BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoadmodjo, 2007) Pengetahuan sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru)di dalam diri orang tersebut proses yang berurutan, yakni : a. Kesadaran (Awareness) Yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)terlebih dahulu. b. Merasa Tertarik Yakni orang mulai tertarik kepada stimulus atau objek bagi dirinya hal ini berarti sikap responden sudah mulai baik. c. Menimbang-nimbang (Evaluation) Terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Mencoba (Trial) Yakni objek telah mulai mencoba untuk melakukan perilaku yang baru. e. Mengadopsi Yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. 5

2 6 2. Tinjauan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo 2007 pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan antara lain : a. Tahu (know) Diartiakan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.termasuk mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, tahu merupakan tingkatan yang paling indah. b. Memahami (Comprehention) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan mampu menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Aplication) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya), dan mampu menggunakan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya. d. Analisis (Analisys) Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponenkomponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya antara satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Menunjukkan Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkanagianbagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formasi-formasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation)

3 7 Berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penelitian suatu materi atau objek pengukuran, dan pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau respondent dalam pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan dengantingkat tersebut diatas. 3. Cara Mengukur Pengetahuan Dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner)yang menanyakan tentang isi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007, hlm 146). 4. Cara Memperoleh Pengetahuan a. Cara Tradisional dan Nonilmiah Yakni tanpa melalui penelitian ilmiah, dan caramodern atau cara ilmiah, yakni melalui proses penelitian. Cara kuno atau tradisional inidipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelumditemukan metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematikdan logis (Notoatmodjo, 2010, hlm 11). b. Cara coba salah (Trial and error) Yaitu merupakan upaya pemecahannya dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan (Notoatmodjo,2010,hlm.11) c. Cara Kekuasaan atau Otoriter Yaitu sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah

4 8 dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas atau kekuasaan ahli pengetahuan (Notoatmodjo, 2010, hlm 12) d. Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah.pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan.oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut (Notoatmodjo,2010,hlm.13) e. Cara Akal Sehat Dimana akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran.sebelum ilmu pendidikan ini berkembang. Para orang tua zaman dahulu agar onaknya mau menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah (Notoatmodjo,2010,hlm 14) f. Kebenaran yang diwahyukan Kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan kepada para Nabi.Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran tau penyelidikan (Notoatmodjo,2010,hlm.14) g. Secara Intuitif

5 9 Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berfikir. Kebenaran yang diperoleh memalui intuitif sukar diperoleh karena kebenaran tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja (Notoatmodjo,2010,hlm.15) h. Melalui jalan Pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia. Cara berfikir manusia pun ikut berkembang, dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan, baik melalui induksi maupun deduksi, induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan itu melalui pertanyaan-pertanyaan khusus yang umum dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pertanyaanpertanyaan umum kepada yang khusus (Notoadmodjo,2010,hlm.15) i. Secara Induksi Yaitu merupakan proses berfikir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indera atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal yang abstrak (Notoadmodjo, 2010,hal.16) j. Secara Deduksi Yaitu merupakan pembuatan kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan umum dan khusus. Didalam proses berfikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku dalam kelas itu.

6 10 Disini terlihat proses berfikir berdasarkan pada pengetahuan yang umum mencapai pengetahuan yang khusus (Notoatmodjo,2010,hlm.16). 5. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 1. Umur Umur adalah rentang waktu seseorang yang dimulai sejak dia dilahirkan hingga berulang tahun.salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Jika seseorang itu memiliki umur yang cukup maka akan memiliki pola piker dan pengalaman yang matang pula. Umur akan sangat berpengaruh terhadap daya tangkap sehingga pengetahuan diperolehnya akan semakin baik (Ariani,2014,hlm.24) 2. Pendidikan Pendidikan adalah seluruh proses kehidupan yang dimiliki oleh setiap individu berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal yang melibatkan perilaku individu maupun kelompok. semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka semakin luas pula pengetahuan yang dimiliki (Ariani,2014,hlm.24) 3. Pekerjaan Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari.pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Seseorang yang bekerja akan sering berinteraksi dengan orang lain sehingga akan memiliki pengetahuan yang baik pula. Pengalaman bekerja akan memberikan

7 11 pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah (Ariani,2014,hlm.25) 4. Sumber Informasi Sumber informasi adalah sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang luas pula. Pengetahuan bias didapat dari media cetak, elektronik, keluarga dan teman dll (Arianti, 2014, hlm.27) 6. Kriteria Tingkat Pengetahuan a. Baik : hasil presentase 76%-100% b. Cukup : hasil presentase 56%-75% c. Kurang : hasil presentase <56% (Arianti,2014,hlm.28). B. Sikap 1. Defenisi Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yangkurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya, (Mubarak, 2011 hal, 85). 2. Jenis-jenis sikap Sikap manusia dibagi atas tiga bagian yaitu : a. Kognitif, yang berkaitan dengan apa yang dipelajari, tentang apa yang diketahui tentang suatu objek. b. Afektif, atau sering disebut faktor emosional, yang berkaitan dengan perasaan (bagaimana perasaan tentang objek);

8 12 c. Psikomotorik atau konatif, yakni perilaku (behavioral)yang terlihat melalui predisposisi suatu tindakan C. Suami 1. Defenisi Suami Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. (KBBI, 2008).. D. Kontrasepsi 1. Defenisi Kontrasepsi Kontrasepsi menurut moctar (1995) kontrasepsi atau anti konsepsi (conceptioncontrol) adalah mencegah terjadinya konsepsi dengan memakai cara, alat atau obat-obatan.dalam memilih metode kontrasepsi memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu metode yang baik yaitu : a. Aman b. Dapat diandalkan c. Sederhana d. Murah e. Dapat diterima oleh banyak orang f. Pemakaian Jangka lama /panjang Dalam memilih kontrasepsi,kita harus memandang dari dua sudut : 1) Pihak calon akseptor 2) Pihak medis/petugas KB

9 13 2. Cara kerja Kontrasepsi Bermacam-macam cara kerja kontraseepsi,tetapi pada umumnya : 1. Mengusahan agar tidak terjadi ovulasi 2. Melumpuhkan sperma 3. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma 3 Jenis kontrasepsi Pada umumnya cara/metode kontrasepsi saat ini dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu : a. Tanpa alat /obat :Senggama Terputus,Pantang berkala b. Dengan alat/obat : Kondom,difragma /cop,cream,jelly dan caira berbusa,tablet vagina. c. Metode Efektif : 1) Pil KB 2) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) 3) Suntik KB 4) Implan 5) Metode Mantap dengan cara Operasi : a) Pada wanita misalnya : Tubektomi b) Pada Pria misalnya : Vasektomi E. Vasektomi 1. Defenisi Menurut Nina Siti mulyani (2013)Vasektomi adalah pemotongan sebagian(0,5 cm -1 cm) pada vasa deferensia atau tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan memotongsaluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak

10 14 mengandung spermatozoa,dengan demikian tidak terjadi pembuahan,operasi berlangsung kurang lebih 15 menit dan pasien tak perlu dirawat dirumah sakit (siswosudarmo, 2007). Menurut Indrayani (2014) Vasektomi adalah Prosedur klinik untuk menghentikankapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens sehinggajalur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi(penyatuan sperma denganovum) tidak terjadi. Menurut kemkes RI, (2011,hal MK-95), Vasektomi adalah kontrasepsiuntuk lelaki yang tidak ingin anak lagi. 2. Keuntungan Vasektomi dan kelemahan vasektomi a. Keuntungan Vasektomi 1) Sangat efektif (tingkat kegagalan sangat sedikit) 2) Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi,dapat digunakan seumur hidup 3) Aman,morbiditas rendah dan hamper tidak ada mortalitas 4) Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan dan dapat dicek kepastiankeberadaan sperma pada cairan ejakulasi dengan pemeriksaan laboratorium 5) Tidak ada factor lupa,tidak harus diingat-ingat,tidak perlu ada persediaan. 6) Tidak mengganggu hubungan seks selanjutnya. 7) Tidak akan mengganggu ereksi, potensi seksual dan produksi hormone. 8) Tidak menyebabkan pembengkakan pada lokasi injeksi anastesi dan bekas luka b. Kelemahan Vasektomi 1) Kadang-Kadang terasa nyeri atau terasa perdarahan setelah operasi.

11 15 2) Kadang-kadang timbul infeksi pada kulit skrotum,apabila operasinya tidak sesuai dengan prosedur. 3) Tidak boleh dilakukan pada orang yang masinh ingin mempunyai anak lagi. 4) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin bertambah setelah tindakan operatif yang menyangkut system reproduksi 3. Indikasi Vasektomi dan Kontra indikasi Vasektomi a. Indikasi Vasektomi 1) Pasangan yang yakin bahwa mereka telah mencapai ukuran keluarga yang diinginkan. 2) Yang memahami dan dengan suka rela memberikan informed consentuntuk prosedur ini 3) Pasangan yang memiliki masalah usia,paritas atau kesehatan yang mungkin akan memunculkan risiko kesehatan yang serius jika istrinyahamil. 4) Yang lebih menyukai metode yang tidak mengharuskan melakukantindakan kontrasepsi setiap hari sebelum hubungan seksual b. Kontraindikasi Vasektomi 1. Penderita hernia 2. Penderita kencing manis (diabetes). 3. Penderita kelainan pembekuan darah 4. Penderita penyakit kulit atau jamur didaerah kemaluan 5. Tidak tetap pendiriannya. 6. Memiliki peradangan pada buah zakar. 7. Infeksi di daerah testis (buah zakar) dan penis.

12 16 8. Varikokel (verises pada pembuluh darah balik buah zakar). 9. Hidrokel (penumpukan cairan pada buah zakar). 10. Buah zakar tidak turun (kriptokismus) 11. Penyakit kelainan pembuluh darah. (Meliani, 2010, hal 164). 4. Persiapan Pra-Operatif a. Konseling dan Informed consent b. Riwayat kesehatan dan Pemeriksaan pra-operasi c. Persiapan passion untuk operasi d. Mengamankan Penis e. Membersihkan area yang akan dioperasi f. Menutup area yang akan dioperasi g. Anastesi lokal Menurut Indrayani (2010) Pelaksaan Tindakan Vasektomi dapat dilakukan dengan menggunakan anastesi sebagai berikut : 1) Dipakai Anastesia lokal karena lebih murah dan lebih aman, misalnya lidocaine 1-2 % sebanyak 1-5 cc atau sejenisnya. 2) Kadang-kadang dicampur dengan adrenalin, untuk mengurangi perdarahn.ippf tidak menganjurkan kombinasi tersebut karena adrenalin juga bias menyebabkan iskemia dan rasa sakit post-operatif yang berkepanjangan.penyuntikan steroid untuk mencegah pembengkakn postoperatif juga tidak dianjurkan. 3) Jangan menyuntikkan langsung kedalam vas deferens, karena mungkin dapat langsung merusak plexus pampiniform.

13 17 4) Bila calon akseptor merasa takut atau gelisah, dapat diberikan transquilizer atau sedative, per oral atau suntikan. Anastesi umum mungkin perlu dipertimbangkan pada kasus-kasus khusus : a) Adanya luka parut daerah inguinal dan skrotum yang sangat tebal b) Kelainan intra-skrotal seperti hydrocele, varicocele. c) Alergi terhadap anastesi local 5. Prosedur Vasektomi menggunakan Pisau a. Identifikasi dan isolasi vas deferens b. Kedua vas deferens merupakan struktur paling padt di daerah mid-scrotum, tidak berpulsasi berbeda dengan pemnbuluh darah. c. Kesukaran kadang-kadang terjadi dalam identifikasi dan isolasi vas deferens seperti pada keadaan-keadaan : 1) Kulit scrotum tebal 2) Vas deferens yang sangat tipis 3) Spermatic cord yang tebal 4) Testis yang turun 5) Otot cremaster dan menarik testis ke atas. d. Kedua vas deferens harus diidentifikasi sebelum meneruskan prosedur kontapnya. e. Dilakukan immobilisasi vas deferens diantara ibu jari dan jari telunjuk atau dengan menggunakan klem (doek-klem atau klem lainnya). f. Dilakukan anastesi lokal g. Insisi skrotum 1) Vas deferens yang telah diimmobiliosasi didepan skrotum hanya ditutupi oleh otot dartos dan kulit skrotum.

14 18 2) Insisi, horizontal atau vertikal, dapat dilakukan dengan cara : a) Tunggal, digaris tengah (scrotal raphe) b) Dua insisi, satu insisi diatas masing-masing vas deferens. h. Memisahkan lapisan-lapisan superficial dari jaringan-jarimgan sehingga vas deferens dapat di isolasi. i. Oklusi vas deferens 1) Umumnya dilakukan pemotongan /reseksi suatu segmen dari kedua vas deferens (1-3 cm), yang harus dilakukan jauh dari epidedemis. 2) Ujung-ujung vas deferens setelah di potong dapat ditutup dengan : a) Dapat dengan chromic catgut (paling sering dilakukan). b) Dapat pula dengan benang yang tidak diserap (silk) c) Ligasi tidak boleh dilakukan terlalu kuat sampai memotong vas deferens, karena dapat menyebabkan spermatozoa merembes kejaringan sekitarnya dan terjadi granuloma. d) Untuk mencegah kedua ujung vas deferens agar tidak menyambung kembali (rekanalisasi), ujung vas deferens dapat dilipat kebelkang lalu diikatkan/mdijahitkan pada diri sendiri, atau fascia dari vas deferens dapat ditutup di atas satu ujung sehingga terdapat suatu barier jaringan dari jaringan fascia: atau ujung vas deferens ditanamkan ke dalam jaringan fascia. e) Jika tidak menggunakan ligasi dapat dilakukan dengan elektrokoagulasi/thermo-koagulasi. f) Atau juga dengan clips Masih dalam fase eksperimental. Keuntungan :

15 19 (1) Lebih cepat dibandingkan ligasi (2) Lebih mudah memperhitungkan tekanan yang diperlukan untuk aplikasi clips dibandingkan ligasi (3) Tantalum, bahan clips tidak diserap dengan bahan biologis inert. (4) Potensi reversibilitas besar. g) Umumnya dipasang 2-3 clips pada masing-masing vas deferens. j. Penutupan luka insisi 1) Dilakukan dengan catgut, yang kelak akan diserap. 2) Pada insisi 1 cm atau kurang, tidak diperlukan jahitan catgut, cukup ditutup dengan plaster saja. Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa takut calon akseptor vasektomi dengan tindakan operasi (yang pada umumnya dihubungkan dengan pemakaian pisau operasi), dan juga untuk menggalakkan penerimaan/pelaksanaan vasektomi di Indonesia sekarang telah diperkenalkan dan telah dilaksanakan metode vasektomi tanpa pisau, dengan menggunakan alat khusus. 6. Prosedur pelaksanaa VTP, Menurut POGI,dkk (2006, hal PK-95) diperlukan langkah-langkah sebagai berikut 1) Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi telentang. 2) Rambut di daerah skrotum dicukur sampai bersih. 3) Penis di plaster ke dinding perut 4) Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan betadine 0,75%, larutan khorheksidin (hibiscrub) 4% atau asam pikrat 2%. 5) Tutupalah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan keluar.

16 20 6) Tepat di linea mediate di atas vas deferens, kulit skrotum diberi anastesi lokal (prokain/lidokain/novokain/xilocain 1-2 %tanpa epinefrin) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk dan di daerah distal serta proksimal vas deferens dideponir lagi masing-masing 0,5 ml. 7) Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan difiksasi di dalam lingkaran klem fiksasi pada garis tengah skrotum. Kemudian klem direbahkan ke bawah sehingga vas deferens mengarah kebawah kulit. 8) Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari vas deferens, tepat disebelah distal lingkaran klem, dengan sebelah ujung klem diseksi dengan membentuk sudut kurang lebih ) Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua lapisan jaringan dari kulit sampai dinding vas deferens akan dapat dipisahkan dalam satu gerakan. Setelah itu dinding vas deferens yang telah telanjang dapat dilihat. 10) Dengan ujung klem diseksi menghadap ke bawah, tusuklah salah satu ujung klem ke dinding vas deferens dan ujung klem diputar menuju arah jarum jam, sehingga ujung klem menghadap ke atas. Ujung klem pelan-pelan dirapatkan dan pegang dinding anterior vas deferens. Lepaskan klem fiksasi dari kulit dan pindahkan untuk memotong vas deferens yang telah terbuka. Pegang dan fiksasi vas deferens yang sudah telanjang dengan klem fiksasi lalu lepaskan klem diseksi. 11) Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan sekitarnya dipisahkan pelan-pelan ke bawah dengan klem diseksi. Kalau lubang telah cukup luas, lalu klem diseksi dimasukkan ke dalam lubang tersebut. Kemudian buka ujung-ujung klem pelan-pelan parelel dengan arah vas deferens yang di angkat. Dipelukan kira-kira 2 cm vas deferens yang bebas. Vas deferens di-

17 21 crush secara lunak dengan klem diseksi, sebelum dilakukan ligasi dengan benang sutra ) Diantara dua ligasi kira-kira 1-1,5 cm vas deferens dipotong dan diangkat. Benang pada putung distal sementara tidak dipotong.kontrol perdarahan dan kembalikan putung-putung vas deferens dalam skrotum. 13) Tarik pelan-pelan benang pada puntung yang distal. Pegang secara halus fasia vas deferens dengan klem diseksi dan tutup lubang fasia dengan mengikat sedemikian rupa sehingga putung bagian epidedemis tertutup dan putung distal da diluar fasia, apabila tidak ada perdarahan pada keadaan vas deferens tenang, maka benang yang terahir dapat dipotong dan vas deferens dikembalikan ke dalam skrotum. 14) Lakukan tindakan diatas (langkah 7-13)untuk vas deerens sebelah yang lain, melalui luka digaris yang sama. Kalau tidak ada perdarahan, luka kulit tidak perlu dijahit hanya di aproksimasikan dengan bandaid atau tensoplas. 7. Perawatan post-operatip vasektomi a. Istirahat 1-2 jam di klinik b. Menghindari oekerjaan berat selama 2-3 hari c. Kompres dingin/es pada skrotum d. Analgetika e. Memakaai Lika penunjang skrotum (scrotal support) selama 7-8 hari f. luka operasi jangan kena air selama 24 jam. g. Senggama dapat dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi seperti kondom, saat pria sudah menghendaki dan tidak merasa terganggu. Sri handayani (2010). Menurut sri handayani (2010) Infertil yang tertunda setelah Vasektomi antara lain:

18 22 1) Kontrasepsi pria tidak langsung menyebabkan infertilitas, spermatozoa yang ada didalam saluran reproduksi pria pada bagian urethral daro obstruksi, harus dikeluar semuanya sebalum pasangan suami-istri terlindung dari kehamilan. 2) Dari penelitian, 95 % akseptor kontap-pria menjadi azoospermatik 10 minggu setelah operasi. 3) Di perlukan pemeriksaan analisa sperma post-operatif, sampai 2 pemeriksaan berturut-berturut menunjukkan hasil negatif. 4) Dalam menentukan sterilisasi adalah criteria jumlah ejakulasi dari pada kriteria waktu tertentu.ippf menganjurkan : a. Paling sedikit 12 ejakulatsi, bila terdapat fasilitas analisa sperma. b. Paling sedikit 20 ejakulasi bila tidak terdapat fasilitas pemeriksaan sperma. 5) Cara lain mengurangi spermatozoa post operatif adalah ejakulasi sesaat sebelum dilakukan kontap-pria. Tetapi sampai sekarang efektifitasnya belum dievaluasi. 8. Efektifitas Vasektomi Menurut Sri handayani (2010) efektifitas yang dapat terjadi setelah dilakukan vasektomi adalah : a. Angka keberhasilan keberhasilan amat tinggi (99 %), angka kegagalan % umumnya <1%. b. Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah pembentukan granuloma spermatozoa. c. Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi. d. Jarang :duplikasi congenital dari vas deferens terdapat >1 vas deferens pada satu sisi).

19 23 9. Komplikasi dan Efek samping Vasektomi a. Komplikasi Menurut Sri Handayani (2010) efek samping, Komplikasi dan pembagiannya dibagi menjadi 2 bagian : 1) Komplikasi Minor a) Ecchymosis, terjadi pada 2-65%. Penyebabnya :pecahnya pembuluh darah kecil subkutan sehingga terjadi perembesan daerah di bawah kulit. Tidak memerlukan terapi, akan hilang sendiri 1-2 minggu post-operatif. b) Pembengkakan (0,8-67%). c) Rasa sakit / rasa tidak enak. d) Terapi pembengkakan dan rasa sakit/tidak enak dengan kompres es, analgetika, penunjang skrotum. 2) Komplikasi Mayor a) Hematoma (1) Insiden <1 %. (2) Terjadi pembentukan masa bekuan darah dalam kantung skrotum yang berasal dari pembuluh darah yang pecah. (3) Pencegahan :hemostasis yamg baik selama operasi. (4) Pengobatan :jika kecil kompres es, istirahat beberapa hari.sedangkan jika besar buka kembali skrotum, ikat kembali pembuluh darah dan lakukan drainase. b) Infeksi (1) Jarang terjadi<2 % (2) Infeksi dapat terjadi pada :insisi, vas deferens, epidedemis menyebabkan epededemitis, testis menyebabkan orchitis.

20 24 c) Sperma granuloma (1) Sperma granuloma adalahsuatu abses non-bakterial, yang terdiri dari spermatozoa, sel-sel epitel dan limposit.dan merupakan suatu respon implamator terhadap spermatozoa yang merembes ke dalam jaringan sekitarnya. (2) Insiden 0,1-3 %. (3) Penyebabnya :merembesnya /bocornya spermatozoa ke dalam jaringan sekitarnya. (4) Diagnose : rasa sakit yang tiba-tiba dan pembengkakan pada lokasi operasi setelah 1-2 minggu, sedang sebelumnya sekali a-simtomatik. (5) Terapi : (a) Umumnya granuloma yang kecil akan menghilang sendiri atau dapat dilakukan kompres es, istirahat dan pemberian analgetika. (b) Bila granuloma besar dan sangat sakit, harus dilakukan eksisi, hanya saja eksisi satu granuloma tidak menjamin bahwa tidak akan terjadi suatu granuloma lainnya. (6) Komplikasi lain jarang terjadi <1 %:pelekatan vascuteneus, hydrocele,varicocele, fistula vascutaneous. b. Efek Samping Efek samping vasektomi menurut Indrayani (2010) antara lain: 1) Adanya cairan atau perdarahan dari luka 2) Pembekakan dari skrotum 3) Rasa nyaeri atau ketidak nyamanan yang terjadi akibat pembedahan yang biasanya hanya berlangsung beberapa hari.

21 25 4) Pembentukan granuloma relative jarang dan keluhan ini nantinya hilamg sendiri. 10. Stigma di masyarakat tentang Vasektomi Menurut Sri Handayani (2010) Masih adanya pandangan keliru di masyarakat mengenai vasektomi, antara lain : a. Vasektomi dapat menurunkan libido b. Vasektomi membuat pria tidak dapat ejakulasi c. Sesudah menjalani vasektomi saat ejakulasi yang keluar angin, atau sperma jadi batu. d. Vasektomi membuat laki-laki menjadi kurang atau tidak jantan. e. Vasektomi menyebabkan impotensi f. Vasektomi akan mengurangi kenikmatan hubungan suami istri. g. Vasektomi selamanya tidak akan mempunyai keturunan lagi h. Vasektomi menakutkan i. Kekhawatiran para istri, setelah vasektomi suami akan mudah selingkuh.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP) a. Pengertian MOP Menurut Handayani (2010), kontrasepsi Mantap Pria/ Vasektomi/ Metode Operatif Pria (MOP) adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memutuskan bersama istri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator KB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memutuskan bersama istri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator KB BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Partisipasi Pria 1. Pengertian Partisipasi pria adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan kesertaan ber KB dan Kesehatan Reproduksi, serta prilaku seksual yang sehat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Keluarga Berencana 1.1. Definisi Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan 2.1.1 Teori Perilaku a. Teori Carl Rogers Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Definisi Persepsi berasal dari bahasa latin, persipere: menerima, perception: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Jadi persepsi adalah kesadaran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2007), inovasi adalah suatu gagasan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2007), inovasi adalah suatu gagasan, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Difusi Inovasi 2.1.1. Definisi Inovasi Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2007), inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu

Lebih terperinci

BAB III VASEKTOMI DAN TUBEKTOMI DALAM KELUARGA BERENCANA

BAB III VASEKTOMI DAN TUBEKTOMI DALAM KELUARGA BERENCANA BAB III VASEKTOMI DAN TUBEKTOMI DALAM KELUARGA BERENCANA A. Vasektomi dalam Keluarga Berencana 1. Pengertian Vasektomi Sterilisasi pada laki-laki disebut vasektomi atau Vas Ligation. Caranya ialah dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. KB. Pada tanggal 23 Desember 1957, mereka mendirikan wadah dengan nama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. KB. Pada tanggal 23 Desember 1957, mereka mendirikan wadah dengan nama BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana (KB) Di Indonesia KB modern mulai dikenal pada tahun 1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat telah mulai membantu masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi pengetahuan Dari asal kata tahu berarti mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami atau diajari). Pengertian dalam kamus umum Bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Menurut Notoatmodjo dalam Wolagole (2012), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan. menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan. menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian KB Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER Buku informasi alat kontrasepsi pegangan untuk kader diperuntukkan bagi kader PPKBD dan Sub PPKBD atau Posyandu yang dipelajari secara berdampingan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu metoda kontrasepsi yang sangat efektif bagi pria dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu metoda kontrasepsi yang sangat efektif bagi pria dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi Kontrasepsi mantap adalah salah satu metoda kontrasepsi yang mempunyai banyak kelebihan dan beberapa kekurangan. Kelebihannya antara lain bahwa kontap merupakan salah

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN METODE OPERATIF PRIA ( MOP ) DI KLINIK PKBI KOTA SEMARANG TAHUN 2010

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Sterilisasi Pada Wanita (Tubektomi) 1. Defenisi Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu pasangan suami isteri untuk, (1), Menghindari kelahiran yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu pasangan suami isteri untuk, (1), Menghindari kelahiran yang tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Menurut WHO (1970), Keluarga Berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami isteri untuk, (1), Menghindari kelahiran yang

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Lampiran 1. LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamualaikum Wr. Wb/Salam Sejahtera Dengan Hormat, Nama Saya Rosmaya sari, sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Beberapa konsep tentang KB KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi

BAB I PENDAHULUAN. Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi untuk wanita disebut juga sebagai oklusi tuba atau sterilisasi. Indung telur akan menghasilkan

Lebih terperinci

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS Suami mempunyai tanggung jawab yang berat. PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS Suami bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi menyangkut : Pencari Nafkah Pelindung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Definisi Keluarga Berencana Pengertian keluarga berencana menurut UU no 10 th 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera)

Lebih terperinci

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS 3.1. Penyuluhan KB Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau AKDR terlebih dahulu menentukan apakah ada keadaan yang membutuhkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa latin, persipere: menerima, perception:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa latin, persipere: menerima, perception: 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Persepsi 1. Definisi Persepsi Persepsi berasal dari bahasa latin, persipere: menerima, perception: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Jadi persepsi

Lebih terperinci

PENINGKATAN PARTISIPASI PRIA DALAM BER-KB PEGANGAN BAGI KADER

PENINGKATAN PARTISIPASI PRIA DALAM BER-KB PEGANGAN BAGI KADER PENINGKATAN PARTISIPASI PRIA DALAM BER-KB PEGANGAN BAGI KADER I. Pendahuluan Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama pria dan wanita sebagai pasangan sehingga metode kontrasepsi yang dipilih

Lebih terperinci

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007) Akseptor Keluarga Berencana 1. Pengertian Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007) 2. Jenis-jenis Akseptor KB a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari

Lebih terperinci

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN MAL KONDOM AKDR TUBEKTOMI VASEKTOMI PIL INJEKSI IMPLAN JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN NON HORMONAL 1. Metode Amenore Laktasi (MAL) 2. Kondom 3. Alat Kontrasepsi Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kontrasepsi a. Pengertian Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan merupakan hak setiap individu sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kontrasepsi Keluarga berencana, kontrasepsi merupakan variabel utama yang digunakan untuk menurunkan angka kelahiran.pada dasarnya, pelayanan kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif,

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Medis Operasi Pria (MOP) atau yang sering dikenal vasektomi adalah merupakan salah satu teknik kontrasepsi mantap. MOP merupakan suatu metode kontrasepsi operatif

Lebih terperinci

BIODATA MAHASISWA. : Jln Karya Setuju Gg Bilal no16 Medan TELEPON : : KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN REPRODUKSI

BIODATA MAHASISWA. : Jln Karya Setuju Gg Bilal no16 Medan TELEPON : : KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN REPRODUKSI BIODATA MAHASISWA NAMA : ZULAIDAH MAISYARO LUBIS NIM : 061000251 ALAMAT RUMAH : Jln Karya Setuju Gg Bilal no16 Medan TELEPON : 081362006916 PEMINATAN : KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN REPRODUKSI NAMA DOSEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku

Lebih terperinci

E. Pengetahuan No Daftar Pertanyaan Jawaban

E. Pengetahuan No Daftar Pertanyaan Jawaban KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KARAKTERISTIK AKSEPTOR VASEKTOMI DAN KOMPENSASI TERHADAP TINGKATAN KEPUTUSAN MENGGUNAKAN VASEKTOMI DI KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2009 I. Identitas Responden Nama : Alamat :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Petugas Kesehatan 1. Pengertian Peran adalah suatu yang diharapkan dari seseorang dalam situasi sosial tertentu agar memenuhi harapan. (Setiadi, 2008). Peran petugas kesehatan

Lebih terperinci

METODE KONTRASEPSI. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

METODE KONTRASEPSI. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH METODE KONTRASEPSI Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami tentang jenis jenis metode kontrasepsi beserta keuntungan dan kerugian dari masing masing metode tersebut

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa

TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA 1. Pendahuluan Kaum laki-laki (suami) adalah pelindung bagi wanita (isteri) oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (suami)

Lebih terperinci

PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB

PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB Action 1 Rina : Assalamualaikum wr wb. Masy. : walaikum salam wr wb. Rina : bapak ibu bagaimana kabarnya hari ini? Terima kasih sudah meluangkan

Lebih terperinci

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN Modul 2 Bedah Urologi VASEKTOMI (No. ICOPIM: 5-636) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, topografi, histologi, fisiologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Defenisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Ovulasi Dalam Rangka Program Kehamilan Di Desa Jenggrik Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Ovulasi Dalam Rangka Program Kehamilan Di Desa Jenggrik Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Ovulasi Dalam Rangka Program Kehamilan Di Desa Jenggrik Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen Level Of Knowledge About Women Ages Lush Ovulatory Program In Order

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. A. Identitas Responden Mohon di isi sesuai jawaban anda: No. Responden 1. Nama Responden : 2. Alamat Responden : 3. Pendidikan Responden :

LAMPIRAN I. A. Identitas Responden Mohon di isi sesuai jawaban anda: No. Responden 1. Nama Responden : 2. Alamat Responden : 3. Pendidikan Responden : LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN Hubungan Akses KB Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal Pada Akseptor KB Aktif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kec.Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga bisa didapat dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm 3-4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga bisa didapat dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm 3-4) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada di kepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman, kita

Lebih terperinci

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi a. Pengertian Kontrasepsi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara

Lebih terperinci

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA 1. DATANG KE BALAI PENYULUH KB DI MASING-MASING KECAMATAN TEMUI PETUGAS PENYULUH KB ATAU PEMBANTU PENYULUH KB DESA ATAU LANGSUNG KE TEMPAT PELAYAN KESEHATAN/PUSKESMAS/RUMAH SAKIT 2. PILIH KONTRASEPSI YANG

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian konsep dasar alat kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang bermaksud mencegah atau melawan dan konsepsi yang bermaksud pertemuan antara sel telur (sel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Syamsi (1995) yang mengutip pendapat Davis, keputusan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Syamsi (1995) yang mengutip pendapat Davis, keputusan adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengambilan Keputusan 2.1.1. Pengertian Pengambilan Keputusan Menurut Syamsi (1995) yang mengutip pendapat Davis, keputusan adalah hasil proses pemikiran yang merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: ) ABSTRAK Pemilihan kontrasepsi dalam rumah tangga merupakan kesepakatan antara suami dan istri sesuai dengan kebutuhan dan keinginan bersama. Peningkatan partisipasi pria dalam penggunaan Keluarga Berencana

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga Berencana (family planning) adalah kegiatan untuk melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga Berencana (family planning) adalah kegiatan untuk melakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana Keluarga Berencana (family planning) adalah kegiatan untuk melakukan pembatasan kelahiran baik untuk sementara agar dapat dicapai jarak antara dua kelahiran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

Lebih terperinci

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI I. Pendahuluan Salah satu tujuan dari membentuk keluarga agar mempunyai keturunan yang sehat jasmani dan rohani. Orang tua menginginkan anaknya sehat jasmani,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

Keistimewaan metode barier ini adalah: Mencegah infertilitas, kanker servix dan PMS Meningkatkan partisipasi pria dalam kontrasepsi

Keistimewaan metode barier ini adalah: Mencegah infertilitas, kanker servix dan PMS Meningkatkan partisipasi pria dalam kontrasepsi METODE KONTRASEPSI BARIER Keistimewaan metode barier ini adalah: Mencegah infertilitas, kanker servix dan PMS Meningkatkan partisipasi pria dalam kontrasepsi Klasifikasi Kondom Diafragma Spermisida Efektivitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perawatan BBLR Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu komplikasi pada bayi yang bila tidak ditangani secara benar dapat menyebabkan kematian. Bayi berat lahir rendah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organization (WHO, 1970), Keluarga Berencana

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organization (WHO, 1970), Keluarga Berencana BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana (KB) Menurut World Health Organization (WHO, 1970), Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk : mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana lebih dari dua dasa warsa terakhir ini menjadi fokus utama program kependidikan di Indonesia. Program KB dan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan latar belakang program Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan metode IUD, rumusan masalah yang timbul, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Konsep KB 1.1.1 Pengertian KB Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan

Lebih terperinci

CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA LAKI-LAKI. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai :

CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA LAKI-LAKI. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai : CHECKLIST UJIAN SKILLS LAB GENITALIA LAKI-LAKI Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai : No Aspek yang dinilai Nilai 0 1 2 Anamnesis 1 Memberi salam dan memperkenalkan diri 1 : melakukan keduanya 0

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SADARI

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SADARI GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SADARI Mimatun Nasihah* dan Siti Rodliyatun** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan

Lebih terperinci

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3. Organ Reproduksi Perempuan Organ Reproduksi Bagian Dalam 2. Saluran telur (tuba falopi) 1. Indung telur (ovarium) 3. Rahim (uterus) 4. Leher Rahim (cervix) 5. Liang Kemaluan (vagina) Organ Reproduksi Bagian

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB 2. Manfaat KB

MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB 2. Manfaat KB MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB Suatu upaya menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati,2013) 2. Manfaat KB a. Untuk ibu : dengan jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Pengertian Puskesmas Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu. b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu. b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Pengertian KB (Keluarga Berencana) Menurut WHO [World Health Organization] Expert Committe 1970) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Keluarga Berencana (KB 2.1.1 Sasaran Keluaraga Berencana Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program KB adalah bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat generik sering diasumsikan sebagai obat dengan kualitas yang rendah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama yang

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 1. Pasangan antara bagian alat reproduksi laki-laki dan fungsinya berikut ini benar, kecuali... Skrotumberfungsi sebagai pembungkus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Suami Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. Sedangkan peran adalah perangkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang dan terjadi terhadap objek melalui indra yang

Lebih terperinci

Sectio Caesarea PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

Sectio Caesarea PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) Sectio Caesarea 1. Pengertian ( Definisi) Persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Implant 1. Pengertian Kontrasepsi Implant Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002). Implant adalah suatu alat kontrasepsi

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA. Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut :

DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA. Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut : DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut 1. Perlu perbaikan 2. Mampu 3. Mahir Langkah langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA PARIPURNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN

SIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN SIRKUMSISI Setelah menyelesaikan modul sirkumsisi, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan kepentingan sirkumsisi secara medis 2. Menjelaskan teknik-teknik sirkumsisi 3. Melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana (KB) 1. Definisi Keluarga Berencana Pengertian keluarga berencana menurut UU no 10 th 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan penduduk tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai 13 September 1994 di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia. dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia. dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai masalah tentang peningkatan jumlah penduduk. Hal ini dibuktikan dengan jumlah penduduk Indonesia menduduki peringkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA DENGAN TINDAKAN PEMAKAIAN KONDOM DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI KOTA MEDAN TAHUN 2010 No. Responden: I. IDENTITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA Siti Aisyah* Titi Sri Budi** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN Dini Rahmayani 1, Ramalida Daulay 2, Erma Novianti 2 1 Program Studi S1 Keperawatan STIKES

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia pada tahun 2013 mengalami peningkatan lebih tinggi dari perkiraan dua tahun yang lalu. Jumlah penduduk dunia pada bulan Juli 2013 mencapai

Lebih terperinci

BAB 1. All About Remaja

BAB 1. All About Remaja BAB 1. All About Remaja Siapakah Remaja? Pengertian remaja, Klasifikasi remaja (umur) Setiap dari kita pasti pernah mengalami masa remaja, atau mungkin kita sekarang sedang dalam masa remaja? tapi pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kehamilan. 2.1.1. Pengertian Kehamilan Kehamilan dimulai dari proses pembuahan (konsepsi) sampai sebelum janin lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS Mestuti Hadi AKBID Mardi Rahayu Kudus ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN

Lebih terperinci