ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI KABUPATEN NAGAN RAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI KABUPATEN NAGAN RAYA"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI OLEH IMRON ROSADI NIM : 08C PROGRAM STUDIEKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2014

2 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI OLEH IMRON ROSADI NIM : 08C PROGRAM STUDIEKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2014

3 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI OLEH IMRON ROSADI NIM : 08C Skripsi Sebagai salah satu Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar PROGRAM STUDIEKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2014

4 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional yang selama ini dilakukan telah membawa pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi yang pesat, hal tersebut membawa dampak pada sikap peningkatan pendapatan masyarakat, perubahan struktur harga, perubahan pada sikap serta tingkah laku masyarakat yang selanjutnya menyebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat. Secara umum tingkat hidup atau kemakmuran suatu masyarakat tercermin dari tingkat dan pola konsumsinya dan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga adalah dengan mengukur tingkat dan pola konsumsi masyarakat tersebut. Konsep perilaku konsumen (masyarakat) yang mengungkapkan bagaimana upaya pencapaian maksimum kepuasaan (maximize satisfaction) dengan mengkonsumsi berbagai jenis dan tingkat harga barang disesuaikan dengan pendapatan yang diterima. Untuk pencapaian maksimum kepuasan, konsumen (masyarakat) dihadapkan kepada alternatif produk sekaligus dinilai sebagai barang yang berguna. Sejauh mana alternatif produk dapat berguna dan mampu mencapai maksimum kepuasan atau sebaliknya, kelangkaan produk merupakan tantangan yang perlu dipecahkan, meskipun konsumen (masyarakat) memiliki kemampuan untuk membeli produk yang diinginkan. Oleh karena itu pihak konsumen perlu mempertimbangkan pola konsumsi terhadap berbagai kemungkinan perubahan yang akan terjadi, apakah perubahan dimaksud berakibat kepada perubahan tingkat harga atau perubahan tingkat pendapatan yang diterima. Pengeluaran konsumsi individu atau rumah tangga merupakan gambaran

5 2 penggunaan pendapatan individu. Teori ekonomi menyatakan baik tingkat konsumsi maupun pola konsumsi erat hubungannya dengan besarnya pendapatan ( tanggal 20 Oktober 2013.). Pengeluaran konsumsi masyarakat adalah salah satu fariabel makro ekonomi yang dilambangkan C. Konsep konsumsi merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang-orang yang melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang dibelanjakan. Bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut tabungan, dilambangkan dengan huruf S inisial dari kata saving. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan (Samuelson 2000, h. 124). Besarnya pendapatan berbeda antar lapisan masyarakat, antar daerah perkotaan dan pedesaan, serta antar propinsi, kawasan, dan negara. Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya, semakin besar pendapatannya maka semakin besar pula pengeluaran untuk konsumsi. Pengeluaran masyarakat khususnya untuk konsumsi pada dasarnya dipengaruhi oleh baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.beberapa faktor yang diyakini mempengaruhi keadaan masyarakat untuk mengkonsumsi sesuatu adalah jumlah pendapatan, harga, dan lain-lain. Sedangkan faktor kualitatifnya adalah seperti tingkat pendidikan dan selera. Pola konsumsi masyarakat juga selalu berubah-ubah dari Tahun ketahun disebabkan oleh tingkat pendapatan masyarakat yang semakin tinggi dan jenis

6 3 barang yang ada dipasar. Tingkat hidup atau kemakmuran dari suatu masyarakat tercermin dalam tingkat dan pola konsumsinya yang meliputi unsur-unsur pangan, sandang, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kelima unsure ini bagi kebanyakan penduduk masih kurang terpenuhi baik secara kualitatif maupun kuantitatif untuk mempertahankan derajat kehidupan secara wajar, hal ini diakibatkan karena begitu kompleksnya dimensi kehidupan sosial yang tidak mudah diukur dari semua sisi. Pasca gempa dan Tsunami yang melanda sebagian besar wilayah Aceh Termasuk Nagan Raya, perekonomian Nagan Raya Kembali bangkit meskipun masih mengalami fluktuasi, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 4,27 persen pada Tahun 2006 dan 5,49 persen pada Tahun Pertumbuhan ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak dalam menanggulangi keadaan darurat pasca musibah baik dalam negeri maupun luar negeri. Pada Tahun 2008 pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan menjadi sebesar 3,63 persen dan menurun lagi menjadi 3,46 persen pada Tahun Tanda-tanda peningkatan kembali terlihat pada Tahun 2010 dengan angka pertumbuhan sebesar 4,12 persen. Pertumbuhan ini terus dilanjutkan dengan tingkat pertumbuhan yang semakin stabil di Tahun 2011, yaitu sebesar 4,56 persen (BPS Nagan Raya). Pertumbuhan ekonomi Nagan Raya sangat dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga, yang mana dapat dilihat dari perhitungan PDRB dengan pendekatan pengeluaran. PDRB jika dilihat dari pendekatan pengeluaran terdiri dari 3 (tiga ) komponen yaitu: Konsumsi Rumah Tangga, Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba, Konsumsi Pemerintah. pada Tahun konsumsi rumah tangga sangat mendominasi dalam pembentukan PDRB Nagan Raya,

7 4 artinya pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh gejolak konsumsi rumah tangga. seperti yang dapat kita lihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 1 Peranan PenggunaanTerhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan (persen) Kabupaten Nagan Raya Tahun Tahun Jenis Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah Konsumsi Rumah Tangga Makanan Non Makanan (1) (2) (3) (4) Peranan komponen penggunaan (%) , PDRB Sumber: BPS Kabupaten Nagan Raya (Data diolah Januari 2014) Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa peranan konsumsi rumah tangga menempati urutan pertama terbesar terhadap total PDRB menurut penggunaan yaitu sebasar 47,21 persen pada Tahun Komponen ini terdiri dari dua sub komponen, yaitu sub makanan dan sub non makanan. Peranan masing-masing sub komponen adalah sebesar 30,13 persen dan 17,08 persen pada Tahun Sedangkan peranan pengeluaran konsumsi pemerintah terhadap nilai PDRB memperlihatkan tren yang berfluktuasi dari Tahun ketahun, dari Tahun peranannya sebesar persen, 20,96 persen, 23,20 persen, 24,71 persen, 24,17 persen, 22,77 persen, 22,71 persan, 22,28 persen, 21,44 persen, 21,38 persen, 21,74 persen dan 22,09 persen. dan untuk konsumsi lembaga swasta nirlaba memiliki peranan yang sangat kecil dibandingkan dengan pengeluaran

8 5 konsumsi akhir lainnya. dari Tahun 2002 sampai dengan 2013 peranan konsumsi ini berkisar antara 0,28 persen sampai dengan 0,43 persen. Keputusan rumah tangga dalam berkonsumsi mempengaruhi perekonomian, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang selalu berhubungan dengan konsumsi, baik untuk memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, hiburan atau untuk kebutuhan yang lain. Pengeluaran masyarakat untuk makanan, pakaian, dan kebutuhan lainya tersebut dinamakan dengan pembelanjaan atau konsumsi.pengeluaran konsumsi melekat pada setiap orang mulai dari lahir sampai akhir hidupnya, artinya setiap orang sepanjang hidupnya melakukan kegiatan konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan konsumsi memegang berperan penting dalam kehidupan manusuia. Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, dikurangi penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan osleh rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung selama satu Tahun. Untuk memperkirakan besarnya konsumsi rumah tangga, digunakan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) sebagai data pokok. Selanjutnya perkiraan konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, serta penyempurnaan estimasi pengeluaran konsumsi rumah tangga dilakukan melalui proses rekonsiliasi. Perkiraan besarnya konsumsi rumah tangga didasarkan pada data susenas, penduduk pertengahan Tahun, serta Indeks Harga Konsumsi (IHK). Untuk perkiraan konsumsi pada Tahun di mana data susenas belum tersedia digunakan model elastisitas pendapatan terhadap perubahan permintaan barangbarang konsumsi (BPS Nagan Raya 2011, h. 8).

9 6 Perkembangan pengeluaran konsumsi masyarakat Kabupaten Nagan Raya dari Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2013 memang cukup berarti dari Tahun ketahun, seiring dengan peningkatan pendapatan daerah, dari Tahun ketahun. Sedangkan kebutuhan masyarakat atas barang dan jasa masih mengalami fluktuasi, hal ini dapat kita lihat dalam tabel berikut. Tabel 2 PDRB, Peran dan Laju Pertumbuhan Menurut Konsumsi Rumah Tangga Kabupaten Nagan Raya Tahun Rincian PDRB (Jutaan Rupiah) Peranan Laju ADHB ADHK (%) Pertumbuhan (%) Konsumsi Rumah Tangga (1) (2) (3) (4) (5) ,433 0,396 51,17 4, ,489 0,375 52,26-5, ,554 0,402 49,11 7, ,605 0,389 48,12-3, ,734 0,386 47,89 0, ,906 0,405 47,58 4, ,080 0, , ,131 0,424 47,63 2, ,232 0,450 48,44 6, ,323 0,473 47,82 5, ,422 0,497 47,33 5, ,750 0,509 48,09 5,81 a. Makanan b. Non Makanan ,216 0,313 0,352 0,373 0,457 0,555 0,672 0,716 0,758 0,805 0,853 0,886 0,217 0,176 0,201 0,232 0,276 0,351 0,404 0,415 0,472 0,517 0,256 0,243 0,262 0,256 0,255 0,267 0,273 0,282 0,291 0,304 0,316 0,317 0,140 0,132 0,139 0,133 0,131 0,137 0,141 0,142 0,159 0,169 25,82 33,46 31,29 29,67 29,85 29,15 30,17 30,16 29,84 29,12 28,40 28,91 25,90 18,81 17,83 18,45 18,04 18,43 18,13 17,47 18,59 18,70 6,92-4,93 7,80-2,64-0,39 5,08 2,17 3,26 3,06 4,38 4,24 4,53-0,80-5,80 5,69-4,14-1,63 4,52 2,78 0,48 11,94 6,62

10 ,569 0,580 0,180 0,181 Sumber: BPS Kabupaten Nagan Raya (Data diolah Januari 2014) 18,39 18,59 6,59 6,77 Perkembangan nilai konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup berarti, pada Tahun 2002 pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 433 juta rupiah naik menjadi 1,750 juta rupiah pada Tahun Begitu pula dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan konsumsi rumah tangga Tahun 2002 sebesar 376 juta rupiah meningkat menjadi 509 juta rupiah pada Tahun Sedangkan pertumbuhan nilai konsumsi rumah tangga Tahun 2002 sampai dengan 2013 masih mengalami fluktuasi. pada Tahun 2002, pertumbuhannya sebesar 4,06 persen, tahun 2003 mengalami penurunan yang cukup besar sebesar -5,24 persen. Tahun 2004 mengalami peningkatan yang cukup dratis yaitu sebesar 7,06 persen. pada Tahun 2005 kembali mengalami penurunan yang cukup dratis yaitu dimana pertumbuhannya sebesar -3,16 persen, Tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 0,81 persen, Tahun 2007 kembali meningkat dengan pertumbuhan sebesar 4,87 persen. pada Tahun 2008 sampai dengan 2012 mengalami fluktuasi, dimana pertumbuhannya sebesar 2,38 persen, sedikit menurun menjadi 2,32, menguat menjadi 6,03 persen, kemudian kembali melandai menjadi 5,17 persen, mengalami sedikit penuran menjadi 5,08 persen dan pada Tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 5,81 persen. Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari dua sub komponen yaitu konsumsi makanan dan konsumsi non makanan. Peran total PDRB, konsumsi makanan lebih besar dari konsumsi non makanan yaitu masing-masing sebesar 28,91 persen untuk konsumsi makanan dan 18,59 persen untuk konsumsi non makanan pada Tahun Sedangkan pada Tahun 2002 sampai dengan 2012

11 8 masing-masing konsumsi makanan sebesar 25,82 persen, 33,46 persen, 31,29 persen, 29,67 persen, 29,85 persen, 29,15 persen 30,17 persen, 30,16 persen, 29,84 persen 29,12 persen dan 28,40 persen. dan non makanan masing-masing sebesar 25,90 persen, 18,81 persen, 17,83 persen, 18,45 persen, 18,04 persen, 18,43 persen, 18,13 persen, 17,47 persen, 18,59 persen, 18,70 persen, dan 18,39 persen. Sedangkan laju pertumbuhan konsumsi makanan dan non makanan dari Tahun 2002 sampai 2013 mengalami fluktuasi. Pada Tahun 2002 laju pertumbuhan makanan sebesar 6,92 persen, Tahun 2003 laju pertumbuhan konsumsi makanan mengalani penurunan sebesar -4,93 persen, kemudian mengalami peningkatan yang cukup berarti menjadi 7,80 peren pada Tahun 2004, pada Tahun 2005 menurun kembali menurun sebesar -2,64 persen, dan terus mengalami penurunan sebesra -0,39 pada Tahun 2006, pada Tahun 2007 kembali mengalami peningkatan sebesar 5,08 persen, Tahun 2008 kembali menurun menjadi 2,17 persen, kemudian meningkat kembali menjadi 3,26 persen pada Tahun 2009, pada Tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 3,06 persen, Tahun 2011 meningkat kembali menjadi 4,28 persen, pada Tahun 2012 sedikit menurun menjadi 4,24 persen dan pada Tahun 2013 meningkat sebesar 4,53 persen. dan laju pertumbuhan konsumsi non makanan pada Tahun 2002 sebesar -0,80 persen tahun 2003 sebesar -5,80 persen, meningkat menjadi 5,69 persen pada Tahun 2004, Tahun 2005 menurun menjadi -4,14 persen, Tahun 2006 sebesar -1,63 persen, mengalami peningkata sebesar 4,52 persen pada Tahun 2007, Tahun 2008 menurun sebesar 2,78 persen, menurun kembali menjadi 0,48 persen di Tahun 2009, pada Tahun 2010 mengalami peningkatan yang sngat besar menjadi 11,94 persen, kembali menurun di Tahun 2011 sebesar 6,62 persen, Tahun 2012

12 9 mengalami sedikit penurunan sebesar 6,59 persen dan pada Tahun 2013 meningkat menjadi 6,77 persen. dengan demikian analisis makro ekonomi perlu memperhatikan konsumsi masyarakat secara mendalam. Alasan perlunya memperhatikan konsumsi masyarakat ini antara lain adalah sebagai berikut a. Konsumsi rumah tangga memiliki porsi yang lebih besar dalam pengeluaran agregat jika dibandingkah dengan konsumsi pemerintah. b. Konsumsi rumah tangga bersifat endogen, dalam arti besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Keterkaitan ini akan menghasilkan teori dan model ekonomi sendiri untuk konsumsi. c. Perkembangan masyarakat yang begitu cepat menyebabkan perilaku konsumsi juga berubah cepat sehingga pembahasan tentang konsumsi rumah tangga akan tetap relevan (Sukirno,2003, h.107). dalam menganalisa tingkat konsumsi di Kabupaten Nagan Raya perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhinya, beberapa diantaranya adalah pendapatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB rill) dan jumlah penduduk. Kedua faktor tersebut berperan penting dalam menentukan naik turunnya tingkat konsumsi. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi di Kabupaten Nagan Raya.

13 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan uraian yang telah di ungkapkan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumsi di Kabupaten Nagan Raya 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi di Kabupaten Nagan Raya Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan di atas, manfaat yang diharapkan oleh peneliti dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : Manfaat Teoritis a. Bagi penulis / Peneliti Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang masalah yang diteliti, selain itu sebagai wujud nyata penerapan teori-teori yang diterima di bangku kuliah serta penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek yang terjadi di lapangan. b. Bagi Lingkungan Akademik Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademisi dan menambah manfaat bagi program studi fakultas atau mahasiswa, juga sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan konsumsi untuk masa yang akan datang, dan menambah bahan bacaan bagi para mahasiswa di Universitas Teuku Umar.

14 Manfaat Praktis Memberikan manfaat bagi pemerintah daerah setempat, pemerintah kabupaten, provinsi maupun pusat. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang akan diambil, khususnya para pengambil kebijakan dalam proses pengambilan keputusan dan agar bisa menjadi dorongan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian lebih lanjut Sistematika Pembahasan Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagian pertama pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, yaitu tentang mengapa permasalahan ini layak diangkat menjadi sebuah penelitian yang ingin diselesaikan, kemudian identifikasi masalah yang berdasarkan perumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah yang ada, selanjutnya tujuan dan kegunaan penelitian yang berisi tentang jawaban yang ingin dicari dalam permasalahan yang telah dipaparkan dalam identifikasi masalah dan latar belakang permasalahan, kegunaan penelitian yang menjelaskan manfaat dari penelitian ini, yang terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis. Bagian kedua tinjauan pustaka berisikan tentang studi pustaka terhadap penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya. Berisi deskripsi teoritis mengenai teori-teori yang digunakan sebagai dasar penelitian sesuai dengan masalah yang ditelitih. Mengenai pengertian antar variabel dalam judul serta perumusan hipotesis. Selanjutnya bagian ketiga metode penelitian, menguraikan tentang ruang lingkup penelitian, yang menjelaskan dimana dilakukan penelitian, data penelitian

15 12 yang terdiri dari jenis dan sumberdata serta teknik pengumpulan data, metode analisa data, definisi operasional variabel dan pengujian hipotesis. Bagian keempat hasil dan pembahasan yang terdiri dari statistik deskritif variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Bagian kelima kesimpulan dan saran, yang berisi tentang simpulan penelitan dan saran penulis.

16 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Pengertian konsumsi Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghabiskan daya guna suatu benda, baik yang berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung (Salvatore 2003, h. 84). dalam ilmu ekonomi konsumsi diartikan sebagai penggunaan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan manusiawi (the use of goods and service in the satisfaction of human wans). Konsumsi haruslah dianggap sebagai maksud serta tujuan yang esensial dari produksi. Atau dengan perkataan lain, produksi merupakan alat bagi konsumsi. Melalui kenyataan-kenyataan itu, dapatlah diambil semacam kesimpulan bahwa produksi itu diperlukan selama masih diperlukan pula konsumsi. Kalau saja misalnya, sekalipun sama sekali tidak realitis konsumsi berhenti sama sekali, dalam arti bahwa masyarakat tidak memerlukan konsumsi lagi, produksi tidak di perlukan lagi. Akan tetapi, logika ini tidak dpat berlaku sebaliknya, yakni tidak dapat dikatakan bahwa apabila produksi berhenti, konsumsi harus berhenti pula (Rosyidi 2005, h. 163). Selanjutnya konsumsi adalah pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga. Barang mencakup pembelanjaan rumah tangga pada barang yang tahan lama, seperti kendaraan dan perlengkapan, dan barang tidak tahan lama seperti makan dan pakaian. Jasa mencakup barang yang tidak wujud konkrit, seperti potong rambut dan kesehatan. Pembelanjaan rumah tangga atas pendidikan juga dimasukkan sebagai konsumsi jasa (Mankiw 2003, h. 11).

17 Fungsi Konsumsi Di dalam buku The General Theory of Employment, Interest and Monny (1936), Jhon Maynard Kaynes menekankan bahwa bagi suatu perekonomian tingkat pengeluaran konsumai oleh rumah tangga bervariasi secara langsung dengan pendapatan disposibel dari rumah tangga tersebut. Hubungan antara konsumsi dan pendapatan inilah yang dikenal sebagai fungsi konsumsi (consumption function) (Nanga 2005, h. 68). Fungsi konsumsi ialah : C = C + cy... (1) Di mana C adalah konstanta atau konsumsi rumah tangga ketika pendapatan adalah 0, c adalah kecenderungan mengkonsumsi marginal di mana 0 < C > 1, di mana C adalah konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan. Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposibel dengan konsumsi dan pendapatan disposibel dengan tabungan, yaitu konsep kecenderungan mengkonsumsi dan kecenderungan menabung (Mankiw 2003, h. 11). Dalam kehidupan sehari-hari, konsumsi seringkali dihubungkan pada masalah makanan dan minuman, sesungguhnya tidak sesempit itu pengertian konsumsi, mengendarai sepeda motor juga merupakan kegiatan konsumsi, karena akan mengurangi nilai guna sepeda motor. Jadi konsumsi adalah suatu kegiatan manusia yang secara langsung menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan yang berakibat mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu barang/jasa. Contoh dari kegiatan konsumsi antara lain: makan, minum, naik kendaraan umum, menonton film di bioskop. Konsumsi juga diartikan suatu kegiatan yang bertujuan

18 15 mengurangi atau menghabiskan faedah suatu benda (barang dan jasa) dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Namun demikian, kita harus berhati-hati dalam menentukan apakah suatu kegiatan dalam menggunakan suatu benda tersebut termasuk ke dalam lingkup konsumsi atau tidak. Selain untuk tujuan konsumsi (menghabiskan kegunaannya), suatu benda juga dipergunakan sebagai benda produksi ( konsumsi dan jenisnya.com.html. diakses 20 Oktober 2013). Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa konsumsi merupakan suatu kegiatan yang menghabiskan nilai guna barang dan jasa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia Tujuan Kegiatan Konsumsi Tujuan kegiatan konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup secara langsung. Penggunaan benda-benda di luar tujuan tersebut tentunya tidak dikategorikan sebagai kegiatan konsumsi. Contohnya, penggunaan mobil Pak Amir untuk mengangkut penumpang selama hari Senin sampai dengan Jumat, bukan termasuk kegiatan konsumsi tetapi termasuk ke dalam kegiatan produksi (Rosyidi 2005, h. 163) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Faktor-Faktor Ekonomi a. Pendapatan Rumah Tangga (Household Income) Pendapatan rumah tangga sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi, biasanya semakin baik (tinggi) tingkat pendapatan, tingkat konsumsi semakin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar. Atau

19 16 mungkin juga pola hidup menjadi semakin konsutif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik. Contoh yang sangat sederhana adalah jika pendapatan sang ayah masih sangat rendah, biasanya beras yang dipilih untuk konsumsi juga beras kelas rendah/menengah. Lauknya pun hanya ikan asin yang murahan. Tetapi jika penghasilan ayah semakin meningkat, beras yang dipilih sudah dinaikan menjadi beras kelas satu, ikan asin pun diganti dengan ikan ayam. b. Kekayaan Rumah Tangga (Household Wealt) Tercakup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil (misalnya rumah,tanah dan mobil) dan financial (deposito berjangka, saham, surat-surat berharga). Kekayaan-kekayan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposibel. Misalnya bunga deposito yang diterima tiap bulan dan deviden yang diterima setiap Tahun menambah pendapatan rumah tangga. Demikian juga, rumah, tanah dan mobil yang disewakan. Penghasilanpenghasilan tadi disebut sebagai penghasilan non upah ( non wages income). Sebagian dari tambahan penghasilan tersebut akan dipakai sebagai konsumsi. Tentunya, hal ini akan meningkatkan pengeluaran konsumsi. c. Jumlah Barang-barang Konsumsi Tahan Lama Dalam Masyarakat Pengeluarankonsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh jumlah barangbarang konsumsi tahan lama (consumers durables). Pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi bisa bersifat positif (menambah) dan negatif (mengurangi). Barang - barang tahan lama biasanya harganya mahal, yang untuk memperolehnya dibutuhkan waktu untuk menabung. Apabila membelinya secara tunai, maka sebelum membeli harus banyak menabung.

20 17 d. Tingkat Bunga (Interest Rate) Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi konsumsi, baik dilihat dari sisi keluarga yang memiliki kelebihan uang maupun yang kekurangan uang. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi dari konsumsi akan semakin mahal. Bagi mereka yang ingin mengkonsumsi dengan berutang dahulu, misalnya dengan meminjam dari bank atau menggunakan fasilitas kartu kredit, biaya bunga semakin mahal, sehingga lebih baik menunda/mengurangi konsumsi. Sama halnya dengan mereka yang memiliki banyak uang. Tingkat bunga yang tinggi menyebabkan menyimpan uang di bank terasa lebih menguntungkan ketimbang dihabiskan untuk dikonsumsi. Jika tingkat bunga lebih rendah, yang terjadi adalah sebaliknya. Bagi keluarga kaya, menyimpan uang di bank menyebabkan ongkos menunda konsumsi terasa lebih besar. Sementara bagi keluarga yang kurang mampu, biaya meminjam yang lebih rendah akan meningkatkan keberanian dan gairah komsumsi. e. Perkiraan Tentang Masa Depan (Household expectation about the future) Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya semakin baik, mereka akan merasa lebih leluasa untuk melakukan konsumsi. Karenanya pengeluaran konsumsi cenderung meningkat.jika rumah tangga memperkirakan masa depannya semakin jelek, merekapun mengambil ancang-ancang dengan menekan pengeluaran konsumsi. f. Kebijakan Pemerintah Mengurangi Ketimpangan Distribusi Pendapatan Keinginan pemerintah untuk mengurangi ketimpangan dalam distribusi pendapatan ternyata akan menyebabkan bertambahnya pengeluaran konsumsi masyarakat secara keseluruhan (Rahardja 2004, h. 34).

21 Faktor-Faktor Demografi (kependudukan) Faktor-faktor demografi terdiri dari: a. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun rata-rata per orang atau keluarga relatif rendah. Misalnya, walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih rendah daripada penduduk Singapura, tetapi secara absoult tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia lebih besar daripada penduduk Singapura. Sebab jumlah penduduk Indonesia lima puluh satu kali lipat penduduk Singapura. Tingkat konsumsi rumah tangga akan sangat besar. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila jumlah pendudk sangat banyak dan pendapatan perkapita sangat tinggi. Hal ini terjadi dengan amerikat dan jepang. Pengeluaran konsumsi penduduk masing-masing negara tersebut puluhan kali lipat penduduk indonesia. Sebab jumlah penduduknya hampir sama dengan indonesia, tetapi pendapatan perkapitanya puluhan kali lipat dari indonesia. b. Komposisi Penduduk Komposisi penduduk satu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi diantaranya usia (produktif dan tidak produktif), pendidi kan (rendah, menengah, tinggi) dan wilayah tinggal ( perkotaan atau pedesaan). Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi dijabarkan sederhana seperti dibawah ini: 1. Semakin banyak penduduk yang berusia kerja atau usia produktif (15-16 Tahun), semakin besar tingkat konsumsi, terutama bila sebagian besar dari mereka mendapat kesempatan kerja yang tinggi, dengan upah yang wajar atau

22 19 baik. Sebab semakin banyak penduduk yang bekerja, penghasilan juga semakin besar. 2. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, konsumsinya juga semakin tinggi, sebab pada seseorang/suatu keluarga semakin berpendidikan tinggi, kebutuhan hidupnya semakin banyak. Yang harus mereka penuhi bukan lagi sekedar kebutuhan untuk makan dan minum, melainkan kebutuhan informasi, pergaulan masyarakat yang lebih baik serta kebutuhan akan pengakuan orang lain terhadap keberadaan (eksitensinya). Seringkali biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan ini jauh lebih besar dari pada biaya pemenuhan kebutuhan untuk makan dan minum. 3. Semakin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan ( urban), pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi. Sebab umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsuntif di banding masyarakat pedesaan (Rahardja 2004, h. 35) Faktor-Faktor Non-Ekonomi Faktor-faktor ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial-budaya masyarakat. Misalnya, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dam tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat. Contoh paling kongkret di Indonesia adalah berubahnya kebiasaan berbelanja dari pasar tradisional ke pasar swalayan. Begitu juga kebiasaan makan, dari makan masakan yang disediakan ibu dirumah menjadi kebiasaan makan direstoran atau pusat-pusat jajanan yang menyediakan makanan siap saji. Demikian juga, rumah bukan hanya sekedar tempat berlindung dari panas dan hujan, melainkan ekspresi dari keberadaan diri. Tidak

23 20 mengherankan bila ada rumah tangga yang mengeluarkan uang ratusan juta, bahkan miliaran rupiah, hanya untuk membeli rumah idaman. dalam dunia nyata, sulit memilah-milah faktor apa mempengaruhi apa, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan/peningkatan konsumsi. Sebab ketiga faktor diatas saling terkait erat dan saling mempengaruhi. Karena itu, bisa saja terjadi dalam kelompok masyarakat yang berpendapat rendah yang memaksakan untuk membeli barang-barang dan jasa yang sebenarnya tidak sesuai dengan kemampuannya. Sikap tersebut mungkin akibat pengaruh dari kehidupan kelompok kaya yang mereka tonton dalam sinetron di televisi (Rahardja 2005, h. 226) Konsumsi Produktif dan Konsumsi Akhir Apabila dipergunakan tanpa kualifikasi apapun, istilah konsumsi itu, di dalam ilmu ekonomi, akan secara umum diartikan sebagai penggunaan barangbarang dan jasa-jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Namun, harap diingat bahwa beberapa macam barang, seperti mesin-mesin maupun bahan mentah, dipergunakan untuk menghasilkan barang lain. Hal ini dapat kita sebut sebagai konsumsi produktif (productive consumption), sedangkan konsumsi yang langsung dapat memuaskan kebutuhan disebut sebagai konsumsi akhir ( final consumption). Sekarang ini sudah tidak lagi ada yang memperdebatkan, bahwa makanan yang dimakan oleh para buruh demi pekerjaan mereka adalah konsumsi produktif. Oleh karena itu, bahwa bahan bakar yang dikonsumsi oleh mesin-mesin dengan makanan yang dikonsumsi oleh para buruh atau para pekerja merupakan analogi yang benar. Namun demikian, sebenarnya terdapat perbedaan yang

24 21 teramat penting diantara keduanya, yaitu bahwa mesin-mesin itu secara spesifik sekali sengajan disesuaikan dengan kepentingan-kepentingan tertentu untuk memberikan jasa-jasa ekonomisnya serta tidak dapat disangkal lagi bahwa mesin itu sendiri sebenarnya tidak pernah mengharapkan untuk dapat mengonsumsi bahan bakar itu. Sementara itu, untuk para pekerja, konsumsi makanannya itu ditentukan dengan memerhatikan selera maupun kesejahteraannya. Namun demikian, sekalipun terdapat perbedaan yang tajam antara konsumsi akhir dan konsumsi produktif, jika tiada ketentuan apa pun, yang dimaksud dengan istilah konsumsi pada uraian-uraian sesudah ini adalah konsumsi akhir (final consumption), yakni konsumsi yang langsung memberikan kepuasan (Rosyidi 2005, h. 163) Teori-Teori Konsumsi Pendapat Keynes Keynes berpendapat bahwa pengeluaran masyarakat untuk konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendapat mengakibatkan semakin tinggi pula tingkat konsumsi. Selain itu, pendapatan juga berpengaruh terhadap tabungan. Semakin tinggi pendapatan, semakin besar pula tabungannya karena tabungan merupakan bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi. Walaupun pendapatan penting peranannya dalam menentukan konsumsi, peranan faktorfaktor lain tidak boleh diabaikan. Dibawah ini diterangkan beberapa faktor lain yang mempengaruhi tingkat konsumsi dan tabungan: a. Kekayaan yang terkumpul Sebagai akibat menapat harta warisan/tabungan yang banyak akibat usaha dimasa lalu, maka seseorang berhasil memiliki kekayaan yang mencukupi. Dalam

25 22 keadaan seperti itu ia sudah tidak terdorong lagi untuk menabung lebih banyak.maka lebih besar bagian dari pendapatannya yang digunakan untuk konsumsi dimasa sekarang. Sebaliknya, untuk orang yang tidak memperoleh warisan mereka lebih bertekat untuk menabung yang lebih banyak di masa yang akan datang. b. Tingkat bunga Tingkat bunga dapatlah dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan. Rumah tangga akan berbuat lebih banyak tabungan apabila tingkat bunga tinggi karena lebih banyak bunga yang akan diperoleh. c. Sikap berhemat Berbagai masyarakat mempunyai sikap yang berbeda dalam menabung dan berbelanja. Ada masyarakat yang tidak suka berbelanja berlebih-lebihan dan lebih mementingkan tabungan. Dalam masyarakat seperti itu APC dan MPCnya adalah lebih rendah tapi ada pula masyarakat yang mempunyai kecenderungan mengkonsumsi yang tinggi yang berdiri APC dan MPCnya adalah tinggi. d. Keadaan Perekonomian dalam perekonomian yang tumbuh dengan teguh dan tidak banyak pengangguran masyarakat berkecenderungan melakukan perbelanjaan yang lebih aktif. Mereka mempunyai kecenderungan berbelanja lebih banyak pada masa kini dan kurang menabung. Tetapi dalam keadaan perekonomian yang lambat berkembangnya, tingkat pengangguran menunjukkan tendensi meningkat, dan sikap masyarakat dalam menggunakan uang dan pendapatnya makin berhati-hati.

26 23 e. Distribusi Pendapatan dalam masyarakat yang distribusi pendapatannya tidak merata, lebih banyak tabungan akan dapat diperoleh. Dengan masyarakat yang demikian sebagian besar pendapatan nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk yang sangat kaya, dan golongan masyarakat ini mempunyai kecenderungan menabung yang tinggi. Maka mereka boleh menciptakan tabungan yang banyak. Segolongan besar penduduk mempunyai pendapatan yang hanya cukup membiayai konsumsi dan tabungannya adalah kecil. Dalam masyarakat yang distribusi pendapatannya lebih seimbang tingkat tabungannya relatif sedikit karena mereka mempunyai kecondongan mengkonsumsi yang tinggi. f. Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi Program dana pensiun dijalankan diberbagai negara. Ada negara yang memberikan pensiun yang cukup tinggi kepada golongan penduduknya yang telah tua. Apabila pendapatan dari pensiun besar jumlahnya, para pekerja tidak terdorong untuk melakukan tabungan yang banyak pada masa bekerja dan ini menaikan tingkat konsumsi. Sebaliknya, apabila pendapatan pensiun sebagai jaminan hidup di hari tua sangat tidak mencukupi, masyarakat cenderung akan menabung lebih banyak ketika mereka bekerja (Sukirno 2008, h. 119) Teori Keynes (Keynesian Consumption Model) Teori keynes terdiri dari : a. Hubungan Pendapatan Disposibel dan Konsumsi Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposibel saat ini. Menurt keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus

27 24 dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol, itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus. Jika pendapatan disposibel meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja pendapatan konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposibel. Dimana : C = C 0 + b Yd... (2) C = Konsumsi C 0 = Konsumsi otonomus b = marginal propensity to consumse (MPC) Yd = pendapatan disposibel b. Kecenderungan Mengonsumsi Marginal (Marginal Propensity to Consume) Kecenderungan mengonsumsi marjinal ( Marginal Propensity toconsume, disingkat MPC) adalah konsep yang memberikan gambaran tentangberapa konsumsi akan bertambah bila pendapatan disposibel bertambah satu unit. Kecenderungan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (Marginal Propensity to Consume), didefinisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan konsumsi ( C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan : C MPC = Yd... (3) c. Kecenderungan Mengonsumsi Rata-Rata Kecenderungan mengonsumsi rata-rata (Average Propensity to Consum, disingkat APC) adalah rasio antara konsumsi total dengan pendapatan disposabel total. Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara

28 25 tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposibel pada ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula : C APC = Yd... (4) d. Hubungan Konsumsi dan Tabungan Pendapatan disposabel yang diterima rumah tangga sebagian besar digunakan untuk konsumsi, sedangkan sisanya ditabung. Kita juga dapat mengatakan setiap tambahan penghasilan disposabel akan dialokasikan untuk menambah konsumsi dan tabungan. Besarnya tambahan pendapatan disposibel yang menjadi tambahan tabungan disebut kecenderungan menabung marginal (Marginal Propensity to Save/MPS). Sedangkan rasio antara tingkat tabungan dengan pendapatan disposibel disebut kecenderungan menabung rata-rata (Avarage Propensity to Save/APS) (Rahardja 2004, h. 37). Yd = C + S... (5) Di mana : S = tabungan (saving) Teori Konsumsi Kuznets Teori ini merupakan bentuk anomali dari teori fungsi konsumsi Keynes. Anomali tersebut berhubungan dengan dugaan Keynes tentang kecenderungan mengkonsumsi rata-rata turun bila pendapatan naik. Anomali pertama disebutkan secular stagnation yaitu kondisi depresiasi yang berkepanjangan sampai ada kebijakan fiskal yang menggeser/menaikkan permintaan agregat.keadaan ini terjadi pada saat setelah perang dunia kedua dimana tidak terjadi depresi padahal pendapatan masyarakat setelah perang meningkat.

29 26 Anomali kedua dikemukakan oleh Simon Kuznets yang meneliti data konsumsi dan pendapatan. Dalam penelitiannya ditemukan rasio antara konsumsi dengan pendapatan ternyata stabil dari dekade ke dekade, walaupun telah terjadi kenaikan pendapatan. Kedua anomali tersebut membuktikan fungsi konsumsi Keynesian berlaku untuk data rumah tangga atau jangka pendek, sedangkan jangka panjang fungsi konsumsi cenderung bersifat konstan (Nanga, 2005, h.111) Model Konsumsi Siklus Hidup (Life Cycle Hipothesis of Consumption) Model konsumsi siklus hidup dikembangkan oleh Franco Modigliani, Albert Ando dan Richard brumberg. Model ini berpendapat bahwa kegiatan konsumsi adalah kegiatan seumur hidup. Model ini mengakui bahwa faktor yang dominan pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi adalah pendapatan disposibel. Hanya saja, model siklus hidup ini mencoba menggali lebih dalam untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya pendapatan disposibel. Ternyata, tinkat pendapatan diposibel berkaitan erat dengan usia seseorang selama siklus hidupnya. Model siklus hidup ini membagi perjalanan hidup manusia menjadi tiga periode. a. Periode Belum Produktif Periode ini berlangsung dari sejak manusia lahir, bersekolah, hingga pertama kali bekerja, biasanya berkisar antara usia nol hingga dua puluh Tahun. Pada periode ini umumnya manusia belum menghasilkan pendapatan. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. b. Periode Produktif Periode ini umumnya berlangsung dari usia sekitar dua puluh Tahun, hingga usia enam puluh Tahun. Selama periode ini, tingkat penghasilan

30 27 meningkat. Awalnya meningkat cepat dan mencapai puncaknya pada usia sekitar lima puluhan Tahun. Setelah itu pendapatan disposibelnya menurun, sampai akhirny tidak mempunyai penghasilan lagi. c. Periode Tidak Produktif Lagi Periode ini berlangsung setelah usia manusia melebihi enam puluh Tahun. Ketuaan yang datang tidak memungkinkan mereka bekerja untuk mendapat penghasilan (Rahardja 2004, h. 43) Teori Konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen ( permanent income hypothesis) Menurt Friedman menjelaskan tentang perilaku konsumsi dengan menggunakan hipotesis pendapatan permanen. Dalam hipotesisnya, pendapatan masyarakat dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara. Pendapatan permanen adalah pendapatan yang diharapkan orang untuk terus bertahan dimasa depan. Pendapatan sementara (pendapatan transitoris) adalah bagian pendapatan yang tidak diharapkan terus bertahan. Nilai pendapatan ini kadang positif dan kadang negatif Teori Konsumsi Dengan Hipotesis Pendapatan Relatif (relative income hypothesis) James Duesenberry mengemukakan tentang teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif dengan menggunakan dua asumsi, yaitu : a. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya (tetangganya).

31 28 b. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya, pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan. Kedua asumsi tersebut menjadi dasar Duesenberry dalam merumuskan teori konsumsi dalam jangka panjang dan jangka pendek. Fungsi jangka panjang Deusenberry menggunakan asumsi pertama, dimana konsumsi seseorang sangat dipengaruhi pola konsumsi masyarakat sekitar. Akibatnya dalam jangka panjang, kenaikan penghasilan masyarakat secara keseluruhan tidak akan mengubah distribusi penghasilan seluruh masyarakat. Deusenberry menggunakan asumsi kedua dalam menurunkan fungsi konsumsi jangka pendek. Menurutnya, besarnya konsumsi seseorang dipengaruhi oleh besarnya penghasilan tertinggi yang pernah diperoleh. Proporsi kenaikan pengeluaran konsumsi pada saat penghasilan naik lebih besar nilainya dibandingkan proporsi penurunan pengeluaran konsumsi pada saat penghasilan turun (Nanga 2005, h. 113) Kaitannya dengan Konsumsi Pendapatan Nasional Pendapatan nasional adalah nilai dari barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam tahun tertentu. Pendapatan nasional dapat dibedakan menjadi dua yaitu Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan Pendapatan Nasional Bruto (PNB). Pendapatan Domestik Bruto (PDB) adalah total nilai seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi di dalam suatu perekonomian negara tersebut dalam kurun waktu tertentu (1 tahun). Sedangkan Pendapatan Nasional Bruto (PNB) adalah nilai dari semua barang jadi dan jasa yang diproduksi oleh faktor-

32 29 faktor produksi suatu negara baik yang berlokasi di dalam negeri atau terdapat di luar negeri dalam suatu periode tertentu (1 tahun) (Nanga 2005, h. 19). Teori yang dikemukakan oleh Keynes dinamakan hipotesis pendapatan mutlak (absolute income hypothesis). Ciri-ciri penting dari konsumsi rumah tangga dalam teori pendapatan mutlak, yang pertama faktor penentu terpenting besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga baik perorangan maupun keseluruhan pada suatu periode adalah pendapatan disposibel yang diterima dalam periode tersebut. Terdapat hubungan yang positif diantara konsumsi atau pendapatan disposibel, yaitu semakin tinggi pendapatan disposibel semakin banyak tingkat konsumsi yang dilakukan rumah tangga. Ciri ini sesuai dengan sifat manusia yang telah di observasi dalam teori perilaku konsumen, yaitu keinginan manusia yang tidak terbatas, tetapi kemampuan untuk memenuhi keinginannya tersebut dibatasi oleh perubahan faktor-faktor produksi atau pendapatan yang dimilikinya. Maka semakin tinggi pendapatan, semakin banyak pula pembelanjaan rumah tangga. A. Perhitungan Pendapatan Nasional Untuk mengetahui nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan oleh suatu perekonomian, pendapatan nasional terdapat tiga cara perhitungan dengan metode pendekatan sebagai berikut: a. Pendekatan Produksi Dengan menggunakan pendekatan produksi ini, pendapatan nasional dihitung berdasarkan atas perhitungan dari jumlah nilai barang-barang dan jasajasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam perekonomian atau Negara pada periode tertentu. Kelemahan pengukuran pendapatan nasional dengan metode

33 30 melalui pendekatan produksi ini adalah sering terjadinya perhitungan ganda (double counting). Perhitungan ganda ini akan terjadi jika beberapa output dari suatu jenis usaha dijadikan input bagi jenis usaha lain. Untuk menghindari perhitungan ganda tersebut dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menghitung nilai akhir (final goods) atau dengan menghitung nilai tambah (value added). b. Pendekatan Pendapatan Pengukuran pendapatan nasional dengan menggunakan metode melalui pendekatan pendapatan adalah dilakukan dengan cara menjumlahkan semua pendapatan yang diperoleh semua pelaku ekonomi dari aktivitas ekonominya dalam suatu masyarakat atau Negara pada periode tertentu. Pendapatan tersebut berupa sewa, bunga, upah, keuntungan dan lain sebagainya. c. Pendekatan Pengeluaran Pengukuran besarnya pendapatan nasional dengan menggunakan pendekatan pengeluaran dilakukan dengan menjumlahkan semua pengeluaran yang dilakukan oleh semua sektor ekonomi, yaitu sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor luar negeri pada suatu masyarakat atau Negara pada periode tertentu. Pendapatan nasional mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat yaitu terdapat kecenderungan jika pertumbuhan ekonomi suatu Negara mengalami peningkatan maka hal tersebut berdampak pada kenaikan dalam pendapatan nasional yang pada akhirnya mempengaruhi tindakan masyarakat dalam keputusannya dalam berkonsumsi. Di mana dalam hal ini terjadi peningkatan konsumsi masyarakat dan sebaliknya. Secara makro agregat pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional, semakin besar pendapatan maka semakin besar

34 31 pula pengeluaran konsumsi masyarakat dan sebaliknya (Nanga 2005, h. 19). B. Pendapatan Daerah Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU.No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah), pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta lain-lain pendapatan yang sah. Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (UU.No 32 Tahun 2004 ) ( diakses 30 Oktober 2013). C. Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto (gross domestic product, GDP) adalah total atau nilai harga pasar dari seluruh barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya 1 tahun). Produk domestik bruto merupakan salah satu ukuran atau indikator yang secara luas digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi atau kegiatan makroekonomi dari suatu negara (Nanga 2005, h. 13). D. Pengertian PDRB Produk Domestik Regional Bluto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pekonomian diseluruh

35 32 daerah dalam tahun tertentu atau perode tertentu dan biasanya satu tahun. penghitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu harga berlaku dan harga konstan. PDRB harga atas harga berlaku merupakan nilai tmabah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan sementara atas harga konstan dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar ( /pengertian-produk-domestik-regional-bruto.com.htlm. diakses 30 Oktober 2013) Inflasi Inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus. Vanieris dan sebold (1978 : 603), mendefinisikan inflasi sebagai suatu kecenderungan meningkatnya tingkat harga umum secara terus menerus sepanjang waktu. Berdasarkan difinisi tersebut, kenaikan tingkat harga umum yang terjadi sekali waktu sja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Terdapat setidaknya 3 teori yang membahas tentang inflasi yaitu teori kuantitas, teori Keynes dan teori strukturalis. Teori kuantitas menyebutkan bahwa inflasi karena dua hal yaitu kenaikan jumlah uang beredar dan harapan masyarakat akan kenaikan harga di masa yang akan datang. Sementara teori Keynes menyatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup di luar kemampuan ekonominya, artinya masyarakat selalu meminta lebih dari yang dapat dihasilkan atau diproduksikan. Sedangkan teori strukturalis menyatakan bahwa inflasi itu sebagai sesuatu yang berakar dari adanya berbagai kendala (constrain) atau kekakuan struktural (structural rigidities) termasuk di dalamnya kelembagaan yang ada di dalam perekonomian negara-negara

36 33 sedang berkembang. Kendala diidentifikasikan seperti kendala penawaran bahan pangan yang bersifat inelastis, kendala devisa, timbul karena tidak mampu memenuhi kebutuhan akan barang impor yang meningkat berkenaan dengan usaha-usaha pembangunan yang semakin cepat, pertumbuhan penduduk, dan upaya industrialisasi yang pesat dengan teknologi terbatas. Kekurangan barang impor dan meningkatnya harga barang impor mendorong negara tersebut mendevaluasikan mata uangnya yang akan menambah tekanan inflasi. Serta kendala fiskal yaitu tidak mencukupinya sumber daya keuangan dalam negeri. Selanjutnya kaum strukturalis mengatakan bahwa inflasi merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan oleh perekonomian yang sedang berkembang, inflasi merupakan sesuatu yang melekat (inheren) di dalam proses pembangunan ekonomi itu sendiri. Inflasi memiliki hubungan dengan daya beli masyarakat sehingga dapat berdampak pada menurunnya konsumsi masyarakat (Nanga, 2005, h. 237) Suku Bunga Terdapat teori yang menerangkan tentang tingkat bunga. Menurut teori Keynes tingkat bunga ditentukan oleh sektor riil dan sektor moneter. Keynes membedakan permintaan uang menurut motivasi masyarakat untuk memegang uang menjadi tiga yaitu untuk berjaga-jaga, transaksi dan motif spekulasi, yakni permintaan uang yang didasarkan oleh tingkat bunga. Kedua teori paritas tingkat bunga menurut arbitrasi, tingkat harga barang dan jasa maupun tingkat suku bunga di dalam perekonomian yang relatif dan terbuka penuh terhadap perekonomian dunia yang cenderung sama dengan dunia internasional. Seperti yang kita ketahui bahwa konsumsi mempunyai hubungan

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi TEORI KONSUMSI Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI KABUPATEN NAGAN RAYA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI KABUPATEN NAGAN RAYA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI KABUPATEN NAGAN RAYA Abstract This study aims at analysing what factors determine consumption pattern in Nagan Raya. Secondary data used in the study

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah fitrah manusia yang merupakan sebuah kebutuhan darurat yang tidak dapat di pisahkan dari diri manusia karena konsumsi adalah bagian dari usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI A. PENDAHULUAN Pendapatan (Income) adalah jumlah balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi selama 1 tahun. Pendapatan disimbolkan dengan (Y). Konsumsi (Consumption)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi dan perkembangan tekhnologi yang pesat. Hal tersebut membawa dampak pada

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi dan perkembangan tekhnologi yang pesat. Hal tersebut membawa dampak pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang selama ini dilakukan telah membawa pertumbuhan ekonomi dan perkembangan tekhnologi yang pesat. Hal tersebut membawa dampak pada sikap peningkatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 25 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian mengenai analisis konsumsi masyarakat di Indonesia sebelumnya telah dilakukan. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan rumah tangga untuk barang dan jasa. barang meliputi pembelanjaan rumah tangga untuk barang awet, seperti mobil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia selama hidupnya selalu melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya, baik berupa kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat perlindungan, hiburan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatannya yang di belanjakan.

Lebih terperinci

Kecenderungan Konsumsi Marginal di Kalangan Masyarakat Indonesia

Kecenderungan Konsumsi Marginal di Kalangan Masyarakat Indonesia Kecenderungan Konsumsi Marginal di Kalangan Masyarakat Indonesia ======================================================== Oleh: Novya Zulva Riani ABSTRACT This article analyzes the marginal propensity

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Beras bagi kehidupan Bangsa Indonesia memiliki arti yang sangat penting. Dari jenis bahan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya bahwa sebagian besar dari pendapatan yang diterima masyarakat akan dibelanjakan kembali untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Pengeluaran

Lebih terperinci

KONSUMSI DAN TABUNGAN

KONSUMSI DAN TABUNGAN Minggu ke 4 dan 5 KONSUMSI DAN TABUNGAN ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI 8 dan 5 Maret 03 LEARNING OUTCOME Setelah mengikuti topik bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan model konsumsi dan tabungan,

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONSUMSI

BAB II TEORI KONSUMSI BAB II TEORI KONSUMSI A. Teori Konsumsi 1. Konsumsi Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi adalah semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nominal ini tidak mampu meningkatkan daya beli masyarakat secara signifikan

BAB I PENDAHULUAN. nominal ini tidak mampu meningkatkan daya beli masyarakat secara signifikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendapatan nominal per kapita masyarakat Indonesia meningkat cukup besar hingga 11.6% per tahun sejak 2001. Namun kenaikan pertumbuhan secara nominal ini tidak

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Fungsi Konsumsi Keynes

Fungsi Konsumsi Keynes Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan dan mengeluarkan teori konsumsi.

Lebih terperinci

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor 4. Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor Mengapa Anda Perlu Tahu Ketika seseorang bekerja pada perusahaan atau pemerintah maka dia akan mendapatkan gaji. Tentu, gaji yang didapatkan perlu dipotong

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh

BABI PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan tarafhidup maupun kesejahteraan rakyat. Salah

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI. Minggu 8

TEORI KONSUMSI. Minggu 8 TEORI KONSUMSI Minggu 8 Pendahuluan Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating system) di Indonesia pada tahun 1997, telah menyebabkan posisi nilai tukar rupiah terhadap

Lebih terperinci

Jurnal Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret 2010 PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI DAERAH RIAU. Nursiah Chalid

Jurnal Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret 2010 PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI DAERAH RIAU. Nursiah Chalid PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DI DAERAH RIAU Nursiah Chalid Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru - Pekanbaru 28293 ABSTRAKSI Penelitian ini

Lebih terperinci

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak TEORI EKONOMI MAKRO Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Komsumen a. Pendekatan Kardinal Aliran ini menganggap bahwa tinggi rendahnya nilai suatu barang tergantung dari subyek yang memberikan penilian. Jadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsumsi Dilihat dari arti ekonomi, konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan nilai guna ekonomi suatu benda. Sedangkan menurut Draham Bannoch dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indikator indikator ekonomi makro sangat berperan dalam menstabilkan perekonomian. Menurut Lufti dan Hidayat ( 2007 ), salah satu indikator ekonomi makro yang

Lebih terperinci

Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta)

Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta) Konsumsi Nasional Sebagai Penggerak Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Oleh GM Djoko Hanantijo (dosen PNS dpk Universitas Surakarta) ABSTRACT Consumption expenditure is part of a person's disposable income.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam mencapai tujuannya, pemerintah negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan salah satu alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel ekonomi yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pendapatan domestik bruto (PDB), yaitu

Lebih terperinci

Kebutuhan manusia relatif tidak terbatas. Sumber daya tersedia secara terbatas. Masing-masing sumber daya mempunyai beberapa alternatif penggunaan.

Kebutuhan manusia relatif tidak terbatas. Sumber daya tersedia secara terbatas. Masing-masing sumber daya mempunyai beberapa alternatif penggunaan. EKONOMI MAKRO Lingkup Ekonomi Makro Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia di dalam memenuhi kebutuhannya yang relatif tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

SILABUS. Materi Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Waktu Bahan/ Pembelajaran

SILABUS. Materi Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Waktu Bahan/ Pembelajaran 7 SILABUS Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Ekonomi Kelas/Program : X Semester : 1 Standar Kompetensi : 1. Memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, kelangkaan, sistem ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah 17 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi merupakan pengeluaran konsumen untuk membeli barang dan jasa. Faktor utama yang menentukan konsumsi seorang konsumen akan barang dan jasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi merupakan pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu terentu. Pengeluaran konsumsi menjadi komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang mengacu kepada trilogi pembangunan. Demi mewujudkan

Lebih terperinci

ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI. Adi Bhakti ABSTRACT

ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI. Adi Bhakti ABSTRACT ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI Adi Bhakti Dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Jambi adibhakti@unja.ac.id ABSTRACT This study aims

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Inflasi Inflasi merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang hidup dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. Manusia melakukan kegiatan konsumsi berarti mereka juga melakukan pengeluaran. Pengeluaran untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan membangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya. pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan membangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya. pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan membangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah sebuah usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Antiremed Kelas 10 Ekonomi Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan.

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian suatu Negara, tabungan dan investasi merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya 1. Mikroekonomi vs Makroekonomi Untuk dapat memahami ilmu makro ekonomi, sebaiknya kita mengenali terlebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Konsumsi adalah setiap kegiatan memanfaatkan, menghabiskan kegunaan barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan demi menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO Silabus: 1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO Peran pemerintah dalam bidang ekonomi. Organisasi Bisnis dan Keuangan Produksi dan Pendapatan Nasional. Uang dan Lembaga Keuangan Bank Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. PENDAPATAN NASIONAL Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. Pokok-pokok Materi: 1. Konsep Pendapatan Nasional 2. Komponen Pendapatan Nasional 3.

Lebih terperinci

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan

Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan suku bunga. Makin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang. Definisi tersebut menjelaskan bahwa pembangunan tidak hanya

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik a. Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Definisi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit untuk dihindari bagi suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju, namun pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah ukuran perkembangan perekonomian suatu negara dari satu periode ke periode berikutnya. Menurut Rahardja dan Manurung (2008), perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus utama dari kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro PENGANTAR EKONOMI MAKRO Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Pengertian Ekonomi Makro ilmu yang mempelajari fenomena ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabungan memiliki peranan penting dalam membentuk dan mendorong pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Tabungan merupakan indikator penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengertian pembangunan ekonomi secara essensial dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL ALLDO KURNIA PUTRA IPA 2 SEMESTER III. SMA AL AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA Jalan Kemang Raya No.7 Jakarta Selatan

PENDAPATAN NASIONAL ALLDO KURNIA PUTRA IPA 2 SEMESTER III. SMA AL AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA Jalan Kemang Raya No.7 Jakarta Selatan PENDAPATAN NASIONAL ALLDO KURNIA PUTRA IPA 2 SEMESTER III SMA AL AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA Jalan Kemang Raya No.7 Jakarta Selatan Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

Lebih terperinci

Tinjauan Perekonomian Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran

Tinjauan Perekonomian Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran Nilai konsumsi rumah tangga perkapita Aceh meningkat sebesar 3,17 juta rupiah selama kurun waktu lima tahun, dari 12,87 juta rupiah di tahun 2011 menjadi 16,04 juta

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS MARGINAL PROPENSITY TO CONSUME SUMATERA UTARA

ANALISIS MARGINAL PROPENSITY TO CONSUME SUMATERA UTARA ANALISIS MARGINAL PROPENSITY TO CONSUME SUMATERA UTARA Tassha Ghiska 1 & Sylvia V. Ranita 1 * 1 Program Studi Administrasi Bisnis, Politeknik LP3I Medan Telp. 061-7867311 Fax. 061-7874466 *E-mail : sylvia.ranita@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur perekonomian bercorak agraris yang rentan terhadap goncangan kestabilan kegiatan perekonomian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Dussenbery mengungkapkan bahwa bukan pendapatan mutlak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Dussenbery mengungkapkan bahwa bukan pendapatan mutlak BAB II y TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka Dussenbery mengungkapkan bahwa bukan pendapatan mutlak melainkan pendapatan relatiflah yang menentukan konsumsi suatu keluarga. Keluarga-keluarga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia mempunyai cita cita yang luhur sebagaimana tertuang dalam Pembukuan UUD Tahun 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum menuju masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh, Myanmar, Kamboja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Dalam kehidupannya, manusia memerlukan uang untuk melakukan kegiatan ekonomi, karena uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan 2.1.1 Sumber daya energi Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam membangun nilai didalam kondisi dimana kita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

Perbedaan GDP dan GNP

Perbedaan GDP dan GNP Perbedaan GDP dan GNP Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sebagai landasan dalam penelitian ini, digunakan beberapa penelitian yang dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang mengambil

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1981-2006 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 05/6474/Th.V, 28 Desember 2016 TINJAUAN PDRB KOTA BONTANG MENURUT PENGGUNAAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Penggunaan Kota Bontang dalam tahun 2015

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci