BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sikap 1. Definisi Sikap Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (Widayatun, 1999). Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Beberapa batasan tentang sikap yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) antara lain, menurut Campbell (1950) mengemukakan batasan tentang sikap yaitu tingkah laku sosial seseorang merupakan sebuah syndrom atau gejala dari konsistensi reseptor dengan nilai objek sosialnya. Dari batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi dari sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan suatu predisposisi tindakan suatu

2 perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003). Diagram di bawah ini dapat menjelaskan tentang proses terbentuknya sikap dan reaksi. Ransangan Stimulus Proses Ransangan Reaksi tingkah laku (terbuka) Sikap (tertutup) ( Notoatmodjo, 2003 ) Gambar 2.1 proses terbentuknya sikap dan reaksi 2. Komponen pokok Sikap Menurut Alport (1954) yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) ada tiga komponen pokok sikap yaitu : a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3 c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Kecenderungan untuk bertindak laki-laki dan perempuan berbeda. Hal ini dikarenakan, perempuan lebih banyak menggunakan intuisinya dalam bertindak dibanding laki-laki. Perempuan lebih banyak memilih dalam setiap tindakannya dan selalu memikirkan faktor resiko dari perbuatannya sehingga kecenderungan untuk bertindakpun tidak seagresif kaum lelaki. Laki-laki lebih banyak menggunakan emosionalnya dibanding intuisinya tanpa memikirkan resiko dari tindakannya, sehingga kaum lelaki paling sering terkena resiko tindakannya dibanding perempuan (Smartpsikologi, 2007). Tiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. 3. Pembentukan Sikap Menurut Azwar (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain : a. Pengalaman pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psokologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

4 b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Keinginan ini antara lain dimotifasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Di antara orang yang biasanya dianggap penting oleh individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri, suami, dll. c. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah karena kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. d. Media massa Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam individu sehingga kedua lembaga ini merupakan suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap.

5 f. Pengaruh faktor emosional Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Peran gender sangat mempengaruhi keadaan emosional, perempuan menekankan pada tanggung Jawab sosial dalam emosinya. Perempuan lebih merasa bertanggung Jawab terhadap emosi orang lain. Mereka sangat memperhatikan keadaan emosi orang lain sehingga lebih mampu untuk memahami perubahan emosional. Oleh sebab itu kaum perempuan biasanya jauh lebih memiliki empati terhadap penderitaan orang lain ketimbang laki-laki. Masyarakat memiliki stereotip bahwa laki-laki kurang mampu menghayati perasaan emosionalnya. Adapun perempuan sangat menghayati emosinya. Laki-laki mudah menyembunyikan emosi yang dialaminya, sedangkan perempuan sulit menyembunyikannya. Oleh sebab itu maka perempuan cenderung dilihat lebih emosional ketimbang laki-laki. Masyarakat cenderung menganggap bahwa perempuan lebih mudah merasakan takut, cemas dan sedih daripada laki-laki. Sedangkan laki-laki dianggap lebih mudah untuk marah (Smartpsikologi, 2007). 4. Berbagai tingkatan Sikap Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebagai berikut : a. Menerima (receiving) Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

6 mempertahankan stimulus yang diberikan (objek) b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut. c. Menghargai (valuing) Indikasi sikap ketiga adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung jawab (responsible) Sikap yang paling tinggi adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Sedangkan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden. Dan biasanya jawaban berada dalam rentang antara sangat setuju sampai sangat tidak setuju. 5. Praktek atau Tindakan Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

7 pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain. Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan, yaitu : a. Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. b. Respon terpimpin (guided response), yaitu indikator praktek tingkat dua adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan contoh. c. Mekanisme (mecanism), yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. d. Adopsi (adoption), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. B. Seksual Pranikah 1. Definisi Seksual Pranikah Seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu.

8 Sedangkan perilaku seksual merupakan perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri, (Kompas, 2003) 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Seksual Pranikah Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya aktivitas seksual pranikah. (Ma shum, Yahya & Widyandana, 2004), diantaranya: a. Faktor internal Yang dimaksud dengan faktor internal, yaitu hal-hal yang datang dari dalam diri kita. Contohnya pertambahan usia yang mengarah pada perubahan yang terjadi ketika mulai aktifnya hormon dalam tubuh kita. Hormon seks inilah yang menimbulkan ciri seksual sekunder dan menimbulkan dorongan seksual dalam diri kita. Hormon seks tersebut dapat sangat besar pengaruhnya dan menimbulkan dorongan seksual karena hormon seksual itu baru saja aktif berfungsi secara optimal. Namun, pada sisi lain kadar hormon ini sering kali belum stabil. Karena itu, dorongan seksual ini sebenarnya tumbuh secara alami. Dari peristiwa inilah lalu mulai timbul perilaku seksual, yaitu tindakan/ perbuatan yang dilakukan yang didasari dengan dorongan seksual, antara lain untuk memuaskan hasrat seksual. Salah satu perilaku tersebut yaitu berhubungan seks sebelum menikah.

9 b. Faktor eksternal Yang dimaksud dengan faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar diri kita. Pengetahuan yang setengah-setengah tentang seksual dan penyakit menular lebih buruk dibanding tidak tahu sama sekali serta usia yang masih tergolongkan remaja menimbulkan banyak keingintahuan yang besar serta ingin mencoba-coba. Misalnya, karena pengaruh berbagai informasi yang salah dan bahkan dapat menyesatkan berkenaan dengan kesehatan reproduksi dan seksual. Biasanya informasi itu diperoleh dari teman yang tidak memiliki pemahaman yang benar tenang kesehatan reproduksi dan seksual. Juga bisa diperoleh dari berbagai media seperti VCD ataupun buku-buku yang dikategorikan porno, termasuk berbagai tayangan acara di TV yang semakin vulgar saja belakangan ini. Contoh lain dari faktor luar adalah adanya kesempatan yang dapat mendorong untuk melakukan hubungan seksual. 3. Bentuk Perilaku Seksual Pranikah Bentuk perilaku seksual bermacam-macam mulai dari bergandengan tangan, berpelukan, bercumbu, petting (bercumbu berat) sampai berhubungan seksual. Di bawah ini ada beberapa perilaku seksual yang sering dilakukan, diantaranya yaitu : a. Masturbasi Masturbasi adalah menyentuh, menggosok dan meraba bagian tubuh sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk

10 mendapat kepuasan seksual (orgasme), baik tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat. Biasanya masturbasi dilakukan pada bagian tubuh yang sensitif, namun tidak sama pada masing-masing orang, misalnya: puting payudara, paha bagian dalam, alat kelamin (bagi wanita terletak pada klitoris dan sekitar vagina; sedangkan bagi laki-laki terletak pada sekitar kepala dan leher penis). Misalnya lakilaki melakukan marturbasi dengan meraba penisnya, remaja perempuan dengan menyentuh klitorisnya hingga dapat menimbulkan perasaan yang sangat menyenangkan atau bisa timbul ejakulasi pada remaja laki-laki. Secara medis masturbasi tidak akan mengganggu kesehatan. Orang yang melakukannya tidak akan mengalami kerusakan pada otak atau bagian tubuh lainnya. Masturbasi juga tidak menimbulkan resiko fisik seperti mandul impotensi, dan cacat asal dilakukan secara aman, steril dan tidak menyebabkan luka dan infeksi. Resiko fisik biasanya berupa kelelahan. Pengaruh masturbasi biasanya bersifat psikologis seperti rasa bersalah, berdosa, dan rendah diri karena melakukan hal-hal yang tidak disetujui oleh agama dan nilai-nilai budaya sehingga jika sering dilakukan akan menyebabkan terganggunya konsentrasi pada remaja tertentu. b. Onani Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi. Namun ada yang berpendapat bahwa onani hanya diperuntukkan bagi laki-laki,

11 sedangkan istilah masturbasi dapat berlaku bagi perempuan maupun laki-laki. Istilah onani diambil dari seorang bernama onan yang sejak kecil sering merasa kesepian. Untuk mengatasi rasa kesepiannya ia mencari hiburannya dengan membayangkan hal-hal erotis sambil mengeksplorasikan bagian-bagian tubuhnya yang sensitif sehingga mendatangkan suatu kenikmatan. Nama onan ini berkembang menjadi onani, istilah onani lainnya yang dipakai dengan arti sama yaitu swalayan, ngocok, automanipulatif, dsb. c. Petting Petting adalah melakukan hubungan seksual dengan atau tanpa pakaian tetapi tanpa melakukan penetrasi penis kedalam vagina. Jadi sebatas digesekkan saja ke alat kelamin perempuan. ada pula yang mengatakan petting sebagai bercumbu berat. Biasanya dilakukan sebagai pemanasan sebelum melakukan hubungan seks. Walaupun tanpa melepaskan pakaian, petting tetap dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan karena sperma tetap bisa masuk kedalam rahim, karena ketika teransang perempuan akan mengeluarkan cairan yang mempermudah masuknya sperma ke dalam rahim, sedangkan sperma itu sendiri memiliki kekuatan untuk berenang masuk kedalam rahim jika tertumpah kedalam celana yang dikenakan perempuan, apalagi jika langsung mengenai bibir kemaluan.

12 d. Hubungan seksual Hubungan seksual yaitu masuknya penis kedalam vagina. Bila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan mani yang didalamnya terdapat jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan (Situs kespro, 2004). 4. Resiko dan Gangguan seksual dari seksual pranikah a. Resiko atau akibat dari seksual pranikah antara lain : 1) Kehamilan 2) Aborsi 3) Lahir prematur 4) Infeksi alat genital/ Penyakit Menular Seksual (Guttmather, Alan, 1998) b. Gangguan seksual dari seksual pranikah Berikut beberapa gangguan seksual yang dapat dialami oleh remaja laki-laki dan remaja perempuan akibat perilaku seksual pranikah : 1). Pada remaja putra dapat terjadi : Impotensi : jika itu terjadi sebagai akibat dari faktor psikologis, maka ganguan itu muncul karena perasaan khawatir yang berlebihlebihan, takut kalau ceweknya hamil dan lain-lain. 2). Pada remaja putri dapat terjadi gangguan : Frigiditas : kelainan yang mengakibatkan perempuan kurang atau tidak mempunyai gairah seksual. Ini bisa terjadi bila hubungan

13 psikologis seperti cewek tidak suka dengan pasangan seksualnya, perasaan malu, takut, atau perasaan bersalah, disamping itu juga bisa karena faktor organik. Anorgasmus : tidak tercapainya orgasme ketika berhubungan seks. Ini bisa terjadi misalnya cewek mengalami frigiditas, atau juga karena gangguan dan tekanan psikologis akibat hubungan seks sebelum menikah. Vaginismus : kejang dari sepertiga bagian bawah otot vagina. Ini bisa terjadi karena cewek memiliki pengalaman buruk pada hubungan seks sebelum menikah. Disparenia : perasaan sakit yang timbul pada saat melakukan hubungan seksual, (Ma shum, Yahya & Widyandana, 2004). C. Pengetahuan 1. Definisi pengetahuan Notoatmodjo (2003), mengatakan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan suatu bentuk dari manusia yang diperolehnya dari pengalaman,

14 perasaan, akal pikiran, dan intuisinya setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang (over behavior). 2. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu : a. Tahu (know) Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan gejala penyakit menular seksual. b. Memahami (comprehension) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi yang harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang

15 dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan etiologi penyakit menular seksual. c. Aplikasi (application) Diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau susunan objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (syntesis) Adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhdap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

16 didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada. 3. Cara memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) ada dua cara memperoleh pengetahuan, yaitu : a. Cara tradisional atau non ilmiah, meliputi : 1) Cara coba salah (trial and error) Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan. Apabila seseorang menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. 2) Cara kekuasaan atau otorita Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otorita atau kekuasaan; baik tradisi, otorita pemerintah, otorita pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan,. Pengetahuan tersebut diterima tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun berdasarkan penalaran sendiri. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Hal ini dilakukan denga cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

17 4) Melalui jalan pikiran Dalam memperoleh kebenaran pengatahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. b. Cara modern untuk memperoleh pengetahuan Mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan, kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum. 4. Dasar-dasar Pengetahuan a. Pengalaman Pengalaman adalah keseluruhan peristiwa perjumpaan dan apa yang telah terjadi pada manusia dan interaksinya dengan alam, diri sendiri, lingkungan sosial dan dengan seluruh kenyataan, termasuk Yang Maha Esa. Pengalam terdiri dari dua jenis, yaitu pengalaman primer dan pengalaman sekunder. Pengalaman primer merupakan pengalaman langsung akan persentuhan indrawi dengan benda kongkrit diluar manusia dan peristiwa yang dirasakan sendiri, sedangkan pengalaman sekunder adalah pengalaman tidak langsung atau pengalaman reflektif mengenai pengalaman primer. b. Ingatan Dalam kedudukannya sebagai dasar pengetahuan baik pengalaman maupun ingatan saling berkaitan. Tanpa ingatan pengalaman tidak dapat berkembang menjadi pengetahuan, sementara ingatan

18 mengandalkan pengalaman sebagai sumber dan dasar rujukannya. Agar ingatan dapat menjadi sumber yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya bagi pengetahuan, ada dua syarat yang perlu dikenali, yaitu: memiliki kesaksian bahwa peristiwa itu pernah dialami atau disaksikan dimasa lalu dan ingatan tersebut bersifat konsisten dan dapat berhasil menjadi dasar pemecahan persoalan atau masalah. c. Kesaksian Kesaksian adalah penegasan sesuatu yang benar oleh seorang saksi kejadian atau peristiwa, diajukan kepada orang lain untuk dipercaya. d. Minat dan rasa ingin tahu Hal lain yang mendasari adanya pengetahuan adalah minat dan rasa ingin tahu. Minat mengarahkan perhatian terhadap hal-hal yang dialami dan dianggap penting untuk diperhatikan. Orang akan meminati apa yang ia pandang bernilai. Sedangkan rasa ingin tahu mendorong orang untuk bertanya dan melakukan penyelidikan atas apa yang dialami dan menarik nilainya. Rasa ingin tahu erat kaitannya dengan pengalaman kekaguman atau keheranan apa yang dialami. e. Pikiran dan penalaran Agar dapat memahami dan menjelaskan apa yang dialami, menusia perlu melakukan kegiatan berpikir yang mengandalkan pikiran. Kegiatan pokok pikiran dalam mencari pengetahuan adalah penalaran. Penalaran merupakan proses pemikiran untuk menarik kesimpulan dari

19 hal-hal yang sebelumnya telah diketahui. Berkat kemampuannya menalar manusia dapat mengembangkan pengetahuannya. f. Logika Logika adalah bidang pengetahuan yang menpelajari segenap asas, aturan, dan tata cara penalaran yang betul (corret reasoning). Logika merupakan suatu dasar yang amat perlu untuk memperoleh pengetahuan yang benar, sebab tanpa logika penalaran tidak mungkin dilakukan. g. Bahasa Bahasa merupakan salah satu hal yang mendasari dan memungkinkan pengetahuan pada manusia. Seluruh kegiatan berpikir manusia erat kaitannya dengan kemampuan sebagai mahluk yang berbahasa, sehingga manusia mampu untuk mengembangkan pengetahuan berkat kemampuan tersebut. Manusia bukan hanya dapat mengungkapkan dan mengkomonikasikan pikiran, perasaan dan sikap batinnya, tetapi juga menyimpan, mengingat kembali, mengulas dan memperluas apa yang sampai sekarang telah diketahuinya. h. Kebutuhan hidup manusia Kebutuhan hidup manusia merupakan suatu faktor yang mendasari dan mendorong berkembangnya pengetahuan manusia. Untuk melakukan interaksinya dengan dunia dan lingkungan sosial sekitarnya manusia membutuhkan pengetahuan.

20 D. Penyakit Menular Seksual 1. Definisi Penyakit Menular Seksual ( PMS ) Saat ini istilah penyakit menular seksual dikenal dengan istilah PMS, umumnya di kalangan medis lebih dikenal dengan istilah STD (Sexually Transmitted Diseases) yang sebelumnya dikenal dengan istilah VD (Veneral Diseases). Penyakit menular seksual (PMS) merupakan penyakit menular melalui hubungan seksual/ hubungan kelamin ( Djuanda, 2002 ). Meskipun demikian, pada sebagian PMS terdapat beberapa kemungkinan yaitu : penularan penyakit tidak selalu melalui hubungan seksual, penyakit dapat timbul pada orang yang belum pernah melakukan hubungan kelamin, atau orang yang tidak promiskus dan sebagian penderita adalah korban keadaan diluar kemampuan mereka (dalam arti mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit, tetapi ternyata masih juga terjangkit) ( Djuanda, 2002 ). 2. Jenis-jenis Penyakit Menular Seksual Menurut Djuanda (2002), Penyakit kelamin yang umumnya dijumpai diantaranya adalah : a. Klamidia PMS jenis ini disebabkan oleh klamida trachomatis dengan masa inkubasi antara satu minggu sampai satu bulan, dapat kurang atau lebih. Gejala-gejalanya adalah sebagai berikut : keluar cairan dari vagina (keputihan encer), berwarna putih kekuningan, rasa nyeri

21 dirongga panggul, perdarahan setelah berhubungan seksual, dan rasa terbakar saat buang air kecil. Klamidia adalah jenis PMS yang sangat berbahaya dan biasanya tidak menunjukkan gejala. 75 % dari perempuan dan 25 % dari pria yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sama sekali. Pada wanita, jika infeksi tidak diobati akan berkembang dan menyebabkan radang panggul yang menyebabkan sulit hamil. Dari kasus-kasus PMS, infeksi bacteria klamidia adalah yang paling banyak ditemukan. Hal ini disebabkan karena mudahnya penularan. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah penyakit radang panggul dengan berakibat kemandulan, kehamilan diluar kandungan, rasa sakit kronis di rongga panggul, infeksi mata berat dan radang paru-paru (pneumonia) pada bayi baru lahir dapat memudahkan penularan infeksi HIV. b. Trikomoniasis Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan sejenis protozoa trikomonas vaginalis dimana masa inkubasinya biasanya tidak melebihi 10 hari. Pada umumnya ditularkan melalui hubungan seksual. Gejala-gejala dan tanda-tandanya adalah cairan vagina (keputihan encer, berwarna kuning-kehijauan; berbusa dan berbau busuk; vulva agak bengkak, kemerahan, gatal, berbusa, dan terasa tidak nyaman atau tidak ada gejala sama sekali. Komplikasi yang mungkin terjadi diantaranya adalah kulit sekitar vulva lecet, mungkin berhubungan dengan kelahiran bayi premature, dan memudahkan infeksi HIV.

22 c. Sifilis ( raja singa ) Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh treponema pallidum dengan masa inkubasi 2-6 minggu, kadang-kadang sampai 3 bulan sesudah kuman masuk kedalam tubuh melalui hubungan seks. Setelah beberapa tahun dapat berlalu tanpa gejala. Infeksi ini bisa menyebar dari genital ke seluruh tubuh. Salah satu gejala awalnya adalah rasa nyeri digenital atau mulut. Biasanya lalu diikuti dengan demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala dan nyeri sendi. Gejala-gejala umum sifilis berupa infeksi kronis dan sistematik dengan tiga tahap sebagai berikut: pada tahap primer, luka pada kemaluan tanpa rasa nyeri; pada tahap sekunder terdapat bintil/ bercak merah ditubuh; dan pada tahap tersier penderita mengalami kelainan saraf, jantung, pembuluh darah dan kulit. Komplikasi yang mungkin ditimbulkan oleh penyakit ini adalah dapat menyebabkan kerusakan berat pada otak, hati dan jantung jika tidak diobati, dapat ditularkan pada bayi dalam kandungan, dapat menyebabkan keguguran dan atau lahir cacat selama masa kehamilan, dan memudahkan penularan infeksi HIV. d. Gonore (GO) Disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonorrhoeae dengan masa inkubasi (masa tunas) 2-10 hari sesudah kuman masuk kedalam tubuh melalui hubungan seks. Infeksi ini bisa menjadi sistemik (menyebar ke seluruh tubuh) yang akan menimbulkan demam, luka pada kulit dan arthritis (infeksi sendi). Gonore adalah salah satu jenis PMS yang sering

23 dilaporkan. 40% penderita akan mengalami penyakit radang panggul (PRP) jika tidak diobati, dan hal tersebut dapat menyebabkan kemandulan. Gejala dan tanda-tanda pada wanita adalah terdapat keputihan (cairan vagina) kental, berwarna kekuningan, rasa nyeri dirongga panggul, kadang-kadang juga tanpa gejala. Dan pada pria tanda dan gejalanya adalah keluarnya nanah berwarna putih susu dari ujung saluran kencing, dan membengkak, juga mengeluh nyeri dan panas pada waktu kencing. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah penyakit radang panggul, kemungkinan kemandulan, infeksi mata pada bayi baru lahir yang pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan, dan juga memudahkan penularan HIV. e. Herpes genital Disebabkan oleh Virus Herpes Simplex (HSV) atau Hominis Herpes Virus (HVH) dengan masa inkubasi 4-7 hari sesudah virus masuk ke tubuh melalui hubungan seks. Tanda dan gejala dari penyakit ini adalah: bintil-bintil berair (berkelompok seperti anggur) yang sangat nyeri pada kemaluan; kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering mengerak, lalu hilang sendiri; gejala kambuh lagi seperti diatas namun tidak senyeri pada tahap awal, akan timbul bila ada faktor pencetus (stress, haid, makanan/minuman beralkohol, hubungan seks berlebihan dan biasanya menetap hilang timbul seumur hidup. Komplikasi yang mungkin terjadi karena penyakit ini adalah rasa nyeri yang berasal dari saraf; dapat ditularkan pada bayi pada waktu lahir

24 apabila bintil-bintil berair masih aktif; dapat menimbulkan infeksi berat, sistematik pada bayi dan menyebabkan kematian (pada janin menyebabkan abortus); memudahkan penularan infeksi HIV. Penting untuk menjadi catatan bersama, yakni bahwa penyakit ini belum ada obatnya, tetapi pengobatan anti virus dapat mengurangi sakit dan lamanya episode penyakit. f. Kondilomamata akuminata Sinonim dari penyakit ini adalah genital warts, kutil kelamin, dan penyakit jengger ayam. Penyakit ini disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) dengan masa inkubasi 1-8 bulan (rata-rata 2-3 bulan). Penyakit ini merupakan PMS yang paling sering, 33% dari perempuan memiliki virus ini, yang dapat menyebabkan kanker serviks dan penis dan nyeri pada kelamin. Tanda dan gejala pada wanita adalah timbul kutil yang besarnya variasi disekitar vagina atau mulut rahim dan anus, biasanya tidak tampak dengan jelas sehingga seringkali orang tidak mengetahuinya karena ukurannya yang sangat kecil dan tidak terlalu sakit rasanya. Sedangkan para pria biasanya ditandai dengan gejala timbul kutil dengan ukuran yang bervariasi pada penis atau anus, dan biasanya tampak dengan jelas. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah kutil (lesi) yang dapat membesar dan tumbuh bersama, dan akhirnya menimbulkan kanker mulut rahim. Pengobatan pada penyakit ini hanya sampai pada tahap menghilangkan kutilnya saja, tetapi tidak mematikan virus penyebabnya.

25 g. Hepatitis B Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) dengan mesa inkubasi yang bervariasi antara 1 sampai 6 bulan. Infeksi virus ini menyerang hati, tetapi bisa juga ditularkan lewat hubungan seksual dan dapat juga ditularkan melalui penggunaan bersama jarum suntik. Gejalanya berupa kelelahan yang parah, mual, kehilangan nafsu makan, muntah, mata dan kulit tampak kuning tidak normal, perut terasa lunak tidak normal saat disentuh, demam, dan rasa sakit pada tulang sendi. Virus hepatitis menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada manusia baik secara akut maupun kronik. Vaksin pencegahan penyakit ini sudah ada, tetapi sekali terkena penyakit ini tidak dapat disembuhkan. Komplikasi penyakit ini dapat menyebabkan kanker hati. h. HIV/ AIDS AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi. Gejala yang sering muncul adalah demam, berkeringat dimalam hari, kelenjar membengkak, dan kelelahan. Penyakit ini mematikan karena belum ada obatnya. Virus masuk kedalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen dan secret vagina.

26 Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan seksual. Virus penyakit ini bisa ditularkan lewat jarum suntik. i. Chancroid (Ulkus Mole) PMS jenis ini disebabkan oleh bakteri Haemophilus ducreyi. Masa inkubasi pada pria berkisar antara 2-35 hari dengan waktu rata-rata 7 hari. Sedangkan pada wanita sukar untuk ditentukan, oleh karena sering ditemukan kasus asimtomatik. Penyakit ini sering ditemukan pada pria heteroseksual, dan hanya sedikit laporan tentang penyakit ini pada pria homoseksual. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Gejala yang umum dijumpai adalah luka lebih dari satu yang sangat nyeri, tanpa peradangan yang jelas, dan ada benjolan dilipatan paha yang sangat sakit dan mudah pecah. Komplikasi yang mungkin ditimbulkan penyakit ini adalah luka infeksi yang mengakibatkan jaringan disekitarnya mati dan luka yang memudahkan penularan infeksi HIV. Sejumlah PMS seperti herpes atau kutil kelamin bisa menular hanya dengan menempel kulit sehat dengan kulit terinfeksi. PMS juga ditularkan ke bayi yang sedang dikandung oleh ibunya yang terinfeksi. 3. Perilaku resiko tinggi yang dapat menularkan PMS Dalam PMS yang dimaksud dengan perilaku resiko tinggi ialah perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai resiko besar terserang penyakit. Kebanyakan PMS di dapat dari hubungan seks yang tidak aman. Yang dimaksud dengan tidak aman, adalah :

27 a. Melakukan hubungan seksual lewat vagina tanpa kondom (penis di dalam vagina) b. Melakukan hubungan seksual lewat anus tanpa kondom (penis di dalam anus) c. Hubungan seksual lewat oral atau istilah yang biasa digunakan karaoke (penis di dalam mulut tanpa kondom atau mulut menyentuh alat kelamin wanita) (Guttmacher, Alan, 1998). Yang tergolong kelompok resiko tinggi terbagi atas 4 bagian, yaitu: pertama kelompok usia tahun pada laki-laki, tahun pada wanita, dan tahun pada kedua jenis kelamin; kedua kelompok pekerja seksual komersial atau wanita tuna susila; ketiga para pecandu narkotik; dan homoseksual. Pria dikatakan beresiko menularkan PMS apabila: pasangan seksual lebih dari satu dalam satu bulan terakhir, berhubungan seksual dengan pekerja seks wanita/ pria dalam satu bulan terakhir, mengalami satu atau lebih episode PMS dalam satu tahun teakhir, dan pekerjaan istri/ pasangan seksual beresiko tinggi. Sedangkan wanita dikatakan beresiko tinggi menularkan PMS apabila: suami/ pasangan seksual menderita PMS, suami/ pasangan seksual/ pasien sendiri mempunyai pasangan seksual lebih dari satu dalam satu bulan terakhir, mempunyai pasangan baru dalam tiga bulan terakhir, mengalami satu atau lebih episode PMS dalam satu tahun terakhir, dan pekerjaan suami/ pasangan seksual beresiko tinggi.

28 4. Bahaya dari penyakit menular seksual (PMS) Ada beberapa bahaya dari PMS diantaranya yaitu : a. Beberapa PMS dapat menyebabkan kemandulan (Gonore, Klamidia) b. Beberapa PMS dapat mengakibatkan keguguran (Herpes genital, sifilis) c. PMS dapat menyebabkan kanker mulut rahim (misl : Kondilomamata akuminata) d. Beberapa dapat meruasak penglihatan, otak dan hati (Gonore, Hepatitis B, sifilis) e. PMS dapat menular kepada bayi f. PMS membuat kita rentan terhadap HIV/ AIDS g. Beberapa PMS ada yang tidak dapat disembuhkan (misl : Herpes genital, HIV/AIDS dan Hepatitis B) h. Beberapa PMS seperti halnya HIV/AIDS dan Hepatitis B dapat menyebabkan kematian (Guttmacher, Alan, 1998) 5. Pencegahan infeksi PMS Pencegahan dari penyakit menular seksual bervariasi terantung dari jenis penyakit menular seksualnya. Dibawah ini disimpulkan cara pencegahan dari penyakit menular : a. Tidak melakukan hubungan seksual pranikah b. Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang mempunyai resiko tinggi menularkan PMS c. Memakai alat proteksi terhadap PMS (misl : kondom)

29 d. Tidak berganti-ganti pasangan seksual e. Hindari pemakaian narkoba suntik dan pemakaian jarum suntik bergantian (Qomariyah Siti nurul, 2003) E. Kerangka Teori Umur/ usia Pengalaman Orang yang dianggap penting Pengetahuan Sikap Seksual Pranikah Budaya Faktor emosional Lembaga pendidikan Media massa Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian (Azwar, S, 2007) (Ma shum, Yahya & Widyandana, 2004) F. Kerangka Konsep Varibel independent Pengetahuan Penyakit Menular Seksual Variabel dependent Sikap Seksual Pranikah Gambar 2.3 Kerangka kosep Penelitian

30 G. Variabel Penelitian 1. Variabel independent (variabel bebas) Menurut Notoatmodjo (2005) variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan variabel tergantung. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam variabel bebas adalah pengetahuan penyakit menular seksual (PMS). 2. Variabel dependent (variabel tergantung) Notoatmodjo (2005) juga menyatakan bahwa variabel tergantung adalah variabel yang dipengaruhi / diakibatkan oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam variabel dependent adalah sikap seksual pranikah. H. Hipotesis Berdasarkan landasan teori di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan antara pengetahuan penyakit menular seksual dengan sikap seksual pranikah.

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS Kasus PMS dan HIV/AIDS cukup banyak terjadi di kalangan remaja. Berbagai jenis PMS serta HIV/AIDS sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang pada umumnya

Lebih terperinci

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan Agar terhindar dari berbagai persoalan karena aborsi, maka remaja harus mampu menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seks. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kritis mengenai segala kemungkinan

Lebih terperinci

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2 1. Kelainan pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum adalah... Sifilis Epididimitis Kanker prostat Keputihan

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka A. HIV/AIDS 1. Definisi HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sistem kekebalan tubuh dianggap menurun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Menular Seksual 1. Pengertian Penyakit Menular Seksual Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit menular seksual akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sering disebut jenis kelamin. Seksualitas menyangkut berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sering disebut jenis kelamin. Seksualitas menyangkut berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. PERILAKU SEKSUAL Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin. Seksualitas menyangkut berbagai dimensi

Lebih terperinci

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. - Keluar nanah dari lubang kencing, dubur dan vagina,

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. - Keluar nanah dari lubang kencing, dubur dan vagina, BAB 4 IMS Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda Kamu tahu ga sih apa itu IMS? Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi atau penyakit yang salah satu cara penularannya melalui hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

IMS Dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin

IMS Dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin IMS Dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin Untuk Kalangan Terbatas www.aidsindonesia.or.id IMS Dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin Apa itu IMS? IMS adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual (vaginal,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Seksual pra nikah 2.1.1. Pengertian Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara hubungan intim

Lebih terperinci

MAKALAH. Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI IIA

MAKALAH. Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI IIA MAKALAH Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI 09.03 IIA AKADEMI KEPERAWATAN PAMEKASAN Jl. Jokotole (belakang SMU 2) Telp. (0324) 321076 2010 1 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, penyusun haturkan ke-hadirat

Lebih terperinci

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Kesehatan Reproduksi. reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Yani Widyastuti, 2009:5)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Kesehatan Reproduksi. reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Yani Widyastuti, 2009:5) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kesehatan Reproduksi a. Pengertian Kesehatan Reproduksi Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan social secara utuh, semata-mata

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. saya sedang melakukan penelitian tentang Efektifitas PIK-KRR Terhadap Peningkatan

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. saya sedang melakukan penelitian tentang Efektifitas PIK-KRR Terhadap Peningkatan Lampiran I Lembar Persetujuan Menjadi Responden Saya yang bernama Nur Apni Aryani (095102021) adalah mahasiswi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan hubungan seksual, yang telah sah dan diakui oleh hukum (kartono. M, 2000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan hubungan seksual, yang telah sah dan diakui oleh hukum (kartono. M, 2000 BAB II TINJAUAN PUSTAKA B. Pasangan suami istri Seorang laki-laki dan perempuan yang telah menikah, dan sudah boleh melakukan hubungan seksual, yang telah sah dan diakui oleh hukum (kartono. M, 2000 hal

Lebih terperinci

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya,

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA DENGAN TINDAKAN PEMAKAIAN KONDOM DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI KOTA MEDAN TAHUN 2010 No. Responden: I. IDENTITAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Menular Seksual 2.1.1. Definisi Penyakit Menular Seksual Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme

Lebih terperinci

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26 Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug 2009 19:26 1. SIFILIS Sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus

Lebih terperinci

- SELAMAT MENGERJAKAN -

- SELAMAT MENGERJAKAN - Identitas subyek Usia : Angkatan : Jenis kelamin : PEDOMAN PENGISIAN 1. Isilah identitas di sudut kiri atas dengan jelas. 2. Bacalah dahulu Petunjuk Pengisian pada masing-masing bagian dengan cermat. 3.

Lebih terperinci

ANDA DAN HIV/AIDS, IMS

ANDA DAN HIV/AIDS, IMS ANDA DAN HIV/AIDS, IMS Tahun 2008 APAKAH AIDS ITU? AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh. AIDS = A c q u i r e d I m m u n e D e f i c i e n c y Syndrome. AIDS bukan

Lebih terperinci

12/21/2011. Pendidikan Seks Remaja: Menuju Reproduksi Sehat. Pengertian. Karakteristik remaja

12/21/2011. Pendidikan Seks Remaja: Menuju Reproduksi Sehat. Pengertian. Karakteristik remaja Pendidikan Seks Remaja: Menuju Reproduksi Sehat dr dini FIK UNY Mengapa informasi kesehatan reproduksi remaja diperlukan? Jumlah remaja (10-19 th): 30% dari jumlah penduduk (lebih kurang 65 juta jiwa).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) sudah diketahui sejak dari zaman dahulu kala dan tetap ada sampai zaman sekarang. Penyakit infeksi menular seksual ini penyebarannya

Lebih terperinci

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T S A S D P L b/c f/c Info Seputar AIDS HIV Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: IMS N C Y F O R IN R N A I ON AG AL V D O I UN N M inside f/c inside b/c Apakah HIV itu? HIV, yang merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau BAB II 2.1. HIV/AIDS TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian HIV/AIDS Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas

BAB I PENDAHULUAN. paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seksualitas manusia merupakan salah satu dorongan naluriah yang paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas mengeksploitasi seks. Agama dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau dalam bahasa Inggrisnya Sexually Transmitted Disease (STDs), Sexually

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau dalam bahasa Inggrisnya Sexually Transmitted Disease (STDs), Sexually BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Menular Seksual (IMS) 2.1.1. Pengertian Infeksi Menular Seksual (IMS) Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual (PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh

Lebih terperinci

- Sebelum melakukan penetrasi yang dalam, yang harus diutamakan adalah kenyamanan dan kebebasan ibu hamil.

- Sebelum melakukan penetrasi yang dalam, yang harus diutamakan adalah kenyamanan dan kebebasan ibu hamil. SEKS SELAMA KEHAMILAN Selain perubahan fisik, wanita yang sedang hamil biasanya memiliki perubahan kebutuhan akan perhatian dan keintiman dalam hubungan dengan pasangannya. Dari sisi emosianal, wanita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tingkat aborsi tahunan di Asia berkurang antara tahun 1995 dan 2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 44 tahun. Di Asia Timur, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menjaga kesehatannya. Dalam usaha menjaga kesehatan, seseorang paling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Seks Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran orang tua yang sangat dituntut lebih dominan untuk memperkenalkan sesuai dengan usia dan

Lebih terperinci

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS (Aquired Immune Deficiency Sindrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah virus yang mengurangi kekebalan tubuh secara perlahan-lahan.

Lebih terperinci

Nomor : PETUNJUK PENGISIAN

Nomor : PETUNJUK PENGISIAN Nomor : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Jawablah semua nomor dan usahakan jangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur BAB XXIV Kanker dan Tumor Kanker Masalah pada leher rahim Masalah pada rahim Masalah pada payudara Masalah pada indung telur Jenis kanker lain yang sering ditemukan Ketika kanker tidak dapat disembuhkan

Lebih terperinci

Lemeshow, S.Dkk, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada University press. Yogya

Lemeshow, S.Dkk, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada University press. Yogya Lemeshow, S.Dkk, 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada University press. Yogya Widyastuti, Yani, dkk, 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya Markum, A.H, 1991. Buku Ajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 42 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DENGAN TINDAKAN TERHADAP HIV/AIDS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Semua data yang terdapat pada kuesioner

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci

Gonore Menyebabkan Vagina Bernanah

Gonore Menyebabkan Vagina Bernanah Gonore Menyebabkan Vagina Bernanah Gonore Menyebabkan Vagina Bernanah - Kelamin sakit dan kencing bercampur nanah bisa terjadi karena infeksi bakteri gonore. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PRE DIAGNOSIS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL BERBASIS ANDROID DENGAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR PRE DIAGNOSIS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL BERBASIS ANDROID DENGAN METODE FORWARD CHAINING SISTEM PAKAR PRE DIAGNOSIS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL BERBASIS ANDROID DENGAN METODE FORWARD CHAINING Fajar Rianda 1) LuthfiaRahman 2) Choirotun Jum iyyatin Nisak 3) Krisna Nuresa Qodri 4) 1)2)4) Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan mengaktualisasikan dirinya. Kesehatan juga berarti keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota dan perubahan sosial budaya yang tidak sesuai dan selaras, menimbulkan berbagai masalah antara

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kelamin sudah lama dikenal dan sering disebut sebagai Veneral Disease (VD) yang berasal dari kata Venus (dewi cinta) dan yang termasuk ke dalam Veneral Disease

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya pencegahan IMS yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Lainnya pada Alat Kelamin. Mengapa IMS menjadi masalah penting pada seorang perempuan?

Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Lainnya pada Alat Kelamin. Mengapa IMS menjadi masalah penting pada seorang perempuan? Bab XVI Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Lainnya pada Alat Kelamin Mengapa IMS menjadi masalah penting pada seorang perempuan? Bagaimana mengetahui kalau Anda beresiko terkena IMS? Apa yang harus

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT) SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Judul Penelitian : Tingkat Pengetahuan Wanita Pekerja Seks Komersial Tentang Kesehatan Reproduksi di Lokasi Pantai Nirwana Wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini tengah terjadi peningkatan jumlah remaja diberbagai belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk remaja Indonesia sekitar 43,6

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi adalah ilmu yang mempelajari alat dan fungsi reproduksi, baik pada laki-laki maupun perempuan, yang merupakan bagian integral dari sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN A. SKALA PENELITIAN A-1. Skala Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri A-1. Skala Peran Ayah dalam Pendidikan Seksualitas A-1. Skala Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri No : Petunjuk Pengisian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYAKIT HEPATITIS B 1. Pengertian Hepatitis. Hepatitis B atau yang sering disebut penyakit kuning adalah infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang menyerang hati dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sel darah putih bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008 ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008 A. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Umur Usia Responden

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Remaja merupakan tahapan di mana seseorang beralih dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesehatan fisik, mental dan sosial secara menyeluruh dalam semua hal berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi-fungsi serta proses-prosesnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja Menurut World Health Organization (WHO) (2014) remaja atau dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah kematangan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Hubungan Seksual Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian seksologi tentang jejaring seksual. Pola hubungan seksual dikelompokkan dalam

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual atau Penyakit Kelamin (venereal diseases) telah lama dikenal dan beberapa di antaranya sangat populer di Indonesia, yaitu sifilis dan kencing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih amat kurang sampai saat ini. Kurangnya pemahaman ini amat jelas yaitu dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat penting dalam skala global. Pada tahun 2005, terdapat 1.21 miliar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kanker Serviks a. Pengertian Kanker Leher Rahim Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari suatu sel atau jaringan dimana sel atau jaringan tersebut tumbuh dan

Lebih terperinci

BAB III PEMAHAMAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

BAB III PEMAHAMAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI BAB III PEMAHAMAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI A. Kesehatan Reproduksi Remaja Masyarakat Internasional secara konsisten telah mengukuhkan hak-hak remaja akan informasi tentang kesehatan reproduksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIV/AIDS 1. Pengertian HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kelamin ( veneral disease) sudah lama dikenal dan beberapa diantaranya sangat popular di Indonesia yaitu sifilis dan gonorhea. Semakin majunya ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan antara pubertas, peralihan biologis anak-anak dan masa dewasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan antara pubertas, peralihan biologis anak-anak dan masa dewasa 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Remaja WHO (1965) mendefinisikan bahwa remaja merupakan periode perkembangan antara pubertas, peralihan biologis anak-anak dan masa dewasa antara umur 10

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia Dini/ Usia Muda a. Pengertian Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada wanita dengan usia kurang dari 16 tahun dan pada

Lebih terperinci

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual a. Penyebab penyakit (agent) Penyakit menular seksual sangat bervariasi dapat berupa virus, parasit, bakteri, protozoa (Widyastuti, 2009).

Lebih terperinci

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG 7 ABSTRAK Di era globalisasi, dengan tingkat kebebasan yang longgar dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memiliki masa laten, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah. Hal ini terbukti berdasarkan hasil survey yang dilakukan Bali Post

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci