BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. KESIMPULAN. data, analisis variansi, maupun uji lanjut dengan uji-t metode LSD, maka dapat

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian, baik yang berupa deskripsi data, analisis variansi, maupun uji lanjut dengan uji-t metode LSD, maka dapat dikemukakan kesimpulan dan pembahasan kesimpulan, sebagai berikut : 1. Ada Pengaruh Perlakuan Metode Latihan Plyometrik Dari uji statistik dengan analisis varian dan uji lanjut dapat disimpulkan bahwa :(1) Ada perbedaan pengaruh metode latihan plyoimetrik yang signifikan terhadap prestasi lompat jangkit.(2) Metode latihan plyometrik 1. Double Leg Bound memberikan pengaruh yang paling baik dibanding dua metode latihan lainnya (2. Alternate Leg Bound dan 3. Incrimental Vertical Hop). (3) Metode latihan 2. Incrimental Vertical Hop memberikan pengaruh yang lebih baik dibanding metode 3. Alternate Leg Bound. 2. Ada Pengaruh Rasio Tinggi badan dan Panjang Tungkai Dari uji statistik menggunakan analisis varian dan uji lanjut menggunakan ujit metode LSD dapat disimpulkan bahwa: a. Ada perbedaan prestasi lompat jangkit antara kelompok mahasiswa yang memiliki ukuran anthropometri rasio tinggi badan dan panjang tungkai dengan kategori 1). rendah, sedang, dan tinggi. b. Mahasiswa yang memiliki ukuran anthropometri rasio tinggi badan dan panjang tungkai dengan kategori 2). sedang (proporsi tungkai dan tinggi 120

2 121 badan relatif sedang atau seimbang) memiliki prestasi lompat jangkit yang lebih baik dibanding kategori 3).tinggi (ukuran tungkai relatif pendek) 3. Ada Pengaruh Interaksi Metode Latihan Plaiometrik dan Rasio Tinggi Badan dan Panjang Tungkai Dari hasil uji statistik dengan analisis varian dan uji lanjut dengan uji-t metode LSD, dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Berdasarkan Bentuk Latihan Plaiometrik 1) Latihan Plaiometrik Double Leg Bound lebih cocok diberikan kepada mahasiswa yang memiliki rasio tinggi badan dan panjang tungkai kategori rendah (proporsi ukuran tungkai relatif lebih panjang) karena memberikan hasil yang paling baik dibandingkan kelompok dengan rasio tinggi badan dan panjang tungkai kategori tinggi maupun sedang. 2) Latihan Plaiometrik Alternate Leg Boundsangat cocok diberikan kepada mahasiswa yang memiliki rasio tinggi badan dan panjang tungkai kategori rendah (proporsi ukuran tungkai relatif lebih panjang) karena memberikan hasil yang paling baik dibandingkan kelompok dengan rasio tinggi badan dan panjang tungkai kategori tinggi maupun sedang. 3) Latihan Plaiometrik Incrimental Vertical Hop sangat cocok diberikan kepada mahasiswa atau atlet yang memiliki rasio tinggi badan dan panjang tungkai kategori rendah (proporsi ukuran tungkai relatif lebih panjang) karena memberikan hasil yang paling

3 122 baik dibandingkan kelompok dengan rasio tinggi badan dan panjang tungkai kategori tinggi maupun sedang. b. Berdasarkan Rasio Tinggi Badan dan Panjang Tungkai 1) Kategori Tinggi (Proporsi ukuran tungkai relatif pendek) Bentuk latihan plaiometrik double leg bound dan incrimental vertical hop memberikan pengaruh yang sama baiknya. Jadi untuk atlet yang memiliki rasio tinggi badan dan panjang tungkai kategori tinggi (proporsi ukuran tungkai relatif pendek) dapat dipilih bentuk latihan plaiometrik double leg bound atau pun incrimental vertical hop. 2) Kategori Sedang (Proporsi ukuran tungkai dan tinggi badan relatif seimbang) Bentuk latihan plaiometrik alternate leg bound memberikan pengaruh yang paling baik dibanding dua bentuk latihan plaiometrik lainnya. Jadi untuk atlet yang memiliki rasio tinggi badan dan panjang tungkai kategori sedang (proporsi ukuran tungkai dan tinggi badan relatif seimbang) cenderung cocok diberikan bentuk latihan alternate leg bound.

4 123 3) Kategori Rendah (Proporsi ukuran tungkai relatif panjang) Bentuk latihan plaiometrik double leg bound memberikan pengaruh yang paling baik dibanding dua bentuk latihan plaiometrik lainnya. Jadi untuk atlet yang memiliki rasio tinggi badan dan panjang tungkai kategori rendah (proporsi ukuran tungkai relatif panjang) cenderung cocok diberikan bentuk latihan double leg bound. B. Implikasi Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian ini diharapkan bisa dimanfaatkan untuk menjadi dasar pengembangan dan pembinaan atlet lompat jangkit, khususnya pada mahasiswa putra dan kelompok umur seusianya. Namun dalam pemanfaatannya perlu dilakukan secara hati-hati, mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan dan beberapa kelemahan penelitian ini, seperti : Pertama, penelitian ini hanya dilakukan pada satu perguruan tinggi saja, yaitu Universitas Tunas Pembangunan Surakarta, dengan sampel sebesar 90mahasiswa. Ukuran sampel tersebut relatif kecil dibandingdengan jumlah populasi terjangkau, sehingga untuk melakukan generalisasi diperlukan pertimbangan dengan penuh kehati-hatian..dengan memperhatikan segala bentuk kelemahan di atas, implikasi hasil penelitian yang berkaitan dengan prestasi lompat jangkit dapat dikemukakan sebagai beikut :

5 Melihat hasil penelitian dan kajian teori bahwa peran bentuk latihan plaiometrik sangatlah besar dalam pencapaian prestasi lompat jangkit, maka hendaknya pelatih dapat memilih bentuk latihan plaiometrik yang sesuai dengan karekteristik atlet. Secara umum bentuk latihan plaiometrik double leg bound dapat menjadi pertimbangan utama untuk dipilih dalam pembinaan atlet lompat jangkit, namun demikian bentuk latihan alternate leg bound maupun incrimental vertical hop juga dapat dipilih sebagai alternatif lainnya mengingat kedua bentuk latihan ini juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi lompat jangkit.. 2. Dengan terbuktinya ukuran anthropometris rasio tinggi badan dan panjang tungkai memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi lompat jangkit, maka unsur ini perlu dipertimbangkan dalam pemilihan atlet lompat jangkit. Rasio tinggi badan dan panjang tungkai kategori rendah (proporsi ukuran tungkai relatif panjang) hendaknya dijadikan prioritas utama pemilihan atlet lompat jangkit jika ditinjau dari sisi anthropometris.

6 125 C. Saran Untuk dapat lebih meningkatkan kualitas pembinaan atlet lompat jangkit, hendaknya pelatih : 1. Dalam melakukan seleksi atlet lompat jangkit selalu mempertimbangkan faktor anthropometris (rasio tinggi badan dan panjang tungkai), dengan prioritas utama atlet yang memiliki ukuran tungkai relatif panjang. 2. Dalam hal pemilihan bentuk latihan plaiometrik, pelatih hendaknya dapat memilih bentuk latihan yang tepat dengan mempertimbangkan faktor anthropometris rasio tinggi badan dan panjang tungkai, mengingat ketiga bentuk latihan plaiometrik yang dipilih pada penelitian ini memberikan pengaruh yang berbeda-beda untuk tiap kelompok dengan ukuran anthropometris yang berbeda-beda.