tabuh seperti gong, hyoushigi dan bel yang memiliki berbagai macam warnanada. Geza juga meliputi efek suara yang lebih nyata, misalnya pada adegan salju yang jatuh yang dibuat hampir tidak ada bunyi, tetapi dentaman o-daiko yang lambat memberi kesan redam pemandangan yang ditutupi salju. Bunyi ombak yang memukul diiringi oleh pukulan ombak yang disebut bunyi ombak (nami no oto). Banyak efek-efek musik yang demikian digunakan untuk meniru suara desiran angin, rintik hujan, atau air yang mengalir sehingga menambah suasana pertunjukan kabuki Gidayu Gidayu merupakan nyanyian dengan iringan shamisen. Bentuk dari cerita yang dinyanyikan dimulai oleh Takemoto Gidayu ( ) dan para pemain mempelajarinya semenjak usia dini untk mengembangkan suara-suara mereka. Di dalam bunraku, nyanyian menggunakan suara yang memiliki warnanadauntuk berbicara pada boneka-boneka. Nyanyiannya sangat dramatis dan jumlah penyanyi hampir sebanyak pemain sebagai pemusik. Namun di dalam Kabuki, peran ini terutama pada penyediaan tafsiran pemikiran karakter dan emosi untuk menggambarkan adegan di atas pentas. Shamisen yang digunakan lebih besar dari instrument baku dan warnanada yang dihasilkan lebih nyaring dan merdu. Panggilan-panggilan yang dibuat oleh pemain shamisen sangat penting dalam memberi isyarat-isyarat pemilihan waktu yang tepat bagi para aktor dan penyanyi. Shamisen dan nyanyian bisa disembunyikan di belakang sebuah tirai bamboo di atas lantai sebelah kanan yang menaik, tetapi pada umumnya mereka memperlihatkan degatari, di dalam sebuah platform yang berputar di bawah layar.

12 Nagauta Nyanyian panjang indah yang dinyanyikan lincah, sedih dan berirama disebut nagauta. Pada zaman Edo tahun nagauta terlaksana dengan baik dengan format paling tua dan musik yang murni yang berkembang bersamaan dengan teater. Nagauta didesain sebagai suatu gaya yang diperluas dari musik berirama, cocok untuk iringan tari-tarian panjang. Gaya ini juga menampilkan banyak tari-tarian kabuki yang paling terkenal dan tarian drama musisi yang diperlihatkan di atas debayashi. Sekitar delapan orang pemain shamisen berlutut di atas platform merah bagian tengah atas. Alat musik yang sering dipakai yaitu; taiko, o-tsuzumi, dua atau tiga ko-tsuzumi, shinobue, nohkan dan take-bue Tokiwazu, Kiyomoto, Kato Bushi Tokiwazu merupakan gaya musik Joruri yang digunakan dalam tari-tarin untuk memutar dan tidak pernah muncul dengan wayang. Gaya bernyanyi tokiwazu jauh lebih ringan dan lebih bersemangat daripada gidayu. Selain itu, teks yang diucapkan lebih mudah dan sangat logis. Hal itu membuat gaya Kabuki dari Joruri dekat dengan gaya liris utamono. Gaya Tokiwazu merupakan jenis musik tertua yang berasal dari Bungo Bushi. Beberapa gaya Bungo Bushi antara lain; tokiwazu tomimoto, kiyomoto dan shinnai. Tomimoto sudah hampir hilang dan shinnai hampir tidak pernah muncul dalam teater. Bungo Bushi berasal dari nama Miyako Bungo-no-Jo yang berpergian dari Kyoto ke Edo dan menjadi terkenal akan keindahan suara dan gaya berpakaiannya. Miyako muncul dalam Kabuki, dan sering memainkan adegan bunuh diri sehingga dilarang diputar oleh shogun. Akhirnya Bungo-no-Jo kembali ke Kyoto dan meninggal pada tahun Salah satu siswa siswa dari Bungo-no-Jo yang tetap tinggal di Edo mulai melakukannya dengan nama Tokiwazu-Mojitayu ( ). Periode pertama kebesaran Tokiwazu yaitu pada tahun 1750 ketika ia memainkan adegan dengan panjang dan penuh warna. Periode kedua kebesaran Tokiwazu dimulai pada awal abad ke-19 ketik ada seorang yang sangat tergila-gila

13 pada hengemono atau transformasi tarian. hal ini merupakan bagian tarian singkat dengan masing-masing karakter tertentu dan biasanya dilakukan oleh seorang aktor yand dapat dengan cepat membuat perubahan dari karakter ke karakter yang lain. Kiyomoto merupakan ekspresi musik pengiring untuk narasi nyanyian Jepang yang anggun. Gaya Kiyomoto dimulai oleh Kiyomoto Enjudayu ( ). Ciri khas gaya musik ini adalah suara vokal falsetto yang sangat tinggi. Pada umumnya Kiyomoto sering diperdengarkan sebagai iringan adegan cinta. Kato bushi merupakan suatu gaya amatir yang hanya terdengar dalam satu permainan, Sukeroku, yang tampil di awal pertunjukan dan untuk deha terkenal serta tarian pada hanamichi.

14 BAB III ALAT-ALAT MUSIK PRNGIRING PERTUNJUKAN KABUKI 3.1. Shamisen Shamisen merupakan salah satu alat musik tradisional Jepang yang mengiringi pertunjukan Kabuki. Shamisen adalah alat musik dawai yang memiliki tiga senar, dipetik dengan menggunakan bachi. Bentuknya segiempat dengan keempat sudut yang sedikit melengkung. Badan alat musik dawai ini terbuat dari kayu, bagian depan dan belakang dilapisi kulit hewan yang berfungsi memperkeras suara senar. Kulit pelapis shamisen yang bagus terbuat dari kulit perut kucing betina yang belum kawin, sedangkan shamisen kualitas biasa terbuat dari kulit punggung anjing. Pemusik duduk dengan posisi seiza, kedua belah kaki dilipat ke belakang dengan lutut dibuka lebar, dan seluruh berat badan bertumpu di bagian pantat. Panjang leher shamisen hampir sama dengan gitar tapi lehernya lebih langsing dan tanpa fret. Leher shamisen ada yang terdiri dari tiga bagian agar mudah dibawa-bawa, ada juga yang utuh dan tidak bisa dilepas-lepas yang disebut nobezao. Bahan baku senar adalah sutra, tetapi ada juga yang memakai nilon atau tetron. Berdasarkan ukuran leher, shamisen terdiri dari tiga jenis yaitu Hosozao (leher sempit), Nakazao (leher sedang), Futozao (leher besar). Shamisen terdiri dari beberapa jenis, antara lain; 1. Nagauta shamisen, berleher langsing, dipetik dengan bachi besar dari gading gajah, dan dipakai pada pertunjukan kabuki 2. Gidayū shamisen, berleher besar dan tebal, dan digunakan sebagai pengiring jōruri 3. Tokiwazu-bushi shamisen, lehernya tidak begitu besar. 4. Kiyomoto shamisen, lehernya tidak begitu besar.

15 5. Jiuta shamisen, berleher sedang, dipetik dengan bachi yang disebut Tsuyama bachi dari bahan gading gajah. Shamisen jenis ini sering disebut sankyoku, dimainkan bersama koto, kokyū, dan shakuhachi. 6. Shinnai shamisen, berleher sedang, dipetik dengan menggunakan kuku jari. 7. Yanagawa shamisen (Kyō-shamisen), berleher lebih langsing dari Hosozao, merupakan model shamisen yang paling tua 8. Tsugaru-jamisen, berleher lebar dan tebal, digunakan untuk lagu daerah yang disebut Tsugaru-minyō, dan dipetik menggunakan bachi yang berukuran kecil dan dibuat dari tempurung kura-kura. 9. Shanshin asal Kepulauan Ryūkyū, digunakan di prefektur Okinawa dan bagian paling ujung prefektur Kagoshima. Shanshin dibuat dari kulit ular sanca asal Indonesia, leher shamisen dipoles dengan urushi, serta dipetik tidak memakai bachi, melainkan dengan alat petik dari tanduk kerbau. 10. Gottan, asal Prefektur Kagoshima, dibuat seluruhnya dari kayu dan tidak memakai kulit hewan Taiko Taiko berasal dari kata tai dan ko yang berarti drum besar. Taiko merupakan alat musik tabuh yang ditabuh dengan alat pemukul yang disebut dengan bachi. Taiko terdiri dari berbagai jenis, ntara lain; 1. Nagado-daiko (taiko yang berbadan panjang) terdiri atas dua potong kulit sapi yang dibentangkan di atas sebuah kerangka kayu (biasanya diukir dari satu potnog kayu, kini sering dibuat dari sisa-sisa sebuah gentong kayu) dan diregangkan. Kepala dari tsukeshime-daiko (seringkali disingkat menjadi, shime-daiko atau shime saja) dibentangkan di atas cincin-cincin besi dan dijepit di sekitar badan yang lebih kecil. Tali tsukeshime-daiko ditarik hingga ketat sebelum digunakan setiap kalinya.

16 2. Okedo-daiko (taiko berbadan gentong, seringkali disingkat menjadi okedo atau oke ) dapat dipasang di atas sebuah dudukan dan dimainkan seperti taiko lainnya, tapi biasanya digantungkan melintang ke bahu sehingga si pemain drum dapat berjalan sambil memainkannya. 3. Uchiwa-daiko (taiko kipas), 4. Hira-daiko (taiko datar), adalah jenis drum yang luas daripada yang lama, "Hira" berarti rata. 5. Byou-daiko adalah nama besar untuk kategori drum yang diukir dari satu log. "Byou" yang berarti "rebana." 6. Chu-daiko berukuran sedang yang merupakan salah satu anggota Nagado-daiko. Diameter taiko ini mulai dari ukuran sekitar 1,6 shaku samapai 2,8 shaku (sekitar 19 "untuk 33,5" atau 48,5 cm hingga 85 cm). 7. Daibyoshi, memiliki dua drumheads. Drumheads ini dibuat dari kulit anak sapi untuk mendukung jahitan silang senar. Kotsuzumi yang bagus terbuat dari kayu cherry. 8. Gaku-daiko merupakanhira-daiko yang dihiasi. Awalnya digunakan dalam Gagaku Theater kuno, instrumen ini dimainkan secara vertikal sedangkan musisi duduk. 9. Ko-daiko adalah salah satu gendang kecil dari Nagado keluarga-daiko, dengan diameternya mulai dari satu shaku hingga satu setengah shaku atau sekitar 30 cm. 10. dan serangkaian instrumen tabuh lainnya dalam ansambel tradisional Jepang lainnya Hyoushigi Satu hal yang tidak boleh terlewatkan dalam pementasan drama klasik kabuki adalah hyoushigi. Seperti namanya yang dimulai dengan ki (pohon), hyoushigi terbuat dari batang pohon ek putih yang terbaik berasal dari Amakusa di Kyushu. Sepasang hyoushigi dibentuk dan diukir dengan cara yang sama.

17 Orang yang bertugas membentur hyoushigi disebut kyogen sakusha. Hyoushigi merupakan musik yang digunakan untuk menentukan kapan layar dibuka dan ditutup. Kyougen sakusha membenturkan hyoushigi sebanyak dua kali segera ketika para aktor tiba di panggung. Panggilan ini disebut chakutou (kedatangan) yang merupakan isyarat untuk para aktor agar memulai persiapan. Sepuluh menit kemudian, ia membenturkan hyoushugi dua kali lagi yang disebut nichou (dua rentak) untuk memberitahu para aktor apakah mereka perlu memakai rambut palsu dan mempersiapkan kedatangan mereka. Kemudian para aktor melakukan gerakan memutar di belakang panggung, yang disebut mawari. kemudian membentur hyoushigi sekali di masing-masing ruangan pengaturan, ruang penyangga dan ruang set sebelum meneruskan langkah menuju panggung. Sentuhan terakhir yang diberikan oleh kyougen sakusha adalah memberi dua rentak nyaring, chon-chon, disebut naoshi yang merupakan isyarat untuk memulai musik dan kemudian hentakan hyoushigi yang semakin cepat sebagai tanda bahwa tirai dibuka. 3.4 Shinobue Shinobue atau yang disebut juga takebue merupakansuling Jepang yangt menghasilkan suara bernada tinggi. Shinobue banyak diperdengarkan pada musik nagauta pada teater musik Kabuki.

18 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan 1. Kabuki merupakan seni teater klasik khas Jepang yang penuh seni. 2. Hampir di setiap adegan kabuki diiringi oleh musik yang berbeda, kadang dua atau tiga langkah memiliki musik yang berbeda. 3. Jenis-jenis musik pengiring pertunjukan kabuki ada bermacam-macam sesuai dengan fungsinya, antara lain; geza, gidayu, nagauta, kiyomoto, tokiwazu dan kato bushi yang mempunyai peran yang berbeda. 4. Bunyi alam seperti bunyi hujan, angin, bahkan air dan sebagainya dapat dihasilkan oleh alat musik kabuki. 5. Alat-alat musik kabuki dibuat dan dimainkan dengan cara sederhana dari bahan yang sederhana, seperti dari kayu dan bambu, namun suara yang dihasilkan sangat bagus Saran Melalui kertas karya ini penulis berharap agar pembaca dapat mengambil nilai-nilai budaya dan seni musik dalam pertunjukan kabuki. Selain itu, harapan penulis agar pembaca melihat kembali kebudayaan daerah masing-masing, sudah sejauh mana pembaca mencintai dan memeliharanya dengan baik.

19 DAFTAR PUSTAKA Cavaye, Ronald. Kabuki A Pocket Guide, Tokyo: Tuttle Publishing, 1998 Toshio, Kawatake. Kabuki, Japan: LTCB International Library Selection, 2003 Wahyuni, Sri. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Pustaka Phoenix,

20

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MUSIK TRADISIONAL DI JEPANG. Musik dikenal masyarakat Jepang pada abad ke-7. Masyarakat

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MUSIK TRADISIONAL DI JEPANG. Musik dikenal masyarakat Jepang pada abad ke-7. Masyarakat BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MUSIK TRADISIONAL DI JEPANG 2.1 Sejarah Shamisen Di Jepang Musik dikenal masyarakat Jepang pada abad ke-7. Masyarakat Jepang pada masa itu sangat antusias mempelajari musik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negaranegara lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG ALAT MUSIK SHAKUHACHI DI JEPANG. Musik dikenal masyarakat Jepang pada abad ke-7, dan pada masa itu sangat

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG ALAT MUSIK SHAKUHACHI DI JEPANG. Musik dikenal masyarakat Jepang pada abad ke-7, dan pada masa itu sangat BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG ALAT MUSIK SHAKUHACHI DI JEPANG 2.1 Sejarah Shakuhachi di Jepang Musik dikenal masyarakat Jepang pada abad ke-7, dan pada masa itu sangat antusias mempelajari musik dari benua

Lebih terperinci

ANALISIS NOVEL DAERAH SALJU YUKI GUNI NO SHOUSETSU NO BUNSEKI

ANALISIS NOVEL DAERAH SALJU YUKI GUNI NO SHOUSETSU NO BUNSEKI ANALISIS NOVEL DAERAH SALJU YUKI GUNI NO SHOUSETSU NO BUNSEKI KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H NOSTALLEY SRY HELEN NIM: 082203025 PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis

Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis 1. ALAT MUSIK RITMIS CONTOH ALAT MUSIK RITMIS Ada beberapa contoh alat musik ritmis tang sering digunakan untuk mengiringi sebuah lagu. 1. GENDANG Gendang atau kendang

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Teater mulai dikenal di Asia sejak tahun 350 Masehi. Pada periode ini, filosofi

Bab 1 PENDAHULUAN. Teater mulai dikenal di Asia sejak tahun 350 Masehi. Pada periode ini, filosofi Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teater mulai dikenal di Asia sejak tahun 350 Masehi. Pada periode ini, filosofi dan religius menjadi inti dari kebudayaan Asia. Hal ini menyebabkan tertanamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BIWA. pada masa itu sangat antusias mempelajari musik dari benua Asia. Musik

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BIWA. pada masa itu sangat antusias mempelajari musik dari benua Asia. Musik BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BIWA 2.1 Sejarah Biwa Musik dikenal masyarakat Jepang pada abad ke tujuh. Masyarakat Jepang pada masa itu sangat antusias mempelajari musik dari benua Asia. Musik tradisional

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan Kelas/Semester : 1/1 Tema : Diri Sendiri Standar Kompetensi : Seni Rupa 1. Mengapresiasi karya seni rupa.

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesusastraan adalah salah satu bagian dari ilmu dan juga salah satu kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya memiliki seni drama

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) : SMP Negeri 2 Gerokgak

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) : SMP Negeri 2 Gerokgak RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) Sekolah : SMP Negeri 2 Gerokgak Mata Pelajaran : Seni Budaya / Seni Rupa Kelas/Semester : IX / I Pertemuan ke : 1-2 Alokasi Waktu : 4 x 40 menit Satandar

Lebih terperinci

GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL

GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL 33 GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL VCD 1: VIDEO CD track 2 Ensambel dengan gong Nusantara; track 3 Ensambel dengan gong Mancanegara; track 13 Gamelan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang merupakan bagian dari wilayah Provinsi Bangka Belitung. Dari data Badan Pusat Statistik, secara geografis terletak antara 107 45 BT sampai 108 18 BT dan 02 30 LS sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA KALIMAT PENGANDAIAN BAHASA JEPANG DALAM NOVEL NORUWEI NO MORI ( DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK)

ANALISIS MAKNA KALIMAT PENGANDAIAN BAHASA JEPANG DALAM NOVEL NORUWEI NO MORI ( DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK) ANALISIS MAKNA KALIMAT PENGANDAIAN BAHASA JEPANG DALAM NOVEL NORUWEI NO MORI ( DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK) IMIRON KARA MIRU NORUWEI NO MORI NO SHOUSETSU NI OKERU JOUKENBUN NO IMI NO BUNSEKI SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BUDAYA ANTRI DI JEPANG (NIHON DE NO KYUU NO BUNKA) KERTAS KARYA. Dikerjakan

BUDAYA ANTRI DI JEPANG (NIHON DE NO KYUU NO BUNKA) KERTAS KARYA. Dikerjakan BUDAYA ANTRI DI JEPANG (NIHON DE NO KYUU NO BUNKA) KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H INDAH PERMATA SARI 142203002 PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

MUSIK ANSAMBEL. A. Pengertian dan Jenis Musik Ansambel. Musik ansambel adalah bermain musik secara. bersama-sama dengan menggunakan beberapa

MUSIK ANSAMBEL. A. Pengertian dan Jenis Musik Ansambel. Musik ansambel adalah bermain musik secara. bersama-sama dengan menggunakan beberapa Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan simbol tempo dalam lagu 2. Menjelaskan makna ansambel 3. Menghubungkan antara simbol nada dengan elemen musik 4. Menghubungkan simbol nada dengan tempo dalam lagu 5. Memainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan Musik adalah pengungkapan gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama (ritmik), dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik tradisional Jepang sudah ada sebelum abad ke-20. Bentuk tertua dari musik tradisional Jepang adalah shomyo atau nyanyian Buddha dan gagaku atau musik orkestra

Lebih terperinci

TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM KONTEKS PERTUNJUKAN MUSIK POPULAR DI INDONESIA : STUDI KASUS GROUP-GROUP BAND DI MEDAN

TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM KONTEKS PERTUNJUKAN MUSIK POPULAR DI INDONESIA : STUDI KASUS GROUP-GROUP BAND DI MEDAN TREND JAPANESE ROCK DAN VISUAL KEI DALAM KONTEKS PERTUNJUKAN MUSIK POPULAR DI INDONESIA : STUDI KASUS GROUP-GROUP BAND DI MEDAN SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H M A S R I N A P U R N A M A S A R I NIM:

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI JEPANG PASCA PERANG DUNIA II KERTAS KARYA. Dikerjakan ROY PUTRA F.L. TOBING NIM : PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG

PERKEMBANGAN EKONOMI JEPANG PASCA PERANG DUNIA II KERTAS KARYA. Dikerjakan ROY PUTRA F.L. TOBING NIM : PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG PERKEMBANGAN EKONOMI JEPANG PASCA PERANG DUNIA II KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H ROY PUTRA F.L. TOBING NIM : 082203024 PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel Yudiaryani PENDAHULUAN Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabuki merupakan teater asal Jepang yang terkenal dan mendunia, ceritanya didasarkan pada peristiwa sejarah, drama percintaan, konfilk moral, dan kisah kisah tragedi

Lebih terperinci

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) Mata Pelajaran : an Agama Islam Semester : 1 (Satu) Kelas : III (Tiga) Jumlah KD : 9 (Sembilan) Standar Al Qur an 1. Mengenal kalimat dalam Al Qur an 1.1 Membaca kalimat dalam Al Qur an 1.2 Menulis kalimat

Lebih terperinci

MINAMI KALIMANTAN NO BUKIT HULU BANYU ZOKU NO DENTOUTEKI NA FUKU

MINAMI KALIMANTAN NO BUKIT HULU BANYU ZOKU NO DENTOUTEKI NA FUKU MINAMI KALIMANTAN NO BUKIT HULU BANYU ZOKU NO DENTOUTEKI NA FUKU KERTAS KARYA DIKERJAKAN O L E H RAWINDA AFRISNA NIM. 072203006 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA

Lebih terperinci

GAYA BUSANA HARAJAKU DI JEPANG

GAYA BUSANA HARAJAKU DI JEPANG GAYA BUSANA HARAJAKU DI JEPANG KERTAS KARYA DIKERJAKAN O L E H Nama : Elisa Simanjuntak NIM : 112203022 DEPARTEMEN D-III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 i GAYA

Lebih terperinci

SOBA KERTAS KARYA. Dikerjakan WAHYU HIDAYAT NIM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA

SOBA KERTAS KARYA. Dikerjakan WAHYU HIDAYAT NIM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA SOBA KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H WAHYU HIDAYAT NIM 072203036 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN 2010 SOBA KERTAS

Lebih terperinci

STRUKTUR KELUARGA MASYARAKAT AGRARIS KE INDUSTRI DI JEPANG

STRUKTUR KELUARGA MASYARAKAT AGRARIS KE INDUSTRI DI JEPANG STRUKTUR KELUARGA MASYARAKAT AGRARIS KE INDUSTRI DI JEPANG D I S U S U N OLEH : AZWIN EFENDI NIM : 082203056 PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 STRUKTUR

Lebih terperinci

ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL JEPANG BERDASARKAN GAYA DAN DESAIN TATA RUANG (REIAUTO NO SEKKEI TO SHIKI NI MOTODZUITE KENCHIKU NO WASHIKI IE)

ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL JEPANG BERDASARKAN GAYA DAN DESAIN TATA RUANG (REIAUTO NO SEKKEI TO SHIKI NI MOTODZUITE KENCHIKU NO WASHIKI IE) ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL JEPANG BERDASARKAN GAYA DAN DESAIN TATA RUANG (REIAUTO NO SEKKEI TO SHIKI NI MOTODZUITE KENCHIKU NO WASHIKI IE) KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H AUDRIN MANURUNG NIM : 122203006

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Musik keroncong adalah musik asli yang biasa menjadi salah satu aset

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Musik keroncong adalah musik asli yang biasa menjadi salah satu aset 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Perkembangan Musik Keroncong Musik keroncong adalah musik asli yang biasa menjadi salah satu aset kekayaan budaya bangsa, akan tetapi kita pun tidak bisa dengan asal-asalan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI DALAM KABUKI DI JEPANG Oleh: Dr. Sri Sudarsih, M. Hum ABSTRACT INTISARI

NILAI-NILAI DALAM KABUKI DI JEPANG Oleh: Dr. Sri Sudarsih, M. Hum ABSTRACT INTISARI NILAI-NILAI DALAM KABUKI DI JEPANG Oleh: Dr. Sri Sudarsih, M. Hum ABSTRACT Kabuki is a part of culture the Japanese. Kabuki to progress changed and remain in existence in an age of modernization. Kabuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai rasa gembira dan bersenang-senang, namun dalam pengertian lain seni

BAB I PENDAHULUAN. mencapai rasa gembira dan bersenang-senang, namun dalam pengertian lain seni BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni merupakan salah satu hasil budaya dan aktifitas manusia yang sejajar dengan cabang ilmu lainya. Hal tersebut dikarenakan adanya kesadaran manusia terhadap peranan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan rahmatnya kita bisa membuat makalah ini dengan tepat waktu. Semoga makalah ini bermanfaat

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran : SMP : VIII (Delapan) / 1 (Satu) : SENI BUDAYA Standar : SENI RUPA 1. Mengapresiasi karya seni rupa Kegiatan 1.1 Mengidentifikasi jenis karya

Lebih terperinci

Kegemaran 15. Bab 2. Kegemaran

Kegemaran 15. Bab 2. Kegemaran Kegemaran 15 Bab 2 Kegemaran Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat kipas dari kain sisa berdasarkan penjelasan guru; 2) menanggapi cerita pengalaman dengan kalimat

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS I SEMESTER 2

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS I SEMESTER 2 PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS I SEMESTER 2 1 Standar Kompetensi : 7. Mengapresiasi karya seni rupa PROGRAM SEMESTER SENI RUPA Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik manusia sebagai individu, manusia sebagai kelompok masyarakat. Kondisi ekonomi, sosial dan adat istiadat,

Lebih terperinci

KOLABORASI MUSIK TRADISIONAL SHAMISEN DENGAN MUSIK MODEREN DI JEPANG

KOLABORASI MUSIK TRADISIONAL SHAMISEN DENGAN MUSIK MODEREN DI JEPANG KOLABORASI MUSIK TRADISIONAL SHAMISEN DENGAN MUSIK MODEREN DI JEPANG Kifli Ramadani¹, Irma², Dewi Kania Izmayanti 2 ¹ Mahasiswa Prodi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta E-mail:

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

ETIKA DAN SOPAN SANTUN DALAM KEGIATAN BISNIS JEPANG NIHON NO BIJINESU NO KATSUDOU NO REIGI TO GYOUGI

ETIKA DAN SOPAN SANTUN DALAM KEGIATAN BISNIS JEPANG NIHON NO BIJINESU NO KATSUDOU NO REIGI TO GYOUGI ETIKA DAN SOPAN SANTUN DALAM KEGIATAN BISNIS JEPANG NIHON NO BIJINESU NO KATSUDOU NO REIGI TO GYOUGI KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H DEBBY ZELVIA NIM: 082203017 PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG D-III FAKULTAS

Lebih terperinci

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING Oleh: Neni Puji Nur Rahmawati 1 Sebelum membahas tentang tari Giring-Giring, berikut deskrispsi dari tarian tersebut: Daerah asal : Dusun Paju Ampat, Kec. Dusun Timur,

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM. Penyusun: Tim

MODUL PRAKTIKUM. Penyusun: Tim MODUL PRAKTIKUM Penyusun: Tim PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015 BUKU PANDUAN PANDUAN PRAKTIKUM PENDIDIKAN SENI MUSIK

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½ AKORD BAHAN USBN M = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = 1 4 5 = 2 ½ - 1 Sus 2 = 1 2 5 = 1 2 ½ MUSIK KONTEMPORER Ciri-Ciri Seni Kontemporer secara umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera Utara Indonesia, yang memiliki berbagai ragam kebudayaan yang unik. Setiap etnis di sumatera Utara

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF KATA KETERANGAN BAHASA INDONESIA DAN FUKUSHI BAHASA JEPANG DITINJAU DARI SINTAKSIS

ANALISIS KONTRASTIF KATA KETERANGAN BAHASA INDONESIA DAN FUKUSHI BAHASA JEPANG DITINJAU DARI SINTAKSIS ANALISIS KONTRASTIF KATA KETERANGAN BAHASA INDONESIA DAN FUKUSHI BAHASA JEPANG DITINJAU DARI SINTAKSIS TOUGORON KARA MIRU NIHON GO NO FUKUSHI TO INDONESIA GO NO KATA KETERANGAN TO NO HIKAKU SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat, berbatasan dengan Sabah serta Serawak Malaysia di sebelah utara, di sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran Standar : SMP : VII (Tujuh) / 1 (Satu) : SENI BUDAYA : SENI RUPA 1. Mengapresiasi Karya Seni Rupa 1.1. Mengindentifikasi jenis karya seni rupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dari ribuan pulau ini, setiap masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dari ribuan pulau ini, setiap masyarakat yang BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah Negara multikultural dengan berbagai ribuan pulau yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dari ribuan pulau ini, setiap masyarakat yang menempatinya

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat dalam Jidai matsuri, berdasarkan empat unsur penting dalam matsuri yang sesuai dengan konsep Shinto. Empat

Lebih terperinci

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006 (SK) dan (KD) Mata Pelajaran Sumber: KTSP 2006 52. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG MEDAN 2008

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG MEDAN 2008 ANALISIS PEMIKIRAN LIAN HEARN TENTANG SAMURAI DALAM NOVEL ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR NO SHOSETSU NI OKERU SAMURAI NI TSUITE NO LIAN HEARN NO KANGAEKATA NO BUNSEKI SKRIPSI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR DALAM PROGRAM STUDI PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERHOTELAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR DALAM PROGRAM STUDI PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERHOTELAN KUALITAS PELAYANAN HOUSE KEEPING DEPARTEMENT DALAM MENINGKATKAN TINGKAT HUNIAN KAMAR DI HOTEL SEMARAK MEDAN KERTAS KARYA DIKERJAKAN O L E H HERIYANSYAH POHAN NIM : 072204014 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

KAJIAN ORGANOLOGIS TULILA BUATAN BAPAK J BADU PURBA SIBORO DI DESA LESTARI INDAH KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI SARJANA

KAJIAN ORGANOLOGIS TULILA BUATAN BAPAK J BADU PURBA SIBORO DI DESA LESTARI INDAH KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI SARJANA KAJIAN ORGANOLOGIS TULILA BUATAN BAPAK J BADU PURBA SIBORO DI DESA LESTARI INDAH KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI SARJANA O L E H NAMA: FITRI SUCI HATI SARAGIH NIM: 090707009 FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

Nama : Beni Kusuma Atmaja NIM : Kelas : 02 Topik : Ruang Konser

Nama : Beni Kusuma Atmaja NIM : Kelas : 02 Topik : Ruang Konser Nama : Beni Kusuma Atmaja NIM : 13307080 Kelas : 02 Topik : Ruang Konser Gedung Konser adalah bangunan yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan konser musik. Gedung konser adalah hasil inovasi arsitektur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ALAT MUSIK DAN TARIAN

BAB IV ANALISIS ALAT MUSIK DAN TARIAN BAB IV ANALISIS ALAT MUSIK DAN TARIAN A. ALAT MUSIK A.1 SASANDU Sasandu adalah alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik dari Rote ini berbentuk tabung panjang yang terbuat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabuki adalah salah satu seni pertunjukan teater Klasik jepang. Kabuki juga

BAB I PENDAHULUAN. Kabuki adalah salah satu seni pertunjukan teater Klasik jepang. Kabuki juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabuki adalah salah satu seni pertunjukan teater Klasik jepang. Kabuki juga dapat dikatakan salah satu dari empat jenis drama tradisional Jepang, yaitu Noh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memainkan musik memerlukan media atau alat penghasil bunyi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memainkan musik memerlukan media atau alat penghasil bunyi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memainkan musik memerlukan media atau alat penghasil bunyi. Diawali dari berbagai macam proses dan melalui beragam bentuk yang manusia ciptakan dalam

Lebih terperinci

PROGRAM EVALUASI. Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Semester : Ganjil Kelas : I (Satu) Tahun Pelajaran : 2011/2012

PROGRAM EVALUASI. Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Semester : Ganjil Kelas : I (Satu) Tahun Pelajaran : 2011/2012 PROGRAM EVALUASI Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Semester : Ganjil Kelas : I (Satu) Tahun Pelajaran : 2011/2012 No. Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Hidup rukun 1. a. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang Indonesia yang tertarik akan kebudayaan Jepang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang Indonesia yang tertarik akan kebudayaan Jepang. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Banyak orang Indonesia yang tertarik akan kebudayaan Jepang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya acara-acara yang bertemakan Jepang di Indonesia (http://japanesia.org/).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pergelaran Ramayana dengan tema futuristic merupakan sebuah pertunjukan tradisional yang diubah kedalam tema yang lebih modern. Setelah menyusun Laporan Proyek

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan 1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu

Lebih terperinci

Subtema 2 : Kegiatan Ekstrakurikulerku

Subtema 2 : Kegiatan Ekstrakurikulerku Ayo menerapkan sikap bersatu! Dayu menceritakan hasil pengamatan tentang perilaku ayam. Dayu melihat sikap yang pantas ditiru dari kehidupan ayam. Induk jantan melindungi induk betina dan anaknya yang

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF TARI PERSEMBAHAN YANG DIBAKUKANDAN MUSIK PENGIRING OLEH SANGGAR SINGGASANA SIAK DALAM

STUDI DESKRIPTIF TARI PERSEMBAHAN YANG DIBAKUKANDAN MUSIK PENGIRING OLEH SANGGAR SINGGASANA SIAK DALAM STUDI DESKRIPTIF TARI PERSEMBAHAN YANG DIBAKUKANDAN MUSIK PENGIRING OLEH SANGGAR SINGGASANA SIAK DALAM KONTEKS BUDAYA MELAYU RIAU DIKERJAKAN O L E H NAMA:PRINSA AGNEST NAINGGOLAN NIM:110707058 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TARI SERAMPANG DUA BELAS WARISAN ASLI BUDAYA MELAYU SEBAGAI SALAH SATU ATRAKSI WISATA DI SUMATERA UTARA

TARI SERAMPANG DUA BELAS WARISAN ASLI BUDAYA MELAYU SEBAGAI SALAH SATU ATRAKSI WISATA DI SUMATERA UTARA TARI SERAMPANG DUA BELAS WARISAN ASLI BUDAYA MELAYU SEBAGAI SALAH SATU ATRAKSI WISATA DI SUMATERA UTARA KERTAS KARYA DIKERJAKAN O L E H WINNY DWI ASTARI SANTOSA NIM : 072204046 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

Kumpulan alat alat musik tradisional Indonesia. Di susun oleh kelompok 5 :

Kumpulan alat alat musik tradisional Indonesia. Di susun oleh kelompok 5 : Kumpulan alat alat musik tradisional Indonesia Di susun oleh kelompok 5 : 1. Adji pangestu (ketua) 2. Septi (wakil) 3. Aditya risky indrayanto (anggota) 4. Nanda (anggota) 5. Okta (anggota) 6. Sasa (anggota)

Lebih terperinci

TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH

TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH Beragam kegiatan lempar beban telah ada lebih dari 2000 tahun lalu di Kepulauan Britania. Pada awalnya, kegiatan ini diselenggarakan dengan menggunakan bola batu.

Lebih terperinci

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 www.juraganles.com I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang paling benar! 1. Bacalah penggalan pidato berikut! Hadirin yang

Lebih terperinci

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Wujud merupakan salah satu aspek yang paling mendasar, yang terkandung pada semua benda atau peristiwa

Lebih terperinci

NILAI NILAI RELIGIUS SYAIR HAJI TERJEMAHAN

NILAI NILAI RELIGIUS SYAIR HAJI TERJEMAHAN NILAI NILAI RELIGIUS SYAIR HAJI TERJEMAHAN MUHAMMAD FANANI SKRIPSI SARJANA Dikerjakan O L E H Nama : Lucy Diana Tari NIM : 040702004 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional daerah dengan kekhasannya masing-masing senantiasa mengungkapkan alam pikiran dan kehidupan kultural daerah yang bersangkutan. Adanya berbagai

Lebih terperinci

Tari Piring Salah Satu Seni Budaya Khas Minangkabau

Tari Piring Salah Satu Seni Budaya Khas Minangkabau Tari Piring Salah Satu Seni Budaya Khas Minangkabau Indonesia memiliki beragam tradisi dan budaya, dimana setiap propinsi dan suku yang ada di Nusantara, memiliki tradisi dan budaya masing-masing, baik

Lebih terperinci

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK 48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

Gamelan, Orkestra a la Jawa

Gamelan, Orkestra a la Jawa Gamelan, Orkestra a la Jawa Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah masuknya budaya barat yang ikut mempengaruhi perubahan serta perkembangan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN GAIRAIGO DALAM TEXT BACAAN BUKU INTERMEDIATE JAPANESE

PEMAKAIAN GAIRAIGO DALAM TEXT BACAAN BUKU INTERMEDIATE JAPANESE PEMAKAIAN GAIRAIGO DALAM TEXT BACAAN BUKU INTERMEDIATE JAPANESE INTERMEDIATE JAPANESE HON NO TEKISUTO NI OKERU GAIRAIGO NO SHIYOU SKRIPSI Skripsi ini diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas

Lebih terperinci

30. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SD/MI

30. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SD/MI 30. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SD/MI KELAS: I Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual adalah Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial adalah

Lebih terperinci

Gambar bagian-bagian gitar

Gambar bagian-bagian gitar Modul 5 Kegiatan Belajar 3 BERMUSIK Adapun macam-macam instrumen musik yang dipelajari di Sekolah Dasar antara lain: 1. Instrumen gitar Gitar termasuk alat musik chordophone (dimainkan dengan cara diperik/pluck).

Lebih terperinci

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXI di Depan Banjar Kayumas Denpasar Tahun 2009 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga

Lebih terperinci

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXII Di Depan Gedung Jaya Sabha Denpasar 12 Juni 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn.

Lebih terperinci

NIKEESHON. Dikerjakan UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara

NIKEESHON. Dikerjakan UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara SISTEM KOMUNIKASI BISNISS JEPANG NIHONN NO BIJINESU KOMYUN NIKEESHON KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H NANCY MEILANI NIM : 082203012 PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSI ITAS SUMATERA

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN AIKIDO DI JEPANG DAN SILEK DI MINANGKABAU SEBAGAI SENI BELADIRI TRADISIONAL

ANALISIS PERBANDINGAN AIKIDO DI JEPANG DAN SILEK DI MINANGKABAU SEBAGAI SENI BELADIRI TRADISIONAL ANALISIS PERBANDINGAN AIKIDO DI JEPANG DAN SILEK DI MINANGKABAU SEBAGAI SENI BELADIRI TRADISIONAL NIHON NO AIKIDO TO MINANGKABAU NO SILEK NO HIKAKU NO BUNSEKI SKRIPSI Skripsi ini Diajukan Kepada Panitia

Lebih terperinci

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA 1 TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA DALAM RANGKA PERESMIAN GEDUNG OLAH RAGA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PADA TANGGAL 22 JANUARI 2008 Disusun oleh: Titik Putraningsih JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang 55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

4. Sampul (Cover) Cerita Bergambar PASOSORÉ

4. Sampul (Cover) Cerita Bergambar PASOSORÉ 83 4. Sampul (Cover) Cerita Bergambar PASOSORÉ a. Sampul (Cover) Depan Gambar 3.30 Sampul Depan Buku Cerita Bergambar PASOSORÉ Sampul cerita bergambar berjudul PASOSORÉ dengan subjudul Kaulinan Barudak

Lebih terperinci

DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN

DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN SKIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : TUMPAK JOSEPIN SINAGA NIM :

Lebih terperinci

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 BAHASA TUBUH WANITA DALAM IKLAN SABUN LUX PADA MAJALAH FEMINA DAN KARTINI SKRIPSI Oleh RIKA DAHNIAR NIM 040701001 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 BAHASA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Seni Pertunjukan dalam Tradisi Masyarakat Seni pertunjukan yang terdapat dalam tradisi masyarakat, umumnya masih banyak ditemui ritual-ritual yang berkenaan dengan sebuah prosesi

Lebih terperinci

BENTUK LAGU PADA KARYA MUSIK SESEBULAN

BENTUK LAGU PADA KARYA MUSIK SESEBULAN BENTUK LAGU PADA KARYA MUSIK SESEBULAN Oleh : Didik Santoso Dosen Pembimbing : M. Sarjoko. S.Sn, M.Pd. Abstrak Sesebulan adalah akronim bahasa jawa yang berarti nyebul. Nyebul yang berarti meniup. Meniup

Lebih terperinci