BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif atau sering juga disebut metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu metode yang mencoba meneliti hubungan di antara variabel-variabel. Metode ini bertujuan untuk meneliti sejauh mana variabel pada suatu faktor berkaitan dengan variabel pada faktor lain (Rakhmat, 199:27). Sementara menurut Rachmat Kriyantono (2008), metode atau riset kuantitatif diartikan sebagai riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian hasil riset dapat merupakan representasi dari seluruh populasi. 3.2 Metode Pengukuran Variabel/konsep Menurut Kriyantono (2008), konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Sementara Bungin (2001) mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Dari kedua definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa konsep merupakan sejumlah ciri atau standar umum suatu objek. Konsep yang dapat diamati dan diukur atau memberikan batasan pada konsep dipahami sebagai konstruk. Dalam tahapan riset, proses mengubah konsep 40

2 41 menjadi konstruk disebut definisi konsep (Kriyantono, 2008:19). Lebih lanjut, definisi variabel menurut Kriyantono (2008) adalah bagian empiris dari sebuah konsep atau konstruk. Variabel berfungsi sebagai penghubung antara dunia teoritis dengan dunia empiris. Variabel merupakan fenomena dan peristiwa yang dapat diukur atau dimanipulasi dalam proses riset. Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu: a. Variabel bebas atau independent variable (X), yaitu variabel yang menjadi sebab atau merubah/memengaruhi variabel lain. Juga sering disebut dengan variabel prediktor, stimulus, eksogen atau antecendent (Siregar, 2012:10). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah pemberitaan kasus tindak pidana korupsi. b. Variabel terikat atau dependent variable (Y), yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel lain (variabel bebas) [Siregar, 2012:10]. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah sikap, khususnya dalam pengelolaan keuangan daerah Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional merupakan suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Berikut disajikan tabel yang menguraikan definisi operasional dalam penelitian ini:

3 42 Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Variabel Indikator Jenis Data Pemberitaan kasus tindak pidana korupsi (X) Sikap dalam pengelolaan keuangan daerah (Y) (1) Ketepatan waktu (timeline) Ordinal (2) Kedekatan tempat kejadian (proximity) (3) Besarnya (size) (4) Kepentingan (importance) (1) Kognitif Ordinal (2) Afektif (3) Konatif Penjelasan lebih lanjut dari definisi operasional variabel diatas adalah sebagai berikut: a. Variabel bebas (x) : Pemberitaan kasus tindak pidana korupsi Ketepatan waktu (timeline) gaya penulisan berita yang memperhatikan waktu terjadinya suatu peristiwa. Semakin dekat waktu suatu peristiwa dengan saat ketika audiens membaca suatu berita, maka berita itu semakin memersuasi audiens. Deskriptor persepsi Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan bendahara bahwa berita kasus TPK yang menarik perhatian adalah yang mutakhir/terkini. Kedekatan (Proximity) gaya penulisan berita yang memperhatikan asosiasi audiens yang lebih suka mempersepsikan suatu kejadian yang lebih dekat secara fisik geografis dengan tempat tinggal audiens atau kedekatan sosialkultural dengan audiens.

4 43 Deskriptor persepsi KPA dan bendahara bahwa berita kasus TPK yang terjadi dekat dengan tempat tinggal, lokasi kerja atau daerah asal lebih menarik perhatian. Besarnya (size) gaya penulisan yang mempertimbangkan besar atau kecilnya cakupan maupun daya jangkau dari sebuah berita. Deskriptor persepsi KPA dan bendahara bahwa kasus TPK yang mengakibatkan kerugian negara/daerah dalam jumlah besar menarik perhatian. Kepentingan (importance) Deskriptor faktor yang berhubungan dengan tingkat penting atau tidaknya suatu berita bagi khalayak. persepsi KPA dan bendahara bahwa kasus TPK yang melibatkan pejabat dan tokoh penting negara dan daerah menarik perhatian. b. Variabel terikat (y) : Sikap dalam pengelolaan keuangan daerah Kognitif berkaitan dengan kepercayaan, teori, harapan, sebab, dan akibat dari suatu kepercayaan, dan persepsi relatif terhadap objek tertentu. Aspek kognitif berisi apa yang diketahui mengenai suatu objek, bagaimana pengalaman maupun pandangan tentang objek tertentu. Deskriptor persepsi tentang seberapa jauh KPA dan bendahara memperoleh wawasan dan pengetahuan tentang kasus TPK yang terjadi secara nasional maupun regional.

5 44 Afektif menunjukkan perasaan, respek atau perhatian kita terhadap objek tertentu seperti ketakutan, kesukaan, atau kemarahan. Afektif berisi apa yang kita rasakan mengenai suatu objek. Dengan kata lain komponen afeksi berisi emosi. Deskriptor persepsi KPA dan bendahara berkaitan dengan perasaan dan emosi yang timbul setelah diterpa berbagai berita kasus TPK Konatif predisposisi seseorang untuk bertindak terhadap objek. Jadi berisi kecenderungan untuk bertindak (memutuskan) atau bertindak terhadap objek, atau mengimplementasikatn perilaku sebagai tujuan terhadap objek Deskriptor persepsi tentang seberapa jauh KPA dan bendahara memiliki kecenderungan untuk bertindak setelah mengkonsumsi berbagai berita kasus TPK Skala Pengukuran Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap seseorang tentang sesuatu objek sikap (Kriyantono, 2008:136). Dengan menggunakan skala likert, setiap pertanyaan atau pernyataan penelitian akan dihubungkan dengan jawaban yang berupa dukungan atau pernyataan sikap responden yang terdiri dari empat pilihan jawaban, antara lain sebagai berikut:

6 45 Pilihan Jawaban Nilai (Skor) a. Sangat setuju (SS) 4 b. Setuju (S) 3 c. Tidak setuju (TS) 2 d. Sangat tidak setuju (STS) Populasi dan Metode Pengambilan Sampel Populasi Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian (Sukardi, 2008:53). Pada penelitian ini, populasi yang ingin diteliti adalah KPA dan bendahara di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang bertugas TA 2015 dan diangkat berdasarkan surat keputusan Gubernur Sumatera Utara. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 310 orang, yang terdiri dari: 239 orang KPA dan 71 orang bendahara (rincian dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2) Metode Pengambilan Sampel Menurut Kriyantono (2008), sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek atau fenomena yang akan diamati. Dalam penelitian ini, sampel merupakan KPA dan bendahara yang ditetapkan menjadi responden dan diminta untuk memberikan jawaban atas kuisioner sebagai alat ukur dalam penelitian. Teknik penentuan jumlah sampel yang dipilih adalah menggunakan rumus Slovin, yaitu: n =

7 46 Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = tingkat kesalahan yang dapat ditolerir. Dengan menggunakan rumus diatas (e = 10%) maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 76 orang, dengan perhitungan sebagai berikut: ( )( ) 76 Dari jumlah sampel sebanyak 76 orang, rincian sampel untuk KPA dan bendahara yang dihitung secara proporsional (proportional to size) yaitu sebagai berikut: a. KPA b. Bendahara 59 orang 17 orang Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode acak sederhana (simple random sampling). Untuk menentukan sampel sebanyak 76 orang dari 310 orang populasi, peneliti menggunakan tabel angka acak (Rand Corporation,1955). Penerapan metode acak sederhana dengan menggunakan tabel angka acak dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pemilihan

8 47 sampel KPA sebanyak 59 orang dari populasi 239 orang dan pemilihan sampel bendahara sebanyak 17 orang dari populasi 71 orang. Penentukan titik (angka) awal pada tabel angka acak untuk pemilihan sampel KPA dan bendahara dilakukan dengan cara menjatuhkan pensil secara tegak lurus di atas tabel angka acak. Titik (angka) awal untuk pemilihan sampel KPA jatuh pada angka yaitu kolom kelima dan baris ke-25 pada tabel angka acak. Sementara titik (angka) awal untuk pemilihan sampel bendahara jatuh pada angka yaitu kolom ke-7 dan baris ke-21 pada tabel angka acak (rincian pada lampiran 3 dan 4). Titik (angka) awal menjadi angka pertama yang digunakan dalam pemilihan, baik sampel KPA maupun bendahara. Selanjutnya, berdasarkan pola tertentu yang dilakukan secara konsisten, diperoleh angka-angka berikutnya dalam tabel angka acak yang menjadi dasar pemilihan sampel KPA sebanyak 59 orang dan bendahara sebanyak 17 orang (lihat pada lampiran 5) Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu minggu ketiga bulan Mei sampai dengan awal Juli Tahun Anggaran (TA) , Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memiliki 52 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Responden sebanyak 76 orang tersebar pada 26 SKPD. Penyebaran kuisioner kepada responden sebagian besar dilakukan dengan cara tatap muka antara peneliti dengan responden dan sebagian kecil dibantu oleh staf di lingkungan Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.

9 Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Angket/kuisioner sebagai data primer yang merupakan daftar sejumlah pernyataan yang tertulis dan terstruktur dan disertai jawaban alternatif, yang akan disebarkan kepada sejumlah responden, yaitu KPA dan bendahara di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, peneliti menggunakan angket/kuisioner yang bersifat tertutup, dengan pertimbangan efisiensi dan efektifitas penelitian. b. Studi kepustakaan guna memperoleh informasi dan data-data dari sumber ilmiah seperti buku, jurnal dan lain sebagainya. 3.5 Validitas dan Reabilitas Uji Validitas Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur. Menurut Priyatno (2010), uji validitas digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam kuisioner atau skala, apakah item-item pada kuisioner tersebut sudah tepat dalam mengukur apa yang ingin diukur (Priyatno, 2010:90). Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan terhadap kuisioner sebagai alat ukur penelitian, sebelum kuisioner disebarkan kepada responden sasaran. Uji validitas dilakukan dengan cara menghitung nilai korelasi antara data pada

10 49 masing-masing pertanyaan dengan skor total seluruh pertanyaan dalam kuisioner. Rumus yang digunakan adalah rumus Product Moment (r), yaitu sebagai berikut: ( ) ( ) r = ( ) ( ) Keterangan: r = koefisien korelasi Pearson s Product Moment n = jumlah individu dalam sampel X = angka mentah untuk variabel X Y = angka mentah untuk variabel Y Kriteria yang digunakan untuk menyatakan bahwa pertanyaan valid atau tidak adalah menggunakan angka 0,2 sebagai patokan (Nisfiannoor, 2009:229). Jika nilai korelasi pertanyaan kurang dari 0,2 maka pertanyaan tersebut tidak valid. Sebaliknya, jika lebih dari 0,2 maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Untuk menguji validitas kuisioner, peneliti menyebarkan kuisioner kepada 20 orang responden, dimana masing-masing kuisioner terdiri 31 butir pertanyaan (isian) yang terdiri dari 10 butir pertanyaan berupa informasi umum responden dan 21 butir pertanyaan berupa pendapat (sikap) responden. Hasil uji validitas terhadap kuisioner menunjukkan bahwa nilai korelasi yang diperoleh berada pada kisaran 0,1168 s.d. 0,7204. Dari 21 butir pertanyaan berupa pendapat (sikap) responden, 20 butir pertanyaan valid karena nilai korelasinya diatas angka 0,2 dan hanya satu pertanyaan yang tidak valid dengan nilai korelasi 0,1168. Berdasarkan hasil uji validitas tersebut, peneliti menghapus satu pertanyaan yang tidak valid, sehingga kuisioner hanya terdiri dari 20 pertanyaan berupa pendapat (sikap) responden atau seluruhnya menjadi 30 butir

11 50 pertanyaan/isian (kuisioner sebelum dan setelah uji validitas dapat dilihat pada lampiran 5 dan 6) Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1995). Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi sebuah alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Menurut Wimmer & Dominick (2000), pengujian reliabilitas mencakup tiga komponen atau dimensi reliabilitas, yaitu stabilitas (stability), konsistensi internal (internal consistency) dan kesamaan (equivalency) [Wimmer & Dominick (2000) dalam Kriyantono (2008:144). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik konsistensi internal (internal consistency) yaitu dengan cara mencoba alat ukur hanya sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu dan seterusnya hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas alat ukur (Siregar, 2011). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Menurut Siregar (2011:56), teknik ini digunakan untuk mengukur reliabilitas suatu tes yang mengukur sikap atau perilaku. Adapun tahapan perhitungan uji reliabilitas dengan teknik ini adalah sebagai berikut: a. Menentukan nilai varians setiap butir pertanyaan, dengan rumus: ( )

12 51 b. Menentukan nilai varians total, dengan rumus: ( ) c. Menentukan reliabilitas instrumen, dengan rumus: [ ] [ ] Keterangan: N = Jumlah sampel X i = Jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan X = Total jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan 2 σ t = Varians total 2 σ b = Jumlah varians butir k = Jumlah butir pertanyaan r 11 = Koefisien reliabilitas instrumen Dengan teknik ini, suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitas (r 11 ) lebih besar dari 0,6 (Siregar, 2011:57). Berdasarkan rumus diatas, perhitungan koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut: a. Perhitungan nilai varian setiap butir pertanyaan ( ) ( ) Dengan perhitungan yang sama diperoleh nilai varian untuk masing-masing butir pertanyaan lainnya, yaitu: = 0,33 = 0,20 = 0,35 = 0,30 = 0,19 = 0,35 = 0,12 = 0,13 = 0,25 = 0,33 = 0,21

13 52 b. Perhitugan total nilai varians c. Perhitungan nilai varians total ( ) ( ) 1 d. Perhitungan nilai reliabilitas instrumen [ ] [ ] [ ] [ ] Dari perhitungan diatas diperoleh nilai koefisien reliabilitas instrumen (r 11 ) untuk penelitian ini sebesar 0,84. Hal ini menunjukkan bahwa kuisioner yang digunakan dalam penelitian reliabel. 3.6 Metode Analisis Data Alat Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Teknik statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan peristiwa, perilaku atau objek tertentu lainnya (Kriyantono, 2008:167). Sementara teknik statistik inferensial digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel atau

14 53 menguji hipotesis asosiasi atau korelasi (Ulber Silalahi, 2009:336). Hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan diolah, baik secara manual maupun dengan bantuan program SPSS versi Model Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995:263). Data yang diperoleh melalui proses pengumpulan data di atas selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data sebagai berikut: 1. Analisis Data Tunggal Merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari dua kolom yaitu sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995:271). 2. Analisis Data Silang Merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bersifat positif atau negatif (Singarimbun, 1995:271). 3. Uji Hipotesis Uji hipotesis adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah kesimpulan pada sampel dapat berlaku untuk populasi atau dapat digeneralisasi (Priyatno, 2010:9). Dengan kata lain, melalui uji hipotesis akan dapat dibuktikan apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Uji hubungan

15 54 (asosiasi/korelasi) pada dasarnya adalah teknik statistik yang melihat ada tidaknya keterkaitan antara satu variabel dan variabel lain (Eriyanto, 2011:349). Uji hubungan akan menghasilkan angka yang disebut koefisien korelasi antar variabel. Angka korelasi selalu menunjukkan dua hal, yaitu arah hubungan dan kekuatan hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi berada diantara -1 dan 1, sedangkan untuk arah dinyatakan dalam bentuk positif (+) dan negatif (-). Tingkat korelasi dan kekuatan hubungan antar variabel (Siregar, 2012) ditunjukkan pada tabel berikut ini: Tabel 3.2 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan No. Nilai Korelasi (r) Tingkat Hubungan 1 0,000 0,199 Sangat lemah 2 0,200 0,399 Lemah 3 0,400 0,599 Cukup 4 0,600 0,799 Kuat 5 0,800 0,100 Sangat kuat Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala ordinal, maka uji hubungan yang dipakai adalah korelasi tata jenjang Spearman (Nurgiyantoro, et al., 2004, dalam Eriyanto, 2012), dengan rumus: ( ) Keterangan: rho = koefisien korelasi tata jenjang Spearman 1 = angka 1, bilangan konstan 6 = angka 6, bilangan konstan D = perbedaan antara pasangan jenjang = sigma atau symbol N = jumlah individu dalam sampel

16 55 4. Analisis perbedaan (komparatif) Analisis perbedaan merupakan pengujian yang digunakan untuk menganalisis perbedaan diantara dua kelompok data atau lebih (Kriyatono, 2008:183). Uji perbedaan sering juga disebut uji signifikansi (test of significance). Dalam uji perbedaan dikenal dua kemungkinan hasil. Pertama, perbedaan yang memiliki arti (signifikan), apabila betul-betul terjadi karena ada perbedaan dan tidak hanya terjadi pada sampel, tetapi juga pada populasi. Kedua, perbedaan terjadi tetapi tidak mempunyai arti (nonsignifikan), artinya perbedaan terjadi hanya pada sampel dan bukan pada populasi atau terjadi secara kebetulan.

17 BAB IV TEMUAN PENELITIAN 4.1 Proses Penelitian Sebagaimana lazimnya pelaksanaan sebuah penelitian, dalam penelitian ini, peneliti melakukan beberapa tahapan kegiatan yang disebut sebagai proses penelitian, antara lain sebagai berikut: Tahap Awal Penelitian ini diawali pada saat peneliti melaksanakan seminar proposal penelitian pada hari Selasa, 19 April Melalui seminar tersebut, peneliti menerima banyak masukan dan saran baik dari peserta seminar, dosen pembanding maupun dosen pembimbing. Berbagai masukan dan saran tersebut memperkaya dan menyempurnakan proposal penelitian yang telah disusun, sekaligus menjadi bahan dalam menyusun kuisioner penelitian Pengumpulan Data Setelah melalui proses bimbingan penyusunan kuisioner penelitian, peneliti mulai melakukan pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner kepada responden. Penyebaran kuisioner mulai dilakukan sekitar minggu ketiga bulan Mei 2016 sampai minggu pertama bulan Juli Secara umum, penyebaran kuisioner dilakukan langsung oleh peneliti dengan cara bertatap muka dengan para responden. Namun, mengingat tersebarnya lokasi kerja sebagian responden, penyebaran kuisioner turut dibantu oleh beberapa orang staf pada Dinas Pendapatan dan Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera. 56

18 57 Kuisioner penelitian dalam penelitian ini terdiri dari 30 butir pertanyaan (isian) yang meliputi 10 pertanyaan (isian) untuk informasi umum dan karakteristik responden dan 20 butir pertanyaan berupa pendapat atau sikap responden berkaitan dengan penggunaan dan pengaruh media massa. Seluruh pertanyaan telah didesain sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan dapat dengan mudah dijawab oleh responden Pengolahan Data Setelah peneliti menyebarkan kuisioner ke seluruh responden yaitu sebanyak 76 orang, tahap berikutnya dilanjutkan dengan proses pengolahan data. Dalam penelitian ini proses pengolahan data meliputi lima tahap, yaitu: Penomoran Kuisioner Setelah seluruh kuisioner diisi oleh responden dan terkumpul, peneliti melakukan penomoran terhadap setiap kuisioner. Masing-masing kuisioner diberi nomor mulai dari 01 s.d. 76. Penomoran ini bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam mengidentifikasi tiap-tiap kuisioner yang ada Pengeditan (editing) Editing adalah proses pengeditan jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesalahan saat pengisian data ke dalam kotak yang disediakan Pengkodean (coding) Coding adalah proses pemindahan jawaban jawaban responden ke kotak kode yang disediakan di kuesioner dalam bentuk angka (score).

19 Inventarisasi Variabel Inventarisasi variabel adalah proses dimana data mentah yang diperoleh akan dimasukkan ke dalam lembar Fotron Cobol (FC) sehingga memuat seluruh data dalam satu kemasan Tabulasi Data Data dari Fotron Cobol (FC) kemudian dimasukkan ke dalam tabel yaitu tabel tunggal dan tabel silang. Penyebaran data dalam tabel secara rinci meliputi kategori frekuensi, presentasi dan selanjutnya dianalisis. 4.2 Analisis Tabel Tunggal Analisis tabel tunggal atau disebut juga analisis satu variabel adalah analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan karakteristik sampel penelitian. Hasil dari analisis tabel tunggal ini dapat membantu peneliti untuk memahami dan menguasai masalah yang diteliti (Singarimbun, 1995:267). Proses memperoleh data untuk tabel tunggal dilakukan secara manual oleh peneliti dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel. Berikut ditampilkan data umum responden dan hasil pengolahan data dalam penelitian ini Data Umum Responden Gambar Jenis Kelamin Responden Dalam penelitian ini, Jenis Kelamin mayoritas responden 28% 72% Laki-laki Perempuan yaitu sebesar 72% atau sebanyak 55 orang berjenis kelamin laki-

20 59 laki. Sisanya sebesar 28% atau sebanyak 21 orang adalah perempuan. Hal yang sama juga terjadi, baik pada tingkatan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) maupun bendahara. Pada tingkatan KPA, jumlah responden laki-laki sebesar 75% atau sebanyak 45 orang dan perempuan sebesar 25% atau sebanyak 14 orang. Sementara pada tingkatan bendahara, selisih jumlah laki-laki dan perempuan lebih kecil. Jumlah responden laki-laki sebesar 59% atau sebanyak 10 orang dan perempuan sebesar 41% atau sebayak 7 orang. Perbandingan jumlah responden laki-laki dan perempuan pada tingkatan KPA dan bendahara dilihat diagram berikut ini. Gambar Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 100% 80% 60% 40% 20% 76% 24% 59% 41% 0% KPA Bendahara Laki-laki Perempuan Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pegawai atau Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang bertugas dalam pengelolaan keuangan daerah dalam hal ini KPA dan bendahara didominasi oleh laki-laki dibanding dengan perempuan.

21 60 62% Gambar Usia Responden Penelitian ini menunjukkan Usia 3% 5% < 30 thn 30% thn thn > 50 thn bahwa sebagian besar dari responden yaitu sebesar 62% berusia lebih dari 50 tahun. 30% responden berusia tahun dan hanya sebagian kecil yakni 5% dan 3% yang berusia diantara tahun dan dibawah 30 tahun. Kondisi sebagaimana diuraikan diatas juga ditemukan pada tingkatan KPA. Mayoritas responden yaitu sebesar 73% atau 43 orang berusia diatas 50 tahun dan sisanya sebesar 27% atau 16 orang berusia tahun. Sebaran usia responden pada tingkatan KPA dapat dilihat pada diagram berikut ini. Gambar Usia Responden KPA 0% 0% 73% 27% < 30 thn thn thn > 50 thn Berbeda dengan kedua kondisi diatas, usia responden pada tingkatan bendahara didominasi oleh pegawai dengan usia tahun yaitu sebesar 41%, berikutnya pegawai usia > 50 tahun dan usia tahun masing-masing sebesar 24% dan yang paling sedikit pegawai dengan usia < 30 tahun yaitu sebesar 12%. Sebaran usia responden pada tingkatan bendahara dapat dilihat pada diagram berikut ini.

22 61 Gambar Usia Responden Bendahara Bendahara 12% 24% 41% 23% < 30 thn thn thn > 50 thn Kondisi ini menunjukkan bahwa TA 2015 KPA dan bendahara di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara didominasi oleh pegawai yang sudah senior dengan sisa masa kerja kurang dari delapan tahun. Gambar Tingkat Pendidikan Responden Tingkat Pendidikan 3% 5% 4% SLTA Diploma 29% S1 59% S2 Lainnya (S3) Sebagian besar responden dalam penelitian ini yaitu 59% atau 45 orang memiliki latar belakang pendidikan S2. Berikutnya 29% atau 22 orang berlatar S1, pendidikan SLTA sebesar 5% atau 4 orang, pendidikan diploma sebesar 4% atau 3 orang dan 3% atau 2 orang dengan pendidikan S3. Kondisi ini menunjukkan bahwa rata-rata pengelola keuangan di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dhi. KPA dan bendahara telah memiliki latar belakang pendidikan yang cukup tinggi yaitu S2 dan S1. Pegawai dengan latar belakang pendidikan yang memadai tentunya akan berpengaruh positif dalam mendukung pelaksanaan tugas-tugas pengelolaan keuangan daerah.

23 62 Gambar Tingkat Pendidikan KPA Seperti halnya responden secara 3% 0% 2% 24% SLTA Diploma 71% S1 S2 Lainnya (S3) keseluruhan, pada tingkatan KPA latar belakang pendidikan juga didominasi oleh pegawai dengan pendidikan S2 yaitu sebesar 71% atau 42 orang, diikuti oleh S1 sebesar 24% atau 14 orang, S3 sebesar 3% atau 2 orang dan diploma sebesar 2% atau hanya 1 orang. Gambar Tingkat Pendidikan Bendahara Berbeda dengan kondisi 18% 0% 47% 23% 12% SLTA Diploma S1 S2 sebelumnya, pada tingkatan bendahara sebagian besar pegawai Lainnya (S3) memiliki latar belakang pendidikan S1 yaitu 47% atau 8 orang, diikuti SLTA sebesar 23% atau 4 orang, sisanya masing-masing 18% dan 12% untuk S2 dan diploma. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa untuk jabatan KPA Pemerintah Provinsi Sumatera Utara lebih banyak menugaskan pegawai dengan latar belakang pendidikan S2, sementara untuk jabatan bendahara sebagian besar menugaskan pegawai dengan pendidikan S1.

24 63 74% 2% Gambar Golongan Responden Hasil penelitian menunjukkan 24% Gol. II Gol. III Gol. IV bahwa sebagian besar pegawai yang ditugaskan dalam pengelolaan keuangan daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dhi. KPA dan bendahara adalah pegawai dengan golongan IV yaitu sebesar 74% atau sebanyak 56 orang, diikuti pengawai golongan III sebesar 24% sebanyak 18 orang dan hanya 3% atau 2 orang dengan golongan II. Gambar Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Golongan 100% 80% 93% 82% 60% 40% 20% 0% 0% 7% KPA 12% Bendahara 6% Gol. II Gol. III Gol. IV Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa pada tingkatan KPA sebagian besar pegawai adalah golongan IV yaitu sebesar 93%, sementara pada tingkatan bendahara didominasi oleh pegawai dengan golongan III, yaitu sebesar 82%. Pada tingkatan KPA hanya terdapat sebesar 7% pegawai dengan golongan III dan tidak terdapat pegawai golongan II. Sementara pada tingkatan bendahara, urutan kedua adalah pegawai golongan II sebesar 12% dan jumlah paling sedikit yaitu pegawai golongan IV sebesar 6%.

25 64 22% 21% Gambar Pengalaman Kerja Responden Pengalaman Kerja (di posisi yang sama) 57% 1-3 thn 4-6 thn > 6 thn Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 57% dari seluruh responden menyatakan telah bekerja pada posisi yang sama dalam kurun waktu 1 3 tahun, 22% sudah bekerja selama lebih dari enam tahun, dan sisanya sebesar 21% yang telah bekerja dalam kurun waktu 4 6 tahun. Informasi ini memberikan gambaran bahwa ratarata masa kerja seorang pegawai di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam penugasan sebagai KPA dan bendahara adalah 1 3 tahun. Gambar Pengalaman Kerja KPA Pada tingkatan KPA, 50% dari responden menyatakan telah bekerja Kuasa Pengguna Anggaran di posisi yang sama selama % 50% 1-3 thn tahun, 25% telah bekerja % 4-6 thn > 6 thn tahun, dan sisanya yaitu 25% telah bekerja selama lebih dari 6 tahun. Gambar Pengalaman Kerja Bendahara Sama seperti pada tingkatan KPA, pada Bendahara tingkatan bendahara sebagian besar 12% 6% 1-3 thn 82% 4-6 thn > 6 thn pegawai atau 82% juga menyatakan telah bekerja pada posisi yang sama selama kurun waktu 1 3 tahun. Perbedaannya dengan tingkatan KPA adalah pada tingkatan bendahara, urutan berikutnya adalah pegawai yang bekerja lebih dari enam tahun sebesar 12% dan paling sedikit adalah pegawai yang bekerja dalam kurun waktu 4 6 tahun sebesar 6%.

26 65 Gambar Intensitas Penggunaan Media Massa oleh Responden 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Jarang/TP 1-3 hr 4-6 hr 7 hr Diagram diatas menyajikan intensitas penggunaan media massa oleh responden penelitian, mengacu pada delapan jenis media massa menurut Biagi (2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari delapan jenis media massa, televisi merupakan media massa yang digunakan secara rutin atau rata-rata tujuh kali dalam seminggu oleh responden yaitu sebesar 68%, diikuti oleh surat kabar = 61%, internet = 50%, radio = 24%, buku = 12%, majalah = 9%, film = 7% dan terakhir rekaman sebesar 4%. Jenis media massa setelah televisi yang paling sering digunakan oleh responden atau rata-rata digunakan 4 6 hari dalam seminggu adalah internet sebesar 21%, disusul surat kabar = 20%, buku = 13%, radio = 8%, majalah = 7%, rekaman = 4% dan terakhir film = 3%. Sementara media massa yang rata-rata jarang atau bahkan tidak pernah digunakan dalam seminggu adalah rekaman = 84%, diikuti film = 55%, radio = 30%, majalah 29%, buku = 20%, internet = 14%, televisi = 1% dan surat kabar = 0%.

27 66 Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari delapan jenis media massa tersebut, surat kabar merupakan satu-satunya media massa yang secara rata-rata selalu digunakan oleh responden dalam seminggu atau tidak terdapat responden yang memilih pilihan jawaban jarang/tidak pernah menggunakannya. Hal ini sejalan dengan tesis yang disampaikan oleh Vivian (2008) yang menyatakan bahwa surat kabar merupakan medium massa utama bagi orang untuk memperoleh berita dan di sebagian besar kota, tak ada sumber berita yang bisa menyamai keluasan dan kedalaman liputan berita koran dan hal itu memperkuat popularitas dan pengaruh yang dimiliki surat kabar. Gambar Media Massa Sumber Berita Kasus Tindak Pidana Korupsi 60% 50% 40% 30% 20% 10% Urutan 1 Urutan 2 urutan 3 0% Dalam penelitian ini, peneliti juga meminta kepada responden menyebutkan tiga media yang paling sering digunakan sebagai sumber informasi untuk memperoleh berita-berita berkaitan dengan kasus tindak pidana korupsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada urutan pertama responden menyatakan televisi sebagai sumber informasi dengan jumlah sebesar 46%, disusul surat kabar

28 67 = 41% dan internet = 8%. Pada urutan kedua, responden lebih banyak memilih surat kabar dengan jumlah sebesar 49%, disusul televisi = 28% dan internet 16%. Sementara pada urutan ketiga, responden menyatakan media yang menjadi sumber informasi adalah internet = 43%, disusul televisi sebesar 20% dan radio sebesar 18% Variabel X (karakteristik berita yang menarik perhatian khalayak) Gambar Mengikuti berita-berita terkini terkait kasus TPK Intensitas mengikuti berita terkini kasus TPK 5% 0% 79% 16% Selalu mengikuti Mengikuti Jarang Tidak pernah Berkaitan dengan pertanyaan tentang intensitas mengikuti berita-berita kasus TPK yang terbaru (terkini), sebagian besar responden yaitu 79% atau 60 orang menyatakan mengikuti, 16% atau 12 orang menyatakan selalu mengikuti, 5% atau 4 orang menyatakan jarang dan tidak ada yang memilih jawaban tidak pernah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik KPA maupun bendahara memberikan perhatian terhadap berita-berita terkini tentang kasus TPK yang ditunjukkan dengan mayoritas mengikuti dan bahkan selalu mengikuti berita tersebut. Kondisi yang sama dengan data diatas, juga ditunjukkan baik pada tingkatan KPA maupun bendahara. Mayoritas responden dengan persentase masing-masing sebesar 81% dan 71% menyatakan mengikuti berita terkini kasus TPK, diikuti

29 68 pilihan selalu mengikuti dengan persentase masing-masing sebesar 15% dan 18%, jarang mengikuti sebesar 3% dan 12% dan tidak ada responden yang memberikan jawaban tidak pernah. Perbandingan tanggapan responden pada tingkatan KPA dan bendahara ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar Perbandingan Tanggapan Responden Berita Kasus TPK Terkini 100% 80% 60% 40% 20% 0% 81% 71% 15% 18% 12% 3% 0% 0% Selalu mengikuti Mengikuti Jarang Tidak pernah KPA Bendahara Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor kekinian dari suatu berita atau berkaitan dengan ketepatan waktu menjadi pendorong bagi responden untuk mengikuti berita kasus TPK. Gambar Harapan memperoleh berita kasus TPK secara mutakhir (up to date) Harapan memperoleh berita kasus TPK secara mutakhir 8% 3% 68% 21% Sangat berharap Berharap Kurang berharap Tidak berharap Sebagian besar responden yaitu 68% atau 52 orang menyatakan berharap untuk mendapatkan berita kasus TPK secara mutakhir (up to date), 21% atau sebanyak 16 orang bahkan menyatakan sangat berharap, 8% atau 6 orang responden menyatakan kurang berharap dan hanya 3% atau 2 orang responden yang menyatakan tidak berharap.

30 69 Pada tingkatan KPA maupun bendahara, responden juga menunjukkan hal yang sama, dimana sebagian besar yaitu masing-masing sebesar 71% dan 59% menyatakan berharap memperoleh berita kasus TPK secara mutakhir, disusul 19% dan 29% menyatakan sangat berharap, 7% dan 12% menyatakan kurang berharap, dan hanya 3% responden KPA yang menyatakan tidak berharap, sementara responden bendahara tidak ada yang menyatakan tidak berharap. Perbandingan tanggapan responden ditunjukkan bahwa gambar berikut ini. Gambar Perbandingan Tanggapan Responden Memperoleh Berita Kasus TPK secara Mutakhir 80% 60% 71% 59% 40% 20% 0% 19% KPA 7% 29% 12% 3% 0% Bendahara Sangat berharap Berharap Kurang Berharap Tidak berharap Dari kondisi diatas dapat disimpulkan bahwa berita kasus TPK dapat dikategorikan sebagai berita yang menarik perhatian khalayak, dimana mayoritas responden memiliki harapan untuk memperoleh beritanya secara mutakhir. Hal ini sejalan dengan tesis dari Bond (1961, dalam Suhandang, 2004) yang menyatakan bahwa semakin dekat waktu suatu peristiwa dengan saat ketika audiens membaca suatu berita, maka berita itu semakin memersuasi audiens.

31 70 Gambar Berita kasus TPK terbaru lebih menarik perhatian dibanding yang lama Berita kasus TPK terbaru lebih menarik dibanding yang lama 11% 68% 0% 21% Sangat menarik Menarik Kurang menarik Tidak menarik Secara umum, responden KPA dan bendahara berpendapat bahwa berita kasus TPK yang terbaru lebih menarik perhatian dibanding yang telah lama. Hal tersebut tercermin dari sebanyak 68% responden atau 52 orang menyakan demikian. Diikuti 21% atau 16 orang menyatakan sangat menarik, 11% atau 8 orang menyatakan kurang menarik dan tidak terdapat responden yang menyatakan tidak menarik. Kondisi yang sama juga ditemukan pada tingkatan KPA dan bendahara. Terdapat masing-masing sebanyak 68% dan 71% yang menyatakan berita terbaru lebih menarik perhatian, 19% dan 29% menyatakan sangat menarik perhatian dan hanya 14% responden KPA yang menyatakan kurang menarik. Sementara untuk bendahara tidak terdapat responden yang menyatakan tidak menarik perhatian. Merujuk pada tesis dari Blayer (dalam Suhandang, 2004) yang menyatakan bahwa berita yang terbaik ialah berita yang paling menarik perhatian bagi jumlah pembaca yang paling besar, maka dapat disimpulkan bahwa berita kasus TPK yang terbaru lebih menarik perhatian dan minat responden dibanding yang sudah lama dan memenuhi unsur sebagai berita yang baik.

32 71 Gambar Berita kasus TPK yang dekat dengan tempat kerja menarik perhatian Sebagian besar responden berpendapat bahwa berita kasus TPK yang terjadi dekat dengan tempat kerja menarik perhatian mereka. Hal tersebut Berita kasus TPK yang terjadi dekat tempat kerja 13% 0% 68% 19% Sangat menarik Menarik Kurang menarik Tidak menarik tercermin dari mayoritas responden yaitu 68% atau 52 orang menyatakan berita seperti itu menarik perhatian mereka, 19% atau 14 orang bahkan menyatakan sangat menarik, 13% atau 10 orang menyatakan kurang menarik dan tidak terdapat responden yang menyatakan tidak menarik. Kondisi yang sama juga ditunjukkan baik pada tingkatan KPA dan bendahara. Pada tingkatan KPA masing-masing 64% dan 82% menyataan menarik, 20% dan 12% menyatakan sangat menarik, diikuti 15% dan 6% yang menyatakan kurang menarik. Tidak ada seorangpun responden, baik KPA maupun bendahara yang menyatakan berita kasus TPK yang terjadi dekat dengan tempat kerja mereka tidak menarik perhatian. Merujuk pada tesis dari Bond (1961, dalam Suhandang 2004) yang menyatakan bahwa kedekatan tempat kejadian (proximity) merupakan faktor utama dari sebuah berita yang bernilai tinggi dan dapat merangsang bangkitnya perhatian orang banyak, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berita kasus TPK yang dekat dengan tempat kerja responden dipersepsikan sebagai berita yang bernilai tinggi dan merangsang perhatian.

33 72 Gambar Perhatian terhadap berita kasus TPK yang terjadi dekat tempat tinggal atau kampung halaman 13% Berita kasus TPK yang terjadi dekat tempat tinggal atau kampung halaman 1% 71% 15% Sangat perhatian Perhatian Kurang perhatian Tidak perhatian Mayoritas responden yaitu sebanyak 70% atau 54 orang menyatakan memberi perhatian khusus terhadap berita kasus TPK yang terjadi dekat tempat tinggal atau kampung halaman. Diikuti 15% atau 11 orang yang menyatakan sangat perhatian, 14% atau 10 orang kurang perhatian dan hanya 1% responden atau 1 orang yang menyatakan tidak memberikan perhatian khusus. Kondisi yang sama juga ditemukan pada tingkatan KPA dan bendahara. Mayoritas responden yaitu masing-masing sebesar 68% dan 82% menyatakan memberi perhatian khusus. Pada tingkatan KPA, sebanyak 17% responden menyatakan sangat perhatian, diikuti 16% menyatakan kurang perhatian dan tidak terdapat responden yang menyatakan tidak memberikan perhatian khusus. Sementara untuk tingkatan bendahara, responden memberikan pendapat yang sama yaitu masing-masing 6% untuk pilihan jawaban sangat menarik perhatian, kurang menarik perhatian dan tidak menarik perhatian. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan tesis Bond (1961, Suhandang 2004) yang menyatakan bahwa kedekatan tempat terjadinya suatu berita merupakan salah satu faktor utama menarik tidaknya suatu berita bagi khalayak.

34 73 Gambar Pengaruh Berita kasus TPK yang terjadi di lingkungan Pemda kepada responden 20% Berita kasus TPK di lingkungan Pemda mempengaruhi responden 9% 57% 14% Sangat berpengaruh Berpengaruh Kurang berpengaruh Tidak berpengaruh Menjawab pertanyaan, apakah kasus TPK yang terjadi di lingkungan Pemda mempengaruhi responden atau tidak, lebih dari setengah responden yaitu 57% atau 43 orang menyatakan mempengaruhi mereka. Sebesar 20% atau 15 orang menyatakan bahwa hal tersebut kurang berpengaruh. Sisanya sebesar 14% dan 9% menyatakan sangat berpengaruh dan tidak berpengaruh. Kondisi ini menunjukkan bahwa jarak terjadinya suatu berita dipersepsikan oleh khalayak pembacanya lebih memiliki pengaruh dan hal ini menguatkan tesis dari Bond (1961, dalam Suhandang 2004) tentang karakteristik kedekatan (proximity) dari sebuah berita. Kondisi yang sama juga ditemukan baik pada tingkatan KPA maupun bendahara, dimana mayoritas responden yaitu sebesar 56% dan 59% menyatakan berpengaruh bagi mereka. Namun, pada tingkatan KPA posisi berikutnya diikuti oleh pendapat kurang berpengaruh sebesar 22%, diikuti pendapat sangat berpengaruh sebesar 14% dan sisanya 8% menyatakan tidak berpengaruh. Sementara pada tingkatan bendahara, setelah berpengaruh, diikuti dengan pendapat sangat pengaruh sebesar 18%, diikuti pendapat kurang berpengaruh dan tidak berpengaruh masing-masing sebesar 12%.

35 74 Gambar Pendapat terhadap berita kasus TPK dengan nilai kerugian negara/daerah yang besar Menjawab pertanyaan tentang pendapat terhadap berita kasus TPK dengan nilai kerugian negara/daerah Berita kasus TPK dengan nilai kerugian negara/daerah besar 4% 0% 13% Sangat menarik Menarik yang besar, mayoritas responden yaitu sebesar 83% atau 63 orang 83% Kurang menarik Tidak menarik menyatakan berita tersebut sangat menarik bagi mereka. Sebesar 13% menyatakan sangat menarik dan hanya 4% yang kurang tertarik dengan berita kasus TPK dengan nilai kerugian negara/daerah yang besar. Kondisi yang sama juga ditemukan pada tingkatan KPA dan bendahara. Bahkan pada tingkatan bendahara, responden hanya memberikan pilihan pada alternatif jawaban menarik dan sangat menarik masing-masing sebesar 88% dan 12%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempersepsikan sebuah berita sebagai berita yang menarik berdasarkan ukuran ataupun dampak yang ditimbulkan oleh berita tersebut. Hasil ini juga sejalan dengan tesis Bond (1961, dalam Suhandang 2004) yang menyatakan bahwa ukuran suatu berita merupakan faktor utama sebuah berita yang menarik perhatian khalayak.

36 75 Gambar Respon terhadap berita kasus TPK berskala nasional 12% 0% Berita kasus TPK berskala nasional 74% 14% Selalu mengikuti Mengikuti Kurang mengikuti Tidak mengikuti Mayoritas responden yaitu sebesar 74% atau 55 orang menyatakan mengikuti berita-berita kasus TPK berskala nasional. Sebesar 14% atau 10 orang bahkan selalu mengikuti, sisanya sebesar 12% atau 9 orang menyatakan kurang mengikuti. Kondisi yang sama juga ditemukan pada tingkatan KPA maupun bendahara. Bedanya, pada tingkatan bendahara setelah pendapat mengikuti adalah kurang mengikuti sebesar 24%, disusul sangat mengikuti sebesar 18%. Perbandingan sebaran pendapat responden pada kedua tingkatan tersebut dapat dilihat pada diagram berikut. Gambar Perbandingan respon KPA dan Bendahara terhadap berita kasus TPK berskala nasional 100% 80% 60% 40% 20% KPA Bendahara 0% Selalu mengikuti Mengikuti Kurang mengikuti Tidak mengikuti Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor lingkup atau ukuran dari berita kasus TPK memengaruhi minat dan keiginan responden untuk mengikutinya. Temuan ini juga sejalan dengan tesis Bond (1962, dalam Suhandang 2004) bahwa ukuran dari sebuah berita menjadi faktor yang mendorong minat dan ketertarikan khalayak.

37 76 Gambar Respon terhadap kasus korupsi besar di tanah air 53% 0% Respon mencermati kasus korupsi besar tanah air 4% 43% Sangat rutin Rutin Tidak rutin Tidak mencermati Terhadap pertanyaan mengenai respon terhadap kasus korupsi besar di tanah air, lebih dari separuh responden yaitu sebesar 53% atau 40 orang menyatakan tidak rutin mencermati berbagai kasus besar korupsi yang terjadi di Indonesia. Sisanya sebesar 43% atau 33 orang menyatakan rutin mengikuti dan hanya 4% atau 3 orang yang sangat rutin. Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan ketika melakukan tatap muka dengan para responden diketahui bahwa para responden tidak terlalu memberi perhatian terhadap kasus-kasus korupsi besar di tanah air. Salah satu penyebabnya yaitu karena begitu banyak dan silih bergantinya kasus korupsi yang terjadi, sehingga responden hanya memberian perhatian sekadar saja. Kondisi yang sama juga terjadi baik pada tingkatan KPA maupun bendahara. Gambar Respon terhadap berita kasus TPK yang melibatkan tokoh atau pejabat penting di Indonesia Mayoritas respon yaitu sebesar 82% atau 62 orang berpendapat bahwa berita kasus TPK yang melibatkan tokoh atau pejabat penting di Indonesia merupakan berita yang menarik Respon terhadap berita kasus TPK melibatkan tokoh atau pejabat penting di Indonesia 5% 0% 13% Sangat menarik 82% Menarik Kurang menarik Tidak menarik

38 77 perhatian mereka. Sebesar 13% atau 10 orang bahkan menyatakan sebagai berita yang sangat menarik dan hanya sebagian kecil yaitu 5% atau 4 orang yang kurang tertarik dengan berita tersebut. Kondisi yang sama juga ditemukan baik pada tingkatan KPA maupun bendahara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaku ataupun orang yang terlibat dengan sebuah kasus TPK sangat menentukan terhadap persepsi yang diberikan responden. Apabila pelaku ataupun orang yang terlibat dalam sebuah kasus TPK merupakan tokoh atau pejabat penting, hal tersebut cenderung lebih menarik perhatian responden. Gambar Respon terhadap berita kasus TPK yang melibatkan pejabat tinggi di lingkungan Pemda Respon terhadap berita kasus TPK yang melibatkan pejabat tinggi di lingkungan Pemda 17% 0% 65% 18% Sangat mengikuti Mengikuti Kurang mengikuti Tidak mengikuti Terhadap pertanyaan mengenai respon terhadap berita kasus TPK yang melibatkan pejabat tinggi di lingkungan Pemda, mayoritas responden yaitu sebesar 65% atau 49 orang menyatakan mengikuti, disusul 18% atau 14 orang menyatakan sangat mengikuti, sisanya sebesar 17% atau 13 orang menyatakan kurang mengikuti. Hasil ini menunjukkan kondisi yang sama dengan pertanyaan terdahulu mengenai respon yang diberikan responden terhadap berita kasus TPK yang melibatkan tokoh atau pejabat penting di tanah air. Kedua hasil ini mengkonfirmasi bahwa kepentingan (importance) suatu berita bagi khalayak yang antara lain digambarkan oleh orang-orang yang terlibat didalamnya (who) merupakan faktor yang mempengaruhi minat, ketertarikan dan

39 78 keinginan mengikuti suatu berita bagi khalayak. Hal ini juga sejalan dengan tesis Bond (1961) tentang faktor utama sebuah berita yang menarik minat pembacanya dimana salah satunya adalah tingkat kepentingan (importance). Gambar Perbandingan respon pada tingkatan KPA dan bendahara 80% 60% 40% 20% KPA Bendahara 0% Sangat mengikuti Mengikuti Kurang mengikuti Tidak mengikuti Hasil yang sedikit berbeda ditunjukkan pada tingkatan KPA dan bendahara. Pada tingkatan bendahara, setelah pilihan jawaban mengikuti sebesar 53%, disusul jawaban kurang mengikuti sebesar 29% dan terakhir jawaban sangat mengikuti sebesar 18%. Perbandingan respon pada kedua tingkatan ini dapat dilihat pada diagram diatas. Gambar Tanggapan terhadap berita kasus TPK yang melibatkan penegak hukum di Indonesia Menjawab pertanyaan mengenai tanggapan terhadap berita kasus TPK yang melibatkan penegak hukum di Indonesia, setengah dari jumlah responden yaitu 50% atau 38 49% Berita kasus TPK yang melibatkan aparat penegak hukum 0% 1% 50% Sangat prihatin Prihatin Kurang prihatin Tidak pengaruh orang menyatakan sangat prihatin terhadap berita kasus TPK yang melibatkan aparat penegak hukum di Indonesia. Sebesar 49% atau 37 orang menyatakan

40 79 prihatin dan hanya 1% atau 1 orang yang menyatakan kurang prihatin. Hal ini menunjukkan hampir seluruh responden yaitu 99% memberikan tanggapan yang sama yaitu prihatin dengan berita kasus TPK yang melibatkan aparat penegak hukum. Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh pada saat bertatap muka dengan para responden, diketahui rasa prihatin timbul dalam diri responden mengingat aparat penegak hukum yang seharusnya menjadi teladan dalam proses penegakan hukum, terlibat dalam kasus korupsi dengan cara menyalahgunakan kewenangan yang dimiliki untuk kepentingan pribadi. Gambar Perbandingan tanggapan responden pada tingkatan KPA dan bendahara 80% 60% 40% 59% 47% 51% 41% 20% 0% 0% 0% 2% 0% Sangat prihatin Prihatin Kurang prihatin Tidak pengaruh KPA Bendahara Diagram diatas menunjukkan bahwa pada tingkatan KPA, sebesar 98% responden menyatakan prihatin dengan berita kasus TPK yang melibatkan aparat penegak hukum, dimana masing-masing 47% dan 51% menyatakan sangat prihatin dan prihatin dan hanya 2% yang menyatakan tidak berpengaruh. Sementara pada tingkatan bendahara, seluruh responden atau 100% menyatakan prihatin yang terdiri dari 59% sangat prihatin dan sisanya 41% prihatin.

41 Variabel Y (komponen sikap) Gambar Mengetahui berita kasus TPK melalui media massa Mengetahui berita kasus TPK lewat media massa 7% 0% 8% Sangat mengetahui Mengetahui 85% Kurang mengetahui Tidak mengetahui Terhadap pertanyaan apakah responden mengetahui berita kasus TPK melalui media massa, mayoritas responden yaitu 85% atau 65 orang menyatakan mengetahui berbagai berita kasus TPK melalui media massa. Sebesar 8% atau 6 orang bahkan menyatakan sangat mengetahui, 7% atau 5 orang menyatakan kurang dan tidak terdapat responden yang menyatakan tidak mengetahui. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden yaitu sebesar 93% menyatakan bahwa media massa merupakan sumber untuk mendapatkan informasi, khususnya yang berkaitan dengan berita kasus TPK. Kondisi ini juga merupakan perwujudan dari fungsi media massa sebagai pemberi informasi (to inform) bagi khalayak, yang oleh ahli komunikasi Harold D. Laswell disebut sebagai fungsi pengawasan instrumental/instrumental surveillance (Nurudin, 2013).

42 81 Gambar Perbandingan tanggapan responden KPA dan Bendahara mengetahui berita kasus TPK melalui media massa 100% 80% 60% 40% 20% KPA Bendahara 0% Sangat mengetahui Mengetahui Kurang mengetahui Tidak mengetahui Diagram diatas menunjukkan bahwa pada tingkatan KPA, 95% responden menyatakan mengetahui berita kasus TPK melalui media massa dimana jumlah itu terdiri dari 7% sangat mengetahui dan 88% mengetahui, dan hanya 5% yang menyatakan kurang mengetahui. Kondisi yang tidak terlalu berbeda terjadi pada tingkatan bendahara, dimana 88% menyatakan mengetahui yang terdiri dari 12% sangat mengetahui dan 76% mengetahui, dan sisanya 12% mengatakan kurang mengetahui. Gambar Pendapat Responden bahwa kasus TPK bertentangan dengan hukum Terhadap pertanyaan mengenai pendapat responden bahwa kasus TPK bertentangan dengan hukum, seluruh responden (100%) menyatakan setuju bahwa kasus Praktek korupsi bertentangan dengan hukum 53% 0% 0% 47% Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidak Setuju korupsi merupakan praktek yang bertentangan dengan hukum yang berlaku yang terdiri dari 53% berpendapat sangat setuju dan 47% setuju.

43 82 Hal yang sama juga ditemukan, baik pada tingkatan KPA maupun bendahara. Perbandingan tanggapan responden baik secara keseluruhan, pada tingkatan KPA maupun bendahara dapat dilihat pada diagram berikut ini. Gambar Perbandingan tanggapan responden kasus korupsi bertentangan dengan hukum yang berlaku 80% 60% 40% 20% Keseluruhan KPA Bendahara 0% Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidak Setuju Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh responden, baik KPA maupun bendahara memiliki satu pemahaman bahwa kasus TPK merupakan praktek yang salah dan bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Pemahaman ini merupakan bagian dari kognisi yang dimiliki oleh responden, yang merupakan salah satu unsur pembentuk sikap, termasuk dalam rangka pengelolaan keuangan daerah. Gambar Responden memahami kasus TPK merugikan keuangan negara/daerah 4% Kasus TPK merugikan keuangan negara/daerah 70% 0% 26% Sangat memahami Memahami Kurang memahami Tidak memahami Hampir seluruh responden yaitu sebesar 96% berpendapat bahwa melalui berita di media massa mereka mendapatkan pemahaman bahwa kasus TPK merugikan keuangan negara/daerah. Pilihan jawaban tersebut terdiri dari 26% menyatakan sangat memahami dan 70% memahami. Hanya sebagian kecil

44 83 responden yaitu 4% yang menyatakan bahwa mereka kurang mendapatkan pemahaman. Kondisi yang hampir sama juga terjadi, baik pada tingkatan KPA maupun bendahara. Perbandingan pendapat responden secara keseluruhan, pada tingkatan KPA maupun bendahara dapat dilihat pada diagram berikut ini. Gambar Perbandingan pendapat responden kasus TPK merugikan keuangan negara/daerah Keseluruhan KPA Bendahara 82% 70% 66% 26% 31% 12% 4% 3% 6% 0% 0% 0% Sangat memahami Memahami Kurang memahami Tidak memahami Pemahaman yang diperoleh responden melalui berbagai berita di media massa bahwa kasus TPK mengakibatkan kerugian pada keuangan negara maupun daerah merupakan bagian dari kognisi responden yang juga merupakan komponen pembentuk sikap, secara khusus dalam pengelolaan keuangan daerah. Hal ini merujuk pada tersis dari Liliweri (2011) yang menyatakan bahwa kognisi merupakan salah satu komponen pembentuk sikap manusia. Gambar Tanggapan terhadap maraknya berita kasus TPK di Indonesia Terhadap pertanyaan tanggapan terhadap maraknya berita kasus TPK di Indonesia, hampir seluruh responden yaitu 99% menyatakan Tanggapan melihat maraknya berita kasus TPK di Indonesia 49% 1% 0% 50% Sangat prihatin Prihatin Kurang prihatin Tidak pengaruh

45 84 prihatin melihat maraknya berita kasus TPK yang terjadi di Indonesia. Pendapat tersebut terdiri dari pilihan jawaban sangat prihatin sebesar 50% dan prihatin 49%. Sisanya, 1% memilih jawaban kurang prihatin. Kondisi yang hampir sama juga terjadi, baik pada tingkatan KPA maupun bendahara. Perbedaannya, pada tingkatan KPA pilihan jawaban prihatin yaitu 53% lebih besar dibanding responden yang memilih jawaban sangat prihatin sebesar 46%, dan sisanya sebesar 2% memberikan jawaban kurang prihatin. Sementara pada tingkatan bendahara, seluruh responden (100%) menyatakan prihatin, yang terdiri dari sebesar 65% sangat prihatin dan 35% prihatin. Perbandingan jawaban responden dapat dilihat pada diagram berikut ini. Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh pada saat bertatap muka dengan para responden diketahui bahwa rasa prihatin timbul dalam diri responden mengingat sangat marak dan silih bergantinya kasus TPK yang terjadi di Indonesia. Sejak reformasi bergulir di Indonesia dan kepemimpinan negara telah silih berganti juga, tetapi bangsa Indonesia tetap berkutat pada masalah korupsi. Kasus korupsi hanya menguntungkan segelintir orang yang melakukan, namun sangat merugikan bagi perekonomian Indonesia serta menghambat proses pembangunan yang sedang berjalan. Gambar Perbandingan pendapat responden prihatin dengan maraknya kasus korupsi di Indonesia Keseluruhan KPA Bendahara 65% 50% 46% 49% 53% 35% 1% 2% 0% 0% 0% 0% Sangat prihatin Prihatin Kurang prihatin Tidak pengaruh

46 85 Pendapat hampir seluruh responden yang menyatakan bahwa mereka prihatin dengan maraknya berita kasus TPK yang terjadi di Indonesia merupakan bagian dari unsur afektif yang dimiliki responden yang mencakup perasaan, perhatian, maupun emosi. Menurut Liliweri (2011), unsur afektif ini merupakan salah satu dari komponen utama pembentuk sikap manusia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden memiliki keprihatinan terhadap kondisi korupsi di Indonesia dan hal tersebut merupakan unsur pembentuk sikap mereka dalam pengelolaan keuangan daerah. Gambar Respon mengetahui banyak kasus TPK 4% Perasaan yang timbul mengetahui banyak kasus TPK 15% 55% 26% Sangat takut Takut Kurang takut Tidak pengaruh Lebih dari setengah responden yaitu 55% atau 42 orang menyatakan memiliki perasaan takut dalam pelaksanaan tugas setelah mengetahui banyak kasus TPK. Sebesar 26% atau 20 orang bahkan menyatakan sangat takut, 15% menyatakan tidak berpengaruh dan 4% menyatakan kurang takut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa afeksi yang timbul dalam diri responden setelah mengetahui berbagai kasus TPK adalah perasaan takut (81%). Namun demikian masih terdapat responden menyatakan bahwa hal tersebut tidak mempengaruhi meraka dalam menjalankan tugas (15%). Kondisi yang hampir sama juga ditunjukkan pada tingkatan KPA maupun bendahara dan dapat dilihat pada diagram berikut ini.

47 86 Gambar Perbandingan perasaan responden mengetahui banyak kasus TPK Keseluruhan KPA Bendahara 55% 56% 53% 26% 25% 29% 4% 2% 12% 14% 17% 6% Sangat takut Takut Kurang takut Tidak pengaruh Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum, afeksi yang muncul dalam diri responden dalam pelaksanaan tugas, baik sebagai KPA maupun bendahara, setelah mengetahui berbagai berita kasus TPK adalah timbulnya rasa takut. Sejalan dengan pendapat Liliweri (2011), rasa takut ini akan menjadi pembentuk sikap dalam menjalankan tugas mengelola keuangan daerah. Gambar Tindakan dalam menjalankan tugas ketika mengetahui kasus TPK Atas pertanyaan tindakan dalam menjalankan tugas setelah mengetahui berbagai berita kasus TPK, seluruh responden (100%) menyatakan akan berhati-hati, 47% Tindakan dalam menjalankan tugas 0% 0% 53% Sangat berhati-hati Berhati-hati Kurang berhati-hati Tidak pengaruh bahkan 53% diantaranya menyatakan sangat berhati-hati. Kondisi yang sama juga ditemukan pada tingkatan KPA dan bendahara. Perbedaan yang muncul hanya pada jumlah responden yang memilih sangat berhati-hati dengan berhati-hati. Perbandingan jumlah responden dapat dilihat pada diagram berikut ini.

48 87 Gambar Perbandingan tanggapan responden dalam menjalankan tugas Keseluruhan KPA Bendahara 53% 47% 71% 53% 47% 29% 0% 0% 0% 0% 0% 0% Sangat berhati-hati Berhati-hati Kurang berhati-hati Tidak pengaruh Menurut Liliweri (2011), konatif berisi predisposisi seseorang untuk bertindak terhadap objek. Hal ini berarti responden memiliki kecenderungan untuk bertindak secara hati-hati dan sebagian sangat hati-hati setelah mengetahui berbagai kasus TPK korupsi. Komponen konatif ini merupakan salah satu pembentuk sikap bagi responden, secara khusus dalam pengelolaan keuangan daerah. Gambar Keinginan meningkatkan kompetensi setelah mengetahui berita kasus TPK 1% Keinginan meningkatkan 0% 46% kompetensi Selalu berupaya Berupaya 53% Kurang berupaya Tidak pengaruh Terhadap pertanyaan, apakah responden berupaya meningkatkan keahlian (kompetensi) berkaitan dengan pemahaman akan berbagai kasus TPK, hampir seluruh responden yaitu sebesar 99% menyatakan berupaya meningkatkan kompetensi supaya terhindar dari jeratan kasus korupsi. Jawaban tersebuh terdiri dari dua pilihan jawaban, yaitu selalu berupaya sebesar 53% dan berupaya sebesar 46%. Dari seluruh responden, hanya 1% yang menyatakan kurang berupaya.

49 88 Kondisi yang hampir sama juga ditemukan pada tingkatan KPA dan bendahara. Pada tingkatan KPA sebesar 99% responden juga menyatakan berupaya, sementara pada tingkatan bendahara seluruh respon atau 100% menyatakan berupaya. Perbandingan pendapat dari responden secara keseluruhan, KPA maupun bendahara dapat dilihat pada diagram berikut ini. Gambar Perbandingan tanggapan responden keinginan meningkatkan keahlian Keseluruhan KPA Bendahara 65% 53% 49% 46% 49% 35% 0% 0% 0% 1% 2% 0% Selalu berupaya Berupaya Kurang berupaya Tidak pengaruh Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden (99%) memiliki keinginan dan upaya untuk meningkatkan keahlian (kompetensi) dalam rangka pelaksaan tugas, sehingga bisa terhindar dari jeratan kasus korupsi. Keinginan dan upaya tersebut menggambarkan kecenderungan bertindak yang dimiliki oleh responden, yang merupakan salah satu komponen utama dalam membentuk sikap secara khusus dalam pengelolaan keuangan daerah. Gambar Komitmen responden untuk bekerja secara jujur Komitmen untuk bekerja secara jujur 46% 0% 0% 54% Sangat berkomitmen Berkomitmen Tidak berkomitmen Tidak pengaruh Seperti pada pertanyaan sebelumnya, pada pertanyaan mengenai komitmen untuk bekerja secara jujur, seluruh responden (100%) menyatakan

50 89 memiliki komitmen untuk bekerja secara jujur berkaitan dengan pengetahuan akan berbagai kasus TPK. Jawaban tersebut terdiri dari dua pilihan jawaban yaitu sebesar 54% sangat berkomitmen dan sisanya 46% menyatakan berkomitmen. Hal yang sama juga ditemukan, baik pada tingkatan KPA maupun bendahara, sebagaimana ditunjukkan pada diagram berikut ini. Gambar Perbandingan tanggapan responden komitmen untuk bekerja secara jujur Keseluruhan KPA Bendahara 65% 54% 51% 46% 49% 35% 0% 0% 0% 0% 0% 0% Sangat berkomitmen Berkomitmen Tidak berkomitmen Tidak pengaruh Tanggapan responden pada pertanyaan ini menunjukkan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri responden. Seluruh responden, baik KPA maupun bendahara memiliki komitmen yang tinggi untuk bekerja secara jujur dalam melaksanakan tugas pengelolaan keuangan daerah yang diemban. 4.3 Analisis Tabel Silang Analisis tabel silang bertujuan untuk mengetahui hubungan yang dapat diperoleh diantara variabel penelitian yang dapat menjelaskan lebih dalam mengenai data yang sudah disajikan dalam bentuk tabel tunggal (Masril, 2014). Berdasarkan hasil analisis terhadap seluruh tabel tunggal dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisa tabel silang (cross tabulation) yang menghasilkan sebanyak 8 hasil analisis, yang diuraikan sebaggai berikut.

51 90 Tabel Data Silang: Jabatan dengan Intensitas penggunaan surat kabar Intensitas membaca surat kabar 1-3 hr 4-6 hr 7 hari (seminggu) Total Jabatan KPA % Jabatan 16.9% 18.6% 64.4% 100.0% % Intensitas membaca 66.7% 73.3% 82.6% 77.6% surat kabar % Total 13.2% 14.5% 50.0% 77.6% Bendahara % Jabatan 29.4% 23.5% 47.1% 100.0% % Intensitas membaca 33.3% 26.7% 17.4% 22.4% surat kabar % Total 6.6% 5.3% 10.5% 22.4% Total Jumlah % Jabatan 19.7% 19.7% 60.5% 100.0% % Intensitas membaca 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% surat kabar % Total 19.7% 19.7% 60.5% 100.0% Sumber: Hasil penelitian, diolah dengan bantuan SPSS Tabel diatas menunjukkan bahwa dari total responden dengan jabatan sebagai KPA sebanyak 59 orang, 64,4% diantaranya membaca surat kabar 7 hari (seminggu), sementara untuk bendahara, dari total responden sebanyak 17 orang, sebesar 47,1% menyatakan membaca surat kabar 7 hari dalam seminggu. Namun untuk intensitas membaca surat kabar 4 s.d. 6 hari dan 1 s.d. 3 hari dalam seminggu, persentase bendahara lebih besar dibandingkan KPA. Hasil ini menggambarkan bahwa intensitas membaca surat kabar dengan frekuensi 7 hari dalam seminggu, lebih tinggi pada KPA dibandingkan bendahara. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan menggunakan surat kabar (setiap hari) pada KPA lebih tinggi dibandingkan pada bendahara di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera.

52 91 Sebagai salah satu jenis media massa, surat kabar merupakan medium utama yang digunakan oleh banyak orang untuk mendapatkan informasi. Hal ini sejalan dengan tesis Vivian (2008) yang menyatakan bahwa tidak ada sumber berita yang dapat menyamai keluasan dan kedalaman liputan berita koran, yang sekaligus memperkuat popularitas dan pengaruh yang dimiliki surat kabar. Tabel Data Silang: Jabatan dengan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan SLTA Diploma S1 S2 S3/ Lainnya Jabatan KPA Total % Jabatan.0% 1.7% 23.7% 71.2% 3.4% 100.0% % Tingkat Pendidikan.0% 33.3% 63.6% 93.3% 100.0% 77.6% % Total.0% 1.3% 18.4% 55.3% 2.6% 77.6% Bendahara % Jabatan 23.5% 11.8% 47.1% 17.6%.0% 100.0% % Tingkat Pendidikan 100.0% 66.7% 36.4% 6.7%.0% 22.4% % Total 5.3% 2.6% 10.5% 3.9%.0% 22.4% Total Jumlah % Jabatan 5.3% 3.9% 28.9% 59.2% 2.6% 100.0% % Tingkat Pendidikan 100.0% 100.0% 100.0% % 100.0% 100.0% % Total 5.3% 3.9% 28.9% 59.2% 2.6% 100.0% Sumber: Hasil penelitian, dengan bantuan SPSS Tabel diatas menunjukkan hubungan antara jabatan dengan tingkat pendidikan pegawai. Dari total responden KPA sebanyak 59 orang, 71,2% memiliki latar belakang pendidikan S2 dan diikuti 23,7% berpendidikan S1. Sementara untuk bendahara, dari total responden sebanyak 17 orang, sebagian besar yaitu 47,1% memiliki labar belakang pendidikan S1, diikuti berpendidikan SLTA sebesar 23,5% dan berpendidikan S2 sebesar 17,6%.

53 92 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan untuk pengawai yang memiliki jabatan sebagai KPA lebih tinggi dibandingkan bendahara. Kondisi ini juga menggambarkan bahwa pegawai yang berkaitan dengan tugas pengelolaan keuangan di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah didukung dengan latar belakang pendidikan yang memadai. Tabel Data Silang: Jabatan dengan Jenis Kelamin Laki-Laki Jenis Kelamin Perempuan Total Jabatan KPA % Jabatan 76.3% 23.7% 100.0% % Jenis Kelamin 81.8% 66.7% 77.6% % Total 59.2% 18.4% 77.6% Bendahara % Jabatan 58.8% 41.2% 100.0% % Jenis Kelamin 18.2% 33.3% 22.4% % Total 13.2% 9.2% 22.4% Total Jumlah % Jabatan 72.4% 27.6% 100.0% % Jenis Kelamin 100.0% 100.0% 100.0% % Total 72.4% 27.6% 100.0% Sumber: Hasil penelitian, dengan bantuan SPSS Tabel diatas menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. Dari total responden sebanyak 76 orang, 72,4% atau sebanyak 55 orang berjenis kelamin laki-laki dan 27,6% atau sebanyak 21 orang berjenis kelamin perempuan. Dari tabel diatas juga diketahui perbandingan jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin pada tingkatan KPA dan bendahara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, baik pada tingkatan KPA maupun bendahara jumlah pegawai laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal yang membedakan adalah pada tingkatan KPA, selisih antara pegawai laki-laki dan perempuan

54 93 sebesar 52,6% (76,3% - 23,7%), sementara pada tingkatan bendahara selisihnya hanya sebesar 17,6% (58,8% - 41,2%). Kondisi diatas menggambarkan bahwa pegawai yang bertugas dalam pengelolaan keuangan daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, baik sebagai KPA maupun sebagai bendahara didominasi oleh pegawai berjenis kelamin laki-laki. Tabel Data Silang: Usia dengan Mengikuti berita terkini kasus TPK Mengikuti berita terkini kasus TPK Jarang Mengikuti Selalu mengikuti Total Usia < 30 thn % Usia 50.0%.0% 50.0% 100.0% % Mengikuti berita terkini kasus TPK 25.0%.0% 8.3% 2.6% % Total 1.3%.0% 1.3% 2.6% thn % Usia.0% 100.0%.0% 100.0% % Mengikuti berita terkini kasus TPK.0% 6.7%.0% 5.3% % Total.0% 5.3%.0% 5.3% thn % Usia 8.7% 87.0% 4.3% 100.0% % Mengikuti berita terkini kasus TPK 50.0% 33.3% 8.3% 30.3% % Total 2.6% 26.3% 1.3% 30.3% > 50 thn % Usia 2.1% 76.6% 21.3% 100.0% % Mengikuti berita terkini kasus TPK 25.0% 60.0% 83.3% 61.8% % Total 1.3% 47.4% 13.2% 61.8% Total Jumlah % Usia 5.3% 78.9% 15.8% 100.0% % Mengikuti berita terkini kasus TPK 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % Total 5.3% 78.9% 15.8% 100.0% Sumber: Hasil penelitian, dengan bantuan SPSS

55 94 Tabel diatas menunjukkan hubungan antara usia responden terhadap aktivitas mengikuti berita terkini (terbaru) kasus TPK. Dari total responden sebanyak 76 orang, sebagian besar yaitu 47,4% adalah pegawai berusia 50 tahun keatas dan menyatakan mengikuti berita-berita terkini berkaitan dengan kasus TPK. Disusul sebesar 26,3% pegawai berusia tahun dan juga menyatakan mengikuti berita terkini kasus TPK. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berita terkini terkait kasus TPK tidak hanya diminati dan diikuti oleh pegawai dengan usia yang relatif muda (41 50 tahun), bahkan lebih diminati oleh pegawai dengan usia relatif tua (diatas 50 tahun). Kondisi ini menunjukkan bahwa berita dengan topik yang berkaitan dengan kasus TPK memiliki daya tarik bagi khalayak dan tidak dibatasi oleh faktor usia.

56 95 Tabel Data Silang: Usia dengan Intensitas penggunaan internet TP/ Jarang Intensitas menggunakan internet 1-3 hr 4-7 hr 7 hr (seminggu) Usia < 30 thn Total % Usia.0% 100.0%.0%.0% 100.0% % Intensitas menggunakan internet.0% 18.2%.0%.0% 2.6% % Total.0% 2.6%.0%.0% 2.6% thn % Usia.0%.0% 50.0% 50.0% 100.0% % Intensitas menggunakan internet.0%.0% 12.5% 5.3% 5.3% % Total.0%.0% 2.6% 2.6% 5.3% thn % Usia 17.4% 8.7% 26.1% 47.8% 100.0% % Intensitas menggunakan internet 36.4% 18.2% 37.5% 28.9% 30.3% % Total 5.3% 2.6% 7.9% 14.5% 30.3% > 50 thn % Usia 14.9% 14.9% 17.0% 53.2% 100.0% % Intensitas menggunakan internet 63.6% 63.6% 50.0% 65.8% 61.8% % Total 9.2% 9.2% 10.5% 32.9% 61.8% Total Jumlah % Usia 14.5% 14.5% 21.1% 50.0% 100.0% % Intensitas menggunakan internet 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % Total 14.5% 14.5% 21.1% 50.0% 100.0% Sumber: Hasil penelitian, dengan bantuan SPSS Tabel diatas menunjukkan hubungan antara usia dengan intensitas pengunaan internet oleh pegawai. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa dari total responden sebanyak 76 orang, pegawai yang paling rutin menggunakan internet (7 hari dalam seminggu) adalah pegawai pada kisaran usia 50 tahun keatas sebesar 32,9%. Disusul oleh pegawai pada kisaran usia tahun 14,5%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, sebesar 50% (32,9% + 14,5% + 2,6%) pegawai yang bertugas sebagai KPA dan bendahara telah terbiasa menggunakan internet bahkan dengan

57 96 frekuensi yang sangat aktif yaitu 7 hari dalam seminggu. Dengan kata lain, untuk posisi KPA dan bendahara, istilah orang tua (senior) sebagai orang yang gagap teknologi tidak berlaku sepenuhnya. Melalui penggunaan internet sebagai salah satu jenis media massa, responden memperoleh berbagai jenis informasi yang akan digunakan sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Hal ini merupakan perwujudan media massa sebagai sumber informasi kepada khalayak (to inform). Tabel Data Silang: Jabatan dengan Pengaruh berita kasus TPK di lingkungan Pemda Tidak pengaruh Berita kasus TPK di lingkungan Pemda Kurang pengaruh Berpengaruh Sangat pengaruh Jabatan KPA Total % Jabatan 8.5% 22.0% 55.9% 13.6% 100.0% % Berita kasus TPK di lingkungan Pemda 71.4% 86.7% 76.7% 72.7% 77.6% % Total 6.6% 17.1% 43.4% 10.5% 77.6% Bendahara % Jabatan 11.8% 11.8% 58.8% 17.6% 100.0% % Berita kasus TPK di lingkungan Pemda 28.6% 13.3% 23.3% 27.3% 22.4% % Total 2.6% 2.6% 13.2% 3.9% 22.4% Total Jumlah % Jabatan 9.2% 19.7% 56.6% 14.5% 100.0% % Berita kasus TPK di lingkungan Pemda 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % Total 9.2% 19.7% 56.6% 14.5% 100.0% Sumber: Hasil penelitian, dengan bantuan SPSS Tabel diatas menunjukkan hubungan antara jabatan dengan pengaruh berita kasus tindak pidana korupsi yang terjadi di lingkungan Pemerindah Daerah (Pemda). Berdasarkan penelitian diketahui lebih dari setengah responden, baik sebagai KPA maupun bendahara menyatakan berita tersebut memengaruhi

58 97 mereka, yaitu 55,9% untuk KPA dan 58,8% untuk bendahara. Hanya sebagian kecil responden yaitu masing-masing 8,5% dan 11,8% yang menyatakan bahwa berita tersebut tidak berpengaruh terhadap mereka. Kondisi ini sejalan dengan model SOR yang menyatakan bahwa setiap rangsangan (stimulus) pasti akan menghasilkan respon tertentu. Dalam hal ini, stimulus (rangsangan) adalah berita kasus TPK yang terjadi di lingkungan Pemda dan respon yang muncul akibatnya adalah pernyataan KPA maupun bendahara bahwa hal itu berpengaruh pada mereka. Tabel Data Silang: Jabatan dengan Pendapat terhadap berita kasus TPK dengan nilai kerugian besar Berita kasus TPK dengan nilai kerugian yang besar Kurang menarik Menarik Sangat menarik Total Jabatan KPA % Jabatan 5.1% 81.4% 13.6% 100.0% % Berita kasus TPK dengan nilai 100.0% 76.2% 80.0% 77.6% kerugian yang besar % Total 3.9% 63.2% 10.5% 77.6% Bendahara % Jabatan.0% 88.2% 11.8% 100.0% % Berita kasus TPK dengan nilai.0% 23.8% 20.0% 22.4% kerugian yang besar % Total.0% 19.7% 2.6% 22.4% Total Jumlah % Jabatan 3.9% 82.9% 13.2% 100.0% % Berita kasus TPK dengan nilai 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% kerugian yang besar % Total 3.9% 82.9% 13.2% 100.0% Sumber: Hasil penelitian, dengan bantuan SPSS Tabel diatas menunjukkan hubungan antara jabatan pegawai dengan pendapat terhadap berita kasus TPK dengan nilai kerugian besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total responden KPA sebanyak 59 orang, mayoritas

59 98 yaitu 95,0% berpendapat berita kasus TPK dengan kerugian yang besar menarik bagi mereka (13,6% sangat menarik), hanya 5,1% yang menyatakan berita tersebut kurang menarik. Sementara untuk bendahara, dari total responden sebanyak 17 orang, seluruhnya atau 100% menyatakan berita tersebut menarik bagi mereka (11,8% sangat menarik). Aspek nilai kerugian negara/daerah yang besar dapat dikategorikan sebagai faktor ukuran (size) dari sebuah berita. Menurut Bond (Suhandang, 2004), faktor besar atau ukuran dari sebuah berita merupakan salah satu hal utama dari sebuah berita yang bernilai tinggi dan merangsang bangkitnya perhatian khalayak. Melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berita kasus TPK dengan nilai kerugian yang besar dapat dikategorikan sebagai berita yang menarik perhatian khalayak.

60 99 Tabel Data Silang: Mengetahui banyak kasus TPK dengan Perasaan yang timbul Kurang mengetahui Tidak pengaruh Perasaan yang timbul Kurang takut Takut Sangat takut Total Jumlah % Mengetahui banyak kasus TPK lewat media massa 60.0%.0% 40.0%.0% 100.0% % Perasaan yang timbul 27.3%.0% 4.8%.0% 6.6% % Total 3.9%.0% 2.6%.0% 6.6% Mengetahui Jumlah % Mengetahui banyak kasus 10.8% 4.6% 56.9% 27.7% 100.0% TPK lewat media massa % Perasaan yang timbul 63.6% 100.0% 88.1% 90.0% 85.5% % Total 9.2% 3.9% 48.7% 23.7% 85.5% Sangat mengetahui Jumlah % Mengetahui banyak kasus 16.7%.0% 50.0% 33.3% 100.0% TPK lewat media massa % Perasaan yang timbul 9.1%.0% 7.1% 10.0% 7.9% % Total 1.3%.0% 3.9% 2.6% 7.9% Total Jumlah % Mengetahui banyak kasus 14.5% 3.9% 55.3% 26.3% 100.0% TPK lewat media massa % Perasaan yang timbul 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % Total 14.5% 3.9% 55.3% 26.3% 100.0% Sumber: Hasil penelitian, dengan bantuan SPSS Tabel diatas menunjukkan hubungan antara mengetahui banyak kasus TPK dengan perasaan yang timbul dalam diri responden berkaitan dengan pelaksanaan tugas. Hasil penelitian menunjukkan dari total responden sebanyak 76 orang, mayoritas responden yaitu sebesar 72,4% (48,7% takut dan 23,7% sangat takut) menyatakan mengetahui banyak kasus TPK lewat media massa dan timbul perasaan takut dalam melaksanakan tugas. Kondisi ini menunjukkan bahwa berbagai berita kasus TPK yang diperoleh oleh KPA dan bendahara mengakibatkan timbulnya efek berupa rasa takut bagi mereka dalam menjalankan tugas. Hasil ini sejalan dengan model SOR, dimana

61 100 terpaan berita yang diterima responden sebagai stimulus mendorong timbulnya respon dari KPA dan bendahara berupa rasa takut dalam menjalankan tugas. 4.4 Uji Hipotesis Uji hipotesis adalah pengujian data statistik untuk mengetahui apakah data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan digunakan koefisien korelasi tata jenjang (Rank Order Correlation Coeficient) oleh Spearman. Uji hipotesis ini menggunakan korelasi Spearman Rank karena jenis data yang dikorelasikan adalah data atau skala ordinal. Perhitungan koefisien korelasi Spearman dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS versi berikut ini: Hasil perhitungan koefisien korelasi Spearmen ditunjukkan pada tabel Tabel Hasil uji korelasi antara Pemberitaan Kasus Tindak Pidana Korupsi di Media Massa terhadap Sikap KPA dan Bendahara dalam pengelolaan keuangan daerah Correlations Pemberitaan Sikap KPA dan kasus TPK di Bendahara Media Massa Spearman's rho Variabel X Correlation Coefficient ** Sig. (2-tailed)..000 N Variabel Y Correlation Coefficient.529 ** Sig. (2-tailed).000. N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

62 101 Hasil perhitungan koefisien korelasi Spearmen diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: a. Nilai koefisien korelasi (rho) sebesar 0,529 menunjukkan taraf kekuatan hubungan antara variabel X yaitu pemberitaan kasus TPK di media massa dengan variabel Y yaitu sikap KPA dan bendahara dalam pengelolaan keuangan daerah berada pada taraf kekuatan hubungan yang cukup. b. Nilai Sig (p) sebesar lebih kecil (<) dari 0,05, hal ini berarti hipotesis nol (H 0 ) ditolak dan H a diterima. Dengan kata lain, terdapat hubungan antara pemberitaan kasus TPK di media massa terhadap sikap KPA dan bendahara dalam pengelolaan keuangan daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. c. Nilai koefisien korelasi bertanda positif (+)0,529 menunjukkan bahwa variabel X memiliki hubungan searah (positif) dengan variabel Y. Artinya, jika terdapat penambahan atau pengurangan pada pemberitaan kasus TPK di media massa maka akan diikuti secara sejalan dengan penambahan atau pengurangan hubungan pada sikap KPA dan bendahara dalam pengelolaan keuangan daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. 4.5 Uji Perbedaan (Komparasi) Uji perbedaan (komparasi) merupakan pengujian yang dilakukan untuk menganalisis perbedaan diantara dua kelompok atau lebih (Kriyantono, 2008:183). Melalui pengujian ini, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan antara sikap KPA dan bendahara akibat terpaan pemberitaan kasus TPK di media massa.

63 102 Sesuai dengan jenis data dan skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala ordinal dan responden tidak berpasangan (independen), maka jenis uji statistik yang digunakan adalah Mann-Witney U Test (Siregar, 2012:177). Adapun hipotesis untuk uji perbedaan ini adalah: H 0 : Tidak terdapat perbedaan hubungan antara pemberitaan kasus TPK dengan sikap KPA dan Bendahara dalam pengelolaan keuangan daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. H 1 : Terdapat perbedaan hubungan antara pemberitaan kasus TPK dengan sikap KPA dan Bendahara dalam pengelolaan keuangan daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Perhitungan uji perbedaan dengan rumus Mann Witney U Test dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS versi Hasil perhitungan ditunjukkan pada tabel berikut ini: Tabel Hasil uji beda antara Pemberitaan Kasus Tindak Pidana Korupsi di Media Massa terhadap Sikap KPA dan Bendahara dalam pengelolaan keuangan daerah Mann-Whitney Test Ranks Total skor Jabatan N Mean Rank Sum of Ranks KPA Bendahara Total 76 Test Statistics a Total skor Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed).461 a. Grouping Variable: Jabatan

64 103 Hasil perhitungan uji beda tersebut menunjukkan bahwa Sig Z hitung adalah sebesar Nilai tersebut lebih besar (>) dari 0,05, dengan demikian H 0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antar hubungan pemberitaan kasus TPK di media massa terhadap sikap KPA maupun bendahara. Dengan kata lain, baik KPA maupun bendahara memiliki sikap yang identik dalam pengelolaan keuangan daerah berkaitan dengan pemberitaan kasus TPK di media massa. Untuk memberikan perspektif lain mengenai hubungan pemberitaan kasus TPK dengan sikap KPA dan bendahara, peneliti juga membandingkan nilai koefisien korelasi (rho) dari masing-masing kelompok responden. Perhitungan koefisien korelasi (rho) antara pemberitaan kasus TPK di media massa terhadap sikap KPA maupun bendahara, disajikan sebagai berikut: Tabel Hasil uji korelasi antara pemberitaan kasus tindak pidana korupsi di media massa terhadap sikap KPA dalam pengelolaan keuangan daerah Correlations Pemberitaan kasus TPK di Sikap KPA media massa Spearman's rho Variabel X Correlation Coefficient ** Sig. (2-tailed)..000 N Variabel Y Correlation Coefficient.591 ** Sig. (2-tailed).000. N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

65 104 Tabel Hasil uji korelasi antara pemberitaan kasus tindak pidana korupsi di media massa terhadap sikap Bendahara dalam pengelolaan keuangan daerah Correlations Pemberitaan kasus TPK di media massa Sikap Bendahara Spearman's rho Variabel X Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)..272 N Variabel Y Correlation Coefficient Sig. (2-tailed).272. N Dari kedua perhitungan koefisien korelasi (rho) diatas dapat diketahui beberapa hal, sebagai berikut: a. Koefisien korelasi sikap KPA adalah sebesar dan sikap bendahara sebesar Kedua koefisien tersebut sama-sama memiliki nilai positif (+), artinya variabel X yaitu pemberitaan kasus TPK di media massa memiliki hubungan yang searah dengan variabel Y yaitu sikap dalam KPA maupun bendahara. b. Kekuatan hubungan antara pemberitaan kasus TPK di media massa terhadap sikap KPA dalam pengelolaan keuangan daerah sebesar berada pada taraf cukup. Sementara terhadap sikap bendahara sebesar pada taraf yang lebih rendah yaitu lemah. c. Nilai Sig (p) pada sikap KPA adalah sebesar < 0,01 berarti hubungan variabel sangat signifikan, sementara nilai Sig (p) pada sikap bendahara sebesar > 0,05 berarti hubungan variabel tidak signifikan.

66 BAB V PEMBAHASAN Hasil uji tabel tunggal, tabel silang, korelasi maupun uji perbedaan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemberitaan kasus TPK terhadap sikap Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan bendahara dalam pengelolaan keuangan daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dimana taraf kekuatan hubungannya adalah cukup. Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini sejalan dengan model SOR yang yang menyatakan bahwa efek merupakan reaksi terhadap situasi tertentu. Dalam penelitian ini, efek adalah hubungan ataupun pengaruh yang timbul atau dirasakan oleh responden, sementara situasi tertentu adalah kondisi dimana responden menerima terpaan pemberitaan kasus TPK dari media massa. Sejalan dengan model tersebut, penelitian ini menunjukkan adanya hubungan (pengaruh) yang dirasakan oleh responden yaitu sikap dalam pengelolaan keuangan daerah sebagai reaksi terhadap pemberitaan kasus TPK. Model SOR mengasumsikan bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Asumsi ini memiliki makna, apabila suatu stimulus bertambah atau berkurang kualitasnya, maka akan diikuti dengan pertambahan atau pengurangan perubahan perilaku pada komunikan. Pernyataan ini sejalan dengan hasil uji tabel silang yang menunjukkan bahwa dari total 76 orang responden, 71,6% diantaranya menyatakan dengan mengetahui banyak kasus TPK lewat media massa mengakibatkan timbulnya perasaan takut dalam melaksanakan tugas. 105

67 106 Berkaitan dengan penggunaan media massa oleh responden, mengacu pada delapan jenis media massa menurut Biagi (2010), melalui penelitian ini ditemukan bahwa televisi merupakan media massa yang paling rutin digunakan oleh responden dengan rata-rata penggunaan setiap hari dalam seminggu dengan persentase sebesar 68%, diikuti oleh surat kabar = 61%, internet = 50%, radio = 24%, buku = 12%, majalah = 9%, film = 7% dan terakhir rekaman sebesar 4%. Jenis media massa setelah televisi yang paling sering digunakan oleh responden atau rata-rata digunakan 4 6 hari dalam seminggu adalah internet sebesar 21%, disusul surat kabar = 20%, buku = 13%, radio = 8%, majalah = 7%, rekaman = 4% dan terakhir film = 3%. Sementara media massa yang rata-rata jarang atau bahkan tidak pernah digunakan dalam seminggu adalah rekaman = 84%, diikuti film = 55%, radio = 30%, majalah 29%, dan buku = 20%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan responden penelitian terhadap media massa sangat tinggi, dimana media massa telah menjadi kebutuhan dan salah satu kegiatan rutin dari aktivitas keseharian responden. Hasil ini sejalan dengan sebuah penelitian di Amerika Serikat (Biagi, 2010) yang menemukan bahwa dalam sehari setiap orang dewasa menghabiskan waktu lebih banyak dengan media daripada tanpa media. Hasil lain dalam penelitian ini adalah pendapat responden mengenai tiga jenis media massa yang paling sering digunakan sebagai sumber informasi berkaitan dengan berita kasus TPK. Pada urutan pertama responden memilih televisi dengan persentase sebesar 46%, disusul surat kabar = 41% dan internet = 8%. Pada urutan kedua, responden lebih banyak memilih surat kabar dengan persentase sebesar 49%, disusul televisi = 28% dan internet 16%. Sementara pada

68 107 urutan ketiga, responden memilih internet dengan persentase sebesar 43%, disusul televisi sebesar 20% dan radio sebesar 18%. Preferensi penggunaan media sebagai sumber berita kasus TPK tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 5.1 Preferensi penggunaan media massa sumber berita kasus TPK 60% 50% 40% 30% 20% 10% Urutan 1 Urutan 2 urutan 3 0% Berkaitan dengan pertanyaan tentang intensitas mengikuti berita-berita kasus TPK yang terbaru (terkini), sebagian besar responden yaitu 79% menyatakan mengikuti, 16% menyatakan selalu mengikuti, 5% menyatakan jarang dan tidak terdapat responden yang memilih jawaban tidak pernah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik KPA maupun bendahara memberikan perhatian terhadap berita-berita terkini tentang kasus TPK yang ditunjukkan dengan mayoritas mengikuti dan bahkan selalu mengikuti berita tersebut. Berkaitan dengan pertanyaan tentang harapan memperoleh berita kasus TPK secara mutakhir (up to date), sebagian besar responden yaitu 68% menyatakan berharap, 21% bahkan menyatakan sangat berharap, 8% menyatakan kurang berharap dan hanya 3% yang menyatakan tidak berharap.

69 108 Kedua hasil tersebut menunjukkan bahwa faktor kekinian dari suatu berita atau berkaitan dengan ketepatan waktu (timeline) menjadi pendorong bagi responden untuk mengikuti berita kasus TPK. Hasil ini sejalan dengan tesis dari Bond (dalam Suhandang, 2004) yang menyatakan bahwa salah satu faktor utama sebuah berita dinyatakan bernilai tinggi dan dapat merangsang bangkitnya perhatian orang banyak adalah unsur ketepatan waktu (timeline). Penelitian ini menganalisis tanggapan responden mengikuti berita kasus TPK yang terjadi dekat dengan tempat kerja. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendapat bahwa berita kasus TPK yang terjadi dekat dengan tempat kerja menarik perhatian mereka. Hal tersebut tercermin dari mayoritas responden yaitu 68% menyatakan berita seperti itu menarik perhatian mereka, 19% bahkan menyatakan sangat menarik, 13% menyatakan kurang menarik dan tidak terdapat responden yang menyatakan tidak menarik. Penelitian ini juga melihat bagaimana tanggapan responden mengenai berita kasus TPK yang terjadi di lingkungan Pemda. Sebagai hasilnya diketahui mayoritas reponden yaitu sebesar 71% menyatakan berpengaruh dan sangat berpengaruh. Sisanya, masing-masing sebesar 20% dan 9% menyatakan kurang dan tidak berpengaruh. Menurut Bond (dalam Suhandang, 2004), kedekatan tempat kejadian (proximity) juga merupakan faktor utama dari sebuah berita yang bernilai tinggi dan dapat merangsang bangkitnya perhatian orang banyak. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa berita kasus TPK yang terjadi dekat dengan tempat kerja responden dipersepsikan sebagai berita yang menarik perhatian.

70 109 Salah satu fungsi dari media massa adalah memberikan informasi bagi khalayak luas (to inform). Fungsi ini menurut ahli komunikasi Harold D. Lasswell dikenal dengan fungsi pengawasan instrumental/instrumental surveillance (Nurudin, 2013). Responden dalam penelitian ini berpendapat bahwa mereka mengetahui atau mendapatkan informasi terkait berita kasus TPK juga melalui media massa. Hal itu tercermin dari mayoritas responden yaitu sebesar 93% menyatakan mengetahui berita kasus TPK melalui media massa dan hanya sebagian kecil responden yaitu 7% yang menyatakan kurang mengetahui. Informasi mengenai berbagai kasus TPK yang diterima oleh responden menjadi sumber pengetahuan antara lain mengenai kasus yang sedang terjadi, pelaku yang terlibat, modus yang digunakan, nilai kerugian yang timbul, dan lain sebagainya. Informasi-informasi tersebut menjadi sebuah pengetahuan atau wawasan bagi responden yang merupakan bagian dari unsur kognitif yang dimiliki responden. Menurut Liliweri (2011), unsur kognitif adalah salah satu komponen dari pembentuk sikap manusia, dalam hal ini responden, termasuk dalam rangka pengelolaan keuangan daerah. Selain unsur kognitif, masih terdapat dua unsur lainnya pembentuk sikap manusia yaitu unsur afektif dan konatif (Liliweri, 2011). Unsur afektif berkenaan dengan perasaan, respek atau perhatian manusia terhadap objek tertentu seperti ketakutan, kesukaan, atau kemarahan. Unsur ini berisi apa yang kita rasakan mengenai suatu objek tertentu. Sementara unsur konatif berisi predisposisi seseorang untuk bertindak terhadap suatu objek yaitu kecenderungan untuk bertindak terhadap objek, atau mengimplementasikan perilaku sebagai tujuan terhadap objek.

71 110 Hasil penelitian mengenai unsur afektif yang dimiliki responden berkaitan dengan pengetahuan terhadap berbagai berita kasus TPK ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar 5.2 Tanggapan responden terhadap maraknya berita kasus TPK di Indonesia Tanggapan melihat maraknya berita kasus TPK di Indonesia 1% 0% 47% 52% Sangat prihatin Prihatin Kurang prihatin Tidak pengaruh Hasil tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruh responden (99%) menyatakan prihatin terhadap maraknya berita kasus TPK yang terjadi di Indonesia. Dari jumlah tersebut sebesar 52% diantaranya bahkan menyatakan sangat prihatin. Unsur afektif yaitu perasaan prihatin yang dimiliki oleh responden, merujuk pada tesis dari Liliweri (2011), akan menjadi pembentuk sikap dari responden. Termasuk didalamnya dalam melaksanakan tugas, baik sebagai KPA maupun bendahara di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian yang berhubungan dengan unsur konatif tercermin dari tanggapan yang diberikan responden terhadap pertanyaan mengenai tindakan yang diambil dalam menjalankan tugas setelah mengetahui berbagai berikut kasus TPK. Seluruh responden (100%) menyatakan akan berhati-hati dan bahkan 54% diantaranya menyatakan sangat berhati-hati. Hasil ini menunjukkan bahwa responden, baik KPA dan bendahara di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera

METODE PENELITIAN. merupakan suatu jenis penelitian di mana periset menghubungkan atau mencari

METODE PENELITIAN. merupakan suatu jenis penelitian di mana periset menghubungkan atau mencari 33 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah eksplanatif. Tipe penelitian eksplanatif merupakan suatu jenis penelitian di mana periset menghubungkan atau mencari sebab

Lebih terperinci

Lokasi penelitian dilakukan pada Perpustakaan SMP Negeri 15 Bandung yang terletak di Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 89.

Lokasi penelitian dilakukan pada Perpustakaan SMP Negeri 15 Bandung yang terletak di Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 89. BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hubungan ketersediaan fasilitas perpustakaan dengan minat kunjung siswa ke perpustakaan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah level of explanation yaitu penelitian deskriptif dan asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Siregar (2013, p.15)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, penulis ingin mengetahui Daya tarik dan Kepuasan menonton Program acara Talkshow Show Imah di Trans TV terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan 27 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti, untuk menjelaskan hubungan antara minat mahasiswa dalam membaca buku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian, Subjek Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 6 Bandung, yang beralamat di Jalan Pasirkaliki No.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Menurut Jalaludin

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Menurut Jalaludin III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Menurut Jalaludin Rahmat (000:4), Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

Organisasi di PT. Telkom Indonesia Witel Solo

Organisasi di PT. Telkom Indonesia Witel Solo 40 gejala, untuk menerangkan gejala ini maka disediakan suatu bagian statistik deskriptif. Sejalan dengan tujuan penelitian, maka metode deskriptif akan digunakan peneliti untuk mengkaji lebih dalam tentang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. analisis data kuantitatif dengan menggunakan pendekatan kolerasional. dengan pendekatan korelasional adalah

BAB 3 METODE PENELITIAN. analisis data kuantitatif dengan menggunakan pendekatan kolerasional. dengan pendekatan korelasional adalah BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metodologi Terdapat banyak macam metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat. Penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 40 METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) mengatakan, desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metodologi 3.1.1 Pendekatan Objektif Pendekatan objektif adalah pendekatan yang menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan kekuatan di luar kemauan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. kolektif dari responden dengan mempergunakan kuesioner. Penelitian survei adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. kolektif dari responden dengan mempergunakan kuesioner. Penelitian survei adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Metodologi Penelitian ini merupakan penelitian survei, dimana data diperoleh secara kolektif dari responden dengan mempergunakan kuesioner. Penelitian survei

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metodologi 3.1.1 Pendekatan Objektif Berdasarkan buku Teknik Praktis Riset Komunikasi (Kriyantono, 2010 : 54) pendekatan objektif menganggap perilaku manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan, Jalan Hariang Banga Nomor 2 Tamansari Bandung. 2. Populasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari pusat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari pusat 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Cimanggu yang terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Usman (1996:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Subjek Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di yang beralamatkan di Jl. Penghulu KH. Hasan Mustapa No. 23 kota Bandung Provinsi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya 44 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang akan diteliti yaitu mengenai Situasi Pembelian Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Pada Bandung. Dalam penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 3.1.1 Metodologi Penelitian ini menggunakan pendekatan atau metodologi kuantitatif. Rachmat Kriyantono (2009:55) menjelaskan riset kuantitatif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dengan variabel lain yang ada pada suatu objek

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dengan variabel lain yang ada pada suatu objek 72 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan jenis desain penelitian korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan atau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 41 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain dalam bentuk metode survei yang bersifat explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan peubah-peubah yang diamati,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat dilaksanakannya penelitian untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan.penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan 22 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang berisikan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data dengan tujuan dapat menjawab masalah dalam penelitian. Melalui

Lebih terperinci

berdasarkan variabel yang sudah ditentukan.

berdasarkan variabel yang sudah ditentukan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian survei, yaitu penelitian yang bertujuan memberikan gambaran fenomena yang diamati dengan lebih mendetail, misalnya disertai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2009:2).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Zainal Arifin (2011:29) mengemukakan, Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif merupakan metode penelitian yang menekankan pada fenomenefenomena

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif merupakan metode penelitian yang menekankan pada fenomenefenomena BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang menekankan pada fenomenefenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN Pada Bab III ini, peneliti akan menjelaskan bagian mengenai lokasi, subjek dan sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, variavel penelitian, definisi operasional,

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan melakukan perbandingan antara dua kelompok data mengenai pengaruh Design dalam memenuhi Consumer Satisfaction. Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. banyak menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. banyak menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dalam prosesnya banyak

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Metode penelitian kuantitatif adalah sebuah metodologi yang menggunakan cara pengukuran berdasarkan variabel yang ada. Metode ini adalah metode ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.7 Desain Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode survei dengan cara menyebarkan kuesioner sebagai alat pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian, secara umum menggambarkan bagaimana sutu proses penelitian

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. atau menjelaskan hubungan, perbedaan, atau pengaruh satu variabel dengan

III.METODE PENELITIAN. atau menjelaskan hubungan, perbedaan, atau pengaruh satu variabel dengan III.METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah kuantitatif dengan format eksplanasi. Format eksplanasi dimaksudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian METODOLOGI Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survei dalam bentuk penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini berusaha menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Subjek Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 21 Bandung bertempat di Jl. Rancasawo Ciwastra Bandung 40286

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2008 : 2), Metode Penelitian pada dasarnya

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2008 : 2), Metode Penelitian pada dasarnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Menurut Sugiyono (008 : ), Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif, melalui penyebaran kuesioner (angket) kepada responden. Teknik penggunaan angket adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel 31 METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi penelitian di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lokasi ini dipilih secara purposif (sengaja). Adapun pertimbangan memilih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel. 39 Lebih lanjut jenis

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel. 39 Lebih lanjut jenis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis survei eksplanatif asosiatif. Survei eksplanatif dengan jenis asosiatif digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang diambil oleh penulis adalah format eksplanasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang diambil oleh penulis adalah format eksplanasi 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang diambil oleh penulis adalah format eksplanasi dimaksud untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya atau menjelaskan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat penelitian berlangsung. Terdapat 3 karakteristik responden yang. Tabel 5.1 1 BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakterisitik Responden Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar sebanyak 100 orang yang penulis temui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode kuantitatif. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode dapat dirumuskan suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang dipakai oleh disiplin (ilmu) untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mahasiswi Prodi Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan

BAB III METODE PENELITIAN. mahasiswi Prodi Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian dalam skripsi ini menggunanakan metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. 1 Datanya diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksplanatory digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan atau fenomena sosial yang terjadi secara objektif,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Tempat dan waktu 1. Tempat : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu penelitian yang lebih kepada keakuratan deskripsi setiap variabel dalan keakuratan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Bahwa dalam penelitian kuantitatif masalah yang dibawa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha restoran saat ini dinilai sebagai bisnis yang berprospek tinggi. Perkembangan usaha restoran di Kota Bogor telah menimbulkan persaingan dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya perusahaan untuk meningkatkan kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hendaknya metode penulisan dengan memperhatikan kesesuaian antara objek yang

BAB III METODE PENELITIAN. hendaknya metode penulisan dengan memperhatikan kesesuaian antara objek yang BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau prosedur untuk mengetahui dan mendapatkan data dengan tujuan tertentu yang menggunakan teori dan konsep yang bersifat empiris, rasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013. 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013. 3.2 Teknik Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan pada data-data numerical atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kuantitatif. Riset kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal ini dikarenakan data yang didapat dari penelitian berupa angka atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini tergolong dalam dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian kuantitatif, yang diilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala dapat diklasifikasikan dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis. Sugiyono

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencakup latar belakang budaya yang berbeda, perekonomian yang berbeda, dll,

BAB III METODE PENELITIAN. mencakup latar belakang budaya yang berbeda, perekonomian yang berbeda, dll, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini dipilih mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana. Pemilihan lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan, antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang model adopsi internet oleh guru SMA Negeri. Karena itu, tipe penelitian ini termasuk pada penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan metode kuantitatif dimana melalui kerangka koseptual (landasan teori), peneliti dapat menentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif jenis korelasional, menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif jenis korelasional, menggunakan 58 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif jenis korelasional, menggunakan metode exposed facto. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2009:115).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional. Penelitian korelasional dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. BPR Syari ah Hasanah Pekanbaru, dengan tujuan untuk menganalisa hubungan proses bisnis pembiayaan dan penggunaan teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan dengan tujuan dan kegunaan tertentu, Sugiyono (2013:01).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan subjek populasi atau sampel penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini berlokasi di yang beralamat di jalan Ir.H.Djuanda 81/17 Bandung. 2. Populasi Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 70 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis relevansi muatan lokal pengembangan potensi di. Analisis relevansi dilakukan terhadap relevansi eksternal antara tujuan muatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengungkapkan tentang keputusan pembelian konsumen di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengungkapkan tentang keputusan pembelian konsumen di 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini mengungkapkan tentang keputusan pembelian konsumen di Citra Sari Family Restaurant. Objek penelitian yang menjadi variabel bebas (independent

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Desain Penelitian 36 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah populasi yang homogen yaitu pembudidaya ikan patin yang berada di Desa Tangkit Baru, Kec. Kumpe Ulu Kabupaten Muaro Jambi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. populasi tersebut dengan menyebarkan kuisioner. 1. lebih terurai lagi melalui gabungan antarkarakteristik tertentu.

BAB III METODE PENELITIAN. populasi tersebut dengan menyebarkan kuisioner. 1. lebih terurai lagi melalui gabungan antarkarakteristik tertentu. BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 29 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional. Menurut Rakhmat (2007) metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan kerangka kerja untuk merinci hubungan hubungan antar variabel dalam satu kajian. Untuk menetapkan metode penelitian dalam praktek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian memiliki arti yang sangat penting di dalam suatu kegiatan penelitian. Dalam setiap penelitian diperlukan metode penelitian yang tepat dan akurat. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Ciri-ciri sebuah penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif (quantitative research) dengan desain survei deskriptif korelasional. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara memecahkan persoalan dalam penelitian ilmiah tidaknya suatu penelitian sangat tergantung pada metodologi yang digunakan (Sumadi Suryabrata, 000:

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan metode korelasional. Kerangka penelitian ini menggambarkan korelasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat evaluatif dimana riset penelitian ini mengkaji efektivitas atau keberhasilan suatu program. 23 Peneliti ingin mengetahui sejauh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif pendekatan survey. B. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian menurut metode, penulis menggunakan penelitian survey. Menurut Siregar (2013 : 10), Penelitian survey adalah penelitian yang tidak melakukan

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah (Lampiran 1). Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Kuantitatif Pendekatan merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu penelitian. Pendekatan yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory reserch), yaitu

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory reserch), yaitu III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory reserch), yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel variabel melalui pengajuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metodologi 3.1.1 Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah preferensi konsumen smartphone merek Blackberry. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini, yaitu konsumen smartphone

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian dan Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, menurut Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian dan Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, menurut Sugiyono BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, menurut Sugiyono (008:14) Pendekatan kuantitatif adalah: Sebuah pendekatan berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam rangka menghadapi tantangan persaingan yang semakin tinggi dan meningkat, setiap perusahaan berusaha untuk tetap bertahan dengan cara meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan teoritis pada Bab II, maka langkah berikutnya pada Bab III ini adalah menguji

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Riset kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu

Lebih terperinci